BAB I PENDAHULUAN. berusaha bangkit untuk menata kembali kehidupan, dengan tertatih. Di antara
|
|
- Sudomo Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Setahun telah berlalu bumi Aceh terkoyak. Ratusan ribu korban selamat berusaha bangkit untuk menata kembali kehidupan, dengan tertatih. Di antara mereka, terdapat ribuan anak yang jiwanya masih labil. Trauma mendalam rasanya sulit lekang dari benak mereka, yang merasakan langsung terseret air hitam pekat, 26 Desember Apalagi anak-anak yang terpaksa harus hidup tanpa belaian kasih sayang orang tua. Gambar 1. Anak yatin korban Tsunami 2004 Sekitar jiwa anak korban musibah gempa dan tsunami di 11 kabupaten/kota di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) perlu segera adanya penanganan khusus dari semua pihak karena kondisi mereka saat ini sangat riskan. 1
2 Masalah yang mereka hadapi saat ini cukup komplek, setelah kehilangan orang tua, saudara dan rumah tempat tinggal, karenanya anak anak yatim dan piatu korban musibah alam itu perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak, terutama pemerintah, kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi NAD, Ir A. Gani Nurdin, di Banda Aceh, Senin (8/8/2005). Berbicara pada rapat koordinasi tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang diselenggarakan Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Provinsi NAD, ia menjelaskan semua pihak perlu memikirkan pembinaan yang berkelanjutan terhadap anak anak yatim itu. Ia menyebutkan rata rata anak yatim korban tsunami itu berusia antara dua hingga 17 tahun. Mereka itu tidak memiliki pakaian yang layak, makan tidak menentu dan keadaan kesehatan yang cenderung menurun. Hingga saat ini, masyarakat masih hanya sebatas merasa cemas terhadap kondisi anak anak yang terianiaya itu. Padahal yang sangat dibutuhkan para anak anak tersebut adalah perlindungan yang menyeluruh dan pembinaan intensif dengan pola pendekatan fleksibel, kata A. Gani Nurdin. Oleh karenanya, ia mengatakan perlunya kerjasama terpadu untuk mengembalikan anak anak itu pada posisinya sebagai anak manusia yang harus dilindungi hak-haknya secara utuh. Di pihak lain, dia menyebutkan selain korban akibat musibah gempa, pemerintah dan komponen masyarakat juga perlu memperhatikan secara serius terhadap nasib anak anak jalanan di provinsi ujung paling barat Indonesia yang semakin hari jumlahnya terus bertambah. A Gani Nurdin menyebutkan sebelum gempa dan tsunami, 26 Desember 2004, tercatat sekitar jiwa anak jalanan, termasuk sebanyak 500 orang saat ini tersebar di wilayah Kota Banda 2
3 Aceh. Bahkan data anak jalanan itu terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir menyusul meningkatnya eskalasi kekerasan atau konflik di sejumlah wilayah di Aceh, tambah dia. Lebih lanjut, ia menjelaskan pembinaan anak jalanan di Aceh itu bisa dilakukan dengan program rumah singgah. Program rumah singgah itu tidak hanya dianggap sebagai terminal, tetapi proses tempat mereka transit sementara untuk menuju pembinaan berkelanjutan, tambah dia.(ant) Gambar 2. Keluarga yang selamat dan bertahan hidup di tenda darurat Semakin menurunnya jumlah orang tua yang merawat anaknya, membuat fungsi keluarga sebagai tempat untuk mendidik anak semakin berkurang. Kompleksnya kebutuhan pendidikan bagi anak selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi, juga telah menuntut perlunya lembaga atau pihak lain yang mampu menangani pendidikan secara lebih profesional. Salah satu lembaga yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi tersebut adalah Taman Penitipan Anak (TPA). 3
4 Pada kenyataannya, bahwa pelayanan bagi anak dini usia yang integratif yang mencakup aspek-aspek pendidikan, kesehatan dan gizi, belum dilaksanakan sebagaimana halnya pelayanan bagi anak dini usia yang dilaksanakan melalui TPA. Padahal TPA merupakan suatu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini dalam upaya peningkatan kualitas hidup anak dan sekaligus sebagai upaya kegiatan untuk mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Anak tumbuh dan berkembang begitu pesat, dari hari ke hari mereka tumbuh menjadi dewasa yang ditandai dengan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh perkembangan psikis, seperti bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak dapat tertawa, berjalan, berbicara dan sebagainya. Perkembangan anak tadi dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat disekitarnya. Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian pada anak usia 0-4 tahun ditandai oleh perkembangan tingkah laku lekat. Tingkah laku lekat harus tumbuh dan menjadi stabil sebagai latar belakang struktural tingkah laku yang akan datang. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan dasar pada anak yang sudah ada sebelum proses belajar terjadi, merupakan sifat khas hubungan antara ibu (pengasuh) dengan anak. Pada periode akhir tahun pertama sampai dengan tahun keempat, banyak sekali kemajuan dicapai anak dalam perkembangan motorik sosial dan kognitif. Sedangkan perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai 4
5 pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Teman dan guru mempunyai pengaruh yang sangat besar pada proses emansipasi. Dari data yang diperoleh dari Badan Pengolahan Statistik (BPS) Nangroe Aceh Darusalam, diperoleh jumlah anak usia 0-4 tahun dan usia 5-15 tahun yang cenderung meningkat. Pada tabel 1.1 menunjukan pertumbuhan jumlah anak usia 0 4 dan usia 5 15 tahun di Nangroe Aceh Darusalam pada tahun adalah Tabel 1.1 Jumlah anak usia 0 15 tahun di NAD pada tahun Usia Tahun (tahun) jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa Sumber: Data pertumbuhan penduduk BPS Nangroe Aceh Darusalam Jumlah anak yang cenderung meningkat menuntut beberapa pihak untuk dapat memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan mereka secara maksimal, dengan alasan supaya mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kreatif, peka terhadap lingkungan, serta bersosialisasi dengan masyarakat disekitarnya. Anak yang salah satu orang tuanya tidak meninggal karena tsunami memungkinkan untuk mendapatkan bimbingan dari ayah/ibunya secara langsung, tetapi tidak demikian halnya dengan anak yang kedua orang tuanya telah meninggal. Kesibukan orang tua membuat waktu bermain dan belajar bersama 5
6 anak mereka menjadi terkurangi. Para orang tua yang menyadari arti pentingnya pendidikan dini bagi anak, akan memasukan anak mereka ke lembaga pendidikan informal maupun formal seperti: Play Group atau Taman Bermain, Preschool atau prasekolah, Kindergarten atau Taman Kanak-kanak, Tempat Penitipan Anak. Tabel 1.2 Tempat Penitipan Anak di Kota Madya Banda Aceh Nama TPA Kapasitas Jumlah anak /hari Tempat kerja * Orang tua TPA Malaysia - Indonesia Association 30 anak 17 anak -Pedagang di pasar -Tukang Becak -Buruh -Petani -Nelayan TPA Orphans 40 anak 28 anak -Guru -Pegawai kantor -Petani Keterangan : semuanya merupakan korban tsunami. Melihat dari kapasitas dan jumlah anak yang dititipkan menunjukkan bahwa banyak orang tua yang kurang berminat menitipkan anaknya ke TPA. TPA yang sudah tersedia di Banda Aceh ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah yang dapat dilihat dari murahnya biaya penitipan anak perhari dan jenis pekerjaan para orang tua. Orang tua dari kalangan menengah ke atas kurang percaya untuk 6
7 menitipkan anak mereka dikarenakan kurangnya fasilitas, fisik bangunan yang kurang menarik atau terkesan seadanya, tenaga pengajar yang kurang, dan sebagainya. Dari Tabel 1.3. dapat dilihat pengeluaran untuk bidang pendidikan menduduki urutan kedua, menunjukan bahwa perhatian para orang tua terhadap dunia pendidikan semakin besar. Tabel 1.3 Urutan Nilai dan persentase pengeluaran Non makanan menurut jenisnya tahun 2000 Jenis Pengeluaran Nilai Persentase Perumahan dan bahan bakar,penerangan, air Biaya Pendidikan Barang-barang dan jasa Biaya Kesehatan Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala Barang Tahan lama Keperluan pesta dan upacara Pajak pemakaian dan Premi asuransi , , , , , , , ,63 39,89 7,56 4,78 3,76 2,90 2,35 1,41 0,77 Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam Biaya pendidikan yang menduduki urutan kedua menunjukan bahwa para orang tua semakin peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, peduli terhadap 7
8 masa depan anak-anaknya. Pendidikan awal yang baik sangat penting bagi masa depan anak, dan itu berarti pendidikan harus dimulai sedini mungkin. Tabel 1.4 Persentase Penduduk menurut golongan Pengeluaran Per Kapita sebulan Nangroe Aceh Darusalam tahun 2000 Golongan Pengeluaran perkapita sebulan (Rp) Jumlah (%) < > ,92 4,77 10,81 32,16 18,84 16,32 10,31 5,86 Jumlah (total) 100,00 Sumber: Statistik kesejahteraan Rakyat Propinsi Nangroe Aceh Darusalam Fasilitas untuk anak di Banda Aceh belum tersedia secara lengkap dan terpisah antara dunia pendidikan, hiburan, kesehatan dan penitipan anak dengan jarak yang berjauhan dan pengelola yang berbeda. Oleh karena itu diperlukan wadah yang menyediakan fasilitas untuk anak secara lengkap, tetapi untuk dapat menikmati fasilitas untuk anak tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi, maka sasarannya adalah keluarga sejahtera dari golongan menengah keatas yang besar 8
9 pengeluaran perkapita sebulannya ± Rp ,00 sampai dengan >Rp ,00 Pendidikan, pendampingan dan pengarahan sangat diperlukan oleh anak saat mereka tumbuh dan berkembang dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Pendidikan Anak Dini Usia adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan dalam kehidupan tahap berikutnya. Anak usia 1 5 tahun lebih pada pendidikan nonformal, dimana mereka dapat bermain sambil belajar ataupun belajar sambil bermain, di dalam permainan terdapat nilai-nilai pendidikan, pengembangan dan pembinaan mental, pribadi dan potensi anak, mereka dipersiapkan untuk menghadapi tingkat pendidikan selanjutnya, yang lebih teratur, bertingkat dan memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas. Perkembangan jumlah anak yang meningkat setiap tahunnya memerlukan perhatian secara khusus. Anak-anak memerlukan perhatian khusus pada pendidikan awal early childhood education mereka, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah khusus untuk menampung aktivitas mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain, mengembangkan bakat, beristirahat, bersosialisasi, dll. Wadah tersebut disebut sebagai Taman Penitipan Anak. Taman Penitipan Anak ini mewadahi kegiatankegiatan seperti Pendidikan, dimana mereka bisa belajar membaca, menulis, melipat kertas, dll; Pengembangan Bakat masing-masing anak seperti menyanyi, 9
10 menari, melukis, bermain musik, dll; Kesehatan Anak yaitu pemeriksaan kesehatan anak secara rutin; Pusat Bermain dan Rekreasi dimana anak-anak bisa bermain secara bebas menggunakan mainan indoor maupun outdoor yang tersedia, seperti berenang, bermain bola, panjatan, berkemah, dll; fasilitas penitipan anak yang disediakan bagi anak yang orang tuanya menjadi korban bencana Tsunami. Dengan menawarkan sesuatu yang baru yaitu program-program yang berbeda, dan lebih spesifik,serta fasilitas yang lebih lengkap untuk pendidikan awal dunia anak, Banda Aceh memerlukan fasilitas pendidikan dan pengembangan untuk anak yang lebih lengkap, oleh karena itu ditawarkan wadah yang baru yang bisa mewadahi segala aktifitas anak dari keluarga golongan ekonomi menengah keatas Latar Belakang Permasalahan Pengalaman sulit yang dialami anak akibat bencana dan reaksi yang ditimbulkannya. Berbagai bencana dan konflik sosial yang terjadi di Indonesia menyebabkan banyak hak-hak anak-anak dilanggar, mereka terpapar kekerasan, sekolah dan rumah merekamenjadi rusak, identitas mereka terancam, harus menjadi pengungsi, terpisah dari keluarga,terpaksa melihat kematian keluarga, orang tua, saudara ataupun teman dan harus menghadapi kehidupan yang tak menentu dan sulit, atau menyesuaikan diri terhadap kehidupan baru yang berubah selamanya akibat konflik dan bencana. Setiap anak memiliki kisah dan 10
11 pengalaman buruk masing-masing disamping memiliki kisah keberanian dan kemanusiaan mereka sendiri. Semuanya terpengaruh dengan carayang berbedabeda. Ada 10 pengalaman sulit yang dialami anak-anak akibat bencana (baik bencana alam, maupun yang diakibatkan oleh manusia), yaitu : 1. Kematian dan kehilangan orang tua dan keluarga dekat. Banyak anak yang orang tuanya meninggal akibat bencana. Banyak pula orang tua anak-anak yang hilang dan tak ada keluarga yang tahu dimana mereka berada. Kematian orang tua atau keluarga dekat, apalagi jika anak menyaksikan kematian tersebut, bias menimbulkan tekanan yang berat dan reaksi depresi pada anak. Ketidakpastian akibat orangtua yang hilang dan tidak tahu kapan mereka akankembali sangat menekan untuk anak-anak dan bias membuat anak sangat gelisah, tidak mau diam dan curiga. 2. Mengalami pertikaian. Di daerah-daerah tertententu seperti di NAD, sumber tekananpada kehidupan anak bukan hanya bencana. Konflik sosial yang terjadi turut mrnyebabkan rakyat sipil merasakan dampaknya. Sering terjadi penyerangna kelompokkelompok bersenjata ke rumah dan desa-desa, pencarian ke desa-desa oleh kelompok bersenjata yang mengancam kehidupan orang sipil. Tindak kekerasan ini dapat meningkatkan kecemasan anak dan beberapa anak akan menunjukan tanda-tanda fobia(yaitu ketakutan yang tidak rasional terhadap benda, tempat atau orang tertentu. 11
12 3. Hidup sebagai pengungsi atau kembali ke desa mereka. Perubahan dalam kehidupan akibat berpindah dan menimbulkan tekanan terutama pada anak-anak. Anak-anak yang tinggal sebagai pengungsi sering harus meninggalkan teman-teman dan keluarganya, terpaksa tinggal di lingkungan yang sulit dibandingkan sebelumnya (sesak, kekurangan makanan, orang tua tidak bekerja). Sekolah mereka sering terhenti. Berbagai ketegangan dalam pengungsian, pertikaian antar pengungsi dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, ketidak pastian masa depan bisa menjadikan hidup ini sangat sulit untuk kehidupan seorang anak. Mereka menjadi terasing di lingkungan yang baru. Akibat perpindahan ini anak dapat menunjukan reaksi cemas yang berlebihan, tidak mau pergi ke sekolah, memiliki keluhan psikosomatis (masalah fisik tanpa penyebab yang jelas) dan mengalami gangguan tidur. Ada yang jadi pemurung karena selalu teringat rumah lama mereka, ada pula yang terus menerus menolak lingkungan baru mereka dan menjadi agresif. Kesulitan-kesulitan seperti ini sebenarnya cukup umum, tetapi proses kembali ke desa atau kota mereka atau penempatan di daerah lain bisa sulit juga untuk anak. Jika mereka kembali ke daerah lama mereka, pasti selalu ada perubahan rumah atau sekolah mereka harus dibangun kembali dan bisa saja tidak sebagus yang sebelumnya, mereka harus meninggalkan teman-teman semasa mengungsi, beberapa keluarga atau teman tidak ada di sana (meninggal atau pindah ke tempat lain). Mereka harus menyesuaikan kembali kehidupan di daerah yang baru. Masalah serupa bisa terjadi jika keluarga di tempatkan di 12
13 daerah lain. Pada kasus ini, anak kembali ke masalah yang mereka miliki ketika mereka pertama kali pindah/mengungsi. 4. terpisah dari orang tua dan keluarga. Perpisahan dengan orang tua atau pengasuhnya bisa menyebabkan masalah yang serius untuk kesehatan jiwa anak-anak, terutama anak kecil. Anan-anak bisa jadi tertekan (sedih, menarik diri, tidak tertarik terhadap sesuatu, banyak menangis) atau cemas (sepertinkesulitan dalam berkonsentrasi, tidak bisa duduk diam,mudah ketakutan, gelisah) terutama jika mereka terpisah dari orang tua untuk waktu yang lama. Sekali lagi tidakpastian terlibat dalam perpisahan orang tua, ditambah kenyataan bahwa anak-anak yang terpisah sering lebih rentan terhadap eksploitasi atau pengabaian, membuat ini menjadi pengalaman yang sangat menegangkan untuk anak-anak. 5. Menyaksikan peristiwa traumatis. Saat konflik atau bencana, banyak anak yang menjadi saksi peristiwa tersebut. Ada anak yang menyaksikan orang terluka, meninggsl, mayat yang bergelimpangan akibat bencana, orang tertembak, dipukuli, diculik, disiksa akibat konflik social, dll. Pada ana pengalaman menyaksikan kematian, penderitaan dan kekerasan dapat meninggalkan rasa takut yang mendalam, ketidakpercayaan diri dan kemarahan. 6. Mengalami luka fisik. Bencana yang terjadi dapat menyebabkan anak-anak mengalami luka fisik yang parah seperti amputasi, patah tulang atau kehilangan penglihatanpendengaran. Anak-anak yang mengalami cacat fisik ini membutuhkan 13
14 pelayanan terpadu untuk membantu mereka menerima dan menyesuaikan diri disamping kebutuhan akan penanganan psikologis. 7. Terlibat secara langsung dalam kekerasan dan pertikaian. Anak yang hidup di daerah konflik sangat berpotensi terlibat dalam kekerasan dan pertikaian. Anak yang terlibat hal semacam ini sering menunjukan masalah tingkah laku yang berat sebagai akibat dari pengalaman mereka. Mereka yang ditarik ke dalam kelompok yang bertikai biasanya diindoktrinasi secara terus menerus sehingga begitu mengagungkan kekerasan. Hal ini menumbuhkan perasaan ingin balas dendam dalam diri anak dan keinginan untuk mengalahkan pihak lawan akan selalu menguasai pikiran anak. 8. Hidup dalam kemiskinan. Kondisi serba kekurangan makanan, air atau rumah yang layak merupakan hal layak merupakan hal yang umum selama pasca bencana atau akibat konflik sosial. Masalah kekurangan gizi telah terbukti mengakibatkan efek yang serius baik terhadap perkembangan fisik maupun psikologis anak. Kemiskinan juga merupakan penyebab utama ketegangan dalam keluarga yang sering menurunkan kemampuan orang tua untuk menyediakan situasi keluarga yang aman, selamat dan penuh kasih sayang bagi anak. 9. Sekolah dan kegiatan anak-anak lainnya terganggu. Salah satu efek utama bencana dan konflik terhadap anak-anak ialah terhadap sekolah mereka. Peristiwa semacam ini menyebabkan anak tidak bisa ke sekolah, sekolah ditutup atau para guru sering tidak dapat hadir ke sekolah banyak di antara mereka juga meninggal akibat bencana/akibat konflik. 14
15 Banyak anak berhenti sekolah karena kemiskinan, orang tua tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan anak-anak. Kualitas pendidikan juga terganggu, karena pekerjaan sekolah mereka dan bangunan sekolah atau sarana lainnya rusak. Kegiatan rekreasi seperti olah raga atau festifal sering dihentikan dan sering tidak kembali walaupun bahaya telah lewat. Semua gangguan terhadap pola sehari-hari anak akan membuat mereka merasa cemas, bosan, frustasi, juga membatasi perkembangan mereka. Hal ini terjadi karrena mereka memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk belajar dan mengembangkan ketrampilan mereka disbanding sebelumnya. 10. Ketegangan dan kekerasan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Efek lain yang terjadi selepas peristiwa sulit ialah bertambahnya ketegangan dan kekerasan dalam keluarga, sekolah atau masyarakat. Orang-orang bukan saja tertekan atau marah akibat konflik, bencana dan efek selanjutnya, tetapi mereka juga jadi terbiasa dengan kekerasan dalam penyelesaian masalah. Kekerasan dalam keluarga sering meningkat, terutama jika ayah jadi pengangguran. Permainan dan interaksi anak menjadi lebih keras dan para guru jadi sering memukul anak-anak sebagai bentuk kedisiplinan, terutama jika anak-anak di kelas menjadi susah diatur dibandingkan sebelumnya. Konflik dengan tetangga mudah terjadi dan disertai kekerasan. Ketegangan antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat bisa memanas dan pecah dalam bentuk kekerasan (misalnya pemberontakan para pengungsi karena pemerintah tidak memberikan mereka uang untuk kembali ke desa mereka, berebutan bantuan logistic, dll). 15
16 Terlepas dari pembahasan di atas, kita harus memahami bahwa makna yang dirasakan anak tentang suatu pengalaman tertentulah yang akan menentukan dampak yang terjadi pada dirinya. Ketika seorang anak melihat ayahnya meninggal saat bencana terjadi, dampaknya akan tergantung dari makna yang diberikan anak terhadap kejadian tersebut. Jika anak melihat kematian ayahnya sebagai bentuk pengorbanan, menemukan arti atau alasan kematian itu, mungkin ia tidak akan merasa terlalu terbebani oleh rasa kehilangan yang dirasakannya. Lain halnya jika kematian ini dianggap sebagai peristiwa kecelakaan dan ketidak adilan dimana anak tidak merasakan hubungan langsung dengan peristiwa yang terjadi. Anak-anak memerlukan perhatian khusus pada pendidikan awal early childhood education mereka, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Anak-anak membutuhkan wadah khusus untuk menampung aktivitas mereka, supaya mereka bisa belajar, bermain, mengembangkan bakat, beristirahat, bersosialisasi, dll. Untuk itu dibutuhkan wadah yang menarik yang dapat mengidentifikasikan bentuk sebagai Taman Penitipan Anak. Gambar 3. Anak 16
17 Anak tumbuh dan berkembang, dari segi fisik mereka mengalami perubahan dari kecil menjadi besar. Anak-anak melakukan aktivitas, mereka terus terus melakukan, bermain, berlari, meloncat, membaca dongeng, bercerita, menyanyi, menari dll. Dari latar belakang pengalaman sulit yang anak-anak alami dapat digunakan sebagai landasan konsep dalam merancang wujud bangunan Taman Penitipan Anak dan penataan ruang, yang menarik, nyaman, aman dan rekreatif menurut ukuran anak baik dari segi bentuk ruang dan sirkulasi, bentuk perabot, elemen warna serta interior, sehingga mendukung proses pemulihan anak kembali ke dalam kehidupan normal. Bentuk bangunan atau tampilan bangunan sangat penting sebab tampilan yang menarik membuat anak tertarik untuk masuk kedalamnya. Mereka menikmati lingkungan tempat mereka belajar dan bermain melalui pandangan mereka Rumusan Masalah Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam pada bangunan Taman Penitipan Anak yang memberikan suasana yang rekreatif yang dapat menarik anak untuk dapat melakukan segala aktivitasnya yang dapat mendukung proses pemulihan psikologis anak korban Tsunami. 17
18 1.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan Terwujudnya sarana pendidikan dan pengembangan bakat dan minat bagi anak usia 1-5 tahun yang berupa Taman Penitipan Anak, yang dapat memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif guna mengembalikan anak korban bencana alam Tsunami supaya dapat beraktivitas secara bebas pada ruang dalam maupun ruang luar Sasaran 1. Terwujudnya Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan, hiburan dan pengembangan bakat untuk anak usia 1 5 tahun yang memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif. 2. Terwujudnya rancangan ruang dalam dan perabot menurut skala anak dan dengan elemen warna yang menarik minat anak untuk beraktifitas di dalamnya secara aman dan nyaman Metode studi Pola Prosedural Metode pembahasan yang digunakan adalah metode pembahasan komparasi dengan pembandingan sifat untuk membentuk suasana aman, nyaman dan rekreatif yang dapat dijadikan pedoman untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, mengadakan survey sebagai pertimbangan pemilihan elemen pembentuk dan elemen warna yang menarik untuk anak. 18
19 Tata Langkah Rumusan Permasalahan Bagaimana rancangan ruang luar dan ruang dalam dapat memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif untuk anak dapat beraktivitas Pendekatan Psikologi anak pengertian anak pertumbuhan anak perkembangan anak lingkungan anak jenis permainan anak Pendekatan Arsitektural : Bentuk Tekstur Warna Data - sasaran pengguna - Standart besaran ruang - Peraturan bangunan Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan 1. Pendekatan Permasalahan Elemen pembentuk suasana yang aman, nyaman dan rekreatif pada ruang luar maupun ruang dalam teori pendekatan psikologi anak warna, bentuk, skala 2. Pendekatan kegiatan a. jenis kegiatan b. pelaku kegiatan c. kebutuhan ruang 3. Pendekatan Kebutuhan Ruang 4. Pendekatan Persyaratan Ruang 5. Pendekatan Besaran Ruang 6. Pendekatan Pemilihan lokasi dan site - kriteria pemilihan dan site - alternatif lokasi dan site - penentuan lokasi dan site 7. Pendekatan Peletakan Ruang dan Hubungan Ruang - Pendekatan Peletakan ruang - Pendekatan Hubungan ruang 8. Pendekatan Struktur 9. Pendekatan Pengendalian bangunan dan Lingkungan - Sistem penghawaan - Sistem pencahayaan - Sistem akustikal - Sistem jaringan air bersih - Sistem jaringan listrik - Sistem penanggulangan bahaya kebakaran - Sistem pembuangan sampah - Sistem penangkal petir - Sistem hijau KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN a. Konsep Perencanaan B. Konsep Perancangan - lokasi dan site -Ruang dalam (ruang, sirkulasi, elemen - jenis kegiatan, jumlah pengguna pembatas, elemen pengisi, elemen warna) dan sifat kegiatan -ruang luar (sirkulasi, tampilan bangunan, - konsep peletakkan dan hubungan tata hijau, elemen pengisi) bangunan D I S A I N 19
20 1.6. Lingkup studi Materi studi Materi studi dibatasi pada elemen pembentuk ruang dalam maupun ruang luar yang memberikan suasana aman, nyaman dan rekreatif yang meliputi: - warna - bahan - bentuk - tekstur - skala Pendekatan studi Pendekatan psikologi anak dan sifat sebagai dasar pemilihan elemen pembentuk Sistematika pembahasan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang Latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, pola prosedural, tata langkah, lingkup studi dan sistematika pembahasan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK DENGAN PENGALAMAN SULIT DAN TAMAN PENITIPAN ANAK SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN, HIBURAN DAN PENGEMBANGAN ANAK Berisi tinjauan umum tentang anak yang mencakup pengertian tentang anak, stressing yang berkaitan dengan perkembangan anak, pertumbuhan dab perkembangan anak normal sebagai acuan, aktivitas pekerja sosial tentang penanggulangan stress terhadap anak korban 20
21 bencana dan konflik, lingkungan sosial anak, permainan anak, dan Taman Penitipan Anak sebagai sarana pendidikan, hiburan dan pengembangan kepribadian, bakat dan minat anak yang mencakup pengertian, fungsi, tujuan, fasilitas dan pengguna. BAB III TINJAUAN TENTANG ASPEK PSIKOLOGI ANAK Berisi tentang aspek psikologi anak yang mencakup aspek Arsitektural yang mencakup bentuk, warna dan tekstur. BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Mengungkapkan tentang pertimbangan dan pemecahan permasalahan untuk menentukan konsep perencaan dan perancangan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi konsep dasar program ruang, konsep dasar tata ruang dalam, konsep dasar tata ruang luar, konsep dasar tampilan bangunan. 21
Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Laporan 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Perkembangann zaman menimbulkan kesulitan dalam setiap segi kehidupan manusia, termasuk perekonomian. Kesulitan ekonomi mengakibatkan biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu yang memilih untuk menjadi wanita karier. Wanita bekerja selain untuk mengangkat derajat
Lebih terperinciDampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat
Dampak terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mengenali dampak bencana terhadap anakanak (dan masyarakat serta kelompok rentan) 2. Mengenali reaksi anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Usia dini pada anak atau usia di bawah lima tahun adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adakalanya seorang anak tidak lagi mempunyai orang tua, yang menyebabkan ia harus kehilangan pengasuhan dari orang tuanya. Berbagai macam alasan yang melatarbelakangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :
Lebih terperinciLaporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)
Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1 Minggu ke-1 (18 Desember 2014) 1. Gambaran situasi Situasi gawat darurat bencana tanah longsor di Desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan memiliki tubuh yang sehat, bugar dan penampilan yang semangat tentunya kita akan merasa senang dan lebih percaya diri. Terlebih lagi jika ditunjang oleh pikiran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota pelajar. Hal ini didasarkan dari beberapa faktor, salah satunya adalah dalam segi tingginya kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah Nabire, Papua dan Alor, Nusa Tenggara Timur, Aceh pun tak luput dari bencana. Bencana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya terbaik guna mempersiapakan masa depan sang anak adalah mengenalkan pendidikan kepada anak di usia dini, karena pada masa usia dini anak mulai peka/sensitif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan
Lebih terperinciB A B 4 A N A L I S I S
B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER
Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada usia ini sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Angapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai setelah usia Sekolah Dasar (7 tahun) ternyata tidak benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia Taman Kanak-Kanak (4-6tahun)
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciDampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan
Dampak Peliputan Traumatik pada Masyarakat Umum dan Wartawan Oleh: Cinintya Dewi, YAYASAN PULIH Untuk Pemulihan dari Trauma dan Penguatan Psikososial Yayasan Pulih 2011 Sekilas program Jurnalisme dan Trauma
Lebih terperinciDAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Anak Usia Dini
DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET) Peranan Taman Penitipan Anak Dharma Asih Medan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara Dalam Pelayanan Anak Usia Dini No. responden.. Petunjuk Pengisian 1. Mohon dengan hormat bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi bagi perkembangan manusia. Pendidikan yang baik dan berkualitas dari sejak dini akan menjadi cikal bakal tumbuhnya Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciGrafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern dan serba canggih seperti saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi segala aspek dalam perkembangan kehidupan manusia. Informasi
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Anak Jalanan Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Anak jalanan merupakan fenomena kota besar dimana saja. Perkembangan sebuah kota akan mempengaruhi jumlah anak jalanan. Semakin berkembang
Lebih terperinci5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)
Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya peningkatan ekonomi dan desakan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat, banyak orang tua yang bekerja baik itu pria maupun wanita. Akibatnya kehidupan
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinciSuryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM
Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Penduduk Usia 2-6 Tahun Pada Tahun 2013 di DKI Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dikatakan mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif pada anak usia dini. Hal ini diungkapkan oleh Ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sumber daya bagi bangsa juga sebagai penentu masa depan dan penerus bangsa, sehingga dianggap penting bagi suatu negara untuk mengatur hak-hak
Lebih terperinciTIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS
TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS TUJUAN Memahami pengertian bencana dan krisis Memahami penyebab terjadinya bencana Mengidentifikasi proses terjadinya bencana Mengidentifikasi respons individu terhadap
Lebih terperinciBencana dan Permasalahannya
Peristiwa tahun 2004 itu menjadi tonggak revolusi bagi Indonesia dalam menangani bencana. Meski bukan baru tahun 2004 saja bencana menimpa Indonesia. Namun pasca gempa dan tsunami tahun 2004, pola penurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak
Lebih terperinciSekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam
Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam Dwi Utari Nugroho *), Nurulia Unggul P.R *), Nur Shinta Rengganis *), Putri Asmita Wigati **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai
Lebih terperinciPusat Rekreasi dan Pengenalan Profesi bagi Anak di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PROYEK Yogyakarta merupakan kota yang menjadi tujuan wisata atau rekreasi dan juga merupakan kota pendidikan yang dituju oleh para pelajar dari seluruh Indonesia maupun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,
Lebih terperinciOLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Setiap orang pernah
Lebih terperinciWALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG { PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VI SEMESTER 2 CARA- CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM A. CARA- CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM 1. Menghadapi Peristiwa Gempa Bumi Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan saat seseorang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat dalam kehidupannya. Perkembangan dan pertumbuhan pada anak usia
Lebih terperinci11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciPendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C
Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS
Lebih terperinciPengetahuan Dasar Mengenai Kegiatan Relawan Bencana
Pengetahuan Dasar Mengenai Kegiatan Relawan Bencana Gempa yang melanda Prefektur Kumamoto pada tanggal 14 April lalu telah mengakibatkan kerusakan parah. Di situasi seperti inilah, para relawan mengerahkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciTSUNAMI MEMORIAL PARK BANDA ACEH - NAD BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada hari minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 08.30 WIB di bumi Aceh NAD merupakan peristiwa global pada sejarah abad 21.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar belakang Pengadaan Proyek Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Perkembangan sebuah negara dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciPermasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY
Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal
Lebih terperinciRUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : DESSY ARSIANTI
Lebih terperincisebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa awal anak-anak (early childhood) adalah tahap pekembangan yang merentang mulai dari masa bayi hingga usia enam tahun, yang di mana pada masa tersebut, otak anak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan sebagaimana yang tersebut dalam Undangundang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek. Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki fasilitas dan kapasitas tempat tidur setara dengan Rumah Sakit Tipe
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU
PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tumbuh kembang pada usia balita sangatlah menentukan kepribadian mereka di usia mendatang, sehingga sangat dibutuhkan pendampingan dalam proses belajarnya terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan
Lebih terperinciPostraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis
Traumatik event adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis Postraumatik stress bisa timbul akibat
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman hidup setiap individu dalam berbagai lingkungan yang memiliki pengaruh positif untuk perkembangan individu sepanjang hayat. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan
Lebih terperinciKalender Doa Januari 2016
Kalender Doa Januari 2016 Berdoa Bagi Wanita Cacat Berabad abad beberapa masyarakat percaya bahwa wanita cacat karena kutukan. Bahkan yang lain percaya bahwa bayi yang lahir cacat bukanlah manusia. Para
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi
STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Diajukan oleh : DONA ENDARJANTI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau
Lebih terperinciPENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti
PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang
Lebih terperinciPERANCANGAN INTERIOR SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK DIAN HARAPAN BAB 1 PENDAHULUAN
PERANCANGAN INTERIOR SEKOLAH TAMAN KANAK-KANAK DIAN HARAPAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu mendapatkan perhatian serius. Dewasa ini kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki hak untuk hidup dan mendapatkan kenyamanaan dalam kesejahteraan hidupnya. Hak tersebut merupakan hak yang seharusnya bisa dirasakan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, fenomena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan keniscayaan. Pasalnya, perkembangan
Lebih terperinci