PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI ZIDNI AULIYA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM SARJANA DEPOK JUNI 2012

2 1102/FT.01/SKRIP/07/2 UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MATERIAL RESOURCES AND CYCLE TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana ZIDNI AULIYA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL KEKHUSUSAN MANAJEMEN KONSTRUKSI DEPOK JUNI 2012 ii

3

4

5 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, saya dapat menyelesaikan seminar ini. Penulisan seminar ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan seminar ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan seminar ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, MT. selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini; (2) Suratman, ST. MT selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu dan mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini; (3) Pak Wildan dan pegawai proyek Pembangunan Gedung Kantor Jasa Marga lainnya yang telah memberikan informasi terkait penerapan green building di proyek tersebut; (4) Ummi Hj Nismawarti dan Cici Evon Siti Fatimah sebagai orang tua yang telah memberikan seluruh perhatian, dukungan, dan bantuan moral serta material yang tak ternilai harganya; (5) Keluarga besar Tante Mia dan Om Ihsan yang telah mendukung secara materil selama masa pendidikan saya; (6) Seluruh sahabat dan teman-teman satu angkatan Teknik Sipil dan Lingkungan 2008, khususnya Nanda, Dimas, Tadho, Eqhi, Gabby, Piti, Nico, Anggit, Ganjar, serta semua yang selalu berada di Gazeb dan Balebale yang telah memberikan dukungan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan skripsi ini; (7) Sahabat Green Builders yang terdiri dari Amila, Nanda, Oghie, Bundo, dan Fatih, yang telah bersama-sama mengerjakan skripsi mulai dari iv

6 seminar, bertemu pakar, menyebar kuisioner, sampai tahap penulisan skripsi ini; (8) Keluarga besar Manajemen Konstruksi 2008 yang telah memberikan dukungannya dalam proses pengerjaan skripsi ini; (9) Mbak Dian dan semua staff Departemen Teknik Sipil yang telah mengurusi surat-surat yang berhubungan dengan proses penelitian skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Depok, 20 Juni 2012 Penulis v

7

8 ABSTRAK Nama : Zidni Auliya Program Studi : Teknik Sipil Judul : Pengaruh Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan dengan Conventional Building Seiring dengan kebutuhan dan maraknya pembangunan berkonsep green building, muncul sertifikasi green building di Indonesia. Salah satu aspek yang harus dipenuhi adalah material resources and cycle (MRC) yang memiliki 14 poin maksimum dan terdiri dari tujuh subaspek penilaian. Dalam kaitannya dengan biaya konstruksi, subaspek yang mempengaruhi biaya konstruksi pembangunan green building adalah certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, dan regional material. Pada pengaplikasiannya di lapangan, aspek MRC tidak membutuhkan biaya tambahan bergantung dengan ketersediaan produk material yang mendukung dan desain awal proyek. Kata Kunci: biaya konstruksi, green building, material resources and cycle ABSTRACT Name : Zidni Auliya Study Program : Civil Engineering Title : The Effect of Material Resources and Cycle Aspect for Green Building Construction Cost Compared to Conventional Building In the name of needs and trends of green building construction concept, the green certification has been made for Indonesia with one of its aspect is material resources and cycle (MRC) which has 14 points maximum score and divided into 7 scoring subaspects. Related to construction cost, 5 subaspects which have influence for making some differences are certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, and regional material. Although in the case, MRC aspect does not make any additional cost depends on the products availability and its prelimanary design. Keyword: construction costs, green building, material resources and cycle vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR LAMPIRAN... xi 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Deskripsi Masalah Signifikansi Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Manfaat Penelitian Model Operasional Penelitian Keaslian Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Konsep Green Building Dan Sistem Rating GREENSHIP Konsep Green Building Sistem Rating Greenship Aspek Material Resources And Cycle Fundamental Refrigerant (Aplikasi Refrigerant Fundamental) Building and Material Reuse (Penggunaan Kembali Gedung dan Material Bekas) Environmentally Process Product (Produk yang diproduksi ramah lingkungan) Non-ODS Usage (Penggunaan material Non-ODS) Certified Wood (Kayu Bersertifikasi) Modular Design (Prafabrikasi) Regional Material (Penggunaan Material Setempat) Jenis-jenis Material Pengaruh Biaya Dalam Proyek Green Building Manajemen Biaya Hal yang Membedakan Biaya Dalam Proyek Green Building Kerangka Berpikir Dan Hipotesa Kerangka Berpikir Hipotesa viii

10 3. METODOLOGI PENELITIAN Pendahuluan Pemilihan Strategi Penelitian Proses Penelitian Variabel Penelitian Instrumen Penelitian Pengumpulan Data Analisa Data Kesimpulan PENGOLAHAN DATA Pendahuluan Pengumpulan Data Pengumpulan Data Tahap Pertama Pengumpulan Data Tahap Kedua Pengumpulan Data Tahap Ketiga Analisa Data Analisa Data Kuisioner Analisis Deskriptif Analisa Peringkat Dengan Metode AHP Validasi Pakar Analisa Data Studi Kasus Kesimpulan TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pendahuluan Temuan Temuan 1 (Hasil Kuisioner) Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) Pembahasan Pembuktian Hipotesa KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN DAFTAR REFERENSI ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel Peringkat Sistem Rating GREENSHIP Tabel 2.2 Tipe-tipe Refrigeran Tabel 2.3 Project Checklist LEED 2009 for New Construction and Major Renovation Tabel 2.4 Steps To Impelementation Of ISO Standarization Tabel 2.5 Potensi Limbah antara Metode Konvensional dan Prefabrikasi Tabel 2.6 Jenis Material Tabel 2.7 Data Kenaikan Biaya Pembangunan DAHANA Tabel 3.1 Tabel Strategi Penelitian Tabel 3.2 Variabel Penelitian Tabel 3.3 Kuisoner Tahap Tabel 4.1 Profil Pakar Tabel 4.2 Variabel setelah divalidasi pakar Tabel 4.3 Data Responden Pilot Survey Tabel 4.4 Data Responden Tabel 4.5 Test Statistics Tabel 4.6 Kelompok Jabatan Responden Tabel 4.7 Test Statistics Jabatan Tabel 4.8 Test Statistic Pengalaman Kerja Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Tabel 4.10 Case Processing Summary Tabel 4.11 Realibility Statistics Tabel 4.12 Tabel Realibilitas Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Tabel 4.14 Matriks Berpasangan Tabel 4.15 Perhitungan Bobot Elemen Tabel 4.16 Bobot Elemen Tabel 4.17 Perhitungan Nilai Analytical Hierarchy Process Tabel 4.18 Proxy Variabel Tabel 4.19 Target Pencapaian Rating Tabel 4.20 Biaya Material Proyek Tabel 5.1 Peringkat Proxy Variabel Tabel 5.2 Aplikasi Variabel Pada Studi Kasus Tabel 5.3 Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi Green Building Tabel 6.1 Variabel Pengaruh Biaya Konstruksi x

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Model Operasional Penelitian... 7 Gambar 2.1 The Mechanism Of The Ozone Layer Depleted By Ozone Depleting Substances Gambar 2.2 Project Cost Management Overview Gambar 2.3 Estimate Costs: Input, Tools & Technique, And Output Gambar 2.4 Determine Budget: Inputs, Tools & Techniques, And Outputs Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 4.1 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir...64 Gambar 4.2 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Jabatan Gambar 4.3 Grafik Penyebaran Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Gambar 4.4 Grafik Mean Indikator Variabel Gambar 4.5 Work Breakdown Structure Gambar 4.6 Desain Awal Konvesional Dan Desain Green Building Gambar 4.7 Biaya Material Bersertifikat Iso Berdasarkan Pekerjaan xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Tahap 1 Lampiran 2. Kuisioner Tahap 2 Lampiran 3. Hasil Validasi Pakar Lampiran 4. Profil Responden Lampiran 5. Tabulasi Hasil pengumpulan Data Kuisioner Tahap 2 Lampiran 6. Tabel Output Uji Validitas dengan Pearson Correlation Lampiran 7. Perhitungan Biaya Material Bersertifikat ISO Lampiran 8. Perhitungan Biaya Material Regional Material Lampiran 9. Contoh Sertifikat Produk ISO Lampiran 10. Contoh Spesifikasi AC Split Inverter dengan R410a Lampiran 11. Risalah Perbaikan Skripsi xii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini tanpa disadari makin banyak bencana alam dan fenomenafenomena alam yang cenderung tidak terkendali. Mulai dari banjir, puting beliung, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Selain itu makin panasnya cuaca yang dirasakan dari tahun ke tahun. Tanda-tanda alam tersebut diyakini menunjukkan bahwa bumi mengalami proses kerusakan. Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan marak diperbincangkan oleh masyarakat dunia, yaitu pemanasan global atau global warming. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan, nitrogen oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin udara (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya menyimpan CO2 juga memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer (Apa Itu Pemanasan Global) [1]. Luas hutan alam Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data World Resources Institute tahun 1997 yang Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen (Institut Studi Arus Informasi (ISAI), 2004) [2]. Pada tahun 2007, IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) melaporkan bahwa konsentrasi CO 2 di atmosfer telah mencapai 379 ppm, melebihi variasi alaminya antara ppm yang telah bertahan selama kurun waktu tahun terakhir. Kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) tersebut telah menyebabkan kenaikan temperatur permukaan bumi sebesar 0,76 o C sejak masa sebelum revolusi industri. Sebelas diantara dua belas tahun terpanas sejak tahun 1850 terjadi pada kurun waktu antara (Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2009) [3]. Selain peran CO2, gas-gas lain yang merupakan bahan perusak ozon (BPO) paling berbahaya adalah chlorofluorocarbon (CFC) dan halon. CFC digunakan pada mesin refrigeran dan alat pengondisi udara (Air Conditioner), 1

15 2 sedangkan halon digunakan pada produk alat pemadam kebakaran. Permasalahan selain merusak lapisan ozon, BPO yang terlepas ke atmosfir memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dengan adanya emisi CO2. Semakin banyaknya peralatan yang menggunakan BPO semakin besar tantangan untuk mencegah terjadinya emisi yang merusak lapisan ozon dan menyebabkan pemanasan global (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011) [4]. Dikaitkan dengan perkembangan industri konstruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan infrastruktur di Indonesia, eksploitasi sumber daya alam sebagai sumber material dan penggunaan material yang tidak ramah lingkungan oleh para pelaku industri konstruksi juga mengambil peran dalam meningkatnya pemanasan global. Limbah material konstruksi dianggap sebagai salah satu faktor utama yang memiliki dampak terhadap lingkungan. Limbah konstruksi yang dimaksud adalah produk yang dihasilkan dan dihilangkan pada kegiatan konstruksi, renovasi, dan pembongkaran lahan kerja pada suatu bangunan atau struktur. Menurut Craven EJ, Okraglik HM, dan Eilenberg IM (1994), kegiatan konstruksi menyumbang 20 30% dari seluruh limbah yang tersimpan pada tempat pembuangan sampah di Australia. Menurut Rogoff MJ dan William JF (1994) 29% limbah padat di Amerika Serikat adalah limbah konstruksi. Menurut Ferguson J, dkk. (1995) lebih dari 50% limbah yang tersimpan di tempat pembuangan sampah di Inggris merupakan limbah konstruksi. (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007).[5] Menurut Green Building Council Indonesia, kebijakan pembangunan yang ada selama ini mengutamakan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan keseimbangan ekosistem. Kebijakan yang ditetapkan biasanya bersifat eksploitatif dan mendorong pemanfaatan yang kurang bertanggung jawab karena pelaku bisnis tidak dituntut untuk melakukan pengelolaan sumber daya menurut kaidah kelestarian usaha dalam jangka panjang (Green Building Council Indonesia, 2010) [6]. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menghambat pemanasan global, perubahan iklim, dan degradasi kualitas lingkungan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung mendorong pembangunan bangunan berarsitektur lokal yang terasa lebih ramah lingkungan dan selaras dengan

16 3 lingkungan asal. Desain bangunan yang hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material bahan, dikenal dengan konsep green. [7] Konsep green mengacu kepada prinsip keberlanjutan dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Untuk membantu para pelaku industri konstruksi maupun pelaku pendukung lainnya dalam menerapkan praktik green building, terdapat sistem rating GREENSHIP yang disusun oleh GBCI. Dengan adanya sistem rating GREENSHIP, diharapkan tercapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama pemilik dan pengguna bangunan sehingga dapat dicapai suatu bangunan hemat energi -atau lebih dikenal dengan bangunan hijau (green building)- yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Sistem rating GREENSHIP GBCI merupakan sistem penilaian yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik nyata. Dengan sistem penilaian ini, setiap bangunan yang mencanangkan diri sebagai green building akan dinilai dan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem penilaian. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori (Green Building Council Indonesia, 2010) [8], yaitu: a. Appropriate Site Development b. Energy Efficiency and Conservation c. Water Conservation d. Material resources and cycle e. Indoor air health and comfort f. Building and environment management Jika dikaitkan kembali antara penyebab pemanasan global dan konsep green sebagai upaya meredam pemanasan global, kategori penilaian material resources and cycle pada sistem rating GREENSHIP akan menjadi tolok ukur pemakaian material ditinjau dari sumber bahan baku material dan daur pemakaian material itu sendiri. Bahan baku material yang mengandung BPO akan diminimalisir penggunaannya dan secara tidak langsung mempengaruhi dampak pemanasan global.

17 4 1.2 Perumusan Masalah Deskripsi Masalah Berkembangnya kerusakan alam akibat pemanasan global mendesak kebutuhan akan konsep green pada pembangunan secara umum dan penggunaan material secara khusus di Indonesia. Permintaan yang besar terhadap produk green building membuat persaingan yang semakin besar di industri konstruksi. Sertifikasi green building menjadi kebutuhan bagi para stakeholder untuk memenangkan persaingan yang ada. Untuk menjalankan proses sertifikasi dan mendapatkan sertifikat, diperlukan penilaian yang tolok ukurnya telah disusun oleh GBCI. Material resources and cycle (MRC) sebagai salah satu dari enam kategori penilaian, memiliki satu prasyarat utama yang wajib dipenuhi dan enam butir penilaian lainnya. Masing-masing butir penilaian memiliki tolok ukur yang mempunyai persentase biaya minimum dibandingkan dengan total biaya material. Masing-masing tolok ukur memiliki poin penilaian sebagai bagian dari keseluruhan sistem rating GREENSHIP. Prasyarat dan butir penilaian aspek material resources and cycle (MRC) yang dimaksud dalam sistem rating GREENSHIP (Green Building Council Indonesia, 2010) [9] adalah a. Fundamental refrigerant, adalah prayarat MRC atau prasyarat-1 (P1), yaitu mencegah pemakaian bahan perusak ozon (BPO) yang mempunyai ozone depleting potential (ODP) sama atau lebih besar dari 1 (satu). b. Building and material reuse, adalah butir penilaian 1 (MRC-1), yaitu menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi8 penggunaan bahan mentah yang baru. c. Environmentally process product, adalah butir penilaian kedua (MRC-2), yaitu menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. d. Non-ODS usage, adalah butir penilaian ketiga (MRC-3), yaitu menggunakan bahan yang tidak merusak ozon. e. Certified wood, adalah butir penilaian keempat (MRC-4) yaitu menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya.

18 5 f. Modular design, adalah butir penilaian kelima (MRC-5), yaitu peningkatan efisiensi penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. g. Regional material, adalah butir penilaian keenam (MRC-6), yaitu mengurangi jejak karbon dengan cara menggunakan material lokal Signifikansi Masalah Menurut Poul E Kristensen (2010) terdapat penambahan investasi total biaya konstruksi untuk membangun sebuah gedung berkonsep green building sebesar 5% dari biaya pembangunan gedung biasa (Kementerian ESDM RI, 2010)[10]. Adanya anggapan setiap gedung harus menggelontorkan biaya lebih tinggi 15%-20% dari investasi (PT. HD Capital, Tbk, 2008) [11]. Berdasarkan data pembangunan berkonsep green building Gedung Dahana, didapatkan secara garis besar kenaikan total biaya sebesar 15,1% dibandingkan desain konstruksi secara konvensional dan secara khusus aspek material mempengaruhi 5,53% biaya konstruksi. Peningkatan biaya terjadi pada penggunaan material daur ulang dan kayu bersertifikat legal. [12] Rumusan Masalah Rumusan yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah a. Faktor apa saja di dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya konstruksi pada pembangunan green building. b. Seberapa besar pengaruh penerapan material resources and cycle terhadap peningkatan biaya proyek pada green building apabila dibandingkan dengan pembangunan konvensional. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional.

19 6 1.4 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi membahas aspek material resources and cycle dan pengaruh terhadap biaya konstruksi. Hal ini terkait penilaian tolok ukur sistem rating GREENSHIP yang telah disusun GBCI dan pengaruhnya terhadap perubahan biaya konstruksi. Dengan lingkup penelitian yang digunakan dalam proyek adalah studi kasus proyek pembangunan gedung perkantoran Jasa Marga yang didesain green building oleh kontraktor pelaksananya PT. PP (Persero), Tbk. untuk mendapatkan rating Gold. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada pelaku industri konstruksi untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh material resources and cycle (MRC) dalam green building dan memberikan gambaran penerapan konsep green building dalam pelaksanaan proyek. Untuk penulis diharapkan dapat menambah wawasan tentang penerapan green building dalam aspek MRC. 1.6 Model Operasional Penelitian Model operasional penelitian dalam skripsi ini dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini:

20 7 Gambar 1.1 Model Operasional Penelitian Sumber: Hasil Olahan 1.7 Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang baru dan belum pernah dilakukan oleh siapapun. Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan namun berbeda fokus penelitian, seperti a. Pengelolaan Gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Indonesia (Hardjono, 2009)[ [13]. Abstrak: sektor properti dinyatakan sebagai salah satu penyumbang terjadinya Global Warming, khususnya gedung perkantoran. Konsep Green Building diajukan oleh sektor properti sebagai tanggapan atas terjadinya Globall Warming. Konsep Green Building ini mengacu pada penggunaan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis, meminimalisasi limbah konstruksi dan ramah terhadap lingkungan. Dengan menggunakan analisa frekuensi dan analisa tabulasi silang (crosstab), maka dapat diketahui pertimbangan pengelola terhadap gedung perkantoran yang berkonsep Green Building dalam menghadapi Global Warming yang terdiri dari mengoptimalkan penggunaan lahan, efisiensi penggunaan air,penghematan energi dan mencegah kerusakan atmosfir, penggunaan bahan material yang alami dan ramah lingkungan, kualitas lingkungan di dalam ruangan gedung.

21 8 Hal yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang saat ini dilakukan adalah pengelolaan gedung perkantoran dengan konsep Green Building secara umum, dilihat dari semua aspek. Selain itu penelitian tersebut juga meneliti tentang pengelolaan gedung yang sudah dibangun lama. Sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah penelitian mengenai pengaruh green building terhadap biaya konstruksi dikhususkan pada aspek material resources and cycle pada pembangunan gedung baru. b. Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan (Siagian, 2010) [14]. Abstrak: Pembangunan yang terus berjalan telah banyak menghabiskan sumber daya alam dan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada alam. Dan tidak jarang juga pembangunan tersebut mempunyai pengaruh negatif secara sosialekonomi pada daerah itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya budaya dan teknologi, kebutuhan manusia akan terus berkembang, sementara daya dukung alam tidak semakin baik. Menghadapi masalah ini diperlukan usaha-usaha untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan dan alam tetapi kebutuhan manusia juga tetap dipenuhi dengan baik. Salah satu cara terwujudnya tujuan di atas adalah dengan pemilihan material yang tepat bagi pembangunan yang terus berjalan ini. Selain dapat menghemat sumber daya alam yang dipakai, juga berakibat positif bagi pemakai bangunan. karena pemakai bangunan dan alam ditempatkan dalam posisi yang sama saat pengambilan keputusan. Dari abstrak di atas dapat dilihat bahwa penelitian tersebut fokus pada pemilihan material bangunan yang ramah lingkungan dengan tidak membandingkan biaya yang dibutuhkan antara material ramah lingkungan dan tidak.

22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dipaparkan dasar-dasar teori yang menjadi landasan dan pendukung penelitian, yaitu literatur yang menjelaskan konsep green building dan sistem rating GREENSHIP, aspek material resources and cycle pada sistem rating GREENSHIP, dan tahapan manajemen biaya proyek. 2.2 Konsep Green Building Dan Sistem Rating GREENSHIP Konsep Green Building Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, bangunan memiliki arti sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun (seperti rumah, gedung, menara). Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di salam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempay menanusi melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha kegiatan sosial, budaya maupun khusus (Wartawarga Gunadarma, 2009).[15] Definisi green building menurut Chen (2008) adalah sebuah bangunan yang dalam pemanfaatannya (baik sejak saat direncanakan, didesain, dibangun, digunakan, maupun direnovasi) menggunakan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis; meminimalisasi limbah; dan ramah lingkungan. Ramah lingkungan ditekankan pada pemilihan bahan yang tidak bersifat radiatif mudah didaur ulang, dan hasil pembuangan limbahnya seminimal mungkin, dapat di daur ulang oleh alam dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Pitts (2004), green building merupakan konsep yang menjadi solusi bagi dunia properti untuk mengambil peran dalam mengurangi dampak pada global warming. Menurut Jimmy (2008), konsep green building tidak lepas kaitannya dengan efisiensi penggunnaan energi tetapi juga air, melestarikan sumber daya alam dan meningkatkan kualitas udara (Hardjono, 2009). [16] Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 9

23 10 1, bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan. [17] Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4 [18] apabila memenuhi kriteria: a. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi: a) Material bangunan yang bersertifikat eco-label b) Material banguna lokal b. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain: a) Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi b) Menggunakan sumber daya air yang memperhatikan konservasi sumber daya air c) Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan c. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain: a) Menggunakan sumber energi alternatif terbarukan yang rendah emisi gas rumah kaca b) Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi d. Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain: a) Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon b) Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon e. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus

24 11 b) Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus f. Terdapat fasilitas pemilihan sampah g. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: a) Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih b) Memaksimalkan penggunaan sinar matahari h. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain: a) Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir, b) Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim, c) Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang, d) Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan i. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain a) Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut, b) Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat. Green building juga diartikan sebagai pendekatan holistik yang memperkecil dampak terhadap lingkungan, mengurangi perawatan, dan membuat ruang kerja yang lebih memiliki daya tarik bagi penghuni gedung tersebut (Kralj & Markic, 2008). [18] Sistem Rating Greenship Sistem rating GREENSHIP adalah alat bantu bagi pelaku industri bangunan, baik pengusaha, engineer, maupun pelaku lainnya dalam menerapkan best practice dan mencapai standar terukur yang dapat dipahami oleh masyarakat umum, terutama tenant dan pengguna bangunan. Standar yang ingin dicapai

25 12 adalah terjadinya suatu green building yang ramah lingkungan sejak tahap perencanaan, pembangunan, hingga pengoperasian dan pemeliharaan sehari-hari. Terdapat empat peringkat GREENSHIP yang kemudian menjadi target pelaksanaan konstruksi yaitu Tabel 2.1 Tabel Peringkat Sistem Rating GREENSHIP PREDIKAT NILAI TERKECIL NILAI PRESENTASE (%) PLATINUM EMAS PERAK PERUNGGU Sumber: Green Building Council Indonesia, 2010 [19] Peringkat dari GREENSHIP mencerminkan usaha pemilik gedung. Butir rating yang dimuat di dalamnya mengombinasikan berbagai tingkat kesulitan. Angka yang ditetapkan sebagai nilai minimal peringkat perunggu adalah jumlah nilai yang dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi nilai maksimum dari rating yang pencapaiannya relatif mudah, tidak membutuhkan biaya tambahan, dan yang membutuhkan biaya tidak terlalu besar. Nilai minimal perak dapat dicapai bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta sepertiga dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya relatif besar. Nilai minimal emas diperoleh bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah dan dua per tiga dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya relatif besar. Peringkat platinum dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi rating yang pencapaiannya membutuhkan biaya relatif lebih besar dan teknologinya belum tersedia sehingga dapat dikatakan sangat sulit pencapaiannya. Kriteria penilaian sistem rating GREENSHIP dikelompokkan menjadi enam aspek, (Green Building Council Indonesia, 2010) [20] yaitu: a. Appropriate Site Development

26 13 Penerapan lahan sehingga menjadi tepat guna dan memberikan rasa aman, nyaman serta memudahkan bagi penghuni bangunan dan masyarakat di sekitarnya b. Energy Efficiency and Conservation Penerapan tentang penghematan penggunaan energi dengan pemanfaatan energi alam dengan penerapan pada penerangan, termal dan teknologi pembaruan energi c. Water Conservation Dalam aspek ini, dibahas berbagai aspek yang menunjang rangkaian konservasi (penyimpanan) air dalam bangunan tersebut, mengingat pentingnya fungsi air dalam kehidupan manusia. d. Material resources and cycle Penggunaan material ramah lingkungan pada tahap konstruksi maupun tahap operasional dengan mengedepankan faktor pembangunan berkelanjutan melalui penerapan penggunaan material yang tidak merusak ozon, bersertifikat internasional, pemanfaatan kembali material bekas, dan produk setempat. e. Indoor air health and comfort Suatu penerapan kualitas udara di dalam ruangan baik dari sisi kualitas udara itu sendiri, pencahayaan serta tingkat kebisingan suatu ruangan. f. Building and environment management Merupakan suatu sistem manajerial mengenai lingkungan bangunan dengan merencanakan sistem operasional gedung yang ramah lingkungan mulai dari tahap desain. Terdapat persyaratan awal untuk dapat menjalankan proses sertifikasi green building (Green Building Council Indonesia, 2010) [21], yaitu: a. Luas bangunan sekurang-kurangnya 2500 m2. Bertujuan membatasi lingkup target dari sistem rating GREENSHIP untuk bangunan baru komersial pada bangunan besar dengan luas minimum 2500 m2. b. Lokasi tapak bangunan sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat.

27 14 Bertujuan mendorong pengendalian pembangunan dan pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya sehingga tercipta lingkungan hidup yang selaras, serasi, dan seimbang. c. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan green building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh GBCI. Bertujuan menghimpun database yang akurat sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating GREENSHIP, baik untuk bangunan baru maupun bangunan eksisting. d. Akan menyertakan salinan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) yang disahkan Bapedal. Bertujuan mendukung pengendalian pembangunan terhadap lingkungannya sehingga terwujud konsep berkelanjutan. e. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan dibuat tahan gempa. Bertujuan menjamin keamanan penghuni dari ancaman bencana gempa bumi serta mempertahankan secara optimal fungsi bangunan atas ketahanan struktur dan konstruksi terhadap beban bencana gempa. f. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedunng yang bersangkutan akan memenuhi standar pemakai gedung untuk penyandang cacat. Bertujuan mendorong pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan kesempatan sehingga berdampak positif baik secara ekonomi maupun lingkungan. Berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 60, setiap bangunan gedung harus menyediakan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan manula yang dapat menjamin keamanan, kenyamanan, dan kemandirian mereka untuk bermobilitas dan beraktivitas di dalamnya [23]. g. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.

28 15 Bertujuan mendorong penurunan risiko kebakaran pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung terjamin. 2.3 Aspek Material Resources And Cycle Material adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. (Ashby, Shercliff, & Cebon, 2007) [23]. Resources atau sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan (Peta Indonesia, 2012) [24]. Sistem rating material resources and cycle (MRC) dalam sistem rating GREENSHIP yang disusun Green Building Council Indonesia (GBCI) memiliki satu butir prasyarat utama dan enam butir penilaian yang masing-masing memiliki tolok ukur. Prasyarat utama adalah mutlak harus dipenuhi dan bila tidak dipenuhi maka enam butir penilaian tidak dapat dinilai sehingga sertifikasi green buiding tidak dapat dilanjutkan. Sedangkan tolok ukur adalah patokan yang dianggap sebagai implementasi dari praktik terbaik sehingga menjadi syarat pencapaian suatu rating dapat diukur. Sebagian besar tolok ukur menggunakan standar yang berlaku di Indonesia dan sebagian rating yang belum memilik standar lokal mengacu kepada standar yang berlaku secara universal (Green Building Council Indonesia, 2010). [25] Prasyarat utama dan butir tolok ukur aspek material resources and cycle memiliki poin atau nilai yang nantinya akan digabungkan dengan aspek green building lainnya menjadi nilai untuk peringkat sistem rating GREENSHIP. Aspek material resources and cycle memiliki nilai maksimum sebanyak 14 poin atau 14% dari nilai maksimum. (Green Building Council Indonesia, 2010). [26] Fundamental Refrigerant (Aplikasi Refrigerant Fundamental) Fundamental Refrigerant adalah prasyarat utama MRC. Bertujuan mencegah pemakaian bahan perusak ozon (BPO) yang mempunyai kemampuan merusak lapisan ozon sama atau lebih besar dari 1 (satu) yang dapat merusak ozon di lapisan stratosfer (Green Building Council Indonesia, 2010). [27]

29 16 Berikut ini adalah tipe-tipe refrigeran beserta nilai ozone depleting potential (ODP). Tabel 2.2 Tipe-tipe Refrigeran Refrigerant Group Atmospheric ODP life R11 CFC R12 CFC R22 HCFC R134a HFC 16 0 R404a HFC 16 0 R410a HFC 16 0 R507 HFC R717 NH3-0 R744 CO 2-0 R290 HC < 1 0 R600a HC < 1 0 Sumber: Dreepaul [28] Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1, yang dimaksud dengan Bahan Perusak Ozon (BPO) adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfir [29]. BPO dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu chlorofluorocarbon (CFC), hydro-chlorofluorocarbons (HFCs), halon, hydrobromofluorocarbons (HBFCs), bromochloromethane, methyl chloroform, carbon tetrachloride, dan methyl bromide. Dalam pemakaian sehari-hari, jenis yang banyak dipakai adalah CFC dan halon (Asdep Urusan Pengendalian Dampak

30 17 Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2009).[30] Chlorofluorocarbon (CFC) adalah penyebab kerusakan lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet. CFC bukan bahan alami, melainkan bahan kimia yang diproduksi pada tahun Selanjutnya industri menemukan berbagai variasi penggunaan CFC akibar dari sifat penyerap panas dan tidak reaktif. CFC digunakan sebagai refrigeran pada air conditioner dan lemari pendingin. Sebuah industri kimia di Amerika Serikat memberikan nama dagang freon. Secaraa kimiawi CFC adalah sebagian kecil dari klasifikasi umum senyawa lainnya yang diketahui sebagai halocarbons (senyawa yang mengandung carbon dan halogen) ). CFC adalah halocarbon yang terdiri dari elemen karbon, klorin, dan fluorin. CFC biasanya hanya mengandung satu atau dua atom karbon. (Ennis, 2009).[31] Gambar 2.1 The Mechanism of the Ozone Layer Depleted by Ozone Depleting Substances Sumber: Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan [32] CFC menjadi bahan kimia yang berbahaya karena memiliki ozone depleting properties/substance, yaitu kemampuan suatu zat untuk merusak lapisan ozon. Berdasarkan gambar di atas, CFC yang telah bebas di udaraa akan mencapai lapisan ozon. Selanjutnya CFC akan terurai akibat terkena sinar ultraviolet

31 18 sehingga atom klorin yang dimiliki CFC terlepas dan masuk ke lapisan ozon, hal ini yang akan menyebabkan reaksi berantai di dalam lapisan sehingga lapisan ozon rusak dan sinar ultraviolet mencapai permukaan bumi secara langsung. Lapisan ozon penting bagi kelangsungan kehidupan di bumi khususnya manusia karena memiliki kemampuan menyerap radiasi ultra violet. Efek jangka panjang akibat terkena radiasi sinar ultra violet dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1987, sebuah perjanjian internasional Protokol Montreal mengatur pemakaian material yang merupakan bahan perusak ozon yang bertujuan mengurangi dan mengakhiri pemakaian bahan kimia yang termasuk BPO (Ennis, 2009).[33] Harapan kedepan adalah menjadikan Hidrokarbon salah satu alternative pengganti BPO, yang tidak memiliki potensi merusak ozon dan rendah potensi pemanasan globalnya. Pertamina pada saat ini sedang mengembangkan produk Hidrokarbon sebagai pengganti CFC dan HCFC sebagai bahan pendingin di AC maupun refrigerasi (Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2011).[34] Tolok ukur yang digunakan pada fundamental refrigerant adalah tidak menggunakan chlorofluorocarbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran. (Green Building Council Indonesia, 2010).[35] Building and Material Reuse (Penggunaan Kembali Gedung dan Material Bekas) Building and Material Reuse adalah menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi kebutuhan akan bahan mentah yang baru, sehingga diharapkan dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir dan memperpanjang daur pemakaian suatu material (Green Building Council Indonesia, 2010)[36]. Menurut Bjorn Berge dalam The Ecology of Building Materials,reuse atau penggunaan kembali adalah tingkatan tertinggi dalam daur ulang, yaitu menggunakan kembali barang yang sudah dipakai namun masih memiliki sisa umur. Reuse merupakan tingkatan tertinggi karena tidak memerlukan energi untuk merubah bentuknya atau mengolahnya menjadi bahan layak pakai. Material yang di-reuse adalah material yang siap pakai namun tidak lagi dipakai oleh pengguna

32 19 sebelumnya. Sedangkan recycling memerlukan energi dan proses untuk menjadikan material bekas pakai menjadi material yang layak pakai (Permana, 2008).[37] Butir penilaian Building and Material Reuse memiliki dua tolok ukur, yaitu (Green Building Council Indonesia, 2010) [38] a. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 10% dari total biaya material baru yang bersangkutan. Tolak ukur ini memiliki nilai 1 (satu). b. Menggunakan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding, setara minimal 20% dari total biaya material baru yang bersangkutan. Tolak ukur ini memiliki nilai 2 (dua). Jika dibandingkan dengan sistem rating LEED, reuse dan recycle menjadi tolok ukur yang dominan pada aspek material & resources. Hal ini terlihat dari project checklist LEED 2009 seperti berikut ini, Tabel 2.3 Project Checklist LEED 2009 for New Construction and Major Renovation Possible Point: Materials and Resources 14 Prereq 1 Storage and Collection of Recyclabeles Credit 1.1 Building Reuse - Maintain Existing Walls, Floors, and Roof 1 to 3 Credit 1.2 Building Reuse - Maintain 50% of Interior Non-Structural Element 1 1 Credit 2 Construction Waste Management 1 to 2 Credit 3 Material Reuse 1 to 2 Credit 4 Recycled Content 1 to 2 Credit 5 Regional Materials 1 to 2 Credit 6 Rapidly Renewable Materials 1 Credit 7 Certified Wood 1 Sumber: US Green Building Council, 2002 [39]

33 Environmentally Process Product (Produk yang diproduksi ramah lingkungan) Environmentally Process Product adalah menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi ramah lingkungan. Standar produk ramah lingkungan yang diakui di dunia internasional adalah ISO (Green Building Council Indonesia, 2010). [40] Menurut Harrington, H.J (1999) manfaat sertifikasi ISO adalah (Kristiningrum) [41]: a. Menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan b. Meningkatkan kerja lingkungan c. Memperbaiki tingkat pemenuhan peraturan d. Mengurangi dan mengatasi resiko lingkungan yang mungkin timbul e. Dapat menekan biaya produksi f. Dapat mengurangi kecelakaan kerja g. Dapat memelihara hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah, dan pihakpihak yang peduli terhadap lingkungan h. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak terhadap lingkungan i. Dapat mengangkat citra perusahaan j. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperbesar pangsa pasar k. Mempermudah memmperoleh izin dan akses kredit bank l. Dapat meningkatkan motivasi pekerja m. Mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan n. Meningkatkan hubungan dengan supplier o. Langkah menuju pembangunan yang berkelanjutan Berikut ini adalah langkah-langkah implementasi standar ISO 14001

34 21 Tabel 2.4 Steps To Impelementation Of ISO Standarization Step Objective 1 Obtain senior management commitment to environmental concern 2 set up an environmental steering committe 3 Determine the extend of the company's environmental outlays and requirements 4 Trains the environmental team and employees 5 Establish an effective environmental management system (EMS) 6 Establish environmental policies and procedures 7 Create sound environmental management programmes 8 Maintain correct documentation of the environmental management system 9 Establish a functional process of recording for the EMS 10 Review of the EMS by management 11 Initiate and conduct environmental auditing 12 Select the appropriate standard from the ISO family 13 Decide on a registration strategy 14 Register to ISO Integrate ISO with ISO 9000 Sumber: Ball, 2002 [42] Terdapat tiga tolok ukur penilaian (Green Building Council Indonesia, 2010) [43], yaitu: a. Menggunakan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara dan direkomendasikan oleh GBCI. Material tersebut minimal bernilai 30% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). b. Menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang senilai minimal 5% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). c. Menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumberdaya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) senilai minimal 2% total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). Dalam tolok ukur tidak hanya menggunakan ISO 14001, tetapi aspek ini juga menilai dari penggunaan material hasil proses daur ulang dan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumberdaya terbarukan dengan masa panen kurang dari 10 tahun.

35 22 Menurut Bjorn Berge (2000), pada prinsipnya ada tiga tingkatan hierarkial daur ulang sesuai dengan manfaat yang diperoleh (Permana, 2008) [44], yaitu: a. Reuse Tidak memerlukan energi untuk merubah bentuknya atau mengolahnya menjadi bahan layak pakai. Kalau diperlukan, hanya untuk mengangkut atau memindahkan material tersebut. Material yang di-reuse adalah material yang siap pakai namun tidak lagi dipakai oleh pengguna sebelumnya. b. Recycling Memerlukan energi dan proses untuk menjadikan material bekas pakai menjadi material yang layak paki, beda dengan prinsip reuse yang berarti bahwa material bekas pakai adalah material layak pakai. c. Energy Recovery Semua material yang sudah tidak mungkin dipakai dibakar untuk memperoleh energi potensial yang masih terdapat dalam material melalui proses pembakarannya. Contoh yang paling umum adalah membakar kayu bekas untuk penghangat perapian atau memasak. Proses daur ulang bisa menjadi mahal ketika masih jarangnya fasilitas daur ulang karena terlalu besarnya energi yang dibutuhkan untuk melakukan tahaptahap proses menjadikan barang lama menjadi barang siap pakai Non-ODS Usage (Penggunaan material Non-ODS) Non-ODS Usage adalah menggunakan bahan dengan zero ODP, yaitu bahan yang tidak memiliki kemampuan untuk merusak lapisan ozon. Tolok ukurnya adalah tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan dengan spesifikasi pada produk air conditioner dan sistem pemadam kebakaran. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). (Green Building Council Indonesia, 2010) [45] Certified Wood (Kayu Bersertifikasi) Certified Wood bertujuan menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal usulnya unntuk melindungi kelestarian hutan (Green Building Council Indonesia, 2010). [46]

36 23 Di Indonesia terdapat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) yang melaksanakan proses akreditasi terhadap lembaga sertifikasi yang akan mengoperasikan sistem sertifikasi di lapangan, lembaga pelatihan, dan sertifikasi personal. Sampai saat ini LEI telah melakukan proses akreditasi terhadap tiga lembaga sertifikasi untuk melakukan sertifikasi di lapangan, yaitu PT. Mutu Agung Lestari, PT. TUV International Indonesia, PT. Sucofindo. Ketiga lembaga ini telah memenuhi kualifikasi untuk menjalankan proses sertifikasi ekolabel untuk pengelolaan hutan lestari berdasarkan standar LEI. (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009) [47] Berdasarkan standar LEI, terdapat empat sertifikasi yang berkaitan dengan produksi hutan lestari, yaitu: a. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML), PHBML diartikan sebagai segala bentuk pengelolaan hutan dan hasil hutan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara-cara tradisional baik dalam bentuk unit komunitas, unit usaha berbasis komunitas atau koperasi, maupun individual berskala kecil sampai sedang, yang dilakukan secara lestari. Manfaat sertifikasi PHBML bagi para pengelola hutan rakyat adalah membuka akses pasar bagi produk hutan rakyat, dapat memberikan harga jual yang relatif lebih tinggi di tingkat petani dan membuka akses perluasan hutan rakyat bagi kepentingan rehabilitasi lahan sekaligus peningkatan ekonomi masyarakat (SUCOFINDO, 2011).[48] b. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), adalah serangkaian strategi dan pelaksanaan kegiatan untuk memproduksi hasil hutan tanaman yang menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi kelestarian fungsi produksi, ekologi, sosial dan kepatuhan terhadap regulasi (SUCOFINDO, 2011).[49] c. Sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL), PHAPL merupakan pengejawantahan dari konsep pembangunan berkelanjutan di bidang kehutanan. Untuk mencapai tujuan PHAPL diperlukan sistem pengelolaan hutan produksi yang menjamin kelestarian fungsi produksi, fungsi ekologi, dan fungsi sosial hutan. Sertifikasi PHAPL menjadi jembatan informasi mengenai manajemen hutan yang mempunyai kinerja yang baik kepada pembeli produk kayu. Sistem sertifikasi PHAPL telah dikembangkan untuk menjamin pelaksanaan sertifikasi yang efisien, efektif, dan didasarkan

37 24 pada kriteria dan indikator yang menjamin kesetaraan penilaian unsurunsurnya. Pelaksanaan sistem sertifikasi PHAPL dijabarkan dalam pedoman LEI seri 99 (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009) [50]. Sampai saat ini terdapat lima unit manajemen berbasis hutan alam produksi yang telah lulus sertifikasi, yaitu: PT. Diamond Raya Timber (telah ditahan kembali sertifikasinya), PT. Intracawood Manufacturing, PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan, PT. Erna Djuliawati, PT. Sumalindo Lestari Jaya Unit II, dan PT. Sarpatim (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009).[51] d. Sertifikasi Lacak Balak (CoC), adalah suatu metode sertifikasi untuk menelusuri perjalanan bahan baku kayu dari hutan ke pabrik, yang dalam prosesnya melewati proses pengangkutan, pengapalan, dan pembuatan produk hingga menjadi produk siap pakai. Penelusuran dan pengujian dilakukan terhadap kemampuan sistem dokumentasi alur kayu di perusahaan yang dapat melacak asal bahan baku ke lokasi di hutan. Bila bahan bakunya dapat dilacak dan sesuai standar LEI, perusahaan itu diberikan sertifikat lacak balak (CoC). Proses penelusuran dan pengujian dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia, 2009).[52] Terdapat dua tolok ukur penilaian (Green Building Council Indonesia, 2010) [53], yaitu a. Menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang asal kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% biaya total material kayu. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu). b. Jika 30% dari butir tolok ukur di atas menggunakan kayu bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC). Tolok ukur ini bernilai 1 (satu) Modular Design (Prafabrikasi) Modular design atau prafabrikasi merupakan suatu metode yang lahir dari suatu proses kehidupan, pemikiran, perkembangan sosial dan ekonomi serta teknologi. Dalam dunia arsitektur dan konstruksi, pada dasarnya prafabrikasi adalah suatu cara membangun yang mudah dipahami secara konsep dan tidak

38 25 terlalu sulit diterapkan secara konsep dan tidak terlalu sulit diterapkan secara teknis. Prafabrikasi meminimalisir segala sesuatu dalam tahap konstruksi, baik itu tenaga pembangun dan lamanya waktu konstruksi, sehingga segala sesuatu berjalan efektif dan efisien (Amalia, 2008).[54] Banyak penelitian yang telah menidentifikasi keuntungan menggunakan produk prefabrikasi, diantaranya adalah a. Pengawasan yang lebih baik b. Mengurangi biaya konstruksi jangka panjang c. Mempersingkat waktu pelaksanaan konstruksi d. Ramah lingkungan e. Terintegrasi pada bangunan f. Estetika bangunan (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) [55] Tabel 2.5 Potensi Limbah antara Metode Konvensional dan Prefabrikasi Trades Average wastage level (in%) Conventional (A) Prefabrication (B) Percentage of waste reduction [C=(A-B)/A] (%) Concreting Rebar 25 2 fixing 92 Bricklaying Drywall Plastering Screeding Tiling Sumber: Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007[56] Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat potensi menghasilkan limbah pada pembangunan dengan metode konvensional adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan metode prefabrikasi dalam hal pengecoran, pemasangan besi beton, memplester, dan memasang ubin. Hal ini menunjukkan bahwa ketika metode prefabrikasi digunakan untuk komponen-komponen bangunan tertentu akan efektif mengurangi tingkat potensi menghasilkan limbah. (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007). [57]

39 26 Tolok ukur penilaiannya adalah desain yang menggunakan material modular atau prafabrikasi sebesar 30% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1(satu) (Green Building Council Indonesia, 2010). [58] Regional Material (Penggunaan Material Setempat) Regional material bertujuan mengurangi jejak karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri (Green Building Council Indonesia, 2010).[59] Jejak karbon adalah jumlah total gas rumah kaca yang dihasilkan secara langsung dan tidak langsung untuk mendukung kegiatan manusia, biasanya dinyatakan dalam ton setara dengan karbon dioksida ( co2 ) (timeforchange.org, 2007).[60] Definisi lainnya, jejak karbon adalah tapak karbon berarti jumlah tertentu emisi gas yang relevan dengan iklim perubahan dan manusia yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan konsumsi. (Puspasari)[61]. Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksiats (daya racun) masing-masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya. Beberapa faktor yang berperan di dalam ketidakpastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah (Tugaswati) [62] : a. Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan b. Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental c. Realibilitas dari data pajanan d. Jumlah manusia yang terpajan e. Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan dilindungi f. Interaksi antara berbagai senayawa di dalam gas buang, baik yang sejenis maupun antara yang tidak sejenis g. Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek) Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut (Tugaswati) [63] :

40 27 a. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya. Organ pernafasan merupakan bagian paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida-oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya terhadap kesehatan. a) Oksida sulfur dan partikulat Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit. Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. b) Oksida Nitrogen Nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. c) Ozon dan oksida lainnya Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO2 maupun NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan

41 28 senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. b. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam. Banyak senyawa kimia dalam gas buang kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik karena setelah diabsorbsi oleh paru, bahan pencemar tersebut dibawa oleh aliran darah atau cairan getah bening ke bagian tubuh lainnya, sehingga dapat membahayakan setiap organ di dalam tubuh. a) Karbon monoksida Karbon monoksida dapat terikat dengan haemoglobin darah lebih kuat dibandingkan dari oksigen membentuk karboksihaemoglobin (COHb), sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, juga janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. b) Timbal Timbal ditambahkan sebagai bahan aditif pada bensin dalam bentuk timbel organik (tetraetil-pb atau tetrametil-pb). Pada pembakaran bensin, timbel organik ini berubah bentuk menjadi timbel anorganik. Timbel yang dikeluarkan sebagai gas buang kendaraan bermotor merupakan partikelpartikel yang berukuran sekitar 0,01 μm. Partikel-partikel timbel ini akan bergabung satu sama lain membentuk ukuran yang lebih besar, dan keluar sebagai gas buang atau mengendap pada kenalpot. Pengaruh Pb pada kesehatan yang terutama adalah pada sintesa haemoglobin dan sistem pada syaraf pusat maupun syaraf tepi. Pengaruh pada sistem pembentukkan Hb darah yang dapat menyebabkan anemia,. Pengaruh pada syaraf otak anak diamati pada kadar Pb 60μg/100 ml, yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan mental anak. Penelitian pada pengaruh Pb yang dikaitkan IQ anak telah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum konsisten. c. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti hidrokarbon.

42 29 Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2μm. Beberapa dari bahanbahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit, kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan mesin solar. d. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Beberapa efek negatif dari kebisingan antara lain adalah gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, gangguan komunikasi, kesulitan tidur, gangguan mental dan gangguan kinerja. [64] Selain mengurangi jejak karbon, regional material juga dapat meningkatkan perekonomian nasional dengan menggunakan produk dalam negeri. Akan tetapi peraturan di Indonesia hanya mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah. Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2010 pengganti Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam peraturan presiden tersebut ditekankan priorisasi penggunaan produk dalam negeri sebagai bagian dari optimalisasi pemanfaatan produk dalam negeri (Muttaqin, 2010).[65] Butir regional material ini memiliki dua tolok ukur (Green Building Council Indonesia, 2010)[66], yaitu a. Menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada dalam radius 1000 km dari lokasi proyek mencapai 50% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu).

43 30 b. Apabila material di atas berasal dari dalam wilayah Republik Indonesia mencapai 80% dari total biaya material. Tolok ukur ini bernilai 1 (satu) Jenis-jenis Material Berdasarkan prasyarat dan tolok ukur material resources and cycle dapat diketahui jenis-jenis material dan peralatan yang ditinjau dalam aspek material resources and cycle. Berikut ini adalah jenis material berdasarkan tolok ukur. Tabel 2.6 Jenis Material NO Variabel Jenis Material X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant AC, hydrant X2 MRC 1 (building and material reuse) bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) semua material yang bersertifikat ISO X4 MRC 3 (Non-ODS usage) AC, hydrant X.5 MRC 4 (Certified wood) Semua material yang berbahan dasar kayu X.6 MRC 5 (Modular Design) semua material prefebrikasi X.7 MRC 6 (Regional Material) semua material yang sumber atau fabrikasinya pada radius 1000 km Sumber: Hasil Olahan 2.4 Pengaruh Biaya Dalam Proyek Green Building Manajemen Biaya Menurut Project Management Institute dalam Project Management Body of Knowledge (PMBOK 2008), manajemen biaya proyek mendeskripsikan prosesproses dalam perencanaan, estimasi, penganggaran, dan pengendalian biaya sehingga proyek dapat diselesaikan dengan anggaran yang telah ditentukan (Project Management Institute, Inc, 2008) [67]. Kegiatan dalam manajemen biaya termasuk: a. Estimasi Biaya, yaitu proses pengembangan perkiraan sumber daya moneter yang diperlukan untuk menyelesaikan aktivitas proyek.

44

45

46 33 mempertimbangkan metode konstruksi yang digunakan, kondisi lokasi proyek, penggunaan sumber daya, dsb. Pada tahapan ini, terdapat dua estimasi yang berbeda yakni owner estimate yang dibuat oleh owner dengan bid price yang diajukan oleh kontraktor. Keduanya menggunakan data yang sama tetapi memiliki tujuan yang berbeda. Untuk owner hal tersebut bertujuan untuk meminimalisasi biaya investasi, namun bagi kontraktor, harga tersebut diharapkan cukup untuk memberikan keuntungan bagi mereka. d. Tahapan Construction Dalam tahapan ini, pembangunan sedang berlangsung sehingga tidak perlu lagi dibuat estimasi pembiayaan. Tujuan utama dari estimasi biaya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan sumber daya, biaya dan durasi proyek. Hasil dari estimasi biaya biasa juga disebut dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Pada dasarnya penyusunan RAB terdiri dari 3 bagian pokok materi (Trypuji Santoso, 2011)[71]: a. Kesatu: a) Membaca gambar rencana (tahap desain) b) Membuat daftar uraian pekerjaan secara berurutan b. Kedua: a) Menghitung volume tiap-tiap pekerjaan b) Membuat hsp c. Ketiga: a) membuat RAB (RAB = (volume x harga satuan pekerjaan) b) membuat rekapitulasi total (Engineer Estimate) Penentuan anggaran adalah proses pengumpulan atau penjumlah untuk perkiraan biaya pada suatu jenis kegiatan atau paket pekerjaan untuk mendapatkan harga dasar yang sesungguhnya.

47

48 35 b) Menghitung dan mengonversi harga lama material sesuai harga yang paling baru. c. Environmentally process product (MRC 2) Target : menggunakan bahan bangunan hasil fabrikasi yang menggunakan bahan baku dan proses produksi yang ramah lingkungan. Metode : a) Pengadaan material bersertifikat ISO dengan surat pengantar barang terlampir dari supplier b) Pengadaan material hasil daur ulang c) Pengadaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek kurang dari 10 tahun. d) Menghitung perbandingan biaya total material bersertifikat terhadap total biaya material. e) Menghitung perbandingan biaya total material hasil daur ulang terhadap total biaya material. f) Menghitung perbandingan biaya total material yang berbahan baku dari sumber daya terbarukan terhadap total biaya material d. Non-ODS usage (MRC 3) Target : menggunakan bahan dengan zero ODP Metode : sama seperti fundamental refrigerant, yaitu pengadaan peralatan air conditioning dan sistem pemadam kebakaran dengan zero ODP. e. Certified wood (MRC 4) Target : menggunakan bahan baku yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Metode : a) Menggunakan kayu bersertifikat legal sesuai peraturan pemerintah b) Menggunakan kayu bersertifikasi internasional c) Menghitung perbandingan biaya material kayu bersertifikat legal pemerintah terhadap total biaya kayu d) Menghitung perbandingan biaya material kayu bersertifikat LEI atau FSC terhadap total biaya kayu f. Modular design (MRC 5)

49 36 Target : meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi Metode : a) Menggunakan material siap pakai, yang sudah difabrikasi di pabrik supplier-nya. b) Menghitung perbandingan biaya material modular terhadap total biaya material. g. Regional material (MRC 6) Target : mengurangi jejak karbon dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Metode : a) Menggunakan material yang tempat fabrikasi atau lokasi bahan bakunya ada pada radius 1000 km dari proyek atau setidaknya berada di dalam negeri Indonesia. b) Menghitung perbandingan biaya material yang berada dalam radius 1000 km terhadap biaya total material c) Menghitung perbandingan biaya material yang berada dalam wilayah Republik Indonesia. Peningkatan biaya konstruksi pada green building sudah terjadi pada contoh pembangunan gedung lain yang dikerjakan oleh kontraktor yang sama dengan kontraktor yang menangani pembangunan Gedung Jasamarga. Berikut adalah rincian garis besarnya. Tabel 2.7 Data Kenaikan Biaya Pembangunan DAHANA Kode Rating Teknologi Green Building yang Teraplikasi Konvensional RAB Tambah % Prosentase ASD-3 Fasilitas Jalur Pedestrian Rp0 Rp ,85 ASD-4 Parkir Sepda dan shower Rp0 Rp ,04 EEC-1 Stopsol dan Ceramic Glass Rp Rp ,87 EEC-1 AC sistem water coo Rp Rp ,66

50 37 Tabel 2.8 (Sambungan) Kode Rating Teknologi Green Building yang Teraplikasi Konvensional RAB Tambah % Prosentase EEC-2 Lux dan Motion Sensor Rp0 Rp ,56 WAC-3 Water Recycling Rp Rp ,71 WAC-6 Sensor dan Control Irigasi Rp0 Rp ,40 MRC-2 Penggunaan Material Daur Ulang Rp Rp ,13 MRC-4 Kayu Bersertifikat Legal dan FSC Rp Rp ,41 IHC-1 CO2 Monitoring Rp0 Rp ,47 Biaya Total Material Rp Rp ,10 Sumber: Data Pembangunan Gedung Dahana [74] Pada tabel di atas terlihat bahwa aspek material resources and cycle memiliki peningkatan biaya sebesar 4,91% dibandingkan dengan biaya pembangunan konvensional, sebelum diubah menjadi green building. 2.5 Kerangka Berpikir Dan Hipotesa Kerangka Berpikir Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah diawali adanya permasalahan, yaitu pembangunan yang tidak ramah lingkungan, kerusakan lingkungan, kebutuhan produk dan material yang ramah lingkungan, munculnya standar green building, maraknya pembangunan green building, dan terdapat aspek material resources and cycle. Dengan adanya permasalahan, maka muncul rumusan masalah, yaitu Faktor apa saja di dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya konstruksi pada pembangunan green building dan Seberapa besar pengaruh penerapan material resources and cycle terhadap peningkatan biaya proyek pada green building apabila dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Dengan menggunakan studi literatur mengenai green building, aspek material resources and cycle, dan biaya konstruksi. Selanjutnya melakukan strategi penelitian yaitu melakukan survey lapangan dan studi kasus pada suatu

51 38 proyek pembangunan yang berkonsep green building. Pada akhirnya didapatkan hipotesa untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Hipotesanya adalah Faktor environmentally process product, certified wood, dan modular design mempengaruhi perubahan biaya dan Pengaruh penerapan aspek MRC dalam proyek green building adalah sekitar 6%. Permasalahan: 1. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan 2. Kerusakan lingkungan 3. Kebutuhan produk dan material yang ramah lingkungan 4. Muncul standar green building 5. Mulai marak pembangunan berkonsep green building 6. Terdapat aspek material resources and cycle pada standar green building Studi Literatur: 1. Green Building 2. Aspek Material resources and cycle 3. Biaya Konstruksi Rumusan Masalah: 1. Faktor apa saja dalam aspek material resources and cycle yang berpotensi menaikan biaya konstruksi dalam pembangunan green building. 2. Seberapa besar pengaruh dari penerapan aspek material resources and cycle dalam green building terhadap besarnya biaya proyek apabila dibandingkan dengan konvensional building. Strategi Penelitian 1. Survei Lapangan 2. Studi Kasus proyek pembangunan gedung berkonsep green building Hipotesa : -Faktor environmentally process product, certified wood, dan modular design mempengaruhi perubahan biaya -Pengaruh penerapan aspek MRC dalam proyek green building adalah sekitar 5% Sumber: Hasil Olahan Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir

52 Hipotesa Berdasarkan data literatur, faktor-faktor yang memiliki kemungkinan memberikan dampak peningkatan biaya proyek pada aspek material resources and cycle (MRC) adalah environmentally process product, certified wood, dan modular design. MRC menyumbang peningkatan sekitar 5% secara keseluruhan. Secara tidak langsung dapat diketahui bahwa kemungkinan tidak semua faktor pada aspek MRC dalam green building akan mengalami peningkatan biaya dibandingkan dengan pembangunan konvensional.

53 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijabarkan mengenai metodologi penelitian dan teknik penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan. Yang akan dibahas di dalam bab 3 adalah Pendahuluan, Pemilihan Strategi Penelitian, Proses penelitian yang terdiri dari Variabel Penelitian, Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, dan Analisa Data, serta Kesimpulan. 3.2 Pemilihan Strategi Penelitian Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan metode penelitian, yaitu jenis pertanyaan yang diajukan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti, dan fokus terhadap peristiwa yang berjalan atau yang baru diselesaikan (Yin, 2002). [75] Berikut ini adalah tabel strategi penelitian berdasarkan teori Robert K Yin: Tabel 3.1 Tabel Strategi Penelitian Strategi Sumber : Yin, 2002 [76] Jenis pertanyaan yang digunakan Kendali terhadap peristiwa yang diteliti Fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan / baru diselesaikan Eksperimen Bagaimana, mengapa Ya Ya Survey Siapa, apa, dimana, berapa Tidak Ya banyak, berapa besar Analisa Siapa, apa, dimana, berapa Tidak ya / tidak Arsip banyak, berapa besar, Sejarah Bagaimana, mengapa Tidak Tidak Studi kasus Bagaimana, mengapa Tidak Ya Berdasarkan teori metode penelitian yang diperlihatkan pada tabel di atas, maka strategi penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah strategi metode survey. Metode survey adalah metode yang digunakan untuk 40

54 41 mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya (Sugiyono, 2009). [77] 3.3 Proses Penelitian Melakukan penelitian yang bersifat ilmiah, memerlukan tahapan-tahapan atau yang lebih dikenal dengan proses penelitian. Proses penelitian disesuaikan dengan paradigma penelitian yang digunakan. Pada penelitian ini dilakukan secara bersama (joint research) dengan berbagai aspek yang ada pada green building sesuai dengan GREENSHIP v1.0. Urutan proses penelitian yang akan dilakukan adalah a. Survey pendahuluan Mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui literatur dan diskusi dengan dosen pembimbing. b. Identifikasi masalah Mencari latar belakang dari permasalahan yang dipilih sebagai topik penulisan, dalam hal ini penulis memilih pengaruh penerapan aspek material resources and cycle dalam green building terhadap biaya konstruksi dibandingkan dengan konvensional building. c. Menetapkan tujuan Setelah menetapkan topik, selanjutnya menetapkan tujuan penelitian, yaitu hal apa saja yang akan didapatkan di akhir penelitian. d. Persetujuan Pembimbing Persetujuan pembimbing adalah tahapan penting untuk meneruskan penelitian, apabila pembimbing tidak menyetujui, maka dimulai kembali dari langkah pertama. e. Mencari informasi Penelitian ini dilakukan dengan cara survey dan studi kasus. Namun sebelumnya, penulis mencari informasi dari literatur. f. Pelaksanaan penelitian Penelitiaan ini dilaksanakan dengan cara survey, yaitu melakukan penyebaran kuisoner dan studi kasus pada suatu proyek pembangunan green building.

55 Survey Pendahuluan Identifikasi Masalah Menetapkan Tujuan Penelitian Persetujuan Pembimbing TIDAK YA Mencari informasi Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan dan pengolahan data Analisa Data Membuat Kesimpulan

56 43 dapat dibedakan menjadi lima jenis (Sugiyono, 2009) [78], yaitu: a. Variabel Independen (bebas), variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). b. Variabel Dependen (terikat), variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. c. Variabel Moderator, variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. d. Variabel Intervening, variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur. e. Variabel Kontrol, variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Yang menjadi variabel dan sub variabel pada penelitian ini adalah kategori-kategori dan tolok ukur dari aspek material resources and cycle pada green building. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel yang ada terhadap peningkatan biaya proyek pada green building. Tabel 3.2 Variabel Penelitian NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X1.1 Penggunaan refirigeran non- CFC dan pemadam kebakaran nonhalon (Green Building Council Indonesia, 2010) PerMen Perindustrian RI No 33/M- IND/PER/4/2007

57 44 Tabel 3.2 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi X2 MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X2. 1 X3. 1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO Certification, 2005) (Howe, 1997) X3. 2 X3. 3 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010)

58 45 Tabel 3.2 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi X4 MRC 3 (Non- ODS usage) X.5 MRC 4 (Certified wood) X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) Sumber: Hasil Olahan X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Sebesar 100% biaya total material kayu Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) Per Men Perindustrian RI Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Instrumen Penelitian Variasi jenis instrumen penelitian adalah, angket, ceklis (check-list), atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 1998) [79].

59 46 Instrumen pada penelitian ini digunakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama melakukan wawancara dengan pakar yang memahami dan mengerti aspek material resources and cycle dalam green building. Pada tahap pertama, wawancara menggunakan instrumen kuisoner dengan tipe kuisoner terbuka. Kuisoner merupakan serangkaian pertanyaan yang dikirimkan per pos atau diserahkan pada responden guna diisi (Dajan, 1973) [80]. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang cara menjawabnya dengan menggunakan keleluasaan kalimat responden. Pada tahap kedua, peneliti menggunakan kuisoner untuk survey seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel penelitian. Kuisoner yang digunakan adalah tipe kuisoner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang cara menjawabnya telah disediakan sehingga responden bisa menjawab dengan mengisi atau mencentang atau memilih jawaban yang telah disediakan. Kuisoner tahap 1 digunakan untuk pengambilan data berupa komentar dan tanggapan dari pakar material resources and cycle untuk validasi variabel dan subvariabel penelitian. Hasil validasi tersebut digunakan pada kuisoner tahap 2. Pakar menurut Kamus Bahasa Indonesia Online adalah ahli atau spesialis, sehingga pakar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang ahli dalam bidang green building secara umum dan material resources and cycle secara khusus baik sebagai akademisi maupun praktisi yang telah berpengalaman dalam bidang konstruksi. Dalam menganalisa data numerik kuisioner tahap 1 digunakan skala nominal yakni merupakan skala yang paling lemah diantara keempat skala pengukuran tersebut. Skala nominal membedakan benda atau peristiwa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan nama (predikat). Sehingga kita boleh mengklasifikasikan (menyebut) barang-barang yang dihasilkan pada suatu proses dengan predikat cacat atau tidak cacat Skala nominal biasanya juga digunakan bila kita berminat terhadap jumlah benda atau peristiwa yang termasuk ke dalam masing-masing kategori nominal.

60 47 Tabel 3.3 Kuisoner Tahap 1 NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X2 MRC 1 (building and material reuse) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran nonhalon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008)

61 48 Tabel 3.3 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X4 MRC 3 (Non- ODS usage) X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO Certification, 2005) (Howe, 1997) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007

62 49 Tabel 3.3 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Sebesar 30% dari total biaya material Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Sumber: Hasil Olahan

63 50 Kuisoner tahap 2 digunakan untuk pengambilan data berupa survey berpengaruh atau tidaknya variabel dan subvariabel penelitian. Pada kuisoner tahap 2 ini terdapat range nilai untuk setiap subvariabel, mulai dari angka 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh. Responden untuk kuisoner tahap 2 adalah personil pada proyek atau manajemen kantor yang menaungi proyek pembangunan green building. Untuk kuisioner tahap 2, maka skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, yakni skala yang memungkinkan sesuatu untuk disusun menurut peringkatnya masing-masing, bisa dari peringkat yang paling buruk hingga paling baik. Data semacam ini sering disebut data peringkat (rank data). (Daniel, 1989) [81] Selain kuisioner, digunakan pula software microsoft excel yang akan membantu perhitungan hasil kuisioner serta pengolahan data guna mengetahui besaran perbandingan biaya.

64 51 Tabel 3.4 Kuisoner Tahap 2 NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya X1 X2 Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse) X1.1 Penggunaan refirigeran non- CFC dan pemadam kebakaran non-halon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008)

65 52 Tabel 3.4 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO Certification, 2005) (Howe, 1997) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya

66 53 Tabel 3.4 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) Sumber: Hasil Olahan X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Sebesar 30% dari total biaya material Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010)

67 Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian (Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 1997)[82]. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yakni data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pakar, maupun jawaban dari responden yang adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dalam konstruksi green building. Terdapat dua tahapan dalam pengumpulan data primer, pada tahap pertama, wawancara menggunakan instrumen kuisoner dengan tipe kuisoner terbuka. Pada tahap kedua, peneliti menggunakan kuisoner untuk survey seberapa besar pengaruh variabel dan subvariabel penelitian. Sebelum melakukan tahap kedua, peneliti melakukan pilot survey untuk mengetahui ketepatgunaan kuisoner. Sementara untuk data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari literatur, jurnal maupun laporan akhir suatu proyek. Yang termasuk data sekunder adalah: a. Dokumen, data teknis dan gambar kerja proyek green building Y. b. Keterangan langsung dari pelaksana di lapangan. Praktisi konstruksi yang sedang mengerjakan proyek serupa ataupun yang memiliki pengalaman di bidangnya, maupun pakar yang mengerti tentang penerapan green building. Setelah semua tahapan penelitian dilakukan, maka yang selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji validitas dan realibitas hasil penelitian tersebut dengan cara : a. Uji validitas, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument digunakan untuk mengukur atribut A dan ternyata mampu memberikan informasi tentang A maka instrument tersebut dinyatakan valid. Suatu alat ukur yang valid, tidak hanya sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, namun juga harus mampu memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Pada peneltian ini digunakan program SPSS ver. 20 untuk melakukan uji validitas.

68 55 b. Uji reliabilitas menyangkut konsistensi alat ukur penelitian. Dikatakan dapat terpercaya jika alat ukur tersebut mantap, stabil dapat diandalkan dan dapat diramalkan sehingga alat ukur tersebut konsisten dari waktu ke waktu. Uji realibilitas dilakuakn dengan menggunakan metode koefisien alpha cronbach dengan program SPSS. Menurut Sekaran (2003), jika koefisien realibilitas hasil perhitungan menunjukkan angka = 0.6 maka dapat disimpulkan instrument yang bersangkutan dinyatakan reliable (Adikusumo, 2010). [83] Analisa Data Adapun proses analisa data yang akan dilakukan adalah a. Analisa tahap 1, menggunakan delphi method Metode delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuesioner tang tertuang dalam tulisan. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsesus yang paling reliable dari sebuah grup ahli. Pendekatan delphi memiliki tiga grup yang berbeda yakni: pembuat keputusan, staf dan responden. Pembuat keputusan akan bertanggung jawab terhadap keluaran dari kajian delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisa semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data, dan merevisi kuesioner yang diperlukan. (Ario, 2010)[84] Prosedur delphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ini: a) Anonymous (mengabaikan nama) Metode ini tidak mengijinkan anggota komite mengetahui satu sama lain untuk mencegak kemungkinan keberpihakan pada salah satu opini sesorang atau dominasi panelis. Hal ini membuat keaslian dari suatu ide dapat berubah tanpa dipengaruhi satu sama lain, yang masing-masingnya beropini secara independen. b) Iterasi dengan feedback terkontrol Hal ini bertujuan untuk mencegah anggota komite membuat keputusan hanya berdasarkan opini pribadi. Interaksi diantara anggota komite menggunakan kuisioner sebagai media, memungkinkan mereka mengetahui posisi dalam pengumpulan opini, apakah mendukung atau menolak argumen, yang harus

69 56 bekerja dalam tujuan awal tanpa dipengaruhi tujuan individu. Dalam setiap putaran metode delphi ada ringkasan yang memuat masukan sebagai respon dari kuisioner yang disebarkan. c) Respon kelompok secara statistik Hal ini diperlukan untuk mengukur derajat perbedaan opini yang mungkin ada dalam komite, yang dapat pula berupa istilah misalnya median, mean, standar deviasi, dsb. Prosedur metode delphi adalah mengembangkan pertanyaan delphi, memilih dan kontak dengan responden, memilih ukuran contoh, mengembangkan kuisioner dan test, analisis kuisioner, pengembangan kuisioner dan test, menyiapkan laporan akhir. Keungulan metode delphi apabila dibandingkan dengan metode yang lain adalah: a) Metode delphi mengabaikan nama dan mencegah pengaruh yang besar satu anggota terhadap anggota lainnya. b) Masing-masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing-masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner. c) Menghindari tekanan sosial psikologis d) Perhatian langsung pada masalah e) Memenuhi kerangka kerja f) Menghasilkan catatan dokumen yang tepat. b. Analisa tahap 2, menggunakan deskriptif analisis (statistik), Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar (Walpole, 1993) [85]. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. (Sugiarto, 2002).[86] Biasanya parameter yang digunakan dalam metode ini adalah mean, modus, frekuensi, persentase, dsb. Analisis deskriptif berusaha mengubah kumpulan

70 57 data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dimengerti. Dalam metode analisis deskriptif, nilai ini bisa diwakili oleh: a) Mean Mean adalah nilai rata-rata dari observasi suatu variabel dan merupakan jumlah semua observasi dibagi jumlah observasi. b) Median Mengukur nilai tengah dari data yang telah diurutkan nilai-nilainya dari kecil ke besar, kemudian membaginya secara seimbang di tengah. Median merupakan cara lain mencari nilai yang dapat mewakili sejumlah data yang terkumpul. c) Modus Modus menggambarkan nilai yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi terbanyak. d) Tabel Frekuensi Dalam Tabel frekuensi, data dikelompokkan atau dirigkas dalam bentuk format tabel yang terdiri atas kolom dan baris yang menggambarkan jumlah respon untuk tiap kategori dari suatu variabel. Tabel tersebut,mengelompokkan jawaban responden yang sama dalam satu kategori agar memberikan hasil yang mudah dipahami. e) Persentase Persentase memberikan gambaran mudah guna membandingkan atau mengetahui data terbanyak dalam satuan per seratus (%). f) Diagram Diagram memberikan gambaran visual penyajian data agar lebih mudah dipahami. Dalam penelitian ini, analisa deskriptif yang digunakan hanyalah mean dari tiap data yang dianalisa menggunakan program SPSS ver. 20. c. Analisa tahap 3 Metode yang digunakan adalah metode AHP (Analytical Hierarcy Process), yaitu metode yang digunakan untuk mengambil keputsan yang sifatnya kompleks dan di dalamnya terdapat ketergantungan dan pengaruh yang dianalisa terhadap keuntungan, peluang, biaya dan resiko. Pada penelitian ini, AHP

71 58 digunakan untuk melihat tingkat pengaruh dari masing-masing indikator dari variabel yang termasuk dalam aspek material resources and cycle (MRC) terhadap perubahan biaya konstruksi green building. Terdapat empat prinsip dasar AHP, yaitu a) Decomposition Memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya b) Comparative Judgement Pemberian penilaian terhadap elemen-elemen dalam bentuk matriks c) Synthesis Theory Menentukan prioritas dari data matriks yang telah dibuat (pairwise comparison) d) Logical Consistency Menentukan apakah matriks yang dibuat serta prioritas yang ada konsisten atau tidak. Untuk mengetahui konsistensi matriks harus diketahui nilai CR (consistency ratio), dimana matriks dikatakan konsisten apabila CR < 10%. 3.4 Kesimpulan Berdasarkan studi literatur dan rumusan masalah yang ada, penelitian ini menggunakan metode survey dan studi kasus, dengan instrumen penelitian wawancara menggunakan kuisoner. Data yang dibutuhkan dalam pengumpulan informasi adalah dokumen, data teknis dan gambar kerja, keterangan pakar dan pelaksana lapangan, serta literatur. Untuk menganalisa data digunakan delphi method, deskriptif analisis, dan analisa studi kasus.

72 BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1 Pendahuluan Dalam BAB 4 ini akan dijelaskan mengenai proses pengumpulan data tahap validasi pakar dan responden, proses analisa data-data yang berhasil dikumpulkan, mulai dari analisa statistik dengan bantuan software SPSS versi 20, serta analisa studi kasus pada proyek termasuk gambaran umum proyek yang akan dijadikan objek studi kasus. 4.2 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dilakukan 3 (tiga) tahap pengumpulan data yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tahap pertama, peneliti melakukan validasi variabel penelitian menggunakan instrumen penelitian kuisioner tahap pertama kepada pakar green building. Tahap kedua dilakukan pilot survey untuk uji coba isi kuisioner sebelum akhirnya kuisioner tahap kedua disebar pada responden yang sebenarnya. Tahap ketiga adalah pengumpulan data pada proyek pembangunan green building yang dijadikan objek studi kasus Pengumpulan Data Tahap Pertama Berdasarkan tinjauan pustaka seperti pada bab 2 dan metode penelitian pada bab 3, diperoleh beberapa variabel yang diturunkan menjadi beberapa subvariabel yang masing-masing memiliki indikator. Pengumpulan data tahap pertama ini ditujukan kepada orang orang yang menguasai hal-hal terkait green building secara baik. Seluruh variabel tersebut divalidasi kepada pakar agar didapatkan variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk kemudian dimasukkan ke dalam kuisioner tahap kedua. Pakar dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang dan berasal dari instansi yang berbeda. Pakar green building tersebut telah disertifikasi sebagai Greenship Professional (GP) oleh GBCI ataupun sebagai tim rating analyst sistem rating GREENSHIP. Mengingat lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga perwakilan GBC Internasional di Indonesia belum lama berdiri, maka ada diantara lima pakar tersebut yang masih memiliki pengalaman kurang dari 5 (lima) tahun. Meskipun memiliki pengalaman kurang dari lima tahun, 59

73 60 mereka dapat dipastikan memahami green building secara mendalam dan memiliki latar belakang pendidikan S2, sedangkan pakar yang memiliki pengalaman lebih dari 15 tahun adalah pengalaman di dunia konstruksi dan sejak berdirinya GBCI, baru disertifikasi sebagai seorang GP. Tabel 4.1 Profil Pakar No Nama Instansi Pengalaman Pendidikan 1 Ridho Haqi PT. Pertamina (Persero), Tbk. 4 tahun S1 2 Nana Arthana PT. Artefak Arkindo 16 tahun S1 3 Ni Made Sasanti PT. PP (Persero), Tbk 21 tahun S1 4 Yanu Aryani Green Building Council Indonesia 2 tahun S2 5 Dian Fitria Green Building Council Indonesia 2,5 tahun S2 Sumber: Hasil Olahan Berdasarkan hasil validasi dari kelima pakar tersebut, Tujuh variabel awal tereduksi menjadi lima variabel. Berikut ini adalah hasil validasi subvariabel. Tabel 4.2 Variabel setelah divalidasi pakar NO Variabel Sub Variabel Indikator X.2 MRC 1 (building and material reuse) X.1.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan X.3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X.2.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal bernilai 30% dari total biaya material.

74 61 Tabel 4.3 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator X.5 MRC 4 (Certified wood) X.5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu X.6 MRC 5 (Modular Design) X.5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) X.6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material X.7 MRC 6 (Regional Material) X.7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material X.7.2 Penggunaan material berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 80% total biaya material Sumber: Hasil Olahan Pengumpulan Data Tahap Kedua Setelah validasi pakar, tahap selanjutnya adalah menyebarkan dan mengumpulkan data menggunakan kuisioner sifat tertutup kepada responden sebagai pilot survey. Hal ini dilakukan untuk penelitian pendahuluan untuk menguji keefektifan dari metode survey yang digunakan serta untuk melihat apakah responden dapat memahami isi dari kuisioner sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Peneliti menyebarkan kuisioner dengan bertatap muka langsung responden yang merupakan praktisi proyek yang berasal dari instansi yang berbeda. Jumlah responden untuk pilot survey tidak harus banyak tetapi harus cukup mewakili karakteristik responden. Berikut ini adalah profil responden pilot survey.

75 62 Tabel 4.4 Data Responden Pilot Survey No Nama Jabatan pada proyek Perusahaan Pengalaman (tahun) Pen 1 A.Syauqi Engineer PT. Waskita Karya 15 S1 2 Agus Ruliyanto Kepala Lapangan PT. Waskita Karya 7 S1 3 Anggraeni Staff Engineer PT, Waskita Karya 1 S1 PT Wijaya Karya 4 Yucizar Fadli Komersial (Persero), Tbk 12 S1 PT Wijaya Karya 5 Anastasya Yolanda Staff Teknik (Persero), Tbk 2,5 S1 6 Ali Abrar Sitepu Kepala Engineering PT WIKA Gedung 4 S1 7 Fajril Lubab Manajer Proyek PT WIKA Gedung 21 S1 Site Engineering 8 Juniar Bakti Manager PT PP (Persero), Tbk 5 S2 9 M.W.Prayogi Staff Engineer PT PP (Persero), Tbk 1 S1 PT Lemtek Konsultan 10 Ade Tauhid Project Manager Indonesia 25 S1 Sumber: Hasil Olahan Responden mengisi kuisioner, memberikan komentar mengenai kalimat dan isi variabel, subvariabel, serta indikator. Dari hasil pilot survey, beberapa responden memberikan masukan mengenai range nilai untuk skala rating 1 sampai 5 yang terdapat pada kuisioner. Dibutuhkan patokan besaran secara pasti yang dapat mewakili nilai 1 sampai Pengumpulan Data Tahap Ketiga Setelah melakukan tahap pilot survey, selanjutnya dilakukan survey menggunakan kuisioner dengan variabel yang telah divalidasi dan diperbaiki. Responden yang menjadi objek adalah personil pada proyek yang sedang dalam tahap kostruksi. Posisi personil proyek tersebut diantaranya seperti analyst, site engineer manager, site operational manager, general supervisor, quantity surveryor, quality control, konsultan dan sebagainya yang berasal dari instansi yang beragam. Melalui penyebaran kuisioner secara langsung dan kepada responden di daerah Jakarta, terkumpul sebanyak 37 kuisioner yang selanjutnya hanya tersisa 31 kuisioner yang dapat diolah. Hal ini disebabkan proses pengecekan data responden yang tidak sesuai dengan jabatan yang diinginkan, sehingga dapat

76 63 diketahui tingkat pengembalian kuisioner sebesar 83,78%. Data 31 responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Data Responden Responden Jabatan Pengalaman Kerja (th) Pendidikan Terakhir R1 Pengelola Teknis 25 s2 R2 Site Operational Management 12 s1 R3 Pengelola Teknis 25 s2 R4 Staf Teknik 3 s1 R5 Engineer ME 4 s1 R6 Jabatan Fungsional sbg Pengelola Teknis 29 s2 R7 Site Engineering Manager 5 s1 R8 Site Operational Manager 25 s1 R9 Quality Control 4 s1 R10 Site Engineering Manager 7 s1 R11 GSP 18 d3 R12 GP dan ME 24 s1 R13 Team Leader dan GP 20 s1 R14 Konsultan 19 s1 R15 Site Engineering Manager 15 s1 R16 Manager QC 8 s1 R17 Site Operational Manager 15 s1 R18 Kepala Lapangan 7 s1 R19 HSE 7 s1 R20 Site Engineer 4 s2 R21 Site Engineer 10 s1 R22 Engineering 10 s1 R23 Pengendalian Operasional Proyek 14 s1 R24 Engineer 5 s1 R25 GSP 12 d3 R26 QS 6 s1 R27 Site Engineer 7 s1 R28 Site Manager 7 s1 R29 Site Manager 6 s1 R30 Staf Teknik 2 s1 R31 Site Engineer Manager 15 s1 Sumber: Hasil Olahan

77 Analisa Dataa Analisa Data Kuisioner Uji Data Responden a. Uji Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengujian data responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir dibagi menjadi tiga kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir. Pendidikan Terakhir S2 10% D3 10% S1 80% Gambar 4.1 Grafik Penyebaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Olahan Setelah dikelompokkan menjadi 3 kelompok, maka selanjutnya dilakukan uji Kruskal Wallis menggunakan program SPSS versi 20. Hipotesis yang diusulkan untuk uji Krusian Wallis adalah : H0= Tidak ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar pendidikan reponden yang berbeda H1= Ada perbedaan persepsi yang didasari atas dasar jabatan responden yang berbeda Pengambilan keputusan

78 65 a) Berdasarkan probabilitas : Ho = Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima H1 = Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak b) Berdasarkan nilai Chi-Square : Ho = Jika statistic hitung < statistik tabel, maka Ho diterima H1 = Jika statistic hitung > statistic tabel, maka Ho ditolak Output data hasil uji Kruskal Wallis untuk data responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat seperti tabel berikut ini. Tabel 4.6 Test Statistics X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 Chi-Square,816 2,384 1,280 1,819 1,947 1,283 1,206 1,331 df Asymp. Sig.,665,304,527,403,378,526,547,514 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20 Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 2, maka nilai Chi-Square adalah 5,99. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. b. Uji Data Responden Berdasarkan Jabatan Pengujian data responden berdasarkan jabatan dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Pengelompokan jabatan responden dapat dilihat pada tabel berikut ini.

79 66 Tabel 4.7 Kelompok Jabatan Responden Kelompok Jabatan 1 Staff Teknik, Engineer ME, Engineer, Quality Control, Quantity Surveyor Site Operational Manager, Kepala Lapangan, Site Engineer Manager, 2 Manager QC, Pengendali Operasional Proyek, Construction Manager 3 Site Engineer 4 Pengelola Teknis 5 GSP 6 Konsultan, Team Leader, dan Greenship Professional (GP) Sumber: Hasil Olahan Berikut ini adalah penyebaran jumlah responden berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir. Jabatan Responden 6 29% 1 5% 2 9% 3 14% 5 24% 4 19% Sumber: Hasil Olahan Gambar 4.2 Grafik Penyebaran Responden berdasarkan Jabatan Setelah membagi enam kelompok jabatan, selanjutnya dilakukan uji Kruskal- berikut Wallis dengan hasil output yang dapat terlihat seperti pada tabel ini.

80 67 Tabel 4.8 Test Statistics Jabatan X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 Chi-Square 2,690 5,862 5,503 5,811 6,123 2,610 2,620 5,764 df Asymp. Sig.,748,320,358,325,294,760,758,330 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20 Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan jabatan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki jabatan pekerjaan yang berbeda. c. Uji Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Pengujian data responden berdasarkan pengalaman kerja dibagi menjadi enam kelompok dan menggunakan uji Kruskal Wallis dengan bantuan program SPSS ver. 20. Berikut ini adalah grafik penyebaran jumlah responden pengalaman kerja.

81 % Pengalaman Kerja (thn) >25 3% % % % % Gambar 4.3 Grafik Penyebaran Data Responden berdasarkan Pengalaman Kerja Sumber: Hasil Olahan Hasil uji Kruskal-Wallis untuk uji data responden berdasarkan pengalaman kerja dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Test Statistic Pengalaman Kerja Chi-Square df Asymp. Sig. X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X..5.1 X.5.2 2,640 5,035 6,314 5,324 8,516 1,231 5,,184 5, ,755,412,277,378,130,942,394,391 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20 Berdasarkan tabel Chi-Square apabila nilai minimum Sig. Adalah 0,05 dan nilai df adalah 5, maka nilai Chi-Square adalah 11,07. Pada tabel output hasil olahan SPSS ver. 20 untuk uji responden berdasarkan pengalaman kerja, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga dapat dikatakan tidak ada perbedaan persepsi jawaban dari responden yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda.

82 Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas Dengan menggunakan software SPSS ver. 20, dilakukan pengujian validitas dan realibilitas data-data yang didapatkan. Terdapat dua prasyarat untuk menyatakan suatu instrumen dinyatakan valid dan realible, yaitu dinyatakan valid ketika instrumen mampu mengukur apa yang harus diukur dan dikatakan reliable ketika menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun digunakan untuk mengukur berkali-kali. Hasil pengukur yang dilakukan berulang kali menghasilkan hasil yang relatif sama maka pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat realibilitas yang baik. Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Indikator R hitung R tabel Ket. X ,821 0,355 Valid X ,811 0,355 Valid X.3.1 0,849 0,355 Valid X.5.1 0,934 0,355 Valid X.5.2 0,802 0,355 Valid X.6.1 0,798 0,355 Valid X.7.1 0,826 0,355 Valid X.7.2 0,837 0,355 Valid Sumber: Olahan dari Data Hasil SPSS ver. 20 Untuk mengukur valid dan tidaknya dari 8 variabel yang ada, nilai r hitung harus minimal sama dengan atau lebih dari nilai r tabel. Berdasarkan nilai responden yang berjumlah 32 responden didatakan nilai r tabel yaitu = 0,355. Pada tabel di atas dapat dilihat semua variabel bersifat valid. Tabel output uji validitas dapat dilihat di lampiran 6. b. Uji Realibilitas Output data pada program SPSS ver. 20 saat uji realibilitas memperlihatkan seluruh data input dinyatakan valid 100%.

83 70 Tabel 4.11 Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0 0,0 Total ,0 Sumber: Hasil olahan SPSS ver. 20 Untuk uji realibilitas, seluruh indikator dinyatakan realible, hal ini dapat dilihat dari nilai alpha cronbachnya. Nilai Alpha Cronbach pada uji realibilitas menunjukkan angka 0,935. Tabel 4.12 Realibility Statistics Cronbach's Alpha N of Items,935 8 Sumber: Hasil olahan SPSS ver. 20 Berdasarkan tabel realibilitas, nilai Alpha Cronbach sebesar 0,935 termasuk dalam kriteria sangat tinggi. Tabel 4.13 Tabel Realibilitas No Interval Kriteria 1. < 0,200 Sangat rendah 2. 0,200 0,399 Rendah 3. 0,400 0,599 Cukup 4. 0,600 0,799 Tinggi 5. 0,800 1,000 Sangat Tinggi Sumber: Materi Kuliah Metodologi Penelitian Analisis Deskriptif Analisis deskriptif memiliki fungsi menyajikan karakteristik tertentu suatu data dari sampel tertentu. Analisis ini memungkinkan peneliti mengetahui secara

84 71 cepat gambaran sekilas dan ringkas mengenai data yang diperoleh. Dengan bantuan program SPSS ver. 20, diperoleh nilai rata-rata (mean) dan nilai median. Deskriptif untuk sebagian besar variabel yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi adalah bernilai mean 3, yaitu cukup berpengaruh terhadap biaya proyek dengan range 1%- <2% biaya konstruksi, sedangkan untuk indikator X.5.2 memiliki nilai mean sebesar 3,58 yang dibulatkan menjadi 4, sehingga dapat dikatakan sangat berpengaruh pada range 2%-<3% terhadap biaya konstruksi. Tabel 4.14 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic X ,74,179,999 X ,97,164,912 X ,29,213 1,189 X ,52,212 1,180 X ,58,206 1,148 X ,00,139,775 X ,26,207 1,154 X ,03,170,948 Valid N (listwise) 31 Sumber: Data Hasil Olahan SPSS ver. 20 Dari data mean pada tiap variabel, maka dapat diperoleh nilai rata-rata dari total mean sebesar 3,17. Nilai mean tiap indikator dapat dibandingkan dengan nilai mean total dan disajikan pada grafik berikut ini.

85 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Nilai Mean Indikator X.2.1.1X X.3.1 X.5.1 X.5.2 X.6.1 X.7.1 X.7.2 Mean Total Mean Sangat Berpengaruh Cukup Kurang Tidak Sangat Berpengaruh 0, Cukup 0,20 0, Kurang 0,14 0,20 0, Tidak 0,11 0,14 0,20 0,33 1 Jumlah 1,79 4,68 9,53 16,33 25,00

86 73 Selanjutnya adalah perhitungan bobot elemen untuk masing masing unsur dalam matriks seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.16 Perhitungan Bobot Elemen Sangat Berpengaruh Cukup Kurang Tidak Jumlah Prioritas Persentase Sangat 0,56 0,64 0,52 0,43 0,36 2,51 0, Berpengaruh 0,19 0,21 0,31 0,31 0,28 1,30 0,26 51,75 Cukup 0,11 0,07 0,10 0,18 0,2 0,67 0,13 26,72 Kurang 0,08 0,04 0,03 0,06 0,12 0,34 0,07 13,48 Tidak 0,06 0,03 0,02 0,02 0,04 0,17 0,03 6,93 Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 5,00 1,00 Sumber: Hasil Olahan Dari tabel perhitungan, maka bobot elemen dapat dilihat pada berikut. Sumber: Hasil Olahan Tabel 4.17 Bobot Elemen Tidak Kurang Cukup Berpengaruh Sangat 6,93 13,5 26,7 51,8 100,0 Matriks bobot dari hasil perbandingan berpasangan harus mempunyai diagonal bernilai satu dan konsistensi. Untuk menguji konsistensinya, nilai eigen value maksimum (λ maks ) harus mendekati banyaknya elemen (n) dan eigen value sisa mendekati nol. Pembuktian konsistensi matriks berpasangan dilakuakan dengan unsur-unsur pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom yang bersangkutan diperoleh matriks sebagai berikut.

87 (1) sehingga didapatkan nilai z maks = 5,237. Besar RCI untuk n = 5 sesuai dengan tabel Sturat H. Mann adalah sebesar 1,12, maka CI = (λ maks -n)/(n-1) adalah CI = 0,059. Selanjutnya CR = 0,059/1,12= 0.053=5,2 %. Nilai tersebut menunjukkan nilai CR <10 %, maka hasil ini mempunyai hirarki konsisten dan tingkat akurasi yang tinggi. Berikut ini adalah tabel perhitungan AHP. Tabel 4.18 Perhitungan Nilai Analytical Hierarchy Process Var Ind TOTAL X2 0,07 0,13 0,27 0,52 1,00 NILAI (%) Ind ,68 32,26 35,48 19,35 3,23 27,74 Ind ,00 35,48 38,71 19,35 6,45 31,59 X3 Ind ,00 38,71 12,90 29,03 19,35 43,05 Ind ,23 22,58 16,13 35,48 22,58 48,52 X5 Ind ,00 22,58 25,81 22,58 29,03 50,66 X6 Ind ,23 19,35 51,61 25,81 0,00 29,98 X7 Ind ,23 29,03 22,58 29,03 16,13 41,32 Ind ,23 29,03 32,26 32,26 3,23 32,68 Sumber: Hasil Olahan Dari tabel diatas, maka diperoleh proxy (indikator yang mewakili) tiap variabel yakni: Tabel 4.19 Proxy Variabel Variabel Indikator Penjelasan Nilai (%) X2 Indikator 2 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan 31,59

88 75 Tabel 4.20 (Sambungan) Variabel Indikator Penjelasan Nilai (%) X3 Indikator 3 X5 Indikator 5 X6 Indikator 6 X7 Indikator 7 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material 43,05 50,66 29,98 41,32 Sumber: Hasil Olahan Validasi Pakar Setelah diperoleh proxy untuk tiap variabel, tahap selanjutnya adalah validasi proxy kepada pakar untuk mengetahui apakah proxy yang telah dipilih adalah indikator yang tepat mempengaruhi biaya konstruksi green building. Pada variabel X3 dan X6 hanya memiliki satu indikator yang dianalisa menggunakan AHP, sehingga tidak ada keraguan dalam pemilihan indikator sebagai proxy variabel X3 dan X5. Sedangkan untuk variabel X2, X5, dan X7, masing-masing memiliki dua indikator. Pada variabel X2, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Hal ini disebabkan oleh indikator yang terpilih sebagai proxy yaitu X memiliki tolok ukur yang lebih besar dibandingkan dengan indikator X Indikator X memiliki tolok ukur minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan, sedangkan indikator X memiliki tolok ukur minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan. Oleh karena itu, indikator X lebih mempengaruhi biaya konstruksi green building. Pada variabel X5, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Pakar sepakat bahwa indikator X.5.2 lebih mempengaruhi biaya konstruksi dibandingkan dengan indikator X.5.1, hal ini disebabkan karena lebih terbatasnya keberadaan material kayu bersertifikat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) dibandingkan dengan keberadaan material kayu bersertifikat legal dari pemerintah (FAKO).

89 76 Pada variabel X7, hasil validasi pakar sesuai dengan hasil analisa AHP. Indikator X.7.1 dianggap lebih mempengaruhi biaya konstruksi green building dibandingkan indikator X.7.2. Indikator X.7.1 menjadi dasar dari indikator X.7.2 yaitu penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasinya berada dalam radius 1000 km, harus berasal dari dalam wilayah RI mencapai 80% total biaya material. Sehingga indikator X.7.1 memiliki efek domino terhadap indikator X Analisa Data Studi Kasus Pendahuluan Setelah melakukan pengumpulan dan analisa data kuisioner, tahap penelitian selanjutnya adalah analisa studi kasus pada satu proyek pembangunan green building. Objek studi kasus pada penelitian ini adalah proyek gedung perkantoran milik PT Jasa Marga yang berlokasi di pintu tol utama TMII Jakarta Timur dengan kontraktor pelaksananya merupakan PT. PP (Persero), Tbk. Berikut adalah data proyek tersebut: Nama proyek : Pembangunan Kantor Pusat Jasa Marga Pemberi tugas : PT. Jasa Marga (Persero), Tbk Lingkup pekerjaan : Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal Konsultan Perencana : PT. Bita Enarcon Engineering Luas lahan : 8,741 m2 Zoning : Office building Gross Building Area : 4879,3 m2 Berikut ini adalah work breakdown structure proyek,

90 Pembangunan Gedung Kantor Pusat Jasa Marga Pekerjaan Struktur Pekerjaan Arsitektur Pekerjaan Mekanikal Pekerjaan Site Pekerjaan Konstruksi Lahan Pekerjaan Beton Pekerjaan Konstruksi Khusus Pekerjaan Sipil Pekerjaan Beton Pekerjaan Pasangan Pekerjaan Mekanikal Pekerjaan Site Mekanikal Pekerjaan Metal Pekerjaan Metal Pekerjaan Site Elektrikal Perlindungan Panas dan Lembab Pekerjaan Penyelesaian Pekerjaan Bidang Khusus Pekerjaan Mekanikal

91 NO ITEM Baseline Target ELIGIBILITY 1 ASD Appropriate Site Development 4 11 Energy Efficiency & 2 EEC Conservation WAC Water Conservation MRC Material Resources & Cycle IHC Indoor Health & Comfort 6 9 Building Enviroment 6 BEM Management 1 11 TOTAL 21 65

92 79 akan disertifikasi sebagai green building. Prasyarat ini mewajibkan pemakaian sistem refrigeran non-cfc dan non-halon. Sistem refrigeran dapat ditemukan pada pemakaian air conditioner (AC) pada sistem tata udara dan fire extinguisher pada sistem pemadam kebakaran. Dalam proyek pembangunan Gedung Perkantoran Jasa Marga, strategi untuk mencapai target prasyarat ini adalah melampirkan spesifikasi teknis dari AC dan sistem pemadam kebakaran yang tidak mengandung CFC dan Halon. Untuk sistem AC, menggunakan AC split inverter dengan refrigerant R410a dengan nilai ODP sama dengan nol. Sedangkan untuk sistem pemadam kebakaran menggunakan fire extinguisher non-halon seperti Fe-25 atau Fe-35. Larangan pemakaian produk yang mengandung bahan perusak ozon telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007, sehingga ketersediaan produk yang mendukung fundamental refrigerant sudah menjadi kewajiban bagi produsen. Hal ini menjadikan subaspek prasyarat 1 dapat dipenuhi sejak desain awal proyek (baseline). b. MRC 2 (Environmentally Process Product) Indikator yang digunakan adalah menggunakan material yang bersertifikat ISO dan atau sertifikasi lain yang setara bernilai minimum 30% total biaya material. Strategi mencapai target poin dari subaspek ini adalah melampirkan spesifikasi teknis dari material berstandar sertifikasi ISO pada dokumen tender sebagai acuan proses konstruksi. Material bersertifikasi ISO yang diaplikasikan pada proyek pembangunan Gedung Perkantoran Jasamarga diantaranya adalah sebagai berikut: a) Concrete (Holcim) b) Besi Beton (Krakatau Steel) c) Kaca (Asahimas) d) Aluminium Composite Panel (Alcopanel) e) Sanitary (Toto) f) Cat (ICI Paint) g) Plafond Gypsum (Knauf) h) Lapisan kedap air (BASF) Total biaya material pembangunan gedung kantor pusat Jasamarga dapat dilihat pada tabel berikut.

93 80 Tabel 4.22 Biaya Material Proyek Total Material Kantor Pusat Rp Standard Rp Non-standard Rp Total Material Pekerjaan Sipil Rp Standard Rp Non-standard Rp TOTAL MATERIAL PADA BOQ (tanpa PPn) Rp TOTAL ISO Rp PERSEN 36% Sumber: Hasil Olahan Biaya total material kantor pusat dan pekerjaan sipil berasal dari data bill of quantity (BQ) desain awal. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa proyek pembangunan gedung ini telah memenuhi subaspek MRC 2 sejak desain masih gedung konvensional, yaitu 36% dari total biaya material bersertifikat ISO Berdasarkan jenis pekerjaannya, biaya material bersertifikat ISO dapat dilihat pada grafik berikut ini.

94 81 Biaya Material Bersertifikat ISO Mekanikal 10% Arsitektur 35% Struktur 55% Sumber: Hasil Olahan Gambar 4.7 Biaya Material Bersertifikat ISO Berdasarkan Pekerjaan Perhitungan secaraa rinci material yang bersertifikat ISO dapat dilihat pada lampiran 7. c. MRC 3 (Non ODS Usage) Strategi untuk mencapai target dari subaspek MRC 3 tidak memiliki perbedaan dengan strategi mencapai target Prasyarat 1, karena keduanya memiliki persamaan konsep dasar, yaitu pemakaian material yang tidak merusak ozon untuk sistem refigeran, perbedaannya adalah pada Prasyarat 1 menekankan nilai ODP < 1, sedangkan MRC 3 menekankan nilai ODP = 0. Spesifikasi teknis material untuk air conditioner dan sistem pemadam kebakaran adalah pemakaian material dengan nilai ODP = 0, maka selain dapat mencapai target prasyarat namun juga dapat mencapai target MRC 3. d. MRC 4 (Certified Wood) Indikator yang digunakan adalah menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legall sesuai peraturan pemerintah asal kayu (FAKO) dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal sebesar 100% dari biaya total material kayu. Strategi untuk mencapai target MRC 4 adalah melampirkan spesifikasi teknis dari material kayu dengan prasyarat bahwa kayu yang digunakan bersertifikat legal pada dokumen tender sebagai acuan proses konstruksi serta fit

95 82 out agreement sebagai acuan tenant. Pada proyek ini menggunakan supplier kayu yang telah bersertifikat FAKO. Material kayu digunakan pada pekerjaan pintu dan jendela. 4.4 Kesimpulan Pengumpulan data pada tahap pertama adalah validasi pakar dengan jumlah pakar sebanyak 5 (lima) orang. Tahap validasi ini mengeliminasi 2 (dua) variabel dari 7 (tujuh) variabel menjadi 5 (lima) variabel. Selanjutnya tahap pilot survey untuk mengetahui efektifitas kuisioner tahap kedua dengan responden sebanyak 10 orang. Hasil yang diperoleh pada pilot survey adalah pemutakhiran penjelasan nilai ukur 1 (satu) sampai 5 (lima) pada kuisioner tahap kedua. Kemudian kuisioner siap disebarkan ke responden. Sebanyak 31 kuisioner yang berasal dari 31 responden berhasil dihimpun yang selanjutnya dilakukan tabulasi data menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan uji validitas realibilitas menggunakan program SPSS ver. 20. Setelah dinyatakan valid dan realible, data dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui peringkat variabel yang paling berpengaruh. Variabel yang paling berpengaruh adalah Certified Wood (Penggunaan kayu bersertifikasi) dengan indikator sertifikasi LEI dan FSC. Analisa data yang terakhir adalah studi kasus pada proyek pembangunan Gedung Kantor Pusat Jasamarga yang memiliki target poin sebanyak 4 (empat) buah dari aspek MRC pada sistem rating GREENSHIP. Empat poin tersebut ditargetkan dapat tercapai melalui subaspek: Prasyarat 1 (fundamental refrigerant), MRC 2 (environmentally process product), MRC 3 (Non-ODS Usage), dan MRC 5 (certifed wood). Sebagian besar target telah terdesain pada desain awal proyek sebagai gedung konvensional.

96 BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pendahuluan Bab ini membahas mengenai temuan dan bahasan dari analisa data dalam upaya menjawab tujuan penelitian. Pada subbab 5.2 akan dibahas temuan penelitian dan subbab 5.3 mengenai pembahasan. 5.2 Temuan Temuan 1 (Hasil Kuisioner) Setelah melakukan validasi pakar, pengumpulan data kuisioner, dan melakukan analisa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), didapatkan proxy variabel dari indikator-indikator yang ada. Berikut ini adalah proxy variabel sesuai dengan peringkat paling berpengaruh. Tabel 5.1 Peringkat Proxy Variabel Peringkat Variabel Indikator Penjelasan 1 X5 Indikator 5 Penggunakan kayu bersertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal 2 X3 Indikator 3 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. 3 X7 Indikator 7 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material 4 X2 Indikator 2 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan 5 X6 Indikator 6 Sumber: Hasil Olahan Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material Indikator 5 yaitu penggunaan material kayu bersertifikat Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) sebesar 30% penggunaan 83

97 84 bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal, menjadi proxy untuk variabel X5 (certified wood) dengan nilai 50,66% dan menjadi peringkat teratas variabel yang paling berpengaruh terhadap biaya konstruksi green building Temuan 2 (Hasil Studi Kasus) Hasil studi kasus yang dilakukan selama 1 bulan diperoleh informasi bahwa tidak ada perbedaan antara target poin dari aspek MRC terhadap baseline dan tidak semua sub-aspek yang ada pada variabel penelitian dijadikan target pencapaian untuk mendapatkan poin dari aspek MRC. Berikut ini adalah subaspek dari aspek MRC yang menjadi target pencapaian. a. Prasyarat 1 (Fundamental Refrigerant) Pada proyek pembangunan gedung kantor Jasamarga sebagai objek penelitian, subaspek prasyarat 1 telah dilakukan sejak desain awal yang masih menjadi desain konvensional. Hal ini menyebabkan tidak adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai target prasyarat 1. Sistem refrigerant yang digunakan untuk air conditioner adalah R410a dengan menggunakan AC Split Inverter produksi LG dan sistem pemadam kebakaran menggunakan fire extinguisher berbahan Fe-25 produksi Appron. b. MRC 2 (Environmentally Process Product) Penggunaan material bersertifikat ISO pada desain awal proyek adalah sebesar 36% total biaya material. Dengan total biaya material bersertifikat ISO sebesar Rp ,88. c. MRC 3 (Non ODS Usage) Untuk mencapai target pada subaspek MRC 3, pihak kontraktor melakukan tindakan yang sama dengan pemenuhan target pencapaian prasyarat 1. d. MRC 4 (Certified Wood) Penggunaan material kayu ada pada desain baseline dengan target pencapaiannya adalah material kayu bersertifikat FAKO (Faktur Kayu Angkut Olahan) atau setara telah menjadi peraturan pemerintah, maka tidak ada perubahan biaya.

98 Pembahasan Tidak adanya perbedaan antara baseline dengan target poin pada aspek MRC disebabkan oleh desain awal bangunan yang telah memilih material yang berpotensi mendapat poin dari penilaian sertifikasi GREENSHIP. Penggunaan material pada suatu konstruksi bangunan sangat dipengaruhi oleh desain bangunan itu sendiri, hal ini diperoleh dari pendapat pakar. Sehingga hal ini juga mempengaruhi target poin dari aspek MRC. Beberapa variabel pada aspek MRC bisa dipenuhi jika memang telah ada pada desain konstruksinya, baik sebelum didesain sebagai green building maupun sesudah didesain sebagai green building. Apabila dikorelasikan antara hasil temuan dari pengumpulan dan analisa data melalui kuisioner dan analisa studi kasus, maka tidak ditemukan persamaan subaspek yang dipilih oleh pihak kontraktor sebagai target pencapaian sesuai dengan variabel yang paling mempengaruhi biaya konstruksi. Sebagai prasyarat untuk memenuhi sertifikasi green building dari aspek material resources and cycle (MRC), Fundamental Refrigerant merupakan hal yang wajib untuk dipenuhi oleh kontraktor. Selain menjadi kewajiban, apabila prasyarat dapat dicapai maka secara langsung kontraktor bisa memperoleh dua poin dari subaspek MRC 3 (Non-ODS Usage) karena memiliki indikator yang sama, yaitu penggunaan material non-cfc dalam sistem refrigerant. Usaha yang diperlukan untuk mencapai target inipun tidak perlu menambah biaya konstruksi, hal ini terlihat dari hasil validasi pakar mengenai variabel penelitian yang dapat mempengaruhi biaya konstruksi, seluruh pakar (5 orang) secara bulat menyatakan bahwa fundamental refrigerant tidak mempengaruhi biaya konstruksi. Mereka beralasan bahwa produk non-cfc dan non-halon sudah menjadi standar, apalagi sudah diatur larangan penjualan dan pemakaian produk yang mengandung bahan perusak ozon dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M-IND/PER/4/2007. Penggunaan material kayu yang bersertifikat FAKO dari Perhutani merupakan pilihan yang menjadi target pencapaian poin dari subaspek certified wood oleh kontraktor, padahal hasil proxy variabel menunjukkan bahwa yang menjadi indikator adalah sertifikat dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau

99 86 Forest Stewardship Council (FSC). Hal ini sangat mungkin terjadi karena ketersediaan supplier material kayu yang bersertifikasi FAKO sudah banyak karena telah menjadi Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.17/Menhut- II/2009 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu, sedangkan sertifikasi dari LEI atau FSC belum menjadi kewajiban dan sulit dipenuhi oleh produsen karena ketatnya peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh LEI dan FSC. Target pencapaian selanjutnya adalah pemakaian material bersertifikat ISO setara dengan minimum 30% total biaya material, yang merupakan variabel environmentally process product (MRC 2). Pada proyek ini tidak memerlukan biaya tambahan untuk mendapatkan poin dari subaspek MRC 2, karena pada desain awal sebelum diubah menjadi desain green building, beberapa jenis material yang diusulkan telah memiliki ISO Dengan persentase sebesar 36% dari total biaya material, sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan poin. Tiga variabel hasil analisa menggunakan AHP yang tidak diaplikasikan dan dijadikan target pencapaian, diantaranya adalah variabel MRC 6 (Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material), MRC 1 (Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan), dan MRC 5 (Penggunaan material modular atau prafabrikasi sebesar 30% dari total biaya material). Variabel MRC 6 tidak diaplikasikan pada proyek ini karena tidak mencapai tolok ukur yang seharusnya 50% total biaya material. Proyek ini hanya mencapai 46% total biaya material untuk material yang lokasi bahan baku utama atau fabrikasinya dalam radius 1000 km. Detail perhitungan biaya regional material dapat dilihat pada lampiran 8. Sedangkan untuk aplikasi variabel MRC 1 (Building Material Reuse) dan MRC 5 (Modular Design) tidak dilakukan karena tidak didesain awal maupun desain green building. Menurut pakar, pemenuhan poin dari MRC 1 dapat

100 87 dilakukan jika sebuah bangunan baru dibangun pada lahan yang sebelumnya terdapat bangunan lama dengan tujuan renovasi atau mengganti bangunan lama, dan MRC 5 lebih disesuaikan pada rancangan bangunan (by design). Pengaplikasian variabel aspek MRC untuk green building pada proyek dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 5.2 Aplikasi Variabel Pada Studi Kasus No Variabel Baseline Keterangan Target 1 Fundamental Refrigerant P Diaplikasikan P 2 Building and Material Reuse 0 3 Environmentally Process Product 1 tidak diaplikasikan dalam proyek, karena dalam pemenuhan poin untuk variabel ini diperlukan gedung lama atau material bekas. sudah diaplikasikan pada baseline sebesar 36% 4 Non-ODS Usage 2 Diaplikasikan 2 5 Certified Wood 1 6 Modular Design 0 7 Regional Material 0 Sumber: Hasil Olahan Diaplikasikan, pada indikator sertifikat FAKO tidak diaplikasikan, karena untuk pemenuhan poin variabel ini tergantung pada desain konstruksi (by design) tidak diaplikasikan, karena tidak mencapai 50% total biaya material (46%) Karena penelitian ini bersifat joint research, maka secara keseluruhan aspek green building diketahui memiliki peningkatan biaya konstruksi, berikut ini adalah kenaikan biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building:

101 88 Tabel 5.3 Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi Green Building No. Aspek %Penambahan 1 Appropriate Site Development 1,68% 2 Energy Efficiency & Conservation 3,24% 3 Water Conservation 1,75% 4 Material Resources and Cycle 0,00% 5 Indoor Health and Comfort 0,01% 6 Building Environmental Management 0,51% Total 7,19% Sumber: Hasil Olahan 5.4 Pembuktian Hipotesa Sesuai dengan hasil temuan dari analisa data secara validasi pakar, statistik, dan studi kasus serta penjelasan temuan pada bab ini, maka hipotesa penelitian tidak sepenuhnya terbukti, yaitu: a. Faktor yang mempengaruhi biaya konstruksi dari aspek material resources and cycle (MRC) adalah certified wood, environmentally process product, building material reuse, modular design, dan regional material. b. Besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dibandingkan dengan gedung konvensional adalah tidak ada, sedangkan pada hipotesa berdasarkan data proyek terdahulu yang menjadi literatur memiliki pengaruh biaya mencapai 5%.

102 6.1 Kesimpulan BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisa data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian adalah sebagai berikut, a. Faktor yang mempengerahui biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building adalah sebagai berikut. Tabel 6.1 Variabel Pengaruh Biaya Konstruksi MRC 4 MRC 2 MRC 6 MRC 1 MRC 5 Aspek Indikator Penjelasan Certified Wood Environmentally Process Product Regional Material Building Material Reuse Modular Design Indikator 5 Indikator 3 Indikator 7 Indikator 2 Indikator 6 Penggunakan kayu bersertifikasi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material Sumber: Hasil Olahan b. Tidak ada perubahan biaya konstruksi green building pada aspek material resources and cycle (MRC). 6.2 Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perlu dilakukan penelitian studi kasus dengan jumlah objek studi yang lebih dari satu dengan target pencapaian rating yang sama. Sehingga dapat diperoleh data pembanding. 89

103 90 b. Dapat dilakukan penelitian mengenai pengaruh aspek material resources and cycle terhadap metode konstruksi suatu bangunan.

104 91 DAFTAR ACUAN [1] (t.thn.). Dipetik Desember 1, 2011, dari Apa Itu Pemanasan Global: [2] Institut Studi Arus Informasi (ISAI). (2004). Potret Buram Hutan Indonesia. Dipetik Desember 1, 2011, dari Institut Studi Arus Informasi: [3] Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). Tentang Ozon: Latar Belakang Perlindungan Ozon. Dipetik Desember 6, 2011, dari Perlindungan Lapisan Ozon Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: [4] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: [5] Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42, [6] Green Building Council Indonesia. (2010). GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA turut mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Jakarta, hal. 2 [7] Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung [8] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia [9] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia

105 92 [10] Kementerian ESDM RI. (2010, April 14). Arsip Berita: Umum: Green Building Hemat Konsumsi Energi Hingga 50%. Dipetik Desember 6, 2011, dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral: [11] PT. HD Capital, Tbk. (2008). Hemat biaya jangka panjang, green building belum terlalu diminati. Dipetik Desember 25, 2011, dari HD Capital: [12] Data Biaya Proyek Pembangunan Dahana [13] Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra [14] Tahari, I. (2010, Juli). Juli 2010: Analisis Pemenuhan Syarat-Syarat Green Building Pada Rumah Susun dengan Metode LEED. Dipetik Desember 8, 2011, dari Skripsi S1 Teknik Sipil: [15] Wartawarga Gunadarma. (2009). Pengertian Bangunan Gedung [16] Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra [17] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan [18] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4 [19] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia

106 93 [20] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia [21] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia [22] Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 60 [23] Ashby, M., Shercliff, H., & Cebon, D. (2007). Materials - Engineering, Science, Processing and Design [24] Peta Indonesia. (2012). Sumber Daya. Dipetik Januari 30, 2012, dari Peta Indonesia: Geoportal Indonesia: [25] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia [26] Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia [27] Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia [28] Dreepaul, R. Alternative Refrigerants. Institut Superieur de Technologie [29] Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 Tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1 [30] Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). BPO: Jenis BPO: Jenis-

107 94 [31] Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: [32] Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan. History of Chlorofluorocarbons. Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan [33] Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: Jenis BPO. Dipetik Desember 6, 2011, dari Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia: [34] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: [35] Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia [36] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia [37] Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI [38] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia

108 95 [39] US Green Building Council. (2002). Green Building Rating System For New Construction and Major Renovation LEED NC Version 2.1. USGBC Leadership in Energy and Environmental Design [40] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia [41] Kristiningrum, M. S. (t.thn.). KAJIAN MANFAAT PENERAPAN ISO PADA 12 PERUSAHAAN [42] Ball, J. (2002). Can ISO and eco-labelling turn the construction industry green? Building and Environment 37, [43] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia [44] Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI [45] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-3: Non-ODS Usage. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 47). Jakarta: Green Building Council Indonesia [46] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia [47] Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Akreditasi LEI. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian:

109 96 [48] SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: [49] SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: [50] Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Pedoman Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: [51] Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: [52] Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Setifikasi CoC. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: [53] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia [54] Amalia, A. (2008). Prafabrikasi Antara Arsitektur, Teknologi, dan Sosial Ekonomi. Depok: Departemen Arsitektur FTUI [55] Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42, [56] Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42, [57] Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42,

110 97 [58] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-5: Modular Design. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia [59] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia [60] timeforchange.org. (2007). What is a carbon footprint - definition. Dipetik Desember 6, 2011, dari Time for Change: [61] Puspasari, N. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan Permukiman di Surabaya Timur dan Utara. Surabaya [62] Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan [63] Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan [64] Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 [65] Muttaqin, Z. (2010, Agustus 15). Mendongkrak Penggunaan Produk Dalam Negeri. Dipetik Desember 25, 2011, dari LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: [66] Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia [67] Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal ). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc

111 98 [68] Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal ). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc [69] Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal ). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc [70] Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita [71] Trypuji Santoso, S. (2011). Optimasi Kinerja Proyek Dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak Terhadap Biaya Dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City). Depok: Departemen Teknik Sipil FTUI [72] Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal ). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc [73] Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita [74] Data Pembangunan Gedung Dahana [75] Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press [76] Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press [77] Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta [78] Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

112 99 [79] Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta [80] Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro International [81] Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia [82] Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta [83] Adikusumo, B. (2010). Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction. Depok: Fakultas Teknik [84] Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi [85] Walpole, R. E. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama [86] Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

113 100 DAFTAR REFERENSI (t.thn.). Dipetik Desember 1, 2011, dari Apa Itu Pemanasan Global: Adikusumo, B. (2010). Pengaruh Penerapan Konsep Green Construction. Depok: Fakultas Teknik. Aguilar, F., & Vlosky, R. (2007). Consumer willingness to pay price premiums for environmentally certified wood products in the U.S. Forest Policy and Economics, Amalia, A. (2008). Prafabrikasi Antara Arsitektur, Teknologi, dan Sosial Ekonomi. Depok: Departemen Arsitektur FTUI. Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ario, D. (2010, Juni 4). Metode Delphi. Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). Tentang Ozon: Latar Belakang Perlindungan Ozon. Dipetik Desember 6, 2011, dari Perlindungan Lapisan Ozon Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2009). BPO: Jenis BPO: Jenis- Jenis BPO. Dipetik Desember 6, 2011, dari Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Kementerian Negara Lingkungan Hidup

114 101 Republik Indonesia: Ashby, M., Shercliff, H., & Cebon, D. (2007). Materials - Engineering, Science, Processing and Design. Asiyanto. (2010). Construction Project Cost Management. Jakarta: Pradnya Paramitha. Ball, J. (2002). Can ISO and eco-labelling turn the construction industry green? Building and Environment 37, Dajan, D. A. (1973). Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: PT. Repro International. Daniel, W. W. (1989). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Gramedia. Dreepaul, R. Alternative Refrigerants. Institut Superieur de Technologie. Ennis, C. A. (2009). Br-Co: CFCs (Chlorofluorocarbons). Dipetik November 28, 2011, dari Pollution Issues: Chlorofluorocarbons.html Green Building Council Indonesia. (2010). GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA turut mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Jakarta. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-1: Building and Material Reuse. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 45). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-2: Environmentally Process Product. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 46). Jakarta: Green Building Council Indonesia.

115 102 Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-3: Non-ODS Usage. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 47). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-4: Certified Wood. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 48). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-5: Modular Design. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 49). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). MRC-6 Regional Material. Dalam G. B. Indonesia, Pedoman Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 50). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). P1: Fundamental Refrigerant. Dalam G. B. Indonesia, Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0 (hal. 44). Jakarta: Green Building Council Indonesia. Green Building Council Indonesia. (2010). Panduan penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREENSHIP Versi 1.0. Jakarta: Green Building Council Indonesia. Hardjono, R. D. (2009). Pengelolaan gedung Perkantoran dengan Konsep Green Building di Surabaya. Surabaya: Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Petra. Howe, R. (1997, November). ISO 14001: The Green Standard. hal Institut Studi Arus Informasi (ISAI). (2004). Potret Buram Hutan Indonesia. Dipetik Desember 1, 2011, dari Institut Studi Arus Informasi: Ir. Asiyanto, M. I. (2005). Construction Project Cost Management. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Irland, L. C. (2007). Developing Markets for Certified Wood Products: Greening the Supply Chain for Construction Materials. Journal of Industrial Ecology, ISO Certification. (2005). National Driller, 31. Kementerian ESDM RI. (2010, April 14). Arsip Berita: Umum: Green Building Hemat Konsumsi Energi Hingga 50%. Dipetik Desember 6, 2011, dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral:

116 103 Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2011, November 25). Home: Pengertian Lapisan Ozon, Bahan Perusak Ozon & Dampaknya Bagi Kesehatan. Dipetik Desember 10, 2011, dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia: Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Kristiningrum, M. S. (t.thn.). KAJIAN MANFAAT PENERAPAN ISO PADA 12 PERUSAHAAN. Langston, C., Wong, F. K., Hui, E. C., & Shen, L.-Y. (2008). Strategic assessment of building adaptive reuse opportunities in Hong Kong. Building and Environment 43, Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Akreditasi LEI. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Pedoman Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Sertifikasi PHAPL. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: Lembaga Ekolabel Indonesia. (2009). Setifikasi CoC. Dipetik November 22, 2011, dari LEI: Sertifikasi untuk Keadilan dan Kelestarian: Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan. History of Chlorofluorocarbons. Ministry of Economy, Trade, and Investment Japan. Murray, B., & R.C.Abt. (2001). Estimating price compensation requirements for eco-certified forestry. Ecological Economics 36, Muttaqin, Z. (2010, Agustus 15). Mendongkrak Penggunaan Produk Dalam Negeri. Dipetik Desember 25, 2011, dari LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Bab II Pasal 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon Pasal 1. Permana, L. A. (2008). Re-use Material Bekas dalam Desain Bangunan. Depok: Departemen Arsitektur FTUI.

117 104 Peta Indonesia. (2012). Sumber Daya. Dipetik Januari 30, 2012, dari Peta Indonesia: Geoportal Indonesia: Project Management Institute, Inc. (2008). Chapter 7: Project Cost Management. Dalam I. Project Management Institute, A Guide To The Project Manajement Body of Knowledge (PMBOK GUIDE) Fourth Edition (hal ). Pennsylvania: Project Management Institute, Inc. PT. HD Capital, Tbk. (2008). Hemat biaya jangka panjang, green building belum terlalu diminati. Dipetik Desember 25, 2011, dari HD Capital: Puspasari, N. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan Permukiman di Surabaya Timur dan Utara. Surabaya. Rocha, C. G., & Sattler, M. A. (2008). A discussion on the reuse of building components in Brazil: An analysis of major social, economical and legal factors. Resources, Conservation and Recycling 54, Siagian, I. S. (2010). Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan. Program Studi Arsitektur FT USU. SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: SUCOFINDO. (2011). Sertifikasi Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari. Dipetik November 22, 2011, dari SUCOFINDO: Sugiarto, D. S. (2002). Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tam, V. W., Tam, C., Zeng, S., & Ng, W. C. (2007). Towards adoption of prefabrication in construction. Building and Environment 42, timeforchange.org. (2007). What is a carbon footprint - definition. Dipetik Desember 6, 2011, dari Time for Change: Trypuji Santoso, S. (2011). Optimasi Kinerja Proyek Dengan Penggunaan Metode Beton Pracetak Terhadap Biaya Dan Waktu (Studi Kasus: Kebagusan City). Depok: Departemen Teknik Sipil FTUI. Tugaswati, A. T. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

118 105 US Green Building Council. (2002). Green Building Rating System For New Construction and Major Renovation LEED NC Version 2.1. USGBC Leadership in Energy and Environmental Design. Walpole, R. E. (1993). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wartawarga Gunadarma. (2009). Pengertian Bangunan Gedung. Yin, P. D. (2002). Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Press.

119 LAMPIRAN 1 KUISIONER TAHAP 1 VALIDASI PAKAR

120

121 Lampiran 1. (Lanjutan) ABSTRAK Belakangan ini isu pemanasan global yang disebabkan kerusakan lingkungan menjadi marak diperbincangkan. Oleh karena itu, pembangunan berkonsep ramah lingkungan (green building) menjadi kebutuhan di masyarakat. Untuk menjadikan suatu bangunan menjadi green building, proses pembangunan harus sesuai dengan aturan yang ada. Untuk mencapainya dibutuhkan biaya konstruksi yang berbeda dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Untuk itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perbedaan biaya khususnya dalam aspek material resources and cycle(mrc) dan menganalisa seberapa besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dengan hipotesa awal bahwa secara umum terdapat peningkatan biaya konstruksi. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional. L1-2

122 Lampiran 1. (Lanjutan) KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu. Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi 1. Peneliti/Mahasiswa : Zidni Auliya pada Hp atau pada zidni2010@gmail.com 2. Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP atau pada latief73@eng.ui.ac.id 3. Dosen Pembimbing 2 : Suratman, S.T, MT pada HP atau ratman.pp@gmail.com Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja Hormat saya, Zidni Auliya L1-3

123 Lampiran 1. (Lanjutan) DATA RESPONDEN 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Nama Proyek : 5. Jabatan Pada Proyek : 6. Perusahaan : 7. Pengalan Kerja : (tahun) 8. Pendidikan Terakhir : SLTA/D3/S1/S2/S3/ (coret yang tidak perlu) 9. Tanda tangan : L1-4

124 Lampiran 1. (Lanjutan) PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Pengisian Ya/Tidak cost component apa saja dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building 2. Jawaban merupakan komentar/presepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building. L1-5

125 Lampiran 1. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 1 NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X2 MRC 1 (building and material reuse) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran nonhalon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) (Green Building Council Indonesia, 2010) LEED USGBC (Rocha & Sattler, 2008) (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) L1-6

126 Lampiran 1. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X4 MRC 3 (Non- ODS usage) X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (ISO Certification, 2005) (Howe, 1997) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 33/M- IND/PER/4/2007 L1-7

127 Lampiran 1. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X.6 MRC 5 (Modular Design) X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) L1-8

128 Lampiran 1. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 1 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak Komentar dan tanggapan X.7 MRC 6 (Regional Material) X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) L1-9

129 LAMPIRAN 2 KUISIONER TAHAP 2 RESPONDEN

130

131 Lampiran 2. (Lanjutan) ABSTRAK Belakangan ini isu pemanasan global yang disebabkan kerusakan lingkungan menjadi marak diperbincangkan. Oleh karena itu, pembangunan berkonsep ramah lingkungan (green building) menjadi kebutuhan di masyarakat. Untuk menjadikan suatu bangunan menjadi green building, proses pembangunan harus sesuai dengan aturan yang ada. Untuk mencapainya dibutuhkan biaya konstruksi yang berbeda dibandingkan dengan pembangunan konvensional. Untuk itu, penelitian ini akan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perbedaan biaya khususnya dalam aspek material resources and cycle(mrc) dan menganalisa seberapa besar pengaruh aspek MRC terhadap biaya konstruksi green building dengan hipotesa awal bahwa secara umum terdapat peningkatan biaya konstruksi. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk: a. Identifikasi faktor-faktor dalam aspek material resources and cycle yang mempengaruhi biaya proyek pada pembangunan green building. b. Menganalisa pengaruh material resources and cycle terhadap perubahan dan peningkatan biaya proyek pada green building dibandinngkan dengan pembangunan konvensional. L2-2

132 Lampiran 2. (Lanjutan) KERAHASIAAN INFORMASI Seluruh informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini akan dijamin kerahasiaannya INFORMASI HASIL PENELITIAN Setelah seluruh informasi yang masuk dianalisis, temuan dari studi ini akan di sampaikan kepada perusahaan Bapak/Ibu. Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai penelitian ini, dapat menghubungi 1. Peneliti/Mahasiswa : Zidni Auliya pada Hp atau pada zidni2010@gmail.com 2. Dosen Pembimbing 1 : Dr. Ir. Yusuf Latief, MT pada HP atau pada latief73@eng.ui.ac.id 3. Dosen Pembimbing 2 : Suratman, S.T, MT pada HP atau ratman.pp@gmail.com Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan dipakai untuk keperluan penelitian saja Hormat saya, Zidni Auliya L2-3

133 Lampiran 2. (Lanjutan) DATA RESPONDEN 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : L / P(lingkari yang sesuai) 3. Umur : 4. Nama Proyek : 5. Jabatan Pada Proyek : 6. Perusahaan : 7. Pengalaman Kerja : (tahun) 8. Pendidikan Terakhir :SLTA/D3/S1/S2/S3/ (lingkari yang sesuai) 9. Tanda tangan : L2-4

134 Lampiran 2. (Lanjutan) PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Jawaban merupakan komentar/presepsi/pendapat Bapak/Ibu mengenai cost component apa saja dalam setiap aspek green building (greenship v.1.0) yang mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi green building apabila dibandingkan dengan conventional building. 2.Pengisian Kuesioner ini dilakukan dengan memberikan tanda pada kuesioner. Keterangan Penilaian : Seberapa besar pengaruh penerapan aspek green building terhadap PERUBAHAN BIAYA KONSTRUKSI DARI NILAI KONTRAK green building bila dibandingkan dengan conventional building : 1= Tidak berpengaruh (0%) 2= Kurang berpengaruh (0 - <1%) 3 = Cukup berpengaruh (1% -<2%) 4= Berpengaruh (2% -<3%) 5= Sangat berpengaruh ( 3%) L2-5

135 Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 2 NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi X.1 MRC 1 (building and material reuse) X.2 MRC 2 (Environmentally Process Product) X.1.1 X.2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. GREENSHIP-GBCI, LEED USGBC, (Rocha & Sattler, 2008), (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) GREENSHIP-GBCI, LEED USGBC, (Rocha & Sattler, 2008), (Langston, Wong, Hui, & Shen, 2008) GREENSHIP-GBCI, (ISO Certification, 2005), (Howe, 1997) Pengaruh terhadap Perubahan Biaya X.3 MRC 4 (Certified wood) X.3.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu GREENSHIP-GBCI, (Aguilar & Vlosky, 2007), (Irland, 2007) X.3.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal GREENSHIP-GBCI, (Aguilar & Vlosky, 2007), (Irland, 2007), (Murray & R.C.Abt, 2001) Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh L2-6

136 Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya X.4 MRC 5 (Modular Design) X.4.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material GREENSHIP-GBCI, (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) X.5 MRC 6 (Regional Material) X.5.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material GREENSHIP-GBCI X.5.2 Penggunaan material berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 80% total biaya material GREENSHIP-GBCI Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh L2-7

137 Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal Sebesar 100% biaya total material kayu (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) X.6 MRC 5 (Modular Design) X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal Sebesar 30% dari total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (Aguilar & Vlosky, 2007) (Irland, 2007) (Murray & R.C.Abt, 2001) (Green Building Council Indonesia, 2010) (Tam, Tam, Zeng, & Ng, 2007) Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh L2-8

138 Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuisioner Tahap 2 (Sambungan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Referensi Pengaruh terhadap Peningkatan Biaya X.7 MRC 6 (Regional Material) X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material (Green Building Council Indonesia, 2010) (Green Building Council Indonesia, 2010) Keterangan : 1=tidak berpengaruh; 2=kurang berpengaruh; 3=cukup berpengaruh; 4=berpengaruh; 5= sangat berpengaruh L2-9

139 LAMPIRAN 3 HASIL VALIDASI PAKAR

140 Lampiran 3. Hasil Validasi Pakar NO Variabel Sub Variabel Indikator Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak RIDHO HAQI Komentar dan tanggapan X1 X2 Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran non-halon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Senilai 5% dari total biaya material X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) Minimal 2% dari total biaya material v v v v v v Gedung Konventional telah menerapkan Dapat mereduce cost dengan memanfaatkan recycled material sda harga tidak berbeda, bisa dengan sourcing supplier harga di pasaran sama konventional building sudah banyak memanfaatkan material tersebut sistem bangunan v sudah banyak diterapkan Sebesar 100% biaya total v material kayu sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Sebesar 30% penggunaan v Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship bahan material kayu yang Council (FSC) sudah bersertifikat legal sda X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya v material X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material v v material dengan sertifikat tersebut terbatas jumlahnya dan harga lebih mahal gedung konvensional menggunakan material non modular mereduce cost karena biaya delivery rendah konventional building telah banyak menerapkan L3-1

141 Lampiran 3. (Lanjutan) NO Variabel Sub Variabel Indikator Faktor Yang Berpengaruh Ya NANA ARTHANA Tidak Komentar dan tanggapan X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X2 MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran nonhalon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. v v v v mengurangi biaya mengurangi biaya X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Senilai 5% dari total biaya material v X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Minimal 2% dari total biaya material Sebesar 100% biaya total material kayu Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal X.6 MRC 5 (Modular Design) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material X.7 MRC 6 (Regional Material) X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI v v v v Mencapai 50% total biaya material v mengurangi biaya v by design Mencapai 80% total biaya material v mengurangi biaya L3-2

142 Lampiran 3. (Lanjutan) NO Variabel Sub Variabel Indikator X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X2 MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran nonhalon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak v v v NI MADE SASANTI v Komentar dan tanggapan mengurangi biaya mengurangi biaya X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Senilai 5% dari total biaya material X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Minimal 2% dari total biaya material Sebesar 100% biaya total material kayu Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal X.6 MRC 5 (Modular Design) X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material v v v v v v bisa iya, bisa tidak, tergantung kondisi mengurangi biaya X.7 MRC 6 (Regional Material) X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material v v mengurangi biaya mengurangi biaya L3-3

143 Lampiran 3. (Lanjutan) NO Variabel Sub Variabel Indikator X1 X2 Prasyarat Fundamental Refrigerant MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X.5 MRC 4 (Certified wood) X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran non-halon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. Senilai 5% dari total biaya material Minimal 2% dari total biaya material Sebesar 100% biaya total material kayu Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 50% total biaya material Mencapai 80% total biaya material Faktor Yang Berpengaruh Ya Tidak v v v v v v v v v v v v YANU ARYANI Komentar dan tanggapan refrigeran non-cfc sudah umum dan banyak tersedia di pasaran, tinggal pemilihannya saja apalagi jika bangunan baru tersebut berasal dari pemugaran (major refurbishment), selain menghemat biaya konstruksi, juga mengurangi sampah konstruksi sda material ini available di market. Yang diperlukan pemilihan material dari vendor yang bersertifikat kesulitannya adalah mencari material konstruksi yang daur ul;ang, tidak semudah material dari bisnis as usual tergantung arsiteknya dengan kekuatan material ini produk masih jarang di pasaran sehingga biasanya lebih mahal biasanya, biayanya untuk kayu bersertifikat lebih mahal karena untuk biaya lingkungan. Dan hingga saat ini ketersediaan kayu bersertifikat belum beredar dan diketahui oleh umum idem harga sama seperti material dengan konstruksi umum, hanya masalahnya lamanya waktu untuk pemesanan dan presisi yang optimal bisa lebih murah karena tidak perlu produk impor dan ikut mendukung produksi nasional L3-4

144 Lampiran 3. (Lanjutan) NO Variabel Sub Variabel Indikator X1 Prasyarat Fundamental Refrigerant X2 MRC 1 (building and material reuse) X3 MRC 2 (Environmentally Process Product) X1.1 Penggunaan refirigeran non-cfc dan pemadam kebakaran non-halon X2.1 Penggunaan kembali semua material bekas, baik dari bangunan lama maupun tempat lain, berupa bahan struktur utama, fasad, plafon, lantai, partisi, kusen, dan dinding X3.1 Penggunaan material yang bersertifikat ISO terbaru dan/atau sertifikasi lain yang setara. Minimal 10% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal 20% total biaya material baru yang bersangkutan Minimal bernilai 30% dari total biaya material. X3.2 Penggunaan material yang merupakan hasil daur ulang Senilai 5% dari total biaya material X3.3 Penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal dari Minimal 2% dari total biaya sumber daya terbarukan dengan masa panen jangka pendek material (<10 tahun) X4.1 Tidak menggunakan bahan perusak ozon pada seluruh sistem bangunan X4 MRC 3 (Non-ODS usage) X.5 MRC 4 (Certified wood) X5.1 Penggunaan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kayu dan sah terbebas dari perdagangan kayu ilegal X.6 MRC 5 (Modular Design) X.7 MRC 6 (Regional Material) X5.2 Penggunakan kayu bersertifikassi dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC) Sebesar 100% biaya total material kayu Sebesar 30% penggunaan bahan material kayu yang sudah bersertifikat legal X6.1 Penggunaan material modular atau prafabrikasi Sebesar 30% dari total biaya material X7.1 Penggunaan material yang lokasi asal bahan baku utama atau fabrikasi berada di dalam radius 1000 km dari lokasi proyek Mencapai 50% total biaya material v v v v v v Faktor Yang Berpengaruh Ya v v v v Tidak v DIAN FITRIA Komentar dan tanggapan mengurangi biaya mengurangi biaya Pre consumer -> sisa produksi, post consumer -> setelah pakai menurunkan biaya, no waste biaya transportasi X7.2 Penggunaan material di variabel X.7.1 berasal dari dalam wilayah RI Mencapai 80% total biaya material v L3-5

145 LAMPIRAN 4 PROFIL RESPONDEN

146 Lampiran 4. Profil Responden No Nama Nama Proyek Jabatan Pengalam an Kerja (th) 1 Utuy R Sulaiman Ged Utama Kementerian PU Peng Teknis 25 s2 2 Hendro Dewantoro, Ged Utama Kementerian PU SOM 12 s1 3 Ir. Dadang Ged Utama Kementerian PU Peng Teknis 25 s2 Supriandoko 4 Untung Susilo Ged Utama Kementerian PU Staf Teknik 3 s1 5 Muhammad Sandy Yudha Pratama Pendi dikan Ged Utama Kementerian PU Engineer ME 4 s1 6 Tulus RS Ged Utama Kementerian PU Peng Teknis 29 s2 7 Suci Dwi Cahyani Kemang Village Residence SEM 5 s1 8 Wiratno Kemang Village SOM 25 s1 9 Sandi Darmawan, Kemang Village Residence Quality Control 4 s1 10 Triady AK Kemang Village SEM 7 s1 11 Andy Paramita Hotel Kemang JW Marriot GSP 18 d3 12 Bambang Tutuko Perencanaan Gedung KBI GP dan ME 24 s1 Solo 13 Chary Bintoro Gedung Penataan Ruang PU Team Leader & GP 20 s1 14 Aswin Gautama Ciputra World Konsultan 19 s1 Pohan, ipm 15 Kalsum Gedung Parkir SEM 15 s1 Kemenakertrans 16 Dian Intan P Nifarro Apartment Manager QC 8 s1 17 Sardjani Nifarro Apartment SOM 15 s1 18 Agus Ruliyanto World Class University Ka. Lapangan 7 s1 19 Kurniawan World Class University HSE 7 s1 20 Wildan Nachdy Kantor Jasamarga Site Engineer 4 s2 21 Henry Ardianto Kantor Jasamarga Site Engineer 10 s1 22 Yadi Triyadi PKIA - RSCM Engineering 10 s1 23 Nurkholim, ST PKIA - RSCM POP 14 s1 24 Gema Khalid Nur PKIA - RSCM Engineer 5 s1 25 Sukmono Irwan D. PKIA - RSCM GSP 12 d3 26 Dedi Nurtopo PKIA - RSCM QS 6 s1 27 Surahman Eye Centre RSCM Site Engineer 7 s1 28 Anton I Gedung Laboratorium Site Manager 7 s1 Biomedis Kemenkes 29 Indra Jaya Gedung Kantor Bank BNI Site Manager 6 s1 Cab. Gunung Sitoli 30 - World Class University Staf Teknik 2 s World Class University Site Engineer Manager 15 s1 L4-1

147 LAMPIRAN 5 TABULASI HASIL PENGUMPULAN DATA KUISIONER TAHAP 2

148 Lampiran 5. Tabulasi Hasil pengumpulan Data Kuisioner Tahap 2 X.2 X.3 X.5 X.6 X.7 Responden X.1.1 X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X L5-1

149 LAMPIRAN 6 TABEL OUTPUT UJI VALIDASI PEARSON CORRELATION

150 Lampiran 6. Tabel Output Uji Validitas dengan Pearson Correlation Correlations X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 Pearson Correlation X X X.2.1 X.3.1 X.3.2 X.4.1 X.5.1 X.5.2 TOTAL 1,868 **,542 **,654 **,513 **,775 **,609 **,643 **,821 ** Sig. (2-tailed),000,002,000,003,000,000,000,000 N Pearson Correlation,868 ** 1,624 **,666 **,496 **,660 **,578 **,618 **,811 ** Sig. (2-tailed),000,000,000,005,000,001,000,000 N Pearson,542 **,624 ** 1,793 **,752 **,543 **,746 **,553 **,849 ** Correlation Sig. (2-tailed),002,000,000,000,002,000,001,000 N Pearson,654 **,666 **,793 ** 1,830 **,730 **,707 **,819 **,934 ** Correlation Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000,000,000 N Pearson,513 **,496 **,752 **,830 ** 1,450 *,563 **,625 **,802 ** Correlation Sig. (2-tailed),003,005,000,000,011,001,000,000 N Pearson,775 **,660 **,543 **,730 **,450 * 1,597 **,726 **,798 ** Correlation Sig. (2-tailed),000,000,002,000,011,000,000,000 N Pearson,609 **,578 **,746 **,707 **,563 **,597 ** 1,663 **,826 ** Correlation Sig. (2-tailed),000,001,000,000,001,000,000,000 N Pearson,643 **,618 **,553 **,819 **,625 **,726 **,663 ** 1,837 ** Correlation Sig. (2-tailed),000,000,001,000,000,000,000,000 TOTAL N Pearson Correlation,821 **,811 **,849 **,934 **,802 **,798 **,826 **,837 ** 1 Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000,000,000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). L6-1

151 LAMPIRAN 7 PERHITUNGANN BIAYA MATERIAL BERSERTIFIKAT ISO 14001

152 Lampiran 7. Perhitungan Biaya Material Bersertifikat ISO Lantai Dasar Struktur ,38 Pekerjaan Beton Struktural ,38 Sloof Beton TB1 300x ,73 Sloof Beton TB2 250x ,99 Kolom Beton K1 450x ,90 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,80 Pelat Lantai Beton t = 100 mm ,40 Pelat Beton Tangga Type ,50 Pelat Beton Tangga Type ,50 Pelat Beton Tangga Type ,50 Kolom Beton K2 200x ,58 Balok Beton B3 200x ,02 Balok Beton B4 300x ,44 Dinding Beton W ,02 Mekanikal ,00 PEKERJAAN TATA UDARA ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU D-1 s/d FCU-D-4; FCU-D-13; FCU-D-14; FCU-D-16; FCU-D-17 - kapasitas : btu/h ,00 - FCU D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D-6; FCU D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D-8 s/d FCU-D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D ,00 - kapasitas : btu/h L7-1

153 Lampiran 7. (Lanjutan) Arsitektur ,09 Pekerjaan Beton Non Struktural ,42 Kolom praktis 110x ,40 Balok Lintel 110x ,66 Meja beton bertulang t = 100 mm ,36 Pekerjaan Metal Arsitektural ,40 Railing Steel + Kaca ,40 Railing Steel Pipe ,00 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,20 Lapisan Kedap Air ,00 Waterproofing untuk toilet area ,00 Penutup Dinding ,20 Dinding Gypsum ,20 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,90 Jendela Dan Bukaan ,90 Dinding Kaca ,90 Pekerjaan Penyelesaian ,17 Langit-langit / Plafon ,39 Pas. Plafond Kalsiboard ,27 Pas. Plafond Gypsum ,12 Pengecatan dan Pelapisan ,78 Cat dinding Interior ,29 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,40 Cat Plafond ,09 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 L7-2

154 Lampiran 7. (Lanjutan) Lantai 1 Struktur ,26 Pekerjaan Beton Struktural ,21 Balok Beton B1 300x ,40 Balok Beton B1A 300x ,44 Balok Beton B2 250x ,80 Kolom Beton K1 450x ,17 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,89 Ring Balok Beton RB1 300x ,60 Ring Balok Beton RB2 250x ,87 Pelat Dak Beton S2 t = 110 mm ,37 Pelat Beton Tangga Type ,60 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,50 Kolom Beton K2 200x ,16 Balok Beton B3 200x ,02 Balok Beton B4 300x ,44 Dinding Beton W ,90 Metal Struktural ,05 Plat Baja t=4 mm ,85 Agkur ,20 L7-3

155 Lampiran 7. (Lanjutan) Arsitektur ,71 PEKERJAAN BETON ,04 Pekerjaan Beton Non Struktural ,04 Kolom praktis 110x ,94 Balok Lintel 110x ,68 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,20 Pekerjaan Metal Arsitektural ,20 Railing Steel + Kaca ,20 Railing Steel Pipe ,00 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,35 Lapisan Kedap Air ,29 Waterproofing untuk toilet area ,24 Waterproofing screed untuk Roof ,05 Penutup Dinding ,06 Dinding Gypsum ,06 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,00 Jendela dan Bukaan Dinding Kaca ,00 PEKERJAAN PENYELESAIAN ,12 Langit-langit / Plafon ,33 Pas. Plafond Kalsiboard ,33 Pas. Plafond Gypsum ,00 Pengecatan dan Pelapisan ,79 Cat dinding Interior ,31 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,40 Cat Plafond ,08 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Shower Set ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 L7-4

156 Lampiran 7. (Lanjutan) Mekanikal ,00 PEKERJAAN TATA UDARA AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol dan support , ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU 1-30/CU 1-30; FCU 1-31/CU 1-31; FCU 1-32/CU 1-32; FCU 1-33/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 1-5/CU 1-5; FCU 1-6/CU 1-6; FCU 1-16/CU 1-16; FCU 1-17/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 1-3/CU 1-3; FCU 1-4/CU 1-4; FCU 1-7/CU 1-7; FCU 1-8/CU ,00 - kapasitas : btu/h b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 1-11/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 1-9/CU 1-9; FCU 1-10/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 1-19/CU 1-19; FCU 1-21/CU 1-21; FCU 1-22/CU 1-22; FCU 1-26/CU 1-26; FCU 1-27/CU kapasitas : btu/h - FCU 1-1/CU 1-1; FCU 1-2/CU 1-2; FCU 1-18/CU kapasitas : btu/h , ,00 - FCU 1-13/CU 1-13 s/d FCU 1-15/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 1-20/CU 1-20; FCU 1-34/CU 1-34; FCU 1-35/CU kapasitas : btu/h - FCU 1-12/CU 1-12; FCU 1-24/CU 1-24; FCU 1-25/CU 1-25; FCU 1-28/CU 1-28; FCU 1-29/CU kapasitas : btu/h , ,00 L7-5

157 Lantai 2 Struktur ,14 Pekerjaan Beton Struktural ,57 Balok Beton B1 300x ,88 Balok Beton B1A 300x ,36 Balok Beton B2 250x ,20 Kolom Beton K1 450x ,74 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,01 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,90 Pelat Beton Tangga Type ,00 Kolom Beton K2 200x ,43 Balok Beton B3 200x ,60 Balok Beton B4 300x ,03 Dinding Beton W ,42 Metal Struktural ,57 Plat Baja t=4 mm ,95 Agkur ,62 Lampiran 7. (Lanjutan) L7-6

158 Lampiran 7. (Lanjutan) Arsitektur ,53 PEKERJAAN BETON ,32 Pekerjaan Beton Non Struktural ,32 Kolom praktis 110x ,24 Balok Lintel 110x ,66 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,80 Pekerjaan Metal Arsitektural ,80 Railing Steel + Kaca ,40 Railing Steel Pipe ,40 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,22 Lapisan Kedap Air ,86 Waterproofing untuk toilet area ,28 Waterproofing screed untuk Roof ,58 Penutup Dinding ,36 Dinding Gypsum ,36 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,60 Dinding Kaca ,60 PEKERJAAN PENYELESAIAN ,59 Langit-langit / Plafon ,73 Pas. Plafond Kalsiboard ,52 Pas. Plafond Gypsum ,37 Pengecatan dan Pelapisan ,86 Cat dinding Interior ,98 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,80 Cat Plafond ,08 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 L7-7

159 Lampiran 7. (Lanjutan) Mekanikal ,00 PEKERJAAN TATA UDARA ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol dan support ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU 2-19/CU 2-19 s/d FCU 2-22/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-3/CU 2-3 s/d FCU 2-6/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-1/CU 2-1; FCU 2-7/CU 2-7 s/d FCU 2-11/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-25/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-14/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-2/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-12/CU 2-12; FCU 2-13/CU 2-13; FCU 2-16/CU 2-16 s/d FCU 2-18/CU ,00 - kapasitas : btu/h b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 2-15/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 2-23/CU 2-23 s/d FCU 2-24/CU ,00 - kapasitas : btu/h L7-8

160 Lampiran 7. (Lanjutan) Lantai 3 Struktur ,19 Pekerjaan Beton Struktural ,05 Balok Beton B1 300x ,88 Balok Beton B1A 300x ,36 Balok Beton B2 250x ,20 Kolom Beton K1 450x ,68 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,01 Ring Balok Beton RB1 300x ,55 Ring Balok Beton RB2 250x ,51 Pelat Atap Beton S2 t = 110 mm ,38 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,00 Kolom Beton K2 200x ,99 Balok Beton B3 200x ,45 Dinding Beton W ,04 Metal Struktural ,14 Plat Baja t=4 mm ,90 Agkur ,24 Arsitektur ,35 PEKERJAAN BETON ,70 Pekerjaan Beton Non Struktural ,70 Kolom praktis 110x ,78 Balok Lintel 110x ,50 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,00 Pekerjaan Metal Arsitektural ,00 Railing Steel + Kaca ,80 Railing Steel Pipe ,20 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,16 Lapisan Kedap Air ,20 Waterproofing untuk toilet area ,20 Penutup Dinding ,96 Dinding Gypsum ,96 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,70 Dinding Kaca ,70 L7-9

161 Lampiran 7. (Lanjutan) PEKERJAAN PENYELESAIAN ,79 Langit-langit / Plafon ,98 Pas. Plafond Kalsiboard ,61 Pas. Plafond Gypsum ,37 Pengecatan dan Pelapisan ,81 Cat dinding Interior ,01 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,60 Cat Plafond ,20 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 Mekanikal ,00 PEKERJAAN TATA UDARA ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol ,00 dan support a. Tipe : Wall mounted - FCU 3-11/CU 3-11; FCU 3-12/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 3-31/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 3-15/CU 3-15 s/d FCU 3-20/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 3-1/CU 3-1; FCU 3-13/CU 3-13; FCU 3-27/CU 3-27; FCU 3-28/CU kapasitas : btu/h - FCU 3-2/CU 3-2; FCU 3-5/CU 3-5; FCU 3-6/CU 3-6; FCU 3-14/CU kapasitas : btu/h - FCU 3-7/CU 3-7 s/d FCU 3-10/CU 3-10; FCU 3-25/CU 3-25; FCU 3-26/CU 3-26; FCU 3-29/CU 3-29; FCU 3-30/CU kapasitas : btu/h b. Tipe : Ceiling cassette , , ,00 - FCU 3-21/CU 3-21 s/d FCU 3-24/CU ,00 - kapasitas : btu/h - FCU 3-3/CU 3-3; FCU 3-4/CU ,00 - kapasitas : btu/h L7-10

162 Lampiran 7. (Lanjutan) Lantai Atap Arsitektur ,98 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,98 Lapisan Kedap Air Waterproofing screed untuk Roof , ,98 Facade Arsitektur ,25 PEKERJAAN FASADE ,25 Pekerjaan Fasade ,25 Jendela kaca t=5cm ,30 Allumunium Composite Panel ,95 L7-11

163 LAMPIRAN 8 PERHITUNGAN BIAYA MATERIAL REGIONAL MATERIAL

164 Lampiran 8. Perhitungan Biaya Material Regional Material Lantai Dasar Struktur Pekerjaan Beton Struktural ,38 Sloof Beton TB1 300x ,73 Sloof Beton TB2 250x ,99 Kolom Beton K1 450x ,90 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,80 Pelat Lantai Beton t = 100 mm ,40 Pelat Beton Tangga Type ,50 Pelat Beton Tangga Type ,50 Pelat Beton Tangga Type ,50 Kolom Beton K2 200x ,58 Balok Beton B3 200x ,02 Balok Beton B4 300x ,44 Dinding Beton W ,02 Arsitektur Pekerjaan Beton Non Struktural ,42 Kolom praktis 110x ,40 Balok Lintel 110x ,66 Meja beton bertulang t = 100 mm ,36 Pekerjaan Metal Arsitektural ,40 Railing Steel + Kaca ,40 Railing Steel Pipe ,00 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,20 Lapisan Kedap Air ,00 Waterproofing untuk toilet area ,00 Penutup Dinding ,20 Dinding Gypsum ,20 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,90 Jendela Dan Bukaan ,90 Dinding Kaca ,90 Pekerjaan Penyelesaian ,17 Langit-langit / Plafon ,39 Pas. Plafond Kalsiboard ,27 Pas. Plafond Gypsum ,12 Pengecatan dan Pelapisan ,78 Cat dinding Interior ,29 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,40 Cat Plafond ,09 L8-1

165 Lampiran 8. (Lanjutan) PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU D-1 s/d FCU-D-4; FCU-D-13; FCU-D-14; FCU-D-16; FCU-D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D-6; FCU D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D-8 s/d FCU-D ,00 - kapasitas : btu/h - FCU D ,00 - kapasitas : btu/h Sistem Penerangan ,00 Lampu TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted ,00 TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency c/w ,00 TLD TMS/236, 2 x 36 w, Surface Mounted ,00 Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E ,00 TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted ,00 Exit Lamp TL 1 x 8 w ,00 Downlight PLE 14 w, E27 Surface Mounted ,00 Downlight PLE 14 w, E ,00 Lampu Roset PLE 11 w, E ,00 PEKERJAAN PASANGAN ,76 Pelesteran ,56 Plesteran + Acian ,40 Acian Halus Beton ,16 Pasangan Batu Bata Beton ,20 Pas. Dinding Bata Beton Ringan ,20 L8-2

166 Lampiran 8. (Lanjutan) Lantai 1 Struktur Pekerjaan Beton Struktural ,21 Balok Beton B1 300x ,40 Balok Beton B1A 300x ,44 Balok Beton B2 250x ,80 Kolom Beton K1 450x ,17 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,89 Ring Balok Beton RB1 300x ,60 Ring Balok Beton RB2 250x ,87 Pelat Dak Beton S2 t = 110 mm ,37 Pelat Beton Tangga Type ,60 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,50 Kolom Beton K2 200x ,16 Balok Beton B3 200x ,02 Balok Beton B4 300x ,44 Dinding Beton W ,90 Metal Struktural ,05 Plat Baja t=4 mm ,85 Agkur ,20 Arsitektur PEKERJAAN BETON ,04 Pekerjaan Beton Non Struktural ,04 Kolom praktis 110x ,94 Balok Lintel 110x ,68 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,20 Pekerjaan Metal Arsitektural ,20 Railing Steel + Kaca ,20 Railing Steel Pipe ,00 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,35 Lapisan Kedap Air ,29 Waterproofing untuk toilet area ,24 Waterproofing screed untuk Roof ,05 Penutup Dinding ,06 Dinding Gypsum ,06 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,00 L8-3

167 Lampiran 8. (Lanjutan) Dinding Kaca ,00 PEKERJAAN PENYELESAIAN ,12 Langit-langit / Plafon ,33 Pas. Plafond Kalsiboard ,33 Pas. Plafond Gypsum ,00 Pengecatan dan Pelapisan ,79 Cat dinding Interior ,31 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,40 Cat Plafond ,08 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Shower Set ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel kontrol ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU 1-30/CU 1-30; FCU 1-31/CU 1-31; FCU 1-32/CU 1-32; FCU 1-33/CU ,00 - FCU 1-5/CU 1-5; FCU 1-6/CU 1-6; FCU 1-16/CU 1-16; FCU 1-17/CU ,00 - FCU 1-3/CU 1-3; FCU 1-4/CU 1-4; FCU 1-7/CU 1-7; FCU 1-8/CU ,00 b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 1-11/CU ,00 - FCU 1-9/CU 1-9; FCU 1-10/CU ,00 - FCU 1-19/CU 1-19; FCU 1-21/CU 1-21; FCU 1-22/CU 1-22; FCU 1-26/CU ,00 - FCU 1-1/CU 1-1; FCU 1-2/CU 1-2; FCU 1-18/CU ,00 - FCU 1-13/CU 1-13 s/d FCU 1-15/CU ,00 - FCU 1-20/CU 1-20; FCU 1-34/CU 1-34; FCU 1-35/CU ,00 - FCU 1-12/CU 1-12; FCU 1-24/CU 1-24; FCU 1-25/CU 1-25; FCU 1-28/CU 1-28; FCU 1-29/CU ,00 L8-4

168 Lampiran 8. (Lanjutan) Sistem Penerangan Lampu ,00 TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted ,00 TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency c/w Battery Nicad ,00 TLD TMS/236, 2 x 36 w, Recessed Mounted TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc Exit Lamp TL 1 x 8 w Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E27 Downlight PLE 14 w, E27 Lampu Roset PLE 11 w, E27 PEKERJAAN PASANGAN Pelesteran Plesteran + Acian Acian Halus Beton Pasangan Batu Bata Beton Pas. Dinding Bata Beton Ringan , , , , , , , , , , , , ,76 L8-5

169 Lampiran 8. (Lanjutan) Lantai 2 Struktur Pekerjaan Beton Struktural ,57 Balok Beton B1 300x ,88 Balok Beton B1A 300x ,36 Balok Beton B2 250x ,20 Kolom Beton K1 450x ,74 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,01 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,90 Pelat Beton Tangga Type ,00 Kolom Beton K2 200x ,43 Balok Beton B3 200x ,60 Balok Beton B4 300x ,03 Dinding Beton W ,42 Metal Struktural ,57 Plat Baja t=4 mm ,95 Agkur ,62 Arsitektur PEKERJAAN BETON ,32 Pekerjaan Beton Non Struktural ,32 Kolom praktis 110x ,24 Balok Lintel 110x ,66 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,80 Pekerjaan Metal Arsitektural ,80 Railing Steel + Kaca ,40 Railing Steel Pipe ,40 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,22 Lapisan Kedap Air ,86 Waterproofing untuk toilet area ,28 Waterproofing screed untuk Roof ,58 Penutup Dinding ,36 Dinding Gypsum ,36 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,60 Dinding Kaca ,60 PEKERJAAN PENYELESAIAN ,59 Langit-langit / Plafon ,73 Pas. Plafond Kalsiboard ,52 Pas. Plafond Gypsum ,37 L8-6

170 Lampiran 8. (Lanjutan) Pengecatan dan Pelapisan ,86 Cat dinding Interior ,98 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,80 Cat Plafond ,08 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, kabel ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU 2-19/CU 2-19 s/d FCU 2-22/CU ,00 - FCU 2-3/CU 2-3 s/d FCU 2-6/CU ,00 - FCU 2-1/CU 2-1; FCU 2-7/CU 2-7 s/d FCU 2-11/CU ,00 - FCU 2-25/CU ,00 - FCU 2-14/CU ,00 - FCU 2-2/CU ,00 - FCU 2-12/CU 2-12; FCU 2-13/CU 2-13; FCU 2-16/CU 2-16 s/d ,00 b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 2-15/CU ,00 - FCU 2-23/CU 2-23 s/d FCU 2-24/CU ,00 Sistem Penerangan ,00 Lampu TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted ,00 TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, ,00 TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc ,00 TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted ,00 Exit Lamp TL 1 x 8 w ,00 Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E ,00 Downlight PLE 14 w, E ,00 Lampu Roset PLE 11 w, E ,00 PEKERJAAN PASANGAN ,31 Pelesteran ,27 Plesteran + Acian ,47 Acian Halus Beton ,80 Pasangan Batu Bata Beton ,04 Pas. Dinding Bata Beton Ringan ,04 L8-7

171 Lampiran 8. (Lanjutan) Struktur Lantai 3 Pekerjaan Beton Struktural ,05 Balok Beton B1 300x ,88 Balok Beton B1A 300x ,36 Balok Beton B2 250x ,20 Kolom Beton K1 450x ,68 Pelat Lantai Beton S1 t = 120 mm ,01 Ring Balok Beton RB1 300x ,55 Ring Balok Beton RB2 250x ,51 Pelat Atap Beton S2 t = 110 mm ,38 Pelat Beton Tangga Type ,00 Pelat Beton Tangga Type ,00 Kolom Beton K2 200x ,99 Balok Beton B3 200x ,45 Dinding Beton W ,04 Metal Struktural ,14 Plat Baja t=4 mm ,90 Agkur ,24 Arsitektur PEKERJAAN BETON ,70 Pekerjaan Beton Non Struktural ,70 Kolom praktis 110x ,78 Balok Lintel 110x ,50 Meja beton bertulang t = 100 mm ,42 PEKERJAAN METAL ,00 Pekerjaan Metal Arsitektural ,00 Railing Steel + Kaca ,80 Railing Steel Pipe ,20 PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,16 Lapisan Kedap Air ,20 Waterproofing untuk toilet area ,20 Penutup Dinding ,96 Dinding Gypsum ,96 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ,70 Dinding Kaca ,70 PEKERJAAN PENYELESAIAN ,79 Langit-langit / Plafon ,98 L8-8

172 Lampiran 8. (Lanjutan) Pas. Plafond Kalsiboard ,61 Pas. Plafond Gypsum ,37 Pengecatan dan Pelapisan ,81 Cat dinding Interior ,01 Cat dinding Exterior (Weathershield) ,60 Cat Plafond ,20 PEKERJAAN MEKANIKAL ,00 Perlengkapan Plambing ,00 Washtafel ,00 Hang Washtafel ,00 Kloset Duduk ,00 Floor drain ,00 Urinoir ,00 Sekat Urinoir ,00 Janitor ,00 Kitchenzink berikut Kran ,00 Mekanikal PEKERJAAN TATA UDARA ,00 AC Single split, termasuk pipa refrigerant, isolasi, pipa drain, ,00 a. Tipe : Wall mounted - FCU 3-11/CU 3-11; FCU 3-12/CU ,00 - FCU 3-31/CU ,00 - FCU 3-15/CU 3-15 s/d FCU 3-20/CU ,00 - FCU 3-1/CU 3-1; FCU 3-13/CU 3-13; FCU 3-27/CU 3-27; FCU 3-28/ ,00 - FCU 3-2/CU 3-2; FCU 3-5/CU 3-5; FCU 3-6/CU 3-6; FCU 3-14/CU ,00 - FCU 3-7/CU 3-7 s/d FCU 3-10/CU 3-10; FCU 3-25/CU 3-25; FCU ,00 b. Tipe : Ceiling cassette - FCU 3-21/CU 3-21 s/d FCU 3-24/CU ,00 - FCU 3-3/CU 3-3; FCU 3-4/CU ,00 Sistem Penerangan ,00 Lampu TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted ,00 TLD 2 x 36 w, RM 300 M2 Recessed Mounted, termasuk Emergency ,00 TLD TBS/218, 2 x 18 w, Recessed Mounted c/w Cover Acrilyc ,00 TLD TMS/118, 1 x 18 w, Surface Mounted ,00 Exit Lamp TL 1 x 8 w ,00 Lampu Baret Persegi PLE 14 w, E ,00 Downlight PLE 14 w, E ,00 Lampu Roset PLE 11 w, E ,00 L8-9

173 Lampiran 8. (Lanjutan) PEKERJAAN PASANGAN ,74 Pelesteran ,66 Plesteran + Acian ,86 Acian Halus Beton ,80 Pasangan Batu Bata Beton ,08 Pas. Dinding Bata Beton Ringan ,08 Lantai Atap Arsitektur PEKERJAAN PERLINDUNGAN PANAS & LEMBAB ,98 Lapisan Kedap Air ,98 Waterproofing screed untuk Roof ,98 PEKERJAAN PASANGAN ,49 Pelesteran ,09 Plesteran + Acian ,09 Pasangan Batu Bata Beton ,40 Pas. Dinding Bata Beton Ringan ,40 Facade Arsitektur PEKERJAAN FASADE ,25 Pekerjaan Fasade ,25 Jendela kaca t=5cm ,30 Allumunium Composite Panel ,95 Dinding GRC ,16 Total Biaya Regional Material Radius 1000km Rp ,61 Perbandingan thd Biaya Total Material 46% L8-10

174 LAMPIRAN 9 CONTOH SERTIFIKAT PRODUK ISO 14001

175

176 LAMPIRAN 10 CONTOH SPESIFIKASI AC SPLIT INVERTER R410a

177

178 LAMPIRAN 11 RISALAH PERBAIKAN SKRIPSI

179 Lampiran 11. Risalah Perbaikan Skripsi UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK RISALAH PERBAIKAN SKRIPSI Dengan ini menyatakan bahwaa pada: Hari, Tanggal : Rabu, 20 Juni 2012 Jam : WIB selesai Tempat : Ruang Kuliah K.105 Depok Telah berlangsung Sidang Ujian Skripsi Program Pendidikan Sarjana S1 Reguler Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil pada Semester Genap 2011/2012 dengan peserta : Nama : Zidni Auliya NPM : Judul Seminar Skripsi : Pengaruh Aspek Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Building Green Building Dibandingkan Dengan Conventional Dan dinyatakan harus menyelesaikan perbaikan Skripsi yang diminta oleh Dosen Penguji, yaitu : L11-1 Un niversitas Indonesia

180 Lampiran 11. (Lanjutan) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Yusuf Latief, M.T. No. Rekomendasi Koreksi yang dilakukan 1 Perbaiki format halaman lampiran 2 Jelaskan validasi pakar setelah AHP Sudah dilakukan pada hal Sudah dilakukan pada hal Dosen Pembimbing : Suratman, S.T., M.T. No. Rekomendasi Koreksi yang dilakukan 1 Konsisten dalam penamaan kontraktor di studi kasus Sudah dilakukan pada hal Hitung potensi aspek lain jika ada Sudah dilakukan, tidak ditemukan potensi aspek lain 3 Jelaskan alasan tidak ada perbedaan poin baseline dan target Sudah dilakukan pada hal. 87 Dosen Penguji : Rosmariani, S.T.,M.T. No. Rekomendasi Koreksi yang dilakukan 1 Pengertian building and material reuse Sudah dilakukan pada hal Material apa saja yang termasuk aspek building and material reuse Sudah dilakukan pada hal. 19 Dosen Penguji : Ir. Wisnu Isvara, M.T. No. Rekomendasi Koreksi yang dilakukan 1 Masukkan perhitungan sebagai pembuktian variabel material bersertifikat ISO sudah terpenuhi tanpa tambahan biaya Sudah dilakukan pada Lampiran 7 (hal ) 2 Penjelasan ISO sudah memenuhi poin Sudah dilakukan pada halaman 81 3 Perhitungan pembuktian variabel lain (MRC 6) Sudah dilakukan pada Lampiran 8 (hal ) 4 Penjelasan variabel lain tidak diaplikasikan Sudah dilakukan pada halaman L11-2

181

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern. (Darmono, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia Dewi Rachmaniatus Syahriyah Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT {sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP {sidebar id=1}kekhawatiran pengrusakan lingkungan hidup akibat refrigeran halokarbon yang turut andil dalam proses penipisan lapisan ozon,

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GREENSHIP

SERTIFIKASI GREENSHIP SERTIFIKASI GREENSHIP ALUR PENDAFTARAN SERTIFIKASI GREENSHIP NEW BUILDING VERSI 1.0 Keterangan : Proses Perijinan (Pihak Pemerintah) FS/TOR Project Plan Target Setting Proses Perencanaan (Pihak Pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapisan Ozon merupakan salah satu komponen yang ada di atmosfer, terutama di lapisan stratosfer yang berada di ketinggian antara 10-50 kilometer dari permukaan bumi. Ozon

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Amalia, S.T., M.T. Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara Perubahan komposisi atmosfer secara global Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global menjadi isu yang penting dikalangan masyarakat akhirakhir ini. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara beriklim tropis, yang terletak di benua Asia bagian tenggara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi. Seiring banyaknya

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan semakin pesatnya pula aktivitas kegiatan manusia termasuk pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan (perdagangan), rumah sakit, perkantoran baik

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua Pusat Bahasa di Yogyakarta BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam perkembangan zaman saat ini, manusia

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii) ANALISIS TELUK BENOA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

FENOMENA GAS RUMAH KACA

FENOMENA GAS RUMAH KACA FENOMENA GAS RUMAH KACA Oleh : Martono *) Abstrak Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO 2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dimana sebagian besar bangunan-bangunannya dibuat dengan ketinggian ruang tidak lebih dari 3m, sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : I Wayan Agus Saputra 0919151010 (TNR,

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING Muhammad Fatih, Yusuf Latief, Suratman Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU Gregorius Kevin 1, Iwan Anggalimanto 2, Herry P. Chandra 3, Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK : Konsep Bangunan Hijau atau Green Building muncul sebagai cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proyek Hunian atau tempat tinggal merupakan kebutuhan utama dan paling mendasar bagi manusia. Hunian dibutuhkan sebagai tempat dimana kita akan merasa nyaman dan aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Eksistensi green desain pada dunia arsitektur dan interior merupakan hal yang sangat disadari bagi para pekerja dunia arsitektur dan interior desain. Pada saat ini,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI UBIN KERAMIK Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi) 101 KUESIONER PENELITIAN IDENTIFIKASI RISIKO DALAM ASPEK PRASARANA LINGKUNGAN PERUMAHAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA BIAYA DEVELOPER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir akhir ini global warming tengah menjadi topik pembahasan yang sering di bicarakan oleh masyarakat dunia. Global warming adalah perubahan meningkatnya temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium Analisis Teluk Jakarta dan Green Building Gedung Sinarmas

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LaporanTugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya

Lebih terperinci

ISO Nur Hadi Wijaya

ISO Nur Hadi Wijaya ISO 14000 Nur Hadi Wijaya Isu-isu Lingkungan Global Air Pollution Ozone Depletion Global Warming Water & Soil Contamination Degradation of Biodiversity Global Climate Change Environment effect - Global

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek Universitas Mercu Buana merupaan salah satu universitas swasta di Jakarta yang saat ini banyak diminati oleh murid-murid yang baru lulus SMA/SMK maupun oleh

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PERLINDUNGAN LAPISAN OZON PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh aktivitas alam (bencana alam) atau aktivitas manusia, yang menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

GREENSHIP HOMES Version 1.0

GREENSHIP HOMES Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS untuk RUMAH TINGGAL VERSI.0 S Version.0 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA AGUSTUS 04 Visit us at www.greenshiphomes.org

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH PENERAPAN MANAGEMENT QUALITY BERBASIS ISO DALAM MEMPERCEPAT COLLECTION PERIODE (STUDI KASUS PT KBI) TESIS Oleh : RATIH AJENG WIDATI H. 07 06 17 2986 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI

STRUKTURISASI MATERI STRUKTURISASI MATERI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan 4.8 Menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah gejala pemanasan global dan dampaknya

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO 2 ), metana (CH 4 ), dinitrogen oksida (N 2 O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC)

Lebih terperinci

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tren Eco-Friendly telah masuk dalam dunia perumahsakitan. Konsep Green Hospital saat ini telah berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam pengelolaan Rumah

Lebih terperinci

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 02/PRT/M/2015 TANGGAL 18 FEBRUARI 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri kontruksi dan meningkatnya pembangunan gedung dan infrastruktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia berperan besar terjadinya global

Lebih terperinci

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri. BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK III.1 TINJAUAN TEMA III.1.1 Latar Belakang Tema Sebuah Club house pada dasarnya berfungsi sebagai tempat berolah raga dan rekreasi bagi penghuni perumahan serta masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya Oleh : Prof. Dr., Ir. Moch. Sodiq Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia. Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia. Dian Fitria Green Building Senior Engineer, Sustainability Division, PT Asdi Swasatya Berdasarkan Badan Pusat Statistik Nasional dalam Proyeksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi sudah dimulai sejak Revolusi Industri yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris yang pada akhirnya menyebar keseluruh dunia hingga saat sekarang ini.

Lebih terperinci