Storage House Sebagai Fasilitas Pendukung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Storage House Sebagai Fasilitas Pendukung"

Transkripsi

1 Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House Sebagai Fasilitas Pendukung Peningkatan Produksi Dan Pemasaran Perikanan Nelayan M. Ikhsan Setiawan, Reswanda T. Ade Universitas Narotama Surabaya Diterima : 10 Juli 2017 Direview : 15 Agustus 2017 Diterbitkan : 20 September 2017 Abstract: Global fish production currently reaches 158 million tons with the largest number of 91.3 million tons coming from the capture fisheries sector. Export results continue to increase to 35.4 billion dollars in Portable Inflated Solar Power Cold Storage House technology as a production support facility and fishermen fisheries marketing, can be constructed and transferred to certain residential locations easily, safely, quickly and lightly (0.55 mm PVC Terpaulin). Research Methods using Experimental Method and Action Research, beginning with the development of design, manufacturing, testing and repairing of prototype. Portable Inflated Solar Power Cold Storage House included: (1) technical test the speed of manufacture, transportation, assembly, installation, disassembly of Portable Inflated Structure, (2) Solar Power Cold Storage technical test related to Solar Power and Cold Storage products according to the condition of fisherman, so the fisherman fish results obtained are hygienic, cheap and profitable. The first year to develop the design of prototype Portable Inflated Solar Power Cold Storage House, followed by making prototype and ended with a prototype trial test at Narotama University Laboratory. The results of this research were continued mass production to support the acceleration of national fish absorption that hygienic, cheap and profitable. Keywords: Portable Inflated, Solar Power Cold Storage House, Fisherman JURNAL LENTERA : Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi Volume 3, Nomor 2, September 2017 ISSN : (Print) ISSN : (Online)

2 Pendahuluan Indonesia terdiri atas buah pulau, dan garis pantai sepanjang km dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi, mencakup 37% dari spesies ikan di dunia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1994). Terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumicumi, ikan-ikan karang seperti: kerapu, baronang, udang barong/lobster (Barani, 2004). Potensi lestari (maximum sustainable yield/msy) sumber daya perikanan tangkap diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Sedangkan potensi yang dapat dimanfaatkan (allowable catch) sebesar 80% dari MSY yaitu 5,12 juta ton per tahun. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkirakan produksi perikanan tangkap Indonesia akan mencapai 7 juta ton pada akhir 2015, akan terjadi pertumbuhan sebesar 16,7 persen dibandingkan dengan realisasi produksi ikan tangkap tahun 2014 sebesar 6 juta ton, serta mencapai 8 juta ton pada 2016 atau meningkat 14,3 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun Kebijakan pembatasan kapal yang boleh menangkap hanya di bawah 10 GT (Gross Ton) sampai pembatasan alat tangkapnya guna perikanan berkelanjutan, telah meningkatkan produksi nelayan. Namun melimpahnya produksi Ikan menimbulkan kekhawatiran akan kerugian yang bisa dialami nelayan, mengingat disaat hasil tangkapan ikan melimpah dengan jumlah yang banyak secara otomatis akan berdampak pada turunnya harga ikan. Nelayan membutuhkan tempat penyimpanan Ikan yang membuat Ikan tetap segar dalam jangka waktu yang lama. Selama ini Cold Storage bisa menjadi solusi akan terjaganya kualitas ikan atau hasil tangkapan lainnya, namun problem biaya Cold Storage serta sumber listrik yang terbatas, membuat banyak tempat penampungan Ikan nelayan tidak memiliki Cold Storage. Volume 3, Nomor 2, September

3 Solusi teknologi Cold Storage bagi nelayan dengan biaya ekonomis namun mampu sebagai etalase penjualan produk Ikan nelayan adalah Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House harus memenuhi syarat kekuatan, kenyamanan dalam ruang dan kecepatan dalam penempatan Cold Storage di tempat penampungan Ikan nelayan. Bahan membran Portable Inflated Structure dapat tahan terhadap cuaca hingga lebih dari 10 tahun, bergantung kepada jenis bahan coatingnya. 1 Selain itu Bahan membran Portable Inflated Structure terbukti handal berdasarkan pengujian di Lab Universitas Narotama serta Uji Lapangan, memberikan hasil yang memuaskan meliputi kuat uji tarik hingga 218,3 kg, daya tahan material >70 o C, instalasi 3 menit, pemasangan 3 menit dan pembongkaran 3menit serta suhu dalam ruangan <35 o C. 2 Portable Inflated Structure dapat digunakan pada area terbatas, bahan struktur ringan (0.55 mm PVC Terpaulin), mudah dipindah, dilipat maupun diangkut ke lokasi lain hanya dengan truk/pickup. Luaran yang akan dicapai setiap tahunnya pada Penelitian Produk Terapan Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2017, meliputi: a. Prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House teruji di Lab Universitas Narotama b. Publikasi hasil penelitian dalam bentuk Seminar/Proceeding Internasional dan Draft Jurnal Internasional terindex Scopus c. Registrasi PATEN di Kementerian Hukum dan HAM 2. Tahun 2018, meliputi: a. Perbaikan dan Pengembangan Prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House hasil uji Lab Universitas Narotama 1 M. Ikhsan Setiawan, Ronny D. Nasihien, et.al, The Development of Portable Inflated Structure as the Facility on Natural Disaster Area, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, ISSN , (April Issue 2014). 2 M. Ikhsan Setiawan, Ronny D. Nasihien, et.al, Pengembangan Bangunan Portable Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana, dalam Seminar Nasional Teknologi (SENATEK). (Malang: ITN, 2015). Volume 3, Nomor 2, September

4 b. Prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House teruji di Lapangan (Pasar Ikan) c. Publikasi hasil penelitian dalam bentuk Seminar/Proceeding Internasional dan Jurnal Internasional terindex Scopus d. Proses Lanjutan PATEN di Kementerian Hukum dan HAM Tinjauan Pustaka Sarana pengolahan dan atau pengawetan produksi perikanan khususnya dalam proses pembekuan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi (economic added value) yang mampu dinikmati oleh pelaku usaha perikanan di daerah, berupa stabilisator harga komoditas perikanan serta kontributor dalam pengurangan angka pengangguran melalui serapan tenaga kerja. Keberadaan dan operasionalisasi cold storage diyakini mampu menciptakan berbagai peluang kerja seperti pedagang, buruh dan karyawan. Cold Storage adalah salah satu alat penunjang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil tangkapan nelayan guna menjaga kualitas hasil tangkapan. Cold Storage dilihat dari fungsi dan kegunaannya mempunyai peranan penting untuk menjaga kualitas hasil tangkapan nelayan sebelum akhirnya didistribusikan ke konsumen, sehingga peranan Cold Storage juga dapat menjaga harga jual tangkapan nelayan tidak mengalami penurunan disaat hasil tangkapan sedang menurun. Penelitian dan pengujian terhadap sistem struktur pneumatik, antara lain dalam uji model struktur pneumatik pada tahun 1992 telah dilakukan dalam paper Kajian dan Perancangan Bangunan dengan Konsep Struktur Pneumatik yang Ditekankan pada Aspek Teknik dan Metoda Konstruksi, Kasus Studi: Struktur Atap Pneumatik Membran Tunggal yang Ditumpu Udara pada Gedung Olah Raga. 3 Eksperimen model struktur diperlukan untuk mengetahui perilaku struktur sesungguhnya (prototipe) dengan menggunakan replika (model) struktur yang skalanya lebih kecil. Salah satu rekomendasi penelitian tersebut 3 Hery Budiyanto, Kajian dan Perancangan Bangunan dengan Konsep Struktur Pneumatik yang Ditekankan pada Aspek Teknik dan Metoda Konstruksi, Kasus Studi: Struktur Atap Pneumatik Membran Tunggal yang Ditumpu Udara pada Gedung Olah Raga. (Tesis, Bandung: Institut Teknologi Bandung, 1992). Volume 3, Nomor 2, September

5 adalah struktur pneumatik memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan struktur bangunan konvensional, yaitu investasi awal lebih murah, kecepatan dan kemudahan pembangunan, pemeliharaan mudah, elemen struktur dapat dilipat (ringkas) sehingga dapat disimpan dalam gudang dengan ukuran 3x3 m2. Eksperimen dilanjutkan dengan Penelitian Hibah Bersaing DIKTI Tahun yang menghasilkan prototipe struktur pneumatik yang ditumpu oleh udara. 4 Prototipe ini dapat dibangun hanya dalam waktu 30 menit, bangunan seluas 150 m2 siap menampung 50 orang. Kelemahan dari prototipe ini adalah penggunaan pintu rigid yang harus kedap udara sehingga menyulitkan masyarakat awam untuk membiasakan diri keluar masuk dari tenda gelembung. Hasil riset Purwanto yang dituangkan dalam tulisan berjudul Perkembangan Struktur Pneumatik Memperkaya Desain Arsitektur 5 menyampaikan kemungkinan penerapan dan pengembangan struktur pneumatik di Indonesia, antara lain kondisi iklim di Indonesia, terutama masalah angin, bukanlah masalah yang berarti dan dapat diperhitungkan dengan perhitungan tekanan dalam struktur pneumatik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan struktur pneumatik di Indonesia, antara lain perilaku, kondisi sosial masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan terutama dalam pemeliharaan bangunan. Aspek keisengan masyarakat dalam memandang dan memperlakukan bangunan/fasilitas umum sering menimbulkan kerusakan. Namun, masyarakat perlu dibiasakan dan dikenalkan dengan sistem struktur baru ini sehingga dapat belajar pada satu kondisi, bentuk, perilaku atau peradaban baru. Alain Chassagnoux dan kawan-kawan dalam Teaching of Morphology 6 menjelaskan bahwa untuk mempelajari bentuk-bentuk 4 Hery Budiyanto, Pembuatan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down yang Ringkas dan Cepat Bangun Sebagai Bangunan Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana. (Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun , Surabaya: Teknik Arsitektur Universitas Narotama, 2010). 5 Purwanto, Perkembangan Struktur Pneumatik Memperkaya Desain Arsitektur, Jurnal Dimensi, Vol 28 No. 1. (Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2000). 6 Alain Chassagnoux, et.al, Teaching of Morphology, International Journal of Space Structures, Vol.17 No. 2 & 3. ( Brendwood (UK): Multi Science Publishing Ltd., 2002). Volume 3, Nomor 2, September

6 arsitektur kontemporer yang menggunakan struktur non-konvensional. Para dosen bisa mengajak mahasiswa untuk melakukan eksperimen model sehingga mendapatkan pengalaman membentuk bangunan menggunakan elemen/komponen yang dirancang sendiri oleh mahasiswa. Dengan studi bentuk bangunan melalui studi geometri dan sains akan memberikan pengalaman pembentukan struktur bangunan yang sulit dilakukan dan hiperhitungkan secara matematis. Teknologi Portable Inflated Solar Cold Storage House semakin mudah dengan teknologi Portable Inflated Structure yang dapat memenuhi syarat kekuatan, kenyamanan dalam ruang dan kecepatan dalam pembangunan Portable Inflated Solar Cold Storage House tersebut. Bahan membran Portable Inflated Structure dapat tahan terhadap cuaca hingga lebih dari 10 tahun, bergantung kepada jenis bahan coatingnya. 7 Selain itu Bahan membran Portable Inflated Structure terbukti handal berdasarkan pengujian di Lab Universitas Narotama serta Uji Lapangan, memberikan hasil yang memuaskan meliputi kuat uji tarik hingga 218,3 kg, daya tahan material >70 o C, instalasi 3 menit, pemasangan 3menit dan pembongkaran 3menit serta suhu dalam ruangan <35 o C. 8 Portable Inflated Structure dapat digunakan pada area terbatas, bahan struktur ringan (0.55 mm PVC Terpaulin), mudah dipindah, dilipat maupun diangkut ke lokasi lain hanya dengan truk/pickup. 9 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan action research berupa pembuatan prototipe, melakukan uji coba Laboratorium dan uji coba Lapangan terhadap berbagai variabel (Cowan, 1968), berupa pengujian bahan membran Portable Inflated Structure terhadap: (1) fleksibilitas, kecepatan dan efektivitas dalam proses pembangunan portable inflated house, (2) kemudahan penggunaan solar power storage. 7 M. Ikhsan Setiawan, Ronny D. Nasihien, et.al, The Development of Portable Inflated Structure as the Facility on Natural Disaster Area, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, ISSN , (April Issue 2014). 8 M. Ikhsan Setiawan, Ronny D. Nasihien, et.al, (2015) Pengembangan Bangunan Portable Inflated Structure sebagai Fasilitas Tanggap Bencana, Seminar Nasional Teknologi (SENATEK). (Malang: ITN, 2015), a. 9 Ibid, b. Volume 3, Nomor 2, September

7 Pelaksanaan penelitian ini mulai tahun , dengan Uji Lab dilakukan di Lab Universitas Narotama (Tahun ke-1), sedangkan Uji Lapangan (Tahun ke-2). Proses pengembangan desain, perbaikan desain prototipe, pabrikasi, pengadaan, pengembangan, uji teknis dan uji lapangan teknologi Portable Inflated Solar Cold Storage House dilakukan di Lab Universitas Narotama serta di Lapangan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Aspek utama yang menjadi masalah dalam Penelitian Produk Terapan Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House, yaitu: 1. Pengembangan desain Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. 2. Pengembangan prototipe Portable Inflated Solar Power Cold Storage House dilanjutkan uji teknis dan uji lapangan. 3. Kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran bangunan Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan Penelitian Produk Terapan Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House sebagai berikut: 1. Bagaimana pengembangan desain Portable Inflated Solar Power Cold Storage House? 2. Bagaimana pengembangan prototipe Portable Inflated Solar Power Cold Storage House dilanjutkan uji teknis dan uji lapangan? 3. Bagaimana kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran bangunan Portable Inflated Solar Power Cold Storage House? Tujuan Penelitian Produk Terapan Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House Sebagai Fasilitas Pendukung Peningkatan Produksi dan Pemasaran Perikanan Nelayan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengembangan desain Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. 2. Melakukan pengembangan prototipe Portable Inflated Solar Power Cold Storage House dilanjutkan uji teknis dan uji lapangan. Volume 3, Nomor 2, September

8 3. Melakukan pengujian kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. 4. Melakukan publikasi terkait hasil penelitian dalam bentuk Seminar/Proceeding Internasional, Jurnal Internasional terindex SCOPUS serta proses PATEN di KemenkumHAM. Manfaat khusus Penelitian Produk Terapan teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House yang memiliki kecepatan/efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan, pembongkaran, serta teruji di Lab Narotama serta di Lapangan. 2. Tersedianya prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House yang dapat diproduksi massal oleh Mitra Industri sehingga dapat membantu percepatan pemasaran ikan Nasional yang higienis, murah dan menguntungkan. 3. Tersedianya publikasi ilmiah terkait hasil penelitian prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House dalam bentuk Seminar/Proceeding Internasional dan Jurnal Internasional terindex Scopus. 4. Tersedianyan PATEN di KemenkumHAM terkait produk penelitian prototipe teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. Urgensi (keutamaan) Penelitian Produk Terapan Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House adalah sebagai berikut: 1. Indonesia adalah salah satu pemain kunci dalam perikanan global, untuk perikanan tangkap, Indonesia berada di peringkat kedua setelah Cina dan untuk ikan budidaya menempati urutan keempat setelah Cina, India, dan Vietnam. Dari sisi penerimaan devisa, hasil ekspor produk perikanan Indonesia terus meningkat mencapai US$ 35,4 miliar pada tahun Teknologi Storage House semakin mudah didukung penerapan teknologi Portable Inflated Structure yang dapat memenuhi syarat Volume 3, Nomor 2, September

9 kekuatan, kecepatan, kenyamanan dalam ruang dan kelayakan Solar Power Cold Storage didalamnya. 3. Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House menjadi solusi ketersediaan ikan segar di perkotaan yang higienis, murah dan menguntungkan, disebabkan penempatan Storage House yang fleksibel di pemukiman/perumahan disertai teknologi Solar Power Cold Storage yang sudah umum diterapkan masyarakat perkotaan. 4. Teknologi Portable Inflated Solar Power Cold Storage House memiliki prospek tinggi guna diproduksi massal oleh Mitra Industri, disebabkan tingginya kebutuhan ikan segar perkotaan dan minimnya ketersediaan produksi ikan yang higienis namun murah harganya. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Desain Prototipe Portable Inflated Solar Cold Storage House, melalui kegiatan: a. Pengembangan Desain Prototipe; b. Proses Drawing, Setting, Editing Desain Prototipe; c. Finishing Desain Prototipe; d. Uji Coba Desain di Lab Universitas Narotama; e. Revisi Desain berdasarkan Hasil Uji Coba; f. Launching Desain Prototipe. Selanjutnya dilakukan Metode serta Teknik Pengembangan Desain Prototipe, berupa: a. Survey dan Pengumpulan data Desain Prototipe; b. Pengolahan Desain menggunakan Software Desain Grafis; c. Uji Coba Desain; d. Perbaikan Desain sesuai Hasil Uji Coba. Kemudian dilanjutkan dengan Metode serta Teknik Analisis, berupa analisis Kuantitatif (Software Desain Grafis). Hasil akhir diperoleh Desain Prototipe Portable Inflated Solar Power Storage House, yang telah diuji Coba dan dilakukan revisi atas hasil Uji Coba tersebut. 2. Pembuatan Prototipe & Uji LAB Prototipe Portable Inflated Solar Cold Storage House, melalui kegiatan: Volume 3, Nomor 2, September

10 a. Pabrikasi Prototipe Portable Inflated Solar Power Storage House, pengadaan Solar Power dan pengadaan Fish Storage; b. Uji Coba di LAB Universitas Narotama, meliputi: (1) Uji fleksibilitas, kecepatan, efektivitas pembangunan; (2) Uji coba kemudahan penggunaan solar power storage. Kemudian dilanjutkan dengan Metode dan Teknik Analisis berupa analisis Kuantitatif (menggunakan Termometer, Stopwatch,). Hasil akhir diperoleh Produk Prototipe Portable Inflated Solar Power Storage House, yang telah di Uji Coba di LAB dan telah dilakukan revisi produk atas hasil Uji Coba di LAB Universitas Narotama tersebut. 3. Pelaksanaan Registrasi PATEN, melalui kegiatan: a. Identifikasi produk PATEN; b. Persiapan dokumen PATEN; c. Koordinasi dengan KEMENKUMHAM; d. Pengajuan PATEN. Selanjutnya Teknik Registrasi PATEN, meliputi: a. Pengambilan data PATEN; b. Pengolahan data PATEN; c. Penyerahan data PATEN. Kemudian dilanjutkan dengan Teknik Analisis pelaksanaan registrasi PATEN secara Kualitatif (Administrasi PATEN). Hasil akhir yang diperoleh adalah Registrasi PATEN atas produk Prototipe Portable Inflated Solar Power Storage House. 4. Pelaksanaan PUBLIKASI, melalui kegiatan: Persiapan dokumen untuk Publikasi Seminar/Proceeding Internasional dan Jurnal Internasional terindex SCOPUS. Selanjutnya dilakukan Metode dan Teknik Publikasi, meliputi: a. Pengambilan/Pengolahan/Analisis data; dan b. Pendaftaran, Registrasi, Editing, Translating, Abstract, Draft Full Paper, Final Full Paper, Reviewer Consultation, Sending Paper, Publishing. Kemudian dilanjutkan dengan Metode serta Teknik Analisis, berupa analisis Kuantitatif (Publication). Hasil akhir diperoleh Publikasi Volume 3, Nomor 2, September

11 Seminar Internasional dan Draft Publikasi Jurnal Terindex SCOPUS atas produk Portable Inflated Solar Power Storage House. Kesimpulan Pada tahun pertama (2017) telah dilakukan: 1) pengembangan desain Portable Inflated Solar Power Cold Storage House; 2) pengembangan prototipe Portable Inflated Solar Power Cold Storage House dilanjutkan uji teknis; 3) pengujian kecepatan dan efektivitas dalam proses pengangkutan, perakitan, pemasangan serta pembongkaran Portable Inflated Solar Power Cold Storage House. Berdasarkan pengembangan Portable Inflated Solar Power Cold Storage House tersebut, telah dihasilkan produk ilmiah meliputi: 1) Pemakalah dalam temu ilmiah internasional 2) Publikasi ilmiah internasional; 3) Proses Hak kekayaan intelektual HKI berupa PATEN; 4) Proses Buku Ajar ISBN; 5) Tingkat kesiapan teknologi TKT, LEVEL 4. Definisi/Status: Komponen teknologi telah divalidasi dalam lingkungan laboratorium. Indikator: 1) Test laboratorium komponenkomponen secara terpisah telah dilakukan; 2) Kinerja dari masing-masing komponen teknologi (cara/metode/proses/produk) yang akan dikembangkan telah menunjukan hasil yang baik; 3) Percobaan fungsi utama teknologi dalam lingkungan yang relevan telah dilaksanakan; 4) Prototipe teknologi skala laboratorium telah dibuat; 5) Penelitian integrasi komponen telah dimulai; 6) Analisis awal menunjukkan bahwa fungsi utama yang dibutuhkan dapat bekerja dengan baik; 7) Integrasi komponen teknologi dan rancang bangun skala laboratorium telah diuji (low fidelity). Daftar Pustaka Budiyanto, Hery Kajian dan Perancangan Bangunan dengan Konsep Struktur Pneumatik yang Ditekankan pada Aspek Teknik dan Metoda Konstruksi, Kasus Studi: Struktur Atap Pneumatik Membran Tunggal yang Ditumpu Udara pada Gedung Olah Raga. Tesis, Bandung: Institut Teknologi Bandung. Volume 3, Nomor 2, September

12 Pembuatan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down yang Ringkas dan Cepat Bangun Sebagai Bangunan Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Surabaya: Teknik Arsitektur Universitas Narotama. Chassagnoux, Alain, et.al Teaching of Morphology, International Journal of Space Structures, Vol. 17 No. 2 & 3. Brendwood (UK): Multi Science Publishing Ltd. Purwanto Perkembangan Struktur Pneumatik Memperkaya Desain Arsitektur, Jurnal Dimensi, Vol 28 No. 1. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Luchsinger, Rolf H. et.al Pressure Indicated Stability: From Pneumatic Structure to Tensairity. Article No. JBE , Journal of Bionic Engineering. Vol. 1. No. 3, hal Changchun PR China: Jilin University - Nanling Campus, Setiawan, M. Ikhsan, Nasihien, Ronny D., et.al The Development of Portable Inflated Structure as the Facility on Natural Disaster Area, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, ISSN April Issue Setiawan, M. Ikhsan, Nasihien, Ronny D., et.al Pengembangan Bangunan Portable Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana, Seminar Nasional Teknologi (SENATEK). Malang: ITN. Setiawan, M. Ikhsan, Nasihien, Ronny D., et.al Poros Maritim Dunia dan Bencana Tsunami: Pengembangan Portable Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana, Seminar Nasional Teknik Sipil XI Surabaya: ITS. Volume 3, Nomor 2, September

PROCEEDING Seminar Nasional Teknologi 2015, ISSN: ITN, Malang, 17 Januari 2015

PROCEEDING Seminar Nasional Teknologi 2015, ISSN: ITN, Malang, 17 Januari 2015 PROCEEDING Seminar Nasional Teknologi 2015, ISSN: 2407-7534 ITN, Malang, 17 Januari 2015 PENGEMBANGAN BANGUNAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA M. Ikhsan Setiawan 1, Ronny D Nasihien

Lebih terperinci

POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA

POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA M. Ikhsan Setiawan 1, Hery Budiyanto 2, Fredy Kurniawan 3, Sri Wiwoho M 4 dan Ronny D. Nasihien

Lebih terperinci

Pengembangan Bangunan Air Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana

Pengembangan Bangunan Air Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana Pengembangan Bangunan Air Inflated Structure Sebagai Fasilitas Tanggap Bencana M. Ikhsan Setiawan 1, Tiong Iskandar 2, Hery Budiyanto 3 1) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Narotama Surabaya 2) Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BANGUNAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA

PENGEMBANGAN BANGUNAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA PENGEMBANGAN BANGUNAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA M. Ikhsan Setiawan 1, Tiong Iskandar 2, Hery Budiyanto 3 1) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Narotama Surabaya 2) Program

Lebih terperinci

POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI :

POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA M. Ikhsan Setiawan 1, Hery Budiyanto 2, Fredy Kurniawan 3, Sri Wiwoho M 4 dan Ronny D. Nasihien

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR INFLATED GREENHOUSE

PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR INFLATED GREENHOUSE PROCEEDING Seminar Nasional Fakultas Teknik Sipil Universitas Narotama, Surabaya, 28 Februari 2015 ISBN: 978-602-72437-1-2 PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR INFLATED GREENHOUSE

PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR INFLATED GREENHOUSE PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) MENGGUNAKAN STRUKTUR AIR INFLATED GREENHOUSE M. Ikhsan Setiawan 1, Hery Budiyanto 2, Koespiadi 3 1 M. Ikhsan Setiawan, Universitas Narotama, ikhsan.setiawan@narotama.ac.id

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PORTABLE INFLATED GREENHOUSE SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING)

TEKNOLOGI PORTABLE INFLATED GREENHOUSE SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) TEKNOLOGI PORTABLE INFLATED GREENHOUSE SEBAGAI FASILITAS PENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN PERKOTAAN (URBAN FARMING) Ronny Durrotun Nasihien, Diah Ayu Restuti Wulandari, Achfas Zacoeb,

Lebih terperinci

Struktur Bangunan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down Sebagai Tempat Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana

Struktur Bangunan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down Sebagai Tempat Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana Seminar Nasional Pascasarjana VIII ITS, Surabaya 13 Agustus 2008 ISBN No. 978-979-96565-4-4 Struktur Bangunan Tenda Pneumatik Sistem Knock Down Sebagai Tempat Penampungan Sementara Untuk Korban Bencana

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kelautan yang memiliki banyak kekayaan hayati. Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis pantai

Lebih terperinci

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

INDIKATOR TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI (TKT) / TECHNOLOGY READINESS LEVEL (TRL) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

INDIKATOR TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI (TKT) / TECHNOLOGY READINESS LEVEL (TRL) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI INDIKATOR TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI (TKT) / TECHNOLOGY READINESS LEVEL (TRL) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI TRL/TKT 01 Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan 1. Asumsi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas dari pada daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, karenanya potensi ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sumber daya perikanan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM KATA PENGANTAR Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km 2 dan mempunyai potensi serta keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI

TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI Permenristekdikti 42/2016 Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level) TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI -TKT atau TRL- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional PUSAT KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERADABAN MARITIM Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011 Suhana 5/11/2011 Alamat Kontak : Blog : Http://pk2pm.wordpress.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh di kawasan sentra nelayan dan pelabuhan perikanan yang tersebar di wilayah pesisir Indonesia. Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Secara fisik potensi tersebut berupa perairan nasional seluas 3,1 juta km 2, ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 2 ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prospek pasar perikanan dunia sangat menjanjikan, hal ini terlihat dari kecenderungan

Lebih terperinci

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Maspari Journal 03 (2011) 24-29 http://masparijournal.blogspot.com Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Onolawe Prima Sibagariang, Fauziyah dan

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang lndonesia adalah negara kepulauan dan maritim dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu sepanjang 81.000 km dan dengan jumlah pulau kurang lebih 17.508 pulau serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis pantai 81.000 km,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN

RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN RENCANA INDUK PENELITIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2016-2020 Tim Penyusun Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Diponegoro Rencana Induk Penelitian Memberikan arah prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover) I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km 1. Luas wilayah perairan Indonesia mencapai 5,8 juta km 2 dan mendominasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN

STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN Jurnal Harpodon Borneo Vol.7. No.2. Oktober. 2014 ISSN : 2087-121X STUDI ASPEK PERTUMBUHAN UDANG NENEK (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN JUATA LAUT KOTA TARAKAN Tomy Chandra 1), Adil Abdul Latif 1),

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) BALAI BESAR BADAN LITBANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 PENETAPAN HARGA DASAR RUMPUT LAUT NASIONAL

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN 2013, No.44 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN

Lebih terperinci

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan sasaran program

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala kathulistiwa dari 95 o sampai 141 o bujur timur dan 6 o lintang Utara sampai 11 o lintang selatan,

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KKP Meningkatnya dukungan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMROSESAN IKAN BEKU UNTUK TPI MALANG SELATAN

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMROSESAN IKAN BEKU UNTUK TPI MALANG SELATAN TUGAS AKHIR LS 1336 ANALISA TEKNIK DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMROSESAN IKAN BEKU UNTUK TPI MALANG SELATAN DISUSUN OLEH GUNTUR CAHYO NUGROHO NRP. 4298 100 033 JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

14Pengembangan Agribisnis

14Pengembangan Agribisnis 14Pengembangan Agribisnis Berbasis Perikanan Menghadapi Era Perdagangan Bebas Abad 21 Pendahuluan Pengembangan subsektor perikanan dimasa lalu telah menghasilkan berbagai kemajuan. Produksi perikanan laut

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian, batasan masalah dalam penelitian, serta pada bagian akhir sub bab juga terdapat sistematika penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Objek Indonesia adalah negara maritim yang dikatakan sebagai zamrud khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan

Lebih terperinci

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish)

BAB I PENDAHULUAN. ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis memiliki potensi ikan hias mencapai 300 juta ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental fish) dan 226

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA BAB II. STUDI PUSTAKA Industri galangan kapal dewasa ini memiliki perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan, oleh karena itu kapal laut merupakan salah satu pilihan alat transportasi antar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara ASEAN lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA PENGABDIAN KEPADA MAASYARAKAT. AGUS SUBEKTI Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Nopember 2016

KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA PENGABDIAN KEPADA MAASYARAKAT. AGUS SUBEKTI Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Nopember 2016 KEBIJAKAN PENILAIAN KINERJA PENGABDIAN KEPADA MAASYARAKAT AGUS SUBEKTI Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Nopember 2016 1 DASAR KEBIJAKAN (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI

TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI Permenristekdikti 42/2016 Pengukuran dan Penetapan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (Technology Readiness Level) TINGKAT KESIAPAN TEKNOLOGI -TKT atau TRL- Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

TIPS DAN TRICK PROPOSAL HIBAH. Margareta Rinastiti

TIPS DAN TRICK PROPOSAL HIBAH. Margareta Rinastiti TIPS DAN TRICK PROPOSAL HIBAH Margareta Rinastiti RISET BERBASIS OUTPUT RISET BERBASIS PROSES SPJ, KUITANSI, DLL TIDAK ADA JAMINAN KEBERLANJUTAN ANGGARAN RISET JANGKA PANJANG SOLUSI RISET BERBASIS OUPUT

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA Faisal Amir 1, Jumadi 2 Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci