NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN"

Transkripsi

1 NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN (Skripsi) Oleh Hendra Pratama FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

2 ABSTRAK NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG : STUDI KASUS DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN Oleh HENDRA PRATAMA Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung merupakan sumber penyedia air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya untuk berbagai keperluan seperti, keperluan rumah tangga, pengairan irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Ketersediaan air erat kaitannya dengan keberadaan hutan yang ada di wilayah tersebut sehingga perlu adanya keseimbangan dalam pengelolaan lahan hutan untuk menjaga ketersediaan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan air untuk rumah tangga, pengairan irigasi pertanian padi sawah, dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro dari kawasan hutan serta menganalisis nilai ekonomi air untuk pemanfaatan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro serta menghitung kesediaan membayar (willingness to pay) biaya rehabilitasi hutan dan lahan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 106 responden pemanfaat air

3 Hendra Pratama dengan menggunakan kuisioner. Perhitungan nilai ekonomi total pemanfaatan air menggunakan metode willingness to pay (WTP). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai ekonomi total pemanfaatan air di Desa Talang Mulya sebesar Rp /tahun. Nilai kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan sebesar Rp /tahun dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp /tahun. Penilaian masyarakat terhadap sumber daya air DAS Way Betung cukup baik karena 88,24% responden bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan. Kata kunci : daerah aliran sungai, nilai ekonomi air, nilai ekonomi total, willingness to pay (wtp)

4 Hendra Pratama ABSTRACT THE ECONOMIC VALUES OF WATER SERVICE UTILIZATION IN WAY BETUNG WATERSHED : CASE STUDY AT THE TALANG MULYA VILLAGE, TELUK PANDAN, PESAWARAN By HENDRA PRATAMA Way Betung watershed (DAS Way Betung) is a source of raw water supply utilized by the Talang Mulya community for various purposes, such as for household needs, irrigation of paddy farming and micro hydro power plant. Water availability is closely related to the existing forest presence in the area, the forest land management should be in balance on be half of maintaing water availability. This study aimed to determine the perception of the community and to analyze the economic value of water for household needs, irrigation of paddy farming and micro hydro power plant. This research also calculated the Willingness To Pay (WTP) of forest and land rehabilitation costs by community. Primary data collection were conducted by interviewing 106 respondents. The results showed that the total economic value of water utilization in Talang Mulya Village was Rp 2,963,540,390/year. The value of willingness to pay for forest rehabilitation costs was Rp 5,833,608/year with average willingness to pay was

5 Hendra Pratama Rp 22,948/year. Community appraisal of Way Betung watershed water resources use good since 88,24% of respondents are willing to pay for forest rehabilitation. Keywords : watershed, total economic value, the economic value of water, wtp (willingness to pay)

6 NILAI EKONOMI PEMANFAATAN JASA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY BETUNG STUDI KASUS : DESA TALANG MULYA, KECAMATAN TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN Oleh HENDRA PRATAMA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

7

8

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Talang Bojong, Kecamatan Kota Bumi, Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 30 Januari Anak pasangan Bapak Darlian dan Ibu Ernani. Penulis menamatkan pendidikan di Madrasah Ibtida yah (MI) Negeri 01 Kota Bumi pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 09 Kota Bumi pada tahun 2009 dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri 01 Kota Bumi pada tahun Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Univeritas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan pada tahun Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten dosen Kuliah Lapang Kehutanan (KLK). Penulis aktif di organisasi selama perkuliahan yaitu menjadi Anggota Utama Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Anggota Bidang I Rumah Tangga Himasylva periode kepengurusan 2013/2014 dan 2014/2015. Pada Januari 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Mahabang, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang. Pada Juli 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di RPH Sikayu dan RPH Tebo, BKPH Gombong Selatan, KPH Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.

10 Ku persembahkan karya ini untuk Ayahanda (Darlian) dan Ibunda (Ernani) tercinta atas doa, bimbingan, pengorbanan serta kasih sayang yang selalu mengiringi setiap perjalanan Ku.

11 SANWACANA Alhamdulillahirabbil alamin puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Nilai Ekonomi Pemanfaatan Jasa Air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung Studi Kasus: Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung. Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada. 1. Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku pembimbing utama atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si., selaku penguji/pembahas dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 5. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

12 6. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik selama penyelesaian masa studi di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 7. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8. Kedua orang tua penulis Bapak Darlian dan Ibu Ernani, terima kasih selalu memberikan bantuan untuk bekal penulis di dunia maupun akhirat. 9. Bapak Salim, selaku Kepala Desa Talang Mulya yang telah memberikan bantuannya demi terwujudnya penelitian ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, akan tetapi semoga berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, April 2018 Penulis Hendra Pratama iii

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Kerangka Pemikiran... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 A. Daerah Aliran Sungai (DAS)... 7 B. Pembayaran Jasa Lingkungan... 9 C. Konsep nilai dan penilaian D. Metode Penilaian Sumber Daya Hutan E. Manfaat Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Alat dan Sasaran Penelitian C. Manfaat Penelitian D. Jenis Data E. Metode Pengumpulan Data F. Pengambilan Sampel G. Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Masyarakat Terhadap Sumber Daya Air B. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk Rumah Tangga C. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk Pertanian Padi Sawah D. Nilai Ekonomi Pemanfaat Air untuk PLTMH E. Nilai Ekonomi Total Pemanfaat Air Desa Talang Mulya... 37

14 Halaman VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Perhitungan Kesediaan Membayar (WTP) Pemanfaat air Tabel Gambar Lembar Kuisoner Penelitian v

15 DAFTAR TABEL Tabel...Halaman 1. Persentase kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan di Desa Talang Mulya Nilai ekonomi pemanfaat air untuk rumah tangga Desa Talang Mulya Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk pemanfaat air rumah tangga Desa Talang Mulya Nilai ekonomi air untuk pemanfaat air irigasi untuk pertanian padi sawah Desa Talang Mulya Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk pemanfaat air irigasi pertanian padi sawah Desa Talang Mulya Nilai ekonomi air untuk pemanfaat PLTMH Desa Talang Mulya Kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan untuk pemanfaat air PLTMH Desa Talang Mulya Nilai ekonomi total pemanfaat air Desa Talang Mulya Hasil tabulasi responden pengguna air rumah tangga DAS Way Betung Desa Talang Mulya Hasil tabulasi responden pemakai air DAS Way Betung petani padi sawah Desa Talang Mulya Hasil tabulasi responden pengguna PLTMH DA S Way Betung Desa Talang Mulya... 55

16 DAFTAR GAMBAR Gambar... Halaman 1. Diagram alir kerangka pemikiran nilai ekonomi pemanfaatan jasa air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung studi kasus Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran Wawancara kepada responden pemanfaat air rumah tangga di Desa Talang Mulya Wawancara kepada responden pemanfaat air pertanian padi sawah di Desa Talang Mulya Wawancara kepada responden pemanfaat air PLTMH di Desa Talang Mulya Bak penampung yang digunakan masyarakat untuk menampung air yang berasal dari mata air di kawasan Tahura Wan Abdur Rachman Mesin Turbin PLTMH yang digunakan oleh kelompok PLTMH untuk mengaliri listrik di Desa Talang Mulya Bendungan air yang digunakan untuk menggerakan turbin PLTMH di Desa Talang Mulya... 59

17 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam terbaharukan yang memiliki peran penting dalam menopang kehidupan manusia. Hutan memiliki aset multiguna yaitu menghasilkan produk ekonomi hasil hutan seperti kayu dan turunannya juga sebagai penghasil jasa lingkungan (Fauzi, 2006). Menurut Merryna (2009), jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible). Produk jasa lingkungan antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Salah satu jasa lingkungan yang keberadaannya menyangkut hajat hidup orang banyak adalah jasa perlindungan tata air atau hidrologi. Fungsi hidrologi menjadi penting karena isu yang menyertainya menyangkut masalah ketersediaan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup. Menurut keberadaannya, air dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan (surface water) dapat diperoleh langsung dari sungai, danau atau laut, yang alurnya (surface flow) kita kenal dengan istilah Daerah Aliran Sungai

18 2 (DAS). Ekosistem suatu DAS terbagi ke dalam tiga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir. Daerah hulu sebagai penyedia air pada umumnya merupakan kawasan hutan. Oleh karena itu, stabilitas pemanfaatan sumber air akan sangat ditentukan oleh keutuhan dan kemampuan ekosistem serta pemeliharaan masyarakat sekitar hutan terhadap fungsi hidrologis hutan. Hal tersebut berhubungan erat dengan pola aktivitas ekonomi masyarakat yang berlangsung di daerah hulu. Menurut Suparmoko (2000), air merupakan salah satu produk penting hutan, dimana fungsi hutan adalah menahan air hujan, lalu dilepas secara perlahan melalui mata air maupun sungai. DAS Way Betung adalah penyedia sumber air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya yang berada dibagian hulu. Air yang ada di wilayah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti, keperluan domestik (rumah tangga), pengairan irigasi pertanian padi sawah dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), sehingga memiliki nilai ekonomi. Nilai ekonomi air yang dimiliki dapat secara langsung memberikan manfaat yang setara pendapatan. Ketersediaan air erat kaitannya dengan keberadaan hutan yang ada di wilayah tersebut. Air yang ada merupakan hasil penyimpanan dan penyerapan yang dilakukan akar tanaman pada suatu kawasan hutan sehingga perlu adanya keseimbangan dalam pengelolaan lahan hutan untuk menjaga ketersediaan air. Kondisi hidrologi DAS Way Betung saat ini sangat memprihatinkan, ditandai dengan menurunnya debit rata-rata minimum dari 1,1m 3 /detik di tahun 1997 menjadi 0,9 m 3 /detik di tahun 2002 (Yuwono dkk., 2011). Penurunan debit air ini karena kawasan hutan dibagian hulu DAS Way Betung telah mengalami degradasi

19 lahan yang diakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun 3 campuran. Perubahan ini disebabkan nilai hutan dalam menghasilkan jasa lingkungan berupa air dan tata airnya belum dianggap penting. Setelah mengetahui nilai ekonomi hutan yang berkaitan dengan air maka diharapkan masyarakat pemanfaat air mau melakukan rehabilitasi hutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka penilaian ini penting dilakukan agar dapat mengetahui nilai ekonomi jasa lingkungan hutan berupa air melalui penghitungan nilai ekonomi air untuk penggunaan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH serta kesediaan membayar rehabilitasi hutan pengguna melalui pendekatan Willingness To Pay (WTP). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu nilai hutan dalam menghasilkan jasa lingkungan berupa air dan tata airnya belum dianggap penting oleh masyarakat Desa Talang Mulya, sehingga perlu diketahui seberapa besar nilai ekonomi air yang ada untuk penggunaan rumah tangga, irigasi, listrik dan kegiatan rehabilitasi hutan dalam rangka penggunaan sumberdaya air yang ada di wilayah tersebut agar tetap lestari. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu. 1. Menganalisis kesediaan masyarakat tentang pemanfaatan air bagi rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH dari kawasan hutan.

20 2. Mengukur nilai ekonomi air untuk pemanfaatan rumah tangga, irigasi 4 pertanian padi sawah, PLTMH serta menghitung kesediaan membayar (WTP) biaya rehabilitasi hutan. D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu. 1. Memberikan informasi dan masukan bagi pengelola hutan dan masyarakat dalam upaya menjaga sumberdaya air dengan diketahuinya nilai ekonomi air di Desa Talang Mulya serta besarnya kesediaan membayar masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan. 2. Sumber ilmu pengetahuan tentang sumberdaya air dan nilai ekonomi yang terkandung didalamnya. E. Kerangka Pemikiran Bagian hulu DAS Way Betung merupakan kawasan konservasi Tahura Wan Abdul Rachman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.408/KPTS-II/93 tanggal 10 Agustus Daerah aliran sungai Way Betung adalah penyedia sumber air baku yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Talang Mulya yang berada dibagian hulu dari DAS Way Betung tersebut. Air yang ada di wilayah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti, keperluan domestik (rumah tangga), pengairan irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH sehingga memiliki nilai ekonomi.

