FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M"

Transkripsi

1 PENGARUH ATTITUDES TOWARD BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORMS, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, SELF EFFICACY DAN LATAR BELAKANG PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Aulia Amriana S. NIM : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

2

3

4

5 ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) Juni 2015 C) Aulia Amriana S. D) Pengaruh Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Self Efficacy & Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E) xiv + halaman + lampiran F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy & latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha mahasiswa. Sampel berjumlah 230 Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diambil dengan teknik probability sampling. Penulis memodifikasi alat ukur yang terdiri dari Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ), Occupational Status Choice Attitude Index, Linan & Chen (2009), General Self Efficacy (GSE). Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy & latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 41.1%. Hasil uji hipotesis minor menunjukan lima variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan antara lain, attitudes toward behavior-autonomy & authority, attitudes toward behavior-self realization & participation, attitudes toward behavior-perceived confidence, subjective norms dan perceived behavioral control. Sementara attitudes toward behavior (economic opportunity & challenge, security & workload, avoid responsibility, social environment & career), self efficacy (level, strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan lebih memperhatikan alat ukur yang digunakan dalam mengukur sebuah variabel. Lalu, untuk penelitian selanjutnya dapat meniliti variabel perilaku berwirausaha agar semakin terlihat jelas minat berwirausaha pada mahasiswa. Bahan bacaan: 29; buku: 3 + jurnal: 18 + artikel: 4 + skripsi: 4 v

6 ABSTRACT A) Faculty of Psychology B) June 2015 C) Aulia Amriana S. D) Influence Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Self Efficacy and Employment Background of Parents of Intention Student Entrepreneurship at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E) xiv + page + attachment F) This study aims to determine the effect of variable attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self-efficacy and employment background of parents on student entrepreneurship intentions. The total sample was 230 students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta which were taken with probability sampling techniques. The researcher modify scales consists of Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ), Occupational Status Index Attitude Choice, Linan and Chen (2009), General Self Efficacy (GSE). This study examined the validity of measurement tools by using confirmatory factor analysis (CFA) technique, while data analysis used regression analysis techniques. The results showed that there was a significant influence attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self-efficacy and employment background of parents to the intention towards entrepreneurship students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta at 41.1%. Minor hypothesis test results showed five variables that have significant influence among others, attitudes toward behavior-autonomy and authority, attitudes toward behavior-self realization and participation, attitudes toward behavior-perceived confidence, subjective norms, and perceived behavioral control. While attitudes toward behavior (economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, social environment and career), self-efficacy (level, strength, generality) and employment background of parents do not have a significant effect on entrepreneurial intentions. The researcher hopes the implications of the findings of this study can be reviewed and developed in subsequent studies. Giving more attention to measuring instruments used in measuring a variable, for instance. Further research can review variable entrepreneurial behavior so that entrepreneurship interest can be apparently seen in students. Reading: 29; books: 3 + journals: 18 + article: 4 + thesis: 4 vi

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat segala kekuasaan dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta pengikutnya. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode , beserta jajarannya. 2. Ikhwan Lutfi, M.Psi yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran serta ide dalam proses penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas waktu yang diberikan kepada penulis. 3. Desi Yustari Muchtar, M.Psi selaku penguji I. 4. Liany Luzvinda, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi pada penulis selama masa pekuliahan. 5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam proses administrasi. vii

8 viii 6. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan motivasi, dukungan (baik moral maupun materiil) serta doa tulus yang tidak pernah berhenti kepada penulis. Adik perempuan penulis yang selalu memberikan semangat untuk penulis. 7. Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dengan menjadi responden penelitian. 8. Mahasiswa/i Fakultas Psikologi angkatan 2011 khususnya kelas C yang telah menemani penulis selama empat tahun menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas cinta, kasih sayang, persahabatan, dukungan, bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut. Jakarta, 3 Juni 2015 Penulis

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN ORISINALITAS... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah Perumusan masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Manfaat penelitian Sistematika Penelitian BAB 2 LANDASAN TEORI Intensi Berwirausaha Definisi intensi berwirausaha Teori planned behavior Dimensi intensi Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha Pengukuran intensi berwirausaha Attitudes Toward Behavior Definisi attitudes toward behavior Dimensi attitudes toward behavior Pengukuran attitudes toward behavior Subjective Norms Definisi subjective norms Dimensi subjective norms Pengukuran subjective norms Perceived Behavioral Control Definisi perceived behavioral control Dimensi perceived behavioral control Pengukuran perceived behavioral control ix

10 x 2.5 Self Efficacy Definisi self efficacy Dimensi self efficacy Pengukuran self efficacy Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi Sampel Teknik Pengambilan Sampel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Identifikasi variabel Definisi operasional variabel Instrumen Pengumpulan Data Skala intensi berwirausaha Skala attitudes toward behavior Skala subjective norms Skala perceived behavioral control Skala self efficacy Uji Validitas Konstruk Uji validitas alat ukur intensi berwirausaha Uji validitas alat ukur attitudes toward behavior Uji validitas alat ukur subjective norms Uji validitas alat ukur perceived behavioral control Uji validitas alat ukur self efficacy Teknik Analisis Data Prosedur Penelitian BAB 4 HASIL PENELITIAN Gambaran Subjek Penelitian Hasil Analisis Deskriptif Kategorisasi intensi berwirausaha Kategorisasi attitude toward behavior Kategorisasi subjective norms Kategorisasi perceived behavioral control Kategorisasi self efficacy Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis mayor Uji hipotesis minor Analisis Proporsi Varians Masing-Masing Independen Variabel... 71

11 xi BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Kesimpulan Diskusi Saran Saran Teoritis Saran Praktis DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 86

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Blue Print Skala Intensi Berwirausaha Tabel 3.2 Blue Print Skala Attitudes Toward Behavior Tabel 3.3 Blue Print Skala Subjective Norms Tabel 3.4 Blue Print Skala Perceived Behavioral Control Tabel 3.5 Blue Print Skala Self Efficacy Tabel 3.6 Muatan Faktor Item untuk Intensi Berwirausaha Tabel 3.7 Muatan Faktor Item untuk Attitudes Toward Behavior Tabel 3.8 Muatan Faktor Item untuk Subjective Norms Tabel 3.9 Muatan Faktor Item untuk Perceived Behavioral Control Tabel 3.10 Muatan Faktor Item untuk Self Efficacy Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas Tabel 4.3 Hasil Statistika Deskriptif Tabel 4.4 Rumus Kategorisasi Tabel 4.5 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Tabel 4.6 Kategorisasi Attitude Toward Behavior Tabel 4.7 Kategorisasi Subjective Norms Tabel 4.8 Kategorisasi Perceived Behavioral Control Tabel 4.9 Kategorisasi Self Efficacy Tabel 4.10 Tabel R Square Tabel 4.11 Anova Tabel 4.12 Koefisien Tabel 4.13 Koefisien Self Efficacy secara utuh Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Theory planned behavior (Ajzen, 2005) Gambar 2.2 Pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy & latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran Skala Lampiran Hasil Lisrell Lampiran Uji Hasil Hipotesis Lampiran Surat Izin Penelitian xiv

15 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, mahasiswa yang baru lulus tidak hanya terbebani dengan proses pencarian pekerjaan yang sesuai dengan jurusan pendidikannya tetapi juga dihadapkan pada permasalahan ketersediaan lapangan pekerjaan itu sendiri. Hal ini dikarenakan semakin lama jumlah individu yang mencari kerja semakin bertambah, serta adanya kesempatan bagi warga negara asing untuk mencari pekerjaan di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, para pemimpin negara ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun Dampak dari adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebenarnya tidak selalu negatif. Program ini juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian negara. Diberlakukannya pasar bebas dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan ekspor dan impor. Proses ekspor suatu negara perlu ditingkatkan apabila suatu negara ingin maju. Hal ini bisa diwujudkan jika produksi negara berjumlah banyak dan memiliki kualitas yang baik. Produksi negara sangat berkaitan dengan 1

16 2 jumlah wirausaha yang ada di negara itu sendiri, sehingga ini berarti peluang untuk menjadi seorang wirausaha justru lebih terbuka. Adanya program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mengakibatkan semakin ketatnya persaingan lulusan Indonesia dalam mencari pekerjaan di Indonesia khususnya, serta di Asia secara umum. Kemampuan diri sangatlah berpengaruh pada proses persaingan dengan para job seeker (orang yang sedang mencari kerja) lain dari berbagai latar belakang budaya, daerah, serta pendidikan. Bagi individu yang memang memiliki kompetensi handal dalam suatu bidang tentunya hal ini tidak akan terlalu bermasalah, tetapi bagi individu dengan kompetensi standar adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini bisa menyulitkan untuk mendapatkan pekerjaan. Beberapa tahun belakangan, makin banyak mahasiswa yang baru menyelesaikan studi sarjana strata-1 nya justru menjadi pengangguran. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, sampai pada bulan Agustus tahun 2014, terdapat 7,25 juta pengangguran di Indonesia. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) terakhir pada bulan Agustus 2014 juga menunjukkan bahwa jumlah pengangguran yang berasal dari lulusan diploma I, II, III/Akademi sebanyak serta dari lulusan universitas. Gurbuz dan Aykol (2008) mengatakan bahwa wirausaha penting untuk pembangunan ekonomi negara. Hal ini karena bidang kewirausahaan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah pengangguran dan pembangunan ekonomi. Daerah yang memiliki banyak wirausaha dapat membantu menghasilkan kekayaan,

17 3 pekerjaan, serta penerimaan pajak industri dan negara secara keseluruhan (Angriawan, Conners, Furdek, & Ruth, 2012). Dengan kata lain, adanya wirausaha dapat membantu perekonomian negara. Oleh karena itu, mahasiswa perlu untuk melihat peluang lain selain mencari suatu pekerjaan. Mahasiswa justru dapat menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri dengan menjadi seorang wirausaha. Terciptanya lapangan pekerjaan baru tentunya akan mengurangi jumlah pengangguran dan dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Syarifuddin Hasan, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2011) mengatakan Indonesia masih kekurangan wirausaha jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Pernyataan ini diperkuat oleh Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Corporate Social Responsibility, Suryani Motik (2014) juga mengatakan Indonesia minimal memerlukan 2% atau sekitar 4,8 juta wirausahawan untuk mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi. Data-data di atas menunjukan bahwa negara Indonesia masih membutuhkan banyak wirausaha. Untuk menguatkan data-data diatas, peneliti melakukan survei pendahuluan kepada 25 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Rabu, 11 Februari Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa pernah berwirausaha. Mahasiswa menyadari pentingnya berwirausaha dalam kehidupan ini. Namun, mahasiswa yang ingin berwirausaha setelah lulus kuliah justru hanya sebagian kecil. Sementara alasan mahasiswa melakukan aktivitas wirausaha semasa kuliah bermacam-macam, antara lain alasan ekonomi, ingin mandiri, ingin menambah pengalaman, memiliki motivasi berwirausaha dan merasa memiliki kesempatan.

18 4 Kecenderungan individu untuk menjadi seorang wirausaha dapat disebut dengan intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha adalah keinginan yang ada pada diri individu untuk melakukan kegiatan kewirausahaan (Gurbuz & Aykol, 2008). Intensi berwirausaha juga telah diidentifikasi sebagai salah satu kunci yang diperlukan untuk memacu adanya wirausaha, dimana individu berani mengambil keputusan untuk mengeksploitasi peluang dan menciptakan usaha baru (Angriawan, et.al., 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada individu ada bermacam-macam. Faktor tersebut antara lain, attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control (Angriawan, et.al., 2012; Gurbuz & Aykol 2008), kepribadian (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe, 2012; Osiri, Kungu, & Prieto, 2012), kreativitas (Schmidt, Soper, & Bernaciak, 2012), kepemimpinan (Jensen & Luthans, 2006), self-efficacy (Sugiarto, 2013; Handayani, 2013; Woroningrum, 2014), latar belakang pekerjaan orang tua (Bhandari, 2012; Schoon & Duckworth, 2012) serta latar belakang pendidikan (Cunningham & Lischeron, 1991). Dalam penelitian ini, faktor yang menjadi independent variable adalah attitudes toward behavior, subjective norm, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua. Hal ini berdasarkan pada saran penelitian Angriawan, et.al. (2012) supaya menggunakan model lengkap dari teori planned behavior dalam mengukur intensi berwirausaha. Penelitian dengan model lengkap teori planned behavior pernah dilakukan di Turki (Gurbuz & Aykol 2008). Akan tetapi, Turki dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki kebudayaan yang berbeda sehingga hasil penelitiannya belum tentu sama. Pemilihan IV ini juga

19 5 berdasarkan hasil survey pendahuluan yang menyatakan bahwa alasan terbesar mahasiswa melakukan aktifitas kewirausahaan yaitu karena ingin meningkatkan ekonomi dan kemandirian. Berdasarkan teori planned behavior yang berdimensikan attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control dijelaskan bahwa ketiga dimensi tersebut merupakan prediktor yang positif dan signifikan dari intensi berwirausaha (Angriawan, et.al., 2012). Ajzen (2005) mengatakan attitudes toward behavior merupakan keyakinan tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu. Sementara subjective norms adalah keyakinan bahwa pihak tertentu menyetujui atau menolak suatu perilaku (Ajzen, 2005). Ajzen (2005) menambahkan perceived behavioral control dianggap sebagai keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktorfaktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008) menyebutkan attitudes toward self-employment yang merupakan istilah lain variabel attitudes toward behavior dalam berwirausaha. Variabel ini mengukur bagaimana sikap individu terhadap pekerjaan yang dikembangkannya sendiri. Dimensi yang diukur antara lain, autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-realization and participation, social environment and career, dan perceived confidence. Penelitian di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah tentang independent variable yang mempengaruhi intensi berwirausaha belum menghasilkan data yang konsisten. Ditemukan bahwa self efficacy memiliki pengaruh yang tinggi pada intensi

20 6 berwirausaha (Sugiarto, 2013; Woroningrum, 2014) dan sebaliknya memiliki pengaruh yang rendah pada intensi berwirausaha (Handayani, 2013; Ahmad, 2014). Dimensi yang diukur dari self efficacy sendiri yaitu level, strength dan generality. Bandura (1977) dalam Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan self efficacy sebagai evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Bhandari (2012) menunjukkan bahwa latar belakang pekerjaan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha pada seseorang. Penelitian Schoon dan Duckworth (2012) justru menemukan bahwa terdapat perbedaan faktor pengaruh antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam mengambil langkah berwirausaha. Anak laki-laki yang ayahnya menjadi seorang wirausaha memiliki kemungkinan lebih besar menjadi seorang wirausaha pada masa dewasanya, sementara pada anak perempuan lebih ditentukan oleh sumberdaya ekonomi yang ia miliki. Dari uraian data diatas, akhirnya peneliti memilih untuk melakukan penelitian tentang intensi berwirausaha pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini karena pentingnya menumbuhkan keinginan berwirausaha di kalangan mahasiswa. Mahasiswa merupakan salah satu generasi penerus bangsa yang akan menentukan maju tidaknya perekonomian suatu negara. Faktor-faktor yang akan digunakan sebagai prediktor dari intensi berwirausaha sendiri antara lain attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua. Dimana attitudes toward

21 7 behavior memiliki dimensi antara lain, autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, selfrealization and participation, social environment and career, dan perceived confidence. Self efficacy memiliki dimensi antara lain level, strength dan generality. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini berjudul Pengaruh Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Self Efficacy dan Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah Dalam menulis sebuah karya ilmiah sangat diperlukan adanya pembatasan masalah. Hal ini berguna untuk membatasi masalah yang akan diteliti agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian itu sendiri. Adapun konsep-konsep yang berkaitan dengan objek penelitian Pengaruh Attitudes Toward Behavior, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Self Efficacy dan Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua terhadap Intensi Berwirausaha pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibatasi pada : 1. Intensi berwirausaha adalah kecenderungan mahasiswa untuk menjadi seorang wirausaha dalam kehidupannya (Gurbuz & Aykol, 2008). 2. Attitudes toward behavior adalah keyakinan tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Attitudes toward behavior pada penelitian ini terdiri dari tujuh dimensi, yaitu autonomy and authority, economic opportunity

22 8 and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-realization and participation, social environment and career, dan perceived confidence. 3. Subjective norms adalah keyakinan individu tentang persetujuan pihak tertentu terhadap suatu perilaku, termasuk pula referen sosial yang turut menyumbangkan pendapat (Ajzen, 2005). 4. Perceived behavioral control adalah keyakinan individu tentang adanya faktorfaktor yang memfasilitasi atau menghambat suatu perilaku (Ajzen, 2005). 5. Self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Bandura, 1977). Self efficacy pada penelitian ini terdiri atas dimensi level, strength dan generality. 6. Latar belakang pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan orang tua responden, baik ayah maupun ibu. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu wirausaha dan non-wirausaha. 7. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah mahasiswa yang tercatat aktif kuliah strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Perumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha?

23 9 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan economic opportunity and challenge terhadap intensi berwirausaha? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan security and workload terhadap intensi berwirausaha? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha? 6. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-realization and participation terhadap intensi berwirausaha? 7. Apakah ada pengaruh yang signifikan social environment and career terhadap intensi berwirausaha? 8. Apakah ada pengaruh yang signifikan perceived confidence terhadap intensi berwirausaha? 9. Apakah ada pengaruh yang signifikan subjective norms terhadap intensi berwirausaha? 10. Apakah ada pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha? 11. Apakah ada pengaruh yang signifikan level terhadap intensi berwirausaha? 12. Apakah ada pengaruh yang signifikan strength terhadap intensi berwirausaha? 13. Apakah ada pengaruh yang signifikan generality terhadap intensi berwirausaha?

24 Apakah ada pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah : 1. Untuk melihat pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha. 2. Untuk melihat pengaruh autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha. 3. Untuk melihat pengaruh economic opportunity and challenge terhadap intensi berwirausaha. 4. Untuk melihat pengaruh security and workload terhadap intensi berwirausaha. 5. Untuk melihat pengaruh avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha. 6. Untuk melihat pengaruh self-realization and participation terhadap intensi berwirausaha. 7. Untuk melihat pengaruh social environment and career terhadap intensi berwirausaha. 8. Untuk melihat pengaruh perceived confidence terhadap intensi berwirausaha. 9. Untuk melihat pengaruh subjective norms terhadap intensi berwirausaha. 10. Untuk melihat pengaruh perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha.

25 Untuk melihat pengaruh level terhadap intensi berwirausaha. 12. Untuk melihat pengaruh strength terhadap intensi berwirausaha. 13. Untuk melihat pengaruh generality terhadap intensi berwirausaha. 14. Untuk melihat pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang dalam diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai seberapa besar pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha. Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi berkembangnya ilmu pengetahuan Psikologi. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan intensi berwirausaha beserta faktor yang mempengaruhinya Manfaat Praktis a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi mahasiswa tentang keinginan untuk berwirausaha. Bagaimana peluang wirausaha itu terbuka lebar untuk setiap mahasiswa di berbagai jurusan dengan tetap memanfaatkan ilmu yang telah

26 12 dipelajari. Misalnya, seseorang yang sudah menjadi psikolog dapat membuka biro konsultan psikologi. b. Diharapkan dapat memberi masukan bagi institusi pendidikan, khususnya Universitas tentang bagaimana meningkatkan keinginan berwirausaha pada mahasiswa. Misalnya, pihak Universitas dapat meningkatkan self efficacy para mahasiswanya dengan melakukan pelatihan kewirausahaan sehingga kemampuan mahasiswa bertambah dan kepercayaan diri untuk berwirausaha juga meningkat. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada sistematika penulisan American Psychology Association (APA) style. Untuk memudahkan penulisan penelitian ini, penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, perumasan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Berisi tentang definisi intensi, definisi wirausaha, definisi intensi berwirausaha, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha, pengukuran intensi berwirausaha, teori planned behavior, attitudes toward behavior, dimensi attitudes toward behavior, pengukuran attitudes toward behavior, subjective norms, pengukuran subjective norms, perceived behavioral control, pengukuran perceived behavioral control, self efficacy, dimensi self efficacy, pengukuran self efficacy, kerangka berpikir dan hipotesa penelitian.

27 13 BAB III : Metode Penelitian Berisi tentang populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data serta prosedur penelitian. BAB IV : Hasil Penelitian Berisi tentang gambaran umum subjek penelitian, analisis deskriptif, kategorisasi skor serta uji hipotesis. BAB V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Berisi kesimpulan, diskusi serta saran.

28 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang terkait dengan variabel penelitian, baik variabel terikat maupun variabel bebas. Bab ini terdiri dari tujuh sub bab. Dimulai sub bab pertama yang menjelaskan intensi berwirausaha, attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy, hingga kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. 2.1 Intensi Berwirausaha Definisi intensi wirausaha Intensi adalah indikasi seberapa kuat keinginan individu untuk mencoba atau berapa banyak usaha yang direncanakan untuk menampilkan perilaku. Intensi (dan perilaku) adalah fungsi dari tiga faktor penentu dasar, yaitu satu bersifat pribadi, lalu mencerminkan pengaruh sosial, dan ketiga berkaitan dengan isu-isu kontrol. Ketiga faktor tersebut diterjemahkan menjadi attitudes toward the behavior, subjective norms dan perceptions of behavioral control (Ajzen, 2005). Byham (2000) mengatakan bahwa wirausaha dapat didefinisikan sebagai individu yang berani untuk mengambil resiko dengan perhitungan untuk memanfaatkan tren yang sedang berkembang. Wirausaha merupakan individu yang dapat melihat batasbatasan organisasi untuk tumbuhnya peluang baru (misalnya, kemitraan, teknologi baru atau aplikasi, dll). Wirausaha merupakan individu yang mampu mengubah ancaman dari pesaing, kebijakan pemerintah, dan teknologi baru menjadi sebuah 14

29 15 peluang bisnis (Byham, 2000). Wirausaha merupakan orang yang mampu berinovasi, mempromosikan produk, meningkatkan kualitas layanan, melakukan kompetisi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Hisrich, Fox, & Grant, 2007). Keputusan untuk memulai sebuah usaha diasumsikan telah melalui perencanaan dalam beberapa waktu dan didukung oleh adanya intensi. Sehingga, intensi untuk menjadi seorang wirausaha diasumsikan sebagai prediksi yang menentukan pilihan individu dalam mengambil langkah memulai usaha pribadinya (Davidsson, 1995). Gurbuz dan Aykol (2008) menyatakan bahwa Entrepreneurial intention is one s willingness in undertaking entrepreneurial activity, or in other words become self employed. Dari definisi yang dikemukakan menunjukkan bahwa intensi untuk menjadi seorang wirausaha merupakan pendorong bagi individu dalam mengambil aktifitas kewirausahaan. Intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada pada diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan. Berdasarkan definisi intensi berwirausaha diatas, peneliti memilih untuk menggunakan definisi intensi berwirausaha menurut Gurbuz dan Aykol (2008). Hal ini karena dijelaskan bahwa intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada pada diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan. Definisi tersebut sejalan dengan tujuan peneliti untuk mengetahui intensi mahasiswa dalam menjadi seorang wirausaha dengan berlandaskan pada teori planned behavior Teori planned behavior Teori planned behavior bertujuan untuk menjelaskan bagaimana intensi dapat memprediksikan perilaku yang sesungguhnya (Gurbuz & Aykol 2008). Teori ini

30 16 sering digunakan untuk menjelaskan dan memprediksikan mengapa individu melakukan tindakan dalam beberapa cara. Teori ini mengusulkan tiga alasan munculnya intensi. Alasan pertama, yaitu penilaian dari perilaku, yang merupakan sejauh mana individu memiliki sikap yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap perilaku. Alasan kedua adalah norma subjektif, yang merupakan tekanan sosial untuk melakukan perilaku. Sedangkan kesulitan yang dirasakan untuk melakukan perilaku disebut dirasakan kontrol perilaku merupakan alasan yang ketiga (Ajzen, 1991 dalam Gurbuz & Aykol 2008). Ajzen (2005) mengatakan theory planned behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya berperilaku dengan cara yang masuk akal, mereka mempertimbangkan informasi yang tersedia dan secara implisit atau eksplisit mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka. Teori ini mendalilkan bahwa intensi individu untuk melakukan (atau tidak melakukan) perilaku adalah penentu yang paling utama dari tindakan itu sendiri. Teori ini mengasumsikan bahwa kepentingan relatif dari attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control dirasakan bergantung pada intensi yang diselidiki. Untuk beberapa hal, intensi untuk mempertimbangan sikap dianggap lebih penting dari sekedar pertimbangan normatif, walaupun dalam bentuk intensi yang lain pertimbangan normatif lebih dibutuhkan. Teori perilaku yang direncanakan tidak berhubungan langsung dengan jumlah kontrol yang sebenarnya dimiliki individu dalam situasi tertentu. Sedangkan intensi mencerminkan kesediaan individu untuk mencoba melakukan perilaku tertentu,

31 17 kontrol yang dirasakan cenderung hanya untuk mempertimbangkan beberapa kendala realistis yang mungkin ada. Apabila persepsi kontrol perilaku berjalan cukup baik, maka mereka akan memberikan informasi yang berguna atas intensi yang hendak diungkapkan. Attitudinal beliefs Attitudes Toward Behavior Normative Beliefs Subjective Norms Intention Behaviour Power of Control Beliefs Perceived BehavioralControl Gambar 2.1 Theory planned behavior (Ajzen, 2005) Gambar 2.1 menunjukkan dua fitur penting dari teori perilaku yang direncanakan. Pertama, teori ini mengasumsikan bahwa perceived behavioral control memiliki implikasi motivasi untuk intensi. Orang-orang yang percaya bahwa mereka tidak memiliki sumber daya maupun peluang untuk melakukan suatu perilaku tertentu, tidak mungkin akan membentuk intensi perilaku yang kuat untuk terlibat di dalamnya. Hal ini walaupun mereka menahan sikap favoritnya dan keyakinannya bahwa faktor lain juga penting untuk suksesnya perilaku mereka. Kedua, intervensi dapat diarahkan pada satu atau lebih dari perilaku penentu teoritis: attitudes toward behavior, subjective norm, atau perceived behavioral control. Perubahan faktor-faktor tersebut menghasilkan perubahan perilaku dan intensi untuk memberikan kontrol yang memadai atas perilaku. Dengan kata lain, intensi memiliki tiga faktor penentu yaitu attitudes toward behavior, subjective norm,

32 18 atau perceived behavioral control. Intensi inilah yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah perilaku Dimensi intensi Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan dimensi-dimensi intensi, antara lain : Perilaku (behavior). Dimensi ini merupakan dimensi tentang perilaku spesifik yang nantinya akan diwujudkan Sasaran (target). Dimensi ini merupakan dimensi tentang objek yang menjadi sasaran perilaku. Objek tersebut terbagi menjadi tiga yaitu orang atau objek tertentu (particular object), sekelompok orang atau objek (a class of object) dan orang atau objek pada umumnya (any object) Situasi (situation). Dimensi ini merupakan dimensi tentang situasi atau tempat yang mendukung untuk melakukan suatu perilaku (bagaimana dan dimana perilaku akan diwujudkan) Waktu (time). Dimensi ini merupakan dimensi tentang waktu terjadinya perilaku yang meliputi waktu tertentu, dalam satu periode ataupun tidak terbatas Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada individu ada bermacammacam. Hal ini bisa diketahui dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh banyak tokoh baik di dalam maupun di luar negeri. Faktor tersebut antara lain : Attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Gurbuz dan Aykol (2008) melakukan penelitian di Turki dengan 324

33 19 mahasiswa sebagai responden. Dalam penelitiannya digunakan teori planned behavior sebagai landasan. Adapun hal-hal yang dianggap sebagai pendorong sesesorang untuk menjadi seorang wirausaha, antara lain memiliki orang tua seorang wirausaha, jenis kelamin, subjective norm, perceived behavioral control, sikap, kondisi lingkungan yang mendukung dan dukungan akademik Menurut Angriawan, Conners, Furdek, dan Ruth (2012) attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control merupakan faktor yang memiliki pengaruh positif terhadap intensi individu untuk menjadi seorang wirausaha. Berdasarkan penelitian empiris mereka, perceived behavioral control merupakan faktor yang paling berpengaruh. Hal ini diikuti dengan variable attitudes toward behavior dan subjective norm Kepribadian. Kepribadian proaktif cenderung untuk menjadi seorang wirausaha (Osiri, Kungu, & Prieto, 2012). Kepribadian proaktif menjadikan individu belajar lebih mandiri karena ada kemauan dari dalam dirinya. Hal ini menjadi kontribusi tersendiri untuk mendorong intensi individu menjadi seorang wirausaha. (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe, 2012) Kreativitas. Kreativitas menjadi keahlian khusus yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha (Schmidt, Soper, & Bernaciak, 2012). Kreativitas itu sendiri terdiri atas berpikir konvergen dan berpikir divergen. Dari keahlian inilah dapat dihasilkan wirausaha-wirausaha baru Kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam berwirausaha mendukung seorang wirausaha mencapai kesuksesannya (Jensen & Luthans, 2006).

34 20 Kepemimpinan ini akan berpengaruh pada bagaimana nantinya seorang wirausaha menyikapi usaha yang ia rintis, karena terdapat perbedaan antara managing dan leading. Sehingga intensi menjadi seorang wirausaha juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang ada dalam diri individu Self efficacy. Zhao, Seibert, dan Hills (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy dalam intensi mahasiswa untuk menjadi seorang wirausaha. Ia menggunakan 265 sampel mahasiswa bisnis administrasi yang berasal dari lima universitas yang berbeda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek pembelajaran dari kursus berwirausaha, pengalaman berwirausaha dan keberanian untuk mengambil risiko dalam intensi berwirausaha dimediasi oleh entrepreneurial self-efficacy. Dalam penelitian Linan dan Chen (2009) menyebutkan bahwa konsep perceived behavioral control sekilas mirip dengan self efficacy Bandura (1997) dalam Linan dan Chen (2009). Namun terdapat perbedaan antara perceived behavioral control dan self efficacy, yaitu perceived behavioral control tidak hanya perasaan mampu namun juga persepsi tentang mengontrol sebuah perilaku (Linan dan Chen, 2009). Tetapi kedua hal tersebut dianggap memiliki pengaruh terhadap intensi individu untuk menjadi wirausaha Latar belakang pekerjaan orang tua. Intensi untuk menjadi seorang wirausaha dikaitkan dengan latar belakang pekerjaan orang tua individu (Bhandari, 2012). Anak laki-laki yang memiliki ayah seorang wirausaha memiliki kemungkinan akan menjadi wirausaha pada masa dewasanya,

35 21 sementara pada anak perempuan lebih ditentukan oleh sumberdaya ekonomi (Schoon, & Duckworth, 2012). Sehingga latar belakang pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi intensi individu untuk menjadi seorang wirausaha Latar belakang pendidikan. Sikap dasar individu dalam memahami fungsi dan proses dalam berwirausaha dipengaruhi oleh lembaga pendidikannya (Cunningham & Lischeron, 1991). Mendeskripsikan mengenai enam jenis sekolah atau lembaga yang berkaitan dengan bagaimana memahami proses berwirausaha. Setiap sekolah memiliki pandangan yang unik dalam mengilustrasikan fungsi dan proses berwirausaha. Keenam jenis sekolah atau lembaga yang dimaksud antara lain, Great Person School, Psychological Characteristics School, Classical School, Management School, Leadership School, dan Intrapreneurship School. Setiap lembaga memiliki fokus yang berbeda. Great Person School fokus pada individu yang memang telah memiliki bakat menjadi seorang wirausaha sejak lahir. Psychological Characteristics School fokus pada nilai-nilai unik, sikap dan kebutuhan yang mendorong individu menjadi wirausaha. Classical School fokus pada karakteristik wirausaha, yaitu memiliki sikap berinovasi. Management School fokus pada individu yang memahami perekonomian, mengorganisasi dan berani menerima resiko. Leadership School fokus terhadap kemampuan individu untuk memimpin. Serta yang terakhir, Intrapreneurship School fokus terhadap kemampuan individu dalam organisasi yang kompleks, bagaimana

36 22 mengembangkan unit independen untuk membuat, menjual dan meningkatkan pelayanan Pengukuran intensi berwirausaha Pengukuran intensi berwirausaha pernah dilakukan oleh beberapa tokoh dalam penelitian sebelumnya. Davidsson (1995) membuat skala pengukuran untuk intensi berwirausaha. Skala ini terdiri dari tiga item dan memakai skala Likert mulai 1 (sangat tidak setuju) hingga 6 (sangat setuju). Nilai Alpha Cronbach pada keseluruhan skala ini yaitu 0,84. Terdapat skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang didapat dari mengembangkan sumber teoritis dan empiris dari aplikasi teori planned behavior untuk menjadi seorang wirausaha. Skala ini terdiri dari enam item dan memakai tipe skala Likert (Linan & Chen, 2009). Nilai Alpha Cronbach pada keseluruhan skala ini yaitu 0,943. Sedangkan nilai Alpha Cronbach pada masing-masing item berkisar antara 0, 654 sampai 0, 914. Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Hal ini karena skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) dikembangkan melalui teori planned behavior. Dimana teori tersebut merupakan landasan yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian ini.

37 Attitudes Toward Behavior Definisi attitudes toward behavior Ajzen (2005) mengatakan attitudes toward behavior merupakan keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu, atau beberapa atribut lainnya seperti biaya yang dikeluarkan dengan melakukan sebuah perilaku. Individu percaya bahwa melakukan perilaku tertentu akan menyebabkan hasil yang sebagian besar akan menampilkan sikap yang menguntungkan, sementara orang yang percaya bahwa melakukan perilaku tertentu akan memberikan hasil yang negatif akan menampilkan sikap yang tidak menguntungkan. Linan dan Chen (2009) menjelaskan bahwa sikap merupakan tingkah laku individu untuk mempertahankan nilai diri yang positif atau negatif. Dalam praktiknya tidak hanya afeksi yang diperhatikan tetapi juga evaluasi. Sehingga individu bertingkah laku sesuai nilai yang ia miliki dalam dirinya. Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti memutuskan untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005). Attitudes toward behavior merupakan keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu. Hal ini menunjang tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh attitudes toward behavior terhadap intensi berwirausaha Dimensi attitudes toward behavior Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008) menyebutkan dimensi dari attitude toward self-employment yang merupakan istilah lain attitudes toward behavior dalam berwirausaha. Dimensi yang diukur antara lain:

38 Autonomy and authority. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan otoritas individu. Dimana individu mampu untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri serta dapat menentukan keputusannya sendiri secara independen Economic opportunity and challenge. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan bagaimana individu berani mengambil tantangan dalam pekerjaannya. Individu bisa termotivasi oleh pekerjaannya dan merasa memiliki kesempatan untuk memiliki ekonomi yang baik Security and workload. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan tingkat kepercayaan individu terhadap pekerjaannya, dimana individu merasa aman dengan pekerjaannya. Dimensi ini juga melihat apakah individu menyukai pekerjaan yang stabil dengan jam kerja yang pasti atau tidak Avoid responsibility. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan kemauan individu untuk bertanggung jawab dan berkomitmen. Dimensi ini melihat apakah individu hanya bersedia melakukan pekerjaan yang mudah atau justru bersedia melalui pekerjaan yang rumit Self-realization and participation. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan kreativitas individu untuk membuat sesuatu yang baru atau justru hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada. Dimensi ini juga melihat apakah individu bersedia ikut terlibat dalam seluruh proses pekerjaan atau tidak.

39 Social environment and career. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan partisipasi individu dalam lingkungan sosial. Dimensi ini juga melihat apakah individu menjadi bagian dari lingkungan sosial dan mendapatkan promosi untuk mendapat kesempatan dalam jenjang karirnya Perceived confidence. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan kepercayaan diri individu akan kesuksesannya dalam membangun sebuah usaha. Dimensi ini melihat apakah individu yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan sebagai wirausaha atau tidak Pengukuran attitudes toward behavior Terdapat skala Occupational Status Choice Attitude Index untuk mengukur attitudes toward behavior. Pengukuran ini dilakukan oleh Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Skala ini memiliki 34 item yang mengukur tujuh dimensi attitudes toward behavior. Nilai Alpha Cronbach pada skala ini berkisar antara 0,526 hingga 0, 913. Angriawan, et.al., (2012) melakukan pengukuran terhadap attitudes toward behavior. Digunakan empat item yang didapatkan dari modifikasi item yang dibuat oleh Linan dan Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala Likert, dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala Occupational Status Choice Attitude Index. Alasannya karena skala ini mengukur attitudes toward behavior dengan membaginya sesuai dimensi-dimensinya. Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan mengacu pada teori planned behavior secara utuh.

40 Subjective Norms Definisi subjective norms Subjective norms merupakan fungsi dari keyakinan, yaitu keyakinan individu bahwa individu atau kelompok tertentu menyetujui atau menolak untuk melakukan perilaku; atau bahwa referen sosial sendiri terlibat atau tidak terlibat di dalamnya (Ajzen, 2005). Referen sosial termasuk orang tua individu, pasangan, teman dekat, maupun rekan kerja. Individu yang percaya bahwa kebanyakan referen tersebut berkaitan, maka akan memotivasi mereka untuk patuh dan memiliki pikiran bahwa mereka harus melakukan perilaku sesuai dengan tekanan sosialnya. Subjective norms merupakan persepsi sosial untuk menunjang atau justru menekan perilaku berwirausaha (Linan & Chen 2009). Hal ini mengacu pada reference people individu yang akan turut menentukan pilihan untuk menjadi wirausaha atau tidak. Reference People itu sendiri dapat berasal dari keluarga, teman maupun lingkungan sekitar individu. Subjective norms merupakan persepsi individu tentang pentingnya persetujuan atau ketidaksetujuan anggota keluarga atau teman atas keputusan mereka untuk melakukan suatu tingkah laku (Angriawan, et.al., 2012). Subjective norms ini berhubungan dengan pikiran individu terhadap penilaian serta persetujuan keluarga maupun temannya apabila ia memilih suatu keputusan dalam hidupnya. Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti memutuskan untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005). Karena subjective norms berarti keyakinan individu bahwa individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk

41 27 melakukan sebuah perilaku; atau bahwa referen sosial sendiri terlibat atau tidak terlibat di dalamnya. Hal ini menunjang tujuan peneliti untuk mengetahui pengaruh subjective norms terhadap intensi berwirausaha Dimensi subjective norms Subjective norms terdiri atas dua komponen, yaitu: Normative belief. Normative belief fokus pada kemungkinan mengenai pentingnya referensi dan persetnjuan dari individu atau kelompok dalam memunculkan perilaku. Belief ini meyangkut harapan normatif dari pihak lain (Fishbein dan Ajzen 1975) Motivation to comply. Orang yang memiliki normative belief akan memiliki motivasi untuk memunculkan perilaku yang disetujui oleh referensi sosial mereka, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut menekankan peran persepsi mereka atas tekanan sosial untuk memunculkan sebuah perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975) Pengukuran subjective norms Armitage dan Conner (2001) pernah melakukan pengukuran terhadap subjective norms. Terdapat enam kategori didalamnya. Namun dari seluruh item yang dikonstruk, terdapat 32 item yang merupakan multiple item. Sementara 52 item lainnya adalah single item. Multiple item yang digunakan untuk mengukur subjective norms memiliki korelasi yang signifikan dengan intensi. Nilai korelasi pada skala ini yaitu 0,50.

42 28 Angriawan, et.al., (2012) pernah melakukan pengukuran terhadap subjective norms. Digunakan tiga item yang didapatkan dari item yang dibuat oleh Linan dan Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala Likert, dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Peneliti memilih menggunakan skala subjective norms yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Hal ini karena itemnya tunggal dan sudah berbentuk pernyataan. Selain itu, skala ini juga mengacu pada teori planned behavior. 2.4 Perceived Behavioral Control Definisi perceived behavioral control Perceived behavioral control didefinisikan sebagai persepsi individu tentang kemudahan atau kesulitan dalam melakukan perilaku tertentu (Armitage & Conner 2001). Dengan kata lain, individu dapat diharapkan untuk terlibat dalam suatu perilaku ketika mereka percaya bahwa perilaku mereka dapat diterima (Armitage, et.al., 2001). Teori ini menunjukkan bahwa individu akan menjadi pengusaha jika dia memiliki niat dan merasa mampu mengontrol perilakunya. Perceived behavioral control merupakan fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku (Ajzen, 2005). Perceived behavioral control didasarkan pada pengalaman masa lalu dengan perilaku, informasi tentang perilaku, atau dengan mengamati pengalaman kenalan maupun teman-teman, serta faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.

43 29 Perceived behavioral control didefinisikan sebagai persepsi atas mudah atau sulitnya menjadi seorang wirausaha. Konsep ini sekilas mirip dengan self efficacy Bandura (1997) dalam Linan dan Chen (2009). Terdapat perbedaan antara perceived behavioral control dan self efficacy, yaitu perceived behavioral control tidak hanya perasaan mampu namun juga persepsi tentang mengontrol sebuah perilaku (Linan & Chen, 2009). Peneliti memutuskan untuk menggunakan definisi menurut Ajzen (2005). Hal ini karena dalam definisi ini, perceived behavioral control merupakan fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Sehingga mendukung peneliti yang ingin meneliti tentang faktor yang mendukung atau menghambat individu dalam mengambil langkah berwirausaha Dimensi perceived behavioral control Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan dimensi-dimensi perceived behavioral control, antara lain : Control Belief. Dimensi ini berdasarkan atas pengalaman masa lalu terhadap perilaku tertentu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh informasi orang lain mengenai perilaku, pengalaman kenalan atau teman seta faktor lain yang mengembangkan atau mengurangi kesulitan yang dipersepsikan atas pemunculan perilaku Perceived Power. Dimensi ini tentang kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Setiap control belief dilipatgandakan oleh perceived power

44 30 dari faktor kendali tertentu untuk memfasilitasi atau menghambat pemunculan perilaku. Perceived power sendiri berhubungan dengan rasa percaya diri dari individu untuk menghadapi faktor-faktor yang dapat memfasilitasi atau menghalangi pemunculan perilaku Pengukuran perceived behavioral control Pengukuran mengenai perceived behavioral control pernah dilakukan oleh Kolvereid (1996) dan Autio, et.al., (2001) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Partisipan diminta untuk meranking pernyataaan yang disediakan peneliti dengan menggunakan skala. Dimulai dari strongly disagree untuk poin=satu sampai dengan strongly agree untuk nilai poin=enam. Skala ini memiliki nilai Alpha Cronbach antara 0, 811 sampai 0, 833. Angriawan, et.al., (2012) melakukan pengukuran terhadap perceived behavioral control. Digunakan enam item yang didapatkan dari modifikasi item yang dibuat oleh Linan dan Chen (2009). Semua item tersebut diukur dengan lima poin skala Likert, dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Peneliti memutuskan untuk menggunakan skala perceived behavioral control yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Hal ini karena skala ini dikembangkan melalui teori planned behavior. Dimana teori tersebut merupakan landasan yang dipakai peneliti untuk melakukan penelitian ini.

45 Self Efficacy Definisi self efficacy Boyd dan Vozikis (1994) mengatakan self efficacy adalah sebuah konstruk yang berguna untuk menjelaskan proses dinamis dari evaluasi dan pilihan dalam pengembangan niat kewirausahaan dan selanjutnya menjadi keputusan untuk terlibat dalam perilaku kewirausahaan. Integrasi self efficacy menyediakan tambahan wawasan tentang proses kognitif dimana niat kewirausahaan yang baik dikembangkan dan dilakukan melalui perilaku tertentu. Istilah self efficacy berasal dari teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dan mengacu pada keyakinan individu tentang kemampuannya untuk melakukan tugas yang diberikan. Menurut Bandura (1977) dalam Baron dan Byrne (2000), self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self efficacy membuat penilaian tentang kemampuan individu untuk melaksanakan sebuah tugas dalam hal yang spesifik. Self efficacy cenderung konsisten sepanjang waktu, tetapi bukan berarti tidak bisa berubah. Peneliti menggunakan definisi menurut Bandura (1977). Hal ini karena self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Sehingga mendukung peneliti yang ingin meneliti tentang pengaruh self efficacy terhadap intensi individu dalam berwirausaha.

46 Dimensi self efficacy Bandura (1997) dalam Zimmerman (2000) membagi self efficacy menjadi tiga dimensi. Setiap dimensi memiliki implikasi yang penting terhadap performa individu. Dimensi dari self efficacy yaitu : Level. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. Tugas tersebut berpengaruh pada individu, dimana individu merasa mampu atau tidak dalam menyelesaikan tugas tersebut. Sehingga individu memiliki keyakinan terhadap kemampuannya terhadap tingkat kesulitan tugas yang ia hadapi Strength. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu tentang kemampuan dirinya. Hal ini diukur dengan jumlah kepastian individu tentang tugas yang diberikan. Sejauh mana besar dan kekuatan keyakinan digeneralisasikan dalam tugas dan situasi yang dialami Generality. Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan keyakinan individu tentang kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Dimana keyakinan tersebut berkaitan pada kepastian dalam keberhasilan melakukan tingkat kesulitan tugas tertentu. Sehingga individu dapat yakin pada kemampuannya dalam banyak bidang Pengukuran self efficacy Pengukuran mengenai self efficacy pernah dilakukan oleh Zhao, Seibert, dan Hills (2005). Partisipan diminta untuk meranking pernyataaan yang disediakan peneliti

47 33 dengan menggunakan skala. Dimulai dari no confidence untuk poin=satu sampai dengan complete confidence untuk nilai poin=lima. Nilai alpha Cronbach pada skala ini sebesar 0,78. Terdapat skala General Self Efficacy (GSE) untuk mengukur self efficacy, Imam (2007). Digunakan tujuh belas item yang diukur dengan lima poin skala Likert, dimana poin 1 (sangat tidak setuju) dan 5 (sangat setuju). Nilai Alpha Cronbach dari skala ini sebesar 0,85. Peneliti memilih menggunakan skala self efficacy yang dikonstruk oleh Imam (2007). Hal ini karena skala GSE menggambarkan self efficacy individu secara umum. 2.6 Kerangka Berpikir Attitudes toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control merupakan prediktor yang positif dan signifikan dari intensi berwirausaha (Angriawan, et.al., 2012). Attitudes toward behavior merupakan keyakinan individu tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Attitudes toward behavior memiliki tujuh aspek di dalamnya antara lain autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-realization and participation, social environment and career, dan perceived confidence (Kolvereid, 1996 dalam Gurbuz dan Aykol, 2008). Asumsinya adalah, jika individu memiliki attitudes toward behavior yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi sebaliknya jika nilai attitudes toward behavior individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil.

48 34 Autonomy and authority berkaitan dengan otoritas individu, dimana individu mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri serta dapat menentukan keputusan secara independen. Apabila individu memiliki autonomy and authority yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa ia siap untuk berwirausaha. Hal ini karena dalam berwirausaha sangat dibutuhkan sikap kepemimpinan dan kemampuan mengambil keputusan. Economic opportunity and challenge berkaitan dengan keyakinan individu tentang kesempatan memiliki ekonomi yang lebih baik dengan keberaniannya mengambil tantangan dalam pekerjaannya. Individu dengan economic opportunity and challenge yang tinggi akan lebih berani mengambil langkah berwirausaha. Hal ini karena ia ingin memiliki ekonomi yang lebih baik. Security and workload berkaitan dengan tingkat kepercayaan individu terhadap pekerjaannya, dimana individu merasa aman dengan pekerjaannya. Apabila individu memiliki nilai security and workload yang tinggi pada sikap berwirausaha, maka kemungkinannya untuk mengambil langkah berwirausaha dalam kehidupannya akan lebih tinggi. Avoid responsibility berkaitan dengan kemauan individu untuk bertanggung jawab dan berkomitmen. Nilai-nilai ini tentu penting ketika individu memutuskan untuk berwirausaha. Berhasil tidaknya sebuah usaha sangatlah ditentukan oleh komitmen individu dalam menjalankan usahanya tersebut. Avoid responsibility yang tinggi akan membuat intensi berwirausaha individu menjadi tinggi pula.

49 35 Self-realization and participation berkaitan dengan kemampuan individu untuk membuat sesuatu yang baru dan partisipasinya dalam melakukan sebuah pekerjaan. Dalam kegiatan berwirausaha sangat diperlukan pengembangan usaha dan partisipasi aktif pemilik di dalamnya. Hal inilah yang akan menentukan keberhasilan usaha yang dilakukan oleh individu. Social environment and career berkaitan dengan partisipasi individu dalam lingkungan sosial dan jenjang karir yang ingin diraih. Apabila individu memiliki social environment and career yang tinggi, kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi. Hal ini karena kegiatan berwirausaha mengharuskan individu untuk banyak bersosialisasi dengan lingkungan. Perceived confidence berkaitan dengan kepercayaan diri individu akan kesuksesannya dalam membangun sebuah usaha. Perceived confidence yang tinggi dalam diri individu akan meningkatkan intensi berwirausahanya. Apabila individu yakin dan percaya ia akan sukses menjalankan sebuah usaha, maka ia akan lebih cepat pula dalam mengambil langkah berwirausaha. Subjective norm merupakan keyakinan individu bahwa individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan perilaku (Ajzen, 2005). Subjective norm berpengaruh terhadap intensi berwirausaha karena individu yang berwirausaha akan mempertimbangkan bagaimana lingkungan di sekitarnya menilai tindakannya itu. Misalnya, individu mempertimbangkan persetujuan orang tuanya ketika hendak berwirausaha. Asumsinya adalah, jika individu memiliki subjective norm yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi

50 36 sebaliknya jika nilai subjective norm individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil. Perceived behavioral control merupakan fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku (Ajzen, 2005). Hal ini berpengaruh terhadap intensi berwirausaha karena individu dengan perceived behavioral control tinggi akan yakin bahwa kegiatan berwirausahanya mampu mendapatkan faktor-faktor pendukung yang dapat memfasilitasi usahanya. Asumsinya adalah, jika individu memiliki perceived behavioral control yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi sebaliknya jika nilai perceived behavioral control individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil. Faktor lain yang turut mempengaruhi intensi berwirausaha adalah self efficacy. Self efficacy merupakan evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan (Bandura, 1977 dalam Baron & Byrne, 2000). Self efficacy memiliki dimensi antara lain, level,strength dan generality. Asumsinya adalah, jika individu memiliki self efficacy yang tinggi maka kemungkinan intensi berwirausahanya juga akan tinggi sebaliknya jika nilai self efficacy individu rendah, maka kemungkinan intensi berwirausahanya pun mengecil. Level berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. Tugas dalam penelitian ini yaitu tugas berwirausaha. Apabila individu yakin bahwa tugas-tugas yang ada dalam

51 37 berwirausaha akan mampu ia selesaikan maka kemungkinannya untuk berwirausaha tentu akan lebih besar. Strength berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu tentang kemampuan dirinya. Individu yang yakin bahwa dirinya mampu untuk melalui setiap masalah yang menghadang dalam berwirausaha akan lebih mudah untuk mengambil langkah berwirausaha. Generality berkaitan dengan keyakinan individu tentang kemampuannya untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam tingkat kesulitan tertentu. Generality yang tinggi akan mendorong seseorang untuk berwirausaha karena kegiatan berwirausaha sangat berkaitan dengan keberhasilan individu menyelesaikan tugas berwirausahanya. Intensi untuk menjadi seorang wirausaha dikaitkan dengan latar belakang pekerjaan orang tua individu. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa individu yang memiliki orang tua sebagai wirausaha memiliki intensi berwirausaha yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki orang tua sebagai wirausaha. Hal ini karena individu dengan orang tua yang berwirausaha menjadi memiliki role model seorang wirausaha dalam kehidupannya, sehingga ia dapat memperlajari cara-cara berwirausaha melalui orang tuanya sendiri. Dengan demikian, kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu :

52 38 Attitudes Toward Behavior Autonomy and authority Economic opportunity and challenge Security and workload Avoid responsibility Self-realization and participation Social environment and career Perceived confidence Subjective Norms INTENSI BERWIRAUSAHA Perceived Behavioral Control Level Generality Self Efficacy Strength Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Gambar 2.2 Pengaruh attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain : H 1 : Ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha.

53 39 H 2 : Ada pengaruh yang signifikan autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha. H 3 : Ada pengaruh yang signifikan economic opportunity and challenge terhadap intensi berwirausaha. H 4 : Ada pengaruh yang signifikan security and workload terhadap intensi berwirausaha. H 5 : Ada pengaruh yang signifikan avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha. H 6 : Ada pengaruh yang signifikan self-realization and participation terhadap intensi berwirausaha. H 7 : Ada pengaruh yang signifikan social environment and career terhadap intensi berwirausaha. H 8 : Ada pengaruh yang signifikan perceived confidence terhadap intensi berwirausaha. H 9 : Ada pengaruh yang signifikan subjective norms terhadap intensi berwirausaha. H 10 : Ada pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha. H 11 : Ada pengaruh yang signifikan level terhadap intensi berwirausaha. H 12 : Ada pengaruh yang signifikan strength terhadap intensi berwirausaha. H 13 : Ada pengaruh yang signifikan generality terhadap intensi berwirausaha. H 14 : Ada pengaruh yang signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha.

54 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode penelitian. Terdiri dari populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrument pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisa data dan prosedur penelitian. 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa yang termasuk populasi yaitu mahasiswa yang terdaftar aktif pada tahun ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini berjumlah mahasiswa (Akademik Pusat UIN per Tiga November 2014) Sampel Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi. Pada penelitian ini, yang dijadikan sampel adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 230 responden Teknik pengambilan sampel Peneliti menentukan jumlah sampel dengan mengambil proporsi 1% dari tiap Fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat probability sampling, yaitu dengan 40

55 41 proporsional. Proporsi sampel dari tiap Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu : 1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan = 1% = 50,31(51) responden 2. Fakultas Adab dan Humaniora = 1% = 21,69(22) responden 3. Fakultas Ushuluddin = 1% = 15,06(16) responden 4. Fakultas Syariah dan Hukum = 1% = 26,37(27) responden 5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi = 1% = 22,18(23) responden 6. Fakultas Dirasat Islamiyah = 1% 440 = 4,4(5) responden 7. Fakultas Psikologi = 1% 893 = 8,93(9) responden 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis = 1% = 21,01(22) responden 9. Fakultas Sains dan Teknologi = 1% = 25,68(26) responden 10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan = 1% = 15,88(16) responden 11. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik = 1% = 12,59(13) responden Jumlah sampel = 230 responden 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Identifikasi variabel Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Dependent variable Pada penelitian ini, variabel yang diteliti dan menjadi dependent variable adalah intensi berwirausaha.

56 42 b. Independent variable Pada penelitian ini, variabel yang termasuk dalam independent variable adalah : 1. Attitudes toward behavior yang terdiri dari : a. Autonomy and authority b. Economic opportunity and challenge c. Security and workload d. Avoid responsibility e. Self realization dan participation f. Social environment and career g. Perceived confidence 2. Subjective norms 3. Perceived behavioral control 4. Self efficacy, yang terdiri dari : a. Level b. Strength c. Generality 5. Latar belakang pekerjaan orang tua Definisi operasional variabel Setelah menentukan DV dan IV, selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut :

57 Intensi berwirausaha. Intensi berwirausaha merupakan keinginan yang ada pada diri individu untuk mengambil aktifitas kewirausahaan. Intensi berwirausaha diketahui dari skor yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) terdiri dari enam item Attitudes toward behavior. Attitudes toward behavior merupakan keyakinan yang diakses tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu. Attitudes toward behavior diukur dengan skala Occupational Status Choice Attitude Index oleh Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Skala Occupational Status Choice Attitude Index mengukur tujuh dimensi, yaitu autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self-realization dan participation, social environment and career, perceived confidence. Jumlah item dalam skala ini yaitu 34 item Subjective norms. Subjective norms berarti keyakinan individu bahwa individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan sebuah perilaku. Subjective norms ini diukur menggunakan skala yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Jumlah item pada skala tersebut ada tiga item Perceived behavioral control. Perceived behavioral control dianggap sebagai fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku. Perceived behavioral control

58 44 ini diukur dengan menggunakan skala perceived behavioral control yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Jumlah item pada skala tersebut ada enam item Self efficacy. Self efficacy adalah evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan. Self efficacy terdiri atas tiga dimensi, yaitu level, strength, dan generality. Self efficacy diukur dengan menggunakan GSE yang memiliki item sebanyak 17 item Latar belakang pekerjaan orang tua. Latar belakang pekerjaan orang tua dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dua kategori, yaitu orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha dan orang tua yang tidak berprofesi sebagai wirausaha. Orang tua dalam penelitian ini yaitu ayah/ibu. 3.3 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Skala pengukuran terdiri atas pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negative (unfavorable). Partisipan diminta untuk memilih salah satu dari beberapa kategori skala yang disediakan. Bagian pertama terdiri atas informed consent dan identitas partisipan (termasuk di dalamnya latar belakang pekerjaan orang tua partisipan). Bagian kedua dari instrumen ini berisi skala mengenai intensi berwirausaha. Bagian ketiga instrumen merupakan serangkaian penyataan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha, terdiri atas skala skala Occupational Status Choice Attitude Index untuk mengukur attitudes toward behavior, skala yang

59 45 dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009) untuk mengukur subjective norms dan perceived behavioral control, serta skala GSE untuk mengukur self efficacy Skala intensi berwirausaha Skala intensi berwirausaha yang digunakan untuk mengukur kecenderungan individu dalam melakukan tindakan wirausaha dilihat menggunakan skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari intensi berwirausaha. Skala ini terdiri atas 35 item favorable. Adapun blue print skala EIQ (Entrepreneurial Intention Questionnaire) dijelaskan pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Blue Print Skala Intensi Berwirausaha Indikator Item Favorable Jumlah Bersedia melakukan hal apapun yang dapat mendukung individu 1,2,3, 6 untuk menjadi seorang wirausaha. 4,5,6 Jumlah Skala attitudes toward behavior Skala attitudes toward behavior yang digunakan untuk mengukur keyakinan yang diakses oleh individu tentang konsekuensi dari hasil perilaku tertentu dilihat menggunakan skala Occupational Status Choice Attitude Index yang dikonstruk oleh Kolvereid (1996) dalam Gurbuz dan Aykol (2008). Tanggapan untuk setiap item dari skala Occupational Status Choice Attitude Index tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari attitudes toward behavior. Skala ini terdiri atas 35 item

60 46 favorable dan unfavorable Adapun blue print skala Occupational Status Choice Attitude Index dijelaskan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Blue Print Skala Attitudes Toward Behavior Dimensi Autonomy and authority Economic opportunity and challenge Security and workload Avoid responsibility Self realization and participation Social environment and career Perceived confidence Skala subjective norms Indikator Individu memiliki otoritas untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Individu berani mengambil tantangan dalam pekerjaannya. Item Fav Unfav Jumlah 1,2,3, - 6 4,5,6 7,8,9,10, 11,12, 13, ,17,19 16,18 5 Individu merasa yakin dengan pekerjaan yang dijalaninya. Sejauh mana individu mampu 23 20,21, 4 berkomitmen dan bertanggung 22 jawab. Sejauh mana individu 24,25, - 4 berpartisipasi dalam membuat 26,27 sesuatu. Sejauh mana individu 28,29, - 4 berpartisipasi dalam lingkungan 30,31 sosial. Keyakinan individu terhadap 32,33, kemampuannya. Jumlah Skala subjective norms yang digunakan untuk mengukur keyakinan individu bahwa individu atau kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak untuk melakukan sebuah perilaku dilihat menggunakan skala subjective norms yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala subjective norms tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari subjective norms. Skala ini terdiri atas 4 item favorable. Adapun blue print skala subjective norms dijelaskan pada tabel 3.3 berikut ini:

61 47 Tabel 3.3 Blue Print Skala Subjective Norms Indikator Item Fav Unfav Jumlah Keyakinan individu bahwa individu lain atau kelompok akan 1,2,3 4 4 menyetujui untuk melakukan sebuah perilaku. Jumlah Skala perceived behavioral control Skala perceived behavioral control yang digunakan untuk mengukur fungsi dari keyakinan tentang ada atau tidak adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku dilihat menggunakan skala perceived behavioral control yang dikonstruk oleh Linan dan Chen (2009). Tanggapan untuk setiap item dari skala perceived behavioral control tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari perceived behavioral control. Skala ini terdiri atas 6 item favorable. Adapun blue print skala perceived behavioral control dijelaskan pada tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Blue Print Skala Perceived Behavioral Control Indikator Item Favorable Jumlah Keyakinan individu akan faktor-faktor yang akan mendukung kinerja 1,2,3,4,5,6 6 perilakunya. Jumlah Skala self efficacy Skala self efficacy yang digunakan untuk mengukur evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan dilihat menggunakan skala General Self Efficacy (GSE). Tanggapan untuk setiap item dari skala self efficacy tersebut dijumlahkan untuk membuat skor keseluruhan dari self efficacy. Skala ini terdiri atas 17 item favorable

62 48 dan unfavorable. Adapun blue print skala self efficacy dijelaskan pada tabel 3.5 berikut ini: Tabel 3.5 Blue Print Skala Self Efficacy Dimensi Level Strength Generality Indikator Tingkat kesulitan tugas yang diyakini individu akan tercapai. Tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mencapai kesuksesan. Item Jumlah Fav Unfav 1,3 2,4,5 5 8,9,1 3 6,7,10, 11,12 Keyakinan individu akan kemampuannya dalam 15 14,16, 4 berbagai situasi. 17 Jumlah Uji Validitas Konstruk Dalam rangka pengujuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk intsrumen tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian validtitas instrument. Adapun logika dari CFA (Umar, 2012) adalah: 1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya. 2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat unidimensional. 3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data 8

63 49 empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Ʃ S = Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil tersebut tidak ditolak. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor saja. 5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya. 6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable). Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item. Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif (Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score dengan rumusnya yaitu (Umar, 2011):

64 50 T skor = 50 + (10 x faktor skor) Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif. Setelah didapatkan faktor skor yang telah diubah menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software LISREL Uji validitas alat ukur intensi berwirausaha Dalam subbab ini peneliti menguji apakah enam item yang ada dalam alat ukur intensi berwirausaha bersifat unidimensional atau tidak. Untuk melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur diujikan hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya, hasilnya terdapat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.6 Muatan Faktor Item untuk Intensi Berwirausaha No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan Keterangan : tanda = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.6 dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya keenam item dalam alat ukur intensi berwirausaha terbukti signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis.

65 Uji validitas alat ukur attitudes toward behavior Peneliti menguji unidimensionalitas skala attitudes toward behavior yang terdiri dari 35 item. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.7 Muatan Faktor Item untuk Attitudes Toward Behavior No Koefisien Nilai t Signifikan No Koefisien Nilai t Signifikan X X X Keterangan : tanda = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di drop dan diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 16, 18 dan 23 terbukti tidak signifikan dan harus di drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur attitudes toward behavior terdapat 32 item yang signifikan dan 3 item yang tidak signifikan Uji validitas alat ukur subjective norms Peneliti menguji apakah keempat item yang ada dalam alat ukur subjective norms bersifat unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini:

66 52 Tabel 3.8 Muatan Faktor Item untuk Subjective Norms No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan Keterangan : tanda = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya keempat item dalam alat ukur subjective norms terbukti signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis Uji validitas alat ukur perceived behavioral control Peneliti menguji apakah keenam item yang ada dalam alat ukur perceived behavioral control bersifat unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.9 Muatan Faktor Item untuk Perceived Behavioral Control No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan Keterangan : tanda = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t>1.96) dan semua koefisien bermuatan positif. Artinya keenam item dalam alat ukur perceived behavioral control terbukti signifikan dan tidak akan di drop, serta dapat diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis.

67 Uji validitas alat ukur self efficacy Peneliti menguji apakah 17 item yang ada dalam alat ukur self efficacy bersifat unidimensional atau tidak. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel berikut ini : Tabel 3.10 Muatan Faktor Item untuk Self Efficacy No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan X X Keterangan : tanda = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan Berdasarkan tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di drop dan diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 2, 4 dan terbukti tidak signifikan dan harus di drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur self efficacy terdapat 15 item yang signifikan dan dua item yang tidak signifikan. 3.5 Teknik Analisis Data Untuk melihat pengaruh independent variable terhadap dependent variable, peneliti akan menggunakan analisis regresi berganda. Regresi berganda merupakan metode

68 54 statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara DV dengan lebih dari satu IV. Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah : Y = a+b 1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +b 5 X 5 +b 6 X 6 +b 7 X 7 +b 8 X 8 +b 9 X 9 +b 10 X 10 + b 11 X 11 + b 12 X 12 + b 13 X 13 + b 14 X 14 +e Keterangan : Y = intensi berwirausaha a = intersep atau konstan b = koefisien regresi X 1 = autonomy and authority X 2 = economic opportunity and challenge X 3 = security and workload X 4 = avoid responsibility X 5 = self realization and participation X 6 = social environment and career X 7 = perceived confidence X 8 = subjective norms X 9 = perceived behavioral control X 10 = level X 11 = strength X 12 = generality X 13 = latar belakang pekerjaan orang tua e = error Selanjutnya, untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis sebagai berikut. 1. R 2 (koefisien determinasi berganda) Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu melalui regresi berganda antara attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha. Besarnya intensi berwirausaha yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah

69 55 disebutkan sebelumnya, ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R 2. R 2 menunjukkan variasi oleh perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) atau merupakan proporsi varians dari attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua. Untuk mendapat nilai R 2 digunakan rumus sebagai berikut: R 2 = 2. Uji F Selanjutnya R 2 diuji untuk membuktikan apakah regresi Y pada X signifikan atau tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut menggunakan rumus : F = ( ) ( ) K adalah jumlah IV dan N adalah jumlah sampel. Dari uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diuji memiliki pengaruh terhadap DV. 3. Uji t Kemudian dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan IV (X) signifikan dengan DV (Y). Oleh karena itu, sebelum didapat nilai t dari setiap IV harus didapat dahulu nilai standar error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SS. Setelah

70 56 didapat nilai S b barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan S b itu sendiri. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R 2 = dimana b adalah koefisien regresi dan S b adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini akan diperoleh dan hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya. 3.6 Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : 1. Tahap persiapan - Perumusan masalah yang diteliti. - Menentukan variabel yang diteliti. - Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian. - Menentukan subjek penelitian. - Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat berupa skala model Likert yang terdiri dari skala intensi berwirausaha, skala attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control dan self efficacy. 2. Tahap pelaksanaan - Menentukan jumlah sampel penelitian. - Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala dalam penelitian. - Melaksanakan pengambilan data.

71 57 3. Tahap pengolahan data - Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden. - Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel data. - Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis. - Membuat kesimpulan.

72 BAB 4 HASIL PENELITIAN Dalam bab hasil penelitian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek penelitian, hasil analisis deskriptif dan terakhir hasil uji hipotesis. 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang berjumlah 230 orang. Gambaran subjek penelitian dijelaskan berdasarkan fakultas, jenis kelamin, semester, pengalaman wirausaha, tinggal bersama dan pekerjaan orang tua. Gambaran subjek penelitian berdasarkan fakultasnya dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Fakultas Fakultas Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase Ilmu Tarbiyah dan Keguruan % Adab dan Humaniora % Ushuluddin % Syariah dan Hukum % Dakwah dan Ilmu Komunikasi % Dirasat Islamiyah % Psikologi % Ekonomi dan Bisnis % Sains dan Teknologi % Kedokteran dan Ilmu Kesehatan % Ilmu Sosial dan Politik % Total % Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa subjek penelitian perempuan jumlahnya lebih banyak daripada laki-laki yaitu 118 orang atau 51.30% sedangkan subjek penelitian laki-laki berjumlah 112 orang atau 48.70%. 58

73 59 Berdasarkan tabel 4.1 fakultas yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 11 macam, yaitu Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebanyak 51 (22.17%)orang, Adab dan Humaniora sebanyak 22 (9.57%)orang, Ushuluddin sebanyak 16 (6.96%)orang, Syariah dan Hukum sebanyak 27 (11.74%)orang, Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebanyak 23 (10%)orang, Dirasat Islamiyah sebanyak 5 (2.17%)orang, Psikologi sebanyak 9 (3.91%)orang, Ekonomi dan Bisnis sebanyak 22 (9.57%)orang, Sains dan Teknologi sebanyak 26 (11.30%)orang, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sebanyak 16 (6.96%)orang dan Ilmu Sosial dan Politik sebanyak 13 (5.65%)orang. Subjek penelitian dalam penelitian ini juga dijelaskan berdasarkan semester, pengalaman wirausaha, tinggal bersama dan pekerjaan orang tuanya. Adapun penjelasannya terdapat pada tabel berikut : Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Semester Pengalaman Wirausaha Tinggal Bersama Pekerjaan Orang Tua Semester Orang Nonwirausaha Ada Tidak Ada Kost Wirausaha Tua Dua 34(14.8%) 32(13.9%) 42(18.3%) 24(10.4%) 44(19.2%) 22(9.6%) Empat 18(7.8%) 46(20%) 31(13.5%) 33(14.35%) 30(13.05%) 34(14.7%) Enam 12(5.2%) 17(7.4%) 19(8.3%) 10(4.35%) 10(4.35%) 19(8.3%) Delapan 35(15.2%) 28(12.2%) 42(18.3%) 21(9.1%) 17(7.4%) 46(20%) Sepuluh 6(2.6%) 2(0.9%) 7(3%) 1(0.4%) 3(1.3%) 5(2.1%) Total 105(45.65 %) 125(54.35 %) 141(61.3%) 89(38.7%) 104(45.21 %) 126(54.79%) Berdasarkan tabel 4.2 pengalaman berwirausaha subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari pernah berwirausaha sebanyak 105 (45.65%) orang dan tidak pernah berwirausaha sebanyak 125 (54.35%)orang. Subjek penelitian dalam penelitian ini lebih banyak yang tinggal bersama orang tua yaitu sebanyak 141 (61.30%) orang dan

74 60 kost sebanyak 89 (38.70%) orang. Sementara jenis pekerjaan orang tua dari subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari wirausaha sebanyak 104 (45.21%) orang dan non-wirausaha sebanyak 126 (54.79 %) orang. 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji statistika deskriptif dari sampel yang berjumlah 230 orang. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui nilai minimum dan maksimum dari tiap variabel yang diteliti. Tabel 4.3 juga menunjukkan nilai mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Tabel 4.3 Hasil Statistika Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation INTENSI BERWIRAUSAHA Autonomy Authority Economic Opportunity Challenge Security Workload Avoid Responsibility Self Realization Participation Social Environment Career Perceived Confidence Subjective Norms Perceived Behavioral Control Level Strength Generality Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Valid N (listwise) 230 Pada penelitian ini, peneliti membagi klasifikasi intensi berwirausaha, attitudes toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self realization and participation, social environment and career, perceived confidence), subjective norms, perceived behavioral control dan self efficacy (level, strength, generality) menjadi dua skor,

75 61 yaitu skor rendah dan tinggi. Kategorisasi didapat berdasarkan rumus pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Rumus Kategorisasi Kategorisasi Rendah Tinggi Rumus X<M X>M Adapun kategorisasi skor masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Kategorisasi intensi berwirausaha Kategorisasi skor intensi berwirausaha akan dijelaskan pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Kategorisasi Intensi Berwirausaha Rendah Tinggi Total Frequency Presentase 52.6% 47.4% 100% Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor intensi berwirausaha rendah sebanyak 121 subjek penelitian (52.6%), sedangkan subjek penelitian dengan skor intensi berwirausaha tinggi sebanyak 109 subjek penelitian (47.4%) Kategorisasi attitudes toward behavior Kategorisasi skor attitudes toward behavior akan dijelaskan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

76 62 Tabel 4.6 Kategorisasi Attitudes Toward Behavior Dimensi Negatif Positif Total (Persentase) (Persentase) (Persentase) Autonomy and authority 125 (54.4%) 105 (45.6%) 230 (100.0%) Economic opportunity and challenge 116 (50.4%) 114 (49.6%) 230 (100.0%) Security and workload 96 (41.7%) 134 (58.3%) 230 (100.0%) Avoid responsibility 122 (53.0%) 108 (47.0%) 230 (100.0%) Self realization and participation 158 (68.7%) 72 (31.3%) 230 (100.0%) Social environment and career 146 (63.5%) 84 (36.5%) 230 (100.0%) Perceived confidence 151 (65.6%) 79 (34.4%) 230 (100.0%) Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor attitudes toward behavior negatif tertinggi terdapat pada dimensi self realization and participation dengan nilai 158 (68.7%). Sementara skor attitudes toward behavior negatif terendah terdapat pada dimensi security and workload dengan nilai 96 (41.7%). Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor attitudes toward behavior positif tertinggi terdapat pada dimensi security and workload dengan nilai 134 (58.3%). Sementara skor attitudes toward behavior positif terendah terdapat pada dimensi self realization and participation dengan nilai 72 (31.3%) Kategorisasi subjective norms Kategorisasi skor subjective norms akan dijelaskan pada tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Kategorisasi Subjective Norms Rendah Tinggi Total Frequency Persentase 65.6% 34.4% 100%

77 63 Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor subjective norms rendah sebanyak 151 subjek penelitian (65.6%), sedangkan subjek penelitian dengan skor subjective norms tinggi sebanyak 79 subjek penelitian (34.4%) Kategorisasi perceived behavioral control Kategorisasi skor perceived behavioral control akan dijelaskan pada tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Kategorisasi Perceived Behavioral Control Rendah Tinggi Total Frequency Persentase 48.3% 51.7% 100% Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor perceived behavioral control rendah sebanyak 111 subjek penelitian (48.3%), sedangkan subjek penelitian dengan skor perceived behavioral control tinggi sebanyak 119 subjek penelitian (51.7%) Kategorisasi self efficacy Kategorisasi skor self efficacy akan dijelaskan pada tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 Kategorisasi Self Efficacy Dimensi Rendah (Persentase) Tinggi (Persentase) Total (Persentase) Level 117 (50.8%) 113 (49.2%) 230 (100.0%) Strength 125 (54.3%) 105 (45.7%) 230 (100.0%) Generality 128 (55.7%) 102 (44.3%) 230 (100.0%) Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor self efficacy rendah terbanyak terdapat pada

78 64 dimensi generality dengan nilai 128 (55.7%). Sementara skor self efficacy rendah terkecil terdapat pada dimensi level dengan nilai 117 (50.8%). Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa dari 230 jumlah subjek penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor self efficacy tinggi terbanyak terdapat pada dimensi level dengan nilai 113 (49.2%). Sementara skor self efficacy tinggi terkecil terdapat pada dimensi generality dengan nilai 102 (44.3%). 4.3 Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis mayor Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 18. Seperti yang sudah disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh signifikan terhadap DV dan signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV. Langkah pertama peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10 Tabel R Square Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate a a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua, Generality, Security Workload, Subjective Norms, Economic Opportunity Challenge, Avoid Responsibility, Self Realization Participation, Level, Social Environment Career, Perceived Behavioral Control, Perceived Confidence, Autonomy Authority, Strength

79 65 Berdasarkan tabel 4.10 dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar atau 41.1%. Artinya proporsi varians dari intensi berwirausaha yang dijelaskan oleh attitudes toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self realization and participation, social environment and career, perceived confidence), subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy (level, strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua dalam penelitian adalah sebesar 41.1% sedangkan 58.9% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independen variabel terhadap intensi berwirausaha. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Anova Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua, Generality, Security Workload, Subjective Norms, Economic Opportunity Challenge, Avoid Responsibility, Self Realization Participation, Level, Social Environment Career, Perceived Behavioral Control, Perceived Confidence, Autonomy Authority, Strength b. Dependent Variable: INTENSI BERWIRAUSAHA Jika dilihat dari kolom ke enam dari kiri (.Sig) pada tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05). Maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variabel terhadap dependen variabel, yaitu intensi berwirausaha ditolak. Artinya adalah ada pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior (autonomy and authority, economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, self realization and

80 66 participation, social environment and career, perceived confidence), subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy (level, strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha Uji hipotesis minor Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor. Hasilnya dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.12 Koefisien Unstandardized Coefficients B Standardized Coefficient Beta (Constant) Autonomy and Authority Economic Opportunity and Challenge Security and Workload Avoid Responsibility Self Realization and Participation Social Environment and Career Perceived Confidence Subjective Norms Perceived Behavioral Control Level Strength Generality Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua a. Dependen Variabel : INTENSI BERWIRAUSAHA Berdasarkan pada tabel 4.12, dapat disimpulkan persamaan regresinya sebagai berikut: Intensi berwirausaha = Autonomy and Authority* Economic Opportunity and Challenge Security and Workload Avoid Responsibility Self Realization and Participation* Social Environment and Career Perceived Confidence* Subjective Norms* Perceived Behavioral Control * Level Strength Generality Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Sig.

81 67 Keterangan : Tanda (*) = Variabel Signifikan Begitu juga dengan hasil uji hipotesis minor dapat dilihat berdasarkan tabel 4.12, rinciannya yaitu sebagai berikut : 1. Variabel attitudes toward behavior-autonomy and authority memiliki nilai signifikansi sebesar dengan arah koefisien yang positif. Karena nilai sig.<0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan attitudes toward behaviorautonomy and authority terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai attitudes toward behaviorautonomy and authority seseorang maka intensi berwirausaha akan semakin tinggi pula. 2. Variabel attitudes toward behavior-economic opportunity and challenge memiliki nilai signifikansi sebesar Karena nilai sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-economic opportunity and challenge terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Variabel attitudes toward behavior-security and workload memiliki nilai signifikansi.>0.05 yaitu sebesar Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan

82 68 attitudes toward behavior-security and workload terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Variabel attitudes toward behavior-avoid responsibility memiliki nilai signifikansi sebesar Nilai sig.> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Oleh karena itu tidak terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Variabel attitudes toward behavior-self realization and participation memiliki nilai signifikansi sebesar dengan arah koefisien yang negatif. Karena nilai sig.< 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-self realization and participation terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Nilai koefisien regresi pada variabel ini juga bernilai negatif. Artinya semakin tinggi nilai attitudes toward behavior-self realization and participation seseorang maka intensi berwirausaha justru akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. 6. Variabel attitudes toward behavior-social environment and career memiliki nilai signifikansi sebesar Karena nilai sig.> 0.05 maka hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-social environment and career terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

83 69 7. Variabel attitudes toward behavior-perceived confidence memiliki nilai signifikansi sebesar dengan arah koefisien yang positif. Karena nilai sig.< 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) ditolak. Jadi, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan attitudes toward behavior-perceived confidence terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai attitudes toward behavior-perceived confidence seseorang maka intensi berwirausaha akan semakin tinggi pula. 8. Variabel subjective norms memiliki nilai signifikansi sebesar dengan arah koefisien yang positif. Karena nilai sig.< 0.05 maka hipotesis nihil (H 0 ) ditolak. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan subjective norms terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai subjective norms seseorang maka intensi berwirausaha akan semakin tinggi pula. 9. Variabel perceived behavioral control memiliki nilai signifikansi.< 0.05, yaitu sebesar dengan arah koefisien yang positif. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) ditolak. Jadi, disimpulkan terdapat pengaruh signifikan perceived behavioral control terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Artinya, semakin tinggi nilai perceived behavioral control seseorang maka intensi berwirausaha orang akan semakin tinggi pula. 10. Variabel self efficacy-level memiliki nilai signifikansi sebesar Karena sig.> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, dapat

84 70 dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan self efficacy-level terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Variabel self efficacy- strength memiliki nilai signifikansi.>0.05, yaitu sebesar Hipotesis nihil (H 0 ) diterima sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan self efficacy- strength terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Variabel self efficacy-generality memiliki nilai signifikansi sebesar Karena sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan self efficacy- generality terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 13. Variabel latar belakang pekerjaan orang tua memiliki nilai signifikansi sebesar Karena sig.>0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H 0 ) diterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti juga melakukan uji hipotesis dengan menjadikan self efficacy sebagai sebuah variabel yang utuh tanpa dibagi per dimensi level, strength maupun generality. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan hasil apabila self efficacy diolah menjadi satu kesatuan utuh atau diolah per dimensi level, strength maupun generality. Namun hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil untuk self efficacy, baik diolah per dimensi level, strength maupun generality

85 71 maupun diolah secara utuh. Self efficacy tetap saja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel 4.13 Koefisien Self Efficacy secara utuh Unstandardized Coefficients B Standardized Coefficient Beta (Constant) Autonomy and Authority Economic Opportunity and Challenge Security and Workload Avoid Responsibility Self Realization and Participation Social Environment and Career Perceived Confidence Subjective Norms Perceived Behavioral Control Self Efficacy Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua a. Dependen Variabel : INTENSI BERWIRAUSAHA Sig. 4.4 Analisis Proporsi Varians pada Masing-Masing Independen Variabel Pengujian pada tahap ini bertujuan untuk melihat signifikan tidaknya penambahan (incremented) proporsi varian dari tiap independent variable. Independent variable tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada tabel 4.14 akan dipaparkan besarnya proporsi varians pada intensi berwirausaha. Tabel 4.14 akan menjelaskan seberapa banyak sumbangan setiap independen variabel yang digunakan dalam penelitian memberikan pengaruh terhadap dependen variabel intensi berwirausaha.

86 72 Tabel 4.14 Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel No. Independent Variable R 2 Sumbangan 1 Autonomy and authority % 2 Economic opportunity and challenge % 3 Security and workload % 4 Avoid Responsibility % 5 Self realization and participation % 6 Social environment and career % 7 Perceived Confidence % 8 Subjective Norms % 9 Perceived Behavioral Control % 10 Level % 11 Strength % 12 Generality % 13 Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua % Total 41.1 % Berdasarkan tabel 4.13 didapatkan informasi sebagai berikut : 1. Sumbangan variabel autonomy and authority terhadap intensi berwirausaha sebesar 28%. Artinya, variabel autonomy and authority memberikan pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 2. Variabel economic opportunity and challenge memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 0%. Hal ini berarti variabel economic opportunity and challenge tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 3. Variabel security and workload memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.7%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel security and workload memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang.

87 73 4. Sumbangan variabel avoid responsibility terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.4%. Ini berarti variabel avoid responsibility memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 5. Sumbangan variabel self realization and participation terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.6%. Hal ini berarti variabel self realization and participation memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 6. Variabel social environment and career memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 0%. Hal ini berarti variabel social environment and career tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 7. Variabel perceived confidence memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 5.9%. Hal ini berarti variabel perceived confidence memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 8. Variabel subjective norms memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.2%. Hal ini menunjukkan variabel subjective norms memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 9. Variabel perceived behavioral control memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 2.5%. Ini berarti variabel perceived behavioral control

88 74 memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 10. Sumbangan variabel level terhadap intensi berwirausaha sebesar 0%. Hal ini berarti variabel level tidak memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 11. Sumbangan variabel strength terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.3%. Ini berarti variabel strength memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha sebesar 0.3% dalam diri seseorang. 12. Sumbangan variabel generality terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.3%. Hal ini berarti variabel generality memberikan sedikit sumbangan atau pengaruh sebesar 0.3% bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. 13. Variabel latar belakang pekerjaan orang tua memberikan sumbangan terhadap intensi berwirausaha sebesar 0.4%. Hal ini menunjukkan variabel latar belakang pekerjaan orang tua memberikan sumbangan atau pengaruh bagi bervariasinya intensi berwirausaha dalam diri seseorang. Dengan demikian, sumbangan atau pengaruh varians terbesar berasal dari variabel autonomy and authority. Dilanjutkan dengan variabel perceived confidence, perceived behavioral control, subjective norms, security and workload, self realization and participation, avoid responsibility, latar belakang pekerjaan orang tua, strength dan generality. Sementara variabel economic opportunity and challenge, social environment and career dan level tidak memberikan sumbangan sama sekali.

89 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Adapun penjelasannya sebagai berikut. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji multiple regression, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan attitudes toward behavior, subjective norms, perceived behavioral control, self efficacy dan latar belakang pekerjaan orang tua terhadap terhadap intensi berwirausaha. Berdasarkan uji hipotesis minor, terdapat lima variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan antara lain, attitudes toward behavior-autonomy and authority, attitudes toward behavior-self realization and participation, attitudes toward behavior-perceived confidence, subjective norms dan perceived behavioral control. Sementara attitudes toward behavior (economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, social environment and career), self efficacy (level, strength, generality) dan latar belakang pekerjaan orang tua tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. 5.2 Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari 75

90 76 13 independen variable yang diteliti terdapat lima variabel yang mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Kelima variabel tersebut antara lain autonomy and authority, self realization and participation, perceived confidence, subjective norms dan perceived behavioral control. Autonomy and authority mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, Conners, Furdek, dan Ruth (2012). Apabila individu sudah memiliki nilai autonomy and authority yang tinggi maka ia sudah siap untuk memulai wirausaha. Hal ini karena sikap otoritas yang dimiliki dapat membantu individu dalam proses kepemimpinannya ketika melakukan kegiatan berwirausaha. Hasil ini juga sesuai dengan survey pendahuluan yang dilakukan bahwa kemandirian menjadi alasan yang kuat bagi individu untuk berwirausaha. Self realization and participation mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Dimensi ini melihat kreativitas yang ada dalam diri individu dan bagaimana individu berpartisipasi dalam proses pekerjaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Kemampuan kreativitas yang ada dalam diri individu akan membantunya ketika menjalankan sebuah usaha. Kreativitas dapat menjadikan sebuah usaha menjadi lebih menarik dari sebelumnya. Perceived confidence mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Dimensi ini melihat sejauh mana individu merasa percaya diri akan kesuksesannya dalam membangun sebuah usaha. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

91 77 oleh Angriawan, et.al. (2012). Apabila individu sudah yakin akan sukses dalam membangun usaha maka ia akan lebih cepat memulai kegiatan berwirausahanya. Keyakinannya inilah yang akan mendorong intensi berwirausaha dalam diri individu. Subjective norms mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Dalam mengambil langkah berwirausaha individu akan mempertimbangkan persetujuan orang-orang di sekelilingnya. Apabila individu mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya maka intensinya untuk berwirausaha akan semakin besar. Perceived behavioral control mempengaruhi intensi berwirausaha secara signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Apabila individu mempersepsikan bahwa ia mudah mendapatkan faktor-faktor yang memfasilitasinya sebagai seorang wirausaha maka intensinya untuk berwirausaha akan menjadi tinggi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha. Hal ini terkadang menjadi bertentangan dengan penelitian sebelumnya dan survey pendahuluan yang telah dilakukan. Adapun variabel yang tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap intensi berwirausaha antara lain economic opportunity and challenge, security and workload, avoid responsibility, social environment and career, level, strength, generality dan latar belakang pekerjaan orang tua.

92 78 Economic opportunity and challenge tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Artinya, intensi berwirausaha dalam diri individu tidak ditentukan oleh faktor ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008) yang mengatakan bahwa economic opportunity and challenge mempengaruhi intensi berwirausaha mahasiswa. Hasil survey pendahuluan pun menyatakan bahwa faktor ekonomi akan menjadi alasan kuat mahasiswa dalam berwirausaha. Namun, perbedaan yang terjadi bisa saja disebabkan karena mahasiswa yang menjadi responden penelitian tidak menganggap bahwa profesi berwirausaha merupakan cara untuk mendapat perekonomian yang lebih baik. Security and workload tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) dan Gurbuz dan Aykol (2008). Hasil ini bisa saja dipengaruhi oleh faktor budaya Indonesia yang masih beranggapan bahwa bekerja pada pihak lain (PNS, Pegawai Swasta) lebih meyakinkan karena memiliki penghasilan pasti setiap bulannya dibandingkan berwirausaha dengan penghasilan yang tidak sama tiap bulannya. Avoid responsibility tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Tanggung jawab dan komitmen dalam diri individu belum cukup untuk mendorong intensi berwirausaha dikarenakan sikap tersebut belum tentu dimiliki oleh setiap individu secara kuat. Hasil ini bertentangan dengan penelitian

93 79 yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) yang menyatakan bahwa avoid responsibility mempengaruhi intensi berwirausaha secara keseluruhan. Social environment and career tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Partisipasi individu dalam lingkungan sosial belum mampu mendorong individu untuk memilih berwirausaha dalam kehidupannya. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta belum cukup mendukung mahasiswa untuk tertarik dengan kegiatan kewirausahaan. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angriawan, et.al. (2012) yang menyatakan bahwa avoid responsibility mempengaruhi intensi berwirausaha secara keseluruhan. Self efficacy tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha, baik secara satu kesatuan variabel maupun dipisah per dimensi (level, strength, generality). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhao, Seibert dan Hills (2005). Penelitian tentang self efficacy terhadap intensi berwirausaha di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah juga menunjukkan bahwa self efficacy memiliki pengaruh yang tinggi pada intensi berwirausaha (Sugiarto, 2013; Woroningrum, 2014) dan sebaliknya memiliki pengaruh yang rendah pada intensi berwirausaha (Handayani, 2013; Ahmad, 2014). Perbedaan hasil penelitian tentang variabel self efficacy ini dapat disebabkan oleh banyak hal. Misalnya responden penelitian maupun lokasi penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan responden mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasilnya menjadi berbeda dengan penelitian yang menggunakan responden hanya

94 80 mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saja (Sugiarto, 2013; Handayani, 2013), siswa-siswi SMK (Ahmad, 2014) serta pada Pegawai Pra Purnabhakti Kementrian Kelautan dan Perikanan (Woroningrum, 2014). Perbedaan ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan memang mempengaruhi intensi berwirausaha dalam diri individu (Cunningham & Lischeron, 1991). Kondisi individu pun dapat mempengaruhi intensi berwirausaha. Mahasiswa masih memiliki banyak kesempatan dalam memilih pekerjaan, sementara pada Pegawai Pra Purnabhakti wirausaha merupakan profesi yang paling memungkinkan untuk dijalankan. Self efficacy berasal dari teori pembelajaran sosial Bandura (1977) dan mengacu pada keyakinan individu tentang kemampuannya untuk melakukan tugas yang diberikan. Keyakinan menyelesaikan tugas yang terdapat dalam self efficacy belum tentu berkaitan dengan tugas dalam berwirausaha. Hal ini dikarenakan tugas dalam berwirausaha memerlukan penyelesaian dari individu langsung, sementara tugas lain bisa saja berasal dari atasannya. Jika hal tersebut terjadi berarti individu hanya sekedar menyelesaikan tugas yang ia peroleh, bukan menyelesaikan tugas dalam kegiatan berwirausahanya. Latar belakang pekerjaan orang tua tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi berwirausaha. Hal ini bertentangan dengan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan (Gurbuz dan Aykol, 2008; Bhandari, 2012; Schoon dan Duckworth, 2012). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa latar belakang pekerjaan orang tua tidak cukup untuk menjadi alasan yang kuat bagi individu untuk mengambil langkah sebagai seorang wirausaha. Hal ini

95 81 karena intensi berwirausaha dalam diri individu lebih ditentukan oleh nilai-nilai internal yang ada dalam dirinya. 5.3 Saran Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam penelitian yang telah dilakukan. Namun peneliti berharap hal tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran dan bahan evaluasi bagi peneliti sendiri maupun peneliti di masa mendatang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti membagi dua saran, yaitu saran teoritis dan saran praktis Saran Teoritis Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan variabel lain di luar penelitian ini, misalnya kepribadian (Rhoade, Doerr, Erickson, & Wolfe, 2012; Osiri, Kungu, & Prieto, 2012), kreativitas (Schmidt, Soper, & Bernaciak, 2012), kepemimpinan (Jensen & Luthans, 2006), serta latar belakang pendidikan (Cunningham & Lischeron, 1991). Dapat pula melihat faktor budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia, karena selama ini masih banyak masyarakat yang belum menganggap wirausaha sebagai profesi yang menjanjikan. 2. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti lebih memperhatikan responden dalam mengisi kuesioner yang diberikan. Apakah responden mengisi secara benar atau terburu-buru. Selain itu melihat kemungkinan responden menjawab secara kuesioner secara asal atau sudah melalui pemahaman terlebih dahulu.

96 Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam rangka meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, maka dapat dibuat program pelatihan kemandirian dan kepemimpinan untuk meningkatkan autonomy and authority dalam diri mahasiswa. Program ini dapat direalisasikan melalui pihak BEM atau DEMA yang ada dalam Fakultas. 2. Untuk menambah kepercayaan diri mahasiwa tentang kemampuannya berwirausaha, maka dapat membuat sebuah acara yang mampu menampung minat berwirausaha mahasiswa. Misalnya, mengadakan bazar kampus secara berkala dengan anggota bazar adalah mahasiswa itu sendiri. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan perceived confidence dan perceived behavioral control yang ada dalam diri mahasiswa karena mahasiswa diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan yang ada dalam dirinya. Mahasiswa juga dapat merasakan dukungan dari referen sosialnya dan meningkatkan subjective norms dalam dirinya.

97 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, N. (2014). Pengaruh kebutuhan dan kemampuan diri serta gender terhadap intensi berwirausaha. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior. Inggris: Open University Press. Angriawan, A., Conners, S.E., Furdek, J., & Ruth, D. (2012). An empirical examination of entrepreneurial intent in the equine industry. Alliance Academies International Conference, 18(1), 1-14 Armitage, J.C., & Conner, M. (2001). Efficacy of the theory of planned behaviour: A Meta-Analytic Review. Journal of Social Psychology, 40, Bhandari, N.C. (2012). Relationship between student s gender, their own employment, their parent s employment, and the student s intention for entrepreneurship. Journal of Entrepreneurship Education, 15, Boyd, N.G., & Vozikis, G.S. (1994). The influence of self-efficacy on the development of entrepreneurial intentions and actions. Entrepreneurship Theory and Practice, (94), Byham, W.C. (2000). Entrepreneurship: a personal story. The Psychologist-Manager Journal, 4(1), Byrne, D., & Baron, R.A. (2003). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga Cunningham, J.B., & Lischeron, J. (1991). Defining entrepreneurship. Journal of Small Business Management, 29(1), 45 Davidsson, P. (1995). Determinants of entrepreneurial intentions. Jönköping International Business School (JIBS), 9, Fishbein, M., & Ajzen, L. (1975). Belief, attitude, intention and behaviour: An introduction to theory and research. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company. Gurbuz, G., & Aykol, S. (2008). Entrepreneurial intention of young educated public in turkey. Journal of Global Strategic Management, 4, Handayani, D. (2013). Pengaruh self efficacy dan dukungan sosial terhadap intensi berwirausaha. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 83

98 84 Hisrich, R., Fox, J.L., & Grant, S. (2007). A call to action for psychology. Entrepreneurship Research and Practice, 62(6), Imam, S.S. (2007). Sherer et al. general self-efficacy scale: dimensionality, internal consistency, and temporal stability. Department of Psychology-International Islamic University Malaysia Jensen, S.M., & Luthans, F. (2006). Relationship between entrepreneurs' psychological capital and their authentic leadership. Journal of Managerial Issues, 18(2), Linan, F., & Chen, Y.W. (2009). Development and cross-cultural application of a specific instrument to measure entrepreneurial intentions. Entrepreneurship Theory and Practice, Osiri, J.K., Kungu K., & Prieto, L.C. (2012). Relationships between personality constructs and entrepreneurial intentions. Alliance Academies International Conference, 18(1), Rhoade, C., Doerr, A., Erickson, A., & Wolfe, K. (2012). Leadership among nascent entrepreneur. Alliance Academies International Conference, 18(1), Schmidt, J.J., Soper, J.C., & Bernaciak, J. (2012). Creativity in the entrepreneurship program: a survey of directors of award winning programs. Alliance Academies International Conference, 18(1), Schoon, I., & Duckworth, K. (2012). Who becomes an entrepreneur? early life experiences as predictors of entrepreneurship. Developmental Psychology, 48(6), Sugiarto, A. (2013). Pengaruh self efficacy, locus of control dan risk taking behavior terhadap intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi uin jakarta. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan Ajar Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Tidak Dipublikasikan. Woroningrum, R. (2014). Pengaruh self efficacy, loc dan faktor demografis terhadap intensi berwirausaha pegawai pra purnabhakti kementerian kelautan dan perikanan. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Zhao, H., Seibert, S.E., & Hills, G.E. (2005). The mediating role of self-efficacy in the development of entrepreneurial intentions. Journal of Applied Psychology, 90 (6),

99 85 Zimmerman, B.J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Contemporary Educational Psychology, 25, Web : Data pengangguran. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari &notab=5 &notab=4 Jumlah wirausaha indonesia masih rendah. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari ndonesia.masih.rendah Kadin dorong pertumbuhan wirausaha melalui CSR. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari Indonesia tanah airku-asean dunia usahaku. Diunduh tanggal 29 oktober 2014 dari =blog&id=87&itemid=139

100 86 1. Lampiran Skala Selamat Pagi/ Siang/ Sore INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Aulia Amriana S. mahasiswi Semester 8 dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian tentang Intensi Berwirausaha sebagai bagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Psikologi. Saya berharap teman-teman bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Semua informasi yang teman-teman berikan terjamin kerahasiannya. Saya mohon temanteman untuk mengisi informed consent di bawah sebagai tanda persetujuan teman-teman untuk menjadi responden penelitian saya. Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, nama/inisial : jenis kelamin (pilih salah satu) : 1. Laki-laki 2. Perempuan fakultas (pilih salah satu) : 1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Fakultas Adab dan Humaniora 3. Fakultas Ushuluddin 4. Fakultas Syariah dan Hukum 5. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Fakultas Dirasat Islamiyah 7. Fakultas Psikologi 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 9. Fakultas Sains dan Teknologi 10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 11. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik semester (pilih salah satu) : pekerjaan orang tua (pilih salah satu) : 1. Wirausaha 2. Non-wirausaha pengalaman berwirausaha (pilih salah satu) : 1. Tidak ada 2. Ada, yaitu tinggal bersama (pilih salah satu) : 1. Orang Tua 2. Kost Ciputat, 2015 Tanda Tangan

101 87 Instruksi : Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan diri Anda. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Setuju (S) sampai Tidak Setuju (TS) pada tiap-tiap pernyataan. Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada SATU pilihan jawaban. Cara menjawabnya yaitu dengan memberikan tanda pada pilihan jawaban yang paling menggambarkan diri Anda. Keterangan pilihan jawaban : STS TS S SS : Sangat Tidak Setuju : Tidak Setuju : Setuju : Sangat Setuju Skala 1 No. Item STS TS S SS 1 Saya siap melakukan apapun untuk menjadi seorang wirausaha. 2 Tujuan utama saya adalah menjadi seorang wirausaha. 3 Saya akan melakukan segala upaya untuk memulai dan menjalankan usaha saya sendiri. 4 Saya memutuskan untuk memulai sebuah usaha di masa depan. 5 Saya memiliki pikiran yang serius untuk memulai sebuah usaha. 6 Saya memiliki niat yang kuat untuk memulai sebuah usaha suatu saat nanti. Skala 2 No. Item STS TS S SS 1 Saya memiliki kekuatan untuk membuat keputusan dalam usaha saya. 2 Saya memiliki kekuasaan terhadap usaha saya. 3 Saya mampu memilih tugas pribadi saya. 4 Saya mampu menjadi pemimpin dalam usaha yang saya bangun. 5 Saya mampu bersikap mandiri dalam menjalankan usaha saya. 6 Saya memiliki kebebasan dalam menjalankan usaha saya. 7 Saya ingin memiliki pekerjaan yang menantang. 8 Saya ingin memiliki pekerjaan yang sesuai dengan minat saya. 9 Saya ingin memiliki pekerjaan yang memotivasi. 10 Saya ingin menerima kompensasi berdasarkan prestasi yang

102 88 saya buat. 11 Saya ingin memiliki pekerjaan yang menarik. 12 Saya menjaga sebagian besar hasil usaha saya. 13 Saya mampu melihat kesempatan ekonomi yang ada. 14 Saya mampu merealisasikan diri saya. 15 Saya menyukai pekerjaan yang stabil. 16 Saya menyukai pekerjaan yang terjamin keamanannya. 17 Saya tidak menyukai pekerjaan yang menghabiskan waktu berjam-jam. 18 Saya menyukai pekerjaan yang memiliki jam kerja pasti. 19 Saya tidak menyukai pekerjaan yang penuh dengan stressor. 20 Saya tidak mengambil terlalu banyak tanggung jawab. 21 Saya menghindari tanggung jawab. 22 Saya menghindari komitmen. 23 Saya menyukai pekerjaan yang tidak rumit. 24 Saya mampu menciptakan sesuatu. 25 Saya mengambil manfaat dari kebutuhan kreativitas yang saya miliki. 26 Saya mengerjakan pekerjaan mulai dari a sampai z secara berurutan. 27 Saya berpartisipasi dalam seluruh proses pekerjaan. 28 Saya berpartisipasi dalam lingkungan sosial. 29 Saya menjadi anggota sebuah komunitas sosial. 30 Saya memiliki kesempatan untuk memajukan potensi saya. 31 Saya mampu mempromosikan diri saya. 32 Saya yakin bahwa saya akan berhasil jika saya mulai menjalankan usaha saya sendiri. 33 Saya memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil sebagai seorang wirausaha. 34 Saya memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses sebagai seorang wirausaha. 35 Saya tidak yakin akan berhasil dalam menjalankan usaha saya sendiri. Skala 3 No. Item STS TS S SS 1 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha, keluarga dekat saya akan menyetujuinya. 2 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha, teman-teman saya akan menyetujuinya. 3 Ketika saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha, kolega (rekan bisnis) saya akan menyetujuinya. 4 Orang-orang terdekat saya tidak menyetujui jika saya membuat sebuah usaha.

103 89 Skala 4 No. Item STS TS S SS 1 Memulai suatu usaha dan tetap menjaganya merupakan hal yang mudah bagi saya. 2 Saya siap untuk memulai sebuah usaha secara konsisten. 3 Saya dapat mengendalikan proses pembuatan usaha baru. 4 Saya mengetahui hal-hal detail yang diperlukan untuk memulai sebuah usaha. 5 Saya mengetahui bagaimana mengembangkan sebuah proyek kewirausahaan. 6 Jika saya mencoba memulai sebuah usaha, saya akan memiliki kemungkinan yang tinggi untuk berhasil. Skala 5 No. Item STS TS S SS 1 Ketika saya membuat rencana, saya yakin bisa membuat rencana tersebut berjalan. 2 Salah satu masalah saya adalah bahwa saya tidak bisa turun sendiri untuk mengerjakan apa yang seharusnya saya kerjakan. 3 Jika saya tidak bisa melakukan suatu pekerjaan maka saya akan terus mencoba sampai saya bisa. 4 Ketika saya menetapkan tujuan yang penting untuk diri sendiri, saya jarang mencapai tujuan saya itu. 5 Saya menyerah pada suatu hal sebelum saya menyelesaikannya. 6 Saya menghindari menghadapi kesulitan. 7 Jika sesuatu terlihat terlalu rumit maka saya tidak akan mencobanya. 8 Ketika ada hal yang tidak menyenangkan untuk dilakukan saya tetap akan menyelesaikannya. 9 Ketika saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang baru maka saya akan segera melakukannya. 10 Ketika mencoba mempelajari sesuatu yang baru, saya akan segera menyerah jika saya mengalami kegagalan di awal. 11 Ketika masalah tak terduga terjadi, saya tidak mampu menangani masalah dengan baik. 12 Saya tidak akan mencoba mempelajari hal-hal baru yang terlihat sulit bagi saya. 13 Kegagalan membuat saya berusaha lebih keras. 14 Saya merasa tidak yakin tentang kemampuan saya untuk melakukan sesuatu. 15 Saya seorang yang mandiri. 16 Saya mudah menyerah. 17 Saya tampaknya tidak mampu menangani sebagian besar masalah yang muncul dalam kehidupan saya.

104 90 2. Lampiran Hasil Lisrell 2.1 Output CFA Intensi Berwirausaha UJI VALIDITAS KONSTRUK INTENSI BERWIRAUSAHA DA NI=6 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=IB.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK IB FR LX LX 6 1 FR TD 6 5 TD 4 1 TD 4 2 TD 4 3 TD 5 1 TD 6 4 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 1.19 (P = 0.76) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.19 (P = 0.76) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 4.00)

105 91 Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.017) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.076) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.88 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.17 ; 0.19) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.19 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.20 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.99 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.14 a. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Autonomy&Authority UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=6 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=ATB-1.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-1 FR LX LX 6 1 FR TD 6 5 TD 5 4 TD 3 2 PD OU SS TV MI

106 92 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 6 Minimum Fit Function Chi-Square = 8.54 (P = 0.20) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 8.75 (P = 0.19) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 14.85) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.065) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.49 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.16 ; 0.22) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.54 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC =

107 93 Normed Fit Index (NFI) = 0.99 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.40 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.98 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.28 b. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Economic Opportunity&Challenge UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=8 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=ATB-2.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-2 FR LX LX 8 1 FR TD 8 7 TD 3 2 TD 7 6 TD 8 6 TD 6 5 TD 6 2 TD 5 4 TD 2 1 PD OU SS TV MI

108 94 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 12 Minimum Fit Function Chi-Square = (P = 0.18) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = (P = 0.19) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 18.74) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.082) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.083) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.61 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.26 ; 0.34) ECVI for Saturated Model = 0.31 ECVI for Independence Model = 4.40 Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.42 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.96 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.33 c. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Security&Workload UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=5 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5

109 95 PM SY FI=ATB-3.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-3 FR LX LX 5 1 FR TD 5 3 TD 4 1 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 3.73 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 3.69 (P = 0.30) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 9.93) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.043) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.52 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.16) ECVI for Saturated Model = 0.13 ECVI for Independence Model = 0.96 Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom =

110 96 Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.29 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.94 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.97 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20 d. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Avoid Responsibility UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=ATB-4.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-4 FR LX LX 4 1 FR TD 4 1 TD 2 1 PD OU SS TV MI

111 97 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 0 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) The Model is Saturated, the Fit is Perfect! e. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Self Realization & Participation UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=ATB-5.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-5 FR LX LX 4 1 FR TD 4 3 TD 4 2 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 0 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.00 (P = 1.00) The Model is Saturated, the Fit is Perfect!

112 98 f. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Social Environment & Career UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=ATB-6.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-6 FR LX LX 4 1 FR TD 4 2 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 1.12 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.11 (P = 0.29) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 7.28) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.032) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.18) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.42

113 99 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.11) ECVI for Saturated Model = ECVI for Independence Model = 2.13 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = g. Output CFA Attitudes Toward Behavior-Perceived Confidence UJI VALIDITAS KONSTRUK ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=ATB-7.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ATB-7 FR LX LX 4 1 FR TD 4 3 PD OU SS TV MI

114 100 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = (P = 0.76) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = (P = 0.76) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 3.22) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.014) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.12) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.82 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.097) ECVI for Saturated Model = ECVI for Independence Model = 1.96 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 1.00

115 101 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 1.00 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = h. Output CFA Subjective Norms UJI VALIDITAS KONSTRUK SUBJECTIVE NORMS DA NI=4 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=SN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SN FR LX LX 4 1 FR TD 4 3 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 1 Minimum Fit Function Chi-Square = 0.35 (P = 0.55) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 0.35 (P = 0.55) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 4.90) Minimum Fit Function Value =

116 102 Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.021) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.15) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.65 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.083 ; 0.10) ECVI for Saturated Model = ECVI for Independence Model = 1.87 Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 1.00 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.01 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.17 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.99 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.99 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = i. Output CFA Perceived Behavioral Control UJI VALIDITAS KONSTRUK PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DA NI=6 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 PM SY FI=PBC.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK PBC FR LX LX 6 1 FR TD 5 4 TD 6 5 TD 6 1 TD 2 1 PD OU SS TV MI

117 103 Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 5 Minimum Fit Function Chi-Square = 6.22 (P = 0.29) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 6.42 (P = 0.27) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 12.21) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.053) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.56 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.16 ; 0.21) ECVI for Saturated Model = 0.18 ECVI for Independence Model = 4.23 Chi-Square for Independence Model with 15 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 0.99 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00

118 104 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.33 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.98 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.24 j. Output CFA Self Efficacy-Level UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY DA NI=5 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 PM SY FI=SE-1.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE-1 FR LX LX 5 1 VA 0.07 TD 1 1 FI TD 1 1 FR TD 3 1 TD 5 4 TD 4 2 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 3 Minimum Fit Function Chi-Square = 5.44 (P = 0.14)

119 105 Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 5.47 (P = 0.14) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 13.23) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.058) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.33 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.18) ECVI for Saturated Model = 0.13 ECVI for Independence Model = 0.64 Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = Saturated AIC = Independence CAIC = Model CAIC = Saturated CAIC = Normed Fit Index (NFI) = 0.96 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.29 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.87 Critical N (CN) = Root Mean Square Residual (RMR) = Standardized RMR = Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20 k. Output CFA Self Efficacy-Strength UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF EFFICACY DA NI=8 NO=230 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 PM SY FI=SE-2.COR MO NX=8 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE-2

120 106 FR LX LX 8 1 FR TD 2 1 TD 8 4 TD 8 7 TD 6 1 TD 4 3 TD 8 3 TD 7 2 TD 4 1 PD OU SS TV MI Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 12 Minimum Fit Function Chi-Square = (P = 0.37) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = (P = 0.40) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 13.32) Minimum Fit Function Value = Population Discrepancy Function Value (F0) = Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.058) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.070) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.81 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = Percent Confidence Interval for ECVI = (0.26 ; 0.32) ECVI for Saturated Model = 0.31 ECVI for Independence Model = 4.34 Chi-Square for Independence Model with 28 Degrees of Freedom = Independence AIC = Model AIC = 60.55

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI Oleh : Muhammad Arief Budiman NIM : 109070000067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh tingginya persaingan diantara para pencari kerja, terutama persaingan pada lulusan universitas. Data Biro Pusat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

PENGARUH ENTREPRENEURSHIP EDUCATION PROGRAMME (EEP) PADA NIAT BERWIRAUSAHA (Studi pada Perajin Batik di Surakarta, Sragen, dan Karanganyar)

PENGARUH ENTREPRENEURSHIP EDUCATION PROGRAMME (EEP) PADA NIAT BERWIRAUSAHA (Studi pada Perajin Batik di Surakarta, Sragen, dan Karanganyar) PENGARUH ENTREPRENEURSHIP EDUCATION PROGRAMME (EEP) PADA NIAT BERWIRAUSAHA (Studi pada Perajin Batik di Surakarta, Sragen, dan Karanganyar) TESIS Ditujukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PREDIKTOR-PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE. (Studi Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta) TESIS

PREDIKTOR-PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE. (Studi Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta) TESIS PREDIKTOR-PREDIKTOR INTENSI PENGGUNAAN INTERNET DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN ONLINE (Studi Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK : APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK : APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK : APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muria Kudus)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI AFEKTIF DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTIONS DENGAN PERSON ORGANIZATION FIT SEBAGAI PEMODERASI

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI AFEKTIF DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTIONS DENGAN PERSON ORGANIZATION FIT SEBAGAI PEMODERASI ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI AFEKTIF DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTIONS DENGAN PERSON ORGANIZATION FIT SEBAGAI PEMODERASI (Studi Pada Karyawan PT. Djitoe I.T.C Surakarta) Skripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya

LAPORAN AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya PENGARUH KEPEMIMPINAN PRIBADI, PERCAYA DIRI DAN TOLERANSI AKAN RISIKO TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA (Studi Kasus pada Mahasiswa DIII Non Rekayasa Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang) LAPORAN AKHIR Disusun

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIRASAKAN PADA NIAT WIRAUSAHA

PENGARUH SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIRASAKAN PADA NIAT WIRAUSAHA PENGARUH SIKAP DAN KONDISI LINGKUNGAN YANG DIRASAKAN PADA NIAT WIRAUSAHA ( Studi Pada Siswa SMK Negeri di Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA

PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM

Lebih terperinci

PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI VERONICA

PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI VERONICA PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU DALAM INTENSI PEMBELIAN SAMSUNG SMART TV SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh VERONICA 101301026 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI DENGAN SIKAP KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI DENGAN SIKAP KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI PENGARUH KUALITAS MEREK PADA NIAT BELI DENGAN SIKAP KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA OLEH : SHEILA SEMIARDI 3103010127 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PERILAKU WAJIB PAJAK BADAN UNTUK MENGGUNAKAN E-FILLING ( Studi Empiris Wajib Pajak Badan di Kabupaten Kudus) Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PENGARUH SELF EFFICACY, INTERNAL LOCUS OF CONTROL DAN EXTERNAL LOCUS OF CONTROL TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA

PENGARUH SELF EFFICACY, INTERNAL LOCUS OF CONTROL DAN EXTERNAL LOCUS OF CONTROL TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA PENGARUH SELF EFFICACY, INTERNAL LOCUS OF CONTROL DAN EXTERNAL LOCUS OF CONTROL TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA BEBERAPA UNIVERSITAS DI SURABAYA Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE

TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE TESIS PENGARUH RISIKO-RISIKO PEMBELIAN PADA SIKAP DAN PERILAKU PEMBELIAN SECARA ONLINE i ii iii PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sesungguhnya menyatakan bahwa tesis dengan judul:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN ONLINE TICKETING

PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN ONLINE TICKETING TESIS PENGARUH KOMPONEN PENERIMAAN TEKNOLOGI TERHADAP NIAT BERPERILAKU MENGGUNAKAN ONLINE TICKETING SUGIARTO No. Mhs. : 125001749/PS/MM PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI, INSENTIF, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DPPKD SAMSAT CIKOKOL KOTA TANGERANG

PENGARUH MOTIVASI, INSENTIF, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DPPKD SAMSAT CIKOKOL KOTA TANGERANG PENGARUH MOTIVASI, INSENTIF, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DPPKD SAMSAT CIKOKOL KOTA TANGERANG SKRIPSI NAMA : ADVAN RIZKYANTO NIM : 43110010107 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk menggunakan TransJakarta ke tempat kerja. Partisipan penelitian ini sebanyak 103 pekerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL PERILAKU TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK BERLABEL HALAL PADA MASYARAKAT DI KOTA KUDUS

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL PERILAKU TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK BERLABEL HALAL PADA MASYARAKAT DI KOTA KUDUS PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL PERILAKU TERHADAP NIAT MEMBELI PRODUK BERLABEL HALAL PADA MASYARAKAT DI KOTA KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kontribusi determinandeterminan intention terhadap intention untuk melakukan premarital check up pada pasangan dewasa awal yang sedang memersiapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Sociodemographic Factor, Attitude Factor, Contextual Factor, Entrepreneurial Intentions

ABSTRACT. Keywords: Sociodemographic Factor, Attitude Factor, Contextual Factor, Entrepreneurial Intentions ABSTRACT Unemployment in Indonesia is being increased, this was due to lack of employment and lack of one s intentions for entrepreneurship. This study aims to examine and analyze the sociodemographic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

EMA SAFITRI

EMA SAFITRI 1 GAMBARAN KECEMASAN AKADEMIK SISWA DI SMA NEGERI UNGGUL ACEH TIMUR S k r i p s i Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Disusun Oleh: EMA SAFITRI 051301056 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR

ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR ANALISIS MINAT SISWA UNTUK MELANJUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN THEORY PLANNED BEHAVIOR Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini.

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini. BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian ilmiah memerlukan aya metode untuk memperlancar penelitian dalam rangka pencarian data petunjuk mengenai cara atau langkah serta teknik penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugrah yang mulia namun ibu rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24 jam, selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya yang akan meneruskan estafet kepemerintahan Indonesia, salah satu pilar pentingnya adalah mahasiswa.

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI DAN KESIAPAN INSTRUMENTASI WIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI DAN KESIAPAN INSTRUMENTASI WIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, EFIKASI DIRI DAN KESIAPAN INSTRUMENTASI WIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa FEB di PTN dan PTS di Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kontribusi determinan-determinan dari planned behavior terhadap intention dalam melakukan pengiriman barang tepat waktu pada salesman PT X Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI Pengaruh Kemandirian Pribadi Terhadap Kemauan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi ) OLEH Risa Yunita 090521086 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

Pengaruh Kewajaran Harga, Nilai yang Dirasakan Terhadap Niat Beli Produk. Hijau yang Dimediasi Oleh Sikap Konsumen Atas Produk Hijau

Pengaruh Kewajaran Harga, Nilai yang Dirasakan Terhadap Niat Beli Produk. Hijau yang Dimediasi Oleh Sikap Konsumen Atas Produk Hijau Pengaruh Kewajaran Harga, Nilai yang Dirasakan Terhadap Niat Beli Produk Hijau yang Dimediasi Oleh Sikap Konsumen Atas Produk Hijau (Studi Produk AC LG Ramah Lingkungan Pada Masyarakat Kota Surakarta)

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS

HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS HUBUNGAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN INTENSI MELANJUTKAN PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI DI FAKULTAS PSIKOLOGI USU SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 i HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh: MANGESTI ZAKI SOPHEIA PHILEIN NIM K8405023 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan penelitian, mengetahui kontribusi ketiga determinan intention serta determinan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap intention untuk membaca textbook pada mahasiswa angkatan 2013

Lebih terperinci

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi oleh : RIZQA

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi determinandeterminan terhadap intention ibu untuk melakukan terapi di rumah. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan sampel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai variabel penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. 3.1. Variabel Penelitian Varibel

Lebih terperinci

STUDI EKSPLORASI TENTANG FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA MINAT GURU SD MENJADI KEPALA SEKOLAH Studi Kasus di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung

STUDI EKSPLORASI TENTANG FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA MINAT GURU SD MENJADI KEPALA SEKOLAH Studi Kasus di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung STUDI EKSPLORASI TENTANG FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA MINAT GURU SD MENJADI KEPALA SEKOLAH Studi Kasus di Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen

Lebih terperinci

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi PENGARUH BULLYING DI TEMPAT KERJA TERHADAP BURNOUT PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: CITRA WAHYUNI 111301109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE Oleh : Togi Dedy Wirawan Marpaung 212007706 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel tergantung : intensi berwirausaha 2. Variabel bebas : modal psikologis

Lebih terperinci

TESIS IMPLEMENTASI THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK RAMAH LINGKUNGAN WILHELMINA LELI ASKADILLA

TESIS IMPLEMENTASI THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK RAMAH LINGKUNGAN WILHELMINA LELI ASKADILLA TESIS IMPLEMENTASI THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK RAMAH LINGKUNGAN WILHELMINA LELI ASKADILLA No. Mhs.: 155002466/PS/MM PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S Diajukan oleh Dhanty Susanti S 300 090 020 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI

PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI PENGARUH EFEKTIVITAS PEMIMPIN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh DINARTI UTARI 111301093

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensi berwirausaha pada pedagang kaki lima di wilayah Bandung Utara. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN (Studi Pada PP. Argoboyo Papua Cab. Bantul) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat intention dalam pengelolaan diet pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Ginjal X Medan dan juga kontribusi dari determinan-determinan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MELAKUKAN PENGUNGKAPAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING)

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MELAKUKAN PENGUNGKAPAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP NIAT UNTUK MELAKUKAN PENGUNGKAPAN KECURANGAN (WHISTLEBLOWING) (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya) Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO)

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO) PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KANTOR BAPPEDA KABUPATEN SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Progam Sarjana (S1) Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH DAP. Oleh NOOR HIKMAH PROGRAM STUDI

TESIS PENGARUH DAP. Oleh NOOR HIKMAH PROGRAM STUDI TESIS PENGARUH DIMENSI BUDAYA ORGANISASI TERHAD DAP KEPUASAN DAN KINERJA KARYAWAN Studi Pada Perusahaan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Sudirman Yogyakarta Oleh NOOR HIKMAH No. Mhs. : 12500 1880

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN FAKTOR KEPRIBADIAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA Studi Kasus Pada Usaha Pasar Kuliner di Kota Stabat

SKRIPSI. PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN FAKTOR KEPRIBADIAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA Studi Kasus Pada Usaha Pasar Kuliner di Kota Stabat SKRIPSI PENGARUH PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN DAN FAKTOR KEPRIBADIAN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA Studi Kasus Pada Usaha Pasar Kuliner di Kota Stabat OLEH TITIA PAMUKTI 110502058 PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan intention dalam melakukan diet pada penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik X Bandung dan juga kontribusi dari determinan-determinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. khususnya adalah bisnis baru yang mendatangkan keuntungan (Uddin & Bose, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan adalah praktek dalam memulai suatu organisasi, lebih khususnya adalah bisnis baru

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KESADARAN, DAN PENGETAHUAN TAX AMNESTY TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KESADARAN, DAN PENGETAHUAN TAX AMNESTY TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ANALISIS PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KESADARAN, DAN PENGETAHUAN TAX AMNESTY TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK OLEH: STEFANIE ROSALIND SUBAGIO 3203013046 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ORIENTASI PELANGGAN, KEAHLIAN, KUALITAS MAKANAN, KEWAJARAN HARGA, DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN

ANALISIS PENGARUH ORIENTASI PELANGGAN, KEAHLIAN, KUALITAS MAKANAN, KEWAJARAN HARGA, DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN ANALISIS PENGARUH ORIENTASI PELANGGAN, KEAHLIAN, KUALITAS MAKANAN, KEWAJARAN HARGA, DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN (Studi Empiris di Rumah Makan Mang Engking dan Rasa Mirasa) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: KRISTINAWATI A MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM PERSPEKTIF PERAN PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN KELUARGA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN TAHUN 2013 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SITI AMINAH A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. Diajukan Oleh: SITI AMINAH A PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA DITINJAU DARI PERHATIAN MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN DAN KREATIVITAS BELAJAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH FREDY HUTASOIT

SKRIPSI OLEH FREDY HUTASOIT SKRIPSI PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS USU OLEH FREDY HUTASOIT 110502231 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO Oleh : Susi Sasi 13051025 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT PEMBELIAN PADA SMARTPHONE ASUS. (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT PEMBELIAN PADA SMARTPHONE ASUS. (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT PEMBELIAN PADA SMARTPHONE ASUS (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PENGARUH SELF-EFFICACY, LATAR BELAKANG ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT SISWA SMK BERWIRAUSAHA BIDANG AGRONOMI DI KABUPATEN TANAH BUMBU

PENGARUH SELF-EFFICACY, LATAR BELAKANG ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT SISWA SMK BERWIRAUSAHA BIDANG AGRONOMI DI KABUPATEN TANAH BUMBU PENGARUH SELF-EFFICACY, LATAR BELAKANG ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP MINAT SISWA SMK BERWIRAUSAHA BIDANG AGRONOMI DI KABUPATEN TANAH BUMBU NOOR HIDAYAH NIM 10702259046 Tesis ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII MTsN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2016/2017 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan X Bandung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian. Objek dalam penelitian ini merupakan entrepreneur di Bandung yang sudah menjalani usahanya selama lebih dari tiga setengah tahun. Wirausaha memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA DAN AKUNTAN PUBLIK PADA TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA DAN AKUNTAN PUBLIK PADA TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PENGARUH PENDIDIKAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI TERHADAP SIKAP MAHASISWA DAN AKUNTAN PUBLIK PADA TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS EKSTENSI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA PEMBELIAN MAKANAN HALAL DI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS EKSTENSI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA PEMBELIAN MAKANAN HALAL DI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS EKSTENSI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR PADA PEMBELIAN MAKANAN HALAL DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

WARA KUSRINI NIM: S

WARA KUSRINI NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS MAHASISWA (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS MURIA KUDUS)

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS MAHASISWA (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS MURIA KUDUS) PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL TERHADAP PERSEPSI PERILAKU ETIS MAHASISWA (STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS MURIA KUDUS) Diajukan Oleh : KHUSNA FIKRIATI NIM. 2008-12-092 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus KAJIAN EMPIRIS ATAS PERILAKU BELAJAR, EFIKASI DIRI, KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM MEMPENGARUHI STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI DI UNIVERSITAS MURIA KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG. (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor

PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG. (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor di Kecamatan Jebres Solo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

Persepsi Konsumen Non-Muslim terhadap Keinginan Membeli Produk Makanan Kemasan Halal di Indonesia TUGAS AKHIR. Khairil Hamdi

Persepsi Konsumen Non-Muslim terhadap Keinginan Membeli Produk Makanan Kemasan Halal di Indonesia TUGAS AKHIR. Khairil Hamdi Persepsi Konsumen Non-Muslim terhadap Keinginan Membeli Produk Makanan Kemasan Halal di Indonesia TUGAS AKHIR Khairil Hamdi 1122003025 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Maludin Panjaitan Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia Jalan Hang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN GAYA HIDUP BRAND MINDED DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS SKRIPSI DISUSUN OLEH : ELVA FAELA SHOFA 2012-60-011 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Peer Attachment, Self Esteem. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Peer Attachment, Self Esteem. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dimensi peer-attachment terhadap self-esteem pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2013 di Universitas X Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci