KAJIAN BENTUK NGANGO LO HUWAYO PADA UPACARA ADAT GORONTALO HASNIDAR PASUE¹ YUS IRYANTO ABAS ² HASDIANA ³
|
|
- Devi Atmadjaja
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 KAJIAN BENTUK NGANGO LO HUWAYO PADA UPACARA ADAT GORONTALO HASNIDAR PASUE¹ YUS IRYANTO ABAS ² HASDIANA ³ ABSTRAK Hasnidar Pasue Kajian Bentuk Ngango Lo Huwayo Pada Upacara Adat Di Gorontalo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik Kriya Jurusan Teknik Kriya Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing (1) Drs. Yus Iryanto Abas, M.Pd dan pembimbing (2) Hasdiana, S.Pd, M.Sn. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat Gorontalo. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mengungkap serta mendeskripsikan obyek dan subyek yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango. Objek dalam penelitian ini adalah ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, interview/wawancara, studi dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk ngango lo huwayo terdapat pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman. Bentuk-bentuk dilihat dari tampak samping dan tampak depan ngango lo huwayo. Bentuk-bentuk ngango lo huwayo yang terdapat pada upacara adat yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, bentuk persegi panjang, bentuk silinder. bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku, bentuk trapesium dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang. Kata Kunci : Bentuk, Ngango Lo Huwayo PENDAHULUAN Di Gorontalo terdapat 4 aspek adat yaitu aspek adat penobatan, aspek adat penyambutan tamu, aspek adat perkawinan, dan aspek adat pemakaman. Dalam pelaksanaan upacara-upacara adat di Gorontalo terdapat kelengkapan adat yaitu gapura adat, tempat persidangan adat dan ngango lo huwayo beserta tangga
2 2 adatnya (tolitihu). Ngango lo huwayo diletakkan secara bersamaan dengan tangga adat (tolitihu) di depan pintu masuk ke yiladia (rumah) yang menggelar upacara adat, karena ngango lo huwayo merupakan kelengkapan adat mutlak di samping tangga adat (tolitihu). Selain tangga adat, lengkungan janur kuning dan pohon pinang juga merupakan kelengkapan dari ngango lo huwayo (Wawancara bersama D.K. Usman, tangga 17 Desember 2013 pukul wita). Ngango lo huwayo adalah mulut buaya, yang terbuat dari bambu kuning. Ngango lo huwayo dibuat dengan cara diukir pada bagian ujung bambu sehingga menghasilkan bentuk mulut buaya yang menganga dan lengkap dengan gigi buaya. Ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan berbeda dengan upacara adat pemakaman. Pada dasarnya secara keseluruhan kelengkapan adat ngango lo huwayo pada ke 4 upacara adat tersebut sama, sehingga bentuknya pun sama yang berbeda adalah pembuatannya dilakukan secara terbalik, namun bentuk-bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo belum pernah diungkapkan atau diteliti sebelumnya padahal menurut hemat peneliti hal tersebut menjadi sesuatu hal yang layak untuk diteliti karena akan mengungkap tentang bangunan atau gambaran ngango lo huwayo dari perspektif kesenirupaan, selain itu kajian ini penting guna menambah pengetahuan dalam upaya untuk menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi penggunaan kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat di Gorontalo. Adat istiadat adalah suatu komplek norma-norma yang oleh individuindividu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan. Adat istiadat ini walaupun dianggap tetap namun akan berubah di dalam suatu jangka waktu yang lama (Liputo, 1985:3). Bentuk adalah wujud, rupa, bangunan atau gambaran tentang apa saja yang ada di alam termasuk karya seni atau desain yang dapat disederhanakan menjadi titik, garis dan bidang.
3 3 Pada umumnya bentuk dapat di bedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Bentuk Beraturan Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berhubungan satu sama lain dan tersusun secara rapi dan konsisten. Pada umumnya bentuk-bentuk beraturan bersifat stabil dan simetris terhadap satu sumbu atau lebih, (Akili, 2012 : 17-18). 2. Bentuk Tak Beraturan Bentuk tak beraturan adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk tak beraturan ataupun hasil dan komposisi tak beraturan dari bentuk-bentuk beraturan. Contoh bentuk yang tak beraturan adalah air, pohon, hewan, manusia, batu (Akili, 2012 : 17-18). Di kiri dan kanan diletakkan ngango lo huwayo yang terbuat dari bambu (Daulima, 2006:167). Ngango lo huwayo (Mulut buaya) merupakan salah satu kelengkapan yang digunakan pada upacara adat di Gorontalo. Ngango lo huwayo digunakan pada upacara-upacara adat kebesaran di Gorontalo seperti pada upacara adat penobatan, upacara adat penyambutan tamu, upacara adat perkawinan dan upacara adat pemakaman. METODE PENULISAN Penentuan lokasi merupakan suatu hal yang di perlukan untuk mendapatkan data penelitian tentang objek yang akan dikaji. Olehnya itu lokasi penelitian ini dilaksanakan di Gorontalo khususnya wilayah Bulango Kabupaten Bone Bolango. Untuk waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dimulai bulan Juni sampai bulan Agustus Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu untuk mengungkap serta mendeskripsikan secara menyeluruh terhadap masalah pada subjek dan objek yang akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah bentuk
4 4 ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango.. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, interview/wawancara, studi dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa bentuk ngango lo huwayo terdapat pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman. Bentuk-bentuk dilihat dari tampak samping dan tampak depan ngango lo huwayo. Bentuk-bentuk ngango lo huwayo yang terdapat pada upacara adat yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, bentuk persegi panjang, bentuk silinder. bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku, bentuk trapesium dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan Kelengkapan adat ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan di Bulango Kabupaten Bone Bolango terdiri dari mulut buaya, lengkungan janur kuning, pohon pinang dan tangga adat. Ngango lo huwayo terbuat dari bambu kuning yang dibelah kemudian diukir sehingga menghasilkan bentuk. Berikut ini bentuk yang terdapat pada ngango lo huwayo Gambar 1. Ngango lo huwayo pada Upacara adat penobatan (tampak samping) Foto: Dok. penulis, Juni 2013
5 5 Pada gambar 1 merupakan gambar tampak samping dari ngango lo huwayo. Adapun bentuk yang terdapat pada gambar di atas terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku, segitiga sembarang, segitiga sama sisi dan bentuk segitiga siku-siku. 3 Gambar 2. Ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan (tampak depan) Sumber : Upacara Adat Penobatan Dan Penyambutan Tamu Bupati Bone Bolango (Rumah Pribadi) Foto: Dok. penulis, Juni 2013 Pada gambar 2 tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan pada janur kuning dan pohon pinang.
6 6 2. Bentuk Ngango Lo Huwayo pada upacara adat penyambutan tamu Gambar 3. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak samping) Foto: Dok. Penulis Juni 2013 Bentuk-bentuk yang terdapat kelengkapan adat ngango lo huwayo pada gambar 3 jika dilihat dari tampak samping. Bentuk pada tampak samping terdiri dari bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk segitiga sembarang. Gambar 4. Ngango lo huwayo pada upacara adat penyambutan tamu (tampak depan) Foto: Dok. Penulis, Juni 2013
7 7 Gambar 4 kelengkapan adat ngango lo huwayo pada tampak depan yang terdiri dari bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan janur kuning. 3. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat perkawinan Gambar 5. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak samping) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Kelengkapan adat ngango lo huwayo tampak dari samping terdapat gambar 5. Dilihat pada tampak samping kelengkapan adat ngango lo huwayo terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang, bentuk segitiga siku-siku dan bentuk trapesium.