21 Nilai ekonomi air untuk masing-masing pemanfaatan air dihitung dengan cara 5 yang berbeda, pemanfaatan air untuk rumah tangga dengan cara perhitungan pemakaian air harian dengan mengukur volume pemakaian air tiap rumah, pemanfaatan air untuk irigasi pertanian padi sawah diperoleh dengan menghitung biaya pengadaan air untuk irigasi dalam setiap kali panen dan pemanfaatan air untuk PLTMH dihitung dengan cara mengkonversi debit air sungai yang mempunyai potensi daya listrik dengan bantuan pembangkit listrik mikro hidro dan biaya perawatan perbulan oleh masyarakat. Menurut Yuwono, dkk. (2011), kondisi hidrologi DAS Way Betung saat ini sangat memprihatinkan yang ditandai dengan menurunnya debit rata-rata minimum dari 1,1m 3 /detik di tahun 1997 menjadi 0,9 m 3 /detik di tahun Penurunan debit air inikarena kawasan hutan dibagian hulu DAS Way Betung telah mengalami degradasi lahan yang mengakibatkan perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kebun campuran. Masyarakat Desa Talang Mulya menggantungkan hidupnya dengan ketersediaan air, untuk itu diperlukan perhatian terhadap kondisi hutan agar ketersediaan air tetap terjaga serta untuk menghitung kesediaan masyarakat membayar biaya rehabilitasi hutan menggunakan metode WTP. Kerangka penelitian disajikan pada Gambar 1.

22 DAS Way Betung 6 Kawasan TAHURA WAR Degradasi Lahan Sumber Penyedia Air Ketersediaan Air Terbatas Masyarakat Desa Talang Mulya (Nilai ekonomi air) Rumah Tangga Irigasi Pertanian Padi Sawah PLTMH Kesediaan Membayar (WTP) Nilai Ekonomi Total = Nilai Ekonomi Air + WTP Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran nilai ekonomi pemanfaatan jasa air Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Betung studi kasus : Desa Talang Mulya, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.

23 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daerah Aliran Sungai (DAS) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. DAS bukan hanya merupakan badan sungai, tetapi satu kesatuan seluruh ekosistem yang ada di dalam pemisah topografis. Pemisah topografis di darat berupa daerah yang paling tinggi biasanya punggung bukit yang merupakan batas antara satu DAS dengan DAS lainnya. Daerah aliran sungai merupakan suatu megasistem kompleks yang meliputi sistem fisik, sistem biologis dan sistem manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan membentuk satu kesatuan ekosistem. Daerah aliran sungai dipandang sebagai sumber daya alam dengan ragam pemilikan baik (private, common, state property) dan berfungsi sebagai penghasil barang dan jasa bagi masyarakat sehingga menyebabkan interdependensi antar pihak, individu dan kelompok. Pengelolaan DAS wajib dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian

24 yang memadukan keseimbangan antara produktivitas dan konservasi untuk 8 mencapai tujuan-tujuan pengelolaan DAS sebagai berikut. 1. Meningkatkan stabilitas tata air. 2. Meningkatkan stabilitas tanah. 3. Termasuk mengendalikan proses degradasi lahan. 4. Meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan perilaku masyarakat ke arah kegiatan konservasi yang mengendalikan aliran permukaan dan banjir (Wulandari, 2007). Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan alam bagi manusia secara berkelanjutan (Pemerintah Republik Indonesia, 2012). Daerah hulu suatu sungai merupakan bagian penting karena memiliki fungsi perlindungan terhadap seluruh DAS (Asdak, 2002). Keterkaitan antara daerah hulu dan hilir dalam suatu DAS sehingga kondisi daerah hilir dipengaruhi oleh seluruh aktivitas yang dilakukan di daerah hulu. Aktivitas manusia pada daerah hulu DAS baik yang bersifat perbaikan kondisi DAS maupun eksploitasi akan berdampak pada kondisi hidrologi daerah hilir, oleh karena itu perlu adanya kegiatan pengelolaan DAS. Berdasarkan hasil penelitian Febrianto (2009), DAS Way Betung merupakan salah satu DAS di Provinsi Lampung yang menjadi sumber air bagi petani padi sawah dan rumah tangga di hulu DAS Way betung sehingga petani padi sawah dan rumah tangga berkewajiban melestarikan DAS Way Betung dengan

25 merehabilitasi hutan dan lahan. Salah satu cara mengetahui biaya rehabilitasi 9 hutan dan lahan maka perlu diketahui persepsi pemanfaatan air dan nilai ekonomi pemanfaatan air. Persepsi pemanfaatan air menggunakan metode WTP sedangkan nilai ekonomi pemanfaatan air menggunakam pendekatan harga air pertanian padi sawah dan rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian Lubis (2011), kondisi vegetasi DAS Way Betung dapat dikatakan buruk, karena memiliki nilai koefisien aliran permukaan lebih dari 25%. Nilai koefisien aliran permukaan tahun 2006 terjadi penurunan, yaitu sebesar 8,19%. Berdasarkan ketentuan, untuk nilai koefisien aliran permukaan dibawah 5%, maka kondisi vegetasi pada suatu lahan dinyatakan baik. Kondisi vegetasi ini didukung adanya perubahan penggunaan lahan yang signifikan seperti meningkatnya jumlah luasan semak belukar menjadi 19,32% dimana pada tahun 1999 luasan semak belukar hanya 9,88%. B. Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan salah satu instrumen ekonomi sebagai bagian dari instrumen pengelolaan lingkungan di Indonesia. Instrumen ini dianggap memiliki beberapa kelebihan dalam hal memberikan sinyal yang tepat untuk perlindungan lingkungan. Sutopo dan Mawardi (2011), menyatakan bahwa jasa lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan konsep sistem alami yang menyediakan aliran barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan yang dihasilkan oleh proses

26 ekosistem alami. Hutan sebagai ekosistem alami selain menyediakan berbagai 10 macam produk kayu juga menyediakan produk non kayu sekaligus juga menjadi reservoir besar yang dapat menampung air hujan, menyaring air yang kemudian melepasnya secara gradual, sehingga air tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia. Prinsip pembayaran jasa lingkungan (payment for enviromental services) bersifat kesukarelaan. Konsep pembayaran jasa lingkungan merupakan hal baru dalam pendekatan konservasi, sehingga idealnya pembayaran jasa lingkungan tidak melibatkan pemerintah, namun pada kenyataannya campur tangan pemerintah justru sangat diharapkan (Kuswanto, 2006). Menurut Merryna (2009), jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible). Produk jasa lingkungan antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air (hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi dibagi kedalam empat kategori, yaitu. 1. Penyerap dan penyimpanan karbon (carbon sequestration and storage). 2. Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection). 3. Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection). 4. Keindahan bentang alam (landscape beauty) (Wunder, 2005).

27 Jasa lingkungan penting untuk dijalankan, karena banyak orang belum 11 mendapatkan jasa lingkungan secara layak (khususnya sumberdaya air) dan potensi perkembangan pemasaran jasa air di dunia cukup menjanjikan karena adanya permintaan pasar (52%), adanya peraturan pemerintah (28%), adanya penawaran (8%) dan hal lainnya (12%) (Wulandari, 2007). Pembayaran jasa lingkungan merupakan alat ekonomi yang dapat memberikan nilai terhadap jasa lingkungan. Jasa lingkungan sudah dianggap memiliki nilai ekonomi yang dapat menjadi dasar sistem pembayaran jasa lingkungan yang pada akhirnya memberikan manfaat untuk masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan (Nurfatriani, 2008). Sistem PJL dalam konteks DAS menurut Dasrizal dkk. (2012), biasanya meliputi implementasi dari mekanisme pasar atau kelembagaan non-pasar. Pengelolaan jasa lingkungan ditujukan untuk mengkompensasi kepada para peggarap lahan di hulu (upstream landowners) agar mereka dapat memodifikasi tata penggunaan lahan tertentu yang ada untuk konservasi. Upaya ini diharapkan dapat memberi dampak kepada perbaikan suplai air baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Jasa ini memberikan manfaat kepada sumberdaya air yang digunakan masyarakat di sebelah hilir DAS (downstream water resource). C. Konsep Nilai dan Penilaian Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk memperoleh manfaat, baik manfaat nyata (tangible benefits) maupun

28 manfaat tidak nyata (intangible benefits) (Merryna, 2009). Nilai (value) 12 merupakan persepsi manusia tentang makna suatu obyek, bagi orang tertentu, pada waktu dan tempat tertentu (Nurfatriani, 2008). Persepsi tersebut berpadu dengan harapan dan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut. Penilaian (valuation) merupakan upaya untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu barang atau jasa untuk kepentingan tertentu manusia atau masyarakat. Menurut Yuwono (2011), nilai sumber daya alam sangat tergantung pada banyak faktor yang menentukan besarnya nilai suatu sumberdaya alam tersebut, antara lain : 1. apa yang dinilai 2. kapan dinilainya 3. bagaimana menilainya 4. siapa yang menjadi penilai. Penentuan nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan hal yang sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka (Kramer, dkk., 1994 dalam Setiawan, 2000). Menurut Davis dan Johnson (1987), penilaian adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa. Penilaian peranan ekosistem, termasuk kawasan konservasi, bagi kesejahteraan manusia merupakan pekerjaan yang sangat kompleks mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik. Secara tradisional nilai yang terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia sebagi subjek (penilai) dan objek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran,1994).

29 13 Total nilai air DAS Way Betung terdiri dari nilai penggunaan (use value) dan nilai non penggunaan (non use value). Nilai penggunaan terdiri dari nilai guna langsung (direct use value), nilai guna tidak langsung (indirect use value), serta nilai pilihan (option value). Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan (existance value) dan nilai warisan (bequest value), secara umum total nilai air DAS Way Betung diformulasikan sebagai berikut (Suparmoko, 2000) : TNA = UV+NUV = (DUV+IUV+OV) +(XV+BV) Keterangan : TNA : Total economic value (Nilai Ekonomi Total) UV : Use Value (Nilai Penggunaan) NUV : Non-use value (Nilai Non Penggunaan) DUV : Direct use value (Nilai Penggunaan Langsung) IUV : Indirect use value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung) OV : Option value (Nilai Pilihan) XV : Existance value (Nilai Keberadaan) BV : Bequest value (Nilai warisan). Konsep dasar penilaian ekonomi adalah kesediaan membayar dari individu untuk sumber daya dan jasa lingkungan yang diperolehnya atau kesediaan untuk menerima kompensasi akibat adanya kerusakan di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan analisis ekonomi lingkungan, penilaian keuntungan perubahan lingkungan sangat kompleks karena nilai tersebut tidak hanya nilai monereter (berupa uang) dari konsumen yang menikmati langsung (user) jasa perbaikan kualitas tapi juga nilai yang berasal dari konsumen potensial dari orang lain dengan alasan tertentu (non user) (Hufscmidt dkk., 1996).

30 D. Metode Penilaian Sumberdaya Hutan 14 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pembayaran Jasa Lingkungan merupakan salah satu instrumen ekonomi sebagai bagian dari instrumen pengelolaan lingkungan di Indonesia. Instrumen ini dianggap memiliki beberapa kelebihan dalam hal memberikan sinyal yang tepat untuk perlindungan lingkungan. Nilai ekonomi sumberdaya hutan dapat dibedakan atas dasar nilai penggunaan (instrumental value) / (use value) dan nilai yang terkandung di dalamnya (instrinsic value) / (non-use value). Nilai atas dasar penggunaan menunjukkan kemampuan hutan yang muncul apabila digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Nilai yang terkandung di dalam hutan adalah nilai yang melekat pada keberadaan hutan itu sendiri, seperti pengatur cuaca, pengatur tata air, penghasil udara bersih, penyerap pencemaran udara dan sebagainya (Suparmoko, 2000). Pembayaran jasa lingkungan merupakan alat ekonomi yang dapat memberikan nilai terhadap jasa lingkungan. Jasa lingkungan sudah dianggap memiliki nilai ekonomi yang dapat menjadi dasar sistem pembayaran jasa lingkungan yang pada akhirnya memberikan manfaat untuk masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan (Nurfatriani, 2008). Prinsip pembayaran jasa lingkungan (payment for enviromental services) bersifat kesukarelaan. Konsep pembayaran jasa lingkungan merupakan hal baru dalam pendekatan konservasi, sehingga idealnya pembayaran jasa lingkungan tidak melibatkan pemerintah, namun pada kenyataannya campur tangan pemerintah justru sangat diharapkan (Kuswanto, 2006). Teknik penilaian manfaat ekonomi, didasarkan pada kesediaan konsumen untuk membayar

31 perbaikan atau kesediaan menerima kompensasi dengan adanya kemunduran 15 kualitas lingkungan dalam sistem alami serta kualitas lingkungan sekitar (Hufscmidt dkk., 1996). Skema pengelolaan jasa lingkungan PJL ini diharapkan dapat dilaksanakan secara langsung dan akan menjanjikan mekanisme kompensasi, dimana para penyedia jasa-jasa lingkungan dapat dibayar oleh para pengguna manfaatnya, serta dapat memelihara penyediaan dari jasa tersebut secara berkelanjutan. Sistem PJL kepada suatu DAS yang berkeadaan baik, akan berkaitan dengan ketersediaan suplai air dengan kualitas yang terjamin. Skema PJL ini terdiri dari pembayaran atau kompensasi langsung oleh para pengguna jasa-jasa di hilir kepada para penyedianya di sebelah hulu (Dasrizal dkk., 2012). E. Manfaat Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam Menurut Yuwono (2011), manfaat penilaian valuasi ekonomi suatu sumberdaya alam baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain. 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam mengalokasikan sumberdaya alam yang semakin langka sehingga akan tercapai harapan pengelolaan dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam bersangkutan. 2. Sebagai dasar dalam menentukan rekomendasi tertentu pada kegiatan perencanaan, pengelolaan dan lain sebagainya pada suatu sumberdaya alam. 3. Menggambarkan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang baik, dan

32 16 menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program pengelolaan sumberdaya alam, sekaligus bermanfaat dan menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam tersebut. 4. Penerapan pada kawasan konservasi hasil valuasi ekonomi dapat digunakan sebagai dasar dalam kegiatan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan. 5. Mengetahui Nilai Ekonomi Total (NET) suatu sumberdaya alam.

33 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran DAS Way Betung, pada bulan Januari B. Alat dan Sasaran Penelitian Alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis, kuisioner dan komputer. Sasaran dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Talang Mulya yang memanfaatkan air untuk kegiatan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH. C. Batasan Penelitian 1. Kesediaan membayar pemanfaatan air adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap pemanfaatan sumberdaya air (rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH) maupun kondisi lingkungan untuk rehabilitasi hutan dan lahan. 2. Nilai ekonomi air adalah nilai air permukaan dari pemanfaatan untuk rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH

34 3. Rumah tangga adalah keluarga yang memanfaatkan air untuk keperluan 18 domestik di Desa Talang Mulya. 4. Petani padi sawah adalah petani di Desa Talang Mulya yang menggunakan air irigasi untuk pengairan sawah. 5. Biaya pengadaan air adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani di Desa Talang Mulya untuk mempersiapkan saluran irigasi. 6. Luas usaha tani adalah luas lahan pertanian sawah yang diusahakan oleh petani di Desa Talang Mulya. 7. Konsumsi rata-rata perkapita adalah konsumsi air setiap orang per bulan (m 3 /bln/org). 8. Nilai air untuk PLTMH adalah besarnya daya yang dihasilkan (Kwh/bln). D. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung kepada responden pemanfaat air, dan data skunder ialah data yang didapat dari sumber pustaka yang berkaitan dengan penelitian. 1. Data Primer Data primer yang dikumpulkan antara lain. a. Identitas responden meliputi karakteristik responden, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, pendidikan dan status pernikahan.

35 b. Data pemanfaatan air untuk rumah tangga yaitu jumlah anggota keluarga, 19 konsumsi air rumah tangga per bulan. c. Data pemanfaatan air untuk irigasi pertanian padi sawah yaitu data luas lahan usaha tani dan biaya pengadaan air. d. Data pemanfaatan air untuk PLTMH yaitu jumlah penggunaan daya listrik (kwh) perbulan, biaya perbulan penggunaan listrik, serta biaya pengadaan e. Kesediaan membayar (WTP) yaitu jumlah rupiah yang sesuai dengan kesediaan dari individu untuk membayar atas sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk kegiatan rehabilitasi hutan. 2. Data Sekunder Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah data yang berasal dari literatur, pustaka dan instansi yang terkait dengan penelitian seperti data statistik kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk, pekerjaan, pendidikan serta luas lahan hutan yang terdapat pada monografi desa pada sasaran penelitian. E. Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada pengguna air di Desa Talang Mulya dengan menggunakan kuisioner. Data pemanfaatan air untuk konsumsi rumah tangga dihitung dengan mengukur volume penampung air dengan intensitas pengisian harian dalam satuan m 3. Data pemanfaatan air untuk irigasi pertanian padi sawah didapatkan dengan

36 menghitung biaya yang dikeluarkan untuk pengairan padi sawah per musim 20 tanam. Data pemanfaatan air untuk PLTMH diperoleh dengan menghitung besarnya daya listrik (kwh) yang terpakai perbulan. Data sekunder diperoleh dengan pengumpulan data dan informasi dari dinas, kelurahan maupun literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian. F. Pengambilan Sampel Pemanfaatan air di Desa Talang Mulya digunakan untuk keperluan rumah tangga, irigasi pertanian padi sawah dan PLTMH. Pemanfaat air di Desa Talang Mulya berasal dari 3 dusun dengan total populasi 358 KK. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan pertimbangan dan tujuan untuk mendapatkan sampel pengguna air rumah tangga di wilayah Desa Talang Mulya. Batas eror yang digunakan pada penelitian ini adalah 10% karena dianggap sudah cukup mewakili untuk pengambilan sampel pemanfaat air rumah tangga. Berdasarkan formula Slovin (Arikunto, 2011), sampel dari seluruh populasi diperoleh dengan rumus : n = ( ) Keterangan: N : jumlah sampel responden pemanfaat air Rumah Tangga yang diambil dalam penelitian N : jumlah populasi pemanfaat air Rumah Tangga di lokasi penelitian (358 KK) E : 10 % batas eror Berdasarkan perhitungan maka di dapat sampel pemanfaat air untuk rumah tangga berjumlah 78 responden sedangkan pemanfaat air untuk irigasi pertanian padi sawah dan pemanfaat air untuk PLTMH dilakukan dengan sensus, hal ini karena

37 data jumlah pemanfaat dapat diambil seluruhnya sehingga pemanfaat air untuk 21 irigasi pertanian padi sawah berjumlah 5 responden dan pemanfaat air untuk PLTMH berjumlah 23 Responden. G. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara tabulasi. Pengolahan data pemanfaatan air untuk konsumsi rumah tangga, pertanian padi sawah dan PLTMH dihitung menggunakan rumus penilaian ekonomi total air. Analisis mengenai persepsi masyarakat pada masing-masing penggunaan air dilakukan dengan menilai kesediaan membayar atas pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah, listrik, rumah tangga dan upaya rehabilitasi kawasan hutan dalam bentuk deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Nilai ekonomi pemanfaatan air dan kesediaan membayar dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (FAO, 2000 dalam Putri, 2013). 1. Rumah Tangga NART= RTPA x JA x KP x HAS Keterangan : NART : Nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga (Rp/RT/Bln) RTPA : Jumlah rumah tangga pemanfaat air (RT) JA : Rata-rata jumlah anggota keluarga (Org/RT) KP : Konsumsi rata-rata air rumah tangga (m 3 /RT/Bln) HAS : Harga setara PDAM (Rp/m 3 ).

38 2. Pertanian padi sawah 22 NAUT =LUT x BPA x MAT Keterangan : NAUT : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah(rp/tahun) LUT : Luas Usaha Tani (ha) BPA : Biaya pengadaan air (Rp/ha/musim tanam pertahun) MAT : Musim Tanam Padi (musim tanam pertahun). 3. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro NAPL= RTPL x KLx HL Keterangan : NAPL : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk listrik (Rp/bln) RTPL : Jumlah rumah tangga pemanfaat air untuk listrik (RT) KL : Konsumsi rata-rata air untuk listrik (kwh/bln/rt) HL : Harga listrik PLN (Rp/kwh). 4. Kesediaan membayar /Willingness to pay (WTP) biaya rehabilitasi hutan. TWp= RWp x P TNp= %r x RWp x P = Ts = TWp-TNp Keterangan : TWp : Total nilai kesediaan membayar (Rp/thn) RWp : Rata-rata kesediaan membayar seluruh responden (Rp/thn) P : Populasi (orang) TNp : Total nilai yang dibayarkan seluruh responden (Rp/thn) %r : Persentase responden yang bersedia membayar (%) r : Total responden (orang) Ts : Total surplus Konsumen (Rp/thn) WPr : Total kesediaan membayar seluruh responden (Rp/thn).

39 5. Nilai Ekonomi Total 23 Nilai ekonomi total nilai air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya terdiri dari nilai penggunaan (use value) dan nilai non penggunaan (non use value). Nilai penggunaan terdiri dari nilai guna langsung (direct use value), nilai guna tidak langsung (indirect use value) serta nilai pilihan (option value). Sedangkan nilai non penggunaan terdiri dari nilai keberadaan (existance value) dan nilai warisan (bequest value) (Suparmoko dan Nurrochmat, 2005 dalam Yuwono, 2011). TNA = UV+NUV = (DUV+IUV+OV) +(XV+BV) Keterangan : TNA : Total economic value (Nilai Ekonomi Total) UV : Use Value (Nilai Penggunaan) NUV : Non-use value (Nilai Non Penggunaan) DUV : Direct use value (Nilai Penggunaan Langsung) IUV : Indirect use value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung) OV : Option value (Nilai Pilihan) XV : Existance value (Nilai Keberadaan) BV : Bequest value (Nilai warisan). Nilai pemanfaat air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya yang dihitung adalah nilai penggunaan yang meliputi nilai penggunaan langsung dan nilai penggunaan tidak langsung. Nilai penggunaan ini didasarkan pada kondisi pemanfaatan air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya yang digunakan oleh masyarakat di hulu DAS Way Betung untuk kepentingan rumah tangga, pertanian padi sawah dan PLTMH. Nilai ekonomi pemanfaat air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya dirumuskan sebagai berikut:

40 NET = NART +NAUT +NAPL 24 Keterangan : NET : Nilai total pemanfaat air Desa Talang Mulya (Rp/tahun) NART : Nilai ekonomi pemanfaatan air rumah tangga (Rp/tahun) NAUT : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk pertanian padi sawah(rp/tahun) NAPL : Nilai ekonomi pemanfaatan air untuk listrik (Rp/tahun)

41 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kesediaan membayar masyarakat pemanfaat air cukup baik dengan persentase 80% 95,83% masyarakat Desa Talang Mulya bersedia membayar biaya rehabilitasi hutan. 2. Nilai ekonomi total air Desa Talang Mulya Rp /tahun yang berasal dari pemanfaat air untuk rumah tangga Rp /tahun, pemanfaat air untuk irigasi pertanian padi sawah Rp /tahun dan pemanfaat air untuk PLTMH Rp /tahun. Nilai kesediaan membayar untuk rehabilitasi hutan dan lahan sebesar Rp /tahun. B. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan tentang analisis kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan terhadap sumber daya air DAS Way Betung di Desa Talang Mulya dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar biaya rehabilitasi hutan dan lahan. Penelitian akan memberikan tambahan informasi yang dapat menjadi

42 acuan bagi UPTD Tahura WAR dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat 41 untuk menjaga kelestarian hutan.

43 DAFTAR PUSTAKA

44 DAFTAR PUSTAKA Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 618 hlm. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm. Davis, L dan Johnson K Forest Management 3rd Edition. Buku. Mcgraw- Hill College. New York. 715 hlm. Dasrizal, Ansofino, Juita E dan Jolianis Model sistem pembayaran jasa lingkungan dalam kaitannya dengan konservasi sumber daya air dan lahan. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat. 1 (1) : Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 251 hlm. Febrianto, S S Nilai Ekonomi Pemanfaatan Air untuk Pertanian dan Rumah Tangga di Hulu DAS Way Betung dalam Menunjang Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm. Hayati, N dan Wakka A N Valuasi ekonomi manfaat air di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 13 (1) : Hufcsmidt, James M M dan Dixon J Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan Pedoman Penilaian Ekonomi. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 483 hlm. Idris Estimasi nilai ekonomi total (total economic value) sumberdaya alam dan lingkungan Danau Singkarak. Jurnal Bumi Lestari. 13 (2) : Kuswanto, S A Implementasi konsep pembayaran jasa lingkungan di Indonesia : tinjauan aspek kebijakan. Jurnal Jasa Lingkungan. 2 (1) : 1 8.

45 44 Lubis, H A Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Koefisien Aliran Permukaan (Runoff) DAS Betung Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 55 hlm. Merryna, A Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 100 hlm. Nurfatriani Merealisasikan pembayaran jasa lingkungan : belajar dari pengalaman di berbagai lokasi. Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan. 1 (8) : Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jakarta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Pearce, D dan Moran, D The Value of Biodiversity. Buku. Earthscan Publications. London. 172 hlm. Putri, P R D Nilai ekonomi air DAS Way Orok subdas Way Ratai Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari. 1 (1) : Setiawan, A Nilai Ekonomi Taman Hutan Raya Wan Abdulrachman. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124 hlm. Suparmoko Ekonomika Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Buku. BPFE-UGM. Yogyakarta. 234 hlm. Sutopo, M F dan Mawardi M I Analisis kesediaan membayar jasa lingkungan dalam pengelolaan sumber daya air minum terpadu di Indonesia (studi kasus DAS Cisadane Hulu). Jurnal Teknik Lingkungan. 5 (3) : Sutopo Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Buku. BPFE-UGM. Yogyakarta. 76 hlm. Turner, K Sustainable Environmental Economics and Management, Principals and Practice. Buku. Wiley. Amerika Serikat. 390 hlm. Umar Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air (Studi Kasus Hutan Penggaron Kabupaten Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 172 hlm.

46 45 Widada Nilai ekonomi air domestik dan irigasi pertanian: studi kasus di Desa-Desa Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 10 (1) : Wulandari, C Penguatan forum DAS sebagai sarana pengelolaan DAS secara terpadu dan multi pihak. Prosiding Lokakarya Sistem Informasi Pengelolaan DAS : Inisiatif Pengembangan Infrastruktur Data Wunder, S The efficiency of payments for environmental services in tropical conservation. Jurnal Conservation Biologi. 21 (1) : Yanti, R J Analisis Willingness to Pay Petani terhadap Peningkatan Pelayanan Irigasi (Studi Kasus di Daerah Irigasi Pemali Bawah, Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 110 hlm. Yuwono, S B Pengembangan Sumberdaya Air Berkelanjutan DAS Way Betung Kota Bandar Lampung. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 229 hlm. Yuwono, S B, Sinukaban N, Murtilaksono K, dan Sanim B Land use planning of Way Betung watershed for sustainable water resources development of Bandar Lampung City. Journal Tropical Soils.16 (1) :

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (37 46)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (37 46) NILAI EKONOMI AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY OROK SUB DAS WAY RATAI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN (THE ECONOMIC VALUES OF HYDROLOGICAL WAY OROK WATERSHEDS OF WAY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

PICES RAINI DWI PUTRI

PICES RAINI DWI PUTRI 1 NILAI EKONOMI AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY OROK- SUB DAS WAY RATAI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG (Skripsi) PICES RAINI DWI PUTRI JURUSAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Konservasi menurut Parera (2010) memiliki nilai hidro-orologi dan ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap ekonomi lokal, bangsa, regional dan global.

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Nilai merupakan persepsi terhadap suatu objek pada tempat dan waktu tertentu. Sedangkan persepsi merupakan pandangan individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung PENDAHULUAN Ekosistem penghasil beragam produk dan jasa lingkungan keberlanjutan kehidupan. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Nilai guna langsung pangan, serat dan bahan bakar,

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR

NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR NILAI EKONOMI AIR HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN DI BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMUR Syahrir Yusuf Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda ABSTRACT. Value of Water Economic of

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

ANALISIS PENDUGAAN KONSUMSI AIR DAN NILAI EKONOMI AIR SUNGAI PARSARIRAN UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR RUMAH TANGGA KECAMATAN BATANG TORU

ANALISIS PENDUGAAN KONSUMSI AIR DAN NILAI EKONOMI AIR SUNGAI PARSARIRAN UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR RUMAH TANGGA KECAMATAN BATANG TORU ANALISIS PENDUGAAN KONSUMSI AIR DAN NILAI EKONOMI AIR SUNGAI PARSARIRAN UNTUK KEBUTUHAN SEKTOR RUMAH TANGGA KECAMATAN BATANG TORU SKRIPSI Oleh: ASWIN PRATAMA HARAHAP 091201043 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumberdaya Air Sumberdaya air adalah bagian dari sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang antara lain terdiri dari sub sistem sumberdaya lahan, sumberdaya hutan, sumberdaya sosekbud,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur pada bulan April Mei 2013. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MASYARAKAT HILIR TERHADAP UPAYA PERBAIKAN KONDISI HUTAN DI HULU DAS DELI

ANALISIS PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MASYARAKAT HILIR TERHADAP UPAYA PERBAIKAN KONDISI HUTAN DI HULU DAS DELI ANALISIS PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MASYARAKAT HILIR TERHADAP UPAYA PERBAIKAN KONDISI HUTAN DI HULU DAS DELI SKRIPSI Oleh : MERIAM ZANARIA 061201024 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian merupakan bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Mangrove 1. Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove mampu tumbuh

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR UNTUK PERSAWAHAN DI KAWASAN SUB DAS SITOBU DAS ASAHAN BARUMUN SKRIPSI. Oleh:

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR UNTUK PERSAWAHAN DI KAWASAN SUB DAS SITOBU DAS ASAHAN BARUMUN SKRIPSI. Oleh: VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA AIR UNTUK PERSAWAHAN DI KAWASAN SUB DAS SITOBU DAS ASAHAN BARUMUN SKRIPSI Oleh: Ester Tampubolon 071201023 Manajemen Hutan DEPERTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan barang ultra essential bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak mungkin bisa bertahan hidup. Di sisi lain kita sering bersikap menerima

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas

Lebih terperinci

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2014 KEMENHUT. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Evaluasi. Monitoring. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 61 /Menhut-II/2014 TENTANG MONITORING

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 1, Januari 2015 (21 30)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 1, Januari 2015 (21 30) KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (STUDI KASUS DI DESA TALANG MULYA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN) (WILLINGNESS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam semesta ini. Bagi umat manusia, keberadaan air sudah menjadi sesuatu yang urgen sejak zaman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan Sumiharni 1) Amril M. Siregar 2) Karina H. Ananta 3) Abstract The location of the watershed that

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi total dari Hutan Kota Srengseng adalah menggunakan metoda penentuan nilai ekonomi sumberdaya

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Chandra Pangihutan Simamora 111201111 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan dan merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya di muka bumi. Berdasarkan UU Sumberdaya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENCEGAH BANJIR BERDASARKAN METODE KONTINGENSI DAN BIAYA PENGENDALI BANJIR DI DAS DELI SKRIPSI Oleh LAMRIA BUTAR BUTAR 051201041/ Manajemen Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN SKRIPSI Oleh : WARREN CHRISTHOPER MELIALA 121201031 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT

TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT Oleh : Sri Lestari *) Abstrak Dengan adanya kemajuan bidang industri dan bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI HASIL PENELITIAN Oleh : WELLY MANURUNG/041201020 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jasa Lingkungan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Ketiadaan hak kepemilikan (property right) pada sumberdaya alam mendorong terjadinya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup dan sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikan bersama (global commons atau common

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off 7 TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS Aliran permukaan, yaitu air yang mengalir di atas permukaan tanah. Bentuk aliran inilah yang penting sebagai penyebab erosi, karena merupakan

Lebih terperinci

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000).

Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun. (Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro 2000). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan di Indonesia memiliki peran terhadap aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Namun sejalan dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, tekanan terhadap sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bentuk common pool resources

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ekonomi Lingkungan. manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Ekonomi Lingkungan Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga

Lebih terperinci

Metode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung dan Shintia Rahmat

Metode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung dan Shintia Rahmat Metode Konservasi Sungai yang Tercemar Agung R(agungr@yahoo.com) dan Shintia Rahmat Abstrak Sungai yang mengalir didekat pembangunan Kampus 2 UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Pertemuan 13 PENDAHULUAN Ekosistem penghasil beragam produk dan jasa lingkungan keberlanjutan kehidupan. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung Nilai guna langsung pangan, serat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS (Agricultural Non-Point Source Pollution Model) DI SUB DAS CIPAMINGKIS HULU, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : Wilis Juharini F14103083 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Provinsi Jambi merupakan daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN Oleh: MARIA KRISTINA SIHOMBING 051201032/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI ANALISIS ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DAN PREDIKSI PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS DI KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI M. SIDIK PRAMONO 110304078 AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN NILAI EKONOMI KEBERADAAN POHON- POHON DI TAMAN AHMAD YANI, KOTA MEDAN, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : SALMIAH PANE 021201022/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI

PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI PENILAIAN EKONOMI DAN JASA LINGKUNGAN PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA BOGOR RINDRA RI KI WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan

TINJAUAN PUSTAKA. mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan (Kodoatie dan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana semua air hujan yang jatuh ke daerah ini akan mengalir

Lebih terperinci

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

FOREST LANDSCAPE RESTORATION

FOREST LANDSCAPE RESTORATION FOREST LANDSCAPE RESTORATION Indonesia Disampaikan dalam Workshop di Wanagama, 7-8 Desember 2009 Forest Landscape Restoration? Istilah pertama kali dicetuskan pada tahun 2001 oleh para ahli forest landscape

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi ABSTRAK Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

TINJAUAN PUSTAKA. tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Air Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG Ike Martha Monica 1, Erna Juita 2, Farida 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci