BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Kimia Kayu Pertama kali mempelajari mengenai kayu, perlu kiranya melihat sejenak ciri ciri anatomi kayu lunak dan kayu keras. Kayu lunak menunjukkan suatu struktur yang relatif sederhana karena terdiri atas % trakeid,yang merupakan sel sel yang panjang dan tipis dengan ujung ujung yang tertutup pipih atau meruncing.sedangkan kayu keras mempunyai jaringan dasar untuk penguat ini tersebar pembuluh libriform dan trakeid serabut. Di dalam jaringan penguat ini tersebar pembuluh libriform dan trakeid serabut. Di dalam jaringan penguat ini tersebar pembuluh pengangkut, sering dengan lumen besar. Pembuluh pembuluh ini merupakan pipa yang panjangnya mulai dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter dan terdiri atas sel-sel tunggal dengan ujung terbuka atau berlubang lubang Selulosa Selulosa merupakan komponen kimia kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya hampir mencapai setengahnya. Selulosa merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas ß D glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan fisikanya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan.

2 CH 2 OH H OH CH 2 OH O H OH O O O H H OH H CH 2 OH O H OH O H OH H H OH O Gambar Struktur Selulosa Sifat-sifat fisika selulosa : 1. berwarna putih 2. Berat molekul berkisar antara gr/mol 3. tidak larut dalam air,asam dan basa 4. larut dalam Cu (NH 3 ) 4 (OH) 2 atau NaOH + CS 5. Terikat satu sama lain. 2 Sifat-sifat kimia selulosa : 1. Terhidrolisa sempurna dalam suasana asam akan menghasilkan glukosa

3 (C6H 10 O 5 ) n + nh 2 O H 2 SO 4 nc 6 H 12 O 2. Hidrolisa parsial menghasilkan maltosa (disakarida) 2(C 6 H 10 O 5 )n + Nh 2O nc 12 H 22 O 3. Hidrolisa berlebih menghasilkan asam oksolat 1 (C 6 H 10 O 5 )n + 4 nh 2 Ο 3nH 2 C 2 O 4 + 2nH 2 O 2 4. Hidrplisa lengkap dengan HCl 40% dalam air hanya menghasilkan D- glukosa 5. Selulosa tidak mempunyai karbon Poliosa (Hemiselulosa) Sejumlah poliosa mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai molekulnya jauh lebih pendek bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa mempunyai rantai-cabang. Kandungan poliosa dalam kayu keras lebih besar daripada dalam kayu lunak dan komposisi gulanya berbeda. Sifat-sifat hemiselulosa : 1. larut dalam alkali encer dan air panas 2. Ikatan karbonnya lebih lama dibandingkan dengan selulosa 3. Terhidrolisasi oleh asam-asam encer membentuk pentosa heksosa CH 2OH CH 2OH CH 2 OH OH O H OH O H OH O H H O H O H OH H H OH H OH H OH H H OH OH H OH H OH H OH Gambar struktur hemeselulosa /poliosa

4 2.1.3 Lignin Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dalam kayu keras dan juga terdapat beberapa perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan dalam kayu keras. Dari segi morfologi lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamella tengah majemuk maupun dalam dinding sekunder. Selama perkembangan sel, lignin dimasukkan sebagai komponen terakhir di dalam dinding sel. Lignin banyak dijumpai pada ruang antar sel dan dinding primer serat kayu. Fungsi utamanya pada tumbuhan adalah sebagai zat perekat yang berhubungan dengan kekuatan dan kekakuan serat kayu sehingga tumbuhan yang basa dapat berdiri kokoh. Lignin harus dipisahkan karena mengurangi mutu pulp yang dihasilkan atau untuk meningkatkan derajat terputih pulp tersebut. Sifat-sifat lignin : 1. Larut dalam larutan NaOH 2. Tidak larut dalam air 3. sangat tahan terhadap reaksi kimia 4. berat molekul antara Termasuk reaktif, karena mengandung gugus karboksil, metoksil dan karbonil 6. bila didestilasi oleh alkali akan terbentuk benzena (Fengel, D dan Werger, G. 1995).

5 CH 3 O O CH 2 CH 2 OH CH 2 CH 3 C C C = O CH 2 CH 2 O CH O CH 2 C O Gambar Struktur Lignin 2.2 Proses Pembuatan Pulp Secara garis besar produksi dibagi atas enam bagian yaitu persiapan kayu, pemasakan, pencucian, penyaringan, pemutihan lembaran Unit Persiapan Kayu Kulit kayu menimbulkan masalah pada pembuatan kertas karena ada senyawa-senyawa organik yang menyebabkan bintik-bintik pada kertas, disamping itu juga kulit kayu dapat mempersulit pembuatan pulp. Pada pembuatan pulp, kulit kayu ini harus dipisahkan terlebih dahulu kemudian kayunya dibuat dalam bentuk serpih yang selanjutnya diolah menjadi pulp. Adapun alat yang digunakan untuk pengulitan adalah Debarking Drum. Struktur dan fungsi debarking drum, dapat dipisahkan menjadi dua kelompok :

6 1. Tumble debarking drum untuk batang kayu yang pendek. Proses pengulitan lebih cepat daripada lingkaran drum dan berputar-putar di dalam truk tidak teratur. 2. Paralel debarking drum untuk gelondongan kayu berukuran panjang. Proses pengulitan dalam jenis ini gelondongan kayu berputar-putar di dalam drum searah tegak lurus dengan drum. Setelah dari debarking drum, kayu dimasukkan menuju chipper. Disini akan diadakan proses chipping. Tujuan penyerpihan ini adalah menghasilkan spesifikasi mutu chip yang diperlukan untuk pemasakan pulp dengan peralatanperalatan proses, sebagai berikut : Peralatan Digester Digester adalah alat pemasak chip/serpihan kayu yang berbentuk slinder yang dilas bersusun tegak, mempunyai volume 200 m 3 dan tinggi 18,67 m, diameter 4,2 m yang dirancang untuk bekerja pada tekanan tinggi hingga 12 kg/cm 2, temperatur C. Proses pemasakan dibagi menjadi atas beberapa tahap, yaitu : 1. Chip Filling Pengisian chip dalam digester dimulai dari pengangkutan chip dengan menggunakan belt conveyor yang panjangnya 24 m. Jumlah chip yang dibutuhkan tiap digester ukuran 75 ton dengan kandungan air rata-rata 50%. 2. Pre Steaming Pre steaming merupakan pemasukan steam ke dalam digester untuk tujuan menaikkan temperatur pemasakan chip dalam digester. Stem yang ditambahkan melalui bagian luar digester dengan low pressure steam (LPS), sampai temperatur C selama 30 menit, jumlah yang dibutuhkan sekitar 5 ton. 3. Liquor Filling Liquor filling merupakan pemasukan cairan pemasak yang terdiri dari lindi putih dan lindi hitam. Untuk mencapai tingkat kemurnian yang tinggi, cairan

7 pemasak yang akan dibuat untuk memasak chip dengan kandungan 19% alkali aktif yang disebut sebagai Na 2 O. Alkali aktif terdiri dari NaOH 10 gram/liter, Na 2 S 25 gram/liter. 4. Pemasakan Chip Pada proses pemasakan, cairan dipanasi dengan cara pemanasan tidak langsung. Pada sistem pemanasan tidak langsung dilakukan dengan mengalirkan uap ke dalam digester dengan uap tekanan menengah, cairan yang masuk melalui sistem sirkulasi tidak mengalami pemanasan. Faktorfaktor yang mempengaruhi proses pemasakan adalah temperatur, waktu dan konsentrasi zat pemasak. 5. Pulp Blowing Selesai pemasakan bubur pulp yang dialirkan ke dalam blow tank dengan membukakan katub pada jalur pulp,yang akan dihembuskan dari digester ke blow tank. Saat ini tekanan di digester turun hingga tekanan atmosfir. Maka penurunan tekanan akan menghasilkan gas blow yang menuju heat recovery system untuk menghasilkan air panas, pada operasional normal penghembusan dilakukan tiap 15 menit selanjutnya brown stock dari blow tank dipompakan ke dalam pressure knotter system Washing Bubur pulp dari knotter dicuci dalam unit washer. Didalamnya dilengkapi dengan sistem vakum sehingga bubur pulp dapat dicuci denag baik dengan hasil cuciannya tidak melekat pada dinding washer dan terus berputar. Di daerah masukan, bubur pulp dicuci dengan air panas dengan sistem penyemprotan secara berlawanan. Air pencucian untuk washer satu diambil dari filtrat no. 4 sedangkan bubur pulp pada washer empat dicuci dengan air panas yang baru. Bubur pulp yang menempel pada dinding washer dipotong dengandoctor blade yang dipasang sedemikian rupa sehingga bubur pulp yang sudah bersih tidak bercampur dengan bubur pulp yang kotor. Bubur pulp dari doctor blade dihancurkan lagi dengan menggunakan repuller low dan high speed. Hasil

8 pencucian dari washer dimasukkan ke washer stock tank dengan konsentrasi 10%- 12% untuk selanjutnya dikirim ke unit penyaring Screening Setelah washing, bubur pulp yang masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bubur pulp yang benar-benar bersih dan baik. Bubur pulp dari wash stock masuk ke primary screen. Hasil penyaringannya yaitu accept masuk washer dan reject masuk ke secondary screen dengan diameter 2 mm. Hasil dari secondary screen masuk ke primary screen dan buangannya masuk ke tertiary screen. Hasil dari tertiary screen masuk ke vibrating screen. Hasil screen dari vibrating screen akan dimasukkan ke screw press untuk dipisahkan antara air dan serat kasar. Dengan menggunakan pump, bubur pulp hasil screening akan dipompakan ke high density unbleach tower sebagai tempat penyimpanan Bleaching Tujuan blaching adalah untuk memutihkan bubur pulp. Bubur pulp dari unbleach tower dipompakan ke clorinasi tower dengan konsistensi 3,5 4 % pada tangki ini dilakukan penambahan ClO 2 serta diaduk oleh agitator agar pencampuran menjadi homogen selama menit dengan temperatur diatur diantara o C serta ph 1,5-2. setelah itu bubur pulp masuk ke washer untuk dicuci dengan menggunakan larutan klorin dioksida encer untuk menurunkan konsentrasi hingga 1,2%. Dengan bantuan tube bin, pulp hasil washer dimasukkan ke hypo tower dengan penambahan hipoklorin. Penambahan zat ini bertujuan untuk mendapatkan bubur pulp yang lebih putih dan sekaligus mengurangi kandungan lignin. Proses ini berlangsung selama ±2,5 jam. Setelah melewati washer, temperatur bubur pulp perlu dijaga dengan menggunakan I.D System Mixer. Setelah itu bubur pulp masuk ke menara klorin dioksida juga dengan bantuan tube bin. Dalam tangki ini terjadi penambahan

9 ClO 2 sebagai dilution yang berfungsi sebagai pemutih. Temperatur pada proses ini adalah o C dan proses berlangsung selama ± 2,5 jam dengan ph 3-3, Pulp Machine Proses pengolahan bubur pulp menjadi pulp berbentuk lembaran dilakukan pada pulp machine. Tahap tahap yang dilakukan adalah : 1. penyaringan bubur pulp pemutih penyaringan ini meliputi pengurangan kadar air yang dimiliki bubur pulp dari 80% menjadi 50%. Unit ini satu buah katup pembentuk tiga unit fool box yang permukaannya berpori dan air terbuang dari pori tersebut. 2. Bagian penekanan Penekanan dilakukan dengan tiga tahap, penekanan pertama dilakukan dengan maksud bubur pulp dari wise conveyor. Derajat keasaman yang dimiliki pulp merupakan hal yang penting karena mempengaruhi proses pengeringan. 3. Pengeringan akhir Pengeringan akhir bertujuan untuk memastikan bahwa pulp sheet telah benarbenar kering. Pengeringan dilakukan dengan flack dryer yang didalamnya terdapat tahap kerja temperatur pengeringan o C. 4. Pemotongan dan pengemasan Pada tahap ini lembaran pulp dipotong dengan ukuran 80 cm, lebar 60 cm dan berat rata-rata perlembar gram. Selanjutnya lembaran pulp dikemas namun sebelumnya ditekan dengan balling press. Proses akhirnya setelah press pulp dimasukkan ke unit blade binder untuk diikat 8 bale, dimana 1 bale=200 kg. Pulp yang dikemas disimpan pada gudang dan kemudian siap untuk dipasarkan (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2005). 2.3 Limbah Cair Pulp Tujuan Pengolahan Limbah Cair Pulp

10 Dalam kegiatan industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Tujuan pengolahan air buangan misalnya antara lain : a. Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular. Karena air merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup mikroba penyebab penyakit menular b. Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan warna yang tidak menyenangkan atau tidak diharapkan. c. Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya kelompok hewan dan tanaman air (Sugiarto. 1993) Pengolahan Limbah Cair Pulp Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp (Tahap Persiapan) Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku (influent) masuk ke bak penjernih pertama (Primary Clarifier) terlebih dahulu dikontrol ph dengan menggunakan kapur tohor (burn clarifier) kemudian disaring melalui saringan berputar (traveling screen) untuk menghindari sampah-sampah atau benda-benda besar ukurannya masuk ke Primary Clarifier sehingga nantinya mengganggu kinerja atau operasional unit tersebut, misalnya pompa. Selanjutnya influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk menyamakan aliran yang masuk ke stiap Primary Clarifier. Tahap selanjutnya influent mengalir ke primary Clarifier. Pada tahapan ini influent diendapkan untuk memisahkan influent dari padatan tersuspensinya (Total Supended Solid = TSS)

11 karena TSS yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh mikroorganisme pada proses penguraiannya. Adapun cara kerjanya adalah padatan yang terkandung dalam influent yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap secara gravitasi dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary Clarifier tersebut. Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah ukur (weir) dan menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang mengendap ke dasar Primary Clarifier yang kita namakan lumpur Primary (Primary Sludge) selanjutnya disapu ke rake tengah dan diarahkan ke lobang isapan pompa kemudian dipompakan ke Thickener Clarifier untuk diolah lebih lanjut Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp (Cooling System) Sistem pendingin limber cair PT.Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan menggunakan menara pendingin (Cooling Tower). Hal ini diperlukan untuk menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik. Adapun parameter yang perlu dijaga untuk unit ini adalah : 1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 38 o C, karena temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada kisaran o C. 2. Agar tercapai temperatur tersebut maka dipastikan : Spray Nozzle (sebuah pipa penyemprot) dalam keadaan bersih, tidak tersumbat dengan benda apapun agar limbah cair yang kontak dengan udara luar diusahakan setipis mungkin. Mist Eliminator (membran) beserta sekat-sekatnya dalam keadaan bersih dan tidak tersumbat dengan lumut atau kotoran apapun, agar kontak antara udara luar dengan limbah cair selalu terjaga Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp

12 Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primary Clarifier sampai ke Coolling Tower maka tahapan selanjutnya adalah tahapan utama di bak aerasi (Deep Tank). Pada unit ini penguraian secara biologi (Biological Reaction) berlangsung. Reaksi berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana apabila ada oksigen di dalamnya dan tentunya mikroorganisme juga ada. Reaksi yang terjadi pada tahapan ini adalah : Mikroorganisme Aerobik + Organik Terurai + O 2 + Nutrient CO 2 + H 2 O + NH 3 + Mikroorganisme yang baru Tahap Penyempurnaan Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi (Spiliter Box) agar aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata. Lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terbagi atas 2, yaitu : 1. Lumpur Primary (Primary Sludge) Merupakan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan limbah cair oleh Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan pulp. 2. Lumpur Biologi (Waste Activated Sludge) Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang dari Secondary Clarifier, dimana kegunaannya untuk menjaga campuran padatan organik yang tersuspensi untuk menjaga keseimbangan antara makanan dan mikroorganisme. Karena pada prinsipnya mikroorganisme berkembang biak setelah memakan organik terurai dalam limbah cair sehingga mikroorganisme ini perlu dibuang.

13 Penampungan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer) untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur primary. Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk memisahkan lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair yang dibuang ke badan sungai penerima diharapkan sejernih mungkin (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2003) 2.4 Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS) Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang berbeda-beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan yang dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, H. 2003) Defenisi Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalahsemua zatzat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut. Padatan Tersuspensi atau suspended solid (SS) merupakan padatan yang berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat 250 mg padatan tersuspensi. Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu. Besaran padatan tersuspensi menunjukkan banyaknya padatan organik (seperti bakteri) dan padatan anorganik (seperti tanah liat). Padatan tersuspensi organik disebut juga sebagai padatan tersuspensi dan terurai,

14 sedangkan padatan tersuspensi anorganik disebut juga padatan tersuspensi dan tak terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang akan membebani suatu unit pengendapan. Padatan terlarut atau dissolved solid (DS) merupakan jumlah padatan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 1,2 mikrometer (μm) yang terkandung dalam limbah cair. Padatan terlarut = 200 mgliter berarti dalam 1 liter limbah cair terdapat 200 mg padatan terlarut. Padatan terlarut digunakan untuk memperkirakan banyaknya ion dan senyawa kimia yang terlarut. Besaran padatan terlarut padat diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri. Walaupun demikian, jika kita sudah memiliki nilai padatan total atau total solid (TS) dan nilai padatan tersuspensi, maka nilai padatan terlarut umumnya dapat diperoleh melalui perhitungan matematis sebagai berikut : DS = TS - SS Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2003 Bahan bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, H. 2003) Prinsip Analisa Parameter ini adalah untuk mewakili banyaknya padatan yang mengendap dalam limbah cair. Parameter ini didapat dengan cara menyaring sejumlah limbah cair dengan kertas saring kemudian dipanaskan dalam tungku dengan temperatur 105 o C selama ± 1 jam untuk menghilangkan kadarnya. Kemudian ditimbang yang kering tersebut. Padatan yang tersaring yang masih basah dikurangkan dengan padatan yang kering tersebut dengan volume limbah cair yang disaring itulah padatan tersuspensi (Training and Depelopment Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2000).

15 2.4.3 Metode Analisa Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu (Training and Depelopment Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk 2000). Analisa gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan merupakan metode yang mempunyai peranan penting dalam analisis gravimetri. Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang begitu sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila endapan dipisahkan dengan menyaringnya dan ditimbang. Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis gravimetri, adalah : 1. Endapan harus tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang berarti, bila endapan yang dikumpulkan dengan menyaringnya. Dalam praktek ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang tetap tinggal dalam larutan, tidak melampaui jumlah minimum yang terdeteksi oleh neraca analitik biasa yaitu 0,1 mg. 2. Sifat fisika endapan harus sedemikian, sehingga endapan dapat dengan mudah dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan dapat dicuci sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa partikelnya berukuran sedemikian, sehingga tidak lolos melalui medium penyaring, dan bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau sedikitnya atau berkurang oleh proses pencucian). 3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan operasioperasi kimia yang sederhana, seperti penguapan bersama cairan yang sesuai. Selama ini dianggap bahwa senyawa yang memisahkan dari lautan adalah larutan murni kimia, tetapi tidaklah selalu demikian halnya. Kemurnian endapan

16 bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik sebelum maupun sesetelah penambahan reagensia, dan juga pada kondisi eksperimen pengendapan yang tepat. Masalah-masalah yang timbul dengan endapan-endapan tertentu, meliputi koagulasi atau flokulasi suatu dispersi koloid dari zat-zat yang berbutir halus, untuk memungkinnya disaring dan untuk mencegah peptisai kembali darinya ketika endapan dicuci (Vogel. 1994).

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat beragam. Selain untuk

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS) Padatan (solid) merupakan segala sesuatu bahan selain air itu sendiri. Zat padat dalam air ditemui 2 kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komposisi Kayu Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama untuk pembuatan pulp dikarenakan rendemen seratnya yang tinggi. Kayu Eucalyptus berserat

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS 2 PENDAHULUAN Kebijakan Perusahaan Melalui pengelolaan air limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar dari dampak sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH

PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA PABRIK CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) DARI ECENG GONDOK DENGAN PROSES DELIGNIFIKASI SODA Oleh : Dian Aprilia Ratnasari (2311 030 002) Fiona Rossi Ramadhani (2311 030 056) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, TBK KARYA ILMIAH

PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, TBK KARYA ILMIAH PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE DI PT. TOBA PULP LESTARI, TBK KARYA ILMIAH PENENTUAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) LIMBAH CAIR PULP DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia ini semakin pesat. Perhatian masyarakat akan bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jagung (Zea mays) Menurut Effendi S (1991), jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting selain padi dan gandum. Kedudukan tanaman ini menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS 12.1. Pendahuluan Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi, kwalitas lingkungan hidup juga menurun

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biogas Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari perombakan bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob). Bahan organik dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delignifikasi bahan baku industri pulp sehingga didapat

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN BAB VII PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN 7.1. Sumber Limbah Di BTIK-LIK Magetan terdapat kurang lebih 43 unit usaha penyamak kulit, dan saat ini ada 37

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Kayu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada pra rancangan pabrik ini bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu. Ubi kayu (Manihot Esculenta Crant) termasuk dalam kelas Eupharbiaceace, dapat ditanam pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian air a. Pengertian air minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 8) b. Pengertian air bersih Air bersih

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

PENGAMBILAN SAMPEL AIR PENGAMBILAN SAMPEL AIR A. Pemeriksaan : Pengambilan Sampel Air B. Tujuan :Untuk memperoleh sampel air guna pemeriksaan parameter lapangan C. Metode : Langsung D. Prinsip : Sungai dengan debit kurang dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA بسم هللا الرحمن الرحيم TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DI INDUSTRI PETROKIMIA Tugas Pengolahan Limbah dan Sampah David Aprilansyah Kurniawaty (1205015060) Siti Khodijah Fahrizal Teknik Pengolahan Limbah Cair

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK TUGAS 1 MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK 1. Feriska Yuanita (105100200111012) 2. Alifian Juantono Sahwal (105100213111003) 3. Nadia Sabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arang Arang adalah residu yang berbentuk padat hasil pada pembakaran kayu pada kondisi terkontrol. Menurut Sudrajat (1983) dalam Sahwalita (2005) proses pengarangan adalah pembakaran

Lebih terperinci

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment) dengan beberapa ketentuan antara lain : Waktu aerasi lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non equivalent control

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang   Nurul Faqih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di lndonesia, khususnya di kota-kota besar masalah pencemaran sungai akibat buangan limbah cair industri semakin meningkat, di sisi lain pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN VII.1 Umum Operasi dan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan agar unit-unit pengolahan dapat berfungsi optimal dan mempunyai efisiensi pengolahan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA

PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA PABRIK PULP DARI LIMBAH PADAT INDUSTRI AGAR-AGAR DENGAN PROSES SODA Nama Mahasiswa : 1. Denti Bulan Trisna (2310 030 001) 2. Nunki Fathurrozi (2310 030 083) Dosen Pembimbing : Ir. Imam Syafril, MT NIP.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian CMP Untuk mengetahui bagian bagian proses CMP Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan CMP

1.2 Tujuan Untuk mengetahui pengertian CMP Untuk mengetahui bagian bagian proses CMP Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan CMP BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi pulp juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti rayon dan selofan. Pulp

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

Sewage Treatment Plant

Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Sewage Treatment Plant Adalah sebuah sistem pengolahan air limbah menjadi air berkualitas 3, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman atau dibuang ke saluran pembuangan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni Faridah, Anwar Fuadi ABSTRAK Kertas seni banyak dibutuhkan oleh masyarakat, kertas seni yang dihasilkan dapat digunakan sebagai kertas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini. Berbagai macam industri yang dimaksud seperti pelapisan logam, peralatan listrik, cat, pestisida dan lainnya. Kegiatan tersebut dapat

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS Padil, Silvia Asri, dan Yelmida Aziz Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Riau, 28293 Email : fadilpps@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015 Jurnal Fropil PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Endang Setyawati Hisyam

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah, residu semacam ini. % berat kering. Karbon 49. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen. Kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga banyak di dapat di dalam air limbah. Kandungan zat minyak dan lemak dapat ditentukan melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa

BAB II LANDASAN TEORI. nilai 7 sementara bila nilai ph > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Dasar ph ph atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. ph normal memiliki nilai 7 sementara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tanaman berkayu yang mempunyai tinggi 4,5 6 meter atau lebih. Kayu 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan bahan baku pembuatan pulp ataupun kertas

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MODUL PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014 PERATURAN DAN TATA

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG Sulastri**) dan Indah Nurhayati*) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan

Lebih terperinci