BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi Interaksi Judee Burgoon tertarik pada cara pandang orang dalam beradaptasi satu sama lain. Dalam penelitiannya bersama para peneliti lainnya menyadari bahwa teori ini tidak menjelaskan secara luas perilaku komunikasi dan fungsinya. Teori ini memiliki sembilan prinsip di dalamnya. Prinsip pertama dalam teori ini adalah bahwa pada dasarnya orang-orang cenderung untuk beradaptasi dan menyesuaikan pola interaksi mereka satu sama lain. Contohnya, jika seseorang mulai terlihat memberikan signal-signal atau mulai memberikan stimulus pada orang lain, setidaknya orang kedua akan memberikan sedikit respon menaggapi orang pertama. Kecenderungan ini terjadi sebagai bentuk penyesuaian satu perilaku untuk memenuhi berbagai tujuan, termasuk kelangsungan hidup, komunikasi, dan kebutuhan koordinasi. Prinsip kedua dalam teori ini adalah secara biologi terjadi tekanan-tekanan untuk melakukan interaksi antar sesama dan sewaktu-waktu dapat memiliki kecocokan satu dengan yang lain. Prinsip ketiga menyatakan tentang kebutuhan manusia dalam ranah kehidupan sosial, dimana setiap individu memerlukan kerabat atau dengan kata lain memiliki hubungan dengan yang lainnya dalam hal kekerabatan. Prinsip keempat berbicara tentang lingkup tatanan sosial yaitu individu akan cenderung untuk menemukan dan membalas perilaku yang diberikan orang lain. Hal ini terlihat dari segi kesopanan, norma, dan interaksi yang rutin. Prinsip kelima menjelaskan tentang timbal balik yang umumnya diberikan oleh satu individu dengan yang lain sebagai perilaku kompensasi (memaklumi). Contoh, dalam membangun hubungan, seorang karyawan akan menunjukkan timbal balik, dengan menunjukkan atau dengan memberikan respon seperti tertawa dan menunjukan ekspresi wajah yang menyenangkan setiap kali bosnya melakukan hal yang sama. Prinsip keenam menyatakan bahwa meskipun orang atau individu memiliki tekanan biologis dan sosiologis untuk beradaptasi satu 9

2 sama lain, tingkat adaptasi yang strategis akan bervariasi tergantung pada beberapa faktor seperti konsistensi kesadaran individu dari dirinya sendri atau dari orang lain. Kemampuan untuk menyesuaikan perilaku dalam menanggapi orang lain dan perbedaan budaya. Prinsip ketujuh berbicara tentang batasan dalam pola interaksi yang berlaku yaitu, biologis, psikologis dan kebutuhan sosial untuk membatasi seberapa banyak individu yang dapat beradaptasi. Di luar dari parameter nonakomodasi dan pemakluman. Misalnya orang yang berada pada tingkat kebutuhan sosial interaksi rendah akan kurang dalam beradaptasi, dibanding dengan orang yang berada pada kategori sosial interaksi tinggi. Prinsip kedelapan lebih melihat dari faktor-faktor diadik yang akan mengarahkan pada pembentukan pola adaptasi dalam suatu interaksi, baik faktor dari dalam atau dari luar. Seperti hubungan yang alami, lokasi interaksi, daya tarik, umur dan gender. Prinsip yang terakhir pada teori ini menjelaskan tentang fungsi komunikatif dari perilaku yang sulit untuk dimengerti dalam lingkup adaptasi interpersonal dibanding dengan perilaku individu yang terisolasi dari fungsinya. Berdasarkan sembilan prinsip di atas, terdapat faktor-faktor yang menjadi analisis dasar teori adaptasi interaksi yaitu, kebutuhan, harapan, keinginan, posisi interaksi, dan perilaku sebenarnya. Dari kelima faktor tersebut, tiga diantaranya memiliki keterkaitan. Kebutuhan, merupakan bagian dari pembawaan secara biologis dan merupakan bagian dasar dari manusia tentang kebutuhan akan keamanan dan kelangsungan hidup. Harapan, berhubungan dengan sosiologis yang berasal dari norma sosial, norma budaya, tujuan komunikasi, pengetahuan umum tentang perilaku lawan bicara. Misalnya saat A menyapa temannya B, B akan memberikan respon yang sama dengan menyapa kembali A. Inilah yang disebut sebagai norma budaya. Keinginan, berbicara tentang pilihan dan tujuan dalam satu interaksi. Hal ini menyangkut spesifik seseorang dan kekhususan dalam interaksi tersebut. Sedangkan faktor keempat yaitu posisi interaksi merupakan kemungkinan dalam perilaku interaksi seseorang atau kemungkinan yang diproyeksikan dari orang lain berdasarkan kombinasi hirarkis dari yang dibutuhkan (diperlukan), diharapkan (diantisipasi), dan keinginan (disukai). Dan yang terakhir yaitu perilaku sebenarnya merupakan perilaku dari individu dalam 10

3 satu interaksi. Kedua faktor terakhir merupakan rangkaian penyangkalan dari valensi positif atau dengan kata lain merupakan valensi negatif atau bentuk ketidaksukaan. Adaptasi interaksi melihat bagaimana perbandingan dalam suatu interaksi dari segi posisi interaksi dan perilaku sebenarnya. 2.2 Teori Pelanggaran Harapan Expectancy violations theory (EVT), dikembangkan oleh Judee Burgoon dan beberapa rekannya untuk memprediksi dan menjelaskan tentang dampak dari perilaku tak terduga atau respon di dalam suatu komunikasi. Teori ini terdiri dari tiga asusmsi yaitu : 1. Harapan mendorong terjadinya interaksi antarmanusia 2. Harapan terhadap perilaku manusia dipelajari 3. Orang membuat prediksi terhadap perilaku nonverbal (Sobur.2014: ). Burgoon (1978) pada tulisan awalnya tentang EVT, menyatakan bahwa orang tidak memandang perilaku orang lain sebagai sesuatu yang acak; sebaliknya, mereka memiliki harapan mengenai bagaimana seharusnya seseorang berperilaku dan berpikir (West.2008:159). Pelanggaran harapan dapat bervalensi positif atau negatif, tergantung cara pandang seseorang terhadap lawan bicaranya. Salah satu contoh yang mungkin bisa membuka pemahaman tentang EVT: A adalah seorang gadis jujur yang sedang ditaksir oleh dua orang pria sekaligus. Namun diantaranya hanya ada seorang yang disukai A. Suatu saat pria yang A sukai itu menemui A dan berdiri terlalu dekat yang melanggar jarak komunikasi antarpribadi (jatak intim: 0-18 inci atau sekitar 46 sentimeter), besar kemungkinan A akan menerimanya dengan positif dan berpikir bahwa ini adalah perilaku yang gentlemen. Namun apa yang terjadi jika pria yang tidak ditaksir mendekati A? Tentunya A akan menerimanya sebagai sesuatu yang negatif dan berpikir bahwa ini adalah hal yang tidak benar dan bisa saja A langsung pergi meninggalkannya. Jadi, penilaian A terhadap suatu pelanggaran dapat tergantung pada bagaimana perasaannya, ketertarikannya terhadap lawan bicaranya. Bila A menyukai orang tersebut, A akan menerima 11

4 pelanggaran tersebut sebagai sesuatu yang positif atau sesuatu yang wajar. Begitu juga sebaliknya, jika A tidak memiliki ketertarikan dengan lawan bicara A, A akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang bernilai negatif Harapan, Pelanggaran Harapan, dan Valensi Ganjaran Komunikator Menurut Burgoon, ada tiga konstruk dalam teori ini yaitu Harapan (expectancies), Pelanggaran Harapan (Expectancy violations), dan Valensi Ganjaran Komunikator (communicaror reward valence). Harapan merupakan suatu pemikiran dan perilaku yang diantisipasi dan disetujui dalam percakapan dengan orang lain. Tim Levine dan koleganya menyatakan bahwa harapan adalah hasil dari norma-norma sosial, stereotipe, rumor dan sifat idiosinkratik dari komunikator (West.2008:159). Burgoon dan Hale membagi harapan menjadi dua jenis yaitu prainteraksional dan interaksional. Prainteraksional mencakup jenis pengetahuan dan keahlian yang dimiliki komunikator sebelum ia memasuki fase interaksi atau percakapan. Sedangkan harapan interaksional mencakup kemampuan seseorang dalam mempertahankan interaksi itu sendiri. Adapun variabel-variabel yang terkadung dalam sebuah harapan adalah Individual Komunikator (gender,kepribadian,usia,penampilan, daerah atau negara asal dan reputasi HARAPAN Relasional (Sejarah hubungan yang melatarbelakangi, status, tingkat ketertarikan dan rasa suka) Konteks (formalitas/informalitas, funsi tugas atau sosial, batasan lingkungan dan norma-norma budaya) Gambar 2.1 Faktor-faktor Harapan Komunikator (pelaku, aktor). Variabel ini lebih melihat bagaimana karakteristik dari seorang komunikator atau si penyampai pesan dari segi gender, umur, atau negara/daerah asal. Contoh, perempuan akan 12

5 cenderung memiliki jarak kedekatan satu dengan yang lain dibanding dengan lelaki. Orang yang berasal dari daerah yang sama akan cenderung memiliki kedekatan dibanding dengan berdekatan dengan yang berasal dari daerah yang berbeda. Hubungan. Variabel ini merujuk pada hubungan atau konektivitas individu dengan yang lainnya dalam hal pengalaman sebelumnya dengan lawan bicara, status, hubungan kekeluargaan, dan daya tarik atau rasa suka. Konteks. Pada variabel ini lebih melihat mengenai pengaturan dan tipe interaksi yang akan terjadi. Apakah formal atau informal. Dalam hal ini lebih mengarah pada situasi dalam interaksi tersebut. Asumsi pertama tentang pelanggaran harapan yaitu seseorang memiliki harapan dalam interaksinya dengan orang lain. Harapan merupakan suatu bentuk antisipasi terhadap perilaku lawan bicara termasuk dalam perilaku verbal dan nonverbal seseorang. Dalam bukunya, West (2008) memberikan sebuah contoh tentang dua orang, Janet Muller dan Margie Russo yang adalah seorang pewawancara dan orang yang akan diwawancarai, dalam mengawali pembahasannya mengenai teori pelanggaran harapan. Diceritakan bahwa dalam proses wawancara Margie Russo yang pada awalnya merasa sangat percaya diri dapat mengikuti wawancara tersebut dengan lancar dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena dalam wawancara Margie merasa tidak nyaman dengan perilaku-perilaku nonverbal yang ditunjukan oleh Janet, sehingga hal ini mempengaruhi kondisinya dalam wawancara. Contoh tersebut menjelaskan bahwa dalam suatu interaksi setiap orang memiliki harapan-harapan dengan lawan bicaranya. Margie sebagai orang yang diwawancarai memiliki harapan agar diperlakukan dengan sewajarnya saat wawancara, begitu juga Janet sebagai pewawancara ia tentu memilik harapan-harapan tertentu termasuk jarak yang masuk akal antar keduanya. Asumsi yang kedua menyatakan bahwa orang mempelajari harapannya melalui budaya secara luas dan juga individu-individu dalam budaya tersebut. 13

6 Individu-individu dalam suatu budaya sangat berpengaruh dalam mengkomunikasikan harapan. Burgoon dan Hale (1988) menyatakan bahwa sangatlah penting bagi kita untuk memperhatikan perbedaan-perbedaan yang didasari oleh pengetahuan awal kita mengenai orang lain, bisa dalam bentuk latar belakang hubungan kita dengan mereka dan observasi kita (West.2008:160). Asumsi yang ketiga berkaitan dengan prediksi masing-masing orang mengenai komunikasi nonverbal. Atau dengan kata lain orang membuat prediksi mengenai perilaku nonverbal orang lain. Awalnya teori pelanggaran harapan ini lebih mengacu pada perilaku nonverbal namun seiring dengan berjalannya waktu teori ini berkembang dan perilaku verbal juga merupakan bagian dari teori ini. Burgoon percaya bahwa ketika seseorang menunjukan respon seperti menjauhi, atau menyimpang dari yang di harapkan, tergantung dari potensi penghargaan dari orang lain. Dalam hal ini ia dan rekannya Deborah dan Ray Coker yakin bahwa tidak semua pelanggaran atas perilaku yang diharapkan menimbulkan persepsi negatif. Dalam hal ini tergantung dari penghargaan yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan, jika ia memberikan penghargaan yang tinggi seperti senyuman, sapaan, anggukan kepala dan lainnya kepada komunikan. Namun jika penghargaan yang diberikan ada pada tingkat penghargaan rendah dapat menimbulkan persepsi negatif. Ia menyebutnya sebagai valensi penghargaan komunikator (communicator reward valence). Atau dengan kata lain valensi penghargaan komunikator adalah keseluruhan sifat positif atau negatif yang diberikan oleh komunikator termasuk kemampuan komunikator untuk memberikan ganjaran atau keuntungan kepada komunikan. Valensi penghargaan komunikator ini merupakan hasil penafsiran dan penilaian kita terhadap komunikator. Di samping ketiga konstruk di atas, Burgoon juga mengemukakan sebelas proposisi yang menjadi landasan teoritisnya yaitu : 1. Manusia memiliki dua kebutuhan yang saling berlomba untuk dipenuhi yakni kebutuhan untuk berkumpul atau bersama-sama dengan orang lain dan kebutuhan untuk menyendiri (Personal Space) 14

7 2. Hasrat untuk bergabung dengan orang lain digerakan oleh ganjaran dalam berkomunikasi. Ganjaran tersebut dapat bersifat biologis maupun sosial. 3. Tinggi rendahnya derajat dalam suatu situasi atau anggapan ketika seseorang dianggap menguntungkan atau merugikan mempengaruhi kedekatan antara individu yang satu dengan yang lain. Semakin dinilai menguntungkan, semakin besar kecenderungan orang untuk mendekati. Sebaliknya semakin dinilai merugikan, semakin besar kecenderungan orang untuk menjauh. 4. Manusia memiliki kemampuan untuk merasakan gradasi dalam jarak. 5. Pola interaksi manusia, termasuk ruang pribadi atau pola jarak, bersifat normatif. 6. Manusia dapat mengembangkan suatu pola tingkah laku yang dapat berbeda dari norma sosial yang berlaku. 7. Dalam konteks komunikasi manapun, norma-norma adalah fungsi dari faktor karakteristik orang yang berinteraksi, bentuk dari interaksi itu sendiri, dan lingkungan sekitarnya saat komunikasi itu berlangsung. 8. Manusia mengembangkan harapan-harapan tertentu pada perilaku komunikasi orang lain. Tiap orang memiliki kemampuan untuk membedakan atau memberikan tanggapan, respon, secara berbeda terhadap perilaku komunikasi orang lain yang dinilai menyimpang atau yang sejalan dengan norma sosial. 9. Penyimpangan dari harapan-harapan yang muncul akan membangkitkan tanggapan tertentu. 10. Orang-orang membuat evaluasi saat berintekasi dengan orang lain. 11. Penilaian-penilaian yang dilakukan dipengaruhi oleh persepsi terhadap sumber, bila sumber dinilai memiliki ganjaran maka pesan komunikasinya akan dianggap penting pula begitu juga sebaliknya. (Venus.2003:303). 15

8 2.3 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Etolson Bernhard Rumbruren (Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga) Judul Penelitian (Tahun) Komunikasi Antar Budaya : Studi Tentang Penggunaan Bahasa Dalam Konteks Komunikasi antar Mahasiswa Etnis Papua dengan Mahasiswa Etnis Jawa di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (2013) Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan: 1. Menggambarkan proses-proses terjadinya komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh mahasiswa etnis Jawa dan Etnis Papua 2. Menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya antara dua etnis mahasiswa yang berbeda. Manfaat: 1. Diharapkan mampu memberikan sumbangan yang positif bagi semua etnis di UKSW agar mengetahui tentang bahasa/lambang yang dapat mempengaruhi proses-proses komunikasi antarbudaya yang hidup dan berkembang di UKSW. 2. Dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi mahasiswamahasiswi UKSW dalam melihat dan memahami etnis manapun dengan menggunakan bahasas/lambang, sehingga tidak menimbulkan miss komunikasi. 3. Mampu membangun proses-proses komunkasi antarbudaya khususnya antar etnis Jawa dan Papua, sehingga dapat Sumber sw.edu/handle/ /

9 2 Yiska Mardolina (Universitas Hasanuddin- Makasar) Pola Komunikasi Lintas Budaya Mahasiswa Asing Dengan Mahasiswa Lokal Di Universitas Hasanuddin (2015) memperkokoh hubungan mahasiswa beda etnis yang ada di UKSW. Tujuan: 1. Untuk mengkategorisasi pola komunikasi lintas budaya yang dilakukan oleh mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal dalam berkomunikasi di kampus 2. Untuk mengkategorisasi faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal dalam berkomunikasi di kampus. Manfaat: 1. Diharapkan menambah pengetahuan tentang Ilmu Komunikasi Lintas Budaya dan Sosiologi Komunikasi, khususnya mengenai Pola Komunikasi Lintas Budaya 2. Dapat memberikan kontribusi serta menambah wawasan tentang subculture dalam memahami mahasiswa asing untuk terhindar dari miscommunication dan ketegangan-ketegangan pada mahasiswa lokal akibat sikap etnosentrisme. 3. Diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal mengenai hubungan pola komunikasi lintas budaya kedua belah has.ac.id/bitstream /handle/ /15652/YISKA%2 0MARDOLINA% 20- %20E pd f?sequence=1 17

10 3 Jeliana Gabrella Seilatuw (Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga) Studi Pelanggaran Harapan Pada Anggota Media Komunitas Angkringan, Desa Timbulharjo Sewon, Bantul. pihak Tujuan: 1. Menjelaskan sikap serta nilai hubungan yang dievaluasi oleh komunikator berdasarkan pelanggaran harapan nonverbal pada anggota Media Komunitas Angkringan Desa Timbulharjo Sewon, Bantul. Manfaat: 1. Peneliti berharap dapat memberikan tambahan wawasan serta pengetahuan juga memperkaya teori dalam penelitian yang berbasis pada komunikasi antarpribadi serta perkembangannya. Terutama dalam konteks perilaku nonverbal serta perkembangan Teori Pelanggaran Harapan yang dipopulerkan oleh Judee K. Burgoon. 2. Peneliti juga berharap dari penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat secara praktis bagi komunitas yang memiliki media. Penelitian ini akan memberikan gambaran atau pengetahuan mengenai bentukbentuk pelanggaran harapan atau yang tidak melanggar harapan pada anggota Media Komunitas Angkringan melalui perilaku nonverbal. Jeliana Gabrella Seilatuw (Universitas Kristen Satya Wacana-Salatiga) Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu 18

11 2.4 Kerangka Pikir Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir dari penelitian ini adalah : MAHASISWA UKSW YANG BERASAL DARI LUAR JAWA (TEORI ADAPTASI INTERAKSI) KOMUNIKASI (VERBAL dan NONVERBAL)- PELANGGARAN HARAPAN PELANGGARAN HARAPAN POSITIF PELANGGARAN HARAPAN NEGATIF POLA ADAPTASI Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian 19

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar perusahaan-perusahaan khususnya yang berorientasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar perusahaan-perusahaan khususnya yang berorientasi terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar perusahaan-perusahaan khususnya yang berorientasi terhadap kepuasan pelanggan pasti memiliki sebuah layanan customer service sebagai perantara antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah km 2

BAB I PENDAHULUAN. Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah 58.781 km 2 dengan jumlah penduduk sekitar 176.090 jiwa. Kota ini secara geografis berada pada jalur yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi kepada muridnya. Karena seorang guru bahasa sunda harus menyampaikan pesan yang disengaja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

KOMUNIKASI NON VERBAL

KOMUNIKASI NON VERBAL KOMUNIKASI NON VERBAL FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL Komunikasi nonverbal pastilah merupakan kata yang sedang populer saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa,etnis/suku, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dan Jepang sudah lama menjadi mitra strategis dalam berbagai bidang perekonomian. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs www.bppt.go.id kerjasama ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi acuan dalam melakukan penelitian. Berdasarkan analisis data yang peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, komunikasi merupakan suatu hal yang penting bagi terlaksananya hubungan sosial yang baik khususnya di lingkungan kerja. Tanpa adanya kemampuan komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL 3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK Pengertian Beberapa Jenis Kelompok 1. Kelompok Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Komunikasi 1. Definisi Keterampilan Komunikasi Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar,

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara komponen fisik, pikiran, emosi dan keadaan lingkungan. Namun, untuk memperkuat kontrol manusia terhadap perilakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL. =Between You and Me=

KOMUNIKASI INTERPERSONAL. =Between You and Me= KOMUNIKASI INTERPERSONAL =Between You and Me= Pengertian Komunikasi Interpersonal Proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan minimal satu orang lainnya yang dapat langsung diketahu umpan baliknya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa berkomunikasi.kegiatan berkomunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk melakukan interaksi.artinya

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, banyak dijumpai perubahan maupun perkembangan di bidang usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom Teori Interaksi Simbolik Teori Interaksi Simbolik Diperkenalkan oleh G. Herbert Mead tahun 1934 di Universitas Chicago Amerika. Menurut Mead, terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Manfaat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Inter Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Inter Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: Komunikasi Inter Personal Fakultas Ilmu Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Komunikasi interpersonal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

STUDI PELANGGARAN HARAPAN PADA ANGGOTA MEDIA KOMUNITAS ANGKRINGAN, DESA TIMBULHARJO SEWON, BANTUL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

STUDI PELANGGARAN HARAPAN PADA ANGGOTA MEDIA KOMUNITAS ANGKRINGAN, DESA TIMBULHARJO SEWON, BANTUL SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI STUDI PELANGGARAN HARAPAN PADA ANGGOTA MEDIA KOMUNITAS ANGKRINGAN, DESA TIMBULHARJO SEWON, BANTUL Oleh Jeliana Gabrella Seilatuw 362011006 SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan berisi penjelasan mengeai teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori komitmen profesi, komitmen organisasi, dan guru, serta hubungan antara komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas penting serta mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia mulai berkomunikasi sejak dia lahir hingga sepanjang hidupnya. Manusia normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kecakapan Non Verbal Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi Non-Verbal O O O Komunikasi interpersonal tidak hanya melibatkan arti kata secara eksplisit pada informasi atau pesan yang disampaikan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

HAMBATAN PRESEPSI ANTARA TOKOH ANNA DENGAN PANGERAN CHULALNGKORN (SEBUAH STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM FILM ANNA AND THE KING)

HAMBATAN PRESEPSI ANTARA TOKOH ANNA DENGAN PANGERAN CHULALNGKORN (SEBUAH STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM FILM ANNA AND THE KING) HAMBATAN PRESEPSI ANTARA TOKOH ANNA DENGAN PANGERAN CHULALNGKORN (SEBUAH STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM FILM ANNA AND THE KING) Abstrak Rahmat Wisudawanto Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

Yesi Kusmasari

Yesi Kusmasari PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KOMUNIKASI NONVERBAL DOSEN (Studi Kasus Persepsi Mahasiswa Tentang Komunikasi Nonverbal Dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU) Yesi Kusmasari 100904103 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY Dalam suatu hubungan antar pribadi dimulai bila dua orang yang berhubungan mulai saling membuka tentang dirinya. Bila kedua pribadi sudah saling

Lebih terperinci

Keterampilan Komunikasi. Mendengarkan Bertingkah laku asertif ( tegas, penuh percaya diri ) Menyelesaikan konflik Membaca situasi Melakukan persuasi

Keterampilan Komunikasi. Mendengarkan Bertingkah laku asertif ( tegas, penuh percaya diri ) Menyelesaikan konflik Membaca situasi Melakukan persuasi KOMUNIKASI Peran Komunikasi Pengertian Komunikasi Proses Komunikasi Kontinum Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi Media Komunikasi Komunikasi Nonverbal Komunikasi Antar Pribadi Definisi Komunikasi 1) The

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

PSIKOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI PROSES KOMUNIKASI INTER PERSONAL Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Perilaku Kelompok dan Interpersonal PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI KELOMPOK 1. Kelompok 2. Kelompok Formal 3. Kelompok Informal 4. Kelompok

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, BAB V PENUTUP A. Simpulan Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Pada proses akulturasi budaya kaum urban dalam keluarga beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di kehidupannya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, setiap orang pasti membutuhkan orang lain, entah dalam saat-saat susah, sedih, maupun bahagia. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

KIP dan Perubahan Sikap

KIP dan Perubahan Sikap KIP dan Perubahan Sikap Pertemuan ke 8-9 1 Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap perubahan sikap terjadi dalam dua arah. Arah pertama bersifat incongruent, yaitu perubahan sikap yang menuju ke arah

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi laksana bernapas bagi manusia. Suatu kegiatan yang sangat tidak mungkin dihindari dan sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Melalui

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN Dr. Ainur Rofieq, M.Kes. ainurrofieq@yahoo.co.id Materi: Ketrampilan Dasar Mengajar Ketrampilan Interpersonal (komunikasi) Ketrampilan Pengelolaan Kelas Pembelajaran Orang Dewasa

Lebih terperinci

Teori Kebohongan Antarpribadi (Interpersonal Deception Theory) mereka untuk melakukan. Apabila diuraikan secara luas termasuk tidak hanya

Teori Kebohongan Antarpribadi (Interpersonal Deception Theory) mereka untuk melakukan. Apabila diuraikan secara luas termasuk tidak hanya Teori Kebohongan Antarpribadi (Interpersonal Deception Theory) Kebohongan terdapat dimana-mana. Umat manusia mengembangkan tentang segala sesuatu, bagaimana cakapnya mereka untuk sebuah pekerjaan, tujuan-tujuan

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita. bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita. bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan A. Pengertian Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan setiap individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

PENTINGNYA KOMUNIKASI

PENTINGNYA KOMUNIKASI KOMUNIKASI Peran Komunikasi Pengertian Komunikasi Proses Komunikasi Kontinum Komunikasi Dalam Perilaku Organisasi Media Komunikasi Komunikasi Nonverbal Komunikasi Antar Pribadi PENTINGNYA KOMUNIKASI Barnard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun inter-personal, kecuali jika orang tersebut tidur 1. Definisi komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun inter-personal, kecuali jika orang tersebut tidur 1. Definisi komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekitar delapan puluh persen waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi. Waktu tersebut digunakan untuk berkomunikasi intra-personal maupun inter-personal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA) 4.1 Pola Komunikasi Etnis Tionghoa dengan Etnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci