BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini
|
|
- Irwan Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan yang berlaku di negara kita, standar keberhasilan belajar siswa pada suatu jenjang pendidikan berdasarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, yang diberikan pada jenjang pendidikan tersebut, yang saat ini diasumsikan terlihat nilai test hasil belajar yang diperoleh siswa dalam ujian nasional (UN). Oleh karena itu, semua sekolah berjuang keras untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), standar UN telah dimulai dari 3,01 pada tahun 2002/2003, 4,01 pada tahun 2003/2004, 4,25 pada tahun 2004/2005, dan pada tahun 2006/2007 ditetapkan, bahwa peserta UN dinyatakan lulus UN jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut: (1) memiliki nilai rata-rata minimum 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan (termasuk nilai uji kompetensi untuk SMK), dengan tidak ada nilai bawah 4,25; atau (2) memiliki nilai minimum 4,00 pada salah satu mata pelajaran, dengan nilai mata pelajaran lainnya yang diujikan pada UN masing-masing minimum 6,00. Angka tersebut masih jauh dari standar Internasional. Berdasarkan standar kelulusan UN yang telah ditetapkan itu banyak dari mereka yang kecewa karena gagal lulus ujian ini kemudian ada yang berunjuk rasa. Ada yang menuntut ujian ulangan, dan bahkan ada yang meminta agar ujian nasional ini dihapuskan saja karena dianggap bukan menjadi ukuran keberhasilan suatu pendidikan (Kompas, Agustus 2007).
2 Selama beberapa tahun pelaksanaan UN di kota Medan tidak terlalu mengalami kesulitan seperti yang terjadi di kota-kota besar lainnya, seperti Bandung, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Makasar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang mengalami gangguan psikologis akibat kegagalannya dalam mengikuti UN bila dilihat lebih jauh lagi dari kota Medan. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia telah disadari berbagai pihak. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat antara lain dari rendahnya rata-rata Nilai Ebtanas Murni (NEM) untuk semua bidang studi yang diebtanaskan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Pendidikam memeang telah menjadi
3 penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu kita harusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di negara kita.kualitas pendidikan yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari SMU ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia. Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan diantara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, dan di tempat kerja. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi diantara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Proses pengaruh mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga permulaan dari ikatan psikologis antar manusia yang memilili suatu pribadi dan memberikan peluang bakal terbentuknya suatu kebersamaan dalam kelompok yang tidak lain merupakan tanda adanya proses sosial. Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Khususnya bagi anak remaja yang pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis. Remaja adalah anak yang berusia tahun. Pada usia seperti ini remaja memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang dapat memuaskan dirinya, belum lagi masalah-masalah pelajaran ataupun dengan orangtuanya. Pada usia 17 tahun, biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada di ambang perbatasan, dimana remaja harus sadar akan tanggung jawab yang sebelumnya belum pernah terpikirkannya. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama
4 masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Dalam perkembangan anak, tidak hanya terjadi proses-proses perkembangan dalam diri anak sesuai teori kematangan, namun dalam banyak hal proses perkembangan dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam hal ini lingkungan keluarga merupakan keluarga sosial yang pertama kali tempat anak berinteraksi. Strategi komunikasi yang terjadi dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan dan perkembangan anak terutama dalam pendidikannya. Selanjutnya masalah strategi banyak dikaitkan dengan istilah metode, teknik, dan taktik. Ketiga istilah ini sebenarnya masih dalam lingkungan strategi hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit, dan rinci. Kalau dikatakan strategi komunikasi adalah perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan komunikasi, maka metode komunikasi mempunyai arti yang lebih sempit dari itu, yakni prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan dan menjelaskan aspek-aspek komunikasi. Sejak dilahirkan manusia memiliki sejumlah kebutuhan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada awalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini dilakukan oleh lembaga primer yang bernama keluarga. Baik kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, maupun kebutuhan sosial anak yang meliputi asuhan, bimbingan, kasih sayang, perawatan kesehatan, pembinaan rohani serta membekalinya dengan pendidikan formal yang memenuhi. Semuanya menjadi tanggung jawab keluarga, khususnya orang tua sebelum seorang anak mampu untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri termasuk dalam pendidikan anak tersebut orang tua juga sangat berperan dalam menciptakan belajar yang efektif
5 bagi mereka dengan melakukan komunikasi antar pribadi, sehingga mereka dapat lebih terbuka kepada orang tua apabila ada masalah dalam pelajaran atau sekolah mereka dan dapat mengikuti proses belajar di sekolah dengan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan pemerintah dengan standarisasi Ujian Nasional yang telah dibuat. Tidak sedikit orang tua masih mempercayakan anaknya kepada negara khususnya Departermen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk mendidik dan mengantarkan masa depan. Sehubungan kondisi tersebut, peran guru dan orangtua diharapkan dapat membantu dalam menciptakan efektivitas belajar di kalangan siswa. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan efektivitas belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran yang sering dikeluhkan oleh para siswa sering terlalu sulit, membosankan, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, tak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, dan juga sistem pendidikan kita yang berubah-ubah sehingga membingungkan para peserta didik. Di dalam hal ini, selain guru, tentu saja peranan ayah dan ibu sangat menentukan, justru mereka berdualah yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga. Kebanyakan anak meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, dengan demikian maka jelaslah mutlaknya kedua orang tua itu harus bertindak seia sekata, seazas, setujuan, seirama dan bersama-sama terhadap anaknya dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar, dan keefektivitasan dalam belajar juga kurang. Belajar merupakan sebuah aktivitas yang mutlak dilakukan oleh seorang pelajar. Tuntutan untuk belajar secara
6 berkesinambungan hendaknya harus dipenuhi sepanjang yang bersangkutan ingin mendapatkan sebuah pemahaman yang utuh terhadap sebuah substansi ilmu dan pengetahuan yang sedang digeluti. Oleh karena merupakan sebuah aktivitas yang sifatnya berkesinambungan, maka tentunya dibutuhkan tata cara yang efektif sehingga waktu dan ruang yang digunakan dalam rangka memenuhi sebuah pemahaman itu melalui belajar dapat tentunya optimal dan memiliki dampak yang maksimal. Didalam keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak mengharapkan terciptanya suasana yang harmonis diantara sesama anggota keluarga adalah dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hukuman maupun hadiah, cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan juga cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak. Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan abstrak, penglaman yang sudah lalu dan yang akan datang. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun banyaknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Pengasuhan anak merupakan suatu interaksi sosial meliputi beberapa aspek kognitif, melalui isyarat-isyarat sosial seperti: senyuman, anggukan kepala, penghargaan / perhatian, dimana orang tua menanamkan pengertian dan nilai terhadap anak.. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam
7 meningkatkan efektivitas belajar pada remaja Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan antara strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan I.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah, dan tidak meluas sehingga menyulitkan peneliti dalam penelitiannya. Karena itu peneliti membatasi masalah antara lain pada: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yang mencari hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan, karena sekolah ini dianggap memiliki disiplin yang cukup ketat. 3. Subjek penelitian, peneliti menentukan sampel adalah siswa kelas 1,2,3 pada segala jurusan.
8 I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mencari hubungan strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar pada remaja. 2. Untuk mencari hubungan efektivitas belajar pada remaja sebagi hasil dari strategi komunikasi yang dilakukan orang tua. 3. Untuk mencari hubungan gambaran tentang strategi komunikasi yang dilakukan antara orang tua dan remaja. I.4.2 Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu komunikasi. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan/ referensi khususnya bagi orang tua, agar mereka mengetahui komunikasi yang tepat dilakukan kepada anaknya. 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP USU. I.5 Kerangka Teori Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah penelitian yang dipilih itu akan disorot (Nawawi, 1991:40-41). Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti.
9 Menurut Kerlinger, teori adalah sebuah himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakann pandangan sistematis tantang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2006:6). Dengan adanya kerangka teori, penulis akan memiliki landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitiannya. I.5.1 Strategi Komunikasi Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan komunikasi tersebut terutam efek dari proses komunikasi tersebut digunakan telaah model komunikasi. Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapt menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32). Suatu perencanaan komunikasi meliputi strategi dan manajemen. Perencanaan strategi menyangkut tindakan apa yang dilakukan, sedang perencanaan manajemen meliputi bagaimana hal itu dapat terjadi. Karena
10 berhasil-tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif lebih banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Begitu juga dengan kegiatan komunikasi antar pribadi. I.5.2 Komunikasi Komunikasi adalah hal yang wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah berlangsung semenjak manusia lahir. Dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya bernafas, namun ketika harus membuat tulisan, mengemukakan pikiran, dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit. Dalam mendefenisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan. Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya adalah karena makna komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda dengan penggunaan komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan keilmuwan. Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan latin yakni communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Dengan demikian, komunikasi itu berlangsung atau tarjadi apabila pesan yang disampaikan oleh seseorang dapat dipahami atau tidak ada kesamaan pengertian. Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
11 I.5.3 Komunikasi Antar pribadi Orang Tua dan Remaja Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Dalam proses mempengaruhi, remaja akan memperoleh sikap dan pembelajaran dan sikap mereka diubah lewat proses yang sama ketika pembelajaran terjadi, ini merupakan teori pembelajaran dari Albert Bandura. Melalui komunikasi tatap muka, kita dapat melihat langsung reaksi dari lawan bicara, apabila dia mau menerima pesan yang kita sampaikan atau tidak. Oleh karena itu, komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat, pikiran, perasaan, dan minat maupun tindakan tertentu. Pada tahap inilah suatu kegiatan komunikasi antar pribadi dapat dirancang, apakah komunikasi hanya mengharapkan perubahan pikiran dan pendapat saja atau diteruskan pada mimik dan perasaan ataukah hanya pada tindakan saja. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjelaskan pesan sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam
12 lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga orang lain, guru, temen sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memeperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga, seperti lingkungan temen sebaya dan lingkungan masyarakat lainnya. Dalam perkembangan kepribadian seseorang, maka masa remaja mempuyai arti yang khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalm rangkaian proses perkembangan seseorang. Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa anak-anak dan masa orang dewasa. Masyarakat melalui orang tua dan guru bertanya kepada remaja untuk memilih satu peran. Dalam masyarakat kita ketika anak memasuki SMU anak harus sudah memilih jurusan pendidikan yang akan ditempuh yang akhirnya akan menentukan perannya nanti. Jadi ketika berumur sekitar 15 atau 16 tahun seseorang sudah mulai menempatkan dirinya pada satu jalur yang akan membawa akibat pada apa yang akan dilakukannya pada tahun-tahun selanjutnya. Kita selalu berpikir tentang lingkungan anak, tetapi lingkungan keluarga juga memberikan kontribusi pada perkembangan anak dengan pengaruh yang kuat pada fungsi keluarga. Dalam komunitas mungkin, atau tidak mungkin, sebagai
13 sumber dan kebutuhan hubungan keluarga. Dengan pengaturan komunitas, setiap keluarga membangun jaringannya sendiri dalam tersedianya sumber dari dukungan dari formal dan informal. Sebuah keluarga mungkin menempa banyak hubungan, beberapa hubungan yang kuat, atau tidak ada sama sekali sumber hubungan. Mata rantai hubungan keluarga bersumber pada komunitas nyata dan tidak nyata. Lingkungan anak menawarkan tantangan dan kesempatan, pengaturan komunitas menawarkan tantangan dan kesempatan untuk fungsi kesehatan keluarga. Selanjutnya untuk mempertegas pengertian komunikasi antar pribadi, Devito (1976 dalam Liliweri, 1991: 13) mengemukakan ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang efektif. Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain: Keterbukaan (openess) Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Jadi antara remaja dan orang tua daapat berkomunikasi secara jujur. Empati (emphaty) Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dalam melakukan komunikasi segala kepentingan yang dikomunikasikan ditanggapi dengan penuh perhatian oleh kedua belah pihak. Masing-masing merasakan situasi dan kondisi yang dialami tanpa berpura-pura. Perasaan empati pada diri orang tua
14 akan mempelancar komunikasi sebab orang tua dapat menempatkan diri sesuai dengan kondisi remaja. Dukungan (suportiveness) Situasi keterbukaan, empati masih belum cukup apabila komuniaksi berada dalam situasi keatkutan dan tekanan. Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Denagn demikian keinginan dan hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan. Rasa positif (positiveness) Apabila seseorang yang berkomunikasi mempunyai wawasan negatif, kemungkinan dia akan menyampaikan komunikasi secara negatif dan orang lain akan menerima secara negatif. Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Kesamaan (equality) Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif. Kesamaan dimaksudkan
15 juga dengan kesamaan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, status, nasib, perjuangan dan sebagainya. Hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam topik pembicaraan agar komunikasi antar pribadi dapat mencapai keefektifannya. I.5.4 Teori Self Disclosure Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal ini dapat dikelompokkan kedalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebutnya dengan Jendela Johari (Johari Window). Jendela Johari (Johari Window) Diketahui sendiri Tidak diketahui sendiri Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain 1. Terbuka 2. buta 3. Tersembunyi 4. Tidak dikenal Gambar yang disebut Jendela Johari tersebut melukiskan bahwa dalam pengembangan hubungan antar seseorang dengan yang lainnya terdapat empat kemungkinan sebagaimana terwakili melalui keempat bidang (jendela) itu. Bidang1,melukiskan suatu kondisi dimana seseorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka.
16 Bidang 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua belah pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui diri sendiri. Bidang 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua belah pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. Bidang 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua belah pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan antara mereka. I.5.5 Efektivitas Belajar Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap mana tujuan-tujuan dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang tepat dalam berbagai bidang studi. Sementara itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap dan tugas atau pekerjaan tertentu. Dengan demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Sehingga
17 dalam belajar agar lebih dapat diakses dengan mudah bagi para siswa yang sangat beragam, kebiasaan para siswa perlu dipahami secara jelas. I.6 Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai adanya konsep dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesis ( Nawawi, 1991:40 ). Dalam penelitian, seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut konsep, yakni istilah dan defenisi yang digumnakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep yang akan dikemukakan dalam penelitian ini dijabarkan atas kelompok-kelompok variabel sebagai berikut: 1. Variabel Bebas ( Independent Variabel ) Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau tidak adanya gejala atau faktor atau unsur lain ( Nawawi, 1991:56 ). Yang menjadi variabel adalah strategi komunikasi orang tua. 2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel ) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas ( Nawawi, 1991:57 ). Yang menjadi variabal terikat adalah efektifivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1 Medan.
18 I.7 Model Teoritis Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua Efektivitas belajar remaja pada siswa SMU Methodist-1 Medan
19 I.8 Operasional Variabel Operasioanal variabel-variabel disusun untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep yang telah disusun dalam operasionalisasi lainnya. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : Operasioanalisasi Variabel Variabel Teoritis Variabel bebas - Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi - Karakteristik Responden Variabel Operasianal 1. Keterbukaan (openess) 2. Empati (emphaty) 3. Dukungan (suportiveness) 4. Rasa positif (Positiveness) 5. Kesamaan (equality) - Usia - Jenis kelamin - Pendidikan orang tua - Urutan anak dalam keluarga Variabel terikat Efektivitas belajar remaja - Giat belajar ( mengulang pelajaran ) - Berdiskusi - Ke perpustakaan
20 I.9 Defenisi Operasional Menurut Singarimbun ( 1989:46 ) defenisi operasioanal adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Maka untuk memperjelas uraian dalam penulisan ini peneliti memberikan penjelasan yang dianggap penting untuk diperhatikan, yakni: 1. Strategi Komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communication management) untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi (Onong, 2001: 32). Strategi komunikasi yang dilakukan orang tua dan remaja dengan melakukan komunikasi antar pribadi, antara lain: Keterbukaan (openess) Pihak orang tua dan remaja saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut dan malu. Empati (emphaty) Empati adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang dirasakan orang lain. Dukungan (suportiveness) Apabila kita berada pada situasi yang tidak mendukung untuk melaksanakan komunikasi maka kita tidak berani mengungkapkan gagasan kita. Setiap pendapat, ide, atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari orang tua dan remaja. Dukungan membantu
21 seseorang untuk lebih bersemangat dalam melakukan aktifitas dan meraih tujuan yang diinginkan. Rasa positif (positiveness) Apabila respon yang diterima mendapat tanggapan positif maka akan lebih mudah melanjutkan percakapan selanjutnya. Rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk curiga atau berprasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Kesamaan (equality) Kesamaan disini termasuk dalam hal berbicara dan mendengar. Apabila seseorang berbicara terus dan orang mendengar terus maka tidak mungkin berkomunikai menjadi efektif. 2. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain. 3. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pelatihan, yang berupa peningkatan pengetahuan. 4. Usia adalah tingkatan umur responden. 5. Jenis kelamin adalah penggolongan sex pada responden, yakni laki-laki dam perempuan. 6. Pendidikan adalah latar belakang tingkatan sekolah terakhir responden. 7. Giat belajar adalah mengulang pelajaran kembali di rumah secara terusmenerus. 8. Berdiskusi adalah membahas dan bertukar pikiran mengenai pelajaran yang tidak dimengerti dengan guru atau temen-temen
22 9. Keperpustakaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah referensi bahan-bahan pelajaran yang dipelajari. I.10 Hipotesa Penelitian Menurut Champion (1981, dari Rakhmat, 1984:14 ) hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai penelitian tersebut mengumpulkan data. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak. Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan. Ha : Terdapat hubungan antara komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan efektivitas belajar remaja di Sekolah Menengah Umum Methodist-1 Medan.
BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini, membawa banyak perubahan dalam setiap aspek kehidupan individu. Kemajuan ini secara tidak langsung
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar untuk mewujudkan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Hal ini berarti bahwa kualitas sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat dilakukannya berbagai kegiatan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses pencapaian tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu gejala sosial yang bersifat kompleks. Gejala tersebut dapat dipandang dari bermacam-macam sudut pandang atau pendekatan. Salah satu
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. beragam, sehingga makin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan
B A B I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memuaskan pelanggan. Cara pengungkapannya pun sangat beragam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain. Manusia membutuhkan kerjasama antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, binatang juga melakukan proses komunikasi diantara sesamanya, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan pokok dalam membantu generasi mendatang. Dengan adanya pendidikan diharapkan akan mampu membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Lebih terperincibudaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah dari mulai SD sampai dengan SMA memiliki cakupan yang begitu banyak dan luas. Kurikulum 2013 mengenai Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa di sekolah. Istilah belajar sebenarnya telah dikenal oleh masyarakat umum, namun barangkali
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin perkembangan serta kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) hendaknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi, dengan masuknya pada era tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang pendidikan.
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.
PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis,
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A
PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem
Lebih terperinciKOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. II.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi. Keberadaan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial tidak
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi II.1.1. Pengertian Komunikasi Keberadaan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial tidak terlepas dari komunikasi yang setiap saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KRISTANTI NIM. 11502098 Pembimbing : Drs. Fadjeri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question
1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yakni membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.
Lebih terperinciSANTI BBERLIANA SIMATUPANG,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kesehatan, gizi, dan mental atau psikologis, dimana faktor-faktor tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan
Lebih terperinciKata Kunci : Blog, Catatan Harian, Konsep Diri, Keterbukaan Diri.
BLOG DAN TINGKAT KETERBUKAAN DIRI (Studi Korelasional Tentang Penggunaan Fasilitas Blog Di Internet Terhadap Tingkat Keterbukaan Diri Pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi 203 FISIP Universitas Sumatera Utara)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi pada tiap individu dalam mengembangkan berbagai dimensi pribadinya. Baik itu berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu
Lebih terperinciOleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Batik 2 Surakarta tahun diklat 2006/2007 Oleh : Sri Admawati K7403187 BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu lembaga atau institusi, didalam sekolah terdapat sebuah seksi atau bagian yang bertugas untuk membina dan mengawasi para siswa yang disebut Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi psikis siswa sangat mempengaruhi kesiapan ketika menghadapi ujian nasional, sebagai orangtua atau guru membantu mereka mengelola emosi, agar dapat bersikap
Lebih terperinci