BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sejumlah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sejumlah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa internasional. Di Indonesia bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut catatan PBB pada tahun 2014, bahasa Arab menempati urutan ke-2 bahasa internasional setelah bahasa Inggris. Seiring pesatnya persaingan global yang ada dan mayoritas di negara Indonesia penduduknya beragama Islam maka tuntutan akan penguasaan bahasa Arab pun semakin besar pula (Syah, 2010). Oleh sebab itu, siswa Sekolah Menengah Atas dituntut mempelajari bahasa Arab sebagai salah satu bahasa internasional baik secara aktif maupun pasif, karena seiring dengan adanya persaingan di era globalisasi. Walaupun posisi bahasa Arab di negara Indonesia sebagai bahasa asing, namun siswa yang bersekolah di Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren dituntut untuk mempelajari dan menguasai bahasa ini. Selain itu, bahasa Arab sudah menjadi mata pelajaran wajib di sekolah tersebut, yang tujuannya adalah mempersiapkan siswa untuk memasuki pendidikan jenjang selanjutnya dan dalam menghadapi tantangan dunia kerja. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan lembaga pendidikan tingkat atas setelah menempuh jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA salah satunya adalah bahasa Arab. Siswa dituntut mempelajari dan menguasai bahasa Arab sebagai salah

2 2 bahasa internasional baik secara aktif maupun pasif karena seiring dengan adanya persaingan di era globalisasi. Bahasa Arab sudah menjadi mata pelajaran wajib di sekolah Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren (Departemen Pendidikan Agama, 2004). Departemen Pendidikan Agama (2004) menetapkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Madrasah Aliyah an Pondok Pesantren adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, dan budaya dengan menggunakan bahasa Arab. Oleh sebab itu, agar dapat lulus siswa harus memperoleh nilai yang sesuai dengan standar nilai bahasa Arab yang sudah ditetapkan. Harapannya siswa Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren dapat serius dan semangat dalam belajar bahasa Arab agar mampu dalam menguasai pelajaran bahasa Arab dengan baik dan berdampak pada nilai bahasa Arab yang baik juga. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pada mata pelajaran bahasa Arab di SMA X Yogyakarta, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Arab adalah siswa dapat berkomunikasi dengan bahasa Arab yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dengan menggunakan bahasa Arab. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran bahasa Arab yaitu memahami cara penyampaian serta cara merespon, mengidentifikasi cara memberitahu dan menanyakan tentang fakta, perasaan, dan sikap terkait suatu topik, mendiskripsikan secara sederhana unsur kebahasaan, dan struktur teks. Mensimulasikan dialog

3 3 sederhana tentang cara merespon ungkapan, mendemontrasikan ungkapan sederhana tentang cara memberitahu dan menanyakan fakta, perasaan, dan sikap, menyusun teks lisan dan tulisan sederhana untuk mengungkapkan terkait topik tertentu. Jumlah siswa kelas XI di SMA X Yogyakarta ada 245 orang yang terdiri dari dua kelas yaitu IPA dan IPS. Faktanya masih banyak siswa SMA X Yogyakarta yang ditemukan membolos pada saat jam pelajaran bahasa Arab, tidak mengerjakan tugas, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa malas belajar, merasa bosan dan jenuh dengan tugas bahasa Arab ataupun ketika belajar di kelas. Perilaku ini merupakan ciri-ciri rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Arab. Pada SMA X Yogyakarta ditemukan permasalahan yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan data berikut ini, observasi yang dilakukan pada tanggal 18 sampai 22 Agustus 2015 di SMA X Yogyakarta kelas XI, ada sekitar 25% siswa yang meninggalkan jam pelajaran bahasa Arab tanpa izin guru dan tidak kembali hingga jam pelajaran selesai. Siswa tidak mengerjakan tugas bahasa Arab. Ketika sedang di kelas, siswa sering bercanda dengan teman sebangkunya, sehingga tidak mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Pada saat pelajaran bahasa Arab, ada 25% siswa yang tidak mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru ketika di kelas. 30% siswa mencontek dalam mengerjakan tugasnya. Pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, siswa terlihat bercanda dan mengobrol, dan mainan handphone sehingga suasana kelas terkesan gaduh pada saat pelajaran berlangsung.

4 4 Hasil wawancara dengan guru bahasa Arab (24 Agustus 2015), menunjukkan bahwa 50% nilai ulangan masih di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa harus mengikuti remidial untuk mencapai nilai 7,60 bahkan ada juga siswa yang mengikuti remidial lebih dari satu kali. Ada 20% siswa sering keluar masuk kelas pada saat proses belajar berlangsung, dan 40% siswa kurang memperhatikan jika diberikan penjelasan oleh guru. Ada 20% siswa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Apabila diberi tugas masih ada 25% siswa yang tidak mengumpulkan tepat waktu. Nilai rata-rata ujian akhir sekolah bahasa Arab yaitu 6,80 yang masih berada di bawah standar KKM. Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling (25 Agustus 2015), juga menunjukkan hasil yang sama yaitu siswa meninggalkan kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak masuk sekolah bahkan guru BK harus mengontrol kantin dan koperasi siswa agar mau mengikuti pelajaran dan masuk kelas. Hal ini dikarenakan kantin dan koperasi siswa dekat dengan kelas. Siswa pergi ke kantin karena tidak sempat sarapan pagi di rumah. Guru BK menyampaikan bahwa siswa lebih menyukai suasana yang penuh canda dan tidak terlalu serius ketika belajar di kelas sehingga mengakibatkan target materi pelajaran bahasa Arab tidak selesai. Guru BK sering mendapatkan laporan dari guru, ketika mata pelajaran bahasa Arab siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di kelas, baik tugas di rumah maupun tugas di sekolah. Data yang diperoleh dari presensi

5 5 kelas XI pada bulan Agustus 2015 tercatat ada 25 kasus siswa tidak masuk pada pelajaran bahasa Arab. Selanjutnya hasil wawancara dengan siswa SMA X Yogyakarta (26 Agustus 2015), menunjukkan bahwa ia sering tidak menyelesaikan tugas bahasa Arab yang diberikan oleh guru, tidak mengumpulkan tugas rumah. Siswa tidak memiliki waktu belajar yang teratur, karena kegiatan di sekolah sampai sore dan malamnya ada les. Kemudian siswa mengaku sering tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, bahkan sering mengumpulkan tugas di kelas tidak tepat waktu karena siswa sering mengobrol maupun bercanda dengan teman sebangkunya. Siswa juga mengaku jika menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas bahasa Arab, tugasnya akan ditinggalkan begitu saja dan tidak diselesaikan. Siswa mengaku sering pergi meninggalkan proses belajar mengajar bahasa Arab untuk pergi ke kantin. Selain itu, pada saat ulangan siswa juga mengaku sering mencontek, karena tidak belajar sehingga tidak bisa menjawab soal yang diberikan oleh guru. Para siswa belum memiliki cita-cita yang ingin dicapai, belum memiliki tujuan yang spesifik dalam belajar bahasa Arab, belum memiliki metode yang tepat untuk belajar bahasa Arab agar mudah dipahami, tidak memiliki cara khusus dalam belajar bahasa Arab. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa SMA X Yogyakarta yang membolos dan keluar masuk pada saat pelajaran bahasa Arab, tidak mengerjakan tugas di kelas, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa tidak mengerjakan PR bahasa Arab, dan ketika menghadapi

6 6 ulangan siswa masih mencontek, belum memiliki cita-cita yang ingin dicapai, belum memiliki tujuan yang spesifik dalam belajar bahasa Arab, belum memiliki metode yang tepat untuk belajar bahasa Arab agar mudah dipahami. Perilaku ini pada umumnya merupakan ciri-ciri rendahnya motivasi belajar bahasa Arab. Menurut Suryabrata (2010) motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, demi mencapai suatu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa. Penelitian yang dilakukan oleh Green, dkk (2012) pada siswa SMA di Australia, menunjukkan remaja pada saat SMA mengalami transisi penting, salah satunya perpindahan sekolah dari SMP kemudian ke SMA pada umumnya siswa mengalami penurunan motivasi belajar dan konsep diri. Hasil penelitian oleh Wentzel (2009) pada 165 siswa sekolah menengah di Maryland, USA, menunjukkan bahwa motivasi dapat terjadi akibat adanya interaksi antara rasa nyaman ketika berada di sekolah serta adanya tujuan dalam bidang akademik yang ingin dicapai oleh siswa. Hasil penelitian oleh Hardre, dkk (2010) penelitian yang dilakukan pada 415 siswa SMA Oklahama, USA, menunjukkan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh minat siswa dalam materi pelajaran, tujuan belajar dan kompetensi, serta niat masa depan yang kuat untuk menyelesaikan sekolah yang tinggi, dan terus melanjutkan pendidikan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mansfield (2010) pada 195 remaja siswa sekolah menengah di Australia bahwa pencapaian tujuan, tujuan sosial, tujuan masa depan siswa sangat

7 7 mempengaruhi motivasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Shim, dkk (2008) pada 850 siswa menengah atas di Suburban USA, menemukan bahwa motivasi belajar yang rendah diikuti dengan pencapaian prestasi yang rendah. Kemudian, penelitian oleh Henry (2010) pada 500 siswa menengah atas di Australia, menunjukkan bahwa siswa yang membolos disebabkan oleh motivasi belajar yang rendah. Motivasi belajar yang rendah disebabkan oleh siswa tidak adanya tujuan dalam belajar dan rencana setelah lulus sekolah. Hasil penelitian Kativasalampi, dkk (2009) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki tujuan yang jelas terhadap pendidikannya cenderung mempunyai minat terhadap sekolah dan memiliki motivasi belajar yang tinggi, sementara siswa yang tidak memiliki tujuan yang jelas terhadap pendidikannya cenderung tidak memilki minat terhadap sekolah dan memilki motivasi belajar yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Dariyo (2013) pada 84 siswa SMK kelas X di Jakarta, menunjukkan bahwa seseorang akan memiliki motivasi belajar yang tinggi bila ia menyadari dan memahami tujuan yang akan dicapainya di kemudian hari. Apabila seseorang memahami cita-citanya secara baik, maka ia akan terdorong untuk semakin giat dalam belajar. Penelitian oleh Hamdu dan Lisa (2011) pada 25 siswa SMA kelas XII di Tasikmalaya, menunjukkan bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan rendah.

8 8 Berdasarkan pengertian dan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu unsur terpenting dari motivasi belajar siswa adalah penetapan tujuan atau goal setting. Goal Setting adalah sebuah teori kognitif dengan dasar pemikiran bahwa setiap orang memiliki suatu keinginan untuk mencapai hasil spesifik atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Locke (Sukadji, 2010). Goal setting dapat menjadi daya dorong untuk memperbesar usaha yang dilakukan seseorang, bahwa seseorang akan bekerja lebih keras dengan adanya tujuan daripada tanpa tujuan (Locke dkk, 2005). Upaya pengenalan goal setting pada siswa dilakukan dengan pendekatan pelatihan. Pendekatan pelatihan dipilih karena pelatihan merupakan suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah aspek kognitif, afektif serta hasil keterampilan atau keahlian (Kikpatrick dalam Salas dkk, 2009). Johnson dan Johnson (2007) menyatakan bahwa metode pelatihan berdasarkan prinsip experiental learning, yaitu bahwa perilaku manusia terbentuk berdasarkan hasil pengalaman yang terlebih dahulu dimodifikasi untuk menambah efektivitas. Semakin lama perilaku menjadi suatu kebiasaan dan berjalan dengan otomatis, individu semakin berusaha memodifikasi perilaku yang sesuai dengan situasi. Penelitian oleh Kaufman dan Husman (2010) menunjukkan bahwa persepsi murid tentang bagaimana mereka menetapkan tujuan belajar untuk masa depan secara positif berpengaruh terhadap motivasi belajar. Penelitian lain (Harackiewicz, 2009), menyebutkan bahwa goal setting belajar siswa

9 9 mempengaruhi motivasi instrinsik siswa. Penelitian oleh Morisano, dkk (2010) pada 85 siswa yang mengalami kesulitan akademis, menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi goal setting, maka siswa menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam peningkatan prestasi akademis dan motivasi belajar. Penelitian oleh Clarke, dkk (2009) menunjukkan bahwa pelatihan goal setting dapat meningkatkan usaha pencapaian tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan atau tugas belajar. Penelitian oleh Haslam, dkk (2009), menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pelatihan goal setting lebih dapat mengaktualisasikan diri dan mengembangkan diri dalam mencapai tujuan belajar. Siswa yang memiliki tujuan belajar yang spesifik akan membuat sasaran belajar yang lebih jelas, hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Measurable (terukur), ketika siswa mengetahui peningkatan belajar atau sasaran yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan motivasi untuk mencapai sasaran belajarnya. Membuat langkah-langkah untuk mencapai sasaran (action-related) sesuai kemampuan, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mencapainya. Memiliki batas waktu (time-besed) yang ditentukan biasanya akan membuat siswa lebih terpacu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Komitmen pada tujuan yang sudah dibuat, adalah hal yang penting untuk terus berusaha dalam melaksanakan tujuan yang telah dibuat sehingga dapat mencapai tujuan. Dengan umpan balik, siswa dapat mengoreksi kekurangan-kekurangan yang sudah dilakukan, dan mendapatkan masukan dari orang lain untuk

10 10 memperbaiki strategi atau cara belajarnya agar lebih efektif. Komitmen sangat diperlukan untuk mencapai tujuan belajar yang sudah dibuat, tanpa komitmen tujuan belajar yang sudah dibuat tidak akan berjalan. Melihat pentingnya goal setting dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa SMA X Yogyakarta, peneliti tertarik untuk memberikan intervensi mengenai pelatihan goal setting pada siswa kelas XI SMA X Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh goal setting belajar mempengaruhi motivasi intrinsik siswa. Apabila siswa memiliki goal setting belajar bahasa Arab yang baik maka siswa memiliki motivasi belajar intrinsik yang tinggi juga, begitu pula sebaliknya jika siswa memiliki tujuan belajar yang rendah maka siswa memilki motivasi intrinsik yang rendah. Goal setting mempengaruhi proses belajar dengan cara mengarahkan perhatian dan tindakan, memobilisasi pengarahan usaha, memperpanjangan lamanya pengerahan usaha, dan memotivasi individu untuk mengembangkan strategi yang relevan untuk mencapai tujuannya (Robbin, 2009). Melihat uraian di atas peneliti tertarik ingin mengetahui apakah pelatihan goal setting itu dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Arab pada siswa di SMA X Yogyakarta.

11 11 Skema Dinamika Psikologi Faktor Internal 1. Belum memiliki tujuan belajar bahasa Arab yang spesifik 2. Belum memiliki cita-cita yang ingin dicapai 3. Belum memiliki metode yang tepat untuk belajar bahasa Arab agar mudah dipahami 4. Kemampuan siswa dan persepsi mengenai kemampuannya yang kurang tentang pelajaran bahasa Faktor Eksternal 1. Kondisi sekolah yang kurang mendukung baik sarana dan prasarana belajar bahasa Arab 2. Metode guru mengajar yang kurang tepat dengan kondisi siswa MOTIVASI BELAJAR RENDAH (Mc Cown, 1996) 1. Keinginan atau inisiatif sendiri untuk belajar 2. Keterlibatan secara sungguh-sungguh dalam proses belajar dan tugas yang diberikan 3. Komitmen untuk terus belajar sehingga bertahan dalam pelajaran Perilaku yang Muncul 1. Membolos pada saat jam pelajaran bahasa Arab 2. Tidak mengerjakan tugas di kelas dan tidak mengumpulkan PR 3. Nilai ulangan di bawah KKM dan mencontek saat ulangan bahasa Arab 4. Mengobrol, bercanda dan mainan handphone pada saat proses KBM INTERVENSI PELATIHAN GOAL SETTING (Locke dan Latham, 2006) (1) clarity atau kejelasan; (2) challenge atau tantangan; (3) task complexity atau kompleksitas tugas; (4) komitmen; (5) umpan balik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan goal setting terhadap petnuijnugaknatapnenmeliottiiavnasinbi eluanjaturkbamheasnageatarhaubi ppaednagasriuswh apkeelalatishaxni gdoial Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah X Yogyakarta. setting terhadap peningkat

12 12 B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan goal setting terhadap peningkatan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa kelas XI di SMA X Yogyakarta. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah : 1. Secara teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoretis dalam memperkaya kajian ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi pendidikan bahwa dengan pelatihan goal setting mampu meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab di SMA. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang teori motivasi belajar bahasa Arab pada siswa Sekolah Menengah Atas. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah pelatihan goal setting dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa kelas XI di SMA X Yogyakarta, sehingga efek yang diharapkan dalam modul ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan format dan waktu yang lebih sesuai.

13 13 D. Keaslian Penelitian Penelitian oleh Seijts dkk (2011) tentang orientasi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh goal setting dan goal orientation di dalam stimulasi bisnis yang bersifat kompleks. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa sekolah bisnis yang berjumlah 170 mahasiswa yang dibagi menjadi tiga kelompok secara random, ketiga kelompok tersebut antara lain: performance goal (n = 61 subjek), learning goal (n = 50 subjek), do your best goal (n = 59 subjek). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan di dalam laboratorium komputer yang terdiri dari 6-12 orang setiap sesi. Untuk mengetahui efektivitas dari perlakuan maka setiap subjek diberikan tes berupa simulasi permainan bisnis yang disebut dengan cellular industry business game (CIBG). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perbandingan ketiga tipe penentuan tujuan dengan sifat tugas yang kompleks, seseorang yang diberikan learning goal (dengan tujuan mencari strategi yang sesuai) menghasilkan performansi yang lebih tinggi dari pada performance goal yang spesifik maupun do your best goal (vague goal). Penelitian oleh Mahmud (2010) tentang pelatihan tipe penentuan tujuan (goal setting) dan performansi akademik bahasa Arab pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tipe goal setting terhadap kemampuan menjawab soal bahasa Arab dengan mengontrol kemampuan awal bahasa Arab dan efikasi diri. Subjek penelitian ini berjumlah 80 siswa kelas XII MAN X Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Subjek yang terdiri dari tiga kelompok yang mendapat perlakuan

14 14 yang berbeda-beda (learning goal, performance goal, dan do your best goal). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan performansi bahasa Arab hanya terjadi antara kelompok yang diberikan learning goal dengan performance goal. Penelitian oleh Rusillo dan Pedro (2010) tentang perbedaan gender dan motivasi belajar. tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan gender dengan motivasi belajar (tujuan belajar, konsep diri akademik, strategi belajar), serta kemampuan bahasa dan matematika. Subjek penelitian berjumlah 521 siswa sekolah dasar, usia 9 dan 10 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan gender tidak ditemukan pada konsep diri akademik, motivasi intrinsik, dan kemampuan dalam matematika. Akan tetapi, pada anak perempuan terlihat skor lebih rendah pada motivasi ekstrinsik dan pembuatan respon terhadap kegagalan skor lebih tinggi dalam bahasa. Penelitian oleh Rozaqy (2011) tentang motivasi belajar bahasa Arab pada siswa dengan menggunakan metode snowball throwing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode snowball throwing terhadap motivasi belajar bahasa Arab. Subjek penelitian ini berjumlah 30 siswa kelas VIII SMP N X Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan yaitu menggunakan metode snowball trhowing. Selain itu, ada peningkatan motivasi belajar bahasa Arab pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan.

15 15 Penelitian oleh Minza (2012) tentang efektifitas pelatihan goal setting mempengaruhi secara rasional terhadap kepatuhan dan motivasi belajar pada siswa sekolah menengah atas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelatihan goal setting terhadap kepatuhan dan motivasi belajar pada siswa sekolah menengah atas. Subjek penelitian ini berjumlah 35 siswa kelas XI SMA N X Yogyakarta. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pelatihan goal setting mempengaruhi secara rasional, baik berupa penalaran yang menekankan tujuan jangka panjang dan pendek sehingga dapat menghasilkan tingkat kepatuhan dan motivasi belajar anak yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak menerima perlakuan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada: 1. Subjek dan lokasi penelitian yang digunakan adalah siswa SMA X Yogyakarta kelas XI 2. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah motivasi belajar dan pelatihan goal setting 3. Teori motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Mc Cown (1996) 4. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala motivasi belajar. skala ini mengacu pada teori Mc Cown (1996) yaitu (1) keinginan atau inisiatif sendiri untuk belajar; (2) keterlibatan secara sungguh-sungguh dalam proses belajar dan tugas yang diberikan; (3)

16 16 komitmen untuk terus menerus belajar sehingga bertahan dalam pelajaran. Skala ini terdiri dari 42 aitem yang terdiri dari butir favourable 21 aitem dan unfavourable 21 aitem. 5. Modul pelatihan goal setting pada penelitian ini menggunakan teori Moran (dalam Sukadji, 2010), Locke dan Latham (2006), yang memiliki komponen antara lain spesific, measurable, action, realistic, time (SMART), clarity atau kejelasan, challenge atau tantangan, task complexity atau kompleksitas tugas, komitmen dan umpan balik. 6. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pre post control group design 7. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis Uji Mann-Whitney sedangkan analisis untuk menguji hipotesis menggunakan gain skor Uji Mann-Whitney.

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PELATIHAN GOAL SETTING

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PELATIHAN GOAL SETTING MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PELATIHAN GOAL SETTING IMPROVING MOTIVATION TO LEARN ARABIC IN THE HIGH SCHOOL STUDENT WITH GOAL SETTING TRAINING Muhammad

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN GOAL SETTING PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Program Magister Psikologi Profesi. Konsentrasi Psikologi Pendidikan

MODUL PELATIHAN GOAL SETTING PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Program Magister Psikologi Profesi. Konsentrasi Psikologi Pendidikan MODUL PELATIHAN GOAL SETTING PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Program Magister Psikologi Profesi Konsentrasi Psikologi Pendidikan Oleh : Muhammad Erwan Syah, S.Psi 13915022 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki peranan stategis dalam menyiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengambangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan manusia akan berdaya dan berkarya sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar merupakan kewajiban utama yang harus dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Akan tetapi tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://abstrak.digilib.upi.edu/direktori/tesis/administrasi_pendidikan/ ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. (http://abstrak.digilib.upi.edu/direktori/tesis/administrasi_pendidikan/ ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf). BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan suatu bangsa. Isjoni (2006) menyatakan bahwa pendidikan adalah ujung tombak suatu negara. Tertinggal

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Laporan Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Profil MAN 1 Semarang Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1 berasal dari alih fungsi Sekolah Persiapan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di seluruh aspek kehidupan manusia. Pada masa sekarang ini sangat dibutuhkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih 1 ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi keberlangsungan hidup manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih baik, menghadapi

Lebih terperinci

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia harus terus ditingkatkan kualitas pribadi, kemampuan berkarya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia harus terus ditingkatkan kualitas pribadi, kemampuan berkarya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai sumber daya manusia tentu tidak bisa lepas dari masalah pendidikan sebagai salah satu pranata utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting diterapkan dalam dunia pendidikan. Pelajaran bahasa Indonesia salah satu penunjang keberhasilan seorang siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Underachiever adalah sebuah fenomena murid yang mencapai prestasi di bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal untuk menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012 DAFTAR ISI Abstrak i Abstract ii Kata Pengantar iii Ucapan Terima Kasih vi Daftar Isi ix Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Grafik xiii BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Penelitian 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya di sekolah. Masalah ini cukup kompleks, bisa dilihat dari beragamnya faktor yang terlibat. Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika keaktifan dan kreatifitas siswa sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini tidak akan mudah dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, 1 1. PENDAHULUAN Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar memperoleh pekerjaan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, meskipun pada dasarnya proses pendidikan dapat dilaksanakan di

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah. Materi yang diajarkan terus mengalami perubahan seiring perkembangan dan perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan individu secara sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi akademik dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan dibutuhkan dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung. Melalui pendidikan sekolah berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Belajar Matematika. Motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu movere yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Belajar Matematika. Motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu movere yang berarti 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar Matematika 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu movere yang berarti menggerakkan (to move). Setiap tindakan manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada jenjang pendidikan selanjutnya demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan negara, yang memerlukan perhatian agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal agar dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Menurut Hellriegel dan Slocum (Khodijah, 2014) motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA 345 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Woro Sumarni, Soeprodjo, Krida Puji Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus

Lebih terperinci

Eko Margono F

Eko Margono F PRESTASI BELAJAR SISWA PROGRAM RSBI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU NASKAH PUBLIKASI Oleh: Eko Margono F 100 050 260 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII MTs NEGERI JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini 48 BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAYING (Bermain Peran) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIWAR SISWA DALAM BAHASA ARAB A. Deskripsi Setting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan menulis. Menulis merupakan kegitan yang sangat kompleks karena menuntut siswa untuk

Lebih terperinci

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 38 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Nike Yesika Saragih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pembelajaran, siswa diharapkan mengerti dan dapat memahami yang diajarkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pendidikan dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi adalah hasil positif yang menunjukkan gambaran keberhasilan seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan memutuskan tentang masa depannya baik mengenai jurusan yang akan diambil di sekolahnya (IPA atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pendidikan sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Setiap orang berusaha meraih tingkat pendidikan yang tinggi agar dapat diakui lingkungannya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dapat dikatakan cukup rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation Development Programme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan ilmu pengetahuan berperan penting dan meningkatkan mutu sumber daya manusia dan membantu proses pembangunan nasional suatu negara. Pendidikan bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, hal ini menyebabkan persaingan di dunia menjadi semakin ketat. Persaingan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah rangkaian proses yang dijalani seseorang untuk mengembangkan potensi serta perilakunya dalam setiap pengalaman hidup (Tardif, 1987 dalam Syah,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh: SUPRIYANI FERIYATI NIM. K4303062 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat mustahil suatu kelompok

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak hanya menuntut aspek kognitif saja, melainkan aspek afektif dan psikomotor juga sangat berpengaruh. Tujuan pendidikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan selalu muncul kebersamaan dengan berkembangnya dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada tingkat pendidikan dasar, menengah, sampai jenjang perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatuddiniyah yang beralamat Jalan Jambu Burung Keramat RT. 7 Desa Jambu Burung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT The Application of Cooperative Learning Model Type of Group Project on Enviroment Pollution Concept (Experiment Study at 10 th Grade Students of Madrasah Aliyah Public School Tasikmalaya 2012/2013) Cici

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : ULLY FAKHRUNI NIM : F15111023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Pengaruh Model Discovery learning Dengan Media Teka-Teki Silang Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid

Pengaruh Model Discovery learning Dengan Media Teka-Teki Silang Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 JEK Pengaruh Model Discovery learning Dengan Media Teka-Teki Silang Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha dalam menyiapkan peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman. Melalui pendidikan peserta didik dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sering dipakai dalam kegiatan sehari-hari seperti dalam kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian pentingnya, matematika juga

Lebih terperinci

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI PENGARUH PERSIAPAN SISWA DALAM BELAJAR DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGERJAKAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI KABUPATEN

Lebih terperinci

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

Dwi Ambarwati 1.   PENDAHULUAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 2, Juni 2017 Halaman: 76-84

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. digunakan adalah eksperimen semu. Eksperimen semu dilakukan karena keadaan

III METODE PENELITIAN. digunakan adalah eksperimen semu. Eksperimen semu dilakukan karena keadaan 24 III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian ini menyangkut perilaku manusia, dimana variabel yang dapat diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pola pikir seseorang dalam menghadapi berbagai situasi masalah kondisi lingkungan, sesamanya, dirinya dan permasalahan dalam kehidupannya sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang belum juga bisa terselesaikan. Mulai dari kurikulum dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niat pemerintah untuk perbaikan system pendidikan yaitu dengan melaksanakan perubahan kurikulum. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan produktif dapat turut tertingkatkan pada tahap-tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci