BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Bahan Campuran Beton

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pemeriksaan Bahan Campuran Beton"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pemeriksaan Bahan Campuran Beton Dalam pembuatan beton diperlukan pemeriksaan dari bahan yang akan digunakan sehingga didapatkan data yang akhirnya digunakan untuk membuat mix design beton. Pemeriksaan campuran beton yang dilakukan meliputi pemeriksaan agregat halus, pemeriksaan agregat kasar. Untuk pemeriksaan bahan tambah limbah serat tali beneser menggunakan data yang telah diteliti pada tugas akhir yang berjudul Tinjauan Kuat Desak dan Kuat Tarik Belah Beton dengan Penambahan Serat Tali Beneser (Felany, 2004) dengan berat jenis tali beneser 656,468 kg/m3. Panjang serat 500 mm dan diameter 1,5 mm maka aspek rasio antara panjang serat dan diameter serat adalah 500/1,5 = 333,33. Kualitas bahan yang digunakan menentukan kualitas dari beton itu sendiri Pemeriksaan Agregat Halus Agregat halus yang digunakan merupakan pasir yang berasal dari Kali Progo. Sebelum pasir digunakan sebagai campuran beton, perlu adanya pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium. Pemeriksaan agregat halus dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pemeriksaan agregat halus (pasir) yang dilakukan terdiri dari pengujian kandungan lumpur, kandungan zat organic, gradasi agregat halus, berat 57

2 58 jenis, dan penyerapan, dan kadar air. Berikut hasil pengujian dapat dilihat dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Pengujian Agregat Halus Nomor Pemeriksaan I A Berat Contoh Kering (gr) 500,35 B Jumlah Air (V-W) 188,35 C Berat Oven 490,01 D (500) Berat Jenis Bulk = ( B) 2,54 E BJ Jenuh Kering Permukaan SSD = F Berat Jenis Semu (Apparent) = ( A) ( B) ( A) ( B) ( A C) ( A) ( C) G Penyerapan (Absorption) = x100% ( C) 2,656 2,751 2, Pemeriksaan Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan berasal dari Clereng dengan butir ukuran maksimum 20 mm. Sama seperti agregat halus, agregat kasar perlu adanya pengujian laboratorium sebelum digunakan. Pengujian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan Bangunan dan Laboratorium Transportasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pemeriksaan agregat kasar atau split terdiri dari pemeriksaan kandungan lumpur, gradasi agregat kasar, keausan agregat dengan Los Angeles Abration Machine, berat jenis dan penyerapan air, dan kadar air. Adapun hasil pengujian dapat dilihat dalam Tabel 5.2.

3 59 Tabel 5.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar Nomor Pemeriksaan I A Berat Contoh Kering (gr) (A) 2805 B Berat Contoh Kering Permukaan (SSD) (gr) (B) 2927 C Berat Contoh Dalam Air (gr) (C) 1,797 D ( A) Berat Jenis Bulk = ( B) ( C) 2,4823 E BJ Jenuh Kering Permukaan SSD = F Berat Jenis Semu (Apparent) = ( B) ( B) ( C) ( A) ( A) ( C) ( B) G Penyerapan (Absorption) = x100% ( B) ( A) 2,5903 2,7827 4,35% 5.2. Kebutuhan Bahan Adukan Beton Berdasarkan hasil perhitungan rencana campuran adukan beton, maka diperoleh kebutuhan bahan per m3 campuran beton seperti dalam Tabel 5.3. Variasi Serat Tabel 5.3 Proporsi Campuran Adukan Beton Untuk 1 Silinder Beton Air (liter) Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Viscocrete (kg/l) Tali Beneser 0% % % Hasil Pengujian Setelah dilakukannya pengadukan beton, dilakukan beberapa pengujian untuk membuat analisis seperti pengujian slump, berat jenis beton, kuat tekan

4 60 beton, modulus elastisitas, kuat belah beton, kuat lekat beton, dan kuat tarik baja tulangan Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan Baja tulangan yang digunakan adalah baja dengan diameter 8 mm, 10 mm, dan 12mm. Fungsi dari pengujian tarik baja tulangan adalah untuk mengetahui tegangan leleh (fy) dan tegangan ultimate (fu) yang digunakan. Pengujian ini dilakukan dengan cara pembacaan beban pada mesin UTM dengan merk Shimadzu. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Kuat Tarik Baja Tegangan Tegangan Diameter Tulangan Leleh (fy) Ultimate (fu) MPa MPa P P P Hasil Pengujian Slump Setelah pengadukan dilakukan uji pertama kali yaitu uji slump yang dilakukan untuk menentukan workability dari ccampuran beton segar (fresh concrete). Nilai slump yang didapat dibandingkan dengan nilai slump sesuai dengan syarat dan digunakan untuk menunjukkan kebutuhan air dari campuran beton baik itu kelebihan, kekurangan atau cukup air. Hasil dari pengujian slump dapat dilihat pada Tabel 5.5.

5 61 Tabel 5.5 Hasil Pengujian Slump No Variasi Beton 1 Beton Normal 2 3 Beton Serat 0.6% Beton Serat 0.9% Kode Beton BN-A BN-B BN-C BS-A 0.6 BS-B 0.6 BS-C 0.6 BS-A 0.9 BS-B 0.9 BS-C 0.9 Nilai Slump (cm) Hasil Pengujian Berat Jenis Beton Hari: Berikut adalah contoh perhitungan berat jenis beton normal umur 28 Berat silinder beton = 13,18 kg Diameter silinder beton = 14,905 cm Tinggi silinder = 30,085 cm 1 Volume (V) = x 4 π x d 2 x t = 1 4 x π x 14,905 2 x 30,085 = 5249,33 cm 3 = 5249,33 x 10-6 m 3 Berat jenis beton = Berat Volume = 13, ,33 x 10 6 = 2510,7966 kg/m 3

6 62 Tabel 5.6 Hasil perhitungan berat jenis beton untuk setiap variasi dapat dilihat pada Tabel 5.6 Berat Jenis Beton Variasi Kode Beton Berat Jenis (kg/m3) BN-A 2510,7966 0% BN-B 2526,7318 BN-C 2488,9043 BS-A ,3368 0,6% BS-B ,1001 BS-C ,7886 BS-A ,6780 0,9% BS-B ,9287 BS-C , Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Berat Jenis Rerata (kg/m3) 2508, , ,0290 Pengujian kuat tekan dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan CTM merek ELE. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan kuat tekan maksimum beton (Pmaks). Jumlah total beton yang diuji yaitu sebanyak 9 benda uji. Berdasarkan beban maksimum yang didapatkan dari pengujian kuat tekan, nantinya nilai mutu beton dapat dihitung. Sebagai contoh benda uji dengan kode BN-A : Diameter (d) Kuat desak (P) = 14,905 cm = 710 KN 1 Luas (A) = x 4 π x d 2

7 63 1 = x 4 π x 149,05 2 = 17448,329 mm 2 (f c) = P x 1000 A = 710 x ,329 = 40,692 MPa Secara lengkap hasil pengujian kuat tekan beton yang didapatkan dapat dilihat dalam Tabel 5.7 Tabel 5.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Variasi Diameter Tinggi Berat f'c Rerata Serat Rerata (cm) Rerata (cm) Rerata (kg) (Mpa)

8 64 Data kuat tekan beton yang dihasilkan dapat dilihat pula dalam bentuk diagram yang disajikan seperti dalam Gambar , ,5502 Kuat Tekan (MPa) , Beton Normal Beton Serat 0.6 Beton Serat 0.9 Gambar 5.1 Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton meningkat yang awalnya hanya direncanakan sebesar 25 MPa. Nilai kuat tekan beton dengan variasi serat 0%, 0.6%, dan 0.9% berturut-turut adalah 30,9079 MPa, 28,5502 MPa, dan 24,9469 MPa Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton Pengujian modulus elastisitas beton dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan alat uji UTM dengan merk Shimadzu. Pengujian dilakukan pada saat umur beton 28 hari. Sebelum pengujian modulus elastisitas beton, dilakukan pengujian kuat tekan

9 65 untuk mengetahui kuat tekan maksimum beton. Batas pengujian modulus adalah sebesar 30% dari kuat tekan maksimum beton. Nilai 30% diambil karena masih dalam batas elastisitas beton dan selanjutnya dapat digunakan untuk pengujian kuat tekan beton. Data hasil pengujian modulus elastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.8 Tabel 5.8 Hasil Pengujian Modulus Elastis Beton Variasi Serat Kode Beton Modulus Elastisitas (MPa) 0% BN MPa 0.6% BS MPa 0.9% BS MPa Gambar 5.2. Data hasil modulus elastisitas beton dapat dilihat dalam diagram pada Modulus Elastisitas (MPa) % 0,6% 0,9% Variasi Serat Gambar 5.2 Modulus Elastisitas Beton

10 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Pengujian kuat tarik belah beton dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan CTM merek ELE. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan kuat tarik belah maksimum beton (Pmaks). Jumlah total beton yang diuji yaitu sebanyak 9 benda uji. Secara lengkap hasil pengujian kuat tarik belah beton yang didapatkan dapat dilihat dalam Tabel 5.9 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton Variasi Diameter Tinggi Berat f'c Rerata Serat Rerata (cm) Rerata (cm) Rerata (kg) (Mpa) Data kuat tekan tarik belah yang dihasilkan dapat dilihat pula dalam bentuk diagram yang disajikan seperti dalam Gambar 5.3.

11 67 3,7 3,6 3,5653 3,5 3,4 3,3 3,2 3,2225 3,1 3 3,0415 2,9 2,8 2,7 Beton Normal Beton Serat 0.6 Beton Serat 0.9 Gambar 5.3. Kuat Tarik Belah Beton 5.4. Hasil Pengujian Kuat Lekat Beton Pengujian kuat lekat beton dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan alat uji UTM dengan merk Shimadzu. Pengujian dilakukan pada saat umur beton 28 hari. Jumlah total beton yang diuji yaitu sebanyak 27 benda uji. Secara lengkap hasil kuat lekat beton yang didapatkan dapat dilihat dalam Tabel 5.10.

12 68 Tabel 5.10 Hasil Pengujian Kuat Lekat Beton Variasi Tulangan P8 P10 P12 Variasi Serat 0% 0,6% 0,9% 0% 0,6% 0,9% 0% 0,6% 0,9% Kode Beton Kapasitas Beban Tegangan Lekat Max (kgf) (MPa) P8 BN-A P8 BN-B - - P8 BN-C P8 BS-A 0.6% P8 BS-B 0.6% P8 BS-C 0.6% P8 BS-A 0.9% - - P8 BS-B 0.9% P8 BS-C 0.9% P10 BN-A P10 BN-B P10 BN-C P10 BS-A 0.6% P10 BS-B 0.6% P10 BS-C 0.6% P10 BS-A 0.9% P10 BS-B 0.9% P10 BS-C 0.9% - - P12 BN-A - - P12 BN-B P12 BN-C P12 BS-A 0.6% P12 BS-B 0.6% P12 BS-C 0.6% P12 BS-A 0.9% P12 BS-B 0.9% - - P12 BS-C 0.9% Tegangan Lekat (MPa) Ratarata

13 Hubungan Antara Tegangan dan Displacement Terhadap Variasi Beton dan Tulangan Hasil pengujian untuk mengetahui tegangan dan defleksi beton yaitu menggunakan alat uji UTM. Berikut adalah gambar grafik yang menunjukkan hubungan antara tegangan dan defleksi terhadap variasi beton Hubungan Tegangan dan Displacement Beton Normal Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt beton normal disajikan pada Gambar τ (MPa) P8 P10 P Displacement.10-2 Gambar 5.4 Hubungan Tegangan dan Displacement Terhadap Beton Normal Rerata Pada Gambar 5.4 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk beton normal dengan variasi tulangan P8, P10, dan P12 berturut-turut adalah 2,42 MPa, 2,7322 MPa, dan 6,245 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai

14 70 tegangan maksimum yang paling besar terdapat pada beton normal yang menggunakan tulangan P Hubungan Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.6% Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt beton serat 0.6% disajikan pada Gambar 5.5 τ (MPa) 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, P8 P10 P12 Gambar 5.5 Hubungan Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.6% Rerata Pada Gambar 5.5 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk beton serat 0.6% dengan variasi tulangan P8, P10, dan P12 berturut-turut adalah 2,342 MPa, 2,6542 MPa, dan 4,3977 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai tegangan maksimum yang paling besar terdapat pada beton serat 0.6% yang menggunakan tulangan P12. Displacement.10-2

15 Hubungan Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.9% Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt beton serat 0.9% disajikan pada Gambar 5.6 4,5 4 3,5 3 τ (MPa) 2,5 2 1,5 1 0,5 P8 P10 P Gambar 5.6 Hubungan Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.9% Rerata Pada Gambar 5.6 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk beton serat 0.9% dengan variasi tulangan P8, P10, dan P12 berturut-turut adalah 2,1078 MPa, 2,6542 MPa, dan 3,8642 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai tegangan maksimum yang paling besar terdapat pada beton serat 0.9% yang menggunakan tulangan P12. Displacement Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P8 Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt tulangan diameter P8 disajikan pada Gambar 5.7

16 72 3 2,5 τ (MPa) 2 1,5 1 0,5 BS 0.6% Rerata BS 0.9% Rerata BN Rerata Gambar 5.7 Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P8 Pada Gambar 5.7 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk tulangan diameter P8 dengan variasi beton normal, beton serat 0.6%, dan beton serat 0.9% berturut-turut adalah 2,42 MPa, 2,342 MPa, dan 2,1078 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai tegangan maksimum variasi beton yang menggunakan tulangan diameter P8 terdapat pada beton normal. Displacement Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P10 Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt tulangan diameter P10 disajikan pada Gambar 5.8

17 73 3 2,5 τ (MPa) 2 1,5 1 0,5 Beton Normal Beton Serat 0.6% Beton Serat 0.9% Displacement.10-2 Gambar 5.8 Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P10 Pada Gambar 5.8 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk tulangan diameter P10 dengan variasi beton normal, beton serat 0.6%, dan beton serat 0.9% berturut-turut adalah 2,7322 MPa, 2,6542 MPa, dan 2,6542 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai tegangan maksimum variasi beton yang menggunakan tulangan diameter P8 terdapat pada beton normal Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P12 Hubungan antara tegangan dan Displacemetnt tulangan diameter P12 disajikan pada Gambar 5.9

18 74 τ (MPa) Beton Normal Beton Serat 0.6% Beton Serat 0.9% Displacement.10-2 Gambar 5.9 Hubungan Tegangan dan Displacement Tulangan Diameter P12 Pada Gambar 5.9 dapat dilihat nilai tegangan maksimum untuk tulangan diameter P12 dengan variasi beton normal, beton serat 0.6%, dan beton serat 0.9% berturut-turut adalah 6,2452 MPa, 4,3977 MPa, dan 3,8642 MPa. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat nilai tegangan maksimum variasi beton yang menggunakan tulangan diameter P12 terdapat pada beton normal.

19 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada kapasitas silinder beton serat dengan variasi serat 0%, 0.6%, dan 0.9% dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari variasi serat 0% sebesar MPa, 0.6% sebesar MPa, dan 0.9% sebesar MPa. 2. Modulus elastisitas beton rerata pada kadar serat 0% sebesar 26129,633 MPa, serat 0.6% sebesar 25113,134 MPa, dan serat 0.9% sebesar 23475,077 MPa. 3. Dari hasil penelitian kuat lekat, beton yang menggunakan tulangan P12 memiliki nilai tegangan yang paling besar, dikarenakan tulangan P8 dan P10, mengalami gripping dan slip, 4. Serat tali beneser tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai dari pengujian kuat tekan, kuat belah, dan kuat lekat beton. 5. Nilai kuat lekat dalam penelitian beton serat 0.6% lebih tinggi dibanding beton serat 0.9%. 75

20 Saran Saran yang penulis dapat berikan setelah melihat hasil penelitian ini adalah sebagia berikut: 1. Perlu adanya alat bantu untuk pemasangan tulangan, agar tulangan yang dipasang benar-benar tegak lurus, sehingga data yang didapat lebih akurat. 2. Pada saat proses pengecoran, pencampuran serat tali beneser lebih diperhatikan, agar serat tercampur rata pada adukan beton, 3. Penelitian selanjutnya dapat digunakan tulangan berdiameter lebih besar, untuk mengurangi terjadinya slip pada saat pengujian, sehingga data yang di dapat lebih akurat, mungkin bisa dimulai dengan tulangan polos berdiameter 12 mm, 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan panjang penanaman, sehingga dapat menemukan panjang penanaman yang optimum untuk kuat lekat beton. 5. Untuk pengujian selanjutnya bisa memvariasikan ukuran dan bentuk serat yang digunakan sebagai campuran beton,

21 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991, SNI Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Permukaan, Jakarta. Anonim, 2002, SNI Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, Bandung. Annual Book of ASTM Standard, 1994, Concrete and Aggregates. Volume Philadelphia. USA Afifuddin, Mochammad.dan Abdullah., 2013, Kuat Lekat (Bond Strength) Antara Tulangan Dengan Beton Busa (Foamed Concrete), Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Amirrudin, A,A., 2013, Perilaku Lekatan Tulangan Ulir Terhadap Material SCC, Fakultas Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Budi, A.S. dkk., 2013, Kuat Lekat Tulangan Bambu Wulung dan Petung Takikan Pada Beton Normal, Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret, Surakarta Felany, Duan, 2004, Tinjauan Kuat Desak dan Kuat Tarik Belah Beton Dengan Penambahan Serat Tali Beneser, Laporan Penilitian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta Mulyono, Tri, 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta. Musthofa, E,J., 2012, Tinjauan Kuat Lekat Tulangan Beton Dengan Tanah Pozolan Tulakan dan Kapur Sebagai Pengganti Semen, Laporan Penelitian Tugas Akhir Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Surakarta SK SNI M F, 1989, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar, Badan Standarisasi Nasional. SNI , Baja Tulangan Beton, Badan Standarisasi Nasional. Tjokrodimuljo, K., 2003, Teknologi Bahan Konstruksi, Diktat Kuliah Teknik Sipil UGM. Tumiwa, Brian., 2016, Pemeriksaan Tegangan Lekat Antara Baja dan Beton Dengan Kuat Tekan Beton 40 MPa, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado, vol. 4, no. 1, pp

22 Lampiran 1 Halaman 78 A. PEMERIKSAAN BAHAN A.1. ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR Bahan Asal : Batu Pecah (Split) : Kali Clereng Diperiksa : 08 November 2016 BERAT KERING : 1000 gram Berat Saringan B Persentase B.Saringan B.Tertahan Nomor Saringan + Tertahan (gram) (gram) Tertahan (gram) B.Tertahan Lolos (gram) % % 3/4" (19,1 mm) /2" (12,7 mm) /8" (9,52mm) No.4(4,75 mm) No.8(2,36 mm) No.30(0,60mm) No.50(0,30mm) No.100(0,15mm) No.200(0,75mm) PAN Modulus Halus Butir = = 6, Kesimpulan = 5,0 6,66 8,0 Syarat Terpenuhi (OK)

23 Lampiran 2 Halaman 79 A.2. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR Bahan Asal : Batu pecah (split) : Kali Clereng Diperiksa : 08 November 2016 Nomor Pemeriksaan I A Berat Contoh Kering (gr) (A) 2805 B Berat Contoh Kering Permukaan (SSD) (gr) (B) 2927 C Berat Contoh Dalam Air (gr) (C) 1,797 D ( A) Berat Jenis Bulk = ( B) ( C) 2,4823 E ( B) BJ Jenuh Kering Permukaan SSD = ( B) ( C) 2,5903 F ( A) Berat Jenis Semu (Apparent) = ( A) ( C) 2,7827 G ( B) Penyerapan (Absorption) = x100% ( B) ( A) 4,35% Berat Jenis Bulk Berat Jenis Bulk (SSD) = 2,4823 gr/cm3 = 2,5903 gr/cm3 Berat Jenis Semu (Apparent) = 2,7827 gr/cm3 Penyerapan (Absorption) = 4,35%

24 Lampiran 3 Halaman 80 A.3. PEMERIKSAAN LOS ANGELES ABRASION TEST Bahan Asal : Batu Pecah (Split) : Kali Clereng Diperiksa : 31 Oktober 2016 Gradasi Saringan Nomor Contoh I Lolos Tertahan Berat masing-masing agregat ¾ ½ 2500 gram ½ 3/ gram Nomor Contoh I Berat sebelumnya (A) 5000 gram Berat sesudah diayak saringan no gram (B) Berat sesudah (A)-(B) 1350 gram ( A) ( B) 27% Keausan = x100% ( A) Keausan rerata 27% Kesimpulan Keausan rerata 40% (syarat terpenuhi)

25 Lampiran 4 Halaman 81 A.4. PEMERIKSAAN GRADASI BESAR BUTIRAN PASIR Bahan Asal : Pasir : Kali Progo Diperiksa : 29 Oktober 2016 Nomor Saringan B.Saringan (gram) BERAT KERING : 1000 gram Berat Saringan + Tertahan (gram) B.Tertahan (gram) B.Tertahan (gram) Persentase B.Tertahan Lolos % % 3/4" /2" /8" No No No No No No PAN Termasuk dalam Pasir Golongan II Modulus Halus Butir = = Kesimpulan MHB pasir (Syarat Terpenuhi)

26 Lampiran 5 Halaman 82 A.5. PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS Bahan Asal : Pasir : Kali Progo Diperiksa : 29 September 2016 Nomor Pemeriksaan I A Berat Contoh Kering (gr) 500,35 B Jumlah Air (V-W) 188,35 C Berat Oven 490,01 D (500) Berat Jenis Bulk = ( B) 2,54 E ( A) BJ Jenuh Kering Permukaan SSD = ( B) 2,656 F ( A) Berat Jenis Semu (Apparent) = ( B) ( A C) 2,751 G ( A) ( C) Penyerapan (Absorption) = x100% ( C) 2,11 Berat Jenis Bulk Berat Jenis Bulk (SSD) = 2,540 gr/cm3 = 2,656 gr/cm3 Berat Jenis Semu (Apparent) = 2,751 gr/cm3 Penyerapan (Absorption) = 2,11%

27 Lampiran 6 Halaman 83 A.6. PENGUJIAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT HALUS I. Waktu pemeriksaan 03 Oktober 2016 II. Bahan a. Pasir kering tungku, asal : Kali Progo, berat : 100 gram b. Air jernih asal : LSBB Prodi TS FT - UAJY III. Alat a. Gelas ukur, ukuran : 250 cc b. Timbangan c. Tungku (oven), suhu antara C IV. Pasir + piring masuk tungku V. Hasil Pasir + piring keluar tungku a. Berat piring + pasir = 180,85 gr b. Berat piring kosong = 84,44 gr c. Berat pasir = 96,41 gr d. Kandungan Lumpur ,2 = x100% = 3,59% 100 Kesimpulan : Kandungan lumpur 3,59% 5%, syarat terpenuhi (OK).

28 Lampiran 7 Halaman 84 A.7. PENGUJIAN KANDUNGAN ZAT ORGANIK AGREGAT HALUS I. Waktu Pemeriksaan : 03 Oktober 2016 II. Bahan a. Pasir kering tungku, asal : Kali Progo, berat 120 gram b. Larutan NaOH 3% III. Alat Gelas ukur, ukuran 250 cc IV. Sketsa 200 NaOh 3% 120 gr Pasir 120 gr V. Hasil Setelah didiamkan selama 24 jam, warna larutan di atas pasir sesuai dengan Gardner Standard Color No. 8 maka syarat terpenuhi.

29 Lampiran 8 Halaman 85 B. PERENCANAAN ADUKAN UNTUK BETON NORMAL (SNI ) A. Data Bahan 1. Bahan agregat halus (pasir) : Kali Progo, Yogyakarta 2. Bahan agregat kasar : Cilereng, Yogyakarta 3. Jenis semen : Gresik (Tipe 1) B. Hitungan 1. Kuat tekan beton yang direncanakan (f c) pada umur 28 hari. fc =25 MPa 2. Menentukan nilai deviasi standar berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan campuran (Cukup Sd = 5,6) 3. Berdasarkan SNI, nilai margin ditentukan sebesar 9,184 MPa. 4. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan berdasarkan SNI. f c = f c + M = ,184 = 34,184 MPa 5. Menentukan jenis semen Jenis semen kelas I (PC) 6. Menetapkan jenis agregat a. Agregat halus : pasir alam Direncanakan golongan 2 b. Agregat kasar : batu pecah 7. Menetukan faktor air-semen, berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu.

30 Lampiran 8 Halaman 86 Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan Faktor Air Semen, dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia (Sumber : SNI : Tabel 2) Berdasarkan tabel 2 SNI didapat kuat tekan 37 MPa, Dari titik kekuatan tekan 37 MPa tarik garis datar hingga memotong kurva 28 hari yang artinya beton direncanakan akan menghasilkan kuat tekan 37 MPa dalam waktu 28 hari yang menunjukan faktor air semen 0,44. Kemudian dari titik kekuatan tekan beton yang dirancang (dalam hal ini 34,184 MPa) tarik garis datar hingga memotong kurva garis 28 hari. Dari titik potong ini tarik garis tegak ke bawah hingga memotong sumbu X (absiska) dan dibaca faktor air semen yang diperoleh. Didapatkan sebesar 0,46.

31 Lampiran 8 Halaman Hubungan Kuat Tekan Silinder dengan Fas (Sumber : SNI : Grafik 1)

32 Lampiran 8 Halaman Menetapkan faktor air semen Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Kusus. (Sumber : SNI : Tabel 4) Berdasarkan tabel 4 SNI , untuk beton dalam ruang bangunan sekeliling non-korosif fas maksimum 0,6. Dibandingkan dengan no.7, dipakai terkecil. Jadi digunakan fas 0, Menetapkan nilai Slump Jenis konstruksi jalan, berdasarkan SK SNI T digunakan nilai slump dengan nilai maksimum 15 cm dan minimum 7,5 cm. 10. Ukuran butiran maksimum (krikil) adalah 20 mm. 11. Menetapkan jumlah air yang diperlukan tiap m 3 beton.

33 Lampiran 8 Halaman 89 Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat Kemudahan Pengerjaan Adukan Beton (Sumber : SNI : Tabel 3) a. Ukuran butir maksimum 20 mm. b. Nilai Slump mm. c. Agregat halus berupa batu tak di pecah, maka Wh = 195 d. Agregat kasar berupa batu pecah, maka Wk = 225 W = 2 3 Wh Wk Dengan : Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar W = = 205 liter/m Menghitung berat semen yang diperlukan : a. Berdasarkan tabel 4 SNI , diperoleh semen minimum 275 kg. b. Berdasarkan fas = 0,46. Semen per m 3 beton = air fas = 205 0,46 = 445,6522 kg Dipilih berat semen paling besar. Digunakan berat semen 445,6522 kg. 13. Penyesuaian jumlah air atau fas. fas rencana = 0,46 fas mak > fas rencana

34 Lampiran 8 Halaman 90 0,6 > 0,46. Oke 14. Perbandingan agregat halus dan kasar. Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang Dianjurkan Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm. (Sumber : SNI : Tabel 13) a. Ukuran maksimum 20 mm. b. Nilai Slump 75 mm 150 mm c. fas 0,46. d. Jenis gradasi pasir no. 2. Diambil proporsi pasir = 38%. 15. Berat jenis agregat campuran P = 100 Bj agregat halus + P Bj agregat kasar 100 = = 2,6151 Dimana : 2, ,590 P = % agregat halus terhadap agregat campuran K = % agregat kasar terhadap agregat campuran 16. Berat jenis beton

35 Lampiran 8 Halaman 91 Perkiraan Berat Isi Beton yang Telah Selesai Didapatkan 2350 (Sumber : SNI : Grafik 16) Bj campuran (langkah 15) 2,6151 kg/m3 dibuat garis bantu diantara 2,6 dan 2,7. Keperluan air yaitu 205 kg (langkah 11) ditarik garis vertical ke atas sampai menyentuh garis, kemudian tarik ke kiri di dapat 2350 kg/m Berat agregat campuran = berat tiap m 3 keperluan air dan semen = 2350 ( ,6522) = 1699,3478 kg/m Menghitung berat agregat halus berat agregat halus = % berat agregat halus x keperluan agregat campuran

36 Lampiran 8 Halaman 92 = Menghitung berat agregat kasar 1699,3478 = 645,7522 kg/m3 berat agregat kasar = % berat agregat kasar x keperluan agregat campuran = Volume Silinder = 1 4 π D2 T 1699,3478 = 1053,5956 kg/m3 = 1 4 π = 5301,4308 cm 3 Kebutuhan komposisi berat campuran per 1 m 3 a. Air = 205 liter b. Semen = 445,6522 kg c. Agregat halus = 645,7522 kg d. Agregat kasar = 1053,5956 Berat Jenis Serat Tali Beneser = 656,47 kg/m 3 Serat 0,6% yang diperlukan = 313,14 gram Serat 0,9% yang diperlukan = 469,70 gram No. Jenis Bahan Berat (kg) Berat (kg) Per 1 m 3 SF 1,15 m 3 1. Air ,75 2. Semen 445, ,50 3. Agregat Halus 645, , Agregat Kasar 1053, ,6349

37 Lampiran 9 Halaman 93 C. PEMERIKSAAN TULANGAN BAJA PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA Kode Baja Diameter Tegangan Leleh (fy) kgf Tegangan Ultimate (fu) kgf BJTP BJTP BJTP Contoh perhitungan SW TS 40 A : Diameter baja (d) Tegangan leleh (fy) Tegangan ultimate (fu) = 10 mm = 2250 kgf = 3120 kgf 1 Luas tampang baja (A) = x 4 π x d 2 = = mm x π x 10 2 Tegangan leleh (fy) = Tegangan ultimate (fu) = f x 9,81 A f x 9,81 A = = 3120 x 9, x 9, = MPa = MPa HASIL PERHITUNGAN Kode Baja Tegangan Leleh (fy) MPa Tegangan Ultimate (fu) MPa BJTP BJTP BJTP

38 Lampiran 10 Halaman 94 D. PENGUJIAN BETON D.1. JADWAL PENGUJIAN BETON No. Kode Uji 28 hari 1 Beton Normal 20 Desember Beton Serat 0,6% 21 Desember Beton Serat 0,9% 22 Desember 2016 D.2. PEMERIKSAAN BERAT JENIS BETON Variasi Serat Model d (cm) t (cm) berat (kg) BN-A % BN-B BN-C Variasi Serat Model d (cm) t berat BS-A % BS-B BS-C Variasi Serat Model d (cm) t berat BS-A % BS-B BS-C

39 Lampiran 10 Halaman 95 Contoh perhitungan: Beton Normal BN-A 0% Umur 28 hari: Berat silinder beton = 13,18 kg Diameter silinder beton (d) = 14,905 cm Tinggi silinder (t) = 30,085 cm 1 Volume (V) = x 4 π x d 2 x t = 1 4 x π x 14,905 2 x 30,085 = 5249,33 cm 3 = 5249,33 x 10-6 m 3 Berat jenis beton = Berat Volume = 13, ,33 x 10 6 = 2510,7966 kg/m 3 TABEL BERAT JENIS BETON Variasi 0% 0,6% 0,9% Kode Beton Berat Jenis (kg/m3) BN-A 2510,7966 BN-B 2526,7318 BN-C 2488,9043 BS-A 2430,3368 BS-B 2487,1001 BS-C 2351,7886 BS-A 2539,6780 BS-B 2524,9287 BS-C 2525,4590 Berat Jenis Rerata (kg/m3) 2508, , ,0290

40 Lampiran 11 Halaman 96 D.3. PENGUJIAN KUAT TEKAN Data yang diperoleh : Variasi Kode Beton f c (KN) f c (MPa) f c Rerata (MPa) 0% 0,6% 0,9% BN-A ,692 BN-B ,665 BN-C ,367 BS-A ,772 BS-B ,605 BS-C ,274 BS-A ,040 BS-B ,684 BS-C ,117 30,908 28,550 24,947 Contoh perhitungan: Beton Normal BN-A 0% Diameter silinder beton (d) = 14,905 cm Kuat desak (P) = 710 KN 1 Luas (A) = x 4 π x d 2 = 1 4 x π x 149,05 2 (f c) = = 17448,329 mm 2 P x 1000 A = = 40,692 MPa 710 x ,329

41 Lampiran 12 Halaman 97 D.4. PENGUJIAN MODULUS ELASTISITAS BETON Contoh perhitungan: BS-C 0,6 umur 28 hari Diameter silinder beton (d) = 14,9 cm Beban (kgf) = Perpendekan (0,5 ΔP) = 102 Panjang awal (Po) = 20,38 Luas alas silinder beton (A) = 1 x π x 4 d2 = 1 x π x 4 14,92 x 100 = 17436,6246 mm 2 Tegangan (f) Beban x 9, x 9,81 = = A 17436,6246 = 7,5952 MPa 0,5 ΔP 102 x 0,001 Regangan (ε) = = Po 20,38 x 10 = 5,0049 x 10-4 Regangan koreksi (ε) = Regangan (ε) + koreksi = 5,1911 x 10-4 Modulus elastisitas (Ec) = f = 7,5952 ε 5,1911 x 10 4 = 14631,1024 MPa

42 Lampiran 13 Halaman 98 D.5. PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH BETON Data yang diperoleh : Variasi Kode 28 Hari Serat Beton ft (MPa) ft Rerata (MPa) BN-A BN-B BN-C BS-A BS-B BS-C BS-A BS-B BS-C Contoh perhitungan: Beton Normal BN-A 0% Diameter silinder beton (d) = 14,95 cm Kuat desak (P) = 295 KN Tinggi (t) = cm ft = 2P = 2 x 295 x 1000 π x d x t π x 149,5 x 298,85 = MPa

43 Lampiran 14 Halaman 99 D.6 PENGUJIAN KUAT LEKAT BETON Contoh perhitungan : P8 BN-A umur 28 hari Diameter silinder beton (d) = 8 mm Beban (kgf) = 1240 kgf Panjang penanaman (ld) = 200 mm Luas alas silinder beton (A) = π x ld x d = π x 200 x 8 = mm 2 Tegangan (f) = Beban x 9.81 A = 1240 x = 2.42 MPa

44 Lampiran 14 Halaman 100 Silinder Beton Normal P8 / BN-A Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

45 Lampiran 14 Halaman 101 Silinder Beton Normal P8 / BN-C Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

46 Lampiran 14 Halaman 102 Silinder Beton Normal P10 / BN-A Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

47 Lampiran 14 Halaman 103 Silinder Beton Normal P10 / BN-B Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

48 Lampiran 14 Halaman 104 Silinder Beton Normal P10 / BN-C Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

49 Lampiran 14 Halaman 105 Silinder Beton Normal P12 / BN-B Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

50 Lampiran 14 Halaman

51 Lampiran 14 Halaman 107 Silinder Beton Normal P12 / BN-C Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

52 Lampiran 14 Halaman 108 Silinder Beton Serat 0.6% P8 / BS-A 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

53 Lampiran 14 Halaman 109 Silinder Beton Serat 0.6% / BS-B 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

54 Lampiran 14 Halaman 110 Silinder Beton Serat 0.6% P8 / BS-C 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

55 Lampiran 14 Halaman 111 Silinder Beton Serat 0.6% P10 / BS-A 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

56 Lampiran 14 Halaman 112 Silinder Beton Serat 0.6% P10 / BS-B 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

57 Lampiran 14 Halaman 113 Silinder Beton 0.6% P10 / BS-B 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

58 Lampiran 14 Halaman 114 Silinder Beton Serat P12 0.6% / BS-A 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

59 Lampiran 14 Halaman 115 Silinder Beton Serat 0.6 % P12 / BS-B 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

60 Lampiran 14 Halaman

61 Lampiran 14 Halaman 117 Silinder Beton Serat 0.6% P12 / BS-C 0.6 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔP.10-2 Tegangan (f) (MPa)

62 Lampiran 14 Halaman 118 Silinder Beton Serat 0.9% P8 / BS-B 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

63 Lampiran 14 Halaman 119 Silinder Beton Serat 0.9 % P8 / BS-C 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

64 Lampiran 14 Halaman 120 Silinder Beton Serat 0.9% P10 / BS-A 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

65 Lampiran 14 Halaman 121 Silinder Beton Serat 0.9% P10 / BS-B 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

66 Lampiran 14 Halaman 122 Silinder Beton 0.9% P12 / BS-A 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

67 Lampiran 14 Halaman 123 Silinder Beton 0.9% P12 / BS-C 0.9 Beban (kgf) ΔP ΔP.10-2 ΔL.10-2 Tegangan (f) (MPa)

68 Lampiran 14 Halaman 124 Grafik Hubungan Antara Tegangan dan Displacement Beton Normal 3 2,5 2 Beton Normal P8 τ (MPa) 1,5 1 0,5 0 BN-A BN-C Displacement.10-2 τ (MPa) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Beton Normal P10 BN-A BN-B BN-C Displacement.10-2

69 Lampiran 14 Halaman 125 Beton Normal P12 τ (MPa) BN-B BN-C Displacement.10-2

70 Lampiran 14 Halaman 126 Hubungan Antara Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.6% 2,5 Beton Serat 0.6% P8 2 τ (MPa) 1,5 1 0,5 BS-A 0.6% BS-B 0.6% BS-C 0.6% Displacement.10-2 τ (MPa) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Beton Serat 0.6% P10 BS-A 0.6% BS-B 0.6% BS-C 0.6% Displacement.10-2

71 Lampiran 14 Halaman 127 Beton Serat 0.6% P12 τ (MPa) 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 BS-A 0.6% BS-B 0.6% BS-C 0.6% Displacement.10-2

72 Lampiran 14 Halaman 128 Hubungan Antara Tegangan dan Displacement Beton Serat 0.9% Beton Serat 0.9% P8 τ (MPa) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 BS-A 0.9% BS-B 0.9% BS-C 0.9% Displacement.10-2 Beton Serat 0.9% P10 τ (MPa) 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 BS-A 0.9% BS-B 0.9% Displacement.10-2

73 Lampiran 14 Halaman 129 Beton Serat 0.9% P12 τ (MPa) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 BS-A 0.9% BS-C 0.9% Displacement.10-2

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sengkang (TPSK) disimpulkan sebagai berikut : 1. Beban retak pertama pada balok beton ringan citicon variasi sengkang 200

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sengkang (TPSK) disimpulkan sebagai berikut : 1. Beban retak pertama pada balok beton ringan citicon variasi sengkang 200 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada kuat geser balok geser beton ringan citicon dengan variasi jarak sengkang 200 mm, sengkang 250 mm, dan tanpa sengkang (TPSK)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC 59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan pada perbaikan balok beton bertulang dengan glass fiber jacket pada kondisi lentur diperoleh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Penambahan persentase limbah keramik dalam pembuatan beton mempengaruhi nilai slump, semakin banyak persentase limbah keramik semakin kecil nilai slump

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton serat SCC SS 65, SS 70, dan SS 75 secara berturutturut

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton serat SCC SS 65, SS 70, dan SS 75 secara berturutturut 79 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton serat SCC SS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. benda uji, sifat fisik beton SCC meliputi : slump flow test, L-Shape box test, V

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. benda uji, sifat fisik beton SCC meliputi : slump flow test, L-Shape box test, V BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan penelitian di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan yaitu berupa pemeriksaan dan pengujian agregat kasar dan agregat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Untuk pengujian kuat tekan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Berat jenis rata-rata beton

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada pengujian kekuatan Balok baja profil L yang dibebani arah aksial dengan pemberian cor beton pengisi adalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan kolom dengan variasi 40% sebelumnya menerima beban sebesar 56,4953 kn, setelah diperbaiki

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 67 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Subtitusi agregat halus dengan serbuk kaca 10%, 20%, 30%, memberikan penurunan terhadap kuat tekan beton, modulus elastisitas beton, kuat tarik belah beton,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian, analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berat jenis BZ 0%, BZ 10%, BZ 15%, BZ 20%, BZ 25%

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian terhadap kolom langsing yang diperbaiki dengan menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kolom yang mengalami kerusakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ambil kesimpulan sebagai berikut: Glenium ACE 8590, 0%, 0,5%, 1%, dan 1,5% berturut-turut

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. ambil kesimpulan sebagai berikut: Glenium ACE 8590, 0%, 0,5%, 1%, dan 1,5% berturut-turut 1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari data hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 7 hari dengan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi. 74 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 117 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pengujian kuat tekan aksial secara eksentris pada kolom beton dengan baja profil siku sebagai tulangan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini. 1. Substitusi agregat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berat jenis beton dengan variasi silica fume 0%, 5%, 7,5%, 10% dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berat jenis beton dengan variasi silica fume 0%, 5%, 7,5%, 10% dan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Berat jenis beton dengan variasi silica

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. termasuk pada jenis beton ringan struktural.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. termasuk pada jenis beton ringan struktural. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan uraian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Beton non pasir dengan substitusi fly

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan dari hasil penelitian pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton ringan dengan serat kawat yang telah dilakukan. Dapat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. HVFAC substitusi pasir dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 0%, 50%,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. HVFAC substitusi pasir dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 0%, 50%, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada kapasitas balok beton normal dan balok HVFAC substitusi pasir dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 0%, 50%, 60%

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Glenium ACE %, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Glenium ACE %, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari data hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 7 hari dengan variasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus atau pasir yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. agregat kertas dengan perbandingan semen : agregat adalah 1 : 4, dengan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. agregat kertas dengan perbandingan semen : agregat adalah 1 : 4, dengan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian beton dengan subtitusi agregat kasar meggunakan agregat kertas dengan perbandingan semen : agregat adalah 1 : 4, dengan persentase variasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. HVFAC substitusi semen dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 50%,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. HVFAC substitusi semen dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 50%, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada kuat geser balok beton normal dan balok HVFAC substitusi semen dengan variasi penggunaan kadar fly ash sebesar 50%, 60% dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran I Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55183

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA Marsianus Danasi 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.Babarsari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengujian Agregat Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tinjauan peneliti akan disajikan pada bab ini. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTO... v DEDICATED... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR NOTASI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Penyusun Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange L. 1 PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR Hasil penelitian : No Jenis Bahan Volume (cc) Volume Total (cc) Warna Larutan yang terjadi 1 Pasir 130 200 Nomor 2 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

Lebih terperinci

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5. BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus

Lebih terperinci

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 0%, 15,69%, 33,75%, dan 51,12% dari beton normal. membuat berat isi beton secara berturut-turut 2280 kg/m 3, 1970 kg/m 3,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 0%, 15,69%, 33,75%, dan 51,12% dari beton normal. membuat berat isi beton secara berturut-turut 2280 kg/m 3, 1970 kg/m 3, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Penambahan foam 0%, 15%, 30% dan 45% terhadap volume beton membuat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian beton dengan substitusi agregat halus menggunakan terak ketel abu ampas tebu, dan persentase variasi terak ketel abu ampas tebu sebesar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. tekan yang maksimum dibanding dengan variasi lainnya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. tekan yang maksimum dibanding dengan variasi lainnya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Penambahan zeolit pada balok akan menaikkan kuat lentur pada umur 56 hari. 2. Penambahan zeolit dengan kadar 10 % memberikan kuat lentur dan kuat tekan yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Pemeriksaan bahan susun beton dengan agregat kasar batu apung yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rata rata beban maksimum yang mampu diterima oleh pelat setelah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rata rata beban maksimum yang mampu diterima oleh pelat setelah BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata rata beban maksimum yang mampu diterima oleh pelat setelah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI xvi DAFTAR NOTASI As : Luas penampang benda uji ASTM : American Society for Testing and Materials B : Berat piknometer berisi air (gram) Ba : Berat kerikil dalam air (gram) Bj : Berat Jenis Bk : Berat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional

Lebih terperinci

BAB VI. 3. Beban rata-rata pada retak pertama pada benda uji 24,3036 kn. digunakan sebagai pengganti baja tulangan tarik.

BAB VI. 3. Beban rata-rata pada retak pertama pada benda uji 24,3036 kn. digunakan sebagai pengganti baja tulangan tarik. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis studi kuat kekuatan balok beton menggunakan baja profil siku sebagai pengganti baja tulngan tatik yang telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil kuat tekan rata-rata beton pada umur 14 hari untuk variasi foam 0%,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil kuat tekan rata-rata beton pada umur 14 hari untuk variasi foam 0%, BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kuat tekan rata-rata beton pada umur 14 hari untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati*, Arman A* *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm) HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian, analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan zeolit sebagai bahan penganti semen tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Agregat kasar gerabah belum dapat 100% tergolong agregat kasar ringan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok beton bertulang dengan fiber glass jacket pada kondisi lentur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok beton bertulang dengan fiber glass jacket pada kondisi lentur BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan pada perkuatan balok beton bertulang dengan fiber glass jacket pada kondisi lentur diperoleh

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG Wennie Mandela 1, Hendrik Pristianto 2*, Muhammad Arif 3 1,2 Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Beton Pemeriksaan bahan susun beton yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Pemeriksaan Agregat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran A.1 : Pasir : Kali Progo A. AGREGAT HALUS (PASIR) Jenis Pengujian : Pemeriksaan gradasi besar butiran agregat halus (pasir) Diperiksa : 25 Februari 2016 a. Berat cawan kosong = 213,02 gram b.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian 23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Pendahuluan Peneletian beton ringan dengan tambahan EPS dimulai dengan pengujian pendahuluan terhadap agregat halus dan kasar yang akan digunakan dalam campuran

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI Petrus Peter Siregar 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berat jenis beton pada umur 28 hari dengan foam 0%, 15%, 30%, dan 45%

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berat jenis beton pada umur 28 hari dengan foam 0%, 15%, 30%, dan 45% BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari data hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Berat jenis beton pada umur 28 hari dengan foam

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5..Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Agregat Kertas 5..2.Berat Jenis Agregat Kertas Data berat jenis agregat yang berasal dari kertas didapatkan dari pengujian sebelum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Penelitian Sebelumnya... 8

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Penelitian Sebelumnya... 8 vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSETUJUAN...iii KATA PENGANTAR... iv ABSTAKS... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GRAFIK... xiv DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi UMY telah selesai dikerjakan, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI 03-2834-2000 Kuat tekan yang disyaratkan f c = 30 MPa untuk umur 28 hari, benda uji berbentuk silinder dan jumlah yang di izinkan tidak memenuhi syarat =

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Analisa Ayakan Pasir Berat Fraksi (gr) Diameter Rata-rata % Sampel Sampel % Rata-rata Ayakan (mm) (gr) Kumulatif I II 9,52 30 15 22,5 2,25 2,25 4,76 21 18 19,5 1,95 4,2 2,38 45 50 47,5 4,75

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi, Teknik Sipil UMY meliputi: pemeriksaan

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_ PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MUATAN LOKAL PASIR SIRING AGUNG DAN BATU PECAH MALUS Ely Mulyati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Musi Rawas (Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemkab

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada jam 08.00 sampai dengan 12.00

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Lampiran A Berat Jenis Pasir Berat Piknometer = A = 186 gram Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Berat piknometer + Air = D = 665 gram Berat contoh kering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci