SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: /Fax: Kinerja Ekspor Indonesia Awal 21 Pulih Melampaui Pra-Krisis Jakarta, 1 Maret 21 Mengawali tahun 21, kinerja ekspor termasuk untuk nonmigas memberikan sinyal positif untuk perkembangan tahun ini. Ekspor nonmigas selama bulan Januari 21 mencapai US$ 9,2 miliar, meningkat 47,6% dibanding ekspor bulan yang sama tahun 29 lalu. Bahkan, angka tersebut merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah untuk kinerja ekspor bulan Januari. Demikian dijelaskan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar pada konperensi pers mengenai perkembangan ekspor impor di kantor Kementerian Perdagangan hari ini. Pola ekspor bulanan di bulan Januari selama ini cenderung lebih rendah dari bulan sebelumnya, Desember, kecuali pada tahun 28 yang disebabkan oleh melonjaknya harga komoditi internasional dan minyak dunia saat itu. Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Meningkat 15% Perdagangan Indonesia selama Januari 21 mengalami surplus sebesar US$ 2 miliar, terdiri dari nonmigas US$ 1,6 miliar dan migas US$,4 miliar. Nilai total ekspor pada Januari 21 sebesar US$ 11,6 miliar atau naik 59% dibanding Januari 29. Sedangkan total impor mencapai US$ 9,5 miliar atau naik 44,6% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan impor ini disebabkan adanya peningkatan permintaan impor bahan baku/penolong dan barang modal yang merupakan cerminan dari kondisi industri nasional yang membaik. Surplus neraca perdagangan Januari 21 meningkat tajam, sebesar US$ 1,2 miliar, atau meningkat 15,6% dari surplus Januari 29 (Grafik 1). 16. Grafik 1. Neraca Perdagangan Indonesia (Miliar US$): Januari 21 Surplus US$ 2 Miliar Jan'9 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop Des Jan'1 Ekspor Impor Neraca

2 Kinerja Ekspor Nonmigas Januari 21 Melampaui Target Ekspor nonmigas Januari 21 meningkat 47,6%, atau US$3 miliar lebih tinggi dibandingkan Januari 29. Pertumbuhan ini jauh melampaui target pemerintah yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian Perdagangan , yaitu 7-8,5% pada 21 (Grafik 2). Penguatan ekspor nonmigas bulan Januari 21 didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan yang naik sebesar 18,7% terutama batubara dan tembaga yang dipicu oleh tingginya permintaan RRT, AS dan Jepang untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya akibat musim dingin. Selain itu, faktor meningkatnya harga barang tambang juga mempengaruhi kenaikan ekspor sektor pertambangan. Ekspor sektor industri juga mulai memperlihatkan kinerja yang lebih baik daripada tahun lalu. Menguatnya ekspor sektor industri ini pertanda mulai pulihnya perekonomian negara-negara tujuan ekspor, seperti AS, Jepang dan Uni Eropa, kata Wamendag. 15 US$ Miliar Grafik 2. Ekspor Non Migas Indonesia Growth rate (yoy) Moving p.a growth rate Growth rate (m to m) 15 Target Ekspor 1 Non migas 21 tumbuh 8,5% 5 5 8,5 Jan'9 Feb Mar Apr Mei Juni Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan'1-5 Diversifikasi Pasar Ekspor Indonesia Telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia, dari negara tradisional ke negara non tradisional. Dominasi pangsa ekspor ke beberapa negara anggota Uni Eropa (seperti Belanda, Italia, dan Spanyol), Amerika Serikat dan Jepang mulai berkurang, bergeser ke RRT, India dan negara-negara lainnya. Pada bulan Januari 21, pangsa ekspor nonmigas ke Belanda, Italia, Spanyol dan AS masing-masing mengalami penurunan menjadi 4%, 2%, 2%, dan 12% dari Januari 29 yang mencapai 5%,, dan 12%. Sedangkan pangsa ekspor nonmigas ke Jerman dan Jepang tidak mengalami perubahan yakni masingmasing mencapai dan 16%. Sementara untuk periode yang sama pangsa ekspor nonmigas ke RRT, India dan Korea mengalami peningkatan masing-masing menjadi 14%, 11% dan 8% dari sebelumnya yaitu 1%, 9%, dan 5%. 2

3 Grafik 3. Diversifikasi Pasar Ekspor Nonmigas US A 16% Januari 29 SINGAPURA 12% US A 12% Januari 21 SINGAPURA 8% CHINA 14% JEPANG 16% AUS TRALIA SPANYOL THAILAND HONG KONG ITAL IA PHIL IPINA JERMAN REP.KOREA 5% MAL AYS IA 6% BELANDA 5% CHINA 1% INDIA 9% JEPANG 16% AUS TRALIA 2% SPANYOL 2% THAILAND HONG KONG ITAL IA 2% PHIL IPINA JERMAN BELANDA 4% REP.KOREA 8% INDIA 11% MAL AYS IA 9% Ekspor nonmigas ke RRT mengalami peningkatan. Selama Januari 21 ekspor nonmigas mencapai US$ 1,1 miliar, meningkat sebesar 118,6% dibanding ekspor bulan yang sama tahun 29. Menguatnya ekspor nonmigas ke RRT ternyata juga meningkatkan peran negeri panda tersebut sebagai mitra dagang Indonesia. Pangsa ekspor ke RRT dalam ekspor nonmigas kita mengalami peningkatan, dari 1,% pada Januari 29 menjadi 14,% pada Januari 21. Selama tahun 29, pangsa RRT hanya mencapai 9,2%, dengan nilai sebesar US$ 8,9 miliar atau meningkat US$ 1,13 miliar dibandingkan dengan tahun 28 (Grafik 4.) Produk ekspor Indonesia masih memiliki peluang yang besar di pasar RRT mengingat pangsanya baru sekitar 1,35% dari seluruh impor RRT. Bahan anyaman dari tumbuhan (bambu, rotan dan lainnya) merupakan produk Indonesia yang menguasai pasar RRT dengan pangsa sebesar 29,2% pada tahun 28, dengan nilai US$ US$ 23, juta. Produk lain yang menguasai pasar RRT cukup besar antara lain minyak nabati (produk sawit dan turunannya), timah, kakao, karet, alas kaki, pulp dan instrumen musik (piano, akordion, harmonika, gitar, biola dan perkusi) yang memiliki pangsa antara 6%-22%. Pangsa produk sawit Indonesia di pasar RRT meningkat cukup tajam, dari 17,4% pada 24 menjadi 22,% pada 28. Pesaing Indonesia utntuk produk ini adalah Malaysia, yang menguasai 35,9% pasar produk sawit RRT. Namun, ekspor produk sawit Indonesia tumbuh lebih cepat daripada Malaysia. Nilai Ekspor (US$ Juta) Grafik 4. Perkembangan Ekspor Non Migas ke China Nilai ekspor Pangsa 1, 1 9, 9 8, 8 7, 7 6, 6 5, 5 4, 4 3, 3 2, 2 1, Pangsa (%) Grafik 5. Beberapa produk Indonesia yang memiliki pangsa diatas 7% di pasar China Bijih logam Sayuran Kertas Kopi, teh dan rempahrempah Instrumen alat musik Pulp Alas kaki Karet Kako Timah Minyak nabati Bahan Anyaman dari tumbuhan Sumber: COMTRADE (diolah)

4 Kontribusi India dalam ekspor nonmigas Indonesia meningkat cukup signifikan. Pada 25 India hanya menyerap 4, dari total ekspor nonmigas Indonesia, namun pada 29 pangsa India mencapai 7,5%. Pada Januari 21, ekspor nonmigas Indonesia mencapai US$ 71,84 juta, naik sebesar 65,1% dibanding realisasi ekspor bulan yang sama tahun 29. Pangsa India dalam ekspor nonmigas Indonesia selama Januari 21 naik menjadi 9,5%. India kini telah menjadi salah satu negara tujuan utama kita, tegas Wamendag. Produk ekspor Indonesia masih memiliki peluang yang besar di pasar India mengingat pangsanya baru sekitar 2% dari seluruh impor India. Produk sawit memiliki pangsa terbesar di pasar India. India menyerap produk sawit Indonesia sebanyak 69% dari total impor produk sawitnya selama 28. Pangsa tersebut mengalami kenaikan dari tahun 24 yang mencapai 53,4%. Produk Indonesia lainnya yang banyak diimpor India antara lain kopi, teh dan rempah-rempah, timah, pulp, bahan anyaman dari tumbuhan, getah damar, aneka produk kimia dan serat buatan (Grafik 7.). Nilai Ekspor (US$ Juta) Grafik 6. Perkembangan Ekspor Non Migas ke India Nilai ekspor Pangsa 8, 8 7, 7 6, 6 5, 5 4, 4 3, 3 2, 2 1, Sumber : BPS (diolah) Pangsa (%) Grafik 7. Beberapa produk Indonesia yang memiliki pangsa diatas 7% di pasar India Serat buatan Aneka produk kimia Getah damar Bahan anyaman dari tumbuhan Pulp Timah Kopi, teh dan rempah2 Sumber: COMTRADE (diolah) Produk sawit Produk Ekspor Nonmigas Semakin Beragam Dominasi 1 produk utama dalam ekspor nonmigas semakin berkurang. Sebaliknya persentase produk lainnya mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan adanya diversifikasi produk ekspor nonmigas. Pada tahun 25 ekspor produk utama lebih mendominasi daripada produk lannya, dimana kontribusi masing-masing kelompok produk tersebut terhadap total nonmigas sebesar 55% dan 45%. Dominasi produk utama menunjukkan tingkat diversifikasi produk utama masih cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 29 kontribusi ekspor produk utama sudah berkurang menjadi 48%, sementara produk lainnya meningkat menjadi 52% (Grafik 8). Produk lainnya diluar 1 komoditi utama yang mengalami peningkatan pangsa diantaranya peralatan medis, makanan olahan, ikan dan produk ikan, perhiasan dan rempah-rempah. 4

5 Grafik 8. Kontribusi Produk Ekspor Non Migas Produk sawit, TPT dan elektronik masih mendominasi ekspor 1 produk utama. Dominasi produk sawit dalam ekspor nonmigas terlihat mulai tahun 28, menggeser posisi TPT dan elektronik. Dilihat dari pertumbuhan ekspornya, seluruh produk utama mengalami perlemahan, bahkan beberapa produk mengalami kontraksi. Produk yang tetap tumbuh adalah kakao dan elektronik, masing-masing naik 1,9% dan,4% (Grafik 9). Grafik 9. Nilai Ekspor 1 Produk Utama Nilai Ekspor (US$ Juta) Growth (%) KOPI KAKAO UDANG OTOMOTIF ALAS KAKI PRODUK HASIL HUTAN SAWIT KARET DAN PRODUK KARET ELEKTRONIK TPT ,339 1, ,71 1,725 2,73 1,736 1,885 4,913 6,679 8,364 7,637 8,677 8,641 JanDes 9 JanDes ,368 12, ,264 1, Growth'9 Growth'8 Tren ekspor produk sawit mengalami pertumbuhan terbesar sepanjang lima tahun terakhir ini. Selama 25-29, nilai ekspor produk sawit tumbuh rata-rata 34,6% per tahun, dan kontribusinya terhadap ekspor nonmigas terus bertambah. Pada tahun 25 kontribusinya sebesar 5,7%, naik menjadi 1,6% pada tahun 29. Ekspor tahun 29 mencapai US$ 1,4 miliar, atau menurun 16,2% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya harga, karena volume ekspor mengalami peningkatan. Harga palm oil dan palmkernel oil di pasar internasional selama 29 rata-rata turun 28,% dan 38,6%. Pasar utama produk sawit Indonesia di pasar internasional adalah India, RRT, Belanda dan Malaysia. Empat pasar ini mengusai sekitar 58,9% dari total ekspor produk sawit Indonesia. Di pasar India, ekspor produk sawit Indonesia tumbuh rata-rata 14,1% per tahun selama 24-28, lebih baik daripada produk sawit Malaysia yang tumbuh negatif 3,6%. Pangsa 5

6 Indonesia di pasar impor produk sawit India juga mengalami peningkatan, dari 74,5% pada 24 menjadi 83,2% pada 28. Di pasar RRT, produk sawit Indonesia menempati ranking ke-2 dengan pangsa sebesar 31,5% selama 28, sedangkan Malaysia menguasai 67,6% (Grafik 1). Grafik 1. Perkembangan Pangsa Produk Sawit di Pasar Ekspor Utama Pangsa Produk Sawit di Pasar India Pangsa Produk Sawit di Pasar China Indonesia Malaysia Indonesia Malaysia Pangsa Produk Sawit di Pasar Belanda Pangsa Produk Sawit di Pasar Malaysia 7 Indonesia Malaysia 12 Indonesia Thailand Karet dan produk karet juga memberikan sumbangan devisa yang cukup berarti. Selama kurun waktu lima tahun terakhir (25-29), ekspor karet dan produk karet rata-rata mencapai US$ 5,6 miliar per tahun dengan pertumbuhan 1%. Ekspor karet dan barang dari karet mencapai US$ 522,8 juta, atau meningkat sebesar 84,% dari bulan yang sama tahun 29. Sementara volume ekspornya mencapai 226,43 ribu ton, naik 1,9% dari bulan Desember 29, namun 52,7% lebih banyak dari ekspor bulan Januari 29. Pasar utama ekspor karet dan barang dari karet Indonesia adalah AS, Jepang, RRT, singapura, Korsel, Jerman, Brazil, Kanada, Perancis dan Spanyol. Sepuluh negara ini mengimpor lebih dari 75% karet dan produk karet Indonesia, dengan pertumbuhan 29,9% per tahun. Di pasar AS, ekspor produk karet Indonesia tumbuh rata-rata 18,4% per tahun selama 24-28, dengan pangsa pasar sebesar 9,8% selama 28. Pangsa Indonesia di pasar impor produk karet AS mengalami peningkatan, dari 7,4% pada 24 menjadi 9,8% pada 28. Di pasar Jepang, produk karet Indonesia menempati ranking ke-2 dengan pangsa sebesar 26,7% selama 28. Thailand sebagai pesaing utama Indonesia di pasar impor produk karet Jepang menguasai 29,1% pangsa pasar Jepang. Di pasar RRT, daya saing produk karet Indonesia lebih rendah dari produk karet asal Thailand dan Malaysia. Sementara di pasar impor Singapura, produk karet Indonesia menguasai pangsa sebesar 14,1%, setelah Malaysia dengan pangsa pasar 15,5%. (Grafik 11). 6

7 Grafik 11. Perkembangan Pangsa Produk Karet di Pasar Ekspor Utama Perkembangan Pangsa Karet & Brg dari Karet di Pasar AS Perkembangan Pangsa Karet & Brg dari Karet di Pasar Jepang US$. Juta 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, China Canada Japan Indonesia Thailand US$. Juta 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Thailand Indonesia China Korea, Rep. AS Perkembangan Pangsa Karet & Brg dari Karet di Pasar China Perkembangan Pangsa Karet & Brg dari Karet di Pasar Singapura US$. Juta 25, 2, 15, 1, 5, Thailand Malaysia Japan Indonesia United States US$. Juta 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Malaysia Indonesia Japan China Thailand Impor Bahan Baku dan Penolong Meningkat Tajam, 47,9% Impor nonmigas selama Januari 21 mencapai US$ 7,6 miliar, meningkat 42,6% dari bulan yang sama tahun 29. Namun, jika dibandingkan dengan impor bulan sebelumnya, Desember 21, mengalami penurunan 7,5%. Peningkatan impor bulan Januari 21 didorong oleh meningkatnya impor seluruh golongan barang, dimana bahan baku/penolong mengalami peningkatan tertinggi sebesar 47,9%. Impor barang modal naik 35,6% dan barang konsumsi naik 36,4%. Menurut Wamendag, meningkatnya permintaan impor bahan baku/penolong dan barang modal merupakan cerminan dari kondisi industri nasional yang membaik. Grafik 12. Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Impor Non Mig as Menurut Golongan Penggunaan Barang (US $ Juta) Pertumbuhan Barang Moda l 1343,1 1821,2 16,33 35,6 Bahan Baku/Penolong 4793,1 788,9 34,83 47 Barang Konsumsi 633,2 464,4 Jan '1 Jan '9 28,38 36,35 7

8 Grafik 13. Struktur Pelabuhan Impor Produk Tertentu UDARA 42,27% BBK 4,44% LAIN 2,37% UDARA 45,14% BBK 4,37% LAIN,77% LAUT TERTENTU 5,92% LAUT TERTENTU 49,72% Tahun 28 Tahun 29 Impor produk tertentu semakin terpantau sejak diterapkannya kebijakan impor produk tertentu (alas kaki, elektronika, mainan anak, makanan dan minuman, pakaian jadi) sesuai Permendag 56/28. Impor produk tertentu melalui pelabuhan-pelabuhan diluar yang telah ditentukan mengalami penurunan. Pada tahun 29 realisasi impor melalui pelabuhan tersebut mencapai US$ 194,2 juta, menurun 27% dari tahun 28 sebesar US$ 266 juta. Bagian terbesar (85%) impor produk tertentu melalui pelabuhan diluar yang telah ditentukan masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di Batam, Bintan dan Karimun (BBK). Setelah kebijakan impor produk tertentu diberlakukan, penggunaan pelabuhan impor selain pelabuhan di BBK menurun drastis, dari US$ 95 juta turun 69, menjadi US$ 29,2 juta. Informasi lebih lanjut hubungi: Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: / selesai-- 8