DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA IKIP PGRI SEMARANG KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DPM

Transkripsi

1 KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DPM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA Menimbang : a. Bahwa dalam proses penataan kampus IKIP PGRI Semarang khususnya yang berkaitan dengan Ormawa-Lemawa maka perlu adanya sesuatu regulasi Ormawa-Lemawa yang menjadi pedoman penjelas AD/ART. b. Bahwa dalam rangka melaksanan tugas dan wewenang DPM sebagai lembaga legislatif bagi seluruh Ormawa-Lemawa diperlukan penguatan kelembagaan serta peningkatan fungsi dan peran DPM. c. Bahwa dalam rangka menyesuaikan tuntutan dan dinamika perkembangan Ormawa-Lemawa. d. Bahwa berdasakan pertimbangan sebagaiamana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Ketetapan DPM tentang Tata Tertib DPM. Mengingat : a. Pasal 4, dan Pasal 5 Anggaran Dasar Ormawa-Lemawa IKIP PGRI Semarang b. Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 56 Anggaran Rumah Tangga Ormawa-Lemawa IKIP PGRI Semarang. DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA MEMUTUSKAN: Menetapkan : KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA TENTANG TATA TERTIB DPM - 1 / 19 -

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan tata tertib ini yang dimaksud dengan: 1. Dewan Perwakilan Mahasiswa selanjutnya disingkat DPM adalah dewan perwakilan mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam AD/ART Ormawa-Lemawa IKIP PGRI Semarang tahun Presiden Mahasiswa adalah mahasiswa terpilih melalui Pemilu Raya Mahasiswa. 3. Anggota DPM adalah wakil mahasiswa yang terpilih dan telah bersumpah atau berjanji sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan Ormawa-Lemawa serta dalam melaksanakan tugasnya memperhatikan kepentingan mahasiswa. 4. Fraksi adalah pengelompokkan anggota berdasarkan partai mahasiswa hasil Pemilu Raya Mahasiswa. 5. Masa Sidang adalah masa DPM melakukan kegiatan terutama didalam kantor DPM. 6. Masa Reses adalah masa DPM melakukan kegiatan di luar masa sidang, terutama diluar kantor DPM untuk melaksanakan tugas. 7. Undang-undang Ormawa-Lemawa adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa dengan persetujuan bersama Presiden Mahasiswa. 8. Hak Angket Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah hak DPM untuk melakukan penyelidikan dan memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan kebijakan Lembaga maupun Ormawa Lemawa bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9. Hak Interpelasi adalah hak DPM untuk meminta keterangan kepada Ormawa-Lemawa mengenai kebijakan Ormawa-Lemawa/badan pelaksana Ormawa-Lemawa. 10. Hak menyatakan pendapat adalah memberikan usulan terhadap Lembaga dan Ormawa- Lemawa/kondisi pelaksana Ormawa-Lemawa. 11. Hak kontrol adalah hak untuk mengontrol seluruh kegiatan Ormawa-Lemawa dan kebijakan dari pihak kampus yang berkaitan dengan mahasiswa. 12. Rapat komisi adalah rapat yang hanya dihadiri oleh anggota DPM dalam satu komisi. 13. Rapat pleno adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota DPM guna mengambil suatu kebijakan. 14. Rapat umum adalah rapat yang dilaksanakan oleh DPM setiap 3 bulan sekali untuk membahas laporan Presiden. - 2 / 19 -

3 15. Pimpinan DPM adalah Ketua DPM, Wakil Ketua, Sekretaris Jendral dan Bendahara Umum. 16. Civitas akademik adalah satu orang atau lebih yang diduga mengetahui tentang suatu permasalahan. BAB II SUSUNAN DAN KEDUDUKAN, FUNGSI, SERTA TUGAS DAN WEWENANG Bagian Satu Susunan dan Kedudukan Pasal 2 Dewan Perwakilan Mahasiswa terdiri dari DPM terpilih melalui mekanisme Pemilu Raya Mahasiswa yang diusung partai mahasiswa dan perwakilan masing-masing Fakultas atau Prodi sebagaimana dimaksud dalam AD/ART Ormawa-Lemawa IKIP PGRI Semarang. Pasal 3 DPM adalah lembaga tinggi kemahasiswaan yang memiliki fungsi tertinggi sebagai badan legislatif di IKIP PGRI Semarang. Bagian Kedua Fungsi Pasal 4 (1) DPM Mempunyai fungsi: a. legislasi b. anggaran c. pengawasan d. advokasi (2) Fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam rangka representasi mahasiswa. Pasal 5 (1) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dilaksanakan sebagai perwujudan DPM selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-undang Ormawa-Lemawa. - 3 / 19 -

