BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
|
|
- Handoko Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus dalam penelitian ini meliputi pengujian kandungan lumpur, kandungan zat organik, berat jenis, dan gradasi pasir. Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel 4.1; 4.2 dan Gambar 4.1. Tabel 4.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Hasil Jenis Pengujian Pengujian ASTM C33-97 Kesimpulan Kandungan Zat Organik (%) kuning muda Jernih atau kuning muda Memenuhi Syarat Kandungan Lumpur (%) 2% Maksimum 5% Memenuhi Syarat Bulk Spesific Gravity SSD 2,67 2,5-2,7 Memenuhi Syarat Absorbtion (%) 0,60% - - Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus serta persyaratan batas dari ASTM C33-97 dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.1. berikut: 32
2 33 Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Gradasi Agregat Halus Ukuran Berat Tertahan Ayakan Ayakan (mm) Gram % Kumulatif (%) Berat Lolos Kumulatif (%) ASTM C-33 3/8 in 9,5 0 0, , No.4 4, ,18 1,18 98, No.8 2, ,64 14,81 85, No.16 1, ,52 33,33 66, No.30 0, ,79 46,13 53, No.50 0, ,65 77,78 22, No.100 0, ,16 93,94 6, Pan ,06 100,00 0,00 0 Jumlah 2.970,00 100,00 367, Dari Tabel 4.2 gradasi agregat halus di atas dapat digambarkan grafik gradasi beserta batas gradasi yang disyaratkan oleh ASTM C33-97 sebagai berikut :
3 34 Gambar 4.1. Grafik Gradasi Agregat Halus Analisis Pengujian Agregat Halus a. Pemeriksaan Kandungan Zat Organik Pengujian kandungan zat organik dengan cara memasukan sebagai berikut : 1. Mengambil contoh pasir kering oven secukupnya. 2. Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai 130 cc. 3. Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml. 4. Menuangkan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 200 ml. 5. Mengocok pasir dan larutan NaOH selama 10 menit. 6. Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam. 7. Mengamati warna larutan NaOH di atas pasir. 8. Mencocokkan dengan Tabel 4.3.
4 35 Tabel 4.3. Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Persentase Kandungan Zat Organik Warna campuran air + NaOH Kandungan Zat Organik Jernih Kuning Muda Kuning Tua Kuning Kemerahan Coklat Kemerahan Coklat Tua Sumber : Prof. Ir.Rooseno 0 % 0-10% 10-20% 20-30% 30-50% % Warna larutan hasil pengamatan adalah kuning muda. Hal ini menunjukkan bahwa pasir mengandung zat organik yang dapat menurunkan kekuatan beton, akan tetapi karena masih dalam batas warna yang diperbolehkan sehingga pasir tidak perlu dicuci bila digunakan. Idealnya bahan agregat halus harus bebas dari kandungan zat organik. Namun demikian bahan agregat halus dapat digunakan, selama kekuatan tekan pada umur 7 hari dan 28 hari sesuai standar Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI-2, 1971) tidak kurang dari 95% dari kuat tekan beton rencana. b. Pemeriksaan Kandungan Lumpur Sesuai dengan PBI 1971, agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka agregat halus harus dicuci. Langkah-langkah pengujian kadar lumpur agregat halus sebagai berikut : 1. Menyiapkan sampel pasir dan mengeringkan dalam oven. 2. Menimbang pasir kering oven seberat 100 gram. 3. Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur dan melakukan proses pencucian sebagai berikut:
5 36 a. Memasukkan air ke dalam gelas ukur yang telah berisi pasir dengan ketinggian 12 cm dari permukaan pasir. b. Menutup mulut gelas rapat-rapat dengan tangan. c. Gelas dikocok 10 kali (dianggap satu kali pencucian). d. Membuang air dalam gelas (usahakan pasir tidak ikut terbuang). e. Proses pencucian diulang sampai bersih. 4. Menuangkan pasir ke dalam cawan (air yang ikut menetes diambil dengan pipet). 5. Pasir dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. 6. Setelah dikeluarkan dari oven didiamkan hingga mencapai suhu kamar. 7. Menimbang pasir yang sudah dikeringkan. Dari hasil pengujian dan perhitungan diperoleh kandungan lumpur dalam pasir 2%. Sesuai standar Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI NI-2, 1971), kandungan lumpur dalam agregat halus tidak boleh lebih dari 5%, sehingga pasir tidak perlu dicuci bila akan digunakan sebagai agregat halus dalam campuran adukan beton. Gambar 4.2. Pemeriksaan Kandungan Lumpur
6 37 c. Pengujian Gradasi Agregat Halus Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui gradasi atau variasi diameter butiran pasir, persentase, dan modulus kehalusannya. Modulus kehalusan adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya tingkat kehausan butiran pasir. Gradasi pada pasir sebagai agregat halus menentukan sifat workability dan kohesi dari campuran beton, sehingga gradasi pada agregat halus perlu diperhatikan. Distribusi yang diperoleh ditunjukan dalam Tabel 4.3 dan Gambar 4.1. Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar sesuai dengan standar SNI Urutan proses pengujian ini adalah sebagai beikut : 1. Mengeringkan benda uji di dalam oven dengan suhu (110±5)ᵒ C sampai berat tetap. 2. Mengambil benda uji sebanyak 3000gram pasir kering oven. 3. Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,85 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; pan. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar selama 15 menit. 4. Menimbang berat benda uji tertahan masing-masing saringan. Modulus agregat halus berkisar antara 2,3-3,1 (Tjokrodimuljo, 1996). Dari hasil perhitungan modulus halus agregat halus sebesar 2,67 sehingga masih memenuhi syarat sebagai agregat halus. Dari Tabel 4.2. dan Gambar 4.1. tentang hasil pengujian gradasi agregat halus bisa diketahui pula bahwa pasir yang digunakan masih memenuhi syarat sebagai agregat halus untuk beton kedap air menurut SK-SNI S Hasil Pengujian Agregat Kasar Pengujian terhadap agregat kasar yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi pengujian berat jenis (specific gravity), keausan (abrasi), dan gradasi agregat kasar. Hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel 4.4, sedangkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 menyajikan hasil analisis ayakan terhadap sampel agregat kasar sehingga
7 38 dapat diketahui gradasinya. Perhitungan serta data-data pengujian secara lengkap terdapat pada Lampiran A. Tabel 4.4.Hasil Pengujian Agregat Kasar Jenis Pengujian Hasil Pengujian Standar Kesimpulan Bulk Spesific Gravity SSD 2,69 2,5-2,7 Memenuhi Syarat Absorbtion (%) 0,83 % - - Abrasi (%) 27,24 % < 50 % Memenuhi Syarat Untuk hasil pengujian gradasi agregat kasar seragam ukuran 1-2 dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel 4.5.; Tabel 4.6. dan Gambar 4.3. Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Gradasi Agregat 1-2 Ukuran Berat Tertahan Ayakan Komulatif Gram % (mm) (%) Berat Lolos Komulatif (%) ASTM C ,00 0,00 100, ,00 0,00 100, ,00 0,00 100, , ,19 32,19 67, , ,19 74,38 25, , ,65 99,03 0, ,36 7 0,23 99,27 0, ,18 0 0,00 100,00 0,00-0,85 0 0,00 100,00 0,00-0, ,00 100,00 0,00-0,15 0 0,00 100,00 0,00 - Pan 22 0,73 100,00 0,00 - Jumlah 2.998,00 100,00 804,87 - -
8 39 Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Gradasi Agregat 2-3 Ukuran Berat Tertahan Berat Lolos Ayakan Komulatif Komulatif Gram % (mm) (%) (%) ASTM C ,00 0,00 100, ,77 0,77 99, ,31 7,07 92, , ,79 92,86 7, , ,64 98,50 1, , ,13 99,63 0, ,36 1 0,03 99,67 0, ,18 0 0,00 100,00 0,00-0,85 0 0,00 100,00 0,00-0, ,00 100,00 0,00-0,15 0 0,00 100,00 0, ,33 100,00 0,00 Jumlah 2.997,00 100,00 898,50 Spesifikasi gradasi agregat kasar untuk beton biasa menggunakan ASTM C Spesifikasi ASTM C merupakan contoh gradasi untuk beton biasa, sedangkan beton berpori sejauh ini belum memiliki spesifikasi gradasi. Jadi ASTM C hanya sebagai pembanding gradasi agregat kasar antara beton biasa dan beton berpori. Dari tabel hasil gradasi diatas dapat dilihat pada Gambar 4.3. sebagai berikut :
9 40 Gambar 4.3. Gradasi Agregat Kasar Agregat 1-2, dan Agregat Analisis Pengujian Agregat Kasar a. Pengujian Abrasi Agregat Kasar Pengujian abrasi agregat kasar menggunakan cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles SNI 2417:2008 dengan tipe gradasi A. Gradasi A adalah material agregat kasar dari ukuran butir 9,5 mm (3/8 inci) sampai dengan ukuran butir maksimum 37,5 mm (1½ inci). Pengujian abrasi agregat kasar dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara dalam Tabel 4.7. Dalam pengujian abrasi ini menggunakan gradasi A.
10 41 Tabel 4.7. Daftar Gradasi dan Berat Benda Uji Pengujian Abrasi Dengan Mesin Los Angles 2. Menimbang agregat kasar yang dibutuhkan sesuai dengan berat pada Tabel Memasukan benda uji dan bola baja ke dalam mesin abrasi Los Angles. 4. Memutar mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm dengan jumlah putaran sebanyak 500 kali putaran. 5. Setelah selesai pemutaran, mengeluarkan benda uji dari mesin kemudian menyaring dengan saringan No. 12 (1,70 mm). Butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven temperatur (110±5)ᵒ C sampai berat tetap. 6. Menimbang butiran yang tertahan saringan No. 12 (1,70 mm). Kemudian menghitung besarnya persentase keausan yang didapat. Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 50% (PBI 1971 Pasal 3.4 ayat 5). Dari hasil perhitungan didapat keausan kerikil sebesar 27,24% (kurang dari 50%) sehingga kerikil tersebut memenuhi syarat sebagai agregat kasar.
11 42 b. Pengujian Gradasi Agregat Kasar Pengujian gradasi agregat kasar dengan cara mengayak. Metode pengujian analisis saringan agregat halus dan kasar sesuai dengan standar SNI Prosedur pengujian ini adalah sebagai beikut : 1. Mengeringkan benda uji dengan oven dengan suhu (110±5)ᵒ C sampai berat tetap. 2. Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan paling atas. Saringan digetarkan dengan mesin penggetar selama 15 menit. 3. Menimbang berat benda uji tertahan masing-masing saringan. Modulus halus agregat kasar berkisar antara 5-8 (Tjokrodimuljo, 1996). Dari hasil perhitungan didapat nilai modulus halus agregat kasar untuk agregat 1-2 adalah 7,04 dan untuk agregat 2-3 adalah 7,98. Karena masih berada dalam batasan yang seharusnya sehingga memenuhi syarat sebagai agregat kasar. Dari Tabel 4.5. dan Tabel 4.6. tentang hasil pengujian gradasi agregat kasar dapat diketahui pula bahwa agregat kasar yang digunakan tidak memnuhi syarat sebagai agregat kasar untuk beton kedap air menurut SK SNI S Karena gradasi yang digunakan untuk beton berpori digunakan gradasi seragam atau terbuka diharapkan agar terbentuk pori-pori yang saling terhubung sehingga mempunyai permeabilitas yang baik Rencana Campuran Beton Standar perencanaan beton berpori di Indonesia belum ada, maka dari itu sebagai acuan perhitungan rencana campuran adukan beton normal menggunakan Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton SNI T Sebelumnya penelitian beton berpori sudah dilakukan oleh Daryanto Ari Prabowo pada tahun 2013 dengan judul Desain Beton Berpori untuk Perkerasan Jalan yang Ramah Lingkungan. Didalam penelitian Daryanto dibuat pengujian porositas dengan variasi komposisi
12 43 dengan 5 %,10%, dan 30% pasir. Dari hasil pengujian porositas dengan variasi 30% pasir memiliki kuat tekan paling baik, yaitu 4,529 Mpa, kuat lentur 0,167 MPa.. Sehingga didapat campuran beton berpori dengan penggunaan 30% kebutuhan pasir dan semen 300 kg serta faktor air semen 0,45. Berikut adalah kebutuhan tiap m 3 beton berpori: Untuk beton berpori dengan batu Pasir = 173,33 kg - Air = 135 liter - Semen = 300 kg - Batu pecah = 1.666,67 kg Untuk beton berpori dengan batu Pasir = 178,61 kg - Air = 135 liter - Semen = 300 kg - Batu pecah = 1.681,39 kg a. Campuran Beton di Laboratorium Berdasarkan rencana pada hasil rencana rancang campur yang sudah diperoleh sebelumnya, untuk beton berpori dengan batu 1-2 yakni dengan proporsi pasir 173,33kg; semen 300kg; batu pecah 1.666,67kg, maka dibuatlah suatu benda uji di laboraorium. Pembuatan benda uji untuk uji kuat tekan berupa silinder beton dengan ukuran D=0,15m, tinggi 0,3m, masing-masing jenis material 3 benda uji.
13 44 Tabel 4.8. Komposisi Campuran Beton di Lab Jenis Material Pasir Semen Batu Air Aditif 5% Kode Benda Uji Pecah (kg) (kg) (kg) (liter) (mililiter) A Batu 1-2 2,76 4,77 26,52 2,15 0 B Batu Aditif 2,76 4,77 26,52 2,15 238,66 C Batu 2-3 2,84 4,77 26,75 2,15 0 D Batu Aditif 2,84 4,77 26,75 2,15 238,66 b. Campuran Beton di Lapangan Berdasarkan rencana pada hasil rencana rancang campur yang sudah diperoleh sebelumnya, yakni dengan proporsi pasir 173,33kg; semen 300kg; batu pecah 1.666,67kg, maka dibuatlah rumusan dari ukuran satuan berat menjadi ukuran volume. Sebelum dikonversi dalam bentuk volume, dilakukan pengujian berat volume masing-masing material. Tabel 4.9. Berat Volume Material Bahan Volume Silinder Berat Silinder Berat Silinder + Isi Material (kondisi Berat Material (kondisi Berat Isi (gembur) gembur) gembur) (gram/cm 3 ) (gram) (gram) (gram) (gram/cm 3 ) (1) (2) (3) (4)=(3)-(2) (5)=(4)/(1) Semen 5.298, ,23 Air ,00 Pasir 5.298, ,62 Batu , ,34 Batu , ,89
14 45 1. Campuran Beton Berpori dengan Batu 1-2 a) Komposisi Material Tabel Komposisi Material Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah 1-2 Berat Perbandingan Kebutuhan Berat Komposisi Material (kg) (By Weight) (6) (7)=(6)/(W1) (8)=(7)x(100%) Pasir 173,33 0,07 8% Air 135 0,05 6% Semen 300 0,13 13% Batu pecah ,67 0,73 73% Berat Total (W1) % b) Berat Isi Pasir : 1,62 (gram/cm 3 ) Air : 1,00 (gram/cm 3 ) Semen : 1,23 (gram/cm 3 ) Batu Pecah 1-2 : 1,34 (gram/cm 3 ) c) Komposisi dalam Volume Pasir : Air : Semen : Batu Pecah : 6 : 13 : 73 1,62 1,00 1,23 1,34 5 : 6 : 11 : 40
15 46 2. Campuran Beton Berpori dengan Batu 2-3 a) Komposisi Material Tabel Komposisi Material Campuran Beton Berpori dengan Batu Pecah 2-3 Berat Kebutuhan Perbandingan Berat Perbandingan Volume (kg) (By Weight) (9) (10)=(9)/(W2) (11)=(12)x(100%) Pasir 178,61 0,07 8% Air 135,00 0,08 9% Semen 300 0,12 13% Batu pecah ,39 0,71 71% Berat Total(W2) % 3. Berat Isi Pasir : 1,62 (gram/cm 3 ) Air : 1,00 (gram/cm 3 ) Semen : 1,23 (gram/cm 3 ) Batu Pecah 2-3 : 1,89 (gram/cm 3 ) 4. Komposisi dalam Volume Pasir : Air : Semen : Batu Pecah : 9 : 13 : 71 1,62 1,00 1,23 1,89 8 : 15 : 18 : 65
16 47 Gambar 4.4. Pencampuran Beton Berpori di Lapangan menggunakan Concrete Mixer Kandungan Pasir Tiap 1 m 3 Beton Berdasarkan SK SNI S tentang ketentuan minimum beton kedap air ditetapkan bahwa minimum kandungan butir halus dalam 1 m 3 beton sebesar 450 kg/m 3 untuk ukuran nominal maksimum butir agregat sebesar 20 mm. dari hasil rancang campur diketahui bahwa pasir yang digunakan untuk beton sebesar 575 kg/m 3, sehingga masih memenuhi syarat sebagai agregat halus untuk beton kedap air. Untuk Beton berpori di ambil 30% dari hasil beton normal K 225, jadi hanya menggunakan pasir sebanyak 173,33 kg untuk campuran beton berpori dengan batu 1-2 dan 178,61 kg untuk campuran batu Kandungan Semen Tiap 1 m 3 Beton Berdasarkan SK SNI S tentang ketentuan minimum beton bertulang kedap air telah ditetapkan bahwa kandungan semen minimum dalam 1 m 3 beton untuk ukuran nominal maksimum agregat sebesar 20 mm dan kondisi lingkungan yang berhubungan dengan air tawar adalah sebesar 300 kg.
17 48 Dari hasil rancang campur diketahui bahwa semen yang digunakan untuk beton rigid pavement dalam penelitian ini adalah 448,83 kg, sehingga masih memenuhi syarat untuk beton kedap air. Untuk beton berporidaplam penelitian ini dipakai semen sebanyak 300 kg Hasil Pengujian Hasil Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari dengan menggunakan Compression Testing Machine untuk mendapatkan beban maksimum yaitu beban pada saat beton hancur ketika menerima beban tersebut (Pmax). Gambar 4.5. Benda Uji Beton Berpori
18 49 Gambar 4.6. Proses Pengujian Kuat Tekan Beton Berpori Dari data pengujian kuat desak dapat diperoleh kuat desak maksimum beton berpori. Sebagai contoh perhitungan kuat tekan diambil data dari benda A1 dengan batu ukuran 1-2 tanpa penambahan aditiv pada umur 14 hari. Dari hasil pengujian didapat: - Pmax = 120 kn = N - A = 0.25 x π x D 2 = 0.25 x π x mm 2 = ,286 mm 2 - fc N 7,160MPa ,286 mm Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder pada umur selengkapnya disajikan pada Tabel hari
19 50 Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Berpori Pelaksanaan Laboratorium Kode Benda Uji Diameter (mm) Luas Penampang (mm 2 ) P max (kn) fc' (MPa) A , ,160 fc' Rata-rata (Mpa) A , ,970 A , ,132 B , ,681 B , ,842 B , ,229 C , ,634 C , ,279 C , ,906 D , ,681 D , ,068 D , ,064 7,420 10,584 7,940 8,937 Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Berpori Pelaksanaan Lapangan Kode Benda Uji Diameter (mm) Luas Penampang (mm 2 ) P max (kn) fc' (MPa) fc' Ratarata (Mpa) A , ,662 A , ,887 A , ,626 B , ,300 B , ,649 B , ,849 C , ,494 C , ,906 C , ,694 D , ,357 D , ,993 D , ,040 5,391 6,933 6,031 7,130
20 Analisis Pengujian Kuat Tekan Analisis kuat tekan dengan membandingkan nilai kuat tekan antara pekerjaan di lab dan pekerjaan di lapangan. Dari Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 maka dapat dibuat grafik sperti berikut ini: Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Hasil Kuat Tekan Lab dan Lapangan Penggunaan bahan aditif sebagai bahan tambah memiliki kontribusi terhadap nilai kuat tekan. Campuran beton yang ditambah aditif memiliki kuat tekan lebih tinggi dibanding dengan yang tidak ditambah dengan aditif. Pada Gambar 4.7. terlihat bahwa campuran beton yang ditambah dengan aditif terdapat peningkatan kuat tekan. Dilihat dari komposisi agregat kasar, terlepas dari penambahan aditif, antara batu 1-2 dan batu 2-3, campuran beton berpori dengan agregat 2-3 memiliki kuat tekan relatif lebih tinggi dibanding dengan agregat 1-2. Hal ini bisa dilihat dari hasil kuat tekan di lab maupun di lapangan, agregat 2-3 sama-sama memiliki kuat tekan lebih baik di banding campuran beton berpori dengan komposisi agregat 1-2.
