Bab II. Gambaran Umum Penelitian
|
|
- Hartono Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Gambaran Umum Penelitian 2.1. Kabupaten Aceh Utara dan Keadaan Geografis Berbicara tentang sejarah Aceh Utara maka tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Kerajaan Islam di pesisir Sumatera yaitu Samudera Pasai yang terletak di Kecamatan Geudong yang merupakan tempat pertama kelahiran Agama Islam di kawasan Asia Tenggara. 10 Kerajaan Samudera Pasai muncul pada abad ke-13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malikussaleh, merupakan kerajaan kaya dengan penduduknya yang banyak. Kota kerajaan disebut Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beringin Kecamatan Samudera, Geudong Kabupaten Aceh Utara Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Kerajaan-kerajaan Islam di Aceh mengalami pasang surut, mulai dari zaman Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, kedatangan Portugis ke Malaka pada tahun 1511 sehingga 10 tahun kemudian Samudera Pasai turut diduduki, hingga masa penjajahan Belanda. Secara de facto Belanda menguasai Aceh pada tahun 1904, yaitu ketika Belanda dapat menguasai benteng pertahanan terakhir pejuang Aceh Kuta Glee di Batee Iliek, Samalanga. Dengan surat keputusan Vander Geuvemement General van Nederland Indie tanggal 7 September 1934, pemerintah Hindia Belanda 10 T. Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam Lintasan Sejarah, Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1995, hlm. 2
2 membagi daerah Aceh atas 6 (enam) Afdeeling (Kabupaten) yang dipimpin seorang Asistent Resident, salah satunya adalah Afdeeling Noord Kust van Aceh (Kabupaten Aceh Utara) yang meliputi Aceh Utara sekarang ditambah Kecamatan Bandar Dua yang kini telah termasuk Kabupaten Pidie. Afdeeling Noord Kust van Aceh dibagi dalam 3 (tiga) Onder Afdeeling (Kewedanan) yang dikepalai seorang Countroleur (Wedana), yaitu: 1. Onder Afdeeling Bireuen 2. Onder Afdeeling Lhokseumawe 3. Onder Afdeeling Lhoksukon Selain Onder Afdeeling tersebut terdapat juga beberapa Daerah Ulee Balang (Zelf Bestuur) yang dapat memerintah sendiri terhadap daerah dan rakyatnya yaitu Wee Balang Keuretoe, Geurugok, Jeumpa, dan Peusangan yang diketuai oleh Ampon Chik. 11 Pada masa pendudukan Jepang istilah Afdeeling diganti dengan Bun, Onder Afdeeling disebut Gun, Zelf Bestuur disebut Sun, Mukim disebut Kun dan Gampong disebut Kumi. Sesudah Indonesia Diproklamirkan sebagai Negara Merdeka, Aceh Utara disebut Luhak yang dikepalai oleh seorang Kepala Luhak sampai dengan tahun Melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri dari beberapa negara bagian, salah satunya 11 Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Aceh Utara dari Kerajaan Samudera Pasai ke Era Industrialisasi, Aceh Utara: Dinas Informasi dan Komunikasi, 2001, hlm. 34
3 adalah Negara Bagian Sumatera Timur. Tokoh-tokoh Aceh saat itu tidak mengakui dan tidak mau tunduk pada RIS tetapi tetap tunduk pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Dwi Tunggal Soekarno-Hatta. Pada tanggal 17 Agustus 1950 Republik Indonesia Serikat kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berlaku Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dan seluruh negara bagian bergabung dan statusnya berubah menjadi Propinsi. Aceh yang pada saat itu bukan negara bagian, digabungkan dengan Propinsi Sumatera Utara. Dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom setingkat Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, terbentuklah Daerah Tingkat II Aceh Utara yang juga termasuk dalam wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1957, lahirlah Propinsi Daerah Istimewa Aceh dengan keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor I/Misi/1957 dan dengan sendirinya Kabupaten Aceh Utara masuk dalam wilayah Daerah Istimewa Aceh. Bedasarkan Undang-Undang Nomor I tahun 1957 dan Keputusan Presiden Nomor 6 tahun 1959, Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Utara terbagi dalam 3 (tiga) Kewedanan yaitu: 1. Kewedanan Bireuen terdiri atas 7 Kecamatan 2. Kewedanan Lhokseumawe terdiri atas 8 Kecamatan 3. Kewedanan Lhoksukon terdiri atas 8 Kecamatan M. Isa Sulaiman, Sejarah Aceh, Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 288
4 Kabupaten Aceh Utara yang berkedudukan pada bagian paling utara dari areal Propinsi Daerah Istimewa Aceh terletak pada garis 96 o o 21 Bujur Timur dan 4 o 54 5 o 18 Lintang Utara dengan luas 5.488,9 Km 2. Batasbatas kawasan Aceh Utara meliputi: - Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah - Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Pidie Daerah Tingkat II Aceh Utara beriklim tropis dengan kelembaban atau curah hujan mencapai rata-rata 28 o C dan suhu siang hari pada musim kemarau rata-rata 32,8 o C. Keadaan alam (geologi) di Aceh Utara bedasarkan hasil penelitian geologi mempunyai potensi terhadap bahan galian/tambang diantaranya minyak dan gas alam, batu kapur, truss dan lain-lain. Pada tahun 1977 berdasarkan hasil pendataan Biro Pusat Statistik Propinsi penduduk di Aceh Utara berjumlah sekitar jiwa dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 1,32% yang mendiami 26 Kecamatan, 4 Perwakilan Kecamatan dan 1 Kota Administratif. Pembagian desa di Kabupaten Aceh Utara termasuk unik karena terbagi 4 bagian berdasarkan Desa Status berjumlah Desa, Non Status berjumlah 92 Desa, Kelurahan berjumlah 10 dan 90 Mukim Lihat lampiran IV
5 2.2. Kehidupan Keagamaan, Pendidikan, Adat-Istiadat dan Sosial Budaya a. Kehidupan Keagamaan Sejak berkembangnya Agama Islam, Islam telah menjadi bagian hidup terpenting diseluruh kawasan Aceh Utara. Hampir di setiap langkah dan gerak kehidupan masyarakat Aceh Utara selalu menonjolkan soal agamanya. Agama menjadi hal yang sangat utama dalam kehidupan masyarakat Aceh Utara, terlebih lagi dalam menjalankan roda kehidupan disesuaikan dengan syariat Islam. Syariat Islam di Daerah Istimewa Aceh pertama kali diresmikan pada tanggal 7 April 1962 setelah Tgk. M. Daud Beureueh mengajukan konsep dan syarat tentang pelaksanaan unsur syariat Islam di Daerah Istimewa Aceh. Presiden Soekarno menyetujui konsep tersebut dan pada tanggal 7 April 1962 pemerintah mengirim perwakilan sebagai pelaksana Peperda Aceh dan menandatangani keputusan Peperda Tentang Kebijaksanaan Pelaksanaan Unsur Syariat Agama Bagi Pemeluk-pemeluknya di Daerah Istimewa Aceh. 14 Dengan berlakunya syariat Islam di seluruh Aceh, maka Kabupaten Aceh Utara adalah salah satu daerah pelaksana sekaligus pendukung terbesar syariat Islam. Memang tidaklah semua daerah itu dapat dikatakan sempurna, pastilah di sana-sini banyak kekurangan, kelalaian dan kesalahan, walaupun dalam diri dan keluarga pemuda di Aceh Utara lebih cenderung terkadang berbuat hal 14 Ibid., hlm. 544
6 yang dilarang dalam syariat Islam walau para pelaku tersebut hanyalah dalam jumlah yang sedikit. Pada kenyataannya walaupun demikian, pemuda-pemudi Aceh Utara tetap saja memiliki dasar keagamaan sebagai modal yang besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Demikian halnya yang terjadi di Aceh Utara. Kefanatikan terhadap Islam ini menumbuhkan suatu pandangan sikap bahwa setiap agama diluar Agama Islam dianggap kafir atau kafee. Oleh karena itu dapat dimaklumi bila terjadi perlawanan yang hebat serta memakan waktu yang lama terhadap pemerintah Hindia Belanda dan Jepang waktu itu. Kedua bangsa ini tidak beragama Islam dan dianggap telah mengancam eksitensi Islam di tanah Aceh pada umumnya. Rasa keagamaan yang tinggi melahirkan pandangan terhadap tokohtokoh agama atau Ulama karena pengetahuan yang dimiliki, ketaatan mereka memperdalam agama, selalu berpedoman pada kitab suci Al-Qur an dan Sunnah Rasul serta selalu dikerumuni oleh santri-santri yang mampu menjadi pendakwah agama yang mampu menempatkan Ulama di seluruh Aceh sebagai mobilisator di dalam urusan keagamaan. Keahlian dari golongan Ulama dalam mempergunakan nilai-nilai yang berasal dari ajaran agama Islam patut kita hargai. Salah satunya Ulama mampu membangkitkan semangat perang dan mati syahid dengan mengikrarkan hikayat prang sabil yang diciptakan melalui karya sastra. Di sini tercantum nilai-nilai
7 moral dan keagamaan yang dapat membangkitkan semangat patriotisme para pemuda pejuang Aceh. Pancaran keagamaan dari masyarakat Aceh ini mencakup hampir diseluruh segi kehidupan, baik kehidupan politik, pendidikan sosial dan lain-lain. Nilai keagamaan telah berhasil membangkitkan apa yang dinamakan kekuatan, sehingga sudah sewajarnya bila masyarakat Aceh Utara cepat menunjukkan tekad yang kuat terhadap hal-hal yang mengganggu kehidupan keagamannya. 15 b. Pendidikan Sekitar tahun 1976 rakyat Aceh Utara pada umumnya secara resmi merupakan pemeluk agama Islam dan salah satunya yang paling banyak berada di Kabupaten Aceh Utara, oleh karena itu maka sistem pendidikan yang berlaku di Aceh Utara bersumber pada ajaran Islam. Dalam sistem pendidikan ini peranan lembaga tradisional seperti meunasah, dayah atau pesantren amatlah penting. Dayah atau pesanten yang terkenal dari tahun 1950-an di Aceh Utara pada waktu itu salah satunya adalah Dayah Cot Plieng. Pendidikan pertama bagi anak-anak yang telah mencapai usia sekitar enam sampai tujuh tahun diadakan di meunasah. Di meunasah anak-anak untuk pertama kali diajarkan mengenai bacaan dasar melalui Al-Qur an. Dalam pemberian pelajaran ini antara anak laki-laki dan perempuam dipisahkan. 15 Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Op.cit., hlm. 52
8 Metode pelajaran bersifat tradional. Guru mengucapkan dan murid mengulang. Tiap murid diajar secara individual. Bagi murid-murid yang telah tamat belajar, kemudian mereka dapat melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi dari pada dayah atau pesantren. Melihat cara-cara pendidikan yang berlaku di Aceh Utara yakni keyakinan beragama telah ditanamkan dalam diri tiap individu, maka dapat diharapkan akan lahir generasi muda yang memiliki ilmu keagamaan yang tinggi. Kebiasaan mendidik anak-anak dalam didikan Islam sampai sekarang masih berlaku di Aceh Utara. Sistem pendidikan barat yang masuk ke Aceh pada pertengahan abad ke XX telah merubah situasi masyarakat Aceh Utara meskipun perubahan itu tidaklah terlalu cepat bahkan sangatlah sulit memperkenalkan pendidikan barat. Hal ini membuat para pemuda Aceh dan Ulama menunjukkan sikap antipati terhadap pembauran-pembauran yang dibawa oleh Belanda. Dengan timbulnya sekolah model barat ini terdapatlah dua macam pendidikan di Aceh pada abad ke XX. Kedua macam itu berupa pendidikan umum yang diperkenalkan oleh Belanda melalui sekolah-sekolah dan pendidikan Agama Islam yang tetap berlangsung pada meunasah-meunasah atau dayah. Kemajuan yang telah dicapai dibidang pendidikan umum telah membangkitkan keinginan dari para pemimpin di Aceh Utara untuk meningkatkan dan memperbaharui mutu pendidikan Islam.
9 c. Adat-Istiadat dan Sosial Budaya Adat sebagai yang terdepan dalam meluruskan pola dan tingkah laku hidup manusia. Adat secara umum dibagi empat tingkatan, yaitu: 1. Tingkat pertama adalah lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ini adalah ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang bernilai dalam masyarakat 2. Tingkat adat yang kedua dan lebih konkret adalah sistem norma, yaitu nilai-nilai budaya yang sudah terkait kepada peranan-peranan manusia 3. Tingkat adat yang ketiga dan yang lebih konkret lagi adalah sistem hukum (hukum adat atau hukum tertulis) 4. Tingkat adat yang keempat adalah aturan-aturan khusus yang mengatur aktifitas dan terbatas ruang lingkupnya di dalam masyarakat. 16 Masyarakat Aceh Utara sebagaimana pada umumnya masyarakat Aceh memiliki karakter yang khas yaitu masyarakat yang mewarisi dan memiliki nilainilai Islam yang kental. Warisan nilai budaya Aceh itu menyatu dalam diri dan masyarakat sehingga menjadi karakter, watak, dalam perwujudan kehidupannya sehari-hari sebagai insan anggota masyarakat yang beriman dan bertaqwa, beramal saleh, kasih sayang, tolong-menolong, mengutamakan amanah dan kebenaran, memenuhi janji, bertanggung jawab, disiplin, pantang tersinggung harga dirinya, dan sikapnya yang harmonis serta humoris Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedi, 1987, hlm Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Op.cit., hlm. 57
10 Di dalam masyarakat Aceh Utara telah hidup dan berkembang bermacam-macam norma yang merupakan suatu pedoman yang berfungsi sebagai pengendali diri. Demikian juga dengan masyarakat Aceh Utara hidup di dalam norma-norma adat, norma hukum, agama yang merupakan pegangan dasar masyarakat Aceh Utara. Hubungan kekeluargaan dan garis keturunan masyarakat Aceh Utara menganut Sistem Patrilineal, artinya garis keturunan ditentukan menurut garis keturunan ayah, terutama di bidang perwalian (wali nikah, wali mawaris atau warisan). 18 Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda satu sama lain. Kebudayaan secara umum dapat terbentuk apabila: 1. Sesuatu telah diterima sebagai norma 2. Hal yang diterima sudah harus merupakan milik bersama 3. Yang disebut kebudayaan tidak saja meliputi benda tetapi juga perasaan, fikiran dan tindakan. 19 Demikiah juga budaya yang ada di Kabupaten Aceh Utara mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu kebudayaan yang terbentuk berdasarkan pada pola pikir dan tingkah laku yang sesuai dengan syariat Islam. Penduduk asli (pribumi) Aceh terdiri dari etnis Pasee yang merupakan bagian dari etnis Aceh yang terkenal sebagai suku Aceh. Dilihat dari segi adat- 18 M. Hakim Nya Pha, Kedudukan dan Adat-istiadat Dalam Kemasyarakatan Aceh, Jakarta: Kongres Kebudayaan, 1991, hlm Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosiologi, Jakarta: Bina Cipta, 1983, hlm. 125
11 istiadat, maka pendududk daerah ini sama dengan yang dianut penduduk daerah Aceh lainnya dengan ciri-ciri perbedaan tertentu yang tidak begitu kentara, misalnya perbedaan tekanan bahasa, dialeknya, mimik, dan sopan santunnya. Pemerintahan terkecil adalah Gampong yang dipimpin oleh Geusyik (kepala kampung) dan dibantu oleh sebuah badan Penasehat Geusyik yaitu Tuha Peut. Pada tingkat berikutnya, setingkat di atas Geusyik adalah Imum Mukim (Camat) yang mengkoordinir pelaksanaan operasional pemerintahan di tingkat Gampong. 20 Pemegang adat di Aceh Utara tidak dilaksanakan oleh suatu badan dan pribadi orang yang merupakan pemangku adat tetapi oleh orang tua gampong. Agama dan adat-istiadat memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat, yang mengendalikan pola hidup atau tingkah laku manusia dalam kelompok masyarakat. Masyarakat Aceh Utara yang penduduk aslinya 100% pemeluk agama Islam, tidak terlepas dari adat-istiadat yang dipengaruhi oleh syariat Islam ini berdasarkan adanya pepatah Aceh yang mengatakan: Hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut (Hukum dan adat seperti zat dengan sifatnya), Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala (Adat dipegang oleh seorang raja, hukum dipegang oleh ulama) Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, Op.cit., hlm Depdikbud, Aceh Utara dan Budaya Dalam Statistik, Aceh Utara: Depdikbud, 1997, hlm. 17
12 Maksudnya disini adalah hukum adalah hukum Islam. Yang menjalankan pemerintahan (adat) ada ditangan seorang raja (Sultan Iskandar Muda), sedangkan hukum (peraturan perundang-undangan) berada ditangan segenap Ulama yang makna keseluruhan adalah bahwa pemerintahan dijalankan berdasarkan syariat Islam.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi maksud dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 44
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkatan, yaitu : (1) Sultan yang memimpin kerajeun dan daerah taklukannya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kerajaan Aceh, struktur pemerintahan dibagi dalam lima tingkatan, yaitu : (1) Sultan yang memimpin kerajeun dan daerah taklukannya, serta mengkoordinir
Lebih terperinciBAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT JAMBO AYE PANTON LABU ACEH UTARA. 2.1 Sejarah Desa Jambo Aye Kota Panton Labu Aceh Utara
BAB II ETNOGRAFI MASYARAKAT JAMBO AYE PANTON LABU ACEH UTARA 2.1 Sejarah Desa Jambo Aye Kota Panton Labu Aceh Utara Sejarah Aceh Utara tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan Kerajaan Islam di
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa lembaga adat yang berkembang dalam
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 6 TAHUN 2009
QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin oleh ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undagan dalam sistem dan prinsip Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aceh adalah Daerah Provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciRaudhatul Ma`arif. Nama Dayah Raudhatul Ma`arif. Lokasi/Alamat Jl.Banda Aceh Medan Km 247 Gampong Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara Kode Pos : 24355
Raudhatul Ma`arif Nama Dayah Raudhatul Ma`arif Lokasi/Alamat Jl.Banda Aceh Medan Km 247 Gampong Cot Trueng, Muara Batu, Aceh Utara Kode Pos : 24355 Pendiri Tgk Abu Bakar Bin M Ali Status Legalitas Dayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh adalah sebuah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
Lebih terperinci-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN PIDIE JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN KABUPATEN ATAU KOTA DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH PROVINSI NANGGROE ACEI I DARUSSALAM BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUU 48/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 48 TAHUN 1999 (48/1999)
UU 48/1999, PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 48 TAHUN 1999 (48/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA) Tentang: PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN
Lebih terperinciKABUPATEN ACEH UTARA
KABUPATEN ACEH UTARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGAHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH UTARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHIDUPAN ADAT
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHIDUPAN ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi
Lebih terperincibangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas untuk menerapkan Syaria t Islam di sejumlah daerah yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kemajemukan baik suku bangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa daerah ini terletak antara 95º13 dan 98º17 bujur timur dan 2º48 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh terletak di ujung bagian utara pulau Sumatera, bagian paling barat dan paling utara dari kepulauan Indonesia. Secara astronomis dapat ditentukan bahwa daerah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, agama dan adat istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem kekerabatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkelompok dan saling bergantung satu sama lain. Secara naluriah manusia cenderung bersifat dinamis dan mampu berkembang
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA:ISWAHYUDI NIM :11.01.2828 KELOMPOK:B PROGRAM STUDI:PANCASILA JURUSAN:D3 TI DOSEN: IRTON, SE, M.SI 1. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA 2. ABSTRAK
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.
BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pemerintahan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH AWAL ABAD KE-20. dan diujung utara Pulau Sumatera. Nama Aceh menurut tradisionil dianggap
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH AWAL ABAD KE-20 2.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam Aceh adalah salah satu provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan status Daerah Istimewa. Letaknya
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa Adat
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN BUPATI BIREUEN
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa
Lebih terperinciSEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI
Lebih terperinciKISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN
KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Sekolah : MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Kur : VII / K13 Semester : Genap Kompetensi Inti : 1.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN MUKIM DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE
1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR: 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN MUKIM DI KECAMATAN KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BIREUEN DAN KABUPATEN SIMEULUE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : a. bahwa berhubung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM I. UMUM Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Aceh yang dahulu pernah menjadi sebuah negara tangguh di dunia kini menjadi sebuah provinsi dalam wilayah Republik Indonesia. Ia berkedudukan di ujung barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG 1) Kabupaten Aceh Tengah secara resmi dikukuhkan pada tahun 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956, tepatnya 11 tahun setelah Negara Republik Indonesia memproklamirkan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Pasar Cerenti 1. Geografis Kelurahan Pasar Cerenti Kelurahan Pasar Cerenti berada dalam kawasan Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singngi.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS
13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM PROPINSI IRIAN BARAT PRESIDEN, Menimbang : bahwa setelah ditetapkan Undang-undang Pembatalan Persetujuan Konperensi Meja Bundar, maka
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang
Lebih terperinciBAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa
17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: Identitas Nasional Pembahasan Modul ini akan menguraikan tentang pengertian identitas nasional, pluralitas bangsa Indonesia, unsur pembentuk identitas nasional yang berupa suku bangsa, kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera Barat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing adalah nama sebuah wilayah terletak di bagian paling selatan dan bagian barat wilayah propinsi Sumatera Utara, berbatasan sengan propinsi Sumatera
Lebih terperinciPancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa
Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN PANCASILA ERA PRA DAN ERA KEMERDEKAAN 2 Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciPENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI
PENGAMALAN PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN REFORMASI NAMA : Ragil Prasetia Legiwa NIM : 11.02.7942 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : D3 - MI : A : M. Khalis Purwanto
Lebih terperinci1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)
1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: 03Fakultas Oni FASILKOM PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA PRA KEMERDEKAAN & ERA KEMERDEKAAN Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Sistem Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciDhiaul Huda. Sejarah Pendirian
Dhiaul Huda Sejarah Pendirian Dayah Pendidikan Islam Dhiaul Huda Gampong Keude Tambue Kecamatan Simpang Mamplam Kabupaten Bireuen bermula dari mendidik anak-anak sendiri di rumah mulai tahun 1970, sesudah
Lebih terperinciEksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi
Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi NAMA : Bram Alamsyah NIM : 11.12.6286 TUGAS JURUSAN KELOMPOK NAMA DOSEN : Tugas Akhir Kuliah Pancasila : S1-SI : J : Junaidi Idrus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah
Lebih terperinciBAB II BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. pemerintahan yang bernama Gouverment van Sumatera, yang meliputi
BAB II BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Di zaman Pemerintahan Belanda, Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouverment van Sumatera, yang
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016
TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP) TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya kepada kita semua, sehingga tugas
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan
BAB IV KESIMPULAN Kota Sawahlunto terletak sekitar 100 km sebelah timur Kota Padang dan dalam lingkup Propinsi Sumatera Barat berlokasi pada bagian tengah propinsi ini. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan sejarah tidak akan pernah sampai pada puncak kebenaran, sebab sejarah berkaitan dengan sebagian dari kebenaran dan pengetahuan masa lalu, dan supaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia
Lebih terperinciMELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)
MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciIMUEM GAMPONG DALAM PEMBANGUNAN SOSIO EKONOMI MASYARAKAT ACEH. Taufiq
Imuem Gampong Dalam Pembangunan Sosio Ekonomi Masyarakat 98 IMUEM GAMPONG DALAM PEMBANGUNAN SOSIO EKONOMI MASYARAKAT ACEH Taufiq Abstract Salah satu masalah utama dalam masyarakat adalah persoalan ekonomi.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciPANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN
Modul ke: PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN Fakultas Muhamad Rosit, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Kompetensi dalam
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi
1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan
Lebih terperinciH. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH.
Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Disampaikan pada perkuliahan Kewarganegaraan kelas PKK Fakultas Ekonomi & Bisnis H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinciProfil Kabupaten Bireuen
Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Bireuen : Bireuen : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK. Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan
17 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG RANTAU PANJANG KUCHING SARAWAK A. Letak dan Aksesibilitas Secara umum Kampung Rantau Panjang termasuk dalam kawasan Batu Kawa lama yang terletak 17.4 km dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH
SALINAN QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KOTA BANDA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang
Lebih terperinciBA B I PENDAHULUAN. menjadi panutan dalam masyarakatnya. Pri-kehidupan tokoh ini dapat di telisik. dengan menelaah kehidupannya dalam suatu bagian.
BA B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak yang dapat kita identifikasi dari kehidupan seseorang untuk dimanfaatkan menjadi bahan pembelajaran dalam menuju pembentukan karakter. salah satu manfaatnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH SEBAGAI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa para ulama telah memberikan kontribusi
Lebih terperinci