4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada
|
|
- Bambang Yuwono
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada perencanaan perkerasan kaku, antara lain Technical Note No.48 hal 1 CCAA ; Metode PCA (Portland Cement Association-USA). Metode PCA ini banyak dipakai sebagai acuan oleh beberapa negara lain di luar Amerika.Metode PCA memiliki beberapa kelebihan antara lain adalah tidakmemerlukan assessment yang berkaitan dengan iklim seperti kondisi beku yang tidak ditemui di Indonesia, serta tidak memerlukan parameter serviceabilitysehingga relatif lebih mudah. Untuk dapat memenuhi fungsi perkerasan kaku dalam memikul beban, maka perkerasan harus: 1. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sampai batas-batas yang masih mampu dipikul tanah dasar tersebut tanpa menimbulkan perbedaaan lendutan/penurunan yang dapat merusak perkerasan itu sendiri. 2. Direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi pengaruh kembang susut dan penurunan kekuatan tanah dasar serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan. Perkerasan kaku merupakan struktur yang terdiri dari pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan dan terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan pengaspalan sebagai lapis aus (nonstruktural). Dalam perencanaan perkerasan kaku ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain: 1. Peranan perkerasan kaku dan intensitas lalu lintas yang akan dilayani. 2. Volume lalu lintas, konfigurasi sumbu dan roda, beban sumbu, ukuran dan tekanan beban, pertumbuhan lalu lintas, jumlah jalur dan arah lalu lintas. 3. Umur rencana perkerasan kaku ditentukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan peranan perkerasan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi perkerasan serta faktor pengembangan wilayah. 4. Kapasitas perkerasan yang direncanakan harus dipandang sebagai pembatasan. 5. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan pelat perkerasan. 6. Lapis pondasi bawah meskipun bukan merupakan bagian utama dalam menahan beban, tetapi merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan :
2 1) Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar 2) Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan pada tepi-tepi pelat 3) Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat 4) Perkerasan jalan kerja selama pelaksanaan 7. Kekuatan lentur beton (flexural strength) merupakan pencerminan kekuatan yang paling cocok untuk perencanaan karena tegangan kritis dalam perkerasan beton terjadi akibat melenturnya perkerasan beton tersebut Faktor Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku 1) Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau car lain yang tidak terlepats dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton semen daqpat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun. 2) Variasi Lalu Lintas Rencana Lalu lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kn (1 ton) bila diambil survai beban. Penentuan beban lalu lintas rencana untuk perkerasa beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commerciia vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus berikut: JSKN =JSKNH x 365 x R x C Dengan ketentuan: JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana JSKNH : jumlah total sumbu kendaraan niaga perrhari pada saat jalan dibuka 3) : Koefisien distribusi kendaraan Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi
3 sumbu yang diperoleh berdasarkan data terakhir ( 2 tahun terakhir). Adapun karakterstik kendaraan yang ditinjau yaitu : Jenis kendaraan dengan kategori perencanaan perkerasan kaku hanya kendaraan niaga yang mempunyai berat total minimum >5 ton Dan ditinjau dari konfigurasi jenis sumbu kendaraan meliputi a. Sumbu tunggal dengan roda tunggal (STRT) b. Sumbu tunggal dengan roda ganda (STRG) c. Sumbu tandem/ganda dengan roda ganda (SGRG) d. Sumbu tridem roda ganda (STrRG) Tahapan dari analisa perhitungan perkerasan kaku diperoleh dari data lalu lintas sebagai input data meliputi antara lain : a) Menghitung volume lalu lintas (LHR) yang diperkirakan akan menggunakan jalan tersebut pada akhir umur rencana. b) Menghitung jumlah kendaraan niaga (JKN) selama umur rencana (n) : JSKN = 365 x JSKNH x R Dimana : JKNH = Jumlah sumbu kendaraan niaga harian pada saat jalan dibuka R = faktor pertumbuhan lalu lintas yang terganting pada i dan n (untuk i 0) Apabila setelah m tahun pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi lagi, maka (untuk i 0) Apabila setelah n tahun pertumbuhan lalu lintas berbeda dengan sebelumnya (i./tahun), maka: (untuk i 0) Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985 c) Menghitung prosentase masing masing kombinasi konfigurasi beban sumbu terhadap jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH) d) Menghitung lajur rencana dari jalan terdiri dari n = 2,3,4 dan 5, serta dan koefisien distribusi, dari lajur rencana merupakan salah satu koefisien lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya. Koefisien lajur jalan menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka dalam menentukan jumlah
4 lajur untuk memperoleh darinilai koefisien distribusi (C) pada kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan. Menghitung jumlah repetisi kumulatif tiap tiap kombinasi konfigurasi beban berdasarkan dari jenis beban sumbu pada lajur rencana dengan cara mengalikan JSKN dengan persentase dari tiap tiap kombinasi terhadap JSKNH dan koefisien distribusi lajur rencana,pada table dibawah ini menjelaskan tentag lebar perkerasan jalan (Lp), jumlah lajur, dan nilai koefisien distribusi berdasarkan jalan 1 arah dan 2 arahseperti terlihat pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4. 1 Koefisien Distribusi Lajur Rencana dalam 1 arah dan 2 arah. Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) e) Faktor keamanan beban Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (Fkb). Sebagai besaran rencana beban sumbu tunggal atau gandar untuk setiap konfigurasi harus dikalikan dengan faktor keamanan (FK) peranan jalan terdiri dari jalan tol, jalan arteri, jalan kolektor local, seperti terlihat pada tabel 2 berikut : Tabel 4. 2 Faktor Keamanan sesuai Peranan Jalan Peranan Jalan Faktor Keamanan Jalan Tol 1,2 Jalan Arteri 1,1 Jalan Kolektor/Lokal 1,0 Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) ) Kekuatan Tanah Dasar Kekuatan tanah dasar dinyatakan dalam modulus reaksi tanah dasar (k). nilai (k) dapat diperoleh dari hasil korelasi dengan CBR, nilai CBR dari hasil uji material tanah
5 dalam bentuk perlakukan rendaman yang digunakan untuk perencanaan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang diambil dari NAASRA (National Association of Australian State Road Authority) sebagai berikut : Log Cs = 1,7 0,005 P0, ,002 P 0,075 L (0,02 + 0,0004 P0,425)...(1) ( ) (2) Dimana : Cs = CBR rendaman P2,36 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 2,36 mm P0,425 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 0,425 mm P 0,075 = Persentase tanah lolos ayakan dengan lubang 0,075 mm L = Batas menyusut ( shrinkage limit ) tanah ( % ) I = Indeks plastisitas tanah ( % ) Dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh CBR tanah dasar yang akan digunakan untuk perencanaan dengan persamaan sebagai berikut : Css = 0,25 ( 3Csmin + Csmaks ) Dimana : Css = Nilai CBR rendaman yang digunakan untuk perencanaan Csmin = Nilai minimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2) Csmaks = Nilai maksimum yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2) Sumber : Djatmiko Soedarmo, Jedy Purnomo, Mekanika Tanah 1, ) Pertumbuhan lalu lintas Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap dimana kapasitas jalan atau umur layanan jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu lintas yang dapat ditentukan berdasarkan nilai pertumbuhan kendaraan niaga pertiap tahun dalam suatu wilayah atau daerah dengan pendekatan rumus sebagai berikut: Dengan pengertian: R : Faktor pertumbuhan lalu lintas I : Laju pertumbuhan lalu lintas pertahun dalam %
6 UR : Umur rencana (tahun) Apabila setelah waktu tertentu (Umur tahun) pertumbuhan lalu lintas tidak terjadi lagi, maka R dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Dengan Ketentuan: R : Faktor pertumbuhan lalu lintas I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam % Umur : Waktu tertentu dalam tahun, sebelum UR selesai. 6). Tahapan Perencanaan Tebal Pelat Langkah analisis dalam menentukan perencanaan tebal pelat pada perkerasan kaku dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Memilih dan mengasumsikan tebal perkerasan bersasarkan nilai konfigurasi beban pada suatu tebal pelat dalam nomogram. 2. Pada setiap kombinasi konfigurasi dan beban sumbu serta suatu harga tanah dukung (k) 3. Tegangan tarik lentur yang terjadi pada pelat beton ditentukan dengan menggunakan nomogram korelasi beban sumbu dan harga kekuatan tanah (k), 4. Terdapat 3 nomogram, untuk sumbu tunggal roda tunggal, sumbu tunggal roda ganda dan sumbu ganda roda ganda. 5. Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi tegangan tarik lentur yang terjadi pada pelat dengan kuat tarik lentur ijin (MR) beton. 6. Jumlah pengambilan jumlah pengulangan beban yang diijinkan ditentukan berdasarkan harga Perbandingan tegangan dengan nilai jumlah pengulangan beban yang diijinkan dapat di lihat pada table 4.9
7 Tabel 4. 3 Jumlah Pengulangan Beban yang Dijinkan. Perbandingan Tegangan Jumlah Pengulangan Beban yang diijinkan Perbandingan Tegangan Jumlah Pengulangan Beban yang diijinkan 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) Persentase fatigue untuk tiap -tiap kombinasi / beban sumbu ditentukan dengan membagi jumlah pengulangan beban rencana dengan jumlah pengulangan beban yang diijinkan. 9. Mencari total fatigue dengan menjumlahkan persentase fatigue dari seluruh kombinasi konfigurasi beban sumbu. 10. Jika dalam perhitungan mengalami kendala dan tebal palt terlampui akibat tegangan ijin, dari tengan kuat tarik lentur terjadi, maka Langkah langkah 1 sampai 3 diulangi hingga didapatkan tebal pelat terkecil dengan total fatigue yang lebih kecil atau sama dengan nilai 100%. 11. Tebal minimum pelat untuk perkerasan kaku adalah 150 mm Komponen Pendukung Bagian Perkerasan Kaku 1). Perkerasan Bahu Jalan Bahu jalan dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah selected dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal
8 tersebut dapat diatasi dengan bahu semen beton, sehingga akan meningkatkan kinerja perkerasan kaku dan mengurangi kerusakan tebal pelat perkerasan pada sisi tepi. Bahan perkerasan bahu jalan bengan lapisan perkerasan beton semen adalah bahu yang dikunci dan dikaitkan dengan lajur lalu lintas dengan lebar minimum 1,5 m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu lintas selebar 0,60 m, yang juga dapat mencangkup dalursan dan kereb. 1. Perencanaan Tulangan Perencanan penulangan pada perkerasan kaku antara lain: 1) Membatasi lebar retakan 2) Mengurangi jumlah sambungan melintang 3) Mengurangi biaya pemeliharaan Penentuan luas penulangan pada pelat pada perkerasan beton bersambung Dari Sumber DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985 Luas penulangan pada perkerasan ini dihitung dengan persamaan: As = (1200 x F x L x h)/ fs Keterangan: As = Luas tulangan yang diperlukan (mm²/m') F = Koefisien gesek antara pelat dan lapis pondasi L = Jarak antar sambungan (m) h = Tebal pelat beton (m) fs = Tegangan tarik ijin baja (kg/cm²) Koefisien gesekan antara pelat beton dengan berbagai macam jenis lapisan pondasi base dapat diketahui factor gesekan f, nilai F dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4. 4 Koefisien Gesekan Antara Pelat Beton Dengan Bahan Lapisan Pondasi. Jenis Pondasi Factor Gesekan (f) Burtu, Lapen dan Konstruksi yang sejenis 2,2 Aspal Beton, Laston 1,8 Stabilitas Kapur 1,8 Stabilitas Aspal 1,8 Stabilitas Semen 1,8 Koral 1,5 Batu Pecah 1,5 Sirtu 1,2
9 Tanah 0,9 Sumber : Dari Sumber DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen) 1985 Untuk panjang perkerasan kaku dari bahan pelat dapat direkomendasi antara 13 m, luas tulangan diambil 0,1% dari luas penampang tebal beton beton atau dapat diambil berkisar antara 0,14% dalam standart (SNI 1991) Beton Serat Polypropylene Menurut Bambang Suhendro (1990), dalam Putra dari hasil-hasil penelitian beton dengan penambahan serat, menunjukkan bahwa sifat-sifat beton dapat diperbaiki yaitu dengan meningkatnya: daktilitas (ductility), ketahanan impak (impact resistance), kemampuan untuk menahan tarik dan momen lentur, ketahanan terhadap lelah (fatique live), ketahanan terhadap pengaruh susutan (shrinkage), ketahanan terhadap keausan (abrasion), ketahanan terhadap fragmentasi (fragmentation), dan pengelupasan (spalling). Perumalsamy N. Balaguru dan Surendra P. Shah( (1990) dalam Wimbawa penjelasan Fibre Reinforced Cement Composites membagi fiber dalam 4 golongan yaitu :1). Fiber dari metal (metallic fibre).2). Fiber dari polimer (polymeric fibre).3) Fiber dari bahan mineral (mineral fibre).4) Fiber dari bahan alami (naturally occurring fibre). Dibandingkan dengan serat baja, kuat tarik polypropylene lebih rendah Dalam kajian Sudarmoko, 1993dalam sandy dengan penjelasan serat yang dipakai mempunyai modulus elastisitas lebih tinggi daripada beton, maka beton serat akan mempunyai kuat tekan, kuat tarik lentur maupun modulus elastis yang sedikit lebih tinggi dari pada beton konvensional. Jika modulus elastisitas serat lebih rendah hanya membuat beton lebih tahan benturan. karena sifatnya yang lebih tahan benturan dari pada beton biasa maka sering dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat udara, perkerasan kaku jalan raya, lantai jembatan. Adapun penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelum meneliti beton serat dengan menggunakan polypropylene (PPF) dengan panjang serat sekitar 2,5 cm sampai dengan 3 cm, dan konsentrasi serat masing-masing 0,5 %, 0,75 %, 1 %. Kuat tarik belah pada umur beton 28 hari adalah berturut-turut 2,791 MPa, 3,324 MPa, 3,020 MPa masih dibawah kuat tarik lentur 5 Mpa. pengunaan konsentrasi serat yang paling optimal adalah 0,75% dari voleme benda uji. Maka dibandingkan dengan serat baja, kuat tarik belah polypropylene lebih rendah.( Sudarmoko, 1993 ). Dan penjelasan Penelitian Ziad Bayasi dan Jack Zheng menyimpulkan bahwa penambahan fiber
10 polypropelene dengan konsentrasi fiber 0,3% tidak mempengaruhi workability dan kadar air dalam beton segar, sedangkan konsentrasi lebih dari 0,5% akan terpengaruh pada kemudahan pekerjaan. Untuk gaya impak dan kuat lentur dihasilkan bahwa fiber dengan panjang ¾ inci lebih efektif daripada fiber dengan panjang ½ inci, untuk konsentrasi serat 0,3% atau kurang dari campuran benda uji, sedangkan fiber dengan panjang ½ inci lebih efektif untuk konsentrasi serat 0,5%. (Ziad Bayasi dan Jack Zheng, 1993) Contoh Perhitungan penentuan Tebal Perkerasan kaku Jalan. Rancangan perkerasan kaku, meliputi 1. Perkerasan kaku dari bahan beton, 2. Perkerasan kaku pada lapisan tambahan lapisan beton dan. 3. Perkerasan kaku dilapisi aspal beton ( komposit). Penerapan perkerasan kaku beton, perlu dilakukan pengumpulan data data dari kondisi tanah dilapangan jalur rencana jalan, ddan uji kekuatan disain dari rencana kuat tarik lentur bahan beton dari material yang diambil dari penambangan dn material pengisi jika diperlukan data tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan rancangan tebalperkerasan kaku jalan Diketahui data perencanaan perkerasan kaku sebagai berikut: 1. CBR tanah dasar = 4% 2. Kuat tark lentur (fcf) = 4,0 Mpa (f c = 285 kg/cm², silinder) 3. Bahan pondasi bawah stabilisasi 4. Mutu baja tulangan = BJTU 39 (fy: tegangan leleh 3900 kg/cm²) untuk BMDT dan BJTU 24 (fy : tegangan leleh = 2400 kg/cm²,) untuk BBDT 5. Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi lapisan bawah (μ) = 1,3 6. Bahu jalan bahan (beton) 7. Ruji (dowel) Data lalu lintas harian rata-rata: data ini diambil pada saat surveri sebelum pelaksanaan fisik dilakukan melalui beberapa titik pengamatan sebagai bahan refernsi jumlah kendaraan niaga dominan dan jenis kendaraan lainnya.pad ssat pelaksanaan jumlah kendaraan ini dapat ditingkatkan dengan memperhatikan pertumbuhan lalu lintas selama pelaksanaan pembauatn jalan sampai jalan diawal layanan dengan durasi n tahun pelaksanan. DAta rencana umur layanan dari jalan harus ditentukan dari n tahun 1. Mobil penumpang :1640 kend/hari
11 2. Bus : 300 kend/hari 3. Truk 2 as kecil : 650 kend/hari 4. Truk 2 as besar : 780 kend/hari 5. Truk 3 as : 300 kend/hari 6. Truk gandengan : 10 kend/hari 7. Pertumbuhan lalu lintas (i) : 5% per tahun 8. Umur rencana (UR) : 20 tahun Direncankaan perkerasan beton kaku berdasarkan dari kajian transportasi dengan jumlah lhr dan daya tamping jalan dari lebar jalur makan ditentukan untuk 2 lajur 1 arah fungsi jalan arteri. Perencanaan perkerasan kaku meliputi hasil kajian antara lain. 1. Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan BBTT 2. Perkerasan beton bersambung dengan tulangan BBDT 3. Perkerasan beton menerus dengan tulangan BMDT. 1). Varian 1 Perhitungan Perkerasan Kaku Beton Langkah-langkah Perhitungan tebal pelat Perhitungan Analisis lalu lintas jumlah sumbu berdasarkan jenis dan beda sumbu kendaraan
12 Penentuan Jumlah sumbu niaga kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun). JSKN = 365 x JSKNH x R = 365 x 4100 x 33,07 = 4,95 x 10 7S JSKN rencana = 0,7 x 4,9 x 10 7 = 3,46 x 10 7 Perhitungan Penentuan Perhitungan repetisi yang terjadi repetisi sumbu rencana Jumlah hasil repitise beban yang dicapai sebesar 34,6 x 10 5 dijadikan sebagai dasar penentuan ketebalan palt perkerasan kaku Penentuan perhitumgan ketebal pelat beton Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan BBTT dengan ruji (dowel) Jenis bahu : beton Umur rencana : 20 tahun JSK : 3,46 x 10 7 Faktor keamanan beban Kuat tarik lentur beton (f cf) umur 28 hari : 4,0 Mpa Jenis dan tebal lapis ondasi : stabilisasi semen 15 cm CBR tanah dasar : 4%
13 CBR efektif : 27% Tebal taksiran perkerasan jalan pelat beton : 16,5 mm Ringkasan Hasil Analisa Fatigue dan Erosi Kesimpulan dari hasil perhitungan nilai hasil karena mengalami fatik bahan mencapai 94,66 % rusak fatik yang diperoleh lebih kecil (mendekati) 100% maka tebal pelat diambil 16,5 cm, sedangkan dari pengaruh erosi diperoleh 66 %, 100 % Gambar 4. 1 Pemadatan Sub Base Dari Urugan Gradasi Selekted
14 Gambar 4. 2 Pemasangan Deck Bekisting Tepi Membagi Luas Area Perkerasan Kaku Dengan Plat Besi Gambar 4. 3 Pelapisan Bagian Bawah Dengan Bahan Plastik Tebal Dengan Joint Plat Diperkuat Dengan Dovel Dan Tulangan Praktis Tepi Gambar 4. 4 Hasil Pengecoran Lapisan Perkerasan Tiap Petak 2). Varian 2 Contoh Perhitungan Tulangan Pada Perkerasan Kaku Perkerasan beton bersambung dengan tulangan - Tebal pelat = 16,5 m - Lebar pelat = 2 x 3,5 m - Panjang pelat = 5,0 m - Sambungan susut dipasang setiap jarak 5 m - Ruji digunakan dengan diamter 28 mm, panjang 45 cm, jarak 30 cm - Batang pengikat digunakan baja ulir diameter 16 mm, panjang 70 cm, jarak 75 cm Perkerasan beton bersambung dengan tulangan - Tebal pelat = 16,5 m - Lebar pelat = 2 x 3,5 m - Panjang pelat = 15 m - Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3 - Kuat tarik ijin baja = 240 Mpa - Baerat isi beton = 2400 kg/m³
15 - Gravitasi (g) = 9,81 m/dt² 3). Varian 3 Perhitungan Perkerasan Beton Menerus Dengan Tulangan - Tebal pelat = 16,5 cm - Lebar pelat = 2 x 3,5 cm - Kuat tekan beton (fc ) = 285 kg/cm² (silinder) - Tegangan leleh baja fy = 3900 kg/cm² - Es/Ec = 6 - Koefisien gesek antara bton dan pondasi bawah μ = 1,3 Fcr = 40 kg/cm² Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm² Fy = 3900 kg/cm² - Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m - Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm, dan jarak 30 cm Tulangan memanjang As perlu = 0,55% x 100 x 16,5 = 9,075 cm As min = 0,6% x 100 x 16,5 = 9,9 cm /m. > As perlu
16 Dicoba tulangan diamter 16 jarak 180 mm (As = 11,1 cm /m.) Untuk ptulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 450 mm Perhitungan Pengecekan jarak teoritis antara retakan U = 4/d = 4/1,6 = 2,5 P = 11,1/(100x16,5) = 0,0067 Ambil Ambil s = 400 x 10-6 Gambar 4. 5 Pembuatan Alur Retakan Pada Permkaan Jalan
17 Gambar 4. 6 Pengisian Joint Sambungan Plat Dengan Bahan Sealent Bitumen 4). Varian 4 Perhitungan Lapis Tambah Perkerasan Beton Semen Di Atas Perkerasan Beton Semen Diketahui : Jalan lama dari perkerasan beton semen, mempunyai tebal 15 cm (To) Hasil pemeriksaan plate bearing k = 14 kg/cm³ Kuat tarik lentur beton fcf = 4Mpa (40 kg. cm²) Data lalu lintas, umur rencana, perkembangan lalu lintas dan jumlah lajur seperti pada penjelasan di atas Diminta: 1. Menentukan tebal lapis tambah dengan lapis pemisah, bila kondisi perkerasan lama secara struktur telah rusak (C= 0,35) 2. Menentukan tebal lapis tambah langsung, bila kondisi perkerasan lama mengalami retak awal (C=0,75) Penyelesaian a. Tebal lapis yang diperlukan (T), dengan cara seperti pada perencanaan perkerasan baru dengan k = 14 kg/cm³ atau CBR efektif = 50% Taksiran tebal pelat beton 16,0 cm
18 Tabel 4. 5 Analisa Fatigue Dan Erosi Setelah dicoba dengan tebal taksiran pelat beton semen 16 cm, menunjukkan bahwa jumlah persentase fatik lebih besar 100%, sehingga diambil tebal pelat 16,0 cm karena dari perhitungan di atas persentase kerusakan akibat fatik dan erosi lebih kecil dari 100%. b. Menentukan tebal lapis tambah yang diperlukan dengan persamaan: Dengan Ketentuan: To = 15 cm Cs = 0,35 Maka, Diambil tebal lapis tambah Tr = 15 cm Menentukan tebal lapis tambah langsung Tebal lapis tambah langsung yang diperlukan (Tr) Dengan ketentuan: T = tebal lapis yang diperlukan = 16 cm T0 = 15 cm Cs = 0,35 Maka,
19 5). Varian 5 Perhitungan Lapis Tambah Perkerasan Beton Aspal Di Atas Perkerasan Beton Semen ( Sistem Komposit) Diketahui: Susunan perkerasan beton semen suatu jalan lama sebagai berikut: Tebal pelat beton semen = 15 cm Tebal pondasi bawah = 10 cm CBR tanah dasar = 4% Kondisi perkerasan lama telah retak-retak, tidak rata dan potongan-potongan pelat ( 1-4 m²) telah diperbaiki Lapis pondasi bawah dari bahan berbutir gradasi baik, CBR = 25% Data lalu lintas harian rata-rata pada tahun pembukaan (2 jalur, 2 arah) sebagai berikut: Kendaraan ringan (1+1)= 1215 buah Bus (3+5) = 365 buah Truk 2 as (5+8) = 61 buah Truk 3 as (6+14)= 37 buah Truk 5 as ( ) = 12 buah Umur rencana 20 tahun, dengan angka pertumbuhan lalu lintas = 6% pertahun Diminta: Menentukan tebal lapis tambah perkerasan beton aspal di atas perkerasan tersebut. Penyelesaian Dari hasil perhitungan dengan menggunakan prosedur buku, petunjuk perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metoda analisa SKBI dengan lalu lintas dan umur rencana seperti di atas, didapatkan tebal lapis tambah beton aspal (Tn) 22 cm. Tebal efektif perkerasan lama: Tebal efektif pelat beton aspal = 15 x 0,70 = 10,5 cm Tebal efektif pondasi bawah = 10 x 0,20 = 2,0 cm Tebal efektif perkerasan lama (Total) = 12,5 cm Tebal perkerasan beton aspal yang diperlukan: Tr = T T0 = 22 12,5 = 9,5 < T minimum = 10 cm
20 Digunakan tebal lapis tambah beton aspal (Tr) = 10 cm Gambar 4. 7 Nomogram untuk Sumbu Tunggal Roda Tunggal
21 Gambar 4. 8 Nomogram Untuk Sumbu Tunggal Roda Ganda
22 Gambar 4. 9 Nomogram untuk Sumbu Tandem Roda Ganda
23
BAB II STUDI PUSTAKA
II - 1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 2.1.1. Pengertian, Jenis dan Sifat Perkerasan Kaku Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi (perkerasan) dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Perhitungan validasi program bertujuan untuk meninjau layak atau tidaknya suatu program untuk digunakan. Peninjauan validasi program dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Adapun rencana tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan pembuatan
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN START
BAB III METODE PERENCANAAN START Jl RE Martadinata Permasalahan: - Klasifikasi jalan Arteri, kelas 1 - Identifikasi kondisi jalan - Identifikasi beban lalu-lintas - Genangan air pada badan jalan Standar
Lebih terperinciPERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON
25 PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON Gud Purmala Putra 1), Eko Darma 2), Soedarmin 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Perencanaan Jalan berikut : Perhitungan perkerasan kaku akan dilakukan dengan rencana data sebagai Peranan jalan Tipe jalan Rencana jenis perkerasan Lebar jalan Bahu
Lebih terperinciPERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)
PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU) Jenis Perkerasan Kaku Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa tulangan Perkerasan Beton Semen Bersambung dengan tulangan Perkerasan Beton
Lebih terperinciBAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin
BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON 4.1 Menentukan Kuat Dukung Perkerasan Lama Seperti yang telah disebutkan pada bab 1, di Jalan RE Martadinata sering terjadi genangan air laut karena pasang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Persiapan data dari sumbernya Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya Karya sebagai kontraktor pelaksana pembangunan JORR W2 dan PT. Marga
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Menghitung Tebal Perkerasan Lentur 4.1.1. Data Parameter Perencanaan : Jenis Perkerasan Tebal perkerasan Masa Konstruksi (n1) Umur rencana (n2) Lebar jalan : Perkerasan
Lebih terperinciPERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002 ERA APRILLA P NRP : 0121080 Pembimbing :Ir. SILVIA SUKIRMAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciRANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN
26 RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah melakukan design jalan dengan menggunakan rigid pavement metode Beton Menerus Dengan Tulangan (BMDT) berdasarkan data-data
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan dan Klasifikasi Jalan Raya 2.1.1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014
SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan 30 31 Mei 2014 Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Pada Pelebaran Jl Amir Hamzah Binjai Yetty Riris Rotua Saragi Program Studi Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Hirarki Jalan Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang berperan sebagai sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jalan 2.1.1 Istilah Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut : 1. Jalan adalah prasarana
Lebih terperinciPerkerasan kaku Beton semen
Perkerasan kaku Beton semen 1 Concrete pavement profile 2 Tahapan Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 3 Parameter perencanaan tebal perkerasan kaku Beban lalu lintas Kekuatan tanah dasar Kekuatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian umum Salah satu bagian program pemerintah adalah pembangunan jalan raya, sehingga jalan yang dibangun dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pemakai jalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Jenis perkerasan jalan, dapat berupa Perkerasan lentur (flexible pavement), Perkeraaan kaku (rigid pavement), dan Perkerasan Komposit, yang menggabungkan perkerasan
Lebih terperinciPERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN
PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS
BAB IV STUDI KASUS BAB STUDI KASUS Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan membandingkan hasil dari perhitungan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beban Lalu Lintas Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM
V - 1 BAB V ANALISIS DAN PERHITUNGAN RIGID PAVEMENT DENGAN DAN TANPA SERAT POLYPROPYLENE BERDASARKAN UJI LABORATORIUM 5.1. Besaran Rencana Perkerasan Kaku 5.1.1. Umur Rencana Pada umumnya umur rencana
Lebih terperinci2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciKOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG
KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '9 DAN METODE Pd T-- PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG Lodofikus Dumin, Ferdinan Nikson Liem, Andreas S. S. Maridi Abstrak
Lebih terperinciANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI
ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI Oleh Devi Siska Putri Mawarno 1000867596 BINUS UNIVERSITY JAKARTA 2010 ANALISA TEBAL PERKERASAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Raya Kelancaran arus lalu lintas sangat tergantung dari kondisi jalan yang ada, semakin baik kondisi jalan maka akan semakin lancar arus lalu lintas. Untuk
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA
ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA 0+900 2+375) Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciTINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN
TINJAUAN ULANG PERENCANAAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PROYEK JALAN PLTU BUNGUS- TELUK KABUNG PADANG Hendri Hidayat, Hendri GP dan Apwiddhal Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA
Vol. 1,. 1, April 2017: hlm 244-250 PENGARUH NILAI TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA Ni Luh Putu Shinta 1, Widodo Kushartomo 2, Mikhael Varian 3 1 Program
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON
METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON Kiki Widya Apriliani NRP : 0221031 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS
Lebih terperinciPerbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung
JURNAL TEKNIK ITS Vol 1 Sept 2012 ISSN 2301-9271 E-63 Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung Oktodelina
Lebih terperinciTINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK
TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK JALANSIMPANG HARU PADANG (STA 5+987 S/D 7+900) RUAS INDARUNG LUBUK BEGALUNG PADANG Siswanto, Mawardi Samah, dan Nasfryzal
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI
2.1 PERKERASAN LENTUR BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI Secara umum konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan pada tanah dasar. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA
1 PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LAHAN PENUMPUKAN CONTAINER DI PT. KBN MARUNDA Yogi Arif Mustofa 1), Budi Rahmawati 2), Elma Yulius 3) 1,2,3) Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83
Lebih terperinciStudi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993
Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993 PRATAMA,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.
TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1)
Lebih terperinciAbstrak BAB I PENDAHULUAN
Abstrak Jalan Raya MERR II merupakan alternatif pilihan yang menghubungkan akses Ruas Tol Waru Bandara Juanda menuju ke utara melalui jalan MERR II ke Kenjeran menuju akses Suramadu. Untuk menunjang hal
Lebih terperinciPerencanaan perkerasan jalan beton semen
Perencanaan perkerasan jalan beton semen 1 Ruang Lingkup Pedoman ini mencakup dasar-dasar ketentuan perencanaan perkerasan jalan, yaitu : - Analisis kekuatan tanah dasar dan lapis pondasi. - Perhitungan
Lebih terperinciAnalisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)
Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO 1993 + Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213) Data - Data yang diperlukan : Umur rencana = 20 tahun CBR tanah dasar = 6 % Kuat tarik lentur (fcf) = 4.0
Lebih terperinciGAMBAR KONSTRUKSI JALAN
1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS
III - 1 BB III METODE NLISIS 3.1. Metode Penyelesaian Masalah Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, metode penyelesaian masalah yang digunakan adalah sebagai berikut: Mulai Persiapan Pengamatan Pendahuluan
Lebih terperinciPERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)
PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG) Ida Hadijah a, Mohamad Harizalsyah b Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.
BAB II 2.1 Uraian Umum Sebelum melakukan perencanaan, terlebih dahulu diketahui secara garis besar tentang perkerasan kaku, prosedur perencanaan kaku didasarkan atas perencanaan yang dikembangkan oleh
Lebih terperinciDwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2
ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA DAN METODE AASHTO SERTA MERENCANAKAN SALURAN PERMUKAAN PADA RUAS JALAN ABDUL WAHAB, SAWANGAN Dwi Sulistyo 1 Jenni
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB
Lebih terperinciPERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU
PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA RUAS JALAN BATAS KOTA PADANG SIMPANG HARU Sudarmono PS 1, Mufti Warman 1, Indra Farni 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik sipil dan Perencanaan, Universitas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Dalam usaha melakukan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah daerah yang mengalami kerusakan
Lebih terperinciGambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
RIGID PAVEMENT Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasn tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang digunakn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi perkerasan kaku ( Rigid Pavement) banyak digunakan pada kondisi tanah dasar yang mempunyai daya dukung rendah, atau pada kondisi tanah yang mempunyai daya
Lebih terperinciRUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :
PENDAHULUAN Pelabuhan teluk bayur merupakan salah satu sarana untuk mendistribusikan barang, orang dan hasil industri dari Padang menuju tempat lainnya melalui jalur laut. Kendaraan yang masuk kekawasan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Bina Marga Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan saat melakukan survei visual adalah kekasaran permukaan, lubang, tambalan, retak, alur,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan dengan Metode Analisa Komponen dari Bina Marga 1987 1. Data Perencanaan Tebal Perkerasan Data perencanaan tebal perkerasan yang digunakan dapat
Lebih terperinciJenis-jenis Perkerasan
Jenis-jenis Perkerasan Desain Perkerasan Lentur Penentuan Umur Rencana Tabel 2.1 Umur Rencana Perkerasan Jalan Baru (UR) Jenis Perkerasan Elemen Perkerasan Umur Rencana (Tahun) Lapisan Aspal dan Lapisan
Lebih terperinciPd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen
Perencanaan perkerasan jalan beton semen DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Halaman Daftar isi........ i Prakata. ii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan Normatif.... 1 3
Lebih terperinciPerencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur
Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA 3+500 6+450 Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur Oleh : SHEILA MARTIKA N. (NRP 3109030070) VERONIKA NURKAHFY (NRP 3109030094) Pembimbing
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN
ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 2003
Reka Racana Jurusan Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 214 PENGARUH BEBAN BERLEBIH TERHADAP TEBAL PERKERASAN KAKU METODE DEPKIMPRASWIL 23 MUHAMAD IQBAL 1, DWI PRASETYANTO.
Lebih terperinciPerbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur. Muhamad Yodi Aryangga, Anak
Lebih terperinciSelamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang
Selamat Datang Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang OPTIMALISASI PENGGUNAAN MATERIAL HASIL COLD MILLING UNTUK CAMPURAN LAPISAN BASE COURSE DENGAN METODE CEMENT TREATED RECYCLED BASE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Raya Jalan raya merupakan jalan utama yang menghubungkan suatu kawasan dengan kawasan lainnya yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
Lebih terperinciBab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL
63 Bab V Analisa Data V.1. Pendahuluan Dengan melihat kepada data data yang didapatkan dari data sekunder dan primer baik dari PT. Jasa Marga maupun dari berbagai sumber dan data-data hasil olahan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Material Beton II.1.1 Definisi Material Beton Beton adalah suatu campuran antara semen, air, agregat halus seperti pasir dan agregat kasar seperti batu pecah dan kerikil.
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Tebal Perkerasan Menggunakan Metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 1. Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Baru a. Umur Rencana Penentuan umur rencana
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE
Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1, Februari 2018 e-issn 2615-1634 PERBANDINGAN HASIL PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN TIPE PERKERASAN KAKU ANTARA METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE Pd.T.14-2003 PADA PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehingga memberikan kenyamanan kepada pengemudi selama masa pelayanan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain. Jalan berperan penting dalam pertumbuhan sosial dan ekonomi suatu
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE
POLITEKNOLOGI VOL. 16 No. 1 JANUARI 2017 PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN KAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE Pd-T-14-2003 DAN AASHTO 93 PADA JALAN KARTINI DEPOK Achmad Nadjam 1), Vindi Prana Prasetya 2)
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G
9 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis konstruksi perkerasan
Lebih terperinciStudi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku
Reka Racana Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2014 Studi Perencanaan Tebal Lapis Tambah Di Atas Perkerasan Kaku SURYO W., SATRIO 1., PRASETYANTO, DWI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan berupa batu pecah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA 3.1. Data Proyek 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul Bogor. 2. Lokasi Proyek : Bukit Sentul Bogor ` 3.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dilakukan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini berdasarkan studi kasus mahasiswa yang serupa, peraturan, maupun jurnal
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Pavement Condition Index (PCI) Pavement Condotion Index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi
Lebih terperinciPerbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128
ABSTRAKSI GaneÇ Swara Vol. 7 No.1 Maret 2013 PERBANDINGAN PERKERASAN KAKU DAN PERKERASAN LENTUR I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fak. Teknik Univ. Islam Al-Azhar Mataram Perkerasan jalan merupakan suatu
Lebih terperincisampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai
Lebih terperinciLAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN
LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan DOSEN PEMBIMBING Donny DJ Leihitu ST. MT. DISUSUN OLEH NAMA : KHAIRUL PUADI NPM : 11.22201.000014 PROGRAM
Lebih terperinci1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Klasifikasi Jalan Menurut Peraturan Pemerintah (UU No. 22 Tahun 2009) Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
Lebih terperinciPENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN
PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN Citra Andansari NRP : 0221077 Pembimbing Utama : Ir. Silvia Sukirman Pembimbing Pendamping : Ir. Samun Haris, MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciBAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI
V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi
Lebih terperinciSKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)
SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain
BAB III LANDASAN TEORI A. Parameter Desain Dalam perencanaan perkerasan jalan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu berdasarkan fungsi jalan, umur rencana, lalu lintas, sifat tanah dasar, kondisi
Lebih terperinciStudy of Comparative Methods of Flexible Pavement and Rigid Pavement Alfikri 1), Hendra Taufik 2) 1)
Study of Comparative Methods of Flexible Pavement and Rigid Pavement Alfikri 1), Hendra Taufik 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciA. LAPISAN PERKERASAN LENTUR
A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban
Lebih terperinciBAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI
BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang
Lebih terperinciPEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON
PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Sebelum tahun 1920-an, desain perkerasan pada dasarnya adalah penentuan ketebalan bahan berlapis yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk tanah dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciAnalisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton 181 untuk Jalan Akses Jembatan Suramadu
Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton 181 Analisa Perbandingan Beberapa Metode Perkerasan Beton Semen Ir. Sri Wiwoho Mudjanarko, MT ABSTRAK Perencanaan tebal perkerasan beton bersambung
Lebih terperinciASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN
ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN Prof. Dr.Ir.Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng.,DEA Workshop Continuing Profesional Development (CPD) Ahli Geoteknik Hotel Ambara - Jakarta 3-4 Oktober 2016
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Jalan Jalan merupakan suatu akses penghubung asal tujuan, untuk mengangkut atau memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Infrastrukur jalan di Indonesia
Lebih terperinciANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM
ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T - 14-2003 PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum
Lebih terperinci