PENGANTAR. Latar Belakang. Indonesia pada umumnya. Di Jawa Tengah, jumlah kambing yang dipelihara

Transkripsi

1 PENGANTAR Latar Belakang Kambing mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia pada umumnya. Di Jawa Tengah, jumlah kambing yang dipelihara masyarakat sebanyak ekor, sedangkan domba hanya ekor (BPS, 2013) dan jumlah kambing yang dipotong lebih banyak dibanding domba, yaitu ekor kambing dan ekor domba (BPS Jateng, 2013). Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih menyukai kambing untuk dipelihara maupun untuk diambil dagingnya atau sebagai usaha sampingan yang berfungsi sebagai tabungan yang dapat dijual sewaktu-waktu. Budisatria dan Udo (2013) menyatakan bahwa usaha beternak kambing dapat meningkatkan pendapatan peternak apabila dipelihara dengan manajemen yang baik. Daging kambing disukai konsumen karena menurut Webb et al. (2005) tidak banyak mengandung lemak, mengandung protein yang tinggi, rasanya enak dan mempunyai warna daging yang disukai konsumen. Musnandar et al. (2011) melaporkan bahwa kandungan protein daging kambing sebesar 19,6-20,7%. Selain itu, Park dan Washington (1993) melaporkan bahwa daging kambing mengandung rasio polyunsaturated fatty acids (PUFA):Saturated Fatty Acids (SFA) yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daging kambing lebih menyehatkan dibandingkan daging sapi. Jamhari et al. (2013) melaporkan bahwa protein daging kambing Kacang berpotensi menurunkan tekanan darah. Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia yang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, dengan telinga yang kecil dan berdiri tegak (Mahmilia dan Tarigan, 2004). Meskipun bobot tubuh dan bobot karkasnya 1

2 lebih kecil dibanding kambing Peranakan Etawah dan kambing Kejobong, namun persentase karkasnya relatif sama dengan rata-rata 40,9% (Sumardianto et al., 2013), bahkan Hutama (2014) melaporkan bahwa kambing Kacang jantan dengan bobot potong 18,5 kg hingga 21,3 kg menghasilkan persentase karkas sebesar 46,7%. Kambing Kacang merupakan kambing lokal yang mudah beradaptasi dengan baik pada kondisi pakan setempat (Sianipar et al., 2005). Pemeliharaan kambing oleh peternak masih dilakukan secara tradisional (Budisatria et al., 2012), dengan cara digembalakan pada musim kemarau di pinggir jalan, lapangan sepak bola, dan ladang bero (Budisatria et al., 2006), sehingga produktivitasnya masih relatif rendah dengan bobot potong 15 kg untuk kambing Kacang dan 24,5 kg untuk kambing Peranakan Etawah (Sumardianto et al., 2013). Permasalahan Secara umum, populasi kambing Kacang yang murni (Lampiran 1) sudah semakin menurun. Penurunan populasi kambing Kacang tersebut disebabkan produktivitas kambing Kacang yang rendah, sehingga peternak lebih memilih kambing bangsa lain yang lebih besar dan produktivitasnya lebih tinggi untuk dipelihara. Kambing Kacang dikawinsilangkan dengan kambing bangsa lain yang lebih besar, seperti: Etawah, Peranakan Etawah, dan Boer. Hasil perkawinan silang ini dapat dilihat dari penampilan kambing Kacang yang dipelihara peternak (Lampiran 2) maupun yang diperjualbelikan di pasar hewan (Lampiran 3) yang sudah merupakan campuran dengan darah kambing bangsa lain. Lokasi di Jawa Tengah yang masih memiliki populasi kambing Kacang yang murni terdapat di Kabupaten Grobogan. 2

3 Permasalahan yang terjadi di lapangan untuk mengembangkan kambing Kacang antara lain: 1. Keterbatasan informasi tentang data dasar pemeliharaan kambing Kacang sebagai kambing potong di tingkat peternak. Kinerja produksi kambing Kacang pada pemeliharaan secara tradisional sebagai usaha sampingan di tingkat petani peternak perlu diketahui. Data pemberian pakan, status nutrisi/ kecukupan nutrien, pertambahan bobot badan, hingga produksi karkas dan dagingnya secara menyeluruh masih sangat terbatas. Data ini perlu diketahui sebagai dasar untuk mengembangkan dan melakukan evaluasi potensi produksi kambing Kacang, apabila akan ditingkatkan produktivitasnya. Pada umumnya, peternak memelihara kambing dengan digembalakan pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari. Kondisi tersebut yang menyebabkan produktivitas kambing belum optimal, karena pakan yang diberikan berupa hijauan (rumput lapangan), sebagai pakan tunggal. Namun demikian, masih sedikit penelitian tentang seberapa banyak konsumsi pakan kambing yang dipelihara peternak dengan cara digembalakan, apakah sudah mencukupi kebutuhannya baik secara kuantitas maupun kualitasnya. 2. Keterbatasan informasi tentang potensi kambing Kacang apabila diberi pakan sesuai dengan kebutuhannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data konsumsi nutrien, kebutuhan pakan riil, efisiensi pemanfaatan nutrien, hingga produktivitas kambing Kacang, baik dalam hal pertambahan bobot badan, pencapaian bobot potong, dan produksi karkas apabila diberi pakan yang cukup, sesuai kebutuhannya dengan manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan secara intensif, masih belum diteliti hingga produksi dagingnya. 3

4 Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya pemecahan masalah untuk meningkatkan kinerja kambing Kacang (Gambar 1). Kambing Kacang dipelihara peternak secara tradisional Budisatria et al. (2012) manajemen pemberian pakan kurang baik, pakan yg diberikan berkualitas rendah Udo et al. (2011) pakan kambing 60% rumput dari ladang dan pinggir jalan Hipotesis : Nutrisi ternak yg digembalakan belum memenuhi kebutuhan pertumbuhan lambat produktivitas rendah produksi karkas rendah Penelitian Tahap I Eksplorasi Kinerja & Kualitas Karkas Kambing Kacang yg dipelihara Peternak REKOMENDASI KE PETERNAK PEMELIHARA KAMBING KACANG Apakah kambing Kacang masih bisa ditingkatkan produktivitasnya? utk menarik peternak memelihara kbg Kacang Hipotesis : Pemberian pakan rumput lapangan sbg pakan tunggal kuantitas sesuai kebutuhan produktivitas meningkat dibanding penelitian Tahap I. Upaya peningkatan kualitas pakan TMR dg sumber prot yg berbeda meningkatkan pertumbuhan, produktivitas, dan daging kambing Kacang bila dibandingkan dg pakan tunggal rumput lapangan (spt yg dilakukan peternak) Penelitian Tahap II Pemeliharaan kbg Kacang dg pakan sumber prot yg berbeda sbg upaya perbaikan kinerja produksi, produksi karkas dan daging Perlakuan untuk meningkatkan kinerja produksi kambing Kacang pada Penelitian Tahap II: 1. T0RL pakan kontrol, berupa rumput lapangan (seperti pemeliharaan peternak) dengan jumlah yang diberikan sesuai kebutuhan ternak. 2. Peningkatan kualitas pakan dengan sumber protein yang berbeda, yaitu: tepung ikan (T1) dan soybean meal/sbm (T2). 3. Peningkatan pemanfaatan SBM agar tidak mudah terdegradasi di dalam rumen SBM diproteksi dengan 1% formaldehid sebanyak 50% (T3) dan 100% (T4) Gambar 1. Alur penelitian untuk disertasi Hal-hal yang perlu diteliti antara lain: 1. Kinerja produksi kambing Kacang dan investigasi status nutrisi kambing Kacang yang dipelihara di tingkat peternak, demikian pula produksi karkas dan dagingnya. Kinerja produksi kambing Kacang yang diamati meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi dan kecernaan nutrien, sedangkan investigasi status nutrisi (ketercukupan BK, PK, TDN) sangat penting diamati untuk mengetahui ketercukupan nutrien yang diberikan peternak apakah 4

5 sudah sesuai kebutuhan untuk tujuan pemeliharaan. Dari investigasi status nutrisi ini, akan diketahui apabila terjadi defisiensi nutrien. Selain itu, produksi karkas dan daging kambing Kacang yang dipelihara peternak juga perlu diketahui, sehingga akan mendapatkan gambaran yang lengkap tentang kondisi kambing Kacang yang dihasilkan dari pemeliharaan di tingkat peternak (Penelitian Tahap I). 2. Produktivitas kambing Kacang di tingkat peternak masih sangat rendah dengan bobot potong 15 kg (Sumardianto et al., 2013). Rendahnya bobot potong seekor ternak, karena pertumbuhan yang lambat akibat dari konsumsi pakan yang tidak memenuhi kebutuhan ternak dan pemanfaatan protein yang rendah. Peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang cukup dari segi kuantitas dan kualitasnya. Penelitian Tahap II meneliti pemeliharaan kambing Kacang secara intensif dengan pakan yang sama dengan peternak (pakan tunggal, yaitu rumput lapangan) dan diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhannya (T0RL). Selain itu, kambing Kacang diberi pakan total mixed ration (TMR) dengan perbaikan nutrien, yaitu penambahan sumber protein hewani (tepung ikan/t1) dan sumber protein nabati (bungkil kedelai/sbm/t2). Protein bungkil kedelai sangat mudah didegradasi di dalam rumen, sehingga pemanfaatannya di dalam usus lebih rendah. Agar pemanfaatan protein SBM lebih efisien, maka SBM diproteksi dengan 1% formaldehid untuk meningkatkan protein bypass (rumen undegradable protein). Keaslian dan Kedalaman Penelitian tentang produktivitas kambing Kacang, status nutrisi, produksi karkas dan kualitas dagingnya, agar diperoleh gambaran kinerja kambing 5

6 Kacang yang lengkap pada pemeliharaan di tingkat peternak belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan antara lain: identifikasi gen, studi kasus karakteristik kambing Kacang di Maluku Utara, penampilan kambing Kacang akibat perlakuan pemberian pakan, pemberian probiotik, potensi reproduksi induk, pertumbuhan anak pra-sapih, potensi reproduksi pejantan akibat pemberian tepung ikan, produktivitas kambing Kacang hasil silangan, produksi kulit, dan karakteristik karkas kambing Kacang (bobot karkas dan komponen karkas). Penelitian ini dilakukan dalam rangka menggali potensi dan upaya meningkatkan kinerja kambing Kacang, sehingga dapat menarik peternak untuk memelihara kambing Kacang. Penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) tahapan, yaitu: tahap I merupakan eksplorasi atau investigasi kinerja produksi kambing Kacang di pemeliharaan tingkat peternak dan identifikasi status nutrisi, produksi karkas, serta kualitas dagingnya. Penelitian tahap I ini, kemudian dilanjutkan penelitian tahap ke II yang akan mengupayakan peningkatan kinerja kambing Kacang dengan memanfaatkan pakan sumber protein/energi, sesuai dengan hasil investigasi status nutrisi pada penelitian tahap I. Penelitian kambing Kacang ini perlu dilakukan karena kambing Kacang merupakan sumber daya genetik ternak (SDGT) kambing di Indonesia. Masyarakat sangat menyukai daging kambing, karena rasanya yang enak, rendah lemak, dan kandungan asam lemak tidak jenuhnya yang lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Nilai kebaruan dari disertasi ini adalah diperolehnya data status nutrisi, kinerja produksi, produksi karkas, dan kualitas daging kambing Kacang yang dipelihara peternak, serta potensi kinerja produksi, produksi karkas, dan kualitas 6

7 dagingnya apabila pakan kambing Kacang diperbaiki dengan pemberian pakan sumber protein. Hasil penelitian ini diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengembangan kambing Kacang. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh data dasar status nutrisi (ketercukupan BK, PK, TDN), kinerja produksi, produksi karkas, dan kualitas daging kambing Kacang hasil pemeliharaan peternak secara tradisional. 2. Memperoleh data kajian potensi dan peningkatan perbaikan kinerja produksi, produksi karkas, serta kualitas daging kambing Kacang yang diberi pakan total mixed ration (TMR) dengan kandungan protein yang berbeda degradasinya di dalam rumen yang nantinya dapat diterapkan di peternak. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini secara garis besar adalah: 1. Bagi peneliti: menggali data dasar dan melihat potensi upaya perbaikan produktivitas kambing Kacang yang diberi pakan total mixed ration (TMR) dengan kandungan protein yang berbeda degradasinya di dalam rumen. 2. Bagi masyarakat: apabila upaya perbaikan pakan untuk kambing Kacang ini berhasil dengan peningkatan produktivitas yang nyata, maka pakan tersebut dapat diaplikasikan di peternak untuk meningkatkan manajemen pemberian pakan dan kinerja kambing Kacang. 3. Bagi pengambil kebijakan: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat kebijakan apakah masih diperlukan pengembangan kambing Kacang di Jawa Tengah. 7

8 4. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi: hasil penelitian ini dapat memberikan informasi potensi kambing Kacang sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya untuk mengembangkan potensi tersebut. 8