8 8 4 Gambar 6. Ngango lo huwayo pada upacara adat Perkawinan (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Maret 2013 Pada gambar 6 tampak depan terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk tak beraturan terdapat janur kuning, bentuk persegi panjang, bentuk tak beraturan terdapat pada pohon pinang dan segitiga siku-siku. 4. Bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman 4 Gambar 7. Ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman (tampak samping) Foto: Dok. Penulis, Mei 2013
9 9 Pada gambar 7 dilihat dari tampak samping terdapat beberapa bentuk yaitu bentuk segitiga sama kaki, bentuk segitiga sama sisi, bentuk silinder, bentuk persegi panjang dan bentuk segitiga siku-siku. Gambar 8. Ngango lo huwayo pada upacara adat Pemakaman (tampak depan) Foto : Dok. Penulis, Mei 2013 Pada gambar 8 tampak depan ada beberapa bentuk yang terdapat pada kelengkapan adat ngango lo huwayo yaitu bentuk persegi panjang, bentuk setengah lingkaran, bentuk beraturan terdapat pada janur kuning dan pohon pinang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan memiliki perbedaan dengan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat pemkaman. Di mana, ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu dan perkawinan menandakan pesta riang. Sedangkan ngango lo huwayo pada upacara adat pemakaman menandakan suasana duka.
10 10 Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa penting bagi kita masyarakat Gorontalo untuk memahami perbedaan bentuk ngango lo huwayo pada upacara adat penobatan, penyambutan tamu, perkawinan dan pemakaman, karena perbedaan bentuk tersebut secara otomatis mempengaruhi makna yang terkandung didalamnya. Sehingga, jika terjadi kesalahan penggunaan akan berdampak juga pada kesalahpahaman pada maknanya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar masyarakat Gorontalo memahami bentuk ngango lo huwayo pada masing-masing upacara adat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Akili, Rivandy, Ornamen Pada Pelaminan Tradisional Kota Gorontalo: Tinjauan Bentuk Dan Makna. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Kriya. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo. Tidak diterbitkan Daulima, Farha, Tata Cara Adat Perkawinan (Pada Masyarakat Adat Suku Gorontalo).Galeri Budaya LSM Mbu I Bungale-Limboto Liputo, Marten, Empat Aspek Adat Daerah Gorontalo. Gorontalo : Pemda Kabupaten Daerah Tingkat II
BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango
17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorontalo merupakan salah satu di antara ratusan suku bangsa yang ada di Nusantara, sama halnya dengan suku lainnya yang memiliki kebudayaan sebagai peninggalan nenek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang Kemajemukan suku dan budaya yang berada di Indonesia menunjukkan kepada kita selaku warga negara dan masyarakat dunia bahwa indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya
Lebih terperinciBENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO NURHAYATI DAWALI NIM :
BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TUDUNG KEPALA PRIA PADA BUSANA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT GORONTALO JURNAL Diajukan untuk memenuhi salah satu pensyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan pada Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gorontalo memiliki kesenian dalam bentuk musik, tari, ataupun sastra. Tari Molapi Saronde, tari Saronde dan tari Saronde Kreasi merupakan tari daerah Gorontalo yang
Lebih terperinci¹Rodiyah, Mahasiswa Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo ²Ulin Naini, S.Pd, M.Sn, Dosen Teknik Kriya FATEK Universitas Negeri Gorontalo
1 2 ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI SIMBOLIK KEMBAR MAYANG PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA DI DESA SIDOMULYO KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO Rodiyah¹ Ulin Naini² Mursidah Waty³ Program Studi Pendidikon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barat Daya. Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yang terletak di ujung pulau Sumatera. Aceh dikenal dengan keunikan dan kekayaan yang dimilikinya, baik kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciSeminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya
PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya perkawinan, melalui perkawinan inilah manusia mengalami perubahan status sosialnya, dari status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,
Lebih terperinciStandar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Standar Kompetensi 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi asar 1.3 Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah Indikator 1. Menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciPenerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil
Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,
Lebih terperinciOleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta
RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menyulam istilah menjahit yang berarti menjahitkan benang searah dekorasi (Elly
6 2.1 Tinjauan Sulaman Karawo BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sulaman adalah salah satu teknik kreasi menghias pada kain polos atau kain tenunan polos dengan cara menggunakan tusuk hias dan variasinya, yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara samudera pasifik dan
Lebih terperinci1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL
1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL SIMBOL LANGGAM JAWA GAMBAR 1 GAMBAR 2 GAMBAR 3 GAMBAR 5 SIMBOL DESIGN YANG PERTAMA INI MENGGUNAKAN LANGGAM JAWA YANG SAYA LETAKKAN DI FRAME JENDELA GAMBAR 1 GAMBAR 6
Lebih terperinciCara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda)
Cara Membuat Kepiting dari Daun Kelapa (Janur) Mainan Tradisional Kepiting dari Janur (Daun Kelapa Muda) Saya rasa bentuk kerajinan tangan anak (prakarya) dari daun kelapa muda (janur) ini merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.
Lebih terperinciPENERAPAN RAGAM HIAS TORAJA MELALUI MEDIA KOMPUTERISASI TERHADAP ELEMEN TEKSTIL INTERIOR (VERTICAL BLIND)
PENERAPAN RAGAM HIAS TORAJA MELALUI MEDIA KOMPUTERISASI TERHADAP ELEMEN TEKSTIL INTERIOR (VERTICAL BLIND) LAPORAN TUGAS AKHIR Ditunjukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Pendidikan Sarjana
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi
Lebih terperinciIDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA PADA MASJID AGUNG DI YOGYAKARTA
IDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA PADA MASJID AGUNG DI YOGYAKARTA Siti Rohayati, Karno, Wilda Isti Chomariyah Universitas Alma Ata Yogyakarta Rohayati1610@gmail.com, karnodirta@gmail.com, wilda.i@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya menempati posisi sentral dalam tatanan hidup manusia. Manusia tidak ada yang dapat hidup di luar ruang lingkup budaya. Budaya dapat memberikan makna pada hidup
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN
III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO SELATAN,
Lebih terperinci46 47 48 49 50 Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang
Lebih terperinciKerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk
LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
BAB III METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan budaya, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian
Lebih terperinciTitik yang memiliki koordinat (5,7) ditunjukkan oleh huruf...
1. Perhatikan gambar di bawah ini! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/123/1701_1.png SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 13. SISTEM KOORDINATLatihan Soal 13.1 Titik yang memiliki koordinat (5,7) ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terhadap bentuk tari Famadogo Omo dalam upacara memasuki rumah baru pada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang hingga pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan keseluruhan hasil penelitian terhadap bentuk tari Famadogo
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Fungsi Piring Sebagai Mas Kawin Piring dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah wadah berbentuk bundar pipih dan sedikit cekung (atau ceper), terbuat dari porselen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli Selatan. Suku ini berdiam dan tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo seperti pada upacara-upacara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang memiliki budaya yang sangat beraneka ragam. Keberadaan budaya tersebut terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya, bahwa penelitian dilakukan untuk menentukan informasi tendangan. Pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan tradisi, baik kebudayaan yang bersifat tradisional ataupun modern. Setiap daerah memiliki tradisi yang bermacam-macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam
85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam adat kota Ende, mahar adalah pemberian wajib seorang suami kepada calon istrinya. Jumlah mahar
Lebih terperinciLATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Tema 8 : Bumi dan Alam Semesta Nama :... Kelas : III (tiga)
LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 a. museum b. planetarirum c. auditorium d. podium 5. Daerah yang dekat dengan laut atau pantai adalah dataran... a. rendah b. tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tudung Kepala Dalam kamus bahasa Indonesia Partanto dan Yuwono (1994:495) tudung merupakan sesuatu yang dipakai untuk menutup bagian sebelah atas (kepala atau lubang).
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI
1 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasar data-data yang berhasil dihimpun dan dianalisis oleh penulis, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Kesenian Buaya Putih ada sekitar tahun 1990-an namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing
Lebih terperinci12/1/ Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik
Perancangan Visual Unsur Visual (Foto, gambar, grafik) TIM Media Pembelajaran FT Unsur teks/huruf 1.Pengaturan 2.Keseimbangan 3.Warna 4.Legibilitas (Kemudahan dibaca) 5.Menarik a. Perataan b. Bentuk c.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan 13.466 pulau 1, yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke. Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciPUSAT MASSA DAN TITIK BERAT
PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT Pusat massa dan titik berat suatu benda memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut. Perbedaannya adalah letak pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak. Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor
1 BAB V 1. Kesimpulan PENUTUP Perkawinan campuran suku bangsa Jawa dengan suku bangsa Batak Mandailing yang terjadi pada masyarakat di daerah Kelurahan Gedung Johor Medan bukanlah rahasia umum lagi, serta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum 3.1.1.1 Sejarah Singkat SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tapa Jalan Abdullah Amu, Desa Keramat,
Lebih terperinci50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan fungsi tudung kepala payungo dan paluwala secara rinci dengan melihat bentuk
20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Bentuk Tudung Kepala Payungo Dan Paluwala Berdasarkan hasil penelitian maka, peneliti dapat mendeskripsikan bentuk dan fungsi tudung kepala payungo
Lebih terperinciMAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL
MAKNA SIMBOLIK ARTEFAK BUDAYA DALAM ADAT MOMU O NGANGO DI BULANGO (TAPA) ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan pendekatan budaya daerah, yaitu pendekatan dengan cara melihat obyek pengkajian
Lebih terperinciWALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO Menimbang : a. Bahwa kawasan Kerom
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anonim bersama kreativitas masyarakat yang mendukungnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN
PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PDGI (HASIL KONGRES PDGI XXV 2014 PONTIANAK) BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PDGI (HASIL KONGRES PDGI XXV 2014 PONTIANAK) BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN N a m a Pasal 1 Perkumpulan ini bernama Persatuan Dokter Gigi Indonesia, disingkat PDGI. Waktu dan Tempat Pasal
Lebih terperinciORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris
ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciBAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya (https://en.wiktionary.org/wiki/cross-legged). Dimana
BAB II. KONSEP PENCIPTAAN A. Sumber Penciptaan 1. Crossed leg Crossed leg secara harfiah memiliki arti menyilangkan kaki diatas kaki yang lainnya (https://en.wiktionary.org/wiki/cross-legged). Dimana menurut
Lebih terperinci1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna
1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KOTABARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang
` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang dapat menjaga budaya asli bangsanya. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan kesenian.
Lebih terperinciTabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.
Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN NIRMANA II KODE : MKK 13204 MATA KULIAH / SKS : Nirmana II (Dwimatra Lanjut & Trimatra) / 3 SKS SEMESTER / PROG. STUDI : II / Keris dan Senjata Tradisional JURUSAN / FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu pola hidup yang kompleks, namun menjadi hal yang rumit karena sifatnya yang abstrak. Kebudayaan menentukan tujuan hidup kelompok masyarakat,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang terdiri dari berbagai suku bangsa (etnis) yang tersebar di seluruh penjuru wilayahnya. Banyaknya suku bangsa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian 3.1.1 Gambaran Umum 3.1.1.1 Sejarah Singkat SDN 3 Tapa Kabupaten Bone Bolango Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tapa Jln. Abdullah Amu, Desa Keramat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN ADAT DEPONSERO UTARA DEPAPRE JAYAPURA NOMOR 03/KPTS DPADU/DJ/93
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN ADAT DEPONSERO UTARA DEPAPRE JAYAPURA NOMOR 03/KPTS DPADU/DJ/93 TENTANG KELEMBAGAAN ADAT MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN ADAT DEPONSERO UTARA Menimbang : a. Bahwa kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Candrasengkala sebagai..., Meirissa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Kebudayaan adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yang dihayati dan dimiliki bersama. Di dalam kebudayaan terdapat kepercayaan, kesenian
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi maksud dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 44
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR
ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)
Lebih terperinciTradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur
Lebih terperinci