4 (2) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud dalan Pasal 4 ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk memberikan pertimbangan kepada LKM terkait pengalokasian dana keuangan mahasiswa kepada Ormawa-Lemawa. (3) Fungsi Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf c dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang, Dana Alokasi Mahasiswa kepada Ormawa Lemawa dan kebijakan lembaga. (4) Fungsi advokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d dilaksanakan untuk memperjuangkan aspirasi Ormawa-Lemawa dan mahasiswa. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 6 DPM Mempunyai tugas dan wewenang: 1. Mengontrol serta mengevaluasi kegiatan dan kebijakan Ormawa-Lemawa. 2. Melakukan rapat umum sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. 3. Menyusun rancangan GBHO dan GBHK Ormawa-Lemawa melalui rapat pleno DPM. 4. Memberikan pertimbangan kepada LKM berkaitan dengan alokasi pendistribusian keuangan mahasiswa kepada Ormawa-Lemawa. 5. Membentuk undang-undang Ormawa-Lemawa yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. 6. Advocating seluruh Ormawa-Lemawa dan mahasiswa. 7. Melakukan pengawasaan terhadap pelaksanaan undang-undang Ormawa-Lemawa. 8. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam undang-undang Ormawa- Lemawa. 9. Mengontrol kebijakan Lembaga. BAB III KEANGGOTAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 7 (1) Jumlah anggota DPM sesuai dengan ketentuan dalam AD/ART Ormawa-Lemawa yang berlaku. (2) Anggota DPM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membuat surat pernyataan sebagai anggota DPM. - 4 / 19 -

5 (3) Masa jabatan anggota DPM adalah 1 (satu) periode dan berakhir pada saat anggota baru telah dikukuhkan. Pasal 8 Bentuk surat pernyataan sebagai anggota DPM sebagaimana Pasal 7 ayat (2) tercantum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian tak terpisahkan dari undang-undang ini. Bagian kedua Hak dan kewajiban anggota Pasal 9 (1) Anggota mempunyai hak: a. Hak interpelasi; b. Hak angket; c. Hak menyatakan pendapat; d. Hak kontrol; e. Hak membela diri; f. Hak mengajukan usul rancangan undang-undang. (2) Anggota mempunyai kewajiban: a. Memegang teguh dan melaksanakan AD/ART. b. Menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi mahasiswa yang dilakukan dengan mengajukan usulan dan menyampaikan informasi kepada pihak terkait secara lisan dan atau tertulis. c. Beserta BEM I ikut serta dalam forum kebijakan di tingkat Institut yang berkaitan dengan mahasiswa. d. Memberikan saran dan teguran kepada Ormawa-Lemawa maksimal 3x dan apabila tidak diindahkan maka, dapat melakukan mosi tidak percaya dengan mengundang pihak terkait untuk menyelenggarakan sidang meminta pertanggungjawaban. e. Mendahulukan kepentingan mahasiswa diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. f. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan mahasiswa. Bagian Ketiga Pemberhentian Anggota Pasal 10 (1) Anggota berhenti antarwaktu karena; a. Meninggal dunia - 5 / 19 -

6 b. Mengundurkan diri c. Diberhentikan (2) Anggota diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila: a. Melanggar kode etik DPM. b. Mencemarkan nama baik organisasi maupun lembaga Pasal 11 (1) Anggota DPM yang dinyatakan berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 digantikan oleh prodi/fakultas dan partai mahasiswa terkait. (2) Masa jabatan anggota DPM pengganti melanjutkan sisa masa jabatan anggota yang digantikannya. Bagian Keempat Tata Cara Pergantian Antarwaktu. Pasal 12 (1) Ketua DPM menyampaikan nama anggota yang diberhentikan antarwaktu dan meminta nama calon pengganti antarwaktu kepada Prodi/Fakultas dan partai mahasiswa terkait. (2) Paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterimanya surat dari ketua DPM, Prodi/Fakultas dan partai mahasiswa terkait menyampaikan nama calon pengganti antarwaktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat 1. (3) Paling lambat 5 (lima) hari sejak menerima nama calon pengganti antarwaktu dari Prodi/Fakultas dan partai mahasiswa terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 2, ketua DPM menyampaikan nama anggota yang diberhentikan beserta nama calon pengganti antarwaktu kepada Wakil Rektor III. (4) Sebelum memangku jabatannya, anggota pengganti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat 3 mengucaapkan sumpah/janji yang dipandu oleh ketua DPM, dengan tata cara dan teks sumpah/ janji sebagaimana diatur dalam Pasal 8. (5) Penggantian antarwaktu anggota tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota yang digantikan kurang dari 3 (tiga) bulan. Bab IV ALAT KELENGKAPAN Bagian Kesatu Umum - 6 / 19 -

7 Pasal 13 Alat kelengkapan DPM terdiri atas 1. Pimpinan 2. Komisi 3. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat pleno. Bagian Kedua Pimpinan Tata Cara Penetapan Pimpinan Pasal 14 (1) Ketua DPM adalah calon yang mendapatkan suara terbanyak dalam rapat pleno DPM. (2) Masa jabatan ketua DPM sama dengan masa keanggotan DPM. Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 15 Ketua DPM bertugas: 1. Menyusun rencana kerja 2. Melakukan koordinasi dalam upaya mensinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPM. 3. Menjadi juru bicara DPM. 4. Melaksanakan dan memasyaratkan keputusan DPM. 5. Mewakili DPM dalam berhubungan dengan lembaga tinggi lainnya. 6. Menghadiri rapat alat kelengkapan DPM yang lain apabila dipandang perlu. Bagian keempat Komisi Pasal 16 (1) Komisi dibentuk DPM dan merupakan alat kelengkapan DPM yang bersifat tetap. (2) Komisi DPM terdiri dari: a. Komisi Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Komisi A. b. Komisi Luar Negeri yang selanjutnya disebut Komisi B c. Komisi Budgeting yang selanjutnya disebut Komisi C d. Komisi Konstitusi yang selanjutnya disebut Komisi D - 7 / 19 -

8 Bagian Kelima Tata Cara Pelaksanaan Tugas Pasal 17 KOMISI A bertugas: 1. Mengontrol dan mentertibkan segala bentuk Ormawa-Lemawa. 2. Turut membangun keharmonisan hubungan antar mahasiswa dan Ormawa-Lemawa. 3. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai peran dan fungsi legislatif mahasiswa. 4. Meningkatkan rasa kekeluargaan antar ormawa lemawa 5. Membuat acuan kegiatan ormawa lemawa ketika mengadakan kegiatan yang berbentuk pelatihan atau training. 6. Bersama komisi luar negeri memaksimalkan hak angket DPM. Pasal 18 KOMISI B bertugas: 1. Mengontrol segala bentuk kebijakan kampus 2. Memberikan advokasi kepada mahasiswa dan ormawa lemawa yang berkaitan dengan kampus maupun instansi lain. 3. Memperluas dan memperkuat jaringan dengan berbagai elemen sebagai wujud eksistensi DPM. 4. Melakukan studi banding bersama anggota DPM lain untuk meningkatkan kinerja DPM. Pasal 19 KOMISI C bertugas: 1. Memberikan pertimbangan kepad LKM terkait pengalokasian Dana Keuangan Mahasiswa (DKM) kepada Ormawa-Lemawa. 2. Menjalankan fungsi pengawasan dalam hal keuangan Ormawa-Lemawa. 3. Menindak tegas segala bentuk penyalahgunaan dana Ormawa-Lemawa. 4. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang pengelolaan keuangan organisasi. Pasal 20 KOMISI D bertugas: 1. Bersama komisi dalam negeri mengawal AD/ART Ormawa-Lemawa atau undangundang yang berlaku. - 8 / 19 -

9 2. Membuat rancangan undang-undang sesuai dengan kebutuhan bersama dengan mekanisme yang telah ditentukan. 3. Menyususn rancangan Garis besar haluan organisani (GBHO) dan Garis besar haluan kerja (GBHK) ormawa lemawa. 4. Mensosialisasikan segala bentuk peraturan yang telah dibuat. 5. Membuat pemahaman kepada mahasiswa bagaimana membuat dan menyusun undangundang. Pasal 21 Dalam hal ihwal untuk memperkuat kinerja DPM maka untuk Pelaksanaan tugas komisi dapat dilakuakan perubahan. Bagian Keenam Tata Cara Penetapan Anggota Pasal 22 (1) DPM menetapkan jumlah komisi pada permulaan keanggotaan DPM dan permulaan tahun sidang. (2) Jumlah anggota komisi ditetapkan dalam rapat pimpinan menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota DPM (3) Pergantian anggota komisi dapat dilakukan oleh pimpinan DPM. BAB V TATA CARA PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG Bagian Pertama Pasal 23 (1) Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPM, Presiden Mahasiswa. (2) Rancangan undang-undang dari DPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Komisi D. (3) Rancangan undang-undang yang diajukan DPM sifatnya keluar untuk Ormawa- Lemawa harus ditandatangani Presiden Mahasiswa. (4) Rancangan undang-undang yang diajukan Presiden mahasiswa harus mendapat persetujuan DPM (5) Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademis. (6) Apabila ada 2 (dua) rancangan undang-undang yang diajukan mengenai hal yang sama dalam satu masa sidang, yang dibicarakan adalah rancangan undang-undang dari - 9 / 19 -

10 DPM, sedangkan rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden mahasiswa digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. (7) Rancangan undang-undang yang sudah disetujui bersama antara DPM dengan Presiden mahasiswa, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja disampaikan oleh ketua DPM kepada Presiden mahasiswa untuk disahkan menjadi undang-undang Ormawa- Lemawa. (8) Dalam hal rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disahkan oleh Presiden mahasiswa dalam waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang Ormawa-Lemawa dan wajib diundangkan. Bagian Kedua Penyusunan dan Penetapan, serta Penyebarluasan Program Legislasi Penyusunan dan Penetapan Pasal 24 (1) Penyusunan Program Legislasi DPM diatur oleh Komisi D. (2) Komisi Konstitusi dalam menyusun program legislasi di lingkungan DPM dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari komisi dan mahasiswa IKIP PGRI Semarang. (3) Usulan dari komisi disampaikan oleh masing-masing ketua komisi kepada ketua Komisi D. (4) Usulan dari mahasiswa disampaikan kepada anggota DPM dan selanjutnya disampaikan kepada Komisi D. (5) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan secara tertulis dengan menyebutkan judul rancangan undang-undang disertai dengan alasan yang memuat: a. Urgensi dan tujuan penyusunan b. Sasaran usulan c. Lingkup yang akan diatur (6) Dalam penyusunan rancangan undang-undang didasarkan atas: a. Perintah AD/ART b. Perintah Ketetapan DPM c. Mengakomodasi aspirasi mahasiswa (7) Penyusunan dan penetapan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan kegiatan: a. Rapat komisi b. Rapat pleno - 10 / 19 -

11 Bagian Ketiga Penyebarluasan Pasal 25 (1) Program Legislasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 disampaikan oleh DPM kepada Presiden mahasiswa dan mahasiswa. (2) Program Legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disampaikan oleh: a. Komisi Konstitusi kepada anggota DPM, dan mahasiswa. b. Menteri BEM I yang ditugaskan oleh Presiden kepada Ormawa-Lemawa. (3) Penyebarluasan proles kepada mahasiswa dilakukan melalui media cetak, media elektronik, dan/atau media lainnya. Bagian Keempat Rancangan undang-undang yang Diajukan Di luar Program Legislasi Pasal 26 Rancangan undang-undang yang diajukan di luar Program Legislasi meliputi: 1. Mengisi kekosongan hukum. 2. Mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik. 3. Mengakomodasi aspirasi mahasiswa yang mekanismenya sesuai dengan pasal 24 ayat (4). Bagian Kelima Penyusunan Rancangan Undang-undang Pasal 27 (1) Rancangan undang-undang diajukan oleh Komisi Konstitusi sebagai usul inisiatif. (2) Rancangan undang-undang dapat diajukan oleh 1 (satu) orang anggota atau lebih. (3) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Komisi D dibahas terlebih dahulu dalam rapat komisi dan selanjutnya ditetapkan dalam rapat pleno. BAB VI TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN Pasal 28 (1) DPM mempunyai fungsi pengawasan. (2) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap: a. Pelaksanaan undang-undang Ormawa-Lemawa / 19 -

12 b. Pelaksanaan dana alokasi mahasiswa. c. Kebijakan Ormawa-Lemawa dan Lembaga. (3) Dalam melaksanakan pengawasan, DPM dapat melakukan konsultasi dengan lembaga tinggi lainnya. Pasal 29 Pengawasan sebagaimana dalam pasal 28 ayat (2) huruf a dilaksanakan melalui pelaksanaan hak DPM sebagaiamana diatur dalam ketentuan BAB IV Tentang ALAT KELENGKAPAN. Pasal 30 Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b dapat dilakukan melalui: 1. Hasil pemeriksaan Komisi C. 2. Pembahasan laporan keuangan oleh LKM bersama Komisi C. 3. Tindak lanjut hasil pemeriksaan komisi C. 4. Pengaduan mahasiswa. Pasal 31 Pengawasan sebagaimana dimsud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf c dilaksanakan melalui pelaksanaan tugas pengawasan komisi sebagaimana diatur dalam ketentuan BAB VII Tentang TATA CARA PELAKSANAAN HAK DPM. BAB VII TATA CARA PELAKSANAAN HAK DPM Bagian Pertama Tata Cara Pelaksanaan Hak Interpelasi Pasal 32 (1) Hak interpelasi sebagaimana dalam pasal 9 ayat (1) huruf a diusulkan oleh paling sedikit 50% + 1 dari jumlah anggota DPM. (2) Pengusulan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangya; a. Materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan Ormawa-Lemawa yang akan dimintai keterangan;dan b. Alasan permintaan keterangan / 19 -

13 Pasal 33 (1) Usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPM. (2) Usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPM dalam rapat pleno dan dibagikan kepada seluruh anggota DPM. (3) DPM membahas dan menjadwalkan rapat pleno atas usul interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dapat memberikan kesempatan kepada pengusul untuk memberikan penjelasan atas usul interpelasinya secara ringkas. (4) Selama usul hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum disetujui oleh rapat pleno, pengusul berhak mengadakan perubahan dan menarik usulannya kembali. (5) Perubahan atau penarikan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat 4 harus ditandatangani oleh semua pengusul dan disampaikan kepada pimpinan DPM secara tertulis dan selanjutnya pimpinan DPM membagikan kepada seluruh anggota DPM. Pasal 34 (1) Apabila usul hak interpelasi tersebut disetujui sebagai interpelasi DPM maka Pimpinan DPM menyampaikan serta mengundang Presiden dan pimpinan Ormawa- Lemawa untuk memberikan keterangan. (2) Terhadap keterangan Omawa-Lemawa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diberikan kesempatan kepada pengusul untuk mengemukakan pendapatnya. (3) Atas pendapat pengusul sebagaimana dimaksud pada ayat 2, pimpinan Ormawa- Lemawa memberikan jawabannya. Pasal 35 (1) Dalam hal DPM menolak keterangan dan jawaban Pimpinan Ormawa-Lemawa, sebagimanana dimaksud dalam pasal 34 ayat (1) dan 3, DPM dapat menggunakan hak menyatakan pendapat. (2) Dalam hal DPM menerima keterangan dan jawaban sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (1) dan 3, usul hak interpelasi dinyatakan selesai dan materi interpelasi tersebut tidak dapat diusulkan kembali. (3) Apabila sampai waktu penutupan masa sidang yang bersangkutan ternyata tidak ada usul pernyataan pendapat yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), maka pembicaraan mengenai permintaan keterangan kepada pimpinan Ormawa Lemawa tersebut dinyatakan selesai / 19 -

14 Bagian Kedua Tata Cara Pelaksanaan Hak Angket Pasal 36 (1) Hak angket sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf b diusulkan oleh paling sedikit 50% + 1 dari jumlah anggota DPM. (2) Pengusulan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangya. a. Materi kebijakan dan/atau pelaksanaan peraturan perundangan Ormawa-Lemawa yang akan diselediki;dan b. Alasan penyelidikan Pasal 37 (1) Usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPM. (2) Usul sebagiamana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPM dalam rapat pleno dan dibagikan kepada seluruh anggota DPM. (3) Dalam hal rapat pleno memutuskan untuk menyetujui mengadakan angket, DPM membentuk panitia khusus yang dinamakan panitia angket. (4) Keputusan DPM untuk mengadakan hak angket mencakup penentuan biaya panitia angket. Pasal 38 (1) Dalam melaksanakan hak angket, panitia angket meminta Ormawa-Lemawa dan/atau Lembaga untuk memberikan keterangan. (2) Panitia angket meminta kehadiran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) secara tertulis dalam jangka waktu yang cukup menyebutkan maksud permintaan tersebut dan jadwal pelaksanaan. (3) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib hadir untuk memberikan keterangan, termasuk menunjukan dan/atau menyerahkan segala dokumen yang diperlukan oleh panitia angket. (4) Panitia angket dapat menunda pelaksanaan rapat akibat ketidakhadiran pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena suatau alasan yang dapat diterima. (5) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak hadir tanpa alasan yang dapat diterima atau menolak hadir, panitia angket dapat meminta sekali lagi kehadiran yang bersangkutan pada jadwal yang ditentukan / 19 -

15 (6) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi permintaan kehadiran yang kedua tanpa alasan yang dapat diterima atau menolak hadir, bagi yang bersangkutan ditemui secara paksa oleh permintaan panitia angket. Pasal 39 (1) Setelah menyelesaikan pekerjaan panitia angket menyampaikan laporan dalam rapat pleno, kemudian laporan tersebut dibagikan kepada seluruh anggota. (2) Pengambilan keputusan tentang laporan panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didahului dengan laporan hasil angket dan pendapat akhir anggota DPM, kemudaian keputusan tersebut disampaikan kepada Presiden Mahasiswa. Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan Hak Menyatakan Pendapat Pasal 40 (1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c diusulkan oleh paling sedikit 50%+1 dari jumlah anggota DPM. (2) Pengusulan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangya. a. Materi dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat. b. Materi hasil pelaksanaan hak interpelasi atau hak angket, atau c. Materi bukti yang kuat atas dugaan adanya penyimpangan kebijakan. Pasal 41 (1) Usul hak menyatakan pendapat sebagaimana dalam pasal 40 disampaikan oleh pengusul kepada pimpinan DPM. (2) Usul sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh pimpinan DPM dalam rapat pleno dan dibagikan kepada seluruh anggota. (3) Usul hak menyatakan pendapat harus ditandatangani pengusul. (4) Dalam hal rapat pleno menyetujui usul hak menyatakaan pendapat, DPM membentuk panitia khusus. (5) Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat mengadakan rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan/atau rapat dengar pendapat umum dengan pihak yang dipandang perlu. (6) Setelah melakukan rapat dengar pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5), DPM mengambil keputusan dalam rapat pleno untuk menyetujui atau menolak kebijakan Ormawa-Lemawa maupun Lembaga / 19 -

16 (7) Keputusan untuk menyetujui atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus didukung oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggota yang hadir dalam rapat tersebut. BAB VIII TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bagian Pertama Umum Pasal 42 (1) Pengambilan keputusan dalam rapat yang ada di DPM dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Bagian Kedua Keputusan Berdasarkan Mufakat Pasal 43 (1) Pengambilan keputusan berdasarkan mufakat dilakukan setelah anggota rapat yang hadir diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta saran, yang kemudian dipandang cukup untuk diterima oleh rapat sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan. (2) Untuk mengambil keputusan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ketua rapat menyiapkan rancangan keputusan yang mencerminkan pendapat dalam rapat. Bagian Ketiga Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak Pasal 44 (1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak terpenuhi karena adanya pendirian sebagian anggota rapat yang tidak dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain. (2) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak dapat dilakukan secara terbuka atau secara rahasia. (3) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan / 19 -

17 (4) Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak secara rahasia dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah lain yang ditentukan dalam rapat. Pasal 45 (1) Keputusan berdasrkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh anggota DPM dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir. (2) Setiap keputusan rapat DPM, baik berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak bersifat mengikat bagi semua pihak yang terkait dalam pengambilan keputusan. BAB IX MENGHADIRKAN SESEORANG UNTUK DIMINTAI KETERANGAN Pasal 46 (1) DPM dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta civitas akademik untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan mahasiswa. (2) Setiap yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPM. (3) Setiap civitas akademik yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemuai secara paksa sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. BAB X REPRESENTASI MAHASISWA DAN PARTISIPASI MAHASISWA Bagian Pertama Representasi Mahasiswa Pasal 47 (1) Fungsi DPM sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dijalankan dalam rangka representasi mahasiswa. (2) Dalam melaksanakan representasi mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan kunjungan kerja. (3) Hasil kunjungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dijadikan bahan dalam rapat kerja, rapat dengar pendapat, maupun rapat-rapat lainnya / 19 -

18 (4) Selain dengan cara sebagaiman dimaksud pada ayat (2) anggota DPM dalam satu fakultas/prodi membuat kotak aspirasi. (5) Kotak aspirasi sebagaiamna dimaksud pada ayat (4) berfungsi untuk menerima dan menghimupun aspirasi mahasiswa. Bagian Kedua Partisipasi Mahasiswa Pasal 48 Mahasiswa dapat memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis kepada DPM dalam proses: 1. Penyusunan dan penetapan Program Legislasi. 2. Penyiapan dan pembahasan rancangan undang-undang Ormawa-Lemawa. 3. Pengawasan pelaksanaaan undang-undang Ormawa-Lemawa. 4. Pengawasan pelaksanaan kebijakan Ormawa-Lemawa dan Lembaga. Pasal 49 (1) Dalam hal masukan dibeikan secara tertulis dalam proses sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 masukan disampaikan kepada anggota dan/atau pimpinan alat kelengkapan. (2) Dalam hal masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan menyebutkan identitas yang jelas. (3) Dalam hal masukan disampaikan secara lisan, pimpinan komisi menentukan waktu pertemuan dan jumlah orang yang diundang dalam pertemuan. (4) Pimpinan komisi menyampaikan undangan kepada orang yang diundang sebagaimaan dimaksud pada ayat (3). (5) Pertemuan dapat dilakukan dengan rapat dengar pendapat pertemuan dengan pimpinan komisi. Bab XI TATA CARA PERUBAHAN TATA TERTIB Pasal 50 (1) Usul perubahan DPM tentang tata tertib dapat diajukan oleh sekurang-kurangya 50%+1 dari jumlah anggota DPM / 19 -

19 (2) Usul perubahan yang berasl dari anggota, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan penjelasannya, diajukan secara tertulis kepada pimpinan DPM yang disertai dengan daftar nama dan tanda tangan pengusulnya. Pasal 51 (1) Usul perubahan sebagimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1) diajukan oleh pimpinan DPM dalam rapat pleno. (2) Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memutuskan menerima atau menolak usul perubahan DPM Tentang Tata Tertib DPM. (3) Dalam hal usul perubahan ditolak, pengusul tidak dapat mengajukan usulan kembali untuk materi yang sama. (4) Dalam hal usul perubahan disetujui, rapat pleno menyerahkan kepada komisi D untuk melakukan pembahasan. (5) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dilaporkan kepada rapat pleno untuk diambil keputusan. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Ketetapan Dewan Perwakilan Mahasiswa IKIP PGRI Semarang tentang Tata Tertib DPM ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 31 Maret 2014 Pukul : WIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA KETUA ANWAR YASFIN NPM / 19 -