III. BAHAN DAN METODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. BAHAN DAN METODE"

Transkripsi

1 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Jakarta Selatan, terdiri dari 10 kecamatan. Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Februari 2009 sampai bulan Oktober 2009 dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jenis, Sumber Data, dan Alat Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data potensi desa (PODES) tahun 2003 dan 2006, data sekunder dari BPS berupa Jakarta Selatan dalam Angka, Peta Administrasi Jakarta Selatan, Peta Ruang Terbuka Hijau dari Dinas Tata Ruang pada dua kurun waktu yaitu tahun 2002 dan 2007, dan Peta RTRW Jakarta Selatan. Alat-alat penunjang yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat komputer dengan software ArcView 3.3 untuk digitasi dan pengolahan peta, Microsoft Excel, Microsoft Access, dan Statistica untuk pengolahan data, Microsoft Word untuk penulisan hasil data, dan printer. Pada Tabel 2 disajikan matriks hubungan antara sumber data dan teknik analisis dengan tujuan penelitian dan output yang diharapkan. Tabel 2. Hubungan Antara Tujuan Penelitian, Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Hasil yang Diharapkan No. Tujuan Penelitian Sumber Data Teknik Analisis Output yang Diharapkan 1. Mengidentifikasi Overlay perubahan luas Deskripsi ruang terbuka tabel dan hijau di Kawasan grafik Jakarta Selatan. Peta Ruang Terbuka Hijau tahun 2002 dan 2007 Jakarta Selatan Peta Administrasi Jakarta Selatan Dinamika perubahan luas Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Jakarta Selatan

2 19 Tabel 2. (Lanjutan) 2. Mengetahui laju pertumbuhan penduduk, saranaprasarana, dan perkembangan wilayah di Jakarta Selatan, 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas ruang terbuka hijau dan mngetahui hubungan antar faktor. Kepadatan Jumlah Jumlah Pendatang Jumlah Fasilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi Proporsi RTH Laju Kepadatan Laju Jumlah Laju Jumlah Pendatang Laju Fasilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi Teknik Pendugaan Perubahan Analisis skalogram sederhana Analisis Faktor Analisis Regresi Berganda Terindikasinya laju pertumbuhan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah pendatang, pertumbuhan saran-prasarana, dan perkembangan wilayah Jakarta Selatan Terindikasinya faktor-faktor penentu pertumbuhan/pe nurunan luas Ruang Terbuka Hijau dan keterkaitan hubungan antar faktor 3.3. Metode Penelitian Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima tahap, yaitu : 1. Tahap studi literatur Tahap ini dilaksanakan dengan mengumpulkan tulisan ilmiah yang berkaitan dengan penataan ruang dan perubahannya di wilayah Jakarta Selatan. 2. Tahap pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan, yaitu : Data spasial berupa Peta Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau Kawasan Jakarta Selatan hasil overlay dari Peta Ruang Terbuka Hijau dari Dinas Tata Ruang dengan Peta batas wilayah Jakarta Selatan.

3 20 Data atribut berupa data potensi desa (PODES). 3. Tahap pemasukan dan analisis data Tahap ini dilakukan sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan dari awal. Analisis peta, dilakukan dengan menggunakan program ArcView 3.3 untuk memperoleh data yang memuat informasi sesuai kebutuhan berupa pola perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan Jakarta Selatan; sedangkan untuk analisis data, digunakan microsoft exel dan software statistica. 4. Tahap pembahasan hasil analisis data Tahap ini merupakan penyusunan hasil dan pembahasannya yang pada dasarnya merupakan proses perumusan analisis sebagai bahan penyusunan skripsi. 5. Tahap penulisan skripsi Tahap ini merupakan penulisan skripsi hasil kegiatan yang dilakukan selama penelitian Teknik Analisis Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Overlay peta-peta digital, (2) Deskripsi grafik dan tabel, (3) Analisis skalogram Sederhana, (4) Regresi linier berganda, dan (5) Teknik analisis factor (Factor Analysis) Operasi Tumpang Tindih (Overlay) Teknik analisis spasial yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : proses digitasi dan proses-proses koreksi geometrik lain yang dilakukan dengan perangkat lunak ArcView 3.3 terhadap peta-peta yang telah disiapkan. Proses digitasi dilakukan terhadap peta RTH yang dikoleksi dari Dinas Tata Kota DKI Jakarta Tahun 2002 dan 2007 agar dapat dilanjutkan ke dalam proses-proses geometrik untuk dianalisis yang pada akhirnya akan menghasilkan peta hasil. Proses yang dilakukan dalam penelitian ini adalah operasi tumpang tindih (Overlay) Deskripsi Grafik dan Tabel Analisis ini merupakan penjabaran secara deskriptif terhadap grafik dan tabel yang dihasilkan dari analisis sebelumnya. Dari hasil deskripsi grafik dan

4 21 tabel, dapat diketahui pola perubahan ruang terbuka hijau serta laju hubungan laju peluruhan/pertumbuhan ruang terbuka hijau Teknik Pendugaan Perubahan Perubahan secara sistematis dapat diduga dari fungsi pertumbuhan atau peluruhan. Teknik ini dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan seiring dengan waktu, ukuran atau jarak dari posisi referensi. Rumus matematik dari teknik pendugaan perubahan adalah: Pertumbuhan = Xt 1 Xt 0 Xt 0 Xt 0 = nilai variabel tahun awal Xt 1 = nilai variabel tahun akhir Analisis Skalogram Sederhana Metode ini digunakan untuk mengetahui hirarki pusat-pusat pengembangan dan sarana-prasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan dan fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi sarana-prasarana pembangunan, distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan sarana-prasarana pembangunan. Model untuk menentukan nilai indeks perkembangan atau pelayanan kelurahan (IPK): IPK j = n i I i j dimana : I ij = Iij I SKi i min Keterangan : IPKj Iij I ij I i min SKi : Indeks perkembangan kelurahan ke-j : Nilai (skor) indeks perkembangan ke-i kelurahan ke-j : Nilai (skor) indeks perkembangan ke-i terkoreksi kelurahan ke-j : Nilai (skor) indeks perkembangan ke-i terkecil (minimum) : Simpangan baku indeks perkembangan ke-i

5 22 Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga yaitu : Hirarki I, jika indeks perkembangan wilayah ke-j (IPKj) (Rataan IPK + simpangan baku IPK) Hirarki II, jika rataan IPK < IPKj < (Rataan IPK + simpangan baku IPK) Hirarki III, jika IPKj < Rataan IPK Hirarki III < Rataan IPK Hirarki II < {Rataan IPK+ (1 x standar deviasi IPK)} Hirarki I Data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah data jumlah jenis fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan invers dari jarak atau akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan tertentu. Jumlah kelurahan yang dianalisis adalah 65 kelurahan. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan kelurahan yang didasarkan atas nilai IPK dari masing-masing kelurahan Analisis Faktor Analisis faktor (Factor analysis) berbeda dari teknik regresi berganda. Teknik regresi berganda terdiri dari satu atau lebih variabel tujuan atau dependent variable dan yang lainnya merupakan variabel penduga atau independent variable. Factor analysis suatu teknik yang menjelaskan semua variabel secara bersamaan yang semua variabel tersebut berhubungan. Dalam factor analysis, penjelasan untuk keseluruhan variabel diterangkan ke dalam faktor (Hair,1998). Factor analysis adalah metode untuk mentransformasikan sejumlah variabel ke dalam variabel baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel asal. Variabel baru tersebut memiliki bobot yang dipilih sedemikian rupa antar variabel baru yang dibangun tidak saling berkorelasi antar satu dengan lainnya (Hair, 1998). Persamaan (model) yang dihasilkan dari hasil trasformasi analisis faktor tersebut adalah sebagai berikut: Z i = A i1 F 1 + A i1 F A ip F p dimana : Zi : variabel baru ke-i i = 1,2,...

6 23 Pada penelitian ini digunakan sejumlah 6 variabel asal yang akan diidentifikasi keterkaitannya dengan menggunakan analisis faktor. variabel asal (X) yang digunakan dalam analisis faktor. Tabel 3 menjelaskan Tabel 3. Variabel-Variabel Penduga yang Digunakan dalam Analisis Faktor No. Variabel Asal Notasi / Simbol Matematis 1. Alokasi RTH dalam RTRW X 1 2. Laju Pertumbuhan Jumlah X 2 3. Laju Pertumbuhan Kepadatan X 3 4. Laju Pertumbuhan Jumlah Pendatang X 4 5. Laju Pertumbuhan Fasilitas Pendidikan X 5 6. Laju Pertumbuhan Fasilitas Perekonomian X Analisis Regresi Berganda Regresi berganda (multiple regression) adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel tujuan (dependent variable) dengan variabel penduga (independent variable). Sasaran dari metode regresi berganda adalah penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel tujuan (Hair,1998). Dengan kata lain analisis regresi berganda digunakan untuk menduga nilai suatu parameter regresi berdasarkan data yang diamati. Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsiasumsi berikut dapat dipenuhi : a. E (ei) = 0, untuk setiap i ; dimana i = 1,2,..., n; artinya rata-rata galat adalah nol. b. Kov (ei,ej) = 0, i j ; artinya kovarian (Ei,Ej) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu dengan yang lain. c. Var (ei 2 ) = σ 2 ; untuk setiap i, dimana i = 1,2,..., n; artinya setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama. d. Kov (ei,x1i) = Kov (ei,x 2 i) = 0 ; artinya kovarian setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama di setiap variabel bebas yang tercakup dalam persamaan linier berganda. e. Tidak ada multikolinearitas ; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas. f. ei N (0 ; σ), galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol dan ragam σ 2.

7 24 Persamaan (model) yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah : Y = A 0 + A 1 X 1 + A 2 X 2 + A 3 X A n X n dimana : Y : Variabel tak bebas (dependent variable) yaitu perubahan luas RTH antara tahun 2002 dan 2007 A : Koefisien regresi X : Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas yang digunakan terdiri dari variabel-variabel berikut: X 1 : Alokasi RTH dalam RTRW X 2 : Laju jumlah penduduk Jakarta Selatan Tahun X 3 : Laju kepadatan penduduk Jakarta Selatan Tahun X 4 : Laju jumlah pendatang Jakarta Selatan Tahun X 5 : Laju fasilitas pendidikan Jakarta Selatan Tahun 2003 dan 2006 X 6 : Laju fasilitas kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2003 dan 2006 X 7 : Laju fasilitas perekonomian Jakarta Selatan Tahun 2003 dan 2006

8 25 Tahapan penelitian dijabarkan dalam diagram alir pada Gambar 1. Peta Ruang Terbuka Hijau Tahun 2002 Peta Jalan Jumlah Tahun Kepadatan Tahun Jumlah Pendatang Tahun Fasilitas/ Sarana- Prasarana (PODES 2003 dan 2006) Koreksi Geometri Peta Ruang Terbuka Hijau Tahun 2007 Peta Ruang Terbuka Hijau 2002 Terkoreksi Skalogram Koreksi Geometri Tingkat Perkembangan Wilayah Peta RTRW Jakarta Selatan Peta Ruang Terbuka Hijau 2007 Terkoreksi Teknik Pendugaan Perubahan Koreksi Geometri Laju Pertumbuhan Jumlah Laju Pertumbuhan Kepadatan Laju Pertumbuhan Jumlah Pendatang Laju Pertumbuhan Fasilitas/Sarana- Prasarana Peta RTRW Terkoreksi Digitasi Alokasi RTH dalam RTRW Perubahan Luas Ruang Terbuka HIjau Laju Pertumbuhan Jumlah, Kepadatan, Jumlah Pendatang Laju Pertumbuhan Fasilitas Pendidikan dan Perekonomian Laju Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan Peta RTH 2002 Peta RTH 2007 Peta Administrasi Jakarta Selatan Peta RTRW Analisis Faktor Tumpang Tindih (Overlay) Hubungan Antar Faktor Analisis Regresi Berganda Peta Hasil Tumpang Tindih (luasan RTH) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Luas RTH Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

9 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Posisi Geografis Wilayah Jakarta Selatan merupakan daerah dataran rendah dengan tingkat kemiringan 0,25% dengan ketinggian rata-rata mencapai 5-50 m di atas permukaan laut, terletak pada Bujur Timur (BT) dan Lintang Selatan (LS). Pada Gambar 1 ditampilkan Peta Administrasi Jakarta Selatan Peta Administrasi Jakarta Selatan U Meters Kecamatan Jakarta Selatan: cilandak jagakarsa kebayoran baru kebayoran lama mampang prapatan pancoran pasar minggu pesanggerahan setia budi tebet Gambar 2. Peta Administasi Wilayah Jakarta Selatan Luas wilayah Jakarta Selatan sesuai dengan keputusan Gubernur KDKI Jakarta No 1815 tahun 1989 adalah 145,73 km 2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta dan berada di sebelah Selatan banjir kanal Timur dengan batas-batas wilayah :

10 27 Sebelah Utara berbatasan dengan banjir kanal Timur, Jl. Jendral Sudirman, Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama, dan Kebon Jeruk Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciledug dan Kota Tangerang Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Ciliwung 4.2. Administrasi dan Luas Lahan Secara administrasi wilayah Jakarta Selatan terbagi atas 10 kecamatan dengan 65 kelurahan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tebet, Setiabudi, Mampang Prapatan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Cilandak, Pesanggrahan, Pancoran, dan Jagakarsa (Gambar 1). Luas lahan wilayah Jakarta Selatan 145,73 km2. Kecamatan yang paling luas adalah Jagakarsa dengan luas 25,01 km 2 sedangkan kecamatan yang paling sempit adalah Mampang Prapatan dengan luas 7,73 km 2 (Tabel 4). Tabel 4. Luas Wilayah Kecamatan di Jakarta Selatan Tahun 2008 No. Kecamatan Luas (Km 2 ) 1. Jagakarsa 25,01 2. Pasar Minggu 21,90 3. Cilandak 18,20 4. Pesanggerahan 13,47 5. Kebayoran Lama 19,32 6. Kebayoran Baru 12,91 7. Mampang Prapatan 7,73 8. Pancoran 8,53 9. Tebet 9, Setia Budi 9,61 Jumlah 145,73 Sumber BPS Jakarta Selatan Dalam Angka Penggunaan Lahan Jenis penggunaan lahan di Jakarta Selatan dikelompokkan sebagai berikut: perumahan, industri, kantor dan gudang, taman, pertanian, lahan tidur, dan waserda. Persentase penggunaan lahan di Jakarta Selatan paling besar digunakan

11 28 untuk perumahan dan paling kecil adalah lahan tidur. Berikut ini ditampilkan persentase luas tanah menurut penggunaanya per kecamatan. Tabel 5. Persentase Luas Tanah menurut Penggunaannya per Kecamatan Kecamatan Perumah an Industri Kantor dan Per gudangan Taman Pertani an Lahan tidur Wa serda Jagakarsa 52,76 1,54 3,81 2,48 19,13 4,44 15,84 Pasar Minggu 78,01 0,43 6,44 3,38 0,06 0,53 11,15 Cilandak 77,61 1,50 6,65 0,09 0,23-13,92 Pesanggerahan 80,61 1,33 1,22 0,54 1,62 1,62 13,06 Kebayoran Lama 70,01 8,00 18,58 0,48-0,50 2,43 Kebayoran Baru 68,25 0,08 19,97 2,32 0,03 0,20 9,15 Mampang Prapatan 77,13 0,01 3, ,83 Pancoran 77,42 3,67 10,71 1,21 0,08 0,83 6,08 Tebet 73,94 0,38 14,57 0,31-0,29 10,51 Setia Budi 65,42 0,78 22,82 0,97-2,17 7,84 Sumber: Survei Fisik Kelurahan dalam Jakarta Selatan Dalam Angka (2008) 4.4. Iklim dan Suhu Udara Wilayah Jakarta Selatan secara umum beriklim tropis dengan suhu ratarata per tahun 27 0 C dengan tingkat kelembaban berkisar 80-90%. Arah angin dipengaruhi angin Muson Barat terutama pada bulan Mei-Oktober. Curah hujan per tahun rata-rata mencapai 2035 mm dengan curah hujan maksimum pada bulan Januari Kependudukan Tabel 6 menunjukkan jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan. Total jumlah penduduk di Wilayah Jakarta Selatan pada tahun 2008 sebanyak jiwa dengan total luas wilayah sebesar 145,73 km 2. Sehingga kepadatan penduduk di Jakarta Selatan sebesar Jiwa/Km 2. Kepadatan penduduk pada Kecamatan Tebet tertinggi diantara berbagai kecamatan di wilayah Jakarta Selatan, sedangkan Kecamatan Cilandak memiliki kepadatan penduduk yang terendah.

