BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian yang diperoleh dari sampel yaitu anggota Posbindu Purwo Bakti Husodo Kelurahan Purwodiningratan yang berjumlah orang sebagai kelompok perlakuan (pendidikan ) dan sedangkan kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) dari Posbindu Hidup Sehat Kelurahan Mojosongo sebanyak orang. 1. Karakteristik Responden Hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin, Usia, Tingkat pendidikan, Pekerjaan Jenis kelamin Tanpa pendidikan Pendidikan Perempuan 21 65, ,0 Laki-laki 11 34,4 6 20,0 Usia Tanpa pendidikan Pendidikan Tahun 6 18,8 5 16, Tahun 6 18, , Tahun 20 62, ,0 Tingkat Tanpa pendidikan Pendidikan pendidikan SD 4 12,5 4 13,3 SMP 2 6,3 6 20,0 SMA 18 56, ,3 PT 8 25,0 4 13,3 Pekerjaan Tanpa pendidikan Pendidikan IRT 13 40, ,7 Swasta 5 15,6 4 13,3 Guru 0 0,0 4 13,3 Pensiunan 1 3,1 1 3,3 Wiraswasta 8 25,0 4 13,3 PNS 5 15,6 0 0,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) perempuan sebanyak 24 orang (80,0) begitu 52

2 53 pula pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) mayoritas adalah perempuan sebanyak 21 orang (65,6). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) berusia tahun sebanyak 15 orang (50,0). Pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) bahwa usia responden antara tahun berjumlah 20 orang (62,4). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 16 orang (53,3), dan pada kelompok kontrol mayoritas responden juga mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 18 orang (56,3). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) adalah sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 17 orang (56,7), dan pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) mayoritas responden juga adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 13 orang (40,6). B. Pengujian Hipotesis Sebelum data penelitian dianalisis, ada beberapa uji persyaratan analisis yang dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Uji Peryaratan dalam analisis ini adalah uji normalitas. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normalitas data. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui normalitas adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan melihat hasil Sig (p), jika Sig (p) > 0,05 berarti sebaran data dalam distribusi adalah sesuai kurve normal, sehingga lolos uji normalitas (variabel yang berdistribusi normal antara lain pengetahuan, sikap, stres, IMT), sebaliknya jika Sig (p), 0,05 berarti sebaran data dalam distribusi adalah tidak sesuai kurve normal, sehingga tidak lolos uji normalitas (variabel yang berdistribusi tidak normal antara lain riwayat merokok, pola makan asin, frekuensi olahraga, dan waktu olah raga).

3 54 1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang hipertensi terhadap Perubahan Perilaku Berisiko Pada Kelompok Perlakuan Tabel 4.2. Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi terhadap Variabel Dependen Pada Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Perlakuan n Mean SD T P Pengetahuan Sebelum ,94 Sesudah < Sikap Sebelum 67,33 6,09 Sesudah 71,10 5, Stress Sebelum.77 12,86 Sesudah. 8, ,2 IMT Sebelum ,38 Sesudah ,33 0,68 0,502 Riwayat Merokok Sebelum 3,00 1,44 Sesudah 3,70 0,65-2,84 0,005 Pola Makan Asin Sebelum ,81 Sesudah ,68-2,64 0,008 Frekuensi Olahraga Sebelum ,90 Sesudah ,86-3,47 0,001 Waktu Olahraga Sebelum ,74 Sesudah ,90-1,45 0,147 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan (dengan pendidikan hipertensi), didapatkan hasil terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi yang secara statistik signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan (p = 0.000), sikap (p = 0.014), riwayat merokok (p = 0,005), pola makan asin (p = 0,008) dan frekuensi olah raga (p = 0,001) sedangkan tidak terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi pada stress (p = 0,2), IMT (p = 0,502) dan waktu olah raga (p = 0,147).

4 55 2. Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perubahan Perilaku Berisiko Pada Kelompok Kontrol Tabel 4.3. Perbedaan Berbagai Variabel Dependen Tentang Hipertensi Pada Kelompok Kontrol Variabel Dependen Perlakuan n Mean SD T P Pengetahuan Sebelum 16,41 2,08 Sesudah 16,00 1, 1,03 0,313 Sikap Sebelum 65,34 4,12 Sesudah 66,41 3,43-1,97 0,058 Stress Sebelum 35,03 11,36 Sesudah 33,78 9,83-0,58 0,559 IMT Sebelum 24,94 3,77 Sesudah 24,94 3,77 0,00 1,000 Riwayat Merokok Sebelum 3,94 0,25 Sesudah 3,97 0,18-1,00 0,317 Pola Makan Asin Sebelum 1,22 0,49 Sesudah 1,41 0,61-1,90 0,058 Frekuensi Olahraga Sebelum 2,09 0,68 Sesudah 2,19 0,69-1,73 0,083 Waktu Olahraga Sebelum 1,75 0,62 Sesudah 1,78 0,61-0,58 0,564 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan tentang hipertensi), didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan (p = 0,313), sikap (p = 0,058), maupun perilaku beresiko seperti stress (p = 0,559), IMT (p = 1,000), riwayat merokok (p = 0,317), pola makan asin (p = 0,058), frekuensi olah raga (p = 0,083) dan waktu olah raga (p = 0,564).

5 56 3. Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perubahan Perilaku Berisiko pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tabel 4.4. Perbedaan Berbagai Variabel Dependen Tentang Hipertensi Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Kelompok N Mean SD T P Pengetahuan Kontrol , Perlakuan , < Sikap Kontrol 66,41 3,43 Perlakuan 71,10 5, < Stress Kontrol ,83 Perlakuan ,79-2,25 0,025 IMT Kontrol ,77 Perlakuan ,33-0,89 0,371 Riwayat Merokok Kontrol ,18 Perlakuan ,65-2,12 0,034 Pola Makan Asin Kontrol ,61 Perlakuan ,68-4,91 < 0,001 Frekuensi Olahraga Kontrol ,69 Perlakuan ,86-1,86 0,064 Waktu Olahraga Kontrol ,61 Perlakuan ,91-0,78 0,433 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa score variabel pengetahuan, sikap, stress, riwayat merokok, dan pola makan asin tersebut lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan tentang hipertensi dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (p < 0,05). Artinya pendidikan tentang hipertensi di dalam meningkatkan perilaku pada variabel tersebut bisa diandalkan, karena kecil kemungkinan terjadi suatu kebetulan saja. Sedangkan untuk score terkait perubahan perilaku lainnya yaitu IMT, waktu olah raga dan frekuensi olah raga lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan dari pada yang tidak, tetapi perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (p > 0,05). Dengan kata lain perubahan itu tidak bisa diandalkan karena faktor kebetulan pada saat itu lebih besar.

6 57 4. Gain Score Hasil penghitungan gain score perbedaan pendidikan tentang hipertensi terhadap pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Gain Score Perbedaan Pendidikan tentang Hipertensi terhadap Perubahan Perilaku Beresiko pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Kelompok N Mean SD T P Pengetahuan Kontrol -0,41 1, Perlakuan 1,63 1,76-3,96 < 0,001 Sikap Kontrol 1,06 3,43 Perlakuan 3,77 5,94-2,75 0,019 Stress Kontrol -1,25 9,83 Perlakuan -2,47 8,36 0,34 0,736 IMT Kontrol 0,03 3,77 Perlakuan 0,70 6,33-3,24 0,502 Riwayat Merokok Kontrol 0,00 0,18 Perlakuan 0,92 0,65 0,68 0,003 Pola Makan Asin Kontrol 0,19 0,61 Perlakuan 0,47 0,68-2,52 0,029 Frekuensi Olahraga Kontrol 0, 0,69 Perlakuan 0,80 0,86-3,68 0,001 Waktu Olahraga Kontrol 0,03 0,61 Perlakuan 0,27 0,90-1,26 0,217 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pemberian intervensi / pendidikan tentang hipertensi mampu meningkatkan gain score secara signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan ( p = < 0,001), sikap (p = 0,019), riwayat merokok (p = 0,003), pola makan asin (p = 0,029), dan frekuensi olah raga (p = 0,001) artinya pendidikan tentang hipertensi di dalam meningkatkan perilaku pada variabel tersebut bisa diandalkan, karena kecil kemungkinan terjadi suatu kebetulan saja. Sedangkan untuk score terkait perubahan perilaku lainnya yaitu IMT, waktu olah raga dan frekuensi olah raga lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan dari pada yang tidak, tetapi perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (p > 0,05). Dengan kata lain perubahan itu tidak bisa diandalkan karna faktor kebetulan pada saat itu lebih besar.

7 58 C. Pembahasan 1. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap pengetahuan tentang hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan hipertensi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan tentang hipertensi (0,000 < 0,05) dimana juga diperkuat dari hasil rata-rata pretest pengetahuan tentang hipertensi (15,90) sedangkan rata-rata postest (17,53). Pada penelitian ini untuk hasil dari pengetahuan untuk masing-masing kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan tidak dibandingkan berdasarkan jenis pendidikan responden melainkan dari hasil evaluasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan. Dimana pada kelompok perlakuan yang dengan adanya pendidikan mampu meningkatkan pengetahuan mereka tentang hipertensi Hasil penelitian ini mendukung penelitian Beigi, et al. (2014) bahwa ada pengaruh program pendidikan dengan perubahan pengetahuan. Purwati, et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan. Sari (2012) menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna sehingga terdapat pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan, Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok kontrol sebesar (16,00), sedangkan rata-rata pengetahuan pada kelompok perlakuan sebesar (17,63). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol dan terdapat perbedaan pengetahuan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p value 0,000 < 0,05) sehingga terbukti bahwa pendidikan tentang hipertensi mampu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi. Masih adanya responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang hipertensi tentu menjadi masalah tersendiri karena akan selalu berisiko hipertensi karena tidak mengetahui tentang pencegahan perilaku yang berisiko hipertensi. Hal ini sesuai pernyataan dari Sunaryo (2006) faktor penyebab masalah adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor

8 59 perilaku khususnya perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors) dimana faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan masyarakat terhadap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya. Tingkat pendidikan responden dan pemanfaatan tehnologi informasi berpengaruh terhadap hasil pretest. Responden dengan pendidikan yang tinggi lebih bisa memanfaatkan media informasi melalui media cetak dan elektronik dalam mencari informasi tentang hipertensi dan pengaruhnya terhadap perubahan perilaku berisiko pada pasien hipertensi. Terbukti dengan hasil pretest yang mempunyai pengetahuan baik sebelum pendidikan dilaksanakan, pada kelompok perlakuan 5 orang (16,7) dan kelompok kontrol 16 orang (50). 2. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap sikap tentang hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan hipertensi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap sikap tentang hipertensi (0,014 < 0,05) dimana juga diperkuat dari hasil rata-rata pretest sikap tentang hipertensi (67,33) sedangkan rata-rata postest (71,00). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sari (2012) bahwa terdapat terdapat pengaruh pendidikan terhadap sikap penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sikap tentang hipertensi pada kelompok kontrol sebesar (66,41), sedangkan rata-rata sikap pada kelompok perlakuan sebesar (71,10). Hal ini menunjukkan bahwa sikap tentang hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol dengan p value 0,000 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap tentang hipertensi pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pemberian pendidikan mampu meningkatkan sikap responden tentang hipertensi, walaupun mayoritas sikap responden pada kelompok perlakuan dan kontrol cenderung negatif, hal ini memang karena hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian sehingga responden masih memiliki kecenderungan untuk mempunyai sikap negatif terhadap hipertensi, walaupun setelah diberikan pendidikan

9 60 mengalami rata-rata peningkatan sikap menjadi lebih positif. Hal ini sesuai pernyataan Allport dalam Azwar (2010), bahwa sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), merespon, diartikan memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga dan bertanggung jawab, dimana bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi, sehingga dengan adanya hipertensi yang dialaminya responden perlu lebih bertanggung jawab untuk mempunyai sikap yang lebih positif dalam upaya untuk membantu mengurangi perilaku berisiko hipertensi. 3. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap perubahan perilaku berisiko hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap stres sebagai salah satu faktor perilaku hipertensi, dimana rata-rata pretest stres (,77) sedangkan rata-rata postest (,), walaupun terjadi penurunan stres tetapi pemberian pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang bermakna dalam meningkatkan kekebalan terhadap stres pada responden. Hal ini disebabkan bahwa terjadinya stres dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya adalah tekanan pekerjaan ataupun terjadinya masalah dalam rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap IMT (obesitas) sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,502 > 0,05), dimana rata-rata pretest IMT (26,85) sedangkan rata-rata postest (25,94). Hasil ini mendukung penelitian Taylor dan Wu (2009) bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) relatif tidak berubah setelah konseling genetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap riwayat merokok sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,005 < 0,05). Menurut Anggara dan Prayitno (2012)

10 61 menyatakan bahwa konsumsi rokok berhubungan dengan tekanan darah. Hal ini berarti dengan pretest riwayat merokok (3,00) sedangkan rata-rata postest (3,70) yang berarti responden mengurangi aktivitas merokoknya sehingga mampu mengurangi perilaku berisiko hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap pola makan makanan asin sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,008 < 0,05) dengan rata-rata rata pretest pola makan (1,97) sedangkan rata-rata postest (2,43). Rekomendasi dari World Health Organization (WHO) bahwa pola konsumsi garam yang tepat dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi yaitu tidak lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam setiap harinya (Anggraini, et al., 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap frekuensi olahraga sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,001 < 0,05) dengan rata-rata pretest frekuensi olahraga (1,87) sedangkan rata-rata postest (2,53). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Lawler, et al. (2012) bahwa konseling telepon secara signifikan dapat meningkatkan perubahan beberapa perilaku yaitu aktivitas fisik asupan lemak dan sayuran. Beavers (2009) menyatakan bahwa tekanan darah akan meningkat ketika sedang melakukan aktivitas fisik, tetapi jika seseorang melakukan aktivitas fisik secara teratur akan lebih sehat dan tekanan darahnya akan lebih rendah daripada seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang cenderung membuat seseorang mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Zuraidah, et al., (2012) menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat membantu menurunkan tekanan darah. Olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat mengurangi faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi (Simamora, 2012).

11 62 Hasil penelitian secara keseluruhan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perubahan perilaku berisiko yaitu riwayat merokok, pola makan makanan asin dan frekuensi olahraga (p value < 0,05) sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku berisiko yaitu stres dan IMT (p value > 0,05), hal ini berarti bahwa mayoritas responden mampu mengurangi perilaku berisiko setelah mendapatkan pendidikan yaitu dengan mengurangi merokok, mengurangi makan makanan yang asin serta meningkatkan frekuensi dan waktu berolahraga sedangkan untuk faktor stres, hal tersebut tergantung dari pribadi masing-masing responden dimana stres dapat terjadi setiap saat karena problem keluarga ataupun tekanan pekerjaan sedangkan tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap IMT karena waktu penelitian yang tidak melakukan observasi dalam jangka panjang Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Muninjaya (2010) bahwa tujuan pendidikan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target pendidikan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya. Perubahan perilaku berisiko pada pasien hipertensi tersebut juga disebabkan adanya tokoh-tokoh yang mempengaruhi, yaitu tokoh-tokoh yang memberikan pendidikan. Hal ini sesuai pernyataan dari Sunaryo (2006) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor pendukung (reinforcing factors) yang diantaranya adalah sikap dan perilaku pada petugas.

12 63 D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut : 1. Partisipan hanya terbatas pada responden di Posbindu Purwo Bakti Husodo dan Posbindu Hidup Sehat Surakarta sehingga ada kemungkinan diperoleh hasil yang berbeda apabila populasi partisipan diperluas. 2. Pelaksanaan pendidikan tentang hipertensi yang dilakukan oleh petugas kurang berjalan maksimal karena masih terdapat beberapa responden yang mengobrol sendiri sehingga hal ini mengganggu jalannnya atau pelaksanaan pendidikan. 3. Jenis penelitian menggunakan eksperimental kuasi cenderung melebih-lebihkan hasil dan kurang teliti dalam penentuan kelompok kontrol dan kelompok sampel. Dimana seharusnya untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok sampel bukan ditentukan langsung melainkan melalui random seperti pada penelitian RCT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU GAYA HIDUP DAN KONSUMSI ZAT GIZI TERHADAP STATUS IMT LANSIA DI 3 POSBINDU KELURAHAN RANGKAPAN JAYA LAMA KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK TAHUN 2008

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 UNIVERSITAS ANDALAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 Oleh : GYZKA ARTE TIFA No. BP. 1511226019 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit diabetes secara global diderita oleh sekitar 9% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas pada tahun 2014. Diabetes menjadi penyebab besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

.

. . . . . KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA MENCEGAH STROKE PADA PENDERITA DI RUMAH SAKIT Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kardiovaskuler menempati ranking pertama sebagai penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti Indonesia (Setianto, 2004). Penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 50 LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di RW IV Kelurahan Sambiroto Semarang. RW IV ini terdiri dari 10 RT dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif, penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah merupakan Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari sama dengan 90mmHg untuk diastolik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

Definisi Operasional

Definisi Operasional Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala Operasional Ukur Ukur Variabel Independen : 1. Dukungan : a. Penghargaan Dukungan yang Baik > Ordinal diberikan tentang kuisioner

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tidak normal dan frekuensi nadi tidak normal merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sering terdengar dialami orang. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Penelitian mengambil tempat di dalam ruangan kerja karyawan kantor dan ruang guru di sekolah-sekolah negeri. Responden dalam penelitian ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular telah berkembang menjadi suatu permasalahan pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT OLEH: SABRINA ADELINA ENGELINE NIM: 2014.33.075 Saya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional.pemilihan desain cross sectional karena penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH NURLAINI MIKHELENA TARIGAN NIM : 051000569 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

WIJI LESTARI J

WIJI LESTARI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN STRES PADA PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN MANAJEMEN STRES DI POSYANDU LANSIA AISIYAH TIPES SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Salamrejo. Desa Salamrejo merupakan salah satu dari 8 desa di Kecamatan Sentolo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut kesuatuorgan target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp Lampiran 3 RENCANA ANGGARAN PENELITIAN PROPOSAL Biaya rental dan print proposal Rp 1. Biaya internet Rp 5. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 5. Fotocopy perbanyak proposal Rp 5. Membeli sumber,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 71 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian tentang metode Bobath untuk meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan metode Feldenkrais yang telah dilaksanakan di Sasana Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi 0 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi D-4 FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit utama penyebab kematian pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah atau disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan dokter di Universitas muhammadiyah Yogyakarta, khususnya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki 5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan sebuah faktor yang sangat penting dalam sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung memompakan darah ke seluruh tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dalam penelitian faktorfaktor risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum semarang didapati distribusi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta Lampiran 1 : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan maka saya, Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan ini tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci