ANALISIS ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK APARTEMEN GRAND KAMALA LAGOON, BEKASI MAHARANI DYAH ALFIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK APARTEMEN GRAND KAMALA LAGOON, BEKASI MAHARANI DYAH ALFIANA"

Transkripsi

1 ANALISIS ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK APARTEMEN GRAND KAMALA LAGOON, BEKASI MAHARANI DYAH ALFIANA DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Aspek Sumber dan Siklus Material Green Construction pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2017 Maharani Dyah Alfiana NIM F

4

5 ABSTRAK MAHARANI DYAH ALFIANA. Analisis Aspek Sumber dan Siklus Material Green Construction pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Dibimbing oleh MEISKE WIDYARTI. Pelaksanaan pembangunan dalam skala proyek memiliki potensi besar atas kerusakan lingkungan yang terjadi. Oleh karena itu pembangunan dengan konsep ramah lingkungan merupakan solusi dalam pengurangan kerusakan atas kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian yaitu melakukan analisis kesesuaian konsep green building pada green construction untuk aspek sumber dan siklus material pada Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dan pemberian rekomendasi. Analisis kesesuaian menggunakan sistem rating tools greenship dari Green Building Council Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon telah sesuai dengan prinsip green construction aspek sumber dan siklus material. Kriteria yang terpenuhi antara lain kriteria refrigeran fundamental, kriteria refrigeran tanpa ozone depleting potential (ODP), kriteria material prafabrikasi yaitu nilai biaya material yang digunakan sesuai (mencapai 30% dari total biaya material), dan untuk kriteria material regional juga sesuai (mencapai 50% dari total biaya material). Rekomendasi diberikan untuk menggunakan bahan yang ramah lingkungan bagi pekerjaan arsitektur. Kata kunci: green construction, greenship rating tools, sumber dan siklus material ABSTRACT MAHARANI DYAH ALFIANA. Resources and Material Cycle Analysis of Green Construction At Grand Kamala Lagoon Apartment Project, Bekasi. Supervised by MEISKE WIDYARTI. Implementation of a big project has tremendous potential for environmental damage. Therefore, the development concept of environmentally friendly is a solution to avoid damage. The purpose of this research were to analyze the suitability of green building concept at green construction process in source and material cycle aspects at Grand Kamala Lagoon Apartment, Bekasi and giving recommendations. The analysis performed by using greenship rating tools system of Green Building Council Indonesia. The result showed that Grand Kamala Lagoon Apartment project had been constructed in accordance with green construction concept in the source and material cycle aspect. The criterias fulfilled were fundamental refrigerant, refrigerant without ozone dipleting potential (ODP), prefactory material criterias (had reached 30% of total material cost), and also regional material criteria (which reached 50% of total material cost). It was recommended to use environmentally friendly materials for architectural works. Keywords: green construction, greenship rating tools, material resource and cycle

6

7 ANALISIS ASPEK SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK APARTEMEN GRAND KAMALA LAGOON, BEKASI MAHARANI DYAH ALFIANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Aspek Sumber dan Siklus Material Green Construction pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Diucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Ir. Meiske Widyarti, M. Eng selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, solusi, saran, dukungan dan seluruh bantuannya mulai dari awal penelitian hingga karya ilmiah ini selesai. 2. Prof. Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc dan Ibu Sekar Mentari S.T M.T selaku dosen penguji atas saran dan kritikannya dalam perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Nora H Pandjaitan, DEA selaku Ketua Depatemen Teknik Sipil dan Lingkungan beserta seluruh jajaran dosen Teknik Sipil dan Lingkungan atas segala pembelajaran yang telah diberikan. 4. Orang tua dan mas Adit yang selalu memberikan doa serta dukungan moral maupun material untuk kelancaran penelitian. 5. Bang Anton SIL 45, Bapak Tirta, Bapak Okta, Bapak Bekti, Ibu Vivi, Bapak Arief, dan Bapak Zahid dari PT. Pembangunan Perumahan yang telah membantu dalam pengumpulan data dan prosesnya. 6. Teman-teman Ulet Batu Sudra Dinda, Palupi, Dewi, Maul, Putri, dan Lu lu yang telah menyemangati dan membantu penulisan dalam menyelesaikan penelitian ini. 7. Teman-teman Kosan Pondok Melati B Mega, Vivi, Chae, Tami, Febi, Dini, Alfi, Fera, dan Alifah yang selalu memberikan dukungan dan semangat setiap harinya. 8. Teman-teman Agria Swara terlebih kepada Amy dan Yunita, serta kepada June, Tenri, Asita, Kenzi, Unil, dan Giri yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 9. Teman-teman satu bimbingan Dinda, Deden, Lucky, dan Rama serta Teman-teman di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor angkatan 50 (SIL 50) untuk setiap semangat, doa, dan dukungannya. Juga diucapkan terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang green construction. Bogor, September 2017 Maharani Dyah Alfiana

12

13 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN ii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Green Construction 3 Sumber dan Siklus Material 4 Carbon Footprint 5 Efisiensi Sisa Material 6 METODE PENELITIAN 7 Waktu dan Lokasi 7 Alat dan Bahan 8 Prosedur Penelitian 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 16 Tolak Ukur Aspek Sumber dan Siklus Material 16 Efisiensi Sisa Material 24 Carbon Footprint 25 Perbandingan Material Arsitektur Bangunan 26 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 33 RIWAYAT HIDUP 42

14 ii DAFTAR TABEL 1 Kriteria dalam kategori sumber dan siklus material menurut GBCI Sumber dan penyebab sisa material konstruksi 6 3 Daftar jenis perusak ozon yang dilarang digunakan 12 4 Jenis Refrigeran dan nilai ODP 13 5 Hasil perhitungan tolak ukur kriteria material ramah lingkungan 19 6 Perhitungan material prafabrikasi 21 7 Persyaratan greenship dan perhitungan untuk tolak ukur material regional 22 8 Perhitungan efisiensi material 24 9 Spesifikasi penggunaan cat acrylic Spesifikasi penggunaan Ceramic Tiles Spesifikasi penggunaan natural paint 28 DAFTAR GAMBAR 1 Lokasi proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon,Bekasi 7 2 Diagram alir penelitian 9 3 Sisa material bata ringan atau hebel 17 4 Sampah konstruksi dan sisa material siku besi 18 5 Penggunaan bekisting baja pada kolom bangunan 21 6 Lokasi batching plant dan pabrikasi precast 22 7 Sampah sisa material dan tempat sampah 23 8 Batching plant beton 26 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tolak ukur untuk aspek sumber dan siklus material 34 2 Sertifikat Ramah Lingkungan 35 3 Sertifikat Material Ramah Lingkungan PT Jakarta Cakra Tunggal 36 4 Sertifikat Material Ramah Lingkungan PT Delcoprima Pacific 37 5 Surat pernyataan terkait sertifikat greenship 38 6 Perhitungan carbon footprint moda transportasi 39 7 Denah finishing Tower 1 apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi 41

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Banyaknya pembangunan di Indonesia saat ini sejalan dengan perkembangan yang terjadi di negara ini, hampir setiap tahun di kota-kota besar selalu bertambah gedung-gedung dan bangunan tinggi untuk melengkapi kebutuhan masyarakat. Kota Bekasi adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang dan ditandai dengan maraknya pembangunan yang ada di Kota Bekasi mulai dari apartemen hingga bangunan perkantoran. Pelaksanaan pembangunan dalam skala proyek memiliki potensi besar atas kerusakan lingkungan yang terjadi, namun dalam pembangunannya dapat menimbulkan suatu efek negatif yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Proyek konstruksi dianggap memiliki peran besar terhadap perubahan lingkungan dipermukaan bumi ini, dimulai dari tahap kontruksi hingga tahap operasional kegiatan konstruksi tidak dapat menghindari dari pemanfaatan sumber daya alam yang jumlahnya semakin terbatas (Sinulingga 2012). Oleh karena itu pembangunan dengan konsep ramah lingkungan merupakan solusi dalam pengurangan kerusakan lingkungan. Green construction atau konstruksi hijau merupakan proses konstruksi dengan menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan pembangunan itu ke depan (Abduh dan Fauzi 2012). Green construction hanya akan terjadi manakala seluruh karakter green building dipersyaratkan dalam dokumen kontrak, kontraktor sebagai Pihak penyedia jasa bersifat pasif dan terfokus pada pemenuhan apa yang di persyaratkan dalam rencana proyek dan spesifikasi (Ervianto 2010). Penerapan green building menggunakan kriteria greenship dalam Green Building Council Indonesia (GBCI), namun dalam penerapan konstruksi hijau belum menemukan kriteria yang telah disah kan di Indonesia. PT. Pembangunan Perumahan Persero (PT. PP Persero) sudah menobatkan dirinya menjadi green constructor atau kontraktor hijau yang telah memiliki kriteria dalam pembangunan hijau untuk gedung-gedung yang dibuatnya, salah satunya adalah proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi yang menggunakan konsep green building dengan penerapan green construction. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kriteria yang sesuai pada tahap pelaksanaan suatu bangunan dan kesesuaian kriteria aspek sumber dan siklus material menggunakan sistem rating tools greenship pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dan pemberian saran perbaikan untuk hal yang sesuai atau tidak sesuai pada tahap pelaksanaan proyek pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Analisis kesesuaian tahap pelaksanaan menggunakan sistem rating tools greenship oleh GBCI untuk bangunan baru versi 1.2. Hasil yang diharapkan untuk penelitian ini adalah mengetahui kriteria yang sesuai pada greenship aspek sumber dan siklus material dengan tahap pelaksanaan pembangunan dan kriteria yang telah memenuhi syarat dari greenship GBCI untuk aspek sumber dan siklus material pada pelaksanaan proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi.

16 2 Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian berdasarkan uraian di atas adalah: 1. Kriteria apa saja yang sesuai pada tahap pelaksanaan dengan sistem rating tools greenship untuk aspek sumber dan siklus material? 2. Apakah pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon pada pelaksanaannya telah sesuai dengan sistem rating tools greenship untuk aspek Sumber dan siklus Material? 3. Apakah saran perbaikan yang dapat diberikan terkait aspek sumber dan siklus material pada tahap pelaksanaan Apartemen Grand Kamala Lagoon? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengevaluasi kriteria yang sesuai pada tahap pelaksanaan menggunakan sistem rating tools greenship untuk aspek sumber dan siklus material. 2. Melakukan analisis kesesuaian untuk Apartemen Grand Kamala Lagoon pada tahap pelaksanaan menggunakan sistem rating tools greenship dalam aspek sumber dan siklus material. 3. Memberikan saran perbaikan untuk pekerjaan yang telah sesuai atau tidak sesuai pada tahap pelaksanaan proyek pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon terkait aspek sumber dan siklus material. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi PT. Pembangunan Perumahan Persero dapat menjadi acuan untuk penilaian penerapan greenship. 2. Bagi perusahaan pengembang lainnya dapat menjadi acuan dalam penggunaan material dan rekomendasi serta saran perbaikan yang tepat terhadap kesesuaian aspek sumber dan siklus material agar pembangunan gedung sesuai dengan kriteria greenship oleh GBCI. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1. Green building untuk proyek konstruksi aspek Material Resources and Cycle/MRC (sumber dan siklus material) ditinjau berdasarkan Greenship untuk bangunan baru versi Penelitian dilakukan pada Apartemen Grand Kamala Lagoon dengan menggunakan data hasil observasi langsung dan pengamatan secara tidak langsung.

17 3 TINJAUAN PUSTAKA Green Construction Bangunan hijau adalah bangunan dimana sejak tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga operasional pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah bersinambungan. Perkembangan bangunan hijau didasari suatu penelitian yang menunjukkan bahwa bangunan mengkonsumsi 40% bahan bangunan di dunia, menggunakan 55% kayu untuk penggunaan di luar bahan bakar, 12.2% dari total konsumsi air, 40% dari total penggunaan listrik, menghasilkan 36% dari emisi gas karbon dioksida (Hoffman dan Henn 2008). Dalam pelaksanaannya kontraktor yang berperan dalam penerapan green building pada tahap konstruksi adalah green construction (Koe et al. 2014). Green construction adalah suatu perencanaan dan pelaksanaan proses konstruksi untuk meminimalkan dampak negatif proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang (Ervianto 2011). Green construction merupakan praktik membuat struktur dan menggunakan proses yang memperhatikan keadaan lingkungan dan efisiensi sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi (EPA 2010). Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dengan memperhatikan aspek ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Sedangkan produk dari green construction adalah green building (bangunan hijau) yang juga dikenal sebagai bangunan yang berkelanjutan atau berkinerja tinggi. Dalam pelaksanaannya, green construction selain harus memperhatikan lingkungan, juga harus memperhatikan siklus hidup dari bangunan. Hal ini sudah dimulai dari proses perencanaan, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, sampai dengan dekonstruksi. Selain itu, green construction juga memperhatikan berbagai macam aspek seperti penghematan energi selama proses konstruksi itu berlangsung, efisiensi penggunaan air di proyek konstruksi, penggunaan material yang dapat didaur ulang ataupun berasal dari dekat proyek, dan pengelolaan limbah konstruksi yang baik. Definisi green construction seperti yang telah dijelaskan di atas yang akan digunakan dalam penelitian ini (Abduh dan Fauzi 2012). Beberapa standar yang membahas mengenai kriteria penerapan Green Construction pada proyek konstruksi antara lain adalah: a. BREEAM (building research establishment enviromental assessment method) b. LEED (leadership in energy and environmental design) c. HKBEAM (Hong Kong building environmental assessment method) d. BEPAC (building environmental performance assessment criteria) e. CASBEE (comprehensive assessment system for building environmental efficiency)

18 4 f. DQI (design quality indicator) g. GREENSHIP - GBCI (green building council Indonesia) h. Dan lain lain. Mengingat banyaknya standar yang digunakan dalam menerapkan green construction pada proyek konstruksi, merasa perlu adanya pengamatan mengenai kriteria yang paling sering digunakan oleh para pelaku konstruksi dalam menerapkan green construction itu sendiri (Asadwidya et al. 2011). Karena pengaruh yang besar pada lingkungan, lahirlah gerakan bangunan hijau yang pada intinya adalah peningkatan efisiensi pada proyek konstruksi dalam menggunakan sumber daya dan meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan dari proyek itu terhadap lingkungan (Retzlaff 2008). Bangunan hijau juga bisa mengakibatkan biaya operasi yang lebih rendah karena mereka biasanya menggunakan lebih sedikit energi dan bahan dan kualitas udara dalam ruangan, yang meningkatkan kesehatan penghuni (Mehta dan Vishal 2013). Didalam proyek konstruksi yang bersifat ramah lingkungan atau green construction terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan meskipun saat ini kriteria yang ada masih lebih banyak mengarah ke tahap desain atau konsep ramah lingkungan yang dilihat pada saat tahap pemakaian suatu bangunan (green building) (Asadwidya et al. 2011). Sumber dan Siklus Material Green construction bisa direncanakan sejak awal dengan cara memilih dan menggunakan material-material sustainable dan ramah lingkungan. Pada prinsipnya setiap material bangunan mempunyai siklus hidup,dimulai dari pengambilan bahan baku di tempat asal dan berakhir di tempat pembuangan. Dalam konsep membangun proyek hijau, siklus hidup material tidak boleh berakhir di tempat pembuangan begitu saja, namun material tersebut sedapat mungkin dimanfaatkan kembali dengan cara digunakan kembali (reuse), diolah kembali (recycling), dan apabila memang tidak dapat untuk kedua hal tersebut di atas maka harus dibuang dengan cara yang ramah lingkungan (Sudiarta et al. 2015). Dari enam kategori penilaian pada Greenship yang pelu mendapat perhatian lebih dan berkaitan dengan proses konstruksi adalah kategori material resources and cycle (MRC) karena berdasarkan data World Green building Council, di seluruh dunia, bangunan menggunakan 25% produk kayu, dan 40-50% penggunaan bahan mentah untuk pembangunan dan pengoperasiannya (Abduh dan Fauzi 2012). Mengintegrasi material green building dalam proyek konstruksi dapat membantu mengurangi dampak lingkungan terkait ekstraksi, transportasi, pengolahan, fabrikasi, instalasi, reuse (penggunaan kembali), recycle (daur ulang), dan pembuangan bahan sumber industri konstruksi (Mehta et al. 2014). Kunci dari prinsip ini adalah meminimalisir penggunaan material konstruksi yang tidak dapat diperbaharui dan sumberdaya lainnya seperti energi dan air melalui teknik, desain, perencanaan, dan konstruksi yang efisien dan daur ulang yang efektif dari robohan konstruksi. Selain itu juga memaksimalkan penggunaan material daur ulang, material modern yang efisien, dan sumberdaya komposit yang efisien terhadap bentuk struktur (Woolley et al. 1997).

19 5 Tabel 1 Kriteria dalam kategori sumber dan siklus material menurut GBCI 2013 MRC Kriteria P Refrigeran Fundamental (fundamental refrigerant) 1 Penggunaan kembali material dari gedung (building and material reuse) 2 Material Ramah Lingkungan (environmentally friendly material) 3 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (non ODS usage) 4 Kayu Bersertifikat (certified wood) 5 Material Prafabrikasi (prefab material) 6 Material Regional (regional material) Material dalam green construction mengurangi efek samping terhadap lingkungan, selain itu juga membuat efisiensi berkelanjutan struktur serta mengurangi konten pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca seperti penipisan sumberdaya, polusi tanah dan lain-lain. Oleh sebab itu dorongan untuk menggunakan bahan ramah lingkungan diperlukan untuk hidup yang lebih baik (Gupta 2013). Carbon Footprint Carbon footprint merupakan suatu ukuran jumlah total dari hasil emisi karbon dioksida yang disebabkan oleh manusia secara langsung ataupun tidak langsung atau akumulasi yang berlebih dari penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pembakaran bahan bakar fosil dari penggunaan kendaraan bermotor (Wiedemann dan Minx 2007). Carbon footprint terbagi menjadi dua yaitu footprint primer dan footprint sekunder, footprint primer merupakan ukuran emisi karbon dioksida yang bersifat langsung yang didapatkan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (kendaraan). Sedangkan footprint sekunder adalah ukuran emisi karbon dioksida scara tidak langsung, seperti penggunaan listrik (Walser 2010). Emisi GRK yang dihasilkan akibat pemakaian bahan bakar fosil dari sektor transportasi sebesar 23% pada tahun 2007, dan diproyeksikan akan mencapai 29% pada Tingginya emisi GRK memicu terjadinya perubahan iklim, yang merupakan ancaman serius terhadap lingkungan sebagai bentuk konsekuensi dari pola-pola konsumsi dan gaya hidup yang tidak berkelanjutan (WCED 1987). Menghitung jejak karbon akan menolong baik individu maupun kelompok untuk mengetahui seberapa besar sumbangan emisi karbon yang telah diberikan ke bumi pada suatu periode tertentu. Perhitungan jejak karbon juga dapat mengukur paparan karbon akibat gaya hidup dan konsumsi langsung individual atau kelompok terhadap barang dan jasa. Salah satu penghitungan jejak yang paling sederhana adalah konsumsi energi selama perjalanan dengan mobil (Dapas 2015).

20 6 Efisiensi Sisa Material Material merupakan unsur terpenting dalam pembangunan dengan pemakaian harus diatur se-optimal mungkin, karena biaya yang dikeluarkan untuk material berkisar dari 40 hingga 60 % dari total biaya (O brien 1995). Tabel 2 adalah sumber dan penyebab sisa material konstruksi (Gavilan dan Bernold 1994). Sumber Desain Pengadaan Penanganan Penanganan Pelaksanaan Pelaksanaan Residual Lain-lain Tabel 2 Sumber dan penyebab sisa material konstruksi Penyebab Kesalahan dalam dokumen kontrak Ketidaklengkapan dokumen kontrak Perubahan desain Memilih spesifikasi produk Memilih produk yang berkualitas rendah Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain Pendetailan gambar yang rumit Informasi gambar yang kurang Kurang berkoordinasi dengan kontraktor & kurang berpengetahuan tentang konstruksi Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb. Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil Pembelian material yang tidak sesuai dengan spesifikasi Pemasok mengirim barang tidak sesuai dengan spesifikasi Kemasan kurang baik, menyebabkan terjadi kerusakan dalam perjalanan Material yang tidak dikemas dengan baik Material yang terkirim dalam keadaan tidak padat/ kurang Membuang atau melempar material Penanganan material yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran Untuk dimasukkan ke dalam gudang Penyimpanan material yang tidak benar menyebabkan kerusakan Kerusakan material akibat transportasi ke/di lokasi proyek Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga kerja Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik Cuaca yang buruk Kecelakaan pekerja di lapangan Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti Metode untuk menempatkan pondasi Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan Yang tidak sempurna Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat Disampaikan kepada kontraktor Kecerobohan dalam mencampur, mengolah dan kesalahan dalam Penggunaan material sehingga perlu diganti. Pengukuran di lapangan tidak akurat sehingga terjadi kelebihan volume Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi Kesalahan pada saat memotong material Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi kemasan Sisa material karena proses pemakaian Kehilangan akibat pencurian Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanaan Manajemen terhadap sisa material Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan,

21 7 dan diharapkan mendapatkan hasil yang lebih tinggi. Efisiensi juga dapat dikatakan sebagai ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan (Mulyamah 1987). Efisiensi sisa material ini dilakukan untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya dalam penggunaan material dalam proyek. Sisa material dalam konstruksi dapat dijadikan tolak ukur kesuksesan dari proyek konstruksi (Hartono et al. 2016). Faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih material yang akan digunakan dalam konstruksi hijau adalah bahan bangunan/produk yang dapat berkontribusi dalam efisiensi sumberdaya, efisiensi energi, konservasi air, kualitas udara dalam ruangan, dan affordability (Bahia et al. 2011). Faktor yang menjadi sumber terjadinya sisa material konstruksi, antara lain desain, pengadaan material, penanganan material, pelaksanaan, residul dan lain-lain (Gavilan dan Bemold 1994). METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017 hingga Juni 2017, dengan pengambilan data berupa data primer dan data sekunder. Penelitan ini berlokasi di proyek pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon jalan K.H Noer Alie No. 3A Pekayon Jaya, Bekasi Selatan. Kontaktor utama adalah PT. Pembangunan Perumahan Persero. Peta lokasi penelitian terlampir pada Gambar 1. Sumber : Imagery 2017 DigitalGlobe, Map data 2017 Google Gambar 1 Lokasi proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon,Bekasi

22 8 Alat dan Bahan Alat - alat yang digunakan pada penelitian ini berupa meteran, alat tulis, kamera, dan laptop. Program-program komputer yang digunakan yaitu Google Maps, autocad, serta Microsoft Office. Serta bahan yang digunakan adalah modul pedoman atau acuan Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI 2013), shop drawing bangunan, bill of quantity bangunan, daftar material bangunan, daftar supplier, metode pelaksanaan bangunan, dan data hasil wawancara. Prosedur Penelitian Tahapan penelitian ini dimulai dari observasi yang dilakukan di proyek pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi melalui pemantauan lapang keadaan proyek yang dilanjutkan dengan pencarian mengenai studi literatur yang terkait mengenai green construction. Setelah itu dilakukan pengambilan data berupa data primer dan data sekunder. Pengolahan data terbagi menjadi empat bagian, yaitu analisis sumber dan siklus material menggunakan perhitungan tolak ukur, perhitungan efisiensi sisa material, perhitungan carbon footprint, dan perbandingan material arsitektur bangunan. Gambar 2 adalah diagram alir penelitian. Studi Literatur Diawali dengan pencarian studi literatur berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pencarian studi mengenai green construction dengan aspek sumber dan sikus material akan lebih banyak melalui jurnal-jurnal dan laporan-laporan penelitian. Selain itu dengan mengambil literatur mengenai target aspek sumber dan siklus material yang diadaptasi oleh PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP), akan menjadi pembanding dengan kriteria yang disyaratkan oleh GBCI dalam greenship. Adapun literatur yang digunakan adalah buku dari Ervianto (2012). Pengambilan Data Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder, baik secara langsung atau tidak langsung. Pengambilan data primer berupa observasi mengenai bangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi, data enam kriteria sumber dan siklus material, dan wawancara. Untuk data sekunder yang digunakan berupa bill of quantity, daftar material, daftar supplier, shop drawing bangunan, dan metode pelaksanaan. 1. Data Primer Data primer atau pengambilan data secara langsung yang dilaksanakan pada penelitian ini berupa data observasi, data enam kriteria sumber dan siklus material, dan data melalui wawancara. Observasi yang dilakukan berupa pengamatan langsung dalam pengumpulan data. Pengamatan langsung ini dilakukan untuk mempelajari kriteria material yang digunakan saat pelaksanaan. Analisis mengenai material dan siklus penggunaannya akan dilakukan melalui observasi dengan melihat secara langsung bagaimana mekanisme saat

23 9 pelaksanaan. Adapun dokumentasi yang dilakukan dalam menegaskan pelaksanaan yang terjadi. Mulai Studi literatur Pengambilan Data Data Primer : -Observasi - Wawancara - Data 6 kriteria sumber dan siklus material (volume sisa material) Data Sekunder: -bill of quantity -daftar material -daftar supplier -shop drawing bangunan -metode pelaksanaan Pengolahan Data: -Tolak Ukur Sumber dan Siklus Material -Efisiensi Sisa Material -Carbon footprint -Perbandingan Material Arsitektur Bangunan Analisis dengan prinsip Greenship Aspek sumber dan Siklus material pada tahap pelaksanaan bangunan Analisis Kesesuaian Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi pada Aspek sumber dan Siklus material menggunakan prinsip Greenship untuk Gedung Baru versi 1.2 GBCI Sesuai Tidak Sesuai Rekomendasi perbaikan Selesai Gambar 2 Diagram alir penelitian

24 10 Data enam kriteria sumber dan siklus material ini digunakan dalam pengambilan volume sisa material yang ada dilapang. Wawancara dilakukan kepada beberapa pihak seperti bagian engineering, komersial, logistik, quality control/quality assurance, dan pekerja. Metode wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan pelaksanaan secara green construction dan konvensional. Selain itu, data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksaan dalam green construction ini didapatkan dengan cara wawancara agar sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui data kantor atau data kontraktor yang telah disetujui oleh PT. Pembangunan Perumahan untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dengan data yang digunakan berupa bill of quantity, daftar material, daftar supplier, shop drawing bangunan, dan metode pelaksanaan. Data bill of quantity digunakan pada perhitungan tolak ukur untuk greensip rating tools dengan mengambil data volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan bangunan. Jenis material dan kegunaan material bangunan yang dipakai dalam proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi didapatkan dari data daftar material dan daftar supplier dipakai untuk mengetahui produsen material yang digunakan. Shop drawing bangunan digunakan sebagai penentu tempat pengamatan dan sebagai acuan bangunan. Data metode pelaksanaan digunakan untuk mengetahui jenis pekerjaan yang dilakukan di proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dan tata cara pelaksanaan bangunan. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan melalui studi literatur, data primer, dan data sekunder dapat diolah dengan melakukan beberapa perhitungan dan analisis data. Pengolahan data yang dilakukan berupa perhitungan nilai tolak ukur untuk aspek sumber dan siklus material sesuai dengan persyaratan greenship versi 1.2 untuk bagunan baru (GBCI 2012), perhitungan efisiensi sisa material pekerjaan sebagai perhitungan penting dalam kriteria penggunaan gedung dan material serta kriteria material prafabrikasi dalam persyaratan greensip rating tools, perhitungan carbon footprint dalam menentukan jarak pengambilan barang material sebagai perhitungan penting pada kriteria material regional dalam persayaratan greenship, dan analisis perbandingan material arsitektural yang digunakan dalam pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi sebagai analisis penting untuk memperkuat kesesuaian kriteria material ramah lingkungan dalam prasyarat greenship. 1. Perhitungan Tolak Ukur Nilai tolak ukur dalam persyaratan greenship dari setiap aspek tergantung dari jenis kriteria yang dilaksanakan oleh suatu proyek pembangunan. Perhitungan dilakukan dengan persamaan (1) (GBCI 2013). ilai biaya kriteria O kriteria oq pekerjaan (1) Keterangan: TO = Tolak ukur

25 11 Boq = Bill of quantity pekerjaan (Rp) Bill of quantity yang digunakan didapatkan dari dokumen proyek saat persiapan pembangunan, dengan item pekerjaan mencangkup pekerjaan struktur dan pekerjaan arsitektur. Bill of quantity menjelaskan total biaya material yang digunakan dalam pembangunan proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Hasil yang akan didapatkan dalam perhitungan ini adalah nilai biaya material yang tepenuhi atau tidak terpenuhi dalam presentasi nilai biaya prasyarat greenship Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi untuk setiap kriteria pada aspek sumber dan siklus material. Presentase nilai tolak ukur dari setiap jenis kriteria berbeda-beda dan dapat dilihat pada Lampiran Refrigeran Fundamental (Fundamental Refrigerant) Refrigeran fundamental adalah kriteria prasyarat dalam sistem rating Greenship dengan tolak ukur tidak menggunakan chloro fluoro-carbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. Dengan tujuan penilaian untuk mencegah bahan dengan potensial merusak ozon yang tinggi. 1.2 Penggunaan kembali material dari gedung (Building And Material Reuse) Tolak ukur ini merupakan kriteria pertama dalam aspek sumber dan siklus material dengan menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material. Tujuan dalam penilaian ini untuk menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material. 1.3 Material Ramah Lingkungan (Environmentally Friendly Material) Kriteria yang kedua ini memiliki tujuan untuk mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material. Tolak ukur yang digunakan adalah menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila masih berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan. Selain itu menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total biaya material dan menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material. 1.4 Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage) Tolak ukur dalam kriteria yang ketiga ini adalah Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin gedung dengan tujuan menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian No.33/MIND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon, Tabel 3 adalah daftar jenis perusak ozon yang dilarang digunakan (DEPPERIN 2007).

26 12 Tabel 3 Daftar jenis perusak ozon yang dilarang digunakan No Nomor HS Zat Uraian Barang Kimia CC14 Karbon Tetraklorida (Carbon Tetrachloririda) (CTC) CH3CCI Trikloroetana (Trichloroethane MeNI) 3 (Methyl Chlorofor m/tca) CH3Br (Metil Turunan Flourinasi, Brominasi Atau Lodinasi Dari HC Asiklik (Flourinated Brominated Or Lodinated Derivativr Or Cyclic HC) Bromida) CFC-11 Trikloro Fluoro Metana (Trichioro Fluoro Methane) CFC-12 Dikloro Difluoro Metana (Dichloro Difluoro Methane) CFC-113 Trikloro Trifluoro Etana (Trichloro Trifluoro Ethane) CFC-114 Dikloro Tetra Fluoro Etana(Dichloro Tetra Fluoro Ethane) CFC-115 Kloro Pentafluoro Etana (Chloro Pentafluoro Ethane) CFC-13 Klorotrifluoro Metana (Chlorotrifluoro Methane) CFC-112 Tetrakloro Difluoro Etana(Tetrachlioro Difluoro Ethane) CFC-111 Pentakloro Difluoro Etana (Pentachloro Fluoro Ethane) CFC-217 Kloro Heptafluoro Propana (Chloro Heptafluoro Porpane) CFC-216 Dikloro Hexafluoro Propana (Dichloro Hexafluoro Propane) CFC-215 Trikloro Pentafluoro Propana (Trichloro Pentafluoro Propane) CFC-214 Tetrakloro Tertafluoro Propana (Tetrachloro Tetrafluoro Propane) CFC-213 Pentakloro Trifluoro Propana (Pentachloro Trifluoro Propane) CFC-212 Heksakloro Difluoro Propana (Hexachloro Difluoro Propane) CFC-211 Heptakloro Fluoro Propana (Heptachloro Fluoro Propane) Halon Bromo Klorodifluoro Metana (Bromo Chlorodifluoro Methane) Halon- Bromo Trifluoro Metana (Bromo Trifluoro Methane) Halon Dibromo Tetra Fluoro Etana (Dibromo Tetra Fluoro Ethane) R-500 Blended Antara CFC-12/HFC-152a R-502 Campuran Mengandung Turunan Perhalogenasi Dari HC Asiklik (Acrylic Hydrocarbons) Mengandung Dua Atu Lebih Halogens Berbeda: Mengandung HC Asiklik Perhalogenasi (Acylic Hydrocarbon Perhalogenated) Hanya Fluor (Fluorine) Dan Klor Chlorine Mengandung R-115/HFC-22 (Klorodifluoro Etana) Bahan perusak ozon (BPO) adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfer. BPO dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu chlorofluorocarbon (CFC), hydrochlorofluorocarbons (hfcs), halon, hydro-bromofluorocarbons (hbfcs), methyl chloroform, carbon tetrachloride dan methyl bromide. Jenis-jenis refrigeran dan nilai ODP tertera pada Tabel 4 (Komalasari et al. 2013).

27 13 Tabel 4 Jenis Refrigeran dan nilai ODP No Refrigeran Group Atmospheric ODP Life 1 R11 CFC R12 CFC R22 HCFC R134a HFC R404a HFC R410a HFC R507 HFC R290 HC <1 0 9 R600a HC < Kayu Bersertifikat (certified wood) Tujuan dalam kriteria ini adalah menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggung jawabkan asal-usulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Dengan tolak ukur menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/fako, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu. Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC). 1.6 Material Prafabrikasi (prefab material) Kriteria yang kelima ini memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi, dengan tolak ukur yang digunakan adalah desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material. 1.7 Material Regional (regional material) Tolak ukur kriteria yang ke-enam ini yaitu menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam radius km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material dan Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material. Tujuannya untuk mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 2. Perhitungan Efisiensi Sisa Material Nilai efisiensi sisa material pekerjaan merupakan perhitungan yang dipakai dalam kriteria penggunaan bangunan dan material serta kriteria material prafabrikasi pada greenship untuk aspek sumber dan siklus material, yang memiliki tujuan dasar untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. Penilaian ini dapat dilihat melalui sisa sampah material konstruksi pada saat pembangunan berlangsung. Bata ringan dan keramik memiliki sisa material terbesar saat pemantauan dilapang. Oleh karena itu dipakai dua bahan tersebut sebagai kriteria efisiensi dari segi arsitektur. Perhitungan efisiensi sisa material ini dapat menjadi acuan dalam penilaian

28 14 kesesuai proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi terhadap green construction. Perhitungan efisiensi material dapat dilihat pada rumus (2) (Tasnia 2007). fisiensi material olume sisa pekerjaan olume ebutuhan ekerjaan 1 (2) Keterangan: Efisiensi material = % (%) Volume sisa pekerjaana = meter, kilogram, dsb (m 2/3, kg, dsb) Volume kebutuhan pekerjaan = volume Boq pekerjaan (m 2/3, kg, dsb) Hasil yang didapatkan berupa presentase nilai efisiensi pada material. Hasil ini selanjutnya digunakan untuk perhitungan dalam menentukan biaya yang terbuang akibat sisa material, dengan persamaan (3) (Ahadi 2013). Hasil yang didapatkan adalah biaya material yang terbuang atau tersimpan dari sisa material yang dipakai dari pembangunan proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Biaya yang terbuang = Volume sisa pekerjaan Harga satuan pekerjaan (3) Keterangan: Biaya yang terbuang = kelebihan biaya yang dikeluarkan (Rp) Harga satuan pekerjaan = biaya pekerjaan (Rp/volume pekerjaan (kg, m, dsb) ) 3. Perhitungan Carbon Footprint Nilai carbon footprint merupakan perhitungan yang dipakai dalam kategori material regional untuk mencari nilai jejak karbon dari moda transportasi. Sesuai dengan tujuan dari kategori material regional yaitu, mengurangi jejak karbon. Perhitungan ini terpusat pada banyak nya emisi karbon dioksida pada transportasi darat dalam pengambilan barang atau bahan material untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi untuk satu kali ritasi. Asumsi nilai kemampuan mesin dari truck mixer untuk beton dan truk angkutan barang sebesar km/liter dengan bahan bakar solar, dengan faktor emisi dalam satuan emisi per unit energi yang dikonsumsi (kg GRK/TJ) diubah menjadi satuan emisi per liter yang dikonsumsi (kg GRK/liter) sebesar 2.45 kg CO 2.e/liter. Konsumsi bahan bakar yang dipakai dihitung dengan persamaan (4). onsumsi arak tempuh 1 ritasi emampuan esin jumlah hari (4) Keterangan: Konsumsi BB BB Jarak Tempuh Kemampuan Mesin Jumlah Hari = Banyaknya bahan bakar yang dibakar menurut jenis bahan bakar (liter/hari). = Jarak tempuh kendaraan (km) = Kemampuan mesin setiap jenis kendaraan (km/liter) = Banyak hari (hari)

29 15 Selanjutnya dapat dihitung nilai emisi yang dikeluarkan oleh setiap truk pengangkut bahan material menggunakan data jarak tempuh dengan konsumsi bahan bakar dari pengambilan material tersebut. misi onsumsi aktor misi (5) Keterangan: Faktor Emisi Emisi grk,bb = Faktor emisi GRK jenis tertentu menurut jenis bahan bakar (kg Gas/liter). = Emisi GRK jenis tertentu menurut jenis bahan (kg GRK). Hasil yang didapatkan dengan persamaan (5) berupa emisi dalam satuan kg GRK (KLH 2012). Hasil ini dapat digunakan dalam memperkirakan banyaknya emisi yang terbuang dari moda transportasi untuk pengambilan material bangunan. 4. Perbandingan Material Arsitektur Bangunan Material yang digunakan dalam pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dari segi arsitektur memiliki jenis yang beragam. Materialmaterial arsitektur yang digunakan pada proyek akan dibandingkan dengan material sejenis yang memiliki spesifikasi lingkungan. Hasil yang akan disajikan adalah kesesuaian material yang dipakai diproyek dengan spesifikasi lingkungan dan dampak yang diberikan. Analisis perbandingan material arsitektural ini sebagai analisis pendukung pada kriteria material ramah lingkungan aspek sumber dan siklus material untuk grenship. Dengan perbandingan ini akan terlihat beberapa material yang sesuai atau tidak dengan kajian green construction untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Analisis kesesuaian pada kriteria Aspek sumber dan Siklus material menggunakan Greenship Rating Tool untuk tahap pelaksanaan bangunan Sesuai dengan syarat green building pada greenship untuk bangunan baru versi 1.2 yang menyatakan bahwa pada aspek sumber dan siklus material memiliki tujuh kriteria. Persayaratan yang didapatkan dari Green Building Council Indonesia (GBCI) terkhusus pada bangunan hijau saat perencanaan desain dan penilaian akhir. Namun saat pelaksanaan belum memiliki kajian tersendiri. Oleh sebab itu dilakukan analisis kesesuaian untuk tahap pelaksanaan yang dikaji melalui greenship pada bangunan baru untuk green building. Menurut Ervianto (2012) bahwa pada aspek sumber dan siklus material kajian green construction memiliki potensi untuk diakomodasi. Untuk memperkuat pernyataan tersebut akan dilakukan analisis kriteria yang dapat diakomodasi sebagai kajian dalam green construction pada tahap pelaksanaan. Analisis ini menggunakan data studi literatur serta data observasi pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dengan kontraktor PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP) yang telah dinobatkan menjadi kontraktor hijau. Analisis kesesuaian pada tahap pelaksanaan ini mendapatkan hasil secara umum kriteria yang dapat dikaji dalam green construction aspek sumber dan siklus material greenship.

30 16 Analisis Kesesuaian Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi menggunakan Greenship Rating Tool Analisis kesesuaian pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi menggunakan syarat greenship bangunan baru untuk green building versi 1.2. Kriteria yang digunakan adalah kriteria refrigeran fundamental, kriteria penggunaan gedung dan material bekas, kriteria material ramah lingkungan, kriteria penggunaan refrigeran tanpa ODP, kriteria kayu bersertifikat, kriteria material prafabrikasi, dan kriteria material regional. Pengolahan data yang utama pada perhitungan tolak ukur, untuk perhitungan efisiensi sisa material pekerjaan, perhitungan carbon footprint, dan perbandingan material arsitektur bangunan akan menjadi perhitungan pendukung tehadap proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi untuk melengkapi pemenuhan syarat menjadi bangunan dengan tahapan pelaksanaan dengan kajian green construction. Analisis perbaikan Analisis perbaikan ini dilakukan setelah mendapatkan hasil dari kriteria yang sesuai dan tidak sesuai pada aspek sumber dan siklus material untuk greenship. Analisis yang diberikan berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat menjadi perbaikan pada tahap pelaksanaan pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Selain analisis perbaikan diberikan pula saran untuk proyek pembangunan Grand Kamala Lagoon, Bekasi agar bangunan dapat memenuhi syarat dalam kajian green constrution. HASIL DAN PEMBAHASAN Tolak Ukur Aspek Sumber dan Siklus Material Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dinobatkan menjadi bangunan hijau pada tahap Desain Recognition (DR), dengan konstuksi hijau pada tahap pelaksanaannya. Menurut GBCI (2013) terdapat 7 kriteria dalam aspek sumber dan siklus material yaitu refrigeran fundanmental, Penggunaan kembali material dari gedung, material ramah lingkungan, penggunaan refrigeran tanpa ODP, kayu bersertifikat, material prafabrikasi, dan material regional. PT. Pembangunan Perumahan Persero (PT. PP Persero) sebagai kontraktor pelaksana Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi memiliki target tersendiri dalam pelaksanaan kontruksi hijau untuk aspek sumber dan siklus material, yaitu penggunaan material lokal bekas bangunan lama dan atau tempat lain untuk mengurangi pemakaian material baru dengan penggunaan temporary facility (long life cycle) dan pemanfaatan material bekas bongkaran lama. Pelaksanaan proses produksi yang ramah lingkungan dengan melaksanakan pekerjaan dengan prefabrikasi, menggunakan material daur ulang, menggunakan material kayu yang bersertifikat legal, dan menggunakan material lokal dengan jarak tidak lebih dari 800 km. Kedua kriteria untuk aspek sumber dan siklus material dari GBCI dan PT.PP tersebut menjadi acuan dalam analisis sumber dan siklus material untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi.

31 17 Refrigeran Fundamental Refrigeran fundamental (fundamental refrigerant) merupakan kriteria prasyarat pada greenship GBCI untuk aspek sumber dan siklus material. Kriteria ini dapat terpenuhi apabila bangunan tidak menggunakan clorofluoro carbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran (GBCI 2012). Berdasarkan pernyataan yang tertera pada dokumen kontrak bahwa proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dengan kontraktor PT. Pembangunan Perumahan (PT. PP) telah menyetujui melaksanakan pembangunan berstandar green building pada tahap desain recognition untuk aspek sumber dan siklus material terbukti dalam pernyataan dokumen kontrak proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi pada Lampiran 5. Syarat ini dipertegas dengan pernyataan dalam spesifikasi AC untuk Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi bebas ODP. Pemakaian refrigeran fundamental dapat diketahui melalui dokumen awal, dokumen kontrak, atau spesifikasi teknis pembangunan, oleh karena itu kriteria ini akan lebih tepat digunakan dalam tahap perencanaan suatu pembangunan. Penggunaan Kembali Material dari Gedung Penggunaan kembali material dari gedung (building and material reuse) merupakan kriteria pada greenship GBCI dalam menggunakan material bekas dan mengurangi limbah pada pembuangan akhir serta memperpanjang usia pemakaian suatu bahan material. Target dari PT. PP memiliki pengertian yang sama yaitu menggunakan material lokal bekas bangunan lama dan atau tempat lain untuk mengurangi pemakaian material baru. Pengambilan data wawancara dilaksanakan untuk memperkuat pernyataan penggunaan kembali material dari gedung, menurut respoden staff engineering bahwa penggunaan bata ringan (hebel) dapat digunakan kembali. Sisa bata ringan (hebel) dapat digunakan sebagai urugan dan tanggulan kamar mandi pada setiap unit kamar (Gambar 3). Gambar 3 Sisa material bata ringan atau hebel Karung bekas semen dapat dipakai untuk menaruh sampah-sampah konstruksi yang sudah tidak dapat digunakan kembali, dan sebagai tempat untuk membawa sampah konstruksi ke tempat pembuangan sampah (TPS) pada lantai dasar (Gambar 4). Beberapa pekerja (tukang) menyatakan bahwa material

32 18 keramik dapat digunakan kembali apabila masih layak atau bagus. Sisa material yang tidak dapat dipakai kembali akan langsung dibuang pada tempat pembuangan akhir (TPA) proyek, karena PT. PP telah memiliki standar tersendiri mengenai material yang akan dipakai. Gambar 4 merupakan sisa material yang sudah tidak dapat digunakan kembali. Gambar 4 Sampah konstruksi dan sisa material siku besi Dalam menilai kesesuaian untuk kriteria penggunaan kembali material dari gedung ini menggunakan syarat dalam greenship dengan tolak ukur sebesar 10 % atau 20 % penggunaan kembali material bekas bangunan lama atau tempat lain dari total biaya material. Hasil yang didapatkan bahwa proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi belum memenuhi syarat penggunaan kembali material dari gedung atas presentasi biaya material. Namun apabila dilihat melalui tujuan dalam krieteria ini yaitu penggunaan kembali material bekas, proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon telah berupaya melaksanakan kegiatan untuk mengurangi limbah dengan cara penggunaan material yang masih dapat digunakan. Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan penggunaan kembali oleh pengepul yang telah bekerjasama dengan PT. PP pada proyek Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Tahap pelaksanaan kriteria penggunaan kembali material dari gedung ini dapat dikatakan sesuai dengan green construction. Material ramah lingkungan Material ramah lingkungan (environtmentally friendly material) merupakan kriteria aspek sumber dan siklus material pada greenship dan salah satu target yang disyaratkan dalam green construction oleh PT.PP. Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon dalam data supplier yang diberikan, menyatakan bahwa ada dua material bangunan dengan 3 supplier yang melaksanakan persyaratan lingkungan dalam pembuatan produk material. Tiga supplier ini adalah PT. Jakarta Cakra Tunggal dan PT. Delcon Prima Pacific untuk material besi beton, dan PT Adimix Precast untuk material beton. PT Jakarta Cakra Tunggal dan PT Delcon Prima Pacific telah menyatakan melalui sertifikat yang diberikan kepada PT. PP bahwa telah melaksanakan ISO 14001:2004 mengenai sistem manajemen lingkungan. Sertifikat tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2, 3, dan 4. PT Adimix Precast menyatakan bahwa beton yang digunakan ramah lingkungan. Namun sampai saat ini PT. Adimix Precast belum memberikan sertifikat ISO 14001:2004 atau sertifikat yang menyatakan bahwa PT Adimix Precast menggunakan material ramah lingkungan.

33 19 Oleh sebab itu dalam perhitungan tolak ukur yang disyaratkan oleh greenship, untuk material beton dari PT Adimix Precast tidak diikutsertakan. Persyaratan greenship dan perhitungan untuk tolak ukur material ramah lingkungan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil perhitungan tolak ukur kriteria material ramah lingkungan Analisis Aspek Standar Presentase Perhitungan (Juta Rp) Keterangan dari total biaya material Seharusnya Aktual Material Ramah 30 % 55, Tidak Sesuai Lingkungan (1) Material Ramah 5 % 9, Tidak Sesuai Lingkungan (2) Material Ramah 2 % 6,392 - Tidak Sesuai Lingkungan (3) Syarat 1 mendapatkan nilai biaya material sebesar Rp824,509,296 artinya proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi belum memenuhi syarat greenship sebesar 30% dari total biaya material dalam penggunaan material ramah lingkungan yang bersertifikat manajemen lingkungan. Syarat kedua mendapatkan nilai biaya material sebesar Rp549,672,864 oleh PT. Jakarta Cakra tunggal yang memberikan pernyataan dalam pelaksanaan proses daur ulang. Namun nilai tersebut belum memenuhi persyaratan greenship sebesar 5% untuk material yang menggunakan proses daur ulang. Syarat ketiga tidak dilaksanakan karena kedua perusahaan tersebut tidak memberikan pernyataan dalam penggunaan bahan baku yang berasal dari sumber daya terbarukan. Hasil yang didapatkan dari kriteria material ramah lingkungan adalah PT. PP untuk Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi telah menggunakan materialmaterial ramah lingkungan pada tahap pelaksanaannya, namun masih belum memenuhi syarat dari greenship. Pada tahap pelaksanaan dibutuhkan material ramah lingkungan untuk mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material seperti yang disebutkan pada tujuan dari kriteria material ramah lingkungan. Oleh karena itu kriteria material ramah lingkungan dapat dikatakan sesuai untuk kajian green construction namun penggunaannya belum terpenuhi pada pelaksanaan proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Rekomendasi pada kriteria material ramah lingkungan berkisar kepada jenis material yang memiliki dampak lingkungan yang kecil, seperti penggunaan semen yang terbuat dari kapur yang dapat memberikan kualitas udara yang baik dengan menyerap karbon dan memancarkan oksigen di atmosfir, pembuatan kapur ini menggunakan sedikit energi dibandingkan dengan produksi semen sehingga dapat mengurangi karbon emisi di udara (Mokal et al. 2015). Selain itu penggunaan cat dan keramik yang ramah lingkungan yaitu cat natural paint (Woolley et al.1997) dan eco friendly tiles (Mokal et al. 2015). Penggunaan Refrigeran tanpa ODP Penggunaan refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage ) merupakan kriteria pada aspek sumber dan siklus material oleh greenship yang bertujuan untuk tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem pendingin gedung. Data

34 20 yang digunakan berupa spesifikasi teknis untuk penggunaan AC pada Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi yaitu AC digunakan pada area gedung kantor dan lobby. Penggunaan AC untuk unit hunian kamar tergantung dari pengguna. Berdasarkan spesifikasi teknis tersebut, dinyatakan bahwa sistem instalasi harus sesuai dengan standar internasional maupun nasional seperti ARI, ASHRAE, SMACNA, ASTM, NFPA, AMCA, ASME dengan senantiasa mengutamakan peraturan/standar/persyaratan nasional. Produk yang digunakan untuk AC didapatkan dari MIDEA, Daikin, dan Toshiba. Produk AC dari Daikin menggunakan refrigeran tipe R32 dan R410A, sedangkan untuk produk dari Toshiba menggunakan refrigeran tipe R410A, untuk produk AC dari Midea tidak ditemukan spesifikasinya. Produk dari Daikin dan Toshiba menggunakan refrigeran dengan ozone depleting potential (ODP) atau potensi perusak ozon sebesar 0 pada tipe refrigeran R32 dan R410A. Menurut spesifikasi teknik pada Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dikatakan bahwa apabila nanti selama proyek berjalan, kondisi material yang disebutkan pada tabel material tak dapat diadakan oleh Pemborong yang diakibatkan oleh sesuatu alasan kuat yang dapat diterima Pemilik, Direksi, Pengawas dan Perencana maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada pemborong. Kriteria penggunaan refrigeran tanpa ODP pada aspek sumber dan siklus material dapat dikatakan sesuai atau memenuhi syarat dalam greenship untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon. Karena pada kriteria ini proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi merancang MV AC (Mechanical Ventilation And Air Conditioning) yang bebas tanpa ODP, kriteria penggunaan refrigeran tanpa ODP sudah sesuai dengan perencanaan green building, namun tidak sesuai pada peaksanaan green construction. Untuk mencegah polusi suatu bangunan hijau sebaiknya tidak menggunakan air connditioner (AC). Suatu bangunan bertingkat seperti apartemen sebaiknya menggunakan AC, secara hibrid dan penggunaan AC dengan tanpa ODP adalah saran terbaik. Pemilihan saat penggunaan AC butuh dilakukan, salah satu caranya adalah dengan mengecek tipe refrigeran yang digunakan. Tipe refrigeran yang baik atau tanpa ODP seperti tipe R134A, R404A, R410A, dan R32. Produk dipasaran saat ini banyak menggunakan tipe refrigeran R410A dan R32 yang memiliki nilai ODP sebesar nol. Kayu Bersertifikat Kriteria kayu bersertifikat (certified wood) merupakan salah satu kriteria pada aspek sumber dan siklus material dengan tujuan untuk menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggung jawabkan asal-usulnya dalam melindungi kelestarian hutan. Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi tidak banyak menggunakan material kayu dalam konstruksinya. Oleh karena itu data yang dibutuhkan dalam menilai kesesuaian ini tidak dapat dilaksanakan. Kriteria kayu bersertifikat pada aspek sumber dan siklus material dibutuhkan pada kajian green construction tahap pelaksanaan apabila suatu proyek pembangunan menggunakan material kayu dalam konstruksinya. Apabila dalam pelaksanaannya menggunakan kayu dalam konstruksi harus menyertakan sertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu.

35 21 Gambar 5 Penggunaan bekisting baja pada kolom bangunan Material Prafabrikasi Material prafabrikasi (prefab material) merupakan kriteria yang memiliki tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. Pelaksanaan prafabrikasi pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi berada pada jarak kurang dari 500 meter dari proyek pembangunan. Observasi dilaksanakan untuk melihat pabrikasi yang dilaksanakan pada proyek pembangunan. Pelaksanaan material dan pekerjaan pabrikasi dalam lingkup proyek, yaitu batching plant beton oleh PT. PP peralatan konstruksi, dan pekerjaan precast plat lantai dan tangga. Tabel 6 adalah nilai perhitungan untuk material prafabrikasi. Tabel 6 Perhitungan material prafabrikasi No Pekerjaan Prafabrikasi Biaya Material Jumlah Biaya (Juta Rp) Material (Juta Rp) 1 Pekerjaan Beton - Struktur Basement 51,167 - Struktur Podium 27, ,060 - Struktur Apartement 91,776 2 Pekerjaan Plat Tangga dan Lantai Total Biaya Material 200,736 Keterangan Batching Plant Beton 30,676 30,676 Prafabrikasi 30 % Total Biaya Material 73,191 Terpenuhi Nilai biaya material yang didapatkan pada kriteria material prafabrikasi sebesar Rp73,191,503,464 dan nilai tersebut telah memenuhi 30% dari total biaya material sebesar Rp51,864,405,476 yang disyaratkan greenship GBCI. Gambar 6 adalah lokasi batching plant dan pabrikasi precast untuk plat lantai dan tangga Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Berdasarkan nilai tersebut kriteria material prafabrikasi aspek sumber dan siklus material pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dinyatakan sudah sesuai dengan nilai biaya material. Penilaian dalam green construction untuk kriteria material prafabrikasi dibutuhkan, karena pelaksanaan material prafabrikasi dapat memperpendek jarak

36 22 pengambilan material, mengingkatkan efisiensi dalam konstruksi, mudah dalam pemantauan, mengurangi polusi CO 2, dan mengurangi jejak karbon. Gambar 6 Lokasi batching plant dan pabrikasi precast plat lantai dan tangga Material Regional Material regional (regional material) adalah kriteria terakhir pada aspek sumber dan siklus material. Tujuan pelaksanaan kriteria ini adalah untuk mengurangi jejak karbon dari moda transportasi dalam distribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negri. PT. PP menargetkan dalam green construction akan menggunakan material lokal dengan jarak tidak lebih dari 800 km. Data yang dibutuhkan dalam menilai kesesuaian kriteria ini adalah data supplier dengan jarak yang diketahui dalam pengambilan material bangunan. Persyaratan greenship dan perhitungan untuk tolak ukur material regional dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Persyaratan greenship dan perhitungan untuk tolak ukur material regional Standar Presentase Perhitungan (Juta Rp) Kriteria Tolak Ukur dari total biaya material Seharusnya Aktual Material Regional (1) 50% 159, ,590 Material Regional (2) 80% 255, ,590 Syarat 1 dan 2 mendapatkan biaya material sebesar Rp319,590,509,131 artinya proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi telah memenuhi syarat greenship dengan pengambilan bahan baku utama dalam radius 1000 km bernilai 50% biaya material dan pengambilan bahan baku utama berada dalam wilayah Republik Indonesia sebesar 80%. Pengambilan material bangunan juga memenuhi target dari PT. PP dengan jarak pengambilan kurang dari 800 km. Jarak terjauh para supplier dari 44 perusahaan material untuk pengambilan material, sejauh 61.1 km oleh PT Niro Ceramics Sales untuk material HT Niro Granite dan PT Jaya Mulia Perkasa untuk material semen instan. Kebijakan pengambilan material untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dari jarak terdekat, seperti yang dilakukan PT Adimix Precast. Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi mengambil beton dari PT Adimix Precast di daerah Cakung. Tidak hanya untuk mempersingkat waktu, namun untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan dalam pengambilan material.

37 23 Oleh karena itu PT. PP pada pelaksanaan proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi telah melaksanakan kriteria material regional pada aspek sumber dan siklus material sudah sesuai dengan persyaratan greenship dan target yang telah ditetapkan oleh PT. PP. Kajian green construction pada kriteria material regional juga dapat dikatakan sesuai, karena pada pelaksanaannya telah mengurangi jejak karbon dan efisiensi penggunaan bahan bakar yang akan sangat berpengaruh terhadap lingkungan. Berdasarkan analisis untuk aspek sumber dan siklus material mendapatkan kriteria penggunaan kembali material dari gedung, kriteria material ramah lingkungan, kriteria kayu bersertifikat, kriteria material prafabrikasi, dan kriteria material regional memiliki potensi untuk diakomodasi dalam kajian green construction. Menurut Ervianto (2012) untuk aspek sumber dan siklus material kriteria yang dapat diakomodasi dalam segi green construction adalah kriteria penggunaan kembali gedung dan material bekas atau Penggunaan kembali material dari gedung, produk yang pembuatannya ramah lingkungan atau kriteria material ramah lingkungan, penggunaan bahan yang tidak mengandung ozone depleting potential, kayu bersertifikat, dan material yang tersedia dari tempat yang berdekatan atau material regional (Ervianto 2012). Menurut Abduh dan Fauzi (2012) kriteria yang dapat dijadikan kajian dalam tahap pelaksanaan atau proses konstruksi adalah kriteria penggunaan gedung dan material bekas, kriteria material ramah lingkungan, dan kriteria material regional. PT. PP untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dalam melaksanakan green construction aspek sumber dan siklus material tidak lepas dari siklus material setelah digunakan. Adanya penggunaan kembali bahan material dan pembuangan material yang tepat akan mempengaruhi lingkungan disekitar proyek pembangunan. Salah satu bentuk tanggung jawab PT. PP dalam green construction dapat dilihat melalui tempat pemilahan sampah pada proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi Gambar 7. Gambar 7 Sampah sisa material dan tempat sampah Penggunaan tempat sampah ini belum maksimal karena sisa material konstruksi dilapang memiliki jumlah yang banyak, sehingga tempat pemilahan sampah yang diberikan tidak mencukupi kapasitas sisa material atau sampah konstruksi sesuai pada Gambar 7. Hal ini menjadi sorotan bahwa tempat pemilahan sampah seharusnya disesuaikan dengan sisa material konstruksi, tidak hanya sebagai syarat dalam green construction untuk menaruh tempat pemilahan sampah. Dengan demikian proyek Apartemen Grand Kamala lagoon telah dikatakan sesuai atau memenuhi syarat dalam melaksanakan pembangunan

38 24 dengan pelaksanaan green construction,namun masih diperlukan pengajian ulang terhadap kriteria yang tepat dalam tahap pelaksanaan dan melakukan green behaviour and practice untuk setiap perilaku individu pelaksana konstruksi dilapang (Abduh dan Fauzi 2012). Efisiensi Sisa Material Perhitungan efisiensi sisa material merupakan perhitungan pendukung yang dilaksanakan untuk memperkuat analisis terhadap kriteria Penggunaan kembali material dari gedung serta material ramah lingkungan. Agar dapat hidup secara berkelanjutan, manusia harus menggunakan produk esensial dan proses alamiah tidak lebih cepat daripada yang dapat diperbaharui, serta menghasilkan sampah tidak lebih cepat daripada yang dapat diserap oleh alam (Dapas 2015). Sesuai dengan pernyataan berikut maka dilakukan perhitungan untuk menghitung efisiensi sisa material dilapang. Jenis pekerjaan dari efisiensi material ini adalah pekerjaan pemasangan dinding hebel dan keramik lantai. Pemilihan jenis pekerjaan ini didasari oleh banyaknya sisa material dilapang. Dalam perhitungan nilai efisiensi material dari kedua pekerjaan tersebut dibutuhkan sampel sisa material dilapang atau volume sisa material dilapang. Pengambilan sampel material dilapang dilakukan pada lantai 23 dan 24 untuk Tower 1 Apartemen Emerald Grand Kamala Lagoon, Bekasi, dapat dilihat pada Lampiran 7 dengan perhitungan sesuai Tabel 8. No 1 2 Jenis Pekerjaan Dinding Hebel Keramik Lantai Tabel 8 Perhitungan efisiensi material Sisa Efisiensi Kebutuhan (m 2 Pemakaian ) Aktual (m 2 (m 2 ) (%) ) Biaya yang Terbuang (Rp) , ,320,258 Sisa pemakaian untuk material bata hebel mendapatkan nilai volume sebesar 4.03 m 2 dan untuk material keramik lantai mendapatkan volume sisa material sebesar 8.41 m 2. Kebutuhan pemakaian dinding hebel untuk Tower 1 Apartemen Emerald sebesar 1290 m 2 dan kebutuhan untuk material keramik lantai sebesar m 2. Presentase material yang terbuang sebesar -0.31% untuk bata hebel nilai perhitungan tersebut merupakan nilai setelah sisa material bata hebel digunakan sebagai tanggulan kamar mandi dan -1.57% untuk material keramik lantai. Biaya material yang dapat terbuang untuk satu lantai pada satu tower dapat mencapai biaya sebesar Rp513,028 untuk material bata hebel dan Rp1,320,258 untuk material keramik lantai. Adanya pemakaian kembali dari bata hebel untuk dijadikan tanggulan kamar mandi telah mengurangi volume sisa material dilapang. Untuk tanggulan kamar mandi pada satu tower di satu lantai hunian dibutuhkan kurang lebih 6.34 m 2 dengan tinggi 10 cm. Penggunaan kembali batu bata yang telah dihancurkan menjadi tanggulan atau urugan dapat menggantikan material alami seperti pasir dan beban terhadap

39 25 lingkungan akibat sisa konstruksi ini akan berkurang (Devia et al. 2010). Perhitungan efisiensi sisa material pada Tower 2 sudah tidak dapat dilaksanakan karena bangunan Apartemen Emerald Grand Kamala Lagoon, Bekasi sudah mencapai tahap finishing akhir dengan kedua bahan material tersebut sudah tidak memiliki sisa material. Pernyataan bahwa material bata hebel digunakan kembali untuk menjadi tanggulan kamar mandi memperkuat pernyataan dalam kriteria Penggunaan kembali material dari gedung. Selain melaksanakan penggunaan material bata hebel kembali (reuse) dapat dilakukan minimalisir sisa material bata hebel dengan meningkatkan sistem pengontrolan, mengurangi jumlah stok, merencanakan operasi pemotongan bata, dan mengkoordinasikan model dalam desain (Farmoso et al. 2002). Dapat disimpulkan PT. PP untuk Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi telah melaksanakan beberapa kegiatan efisiensi sisa material dalam penerapan green constuction pada aspek sumber dan siklus material. Carbon Footprint Perhitungan carbon footprint merupakan perhitungan pendukung dalam analisis kesesuaian kajian green construction untuk aspek sumber dan siklus material kriteria material regional pada greenship. Tujuan dari kriteria material regional yaitu untuk mencari nilai jejak karbon dari moda transportasi bergerak. Data yang digunakan dalam perhitungan carbon footprint ini adalah data jarak pengambilan material dan supplier barang material. Jarak yang digunakan adalah jarak awal pengambilan material hingga proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Asumsi pemakaian bahan bakar solar dengan kemampuan mesin untuk mobil sebesar km/liter. Nilai emisi yang didapatkan setelah dikonversi sebesar 2.45 kg CO 2.e/liter untuk bahan bakar solar, diasumsikan untuk pengambilan barang material selama satu minggu untuk satu kali ritasi dengan jumlah kendaraan sebanyak satu. Hasil dari perhitungan menghasilkan nilai konsumsi bahan bakar untuk setiap jarak tempuh mobil atau truk dan emisi total per hari. Hasil perhitungan carbon footprint moda transportasi selengkapnya untuk setiap jarak pengambilan material disajikan pada lampiran 6. Jarak terjauh ditempuh untuk mendatangkan material bata ringan oleh PT. Super Bata Ringan dengan jarak pengambilan sejauh 90.6 km dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang dihabiskan sebanyak liter dan emisi yang dibuang sebesar kg CO 2.e/hari. Material beton oleh PT. PP Peralatan Konstruksi mendapatkan nilai terkecil dengan jarak pengambilan material sejauh 0.43 km, hal ini dikarenakan bacthing plant beton berada dalam wilayah proyek. Berdasarkan perhitungan tersebut bahwa PT PP untuk proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi telah sesuai dengan persyaratan dari greenship dan target yang disyaratkan oleh PT. PP dengan pengambilan material kurang dari 1000 km dan 800 km. Namun dari segi pengeluaran emisi gas buang, semakin sedikit emisi yang dikeluarkan akan semakin sedikit dampak yang akan diberikan kepada lingkungan. Setiap tahunnya pohon yang tumbuh besar mengkonsumsi CO 2 sekitar 12 kg dan mengeluarkan cukup oksigen yang dapat menunjang kebutuhn bernapas untuk 4 keluarga (Astra 2010). Dari satu kali pengambilan material bata ringan oleh PT Super Bata Ringan yang terletak di Serang Banten ini dapat

40 26 memenuhi oksigen untuk 4 hingga 5 keluarga setiap tahunnya. Namun penebangan hutan dan meningkatnya produksi CO 2 dalam beberapa dekade terakhir mengganggu keseimbangan ini (Astra 2010). Hal ini menyebabkan tidak adanya atau sedikitnya pohon yang menyerap CO 2 dari emisi bahan bakar. Gambar 8 Batching plant beton Ketidakseimbangan antara CO 2 yang masuk ke pohon dengan CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan membuat CO 2 yang ada dilingkungan naik dan menyebabkan pemanasan global. Saran yang paling mudah adalah mencari material yang berada dalam lingkup daerah proyek untuk emisi CO 2 yang terbuang. Perbandingan Material Arsitektur Bangunan Perbandingan material arsitektur bangunan sebagai analisis penting dalam menilai kesesuaian Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi terhadap kriteria material ramah lingkungan aspek sumber dan siklus material. Penggunaan bahan material bangunan yang baik akan mempengaruhi bangunan pada saat pemakaian. Pemilihan jenis material yang tepat akan berdampak lingkungan pada keberlangsungan bangunan itu sendiri. Salah satu bahan material yang memiliki andil yang cukup besar terhadap lingkungan adalah cat, menurut GBCI (2012) bangunan hijau setidaknya menggunakan produk cat yang beremisi volatile organic compound (VOC) rendah. Untuk mengidentifikasi Bangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon berprinsip green construction, maka bahan material cat yang dipakai harus ramah terhadap lingkungan atau minimal menggunakan emisi VOC yang rendah. Diketahui dari daftar material yang digunakan oleh proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, jenis cat yang digunakan adalah wather shield paint, enamel paint, dan acrylic paint. Penggunaan bahan cat yang pertama adalah acrylic paint, bahan ini banyak digunakan hampir disetiap sudut ruangan. Tabel 9 adalah spesifikasi penggunaan cat acrylic. Apabila cat acrylic digunakan memiliki dampak baik hingga buruk, dari segi toxisisitas diduga bahan ini memiliki karsinogen yang menyebabkan susah bernafas. Selain dampak terhadap manusia juga terhadap lingkungan, dari segi recycle/reuse atau disposal bahwa sisa cat ini harus diberlakukan sebagai sisa bahan kimia yang dapat menyebabkan polusi.

41 27 Tabel 9 Spesifikasi penggunaan cat acrylic No Kriteria Nilai Keterangan 1 Energy/use 2 Dapat berasal dari petrochemical atau sumber alternativ 2 Kegunaan 3, 2 Produk ini memiliki biodegrabilitas yang rendah sumberdaya (Bio) dan kegunaan sumberdaya Non Bio 3 Global warming, 2, 3, Diduga memiliki karsinogen yang menyebabkan Penipisan ozon, 2, 3, susah bernapas, memiliki 40-50% organik solven Racun, Hujan asam, 5 hidrokarbon daya tahan 4 Recycle/reuse/ 2 Sisa cat harus diperlakukan sebagai sisa bahan disposal kimia yang dapat menyebabkan polusi. 5 Kesehatan 3 Aditif, termasuk solvent/vocs menyebabkan susah nafas, pusing, bau yang sangat khas Menurut Woolley et al. (1997) kriteria penilaian untuk spesifikasi material arsitektur adalah: 1 Terburuk atau menyebabkan dampak terbesar 2 Dampak yang besar 3 Dampak yang sedikit 4 Dampak yang kecil namun dampaknya signiikan 5 Tidak ada dampak 6 Dampak positif Selain bahan cat acrylic adapun bahan cat enamel paint yang memiliki kadar timbal yang tinggi menurut IPEN (2013) dan memiliki dampak yang besar terhadap anak-anak. Cat weather shield paint digunakan diluar ruangan seperti balkon yang terkena dengan udara luar, cat ini terbuat dari cat acrylic yang dengan kata lain memiliki dampak yang sama dengan cat acrylic paint. Selain bahan material cat adapun material lainnya yaitu keramik, dengan jenis bahan keramik yang dipakai adalah ceramic tiles dan homogeneous tiles. Jenis bahan material keramik ini hampir menyerupai dari segi penampilan namun dari segi kekuatan dan pembuatannya sedikit berbeda. Ceramic tiles memiliki spesifikasi untuk bahan material (Woolley et al. 1997) dapat dilihat pada Tabel 10. Pembuatan material ini membutuhkan energi yang besar dalam pengolahan bahan bahannya. Selain itu ceramic tiles juga menggunakan proses pembakaran dalam pembuatannya. Ceramic tiles sendiri menggunakan proses pembakaran dengan suhu yang lebih kecil dibandingkan homogeneous tiles. Dengan demikian dari segi energi meskipun keduanya termasuk kategori yang buruk atau memiliki dampak yang besar, homogenous tile cenderung akan lebih berdampak dari pada ceramic tiles. Bahan yang digunakan dalam ceramic tiles juga berbahaya karena non-biodegradable. Dari segi kesehatan dapat terkena floride poison artheritics, dermatitis, birth defect, dan inducts genetic damage. Ceramic tiles memiliki daya tahan yang lama dan dapat didaur ulang menjadi pengisi pondasi (Woolley et al. 1997).

42 28 Tabel 10 Spesifikasi penggunaan Ceramic Tiles No Kriteria Nilai Keterangan 1 Energy/use, Kegunaan sumberdaya (bio), Kegunaan sumberdaya non bio, Global warming, Penipisan ozon 1, 3, 1, 2, 5 Membutuhkan energi yang besar untuk pengolahan bahan, pembuatannya menggunakan energi yang sangat besar 2 Racun, Hujan asam 3, 2 Untuk produk dengan sodium florides sangat berbahaya karena non-biodigradable dan racun yang berkumulatif 3 Daya tahan 6 Daya tahan yang tinggi dengan ketergantungan yang rendah terhadap adhesive waste 4 Recycle/reuse/ 6 Dapat di daur ulang disposal 5 Kesehatan 5 Terpapar : floride poison artheritics, dermatitis, birth defect, inducts genetic damage Penggunaan material cat akan lebih baik apabila menggunakan natural paint, karena pada jenis cat ini memiliki dampak lingkungan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan jenis cat yang lain. Tabel 11 adalah spesifikasi penggunaan dari cat natural paint. Tabel 11 Spesifikasi penggunaan natural paint No Kriteria Nilai Keterangan 1 Energy/use 4 Tidak resin dan solven, dengan sumberdaya terbarukan yang ekstraksinya membutuhkan energi yang sedikit 2 Kegunaan sumberdaya 5, 4 Bebas dari resin (bio), Kegunaan sumberdaya non bio 3 Global warming, 4, 4, 5 Tidak solven karena berasal dari minyak kulit Penipisan ozon, Racun 4 Hujan asam, Daya tahan, Recycle/reuse/disposal jeruk, pinus dan permen karet. 5, 5, 4 Dapat dikompos dan mudah dalam biodegradasi 5 Kesehatan 4 Ekstraksi tersebut memiliki bau yang kuat dan menjadikannya masalah untuk orang yang sensitif. Natural paint juga masih memiliki kadar VOC namun sedikit racun. Beberapa cat dinding dan dasar telah mendapatkan sertifikat lingkungan untuk produknya, seperti produk dari Dulux dengan dulux alcaly resisting primer dan cat dinding eco emulsion acrylic emulsion paint ee 4010 oleh PT. Propan Raya (Hendarsih 2017). Selain itu juga penggunaan eco-friendly tiles untuk ubin menggantikan keramik karena menggunakan energi yang sedikit dalam proses pembuatannya, dan terbuat dari bahan material lokal (Mokal et al. 2015).

43 29 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, 1. Kriteria pada aspek sumber dan siklus material menggunakan sistem rating tools greenship oleh GBCI yang sesuai dengan kajian green construction pada tahapan pelaksanaan antara lain kriteria penggunaan kembali material dari gedung, material ramah lingkungan, kayu bersertifikat, material prafabrikasi, dan penggunaan material regional. 2. Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip green construction dengan 4 kriteria yang telah terpenuhi yaitu kriteria refrigeran fundamental, kriteria refrigeran tanpa ODP, kriteria material prafabrikasi dengan biaya yang telah sesuai sebesar Rp73,191,503,464, dan kriteria material regional dengan biaya yang telah sesuai sebesar Rp319,590,509, Rekomendasi untuk pelaksanaan proyek pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi antara lain adalah: - Kriteria Penggunaan Kembali Material dari Gedung dengan Penggunaan kembali oleh pengepul yang telah bekerjasama dengan PT. PP pada proyek Grand Kamala Lagoon, Bekasi. - Kriteria material ramah lingkungan dapat menggunakan semen dengan bahan kapur, ubin dengan eco-friendly tiles, dan cat yang memiliki bahan dasar natural paint. - Kriteria refrigeran tanpa ODP dengan merancang penggunaan AC yang memiliki refrigeran tipe R134A, R404A, R410A, dan R32. - Kriteria material regional dengan pengambilan barang atau material dengan jarak seminimal mungkin dan se-efisien mungkin Saran Diharapkan penelitian lebih lanjut terhadap aspek lain pada pelaksanaan konstruksi di proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi. Dibutuhkan penetapan kriteria mengenai sistem penilaian yang berfokus pada proses pelaksanaan konstruksi yang ramah lingkungan selain penilaian terhadap desain recognition dan final assesment. DAFTAR PUSTAKA Abduh M, Fauzi RT Konstribusi konstruksi hijau pada penciptaan gedung yang ramah lingkungan. Prosiding (seminar konsep green building dan bangunan tahan gempa di Indonesia). Jakarta(ID): HAKI.

44 30 Ahadi Cara Menghitung Kebutuhan Material Bangunan [Internet]. (diunduh 2017 Juni 16). Tersedia pada : Asadwidya M, Putri YE, Utomo C Analisis kriteria penerapan green construction pada proyek konstruksi di Surabaya [makalah tugas akhir]. Surabaya (ID): ITS. Astra IM Energi dan dampaknya terhadap lingkungan. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 11(2): Bahia R, Khaled B, Youcef G Study of calcinedalloysite clay as pozzolanic material and its potential use in mortars. International Journal of the Physical Sciences. 7(31): Bossink BAG, Brouwers HJH Construction waste: quantification and source evaluation. Journal of construction engineering and management. 122(1): Dapas F Analisis jejak ekologis melalui studi jejak karbon pada transportasi darat. Jurnal Ilmiah Sains. 15(2): [DEPPERIN] Departemen Perindustrian Larangan memproduksi barang yang menggunakan bahan perusak lapisan ozon. Peraturan Menteri Perindustrian No. 33/MIND/PER/4/2007. Jakarta(ID): Departemen Perindustrian. Devia YP, Unas SE, Safrianto RW, Nariswari W Identifikasi sisa material konstruksi dalam upaya memnuhi bangunan berkelanjutan. Jurnal Rekayasa Sipil. 4(3): [EPA] Environmental Protection Agency Definition of Green building. Washington D.C(US): EPA. Ervianto W Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau. Yogyakarta(ID): ANDI. Ervianto W, Soemardi BW, Abduh M, Suryamanto. 2011a. Kajian faktor green construction infrastruktur jalanan berdasarkan sistem rating green road dan invest (013k). Konferensi Nasional Teknik Sipil 7. Surakarta(ID): Universitas Negri Surakarta b. Pengembangan model assessment green construction pada proses konstruksi untuk proyek konstruksi di Indonesia. Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS). 20 Desember Bandung(ID): Institut Teknologi Bandung. Farmoso CT, Soilbelman L, Cesare CD, Isatto E L Material waste in building industry :main cause and prevention. Journal of Construction Engineering And Management. 128(4): Gavilan RM, Bernold Source evaluation of solid waste in building construction. Journal of Construction Engineering and Management. 120(3): [GBCI] Green Building Council Indonesia Greenship untuk bangunan baru versi 1.0. Jakarta(ID): Green Building Council Indonesia Greenship untuk bangunan baru versi 1.2. Jakarta(ID): Green Building Council Indonesia. Gupta AR Green Building Material And Technology Green Accreditation Tools Analysis. Indian Journal of Research Paripex. 2(3):

45 31 Hartono W, Sugiyarto, Baskoro S Analisis dan identifikasi sisa aterial konstruksi pembangunan gedung kantor dan rumah dinas keluarahan gilingan (studi kasus gedung kelurahan dan rumah dinas kelurahan gilingan). e-jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL. 4(1): Hendarsih I Analisis konsep green product sebagai pelaksana etika bisnis pada perusahaan. Widya Cipta. 9(1): Hoffman A, Henn R Overcoming the Social and Psychological Barriers to Green Building. Journal Organization & Environtment. 21(4): Intan S, Alifen, Arijanto Analisa dan evaluasi sisa material konstruksi : sumber penyebab, kuantitas dan biaya. Jurnal Dimensi Teknik Sipil. 7(1): [IPEN] International Physical Activity And Environment Network Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di Indonesia [Laporan Nasional]. Denpasar(ID): BaliFokus. [KLH] Kementrian Lingkungan Hidup Pedoman Penyelenggaraan Inventaris Gas Rumah Kaca Nasional INV/KLH/ Jakarta(ID): KLH. Koe W, Roze RC, Alifien R Kepentingan dan implementasi green construction dari sisi pandang kontraktor. Dimensi Pratama Teknik Sipil. 3(2): 1-7. Komalasari RI Kajian green building gedung pascasarjana B Universitas Diponegoro Semarang [Tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Komalasari R, Purwanto, Suharyanto Kajian green building berdasarkan kriteria tepat guna lahan (appropriatesite development) pada gedung pascasarjana B Universitas Diponegoro Semarang. Prosiding (seminar nasional pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan) Mehta G, Mehta A, Sharma B Selection of materials for green construction: a review. Journal of Mechanical and Civil Engineering. 11(6): Mehta H, Vishal P Green Building Construction for Sustainable Future. Journal Civil and Environmental Research. 3(6): Mokal AB, Shaikh AI, Raundal SS, Prajapati SJ, Phatak UJ Green building materials-a way towards sustainable construction. IJAIEM. 4(4): Mulyamah Manajemen Perubahan. Jakarta(ID): Yudhistira. O'Brien W Construction Supply-Chains: Case Study and Integrated Cost and Performance Analysis. Proceedings of the (Third Annual Conference of the International Group for Lean Construction). Albuquerque, New Mexico (MX): University of New Mexico. Retzlaff RC The Use of LEED in planning and development regulation: an explanatory analysis. Journal of Planning Education and Research. 3(29): Sen C Algae Based Carbon Capture and Utilization feasibility study-initial analysis of carbon capture effect basen on Zhoushan case pre-study in China [Tesis]. Stockholm(SE): Industrial Ecology Royal Insitute of Technology. Sinulingga JF Studi mengenai hambatan-hambatan penerapan green construction pada proyek konstruksi di Yogyakarta [Tesis]. Yogyakarta(ID): Universitas Atmajaya. Sudiartha KE, Nadiasa M, Jaya INM Kajian faktor-faktor green

46 32 construction pada proyek konstruksi gedung di Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 19(2): Tasnia N Hubungan Efisiensi Biaya Produksi dengan Efektifitas Pendapatan Usaha [Skripsi]. Bandung(ID): Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Walser ML Carbon footprint. Articles of Enciclopedia of Earth [Internet]. (diunduh 2017 Juli 6). Tersedia pada: _footprint. [WCED] World Commision on Environment and Development Our Common Future (The Brundlandt Report). Oxford (UK): Oxford University Press. Wiedmann T, Minx J A definition of carbon footprint. ISAuk Research Report. 7(1): Woolley T, Kimmins S, Harrison P, Harrison R Green Building Handbook. New York(US): E&FN Spon, an impront of Thomson Science&Professional.

47 LAMPIRAN 33

48 34 Lampiran 1 Tolak ukur untuk aspek sumber dan siklus material No Kriteria Tolak ukur 1 Refrigeran Tidak menggunakan cloro fluoro - carbon (CFC) sebagai Fundamental refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. 2 Penggunaan Kembali Material dari Gedung 3 Material Ramah Lingkungan Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material. Menggunakan kembali material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material. Menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses produksinya minimal bernilai 30% dari total biaya material. Sertifikat dinilai sah bila masih berlaku dalam rentang waktu proses pembelian dalam konstruksi berjalan. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang minimal bernilai 5% dari total biaya material. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya (SD) terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) minimal bernilai 2% dari total biaya material. 4 Penggunaan Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh Refrigeran Tanpa sistem pendingin gedung ODP 5 Kayu Bersertifikat Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu (seperti faktur angkutan kayu olahan/fako, sertifikat perusahaan, dan lain-lain) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu. Jika 30% dari butir di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC). 6 Material Prafabrikasi Desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi (tidak termasuk equipment) sebesar 30% dari total biaya material. 7 Material Regional Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada di dalam radius km dari lokasi proyek minimal bernilai 50% dari total biaya material. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam wilayah Republik Indonesia bernilai minimal 80% dari total biaya material. Sumber : Green Building Council Indonesia 2013

49 Lampiran 2 Sertifikat Ramah Lingkungan 35

50 36 Lampiran 3 Sertifikat Material Ramah Lingkungan PT Jakarta Cakra Tunggal

51 Lampiran 4 Sertifikat Material Ramah Lingkungan PT Delcoprima Pacific 37

52 38 Lampiran 5 Surat pernyataan terkait sertifikat greenship

53 39 Lampiran 6 Perhitungan carbon footprint moda transportasi No Material Jarak Pengantaran (km) Konsumsi Bbm (liter) Emisi Total (kg CO 2.e/Hari) 1 PT PP Peralatan Konstruksi (Beton) PT Adimix Precast (Beton) PT. Delco Prima Pasific (Besi Beton) PT. The Master Steel (Baja) PT. Jakarta Cakra Tunggal( Besi Beton) PT. Union Metal (Beton) PT. Pioneer Beton Industri(Beton Ready Mix) PT. Semen Indonesia Beton (Beton) Anugerah Makmurindo Cv (Segel Plastik) Bersama Bangun Persada PT (Pemasangan Angkur) Hilti Nusantara PT (Peralatan Konstruksi) Koperasi Karyawan PT. PP Menumbingmas Samudra PT. (Electrical) Mitra Makmur Cv (Alat Bantu) Neksusindo Cahaya Gemilang PT(Air Conditioning) ,63 16 Pancaran Belantara Indah PT Rahmat Sejahtera PT (Supplier Material) Sinar Bersama Cv Vastorindo Djaya Semesta PT PT. Esta Raya Mandiri(Alat Bantu) PT. Surya Sukses Makmur(Alat Bantu) Cv. Jaya Mandiri(Alat Bantu) Cv. Sinar Terang(Alat Bantu) Cv. Graha Sarana(Alat Bantu dan Material Alam) PT. Andika Pradana Jaya (solar Industri) PT. Yuleonal Electrical(Alat Bantu) PT. Granitoguna Buildings(HT Granito) PT. National Steel(Kolom Praktis) PT. Adiwisesa Mandiri (Nut Kramik) PT. Intiniaga(semen tiga roda) PT. Jaya Mulia Perkasa(Semen Instan) PT. Drymix Indonesia(Semen Instan) PT. Pelangi Alam Semesta(Bata Ringan) PT. Mega Pelita Jaya(Bata Ringan) PT. Jaya Ceramindo(Keramik Roman) PT. Skala Mukti Kreasindo(HT Granada) - - -

54 40 Lampiran 6 Perhitungan carbon footprint moda transportasi No Material Jarak Pengantaran (km) Konsumsi Bbm (liter) Emisi Total(kg CO 2.e/Hari) 37 PT. Niro Ceramics Sales(HT Niro Granite) PT. Surya Pertiwi (sanitair O O ) PT. Suprajaya 2001(Plywood&Hollow) PT. Union Metal(Wiremesh&Bondek) Cv Abadi Adam (APAR) Altadesi Prima Citra PT. Indoflex Jaya Sakti (Kaca) Sinar Surya Alumindo TOTAL

55 Lampiran 7 Denah finishing Tower 1 apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi

56 42 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 05 Desember 1995 sebagai putri dari pasangan Bapak Heru Wisnu Ariyanto dan Ibu Ety Lufminarti. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara dan memiliki satu kakak laki-laki bernama Aditya Wicaksono. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2007 di SD Islam Al-Husna Bekasi, Kecamatan Bekasi Selatan. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta hingga tahun Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada tahun 2013 di SMA Negeri 03 Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis mengambil program studi Teknik Sipil dan Lingkungan. Selama masa kuliah di IPB, penulis aktif di kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (Himatesil) sebagai anggota dan aktif sebagai Bendahara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara IPB Agria Swara tahun Kemudian pada tahun menjadi anggota Entrepreneur and Creative Branding (ECB) pada UKM Paduan Suara IPB Agria Swara. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Selain itu penulis juga pernah mengikuti lomba karya tulis ilmiah Smart Innovation of Writing (SNOW) yang diadakan di ITS sebagi peserta, mengikuti kompetisi paduan suara tingkat Internasional dengan meraih juara 3 pada Choir Competition Maasmechelen di Belgia tahun 2015 dan pada tahun 2016 mengikuti kompetisi paduan suara pada ajang the 4th Edition City of Derry International Choral Festival Londonderry di Irlandia Utara dengan meraih juara 1. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan (PL) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian di PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung pada Juni-Agustus 2016 dan menulis laporan yang berjudul Mempelajari Manajemen Produktivitas Kerja dan Sumberdaya pada Proyek Kondominium The Accent, Bintaro. Penulis menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Analisis Aspek Sumber dan Siklus Material Green Construction pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng.

Menimbang. d. bahwa sehubungan dengan butir c perlu dikeluarkan Keputusan Mentri Perindustrian dan perdagangan. Mengingat

Menimbang. d. bahwa sehubungan dengan butir c perlu dikeluarkan Keputusan Mentri Perindustrian dan perdagangan. Mengingat KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON SERTA MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BARANG BARU YANG MENGGUNAKAN BAHAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/PER/4/2007 TENTANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/PER/4/2007 TENTANG Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/PER/4/2007 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON SERTA MEMPRODUKSI BARANG YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPBULIK INDONESIA NOMOR

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPBULIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPBULIK INDONESIA NOMOR : 110/MPP/Kep/1/1998 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN SERTA MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BARANG BARU YANG MENGGUNAKAN (OZONE

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/MPP/Kep/1/1998 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/MPP/Kep/1/1998 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110/MPP/Kep/1/1998 TENTANG LARANGAN MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON SERTA MEMPRODUKSI DAN MEMPERDAGANGKAN

Lebih terperinci

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia Dewi Rachmaniatus Syahriyah Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda yang tidak berbahaya berwujud yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda berwujud yang tidak berbahaya, yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK NOMOR : 111/MPP/Kep/1/1998 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR 230/MPP/Kep/7/97 TENTANG BARANG YANG DIATUR TATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institute Teknologi Sepuluh Nopember MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern. (Darmono, 2001).

Lebih terperinci

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi

Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi Implementasi Konstruksi Hijau Pada Proyek Apartemen Grand Kamala Lagoon Tower Emerald Bekasi Nadia Khairarizki 1 dan Wasiska Iyati 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPBULIK INDONESIA NOMOR : 111/MPP/Kep/1/1998 PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 230/MPP/Kep/7/97 BARANG YANG DIATUR TATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K)

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K) ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K) Farida Rahmawati 1 dan Diana Wahyu Hayati 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Limbah Ervianto (2012) menjelaskan bahwa limbah dihasilkan dari berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan salah satunya dihasilkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya mempunyai waktu yang pendek dimana awal dan akhir proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

GREEN CONCRETE. (Beton Hijau) Oleh : Rizky Astria, ST

GREEN CONCRETE. (Beton Hijau) Oleh : Rizky Astria, ST GREEN CONCRETE (Beton Hijau) Oleh : Rizky Astria, ST Pascasarjana Universitas Gunadarma 2014 GREEN CONCRETE (Beton Hijau) Oleh : Rizky Astria, ST Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA Austin Vincentius Mastan 1, Hans Pratama Haliman 2, Paul Nugraha 3 ABSTRAK: Perlu ditemukan suatu cara yang dapat secara signifikan mengurangi dampak

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TANGGAL : 22 Juni 2006 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TANGGAL : 22 Juni 2006 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TANGGAL : 22 Juni 2006 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV LAMPIRAN V : JENIS BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan semakin pesatnya pula aktivitas kegiatan manusia termasuk pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan (perdagangan), rumah sakit, perkantoran baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 90 Gourmet restaurant, dapat ditarik kesimpulan bahwa 90 Gourmet restaurant, 78% memenuhi aspek green desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON DAN NON CFC

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON DAN NON CFC LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 86/M-IND/PER/11/2008 TANGGAL : 14 November 2008 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON DAN NON CFC BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Logo Non CFC. Non Halon & Non CFC. Pengawasan. Penggunaan. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Logo Non CFC. Non Halon & Non CFC. Pengawasan. Penggunaan. Tata Cara. No.77, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Logo Non CFC. Non Halon & Non CFC. Pengawasan. Penggunaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 86/M-IND/PER/11/2008

Lebih terperinci

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT {sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP {sidebar id=1}kekhawatiran pengrusakan lingkungan hidup akibat refrigeran halokarbon yang turut andil dalam proses penipisan lapisan ozon,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan paparan tersebut diatas dapat diperoleh beberapa pengetahuan sebagai berikut:. Secara umum kontraktor milik BUMN mampu memenuhi indikator green construction

Lebih terperinci

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini

Lebih terperinci

GREENSHIP HOMES Version 1.0

GREENSHIP HOMES Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS untuk RUMAH TINGGAL VERSI.0 S Version.0 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA AGUSTUS 04 Visit us at www.greenshiphomes.org

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih Arsitektur dan Lingkungan Lilis Widaningsih Sustainable : Brundtland Comission (World comission on Environment and Development) tahun 1987 yaitu: Sustainable Development is development that meets the needs

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1525, 2015 KEMENDAG. Bahan Perusak Lapisan Ozon. Impor. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI

PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI ZIDNI AULIYA 0806454531 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC

TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 86/M-IND/PER/11/2008 TANGGAL : 14 November TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapisan Ozon merupakan salah satu komponen yang ada di atmosfer, terutama di lapisan stratosfer yang berada di ketinggian antara 10-50 kilometer dari permukaan bumi. Ozon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanpa adanya

Lebih terperinci

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gibran K. Aulia 1, Agung Murti Nugroho 2, Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Green Architecture (Materi pertemuan 7) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PRINSIP-PRINSIP GREEN

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

PMA MENJADI 67% SEMULA (%) Kehutanan 51 NO JENIS/BIDANG USAHA SEKTOR KETERANGAN

PMA MENJADI 67% SEMULA (%) Kehutanan 51 NO JENIS/BIDANG USAHA SEKTOR KETERANGAN PMA MENJADI 67% 1 Pengusahaan pariwisata alam berupa pengusahaan sarana, kegiatan dan jasa ekowisata di dalam kawasan hutan (wisata tirta, petualangan alam, wisata goa, wisata minat usaha lainnya) Kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON Permendag No.24/M-Dag/Per/6/2006 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2006 TENTANG KETENTUAN IMPOR BAHAN PERUSAK LAPISAN OZON MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia selalu memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan kebutuhan tersebut kemudian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, diantaranya adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI UBIN KERAMIK Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/PRT/M/2015 TANGGAL 18 FEBRUARI 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara beriklim tropis, yang terletak di benua Asia bagian tenggara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi. Seiring banyaknya

Lebih terperinci

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan G14 Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan Muhamad Agra Adhiprasasta dan Vincent Totok Noerwasito Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam website http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009, pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang mantap sesuai dengan tujuan dan harapan harapan awal dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu, dan sumber daya yang terbatas (Ilmu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LaporanTugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis jenis sisa material tak terbarukan yang terdapat pada setiap pekerjaan proyek di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah sisa material

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi lingkungan global dan lokal saat ini sudah mulai memprihatinkan yang dapat mengancam kehidupan di muka bumi. Salah satu sumber terjadinya masalah antara alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di zaman yang dimana umur bumi sudah tidak lagi muda terjadi isuisu mengenai pemanasan global yang menyebabkan kerusakan pada bumi semakin parah. Aktivitas

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi dan lingkungan merupakan bagian penting yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pada era globalisasi seperti saat ini, tuntutan terhadap adanya

Lebih terperinci

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci