PEMBINAAN TERSTRUKTUR DALAM MENYUSUN DOKUMEN PORTOFOLIO PERANGKAT PEMBELAJARAN. Agus Sunarto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBINAAN TERSTRUKTUR DALAM MENYUSUN DOKUMEN PORTOFOLIO PERANGKAT PEMBELAJARAN. Agus Sunarto"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN (Media Cetak) (Media Online) PEMBINAAN TERSTRUKTUR DALAM MENYUSUN DOKUMEN PORTOFOLIO Sekolah Binaan Kabupaten Brebes Abstrak Permasalahan yang muncul dan terjadi pada saat diadakan supervisi kelas di Sekolah Binaan adalah masih banyak guru (khususnya guru Bahasa Indonesia) yang belum menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan standar proses berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun Pembinaan terstruktur merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pengawas sekolah berupa rancangan pembinaan secara terprogram baik waktu maupun capaian target sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru menyusun dokumen portofolio perangkat pembelajaran. Pendekatannya melalui dua siklus perlakuan. Subyeknya guru-guru Bahasa Indonesia di SMP Binaan tahun pelajaran 2016/2017. Data awal menunjukkan rata-rata kemampuan guru dalam kelengkapan dokumen portofolio sebesar 45,6. Siklus I berupa pembinaan kelompok besar, siklus II berupa pembinaan kelompok kecil berdasarkan jenis mata pelajaran. Teknik pengumpulan data menggunakan parameter kelengkapan dokumen setiap akhir siklus. Hasil rata-rata skor siklus I 70,6 dan skor siklus II 83,4. Dapat disimpulkan bahwa dengan melalui pembinaan terstruktur dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Kompetensi; Pembinaan Terstruktur; Portofolio; dan Profesionalisme Guru PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah melakukan perubahan dan pembaruan dalam sistem pendidikan. Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada dasarnya kedua peraturan tersebut merupakan ujung tombak untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun perlu diingat, sebaik apa pun kebijakan dan peraturan yang ada, tidak akan berarti apabila kualitas guru tidak memadai. Dengan kata lain, perubahan-perubahan sistem pendidikan sangat bergantung kepada kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengelola proses pendidikan. Di dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan, dijelaskan bahwa standar proses pendidikan yang dimaksud meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan sumber belajar. Permasalahan yang muncul dan terjadi pada saat diadakan supervisi kelas di Sekolah Binaan adalah masih banyak guru (khususnya guru Bahasa Indonesia) yang belum menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan standar proses berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun

2 Kelemahan yang peneliti temukan dari hasil supervisi antara lain; dokumen persiapan pembelajaran yang kurang standar, langkah-langkah pembelajaran kurang sistematis, volume dan intonasi suara guru dalam mengajar kurang harmoni, komunikasi dengan siswa belum merata, alat evaluasi dan tindak lanjut belum menuju pada kompetensi dasar yang diharapkan. Belum tersusunnya perangkat pembelajaran tersebut disebabkan adanya beberapa faktor yang mungkin melatarbelakanginya, di antaranya mungkin karena belum paham, malas membuat, merasa tidak perlu atau mungkin kendala waktu, bahkan kompetensi guru yang masih kurang. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dipahami, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Seharusnya guru mempunyai konsep belajar yang dapat membantu mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi di dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga ingatan siswa dapat bertahan lama terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru (Insani, dkk, 2016:8). Menurut Iskandar Agung (2014:57) profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Sedangkan menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa (2013:110), terdapat sejumlah konsep yang berkenaan dengan profesionalisme, yaitu profesi, profesionalitas, dan profesionalisasi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Artinya, suatu jabatan tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seorang menjalani profesi itu (pre-service training) maupun setelah atau sedang menjalani suatu profesi (in-service training). Simon dan Alexander (1988), Syaodih (1998) dalam Mulyasa (2007) menyatakan bahwa guru memegang peranan penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dalam hal ini hendaknya guru memiliki standar kemampuan profesional untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Oleh karenanya, untuk memenuhi tuntutan itu diperlukan tindakan supaya guru mempunyai motivasi dan kompetensi untuk menyusun perangkat pembelajaran dengan baik dan benar. Salah satu kegiatan yang dipilih untuk mengatasi masalah tersebut adalah dilakukannya pembinaan guru secara terstruktur oleh pengawas sekolah yang dirancang secara terprogram dengan batasan waktu dan target yang sudah ditetapkan, dengan tujuan agar para guru dapat menyusun perangkat pembelajaran dengan baik, benar, dan lengkap sesuai regulasi yang berlaku. Dengan adanya kenyataan tersebut, pengawas sekolah perlu melakukan upaya-upaya perbaikan. Salah satu yang dipandang perlu dan urgen adalah segera menganalisis faktor penyebab atau akar permasalahannya. Penguasaan kompetensi dan sikap profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui upaya pendisiplinan dalam penyusunan dokumen portofolio. Dalam dokumen tersebut berisi segala rekaman kinerja guru mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru Sekolah Binaan dalam menyusun portofolio perangkat pembelajaran tahun pelajaran 2016/2017. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran di Sekolah Binaan melalui pembinaan terstruktur oleh pengawas sekolah. 2 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

