BAB I. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Yandi Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perubahan biologis, kognitif sosial-emosional yang dimulai dari rentan usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2006). Sama halnya yang dikemukakan oleh Hurlock (2004) bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang banyak terjadi perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosial. Dalam perubahan yang terjadi dalam masa remaja, tidak jarang akan menjadikan suatu permasalahan bagi seorang remaja ketika dia tidak mampu melakukan penyesuaian dengan baik. Ketidakmampuan remaja dalam melakukan penyesuaian sosial yang baik dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja (Maharani, 2003). Kenakalan remaja identik dengan perbuatan pelanggaran yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain seperti yang dikemukakan oleh Sudarsono (2004) kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat di mana ia hidup, atau suatu perbuatan yang anti sosial yang didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif yang sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah ataupun keluarga. Berbagai kenakalan remaja 1
2 2 semakin berkembang di masyarakat, seperti yang diulas dalam media cetak maupun media visual antara lain: perkelahian antar pelajar (tawuran), membolos sekolah, merokok, pencurian, hingga pergaulan bebas, freesex, menggunakan obat-obatan terlarang, pembunuhan, pemerkosaan dll. Di Malaysia kasus kenakalan remaja selalu meningkat sejak tahun Pada tahun 2009 tercatat dua kali lipat lebih banyak dibanding tahun 2002 yang berjumlah 2394 kasus diantaranya kejahatan, pemerkosaan, penganiayaan dan peperampokan bersenjata. Sedangkan tahun 2011 terdapat 5547 kasus yang terdiri dari 5270 kasus yang dilakukan oleh lakilaki dan 277 kasus oleh perempuan (Department of Social Welfare, 2013). Di Indonesia, salah satu kenakalan remaja yang terjadi adalah maraknya penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa % pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Selain itu, perilaku seks bebas juga menjadi masalah yang menyumbang angka terbesar dalam kasus kenakalan remaja. Banyak survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 40% remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks. Tidak hanya itu, pada tahun 2013 di Samarinda terdapat 37 jenis tindakan kejahatan, 12 diantaranya dilakukan oleh remaja. Kasus kejahatan tersebut meliputi pemerkosaan, perzinahan, penganiayaan ringan maupun berat, pencurian dengan kekerasan, pencurian bermotor dan membawa lari anak perempuan
3 3 ( Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Jodi (nama samaran) yang berusia 16 tahun, ia adalah salah satu anak penghuni panti di PSMP Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. Pada awalnya Jodi merasa diacuhkan dengan kedua orangtuanya karena kesibukan pekerjaan orangtuanya. Ayah Jodi seorang guru, sedangkan ibunya seorang buruh pabrik. Jodi mengakui bahwa kurangnya perhatian yang didapatnya dari orang tua sehingga membuat Jodi tidak nyaman untuk tinggal di rumah. Pada saat itu, Jodi memutuskan untuk pergi dari rumah. Ketika itu dia bertemu dengan teman barunya, dia merasa nyaman dengan keberadaan temannya. Banyak hal baru yang didapatkan dari teman-temannya salah satunya menggunakan obat-obat terlarang.. Jodi pun juga sudah tidak bersekolah lagi dan menjadi pedagang kebab untuk membiayai kehidupannya sendiri. Namun, selama bekerja Jodi banyak berhutang kepada bosnya sehingga Jodi dikeluarkan dari pekerjaan. Tuntutan hidup memaksa Jodi untuk mencuri mobil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akibatnya Jodi harus berurusan dengan polisi. Dikarenakan umur jodi yang masih muda, maka polisi mengirimnya ke Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Bambu Apus, Jakarta Timur. Fenomena yang telah disebutkan di atas merupakan beberapa contoh bukti nyata dari banyaknya kenakalan remaja pada masa ini. Disamping itu, teman sebaya memberi pengaruh yang besar pada perilaku
4 4 remaja. Hal ini sesuai dengan teori (Piaget, 1932) bahwa hubungan orang tua dengan anak berbeda sekali antara hubungan teman sebaya dengan anak. hubungan orang tua dengan anak, orangtua cenderung memiliki pengetahuan atau kewenangan yang lebih besar terhadap anaknya sehingga anak harus belajar bagaimana mematuhi perintah dan peraturan yang ditetapkannya. Sedangkan hubungan dengan teman sebaya cenderung partisipan yakni memiliki pengetahuan dan kewenangan yang relatif sama sehingga anak belajar sebuah hubungan yang demokratis dan dapat menyatakan pendapat mereka sendiri, menghargai pandangan satu sama lain, serta bersama menegosiasikan pemecahan masalah pada ketidaksepemahaman karena dalam hubungan ini bersifat sukarela yang tidak memiliki tuntutan kewajiban. Contoh lainnya adalah peristiwa yang dialami oleh seorang anak yang berusia 12 tahun yang dibawa kabur oleh teman BBMnya. Pada awalnya dia mengaku ikut les tari namun setelah diperiksa ke tempat les tarinya namun tidak pernah datang ke tempat itu ( Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi dan interaksi dengan orangtua (ayah dan ibu) sehingga menyebabkan anak memutuskan sesuatu yang dapat membahayakannya tanpa sepengetahuan orangtua (Armsdeen & Greenberg, 1987). Fenomena lainnya berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa salah satu subjek sering kabur dari panti karena merasakan
5 5 jenuh. Hal ini disebabkan pengawasan pengasuh yang kurang kondusif dan pekerjaan pengasuh yang tidak hanya mengawasi anak. Interaksi yang dilakukan oleh anak dengan orang-orang yang disekitarnya merupakan bagian dari kelekatan. Interaksi ini terbangun dari kepercayaan, komunikasi dan keterasingan antara remaja dengan figur lekatnya (Armsden & Greenberg, 1987). Interaksi-interaksi tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku dan persepsi remaja atau disebut dengan konsep diri (Baldwin dan Holmes, 1987). Baron & Byrne (2004) menyatakan bahwa konsep diri merupakan kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang terorganisir. Konsep diri memberikan sebuah kerangka berpikir yang menentukan bagaimana seseorang mengolah informasi tentang diri sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan, dan banyak hal lainnya (Klein, Loftus & Burton, 1989). Konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan perilaku diri. Seperti halnya yang dikatakan oleh Shavelson & Roger (1982) bahwa pengembangan konsep diri berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, sehingga bagimana orang lain memperlakukan dan apa yang dikatakan orang lain tentang individu akan dijadikan acuan untuk menilai diri sendiri. Konsep diri menjadi penting karena akan mempengaruhi remaja dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan tampil lebih percaya diri dalam menghadapi masalah yang
6 6 dihadapinya dan sedangkan remaja yang memiliki konsep diri negatif, mempunyai kesulitan dalam menerima dirinya sendiri serta sulit dalam menyelesaikan masalah dalam hidupnya (Montana, 2001). Selain itu konsep diri juga merupakan hal penting karena, dengan konsep diri akan membantu individu untuk mengenali dirinya baik itu dari sisi positif ataupun negatif, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. dengan kata lain, konsep diri yang tepat merupakan alat kontrol positif bagi sikap dan perilaku seseorang. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Beane & Lipka bahwa konsep diri menjadi penting karena remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu mengatasi dirinya, memperhatikan dunia luar dan mempunyai kemampuan untuk berinteraksi sosial (Maria, 2007). Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat topik permasalahan tentang hubungan antara kelekatan (ibu, ayah, pengasuh dan konsep diri) dengan konsep diri pada remaja delinquent. Dalam kaitannya dengan kelekatan, apabila figur lekat atau pengganti selalu memberikan respon positif pada saat-saat yang dibutuhkan, anak akan mempunyai keyakinan atau model mental diri sebagai orang yang dapat dipercaya, penuh perhatian, dan memandang diri secara positif dan dihargai, sehingga akan mempunyai konsep diri yang matang.
7 7 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan (Ibu, Ayah, Pengasuh dan Teman Sebaya) dengan konsep diri pada remaja delinquent di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini, diharapkan bermanfaat sebagai informasi yang dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam psikologi, khususnya tentang psikologi sosial dan perkembangan terkait kelekatan (ibu, ayah, pengasuh dan teman Sebaya) dan konsep diri. Selain itu, menjadi tambahan referensi bagi para pembaca atau peneliti lain yang tertarik terhadap masalah kelekatan (ibu, ayah, pengasuh dan teman sebaya) dan self concept dengan remaja delinquent. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orangtua dan pengasuh agar lebih memahami tentang pentingnya kelekatan (ayah, ibu, pengasuh dan teman sebaya) dalam pembentukan konsep diri pada remaja delinquent agar memiliki konsep diri positif, selain itu juga untuk dapat membantu setiap individu khususnya pada remaja agar bisa memahami tentang keadaan dirinya tentang pentingnya kelekatan (ayah, ibu, pengasuh dan teman sebaya) melalui hubungan
8 8 interaksi dengan ayah, ibu, pengasuh dan teman sebaya agar memiliki konsep diri yang positif. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai konsep diri dan kelekatan bukan pertama kalinya dilakukan, berbagai penelitian yang pernah ada diantaranya adalah gaya kelekatan dan konsep diri yang ditulis oleh Alvin Fadilla Helmi (1999). Pada penelitian ini dijelaskan tentang hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan rentan usia 21 tahun, berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teorii kelekatan dari Bowlby (1973) yang menjelaskan dasar-dasar ikatan afeksional seseorang dengan orang lain. Metode dalam penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan analisis intercorrelation matrix yaitu matrik korelasi antar variabel. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang positif antara Kelekatan dengan konsep diri dan hubungan negatif antara unsecured attachment dengan konsep diri. Penelitian lainnya dilakukan oleh Muawanah, dkk (2012) tentang kematangan emosi, konsep diri dan kenakalan remaja. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja tengah usia 16 hingga 17 tahun, 53 lakilaki dan 67 perempuan yang tinggal di kota Kediri Jawa Timur. teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hurlock, 1996 bahwa konsep diri mrupakan penilaian remaja tentang diri sendiri yang
9 9 bersifat fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data variabel penelitian dianalisis dengan analaisis regresi ganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan signifikan variabel kematangan emosi dan konsep diri secara simultan memprediksi kenakalan remaja dalam hubungan searah dan linier. Lim Jia Choon dkk (2013) melakukan penelitian yang berjudul Parental Attachment, Peer Attachment, and Delinquency among Adolescents in Selangor, Malaysia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelekatan orangtua, kelekatan teman dan kenakalan di kalangan remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 480 remaja yang berusia tahun yang dipilih secara acak dari empat sekolah menengah di Malaysia. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Ainsworth, 1969 bahwasannya kelekatan adalah ikatan emosional antara individu dengan individu lainnya dalam waktu tertentu yang biasanya anak-anak mulai menjadi lekat terhadap pengasuh utama mereka sejak lahir. Penelitiann ini menggunakan metode kuantitatif dan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelekatan IPPA (Armsden & Greenberg, 1987) dan skala laporan kenakalan sendiri (Mak, 1993). Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara kelekatan ayah dan ibu dengan kenakalan remaja dan hubungan positif antara kelekatan teman sebaya dengan kenakalan remaja.
10 10 Respati dkk (2006) melakukan penelitian mengenai perbedaan konsep diri antara remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orangtua authoritarian, permissive, dan authoritative. Penelitian ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan konsep diri antara remaja akhir yang mempersepsi pola asuh orang tua authoritarian, permissive, dan authoritative. Sebagai variabel pertama adalah konsep diri dan variabel kedua yaitu persepsi pola asuh (authoritarian, permissive, authoritative). Sampel penelitian ini adalah remaja akhir berusia tahun dan diasuh oleh kedua orang tua. Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah accidental sampling. Sedangkan pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner konsep diri dan persepsi pola asuh. 1. Keaslian Topik Terdapat beberapa topik penelitian yang serupa dengan topik penelitian yang akan diteliti oleh peneliti saat ini. Pada penelitian Alvin Fadilla Helmi (1999) menggunakan topik gaya kelekatan sebagai variabel bebasnya sedangkan topik konsep diri menjadi variabel tergantungnya. Pada penelitian Lim Jia Choon dkk (2013) menggunakan topik kelekatan orangtua dan kelekatan teman sebaya dan kenakalan remaja. Sedangkan Muawanah (2012) menggunakan topik kematangan emosi, konsep diri dan kenakalan remaja. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan topik kelekatan yakni kelekatan orangtua, teman sebaya dan pengasuh. Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah hubungan antara
11 11 kelekatan dan konsep diri pada remaja delinquent. pada penelitian ini peneliti meneliti tentang kelekatan yang mencakup orangtua, teman sebaya dan pengasuh dengan konsep diri pada remaja delinquent. hal ini dikarenakan beberapa penelitian sebelumnya tidak meneliti topik yang sama. 2. Keaslian Teori Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori kelekatan dari John Bowlby (1973) yang menyatakan bahwa ikatan rasa sayang yang abadi sebagai intensitas yang cukup besar antara individu dengan individu lainnya. Sedangkan untuk konsep diri menggunakan teori Piers Harris yakni persepsi yang memotori perasaan diri dan sikap yang memberikan peranan penting dalam fungsi pengorganisasian dan memberikan peranan penting dalam fungsi pengorgnisasian dan memerankan peran dalam perilaku memotivasi. 3. Keaslian Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelekatan yang dimodifikasi dari Lim Jia Choon dkk (2013). Alat ukur yang dibuat ini mengacu pada alat ukur IPPA (Armsden & Greenberg, 1987) dan konsep diri yang disusun berdasarkan aspek konsep diri Piers dan Harris (1969) yaitu The Piers-Harris Children s Self Concept Scale.
12 12 4. Keaslian Subjek Subjek yang digunakan dalam penelitian sebelumnya bermacammacam. Ada yang menggunakan subjek penelitiannya anak-anak, siswa, remaja dan mahasiswa. Sedangkan subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah remaja delinquent yang tinggal di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani Bambu Apus, Jakarta Timur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masa ini menunjukan suatu masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap mereka dan perilaku mereka.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode penting dalam rentang kehidupan manusia karena banyak perubahan-perubahan yang dialami di dalam dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi
BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT 07-08 RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA Aristina Halawa Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. ABSTRAK Kenakalan remaja yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan masyarakat, tak hanya masyarakat di perkotaan, masyarakat didesapun mulai merasa resah dengan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Pada masa ini, sebagian besar remaja mengalami gejolak dimana terjadi perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL
HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang
Lebih terperinciMAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM
MAKALAH PANCASILA OLEH NAMA : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : 11.12.5657 JURUSAN : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) KELAS : 11 (S1-SI)05 DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PRILAKU MENYIMPANG
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan suatu
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG
BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses sosialisasi merupakan salah satu tugas perkembangan terpenting bagi anak-anak juga remaja. Menurut Hurlock (2008) tugas perkembangan adalah tugas yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi peletak dasar bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan oleh remaja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam fase pertumbuhan dan perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan periode pencarian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mengingat pentingnya pendidikan pemerintah membuat undang-undang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu fasilitas pendidikan yang disediakan oleh negara sebagai wujud dari bukti HAM bagi tiap warganya khususnya anak-anak sebagai generasi
Lebih terperinciKENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI
KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang indah. Banyak hal yang terjadi dalam masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Suatu proses masa yang semua anak manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Salah satu pemanfaatan teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah internet. Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial seseorang, perkembangan anak akan tergantung pada keberfungsian
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan fondasi primer bagi perkembangan kemampuan sosial seseorang, perkembangan anak akan tergantung pada keberfungsian keluarganya. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja
BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing lagi untuk diperbincangkan. Jumlah perceraian di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia merupakan makhluk yang mengalami perubahan dalam setiap tahap kehidupannya, baik itu perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Perubahan tersebut tidak terlepas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini yang ditandai dengan kemajuan pola pikir remaja yang tanpa batas, remaja semakin mudah untuk mengetahui berbagai hal di dunia.
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciA. LatarBelakangMasalah
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Saat ini banyak kita jumpai remaja yang berperilaku ugal-ugalan dan tidak taat pada peraturan dan norma. Perilaku tersebut umum terjadi dan remaja melakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap
Lebih terperinciBagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
BABI PENDAHULUAN 1 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar BeJakang Masalah Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap tergantung ke arah kemandirian. Pada mulanya seorang anak akan bergantung kepada orang-orang
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas di masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan bersosialisasi dengan lingkungannya, keluarga, sekolah, tempat les, komunitas, dan lainlain. Manusia pada hakikatnya
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang sebenamya mencerminkan kepribadian antisosial. Istilah "kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,
Lebih terperinci