12 29 Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan menurut Kecamatan pada tahun 2008 Kecamatan Luas (Km 2 ) Jumlah Laki-Laki (Jiwa) Jumlah Perempuan (Jiwa) Total Jumlah (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jagakarsa 25, Pasar Minggu 21, Cilandak 18, Pesanggerahan 13, Kebayoran Lama 19, Kebayoran Baru 12, Mampang Prapatan 7, Pancoran 8, Tebet 9, Setia Budi 9, Jumlah 145, Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (keadaan bulan Juni 2008) dalam Jakarta Selatan Dalam Angka 2008

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN WILAYAH JAKARTA SELATAN

BAB IV TINJAUAN WILAYAH JAKARTA SELATAN BAB IV TINJAUAN WILAYAH JAKARTA SELATAN 4.1 Tinjauan Jakarta Selatan Lokasi menjadi tolak ukur utama nilai suatu proyek konstruksi bangunan, semakin strategis letak suatu gedung semakin mahal pulanilai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

Data Agregat per Kecamatan

Data Agregat per Kecamatan KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN Data Agregat per Kecamatan Jumlah Penduduk Kota Administrasi Jakarta Selatan berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,06 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Jakarta Pusat, Propinsi DKI Jakarta. Posisi Kota Jakarta Pusat terletak antara 106.22.42 Bujur Timur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan 10 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Pengolahan citra digital dan analisis data statistik dilakukan di Bagian Perencanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Dalam perencanaan dan perancangan RSUD Jakarta Selatan harus memperhatikan beberapa macam kondisi fisik wilayah secara spesifik

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau 5.1.1. Identifikasi Perubahan Luas RTH di Jakarta Timur Identifikasi penyebaran dan analisis perubahan Ruang Terbuka Hijau di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. maka di kembangkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: ketinggian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. maka di kembangkan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut: ketinggian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3.1.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada gambaran umum objek, maka di kembangkan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Bahaya Banjir Analisis tingkat bahaya banjir pada penelitian ini berpedoman pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA Rabu, 09 Juli 2008 Dr. Armi Susandi, MT. Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan objek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, seperti pada Gambar 2. Analisis spasial maupun analisis data dilakukan di Bagian

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR Land use change Analysis of Green Open Space in East Jakarta Santun R.P. Sitorus Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

Lebih terperinci

III. METEDOLOGI PENELITIAN

III. METEDOLOGI PENELITIAN III. METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2011, berlokasi di DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Galuga dan sekitarnya, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.

III. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2. III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini sebagian telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada variabel - variabel lain yang mempengaruhinya. Misalnya pada kinerja

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Laju dan Pola Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Tangerang 5.1.1. Laju Konversi Lahan di Kabupaten Tangerang Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dikelompokkan menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City Wuri Setyani 1), Santun Risma Pandapotan Sitorus 2), dan Dyah Retno Panuju

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan dan kondisi eksiting Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Bekasi, Kota Bekasi. 3.1 Gambaran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 34 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi hutan kota yang akan dibangun terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dengan luas 5400 m 2. Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di semua jenjang Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. salah satu kota pemekaran dengan penerimaan PAD yang cukup tinggi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. salah satu kota pemekaran dengan penerimaan PAD yang cukup tinggi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pengumpulan untuk penelitian dan pengolahan data dilakukan mulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilakukan di Kota

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS Oleh : Dwi Ayu Retnaning Anggreyni 3507.100.017 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Bangun M S, DEA, DESS Lalu Muhammad Jaelani, ST, MSc

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (0) 7330 / Fax: 736 Website : http://wwwstaklimpondoketungnet Jln Raya Kodam Bintaro No Jakarta Selatan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 23 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tersedia pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan BPDAS Citarum-Ciliwung untuk data seri dari tahun 2002 s/d

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi Secara geografis Kota Bekasi berada pada posisi 106 o 48 28 107 o 27 29 Bujur Timur dan 6 o 10 6 6 o 30 6 Lintang Selatan. Letak Kota Bekasi yang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-87 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 39 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi dan Iklim Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±7 meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 6º12 LS dan

Lebih terperinci