3 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Binaan Manajerial. Dari 7 (tujuh) sekolah binaan, peneliti hanya melaksanakan di 3 (tiga) sekolah binaan, yaitu SMPN 1 Kersana, SMPN 2 Kersana, dan SMPN 3 Kersana kecamatan Kersana kabupaten Brebes. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan Oktober Subjek penelitiannya adalah semua guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di tiga sekolah binaan kecamatan Kersana kabupaten Brebes. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru-guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sekolah binaan sebagai subjek penelitian. Data dari guru diambil dengan jalan wawancara dan observasi. Wawancara dan observasi dilaksanakan terhadap guru pada saat pembinaan dan pembimbingan penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran guru. Permasalahan yang sedang dihadapi oleh sebagian guru adalah kurangnya kompetensi dan kesadaran dalam menyusun dokumen portofolio perangkat pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat siklus I. Selanjutnya pada siklus II, masih dilakukan wawancara dan observasi terhadap guru dalam rangka penyusunan dokumen portofolio. Pada siklus II diberikan sejenis training (pelatihan) tentang cara penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran yang benar. Data dikumpulkan melalui piranti non tes, yang meliputi teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap guru mengenai kendala dan kesulitan dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran yang terdiri atas silabus, program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, program evaluasi dan tindak lanjut. Observasi merupakan pengamatan terhadap guru yang mengalami kesulitan dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas angket, lembar wawancara dan pedoman penilaian perangkat pembelajaran. Data yang diperoleh dari tiap-tiap siklus kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Analisis tersebut meliputi analisis deskriptif komparatif hasil observasi dan wawancara siklus I dan siklus II, serta analisis deskriptif komparatif hasil observasi dan wawancara siklus I dan siklus II dengan indikator kinerja. Prosedur penelitian ini meliputi; (1) metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Ciri penelitian tindakan adanya siklus, dalam penelitian ini menggunakan 2 siklus. (2) menentukan tahapan pada setiap siklus. Siklus I, terdiri dari perencanaan (planning) yaitu merencanakan program pembinaan pengawas sekolah kepada guru terkait dengan program penyusunan dokumen portofolio dan membentuk kelompok-kelompok guru berdasarkan bidang studi atau rumpunnya. Pelaksanaan (acting) terdiri atas kegiatan, melaksanakan program pembinaan sesuai dengan jadwal, melaksanakan pengamatan terhadap proses penyusunan dokumen portofolio, dan melaksanakan wawancara dengan guru. Pengamatan (observing), yaitu mengadakan penilaian atas hasil wawancara dan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan penyusunan dokumen portofolio, untuk menentukan tindak lanjut pada siklus II. Refleksi (reflecting) yaitu menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I. Siklus II sama dengan siklus I tahapnya, yaitu (1) perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan 9 (observing), dan refleksi (reflecting). Hanya saja pada tahap refleksi pada siklus II ini berbeda dengan siklus I, yaitu menyimpuklan hasil pelaksanaan penyusunan program portofolio perangkat pembelajaran pada siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kondisi awal kompetensi guru dalam pembuatan dokumen portofolio, diperoleh berdasarkan hasil supervisi kepala sekolah yang terdiri atas silabus, program tahunan, program semester, RPP dan program evaluasi dapat ditabulasikan seperti pada tabel 2. 3

4 Tabel 1. Kondisi Awal Kompetensi Guru No Parameter Kelengkapan Portofilio Skor 1 Silabus 60 2 Program tahunan 50 3 Program semester 45 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran 40 5 Program evaluasi dan tindak lanjut 35 Rata-rata skor 46 Berdasarkan data tersebut di atas, diketahui bahwa kondisi awal kompetensi guru dengan indikator kelengkapan administrasi pembelajaran diperoleh rata-rata skor sebesar 46 Selain itu, berdasarkan hasil catatan kepala sekolah pada saat supervisi diketahui pula bahwa hampir 40% guru belum mengumpulkan dokumen administrasi pembelajaran tepat pada waktunya. Tenggang waktu yang ditentukan oleh sekolah dalam rangka pengumpulan dokumen tersebut adalah satu bulan setelah masuk semester baru. Dari hasil observasi diketahui pula bahwa guru-guru masih banyak yang belum dapat menyusun administrasi pembelajaran secara mandiri, artinya administrasi pembelajaran diperoleh dengan jalan copy paste dokumen yang telah dimiliki guru di sekolah lain yang masih satu rumpun. Beranjak dari kondisi tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan yang disusun dalam beberapa siklus. Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut (a) merencanakan program pembinaan peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan dokumen portofolio. Program pembinaan peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan dokumen portofolio melalui kunjungan supervisi akademik di sekolah binaan manajerial. (b) Pembentukan kelompok, pada siklus I ditekankan pada pembentukan kelompok-kelompok guru berdasarkan kesesuaian jenis mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut; (a) Pelaksanaan pembinaan, pembinaan dilaksanakan pada setiap hari Senin dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran dan dilakukan sebanyak 3 kali. Materi pembinaan pada pembinaan pertama, pengawas sekolah memberikan pengarahan tentang pentingnya perencanaan pembelajaran. Pada tatap muka yang kedua, guru-guru dikelompokkan permata pelajaran atau perprogram keahlian. Masing-masing diberikan tugas membuat perencanaan pembelajaran, selanjutnya pada tatap muka terakhir merupakan batas waktu untuk menyelesaikan tugas pembuatan perencanaan pembelajaran. (b) Wawancara, dilaksanakan di sela-sela kegiatan pembinaan baik pada tatap muka pertama sampai pada tatap muka ketiga. Kegiatan wawancara dilaksanakan oleh pengawas sekolah terhadap beberapa anggota kelompok guru tiap-tiap mata pelajaran. Wawancara diperlukan untuk mengetahui hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh guru, selain itu hasil wawancara digunakan juga sebagai bahan refleksi. (c) Observasi, dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh seorang observer yaitu pengawas sekolah. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II. Siklus I diakhiri dengan pemberian angket mengukur kompetensi dan profesionalisme guru dalam menyusun dokumen portofolio pembelajaran. 4 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

5 Tabel 2. Skor Kompetensi Guru Siklus I No Parameter Kelengkapan Portofilio Skor 1 Silabus 80 2 Program tahunan 75 3 Program semester 75 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran 70 5 Program evaluasi dan tindak lanjut 60 Rata-rata skor 72 Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa rata-rata skor komponen portofolio guru yang terdri atas silabus, program tahunan, program semester, RPP dan program evaluasi sebesar 72. Sampai batas waktu pengumpulan dokumen tersebut telah mencapai 70% guru yang melaksanakan tugas. Berdasarkan hasil pemberian angket, diketahui bahwa kesulitan dalam penyusunan dokumen portofolio guru dipengaruhi oleh faktor keterbatasan kemampuan menterjemahkan silabus ke dalam bentuk rencana program pembelajaran serta penyusunan alat evaluasi. Kompetensi dan profesionalisme guru dalam penyusunan dokumen portofolio antara kondisi awal (prasiklus) dengan siklus I dapat ditabulasikan seperti pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Perbandingan Skor Kompetesi Guru Siklus I dengan Prasiklus Skor Perubahan No Komponen Dokumen Portofolio Prasiklus Siklus I kenaikan (poin) 1 Silabus Program tahunan Program semester Rencana pelaksanaan pembelajaran Program evaluasi dan tindak lanjut Rata-rata Berdasarkan data pada tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa tindakan pada siklus I yang berupa pembinaan pengawas sekolah melalui pembentukan kelompok-kelompok guru mata pelajaran, mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dokumen portofolio perangkat pembelajaran. Kemampuan menyusun silabus meningkat sebesar 20%, penyusunan program tahunan mengalami peningkatan sebesar 25%, penyusunan program semester meningkat sebesar 30%, penyusunan RPP meningkat sebesar 30% dan penyusunan program semester meningkat sebesar 25%. Menyimak hasil refleksi tersebut di atas, masih dipandang perlu untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam menyusun dokumen portofolio pembelajaran. Hal tersebut dengan alasan, bahwa kompetensi dan profesionalisme guru dapat ditingkatkan lagi sehingga mencapai skor 100. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut. Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut; (a) Merencanakan program pembinaan peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan dokumen portofolio. Program pembinaan peningkatan kompetensi guru dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pembinaan pengawas sekolah dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran setiap minggunya, yaitu pada hari Senin. (b) Pembentukan kelompok, pada siklus II masih pembentukan kelompok-kelompok guru berdasarkan kesesuaian jenis mata pelajaran. 5

6 Silabus Program Semester Evaluasi & Tindak Lanjut Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut; (a) pelaksanaan tatap muka, kegiatan pembinaan dilaksanakan melalui satu kali tatap muka. Dalam tatap muka 1 diberikan bimbingan teknis penyusunan dokumen portofolio pembelajaran oleh pengawas sekolah. (b) Wawancara, dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka setelah selesai diskusi. Kegiatan wawancara dilaksanakan kepala sekolah terhadap anggota kelompok. Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan kompetensi dan profesionalisme guru, selain itu, digunakan juga sebagai bahan refleksi. (c) Observasi, dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka. Observasi dilakukan oleh seorang observer yaitu teman sejawat pengawas sekolah, yaitu kepala sekolah yang dalam hal ini bisa mewakilkan pada Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II. Pada akhir siklus II diakhiri dengan pemberian angket untuk mengetahui kompetensi dan profesionalisme guru. Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Skor Kompetensi Guru Siklus II No Parameter Kelengkapan Portofilio Skor 1 Silabus 90 2 Program tahunan 90 3 Program semester 85 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran 85 5 Program evaluasi dan tindak lanjut 80 Rata-rata skor 86 Skor Kompetensi Guru Siklus II Parameter Kelengkapan Portofolio Gambar 1. Skor Kompetensi Guru Siklus II Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa kompetensi dan profesionalisme guru yang dicerminkan dari skor parameter portofolio pembelajaran, dengan rata-rata skor sebesar 86. Kemudian berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa semua guru telah mengalami peningkatan kompetensi dan profesionalismenya. Kompetensi dan profesionalisme guru dalam penyusunan dokumen portofolio antara siklus I dengan siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 5 di bawah ini. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

7 Tabel 5. Perbandingan Skor Kompetensi Guru Siklus II dengan Siklus I Skor Perubahan No Komponen Dokumen Portofolio peningkatan Siklus I Siklus II (poin) 1 Silabus Program tahunan Program semester Rencana pelaksanaan pembelajaran Program evaluasi dan tindak lanjut Rata-rata Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa tindakan pada siklus II yang berupa pembinaan pengawas sekolah yang dilanjutkan dengan penyusunan dokumen portofolio mampu meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Hal tersebut terlihat dari adanya beberapa indikator perubahan kemampuan penyusunan silabus sampai dengan penyusunan program evaluasi. Pada akhir siklus II tampak bahwa rata-rata skor yang dicapai oleh guru mencapai 86. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa melalui program penyusuan dokumen portofolio pembelajaran mampu meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut. Kondisi awal guru-guru Bahasa Indonesia di Sekolah Binaan memiliki masalah yang berkaitan dengan kompetensi dan profesionalisme. Di antara guru, masih terdapat beberapa orang yang mengalami hambatan dalam pengembangan kompetensi dan profesionalisme dengan indikator lemahnya dalam penyusunan program perencanaan pembelajaran. Berpijak atas kondisi tersebut, pengawas sekolah melalukan serangkaian tindakan pembinaan dengan melatih guru menyusun dokumen portofolio pembelajaran perangkat pembelajaran. Tindakan pada siklus I guru dikelompokkan berdasarkan jenis mata pelajaran. Guru berlatih menyusun dokumen portofolio secara berdiskusi, terlebih dahulu diberikan pembinaan oleh pengawas sekolah. Pada akhir siklus I pengawas sekolah menilai dokumen portofolio hasil karya guru. Di samping itu, pengawas sekolah juga memperoleh data dari hasil wawancara, observasi dan pemberian angket. Berdasarkan data yang diperoleh selama siklus I belum semua guru menunjukkan peningkatan kompetensi dan profesionalismenya, dengan indikator skor dari komponen portofolio tersebut belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian masih perlu dilanjutkan dengan upaya tindakan siklus II. Kegiatan siklus II ditandai dengan pemberian bimbingan teknis oleh pengawas dalam rangka peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Guru masih diberikan tugas untuk memperbaiki dokumen portofolio yang telah dibuatnya. Pada akhir siklus II dilakukan penilaian dokumen portofolio untuk mengetahui perubahan kompetensi dan profesionalismenya. Kegiatan observasi dilakukan pada siklus I dan siklus II. Observasi dilakukan oleh observer yaitu teman sejawat kepala sekolah dan pengawas sekolah. Hasil observasi berupa catatan-catatan yang menggambarkan proses pelaksanaan tindakan dan hasilnya. Hasil observasi pada siklus I, yang paling menyolok adalah masih dijumpai adanya guru yang kurang aktif baik dalam diskusi ataupun penyusunan portofolio pembelajaran. Beberapa guru dalam satu kelompok yang njagake pada temannya, atau beberapa guru yang berusaha mencari jiplakan dari guru di sekolah lain. Hasil observasi tersebut digunakan sebagai pijakan dalam menyusun rencana tindakan pada siklus II. 7

8 Hasil observasi pada siklus II diketahui bahwa telah terjadi komunikasi yang intensif antara guru dengan pengawas. Guru yang belum memahami tentang penyusunan dokumen portofolio tanpa ragu langsung meminta penjelasan dari pengawas. Akhir siklus II dapat diamati bahwa semua guru telah menyusun dokumen portofolio tepat pada waktunya. Selain observasi terhadap subyek penelitian, kegiatan observasi juga dilakukan pada proses pemberian tindakan. Dari hasil observasi ini diperoleh informasi mengenai seluruh proses pemberian tindakan mulai dari penyampaian materi sampai dengan kegiatan diskusi dan presentasi. Pada siklus I diperoleh hasil bahwa proses pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan rencana pembinaan yang telah dibuat maupun rencana penelitian seperti pada bab III, demikian juga pada siklus II. Kompetensi dan profesionalisme guru-guru di Sekolah Binaan pada mulanya dalam kondisi kurang optimal, dengan indikator belum semua guru memiliki dokumen portofolio. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tindakan untuk merubah kondisi tersebut di atas. Tindakan pada siklus I, guru dikelompokkan sesuai dengan mata pelajaran. Selanjutnya pengawas sekolah memberikan pengarahan tentang pentingnya kompetensi dan profesionalisme guru yang ditunjukkan dalam kemampuan menyusun dokumen portofolio. Guru selanjutnya menyusun dokumen tersebut melalui diskusi tugas mandiri. Melalui pembinaan dan diskusi antar guru dalam satu mata pelajaran terjadi interaksi dan transfer pengetahuan, kompetensi dan profesionalisme guru. Hal tersebut terbukti dengan adanya perubahan jika dibandingkan dengan kondisi sebelum siklus I (prasiklus). Semua guru sudah mampu menyusun dokumen portofolio walaupun belum sempurna dan tepat waktu. Dalam penyusunan dokumen tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan sehingga guru mampu menyelesaikannya tepat waktu. Dokumen portofolio merupakan gambaran profesi guru dan merupakan sumber informasi yang diperlukan dalam rangka pengembangan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Melihat perubahan yang diakibatkan tindakan pada siklus I, ternyata belum sesuai dengan harapan peneliti, maka dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II. Kegiatan siklus II pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari siklus I. Pada siklus II dilakukan bimbingan teknis oleh pengawas sekolah, bagaimana cara menyusun dokumen portofolio yang baik dan benar. Hasilnya tampak pada pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Guru-guru mampu menyusun dokumen portofolio secara mandiri. Jika pada siklus I beberapa guru yang njagakke atau meniru portofolio dari teman lain atau mengkopi dari yang sudah ada dari sekolah lain, maka pada akhir siklus II kondisi tersebut sudah tidak tampak lagi. Semua guru sudah membuat dokumen portofolio administrasi pembelajaran. Dengan demikian melalui kegiatan pembinaan terstruktur oleh pengawas sekolah membawa dampak meningkatnya kompetensi dan profesionalisme guru dalam penyusunan dokumen portofolio perangkat pembelajaran. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, peneliti menarik simpulan sebagai berikut. Penggunaan metode pembinaan terstruktur terbukti mampu meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia menyusun dokumen portofolio. Hal ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan rerata sebesar 45,6 pada Prasiklus menjadi 70,6 pada Siklus I dan 83,4 pada Siklus II. Kenaikan kemampuan guru dalam menyusun dokumen portofolio mengalami peningkatan yang signifikan. Dari prasiklus ke kegiatan siklus I mengalami peningkatan 35 poin dan dari siklus I Ke siklus II peningkatannya 12,8 poin. 8 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

9 DAFTAR PUSTAKA Agung, Iskandar. (2014). Mengembangkan Profesionalitas Guru. Bee Media Pustaka. Jakarta. Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Insani, H., Supraptono, E., & Hakim, L. (2016). Penerapan Model CTL Berbantuan Media Visual Novel dalam Mengidentifikasi Kegunaan Program Aplikasi. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, 1(2). Karwati, Euis dan Joni Priansa, Donni Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah Membangun Sekolah Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Mulyasa, E Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 9

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP MELALUI KEGIATAN IHT (IN HOUSE TRAINING)

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP MELALUI KEGIATAN IHT (IN HOUSE TRAINING) Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 1, Januari 2016 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 3 Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SD Negeri Pesarean 01 Adiwerna Tegal Abstrak Penelitian tindakan kelas ini di latarbelakangi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU SLB DI KABUPATEN PEMALANG. Mutholib

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI GURU SLB DI KABUPATEN PEMALANG. Mutholib Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 2, April 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PENYUSUNAN RPP MELALUI SUPERVISI KLINIS BAGI

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENYUSUN RPP BERBASIS PAIKEM MELALUI WORKSHOP PADA SMP BINAAN KOTA MATARAM SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas X.3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Setting Penelitian 3.1.1. Setting Waktu Pelaksanaan penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012. Adapun jadwal penelitian adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU-GURU DI SEKOLAH BINAAN SUB RAYON SMP NEGERI 15 MEDAN

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU-GURU DI SEKOLAH BINAAN SUB RAYON SMP NEGERI 15 MEDAN ISSN 0852-0151 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 21(1): 29-35, 2015 PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU-GURU DI SEKOLAH BINAAN SUB RAYON SMP NEGERI 15 MEDAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA

OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA ABSTRAK OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 49 CAKRANEGARA HARUN Kepala SD Negeri 49 Cakranegara Supervisi akademik adalah merupakan salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Kurikulum 2013 menjadikan guru berperan penting dalam pelaksanaannya di sekolah. Berdasarkan pernyataan Awaliyah (2014), pada tahun kedua pelaksanaan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MIPA DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SEKOLAH BINAAN Kendarti Satiti Pengawas SMA/SMK pada Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di MTs Al-Mubarok Jl. H abdul latif No 07 Kelurahan Sumur Pecung Kabupaten Serang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU-GURU SD PADA SEKOLAH BINAAN DI KOTA MATARAM HJ. BAIQ MIMI MARIANI Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Mataram e-mail: mimimaryani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung, Jalan Semar No. 5 Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian (Rencana Tindakan) Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) atau disingkat dengan PTK. Penggunaan metode

Lebih terperinci

PENERAPAN PERMAINAN MONOPOLI BINTANG CERDAS DALAM MATERI AJAR SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA. Herawati

PENERAPAN PERMAINAN MONOPOLI BINTANG CERDAS DALAM MATERI AJAR SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA. Herawati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 5, Oktober 2016 ISSN 0854-2172 PENERAPAN PERMAINAN MONOPOLI BINTANG CERDAS DALAM MATERI AJAR SISTEM SD Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik PENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU NON PNS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI CABEAN 2 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Al Munawar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 1 Madajaya kelas IV pada semester I (ganjil) Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 38

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITTIAN

BAB III METODE PENELITTIAN 17 BAB III METODE PENELITTIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian SD Negeri Weton Kulon terletak di desa Weton Kulon, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen dengan letak geografis di wilayah dataran

Lebih terperinci

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak III. METODE TINDAKAN KELAS 3.1 Rancangan Tindakan Kelas Rancangan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas

Lebih terperinci

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada ipaya pemecahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada ipaya pemecahan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada ipaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS PAIKEM MELALUI WORKSHOP PADA SD BINAAN KOTA MATARAM Oleh: I Nyoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3 D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY Ahmadi 1 1,2,3 SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro Email: ABSTRAK Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan

Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Labuan Suardin Kepala SMP Negeri 2 Labuan Kab. Donggala Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang Bandar Lampung. Alasan menggunakan lokasi atau tempat ini yaitu

Lebih terperinci

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan

BAB III. model yang mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode penelitian deskriftif analisis dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1 Setting Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Oktober s/d bulan Desember 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I tahun pelajaran 2011/2012 di SD Kertomulyo 02 Kecamatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian

III. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian tindakan adalah

Lebih terperinci

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir.

Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir. Penerapan Metode Smart Games untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Berpangkat Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kalidawir Widaryantii 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 widaryanti@gmail.com Tersedia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Bumi Waras Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Alasan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono

MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK. Sih Yuwono Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK SD Negeri Kalilembu,

Lebih terperinci

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008)

B. Disain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja: 2008) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara

Lebih terperinci

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 NAMBAHREJO Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). Hermawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL MAHASISWA. Choirul Huda, Djoko Adi Susilo ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL MAHASISWA. Choirul Huda, Djoko Adi Susilo ABSTRAK PENGEMBANGAN MODEL PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL MAHASISWA Choirul Huda, Djoko Adi Susilo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model PPL keguruan mahasiswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN. Akhmad Bisri Arifin PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN PECAHAN Akhmad Bisri Arifin Kepala SDN Kaligoro Kec. Kutorejo, Kabupaten Mojokerto Email:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research (CAR). Hermawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk mencari pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah swasta terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi tempat penelitian, waktu penelitian, dan siklus penelitian yang diterangkan sebagai berikut : 1. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP 2 SUSUKAN kelas VII F semester 2 tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa, terdiri dari siswa

Lebih terperinci

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN Prosiding SENASGABUD http://research-report.umm.ac.id/index.php/senasgabud (Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman 95-106 E-ISSN 2599-8406 MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. ini adalah Kemmis dan Taggart. Basrowi mengatakan bahwa penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. ini adalah Kemmis dan Taggart. Basrowi mengatakan bahwa penelitian 151550 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas, dimana data diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitianan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Blora yang beralamat di jalan Gatot Subruto Km.04 Telp. (0296) 533453 Blora, Jawa Tengah. Dilaksanakan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN Arrini Ditta Margarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian a. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi SD Negeri Sentul lokasi tersebut berada di desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom action research). Dikatakan demikian karena adanya (1) intervensi yang dilakukan peneliti dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1 Kegiatan Supervisi Dalam setiap tahun pelajaran Kepala SD Negeri Guntur 1 Kecamatan Guntur Kabupaten Demak membuat program supervisi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Pendahuluan Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 4 Sambi merupakan perubahan dari Pendidikan Guru Agama (PGA) Muhammadiyah Sambi. PGA Muhamadiyah Sambi yang berdiri

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI SD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Subyek Penelitian Pembelajaran Subyek penelitian pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sidalang 01 dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

Lebih terperinci

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek

Oleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek 114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBATALKAN SHALAT

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBATALKAN SHALAT Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Vol. 1, No. 2, Desember 2016 ISSN 2541-0393 (Media Online) 2541-0385 (Media Cetak ) AJAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBATALKAN SHALAT Jumadi SD Negeri Randusari 03

Lebih terperinci

SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1, No. 1, Juni 2014 ISSN 2355-9683 SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. PTK adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Pringsewu Timur Kabupaten Pringsewu, dengan waktu penelitian mulai bulan Maret sampai dengan bulan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN DI SD NEGERI 0102 BARUMUN

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN DI SD NEGERI 0102 BARUMUN Volume 3 Nomor 1, Halaman 56-60, Januari-Juni 2017 RISTEKDIK Jurnal Bimbingan dan Konseling P-ISSN: 2527-4244, E-ISSN : 2541-206X UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIIIA SMP N 2 Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Alasan melaksanakn

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa yang terletak di Jalan Pangeran Emir M. Noer no. 33 Palapa, Tanjung Karang, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas II MI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas II MI 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas II MI ULUMUDDIN yang berlokasi di Desa Mojojajar, Kec. Kemlagi, Kab. Mojokerto. Jumlah

Lebih terperinci

PEMBINAAN BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PEMBINAAN BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan Vol. 1, No. 1, Juni 2014 ISSN 2355-9683 PEMBINAAN BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SD Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan tindakan (action research), karena dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Penelitian ini merupakan tindakan (action research), karena dilakukan 33 BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan tindakan (action research), karena dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI MTs AL IMAN BABADAN PONOROGOTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Choyul

Lebih terperinci

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah. MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INGGRIS DALAM MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI SMP N 2 TEBING TINGGI SINUR HUTAGAOL Guru SMP Negeri 2 Tebing Tinggi Email: sinurhutagaol@gmail.com

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e) PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RPP SDN KALAPADUA KECAMATAN CIBOGO KABUPATEN SUBANG TAHUN 2017 UJEN JAENUDIN, S.Pd.SD NIP. 196302021984101004 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang berlokasi di Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang berlokasi di Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Bandungkulon Bandung yang berlokasi di Kecamatan Astanaanyar Kota Bandung 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah dalam memperoleh dan menganalisis data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung 100 Sulastri, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI DISKUSI DAN EKSPOSITORI PADA SISWA KELAS V SDN 02 SEMBON KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK TEKNIK INDIVIDUAL CONFERENCE (IC) OLEH PENGAWAS SEKOLAH DI SMK KOSGORO 2 NGANTANG KABUPATEN MALANG Mochamad Mudjiono Cabang Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di SDN Cicadas 03 Desa Cicadas Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di SDN Cicadas 03 Desa Cicadas Kecamatan 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SDN Cicadas 03 Desa Cicadas Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Sedangkan waktu penelitian di mulai pada

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sesuai dengan program yang telah dilaksanakan di SDN Cisalak 2 Cimanggis Depok dengan jumlah dan jam pelajaran

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2012 2013 Disusun Oleh : WURYANINGSIH A53BO90214 PROGRAM STUDI PG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah sebagai suatu bentuk kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dasar Negeri 005 Alampanjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Dasar Negeri 005 Alampanjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 005 Alampanjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran matematika di kelas IV A SDN 2 Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan media grafis. Melalui penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A.

BAB III METODOLOGI A. 27 BAB III METODOLOGI A. Metode Penelitian Metode yang dikembangkan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (Action Research). Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini kelas maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang fokusnya pada kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Aqib,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Subyek Penelitian pembelajaran Subyek penelitian pembelajaran ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kebumen 01 dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 22 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yang dilakukan dalam upaya memperbaiki pembelajaran

Lebih terperinci