21 52 Nilai kuat tekan tertinggi dicapai oleh campuran beton dengan agregat 1-2 ditambah aditif yang di lakukan di lab yaitu sebesar 10,584 Mpa. Tetapi hasil dari pelaksanaan dilapangan dicapai oleh campuran beton dengan agregat 2-3 dengan penambahan aditif yaitu sebesar 7,130 Mpa. Tabel Selisih dan Persentase Nilai Kuat Tekan Kuat Tekan (Mpa) Selisih Lokasi Pengerjaan Penambahan Kuat % Tanpa Aditif Aditif Tekan Batu 1-2 7,420 10,584 3,164 29,89 Lab Batu 2-3 7,940 8,937 0,998 11,16 Batu 1-2 5,391 6,933 1,541 22,23 Lapangan Batu 2-3 6,031 7,130 1,099 15,41 Melihat hasil selisih kuat tekan pada Tabel 4.13, pembuatan beton berpori mengalami kenaikan setelah dilakukan penambahan aditif. Untuk beton berpori dengan campuran batu 1-2 di lab mengalami kenaikan 3,164Mpa atau sebanyak 29,89%. Sedangkan pelaksanaan di lapangan terjadi kenaikan 1,541Mpa atau sebanyak 22,23%. Demikian juga dengan campuran beton berpori menggunakan batu 2-3, meski relatif lebih sedikit kenaikannya tetapi tetap mengalami kenaikan, yaitu 0,998Mpa atau 11,16% untuk pengujian di labih, dan 1,099Mpa atau 15,41% untuk pelaksanaan di lapangan.
22 53 Gambar 4.8. Grafik Hubungan Hasil Kuat Tekan Lab dan Lapangan Dilihat dari Gambar 4.8 diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengujian di lab mempunyai korelasi positif terhadap hasil pengujian di lapangan. Dapat dilihat pada Gambar 4.8. bahwa semakin tinggi nilai kuat tekan hasil lab, maka semakin tinggi pula kuat tekan dilapangan. Jika kedua nilai kuat tekan dihubungkan dan dibuat trendline hubungan tersebut, maka menghasilkan persamaan y=0,7258x atau bisa di artikan fclapangan = 0,7258fclab. Bisa disimpulkan bahwa hasil perencanaan di lab jika di aplikasikan di lapangan nilainya 0,7258 dari hasil lab. Namun demikian karena koefisien korelasi R 2 = 0,4672 = 46,72%, berarti bahwa pengujian ini tidak signifikan. Sehingga hasilnya tidak dapat digunakan sebagai rujukan. Hal ini menunjukan bahwa hasil pengujian kuat tekan di lab sebagai variable bebas (independen), mempengaruhi variable terikat (dependen) hasil kuat tekan pengujian di lapangan sebesar 46,72%. Sisanya 53,28% dipengaruhi oleh variable lain seperti kurangnya data, jumlah sampel, dan prosedur pelaksanaan yang tidak masuk dalam penelitian ini.
23 54 Sebagai pembanding bahwa asumsi kurang data adalah penyebab kecilnya nilai R 2, maka dicoba dengan menambahkan data secara acak sebagai berikut. Tabel Hasil Pengujian Kuat Tekan Kode Benda Uji Kuat Tekan Hasil Kuat Tekan Hasil Lab (Mpa) Lapangan (Mpa) A (Batu 1-2) 7,420 5,391 B (Batu 1-2+Aditif) 10,584 6,933 Data Asli C (Batu 2-3) 7,940 6,031 D (Batu 2-3+Aditif) 8,937 7,130 Data Tambahan A (Batu 1-2) 7,065 5,274 B (Batu 1-2+Aditif) 11,036 6,475 C (Batu 2-3) 8,770 5,700 D (Batu 2-3+Aditif) 9,874 7,199 Gambar 4.9. Grafik Hubungan Hasil Kuat Tekan Lab dan Lapangan Pada Gambar 4.9. adalah grafik hubungan kuat tekan di lab dan di lapangan dengan penambahan data. Terlihat dengan penambahan data secara acak, nilai koefisien korelasi meningkat. Dari data sebelumnya R 2 = 0,4672, dan ketika ditambah data menjadi R 2 = 0,5595.
24 Hasil Pengujian Densitas/Kepadatan (gr/cm 3 ) dan Porositas Pengujian densitas/kerapatan (gr/cm 3 ) porositas dengan membuat beton berpori dengan benda uji berupa silinder berukuran D =4 dan t= 6,5 cm, benda uji ini nantinya akan dihitung porositasnya berdasarkan perhitungan seperti perhitungan pada porositas campuran aspal. Gambar Benda Uji Porositas Tabel Komposisi Beton Berpori 3 Benda Uji Silinder Diameter = 4, t = 6,5 cm % Berat (kg) Total W. Agg W. Agg W.semen Pasir Pasir Batu Pecah Semen halus (%) kasar (%) (%) 30 0,274 2,635 0,474 3,383 8,100 77,892 14,008 Contoh Perhitungan untuk sampel A1 dengan menggunakan batu pecah 1-2 tanpa penambahan aditif. SG agregat kasar (SGag.k) = 2,67 SG agregat halus (SGag.h) = 2,66 SG semen (SGs) = 3,06 Diameter specimen ( d ) = 10,16 cm Tebal specimen ( L ) = 6,5 cm
25 56 Berat kering benda uji (Ma) Berat kering benda uji + plastik di udara Berast SSD (kering permukaan) + plastik Berat benda uji + plastic di dalam air Volume Bulk Berat isi Bulk (g) Densitas Ma VolumeBendaUji , = gram = gram = gram = 530 gram = = 664 gram = 1.191/664 = 1,794 gram gr cm SG , mix % Wag. k % Wag. h % Ws 84,638 1,343 14, SGag. k SGag. h SGs 2,67 2,66 3,06 3 gr cc Porositas (n) = 100 (100 x g / SGmix) = 100 (100 x 1,794 / 2,718) = 34,00 % Selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada table berikut: Tabel Hasil Pengujian Porositas Lab berdasarkan metode perhitungan VIM Berat Berat Berat Berat Benda SSD Benda Nomor Benda Uji + (kering Densitas Uji + Volume Densitas Porosit Benda Uji Plastik permuk Plastik (cm Uji Kering di aan+pl ) (gr/cm 3 Rata-rata SGmix ) (gr/cm dalam as (%) ) (gram) Udara astik) Air (gr) (gram) (gram) A ,00 664,00 1,794 2,718 34,000 A ,50 656,50 1,804 1,779 2,718 33,638 A ,00 669,00 1,740 2,718 35,978 B ,50 658,50 1,882 2,718 30,767 B ,50 634,50 1,883 1,870 2,718 30,700 B ,00 650,00 1,846 2,718 32,069 C ,00 661,00 1,888 2,718 30,527 C ,00 640,00 1,808 1,875 2,718 33,480 C ,00 613,00 1,930 2,718 28,989 D ,00 670,00 1,761 2,718 35,195 D ,00 647,00 1,815 1,816 2,718 33,233 D ,00 644,00 1,871 2,718 31,150 Porosi tas Ratarata (%) 34,539 31,178 30,999 33,193
26 57 Tabel Hasil Pengujian Porositas Lapangan berdasarkan metode perhitungan VIM Berat Berat Berat Benda SSD Berat Benda Nomor Uji + (kering Benda Densitas Uji Volume Densitas Porosit Benda Plastik permuka Uji Kering (cm Uji di an+plasti Dalam ) (gr/ cm 3 Rata-rata SGmix ) (gr/ cm Udara as (%) ) Udara k) Air (gr) (gram) (gram) (gram) A ,00 663,00 1,754 2,718 35,454 A ,00 650,00 1,751 1,732 2,718 35,579 A ,00 663,00 1,691 2,718 37,785 B ,00 660,00 1,755 2,718 35,440 B ,00 671,00 1,762 1,749 2,718 35,182 B ,00 638,00 1,732 2,718 36,270 C ,00 664,00 1,761 2,718 35,219 C ,00 635,00 1,726 1,735 2,718 36,491 C ,00 655,00 1,718 2,718 36,801 D ,00 655,00 1,733 2,718 36,239 D ,00 628,00 1,745 1,741 2,718 35,783 D ,00 673,00 1,744 2,718 35,812 Porosi tas Ratarata (%) 36,273 35,631 36,170 35, Analisis Pengujian Densitas/Kepadatan dan Porositas Dari Tabel dan Tabel didapatkan nilai densitas dan porositas dari pekerjaan lab dan lapangan. Yang selanjutnya didapat selisih nilai densitas lab dan lapangan yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Selisih dan Persentase Nilai Densitas Kode Benda Uji Densitas Lab (gr/cm 3 ) Densitas Lapangan (gr/cm 3 ) Selisih Densitas A (Batu 1-2) 1,779 1,732 0,047 2,65 B (Batu 1-2+Aditif) 1,870 1,749 0,121 6,47 C (Batu 2-3) 1,875 1,735 0,141 7,49 D (Batu 2-3+Aditif) 1,816 1,741 0,075 4,12 %
27 58 Gambar Hasil Pengujian Densitas Lab dan Lapangan Melihat hasil pengujian densitas seperti pada Gambar 4.10, nilai densitas di lapangan tidak lebih beraturan dibanding dengan nilai densitas lab. Nilai densitas lab lebih baik dibanding nilai densitas lapangan. Melihat hasil selisih pada Tabel terjadi penurunan dimasing-masing spesifikasi benda uji. Penurunan densitas tertinggi terjadi pada campuran beton dengan agregat 2-3 tanpa aditif, yaitu sebesar 0,141gr/cm 3 atau sebesar 5,09%. Dan yang paling baik terjadi pada campuran beton dengan agregat 1-2 tanpa bahan tambahan aditif, memiliki nilai selisih 0,047gr/cm 3 atau sebesar 2,65%.
28 59 Dari hasil pengujian densitas di lab dan di lapangan, dibuat grafik hubungan antara densitas lab dan densitas lapangan sebagai berikut: Gambar Grafik Hubungan Antara Densitas Lapangan dan Lab Dilihat dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengujian di lab tidak mempunyai korelasi yang tidak signifikan terhadap hasil pengujian di lapangan. Jika kedua nilai densitas dihubungkan dan dibuat trendline hubungan tersebut, maka menghasilkan persamaan y=0,087x+1,5798. Bisa disimpulkan bahwa hasil perencanaan di lab jika di aplikasikan di lapangan tidak terlalu terpaut pada hasil lab, meski demikian tetap terdapat korelasi. Dari kedua hasil memiliki koefisien korelasi R 2 =0,269.
29 60 Tabel Selisih dan Persentase Nilai Porositas Porositas Porositas Kode Benda Uji Lab (%) Lapangan (%) Selisih Porositas % A (Batu 1-2) 34,539 36,273 1,734 5,02 B (Batu 1-2+Aditif) 31,178 35,631 4,452 14,28 C (Batu 2-3) 30,999 36,170 5,171 16,68 D (Batu 2-3+Aditif) 33,193 35,945 2,752 8,29 Gambar Perbandingan Pengujian Porositas Lab dan Lapangan berdasarkan metode perhitungan VIM
30 61 Dari hasil penghitungan porositas di lab dan di lapangan, porositas lapangan memiliki nilai lebih tinggi dibanding dengan nilai porositas di lab. Dari Tabel dapat dilihat bahwa selisih yang sangat signifikan terlihat pada campuran beton dengan agregat 2-3 tanpa penambahan aditif, yaitu sebesar 16,68%. Gambar Grafik Hubungan Porositas Lab dan Lapangan Pada Gambar 4.13 grafik hubungan porositas, terlihat jika dihubungkan garis secara linier, nilai porositas lab dan porositas lapangan tidak terdapat hubungan. Hal tersebut terlihat pada garis linier dengan persamaan y=-0,087x+33,18 tidak terdapat korelasi antara kedua variabel. Sedangkan koefisien korelasi sangat kecil sekali, yaitu R=0,269 atau tidak signifikan. Dari hasil penelitian kali ini, nilai porositas lapangan lebih besar dari pada porositas di lab. Nilai porositas itu sendiri dipengaruhi oleh nilai densitas. Sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai densitas lapangan lebih kecil dibanding hasil
31 62 densitas lab. Densitas sendiri dipengaruhi oleh pengerjaan. Pengerjaan di lab dan di lapangan berbeda. Pengerjaan di lab dilakukan dengan skala kecil dan lebih terkontrol, sedangkan di lapangan dengan skala besar kurang bisa terkontrol. Gambar Proses Pengecoran dan Pemadatan di Lapangan
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Untuk hasil pengujian gradasi agregat halus dan syarat batas dari ASTM C-33 dapat dilihat pada Tabel
Lebih terperinciBAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka dilaksanakan suatu metode. Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciSemakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.
BAB V HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Bahan 5.1.1. Pengujian Agregat Halus 1. Pemeriksaan Gradasi Pemeriksaan Gradasi agregat dilakukan guna mendapatkan nilai modulus
Lebih terperinciPemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)
Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan adanya suatu metode penelitian. Metode penelitian merupakan langkah-langkah
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciBerat Tertahan (gram)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Penyusun Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Lebih terperinciKeywords: porous concrete, compressive strength, density, porosity. Kata Kunci : beton berpori, kuat tekan, densitas/kepadatan, porositas.
STUDI BANDING KARAKTERISTIK BETON BERPORI ANTARA BENDA UJI DI LABORATORIUM DENGAN BENDA UJI DI LAPANGAN (STUDI KASUS PADA BAHU JALAN DI DESA KADOKAN, KECAMATAN GROGOL, KABUPATEN SUKOHARJO) Rhobertus Mahadi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Penambahan persentase limbah keramik dalam pembuatan beton mempengaruhi nilai slump, semakin banyak persentase limbah keramik semakin kecil nilai slump
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)
HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) ( menit ) 42 15 32 28 45 24 6 21 Hasil Uji Vicat untuk Pasta Semen
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange
L. 1 PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR Hasil penelitian : No Jenis Bahan Volume (cc) Volume Total (cc) Warna Larutan yang terjadi 1 Pasir 130 200 Nomor 2 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun
Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Pemeriksaan bahan susun beton dengan agregat kasar batu apung yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi
Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)
Lebih terperinciPemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)
Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus atau pasir yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton
BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%
Lebih terperinciTEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MUATAN LOKAL PASIR SIRING AGUNG DAN BATU PECAH MALUS Ely Mulyati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Musi Rawas (Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemkab
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi, Teknik Sipil UMY meliputi: pemeriksaan
Lebih terperinciLAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi Lampiran I Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55183
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
29 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun Beton Pemeriksaan bahan susun beton yang dilakukan di laboratorium telah mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil Pemeriksaan Agregat
Lebih terperinciIV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan
Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh
Lebih terperinciLAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama : M. Hafiz Nim : 08 0404 081 Material : Pasir Tanggal : 11 Januari 2014 Diameter Ayakan. () (No.) Berat Fraksi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pemilihan Metode Desain Campuran Ada beberapa metode desain pencampuran beton sebagai dasar untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan rencana dan mempunyai sifat-sifat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pengujian Agregat Hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh sesuai dengan tinjauan peneliti akan disajikan pada bab ini. Sedangkan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC
59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciTabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif
Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL
PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB V HASIL PEMBAHASAN
BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN
BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya
Lebih terperinciBAB III UJI MATERIAL
BAB III UJI MATERIAL 3.1. Uraian Umum Eksperimen dalam analisa merupakan suatu langkah eksak dalam pembuktian suatu ketentuan maupun menentukan sesuatu yang baru. Dalam ilmu pengetahuan dibidang teknik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN
BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN 4.1 ANALISIS DATA LABORATORIUM 4.1.1 Agregat Halus Pada penelitian ini, yang pertama kali dilakukan di lab adalah pengujian agregat halus dan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan FakultasTeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi
PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Tahap
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi UMY telah selesai dikerjakan, dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. URAIAN UMUM Langkah-langkah yang mengawali penelitian dilaksanakan berdasarkan peraturan dan standart yang berlaku, dalam hal ini digunakan acuan SK SNI T 15 1990 03 dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di
26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON
BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON Umum Analisa data dilakukan dengan melakukan pengujian material di laboratorium. Dengan melakukan pekerjaan ini, akan didapatkan karakteristik bahan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab III. Metodologi Penelitian 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Sebelum memulai pembuatan benda uji untuk pengetesan perlu dipilihpilih terlebih dahulu bahan-bahan yang sesuai, dicampur dan digunakan
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana
15 PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 Email: rikasylvia@gmail.com
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan Penelitian
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan kolom dengan variasi 40% sebelumnya menerima beban sebesar 56,4953 kn, setelah diperbaiki
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi
Lampiran A.1 : Pasir : Kali Progo A. AGREGAT HALUS (PASIR) Jenis Pengujian : Pemeriksaan gradasi besar butiran agregat halus (pasir) Diperiksa : 25 Februari 2016 a. Berat cawan kosong = 213,02 gram b.
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental laboratorium. Eksperimen pengujian dilakukan untuk mengetahui kapasitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan
Lebih terperinci(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)
(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN A.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang
Lebih terperinci1. SNI Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate.
I. REFERENSI LAPORAN REKAYASA BETON II. 1. SNI 03-2417-1991. Metoda Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi LA. 2. ASTM C.131-2001. Resistance & Degradasi Small-Size Coarse Aggregate. TUJUAN Dapat menentukan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian
23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada pengujian kekuatan Balok baja profil L yang dibebani arah aksial dengan pemberian cor beton pengisi adalah
Lebih terperinciLampiran. Universitas Sumatera Utara
Lampiran Analisa Ayakan Pasir Berat Fraksi (gr) Diameter Rata-rata % Sampel Sampel % Rata-rata Ayakan (mm) (gr) Kumulatif I II 9,52 30 15 22,5 2,25 2,25 4,76 21 18 19,5 1,95 4,2 2,38 45 50 47,5 4,75
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST
LAMPIRAN 1 HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST ) LAMPIRAN 1 Hasil Penelitian Awal (Vicat Test) Semen Normal (tanpa bahan tambah) Waktu ( menit ) Penurunan (mm) 15 40 30 32 45 26 60 19 Sukrosa 0,03% dari
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)
TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinci