BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hendra Tanudjaja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bencana Alam Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana alam didefinisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 1 Bencana alam merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan kondisi psikologis korban menjadi tidak seimbang. Bencana alam diketahui merupakan salah satu jenis sumber stres (stressor) kuat yang terjadi tiba-tiba dan secara khas memengaruhi banyak orang secara bersamaan. 16 Sebagai contoh, bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004 dan erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 menyebabkan trauma dan stres yang berkepanjangan pada sebagian besar pengungsi. 17 Selain menimbulkan dampak psikologis, bencana alam juga memaksa masyarakat untuk berpindah ke lokasi pengungsian yang lebih aman. 18 Kondisi kehidupan di posko pengungsian biasanya tidak jauh berbeda satu dengan yang lain, salah satunya dapat dilihat pada Gambar 1. Kehidupan di pengungsian yang tidak teratur dan pola hidup yang berubah, tinggal bersama dengan banyak orang yang menyebabkan kurang atau tidak adanya ruang privasi, kuantitas dan kualitas air bersih serta fasilitas sanitasi yang kurang memadai, makanan dan akses terhadap layanan kesehatan yang terbatas, keamanan dan kebersihan lokasi pengungsian dan mandi cuci kakus (MCK) yang minim, kekhawatiran akan terjadinya penyakit di lokasi pengungsian, pekerjaan dan penghasilan yang tidak jelas, serta kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keperluan sekolah anak dalam waktu yang bersamaan merupakan kondisi-kondisi yang dialami pengungsi selama berada di posko pengungsian. 18,19 Kondisi tersebut apabila bertemu dengan stres yang ditimbulkan oleh peristiwa bencana akan membuat pengungsi semakin rentan terkena penyakit dan
2 6 ditemukan bahwa masalah kesehatan yang berkepanjangan ikut berkontribusi terhadap meningkatnya mortalitas di posko pengungsian. 19 A B Gambar 1. Kondisi kehidupan di posko pengungsian bencana erupsi Gunung Sinabung. A. Halaman depan posko. B. Dapur umum Salah satu bencana alam di Provinsi Sumatera Utara yang hingga saat ini mendapat perhatian baik dari pemerintah pusat maupun daerah adalah bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Gunung Sinabung tidak pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada bulan Agustus Sejak status Gunung Sinabung naik menjadi awas (level IV) pada 2 Juni 2015, erupsi dan luncuran awan panas masih berfluktuasi sampai saat ini sehingga pengungsi masih diharuskan untuk tinggal di posko pengungsian. Sampai dengan 26 April 2016 masih terdapat KK atau jiwa yang tercatat sebagai pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung yang tersebar di sembilan posko pengungsian. 20 Walaupun sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman, ternyata pengungsi masih dapat merasakan dampak dari erupsi gunung yang masih aktif seperti hujan abu yang cukup tebal terjadi di Berastagi saat Gunung Sinabung erupsi pada 15 September 2015 yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan pada pengungsi. 21 Secara keseluruhan dampak yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Sinabung menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat menurun. Masyarakat yang rumahnya hancur dan mata pencahariannya hilang harus memulai dari awal lagi untuk menata kehidupannya di lingkungan yang baru. 19
3 7 Pada kondisi kedaruratan yang disebabkan oleh bencana alam, kualitas dan kuantitas air sering menjadi perhatian terbesar. 5 Berdasarkan survey awal diketahui bahwa persediaan air bersih di posko-posko pengungsian bencana erupsi Gunung Sinabung dipasok oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) berupa tangki-tangki air seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pengungsi dari dua posko pengungsian mengeluhkan kurangnya kuantitas dan kualitas air di posko mereka. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat bahwa kurangnya air bersih serta sanitasi lingkungan yang kurang memadai akan menyebabkan rendahnya kebersihan diri para pengungsi yang dapat membuat pengungsi rentan terkena berbagai penyakit salah satunya adalah penyakit periodontal. 22 A B Gambar 2. Posko pengungsian Jambur Tongkoh Berastagi. A. Tenda Pengungsi. B. Tangki-tangki air dari Dinas PU. 2.2 Penyakit Periodontal Plak bakteri merupakan etiologi primer terjadinya penyakit periodontal. Plak bakteri akan menghasilkan eksotoksin dan endotoksin yang berperan dalam merusak jaringan periodontal baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menstimulasi respon imun host terhadap inflamasi yang terjadi di gingiva. Plak dental dalam jumlah yang sedikit biasanya masih dapat ditoleransi oleh individu yang sehat tanpa menimbulkan penyakit periodontal, sedangkan pada kondisi imun yang lemah plak dental dapat menimbulkan penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis. 9
4 8 Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi hanya pada gingiva tanpa melibatkan jaringan periodontal lainnya dan bersifat reversibel. Gingivitis akan terjadi jika terdapat plak bakteri yang banyak di subgingiva, sedangkan respon imun host rendah. Tanda dan gejala gingivitis antara lain gingiva berwarna kemerahan (eritema), bengkak (udem), berdarah pada saat probing (Gambar 3) atau menyikat gigi, dan terjadi perubahan kontur dan konsistensi gingiva. Apabila gingivitis tidak dilakukan perawatan maka proses inflamasi dapat meluas ke jaringan periodontal lainnya seperti ligamen periodontal dan tulang alveolar sehingga terjadi periodontitis yang bersifat ireversibel. 23 Pada kasus periodontitis ditemukan adanya kehilangan perlekatan pada gingiva yang terinflamasi akibat rusaknya serat-serat ligamen periodontal dan secara klinis hal inilah yang membedakan periodontitis dari gingivitis. Hal lain yang membedakan periodontitis dari gingivitis adalah adanya resorpsi tulang alveolar yang hanya dapat dilihat dari gambaran radiografi. Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi kronis yang dapat menyebabkan kehilangan gigi sehingga fungsi pengunyahan, berbicara, dan estetik seseorang akan terganggu dan akhirnya berdampak pada kualitas hidup individu yang menurun. 9 Banyak peneliti sepakat bahwa periodontitis hampir selalu didahului oleh gingivitis. Namun, pola peralihan dari gingivitis menjadi periodontitis antar individu tidaklah sama. Beberapa kasus gingivitis ada yang tetap bertahan sebagai gingivitis tanpa beralih menjadi periodontitis, sementara pada kasus lain fase gingivitis hanya berlangsung singkat dan cepat sekali berkembang menjadi periodontitis. Berdasarkan beberapa penelitian dan pendapat para ahli diketahui bahwa penentu utama seseorang menjadi rentan terhadap penyakit periodontal atau tidak adalah respon imun host terhadap inflamasi yang terjadi. Respon imun host juga menentukan gingivitis yang telah terjadi akan berlanjut menjadi periodontitis atau tidak. Selain itu, perkembangan penyakit periodontal juga dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko baik yang bersifat lokal maupun sistemik. 9
5 9 A B Gambar 3. Tanda inflamasi pada penyakit periodontal. A. Prob dimasukkan ke dasar poket. B. Perdarahan timbul setelah beberapa detik dilakukan probing Faktor Risiko Penyakit Periodontal Beberapa faktor risiko yang mendukung terjadinya penyakit periodontal: a. Higiene oral Higiene oral ditentukan oleh berbagai faktor seperti faktor lingkungan, perilaku, herediter, dan faktor layanan kesehatan. 24 Beberapa peneliti menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi higiene oral yang buruk. Loe dkk melaporkan bahwa individu yang sehat dapat mengalami gingivitis apabila tidak melakukan pembersihan gigi dan mulut selama dua sampai tiga minggu. Inflamasi akan hilang dalam waktu satu minggu bila dilakukan pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Hal ini menunjukkan pentingnya kontrol plak agar tidak terjadi kerusakan jaringan periodontal. 10 b. Kebiasaan buruk Rata-rata higiene oral pada individu yang mempunyai kebiasaan merokok lebih jelek daripada yang tidak merokok. Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis dua sampai tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Panas yang dihasilkan dari asap rokok dan kandungan nikotin didalam rokok akan meningkatkan kerusakan perlekatan jaringan periodontal. Merokok juga menyebabkan terjadinya stain kecoklatan sampai hitam yang memudahkan terjadinya penumpukan plak dan pembentukan kalkulus pada gigi. 10
6 10 Selain merokok, kebiasaan menyikat gigi yang salah dapat menyebabkan terkelupasnya epitel gingiva, pembentukan vesikel atau eritema yang difus. Trauma yang disebabkan oleh metode penyikatan gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva hingga akar gigi tersingkap dan biasanya tepi gingiva sedikit menggembung. Pemakaian tusuk gigi juga menyebabkan terbukanya ruang interproksimal sehingga mudah terjadi penumpukan plak yang dapat menyebabkan perubahan inflamatoris pada gingiva. 10 c. Penyakit sistemik Penderita penyakit sistemik misalnya diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi patogen periodontal terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Meningkatnya kerentanan penderita diabetes terhadap inflamasi disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi leukosit polimorfonukleus (LPN) berupa terganggunya kemotaksis atau terganggunya kemampuan perlekatan terhadap bakteri. Peningkatan level glukosa juga dapat menyebabkan berkurangnya produksi kolagen akibat peningkatan aktivitas kolagenase pada gingiva. Melakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan terjadinya abses periodontal. 10 d. Usia Tingkat keparahan penyakit periodontal yang direfleksikan dalam bentuk kehilangan perlekatan akan meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Rerata kehilangan perlekatan pada kelompok usia tahun adalah 1,2 mm kemudian meningkat sampai mencapai 3,6 mm pada kelompok usia 75 sampai dengan lebih dari 80 tahun. 9 e. Jenis kelamin Secara umum tingkat keparahan penyakit periodontal lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Data yang diperoleh dari survei National Institute of Dental Research menunjukkan bahwa level kehilangan perlekatan pada laki-laki adalah sekitar 10 persen lebih tinggi daripada perempuan. Selain itu, laki-laki yang memiliki kedalaman poket lebih atau sama dengan 4 mm adalah sekitar 11,5 persen, sedangkan pada perempuan hanya sekitar 9,8 persen. 10
7 11 f. Stres Stres merupakan salah satu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan ditemukan hubungannya dengan penyakit periodontal. Secara fisiologis stres akan menyebabkan terproduksinya hormon-hormon stres seperti hormon kortisol melalui aksis hypothalamus-pituitary-adrenal cortex (HPA) yang akan menekan sistem imun sehingga resistensi tubuh terhadap infeksi menurun serta hormon epinefrin dan norepinefrin melalui aksis symphatetic-adrenal medullary (SAM) yang akan menstimulasi prostaglandin dan protease yang akan mengaktifkan osteoklas untuk meresorpsi tulang alveolar. 25 Secara psikologis stres akan mengubah perilaku seseorang. Seseorang dengan tingkat stres tinggi atau yang mengalami stres kronis cenderung mengadopsi kebiasaan yang meningkatkan risiko terhadap kesehatan jaringan periodonsium, antara lain mengabaikan kebersihan gigi dan mulut yang menyebabkan akumulasi plak meningkat, tidak melakukan kontrol berkala ke dokter gigi, memiliki kebiasaan bruksism, meningkatkan konsumsi alkohol dan penggunaan tembakau yang dapat merusak sintesis kolagen dan meningkatkan kadar matriks metalloproteinase-8, dan mengonsumsi diet karbohidrat dan lemak yang berlebihan yang menyebabkan kortisol meningkat sehingga sistem imun tertekan. 26 Stres juga menyebabkan komposisi dan aliran saliva menurun. Hal ini menyebabkan efek self-cleansing saliva menjadi tidak maksimal dan pembentukan plak meningkat. Pelepasan hormon-hormon stres, perubahan perilaku, dan penurunan aliran saliva yang diakibatkan oleh stres menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi patogen periodontal Pengukuran Tingkat Stres Pengukuran tingkat stres dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan alat ukur Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang diperkenalkan oleh Lovibond SH dan Lovibond PF pada tahun DASS merupakan alat pemeriksaan untuk mengidentifikasi, membedakan, dan menilai keadaan emosional negatif yang dihadirkan dalam tiga skala, yaitu depresi, ansietas, dan stres. 27
8 12 Damanik ED menggunakan kuesioner DASS 42 yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada dua kelompok sampel, yaitu 72 individu yang tinggal di Yogyakarta dan Bantul yang mengalami bencana sebagai sampel klinis dan 72 individu yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya yang tidak mengalami bencana sebagai sampel non klinis. Reliabilitas DASS yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sangat baik (α=.9483) karena 41 pernyataan mempunyai korelasi total lebih dari tiga (Nunnaly) dan dapat disimpulkan bahwa pengukuran mempunyai konsistensi internal yang adekuat. 28 Selain kuesioner DASS 42, terdapat versi DASS yang lebih pendek yaitu DASS 21. DASS 21 terdiri dari 21 pernyataan dan setiap skala terdiri dari tujuh pernyataan. Setiap pernyataan dinilai dengan empat poin skala keparahan/ frekuensi (poin 0= tidak pernah, poin 1= kadang-kadang, poin 2= lumayan sering, dan poin 3= sangat sering). Skor DASS 21 dihitung dengan menjumlahkan poin pada masing-masing skala dan dikalikan dua kemudian ditentukan kriteria stres sesuai Tabel Tabel 1. Kriteria stres Kriteria Stres Normal Ringan Sedang Berat Sangat berat Total Skor Pengukuran Kondisi Periodontal Kondisi periodontal dapat diukur dengan berbagai indeks tergantung kebutuhan pada penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini, pengukuran kondisi periodontal pada pengungsi bencana erupsi Gunung Sinabung dilakukan dengan menggunakan indeks periodontal Russell. 29 Indeks yang dikembangkan oleh Russell ini berguna untuk mengukur keparahan inflamasi gingiva maupun destruksi periodontal dengan kriteria skor seperti yang terlihat pada Tabel 2.
9 13 Tabel 2. Indeks periodontal Russell Skor Kriteria 0 Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva maupun kehilangan fungsi akibat destruksi struktur periodontal pendukung. 1 Gingivitis ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan pada daerah gingiva bebas, tapi inflamasi tidak mengelilingi gigi. 2 Gingivitis. Inflamasi telah meluas mengelilingi gigi, tapi tidak terjadi kehilangan perlekatan. 6 Gingivitis dengan pembentukan poket. Perlekatan epitel telah mengalami destruksi dan terjadi pembentukan poket absolut. Tidak ada hambatan pada fungsi mastikasi, gigi tetap pada soketnya, dan tidak drifting. 8 Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi mastikasi. Gigi goyang, drifting, saat diperkusi tidak berbunyi nyaring (dull) atau dapat didepresikan kedalam poket Penelitian ini menggunakan enam gigi indeks Ramfjord, yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44 pada permukaan vestibular dan oral gigi. Kaca mulut dan prob periodontal digunakan untuk melihat kondisi periodontal subjek penelitian secara klinis. Skor setiap gigi dihitung dengan menjumlahkan skor setiap permukaan gigi dibagi dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa. Skor indeks periodontal individu dihitung dengan menjumlahkan skor dari setiap gigi kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Berdasarkan skor indeks periodontal dapat ditetapkan kondisi klinis dan stadium penyakit individu tersebut yang terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3. Kondisi klinis periodontal berdasarkan skor indeks periodontal Kondisi klinis Rentangan skor Tahapan Penyakit Periodonsium secara klinis normal 0-0,2 Gingivitis sederhana 0,3-0,9 Penyakit periodontal destruktif tahap 1-1,9 Reversibel awal Penyakit periodontal destruktif tahap 2-4,9 mantap Penyakit periodontal destruktif tahap akhir 5-8 Ireversibel
10 Kerangka Teori Bencana Alam Perubahan Kehidupan Pengungsi Perilaku Higiene Oral Gaya Hidup Stres Lingkungan Merokok Konsumsi alkohol Sanitasi Kondisi klinis periodontal buruk 2.6 Kerangka Konsep - Perilaku higiene oral - Gaya hidup - Stres Kondisi Periodontal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Jenis Kelamin : Telp/ No. HP :
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis Kelamin : Telp/ No. HP : Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
mulut. 7 Gingiva pada umumnya berwarna merah muda dan diproduksi oleh pembuluh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah inflamasi yang dapat merusak jaringan melalui interaksi antara bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi karena terganggunya aktivitas insulin. Pada kondisi ini akan terjadi
Lebih terperinciPenyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak. dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit periodontitis merupakan salah satu masalah yang banyak dijumpai baik di negara berkembang, sedang berkembang, dan bahkan di negara maju, yang jumlahnya mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN
28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok sudah meluas pada hampir semua kelompok masyarakat di dunia. Semakin banyaknya orang yang mengonsumsi rokok telah menjadi masalah yang cukup serius.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)
JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan
Lebih terperinciBAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida
BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM Kebiasaan merokok sejak lama telah diasosiasikan sebagai penyebab berbagai macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal dapat diartikan sebagai kelainan pada jaringan periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit periodontal, dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Penyakit Periodontal Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan pendukung gigi (periodontium). 9 Penyakit periodontal dapat hanya mengenai gingiva
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperincidan penyakit pada suatu pupulasi, dan bagaimana keadaan tsb dipengaruhi oleh faktor-faktor herediter, lingkungan. fisikal, lingkungan sosial dan pola
Epidemiologi : studi mengenai kesehatan dan penyakit pada suatu pupulasi, dan bagaimana keadaan tsb dipengaruhi oleh faktor-faktor herediter, lingkungan. fisikal, lingkungan sosial dan pola hidup Tujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular dan kanker merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok dan dapat berujung pada kematian. Sebanyak satu miliar perokok
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat
Lebih terperinciLEMBAR DATA PERSONIL PENELITI
60 LAMPIRAN 2 LEMBAR DATA PERSONIL PENELITI 1. KETUA PENELITI Nama : Jasween Kaur Jenis Kelamin : Perempuan Jurusan/Fakultas/Pusat Penelitian : Radiologi Dental FKG Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis
Lebih terperinciRata-rata nilai plak indeks (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut penting bagi kesehatan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi berbicara, mastikasi dan juga rasa percaya
Lebih terperinciHASIL ANALISIS DATA. Kelompok Usia Responden. Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent tahun 33 64,7 64,7 64,7
Lampiran HASIL ANALISIS DATA Frequency Table Kelompok Usia Responden Frequency Cumulative 6-12 tahun 33 64,7 64,7 64,7 13-18 tahun 18 35,3 35,3 100,0 Total 51 100,0 100,0 Jenis Kelamin Responden Frequency
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronis Berdasarkan panduan Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) dari The National Kidney Foundation, penyakit ginjal kronis merupakan kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
Lebih terperinciPERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. 1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
Lebih terperinciKenali Penyakit Periodontal Pada Anjing
Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk
Lebih terperinciKEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan
KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang terjadi pada jaringan pendukung gigi disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Periodontal Penyakit periodontal merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingival, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar
Lebih terperinciBAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang
BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
Lebih terperincimendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan
Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik
Lebih terperinciKONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN
KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN SKRIPSI Ditujukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).
26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI
Lebih terperinciPERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik
11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi
Lebih terperinciPenyakit inflamasi yang telah melibatkan struktur periodontal pendukung sebagai / tidak mendapat perawatan secara tuntas. Harus dibedakan dari lesi
Penyakit inflamasi yang telah melibatkan struktur periodontal pendukung sebagai kelanjutan gingivitis kronis yang tidak dirawat / tidak mendapat perawatan secara tuntas. Harus dibedakan dari lesi periodontitis
Lebih terperinciDiagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal
Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawatan Ortodonti Piranti ortodonti cekat adalah salah satu alat yang digunakan di kedokteran gigi untuk perawatan gigi yang tidak beraturan. Biasanya melibatkan penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sindrom Down Sindrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Menurut Lejeune,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi dalam Kedokteraan Gigi Dalam kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Radiografi memungkinkan dokter gigi mengidentifikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN. Kepada Yth, Orang Tua/Wali Ananda :..
55 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/WALI OBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Orang Tua/Wali Ananda :.. Alamat : Bersama ini saya yang bernama, Nama : Ravinraj Ilangovan NIM : 110600209 Mahasiswa
Lebih terperinciperlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.
Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti. Fixed orthodontic merupakan perawatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama oleh karena itu setiap pasien yang menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,
Lebih terperinciBAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi
BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering
Lebih terperinciPERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU
PERBEDAAN STATUS ANTIOKSIDAN TOTAL PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan kesehatan. Tembakau dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru, penyakit obstruksi paru kronis,
Lebih terperinciZulkarnain, drg., M.Kes
Zulkarnain, drg., M.Kes HASIL PERAWATAN YANG DIHARAPKAN Terapi periodontal hasilnya bisa efektif o.k adanya kemampuan penyembuhan jar. periodonsium yang baik. Terapi periodontal m mperbaiki gingiva yang
Lebih terperinciLEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU
Lampiran 1 DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR KUESIONER PENELITIAN EFEK BERKUMUR DENGAN METODE OIL PULLING MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA TERHADAP KONDISI GINGIVA
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan
Lebih terperinciPENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN
PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik/mikroba yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Oral Health (WHO) pada tahun 2003 menyatakan Global Goals for Oral Health 2020 yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi
Lebih terperinci