FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN"

Ridwan Sanjaya
6 tahun lalu
Tontonan:

1 PENGENALAN HUBUNGAN ANTARA JENIS DASAR PERAIRAN DENGAN AKURASI DETEKSI BATIMETRI DARI CITRA SPOT STUDI KASUS: PULAU SEMAK DAUN, KEPULAUAN SERIBU Tugas Akhir Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Oleh Haikal NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, dengan kehendak-nya lah tugas akhir ini bisa dirampungkan menjadi bentuk finalnya. Tugas Akhir ini merupakan salah satu mata kuliah wajib program strata-1 (sarjana) yang harus diambil oleh setiap mahasiswa Departemen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik. Tugas Akhir pada penelitian ini berjudul PENGENALAN HUBUNGAN ANTARA JENIS DASAR PERAIRAN DENGAN AKURASI DETEKSI BATIMETRI DARI CITRA SPOT, STUDI KASUS: PULAU SEMAK DAUN, KEPULAUAN SERIBU. Penelitian ini mengkaji tentang cara mendapat data kedalaman dari citra SPOT pada daerah survei Pulau Semak Daun. Hasil yang didapat diharapkan akan mendorong penggunaan penginderaan jauh yang lebih teliti dalam pelaksanaan survei geodetik pada umumnya dan survei batimetri pada khususnya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, semoga semua amal dan kebaikannya dibalas oleh Allah, SWT. Penulis menyadari bahwa dalam melakukan kajian dan penyusunan Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan dan masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan bagi kemajuan di masa yang kaan datang. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi keilmuwan Geodesi khususnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Terima kasih. Bandung, 14 Februari 2008 i

3 LEMBAR PENGHARGAAN Dengan ini saya menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya pada : 1. Ayah dan ibu yang telah melahirkan, merawat dan mendidik saya untuk menjadi manusia yang sekarang ini. 2. Teman-teman dari UKJ, yang telah bersama-sama selama di kampus ITB ini. 3. Teman-teman SMA 5 bandung yang masih selalu dekat hingga sekarang. 4. Seluruh pengajar formal maupun non formal sejak penulis lahir hingga sekarang, terima kasih atas segala ilmu berharga yang telah diberikan sebagai bekal kehidupan dunia dan akhirat 5. Teman-teman dari GD-2001 dan 2002, yang selalu bersama saat susah maupun senang. 6. Teman-teman staf lab hidrografi yang telah membantu selama pengerjaan : Aget, Ankiq, T Pute, dan Bu Dina. ii

4 ABSTRACT Change in seabed cover is one of the problem threaten the marine ecosystem, especially coral reef. Bathymetric survey is needed to determine coral reef coverage. Water depth can be determined by deriving SPOT image, especially for shallow water. The objective of this study is to show the influence of seabed cover to the accuracy of water depth from SPOT image conversion. The methodology used is firstly determining maximum depth of penetration for SPOT image, then the frequency of digital value in area with the same depth is analyzed. Furthermore, digital value conversion to water depth is performed by using the 0.26 constant obtained from previous research (Poerbandono et al., 2006). The depth obtained from field survey is then compared to the depth derived from SPOT image. The difference between them is classified into three classes, namely under estimate, over estimate and fit estimate, if the difference between them is < -0.61m, > 0.61m and between 0.61m to m respectively. The 0.61m value is taken from absolute error value of previous research (Pratomo et al., 2006). Classified image is then overlaid with survey point from the three class above. The results show that firstly, maximum depth of penetration for SPOT image in survey area is 4.5m. Secondly, survey point within the same class is located on the same seabed cover. Finally, the previous optimal constant of 0.26 is unable to determine water depth data for the whole survey area. iii

5 ABSTRAK Perubahan luas tutupan dasar laut merupakan salah satu masalah yang mengancam ekosistem kelautan, khususnya terumbu karang. Untuk memantau sebaran terumbu karang diperlukan survei batimetri di lapangan. Kedalaman laut dapat ditentukan dengan mengkonversi citra SPOT untuk seluruh daerah survei, terutama daerah yang dangkal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh jenis tutupan dasar laut terhadap ketelitian hasil konversi citra SPOT. Metodologi penelitian dimulai dari menentukan kedalaman penetrasi maksimum citra SPOT, dilanjutkan analisa frekuensi nilai digital pada daerah dengan kedalaman sama. Berikutnya dilakukan konversi nilai digital ke kedalaman dengan memakai kostanta 0.26 dari penelitian sebelumnya (Pratomo et al., 2006). Kedalaman titik survei dihitung selisihnya terhadap hasil konversi citra dan digolongkan dalam tiga kelas, yaitu under estimate jika selisihnya < -0.61m, over estimate jika selisihnya > 0.61m, dan fit estimate jika selisihnya antara 0.61 dan -0.61m. Nilai 0.61m diambil dari kesalahan absolut perum survei penelitian sebelumnya (Pratomo et al., 2006). Berikutnya dilakukan klasifikasi citra untuk mendapatkan jenis tutupan dasar laut. Citra hasil klasifikasi ditampalkan dengan titik survei dari ketiga kelas di atas. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa pertama, kedalaman penetrasi maksimum citra SPOT di daerah survei adalah 4.5m. Kedua, titik dengan kelas yang sama terletak pada jenis tutupan dasar perairan yang sama. Ketiga, konstanta optimal 0.26 tidak dapat digunakan untuk menentukan kedalaman laut pada seluruh daerah survei. iv

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i LEMBAR PENGHARGAAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Metodologi Ruang Lingkup Kajian Sistematika Pembahasan... 5 BAB 2 BAHAN DAN METODE Daerah Penelitian Data Penelitian Reflektansi Cahaya dalam Sensor SPOT Ekstraksi Data Batimetri dari Citra SPOT Klasifikasi Citra untuk Deteksi Jenis Dasar Perairan Penampalan Hasil Klasifikasi Citra dengan Deviasi Kedalaman BAB 3 HASIL DAN ANALISA Penentuan Batas Penetrasi Maksimum Analisa Sebaran Nilai Digital Analisa Hasil Klasifikasi dengan Deviasi Kedalaman BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN REFERENSI v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Diagram alir penelitian... 3 Gambar 2.1 Daerah penelitian... 6 Gambar 2.2 Citra SPOT daerah studi... 7 Gambar 2.3 Jalur pengambilan data survei akustik... 7 Gambar 2.4 Reflektansi total yang mencapai sensor... 9 Gambar 2.5 Model hukum Beer Lambert Gambar 2.6 Zonasi daerah penetrasi gelombang Gambar 2.7 Metode survei dengan echosounder Gambar 3.1 Plot kedalaman terhadap R, band Gambar 3.2 Plot kedalaman terhadap R, band Gambar 3.3 Plot kedalaman terhadap R, band Gambar 3.4 Plot kedalaman terhadap R, band Gambar 3.5 Plot kedalaman terhadap R dengan garis penunjuk kecenderungan Gambar 3.6 Plot kedalaman terhadap laju perubahan nilai digital, band Gambar 3.7 Plot kedalaman terhadap laju perubahan nilai digital, band Gambar 3.8 Plot kedalaman terhadap laju perubahan nilai digital, band Gambar 3.9 Plot kedalaman terhadap laju perubahan nilai digital, band Gambar 3.10 Plot sebaran nilai digital pada kedalaman 0:0.5m Gambar 3.11 Plot sebaran nilai digital pada kedalaman 0.5:1.0m Gambar 3.12 Plot sebaran nilai digital pada kedalaman 1.0:1.5m vi

8 Gambar 3.13 Plot sebaran nilai digital pada kedalaman 1.5:2.0m Gambar 3.14 Hasil klasifikasi citra SPOT Pulau Semak Daun Gambar 3.15 Unsupervised classification dari titik-titik survei under estimated Gambar 3.16 Unsupervised classification dari titik-titik survei over estimated Gambar 3.17 Unsupervised classification dari titik-titik survei fit estimated vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Statistik panjang gelombang tiap band sensor SPOT... 8 Tabel 3.1 Batas penetrasi maksimum pada kolom air Tabel 3.2 Statistik tiap daerah klasifikasi viii

dokumen-dokumen yang mirip

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum

HASIL DAN ANALISA. 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum BAB 3 HASIL DAN ANALISA 3.1 Penentuan Batas Penetrasi Maksimum Zonasi kedalaman diperlukan untuk mendapatkan batas penetrasi cahaya ke dalam kolom air. Nilai batas penetrasi akan digunakan dalam konversi