BAB I PENDAHULUAN. 1 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan CORS/JRSP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan CORS/JRSP"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah yang mencakup kegiatan pengukuran, perpetaan dan pembukuan hak sangat terkait dengan aspek teknis, yuridis, dan administratif data bidang tanah. Perolehan, pengelolaan dan penanganan data pertanahan berbeda dengan kegiatan kerekayasaan lainnya. Kekhasan penyelenggaraan pendaftaran tanah ini sangat terkait dengan pertimbangan untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap subyek dan obyek hak atas tanah. Untuk dapat memberikan jaminan kepastian hukum atas obyek hak atas tanah, maka pengukuran bidang tanah yang dimohon salah satunya harus memenuhi kaidah teknis kadastral. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan guna menjamin kepastian hukum dibidang penguasaan dan pemilikan tanah, faktor kepastian letak dan batas bidang tanah tidak dapat diabaikan. Untuk mendapatkan kepastian letak dan batas bidang tanah tersebut tidak terlepas dari kegiatan pengukuran maupun pemetaan. Kemudian dalam pasal 24 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah disebutkan, 1 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

2 pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestrial, fotogrametrik, atau metode lainnya. Yang dimaksud dengan metode lainnya adalah metode pengukuran yang mengikuti perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan yang tidak lagi terbatas pada metode terrestrial dan fotogrametrik, namun juga telah berkembang sangat pesat terutama untuk teknologi yang berbasis satelit yang sedang dikembangkan GPS oleh Amerika Serikat, GLONAS oleh Rusia, Galileo oleh Uni Eropa serta Compass yang akan diluncurkan oleh China. Dimana sistem satelit tersebut terintegrasi dalam satu sistem yang bernama GNSS (Global Navigation Satelite System). Teknologi yang saat ini telah memanfaatkan GNSS untuk berbagai aplikasi terkait dengan penentuan posisi adalah (Continuously Operating Reference Stations/Jaringan Referensi Satelit Pertanahan) yang berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GNSS yang beroperasi secara kontinyu selama dua puluh empat jam per hari. Titik-titik yang akan dicari (ditentukan) koordinatnya dapat diukur secara relatif terhadap base station sebagai referensi. Teknologi GNSS di bidang kadastral seringkali dimanfaatkan untuk menyediakan Titik Dasar Virtual sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan TDT konvensional, pengukuran bidang tanah 2 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

3 untuk keperluan legalisasi aset dan pengembalian titik batas, serta mempermudah dan mempercepat transformasi peta-peta yang masih menggunakan sistem koordinat lokal ke dalam sistem koordinat TM 3. Pembuatan buku saku ini diharapkan dapat digunakan sebagai pegangan bagi petugas ukur dalam melaksanakan kegiatan pengukuran bidang tanah dengan menggunakan. Untuk dapat memahami buku ini secara menyeluruh, maka harus dibaca dan dipahami secara sistematis dari BAB I sampai BAB V. Prioritas penerapan metoda pengukuran yang digunakan secara berurutan NRTK, post processing, single RTK dan pilihan terakhir metode single RTK dengan menggunakan gelombang radio. Untuk memperkaya informasi peta dasar pertanahan, koordinat TM 3 pojok-pojok batas bidang tanah dan detil lainnya hasil pengukuran dengan metoda wajib dioverlay di atas peta dasar pertanahan digital. Sistematika penulisan buku saku ini terdiri dari : BAB I Pendahuluan BAB II Teknik Pengukuran dengan menggunakan GNSS BAB III Pelaksanaan Pengukuran Batas Bidang Tanah dengan GNSS BAB IV Pembuatan Peta Bidang Tanah dan Surat Ukur BAB V Pemetaan Bidang Tanah ke dalam Peta Dasar Pertanahan Digital BAB VI Penutup 3 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

4 BAB II TEKNIK PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKAN GNSS 2.1 PERSIAPAN UMUM PENGUKURAN MENGGUNAKAN GNSS a. Penyiapan peta untuk orientasi dan pencapaian lokasi, b. Pengecekan lokasi ketersediaan BTS/provider dan kondisi lapangan terbuka atau tertutup, c. Pengecekan kelengkapan dan kelayakan alat, seperti baterai dalam kondisi terisi penuh, pole/jalon, receiver,controller dan pulsa simcard, d. Pengecekan bahwa base station aktif/dalam keadaan on dengan menghubungi layanan hotline GNSS BPN RI dengan nomor (021) PENGUKURAN DENGAN METODE NETWORK RTK Pengaturan ROVER Pengaturan ROVER dilakukan sebelum melakukan koleksi data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pastikan simcard data GSM sudah terpasang dan transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) diaktifkan dengan benar. Pada beberapa merk tertentu, simcard terpasang 4 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

5 pada receiver, controler atau mobile phone dengan menggunakan akses bluetooth. 2. Aktifkan receiver dan controller dengan menekan tombol Power. 3. Pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 4. Buat Job/Project pengukuran, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 5. Untuk pengaturan GNSS pilih menu sebagai ROVER kemudian lakukan pengaturan parameter sebagai berikut: a. Lakukan pengaturan pengukuran dalam metode Network RTK b. Pilih koneksi NTRIP untuk menerima koreksi dari Control Server di BPN RI. c. Pilih koreksi yang diterima dalam format standart MAC atau i-max atau VRS. d. Untuk menu geoid model pilih EGM 2008, apabila pada rover tidak tersedia pilihan EGM 2008 maka pilih none. e. Ukur tinggi receiver dan masukkan dalam menu Antenna Height dan pilih jenis antena yang digunakan. f. Lakukan pengaturan sistem proyeksi dalam TM 3º sesuai zona dengan faktor skala 0,9999, absis semu (false easting) Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

6 m, ordinat semu (false northing) m dan pilih datum WGS84/DGN 95 g. Lakukan pengaturan epoch penerimaan koreksi pada 3 detik dan cut of angle 15º. h. Pilih pengaturan solution type yaitu Fixed. i. Sesuai simcard data GSM yang digunakan, lakukan pengaturan transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) dengan memasukkan parameter sebagai berikut: Kartu Operator GSM User name Password Acces Point Mentari indosat indosat indosatgprs IM3 gprs im3 Telkomsel wap wap123 telkomsel 3 (Three) 3gprs 3gprs 3gprs Axis axis Axis XL Xlgprs Proxl Tabel 1 Parameter pengaturan transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) j. Lakukan pengaturan akses server yang akan digunakan dengan memasukkan IP. Server, username dan password. Apabila koneksi antara rover dan Control server bermasalah,maka hubungi Hotline 6 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

7 BPN RI nomor (021) Informasi lebih lanjut dapat di lihat di Website BPN RI. k. Pilih jenis transaksi data koreksi pada menu mountpoint MAX_BPN1_RTCM3.1 atau i- MAX_BPN1_RTCM3.1 l. Setelah semua pengaturan dari huruf a sampai dengan huruf k dilakukan dengan benar kemudian simpan semua parameter dengan cara menekan tombol save/ok/finish Koleksi Data Setelah semua langkah-langkah sebagaimana tersebut pada angka dilakukan dengan benar, ROVER siap untuk digunakan untuk koleksi data dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Setelah receiver terpasang pada jalon (pole), receiver dan controller diaktifkan dengan menekan tombol Power dan pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 2. Buka Job/Project yang sudah dibuat pada controller, contoh: ukur_prona, stakingout_hgu. 7 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

8 3. Pastikan koneksi transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 4. Pastikan koneksi ROVER dengan CONTROL SERVER BPN RI dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 5. Buat kode untuk pengelompokan jenis detail yang akan disurvey (sesuai standart yang ada), contoh : JLN untuk detail jalan, BID untuk titik batas bidang tanah, S untuk detail sungai, TDV untuk Titik Dasar Virtual. 6. Pilih menu survey pada controller untuk memulai koleksi data koordinat TM 3º 7. Penomoran titik yang disurvey dimulai menurut kode pengelompokan jenis detail sebagaimana dimaksud angka 5 dan dimulai dengan angka 1 (satu), contoh: JLN001, TDV Setelah langkah nomor 1 sampai dengan nomor 7 dilakukan, kemudian tempatkan jalon (pole) pada titik yang akan disurvey dengan posisi gelembung nivo kotak dalam lingkaran/horisontal. 9. Pada saat survey telah mencapai fixed solution dengan melihat indikator pada controller atau receiver, kemudian tekan tombol: store atau meas atau start untuk merekam data. 8 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

9 10. Untuk titik-titik yang akan disurvey selanjutnya lakukan langkah sebagaimana nomor 8 dan Untuk titik detail terakhir yang telah disurvey maka setelah menekan tombol store atau meas atau start akhiri pekerjaan koleksi data dengan menekan tombol close. 12. Setelah proses angka 1 sampai angka 11 selesai dilakukan, lanjutkan dengan export/pemindahan data hasil survey yang berupa data koordinat TM 3º dari rover ke komputer yang tersedia aplikasi spasial berbasis vektor (software CAD). 2.3 PENGUKURAN DENGAN METODE POST PROCESSING Pengukuran GNSS dengan metode post processing dilaksanakan apabila metode NRTK tidak dapat dilakukan, dalam hal ini rover GNSS bergerak dari satu titik ke titik yang lain, pada setiap titiknya rover GNSS tersebut diam beberapa saat untuk melakukan koleksi data sebelum bergerak ke titik berikutnya. Untuk pelaksanaan post processing diperlukan data GNSS dengan format RINEX yang didownload/diunduh dari Control Server GNSS BPN RI sesuai dengan lokasi survey dari 3 base station terdekat, dengan memilih periode tanggal, waktu dan epoch yang sama dengan saat koleksi data pada rover. Dalam pelaksanaan 9 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

10 koleksi data, selain menggunakan Rover GNSS dapat juga digunakan Receiver GNSS Geodetik Single Frequency atau Dual Frequency. Secara umum langkah-langkah pengukuran dengan Post Processing GNSS sebagai berikut: Pengaturan ROVER atau Receiver GNSS Geodetik Pengaturan ROVER atau Receiver GNSS dilakukan sebelum melakukan koleksi data dengan langkah-langkah sebagai berikut : A. Pengaturan Rover 1. Aktifkan receiver dan controller dengan menekan tombol Power serta pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 2. Buat Job/Project pengukuran, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 3. Lakukan pengaturan parameter sebagai berikut: a. Lakukan pengaturan pengukuran dalam metode survey Post Processing Kinematic. b. Pilih format data type RINEX. 10 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

11 c. Untuk menu geoid model pilih EGM 2008, apabila pada rover tidak tersedia pilihan EGM 2008 maka pilih none. d. Ukur tinggi receiver dan masukkan dalam menu Antenna Height dan pilih jenis antena yang digunakan. e. Lakukan pengaturan sistem proyeksi dalam TM 3º sesuai zona dengan faktor skala 0,9999, absis semu (false easting) m, ordinat semu (false northing) m dan pilih datum WGS84/DGN95. f. Atur epoch koleksi data pada 3 detik dan cut of angle 15º. g. Setelah semua pengaturan dari huruf a sampai dengan huruf f dilakukan dengan benar kemudian simpan semua parameter dengan cara menekan tombol save/ok/finish. B. Pengaturan Receiver GNSS Geodetik 1. Aktifkan receiver dengan menekan tombol Power serta pastikan koneksi antara antenna dan receiver dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 2. Buat Job/Project pengukuran, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 3. Lakukan pengaturan parameter sebagai berikut: 11 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

12 a. Lakukan pengaturan pengukuran dalam metode Rapid Static. b. Ukur tinggi antenna dan masukkan dalam menu Antenna Height dan pilih jenis antena yang digunakan c. Pengaturan epoch koleksi data pada 3 detik dan cut of angle 15º. d. Proses pengaturan huruf a, b dan c setelah dipilih dengan benar kemudian simpan parameter tersebut dengan menekan tombol save/ok/finish Koleksi Data Setelah semua langkah-langkah sebagaimana tersebut pada angka huruf A atau huruf B dilakukan dengan benar, ROVER atau Receiver GNSS Geodetik siap digunakan untuk koleksi data dengan langkah-langkah sebagai berikut: A. Pengaturan Rover 1. Setelah receiver terpasang pada jalon (pole), receiver dan controller diaktifkan dengan menekan tombol Power dan pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 2. Dirikan pole/jalon pada titik yang akan disurvey dengan posisi gelembung nivo kotak dalam lingkaran/horisontal. 12 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

13 3. Buka Job/Project yang sudah dibuat pada controller, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 4. Buat kode untuk pengelompokan jenis detail yang akan disurvey (sesuai standart yang ada), contoh : JLN untuk detail jalan, BID untuk titik batas bidang tanah, S untuk detail sungai, TDV untuk Titik Dasar Virtual. 5. Pilih menu survey pada controller untuk memulai koleksi data koordinat TM 3º 6. Penomoran titik yang disurvey dimulai menurut kode pengelompokan jenis detail sebagaimana dimaksud angka 5 dan dimulai dengan angka 1 (satu), contoh: JLN001, TDV Setelah Rover siap dan posisi gelembung nivo kotak di dalam lingkaran/horisontal pada setiap titik tekan tombol Start dan pada saat koleksi data telah mencapai durasi minimal 10 menit dengan melihat indikator pada controller, tekan tombol: store atau Stop untuk merekam data. 8. Setelah dilakukan koleksi data maka lakukan export/pemindahan data dari rover ke komputer yang tersedia software aplikasi processing baseline dan network, jika format data RINEX yang di download dari Rover tidak sama dengan format RINEX versi 3.1 pada control server maka rover tersebut harus dilakukan upgrade. 13 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

14 B. Pengaturan Receiver GNSS Geodetik (Single atau Dual Frequency) 1. Pasang Antenna pada pole/tripod dan tribach kemudian aktifkan receiver dengan menekan tombol Power. 2. Pastikan kabel koneksi antara antenna dan receiver dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat satelit GNSS yang sudah ditracking. 3. Dirikan jalon/pole /tripod dan tribach pada titik yang akan disurvey dengan posisi gelembung nivo kotak didalam lingkaran/horisontal. 4. Buka Job/Project yang sudah dibuat, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 5. Buat kode untuk pengelompokan jenis detail yang akan disurvey (sesuai standart yang ada), contoh : JLN untuk detail jalan, BID untuk titik batas bidang tanah, S untuk detail sungai, TDV untuk Titik Dasar Virtual. 6. Pilih kode sesuai detail yang akan disurvey sebagaimana pengelompokan kode pada nomor Setelah Receiver GNSS Geodetik standby dan posisi gelembung nivo kotak di dalam lingkaran/horisontal pada setiap titik tekan tombol Occupy/Rec dan pada saat koleksi data 14 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

15 telah mencapai durasi 10 menit untuk dual frekuensi dan 20 menit untuk single frekuensi dengan melihat waktu pada stopwatch atau jam tangan, tekan tombol: store atau stop untuk merekam data. 8. Setelah dilakukan koleksi data maka lakukan export/pemindahan data dari receiver ke komputer yang tersedia software aplikasi processing baseline dan network Pemrosesan Data Hasil Koleksi Data (Metode Post Processing) Setelah koleksi data dilakukan, untuk pemrosesan data lakukan export RAW data dari rover atau receiver geodetik ke komputer yang dilengkapi dengan software processing baseline dan network, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lakukan konversi RAW data menjadi format RINEX 3.1 b. Pilih geoid model pada software processing baseline c. Lakukan pengaturan sistem proyeksi dalam TM 3º sesuai zona dengan faktor skala 0,9999, absis semu (false easting) m, ordinat semu (false northing) m dan pilih datum WGS84/DGN95. d. Lakukan download RINEX 3.1 data dari 3 base station terdekat dari Control Server BPN RI 15 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

16 sesuai dengan periode durasi, epoch dan waktu koleksi data rover ke komputer. Untuk download RINEX data dilakukan dengan cara menghubungi Hotline BPN RI nomor (021) atau web BPN RI. e. Lakukan proses perhitungan baseline dan perataan jaringan untuk mendapatkan koordinat TM 3º. f. Setelah proses angka a sampai angka e selesai dilakukan, lanjutkan dengan export/pemindahan data dari software processing baseline dan jaringan ke aplikasi spasial berbasis vektor berupa data koordinat TM 3º yang telah dilakukan proses perataan untuk penggunaan selanjutnya. KETERANGAN: Langkah-langkah pengaturan dan koleksi data tersebut diatas agar disesuaikan dengan menu/feature yang tersedia pada setiap merk alat Rover atau Receiver GNSS Geodetik yang akan digunakan. 2.4 PENGUKURAN DENGAN METODE SINGLE RTK GNSS Metode Single RTK GNSS menggunakan 1 set Rover RTK GNSS, 16 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

17 dan 1 base station yang terdekat. Koreksi posisi akan diberikan oleh Base Station secara Real Time menggunakan NTRIP maupun gelombang radio apabila tersedia Pengaturan ROVER Pengaturan ROVER dilakukan sebelum melakukan koleksi data dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pastikan simcard data GSM sudah terpasang dan transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) diaktifkan dengan benar. Pada beberapa merk tertentu, simcard terpasang pada receiver, controler atau mobile phone dengan menggunakan akses bluetooth. 2. Aktifkan receiver dan controller dengan menekan tombol Power. 3. Pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 4. Buat Job/Project pengukuran, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 5. Untuk Pengaturan GNSS pilih menu sebagai ROVER kemudian lakukan pengaturan parameter sebagai berikut: a. Lakukan pengaturan pengukuran dalam metode RTK 17 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

18 b. Pilih koneksi NTRIP untuk menerima koreksi dari Control Server di BPN RI dengan cara menghubungi Hot Line BPN RI nomor (021) atau koneksi gelombang radio untuk menerima koreksi dari base station. c. Pilih koreksi yang diterima dalam format MAC untuk NTRIP atau koreksi base station untuk koneksi gelombang radio. d. Untuk menu geoid model pilih EGM 2008, apabila pada rover tidak tersedia pilihan EGM 2008 maka pilih default yang tersedia. e. Ukur tinggi receiver dan masukkan dalam menu Antenna Height dan pilih jenis antena yang digunakan. f. Lakukan pengaturan sistem proyeksi dalam TM 3º sesuai zona dengan faktor skala 0,9999, absis semu (false easting) m, ordinat semu (false northing) m dan pilih datum WGS84/DGN95. g. Pengaturan epoch penerimaan koreksi pada 3 detik dan cut of angle 15º. h. Pilih Pengaturan solution type yaitu Fixed. i. Pilih simcard yang digunakan dan pengaturan GPRSnya dengan memasukkan parameter sebagaimana tabel Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

19 j. Gunakan Control server BPN RI dengan cara menghubungi Hotline BPN RI nomor (021) atau web BPN RI untuk mendapatkan IP. Server, username dan password. Untuk koneksi gelombang radio koreksi didapatkan dengan cara menghubungi base station terdekat. k. Pilih mountpoint MAX_BPN1_RTCM3.1 atau i-max_bpn1_rtcm3.1 untuk koneksi NTRIP, sedangkan untuk koneksi gelombang radio pilih frekuensi yang sama dengan base station. l. Setelah semua pilihan pengaturan dari huruf a sampai dengan huruf k dipilih dengan benar kemudian simpan semua dengan cara menekan tombol save/ok/finish Koleksi Data Setelah semua langkah-langkah sebagaimana tersebut pada angka dilakukan dengan benar, ROVER siap untuk digunakan untuk koleksi koordinat TM 3º dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Setelah receiver terpasang pada jalon (pole), receiver dan controller diaktifkan dengan menekan tombol Power dan pastikan 19 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

20 koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 2. Apabila perangkat komunikasi data yang digunakan adalah gelombang radio maka aktifkan radio modem. 3. Pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 4. Buka Job/Project yang sudah dibuat sebelumnya, contoh : ukur_prona, stakingout_hgu 5. Pastikan koneksi transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) atau koneksi gelombang radio dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 6. Pastikan koneksi ROVER dengan CONTROL SERVER BPN RI untuk koneksi NTRIP dan dengan base station untuk gelombang radio dengan melihat indikatornya, 7. Buat kode untuk pengelompokan jenis detail yang akan disurvey (sesuai standart yang ada), contoh : JLN untuk detail jalan, BID untuk titik batas bidang tanah, SGI untuk detail sungai, TDV untuk Titik Dasar Virtual. 8. Untuk memulai koleksi data koordinat TM 3º pilih menu survey pada controller. 20 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

21 9. Penomoran titik yang disurvey dimulai menurut kode pengelompokan jenis detail sebagaimana dimaksud angka 8 dan dimulai dengan angka 1 (satu), contoh: JLN1, TDV Dirikan jalon (pole) pada titik yang akan disurvey dengan posisi gelembung nivo kotak di dalam lingkaran/horisontal. 11. Pada saat survey telah mencapai fixed solution dengan melihat indikator pada controller atau receiver tekan tombol: store atau meas atau start untuk merekam data. 12. Untuk titik detail terakhir yang telah disurvey maka setelah menekan tombol store atau meas atau start tekan tombol close. 13. Setelah proses angka 1 sampai angka 12 selesai dilakukan, dilanjutkan dengan export/pemindahan data dari rover ke komputer yang tersedia aplikasi spasial berbasis vektor berupa data koordinat TM 3º untuk proses selanjutnya. KETERANGAN: Ketelitian koordinat yang diperoleh dengan metode ini tergantung pada jarak antara rover dengan base station, semakin jauh rover dari base station hasilnya akan semakin jelek. Contohnya pada alat dengan ketelitian koordinat ± 5 mm ± 1 ppm x Jarak pada jarak antara rover dengan base station sejauh 15 km maka ketelitian koordinat yang diperoleh 2 cm atau pada alat dengan 21 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

22 ketelitian koordinat ± 10 mm ± 1 ppm x Jarak maka ketelitian koordinat yang diperoleh 2.5 cm. 2.5 PENGUKURAN PENGEMBALIAN TITIK BATAS BIDANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GNSS NRTK Pengaturan ROVER Langkah-langkah pengesetan ROVER dalam rangka pengukuran pengembalian titik batas bidang tanah dengan menggunakan GNSS NRTK sebagai berikut: 1. Pastikan simcard data GSM sudah terpasang dan transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) diaktifkan dengan benar. Pada beberapa merk tertentu, simcard terpasang pada receiver, controler atau mobile phone dengan menggunakan akses bluetooth. 2. Aktifkan receiver dan controller dengan menekan tombol Power. 3. Pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung dengan melihat indikatornya. 4. Buat Job/Project pengukuran, contoh :stakingout 5. Data koordinat (TM-3º) sesuai GU yang akan di stakeout dapat di entry secara manual atau diimport dari komputer dalam bentuk format *.txt. 22 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

23 6. Untuk data koordinat yang jumlahnya kurang dari 5 titik, entry data dilakukan secara manual pada controller. 7. Untuk pengaturan GNSS pilih menu sebagai ROVER kemudian lakukan pengaturan parameter sebagai berikut: a. Lakukan pengaturan pengukuran dalam metode Network RTK b. Pilih koneksi NTRIP untuk menerima koreksi dari Control Server di BPN RI. c. Pilih koreksi yang diterima dalam format standart MAC atau i-max atau VRS. d. Untuk menu geoid model pilih EGM 2008, apabila pada rover tidak tersedia pilihan EGM 2008 maka pilih none. e. Ukur tinggi receiver dan masukkan dalam menu Antenna Height dan pilih jenis antena yang digunakan. f. Lakukan pengaturan sistem proyeksi dalam TM 3º sesuai zona dengan faktor skala 0,9999, absis semu (false easting) m, ordinat semu (false northing) m dan pilih datum WGS84/DGN 95 g. Lakukan pengaturan epoch penerimaan koreksi pada 3 detik dan cut of angle 15º. h. Pilih pengaturan solution type yaitu Fixed. i. Sesuai simcard data GSM yang digunakan, lakukan pengaturan transmisi data 23 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

24 (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) dengan memasukkan parameter sebagaimana tabel 1. j. Lakukan pengaturan akses server yang akan digunakan dengan memasukkan IP. Server, username dan password. Apabila koneksi antara rover dan Control server bermasalah,maka hubungi Hotline BPN RI nomor (021) Informasi lebih lanjut dapat di lihat di Website BPN RI. k. Pilih jenis transaksi data koreksi pada menu mountpoint MAX_BPN1_RTCM3.1 atau i- MAX_BPN1_RTCM3.1 l. Setelah semua pengaturan dari huruf a sampai dengan huruf k dilakukan dengan benar kemudian simpan semua parameter dengan cara menekan tombol save/ok/finish Staking Out pengembalian Titik Dasar Virtual atau titik batas bidang tanah Setelah semua tahapan sebagaimana tersebut pada angka dilakukan dengan benar, ROVER siap digunakan untuk staking out dengan langkah-langkah sebagai berikut: 24 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

25 1. Setelah receiver terpasang pada jalon (pole), receiver dan controller diaktifkan dengan menekan tombol Power dan pastikan koneksi antara receiver dan controller dalam keadaan sudah tersambung, dengan melihat indikatornya. 2. Buka Job/Project pengukuran, contoh : stakingout 3. Pastikan alat sudah terkoneksi dengan BPN dan sudah fixed. 4. Pilih menu stakeout. 5. Pilih titik yang akan di staking out (mis : Titik 1). Tekan tombol OK/Apply 6. Tunggu informasi deviasi jarak dari kontoller antara tempat anda berdiri dengan titik yang akan dicari. 7. Ikuti arah petunjuk yang terdapat dalam display controller sampai deviasi jarak mendekati nol. 8. Pasang patok pada titik dasar virtual atau titik batas bidang tanah yang dicari dan beri nomor sesuai dengan nomor yang tertera dalam GU. 9. Simpan data pengembalian koordinat batas pada job yang dibuat. 10. Untuk titik-titik lainnya dilakukan dengan cara yang sama. 25 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

26 BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN BATAS BIDANG TANAH DENGAN GNSS Pelaksanaan pengukuran batas bidang tanah dengan GNSS terdiri atas tahap persiapan dan tahap pelaksanaan pengukuran, menggunakan metode pengukuran sebagaimana yang telah diuraikan pada BAB II dengan menyesuaikan kondisi di lapangan. Pelaksanaan pengukuran batas bidang tanah terdiri atas dua cara pengukuran antara lain : 1. Pengukuran langsung pada batas bidang tanah dengan diikatkan langsung pada stasiun GNSS CORS. 2. Pengukuran batas bidang tanah dengan menggunakan Titik Dasar Virtual (TDV) sebagai titik ikatnya (Titik Dasar Virtual tersebut telah diukur dengan diikatkan pada stasiun GNSS CORS). Penggunaan GNSS juga dapat dikombinasikan dengan metode pengukuran terestris tergantung pada kondisi infrastruktur kantor dan kondisi di lapangan. 26 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

27 DILARANG melakukan pengukuran batas bidang tanah dengan menggunakan GPS Handheld/Navigasi kecuali untuk orientasi lapangan. Tahapan kegiatan pengukuran batas bidang tanah dengan GNSS dapat dilihat pada diagram alir berikut ini : 27 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

28 Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Pengukuran Batas Bidang Tanah dengan GNSS 28 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

29 3.1. PERSIAPAN Kegiatan persiapan meliputi persiapan administrasi pengukuran yang dilaksanakan di kantor dan persiapan pengukuran di lapangan, dengan rincian sebagai berikut: Persiapan Administrasi (di kantor): 1. Siapkan Surat Tugas (lampiran I) dan Surat Pemberitahuan akan dilaksanakannya pengukuran (lampiran II). Surat Tugas dan Surat Pemberitahuan tersebut harus diperlihatkan kepada pemohon pada saat dilaksanakannya kegiatan pengukuran. 2. Periksalah lokasi bidang tanah yang dimohonkan pengukurannya pada peta-peta yang tersedia (peta dasar pendaftaran tanah, peta dasar teknik, peta pendaftaran dan/atau peta-peta lainnya yang dipakai sebagai peta pendaftaran). 3. Rencanakan pengukuran bidang tanah yang dimohon pada peta-peta yang telah tersedia. 4. Periksalah posisi bidang tanah yang diukur terhadap posisi base-base station yang ada di sekitar daerah tersebut untuk keperluan pengikatan. 5. Siapkan blangko Gambar Ukur (DI.107) beserta citra atau peta foto lokasi bidang tanah yang akan diukur (jika tersedia). 6. Untuk pengukuran bidang tanah baru, periksalah Gambar Ukur yang bersebelahan 29 Buku Saku Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

30 dengan bidang tanah yang dimohon untuk mengontrol atau mengecek batas bidang tanah yang dimohon dan pemilik bidang tanah yang bersebelahan. 7. Untuk pengukuran pemisahan, pemecahan atau penggabungan bidang tanah, siapkan dan gunakan gambar ukur bidang tanah yang dimohon sebagai dasar untuk menentukan dan mengoreksi batas dan luas dari bidang tanah yang dipecah/digabungkan. Siapkan pula gambar ukur baru untuk menggambarkan dan menuliskan data ukur hasil pemecahan atau penggabungan bidang tanah. 8. Siapkan daftar isian yang terkait, seperti DI.103 (jika menggunakan Total Station atau Theodolit) Persiapan Pengukuran di Lapangan 1. Penunjukan Batas Bidang Tanah a. Pastikan kehadiran pemohon/pemilik bidang tanah (atau kuasanya dibuktikan dengan Surat Kuasa) dan pihak-pihak yang berbatasan (atau kuasanya dibuktikan dengan Surat Kuasa) di lokasi bidang tanah yang akan diukur. b. Surat kuasa yang dimaksud dilampirkan bersama dengan blangko Gambar Ukurnya. 30 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

31 c. Minta pemohon untuk menunjukkan batasbatas bidang tanah yang dimohonkan pengukurannya. Batas-batas bidang tanah tersebut harus mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang berbatasan, sehingga diperoleh kesepakatan batas. 2. Penempatan/Penanaman Tanda Batas a. Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya, wajib dilakukan oleh pemohon/pemilik bidang tanah yang bersangkutan. b. Tanda-tanda batas dipasang pada setiap sudut batas tanah dan, apabila dianggap perlu dipasang pada titik-titik tertentu sepanjang garis batas bidang tanah tersebut atas permintaan petugas ukur. 3. Penetapan Tanda Batas a. Untuk pengukuran bidang tanah, penetapan tanda batas bidang tanah mutlak harus dilakukan. b. Untuk pemecahan, pemisahan, atau penggabungan bidang tanah maka harus dilakukan penetapan tanda batas yang baru berdasarkan pengukuran kembali bidang atau bidang-bidang tanah tersebut. 31 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

32 c. Jika dalam penetapan tanda batas bidang tanah tidak diperoleh kesepakatan antara pemohon/pemilik bidang tanah yang bersangkutan dengan salah satu pihak yang berbatasan, maka batas bidang tanah yang bersangkutan dinyatakan sebagai batas sementara berupa garis putus-putus yang dicantumkan dalam Gambar Ukurnya (berikan tambahan catatan yang terkait dengan batas sementara tersebut). d. Berilah Nomor Identifikasi Bidang tanah (NIB) pada setiap bidang yang telah ditetapkan batas-batasnya. e. Bidang tanah yang telah ditetapkan tanda batasnya menjadi bahan pertimbangan untuk Panitia Pemeriksa Tanah untuk menetapkan batas bidang tanah dimaksud PROSEDUR PENGUKURAN BATAS BIDANG TANAH DENGAN GNSS DAN PEMBUATAN GAMBAR UKUR PENGUKURAN LANGSUNG PADA BATAS BIDANG TANAH A. Kondisi Seluruh Titik Tanda Batas Bidang Tanah diperoleh fixed solution. a. Setting rover sesuai teknik pengukuran yang akan digunakan (Bab II). 32 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

33 b. Isikan metode pengukuran, data pemohon, penunjuk batas, sempadan dan sket lokasi bidang tanah pada halaman ke-1 blangko Gambar Ukur. c. Setelah rover siap digunakan mulailah bergerak ke titik pertama dari batas bidang tanah yang akan dikoleksi data koordinat TM-3 -nya. Rekam dan simpan koordinat hasil perekaman sesuai pengkodean yang telah ditetapkan. d. Buat sket titik yang diamat dan beri identitas titik tersebut sama dengan nama titik yang direkam pada rover (contoh pengkodean lihat Bab II) pada halaman ke- 2 blangko Gambar Ukur. e. Cantumkan koordinat titik tersebut pada blangko Gambar Ukur (kecuali teknik post processing). f. Isi formulir pengamatan (lampiran IV) apabila teknik pengukuran yang digunakan adalah post processing. g. Setelah itu bergeraklah ke titik selanjutnya dan lakukan hal yang sama hingga seluruh titik yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah diperoleh data koordinat TM-3 -nya. 33 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

34 h. Lakukan pengamatan lagi pada beberapa titik yang diambil sehingga terdapat beberapa titik pada batas bidang tanah yang diamati dua kali (untuk mendapatkan data ukuran lebih). i. Untuk mengetahui panjangan batas bidang tanah dapat juga menggunakan pita ukur pada sepanjang batas bidang tanah jika diminta oleh pemohon (hasil pengukuran tidak dicantumkan pada blangko Gambar Ukur). j. Lakukan juga koleksi data terhadap detildetil penting atau bentang alam yang terdapat di sekitar lokasi bidang tanah misal: pojok jalan, jembatan, sungai, atau bangunan sebagai pelengkap situasi Gambar Ukur yang dibuat. k. Sket dan beri identitas pada blangko Gambar Ukur. Hal-hal yang harus diperhatikan : a. Semua data ukur dan isian deskripsi pada Gambar Ukur harus diisi langsung di lapangan. b. Koleksi data dilakukan pada setiap pojok atau sudut bidang tanah yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah dan pada titik sudut tanah yang berbatasan berada di sepanjang batas tanah. 34 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

35 c. Arah pengukuran sebaiknya berurutan memutar searah jarum jam batas bidang tanah. d. Pengukuran detail alam dimaksudkan untuk keperluan pengembalian batas di kemudian hari. e. Apabila terjadi hambatan di lapangan sehingga pengukuran tidak dapat dilaksanakan, maka dibuat Berita Acara Penundaan Pelaksanaan Pengukuran Bidang Tanah (lampiran III). f. Setelah selesai pengukuran, Gambar Ukur ditandatangani oleh petugas ukur, pemohon, penunjuk batas, pihak yang berbatasan dan mengetahui aparat desa setempat. g. Koordinat yang dicantumkan dalam Gambar Ukur adalah sampai dengan satuan cm (dua angka dibelakang koma). h. Untuk ukuran lebih, dengan jumlah koleksi data 4 titik, 1 titik harus diamati 2x (25% ukuran lebih dari jumlah titik yang dikoleksi). Hasil pengamatan ukuran lebih harus berupa data fix. i. Hasil koleksi data koordinat TM 3º kemudian didownload dan hasil kartiran dicetak di kantor. 35 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

36 j. Semua berita atau kejadian lapangan yang terkait dengan penunjukan batas, penanaman tanda batas, sengketa atau penetapan batas sementara dan kesepakatan para pihak dicantumkan pada Gambar Ukur halaman 3. k. Hasil kartiran dilampirkan atau dicetak langsung pada blangko Gambar Ukur dengan mencantumkan Nomor Gambar Ukurnya. f a d e c b Arah pergerakan rover Gambar 2. Ilustrasi pengukuran titik bidang tanah dengan GNSS 36 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

37 Gambar 3. Contoh Gambar Ukur dengan metode GNSS dimana tersedia citra atau peta foto 37 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

38 B. Kondisi Sebagian Titik Tanda Batas Bidang Tanah tidak diperoleh fixed solution a. Apabila rover tidak dapat berdiri tepat pada salah satu titik batas bidang tanah dikarenakan : tutupan vegetasi sangat padat di area listrik tegangan tinggi atau rover telah berdiri pada suatu titik batas namun tidak diperoleh fixed solution atau rover tidak dapat mengamat satelit (pada post processing) setelah lebih dari 15 menit. maka lakukan pengukuran menggunakan pita ukur (metode offset) dengan jarak <50 m. b. Metode offset dapat dilakukan: dari dua titik batas bidang tanah yang lain yang telah diamat atau dari detil/bentang alam di sekitar titik batas bidang tanah tersebut atau dari dua titik di sekitar titik batas bidang tanah tersebut dimana kondisinya lebih terbuka. Ilustrasi sebagaimana Gambar berikut. 38 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

39 f a d e c b Gambar 4. Ilustrasi metode offset dari dua titik batas bidang tanah yang telah diukur Keterangan gambar garis yang menggunakan pita ukur Jika rover tidak bisa mengamat di titik d maka diukur jarak dengan pita ukur dari misalnya jarak b-d dan jarak f-d. f a Jalan 1 2 d Rumah e Bidang Tanah c b Gambar 5. Ilustrasi metode offset dari dua titik detil alam 39 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

40 Keterangan gambar Jika rover tidak bisa mengamat di titik d maka diukur jarak dengan pita ukur dari 1-d dan jarak 2-d dimana titik 1 dan 2 adalah pojok jalan yang diukur dengan metode Titik Dasar Virtual. c. Buatkan sket posisi titik-titik yang diamat dan cantumkan data ukuran jarak untuk titik yang diukur dengan pita ukur dan cantumkan koordinat untuk titik yang bisa dikoleksi langsung dengan GNSS pada Gambar Ukur halaman ke-2. Hal-hal yang harus diperhatikan : Untuk pengukuran kombinasi (offset) dengan GNSS dan Pita Ukur, maka perlu dilakukan pengambilan data jarak untuk ukuran lebih dengan pita ukur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ketelitian ukuran yang memadai. Contoh Gambar Ukur pengukuran dengan GNSS apabila tidak tersedia peta foto atau citra dan salah satu tanda batas bidang tanah diukur dengan metode Titik Dasar Virtual dan offset dari tanda batas bidang tanah yang telah dikoleksi datanya : 40 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

41 Gambar 6. Contoh Gambar Ukur dengan metode GNSS dimana tidak tersedia citra atau peta foto dan salah satu titik batas bidang tanah tidak diperoleh fixed solution 41 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

42 PENGUKURAN BATAS BIDANG TANAH DENGAN TITIK DASAR VIRTUAL Pengukuran Titik Dasar Virtual dilakukan berdasarkan kondisi (kriteria) sebagai berikut : a. Rover tidak dapat berdiri langsung di titik batas bidang tanah karena gangguan sinyal GNSS, ATAU; b. Tidak adanya koneksi transmisi data (HSDPA, EDGE, 3G, GPRS) pada sebagian atau seluruh titik batas bidang tanah yang akan diukur; c. Fixed Solution pada koleksi data dengan GNSS Geodetik tidak bisa dicapai dikarenakan jauhnya letak bidang tanah terhadap base station ; d. Keterbatasan peralatan koleksi data (rover GNSS ). Pengukuran bidang tanah dengan Titik Dasar Virtual terdiri dari dua tahapan, yaitu : a. Tahap pertama, berupa pekerjaan pengukuran Titik Dasar Virtual sebagai titik ikat pengukuran bidang tanah; b. Tahap kedua, berupa pekerjaan pengukuran batas bidang tanah. 42 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

43 A. Pengukuran Titik Dasar Virtual Gambar 7. Ilustrasi Pengukuran Titik Dasar Virtual dengan GNSS A.1. Cara Pengukuran Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengukuran Titik Dasar Virtual adalah sebagai berikut : 1. Gunakan jaringan NRTK sebagai titik referensi dalam pengukuran Titik Dasar Virtual dan pastikan jaringan tersebut aktif memberikan koreksi ke rover. 43 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

44 2. Siapkan dan atur rover sesuai teknik pengukuran yang akan digunakan (RTK Network, Post Processing sesuai penjelasan Bab II); 3. Pasang statif dan lakukan sentering pada Titik Dasar Virtual pertama dan ukur tinggi antenanya. 4. Setelah rover siap digunakan, lakukan lakukan koleksi data koordinat TM Buat sket posisi Titik Dasar Virtual pada gambar ukur halaman 2 (apabila pengukuran Titik Dasar Virtual dilakukan petugas yang sama dengan yang melakukan pengukuran batas bidang tanahnya). 6. Tulis koordinat titik tersebut pada Gambar Ukur, kecuali untuk metode post processing. 7. Isi formulir pengamatan (lampiran IV) jika metode pengukuran yang digunakan adalah post processing. 8. Pindahkan alat ke Titik Dasar Virtual yang kedua, dan lakukan langkah 2 sampai dengan 7. A.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Titik Dasar Virtual yang diukur sebanyak 2 (dua) buah dan kedua titik tersebut saling terlihat. 2. Pastikan penempatan Titik Dasar Virtual yang diukur mampu mengikat semua titik batas bidang tanah. 3. Untuk pengukuran bidang tanah dengan Total Station, penempatan Titik Dasar Virtual dibuat sedemikian rupa sehingga Total Station dapat langsung membidik pojok batas bidang tanah. 44 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

45 4. Data koordinat TM 3 untuk Titik Dasar Virtual yang direkam adalah setelah mendapatkan fixed solution. B. Pengukuran Batas Bidang Tanah Dengan Titik Dasar Virtual Sebagai Titik Ikat Pengukuran bidang tanah dengan bantuan Titik Dasar Virtual sebagai titik ikat dilakukan berdasarkan kondisi bidang tanah dan peralatan yang digunakan, yaitu dapat menggunakan : 1. GNSS Geodetik Single RTK 2. GNSS Geodetik Post Processing 3. Terestris dengan Total Station B.1. Single Base RTK B.1.1. Kriteria Penggunaan Metode Single RTK dengan Pengikatan ke Titik Dasar Virtual 1. Bidang tanah yang diukur terjangkau oleh sinyal GNSS (rover dapat diletakkan di batas bidang tanah) namun fixed solution tidak bisa dicapai dengan pengukuran langsung ke base station di Kantah. 2. Alat koleksi data yang tersedia adalah GNSS Geodetik tipe RTK yang dilengkapi dengan sistem komunikasi data. 3. Jarak Bidang tanah ke Titik Dasar Virtual lebih dari 500 meter. 45 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

46 B.1.2. Cara Pengukuran 1. Lakukan pembagian petugas ukur untuk koleksi data di base station dan di rover. 2. Siapkan GNSS Tipe Geodetik, pasang statif dan lakukan sentering dengan benar di Titik Dasar Virtual (hasil pengukuran pada bagian A) yang menjadi base station tersebut. 3. Atur receiver dan masukkan nama file, interval pengamatan, mask angle, tinggi antena, tipe antena dan lain sebagainya; 4. Aktifkan radio komunikasi dan pastikan bekerja dengan baik. 5. Pastikan base station aktif merekam data sebelum rover dihidupkan. 6. Sementara itu siapkan dan atur receiver rover oleh petugas yang lain. Masukkan nama file, interval pengamatan, mask angle, tipe antena dan lain lain. 7. Isikan data pemohon, penunjuk batas, tetangga yang berbatasan dan sket lokasi bidang tanah pada halaman ke-1 Gambar Ukur. 8. Cantumkan base station Titik Dasar Virtual yang digunakan sebagai ikatan dan beri identitas pada Gambar Ukur. 9. Aktifkan komunikasi radio dan pastikan telah terhubung dengan base station. 46 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

47 10. Bergeraklah ke titik pertama pada bidang tanah yang diukur setelah base station aktif. 11. Ukur tinggi antena dan mulailah merekam data di titik tersebut. Tunggu hingga 15 menit, apabila tidak diperoleh fixed solution lakukan pengukuran dengan metode post processing. 12. Simpan koordinat tersebut pada receiver rover. 13. Isi formulir pengamatan dengan benar dan buat sketsa titik yang dikoleksi datanya dan beri identitas titik tersebut sama dengan nama titik yang direkam pada rover (contoh pengkodean lihat Bab II). 14. Setelah itu bergeraklah ke titik selanjutnya dan lakukan langkah 6 sampai dengan 13 untuk seluruh titik yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah. 15. Pastikan komunikasi data dengan base station dalam kondisi bekerja dengan baik selama rover melakukan koleksi data. 16. Lakukan juga pengukuran terhadap detil-detil penting atau bentang alam yang terdapat di sekitar lokasi bidang tanah misal : pojok jalan, sungai, atau bangunan dan tanamlah patok atau paku di titik detil tersebut. 17. Setelah koleksi data selesai dilakukan, matikan receiver rover terlebih dahulu, setelah itu matikan base station. 47 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

48 Gambar 8. Contoh Gambar Ukur dengan menggunakan Titik Dasar Virtual dengan metode GNSS dimana tersedia citra atau peta foto 48 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

49 B.1.3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Koleksi data dilakukan pada setiap pojok atau sudut bidang tanah yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah dan pada titik sudut tanah yang berbatasan berada di sepanjang batas tanah. 2. Arah pengukuran sebaiknya berurutan memutar batas bidang tanah. 3. Untuk ukuran lebih, dengan jumlah koleksi data 4 titik, 1 titik harus diamati 2x (25% ukuran lebih dari jumlah titik yang dikoleksi). Hasil pengamatan ukuran lebih harus berupa data fix. 4. Pengukuran bentang alam dimaksudkan untuk keperluan pengembalian batas di kemudian hari. 5. Setelah selesai pengukuran, Gambar Ukur ditandatangani oleh petugas ukur, pemohon, penunjuk batas, pihak yang berbatasan dan mengetahui aparat desa setempat. 6. Koordinat yang dicantumkan dalam Gambar Ukur adalah sampai dengan satuan cm (dua angka dibelakang koma). 7. Data hasil koleksi data kemudian didownload dan hasil kartirannya dicetak di kantor. 8. Hasilnya dilampirkan pada blangko Gambar Ukur dengan mencantumkan Nomor Gambar Ukurnya. 9. Semua berita atau kejadian lapangan yang terkait dengan penunjukan batas, penanaman 49 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

50 tanda batas, sengketa atau penetapan batas sementara dan kesepakatan para pihak dicantumkan pada Gambar Ukur halaman 3. B.2. Post Processing B.2.1. Kriteria Penggunaan Metode Post Processing dengan Pengikatan ke Titik Dasar Virtual 1. Bidang tanah yang diukur terjangkau oleh sinyal GNSS (rover dapat diletakkan di batas bidang tanah) namun fixed solution tidak bisa dicapai dengan pengukuran langsung ke base station di Kantah. 2. Alat koleksi data (GNSS Geodetik) yang digunakan tidak dilengkapi radio link. 3. Jarak Bidang tanah ke Titik Dasar Virtual lebih dari 500 meter. B.2.2. Cara Pengukuran 1. Lakukan pembagian petugas ukur untuk koleksi data di base station dan di rover; 2. Siapkan GNSS Tipe Geodetik, dirikan statif dan lakukan sentering dengan benar di Titik Dasar Virtual yang diukur sebelumnya sebagai base station; 3. Atur receiver pada base station dan buatkan nama job dan atur interval pengamatan, mask angle, tinggi antena, tipe antena dan lain-lain; 4. Pastikan base station aktif merekam data sebelum rover dihidupkan; 50 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

51 5. Sementara itu siapkan dan atur receiver rover oleh petugas yang lain. Buat nama job dan atur interval pengamatan, mask angle, tipe antena dan lain lain; 6. Isikan data pemohon, penunjuk batas, tetangga yang berbatasan, sket lokasi bidang tanah dan metode pengukuran yang digunakan pada halaman ke-1 Gambar Ukur; 7. Cantumkan base station Titik Dasar Virtual yang digunakan sebagai ikatan dan beri identitas pada Gambar Ukur. 8. Bergeraklah ke titik pertama pada bidang tanah yang diukur setelah base station aktif; 9. Ukur dan masukkan data tinggi antena ke dalam receiver rover dan mulailah merekam data di titik tersebut dengan lama pengamatan disesuaikan dengan jarak Titik Dasar Virtual ke bidang tanah (lihat tabel 2); 51 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

52 Jarak Titik Dasar Virtual ke Titik Batas Bidang Tanah < 1 kilometer 1-3 kilometer 3-5 kilometer Lama Waktu Pengamatan GNSS-Post Processing 10 menit (receiver GNSS frekuensi ganda) menit (receiver GNSS frekuensi tunggal) menit (receiver GNSS frekuensi ganda) 30 menit (receiver GNSS frekuensi tunggal) menit (receiver GNSS frekuensi ganda) menit (receiver GNSS frekuensi tunggal) Tabel 2. Lama pengamatan berdasarkan Jarak Titik Dasar Virtual ke Titik Batas Bidang Tanah 10. Simpan data yang dikoleksi tersebut pada receiver rover; 11. Isi formulir pengamatan (lampiran IV) dengan benar dan buat sketsa titik yang dikoleksi datanya dan beri identitas titik tersebut sama dengan nama titik yang direkam pada rover (contoh pengkodean lihat Bab II). 12. Setelah itu bergeraklah ke titik selanjutnya dan lakukan langkah 5 sampai dengan 11 untuk seluruh titik yang telah dipasangi tanda batas bidang tanah; 52 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

53 13. Pastikan base station dalam kondisi bekerja dengan baik selama rover melakukan koleksi data. 14. Lakukan juga koleksi data terhadap detil-detil penting atau bentang alam yang terdapat di sekitar lokasi bidang tanah misal : pojok jalan, jembatan, sungai, atau bangunan sebagai pelengkap situasi Gambar Ukur yang dibuat. 15. Setelah koleksi data selesai dilakukan, matikan receiver rover terlebih dahulu. Selanjutnya matikan base station dan atur kembali peralatan dan perlengkapan yang dibawa. 16. Setelah dilakukan koleksi data maka dilakukan export/pemindahan data dari receiver ke komputer yang tersedia software aplikasi processing baseline dan network. 17. Lakukan pengolahan data sebagaimana yang dijelaskan pada Bab II bagian Pemrosesan Data pasca koleksi data (Post Processing). 18. Cetak hasil pengolahan data di atas dan lampirkan pada blangko Gambar Ukur. B.2.3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan 1. Jarak Bidang tanah ke Titik Dasar Virtual maksimal 20 km. 2. Koleksi data dilakukan pada setiap pojok atau sudut bidang tanah yang telah dipasangi tanda 53 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

54 batas bidang tanah dan pada titik sudut tanah yang berbatasan berada di sepanjang batas tanah. 3. Arah pengukuran sebaiknya berurutan memutar batas bidang tanah. 4. Pengukuran bentang alam dimaksudkan untuk keperluan pengembalian batas di kemudian hari. 5. Setelah selesai pengukuran, Gambar Ukur ditandatangani oleh petugas ukur, pemohon, penunjuk batas, pihak yang berbatasan dan mengetahui aparat desa setempat. 6. Data hasil koleksi data kemudian didownload dan diolah. Selanjutnya hasil pengolahan data tersebut dicetak dan dilampirkan pada Gambar Ukur dengan mencantumkan Nomor Gambar Ukurnya. 7. Koordinat titik batas hasil pengolahan data post processing harus memenuhi ketelitian ± 3 cm. 8. Semua berita atau kejadian lapangan yang terkait dengan penunjukan batas, penanaman tanda batas, sengketa atau penetapan batas sementara dan kesepakatan para pihak dicantumkan pada Gambar Ukur halaman 3. Contoh Pengisian Gambar Ukur dengan metode Post Processing: 54 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

55 Gambar 9. Contoh Gambar Ukur Ukur dengan menggunakan Titik Dasar Virtual dengan metode GNSS dikombinasikan dengan GNSS Post Processing 55 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

56 C. Total Station C.1. Kriteria Penggunaan Total Station Total Station digunakan apabila kondisi bidang tanah yang diukur tidak memungkinkan dilakukannya pengukuran dengan GNSS Geodetik dikarenakan gangguan sinyal. Gambar 10. Vegetasi yang rimbun membuat arah pandang ke angkasa tertutup (mengganggu sinyal GNSS). C.2. Cara Pengukuran Pengukuran bidang tanah dengan Total Station menggunakan metode polar. Metoda ini pada prinsipnya mengikatkan titik detil/titik batas dengan mengukur jarak dan sudut jurusan dari 2 (dua) titik tetap/ikat yang sudah ada (Titik Dasar Virtual) pada bagian A. Pengukuran Titik Dasar Virtual). Metode ini dapat diterapkan apabila keadaan lapangan disekitar bidang tanah yang akan diukur relatif masih kosong, dimana dari 56 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

57 tempat berdiri alat dapat membidik langsung ke-arah target (titik batas). Upayakan Total Station didirikan pada salah satu Titik Dasar Virtual, dan lakukan bacaan ke target belakang (backsight) ke Titik Dasar Virtual yang lain, sedangkan bacaan ke target depan (offsight) ke titiktitik batas bidang tanah (ilustrasi pada Gambar 10). Apabila tidak dapat dilakukan pembacaan langsung ke titik batas bidang tanah, lakukan dengan metode poligon lebih dahulu, selanjutnya lakukan pengukuran sudut dan jarak di titik batas bidang tanah. Gambar 11. Ilustrasi pengukuran batas bidang tanah dengan Titik Dasar Virtual dikombinasikan dengan Total Station 57 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

58 Keterangan Gambar : A, B = Titik Dasar Virtual ( X A, Y A ) = koordinat titik A ( X B, Y B ) = koordinat titik B C, D, E, F = titik batas bidang tanah d 1 s/d d 6 = jarak datar titik batas dari Titik Ikat Sementara α 1 s/d α 6 = sudut jurusan s 1 s/d s 4 = sisi-sisi bidang tanah Langkah-langkah pengukuran yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Dirikan alat ukur di titik A, kemudian lakukan sentering dan atur alat. 2. Dirikan target/prisma di-titik B, kemudian lakukan sentering dan atur target. 3. Arahkan alat ke-target/prisma di-titik B, masukkan koordinat A sebagai base station dan koordinat B sebagai backsight. Dengan demikian diperoleh sudut jurusan AB (α AB). Rekam dan simpan jarak AB (d AB ) dengan demikian maka bacaan sudut horizontal selanjutnya sudah merupakan bacaan sudut jurusan. 4. Pindahkan target/prisma ke-titik F, kemudian lakukan sentering dan atur target. 5. Lakukan pengukuran dua seri rangkap, dan simpan data ukuran pada setiap pembacaan selesai dilakukan. 58 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

59 6. Arahkan alat ke-target di-titik F, rekam dan simpan bacaan sudut jurusan (α 1), jarak datar (d 1 ) dan koordinat F (X F, Y F). Catat data ukur tersebut dalam formulir DI 102, kemudian tuliskan koordinat titik F tersebut dalam Gambar Ukur. 7. Lakukan dengan cara yang sama untuk titik E, D dan C, sehingga diperoleh data bacaan sudut jurusan (α 2, α 3,α 4), jarak datar (d 2, d 3, d 4 ) dan koordinat E (X E, Y E), C (X C, Y C) dan D (X D, Y D). Catat masing-masing data ukur tersebut dalam formulir DI 102, kemudian tuliskan koordinat titik E, D dan C tersebut dalam Gambar Ukur. 8. Sebagai pengukuran lebih, ukur dari titik B ke-titik batas E dan D,dengan cara yang sama seperti diatas, sehingga diperoleh data bacaan sudut jurusan (α 5,α 6), jarak datar (d 5, d 6), koordinat E (X E, Y E) dan koordinat D (X D, Y D). Catat masing-masing data ukur tersebut dalam formulir DI 102, kemudian tuliskan koordinat titik E dan D tersebut dalam Gambar Ukur. 9. Tulis koordinat rata-rata titik E dan D dari pengukuran (7) dan (8) pada Gambar Ukur. 59 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

60 Gambar 12. Contoh Gambar Ukur dengan menggunakan Titik Dasar Virtual dengan metode GNSS dikombinasikan dengan Total Station 60 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

61 Gambar 13. Contoh Pengisian DI 103 untuk pengukuran dengan Total Station 61 Buku Saku Pelaksanaan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dengan

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;

Lebih terperinci

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 MODUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat

Lebih terperinci

MODUL 3 GEODESI SATELIT

MODUL 3 GEODESI SATELIT MODUL 3 GEODESI SATELIT A. Deskripsi Singkat Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional

Lebih terperinci

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma Daftar Periperal : E-GNSS Potret Antena Eksternal dengan Pole Mounting Rover Receiver TX Transceiver (optional) Hanya dipasang pada BASE Station Untuk RTK Radio Modem Telemetry RX Transceiver (optional)

Lebih terperinci

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma Daftar Periperal : E-GNSS Potret Antena Eksternal dengan Pole Mounting Rover Receiver TX Transceiver (optional) Hanya dipasang pada BASE Station Untuk RTK Radio Modem Telemetry RX Transceiver (optional)

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN

INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN NTRIP Client untuk membaca data koreksi dari stasiun CORS pada mode survey NTRIK-RTK Serial Bluetooth untuk melakukan setting perubahan pada alat E-GNSS ke pilihan mode

Lebih terperinci

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic)

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic) Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic) Syarat Kondisi Keuntungan / Kekurangan PPK Tidak diperlukan Koneksi Data Base secara realtime Diperlukan 1

Lebih terperinci

Panduan Cepat Penggunaan X91 GNSS

Panduan Cepat Penggunaan X91 GNSS Panduan Cepat Penggunaan X91 GNSS Penggunaan Receiver di bagi menjadi 2 bagian : 1. Mode Static 2. Mode RTK (Real Time Kinematic) Penggunaan Receiver dengan Mode Static 1. Bonding Base Receiver dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION SIDANG TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION Yoga Prahara Putra yoga.prahara09@mhs.geodesy.its.ac.id JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM

URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM PASANG UNIT PADA TITIK SURVEI DAN COLOKKAN POWER BANK SETTING KONEKSI BLUETOOTH dan KAMERA HP SETTING PILIHAN MODE SURVEI SINGLE MULAI SURVEI Pengaturan dasar KONEKSI

Lebih terperinci

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill Firman Amanullah dan Khomsin Jurusan

Lebih terperinci

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENENTUAN POSISI DENGAN GPS RTK-NTRIP DENGAN BASE GPS CORS BIG DARI BERBAGAI MACAM MOBILE PROVIDER DIDASARKAN PADA PERGESERAN LINEAR (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Continuously Operating Reference Station (CORS) adalah sistem jaringan kontrol yang beroperasi secara berkelanjutan untuk acuan penentuan posisi Global Navigation

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo 3505.100.023 GEOMATIC ENGINEERING ITS CORS (Continuously Operating Reference System) CORS (Continuously

Lebih terperinci

Manual Penggunaan APIS Mode UDP (User Datagram Protocol)

Manual Penggunaan APIS Mode UDP (User Datagram Protocol) Manual Penggunaan APIS Mode UDP (User Datagram Protocol) Sharpmapping PT. Choice Plus Gemilang Sentral Senayan II, 20, F2002, JL. Asia Afrika no 8. Jakarta Selatan, 10270, Indonesia Ph +62 (21) 3048 6780

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 Analisis pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP Dimas Bagus, M. Awaluddin, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

p o t r e t u d a r a

p o t r e t u d a r a SOFTWARE ada di dalam Micro-SD RTKLIB/ RTKCONV untuk konversi data LOG Rinex RTKLIB/RTKPOST untuk Post Processing (PPK) Program Android untuk instalasi program RTKGPS+ dan command nya Demo Proses Data

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Salah satu kegiatan eksplorasi seismic di darat adalah kegiatan topografi seismik. Kegiatan ini bertujuan

Lebih terperinci

Manual Penggunaan Aplikasi LandStar dengan Mode Radio RTK

Manual Penggunaan Aplikasi LandStar dengan Mode Radio RTK Manual Penggunaan Aplikasi LandStar dengan Mode Radio RTK Sharpmapping PT. Choice Plus Gemilang Sentral Senayan II, 20, F2002, JL. Asia Afrika no 8. Jakarta Selatan, 10270, Indonesia Ph +62 (21) 3048 6780

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 APA ITU TOTAL STATION???? Secara sederhana

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 3.1 Data yang Digunakan Data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan kinerja perangkat lunak pengolah data GPS ini (LGO 8.1), yaitu merupakan data GPS yang memiliki panjang

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR KADASTRAL NASIONAL (KDKN)

KERANGKA DASAR KADASTRAL NASIONAL (KDKN) KERANGKA DASAR KADASTRAL NASIONAL (KDKN) Ir Tris Wandoko Kasubdit Pelaksanaan Pengukuran Dasar ( Plt. Kasubdit Pengelolaan Data Dasar) KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BPN DIREKTORAT PENGUKURAN DAN

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah memerlukan acuan arah dan informasi geospasial. Diperlukan peta dasar pendaftaran dan peta kerja yang dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di sekitar wilayah Semarang Jawa Tengah dimana hanya mencakup 11 titik dasar teknik orde 3 yang berada di Semarang. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kadaster merupakan sistem informasi kepemilikan tanah beserta berbagai hak maupun catatan yang mengikutinya dengan melibatkan deskripsi geometrik dari persil tanah

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK King Adhen El Fadhila 1) dan Khomsin 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut: Bab IV ANALISIS Analisis dilakukan terhadap hasil revisi dari Permendagri no 1 tahun 2006 beserta lampirannya berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan Geodesi, adapun analalisis yang diberikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1585, 2015 KEMEN-ESDM. Izin Usaha Pertambangan. Mineral. Batubara. Wilayah. Pemasangan Tanda Batas. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016 ANALISIS PENGUKURAN BIDANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GNSS METODE RTK-NTRIP PADA STASIUN CORS UNDIP, STASIUN CORS BPN KABUPATEN SEMARANG, DAN STASIUN CORS BIG KOTA SEMARANG Rizki Widya Rasyid, Bambang Sudarsono,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN TRIMBLE R4 V Dicetak Untuk : DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI

PETUNJUK PENGGUNAAN TRIMBLE R4 V Dicetak Untuk : DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI PETUNJUK PENGGUNAAN Dicetak Untuk : DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI V 1.0-11.13 TRIMBLE R4 DAFTAR ISI 1. Bentuk dan Tampilan Trimble GNSS Geodetik R4... 2 1.1

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,

Lebih terperinci

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh. 38 Bab IV Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh. IV.1. Analisis Sumber Data Peta-peta Pendaftaran Tanah yang kami jadikan obyek

Lebih terperinci

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider Analisa Perbandingan Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan Base GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) dari Berbagai Macam Mobile Provider (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari 1) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi

Lebih terperinci

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah Reka Geomatika Jurusan Teknik Geodesi No. 1 Vol. 1 ISSN 2338-350X Juni 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah JOKO SETIADY Jurusan Teknik Geodesi, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem satelit navigasi adalah sistem yang digunakan untuk menentukan posisi di bumi dengan menggunakan teknologi satelit. Sistem ini memungkinkan sebuah alat elektronik

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006

Lebih terperinci

Bab VIII. Penggunaan GPS

Bab VIII. Penggunaan GPS Bab VIII. Penggunaan GPS Pengenalan GPS Global Positioning System atau disingkat GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kepastian hukum di bidang pertanahan, mutlak diperlukan. Karena itu dibutuhkan perangkat hukum tertulis yang mengatur tentang kepastian hak-hak masyarakat atas tanah.

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Pengaruh Panjang Baseline Terhadap Ketelitian Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan GNSS Metode RTK-NTRIP (Studi Kasus: Semarang, Kab. Kendal dan Boyolali) Ega Gumilar Hafiz, Moehammad Awaluddin,

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan BAB IV ANALISIS Meskipun belum dimanfaatkan di Indonesia, tetapi di masa mendatang kerangka CORS dapat menjadi suatu teknologi baru yang secara konsep mampu memenuhi kriteria teknologi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

STARTER KIT Application Note AN157 Browsing Internet Via GSM STARTER KIT

STARTER KIT Application Note AN157 Browsing Internet Via GSM STARTER KIT STARTER KIT STARTER KIT Application Note AN157 Browsing Internet Via GSM STARTER KIT Oleh: Tim IE Browsing merupakan kegiatan membuka alamat situs internet untuk tujuan tertentu. AN ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

KONEKSI INTERNET KOMPUTER MENGGUNAKAN PONSEL

KONEKSI INTERNET KOMPUTER MENGGUNAKAN PONSEL BIZIT STUDIO IT LEARNING & WORKSHOP KONEKSI INTERNET KOMPUTER MENGGUNAKAN PONSEL Penulis Gute. Mahendra Buku ini dikeluarkan oleh Bizit Studio, demi kepentingan pendidikan silahkan mengcopy isi buku ini

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661 A369 Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech I Gede Brawiswa Putra, Mokhamad Nur Cahyadi Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Telkomsel GPRS MMS. Satelindo. Cara aktifin GPRS/MMS Matrix Ketik sms: PAN GPRS kirim ke 888 dan PAN MMS ke 888 Mentari Ketik sms: PAN MMS ke 888 GPRS

Telkomsel GPRS MMS. Satelindo. Cara aktifin GPRS/MMS Matrix Ketik sms: PAN GPRS kirim ke 888 dan PAN MMS ke 888 Mentari Ketik sms: PAN MMS ke 888 GPRS Telkomsel Cara aktifin / Kartu Halo Daftar di GRAPARI atau ketik sms dikirim ke 6616 dan ke 6616 SIMPATI Ketik sms kirim ke 6616 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan rute transportasi melintasi sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api dan lainlain.jembatan merupakan

Lebih terperinci

Processed: Sabtu, Feb 23, :06:49 08/01/19, 13:10: /01/19, 13:30:55.000

Processed: Sabtu, Feb 23, :06:49 08/01/19, 13:10: /01/19, 13:30:55.000 52 Lampiran D.2 Contoh Hasil Pengolahan Baseline Baseline Summary B20 (ITB1 to BD20) Processed: Sabtu, Feb 23, 2008 01:06:49 Solution type: Solution acceptability: Ephemeris used: Met Data: L1 fixed Solution

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA 1.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 1.1.1 Lokasi Dalam program latihan akademik (PLA) penelitian dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten subang, yang beralamat

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA SISTIM GPS SISTEM KOORDINAT PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Singkatan : Global Positioning System Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1996 TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN UNTUK PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Data Koordinat Definitif Titik Dasar Teknik Orde 3 BPN Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan perhitungan dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH

PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH Proposal Penelitian Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Pada Program Diploma IV Pertanahan

Lebih terperinci

II. PERSIAPAN PENGUKURAN

II. PERSIAPAN PENGUKURAN I. PENDAHULUAN Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah yang mencakup kegiatan pengukuran, perpetaan dan pembukuan hak sangat terkait dengan aspek teknis, yuridis, dan administratif data bidang tanah.

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Sehubungan

Lebih terperinci

E-GNSS Potret untuk Drone

E-GNSS Potret untuk Drone Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver Antena dengan Pole/Jalon Prisma Unit untuk BASE Base Receiver dengan Smartphone Pada Pole/Jalon Prisma Drone Mounting Rover Receiver Kabel OTG micro-usb

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Penentuan Posisi. Hak Cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang.

Penentuan Posisi. Hak Cipta 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. Penentuan Posisi 2007 Nokia. Semua hak dilindungi undang-undang. Nokia, Nokia Connecting People, Nseries, dan N81 adalah merek dagang atau merek dagang terdaftar dari Nokia Corporation. Nama produk dan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN PELAKSANAAN TPLA

BAB III DESKRIPSI TPLA DAN PELAKSANAAN TPLA BAB III DESKRIPSI TPLA DAN PELAKSANAAN TPLA Pensertifikatan tanah melalui Proyek Nasional Agraria (PRONA) di Kota Tasikmalaya dengan luas wilayah 17.156,20 Ha atau 171,56 KM 2, yang meliputi 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN

BAB 4 ANALISIS. 4.1 Analisis Permasalahan Jaringan CORS IPGSN dan BPN BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Permasalahan CORS IPGSN dan BPN Dalam perjalanan pembangunan, pengoperasian dan perawatan jaringan CORS di Indonesia agar tetap terjaga baik, teradapat beberapa masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur. Kegiatan tersebut meliputi

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013 UJI COBA GNSS CORS DALAM PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH MENGGUNAKAN SPIDERWEB ( Studi Kasus : Kabupaten Semarang ) Kukuh Ibnu Zaman 1), Ir. Sawitri Subiyanto 2), L.M Sabri, S.T, M.T 3) 1) Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

Untuk mengakses Internet dengan baik dan benar

Untuk mengakses Internet dengan baik dan benar BAB TEKNIK MENGAKSES INTERNET 3 Untuk mengakses Internet dengan baik dan benar kita perlu mempelajari sedikit tentang berbagai teknik untuk mengkonfigurasi akses ke Internet. Memang ada beberapa cara untuk

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015 ANALISIS PENGUKURAN BIDANG TANAH MENGGUNAKAN GNSS RTK-RADIO DAN RTK-NTRIP PADA STASIUN CORS UNDIP Mualif Marbawi, Bambang Darmo Yuwono, Bambang Sudarsono *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia Tanah merupakan bagian dari alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia. Hampir seluruh kegiatan manusia dilakukan di atas bidang tanah.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI DAN DATA CHECKING 4.1 ANALISIS IMPLEMENTASI Dari hasil implementasi pedoman penetapan dan penegasan batas daerah pada penetapan dan penegasan Kabupaten Bandung didapat beberapa

Lebih terperinci

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN Pengertian Alat Ukur Tanah Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNA. GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N

PANDUAN PENGGUNA. GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N PANDUAN PENGGUNA GPS Vehicle Tracker (GPS+GSM+SMS/GRPS) TK110N Panduan pengguna ini khusus dibuat oleh Smart GPS Indonesia sebagai petunjuk penggunaan daripada fungsi dan fitur GPS Vehicle Tracker 1. Aksesoris

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Pendataan dengan menggunakan Sistem Manajemen dan Informasi Objek Pajak dilaksanakan mulai tahun 1993 sampai dengan saat ini. Dengan sistem ini pendataan dilakukan

Lebih terperinci

Langkah-langkah Koneksi internet dengan dial-up GPRS menggunakan wavecom fastrack

Langkah-langkah Koneksi internet dengan dial-up GPRS menggunakan wavecom fastrack Langkah-langkah Koneksi internet dengan dial-up GPRS menggunakan wavecom fastrack 1. Koneksi PC dengan Modem Fastrack Langkah 1: Koneksi komputer atau PC dengan modem wavecom fastrack lengkap dengan komponen

Lebih terperinci

Setting Modem Dial-up GPRS Kartu IM3 Indosat Oleh : Muhibbuddin

Setting Modem Dial-up GPRS Kartu IM3 Indosat Oleh : Muhibbuddin Setting Modem Dial-up GPRS Kartu IM3 Indosat Oleh : Muhibbuddin Dunia Internet saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Bahkan bagi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini teknologi GNSS berkembang dengan pesat baik dari segi metode pengamatan, efisiensi, ketelitian maupun jangkauannya. Berawal dari metode statik yang proses

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan

Lebih terperinci

Modul GNSS Geodetik. Daftar Isi

Modul GNSS Geodetik. Daftar Isi Daftar Isi 1. Pengetahuan Dasar GNSS Geodetik... 0 1.1 Pengertian GNSS... 2 1.2 Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GNSS... 2 1.3 Klasifikasi Receiver GNSS... 4 1.4 Sinyal GNSS... 5 1.5 Perencanaan Persiapan

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tanggal 27 Oktober 2014;

Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tanggal 27 Oktober 2014; - 2-2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); 3. Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PELATIHAN PONDOK SURVEYOR

PELATIHAN PONDOK SURVEYOR PELATIHAN PONDOK SURVEYOR Training and Practical Session Pondok Surveyor Cidaun, Cianjur, Jawa Barat Possitioning : Hands-On Guide Version: 01 Date: 7 November 2016 Prepared by: Priyandoko, A., Syaifil,

Lebih terperinci