HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Persentase daya berkecambah yang tertera pada label benih secara umum berkisar antara 85-86% dengan kemurnian fisik 95%. Masa kadaluarsa label masih berkisar antara 9-21 bulan. Data kadar air tidak tercantum pada label benih, tetapi berdasarkan hasil pengujian kadar air segera setelah kemasan dibuka berkisar antara % (Tabel 2). Suhu harian untuk ruang penyimpanan benih rata-rata sebesar 28-3 C dengan RH 5-57%. Kondisi kemasan, suhu dan RH ruangan memberikan perlindungan yang relatif aman, sehingga kadar air benih tetap < 1% hingga akhir penyimpanan, kecuali pada lot Celena dan Pueddes dalam kemasan alumunium foil, masingmasing 11.51% dan 1.5% (Tabel 2). Lot Benih Tabel 2. Kadar air benih cabai merah saat pengujian awal dan setelah akhir periode simpan Periode simpan bulan Periode simpan 6 bulan Alumunium foil Plastik Kadar Air (%) Bendera Celena Gelora Landung Pueddes Tegar Percobaan I. Pengujian Viabilitas Awal Benih Cabai Merah Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal benih sebelum disimpan ( bulan penyimpanan). Kondisi awal benih dilihat berdasarkan nilai viabilitas potensial dan nilai vigor. Viabilitas potensial menggunakan tolok ukur daya berkecambah (%), sedangkan nilai vigor menggunakan tolok ukur vigor yang bersifat umum, yaitu indeks vigor (%) dan kecepatan tumbuh (% etmal -1 ).

2 2 Berdasarkan aturan dari Badan Standarisasi Nasional (SNI ), benih cabai merah bersari bebas layak dipasarkan jika memenuhi persyaratan mutu laboratorium yang ditetapkan, yaitu daya berkecambah minimal 75% dan kadar air benih maksimal 1%. Kondisi awal dari keenam lot benih cabai merah, ratarata memiliki persentase daya berkecambah lebih dari 75%, yaitu antara 79% - 92% (Tabel 3). Data tersebut menunjukkan bahwa keenam lot benih yang digunakan dalam penelitian ini masih layak untuk diedarkan. Tabel 3. Viabilitas benih cabai merah pada awal periode simpan Lot Benih DB (%) IV (%) K CT (% etmal -1 ) Bendera ab 11.2 a Celena 83 8 b 9.15 b Gelora ab 1.33 ab Landung ab 1.97 a Pueddes 8 7 b 1.35 ab Tegar 79 c 7.1 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. DB = daya berkecambah; IV = indeks vigor; K CT = kecepatan tumbuh. Penilaian vigor dapat dilakukan dengan tolok ukur vigor yang bersifat umum, seperti kecepatan tumbuh (% etmal -1 ) dan indeks vigor (%), tetapi dapat juga secara spesifik (Sadjad, 1994). Pada penelitian ini, nilai vigor lot benih secara umum dilihat dari persentase indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Lot Bendera, Gelora, dan Landung memiliki vigor yang relatif lebih baik dibandingkan dengan ketiga lot lainnya (Tabel 3), sedangkan pengujian vigor secara spesifik dilakukan untuk menduga vigor daya simpan, yaitu dengan metode pengusangan cepat terkontrol.

3 21 Percobaan II. Pengaruh Pengusangan Cepat Terkontrol (PCT) terhadap Viabilitas Lot Benih Cabai Merah Metode PCT membutuhkan ketelitian untuk mencapai kadar air yang sama pada lot benih sebelum benih mengalami deteriorasi secara cepat pada suhu tinggi (45 C). Lot benih yang didera mengalami tingkat kerusakan yang berbeda, hal ini disebabkan karena laju peningkatan kelembaban pada benih berbeda antar lot. Ketelitian dibutuhkan pada saat menetapkan kadar air, karena perbedaan 1% kadar air benih memberikan pengaruh yang nyata pada perkecambahan (Powell dan Matthews, 25). Nilai kadar air selama penderaan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Metode PCT dilakukan pada suhu ± 41 C di dalam waterbath. Secara umum, semua kombinasi perlakuan PCT (kadar air dan lama penderaan) mampu membedakan vigor antar lot benih (Tabel 4). Tabel 4. Viabilitas benih cabai merah setelah uji pengusangan cepat terkontrol (PCT) Lot Benih 15%: 24 jam Kombinasi perlakuan PCT (kadar air;waktu deraan) pada suhu ± 41 o C 18%; 21%; 24%; 15%; 18%; 21%; 24 jam 24 jam 24 jam 48 jam 48 jam 48 jam (%) %; 48 jam Bendera 96 a 96 a 92 a 83 a 89 a 84 a 84 a 97 a Celena 23 c 23 c 16 c 18 b 9 c 8 c 22 b 14 b Gelora 81 ab 81 ab 81 a 79 a 91 a 85 a 72 a 75 a Landung 92 a 92 ab 88 a 82 a 93 a 81 a 92 a 88 a Pueddes 82 ab 82 a 84 a 92 a 9 a 81 a 93 a 81 a Tegar 57 b 57 bc 53 b 65 a 35 b 51 b 41 b 4 b (%) Bendera 12 ab 9 a 7 ab 11 a 16 a 7 a 15 a 13 a Celena b 1 a b 2 a a a a a Gelora 12 ab 15 a 12 ab 12 a 12 a 16 a 13 a a Landung 21 a 17 a 15 a 7 a 12 a 15 a 23 a 15 a Pueddes 4 b a b a a a a 1 a Tegar b a b 3 a a a a a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

4 22 Menurut Basak et al. (26) penggunaan PCT dengan tingkat kadar air benih 22% dan periode penderaan 24 jam pada suhu 45 C merupakan kondisi yang optimum untuk memprediksi daya tumbuh benih cabai (Capsicum annuum L.), karena mempunyai korelasi yang erat dengan daya tumbuh di lapang. Metode PCT juga dapat digunakan untuk pendugaan umur simpan benih. Viabilitas benih cabai setelah PCT (V PCT ) pada semua kondisi yang diuji (kadar air 18%, 2%, dan 22% dengan lama penderaan 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam) memiliki korelasi positif dengan daya berkecambah benih yang disimpan selama 4 dan 8 bulan, kecuali perlakuan kadar air 22% dan waktu deraan 96 jam yang memiliki koefisien korelasi yang paling kecil dibandingkan dengan perlakuan PCT lainnya. Wafiroh (21) dalam penelitiannya menggunakan metode PCT pada suhu 45 C dengan tingkat kadar air 2%, 22%, 24%, dan 26% serta lama penderaan jam, 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Semua kondisi PCT tersebut telah berhasil dalam menggambarkan potensi vigor dari lot benih wijen yang diuji. Penurunan vigor benih mengikuti peningkatan tingkat kadar air benih dan lama penderaan benih. Benih kehilangan vigornya ketika didera pada kadar air yang semakin tinggi dan periode yang semakin lama. Pada penelitian ini, viabilitas setelah PCT diamati dengan dua tolok ukur, yaitu daya berkecambah benih setelah PCT ( ) dan indeks vigor benih setelah PCT ( ). Keenam lot benih yang digunakan memiliki viabilitas yang tinggi di awal pengujian yaitu 75% (Tabel 3), tetapi setelah melalui pengusangan pada semua kombinasi PCT terlihat bahwa hanya 4 lot benih (Bendera, Gelora, Landung, dan Pueddes) yang menunjukkan nilai viabilitas tetap tinggi ditunjukkan dengan nilai ( > 7%), sedangkan 2 lot lainnya (Celena dan Tegar) mengalami penurunan viabilitas (nilai antara 8% - 65%) (Tabel 4). Berbeda dengan hasil pada terdapat 3 lot benih yang masih memiliki viabilitas tinggi, yaitu Bendera, Gelora, dan Landung, sedangkan 3 lot lainnya (Celena, Pueddes, dan Tegar) memiliki yang rendah (Tabel 4). Kombinasi PCT yang digunakan untuk menduga viabilitas potensial setelah penyimpanan akan ditentukan berdasarkan uji korelasi.

5 23 Percobaan III. Viabilitas Benih Cabai Merah setelah Penyimpanan Viabilitas lot benih cabai merah setelah penyimpanan (4 dan 6 bulan) dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik dapat dilihat pada Tabel 5. Benih yang disimpan pada suhu 28-3 C dan RH 5-57% selama empat bulan menunjukkan tingkat viabilitas yang berbeda antar lot. Hasil pengamatan pada lot benih yang disimpan dalam kemasan alumunium foil menunjukkan bahwa terdapat 3 lot benih yang masih memiliki viabilitas potensial dan vigor yang tinggi meskipun telah melewati periode penyimpanan 4 bulan, yaitu lot Bendera, Gelora, dan Landung. Ketiga lot benih ini memiliki nilai yang tinggi pada semua tolok ukur (DB, IV, dan K CT ). Nilai DB setelah 4 bulan penyimpanan tetap > 75%. Hal sebaliknya ditunjukkan oleh lot Celena, Pueddes, dan Tegar yang mengalami penurunan viabilitas setelah melewati periode simpan 4 bulan, sehingga DB < 2% (Tabel 5). Tabel 5. Viabilitas benih cabai merah setelah penyimpanan dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik Alfo Plastik Alfo Plastik Alfo Plastik Lot Benih --- DB (%) IV (%) --- K CT (%/etmal) Periode simpan 4 bulan Bendera Celena Gelora Landung Pueddes Tegar Uji-t P =.95 tn P =.64 tn P =.86 tn Periode simpan 6 bulan Bendera Celena Gelora Landung Pueddes Tegar Uji-t P =.99 tn P =.51 tn P =.93 tn Keterangan: DB = daya berkecambah (%); IV = indeks vigor (%); K CT = kecepatan tumbuh (%/etmal) Hasil pengamatan terhadap lot benih dengan periode simpan 6 bulan menunjukkan nilai viabilitas yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan periode simpan 4 bulan, namun tidak jauh berbeda. Pada perlakuan kemasan

6 24 alumunium foil, lot Bendera, Gelora, dan Landung memiliki persentase DB berturut-turut 83%, 92%, dan 96% pada masa simpan 4 bulan, sedangkan pada masa simpan 6 bulan DB-nya menjadi 84%, 88%, dan 88% (Tabel 5). Persentase DB dari ketiga lot tersebut, meskipun mengalami penurunan setelah disimpan 6 bulan, tetapi nilainya masih tinggi, yaitu 75%. Hal ini menunjukkan bahwa lot Bendera, Gelora dan Landung masih layak untuk diedarkan. Sementara itu, lot Celena, Pueddes, dan Tegar dapat dikatakan tidak layak lagi untuk diedarkan, karena setelah melewati masa simpan 4 bulan DB-nya sudah sangat rendah, yaitu berturut-turut %, 9%, dan 19%. Pada saat penyimpanan 6 bulan menunjukkan nilai DB yang lebih rendah, yaitu %, 1%, dan 3% meski disimpan pada kemasan alumunium foil (Tabel 5). Penelitian ini bukan untuk membandingkan perbedaan varietas, karena diantara keenam lot benih tidak hanya berbeda varietas, tetapi juga berbeda dalam hal tanggal kadaluarsa label (Tabel 1), persentase kadar air benih (Tabel 2), dan vigor awal benih (Tabel 3). Menurut Justice dan Bass (22), faktor internal yang mempengaruhi daya simpan benih diantaranya faktor genetik, ukuran benih, pengaruh struktur dan komposisi benih, kadar air benih, dan vigor benih selama penyimpanan. Secara umum, kondisi benih setelah penyimpanan (4 dan 6 bulan) mengalami penurunan nilai viabilitas potensial diiringi dengan menurunnya nilai vigor benih. Rendahnya viabilitas setelah penyimpanan pada lot Celena, Pueddes, dan Tegar diduga disebabkan karena kadar air yang terlalu tinggi sebelum benih disimpan. Mugnisjah (27) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih adalah kondisi kadar air benih saat disimpan. Kadar air benih yang terlalu tinggi pada waktu benih disimpan dapat mempercepat menurunnya atau hilangnya viabilitas benih setelah melalui periode simpan. Hal ini disebabkan karena laju respirasi benih masih tinggi sehingga energi tersimpan yang seharusnya dipakai untuk perkecambahan telah habis digunakan selama periode simpan. Berdasarkan keputusan Badan Standarisasi Nasional (SNI ), benih cabai merah bersari bebas layak edar jika kadar air benih maksimal 1%.

7 25 Keputusan tersebut nampaknya perlu dikaji ulang, karena tidak mampu mempertahankan viabilitas benih cabai merah dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 2) dapat dijelaskan bahwa lot benih Bendera, Gelora, dan Landung memiliki kadar air awal masing-masing 6.45%, 5.11%, dan 4.94%, setelah disimpan pada kemasan alumunium foil selama 6 bulan kadar airnya menjadi 8.83%, 6.7%, dan 6.46%. Persentase kadar air tersebut masih dapat dikatakan aman untuk penyimpanan benih cabai merah selama 6 bulan, terbukti dengan nilai DB yang masih tinggi ( 75%) meskipun sudah melewati periode simpan tersebut. Lot Celena, Pueddes, dan Tegar yang disimpan dalam kemasan alumunium foil memiliki kadar air berturut-turut 1.21%, 7.54%, dan 8.8% di awal penyimpanan dan 11.51%, 1.5%, dan 9.83% di akhir penyimpanan. Persentase kadar air pada ketiga lot tersebut dapat dikatakan tidak aman untuk penyimpanan benih cabai merah, karena menghasilkan viabilitas yang rendah setelah melalui periode simpan. Menurut Justice dan Bass (22) kadar air yang aman untuk penyimpanan benih cabai adalah 4.5%, sedangkan menurut Julianti (28) benih cabai dapat disimpan selama 6 bulan dengan daerah kadar air yang aman sekitar % dan pada daerah ini viabilitas benih dapat dipertahankan diatas 8%. Tatipata (28) melaporkan bahwa daya berkecambah (DB) benih kedelai menurun dengan makin tinggi kadar air benih awal dan makin porous kemasan. Benih yang disimpan pada kadar air awal 8% di dalam kemasan plastik mengalami penurunan DB pada bulan ke-5, sedangkan benih dalam kemasan alumunium foil mengalami penurunan DB pada bulan ke-6. Benih yang disimpan dengan kadar air awal 1% mengalami penurunan DB pada bulan ke-4 setelah simpan, baik dalam kemasan plastik maupun alumunium foil. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, kemasan alumunium foil lebih baik dibandingkan kemasan plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, alumunium foil mudah sobek. Hal inilah yang menyebabkan kadar air benih yang disimpan dalam kemasan alumunium foil meningkat (Robi in, 27). Lot benih yang disimpan pada kemasan plastik memberikan reaksi yang tidak jauh berbeda dengan kemasan alumunium foil, baik pada periode simpan 4

8 26 atau 6 bulan. Berdasarkan hasil uji-t, perlakuan kemasan alumunium foil dan kemasan plastik tidak berbeda nyata pada semua tolok ukur (Tabel 5). Benih yang disimpan pada kemasan plastik, meskipun pada awal penyimpanan memiliki kadar air yang bervariasi yaitu antara 4.94% %, namun setelah penyimpanan 6 bulan kadar airnya relatif sama antara 8% - 9% (Tabel 2). Meskipun tidak ada lot dengan kadar air > 1%, tetapi setelah 6 bulan simpan penurunan viabilitasnya tidak berbeda dengan benih pada kemasan alumunium foil. Lot Bendera, Gelora, dan Landung memiliki DB antara 8% - 9%, sedangkan lot Celena, Pueddes, dan Tegar memiliki DB < 1%. Berdasarkan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa ada faktor selain kadar air benih yang menyebabkan viabilitas turun dengan cepat pada lot Celena, Pueddes, dan Tegar. Penurunan viabilitas pada ketiga lot tersebut diduga disebabkan oleh vigor awal benih saat sebelum disimpan. Menurut Sadjad et al. (1999) faktor lain yang mempengaruhi daya simpan benih adalah vigor awal benih saat sebelum disimpan. Lot benih dengan vigor awal yang tinggi mengindikasikan lot tersebut memiliki vigor daya simpan yang tinggi dan umur simpan yang lama. Vigor awal dicapai pada saat benih mencapai masak fisiologi dengan vigor yang maksimum. Proses kemunduran benih terus berlangsung dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya benih mati. Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih selama penyimpanan tergantung pada beberapa faktor, diantaranya faktor genetik dari spesies atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih, dan mahkluk biotik di lingkungan penyimpanan. Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya (Justice dan Bass, 22). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lot benih dengan nilai indeks vigor yang rendah saat sebelum simpan (Celena, Pueddes, dan Tegar), memiliki nilai viabilitas potensial yang rendah setelah penyimpanan. Lot Celena, Pueddes, dan Tegar memiliki indeks vigor awal masing-masing 8%, 7%, dan % (Tabel 3), setelah melewati masa simpan 4 bulan nilai DB-nya adalah %, 9%, dan 19% pada kemasan alumunium foil dan 8%, 21%, dan 19% pada kemasan plastik. Pada masa simpan 6 bulan lot Celena, Pueddes, dan Tegar menunjukkan nilai DB yang

9 27 lebih rendah, yaitu berturut-turut %, 1%, dan 3% pada kemasan alumunium foil dan 1%, 7%, dan 4% pada kemasan plastik (Tabel 5). Hal sebaliknya terjadi pada lot Bendera, Gelora, dan Landung. Ketiga lot ini memiliki nilai indeks vigor awal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tiga lot lainnya (Celena, Pueddes, dan Tegar). Lot Bendera, Gelora, dan Landung memiliki nilai indeks vigor awal masing-masing sebesar 19%, 15%, dan 32% (Tabel 3), setelah melewati masa simpan baik 4 bulan maupun masa simpan 6 bulan ketiga lot ini memiliki viabilitas potensial yang tinggi, ditunjukkan dengan nilai DB 75% pada kedua kemasan (alumunium foil dan plastik) (Tabel 5). Hubungan antara Viabilitas Benih setelah Penyimpanan dengan Parameter Vigor Benih Tolok ukur Vigor Bersifat Umum Pada penelitian ini, nilai vigor secara umum dilihat dari persentase indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Berdasarkan pengamatan terhadap benih yang disimpan selama 4 bulan, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara indeks vigor benih sebelum disimpan dengan daya berkecambah benih setelah disimpan 4 bulan dalam kemasan alumunium foil dan plastik. Hubungan kedua tolok ukur tersebut menghasilkan korelasi positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai indeks vigor saat pengujian awal (penyimpanan bulan) maka daya berkecambah benih setelah penyimpanan 4 bulan akan semakin tinggi. Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan selama 4 bulan dalam kemasan alumunium foil dapat diduga dengan persamaan y = 3.27x dengan x adalah indeks vigor awal dan y adalah DB 4 bulan setelah simpan. Nilai korelasi sebesar.81 dan koefisien determinasi sebesar 66% (Gambar 2). Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan selama 4 bulan dalam kemasan plastik dapat diduga dengan persamaan y = 2.73x dengan nilai korelasi sebesar.82 dan koefisien determinasi 67% (Gambar 3). Koefisien korelasi (r) yang mendekati 1 ( 1) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara IV awal dengan DB 4 bulan simpan.

10 DB 4 bula n s e t e la h s impa n (%) DB 4 bula n s e t e la h s impa n (%) y = 3.27x R 2 = 66%; r =.81* sd = IV awal (%) Gambar 2. Garis regresi antara indeks vigor (IV) awal ( bulan simpan) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 4 bulan setelah simpan (%) dalam kemasan alumunium foil 15 1 y = 2.73x R 2 = 67%; r =.82* sd = IV awal (%) Gambar 3. Garis regresi antara indeks vigor (IV) awal ( bulan simpan) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 4 bulan setelah simpan (%) dalam kemasan plastik

11 DB 6 bula n s e t e la h s impa n (%) 29 Hasil korelasi analisis regresi antara IV bulan dengan DB 6 bulan simpan dalam kemasan alumunium foil menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif. Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan selama 6 bulan dalam kemasan alumunium foil dapat diduga dengan y = 3.46x dengan x adalah indeks vigor awal dan y adalah DB 6 bulan setelah simpan. Koefisien determinasi sebesar 69% dan nilai korelasi.83 (Gambar 4). Lot benih yang disimpan selama 6 bulan dalam kemasan plastik viabilitas potensialnya dapat diduga dengan persamaan y = 3.32x -.8 dengan koefisien determinasi 72% dan koefisien korelasi.85 (Gambar 5) y = 3.46x R 2 = 69%; r =.83* sd = IV awal (%) Gambar 4. Garis regresi antara indeks vigor (IV ) awal ( bulan simpan) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 6 bulan setelah simpan (%) dalam kemasan alumunium foil

12 DB 6 bula n s e t e la h s impa n (%) y = 3.32x -.8 R 2 = 72%; r =.85* sd = IV awal (%) Gambar 5. Garis regresi antara indeks vigor (IV ) awal ( bulan simpan) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 6 bulan setelah simpan (%) dalam kemasan plastik Hasil analisis korelasi regresi antara DB 4 dan 6 bulan setelah simpan dengan kecepatan tumbuh (K CT ) di awal penyimpanan, menunjukkan tidak ada hubungan yang erat antara keduanya (Tabel 6), sehingga nilai K CT tidak dapat digunakan untuk menduga viabilitas benih setelah penyimpanan 4 dan 6 bulan. Tabel 6. Rekapitulasi hasil analisis regresi antara tolok ukur K CT bulan simpan dengan DB setelah penyimpanan Penyimpanan Bulan DB Penyimpanan 4 bulan Kecepatan Tumbuh (% etmal -1 ) Model R 2 r Alumunium Foil y = x tn Plastik y = x tn DB Penyimpanan 6 bulan Alumunium Foil y = x 49.7 tn Plastik y = x tn Keterangan: y = daya berkecambah setelah penyimpanan; x = kecepatan tumbuh bulan simpan; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%

13 31 Lot benih yang disimpan selama 6 bulan menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan penyimpanan 4 bulan. Nilai korelasi dari kedua perlakuan kemasan tidak ada yang nyata. Koefisien korelasi antara tolok ukur kecepatan tumbuh bulan simpan dengan daya berkecambah 6 bulan simpan pada perlakuan kemasan alumunium foil adalah.7 dan kemasan plastik.72. Tolok Ukur Vigor Bersifat Khusus (Spesifik) Daya berkecambah benih setelah disimpan selama 4 dan 6 bulan dapat diduga berdasarkan nilai indeks vigor (IV) di awal penyimpanan (Gambar 2 - Gambar 5), namun nilai koefesien determinasi (R 2 ) masih relatif rendah (< 8%). Pengujian vigor yang bersifat spesifik diharapkan dapat memberikan pendugaan dengan nilai koefisien korelasi (r) dan nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang lebih baik. Pengujian vigor spesifik dilakukan untuk mensimulasi vigor benih di lapang yang berhadapan dengan faktor cekaman eksternal (Sadjad et al., 1999). Pengujian vigor secara spesifik pada penelitian ini dilakukan untuk menduga vigor daya simpan, yaitu dengan metode pengusangan cepat terkontrol (PCT). Metode ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya di dalam penyimpanan. Parameter viabilitas yang diamati yaitu daya berkecambah benih setelah PCT ( ) (%) dan indeks vigor benih setelah PCT ( ) (%). Analisis korelasi regresi dilakukan untuk melihat keeratan hubungan antara viabilitas benih setelah melalui PCT dengan daya berkecambah (DB) benih setelah penyimpanan, baik dalam kemasan alumunium foil maupun kemasan plastik. Hasil analisis korelasi antara DB benih setelah PCT ( ) dengan DB setelah penyimpanan 4 dan 6 bulan menunjukkan bahwa tidak ada nilai korelasi yang nyata, baik pada kemasan alumunium foil maupun pada kemasan plastik (Tabel 7).

14 32 Tabel 7. Rekapitulasi nilai korelasi antara dengan daya berkecambah benih cabai merah setelah penyimpanan dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik Kombinasi perlakuan PCT pada suhu 41 o C Alumunium foil Plastik r P- Value r P-Value Periode simpan 4 bulan 15%;24 jam.74 tn tn.84 18%;24 jam.62 tn tn.15 21%;24 jam.71 tn tn.11 24%;24 jam.53 tn tn %;48 jam.72 tn tn.72 18%;48 jam.7 tn tn.14 21%;48 jam.59 tn tn %;48 jam.72 tn tn.83 Periode simpan 6 bulan 15%;24 jam.71 tn tn.1 18%;24 jam.61 tn tn %;24 jam.68 tn tn %;24 jam.47 tn tn %;48 jam.7 tn tn.13 18%;48 jam.66 tn tn %;48 jam.57 tn tn.27 24%;48 jam.71 tn tn.1 Hasil analisis korelasi antara indeks vigor (IV) benih setelah PCT ( ) dengan DB setelah 4 dan 6 bulan penyimpanan menunjukkan terdapat korelasi positif. Semua kombinasi PCT yang diujikan (kadar air dan waktu deraan) memiliki korelasi yang nyata dengan benih yang disimpan dalam kemasan alumunium foil dan kemasasn plastik, kecuali perlakuan kombinasi PCT kadar air 24% dan waktu deraan 48 jam (Tabel 8). Penggunaan PCT dengan tingkat kadar air benih 21% dan waktu penderaan 24 jam pada suhu ± 41 o C merupakan kondisi PCT yang direkomendasikan sebagai metode untuk menduga viabilitas potensial benih cabai merah setelah penyimpanan, karena secara umum, kondisi PCT tersebut memiliki nilai korelasi yang paling tinggi. Pada periode simpan 4 bulan nilai korelasinya sebesar.97, baik pada kemasan alumunium foil maupun kemasan plastik, sedangkan untuk periode simpan 6 bulan nilai korelasinya sebesar.96 untuk kemasan alumunium foil dan.97 untuk kemasan plastik (Tabel 8).

15 33 Tabel 8. Rekapitulasi nilai korelasi antara dengan daya berkecambah benih cabai merah setelah penyimpanan dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik Kombinasi perlakuan PCT pada suhu 41 C Alumunium foil Plastik r P- Value r P-Value Periode simpan 4 bulan 15%;24 jam.92*.1.93**.7 18%;24 jam.95**.3.97**.2 21%;24 jam.97**.3.97**.1 24%;24 jam.89*.17.88*.22 15%;48 jam.95**.4.94**.5 18%;48 jam.93**.7.94**.5 21%;48 jam.95**.3.94**.5 24%;48 jam.67 tn tn.17 Periode simpan 6 bulan 15%;24 jam.91*.12.93**.8 18%;24 jam.95**.4.96**.3 21%;24 jam.96**.3.97**.2 24%;24 jam.91*.11.89*.16 15%;48 jam.97**.1.97**.2 18%;48 jam.92*.1.92**.9 21%;48 jam.95**.4.96**.3 24%;48 jam.68 tn tn.129 Hasil korelasi antara (21%; 24 jam; 41 o C) dengan daya berkecambah (DB) benih 4 bulan setelah simpan menunjukkan korelasi yang positif. Viabilitas benih cabai merah yang disimpan selama 4 bulan dalam kemasan alumunium foil dapat diduga dengan persamaan y = 6.5x , dengan y adalah DB setelah 4 bulan simpan dan x adalah indeks vigor setelah melewati PCT ( ). Nilai korelasi (r) sebesar.97 dan koefisien determinasi (R 2 ) 93% (Gambar 6). Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan 4 bulan dalam kemasan plastik dapat diduga dengan persamaan y = 5.62x , dengan nilai r sebesar.97 dan R 2 94% (Gambar 7).

16 DB 4 bula n s e t e la h s impa n (%) DB 4 bula n s e t e la h s impa n (%) y = 6.5x R 2 = 93%; r =.97** sd = IV setelah PCT (%) Gambar 6. Garis regresi antara indeks vigor (IV) setelah PCT ( ) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 4 bulan setelah simpan dalam kemasan alumunium foil y = 5.62x R 2 = 94%; r =.97** sd = IV setelah PCT (%) Gambar 7. Garis regresi antara indeks vigor (IV) setelah PCT ( ) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 4 bulan setelah simpan dalam kemasan plastik

17 DB 6 bula n s e t e la h s impa n (%) 35 Hasil korelasi antara dengan DB benih cabai merah 6 bulan setelah simpan menunjukkan terdapat korelasi yang positif. Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan selama 6 bulan dalam kemasan alumunium foil dapat diduga dengan persamaan y = 6.7x , dimana y adalah DB benih setelah 6 bulan masa simpan dan x adalah indeks vigor benih setelah PCT ( ). Nilai r sebesar.96 dan R 2 92% (Gambar 8). Viabilitas potensial benih cabai merah yang disimpan selama 6 bulan dalam kemasan plastik dapat diduga dengan persamaan y = 6.34x , dengan r sebesar.97 dan R 2 sebesar 93% (Gambar 9) y = 6.7x R 2 = 92%; r =.96** sd = IV setelah PCT (%) Gambar 8. Garis regresi antara indeks vigor (IV) setelah PCT ( ) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 6 bulan setelah simpan dalam kemasan alumunium foil

18 DB 6 bula n s e t e la h s impa n (%) y = 6.34x R 2 = 93%; r =.97** sd = IV setelah PCT (%) Gambar 9. Garis regresi antara indeks vigor (IV) setelah PCT ( ) dengan daya berkecambah (DB) benih cabai merah 6 bulan setelah simpan dalam kemasan plastik Berdasarkan hasil analisis data, jika benih yang layak edar harus memiliki DB 75%, maka untuk menjamin viabilitas potensial tetap tinggi setelah periode penyimpanan tertentu sebaiknya disamping nilai DB dan kadar air perlu ditambahkan pengujian vigor sebagai salah satu syarat kelulusan uji. Tabel 9 menunjukkan nilai minimum yang harus dipenuhi untuk tujuan penyimpanan hingga 4 dan 6 bulan dalam kemasan alumunium foil dan plastik. Nilai tersebut diambil berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh (Gambar 6-9). Tabel 9. Nilai (41 C; 21%; 24 jam) minimum untuk mendapatkan DB 75% setelah penyimpanan selama 4 dan 6 bulan dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik Periode Simpan Kemasan Alumunium Foil Plastik (%) bulan bulan

19 37 Berdasarkan nilai minimum yang tercantum pada Tabel 9 tersebut dapat disampaikan bahwa viabilitas potensial benih cabai merah setelah 4 dan 6 bulan simpan dalam kemasan alumunium foil dan kemasan plastik masih dapat dipertahankan sebesar 75% ± sd (standar deviasi). Nilai standar deviasi dapat dilihat pada Gambar 6 9.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Lot Benih Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih jagung melalui Metode

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Metode Pengusangan APC IPB 77-1 MM Alat Pengusangan Cepat (APC) IPB 77-1 MM ini dirancang untuk dapat melakukan pengusangan cepat secara fisik maupun kimia. Prosedur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Informasi umum mengenai kondisi awal benih sebelum digunakan dalam penelitian ini penting diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan (misleading

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran, buah tomat sering digunakan sebagai bahan pangan dan industri, sehingga nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih TINJAUAN PUSTAKA Vigor Benih Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah (ISTA,

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih memiliki rata-rata daya berkecambah awal sebesar 94%. Kadar air awal benih sebelum mendapatkan perlakuan adalah 5-5.6%. Keterangan lebih lengkap mengenai kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.) MAKALAH SEMINAR UMUM ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.) Disusun Oleh: MAHFUD NIM: 10/297477/PN/11918 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Prapto Yudhono, M.Sc. JURUSAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu

BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian terdiri dari tiga percobaan. Percobaan pertama yaitu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Darmaga pada bulan Februari April 2012. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum 11 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Wijen secara Umum Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan tanaman setahun yang tumbuh tegak dan bisa mencapai ketinggian 1.5 m 2.0 m. Tanaman wijen berbentuk semak yang berumur

Lebih terperinci

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat rampai atau tomat ranti banyak disukai oleh konsumen karena tomat mempunyai rasa yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan

Lebih terperinci

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami

Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami Kemunduran Benih Kedelai Akibat Pengusangan Cepat Menggunakan Alat IPB 77-1 MM dan Penyimpanan Alami Soybean Seed Deterioration Using Accelerated Aging Machine IPB 77-1 MM Compared to Natural Storage Syarifa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Berasal dari genus Oryza, famili Graminae (Poaceae) dan salah satu spesiesnya adalah Oryza

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI

KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI KEMAMPUAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.) UNTUK MEMPERTAHANKAN VIABILITASNYA SETELAH DIDERA DENGAN ETANOL NITASARI DWI ANGGRAENI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman 2 I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang penting karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram kacang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH PENGUJIAN KADAR AIR BENIH A. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat

Lebih terperinci

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol

Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol Kemampuan Benih Kedelai (Glycine max L.) untuk Mempertahankan Viabilitasnya setelah Didera dengan Etanol Storability of Soybean (Glycine max L.) Seed After Accelerated Aging Treatment With Ethanol Nitasari

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.)

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.) Evaluation of Vigor From Several Variable to Estimate Relabelling Extension of Rice Seeds (Oryza sativa

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyimpanan Benih Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah mengkondisikan benih pada suhu dan kelembaban optimum untuk benih agar bisa mempertahankan mutunya.

Lebih terperinci

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE Rahmawati 1) dan Syamsuddin 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Serealia dan 2) Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat ABSTRAK Kemunduran mutu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Kacang Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Varietas Kacang Tanah Faktor-faktor yang ikut berperan terhadap peningkatan produksi dan produktivitas tanaman kacang tanah, antara lain varietas unggul dan benih bermutu, perbaikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984)

Suhu udara pengeringan ( C) Sumber: Otten et al. (1984) 12 Tabel 2. Persentase biji retak setelah biji kacang-kacangan dikeringkan pada beberapa taraf kelembaban udara dan suhu udara pengeringan Kelembaban udara (%) Suhu udara pengeringan ( C) 40 50 60 10 17.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA

PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA PENGUJIAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) MENGGUNAKAN METODE PENGUSANGAN CEPAT DENGAN ETANOL AMALIA ROSIDA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai. Vigor Benih, Kemunduran dan Daya Simpan Benih TINJAUAN PUSTAKA Kedelai Kedelai merupakan tanaman semusim dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman berkisar antara 10-200 cm dapat bercabang sedikit atau banyak tergantung kultivar dan lingkungan hidup.

Lebih terperinci

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan

Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viabilitas Benih Koro (Canavalia ensiformis (L.) DC.) yang Disimpan pada Beberapa Jenis Kemasan dan Periode Simpan Viability of Jack bean seed (Canavalia ensiformis (L.)DC.) storaged in various types of

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A

PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A PEMANFAATAN ALAT PENGUSANGAN CEPAT (APC) IPB 77-1 MM UNTUK PENDUGAAN VIGOR DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) ANNISA IMANIAR A24080075 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)

PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PENGARUH PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) THE EFFECT OF DRYING TOWARD QUALITY OF SOYBEAN SEEDS ( Glycine max ( L. ) Merr ) Fauzah Shaumiyah *), Damanhuri dan Nur Basuki

Lebih terperinci

STUDI KONDUKTIVITAS KEBOCORAN BENIH CABAI

STUDI KONDUKTIVITAS KEBOCORAN BENIH CABAI Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor STUDI KONDUKTIVITAS KEBOCORAN BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di Laboratorium PKHT IPB, Baranangsiang untuk pengujian kadar air dan penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar dan suhu rendah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merill) merupakan salah satu komoditas pangan utama setelah padi yang dikenal sebagai sumber utama protein nabati yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan

I. PENDAHULUAN. Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran polongan terluas diantara empat spesies phaseolus yang diusahakan dan semuanya berasal dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI

PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI PENGGUNAAN UJI KONDUKTIVITAS SEBAGAI UJI VIGOR PADA BENIH GANDUM (Triticum aestivum L.) TESIS OLEH : ENDANG MURWANTINI 11 212 01 011 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI KATA

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI

PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI i PENYIMPANAN BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr) PADA BERBAGAI KADAR AIR BENIH DAN JENIS KEMASAN NICKY LINTANG AGENG PURNAMA SARI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN Ika Nurani Dewi 1*, Drs. Sumarjan M.Si 2 Prodi Pendidikan Biologi IKIP Mataram 1* Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih merupakan salah satu masukan usaha tani yang mempengaruhi tingkat hasil. Penggunaan benih bermutu tinggi dalam budidaya akan menghasilkan panen tanaman yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,6 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Keanekaragaman Budidaya Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Keanekaragaman Budidaya Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Keanekaragaman Budidaya Padi Padi (Oryza sativa L.) termasuk ke dalam tanaman serelia.tanaman padi diklasifikasikan ke dalam ordo Poales, famili Poaceae, genus Oryza, dan spesies

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L)

PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) PENGGUNAAN KERTAS MERANG DAN KERTAS CD SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH WIJEN (SesamumIndicum L) A. PENDAHULUAN Oleh : EKO PURDYANINGSIH(PBT Ahli Madya) Balai Besar Perbenihan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2016 Januari 2017 di Food Technology Laboratory, Laboratorium Terpadu, Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosae yang banyak varietasnya. Secara morfologi tanaman kacang hijau tumbuh tegak. Batang kacang hijau berbentuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan I Indikasi Perubahan Fisiologi dan Biokimia Selama Pemasakan Benih dan Hubungannya Dengan Viabilitas dan Vigor Benih. Kondisi Umum Pengecambahan tanaman jarak pagar dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sampai sekarang ini semakin meningkat, baik dari segi pengembangan maupun permintaan pasar.

Lebih terperinci

EVALUASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADA BERBAGAI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT

EVALUASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADA BERBAGAI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT EVALUASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADA BERBAGAI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT Evaluation of seed vigor in relation to storability of several pepper (Capsicum annuum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya sangat tinggi. Kedelai mempunyai kandungan protein yang relatif

Lebih terperinci

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH

STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH STUDI UJI DAYA HANTAR LISTRIK PADA BENIH KEDELAI (Glycine max L. (Merr.)) DAN HUBUNGANNYA DENGAN MUTU FISIOLOGIS BENIH Oleh: NURUL FITRININGTYAS A10400019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai

Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Kedelai Awaludin Hipi, Fitratunnisa, dan Nani Herawati BPTP NTB. Jl. Raya Peninjauan Narmada E-mail: awl_h@yahoo.co.id Abstrak Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI

KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI KEMUNDURAN BENIH KEDELAI HITAM AKIBAT PENGUSANGAN CEPAT DENGAN APC IPB 77-1 MM DAN PENYIMPANAN ALAMI GIGIH KRIDANING PAWESTRI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki kadar protein yang tinggi, yaitu sebesar 37% dan kandungan lemak sebesar 16%

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merr.) MENGGUNAKAN METODE RESPIRASI DENGAN ALAT KOSMOTEKTOR

PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merr.) MENGGUNAKAN METODE RESPIRASI DENGAN ALAT KOSMOTEKTOR PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH KEDELAI (Glycine max L. Merr.) MENGGUNAKAN METODE RESPIRASI DENGAN ALAT KOSMOTEKTOR OKTI SYAH ISYANI PERMATASARI A24070102 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan pemberian serbuk rumput teki sebagai biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum (lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.) YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN PERLAKUAN ETANOL ASTRYANI ROSYAD DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

Metode Deteriorasi Terkontrol untuk Pendugaan Daya Simpan Benih Kedelai. Controlled Deterioration Test to Estimate Soybean Seed Storability

Metode Deteriorasi Terkontrol untuk Pendugaan Daya Simpan Benih Kedelai. Controlled Deterioration Test to Estimate Soybean Seed Storability Metode Deteriorasi Terkontrol untuk Pendugaan Daya Simpan Benih Kedelai Controlled Deterioration Test to Estimate Soybean Seed Storability Nizaruddin 1*, Faiza Chairani Suwarno 2, Eny Widajati 2, dan Abdul

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Kromatografi dan Analisis Tumbuhan, Departemen

Lebih terperinci

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor

(1981) adalah menurunnya potensi tumbuh rnaksimum, daya berkecambah dan vigor I. PENDAHULUAN Latar Belakang Selama periode penyimpanan benih mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor alami. Proses ini disebut deteriorasi. Kemunduran benih dapat juga tejadi oleh tindakan

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci