BAB I PENGANTAR. kepribadian, pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam

Transkripsi

1 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian, pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun melalui pendidikan informal. Proses pendidikan di sekolah merupakan kegiatan belajar yang bertujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tercapainya hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran yang dipelajari. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan perguruan tinggi. Lebih dari itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan pada ujian akhir nasional di setiap jenjang pendidikan. Menurut Cockroft (Abdurrahman, 2003) mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) Memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa matematika merupakan pelajaran dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, mengharuskan siswa memperoleh nilai sesuai dengan standar nilai matematika

2 2 yang telah ditetapkan agar lulus sekolah. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki semangat dalam belajar matematika, agar mampu memahami pelajaran matematika dengan baik dan berdampak pada nilai yang baik dalam Ujian Nasional. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai bahkan menganggap matematika sebagai pelajaran yang menakutkan untuk dipelajari. Seperti yang dikemukakan Ruseffendi (2006), matematika (ilmu pasti) bagi anak anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci. Hal ini dapat memengaruhi perkembangan belajar matematika dan menurunnya motivasi belajar matematika siswa serta berdampak pada hasil belajarnya. Keadaan ini ditemukan di lapangan pada siswa di SMK N 1 X Yogyakarta. Berdasarkan data di lapangan diketahui bahwa dari 96 siswa ditemukan 50 siswa salah satu kelas jurusan AK tidak menyukai pelajaran Matematika. Hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa-siswa pun berada di bawah kiteria kelulusan minimal (KKM). Berdasarkan hasil ulangan semester tahun pelajaran yang baru saja dilalui, hasil belajar pada pelajaran Matematika pada salah satu kelas AK dapat dilihat pada tabel 1 : Tabel 1 Hasil Pelajaran Matematika Kelas Nilai UAS dibawah KKM* Nilai UAS dibawah KKM* X AK *KKM = 7.5 Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa masih banyak siswa memperoleh nilai ujian semester di bawah KKM pada mata pelajaran Matematika. Hal ini

3 3 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas X AK di SMK N 1 X Yogyakarta pada mata pelajaran Matematika masih rendah. Schunk dan Pintrich (1996), menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar mereka. Bagaimanapun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Kedua motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar siswa. Siswa cenderung termotivasi secara intrinsik dan ekstrinsik. Siswa mengharapkan kepuasan dari apa yang telah dilakukan, namun mereka juga membutuhkan pengakuan (reward) dari luar atas prestasi yang telah mereka hasilkan. Hasil wawancara kepada siswa-siswa kelas X AK SMK N 1 X di Yogyakarta menunjukkan kurangnya respon positif siswa terhadap pelajaran Matematika. Keadaan ini diketahui dari perilaku siswa saat pembelajaran Matematika seperti kurang bersemangat saat mengikuti pelajaran. Siswa kurang antusias dalam memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Siswa menyatakan suka bercerita dengan teman atau ada yang tidur di dalam kelas. Ketika mendapat tugas atau pekerjaan rumah (PR), siswa cenderung mengerjakan dengan melihat pekerjaan teman yang sudah mengerjakan atau kadang tidak dikerjakan karena merasa kesulitan dan tidak mampu mengerjakannya. Menurut mereka, meskipun sudah belajar, menurut mereka mengerjakan soal-soal Matematika sulit dan rumit dengan banyaknya rumus yang harus diingat. Pada saat ulangan, siswa mengaku sering mencontek walaupun malam harinya sudah belajar. Siswa-siswa tidak memiliki jadwal belajar yang teratur dengan alasan sudah merasa lelah dengan aktivitas sekolah

4 4 yang kadang pulang sampai sore dan cenderung tertarik menonton TV, atau bermain HP. Hasil observasi yang dilakukan pada saat pelajaran Matematika pada kelas X AK 2 terlihat saat guru menjelaskan materi hanya lima sampai delapan siswa yang memperhatikan. Siswa lainnya terlihat bercerita dengan teman lainnya, ada yang mengerjakan tugas yang bukan tugas Matematika. Menurut McCown, dkk (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu disposisi yang dimiliki oleh siswa, ditandai dengan kesediaan mereka untuk memulai aktivitas belajar, kemudian dilanjutkan dengan keterlibatan mereka dalam suatu tugas pelajaran, serta komitmen jangka panjang mereka untuk belajar. Komponen motivasi berprestasi yang membedakan individu dengan motivasi berprestasi tinggi dan rendah, yaitu individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan meninggalkan tugas itu sebelum berhasil menyelesaikannya, memilih tugas dengan taraf kesulitan sedang dan berani mengambil resiko bila mengalami kegagalan, cenderung kreatif dan tidak menyukai pekerjaan rutin, menyukai umpan balik karena memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dan akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat mungkin dan seefisien mungkin (Sepfitri, 2011). Hasil wawancara kepada guru BK, diketahui bahwa siswa kurang bersemangat dan merasa tidak termotivasi saat pelajaran Matematika. Selain materi yang sulit, metode mengajar guru yang membuat mereka merasa cepat bosan. Apa lagi ada beberapa siswa yang masuk di jurusan AK karena jurusan

5 5 yang diinginkan tidak diterima. Hal ini mempengaruhi perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Menjamin kelangsungan belajar, demi mencapai satu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa. Dengan demikian siswa itu mau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Winkel, 1996). Menurut Hardre, dkk (2009) melakukan penelitian pada 414 siswa SMA yang tinggal di pedesaan Oklahoma, USA. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh minat siswa dalam pelajaran, tujuan belajar, dan kompetensi, serta niat masa depan yang kuat untuk menyelesaikan sekolah yang tinggi, dan terus melanjutkan pendidikan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa SMK N X kelas X AK yang mengalami motivasi belajar Matematika rendah dalam upaya untuk memenuhi tuntutan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi yang tepat dalam membantu para siswa dengan diberikan pelatihan Motivasi Berprestasi (AMT). Penanganan masalah motivasi belajar tidak hanya dengan pelatihan motivasi berprestasi, penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh peneliti seperti pelatihan goal setting (Lutfianawati, 2013), pelatihan adversity quetiont (Utami 2014) merupakan penanganan yang juga terbukti dalam meningkatkan motivasi belajar. Peneliti memilih intervensi motivasi berprestasi karena pelatihan ini menekankan pada suatu konsep pengelolaan diri pribadi dengan harapan individu lebih menghayati sesuatu yang telah dimiliki dan apa yang menjadi

6 6 kebutuhannya yaitu dalam hal ini motivasi belajar Matematika siswa kelas X AK SMK N 1 X. Program pelatihan motivasi berprestasi merupakan suatu pelatihan yang berorientasi pada peningkatan motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan individu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya (McClelland, 1987). Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan kesadaran diri akan pentingnya achievement motivation, sehingga dapat menimbulkan perubahan pandangan dalam diri seseorang. Konsep yang dipelajari dalam motivasi berprestasi terbagi menjadi empat konsep yaitu achievement syndrome, self study, goal setting dan interpersonal support dimana keempat hal tersebut diharapkan dapat mengarahkan seseorang dalam mengenali diri berdasarkan kemampuannya dan meningkatkan motivasi dalam hal ini motivasi belajar siswa. Dengan demikian pelatihan motivasi berprestasi merupakan salah satu strategi yang dapat mengorganisir dan membantu siswa memaksimalkan kemampuannya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. B. Tujuan Pelatihan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa kelas X AK (Akuntansi) di SMK X dengan pelatihan motivasi berprestasi (AMT). C. Manfaat Pelatihan 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan kepada teori psikologi pendidikan, serta penelitian ini diharapkan dapat menambah

7 7 pemahaman mengenai pelatihan motivasi berprestasi (AMT) pada peningkatan motivasi belajar Matematika siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran sejauhmana pengaruh AMT dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa SMK N X. Apabila ditemukan adanya perubahan antara variabel tersebut, maka pelatihan ini dapat digunakan oleh guru atau siswa sebagai referensi untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK). Di samping itu, peneliti ingin melihat apakah pelatihan motivasi berprestasi yang diberikan dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), sehingga efek yang diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan format dan waktu yang lebih sesuai. D. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu mengenai motivasi belajar yang pernah dilakukan antara lain : 1. Penelitian oleh Lutfianawati (2013), yaitu pengaruh pelatihan goal setting pada motivasi belajar bahasa Inggris siswa SMK X di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris pada 26 siswa kelas XII yang memiliki nilai bahasa inggris yang rendah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris siswa.

8 8 2. Penelitian yang dilakukan oleh Farozin (2012) dengan judul Pengembangan Model bimbingan Klasikal Untuk meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP. Pendekatan penelitian adalah Research and Development, dengan tujuan mengembangkan model bimbingan klasikal untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP di Kulon Progo Yogyakarta dan mengetahui efektivitas modelnya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru bimbingan dan konseling di Kulon Progo Yogyakarta, dengan teknik pengambilan sampel purposive random sampling. Pengumpulan data menggunakan angket bimbingan klasikal dan inventori motivasi belajar. Analisis statistic yang digunakan uji t dan deskriptif. Bimbingan klasikal dilaksanakan melaui interaksi edukatif, menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, media film, LCD, hand out, papan tulis, terjadwal sepuluh pertemuan, disusun satuan layanan dengan topik delapan faktor instrinsik motivasi belajar siswa. Uji efektivitas model menggunakan pretest dan posttest motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan klasikal efektif digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP di Kulon Progo. 3. Penelitian oleh Utami (2014), yaitu pengaruh pelatihan adversity quotient untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 X di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah menguji sejauhmana pengaruh pelatihan adversity quotient pada peningkatan motivasi belajar siswa sekolah menengah pertama (SMP) kelas VIII dan keberlanjutannya. Subjek pelatihan 15 orang yang mengalami motivasi belajar rendah. Hasil

9 9 dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan adversity quotient dapat meningkatkan motivasi belajar siswa SMP kelas VIII. 4. Penelitian oleh Wulansari (2012), yaitu pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi : studi pada mahasiswa MM UGM Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang terdapat pada teori motivasi belajar John Keller yang terdiri dari : attention, relevance, confidance, dan satisfaction (ARCS). Hal tersebut kemudian diimplementasikan pada mahasiswa MM UGM Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ARCS mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa MM UGM Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ARCS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar di MM UGM Yogyakarta. Adapun beberapa penelitian terdahulu mengenai Motivasi Berprestasi/AMT yang pernah dilakukan, antara lain : 1. Penelitian oleh Munawaroh (2012) yaitu program Intervensi Achievement Motivation Training Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Pegawai Pada Kantor Pelayanan Percontohan A. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatasi masalah yang dihadapi instansi yang berdampak padarendahnya hasil penilaian kinerja organisasi pada kantor pelayanan percontohan A. Subjek penelitian ini adalah seluruh pegawai KPP A yang statusnya aktif berjumlah 57 orang pegawai.hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi need achievement terhadap kinerja para pegawai agar mampu menangani berbagai pekerjaab yang tingkat kesulitannya sedang dan kompleks.

10 10 2. Penelitian oleh Mayorita (2010) yaitu Peran Achievement Motivation Training (AMT) Terhadap Perubahan Motif Berprestasi Siswa Kelas 1 SMU X Yang Tergolong Underachiever di Bandung. Tujuan penelitian ini adalah melihat sejauh mana peran Achievement Motivation Training (AMT) tersebut terhadap perubahan motif berprestasi siswa yang underachiever. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 yang underachiever di SMU X Bandung berjumlah 33 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan AMT memiliki peran yang signifikan terhadap peningkatan motivasi berprestasi siswa kelas 1 yang tergolong underavhiever. Berdasarkan uraian mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti di atas, maka disimpulkan keaslian penelitian ini, yaitu : 1. Keaslian Topik Penelitian Lutfianawati (2013) mengangkat topik Pengaruh Pelatihan Goal Setting Pada Motivasi Belajar Bahasa Inggris Siswa. Variabel variabel penelitiannya adalah goal setting sebagai variabel bebas dan motivasi belajar Bahasa Inggris sebagai variabel tergantung. Farozin (2012) melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Model bimbingan Klasikal Untuk meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP. Variabel variabel penelitiannya adalah model bimbingan klasikal dan motivasi belajar. Penelitian Wulansari (2012) mengangkat topik Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi : Studi Pada Mahasiswa MM UGM Yogyakarta. Variabel penelitiannya adalah ARCS (attention, relevance,

11 11 confidance, satisfaction) sebagai variabel bebas dan motivasi belajar sebagai variabel tergantung. Munawaroh (2012) mengangkat topik Program Intervensi Achievement Motivation Training Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Pegawai pada Kantor Pelayanan Percontohan A. Variabel achievement motivation trainiing sebagai variabel bebas dan motivasi berprestasi sebagai variabel tergantung. Penelitian Mayorita (2010) mengangkat topik Peran Achievement Motivation Training (AMT) Terhadap Perubahan Motif Berprestasi Siswa yang Underachiever. Berdasarkan topik topik penelitian yang sudah disebutkan di atas, ada persamaan topik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pelatihan efikasi diri sebagai variabel bebas. Perbedaan topik antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah disebutkan di atas, terletak pada variabel tergantung, yaitu motivasi belajar Matematika. Pada penelitian ini pelatihan efikasi diri sebagai bentuk intervensi untuk meningkatkan variabel tergantung, yaitu motivasi belajar Matematika. 2. Keaslian Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AK di SMK N 1 X Yogyakarta. Berbeda pada penelitian sebelumnya yaitu Lutfianawati (2013) menggunakan subjek penelitian siswa SMK kelas XII berjumlah 26 siswa yang dipilih secara acak. Farozin (2012) subjek penelitiannya adalah siswa dan guru bimbingan dan konseling Kulon Progo Yogyakarta dengan teknik pengambilan purposive random sampling. Utami (2014)

12 12 subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP N 3 yang berjumlah 32 siswa yang memilki motivasi belajar dan adversity quotient yang rendah. Wulansari (2012) subjek penelitiannya mahasiswa MM UGM Yogyakarta yang berjumlah 30 mahasiswa. Munawaroh (2012) subjek penelitian 57 orang pegawai yang statusnya masih aktif. Mayorita (2010) subjek penelitian 33 orang siswa kelas 1 yang underachiever. Berdasarkan penjelasan di atas, subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini masih asli, artinya belum ada yang menggunakan subjek pada penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sama.