L A P O R A N K I N E R J A 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "L A P O R A N K I N E R J A 2017"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA 2017

2 Tim Penyusun Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 Pengarah: Farida Dwi Cahyarini Sekretaris Jenderal Penanggung Jawab: Ariمحn Saleh Lubis Kepala Biro Perencanaan Editor: Ismail Sinthia Fridaningrum Hary Aryمحyanto Penulis: Astri Nur Aمحdah Marshel Doom Ratu Nabila Saras Putri Desain Grafis: Djoko Sutrisno

3 Kata Pengantar Perkembangan teknologi digital telah mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia dari konvensional ke digital Ekonomi Indonesia juga mengalami pergeseran dari ekonomi yang titik beratnya berbasis komoditas ke aktivitas ekonomi berbasis layanan. Dinamika dari era digital ini juga telah menyebabkan terjadinya cara baru yang memanfaatkan perubahan teknologi, khususnya digital di beberapa sektor yang timbul sebagai salah satu solusi untuk mengatasi ketidakeمحsienan dengan antara lain mengadopsi model bisnis sharing economy. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peluang besar untuk mengembangkan sharing economy tersebut. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital, pemerintah dituntut untuk melakukan transformasi dalam memberikan layanan publik yang lebih baik kepada masyarakat dengan memanfaatkan teknologi digital. Dalam rangka memperkuat ekonomi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) fokus pada reformasi kebijakan di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), terutama yang terkait dengan DNA (Device/perangkat, Network/jaringan, Application/aplikasi). Berbagai affirmative policy dilakukan dengan pendekatan light touched regulation untuk mempermudah proses perizinan, penyediaan internet dengan kecepatan tinggi, serta dukungan terhadap startup, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), petani serta nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya dengan memanfaatkan TIK sebagai enabler. Hasil capaian pelaksanaan program-program tersebut, disampaikan dalam Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo. Selain membuat kebijakan sektor TIK, Kemkominfo juga melaksanakan fungsi edukasi khusus dalam melaksanakan program kebijakan keberpihakan bagi masyarakat di daerah 3T dengan menggelar program aksi literasi digital berbasis komunitas di 17 Kabupaten, 8 Provinsi dan 45 Komunitas kawasan perdesaan dalam rangka penguatan budaya digital untuk pengelolaan media informasi di daerah 3T. Selain itu, Kemkominfo juga berperan sebagai Government Public Relations dalam mendiseminasikan programprogram pemerintah dengan menyajikan informasi resmi dan akurat dari lintas sektor pemerintah dalam bentuk graمحs sehingga masyarakat dapat lebih mudah memahami program-program pemerintah tersebut beserta hasil-hasilnya. Dengan disusunnya Laporan Kinerja (LKj) Kemkominfo Tahun 2017 ini, diharapkan dapat menjadi perwujudan dari upaya Kemkominfo dalam menjaga akuntabilitas kinerja dan menjadi media komunikasi bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terkait kinerja Kemkominfo. Melalui laporan kinerja ini pula, diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi peningkatan kinerja di lingkungan internal Kemkominfo. Jakarta, Maret 2018 Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia RUDIANTARA Laporan Kinerja 1

4 Ringkasan Eksekutif Pagu DIPA 2017 Rp4.951 triliun Realisasi 2017 Rp4.410 triliun 69,95% dari tahun sebelumnya atau 89,06% dari PAGU DIPA PROGRAM PRIORITAS Broadband 4G dan Eمحsiensi Industri Digitalisasi Cyber Security dan Governance, E-Government dan E-Commerce Government Public Relations (GPR) 2 Laporan Kinerja

5 Ringkasan Eksekutif Untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika Pembangunan bidang komunikasi dan informatika lima tahun ke depan diprioritaskan pada upaya mendukung pencapaian kedaulatan pangan, kecukupan energi, pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan, pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan daerah perbatasan, dan peningkatan sektor pariwisata dan industri, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai leading sektor di bidang komunikasi dan informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkan 3 (tiga) sasaran strategis yang ditetapkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) Kemkominfo Tahun 2017 yang merupakan implementasi dari 4 (empat) program prioritas yaitu: Broadband 4G dan Efisiensi Industri Digitalisasi Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce Goverment Public Relations (GPR) Laporan Kinerja 3

6 Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kominfo Tahun 2017 disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang diperjanjikan Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada para pimpinan dan stakeholders selama Tahun Laporan Kinerja ini disusun dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah serta berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun serta dokumen perencanaan turunannya. Capaian Kinerja Perjanjian Kinerja ini ditetapkan kedalam 3 (tiga) sasaran strategis dan 16 (enam belas) indikator kinerja. Ikhtisar hasil evaluasi capaian kinerja terhadap 16 (enam belas) indikator kinerja tersebut diuraikan pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/kota: 514) 2. Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514) TAHUN 2017 TARGET REALISASI CAPAIAN 86% (442 kab/kota dari 514 kab/ Kota) 60% (308 kab/kota dari 514 kab/ kota) 86,38% (444 kab/kota dari 514 Kab/Kota) 64,40% (331 kab/kota dari 514 kab/kota) 100,44% 107,33% 3. Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS) 4,5% (250 desa) 7,11% (393 desa) 158% Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia 4. Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan) 5. Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita 6. Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switch Off (ASO) 60% (112 lokasi) 7,3% xedمح) broadband) 25,67% (48 kecamatan dari 187 kecamatan) 1,44% (untuk mobile broadband) 7,1% (untuk xedمح broadband) 42,67% 97,26% 70% 98% 140% 7. Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013: 28,7 Juta) petani dan nelayan petani dan nelayan yang terregister di aplikasi 111,17% 8. Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) 0,05% ( UMKM dari UMKM) 0,02% ( UMKM dari UMKM) 40% 9. Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital ((Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: Desa) 2,7% (150 DBT) 4,02% (222 lokasi) + 3 desa piloting 150% 4 Laporan Kinerja

7 Ringkasan Eksekutif SASARAN STRATEGIS Tersedianya akses dan kualitas informasi public terkait kebijakan dan program Prioritas Pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, eمحsien, dan efektif *) Penilaian Kem. PAN & RB Tahun 2017 INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TAHUN Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK 11. Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK 12. Jumlah angkatan kerja yang tersertiمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK 13. Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden Publik) TAHUN 2017 TARGET REALISASI CAPAIAN Orang Orang 137,56% Orang Orang 298,82% Orang Orang 88,33% 50% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 14. Opini Laporan Keuangan WTP 15. Indeks Reformasi Birokrasi 80 (A) 16. Nilai 80 (A) 73% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) WTP* *) Penilaian Tahun ,13 (BB) *) Penilaian Tahun ,44 (B) *) Berdasarkan penilaian SAKIP oleh Itjen 160,42% 100% 91,41% 83% Kinerja Anggaran Tahun 2017 Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada TA 2017 adalah sebesar Rp ,- atau 89,06% dari Pagu DIPA sebesar Rp ,-. Adapun di Tahun 2017, persentase realisasi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 69,95%. Graمحk 1. Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun 2017 APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar) PAGU Realisasi % Realisasi % % 69.95% % Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo Laporan Kinerja 5

8 Ringkasan Eksekutif Kinerja capaian target PNBP Tahun menunjukkan graمحk yang terus naik. Persentase capaian target PNBP pada Tahun 2017 yaitu sebesar 127,4%, secara terperinci dapat dilihat pada Graمحk 1.2 berikut ini: Graمحk 2. Kinerja Capaian Target PNBP Tahun (dalam Rp miliar) BHP Frekuensi PNBP USO BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya 1) (dalam Rp miliar) No. Sumber & Jenis Pnbp ) Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % 1. BHP Frekuensi 8,934 9, ,495 10, ,881 12, ,390 13, ,970 13, ,952 16, PNBP USO 1,497 1, ,020 1, ,291 2, ,230 2, ,567 3, ,567 3, BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya 1) Total PNBP 11,098 11, ,251 13, ,000 15, ,613 17, ,567 18, ,571 21, ) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertiمحkasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran, STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya. 2) Realisasi PNBP Per Des 2017 Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo 6 Laporan Kinerja

9 DaFtar ISI Kata Pengantar 1 Ringkasan EksekutiF 3 DaFtar Isi 7 DaFtar Tabel 10 DaFtar Gambar 12 DaFtar GraFik 13 BAB 1 PENDAHULUAN 16 Latar Belakang 16 Maksud & Tujuan 17 Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan 18 Informatika Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika 21 Broadband/4G dan Eمحsiensi Industri 21 Digitalisasi 22 Cyber Security dan Governance, E-Goverment, dan E-Commerce 23 Government Public Relations (GPR) 26 Sistematika Pelaporan 29 BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 32 Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Perjanjian Kinerja 37 Broadband/4G dan Eمحsiensi Industri 38 Digitalisasi 38 Cyber Security dan Governance, E-Government, dan E-Commerce 39 Government Public Relation (GPR) 39 Kinerja Lainnya 39 Laporan Kinerja 7

10 BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA 42 Capaian Kinerja Organisasi 42 Sasaran Strategis 1: 42 Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan Eمحsien di Seluruh Wilayah Indonesia 1.1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional 44 (Palapa Ring) 1.2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa 52 Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) 1.4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi 54 Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) 1.5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto 55 (PDB) per Kapita 1.6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran/Analog Switched Off (ASO) Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital Persentase (%) UMKM Go Online Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal termasuk Lokpri 91 Tersedia Layanan Digital 1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 96 Literasi TIK 1.11 Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertiمحkasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK 107 Sasaran Strategis 2: Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi Publik terkait Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif kepada Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia 2.1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi Publik Sasaran Strategis 3: 113 Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang Bersih, Eمحsien dan Efektif 3.1 Opini Laporan Keuangan Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 120 Capaian Kinerja Lainnya 121 Sistem Veriمحkasi Identitas Online (SiVION) 121 Penyelesaian Sengketa Informasi 123 Pengaduan Masyarakat terhadap Konten Siaran 125 Pengaduan di Bidang Pers 125 Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PPSE) 127 Otomisasi Perizinan 128 Kinerja Anggaran Laporan Kinerja

11 BAB 4 PENUTUP 135 Lampiran 138 Hasil Reviu Inspektorat Jenderal Kementerian Kominfo atas Laporan Kinerja Kementerian 138 Kominfo Tahun 2017 Perjanjian Kinerja Kementerian Kominfo Tahun Laporan Kinerja 9

12 DaFtar TABEL 1.1 Ikhtisar Capaian Kinerja Kemkominfo Tahun Rencana Strategis Kemkominfo Tahun (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) 2.2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016) 2.3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun Indikator Pencapaian Sasaran Strategis Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik 46 Nasional 3.3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz 50 untuk Mobile Broadband Tahun Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar MHz untuk Mobile Broadband 3.6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani 54 Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) 3.7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi 55 (BTS Perbatasan) 3.8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto 56 (PDB) per Kapita 3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun (Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli) 3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun (Berdasarkan LKO) 3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun (Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi) 3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off 59 (ASO) 3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital Capaian Sosialisasi TV Digital Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital Timeline Implementasi Program Nelayan Go Online Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online Laporan Kinerja

13 3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa 93 Broadband Terpadu 3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk 95 Lokpri Tersedia Layanan Digital 3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 97 Literasi TIK 3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh 98 Literasi TIK Tahun Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun Kegiatan Bimtek Indeks Keamanan Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertiمحkasi Keahlian dan Kompetensi 108 Sektor TIK 3.32 Hasil Pelaksanaan Sertiمحkasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas 110 Informasi Publik 3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah, Media, Bisnis, dan Organisasi 111 Non Pemerintah 3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan Capaian Indeks Reformasi Birokrasi Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja Capaian Nilai Hasil Penilaian Tingkat Tahun Target Pelaksanaan SiVION Tahun Capaian Program SiVION Tahun Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi 124 Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun Klasiمحkasi Penyelesaian Sengketa Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber Pengaduan Tahun Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian Pengaduan Kasus 126 Tahun Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA Laporan Kinerja 11

14 DAFTAR GAMBAR 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Jumlah Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika per 31 Desember Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia Alur Proses Government Public Relations (GPR) Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone) Serat Optik 45 Nasional (Palapa Ring) 3.2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional Palapa Ring Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah Administrasi 48 yang Ter-cover 3.4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital Eمحsiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital (Digital 70 Dividend) 3.9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi Kepadatan Rumah Tangga Usaha Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap 82 di Laut (Ton) 3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs Produksi Perikanan Tangkap 83 di Laut (Ton) 3.14 Lanskap UMKM Indonesia Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT) Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara 100 Tahun Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas Kerjasama Desa dalam 106 Aplikasi Kodikadi.com 3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer tentang Tingkat Kepercayaan 110 terhadap Pemerintah 3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Rencana Strategis Implementasi SiVION Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo Laporan Kinerja

15 DAFTAR GRAFIK 1 Realisasi Penyerapan Anggaran Kemkominfo Tahun Kinerja Capaian Target Pnbp Tahun Komposisi Pegawai Kemkominfo Per 31 Desember Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun (Dalam US$) Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun Populasi Dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia Per September Akses petani dan Nelayan terhadap Televisi dan Selular Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s/d III Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun Populasi Perahu Di Fokus Area Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi 107 Digital (Digital Literacy Capability Index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari Komunitas Kerjasama Antar Desa (Business Capability Index) 3.6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan 111 Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah 3.7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi Dari Tahun Jumlah Pengaduan Kasus Pers Yang Masuk ke Dewan Pers Tahun Rekapitulasi Perizinan E-Licensing bulan Juli Desember Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun Laporan Kinerja 13

16 14 Laporan Kinerja

17 Pendahuluan 1 1. Latar Belakang 2. Maksud & Tujuan 3. Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika 4. Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika 5. Sistematika Pelaporan Laporan Kinerja 15

18 PENDAHULUAN Program dan kegiatan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja antara Menteri dengan Eselon I dan Eselon II secara berjenjang Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, memandatkan Presiden untuk menyelenggarakan dan bertanggungjawab atas Perencanaan Pembangunan Nasional serta menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 5 tahunan sesuai masa jabatannya. RPJMN merupakan penjabaran visi, misi dan program presiden yang berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga; b. Bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJMN; c. Pedoman bagi pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah; d. Acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional. Presiden dalam menjalankan pemerintahan umum dan pembangunan dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2015 tentang Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas di bidang komunikasi dan informatika 16 Laporan Kinerja

19 Pendahuluan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik; 2) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik; 3) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika, penyelenggaraan pos dan informatika, penatakelolaan aplikasi informatika, pengelolaan informasi dan komunikasi publik; 4) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia di bidang komunikasi dan informatika; 5) Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika; 6) Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika; 7) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika; dan 8) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Agar keseluruhan program dan kegiatan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika tersebut berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja antara Menteri dan Eselon I dan diturunkan secara berjenjang sampai dengan tingkat Eselon II. Maksud & Tujuan Maksud dari penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja dari Menteri Komunikasi dan Informatika kepada Presiden dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan selama Tahun Sedangkan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 ini adalah untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas pencapaian kinerja dan sasaran pembangunan di bidang komunikasi dan informatika selama Tahun 2017, sekaligus sebagai alat kendali dan pemicu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Laporan Kinerja 17

20 Pendahuluan Struktur Organisasi dan Komposisi Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini. Gambar 1.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika STAF AHLI MENTERI 1. SAM BID. HUKUM 2. SAM BID. SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA 3. SAM BID. KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA 4. SAM BID. TEKNOLOGI INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT ITJEN INSPEKTORAT I INSPEKTORAT II INSPEKTORAT III INSPEKTORAT IV DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA SEKRETARIAT DITJEN SEKRETARIAT DITJEN DIREKTORAT PENATAAN SUMBER DAYA DIREKTORAT POS DIREKTORAT OPERASI SUMBER DAYA DIREKTORAT TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT PENGENDALIAN SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA DIREKTORAT PENYIARAN DIREKTORAT STANDARDISASI PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PITA LEBAR DIREKTORAT PENGENDALIAN POS DAN INFORMATIKA Sumber: Permenkominfo No. 1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika 18 Laporan Kinerja

21 Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, susunan organisasi Kementerian Komunikasi dan Informatika terdiri atas: 1) Sekretariat Jenderal (Setjen); 2) Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI); 3) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen PPI); 4) Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Ditjen APTIKA); 5) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP); 6) Inspektorat Jenderal (Itjen); 7) Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Balitbang SDM); 8) Staf Ahli Bidang Hukum; 9) Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya; 10) Staf Ahli Bidang Komunikasi dan Media Massa; dan 11) Staf Ahli Bidang Teknologi 12) Unit Pelaksana Teknis (UPT) SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN SARANA INFORMATIKA PUSAT KELEMBAGAAN INTERNASIONAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIRO PERENCANAAN BIRO KEPEGAWAIAN DAN ORGANISASI BIRO KEUANGAN BIRO HUKUM BIRO UMUM BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIAT DITJEN SEKRETARIAT DITJEN SEKRETARIAT BADAN DIREKTORAT e-government DIREKTORAT e-business DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INDUSTRI INFORMATIKA DIREKTORAT KEAMANAN INFORMASI DIREKTORAT KOMUNIKASI PUBLIK DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INFORMASI DIREKTORAT PENGELOLAAN MEDIA PUBLIK DIREKTORAT KEMITRAAN KOMUNIKASI DIREKTORAT LAYANAN INFORMASI INTERNASIONAL PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA, PERANGKAT DAN PENYELENGGARAAN POS DAN INFORMATIKA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN APLIKASI INFORMATIKA DAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK PUSAT PENGEMBANGAN LITERASI SUMBER DAYA MANUSIA KOMUNIKASI PUSAT PENGEMBANGAN LITERASI PROFESI SUMBER DAYA MANUSIA INFORMATIKA Laporan Kinerja 19

22 Pendahuluan Gambar 1.2 Jumlah Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika per 31 Desember 2017 Total Karyawan Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Komunikasi dan Informatika didukung oleh orang pegawai dari berbagai satuan kerja (data per 31 Desember 2017) yang terdiri dari laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak orang (Gambar 1.2). Pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut tersebar pada 7 (tujuh) unit Eselon I (Graمحk 1.1) dengan komposisi sebagai berikut: (1) Setjen (431 orang), (2) Ditjen SDPPI (1.299 orang), (3) Ditjen PPI (324 orang), (4) Ditjen Aptika (211 orang), (5) Ditjen IKP (296 orang), (6) Itjen (77 orang), dan (7) Balitbang SDM (556 orang) serta 4 orang staf ahli dan 3 orang staf khusus. Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi, Kemkominfo, Tahun 2017 Graمحk 1.1 Komposisi Pegawai Kemkominfo per 31 Desember 2017 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Unit Kerja SD SMP SMA Diploma S1 S2 S3 Lainnya SDPPI PPI APTIKA IKP BLSDM SETJEN ITJEN Berdasarkan Usia Berdasarkan Golongan 876 1, < > 55 Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Non Golongan Sumber: Biro Kepegawaian dan Organisasi, Kemkominfo, Tahun Laporan Kinerja

23 Pendahuluan Graمحk 1.1 tersebut menunjukkan, berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi pegawai di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut: (1) SD sebanyak 32 orang, (2) SMP sebanyak 141 orang, (3) SMA sebanyak 727 orang, (4) Diploma sebanyak 264 orang, (5) S1 sebanyak orang, (6) S2 sebanyak 568 orang, (7) S3 sebanyak 16 orang, dan (8) lainnya sebanyak 26 orang. Jika dilihat berdasarkan golongan, maka komposisi pegawai Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah sebagai berikut: (1) Golongan I sebanyak 20 orang, (2) Golongan II sebanyak 346 orang, (3) Golongan III sebanyak orang, (4) Golongan IV sebanyak 430 orang, dan (5) Non Golongan sebanyak 12 orang. Permasalahan Strategis Bidang Komunikasi dan Informatika Tantangan dan permasalahan strategis di bidang komunikasi dan informatika terbagi menjadi 4 (empat) permasalahan utama yang menjadi prioritas Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai leading sector di bidang komunikasi dan informatika dalam mendukung fokus pembangunan pemerintah. Keempat permasalahan utama tersebut antara lain adalah: 1. Broadband/4G dan Efisiensi Industri Luas wilayah dan kondisi geograمحs Indonesia yang berbentuk kepulauan, penyebaran penduduk yang tidak merata, serta penyediaan infrastruktur komunikasi dan informatika yang hampir seluruhnya mengandalkan peran dunia usaha yang masih berpusat di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan sehingga menyisakan blank spot di wilayah non-komersial. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan kesenjangan digital dan konektivitas antar wilayah. Akibatnya, akses masyarakat yang berada di wilayah non-komersial tersebut terhadap informasi masih sangat kurang, tingginya biaya komunikasi yang harus dibayarkan, dan gangguan sinyal telekomunikasi dari negara tetangga yang lebih kuat dari sinyal telekomunkasi operator lokal sering terjadi. Jika tidak segera diatasi, maka kondisi tersebut dapat menyebabkan rentannya nasionalisme dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat akibat tidak berkembangnya ekonomi, khususnya bagi masyarakat di wilayah perbatasan. Saat ini industri telekomunikasi di Indonesia sudah jenuh dengan tingkat persaingan yang tinggi, terlebih terjadi persaingan harga antar operator dalam menentukan tarif layanan telekomunikasi. Namun, persaingan harga tersebut tidak dikuti dengan kualitas layanan yang Laporan Kinerja 21

24 Pendahuluan Harga layanan pitalebar masih di atas UMR 5% Di Tahun 2019 Indonesia membutuhkan 350MHz MHz spektrum frekuensi baik, dimana harga layanan pitalebar masih di atas 5% dari UMR. Tingginya biaya pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan belum eمحsiennya infrastruktur telekomunikasi nasional juga menyebabkan penetrasi pitalebar berjalan lambat karena fokus pembangunan penyelenggara telekomunikasi yang hanya membangun di wilayah yang layak secara komersial saja, sehingga pendapatan sektor telekomunikasi tidak terdistribusi merata ke daerah-daerah lainnya di wilayah Indonesia. 2. Digitalisasi Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas. Dan diperkirakan pada Tahun 2019, Indonesia akan membutuhkan 350 MHz spektrum frekuensi radio untuk penerapan pitalebar. Oleh karena itu, perlu dilakukan digitalisasi terhadap penyiaran Televisi (TV) agar dapat meningkatkan eمحsiensi penggunaan spektrum frekuensi, eمحsiensi infrastruktur industri penyiaran, dan membuka peluang usaha baru bagi industri konten. Dari sisi kualitas siaran, pemancar TV Digital juga memiliki kualitas gambar dan warna yang jauh lebih bagus daripada televisi analog. Selain itu, televisi digital dapat dioperasikan dengan daya yang rendah (less power), dibandingkan dengan televisi analog. Ketahanan sinyal digital terhadap gangguan suara (noise) lebih baik dan lebih mudah untuk diperbaiki dengan kode koreksi error (error correction code). Dengan teknologi analog, pembawa satu frekuensi (one-frequency carrier) hanya dapat membawa satu program siaran, sedangkan dengan teknologi digital one-frequency-carrier dapat membawa beberapa program siaran pada waktu yang bersamaan melalui pembagian kanal. (Ditjen PPI, Kemkominfo, 2017). Namun, dalam mendorong penerapan digitalisasi penyiaran TV, Kementerian Komunikasi dan Informatika masih menemui kendala antara lain: a. Implementasi digitalisasi sistem penyiaran harus didasari regulasi yang kuat di level undang-undang sedangkan Indonesia belum memilikinya; b. Implementasi migrasi siaran TV Analog ke Digital (digitalisasi) memerlukan biaya tinggi bagi lembaga penyiaran lokal, komunitas, dan juga masyarakat kelas menengah ke bawah, khususnya bagi lembaga penyiaran yang sudah berinvestasi tinggi dalam penyelenggaraan siaran analog. Karena dengan diberlakukannya digitalisasi menyebabkan infrastruktur analog tidak dapat digunakan lagi dan semua materi siaran akan disiarkan oleh Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multiplexing (LPPPM); c. Belum diaturnya pengawasan sistem digital dan sanksi terhadap pelanggaran konten (program siaran). 22 Laporan Kinerja

25 Pendahuluan 3. Cyber Security & Governance, E-Goverment, dan E-Commerce Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia Tahun 2017 diproyeksikan ada sekitar 261,891 juta jiwa. Dengan jumlah populasi yang besar tersebut, Indonesia menyimpan potensi ekonomi digital di masa yang akan datang seiring berkembangnya teknologi dan media sosial. Dari jumlah populasi masyarakat tersebut, 54,68% atau sebanyak 143,26 juta jiwa telah menggunakan internet (Infograمحs Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017). Penggunaan internet oleh individu ini mengalami peningkatan sebesar 10,56 juta jiwa dari jumlah pengguna internet individu di Tahun 2016 yang semula 132,7 juta jiwa menjadi 143,26 juta jiwa (Infograمحs Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017). Dari 54,68% pengguna internet di Tahun 2017 tersebut, sebanyak 16,83% masyarakat menggunakan internet untuk jual online, sedangkan 32,18% masyarakat memanfaatkan internet untuk belanja online. (Infograمحs Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet, APJII, 2017). Penjualan eceran e-commerce global menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari nilai transaksi e-commerce yang diperkirakan akan naik lebih dari 230% pada 2021 menjadi US$ 4,48 Triliun atau setara Rp. 60,467 Triliun dari posisi 2014 yang baru mencapai US$ 1,8 Triliun. Sedangkan di Tahun 2017, nilai transaksi e-commerce global adalah sebesar 2,3 Triliun US$. 16,83% menggunakan internet untuk jual online 32,18% memanfaatkan internet untuk belanja online Graمحk 1.2 Nilai Transaksi E-Commerce Global Tahun (dalam US$) Transaksi e-commerce Global (dalam US$) 5 triliun 4.5 triliun 4 triliun 3.5 triliun US$ 3 triliun 2.5 triliun 2 triliun 1.5 triliun 1 triliun Sumber: Laporan Kinerja 23

26 Pendahuluan Pangsa pasar e-commerce Indonesia pada 2015 mencapai US$ 1,68 Milyar atau baru sekitar 1,2% dari penjualan ritel senilai US$ 145,83 Milyar. Pasar e-commerce lokal tersebut jauh tertinggal dari Tiongkok yang telah mencapai 13,8% dari total penjualan ritelnya senilai US$ 2,12 Triliun maupun Jepang yang mencapai 7,2% dari penjualan ritelnya sebesar US$ 960 Milyar. Namun, unggul dibandingkan dengan Malaysia maupun Vietnam. Graمحk 1.3 Pangsa Pasar E-Commerce Terhadap Penjualan Ritel Tahun Pangsa Pasar e-commerce di beberapa Negara terhadap Penjual Ritel (%) Tiongkok Amerika Jepang Singapura Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Philiphina 2 0 Sumber: Graمحk 1.4 Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun miliar 3.5 miliar 3.5 miliar 3 miliar 2.6 miliar US $ 2.5 miliar 2 miliar 1.8 miliar 1.5 miliar 1 miliar 1 miliar 500 juta Sumber: 24 Laporan Kinerja

27 Pendahuluan Graمحk 1.5 Populasi dan Potensi Ekonomi Digital Indonesia per September 2017 Populasi 264 juta Pengguna Internet 133 juta Pengguna Medsos Aktif 115 juta Pengguna Ponsel 371 juta Pengguna Medsos via Ponsel 106 juta 0 50 juta 100 juta 150 juta 200 juta 250 juta 300 juta 350 juta 400 juta (Jiwa) Sumber: Data-data tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas e-commerce di Indonesia merupakan sektor strategis yang perlu didorong oleh pemerintah melalui kolaborasi lintas sektor dan lintas Kementerian/Lembaga. Dan untuk mendukung keamanan serta memberikan perlindungan terhadap konsumen dalam melakukan aktivitas e-commerce, maka perlu disusun pedoman yang dapat menjadi acuan terkait keamanan informasi dan keamanan siber (cyber security) sektor e-commerce dan sektorsektor strategis lainnya. Pemanfaatan TIK tidak terbatas pada sektor e-commerce saja, namun dapat juga digunakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui implementasi e-government yang bertujuan untuk menyediakan pelayanan yang lebih nyaman dan eمحsien kepada masyarakat atas layanan pemerintah. Namun, penerapan layanan e-government secara nasional masih terkendala karena belum terintegrasinya database dan layanan e-government antar instansi pemerintah pusat dan daerah. Laporan Kinerja 25

28 Pendahuluan 4. Government Public Relations (GPR) Saat ini, masyarakat Indonesia mendapatkan informasi melalui berbagai cara, yaitu: media televisi (96%), media luar ruang (52%), internet (43%), radio (37%), koran (8%), dan media lainnya (13%). Gambar 1.3 Penetrasi Media di 11 Kota di Indonesia WATCH TV 96% SEE OUTDOOR ADS 52% USE INTERNET 43% LISTEN RADIO 37% NEWS READS PRINT 8% WATCH PAY TV 8% GO TO CINEMA 5% Sumber: Nielsen Consumer & Media View, Q Graمحk 1.6 Akses petani dan Nelayan terhadap Televisi dan Selular Televisi 63,8% 69,4% 66,4% 56,5% Televisi Nelayan Selular Namun demikian, penyebaran informasi saat ini masih dianggap kurang efektif, karena belum menyentuh masyarakat secara menyeluruh. Sebagai contoh, dalam komunitas petani dan nelayan, sebagian besar dari mereka memiliki televisi dan telepon selular. Akses petani terhadap televisi mencapai 56,5%, sedangkan nelayan 63,8%. Sedangkan sebanyak 66,4% nelayan dan 69,4% petani memiliki telepon selular. Namun demikian, kepemilikan televisi dan telepon selular bagi petani dan nelayan belum digunakan secara optimal untuk mengakses informasi mengenai program prioritas terkait pertanian dan perikanan yang pada dasarnya mereka butuhkan. Sumber: Indikator TIK, Puslitbang Aptika dan IKP, BLSDM, Kemkominfo, 2016 Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketimpangan informasi dan persepsi yang berbeda-beda dari masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diterbitkanlah Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik dalam rangka menunjang keberhasilan Kabinet Kerja, menyerap aspirasi publik, dan mempercepat penyampaian informasi tentang kebijakan dan program Pemerintah. 26 Laporan Kinerja

29 Pendahuluan Pemerintah menunjuk Kemkominfo untuk: Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun Mengkoordinasikan perencanaan, penyiapan, dan pelaksanaan komunikasi publik terkait kebijakan dan program pemerintah; 2. Melakukan kajian terhadap data dan informasi yang disampaikan kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian; 3. Melakukan media monitoring dan analisis konten media terkait kebijakan dan program pemerintah; 4. Menyusun narasi tunggal terkait dengan kebijakan dan program pemerintah kepada publik sesuai arahan Presiden; 5. Melaksanakan diseminasi dan edukasi terkait kebijakan dan program pemerintah melalui seluruh saluran komunikasi yang tersedia; 6. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan komunikasi publik; 7. Dapat mengundang dan mengikutsertakan Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan/atau pihak lain dalam merumuskan materi informasi yang akan dikomunikasikan kepada publik. Laporan Kinerja 27

30 Pendahuluan Gambar 1.4 Alur Proses Government Public Relations (GPR) Alur Kerja Pengelolaan Komunikasi Publik Verifikasi Data dan Informasi Persetujuan Pimpinan Instansi DATA DAN INFORMASI AGENDA SETTING KONTEN DISE- MINASI MONEV Pengumpulan Data dan Analisis Informasi [K/L/D, Organisasi riset, kantor berita, media massa, media sosial, dan relawan] Manajemen Isu Framing Signing Priming $ Produksi Pesan Briefing Notes Siaran Pers Infografis Artikel Advertorial Distribusi Pesan [media massa, media sosial, humas K/L/D, kelompok strategis, dan relawan] Pemantauan, Evaluasi, dan Audit Komunikasi K/L/D (Kementerian/ Lembaga/Daerah) Kominfo, KSP (Kantor Staf Presiden), dan TKP (Tim Komunikasi Presiden) Kominfo, dan K/L/D (Kementerian/ Lembaga/Daerah) Kominfo, dan K/L/D (Kementerian/ Lembaga/Daerah) Kominfo Sumber: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, Tahun 2016 Dengan adanya Inpres Nomor 9 Tahun 2015 ini, Kemkominfo diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi kehumasan pemerintah (Government Public Relations GPR ). Sehingga, penyampaian informasi kepada masyarakat diharapkan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan berkualitas baik. Selain itu, penyusunan narasi tunggal sebagai agenda setting akan memberikan informasi pemerintah yang konsisten, sehingga terdapat informasi yang berimbang terhadap kinerja pemerintah sebagai perimbangan opini yang dibentuk oleh arus pemberitaan media yang cenderung kritis (negatif) terhadap pemerintah. 28 Laporan Kinerja

31 Pendahuluan Sistematika Pelaporan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Bagian ini menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi. Bab 2 Perencanaan Kinerja Bagian ini menguraikan tentang Rencana Strategis Tahun beserta perubahan terhadap rencana strategis tersebut berdasarkan hasil reviu dan ringkasan/ ikhtisar Perjanjian Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Bab 3 Bagian ini dibagi menjadi 3 (sub bab), yaitu: 1. Sub Bab Capaian Kinerja Organisasi, yang menguraikan capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 sesuai dengan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi terhadap capaian kinerja tersebut, dan 1. Sub Bab Realisasi Anggaran, yang menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017, dan 1. Sub Bab Capaian Kinerja Lainnya. Bab 4 Penutup Bagian ini menguraikan tentang kesimpulan umum atas capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika selama Tahun 2017 dan rekomendasi untuk perbaikan kinerja di tahun-tahun selanjutnya. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja 29

32 PERENCANAAN Kinerja 1. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN PERJANJIAN KINERJA 3. Broadband 4G dan Efisiensi Industri 4. DIGITALISASI 5. Cyber Security & Governance, E-Government dan E-Commerce 6. Government Public Relations (GPR) 7. KINERJA LAINNYA 30 Laporan Kinerja2

33 PROGRAM UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA A B C1 C2 Laporan Kinerja 31

34 Perencanaan Kinerja Perencanaan Kinerja Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, di bidang komunikasi dan informatika di bantu oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Berpayung kepada UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Acuan peraturan diatas kemudian diterjemahkan kedalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 21 Tahun Dalam Renstra tersebut memuat penjabaran visi, misi dan Nawacita Presiden dan Wakil Presiden. Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun , dokumen Renstra merupakan pedoman untuk arah pembangunan di bidang komunikasi dan informatika selama 5 (lima) tahun ke depan, dengan fokus untuk mengoptimalkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam melaksanakan Fokus Pembangunan Pemerintah Indonesia. 32 Laporan Kinerja

35 Perencanaan Kinerja Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika disusun berdasarkan Nawacita dan agenda pembangunan nasional yang memberikan manfaat signiمحkan bagi rakyat dan negara. Selain itu, Renstra juga harus bisa menjawab tantangan dan permasalahan strategis terkait perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti masih tingginya kesenjangan digital di wilayah Indonesia, kendala geograمحs dan demograمحs yang menyebabkan pembangunan infrastruktur dan akses masyarakat terhadap informasi terhambat, hingga pada kendala peningkatan citra pemerintah di mata masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat Indonesia sangat dinamis sehingga pada Tahun 2016 telah dilakukan reviu terhadap Renstra Kemkominfo Tahun agar kebijakan yang diambil dapat diaplikasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Reviu Renstra ini juga dilandasi oleh beberapa alasan, seperti hasil evaluasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun yang masih mencerminkan proses dan belum memperlihatkan dampak dari proses yang akan dikerjakan. Selain itu, dinamika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terjadi dalam setahun terakhir membutuhkan intervensi pemerintah sebagai regulator untuk dapat memberikan solusi terbaik bagi masyarakat Indonesia di bidang komunikasi dan informatika. Gambar 2.1 Program Utama Kementerian Komunikasi dan Informatika A B C1 C2 Sumber: Rencana Strategis Kemkominfo Tahun Laporan Kinerja 33

36 Perencanaan Kinerja Tahun 2017 menjadi tahun ketiga bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengimplementasikan Renstra Kemkominfo Tahun yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun , yang kemudian direviu dan disusun perubahannya dengan turut mengadopsi tantangan dan masalah strategis terkini. Perubahan atas Renstra Kemkominfo Tahun akhirnya ditetapkan tanggal 2 Desember 2016, dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun Perubahan terhadap sasaran dan indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun antara sebelum dan sesudah perubahan dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2 berikut: Tabel 2.1 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) SASARAN STRATEGIS (SS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) SS.1 Terwujudnya ketersediaan dan meningkatnya kualitas layanan komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan pemerintah sebagai wujud kehadiran negara dalam menyatakan kedaulatan dan pemerataan pembangunan IKSS 1.1 IKSS 1.2 IKSS 1.3 IKSS 1.4 Jumlah pembangunan sarana/tugu berkode pos di wilayah perbatasan dan pulau terdepan di Indonesia Persentase (%) penyelesaian Redesain USO Jumlah BTS yang dibangun di daerah blankspot layanan telekomunikasi (tertinggal, terluar, terpencil) Jumlah penyediaan akses pitalebar internet IKSS 1.5 Persentase (%) tersedianya satelit pitalebar nasional IKSS 2.1 Persentase (%) ketersediaan spektrum frekuensi radio untuk mendukung layanan akses bergerak pitalebar IKSS 2.2 Persentase (%) Kab/Kota yang terhubung jaringan tulang punggung serat optik nasional Palapa Ring IKSS 2.3 Persentase (%) selesainya migrasi sistem penyiaran televisi dari analog ke digital SS.2 Tersedianya akses pitalebar nasional, internet dan penyiaran digital yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan IKSS 2.4 IKSS 2.5 IKSS 2.6 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan nomor panggilan tunggal darurat nasional (single public emergency number) Persentase (%) Kab/Kota yang memiliki infrastruktur pasif telekomunikasi melalui supervisi Kemenkominfo Persentase (%) penetapan dan implementasi Permen Kominfo tentang TKDN 4G LTE IKSS 2.7 Persentase (%) Instansi Pemerintah yang terintegrasi layanan e-government nasional IKSS 2.8 Jumlah penyelenggara jaringan telekomunikasi yang mengimplementasikan DNS Nasional IKSS 2.9 Persentase (%) peningkatan pelindungan keamanan kepada penyelenggara serta kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan komunikasi dan informatika (ID-SIRTII dan KAMINFO) 34 Laporan Kinerja

37 Perencanaan Kinerja SASARAN STRATEGIS (SS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 22/2015) IKSS 3.1 Jumlah dokumen regulasi dan kebijakan bidang telekomunikasi IKSS 3.2 Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan National Chief Information Officer (NCIO) SS.3 Terselenggaranya Tata Kelola Komunikasi dan Informatika yang eمحsien, berdaya saing, dan aman IKSS 3.3 Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan sertiمحkasi elektronik dan penyelenggaraan sertiمحkasi keandalan IKSS 3.4 Jumlah regulasi untuk penyebaran dan pemerataan informasi publik IKSS 3.5 Jumlah regulasi terkait implementasi Government Public Relations (GPR) IKSS 3.6 Jumlah kebijakan terkait diseminasi Kampanye Nasional Revolusi Mental IKSS 4.1 Persentase (%) rekomendasi kebijakan berbasis penelitian/kajian (termasuk studi dampak sosial ekonomi implementasi pitalebar, internet, dan digitalisasi penyiaran) IKSS 4.2 Jumlah peserta sertمحkasi, pelatihan, bimtek, dan ToT SKKNI bagi angkatan kerja muda IKSS 4.3 Jumlah rancangan regulasi SKKNI bidang Kominfo SS.4 Terciptanya budaya pelayanan, revolusi mental, reformasi birokrasi dan tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berintegritas, bersih, efektif, dan eمحsien IKSS 4.4 IKSS 4.5 Jumlah peserta bimlek literasi bagi kalangan wanita, anak-anak, dan disabilitas Opini BPK-RI atas laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika IKSS 4.6 Persentase (%) penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan lingkungan Kemenkominfo IKSS 4.7 Persentase (%) terselesaikannya pelaksanaan kebijakan Change Management IKSS 4.8 Persentase (%) tersedianya sistem dan mekanisme Partisipasi Publik (planning, design, execution dan monitoring) anggaran dan kebijakan Sumber: Permenkominfo No. 22/2015 tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun Laporan Kinerja 35

38 Perencanaan Kinerja Tabel 2.2 Rencana Strategis Kemkominfo Tahun (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016) SASARAN STRATEGIS (SS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016) INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS (IKSS) (Berdasarkan PM Kominfo No. 21/2016) IKSS 1.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/Kota : 514) IKSS 1.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/Kota : 514) IKSS 1.3 Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : desa) IKSS 1.4 Persentase (%) Kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 Kecamatan) IKSS 1.5 Persentase (%) Harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita SS.1 Tersedianya infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia IKSS 1.6 IKSS 1.7 Persentase (%) Implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switched Off (ASO) Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah Nelayan dan Petani per tahun 2013 : 28,7 juta) IKSS 1.8 Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah per tahun 2012 : 56 juta) IKSS 1.9 Persentase (%) Desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : Desa) IKSS 1.10 Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK IKSS 1.12 Jumlah angkatan kerja yang terseriمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKSS 2.1 Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik) IKSS 3.1 Opini laporan keuangan SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efesien dan efektif IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi IKSS 3.3 Nilai Akuntabiltas Kinerja Sumber: Permenkominfo No. 21/2016 tentang Perubahan atas PM Kominfo No. 22/2015 tentang Rencana Strategis Kemkominfo Tahun Laporan Kinerja

39 Perencanaan Kinerja Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja merupakan instrumen pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja. Dalam Perjanjian Kinerja berisi penyataan kesepakatan kinerja yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/ tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/tanggung jawab. Perjanjian Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017, secara rinci adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Kemkominfo Tahun 2017 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN TARGET PK 2017 IKSS 1.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/Kota : % SS.1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia IKSS 1.2 IKSS 1.3 IKSS 1.4 IKSS 1.5 IKSS 1.6 IKSS 1.7 IKSS 1.8 IKSS 1.9 IKSS 1.10 Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/Kota : 514 Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri : desa) Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani/jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan : 187 Kecamatan Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/ Analog Switched Off (ASO) Persentase (%) nelayan dan petani go-digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013 : 28,7 juta Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012 : 56 juta Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri : Desa) Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK 60% 4,5% (250 desa) 60% (112 lokasi) 7,3% 70% 1% ( petani+nelayan Go Digital) 0,05% ( UMKM Go Digital) 2,7% (150 Desa Broadband Terpadu) IKSS 1.11 Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK IKSS 1.12 Jumlah angkatan kerja yang tersertiمحkasi keahlian kompetensi sektor TIK SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKSS 2.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/ Publik) 50% SS.3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, eمحsien dan efektif IKSS 3.1 Opini laporan keuangan WTP IKSS 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi A IKSS 3.3 Nilai A Laporan Kinerja 37

40 Perencanaan Kinerja Perjanjian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 diimplementasikan melalui 4 (empat) program utama yang merupakan program prioritas bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai berikut: Broadband/4G dan Efisiensi Industri Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas layanan komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan Pemerintah Indonesia. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Penataan frekuensi (refarming); Pembangunan jaringan tulang punggung (serat optik) nasional Palapa Ring; Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di daerah blankspot, khususnya di daerah perbatasan dan pedalaman (lokasi prioritas, tertinggal, terluar dan terdepan/3t) yang belum terlayani akses telekomunikasi seluler; Penyediaan akses broadband internet bagi masyarakat, Kementerian/Lembaga dan Pemda tingkat Kabupaten/Kota yang mengusulkan di wilayah. Digitalisasi Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan eمحsiensi spektrum frekuensi, eمحsiensi infrastruktur industri penyiaran, mempertahanan diversity of ownership, menumbuhkan industri konten (diversity of contents), memperoleh digital dividend yang dapat digunakan untuk broadband kebencanaan (Public Protection and Disaster Relief), pendidikan,dll., menghemat biaya listrik sebesar 94%, biaya modal (Capital Expenditure) sebesar 79% dan biaya operasional (Operational Expenditure) sebesar 57% dibandingkan dengan tetap menggunakan pemancar TV Analog, serta meningkatkan kualitas penerimaan siaran TV. 38 Laporan Kinerja

41 Perencanaan Kinerja Cyber Security dan Governance, E-Government, dan E-Commerce Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan ekosistem yang memanfaatkan jaringan pitalebar yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Revisi UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE); Peta Jalan e-commerce Nasional; Peta Jalan e-government Nasional; Peta Jalan Cyber Security; Gerakan Nasional Startup Digital; Pelatihan dan sertiمحkasi berbasis SKKNI. Government Public Relations (GPR) Tujuan dari program ini adalah untuk membentuk agenda setting pemerintah yang dapat meningkatkan partisipasi publik dan citra positif pemerintah. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang dilaksanakan meliputi produksi dan penyebaran konten, baik melalui koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Pemda, GPR Widget, Media Center, dan kanal komunikasi lainnya. Kinerja Lainnya Pada bagian ini dijelaskan mengenai capaian kinerja yang telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017, antara lain: SiVION (Sistem Veriمحkasi Identitas Online) Penyelesaian Sengketa Informasi; Pengaduan Masyarakat Terhadap Konten Siaran; Pengaduan Bidang Pers. PPSE (Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik) Otomatisasi Layanan Perizinan Laporan Kinerja 39

42 40 Laporan Kinerja

43 Akuntabilitas Kinerja 3 1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 2. CAPAIAN KINERJA LAINNYA Laporan Kinerja 41

44 AKUNTABILITAS Kinerja Capaian kinerja organisasi diukur dengan cara membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan kinerja yang diharapkan berdasarkan target yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja selama satu tahun Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja akan memberikan jawaban terhadap keberhasilan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam melakukan pembangunan di bidang komunikasi dan informatika dalam mendukung fokus pembangunan nasional. Untuk mendukung agenda pembangunan di bidang komunikasi dan informatika tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan 3 (tiga) Sasaran Strategis. Elaborasi capaian kinerja berdasarkan sasaran strategis secara lebih detil menurut indikator kinerjanya dijelaskan sebagai berikut: Sasaran Strategis 1: Tersedianya Infrastruktur TIK serta Pengembangan Ekosistem TIK yang Merata dan Eمحsien di Seluruh Wilayah Indonesia 42 Laporan Kinerja

45 Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika menetapkan indikator sebagai berikut: Tabel 3.1 Indikator Pencapaian Sasaran Strategis 1 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 SASARAN STRATEGIS 1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia 1.1 Persentase (%) Kab/ Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/ kota: 514) % 82% 82,5% 86% (442 kab/ kota dari 514 kab/ kota) 86,38% (444 kab/ kota dari 514 kab/ kota) 100,44% 1.2. Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514) % 40% 11,28% 60% (308 kab/ kota dari 514 kab/ kota) 64,40% (331 kab/kota dari 514 kab/kota) 107,33% 1.3. Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS) (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: Desa) - Desa 3T tanpa sinyal: desa - Desa Lokpri termasuk 3T tanpa sinyal: 433 desa % - - 4,5% (250 desa) 7,11% (393 desa) 158% 1.4 Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan) Total kecamatan Lokpri berdasarkan Perka BNPP No.1/2015= 187 lokasi prioritas % 50% 19,25% (36 kecamatan dari 187 kecamatan) 60% (112 lokasi) 25,67% (48 kecamatan dari 187 kecamatan) 42,78% 1.5 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita % 8,6% 2,65% (untuk mobile broadband) 13% (untuk xedمح broadband) 7,3% 1,44% (untuk mobile broadband) 7,1% (untuk xedمح broadband) 97,26% Laporan Kinerja 43

46 No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 SASARAN STRATEGIS 1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switched Off (ASO) Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013: 28,7 Juta) Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital ((Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: Desa) - Desa 3T tanpa sinyal: desa. - Desa 3T + Lokpri tanpa sinyal: 433 desa Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK Jumlah angkatan kerja yang tersertiمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK % 50% - 70% 98% 140% % - - % - - % - 3 lokasi petani dan nelayan 0,05% ( UMKM dari 56 juta UMKM) 2,7% (150 DBT) petani dan nelayan yang teregister di aplikasi 0,02% ( UMKM dari 56 juta UMKM) 4,02% (222 lokasi + 3 desa piloting) 111,17% 40% 150% orang ,56% orang ,82% orang ,33% Penjelasan atas pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan eمحsien di seluruh wilayah Indonesia diuraikan secara rinci sebagai berikut: 1.1 Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional (Palapa Ring) Palapa Ring merupakan salah satu target dari RPJMN terkait pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Dalam Rencana Pitalebar Indonesia diamanatkan bahwa 100% kabupaten/kota di Indonesia harus memiliki jaringan telekomunikasi dengan kualitas layanan telekomunikasi kecepatan tinggi atau pita lebar (broadband) ke para pengguna akhir (end user) dengan kecepatan transfer bit (data) sekurang-kurangnya 10 Mbps di perdesaan dan 20 Mbps di perkotaan. Manfaat dari tergelarnya Palapa Ring adalah untuk 44 Laporan Kinerja

47 mewujudkan pemerataan dan percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi, akselerasi pertumbuhan, dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi dan memberikan layanan broadband bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penggelaran Palapa Ring ini sendiri memiliki karakteristik yaitu, melayani daerah non-محnancially feasible (tidak layak secara bisnis/keuangan) yang distruktur sebagai PPP/Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), dan merupakan proyek pertama di sektor telekomunikasi dimana pemerintah berperan menyediakan penjaminan. Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring adalah proyek yang menghubungkan seluruh ibukota kabupaten/kota di Indonesia dengan jaringan broadband (internet berkecepatan tinggi). Saat ini, dari total 514 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) di Indonesia terdapat 457 IKK yang telah dan akan terjangkau dengan jaringan broadband. Sedangkan sebanyak 57 IKK merupakan daerah terpencil dengan kontur geograمحs yang sulit dan potensi pengguna yang relatif kecil sehingga tidak layak secara komersial/bisnis yang menyebabkan penyelenggara telekomunikasi tidak membangun jaringan serat optik pada kabupaten/kota tersebut. Untuk itu pemerintah hadir, dalam hal ini Kemkominfo, menjadikan 57 IKK tersebut sebagai target Proyek Palapa Ring. Rencana implementasi jaringan tulang punggung (backbone) serat optik nasional Palapa Ring dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini. Gambar 3.1 Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung (Backbone) Serat Optik Nasional (Palapa Ring) Rencana Implementasi Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Realisasi Operator Rencana Operator Rencana KOMINFO Operator Telekomunikasi Sampai dengan akhir 2018 Operator Seluler akan membangun jaringan Backbone Serat Optik di 457 KK KEMKOMINFO Terdapat 57 KK belum terjangkau yang mana merupakan daerah terpencil dengan kontur geograمحs yang sulit dan tidak layak secara nansialمح Rencana penyelesaian kontruksi di tahun 2018 Sumber: BP3TI, Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 45

48 Pembangunan Proyek Palapa Ring ini terdiri dari komitmen PT. Telkom Indonesia dengan Pemerintah dan yang dibangun oleh Pemerintah melalui dana Kewajiban Pelayanan Universal (KPU)/Universal Service Obligation (USO) yang dikelola oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Berdasarkan komitmen PT. Telkom Indonesia terhadap pengoperasian jaringan kabel serat optik di 457 Ibukota Kabupaten/Kota (IKK) hingga Tahun 2017 sudah dibangun sebanyak 444 IKK dengan rincian sebagai berikut : a. Sampai dengan Tahun 2010 sebanyak 311 IKK b. Sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 329 IKK c. Sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 345 IKK d. Sampai dengan Tahun 2013 sebanyak 350 IKK e. Sampai dengan Tahun 2014 sebanyak 379 IKK f. Sampai dengan Tahun 2015 sebanyak 400 IKK g. Sampai dengan Tahun 2016 sebanyak 424 IKK h. Sampai dengan Tahun 2017 sebanyak 444 IKK Persentase capaian hasil pembangunan proyek Palapa Ring dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini. Tabel 3.2 Capaian Persentase (%) Kab/Kota Terhubung Jaringan Backbone Serat Optik Nasional Indikator Kinerja Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.1 Persentase (%) kab/kota terhubung jaringan backbone serat optik nasional 78% (401 IKK) 77,8% (400 IKK) 82% (421 IKK) 82,5% (424 IKK) 86% (442 IKK) 86,38% (444 IKK) 100,44% Sebanyak 13 IKK sedang dalam proses pembangunan dan direncanakan akan selesai Tahun Sedangkan sisa sejumlah 57 IKK masih dalam proses pembangunan oleh BP3TI yang dibagi ke dalam 3 (tiga) paket, yaitu Paket Barat, Paket Tengah, dan Paket Timur. Progres pembangunan dari ketiga paket tersebut adalah sebagai berikut: Progres Paket Barat 92,60% Paket Barat terdiri dari 5 IKK, yaitu: IKK Bengkalis, Meranti, Natuna, Lingga dan Anambas. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC), Civil, Mechanical, Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat), Outside Plant Laut (OSP Laut), Inside Plant (ISP), dan Network Management System (NMS), sehingga progres pembangunannya adalah 92,60%. 46 Laporan Kinerja

49 Paket Tengah terdiri dari 17 IKK, yaitu: IKK Sangihe, Siau Tanggulandan Biaro, Talaud, Morowali, Morowali Utara, Banggai Laut, Banggai Kepulauan, Muna, Muna Barat, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara, Buton Tengah, Kep. Morotai, Pulau Taliabu, dan Tidore Kepulauan. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC); Civil, Mechanical, Electrical (CME), Outside Plant Darat (OSP Darat), Inside Plan Darat (ISP), dan serta beberapa Outside Plan Laut (OSP Laut), dan Network Management System (NMS) sehingga progres pembangunannya adalah 71,53%. Progres Paket Tengah 71,53% Paket Timur terdiri dari 35 IKK, yaitu: Rote Ndao, Sabu Raijua, Maluku Tenggara Barat, Kepulauan Aru, Tiakur, Jayawijaya, Nabire, Kepulauan Yapen, Puncak Jaya, Paniai, Keerom, Pegunungan Bintang, Sumohai, Tolikara, Waropen, Tanah Merah, Mappi, Asmat, Supiori, Mamberano Raya, Mamberano Tengah, Yalimo, Lanny Jaya, Nduga, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya, Deiyai, Sorong Selatan, Bintuni, Teluk Wondama, Tambrauw, Maybrat, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak. Tahapan pembangunan yang telah diselesaikan adalah Site Acquisition (SITAC) dan Inside Plant (ISP), sehingga progres pembangunannya adalah 31,33%. Progres Paket Timur 31,33% Gambar 3.2 Peta Pembangunan Jaringan Serat Optik Nasional Palapa Ring BARAT Panjang Jaringan : km Konsorsium Pelaksana : PT Palapa Ring Barat Tanggal Kontrak : 29 Februari 2016 Financial Closing : 11 Agustus 2016 Penyelesaian Kontruksi : 11 Februari 2018 Junmlah Kab/Kota : 5 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 7 Kab/Kota TENGAH Panjang Jaringan : km Konsorsium Pelaksana : PT LEN Telekomunikasi Indonesia Tanggal Kontrak : 4 Maret 2016 Financial Closing : 29 September 2016 Penyelesaian Kontruksi : 29 Maret 2018 Jumlah Kab/Kota : 17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 10 Kab/Kota TIMUR Panjang Jaringan : km Konsorsium Pelaksana : PT Palapa Timur Telematika Tanggal Kontrak : 29 September 2016 Financial Closing : 29 Maret 2017 Penyelesaian Kontruksi : 29 September 2018 Junmlah Kab/Kota : 35 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Interkoneksi : 16 Kab/Kota Sumber: BP3TI, Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017 Laporan Kinerja 47

50 Sumber: org/wiki/4g 1.2 Persentase (%) Kab/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE 4G adalah singkatan dari istilah dalam Bahasa Inggris fourth-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada standar generasi keempat dari teknologi telepon seluler. 4G merupakan pengembangan dari teknologi 3G dan 2G. Sistem 4G menyediakan jaringan pitalebar ultra untuk berbagai perlengkapan elektronik, contohnya telepon pintar dan laptop yang menggunakan modem nirkabel 1. Sejalan dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi telekomunikasi seluler atau biasa disebut mobile communication (komunikasi bergerak) banyak diminiati oleh masyarakat. Hal ini menuntut adanya mobile evolution di bidang telekomunikasi khususnya telekomunikasi seluler yang dapat memberikan layanan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat dan mudah. Sistem 4G menyediakan solusi Internet Protocol (IP) yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Dengan Sistem 4G, maka segala jenis layanan data dapat dinikmati dengan harga yang lebih terjangkau. Untuk itu, pemerintah, dalam hal ini Kemkominfo, terus mendorong para penyelenggara telekomunikasi untuk membangun akses layanan telekomunikasi berbasis teknologi 4G LTE hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Presensi layanan 4G yang telah disediakan oleh para penyelenggara telekomunikasi per Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017) telah menjangkau 331 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut ini. Gambar 3.3 Presensi Layanan 4G LTE Berdasarkan Jumlah Wilayah Administrasi yang Ter-cover CAKUPAN SINYAL 4Gdi Indonesia Jumlah Wilayah Administrasi yang Tercover* Desa/Kelurahan tercover Kecamatan tercover Kab/Kota tercover 331 Provinsi tercover 25 55,05% 56,98% 64,40% 73,53% Sumber: Proمحl Industri Seluler Tahun 2017, Direktorat Pengendalian, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo 48 Laporan Kinerja

51 Persentase capaian hasil pembangunan akses broadband 4G LTE dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah ini. Tabel 3.3 Capaian Persentase (%) Kabupaten/Kota Terlayani Akses Broadband 4G LTE Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.2 Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband 4G LTE % 20% - 40% 11,28% 60% (308 kab/kota dari total 514 kab/ kota) 64,40% (331 kab/ kota dari total 514 kab/kota) 107,33% Berdasarkan data presensi layanan 4G LTE yang telah disampaikan oleh 7 (tujuh) operator seluler hingga Kuartal III Tahun 2017 (Q3 2017), jumlah desa/kelurahan di Indonesia yang sudah terjangkau sinyal 4G adalah sebanyak desa/kelurahan dari total desa (55,05%). Jumlah kecamatan di Indonesia yang sudah tercakup sinyal 4G adalah sebanyak kecamatan dari total kecamatan (56,98%). Sedangkan, jumlah kabupaten/kota di Indonesia yang sudah terjangkau sinyal 4G adalah sebanyak 331 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota di Indonesia (64,40%), sehingga capaian untuk indikator persentase (%) kabupaten/kota terlayani akses broadband 4G LTE pada Tahun 2017 adalah sebesar 107,33%. Selanjutnya, selain melakukan upaya pemerataan akses broadband di seluruh wilayah Indonesia, secara simultan Kementerian Komunikasi dan Informatika juga berupaya dalam mendukung peningkatan kualitas layanan broadband melalui penambahan spektrum frekuensi radio. Penyelenggaraan layanan broadband menuntut tersedianya spektrum frekuensi radio yang memadai agar dapat menampung traمحk data pengguna layanan. Penambahan spektrum frekuensi radio memiliki peranan strategis dalam mendukung peningkatan kapasitas, kualitas dan kecepatan akses broadband sesuai kebutuhan layanan oleh penyelenggara jaringan telekomunikasi ke masyarakat. Dengan demikian, memperhatikan peningkatan kebutuhan bandwidth yang sangat cepat sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi dan tuntutan pasar yang konvergen menuju layanan pita lebar (broadband), maka Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menyusun Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband rencana strategis Tahun sebagai upaya untuk mengatasi krisis Pita Frekuensi Radio sebagai berikut: Jumlah 331 kabupaten/kota kecamatan desa/kelurahan yang sudah terjangkau sinyal 4G Laporan Kinerja 49

52 Tabel 3.4 Rencana Strategis Penambahan Spektrum Frekuensi Radio Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband Tahun Pita Frekuensi TAHUN Radio (MHz) Sebelum CAPAIAN Capaian Per Tahun (MHz) Capaian Kumulatif (MHz) Persen Capaian Kumulatif Terhadap Target (%) ,14% 54,57% 70,29% 107,43% 162,00% TARGET RENSTRA Target Capaian Kumulatif (MHz) Persentase Target Capaian Kumulatif (%) ,70% 30% 50% 70% 100% Telah dicapai Berpotensi untuk dicapai Relatif sulit untuk dicapai tepat waktu Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo 350MHz Kebutuhan Tambahan Spektrum Frekuensi untuk Mobile Broadband Upaya penambahan spektrum frekuensi radio tersebut diterjemahkan dalam Indikator Kinerja Persentase (%) Ketersediaan Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz Untuk Mobile Broadband. Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 Mhz ditargetkan secara bertahap dari Tahun 2015 dan diharapkan dapat dicapai pada Tahun Berdasarkan data capaian realisasi yang dilaporkan, dapat diketahui bahwa tambahan frekuensi yang dihasilkan secara akumulatif hingga Tahun 2017 adalah sebesar 246 MHz, yang terdiri atas tambahan sebesar 165 MHz yang dihasilkan pada 2015, tambahan 26 MHz dihasilkan pada Tahun 2016, dan tambahan 55 MHz yang dihasilkan pada Tahun Sehingga secara akumulasi hingga Tahun 2017, capaian realisasi mencapai 70,29 persen. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa target pada Indikator Kinerja tersebut telah tercapai. Capaian indikator kinerja dimaksud dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini beserta penjelasan capaiannya. 50 Laporan Kinerja

53 Tabel 3.5 Capaian Persentase (%) Tersedianya Tambahan Spektrum Frekuensi Sebesar 350 MHz untuk Mobile Broadband Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.2. Persentase (%) tersedianya tambahan spektrum frekuensi sebesar 350 MHz untuk mobile broadband % 5,7% (20 MHz) 47,1% (165 MHz) 14,3% (50 MHz) 54,6% (191 MHz) 50% (175 MHz) 70,29% (246 MHz) 140,6% Adapun tahapan kegiatan kerja di Tahun 2017 yang dilaksanakan dalam rangka mencapai target tambahan spektrum frekuensi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dengan adanya penetapan PM Kominfo Nomor 12 Tahun 2017 sebagai dasar penerapan netral teknologi pada pita 450 MHz dinyatakan bahwa pita frekuensi radio 450 MHz pada rentang ,5 MHz berpasangan dengan ,5 MHz (7,5 MHz FDD atau sama dengan 15 MHz) ditetapkan untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler yang dalam penggunaannya diberikan kebebasan untuk memilih teknologi dalam mengoperasikan jaringannya. Dengan ditetapkannya klausul tersebut di atas, maka hak kebebasan memilih teknologi bagi STI yang semula telah tercantum di dalam Keputusan Menkominfo Nomor 1660 Tahun 2016, dinyatakan dengan lebih rinci di dalam PM 12/2017 berupa penyebutan rentang frekuensi radionya selebar 2 x 7,5 MHz (sama dengan 15 MHz). Dengan adanya pencantuman 2 x 7,5 MHz pada pita 450 MHz yang penggunanya memiliki kebebasan untuk memilih teknologi (PM 12/2017), maka capaian di Tahun 2017 adalah selisih antara lebar keseluruhan pita frekuensi radio mobile broadband di 450 MHz (2 x 7,5 MHz) dengan lebar pita frekuensi radio mobile broadband yang telah dinyatakan sebelumnya sebagai capaian di Tahun 2016 (2 x 5 MHz). Berdasar pada pertimbangan tersebut, maka capaian di Tahun 2017 pada pita 450 MHz adalah selebar 5 MHz (2 x 2,5 MHz); 2. Pelaksanaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 Untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler; a. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.3 GHz telah selesai dilaksanakan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1896 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Telekomunikasi Selular sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Laporan Kinerja 51

54 Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 20 Oktober PT. Telekomunikasi Selular mendapatkan rentang frekuensi radio 2300 MHz 2330 MHz (30 MHz); b. Seleksi untuk pita frekuensi radio 2.1 GHz telah selesai dilaksanakan dengan ditetapkannya: Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1943 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Hutchison 3 Indonesia sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 1 November PT. Hutchison 3 Indonesia mendapatkan rentang frekuensi radio 1970 MHz 1975 MHz berpasangan dengan rentang frekuensi radio 2160 MHz MHz (10 MHz); Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1943 Tahun 2017 tentang Penetapan PT. Indosat Tbk sebagai Pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017 untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, yang ditetapkan pada tanggal 1 November PT. Indosat Tbk mendapatkan rentang frekuensi radio 1975 MHz 1980 MHz berpasangan dengan rentang frekuensi radio 2165 MHz MHz (10 MHz) Capaian tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile broadband MHz Dengan demikian, dengan adanya perubahan regulasi pada pita 450 MHz dan penetapan pemenang seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz dan Pita Frekuensi Radio 2.3 GHz, maka telah didapatkan tambahan spektrum frekuensi radio sebesar 55 MHz untuk Mobile Broadband di Tahun Sehingga secara akumulasi sampai dengan 2017, capaian tambahan spektrum frekuensi radio untuk mobile broadband sebesar 246 MHz (70,29%). 1.3 Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dan Kawasan Perbatasan merupakan salah satu program Universal Service Obligation (USO) yang dilaksanakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Program ini merupakan salah satu strategi Kementerian Komunikasi dan Informatika/BP3TI dalam mengurangi kesenjangan telekomunikasi. Pelaksanaan strategi tersebut adalah penyediaan layanan seluler telefoni dasar di daerah yang belum mendapatkan sinyal selular. 52 Laporan Kinerja

55 Program ini merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun , di mana Kementerian Kominfo memiliki tugas menjamin konektivitas broadband nasional melalui Universal Service Obligation. Sampai dengan Oktober 2016, terdapat 21 lokasi BTS yang telah on-air di wilayah sepanjang perbatasan Indonesia. Tujuan Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan adalah langkah pemenuhan kewajiban Negara terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses telekomunikasi dan informatika, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperkuat ketahanan nasional. Hal ini sejalan dengan Program Nawacita yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, terutama pada butir ke-3, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Model bottom-up usulan lokasi Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan dari Pemerintah Daerah merupakan langkah yang dianggap strategis agar penyediaan yang dilakukan oleh BP3TI dapat terlaksana dengan tepat sasaran dan tepat guna. Selain memberikan usulan lokasi, pemerintah daerah juga wajib mempersiapkan lahan dan meminjam-pakaikan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika. Target pembangunan Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) di Wilayah 3T dan Kawasan Perbatasan berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kominfo Tahun untuk desa yang menjadi target prioritas dalam pembangunan BTS sampai dengan Tahun 2019, yaitu sebanyak 575 lokasi BTS. sebanyak 393desa pada Tahun 2017 di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan BTS Berdasarkan Laporan Kinerja Operasi dan konمحrmasi dengan para penyelenggara telekomunikasi bergerak seluler pada bulan Oktober 2017, dari desa, sebanyak desa berada di wilayah 3T dan desa di Non 3T. Dari desa di daerah 3T tersebut, terdapat desa yang tidak terlayani akses telekomunikasi, terdapat 518 desa dengan kekuatan sinyal < 50%, dan sisanya sebanyak desa tidak ada sinyal sama sekali. Dari desa Non 3T, yang tidak terlayani akses telekomunikasi sebanyak desa 2. 2 Sumber: Direktorat Pengendalian, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017 Penetapan lokasi yang menjadi target pembangunan BTS, mengacu kepada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam beberapa peraturan berikut ini: a. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun ; b. Peraturan Kepala BNPP Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun ( ); dan c. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Laporan Kinerja 53

56 Berdasarkan Perpres Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun , total desa yang berada di wilayah tertinggal/3t dan perbatasan/lokpri adalah desa, dimana sebanyak desa tergolong dalam kategori desa tertinggal/3t dan perbatasan/lokpri tanpa sinyal. Oleh karena itu, desa tersebut menjadi target prioritas Kemkominfo dalam pembangunan BTS. Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan BTS dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini. Tabel 3.6 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Tertinggal Termasuk Lokpri Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.3 Persentase (%) Desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS) % 2,3% (125 lokasi BTS) 0,1% (5 lokasi BTS) 2,3% (125 lokasi BTS) 1,9% (106 lokasi BTS) 4,5% (250 lokasi BTS) 7,11% (393 desa) 158% 1.4 Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi Melalui Penyediaan Base Transceiver Station (BTS) Kawasan perbatasan memiliki nilai strategis bagi suatu Negara dalam mendukung keberhasilan pembangunan dan merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah Negara. Oleh karena itu, Pemerintah dalam hal ini Kemkominfo, hadir untuk mengatasi kesenjangan digital dengan melakukan perluasan infrastruktur pembangunan BTS, khususnya di daerah yang termasuk kawasan perbatasan berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengelola Perbatasan Nasional (BNPP) Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun yang telah menetapkan 187 kecamatan yang menjadi objek penanganan dan pengelolaan kawasan perbatasan Indonesia. Persentase capaian hasil penyediaan jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan BTS Perbatasan dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini. 54 Laporan Kinerja

57 Tabel 3.7 Capaian Persentase (%) Kawasan Perbatasan Terlayani Jasa Akses Telekomunikasi (BTS Perbatasan) Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.4 Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) % 30% 1,60% (3 Kecamatan dari 187 Kecamatan Lokpri Perbatasan) 50% 19,25% (36 Kecamatan dari 187 Kecamatan Lokpri Perbatasan) 60% (112 Lokasi) 25,67% (48 kecamatan dari 187 kecamatan) 42,78% Tidak tercapainya target diakibatkan oleh beberapa kendala sebagai berikut: a) Adanya keterlambatan proses PO delivery untuk vendor BTSnya Indosat dan XL, sehingga pengiriman BTS mengalami keterlambatan; b) Terlambatnya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara BP3TI dengan Operator Seluler, penandatanganan baru dilaksanakan di November Keterlambatan ini dikarenakan ada isu internal di manajemen Telkomsel. Sedangkan untuk Indosat dan XL dikarenakan Tahun 2017 merupakan tahun perdana bergabungnya dalam program BTS USO, sehingga perlu persiapan dahulu untuk proses penawaran dengan vendor BTS. c) Faktor cuaca menghambat proses pengiriman material dan peralatan ke beberapa site. 1.5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Pitalebar dalam dokumen Rencana Pitalebar Indonesia dideمحnisikan sebagai akses internet dengan jaminan konektivitas selalu tersambung, terjamin ketahanan dan keamanan informasinya, serta memiliki kemampuan triple-play dengan kecepatan minimal 2 Mbps untuk akses tetap dan 1 Mbps untuk akses bergerak. Pitalebar memungkinkan penyediaan, pengolahan, dan pendistribusian informasi dilakukan secara lebih cepat, eمحsien, efektif, transparan, dan akuntabel sehingga informasi tersebut tidak kehilangan nilai dan bahkan dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Lahirnya Peraturan Presiden RI Nomor 96 Tahun 2014 tentang Rencana Pitalebar Indonesia (RPI) merupakan suatu bukti bahwa pemerintah sudah semakin merasakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi khususnya pitalebar (broadband) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing nasional, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Laporan Kinerja 55

58 Sebagai turunan dari strategi tersebut ditetapkanlah target-target RPI yang harus dicapai dalam periode , sebagai berikut: Tabel 3.8 Target Infrastruktur dan Harga Layanan TARGET INFRASTRUKTUR 2019 PROGRESS 2017 Data: BPS, Laporan Kinerja Operasi dari Operator, BP3TI Rumah Tangga 71% Gedung 100% 20 Mbps 1 Gbps 7,87% secara nasional [ dari Rumah Tangga] *Rumah dianggap gedung (KemenPUPR, 2017) Akses Tetap Perkotaan Perdesaan Populasi 30% - Rumah Tangga 49% 10 Mbps Populasi 6% - 8,08% secara nasional [menggunakan perhitungan 1 Rumah Tangga dihuni 4 penduduk, x 4 = dari penduduk] 7,7% secara nasional [ dari Rumah Tangga] 8,08% secara nasional [ pelanggan (dikali 4) dari total populasi jiwa) Download rata-rata (nasional): 13,15 Mbps Upload rata-rata (nasional): 7,75 Mbps Sumber: aggregate data pengguna speedtest.net Akses Bergerak Perkotaan Populasi 100% Pedesaan Populasi 52% 1 Mbps 1 Mbps 149% secara nasional [ dari total populasi jiwa] 3G di 438 (85,21%) Kab/Kota 4G di 331 (64,40%) Kab/Kota 149% secara nasional [ dari total populasi jiwa] 3G di (72,3%) Desa/ Kelurahan 4G di (55,05%) Desa/ Kelurahan Download rata-rata (nasional): 9,69 Mbps Upload rata-rata (nasional): 7,62 Mbps Sumber: aggregate data pengguna speedtest.net Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017 Persentase capaian harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita dari Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini. Tabel 3.9 Capaian Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.5 Persentase (%) Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per kapita % 9,9% - 8,6% 2,65% (Untuk mobile broadband) 13% (untuk xedمح broadband) 7,3% 1,44% (Untuk mobile broadband) 7,1% (Untuk xedمح broadband) 97,26% 56 Laporan Kinerja

59 Untuk mengetahui capaian dari target pada Tabel 3.9 di atas, maka dilaksanakan Pemetaan Capaian Ekosistem TIK terhadap Pencapaian Rencana Pitalebar Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: 1) Pengumpulan data - Koordinasi dengan Mastel (Masyarakat Telekomunikasi), BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia), dan Dit. Telekomunikasi - Koordinasi dengan Dit. Pengendalian terkait data Laporan Kinerja Operasi (LKO) - Koordinasi dengan Bappenas 2) Pengolahan data Setelah melakukan koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS (Badan Pusat Statistik) dan tenaga ahli untuk pengolahan data, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 3.10 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan Koordinasi dengan Badan Litbang SDM Kominfo, BPS dan Tenaga Ahli) Capaian 2016 (berdasarkan Laporan Kinerja Operasi (LKO) Tahun 2015) Harga Layanan Harga Persentase dibanding dengan PDB per Kapita Fixed Broadband (Indihome) Rp ,- 13% Mobile Broadband (Telkomsel) Rp ,- 2,65% Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017 Sedangkan apabila berdasarkan LKO Tahun 2016, diperoleh hasil seperti yang tercantum pada Tabel 3.11 sebagai berikut: Tabel 3.11 Perhitungan Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2016 (Berdasarkan LKO) Uraian Target Harga Layanan Maksimal Capaian per Oktober 2017 Harga Layanan Akses Tetap Akses Bergerak Nasional 5% PDB per Kapita Rp ,- untuk langganan Indihome (atau 7,1% dari Rata-rata pendapatan per kapita/bulan Rp ,- (BPS 2016)). Rp50.000,- untuk langganan paket internet 3 GB selama 1 bulan (atau 1,44% dari Rata-rata pendapatan per kapita/bulan Rp ,- (BPS 2016)). Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 57

60 Untuk Capaian 2017 terkait harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita, dapat dilihat pada perhitungan di Tabel 3.12 dibawah ini: Tabel 3.12 Data Capaian Harga Layanan Pitalebar Terhadap PDB per Kapita Tahun 2017 (Berdasarkan Data Kompilasi Tarif yang Dipublikasi) Akses Tetap Akses Bergerak TARGET HARGA LAYANAN 5% dari PDB perkapita per bulan* *) Rp x 5% = Rp (BPS, 2017) CAPAIAN 2017 (Data: Kompilasi Tarif yang Dipublikasi) 7,1% (Nasional, 10 Mbps) *Telkom (nasional ) Rp ,- 5,48% (Jakarta, 15 Mbps) *Oxygen Rp ,- tarif per bulan terendah 2,25% (2 GB internet + 3 GB 4G) Telkomsel Rp ,- 1,48% (2GB + 3 GB 4G) Indosat Rp ,- 2,13% (4.5 GB) Tri Rp ,- 2,5% (6 GB) XL Rp ,- Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI), Kemkominfo, 2017 Berdasarkan Tabel 3.12, dapat disimpulkan bahwa harga layanan maksimal untuk akses bergerak pitalebar (mobile broadband) sudah terpenuhi, sedangkan untuk harga layanan pitalebar tetap xedمح) broadband) masih belum terpenuhi. Manfaat yang didapat dengan harga pita lebar di bawah lima persen dari rata-rata pendapatan per kapita per bulan adalah masyarakat dapat menikmati layanan yang cepat, efektif dan eمحsien dengan harga terjangkau sehingga produktivitasnya pun diharapkan meningkat. Masih mahalnya harga access xedمح broadband disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah faktor investasi pada penggelaran xedمح broadband dimaksud. Untuk itu Kemkominfo berupaya melakukan upaya-upaya dalam memfasilitasi penyelenggara telekomunikasi untuk membantu mengurangi beban investasi dimaksud, diantaranya melaksanakan rencana aksi tindak lanjut sebagai solusi untuk mempercepat capaian RPI, antara lain: a. Mempermudah Right of Way, mengatur regulasi terkait dengan infrastruktur, yang juga mencakup pengamanan infrastruktur telekomunikasi sebagai objek vital, perlu dikomunikasikan dengan K/L/Pemda terkait. b. Standardisasi dalam penggelaran xedمح broadband (mulai dari perangkat hingga sumber daya manusia). c. Open Access, bagaimana agar bisa berbagi jaringan dan bagi yang belum memiliki jaringan dapat dilakukan alternatif ducting bersama/tiang bersama. d. Melakukan pembahasan regulasi terkait dengan Instalasi Kabel Rumah Gedung dan juga Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Infrastruktur Pasif Telekomunikasi, sebagai salah satu kebijakan untuk mempercepat penetrasi xedمح broadband. 58 Laporan Kinerja

61 e. Melakukan juga pemetaan potensi pada Komunitas/Sentra/ Sektor/Kawasan untuk ditindaklanjuti melalui fasilitasi antara kawasan potensial tersebut dengan operator telekomunikasi untuk dapat menyediakan akses internet secara Business to Business (B2B) pada kawasan potensial tersebut. 1.6 Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran/Analog Switched Off (ASO) Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi terus meningkat dalam berbagai aspek di berbagai negara. Ketika negara-negara lain berlomba-lomba untuk mengikuti arus perkembangan teknologi ini, Indonesia masih tertinggal dengan tingkat inovasi teknologi yang tergolong rendah. Hal tersebut ditandai oleh data Laporan Daya Saing Global (Global Competitiveness Report) untuk Tahun yang di publikasikan oleh World Economic Forum, dalam hal kesiapan teknologi, Indonesia berada pada peringkat 91 dari 138 negara yang dikarenakan oleh kurangnya tingkat pengguna internet dan rendahnya internet bandwith dibandingkan negara-negara lainnya. Untuk dapat mengejar ketertinggalan ini, salah satu aspek yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas internet dan mobile broadband. Menimbang ketersediaan frekuensi di Indonesia, penerapan peningkatan mobile broadband membutuhkan inisiatif khusus yaitu TV terestrial digital dan Analogue Switched Off ( ASO ) yang berperan untuk menyediakan kebutuhan ruang frekuensi melalui pembebasan spektrum frekuensi akibat proses digitalisasi TV terrestrial ( Digital Dividend ). Dengan adanya program Digitalisasi Penyiaran Televisi, maka diharapkan terdapat alokasi frekuensi yang lebih eمحsien, sehingga terdapat ruang yang memadai untuk mengembangkan teknologi untuk mobile broadband, serta menjangkau wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar ( 3T ). Dengan demikian, Indonesia mendapatkan manfaat ekonomi yang substansial. Tidak hanya itu, Digitalisasi Penyiaran juga akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan. Tabel 3.13 Capaian Persentase (%) Implementasi Digitalisasi Penyiaran / Analog Switched Off (ASO) Capaian Indikator Kinerja Satuan 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/ Analog Switched Off % % - 70% 98% 140% Laporan Kinerja 59

62 Manfaat yang ingin dicapai dari Digitalisasi Penyiaran Televisi ini adalah untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta membangun konektivitas nasional untuk mencapai pemerataan pembangunan. Secara garis besar, penerima manfaat bagi pelaksanaan program Digitalisasi Penyiaran Televisi yaitu: Pemerintah Lembaga Penyiaran Produsen serta distributor Televisi dan Penyiaran Produsen dan layanan multimedia Masyarakat Dengan terlaksananya migrasi dari TV analog ke TV digital, maka diharapkan pemerintah mendapatkan manfaat berupa tambahan spektrum frekuensi (Digital Dividend) yang kemudian digunakan untuk menambah alokasi bandwidth mobile broadband (teknologi 4G). Implementasi dari infrastruktur 4G akan mendukung produktivitas baik penduduk maupun usaha-usaha di dalam negeri sehingga semakin kompetitif. Gambar 3.4 Pihak-Pihak yang Terkena Dampak Program Digitalisasi Penyiaran Televisi Pay-TV Operators Other Interested parties Advertisers Key Suppliers Receiver Manufacturers Regulator (s) Key Stakeholders Goverment Equipment Vendors Content Providers Digital Migration Site Owners International and Regional Organisations Public/ Consumer Groups Broadcaster (s) Network Operators Spectrum Owners/Users Retailers/ Installers Mobile Network Operators Standards Bodies Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, Laporan Kinerja

63 Ada 5 (lima) aspek utama yang merupakan komponen utama implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switched Off (ASO), yaitu: 1. Landasan Hukum, 2. Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi, 3. Penyelenggaraan Industri Penyiaran, 4. Sosialisasi, dan 5. Realisasi Digital Dividend, Pelaksanaan dari kelima komponen utama tersebut dilakukan secara paralel, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut ini. Gambar 3.5 Aspek Utama Pendukung Digitalisasi Penyiaran TV Landasan Hukum Revisi UU Penyiaran Pokja Alternatif Landasan Hukum Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi Penataan frekuensi digital Pengadaan perangkat siaran TV digital Percepatan konversi digital Sosialisasi Sosialisasi strategis skala nasional 5 Komponen ASO Penyelenggaraan Industri Penyiaran Model bisnis penyiaran Migrasi konten ke TV Digital (uji coba TV digital) Realisasi Digital Dividend Realisasi untuk mobile broadband dan tanggap darurat Sumber: Term of Reference (TOR) Program Digitalisasi Penyiaran Televisi, Direktorat Penyiaran, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017 Landasan Hukum Untuk mewujudkan Analog Switched Off (ASO) Bidang Penyiaran, diperlukan payung hukum, yaitu Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun Menurut sejarahnya UU No. 32 Tahun 2002 dibuat untuk menggantikan UU No. 24 Tahun 1997 dengan latar belakang kemunculan televisi-televisi lokal dan radio-radio komunitas di Indonesia. UU No. 32 Tahun 2002 mengusung misi perubahan penyelenggaraan industri penyiaran dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Sentralisasi melanggar prinsip demokratisasi siaran yang coba diintrodusir oleh UU Penyiaran. Laporan Kinerja 61

64 RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran adalah program legislasi nasional (prolegnas) yang merupakan inisiatif DPR. UU Penyiaran perlu direvisi karena sudah sewindu UU Penyiaran diberlakukan di Indonesia, namun pada pelaksanaannya sering muncul kontroversi, meskipun undang-undang ini pertama kali dibuat untuk mendemokratisasi penyiaran nasional baik secara modal maupun secara pemberitaan. Selain itu, RUU perubahan atas UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dapat menegaskan posisi dan wewenang KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai lembaga negara agar dapat mengeluarkan peraturan yang berkekuatan hukum sama atau bahkan lebih daripada Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika). Undang-Undang Penyiaran merupakan salah satu pedoman bagi industri penyiaran untuk menjalankan kegiatannya dalam menyalurkan informasi dan memberikan pelayanan umum kepada publik. Namun, beberapa muatan materi atau substansi yang terkandung di dalam Undang-undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 telah menimbulkan adanya ketidakjelasan dan multitafsir yang berbeda hingga mengakibatkan berbagai persoalan hukum hingga saat ini. Ada 4 (empat) poin utama yang menjadi alasan dilakukannya revisi UU Penyiaran, yaitu: 1. Perkembangan zaman 2. Perkembangan teknologi 3. Penegasan kembali agar tidak menjadi multitafsir 4. Pemberian kewenangan baru Selain keempat poin tersebut, ada 7 (tujuh) isu krusial RUU Penyiaran yang menjadi pokok perhatian dalam penyusunan RUU ini, yaitu: 1. KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Kewenangan KPI mengatur, mengawasi dan memberikan sanksi yang terkait dengan isi siaran KPI dapat membentuk perwakilan/kpid yang bersifat hierarkis KPI dan perwakilannya di daerah /KPID dibiayai oleh APBN Organisasi KPI ditingkatkan dengan sekretariat KPI setingkat Sekjen KPI menyampaikan laporan kepada DPR dan Presiden (melalui Menkominfo) Masa jabatan komisioner KPI selama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali masa jabatan 62 Laporan Kinerja

65 2. Perizinan KPI memberikan masukan kepada pemerintah terhadap format siaran sesuai dengan minat, kepentingan dan kenyamanan publik untuk pembukaan peluang penyelenggaraan penyiaran tidak dalam rangka proses perizinan KPI memberikan hasil evaluasi isi siaran dalam proses Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Penyiaran Dasar pertimbangan: Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No. 36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas, yang menyebutkan bahwa fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perijinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie). 3. Spektrum Frekuensi Radio Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan kekayaan alam nasional yang dikuasai Negara dan dikelola oleh Pemerintah (Menkominfo) untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD Pemerintah menetapkan alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio sesuai dengan peraturan perundangundangan dan kaidah hukum internasional Dasar pertimbangan: 1) Putusan MK No. 002/PUU-I/2003 juncto Putusan MK No. 36/PUU-X/2012 dalam pengujian UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas yang menyebutkan bahwa: a. Makna dikuasai oleh Negara dalam pengertian Negara merumuskan kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, pengawasan. b. Fungsi pengurusan oleh Negara dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangan untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan, lisensi dan konsesi. 2) ITU (International Telecommunication Union) menetapkan hanya 1 administrasi telekomunikasi di setiap Negara. Dalam hal ini Menteri Kominfo sesuai dengan Pasal 6 Undangundang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Laporan Kinerja 63

66 4. Penyiaran Digital Penghentian Siaran Analog (Analog Switched Off/ASO) TV free-to-air dilakukan paling lambat 3 tahun setelah Undang- Undang disahkan Pemerintah menetapkan Cetak Biru Implementasi Siaran TV Digital Digital Dividend ditetapkan oleh pemerintah, digunakan untuk keperluan kebencanaan (Public Protection and Disaster Relief/PPDR) dan broadband (pendidikan, kesehatan, transportasi, penyiaran, telekomunikasi dan layanan publik lainnya) dan menjadi potensi PNBP Multipleksing (Mux) TV Digital diselenggarakan oleh penyelenggara tunggal (single mux operator) Digitalisasi radio dapat dilaksanakan secara simulcast dengan radio analog Penyediaan dan Distribusi Perangkat penerima Siaran TV Digital (set-top-box) dapat dibantu oleh pemerintah untuk masyarakat kurang mampu Pemerintah (Kementerian Kominfo bersama K/L terkait) membentuk gugus tugas dalam proses digitalisasi penyiaran dengan melibatkan stakeholders penyiaran Penerapan BHP Frekuensi Radio secara proporsional 5. Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Penguatan LPP melalui penggabungan LPP RRI dan TVRI menjadi LPP RTRI Pengaturan RTRI sebaiknya cukup diatur secara terintegrasi dalam RUU Penyiaran agar berada dalam satu sistem dengan Lembaga Penyiaran lainnya secara nasional Reمخeksi dari keadaan saat ini dimana LPP TVRI dan RRI mengalami kendala dalam pengelolaan keuangan dan manajemen organisasinya, sebaiknya berupa Badan Layanan Umum (BLU). 64 Laporan Kinerja

67 6. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) dan Lembaga Penyiaran Berlangganan (LPB) wajib membayar biaya hak penyelenggaraan penyiaran dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Penyiaran yang diambil dari persentase pendapatan kotor Persentase akan diatur dalam PP Lembaga Penyiaran analog yang menggunakan spektrum frekuensi, selain membayar PNBP Penyiaran wajib membayar Biaya Hak Penggunaan Frekuensi Penyelenggara Mux wajib membayar BHP frekuensi radio baik untuk yang digunakan maupun yang tidak dipergunakan yang dialokasikan kepada yang bersangkutan Dasar pertimbangan: a. Pelaksanaan tugas & fungsi Pemerintah dalam pelayanan, pengaturan, perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara serta pemanfaatan sumber daya alam dapat dibentuk suatu PNBP (UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP) b. Mengubah PNBP penyiaran yang sebelumnya berbasis biaya izin menjadi Biaya Hak Penyelenggaraan Penyiaran yang berbasis prosentase pendapatan dengan pertimbangan adanya keadilan yang proporsional berdasarkan pendapatan dari Lembaga Penyiaran c. Meningkatkan potensi penerimaan negara. d. Untuk pemerataan layanan penyiaran sampai pelosok tanah air 7. Penyaluran Konten Siaran Melalui Internet Deمحnisi Penyiaran tetap menggunakan konsep serentak dan bersamaan serta One to Many. Tidak meliputi penyaluran konten yang bersifat interaktif Penyelenggara Penyiaran televisi dan/atau radio, dapat menyalurkan konten siarannya melalui internet Penggunaan internet untuk penyaluran konten penyiaran terkait dengan konvergensi TIK yang bersifat sangat dinamis dan berhubungan dengan bidang-bidang lain. Oleh karena itu sebaiknya cukup diatur dalam bentuk kaidah penunjuk atau umbrella norm yang mengatur secara khusus dan implementasinya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Laporan Kinerja 65

68 Meskipun dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) disebutkan bahwa RUU Penyiaran masuk dalam prioritas Prolegnas Tahun 2016 sebagai RUU Perubahan, namun memperhatikan substansi dan ketentuan teknis perancangan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, sudah seharusnya UU Penyiaran diganti, mengingat sistematika, materi dan esensinya banyak berubah. Hal ini perlu dilakukan untuk lebih memberikan kepastian dan ketertiban hukum dalam penyiaran dalam rangka mengantisipasi perkembangan teknologi di bidang penyiaran. Oleh sebab itu, Kemkominfo melakukan berbagai rapat dan persiapan untuk memberikan masukan rancangan revisi UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Capaian dalam penyusunan revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 terangkum pada Tabel 3.14 sebagai berikut: Tabel 3.14 Capaian Penyusunan Revisi Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 Indikator Kinerja Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Penyusunan Revisi Undang undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Revisi Undang Undang Penyiaran No.32 Tahun 2002 Telah dilakukan pembahasan sebanyak 3 kali dengan Tim Ahli DPR yang menghasilkan antara lain: Pembahas-an Kerangka Pikir; & Clustering RUU Penyiaran 30% Pembahasan materi RUU Penyiaran Telah dilakukan pembahasan semua pasal pada draft RUU Penyiaran versi pemerin-tah 100% 1 Naskah 1 Naskah Draft RUU Penyiaran 100% 66 Laporan Kinerja

69 Sampai saat ini Rancangan UU Penyiaran (RUU Penyiaran) belum disahkan DPR untuk diserahkan kepada pemerintah, sehingga Kominfo belum dapat memberikan masukan nalمح terhadap draft RUU Penyiaran (DIM), namun tim RUU Penyiaran sudah membuat draft RUU Penyiaran versi pemerintah. Terakhir, Kemkominfo telah menyerahkan isu-isu penting pada Badan Legislasi dan Komisi I terkait penyiaran khususnya bagian tentang Lembaga Penyiaran Publik dan Digitalisasi, dengan substansi antara lain: Lembaga Penyiaran Publik terdiri atas LPP RTRI dan LPP Khusus Pengelolaan keuangan RTRI adalah BLU LP Khusus dapat didirikan oleh: Lembaga Negara berdasarkan konstitusi dan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemda BHP dan USO diambil berdasarkan presentase pendapatan kotor ASO ditetapkan paling lambat 2 tahun sejak mulai berlakunya Undang-undang Penyelenggara Multipleks dilaksanakan oleh LPP TV dan LPS TV Digital Dividend dikelola oleh pemerintah untuk keperluan kebencanaan, Pendidikan dan pemanfaatan pita lebar Digitalisasi penyiaran radio dilakukan secara simulcast dengan penyiaran analog Laporan Kinerja 67

70 Infrastruktur dan Pengelolaan Frekuensi Untuk mendukung perluasan jangkauan siaran TV Digital dan untuk mendukung LPP TVRI terus memperkuat kualitas siaran serta tampilan layar melalui siaran digital, Kemkominfo memberikan bantuan pemancar digital di 42 lokasi pemancar LPP TVRI. Dengan hal ini diharapkan pada Tahun 2019 jangkauan siaran digital LPP TVRI akan mencapai 78 persen dan jangkauan penduduk mencapai 88 persen. Gambar 3.6 Peta 42 Lokasi Pemancar Digital LPP TVRI PETA JARINGAN INFRASTRUKTUR Banda Aceh TK 2 kw/ch. 29 Banda Aceh TK 2 kw/ch. 29 Banda Baru Medan TK 5 kw/ch. 28 Banda Baru Medan TK 5 kw/ch. 28 **(USO) Nunukan TK 3 kw/ch. 30 Pakanbaru TK 5 kw/ch. 40 **(USO) Sungai Pakning (Kab. Bengkalis-Riau) TK 5 kw/ch. 28 Batam TK 2 kw/ch. 28 Pakanbaru TK 5 kw/ch. 40 **(USO) **(USO) Sungai Sangau Paking Ledo (Kab. TK Bengkalis-Riau) 2 kw/ch. 28 TK 5 kw/ch. 28 Batam **(USO) TK Balai 2 kw/ch. Karangan 28 TK 2 kw/ch. 32 **(USO) Sangau Ledo TK 2 kw/ch. 28 **(USO) Balai Tarangan TK 2 kw/ch. 32 Sibolga TK 1,2 kw/ch. 30 Sibolga TK 1,2 kw/ch. 23 Pontianak TK 10 kw/ch. 32 Pontianak TK 10 kw/ch. 32 *Gn. Gompong (Kab. Pesisir Selatan-Sumbar) TK 6 kw/ch. 29 *Gn. Gompong (Kab. Pesisir Delatan-Sumbar) TK 6 kw/ch. 29 Gn. Manumbing (Bangka) TK 1 kw/ch. 39 Gn. Manumbing (Bangka) TK 1 kw/ch. 39 **(USO) Bukit Sarai (Padang) TK 2 kw/ch. 30 **(USO) Bukit Sarai (Padang) TK 2 kw/ch. 30 *Telanaipura (Jambi) TK 12 kw/ch. 44 *Telanapura (Jambi) TK 12 kw/ch. 44 Palembang TK 5 kw/ch. 29 Palembang TK 5 kw/ch. 29 Bengkulu TK 5 kw/ch. 34 Bengkulu TK 5 kw/ch. 34 Palangkaraya TK 6 kw/ch. 30 Banjarmasin TK 3,4 kw/ch. 31 Palangkaraya TK 6 kw/ch. 30 *Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/ch. 33 *Gn. Betung (Lampung) TK 3 kw/ch. 33 **(USO) Suwela TK 3 kw/ch. 44 Panyandakan TK 5 kw/ch. 35 Pananjakan TK 5 kw/ch. 35 Keterangan: * Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO) Total: 42 Pemancar Digital Pasir Sumbul Keterangan: TK 1 kw/ch. 23 * Pemancar Digital ITTS II ** Pemancar Digital 3T (USO) Total: 42 Pemancar Digital Joglo TK 10 kw/ch. 42 Gombel TK 5 kw/ch. 28 Surabaya Pasir Sumbul TK 5 kw/ch. 35 TK 1 kw/ch. 23 Joglo TK 10 kw/ch. 42 Paltuk TK 5 kw/ch. 29 Gombel TK 5 kw/ch. 28 Surabaya TK 5 kw/ch. 35 Paltuk TK 5 kw/ch. 29 Denpasar TK 5 kw/ch. 30 Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, Laporan Kinerja

71 MULTIPLEKSING DIGITAL LPP TVRI (2017) **(USO) Tarakan TK 3 kw/ch. 30 Gorontalo TK 2 kw/ch. 34 Gorontalo TK 2 kw/ch. 34 *Manado TK 1,2 kw/ch. 29 *Manado TK 1,2 kw/ch. 29 Gn. Lampu Kaltim TK 5 kw/ch. 28 **(USO) Ternate TK 2 kw/ch. 28 **(USO) Ternate TK 2 kw/ch. 28 Palu TK 2 kw/ch. 36 *Bukit Greser (Ambon) TK 3 kw/ch. 28 *Bukit Greser (Ambon) TK 3 kw/ch. 28 Polemak (Jayapura-Papua) TK 3,2 kw/ch. 43 Polemak (Jayapura-Papua) TK 3,2 kw/ch. 43 Mamuju TK 3 kw/ch. 28 Makassar TK 5 kw/ch. 29 **(USO) Panel TK 1 kw/ch. 46 Kendari TK 5 kw/ch. 30 Makassar TK 5 kw/ch. 29 **(USO) Wanci TK 1 kw/ch. 46 Kendari TK 5 kw/ch. 30 Mataram TK 1 kw/ch. 29 **(USO) Antambua TK 2 kw/ch. 30 **(USO) Antambua TK 2 kw/ch. 30 *Oben TK 6 kw/ch. 29 *Oben TK 6 kw/ch. 29 Laporan Kinerja 69

72 Resolusi Jenewa 2006 tentang teknologi penyiaran digital terrestrial merupakan titik awal migrasi teknologi penyiaran dari analog ke teknologi digital. Teknologi penyiaran digital menyajikan keunggulan antara lain; meningkatnya kualitas gambar, meningkatkan eمحsiensi energi bagi operator televisi, eمحsiensi penggunaan kanal frekuensi radio dan optimalisasi pemanfaatan spektrum. Eمحsiensi kanal frekuensi radio didapatkan pada proses multiplikasi konten pada masing-masing kanal frekuensi radio. Teknologi penyiaran televisi digital merubah paradigma penyelenggaraan televisi siaran, dimana dalam 1 kanal (saluran) siaran dapat menyelenggarakan beberapa siaran secara bersamaan. Gambar 3.7 Perbedaan Teknologi Penyiaran Analog vs Digital ANALOG 1 channel = 1 konten DIGITAL 1 channel = multi konten Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah untuk segera menetapkan regulasi yang dapat mendukung implementasi teknologi televisi siaran digital Indonesia. Eمحsiensi kanal frekuensi radio akibat implementasi televisi digital (digital dividend) yang dihasilkan sebanyak 14 kanal (112 MHz). Gambar 3.8 Eمحsiensi Kanal Frekuensi Radio Akibat Implementasi Televisi Digital (Digital Dividend) (41 X 8 MHz / 328 MHz) Analog Television Broadcast Digital Television Broadcast Channel (27 X 8 MHz / 216 MHz) Digital Dividend (112 MHz) Sumber: Direktorat Penataan Sumber Daya, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kemkominfo Digital Dividend yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan Public Protection and Disaster Relief (PPDR), Pendidikan, Hankam dan penyelenggaraan telekomunikasi pita lebar. Regulasi yang mendukung implementasi televisi digital sudah dimulai sejak Tahun 2007 dengan ditetapkannya standar DVB-T sebagai platform teknologi TV Digital Indonesia. 70 Laporan Kinerja

73 Pada Tahun 2011 Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menetapkan Peraturan Menteri tentang Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi radio untuk keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial MHz. Konsep revisi Rencana Induk (Masterplan) Frekuensi Radio untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial menyajikan hal-hal sebagai berikut: 1. Rekomendasi wilayah layanan penyelenggaraan multiplexer TV Digital yang dapat mengakomodir seluruh wilayah administrasi sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. 2. Rekomendasi opsi pembagian alokasi kanal pada masing-masing wilayah layanan dengan mempertimbangkan ketersediaan alokasi kanal frekuensi untuk keperluan televisi siaran serta konsep model bisnis penyelenggaraan televisi siaran era penyiaran televisi digital. 3. Tersedianya rekomendasi parameter teknis penyelenggaraan jaringan untuk keperluan TV Digital. 4. Tersedianya usulan timeline implementasi TV digital yang realistis dengan mempertimbangkan kesiapan operator televisi, penyedia perangkat dan kerjasama regional. Namun penerapan regulasi tersebut masih terhambat oleh permasalahan hukum dan dari evaluasi tahap lanjut, perlu ada konsep opsi perubahan masterplan TV digital yang dapat adaptif dengan hasil revisi Undang Undang Penyiaran yang masih dibahas oleh DPR-RI. Revisi masterplan televisi digital yang rencananya dilakukan pada Tahun 2017 mengalami penundaan karena saat ini tengah dilakukan revisi Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang didalamnya mengatur penyelenggaraan televisi digital, termasuk didalamnya model bisnis, mekanisme multiplexer, Analog Switch Off (ASO) dan hal-hal terkait lainnya. Status perubahan RUU Penyiaran yang merupakan inisiatif DPR ini masih dalam tahap pembahasan ditingkat Badan Legislasi DPR. Terkait hal tersebut, Kementerian Kominfo dalam hal ini Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI terus memantau progres perkembangannya. Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan bahwa nalisasiمح Perubahan Masterplan televisi digital baru dapat dilakukan sampai ditetapkannya RUU Penyiaran yang baru. Hal ini dimaksudkan agar perubahan masterplan televisi digital in line dengan kebijakan yang ditetapkan di Undang-Undang. Sehubungan dengan hal tersebut, yang pada awalnya ditargetkan melakukan perubahan masterplan televisi digital, difokuskan untuk melakukan perubahan masterplan televisi analog (PM No. 31/2014) guna menyelesaikan permasalahanpermasalahan televisi analog sehingga dapat meminimalisir timbulnya masalah dikemudian hari saat ditetapkannya siaran televisi digital di Indonesia. Laporan Kinerja 71

74 Perubahan RPM Masterplan televisi analog dititik beratkan untuk mencabut pasal perluasan televisi analog dimana hal ini sejalan dengan moratorium televisi analog yang diatur melalui Surat Edaran Menkominfo Nomor 1 Tahun Pada akhir Tahun 2017, Direktorat Penataan Sumber Daya telah membuat Draft Revisi PM31/2017 dan telah dilakukan beberapakali pembahasan dengan Bagian Hukum Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI). Dengan dicabutnya pasal perluasan televisi analog melalui Revisi PM No. 31/2014, maka tidak ada lagi penetapan baru untuk televisi analog. Hal ini sangat penting guna mendukung implementasi televisi digital. Dalam satu kanal frekuensi TV digital dapat menyalurkan 9-12 program siaran Penyelenggaraan Industri Penyiaran TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk penyampaian atau penyebaran informasi yang dapat berperan dalam pembangunan karakter bangsa, memajukan ekonomi negara, dan mempererat persatuan bangsa. Menyadari manfaat seperti tersebut diatas, minat masyarakat industri penyiaran begitu besar, seperti terlihat pada pemohon izin LPS (Lembaga Penyiaran Swasta) Lokal yang jumlahnya begitu banyak, sehingga tidak mungkin tertampung dalam alokasi kanal frekuensi yang tersedia. Melalui implementasi siaran TV digital yang dapat menyalurkan 9 sampai dengan 12 program siaran dalam satu kanal frekuensi, diharapkan masalah ini dapat teratasi. Menyadari kebutuhan kanal frekuensi yang makin meningkat, masyarakat yang menuntut kualitas, ragam dan jumlah program siaran untuk meningkatkan kualitas hidup, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika mulai melakukan migrasi sistem penyiaran TV secara analog menuju sistem penyiaran TV secara digital di Indonesia. Sejak Juni 2016, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama-sama dengan LPP TVRI dan LPS Penyedia Konten telah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital secara komprehensif dalam rangka menetapkan arah penyiaran kedepan khususnya penyelenggaraan penyiaran dengan sistem digital yang akan diatur dalam perubahan undang-undang tentang penyiaran. a) Tujuan Uji Coba Siaran TV Digital diselenggarakan dengan tujuan untuk melakukan penelitian aspek teknis dan aspek non teknis terkait penyelenggaraan penyiaran secara digital. Aspek teknis sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing; 2. Perencanaan dan konمحgurasi jaringan SFN, MFN, dan/atau gabungan SFN dan MFN; 3. Sinkronisasi antar pemancar pada metode SFN; 72 Laporan Kinerja

75 4. Fitur layanan lainnya antara lain layanan data, penerimaan bergerak (mobile), informasi cuaca, informasi keuangan, kondisi lalu lintas terkini, dan informasi peringatan dini bencana; dan 5. Kualitas penerimaan konten siaran dan kapasitas penyiaran multipleksing. Aspek non-teknis sebagaimana dimaksud meliputi: 1. Kinerja perangkat dan sistem penyiaran multipleksing; 2. Model regulasi dan kelembagaan; 3. Sosialisasi dan kesiapan para pemangku kepentingan; dan 4. Mekanisme penyediaan serta distribusi set top box. Tabel 3.15 Target dan Capaian Uji Coba Siaran TV Digital Indikator Kinerja Jumlah keberhasilan Uji Coba siaran TV digital Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi % Penyusunan Regulasi terkait Uji Coba Lapangan TV Digital secara serentak dan pelak-sanaan uji publik Tersusunnya Draft RPM tentang Uji Coba Lapangan TV Digital secara serentak dan pelaksa-naan uji publik 90% Penyusunan Permen Kominfo tentang Uji coba Teknologi Telekmunikasi, Internet, dan Penyiaran Permen Kominfo No. 5 Tahun 2016 tentang Uji coba Teknologi Telekomunikasi, Internet, dan Penyiaran 100% 20 lokasi 42 wilayah layanan 100% Selain itu, Uji Coba Siaran TV Digital juga bertujuan untuk memotivasi dan mendorong minat pemirsa TV Analog untuk menonton siaran TV Digital, sehingga proses Migrasi TV Digital dapat diimplementasikan sesegera mungkin (bertahap mulai Tahun ) sesuai komitmen ASEAN. b) Dasar Hukum Dasar hukum pelaksanaan Uji Coba Siaran TV Digital, antara lain: 1. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2016 tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran; 2. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1221 Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba Siaran Televisi Digital Terestrial; dan 3. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masingmasing LPS Penyedia Konten yang ikut serta dalam kegiatan Uji Coba Televisi Digital. c) Waktu Pelaksanaan Sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1227 Tahun 2017 tanggal 8 Juni 2017 tentang Uji Coba Siaran Televisi Digital Terestrial, Uji Coba TV Digital berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang. Laporan Kinerja 73

76 d) Lokasi Uji Coba Uji coba siaran TV Digital saat ini sudah berlangsung (on air) dan diikuti oleh LPS Penyedia Konten di 12 kota (wilayah layanan), yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Medan, Batam, Surabaya, Semarang, Denpasar, Palembang, dan Makassar. LPP TVRI juga siap melakukan uji coba siaran TV Digital di 42 wilayah layanan (tabel wilayah layanan terlampir). Peta jangkauan siaran dan lokasi uji coba siaran TV Digital dapat dilihat pada Gambar 3.9 berikut ini. Gambar 3.9 Peta Jangkauan Siaran dan Lokasi Uji Coba Siaran TV Digital Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2016 Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika, dan Penyiaran Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1227 Tahun 2017 Uji Coba Siaran Televisi Digital Teresterial Uji Coba TV Digital Tahap III (9 Juni Juni 2018) Stasiun tranmisi Digital TVRI Penyedia Konten yang sudah On Air Uji Coba Siaran TV Digital melalui Mux TVRI: Jumlah Wilayah Layanan : 12 Jumlah Penyedia Konten : 39 Sumber: Direktorat Penyiaran, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017 e) Peserta Uji Coba Kesepakatan uji coba antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia Konten dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman/ Memorandum of Understanding (MoU) dan juga Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara LPP TVRI dengan masing-masing LPS Penyedia Konten. Uji Coba Siaran TV Digital Tahap III sampai dengan saat ini diikuti oleh 39 LPS Penyedia Konten yang sudah ON AIR bersiaran di masing-masing wilayah layanan. Uji Coba dilaksanakan dengan LPP TVRI sebagai penyedia multiplekser. 74 Laporan Kinerja

77 Graمحk 3.1 Jumlah LPS Peserta Uji Coba Siaran TV Digital Tahap I s.d III Wilayah Layanan Tahap I Tahap II Tahap III Jumlah LPS Penyedia Konten Wilayah Layanan 41 Jumlah LPS Penyedia Konten Wilayah Layanan 39 Jumlah LPS Penyedia Konten 9 Juni Desember Juni Juni 2018 Sumber: Direktorat Pita Lebar, Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kemkominfo, 2017 Dalam perjalanannya, LPS Penyedia Konten dapat mengikuti uji coba diluar wilayah layanan dimana IPP-nya berlaku. Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam uji coba TV digital tidak berkaitan dengan proses perijinan, yang disanggupi oleh LPS penyedia konten dan dituangkan dalam Letter of Undertaking. Tabel 3.16 Keikutsertaan LPS Penyedia Konten dalam Uji Coba TV digital NO WILAYAH LAYANAN NAMA PT PENYEDIA KONTEN CALL SIGN 1 PT. Nusantara Media Mandiri NTV 2 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA 3 PT. Cipta Megaswara Televisi KOMPAS TV 4 PT. Gramedia Media Nusantara GRAMEDIA 5 PT. Detik TV Indonesia CNN JABODETABEK 6 PT. TVMU Surya Utama TVMU 7 PT. Net Mediatama Televisi NET 8 PT. Media Inti Televisi Nusantara TEMPO TV 9 PT. Duta Anugerah Indah DAAI 10 PT. Badar Televisi Media Persada BADAR TV 11 PT. Merah Putih Satu Visi OPUS TV TOTAL JAKARTA (11 PENYEDIA KONTEN) 12 PT. Nusantara Media Mandiri Parahyangan NTV 13 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA BANDUNG 14 PT. Detik TV Indonesia CNN 15 PT. Bandung Persada Tivi Digital BP TV 16 PT. Pasundan Utama Televisi KOMPAS 17 PT. Televisi Anak Bandung NET TV TOTAL BANDUNG (6 PENYEDIA KONTEN) 18 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV 19 PT. Mitra Televisi Yogyakarta NET TV YOGYAKARTA 20 PT. Inspira Media Televisi INSPIRA 21 PT. Tegar TV Yogyakarta TEGAR TV 22 PT. Terang Abadi Digital Satu Televisi TATV TOTAL YOGYAKARTA (5 PENYEDIA KONTEN) Laporan Kinerja 75

78 NO WILAYAH LAYANAN NAMA PT PENYEDIA KONTEN CALL SIGN 23 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV SURABAYA 24 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA 25 PT. Detik TV Indonesia CNN 26 PT. Televisi Anak Surabaya NET TV TOTAL SURABAYA (4 PENYEDIA KONTEN) 27 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV SEMARANG 28 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA 29 PT. Industri Televisi Semarang NET TV TOTAL SEMARANG (3 PENYEDIA KONTEN) DENPASAR 30 PT. Nusantara Media Mandiri Yogyakarta NTV TOTAL DENPASAR (1 PENYEDIA KONTEN) MEDAN 31 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV 32 PT. Inspira Medan Mulia INSPIRA TOTAL MEDAN (2 PENYEDIA KONTEN) MAKASSAR 33 PT. Nusantara Media Mandiri NTV 34 PT. Inspira Televisi Indonesia INSPIRA TOTAL MAKASSAR (2 PENYEDIA KONTEN) PALEMBANG 35 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV TOTAL PALEMBANG (1 PENYEDIA KONTEN) PEKANBARU 36 PT. Nusantara Media Mandiri Tapanuli NTV TOTAL PEKANBARU (1 PENYEDIA KONTEN) BATAM 37 PT. Nusantara Media Mandiri Batam NTV TOTAL BATAM (1 PENYEDIA KONTEN) BANJARMASIN 38 PT. Nusantara Media Mandiri NTV 39 PT. Inspira Multi Talenta INSPIRA TOTAL BANJARMASIN (2 PENYEDIA KONTEN) f) Hasil Uji Coba 1. Kendala Teknis: a. Sinyal Lemah di beberapa lokasi dan beberapa daerah (Untuk wilayah layanan Jabodetabek, seperti Jalan Sudirman, Mega Kuningan, dll). b. Sering terjadi freeze. c. Permintaan dan usulan dari LPS Penyedia Konten untuk siaran High Deمحnition (HD) di beberapa wilayah namun belum terealisasi. d. TV Monitor di Mux TVRI terbatas jumlahnya sehingga tidak dapat memantau siaran secara bersamaan. e. Kualitas Siaran Digital yang terbatas hanya Standard Deمحnition (SD) tidak memberikan gambaran yang lebih baik dari kualitas analog. 76 Laporan Kinerja

79 2. Rekomendasi: a. Perlunya penguatan sinyal (gap ( llerمح di daerah-daerah blank spot di wilayah layanan Jabodetabek. b. Untuk meningkatkan kualitas siaran dari SD ke HD di wilayah layanan Jabodetabek dan wilayah layanan lainnya terdapat beberapa alternatif: i. Mengubah modulasi dari 64 Quadrature Amplitude Modulation (QAM) menjadi 256 QAM dengan konsekuensi penurunan coverage area ii. Memanfaatkan pemancar analog TVRI DKI & Banten (Channel 31) menjadi MUX Digital baru. Diperlukan koordinasi dengan SDPPI. Diperlukan penggantian exciter dan band pass. lterمح Diperlukan penambahan Headend. c. Bila keadaan eksisting akan dipertahankan, sementara tambahan peralatan diproses, dapat didiskusikan bersama TVRI dan Penyedia Konten, khususnya untuk lokasi Jakarta, jumlah Penyedia Konten yang dapat bersiaran HD, dalam kapasitas yang disepakati. Selanjutnya secara bergantian, per minggu atau per bulan atau lainnya untuk bersiaran HD, sementara yg belum dapat giliran tetap bersiaran SD. Untuk lokasi lainnya, secara teknis siaran HD dapat segera disiarkan. Setelah itu, dilakukan survei hasil monitoring siaran HD di lokasi-lokasi tersebut. 3. Kendala Non Teknis: a. Penyedia Konten mengeluhkan mengenai koordinasi antara Direktorat Pengembangan Usaha LPP TVRI dengan Direktorat Teknik LPP TVRI yang kurang baik terutama mengenai birokrasi yang terlalu rumit, sulit dan lama sehingga mempersulit penyedia konten yang akan bersiaran dan menambah wilayah layanan siaran uji coba TV Digital. b. LPS Penyedia Konten mengusulkan penyediaan bandwidth yang memadai untuk siaran kualitas HD dan implementasi turمح layanan siaran digital untuk hasil siaran yang lebih baik, sehingga dapat menjadi suatu kelebihan dibandingkan siaran analog. c. Tidak meratanya distribusi set top box di wilayah layanan yang sudah melakukan Uji Coba Siaran TV Digital, sehingga masyarakat sulit mendapatkan set top box. d. Kurangnya sosialisasi dan promosi tentang TV Digital, sehingga masih ada masyarakat yang belum tahu dan mengerti tentang TV Digital. e. LPS Penyedia Konten mengharapkan perpanjangan Uji Coba dengan harga PKS yg sama. Laporan Kinerja 77

80 f. LPS Penyedia Konten mengusulkan agar Menkominfo memberikan sertiمحkasi kepesertaan Uji Coba Siaran TV Digital bagi peserta yang telah mengikuti uji coba siaran TV digital. 4. Rekomendasi: a. Perlunya Kemkominfo memfasilitasi agar kerjasama antara LPP TVRI dengan LPS Penyedia Konten dapat berjalan dengan baik dan saling memberikan kemudahan bagi kedua belah pihak, termasuk koordinasi internal antara Direktorat Pengembangan Usaha dan Direktorat Teknik LPP TVRI. b. Perlunya kerjasama dengan industri penyedia set top box. c. Pemberian subsidi set top box. Pemberian subsidi diberikan kepada masyarakat dengan parameter pendapatan tertentu yang disepakati. Subsidi akan ditanggung bersama oleh Pemerintah, Penyelenggara Mux, Penyedia Konten, dan Industri Penyedia Set Top Box. Pihak industri penyedia set top box harus menjamin ketersediaan produk di seluruh wilayah Indonesia. d. Melakukan Public Service Announcement (PSA) di siaran televisi dan berbagai bentuk kampanye lainnya. - Memasang logo TV Digital di setiap program siaran yang sudah disiarkan secara digital; - Menayangkan running text diprogram siaran analog yang ada saat ini; - Menayangkan talkshow yang membahas tentang TV Digital; - Mengadakan seminar publik yang memberikan informasi mengenai TV Digital dan juga mengakomodasi saran dan masukan dari publik; - Iklan layanan masyarakat yang mensosialisasikan tentang TV Digital; - Promo dan sosialisasi melalui media sosial. e. Usulan agar informasi tentang Uji Coba TV Digital menggunakan logo uji coba yang seragam, sehingga pemirsa setiap saat dapat memahami bahwa siaran yang ditonton adalah siaran percobaan. f. Usulan agar dilakukan survei pemirsa/masyarakat untuk meminta pendapat mengenai siaran uji coba TV digital. 78 Laporan Kinerja

81 Realisasi Digital Dividend Jaringan telekomunikasi broadband yang tangguh untuk pengiriman informasi secara cepat menjadi syarat mutlak untuk pertumbuhan ekonomi. Bagi kehidupan sehari-hari dan bisnis, jaringan broadband telah sama pentingnya seperti jaringan transportasi (kendaraan), atau jaringan distribusi energi (gas, listrik) dan air. Ketersediaan infrastruktur broadband adalah dasar untuk layanan broadband yang inovatif dengan potensi ekonomi yang tinggi, seperti, ework, egovernment, ehealth dan elearning. Tuntutan adanya akses yang menawarkan kapasitas data yang tinggi dan mobilitas mendorong dibukanya spektrum-spektrum frekuensi yang baru. Migrasi televisi analog ke digital menawarkan suatu opsi yang sangat menarik, yaitu sistem yang lebih eمحsien dalam menggunakan frekuensi. Eمحsiensi dari penggunaan sistem TV digital (Digital Video Broadcasting, DVB) ditandai dengan menjadi kosongnya sebagian tempat di frekuensi UHF. Digital Dividend ini dapat dimanfaatkan oleh otoritas telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan spektrum untuk layanan broadband. Sosialisasi TV Digital Dalam rangka mendukung upaya Analog Switched Off dapat terselenggara dengan baik, diperlukan sosialisasi kepada masyarakat. Pada Tahun 2016, telah diselenggarakan sosialisasi di Bandung dan Yogyakarta. Tahun 2017 telah dilaksanakan di 5 lokasi yaitu: (1) Semarang, Jawa Tengah, (2) Makassar, Sulawesi Selatan, (3) Padang, Sumatera Barat, (4) Banda Aceh, Aceh, dan (5) Manado, Sulawesi Utara. Tabel 3.17 Capaian Sosialisasi TV Digital Indikator Kinerja Target Realisasi % Target Realisasi % Sosialisasi TV Digital 9 lokasi 2 lokasi 22% (justiمحkasi: adanya pengurangan anggaran akibat kebijakan kementerian) 4 lokasi 5 lokasi 125% 1.7 Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital Dalam mensukseskan fokus pembangunan pemerintah Indonesia Tahun diantaranya adalah mendukung pencapaian Nawacita 3 dan Nawacita 7, sejak Tahun 2017 Kementerian Kominfo merancang program Ekonomi Kerakyatan Berbasis Digital, diantaranya program Petani dan Nelayan Go Online yang diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan perikanan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Laporan Kinerja 79

82 Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dan perikanan dengan memfasilitasi pemanfaatan aplikasi yang tepat untuk menunjang usaha petani dan nelayan serta kinerja sektor pertanian dan perikanan. Pendampingan edukasi kepada petani dan nelayan juga dilakukan untuk menambah wawasan mengenai pemanfaatan TIK. Manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan; Meningkatnya pendapatan di sektor pertanian dan perikanan; Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka lebih baik dan produktif; Petani dan nelayan mendapatkan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka; Petani dan nelayan dapat menjual hasil usaha atau komoditas mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara; Petani dan nelayan mendapatkan pendampingan edukasi mengenai penggunaan TIK sebagai sarana mendapatkan informasi yang menunjang lapangan pekerjaan dan usaha mereka. Tabel 3.18 Capaian Persentase (%) Nelayan dan Petani Go Digital Indikator Kinerja 1.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital Satuan Capaian 2017 (%) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi % petani dan nelayan petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi 110% Tabel 3.18 menunjukkan capaian dari program nelayan dan petani go online yaitu sebesar 110% dengan realisasi sebanyak petani dan nelayan yang ter-register di aplikasi-aplikasi yang khusus terkait dengan sektor pertanian dan perikanan. Adapun detil penjelasan mengenai petani dan nelayan yang menjadi target dari program ini serta kriteria pemilihannya adalah sebagai berikut: 1. Petani Petani yang dimaksud adalah petani tanaman pangan dan hortikultura yang berada di Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Fokus utama program Petani Go Digital adalah proyek roll-out ke Jawa Barat, sementara di Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga provinsi ini dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Banyaknya rumah tangga usaha pertanian (wilayah dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian berkisar antara s.d unit rumah tangga) 80 Laporan Kinerja

83 Banyaknya jumlah kelompok tani (Poktan) dan penyuluh (wilayah dengan jumlah kelompok tani berkisar antara > s.d < poktan dan jumlah penyuluh berkisar antara > s.d orang) Tingginya produksi tanaman pangan dan hortikultura Gambar 3.10 Peta Rumah Tangga Usaha Pertanian Banyaknya Rumah Tangga Usaha Pertanian fokus program Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Jawa Barat Sumber: Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik Gambar 3.11 Jumlah Kelompok Tani dan Penyuluh Menurut Provinsi 60,000 50,000 Jateng Jumlah Poktan 40,000 30,000 20,000 Sumut Sumsel Sulsel Jabar Jatim 10,000 0 Jumlah Penyuluh 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 Sumber: Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan Pertanian, Kementerian Pertanian Laporan Kinerja 81

84 Graمحk 3.2 Kontribusi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2015 Bawang Merah Kedelai Cabai Rawit 35% 0% 65% 9% 2% 3% 37% 54% 95% Sumber: Jawa Barat Sumatera Selatan Sulawesi Selatan 2. Nelayan Nelayan yang dimaksud adalah nelayan dengan kapal di bawah 10 GT di Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Fokus utama program nelayan adalah proyek roll-out ke Jawa Timur, sementara di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan akan dilakukan proyek pilot. Ketiga provinsi ini dipilih menjadi daerah target program berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: Besarnya kepadatan rumah tangga usaha perikanan (wilayah dengan jumlah rumah tangga perikanan tangkap di laut berkisar antara > s.d unit rumah tangga) Besarnya produksi perikanan tangkap (wilayah dengan jumlah produksi perikanan tangkap di laut berkisar antara s.d ton) Banyaknya jumlah perahu yang terdapat di provinsi pilihan Gambar 3.12 Kepadatan Rumah Tangga Usaha Perikanan vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton) 600,000 Jumlah Perikanan Tangkap di Laut (ton) 500, , , , ,000 0 Sumatera Utara Sulawesi Selatan Maluku Jawa Timur Sulawesi Tengah 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tangkap di Laut (unit) Sumber: Statistik Indonesia, Laporan Kinerja

85 Gambar 3.13 Jumlah Perahu yang Terdapat di Provinsi vs Produksi Perikanan Tangkap di Laut (Ton) Produksi Perikanan Tangkap Laut (ton) Sulawesi Selatan Maluku Sulawesi Tengah Sumatera Utara Jawa Timur ,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Jumlah Perahu / Kapal Sumber: Statistik Indonesia, 2016 Graمحk 3.3 Populasi Perahu di Fokus Area Sumatera Utara Jawa Timur Sulawesi Selatan 3% 11% 1% 97% 89% 99% Di bawah 10 GT GT Di atas 100 GT Sumber: data.go.id, 2016 Laporan Kinerja 83

86 Program Fasilitasi dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online terdiri dari 6 program pendukung, yaitu: 1. Fasilitasi Aplikasi Informasi Pengendalian Stok Nasional Program ini bertujuan untuk menyediakan informasi stok panen nasional, termasuk memberikan informasi jadwal tanam dan jadwal panen, dan kebutuhan informasi yang bersifat pengumpulan data nasional yang bermanfaat untuk menjadi pendukung keputusan petani dalam proses pertanian. 2. Fasilitasi Aplikasi Penyuluhan Pertanian Berbasis Online Program untuk mendorong pengembangan penyuluhan pertanian berbasis online dari pelaku industri aplikasi digital yang dapat diakses dan bernilai manfaat bagi petani. 3. Fasilitasi Aplikasi Marketplace Pertanian Online Program untuk mendorong pengembangan marketplace online bagi petani yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya perantara yang dapat merugikan petani. 4. Fasilitasi Aplikasi Informasi Dasar Bagi Nelayan Program ini bertujuan mengembangkan aplikasi yang bisa memberikan informasi mengenai pasar ikan, harga alat tangkap ikan, cuaca, daerah penangkapan, lokasi BBM terdekat (SPDN), harga ikan, dan logistik. 5. Fasilitasi Aplikasi Marketplace Perikanan Online Program untuk mendorong pengembangan marketplace online bagi nelayan yang dapat memotong jalur tengkulak sehingga dapat langsung mendapatkan kepastian pembeli tanpa adanya perantara yang dapat merugikan nelayan. 6. Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Program pendampingan edukasi terkait penggunaan dan pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang disebut di poin 1-5. Hal ini sangat penting dalam memastikan manfaat dari aplikasi-aplikasi tersebut tersalurkan ke petani dan nelayan target. 84 Laporan Kinerja

87 Dalam memberikan solusi atas permasalahan di sektor pertanian dilakukan dengan memfasilitasi pemanfaatan aplikasi yang tepat untuk menunjang usaha petani serta kinerja sektor pertanian, meliputi: Fasilitasi Pemanfaatan Aplikasi Marketplace, Informasi Stok Nasional dan Penyuluhan Pertanian Online. Dalam rangka menghadirkan solusi digital untuk menyelesaikan isu-isu terkait petani, maka Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika melakukan identiمحkasi pelaku industri yang bergerak di sektor pertanian, diantaranya: 1. Eragano (pembelian kebutuhan produksi pertanian, pendampingan budidaya, akses permodalan, asuransi pertanian, marketplace pertanian) 2. TaniHub (pembelian kebutuhan produksi pertanian, akses permodalan, marketplace) 3. LimaKilo (marketplace pertanian) 4. 8villages (penyuluhan pertanian) Sedangkan Implementasi kegiatan yang dilakukan dalam rangka Fasilitasi Implementasi Program Nelayan Go Online telah dilakukan kegiatan dengan timeline sebagai berikut: Tabel 3.19 Timeline Implementasi Program Nelayan Go Online Aktivitas/ Juli Agustus September Oktober November Desember Milestone Implementasi Program Nelayan Go Online Membantu pelaku industri informatika on boarding nelayan Kabupaten Jember, Kabupaten Maros Kota Makassar, Kota Medan, Kabupaten Gresik Kabupaten Pesawaran,Kota Balikpapan,Kota Banda Aceh Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Subang Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Pemalang Kota Batam nelayan yang ter-registrasi di aplikasi nelayanpintar, dan aruna. Dan petani yang sudah ter-registrasi melalui aplikasi Limakilo, dan Eragano. Target tersebut dicapai melalui kegiatan fasilitasi kepada pengembang aplikasi serta edukasi kepada petani dan nelayan. Tabel 3.20 Capaian Edukasi Petani dan Nelayan Go Online Tahun Target Capaian Kegiatan Peserta Kegiatan Peserta Petani Nelayan Jumlah Sumber: Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 85

88 Berdasarkan Tabel 3.20, penerima manfaat dari program Fasilitasi dan Pendampingan Edukasi Petani dan Nelayan Go Online terdiri atas penerima manfaat langsung yaitu sebanyak target peserta petani dan nelayan, dan penerima manfaat tidak langsung yang dilakukan dengan sistem getok tular dimana orang petani/ nelayan yang telah mengikuti pelatihan dapat menjadi trainer dan dapat mengajarkan pada petani/nelayan lainnya. Program petani dan nelayan go online tidak lepas dari kendala yang ada. Adapun kendala yang dihadapi antara lain: 1. Masih banyak petani dan nelayan yang tidak memiliki akses ke smartphone; 2. Partisipasi yang rendah/kurangnya minat petani dan nelayan untuk bergabung dalam program petani dan nelayan karena banyak yang belum terbiasa dalam menggunakan aplikasi mobile; 3. Kurangnya keterlibatan dari pemda/dinas pertanian dan perikanan setempat dalam mengumpulkan petani dan nelayan di daerah target program. Solusi/langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan diatas antara lain: 1. Memprioritaskan pelaksanaan program untuk petani dan nelayan yang sudah memiliki smartphone; 2. Memfasilitasi penyediaan smartphone untuk petani dan nelayan melalui kerjasama dengan operator seluler dan perbankan; 3. Bekerjasama dengan pelaku industri informatika dalam persiapan materi edukasi agar disesuaikan dengan kompetensi petani dan nelayan; 4. Menjelaskan kepada pemda/dinas pertanian dan perikanan terkait maksud dan tujuan program; 5. Melakukan fasilitasi dan pendampingan edukasi pada daerah yang lebih terbuka dalam program ini terlebih dahulu. UMKM Indonesia >56 juta unit 1.8 Persentase (%) UMKM Go Digital Visi pemerintah ialah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar pada Tahun Presiden Joko Widodo sendiri telah menyatakan bahwa ekonomi digital dapat membawa manfaat besar bagi rakyat, khususnya bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Presiden, bentuk dukungan pemerintah kepada UMKM diantaranya adalah melalui deregulasi kebijakan, pelatihan pengembangan kapasitas UMKM, dan penyediaan infrastruktur telekomunikasi yang memadai. 86 Laporan Kinerja

89 Dalam pertemuan antar Kepala Negara ASEAN dengan Presiden Amerika Serikat (KTT ASEAN-AS) pada Februari 2016, Presiden Joko Widodo meyakini bahwa UMKM akan menjadi salah satu sektor yang penting di era perdagangan bebas. Setidaknya sekitar 88,8% hingga 99,9% pilar usaha di ASEAN adalah UMKM, yang menyerap 51,7% hingga 97,2% tenaga kerja di ASEAN. Adapun di Indonesia, saat ini jumlah UMKM tak kurang dari juta unit. Gambar 3.14 Lanskap UMKM Indonesia SMEs Contribution to GDP Indonesia s SMEs (UMKM) Landscape Indonesia s SMEs Segmentation CONTRIBUTION TO GDP: IDR 438,2 BILLION 9% Advanced online SMEs to Digital potential target TOTAL NO. OF SMES: 56,534,591 UNIT CONTRIBUTION TO GDP: IDR 876,5 BILLION 18% Intermediate online MEDIUM: 48K UNIT CONTRIBUTION TOGDP: IDR 1.801,6 BILLION 37% Basic online SMALL: 629K UNIT CONTRIBUTION TO GDP: IDR BILLION 36% Offline MICRO: 55,8 M UNIT Source: Ministry of Cooperatives & SMEs, 2012; BPS, 2012; BI Source: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015 Source: Ministry of Cooperatives & SMEs, 2012 SMEs contribution to GDP 2012: 59,08% equal to IDR 4.869,3 Billion (National GDP 2012: IDR 8.241,9 Billion); Internet had contributed 1.6% (IDR 131,8 Billion) to the National GDP; SMEs online (5,08 M unit) had contributed 0,14% (IDR 11,87 Billion) to the National GDP; offline businesses 36% Based on analysis of the data, offline businesses are deمحned as those who do not have access to broadband, do not have a computer or smartphone and do not have a website. Basic online businesses Basic online businesses have broadband access and a digital device such as a computer or smartphone and have a website. However, the businesses are not involved in social media (only ) and do not have e-commerce capabilities for ordering or payment. Intermediate online businesses 37% 18% 9% Intermediate online businesses have digital connectivity and were also immersed in social media by integrating website with social media, live chat or customer threads. These businesses do not have full e-commerce capabilities. Advanced online businesses Advanced online businesses have connectivity, social web integration and e-commerce capabilities. We note that beyond this level of digital engagement, there are many other ways in which businesses can embrace digital technology but these are not a focus of this research. Sumber: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015; Kementerian KUKM, 2012, BPS, 2012 Berdasarkan catatan rmaمح Deloitte yang telah melakukan jajak pendapat terhadap 437 UMKM di Indonesia pada Tahun 2015, ditemukan fakta bahwa UMKM yang aktif menggunakan internet akan bisa memperoleh pendapatan 80 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih secara konvensional. Diyakini pula bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih berada pada posisi 4,6%, akan dapat meningkat dua persen lagi. UMKM yang aktif menggunakan internet 80% akan memperoleh pendapatan lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih secara konvensional Laporan Kinerja 87

90 Graمحk 3.4 Posisi UMKM pada Visi Ekonomi Digital Indonesia 2020 Beneمحt of digital technologies for Indonesian SME 1. Up to 80% higher growth in revenue 2. One and half times more likely to increase employment times more likely to be innovative 4. SME s with higher digital engagement are more competitive internationally Positioning UMKM in Indonesia 2020 Digital Economy Vision Mc Kinsey Global Institude Report: SME s heavily using web technologies grow 2X as much as other Information Boosting SME s digital engagement could increase Indonesia s annual economic growth by 2% Sumber: Stancombe Research & Planning, Deloitte Access Economics, 2015 Sumber: Mc Kinsey Research Sumber:World Bank Research Assumptions Using Mc Kinsey Research: SME s heavily using web technologies grow 2X as much as other Perhitungan tahun 2015 berdasarkan PDB tahun % of SMEs (Advanced online/already by digital) 18% of SMEs (Intermediate online/ready to digital) digital started on GDP growth of 6,23%/year (source: BPS, GDP growth data in 2012) (dalam triliun Rp) PDB: 18% UMKM ready to Digital PDB: 9% UMKM already Digital , , , , , , , , , , , , , ,3 876,5 876,5 931, ,2 438,2 989, Sumber: Stancombe Research & Planning, 2015; Deloitte Access Economics, 2015; BPS, 2012; Mc Kinsey Research, World Bank Research Program Fasilitasi 8 Juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Go Online bertujuan menciptakan 8 Juta UMKM Indonesia untuk masuk kedalam platform pasar online yang dimulai pada pertengahan Tahun Pengertian dari Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dengan melihat peran yang dimiliki Kemkominfo sebagai representasi Pemerintah adalah menginisiasi gerakan yang dilakukan bersama seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kesadaran 88 Laporan Kinerja

91 masyarakat termasuk UMKM terhadap penggunaan platform pasar online dan mendukung program platform pasar online dalam menjadikan UMKM sebagai merchant pada pasar online mereka. Tujuan dari program tersebut ialah membuka peluang pasar baru dan konsumen baru bagi UMKM Indonesia baik di ranah regional maupun global. Manfaat yang diharapkan dari adanya program Fasilitasi 8 juta UMKM Go Online adalah Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sejalan dengan amanat Nawacita 6. Tahapan yang dilakukan mencakup: a) Melakukan sosialisasi serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait secara internal dan eksternal dalam mempersiapkan pelaksanaan melalui Rapat Koordinasi/Focus Group Discussion dan penyerahan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan stakeholder untuk menjalin kerja sama; b) Menyusun strategi komunikasi dalam meningkatkan awareness terhadap program Fasilitasi 8 juta UMKM Go Online yang akan dilakukan hingga 2019; c) Melakukan edukasi dan pendampingan bagi UMKM untuk melakukan pemasaran produk secara online; d) Melakukan rekapitulasi dengan pihak e-commerce players dalam memantau pencapaian konversi dari UMKM menjadi e-umkm; e) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan tim pelaksana untuk dapat menyesuaikan TOR yang paling efektif. program Fasilitasi 8juta UMKM Go Online Untuk melaksanakan program ini dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: a) Penyusunan Materi Edukasi Penyusunan Materi Edukasi dilakukan dalam rangka menyusun secara bersama serta meminta masukan dengan stakeholder terkait untuk materi edukasi UMKM Go Online yang dihasilkan melalui: Public Service Announcement (PSA)/Iklan Layanan Masyarakat, Instagram, Facebook, Video Animasi, dan Website ( Koordinasi Pembuatan Materi dilakukan dengan: Marketplace, Relawan TIK dan Direktorat Penyediaan dan Pengelolaan Informasi, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo. b) Edukasi UMKM Go Online Edukasi UMKM Go Online Tahun 2017 sudah dilakukan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Marketplace di 61 lokasi yang dilaksanakan dengan jumlah peserta sebanyak orang. Koordinasi Edukasi UMKM Go Online juga telah dilakukan dengan Kementerian KUKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan PT. Komunikasi Indonesia. Laporan Kinerja 89

92 c) Perjanjian Kerja Sama Dilakukan dengan berbagai stakeholder terkait untuk mengonline-kan pelaku UMKM. Proses Perjanjian Kerja Sama dilakukan dengan: IdEA, Marketplace, dan Nurbaya Initiatives. Terdapat perubahan target pada Tahun 2017 yang semula ditargetkan sebanyak UMKM Go Online menjadi UMKM Go Online. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya anggaran akibat kebijakan nasional penghematan APBN, serta perubahan Term of Reference (TOR) Program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dimana perubahan tersebut mencakup beberapa aspek penting antara lain: pendanaan, metodologi, dan rencana kerja serta implementasinya. Seluruh target Tahun 2017 akan di carry over di Tahun Capaian dari pelaksanaan program Fasilitasi 8 Juta UMKM Go Online dapat dilihat pada Tabel 3.21 berikut ini. Tabel 3.21 Capaian Persentase (%) UMKM Go Digital Indikator Kinerja Satuan Capaian 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 1.8 Persentase (%) UMKM Go Digital % ,05% ( UMKM dari UMKM) 0,02% ( UMKM dari UMKM) 40 % Tabel 3.22 Rekapitulasi Fasilitasi UMKM Go Online 2017 Market Place Jumlah Lokasi Jumlah Peserta LAZADA SHOPEE BLIBLI BLANJA % 7% 2% 2% 28% 22% BUKALAPAK % TOKOPEDIA NURBAYA MATAHARI MALL Jumlah 61 Lokasi Peserta Shopee Blibli.com Blanja.com 20% Lazada Nurbaya Bukalapak Tokopedia Matahari Mall 90 Laporan Kinerja

93 Kendala capaian yang rendah tersebut antara lain: a) Infrastruktur (akses internet, kepemilikan gawai) tidak merata; b) Masih rendahnya tingkat literasi digital; c) Pemahaman TIK dari UMKM yang rendah, lebih suka jualan online di Facebook dan Instagram. Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi dengan K/L dan stakeholder serta memetakan kontribusi yang mungkin dapat diberikan oleh setiap stakeholder; 2. Materi kampanye dalam bentuk logo, iklan PSA, video- video, press release dan sosial media mulai dibuat. Pembuatan materi kampanye dilaksanakan untuk meningkatkan awareness masyarakat kepada program dan memanggil masyarakat untuk berpartisipasi dalam program; 3. Pelaksanaan kegiatan direct yang berupa roadshow serentak di beberapa lokasi perlu dilakukan untuk mengevaluasi visibilitas pelaksanaan program. 1.9 Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia Layanan Digital Broadband merupakan akses internet dengan jaminan konektivitas always-on dan memiliki kemampuan untuk memberikan layanan triple-play yang baik berdasarkan nilai Quality of Experience dari pengguna. Didukung dengan Costumer Premise Equipment (CPE) yang bisa menjalankan konten aplikasi yang produktif. Dalam hal ini infrastruktur Broadband memiliki kontribusi signiمحkan untuk pertumbuhan ekonomi kota, kabupaten dan provinsi. Deمحnisi dari Program Desa Broadband Terpadu adalah penyediaan infrastruktur dan akses layanan informasi (broadband) di wilayah non komersial yang didukung dengan CPE serta konten aplikasi yang produktif dalam pemberdayaan masyarakat. Setelah pada Tahun 2015 dilaksanakan program Desa Broadband Terpadu di 50 Desa secara komunal, diperlukan metode pembanding yakni secara personal dimana perangkat secara langsung diberikan kepada warga desa secara personal. Oleh karena itu, di Tahun 2016, target pembangunan 100 Desa Broadband Terpadu (DBT) ditunda dahulu untuk pemetaan dan uji coba metoda pembanding yakni secara personal. Untuk mengimplementasikan metode personal dengan baik diperlukan pemetaan lebih lanjut mengenai kebutuhan aplikasi, konten, dan teknis pemberdayaan SDM agar masyarakat di daerah tersebut mampu menyesuaikan diri dengan kehadiran pitalebar. Melalui pemetaan tersebut, diharapkan aplikasi dan konten yang diterima oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan. Laporan Kinerja 91

94 Untuk itu, di Tahun 2016 dilaksanakan uji coba di 3 lokasi, yaitu: 1) Desa Meskon, Kecamatan Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau (Desa Nelayan) 2) Desa Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (Desa Pertanian) 3) Desa Panca Karsa 1, Kecamatan Taluditi, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Desa Pedalaman). Uji coba ini telah berjalan dengan baik. Aplikasi yang sudah terintegrasi telah disosialisasikan kepada masyarakat bersamaan dengan pelatihan promosi dan pendampingan. Gambar 3.15 Lokasi Desa Piloting Program Desa Broadband Terpadu (DBT) Desa Meskon Piloting Desa Nelayan Desa Panca Karsa 1 Piloting Desa Perdalaman Desa Fatukbot Piloting Desa Petani Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017 Pendampingan dan pengembangan SDM berhasil dilaksanakan di 222desa 200 Di Tahun 2017 telah dilaksanakan kembali program Desa Broadband Terpadu (DBT) dengan sasaran desa-desa di wilayah 3T supaya terbebas dari buta internet. Pelaksanaan pendampingan dan pengembangan SDM ini ditargetkan untuk dilaksanakan di 150 desa. Namun, pada pelaksanaannya, berhasil dilaksanakan di 222 desa sebagai berikut: 92 Laporan Kinerja

95 Tabel 3.23 Lokasi Pelaksanaan Pendampingan dan Pengembangan SDM Program Desa Broadband Terpadu Provinsi Jumlah Provinsi Jumlah Aceh 5 Sulawesi Tenggara 2 Bangka Belitung 1 Gorontalo 15 Banten 5 NTT 21 Jawa Barat 13 NTB 8 Jawa Tengah 14 Maluku 10 Yogyakarta 3 Maluku Utara 3 Jawa Timur 9 Riau 7 Kalimantan Barat 10 Bengkulu 2 Sulawesi Utara 5 Jambi 5 Sulawesi Selatan 4 Kep Riau 3 Papua 8 Papua Barat 4 Sumatera Utara 4 Sumatera Barat 3 Sumatera Selatan 6 Lampung 23 Bali 5 Kalimantan Utara 13 Kalimantan Timur 2 Kalimantan Tengah 1 Kalimantan Selatan 1 Sulawesi Barat 4 Sulawesi Tengah 3 Total 222 Desa Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017 Berdasarkan arahan pimpinan, pada Tahun 2017 Program Desa Broadband Terpadu mengalami perubahan konsep menjadi Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) melalui penyediaan Network, Device, Application, dan Capacity building (NDACb) yang tepat untuk masyarakat di desa 3T dan Lokasi Prioritas (LokPri) yang dibagi menjadi desa petani, desa nelayan dan desa pedalaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan akses ke pasar/ marketplace agar mendapatkan harga jual yang terbaik demi meningkatkan kesejahteraannya Total 222 Desa Laporan Kinerja 93

96 Gambar 3.16 Program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) Network Penyediaan jaringan/network di desa 3T dan LokPri Device Penyediaan device/ perangkat personal untuk penggunaan aplikasi Solusi Terpadu Beneficiary Driven Capacity Building Pembinaan dan pendampingan Aplikasi Penyediaan aplikasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017 Manfaat yang ingin dicapai adalah meningkatkan tingkat pendapatan di sektor pertanian dan nelayan, melalui: Meningkatnya produktivitas dan kesejahteraan petani dan nelayan; Petani dan nelayan dapat merencanakan kegiatan usaha mereka lebih baik dan produktif; Petani dan nelayan dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka; Petani, nelayan dan penduduk pedalaman dapat menjual hasil usaha atau komoditas mereka kepada pembeli langsung tanpa perantara; Meningkatkan akses kesehatan, keamanan dan keselamatan dasar bagi petani, nelayan dan penduduk pedalaman. 94 Laporan Kinerja

97 Sedangkan penerima manfaat dari adanya program ini adalah: Masyarakat di 500 desa 3T dan Lokpri Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Kementerian/Lembaga/Badan, Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa Operator telekomunikasi Salah satu proses dari program ini adalah penyediaan sebuah aplikasi mobile terintegrasi yang sesuai untuk masing-masing desa petani, desa nelayan dan desa pedalaman. Sehubungan dengan kebutuhan aplikasi mobile SDBT tersebut, pihak KemKominfo telah mengadakan sayembara untuk aplikasi yang akan digunakan SDBT dengan melibatkan kaum muda. Setelah itu, dilakukan piloting di 3 desa berikut untuk dijadikan sasaran uji coba aplikasi hasil sayembara tersebut: SDBT Realisasi Tahun lokasi + 3desa Piloting 1. Desa Meskom, Kec. Bengkalis Riau Terletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan 3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata pencaharian penduduk diklasiمحkasikan menjadi desa nelayan. 2. Desa Panca Karsa I, Kec. Taluduti Gorontalo Terletak pada daerah tertinggal dimana sudah tersedia jaringan 2G dan jaringan listrik. Desa ini diklasiمحkasikan menjadi desa pedalaman. 3. Desa Fatukbot, Kec. Atambua NTT Terletak pada daerah perbatasan dimana sudah tersedia jaringan 3G dan jaringan listrik yang baik. Berdasarkan mayoritas mata pencaharian penduduk diklasiمحkasikan menjadi desa petani. Berdasarkan data pada Tabel 3.24, capaian dari indikator ini adalah sebesar 150%, dihitung dari jumlah realisasi Desa Broadband Terpadu ditambah desa piloting dibandingkan dengan target. Tabel 3.24 Capaian Persentase (%) Desa di Wilayah Perbatasan, Daerah Tertinggal Termasuk Lokpri Tersedia Layanan Digital Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 (%) 1.9 Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital % - 50 lokasi - 3 lokasi 2,7% (150 DBT) 4,02% (222 lokasi) + 3 desa piloting 150% Laporan Kinerja 95

98 Beberapa kendala yang ditemukan saat melakukan uji coba ke 3 desa piloting adalah sebagai berikut: Desa Nelayan Desa Petani 1. Penggunaan radio atau ponsel pintar yang masih sangat minim 2. Ponsel hanya digunakan untuk SMS dan telepon 3. Belum ada forum formal nelayan 4. Tidak ada fasilitas penyimpanan hasil tangkapan 5. Kualitas dan jangkauan sinyal yang buruk 6. Aktiمحtas jual beli yang sulit untuk diubah 7. Belum ada penyuluhan mengenai proses pengolahan hasil tangkapan 1. Belum terbiasa menggunakan ponsel pintar 2. Mayoritas petani berusia tua dan sulit menerima adanya kemajuan teknologi (digital divide) Desa Pedalaman 1. Jaringan telepon yang buruk 2. Biaya telekomunikasi yang mahal 3. Sulitnya akses masuk maupun keluar dari desa 4. Sulitnya persebaran informasi dan relasi dengan desa lain 1.10 Jumlah Anak-anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam kehidupan milenial merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindari. Transisi digitalisasi pada berbagai bidang kehidupan telah mengubah banyak pola bisnis. Percepatan inovasi teknologi informasi dan komunikasi diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Untuk memenuhi tantangan membangun masa depan digital yang tangguh, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara perlu memiliki kebijakan publik yang adaptif dengan perkembangan yang ada melalui literasi TIK. 96 Laporan Kinerja

99 Literasi TIK ialah kemampuan menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan atau jaringan untuk Mendeمحnisikan (Deمحne), Mengakses (Access), Mengelola (Manage), Mengintegrasikan (integrate), Mengevaluasi (evaluate), Menciptakan (create) dan Mengkomunikasikan (communicate) informasi secara baik dan legal dalam rangka membangun masyarakat berpengetahuan. Literasi TIK merupakan sarana penting untuk dapat bersaing di dunia kerja. Kementerian Komunikasi dan Informatika hadir untuk memberikan solusi bagi pengentasan SDM agar mampu dan siap untuk menjadi SDM yang handal di bidang TIK. Tujuan dari program Literasi TIK adalah memberikan pengetahuan dan keahlian TIK secara inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat khususnya anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar. Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang kegiatan Literasi TIK yaitu meliputi berbagai pelatihan dalam bentuk sebagai berikut: 1. Microsoft Office Excel 2. Microsoft Office Word 3. Microsoft Office Powerpoint 4. Internet 5. Desain Graمحs 6. Public Speaking Capaian dari program Literasi TIK untuk anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang dilakukan pada Tahun 2017 disampaikan pada Tabel 3.25 berikut ini. Tabel 3.25 Capaian Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 (%) 1.10 Jumlah anakanak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK orang ,56% Laporan Kinerja 97

100 Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memberikan pengenalan literasi TIK kepada orang yang terdiri dari anak-anak usia sekolah, wanita, dan disabilitas. Realisasi sikمح kegiatan ini mencapai 137,56% dari total target orang dengan rincian sebagai berikut. Tabel 3.26 Data Realisasi Jumlah Anak-Anak, Wanita, Disabilitas dan Pelajar yang Memperoleh Literasi TIK Tahun Kategori Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi 2017 Ibu Rumah Tangga Anak-Anak Disabilitas UKM Guru/Instruktur Lain - lain TOTAL Sumber: Badan Litbang SDM, Kemkominfo, 2017 Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan dukungan pembiayaan dari Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) sebagai implementasi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi dan Informatika (Universal Service Obligation/USO) juga telah melatih sebanyak 499 penyandang disabilitas berusia remaja (15 24 tahun) dan dewasa (25 35 tahun) pada kegiatan Jambore TIK Bagi Remaja dan Dewasa dengan Disabilitas pada Tahun 2017 yang dilaksanakan di 5 (lima) kota besar di Indonesia yakni Jayapura, Balikpapan, Manado, Palembang dan Yogyakarta. Kendala utama yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan Literasi TIK ini adalah adanya perubahan pagu alokasi anggaran yang mengakibatkan terdapat perbedaan target dari yang sudah ditetapkan di awal. Jumlah Masyarakat Umum yang memperoleh literasi TIK orang 1.11 Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK Dalam menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era global dan dalam rangka menciptakan masyarakat yang mampu menggunakan Teknologi Digital, Alat Komunikasi dan Internet dan cara penggunaannya untuk mengakses, mengelola, mengevaluasi, menciptakan dan mengkomunikasikan informasi dengan tepat dan benar, Kementerian Komunikasi dan Informatika, menyelenggarakan Literasi TIK kepada masyarakat untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat 98 Laporan Kinerja

101 agar masyarakat dapat mengetahui, paham dan menggunakan Teknologi Digital, Alat Komunikasi dan Internet untuk mendukung dan menunjang kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan berbagai etika dan aturan yang berlaku sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Dalam melaksanakan Literasi TIK, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaksanakan berbagai kegiatan sebagai berikut: Tabel 3.27 Kegiatan Literasi TIK Kemkominfo No Kegiatan Jumlah Orang 1 Siberkreasi Video CEK DULU INCAKAP dan Whitelist Literasi website Mudamudi Digital 956 Kanal Youtube Mudamudi Digital Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS) Born to Protect Bimtek Indeks KAMI Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas di Daerah 3T 920 Jumlah Sumber: Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Pada Tahun 2017, Kementerian Komunikasi dan Informatika berhasil memberikan pengenalan literasi TIK bagi masyarakat umum. Sehingga, capaian dari indikator ini adalah sebesar 298,82% jika dibandingkan dengan target sebanyak orang. Capaian Kementerian Kominfo terkait indikator tersebut, dijabarkan pada Tabel 3.28 sebagai berikut: Tabel 3.28 Capaian Jumlah Masyarakat Umum yang Memperoleh Literasi TIK Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 (%) 1.11 Jumlah Masyarakat Umum yang memperoleh literasi TIK orang ,82% Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK diperoleh dari hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan rincian sebagai berikut: Laporan Kinerja 99

102 1. Siberkreasi Kegiatan Siberkreasi adalah sebuah gerakan bersama antara pemerintah, berbagai kalangan, komunitas peduli, swasta, akademisi, masyarakat sipil dan media untuk menanggulangi ancaman penyebaran konten negatif melalui internet seperti hoax, cyberbullying, dan radikalisasi online dan mendorong masyarakat untuk aktif berpartisipasi menyebarkan konten positif melalui internet dan lebih produktif di dunia digital. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Literasi TIK kepada orang di 27 lokasi. Untuk menggerakkan budaya Cek Dulu dalam kerangka Literasi Digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Youtuber CameoProject membuat video Literasi TIK yang menghimbau masyarakat untuk selalu mengecek Terlebih Dahulu informasi yang ada di internet. Video tersebut sudah ditonton sebanyak kali. Gambar 3.17 Peta Sebaran Pelaksanaan Kegiatan INCAKAP dan Sistem Whitelist Nusantara Tahun 2017 Kegiatan Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif, dan Whitelist Tahun 2017 Direktorat Pemberdayaan Informatika Sabang 1 April Banda Aceh 31 Maret 20 September Padang 11 Desember Jambi 8 Agustus Pontianak 19 & 20 Maret 18 Mei Samarinda 13 Juli Jakarta Pendampingan 8 Mei 10 Juli 19 & 20 Agustus 31 Agustus 19 September 20 September 5 Oktober Jakarta 24 Oktober 5 Februari 25 Oktober 8 Agustus 4 September 12 Oktober Depok 24 Juli Bogor 17 Oktober Bekasi 9 Agustus 9 September Cirebon 18 Oktober Bandung 25 Juli 11 Juni Pemalang 22 November Solo 7 April Yogyakarta 15 Oktober 6 Oktober Semarang 6 Juni Makasar 16 & 17 September Jember 2 Mei 100 Laporan Kinerja

103 2. Internet Cerdas, Kreatif dan Produktif (INCAKAP) dan Whitelist Kegiatan INCAKAP dan Whitelist memberikan pemahaman dan wawasan kepada masyarakat terkait penggunaan internet secara cerdas, kreatif dan produktif, Sistem Whitelist Nusantara, Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), E-safety Parenting, Pencegahan Kecanduan Penggunaan dan Konten Negatif pada Media Sosial, Dampak Negatif Media Sosial bagi Masyarakat, Cyber Crime, dan pelatihan penggunaan aplikasi coding untuk pelajar. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Literasi TIK di 35 lokasi secara tatap muka dengan peserta sebanyak orang di berbagai daerah di Indonesia dengan detail kegiatan sebagai berikut: Jumlah Peserta Edukasi Penggunaan Internet Cerdas, Kreatif, Produktif dan Sistem Whitelist Nusantara sebanyak 4120 peserta (empat ribu seratus dua puluh peserta) dari 55 lokasi di Indonesia Lokasi Kegiatan pendampingan peserta 16 Lokasi Kegiatan Inti 2320 peserta Total pengunjung website orang Sumber: Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 101

104 Selain melaksanakan literasi TIK secara tatap muka, dilakukan juga literasi melalui website yang dibangun pada Tahun Website tersebut berfungsi sebagai portal literasi internet cerdas kreatif dan produktif yang berisi materi-materi dan video tutorial terkait pemanfaatan TIK. Dengan total pengunjung website sejumlah orang. 3. Mudamudi Digital Pemerintah juga terus berupaya untuk mengurangi penyebaran hoax atau berita palsu dengan cara menyusun undangundang yang didalamnya mengatur sanksi bagi pengguna internet yang turut menyebarkan konten negatif. Selain itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika turut mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan literasi digital, salah satunya melalui Mudamudigital. Mudamudigital merupakan wadah bagi para generasi muda untuk berbagi ilmu dengan para pakar literasi digital Indonesia. Para peserta juga dapat curhat kepada para pakar tentang apa saja yang mereka hadapi di dunia digital pada era zaman now. Tujuan utama Mudamudigital adalah membentuk generasi muda Indonesia agar mempunyai kecerdasan literasi digital yang tinggi. Dengan cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi oleh berita-berita hoax yang dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kegiatan dilaksanakan di 8 lokasi yaitu: Yogyakarta, Lampung, Banjarmasin, Makassar, Aceh, Mataram, Bandung, dan Jakarta dengan total peserta setiap kota adalah 956 orang. Selain kegiatan tatap muka, dalam melakukan Literasi Digital, Mudamudi Digital menggunakan kanal Youtube dengan total viewer sebanyak viewer. 4. Sosialisasi dan Bimtek Indonesia Game Rating System (IGRS) Kegiatan IGRS menyediakan panduan dan pemahaman kepada penyelenggara Permainan Interaktif Elektronik, Masyarakat Pengguna dan Pemerintah untuk menghasilkan produk Permainan Interaktif Elektronik yang dipasarkan sesuai dengan klasiمحkasi konten dan usia pengguna, panduan dalam menggunakan produk Permainan Interaktif Elektronik serta mendorong penguatan produk Permainan Interaktif Elektronik lokal di Indonesia. Pada Tahun 2017 telah dilaksanakan Literasi TIK kepada orang di berbagai daerah di Indonesia. 5. Born To Protect Born to Protect (BTP) adalah program pencarian bakat cyber security di Indonesia, dengan tujuan menjaring bakat SDM dalam bidang Cyber Security dan menciptakan keseimbangan SDM yang 102 Laporan Kinerja

105 ada, agar dapat mengatasi permasalahan kemajuan teknologi informatika saat ini. Kegiatan Born to Protect merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Hacking Contest, Seminar, Training of Trainers, dan diakhiri dengan Digital Camp untuk peserta yang terpilih. Launching dan Pers Conference kegiatan diadakan pada 30 Januari 2017 bertempat di Aula Serbaguna Kementerian Kominfo oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Bapak Rudiantara. Turut hadir dalam launching ini yaitu CEO dan Tim dari PT Xynexis International, Perwakilan APTIKOM dan Perwakilan Universitas Gunadarma. Tahun 2017 kegiatan BTP dilaksanakan di 6 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Palembang, Malang, Makassar dan Samarinda. Pada Tahun 2018 diharapkan akan didapatkan 100 peserta terbaik yang akan diberikan pelatihan khusus dari mentormentor handal di bidangnya, sekaligus mendapat akses ke industri di bidang keamanan siber serta industri yang bekerjasama dalam program Born to Protect. Kegiatan Born to Protect diharapkan dapat menjadi wadah bagi generasi muda yang ingin mendapatkan ilmu mengenai Cyber Security sekaligus menghimpun SDM Cyber Security yang potensial di Indonesia yang nantinya dapat membantu NKRI dan dunia industri dalam cyber security. Kegiatan ini terlaksana atas kerjasama Direktorat Keamanan Informasi Kementerian Kominfo, PT Xynexis International, Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komputer Indonesia (APTIKOM) dan Universitas Gunadarma. Tabel 3.29 Kegiatan Roadshow Born to Protect Tahun 2017 No Lokasi Waktu Pelaksanaan Jumlah Peserta Top 3 Hacking Contest 1 Jakarta Agustus 2 Bandung 30 September 3 Malang Oktober 4 Palembang November 5 Makassar November 6 Samarinda 16 Desember Total ToT = 65 Seminar = 1000 Hacking Contest = 663 ToT = 50 Seminar = 1300 Hacking Contest = 502 ToT = 21 Seminar = 321 Hacking Contest = 400 ToT = 40 Seminar = 508 Hacking Contest = 369 ToT = 91 Workshop = 87 Seminar = 1500 Hacking Contest = 378 ToT = 31 Seminar = 605 Hacking Contest = 250 Gladiator 024 Reintakura Gladiator 062 UM - ITB Darksiders001 ITB Iamnubs Telkom University Gladiator 153 STMIK PPKIA Pradnya Paramita Nepska Nayeon Callestasia Laztname Surabaya Hackerlink Johan Wahyudi Univ. Sriwijaya Ibnu Batutah Zarizal Univ. Bina Darma Ilham Rizkanda Univ. Bina Darma Pupper UMI Tri Reski Anugraha UMI./LastNinjas UMI Valdhie Setiawan STMIK SPB BL STMIK SPB Airlangga Azishexacrew Orang Laporan Kinerja 103

106 6. Bimtek Indeks Keamanan Informasi (KAMI) Maksud dari kegiatan Bimtek Indeks KAMI adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan informasi dalam penyelenggaraan tata kelola TIK. Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan kajian keamanan informasi kepada instansi penyelenggara pelayanan publik menggunakan alat bantu evaluasi Indeks KAMI. Instansi yang dapat mengikuti kegiatan kajian keamanan informasi ini hanya instansi yang sebelumnya telah mengikuti Bimtek Indeks KAMI. Pemeringkatan Indeks KAMI ini terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu: 1. Desktop Assessment: proses veriمحkasi yang dilakukan terbatas pada dokumen-dokumen yang ada dan dibawa ketika veriمحkasi berlangsung; 2. Onsite Assessment: veriمحkasi dilakukan dengan melakukan tinjauan langsung ke lokasi. Pada Tahun 2017 telah dilakukan Bimtek Indeks Keamanan Informasi sebagai berikut: Tabel 3.30 Kegiatan Bimtek Indeks Keamanan Aktiمحtas Keamanan Informasi Keterangan 1. Bimtek Indeks Keamanan Informasi 2. Pemeringkatan Indeks Keamanan Informasi (Indeks KAMI) 339 peserta dari K/L, Pemda dan Instansi pada sektor strategis 46 Instansi dengan rincian: 9 K/L Pusat 29 Pemerintah Daerah 9 Instansi pada Sektor Strategis Bimtek diadakan 2 (dua) kali di Bandung, pada Mei dan September 2017 Tahun 2017 hanya dilaksanakan Desktop Assessment, tidak dilaksanakan Onsite Assessment Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target kinerja yaitu keterbatasan waktu dan kurangnya kerjasama serta koordinasi dengan stakeholder yang berakibat tidak terinformasi dan terintegrasi kegiatan literasi TIK bagi masyarakat. 7. Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di Daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas adalah suatu program aksi pemerintah bersama masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam kerangka membangun dari pinggiran NAWACITA pemerintahan Jokowi-JK. Bertujuan mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dan perdesaan melalui: (1) Penyiapan sistem informasi membangun desa sebagai media literasi yang dapat mengaktifkan wadah sosial berbasis 104 Laporan Kinerja

107 komunitas melalui pendekatan kerjasama antardesa di daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) agar tetap memelihara dan menguatkan budaya lokal dalam menerima kemajuan prasarana teknologi informasi dan komunikasi; dan (2) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam memilah dan memilih informasi agar menjadi produktif dan memiliki nilai tambah, sehingga mampu menentukan sikap terhadap informasi yang mereka terima. Aksi Literasi Digital berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di daerah 3T yang dilaksanakan pada periode 7 Juli hingga 7 Desember 2017 di 17 Kabupaten, 8 Provinsi, dan 45 Komunitas merupakan upaya pengembangan desa dengan menguatkan Komunitas Kerjasama Antar Desa dalam satuan kawasan perdesaan di sebuah kabupaten untuk mewujudkan perdesaan berkelanjutan melalui peningkatan skala ekonomi dari usaha masyarakat dalam satuan kawasan agar mendukung industrialisasi perdesaan, menguatkan kohesi dan solidaritas sosial, dan membentuk upaya kerjasama antar desa dalam melakukan konservasi dan rehabilitasi atau restorasi ekosistem yang rusak. Keluaran (output) dari aksi literasi digital ini adalah: 1) Terciptanya metode aksi literasi digital berbasis komunitas melalui pendekatan kerjasama antar-desa; 2) Masyarakat memiliki kapasitas memilah dan memilih informasi produktif dan memiliki nilai lebih, serta bersikap terhadap informasi yang diterima yang diantaranya dengan memanfaatkan hoax analyzer; 3) Sumberdaya manusia perdesaan di daerah 3T memiliki kompetensi memelihara dan mengembangkan sistem informasi membangun desa bersama pemimpin pendapat media (internet opinion leader); 4) Terbentuk dan Melembaganya komunitas kerjasama antardesa dalam kerangka koordinasi dan sinergi pemerintah kabupaten dengan para pemangku kepentingan lainnya; dan 5) Berkembangnya e-commerce dan e-business dalam aktivitas usaha-usaha ekonomi produktif (kegiatan bisnis) komunitas kerjasama antardesa yang difokuskan kepada pengembangan komoditas pertanian dan sektor unggulan untuk menciptakan nilai tambah. Kegiatan Aksi Literasi Digital terdiri dari 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu: a. Mengembangkan Kesamaan Pemahaman Untuk membangun kesamaan pemahaman gagasan dan komitmen melakukan aksi literasi digital berbasis komunitas kerjasama antar desa, dilaksanakan dialog dengan mengundang Dinas-dinas Kominfo di 17 kabupaten dan 8 provinsi serta berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) Laporan Kinerja 105

108 untuk membangun konsensus dan komitmen bekerjasama melakukan aksi nyata. Konsensus dan komitmen bekerjasama tersebut dituangkan dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani seluruh Kepala Dinas Kominfo 17 kabupaten dan K/L yang ikut bekerjasama melakukan aksi. b. Mengembangkan Prototype Aplikasi dalam Bentuk Laman dan Platform Android Prototype Aplikasi yang dihasilkan dalam bentuk laman adalah kodikadi.com dan platform android yang dapat diunduh melalui google playstore, berisikan 5 kanal, yaitu: Informasi Komunitas, Berita Komunitas, Bisnis Komunitas, Hoax Analyzer, dan Diskusi Konvergen. Gambar 3.18 Komoditas Unggulan dan Jejaring Antar 45 Komunitas Kerjasama Desa dalam Aplikasi Kodikadi.com KOMODITAS PRIORITAS JEJARING ANTAR 45 KOMUNITAS PARIWISATA (Alam, Sejarah, Budaya) Bedung Bahari, Saling Sakiki, Fatubesi, Kolam Susuk, Mekar Jatim, Kambunong, Dugong Bintan AKUN AKSI LITERASI DIGITAL Login Sign UP PERIKANAN TANGKAP (Tongkol, Roa, Gabus) TANAMAN PANGAN (Padi, Jagung) RUMPUT LAUT DAN PERIKANAN BUDIDAYA (Udang, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Ikan Gabus) Mina Eksotika, Citra Simbok Palmatak, Kamangta Haivi, Biring Bone Bumi Kebenaran Paloh, Limau Manis, Babai Cingak, Makeng Tanah Bailo, Gunung Sojol, Korolaa, Morokaa, Tinombala, Lemba Mesale, Tanjung Menangis, Barmani, Ta anto u, Tarundungi, Lemba Moroko Balong Agara Cattoni, Mabelo Singgani, Gunung Deli Sebara, Datu Lauq PERKEBUNAN RAKYAT (Bambu, Lada, Kelapa, Kopi, Kacang Mede) Lar Bariri, Alo Galing, Welaka, Bumi Daranante, Puncak Borneo, Tiwutelu, Lise, Jopalala, Tinamtabalto, Dulun Sungai Sebuku, Tapal Batas, Pekurehua Abadi, Toapaya Maju Bersama, Terjang, Titehena, Hugupupu Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, Laporan Kinerja

109 c. Inisiasi Aksi Literasi Digital di Aras Komunitas Kerjasama Antar Desa Kegiatan ini terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk insiasi baru dan bentuk pengembangan. Inisiasi ini khusus bermuatan penguatan literasi usaha digital. Pesertanya terdiri dari aparat pemerintah desa dan golongan muda yang dipilih/disetujui oleh kepala desa. Peserta dari golongan muda ini disiapkan menjadi Pemimpin Pendapat Media Sosial (PP-Medsos) secara konsep dikenal sebagai Internet Opinion Leaders. Kegiatan inisiasi menghasilkan rencana tindak lanjut berisi perencanaan bisnis dengan penggunaan teknologi digital. Hasil tersebut dilanjutkan menjadi bahan lokakarya di aras kabupaten. Graمحk 3.5 Komunitas Kerjasama Antar Desa Berdasarkan Kuadran Kemampuan Literasi Digital (digital literacy capability index) dan Kemampuan Bisnis/Usaha dari Komunitas Kerjasama antar Desa (business capability index) 25 Banyaknya Kumunitas I II III IV KUADRAN KATEGORI : Tertinggal Terluar Terdepan Sumber: Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Kemkominfo, 2017 Capaian dari pelaksanaan kegiatan Aksi Literasi Digital Berbasis Komunitas Kerjasama Antar Desa di Daerah 3T adalah sebanyak 920 orang. Rincian peserta di masing-masing lokasi terlampir Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertifikasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK Salah satu agenda prioritas pembangunan ketenagakerjaan adalah percepatan peningkatan kompetensi tenaga kerja. Pengelolaan pelatihan dan pemberian dukungan bagi program pelatihan yang strategis juga menjadi kebijakan pasar tenaga kerja Tahun Untuk mempersiapkan hal tersebut, peningkatan jumlah tenaga terampil untuk menghadapi keterbukaan pasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan. Laporan Kinerja 107

110 Pengembangan SDM Nasional Bidang Komunikasi dan Informatika dalam rangka peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa telah diupayakan Kemkominfo diantaranya melalui implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional pada Pasal 14 yang menyatakan tentang Pelaksanaan Sertiمحkasi Kompetensi Kerja dan Lembaga Sertiمحkasi Profesi dalam Sistem Pelatihan Kerja Nasional. Berdasarkan PP tersebut, Kemkominfo bertugas sebagai instansi pembina teknis standardisasi profesi tenaga kerja nasional sektor kominfo dimana kompetensi SDM dilakukan melalui uji sertiمحkasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertiمحkasi Profesi (LSP) Bidang Kominfo pada Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang menjadi mitra dan dibuktikan melalui Sertiمحkat Kompetensi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertiمحkasi Profesi (BNSP). Tabel 3.31 Capaian Jumlah Angkatan Kerja yang Tersertiمحkasi Keahlian dan Kompetensi Sektor TIK Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Capaian 2017 (%) 1.12 Jumlah angkatan kerja yang tersertiمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK orang orang orang orang orang orang orang 88,33% Berdasarkan Tabel 3.31 diatas, capaian untuk indikator ini di Tahun 2017 adalah sebesar 88,33%. Capaian ini diperoleh dari jumlah peserta yang mengikuti ujian sertiمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Dari target peserta, sebanyak peserta yang mengikuti ujian sertiمحkasi dan sebanyak orang dinyatakan lulus atau kompeten. Tabel 3.32 Hasil Pelaksanaan Sertiمحkasi SKKNI Bagi Angkatan Kerja Muda Indonesia Angkatan Kerja Muda Tingkat Target Tahun Kelulusan (Orang) Jumlah Peserta (Orang) Jumlah Kompeten (Orang) (%) ,22% ,54% (Komunikasi: 456; Informatika: 1.361) (Komunikasi: 2.202; Informatika: 9.329) (Komunikasi: 369; Informatika: 1.008) (Komunikasi: 1.723; Informatika: 7.684) 75,78% 81.58% Sumber: Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Laporan Kinerja

111 Tidak tercapainya target sesuai yang direncanakan tidak lepas dari adanya beberapa kendala, seperti berikut: 1. Untuk pelaksanaan di luar Pulau Jawa (khususnya yang dilaksanakan di kabupaten/kota), tingkat kelulusan cenderung lebih rendah dikarenakan target kelulusan minimal adalah 70%; 2. Pada prinsipnya semua pendaftaran peserta sifatnya online, namun di beberapa daerah masih terdapat kesulitan dalam mengakses internet sehingga calon peserta pun mengalami kesulitan ketika mendaftar; 3. Kesulitan dalam mengidentiمحkasi peserta yang sudah pernah mengikuti ujian sertiمحkasi dikarenakan sistem pendaftaran belum tersentralisasi. Upaya perbaikan ke depan yang akan dilakukan untuk mencapai target yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Benchmarking dengan K/L lain terkait keefektifan pelaksanaan sertiمحkasi SKKNI; 2. Pembuatan pedoman teknis pelaksanaan sertiمحkasi berbasis SKKNI sehingga kegiatan yang dilakukan seluruh Satker pelaksana memiliki standar yang sama; 3. Sistem aplikasi satu pintu untuk pendaftaran sekaligus database peserta yang sudah mengikuti sertiمحkasi. Sistem ini juga akan digunakan untuk tracer study khususnya manfaat program sertiمحkasi ini bagi angkatan kerja muda yang menjadi sasaran. Sasaran Strategis 2: Tersedianya Akses dan Kualitas Informasi Publik Terkait Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah yang Baik, Cepat, Tepat dan Obyektif Kepada Seluruh Lapisan Masyarakat Indonesia. 2.1 Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi Publik Tingkat literasi atau pengetahuan masyarakat terhadap programprogram pemerintah berbanding lurus dengan tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah. Hal tersebut tercermin dalam release terbaru dari Edelman Trust Barometer Tahun 2018 dimana tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah Indonesia mendapatkan skor yang tinggi (73). Terdapat kenaikan 2 poin dari skor tahun lalu yang menempatkan pemerintah Indonesia masuk kedalam 5 (lima) negara yang ada di level terpercaya seperti yang terlihat pada Gambar Laporan Kinerja 109

112 Gambar 3.19 Hasil Survei Edelman Trust Barometer tentang Tingkat Kepercayaan terhadap Pemerintah Tingkat Kepercayaan pada Pemerintah Data per 2018 Distrusted in 21 markets Global 28 South Africa Brazil Columbia Polandia Italy Mexico France U.S Spain Australia Irlandia U.K Japan Argentina Germany Rusia South Korea Canada Hong Kong Malaysia Sweden Turkey Nederland Singapore India Indonesia UAE China Distrust Netral Trust Y-to-Y Change Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 ( Hasil tersebut membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui program-program dan hasil-hasil pembangunan pemerintah. Dengan semakin besarnya pengetahuan publik, maka akan makin besar pula tingkat kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, peran Government Public Relations dalam mendiseminasikan informasi tentang program-program dan hasil-hasil pembangunan pemerintah menjadi krusial. Capaian dari indikator persentase kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik dari Tahun dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.33 Capaian Persentase (%) Kepuasan Masyarakat Terhadap Akses dan Kualitas Informasi Publik Capaian Indikator Kinerja Satuan 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 2.1 Persentase (%) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik % % (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 71% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 50% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 73% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 146% Berdasarkan hasil survei Edelman Trust Barometer Tahun 2018, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga semakin meningkat sejalan dengan kepercayaan masyarakat terhadap media massa mainstream dibandingkan dengan media sosial. Keakuratan media massa mainstream dalam menyampaikan informasi menjadi kunci dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat dibandingkan dengan kecepatan media sosial dalam menyampaikan konten. 110 Laporan Kinerja

113 Tabel 3.34 Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemerintah, Media, Bisnis, dan Organisasi Non Pemerintah INDONESIA Goverment 36% 49% 49% 65% 58% 71% 73% Media 68% 73% 69% 68% 63% 67% 68% Business 63% 69% 68% 70% 71% 76% 78% NGOs 49% 53% 62% 64% 57% 64% 67% Trust Index Sumber: Hasil Survei Edelman Trust Barometer, Tahun 2018 ( Sebagai tambahan dan perbandingan, Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik juga melakukan survei untuk mengidentiمحkasi informasi dan kebijakan pemerintah yang diketahui publik dan saluran komunikasi yang digunakan untuk mengakses informasi tersebut di kalangan pengguna media selama Tahun Cara pengukurannya dilakukan dengan survei melalui kanal di kalangan pengguna media sosial (Facebook, Twitter, Instagram dan Hasil dari pelaksanaan survei ini diharapkan dapat menjadi potret kondisi terkini, bahan evaluasi dan pengembangan program komunikasi publik pemerintah ke depannya. Jumlah total populasi pengikut/penyuka laman media kemkominfo adalah orang, dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin error 2. Dalam survei ini didapatkan total sampel sebanyak responden yang dapat diolah. Dari responden, sebanyak 80,21% menyatakan puas terhadap layanan informasi mengenai kebijakan dan program prioritas pemerintah, sedangkan sisanya 19,79% menyatakan tidak puas atas informasi tentang kebijakan dan program prioritas pemerintah. Graمحk 3.6 Jumlah Responden dan Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Layanan Informasi Mengenai Kebijakan dan Program Prioritas Pemerintah 19,79% n= ,21% Response Summary Full Responses 2855 Incomplete Responses 1157 Total Responses 4012 Puas Tidak Puas Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 111

114 Selain itu, berdasarkan hasil survey (Graمحk 3.8), masyarakat memperoleh informasi tentang program kebijakan pemerintah dominan bersumber dari media online sebanyak 98,1%, media sosial 96,8% dan televisi 93,7%. Dari kelompok media tercetak dan elektronik, media televisi dan surat kabar atau koran masih dominan digunakan oleh responden untuk mengakses informasi tentang kebijakan dan program prioritas pemerintah. Media online dalam bentuk website atau portal dominan digunakan untuk mengakses informasi publik. Adapun media interaktif dan below the line yang banyak digunakan responden mengetahui informasi kebijakan dan program prioritas pemerintah adalah media tatap muka/dialog interaktif. Graمحk 3.7 Akses Publik Terhadap Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah Media Saluran Komunikasi Kebijakan Pemerintah 120,00% KATEGORI : Tidak Pernah Pernah 100,00% 93,7% 98,1% 96,8% 80,00% 69,7% 84,8% 74,9% 78,0% 60,00% 52,8% 54,1% 55,5% 40,00% 20,00% 0 6,3% 30,3% 15,2% 47,2% 45,9% 1,9% 3,2% 25,1% 22,0% 44,5% TELEVISI RADIO KORAN MAJALAH BUKU ONLINE MEDIA SOSIAL TATAP MUKA LUAR RUANG PERTUNRA Kelompok Media Cetak & Elektronik Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) BUKU 13,77% 40,35% 36,50% 9,39% MAJALAH 10,93% 41,86% 38,18% 9,04% KORAN 33,06% 51,73% 11,91% 3,29% RADIO 22,03% 47,64% 23,15% 7,18% 4,83% TELEVISI 58,21% 35,45% 1,51% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 112 Laporan Kinerja

115 Kelompok Media Online, Interaktif & Below the Line Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) PERTUNRA 15,38% 29,14% 35,97% 19,51% LUAR RUANG 31,03% 47,01% 17,41% 4,55% TATAP MUKA 31,24% 43,68% 19,89% 5,18% 2,07% MEDIA SOSIAL 74,54% 22,28% 1,03% 1,26% ONLINE 78,56% 19,54% 0,63% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sumber: Sekretariat Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo, 2017 Sasaran Strategis 3: Terwujudnya Tata Kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang Bersih, Eمحsien dan Efektif 3.1 Opini Laporan Keuangan Kemkominfo bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan atas pengendalian intern yang memadai, untuk menyusun laporan keuangan yang bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Opini hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan (LK) Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan salah satu ukuran keberhasilan suatu instansi dalam mencapai tingkat kinerja dan akuntabilitas yang diharapkan serta menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan Good Governance. Opini diberikan berdasarkan kriteria penilaian serta Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang berlaku. Opini hasil audit tersebut terdiri dari 4 (empat) kategori, yaitu: (1) Tidak Wajar (adverse opinion), (2) Tidak Menyatakan Pendapat/TMP (No Opinion/ Disclaimer), (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), bergantung dari hasil pemeriksaan BPK. Opini Laporan Keuangan WTP Dari hasil audit atas Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika TA 2016, BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari target WTP yang telah ditetapkan. Kondisi ini meningkat bila dibandingkan dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya. Laporan Kinerja 113

116 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenkominfo TA 2017 belum diketahui karena hingga saat disusunnya Laporan Kinerja ini, proses pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Kementerian TA 2017 masih berlangsung. Capaian dari indikator Opini Laporan Keuangan sampai dengan Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.35 berikut ini. Tabel 3.35 Capaian Opini Laporan Keuangan Indikator Kinerja 3.1 Opini Laporan Keuangan Satuan WTP/ WDP/ WTP/ TMP Capaian 2016 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) WTP TMP WTP WDP WTP WTP 100% Tabel 3.35 menunjukkan peningkatan kualitas Laporan Keuangan mulai Tahun 2014, Laporan Keuangan (LK) Kementerian Komunikasi dan Informatika memperoleh opini TMP atas LK TA Kemudian di Tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi WDP, dan pada Tahun 2016 LK Kementerian Komunikasi dan Informatika mendapatkan opini WTP. Hal tersebut juga menunjukkan sumbangsih Inspektorat Jenderal Kominfo untuk peningkatan kualitas LK Kominfo menjadi WTP. Berdasarkan opini BPK, Laporan Keuangan Kemkominfo TA 2016 disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika tanggal 31 Desember 2016 dan realisasi anggaran, operasional, serta perubahan ekuitas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian tersebut, tingkat kepercayaan pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh Kementerian Kominfo akan mengalami peningkatan. Pemangku kepentingan akan memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi terhadap tata kelola, prosedur, pertanggungjawaban serta akuntabilitas laporan keuangan pemerintah. 114 Laporan Kinerja

117 Terhadap opini BPK Tahun 2015 Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun 2015, pada Tahun 2016 Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan upaya perbaikan terkait masalah kewajiban tahun jamak program KPU USO melalui koordinasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) terkait perlakuan potensi utang kontrak tahun jamak (KPU/ USO). Pada Tahun 2016, Kemkominfo telah melakukan perbaikan sistem pengendalian intern atas pengelolaan pengadaan barang dan jasa untuk mencegah terjadinya persaingan tidak sehat dan nilai pengadaan tidak wajar. Selain itu, Inspektorat Jenderal telah melakukan pemeriksaan secara mendalam atas validitas bukti dukung jasa pemeliharaan dan operasional Sistem Informasi Manajemen Spektrum (SIMS) serat atas indikasi kemahalan pada proses pengadaan tanah tersebut. 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi Proses pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika telah dimulai sejak Tahun 2010, yaitu sejak diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun Implementasi Grand Design Reformasi Birokrasi diterjemahkan dalam Roadmap Reformasi Birokrasi 5 (lima) tahunan, dimana tahun ini masuk kedalam roadmap 5 (lima) tahun yang ke-2 yaitu Tahun Beberapa permasalahan utama berkaitan dengan reformasi birokrasi antara lain mengenai pola pikir dan inovasi, kualitas pelayanan publik, organisasi, bisnis proses dan prosedur kerja, peraturan perundang-undangan, pengelolaan sumber daya manusia aparatur, dan kewenangan. Untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyusun 9 (sembilan) Kelompok Kerja (Pokja) yang masing-masing telah menyusun rencana aksi dan kegiatan tahunan berdasarkan Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Laporan Kinerja 115

118 Gambar 3.20 Roadmap Reformasi Birokrasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo 2. Pembangunan Manajemen Resiko di seluruh Kominfo. 3. Penyusunan Renstra Kemkominfo tahun Pengusulan RPM Kominfo tentang Organisasi Tata Kerja. 5. Pengintegrasian Layanan Publik Kemkominfo 6. Review Anjab untuk bahan penyusunan review organisasi. 7. Penyederhanaan peraturan perundang-undangan yang menghambat pelayanan dan kepastian usaha. 8. Pengembangan SOP pengaduan pelayanan. 1. Penetapan Quick Wins Kementerian dan pembangunan komitmen bersama dijajaran pimpinan untuk melaksanakan RB dan perubahan mental. 2. Pencanangan pembangunan Zona Integritas (ZI), pelaksanaan pembangunan Zona Integritas (ZI), dan penetapan pilot project Zona Integritas (ZI). 3. Review renstra tahun dan pembangunan aplikasi PMO (Project Management Office). 4. sosialisasi dan Implementasi Permen Kominfo No. 1 tahun 2016 tentang OTK. 5. Pemetaan Proses Bisnis dan SOP Makro Kemkominfo. 6. Penyusunan nilai dan kelas jabatan sesuai struktur baru. 7. Deregulasi/Simplifikasi Permenkominfo. 8. Kajian Pengembangan konsep lembaga pusat pelayanan satu atap bidang Kominfo Penetapan Quick Wins Kementerian dan optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo. 2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBK. 3. Penyampaian pelaporan kinerja secara periodik dan online serta terintegrasi. 4. Penataan organisasi berdasarkan hasil peta proses bisnis dan kajian naskah akademik. 5. Pengembangan layanan berbasis TI untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan penyusunan SOP Mikro berdasarkan peta proses bisnis. 6. Penataan dan penempatan pegawai, khusus Eselon II dan Eselon III. 7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo. 8. Revisi regulasi terkait kebijakan standar pelayanan. 116 Laporan Kinerja

119 Penetapan Quick Wins Kementerian Kominfo optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo. 2. Monev Road Map Penguatan Pengawasan. 3. Evaluasi Renstra tahun Monitoring dan Evaluasi Organisasi Kemenkominfo. 5. Pelaporan capaian kinerja internal Kemkominfo. 6. Database pegawai lengkap dan akurat (Data Talent Pool). 7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo. 8. Pembentukan Pusat Layanan satu atap bidang Kominfo Penetapan Quick Wins Optimalisasi peran agen perubahan Kemenkominfo. 2. Mengusulkan unit kerja berpredikat WBBM. 3. Pengembangan Aplikasi PMO. 4. Implementasi organisasi berdasarkan hasil Peta Proses Bisnis dan Kajian Naskah Akademik. 5. Investasi dan pengembangan e-government Kemenkominfo. 6. Penyusunan Pola Karir Pegawai Kemkominfo. 7. Deregulasi/Simplifikasi Permen Kominfo. 8. Komitmen pimpinan satuan kerja dan Kementerian dalam pengembangan kualitas layanan Sumber: Kementerian Komunikasi dan Informatika, Tahun 2015 Laporan Kinerja 117

120 Hingga akhir Tahun 2017, Kementerian PAN dan RB belum mengumumkan hasil evaluasi Reformasi Birokrasi untuk Kemkominfo, sehingga nilai yang dicantumkan adalah Indeks RB berdasarkan penilaian pada Tahun Tabel 3.36 Capaian Indeks Reformasi Birokrasi Indikator Kinerja 3.2 Indeks Reformasi Birokrasi Satuan Capaian 2017 (%) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi A/B/C 80 (B) 66,14 (B) 80 (B) 72,93 (B) 80 (B) 72,93 (B)* *) Penilaian Tahun ,16% Penerima manfaat dari Layanan Reformasi Birokrasi Kementerian Kominfo adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Adapun capaian Indeks RB Tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.37 Hasil Penilaian Indeks Reformasi Birokrasi Kemkominfo Tahun No Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai 2015 Nilai 2016 A Komponen Pengungkit 1 Manajemen Perubahan 5,00 3,37 3,55 2 Penataan Peraturan Perundang-undangan 5,00 3,34 3,34 3 Penataan dan Penguatan Organisasi 6,00 3,84 4,01 4 Penataan Tatalaksana 5,00 3,93 3,96 5 Penataan Sistem Manajemen SDM 15,00 11,35 12,20 6 Penguatan Akuntabilitas 6,00 4,35 3,92 7 Penguatan Pengawasan 12,00 5,06 7,04 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 6,00 4,05 4,17 Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 30,72 42,19 B Komponen Hasil 1 Nilai 14,00 9,30 9,01 2 Survei Internal Integritas Organisasi 6,00 4,17 4,97 3 Survei Eksternal Persepsi Korupsi 7,00 4,30 6,16 4 Opini BPK 3,00 1,50 2,00 5 Survei Eksternal Pelayanan Publik 10,00 7,58 8,60 Sub Total Komponen Hasil 40,00 26,85 30,74 Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 66,14 72,93 Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun Laporan Kinerja

121 Upaya-upaya perbaikan terus dilakukan dengan lebih memperkuat kinerja masing-masing Pokja. Upaya perbaikan dari masing-masing Pokja tersebut dirangkum dalam Tabel 3.38 berikut ini: Tabel 3.38 Upaya Perbaikan yang Dilakukan oleh Masing-Masing Pokja No. Aspek yang Perlu Diperbaiki Upaya Perbaikan yang Telah Dilakukan 1 Manajemen Perubahan Penataan Peraturan 2 Perundang-undangan Penataan dan Penguatan 3 Organisasi 4 Penataan Tatalaksana Penataan Sistem 5 Manajemen SDM 6 Penguatan Akuntabilitas 7 Penguatan Pengawasan Peningkatan Kualitas 8 Pelayanan Publik Pembentukan Tim 45 sebagai agen perubahan. Pembentukan SK Tim 45 sebagai penggerak perubahan. Pengadaan Konsultan Program Management Office (PMO) sebagai trigger dan transformasi perubahan pola pikir pegawai Kemkominfo. Pembentukan organisasi PMO melalui Permen Nomor 255 Tahun 2017 sebagai agen perubahan. Telah melakukan simpliمحkasi regulasi 10 Peraturan Menteri (PM) Kominfo menjadi 4 PM Kominfo. Telah dilakukan evaluasi kesesuaian struktur organisasi dengan struktur kinerja yang akan dihasilkan. Telah dilakukan monitoring dan evaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) Kementerian sesuai dengan Permen Kominfo Nomor 1 Tahun 2016 tentang SOTK Kementerian Kominfo.atas seluruh SOP yang telah ada serta menyusun SOP bagi unit kerja baru. Telah disusun dan disahkan Pedoman Sekjen Nomor 3 Tahun 2017 tentang Proses Bisnis di lingkungan Kementerian Kominfo. Menyelesaikan aplikasi e-monev terkait pencapaian kinerja yang akan digunakan untuk monitoring dan evaluasi secara berkala. Telah dilakukan peningkatan kualitas manajemen SDM melalui assessment terhadap seluruh pegawai, serta memanfaatkan hasil assessment tersebut sebagai dasar dalam pengembangan kompetensi. Pengukuran kinerja individu sudah dilakukan melalui e-skp, namun belum menjadi dasar pemberian reward dan punishment. Melakukan review Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika. Terdapat Perjanjian Kinerja dari level Menteri hingga eselon IV. Telah dilakukan pengukuran kinerja setiap bulan. Nilai Maturitas SPIP Tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Tahun 2016, yaitu dari 2,1591 menjadi 2,81. Telah dilaksanakan penilaian internal terhadap 5 Satker Pilot Project Zona Integritas. Telah mengajukan ke Kementerian PAN & RB 1 (satu) Satker untuk mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Telah dilaksanakan validasi terhadap self assessment penilaian tingkat kapabilitas APIP oleh BPKP. Terdapat kebijakan standar pelayanan terkait kejelasan biaya, waktu, dan persyaratan perijinan. Kejelasan biaya, waktu, persyaratan ijin Pos dan Telekomunikasi melalui website Kementerian Kominfo, pelayananprimaditjenppi.go.id, dan brosur pada PTSP dan Call Center (159). Menurunnya waktu proses perijinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran: Penyelenggaraan Jaringan telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja. Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dari 60 hari menjadi 14 hari kerja. Izin radio berbayar (untuk yang baru dari 44 hari kerja menjadi 21 hari kerja; untuk yang perpanjang dari 7 hari kerja menjadi 3 hari kerja). Izin stasiun radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 7 hari kerja. Izin amatir radio yang tidak berbayar dari 14 hari kerja menjadi 10 hari kerja. Laporan Kinerja 119

122 3.3 Nilai Hingga akhir Tahun 2017, nilai hasil Evaluasi atas AKIP Kemkominfo belum dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB), sehingga yang dicantumkan dalam laporan kinerja atas indikator ini menggunakan penilaian Sistem Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Komunikasi dan Informatika. Capaian dari Nilai Kemkominfo yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.39 Capaian Nilai Capaian Indikator Kinerja Satuan 2017 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi (%) 3.3 Nilai Akuntabilitas Kinerja A/B/C 70 (B) 64,35 (B) 70 (B) 65,19 (B) 80 (A) 76,10 (B)* *) Berdasarkan penilaian SAKIP oleh Itjen 95,12% Ruang lingkup evaluasi adalah kegiatan evaluasi pada 7 (tujuh) Unit Kerja Eselon I di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI). Evaluasi dilakukan terhadap komponen dan subkomponen dengan bobot penilaian seperti pada Tabel 3.40 sebagai berikut: Tabel 3.40 Hasil Penilaian Tingkat Tahun Komponen yang Dinilai Bobot Nilai 2014 Bobot Nilai 2015 Nilai 2016 Nilai 2017* *) Berdasarkan penilaian SAKIP oleh Itjen a. Perencanaan Kinerja 35 25, ,74 21,31 23,67 b. Pengukuran Kinerja 20 12, ,02 16,37 17,51 c. Pelaporan Kinerja 15 10, ,57 8,96 12,13 d. Evaluasi Internal 10 6, ,47 5,96 7,03 e. Capaian Kinerja 20 11, ,39 11,76 15,77 Nilai Hasil Evaluasi , ,36 65,19 76,10 Tingkat Akuntabilitas Kinerja - B - B B BB Sumber: Kementerian PAN & RB, Tahun 2016 Berdasarkan rekomendasi Kementerian PAN dan RB terhadap Hasil Evaluasi atas Instansi Pemerintah pada Tahun 2016, terdapat beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti untuk meningkatkan nilai AKIP Kemkominfo. Tindaklanjut yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 120 Laporan Kinerja

123 a. Penerbitan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 21 Tahun 2016 tanggal 2 Desember 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun ; b. Telah menyusun spesiمحkasi teknis pengembangan aplikasi e-monev yang mengintegrasikan data kinerja dan keuangan serta memudahkan Satker untuk menyampaikan pelaporan kinerja dan anggaran secara bulanan; c. Telah membuat penjabaran/cascading dari tingkat kementerian hingga level eselon IV dan telah dilakukan penyusunan target dan monitoring evaluasi setiap bulan; d. Telah mengimplentasikan aplikasi e-skp untuk mempersiapkan pengukuran kinerja organisasi dari tingkat struktural hingga ke level individu. CAPAIAN KINERJA LAINNYA 1. Sistem Verifikasi Identitas Online (SiVION) Visi Indonesia untuk menerapkan e-government secara menyeluruh dan menjadi raksasa ekonomi digital di ASEAN akan terhambat dengan fakta bahwa tingkat fraud pada ekosistem digital di Indonesia sangat tinggi dan rendahnya integritas dalam ekosistem digital Indonesia. Pemerintah perlu hadir untuk meningkatkan keamanan dan integritas dalam ekosistem digital Indonesia. Program ini adalah menyediakan infrastruktur mekanisme public key infrastructure yang menjadi root dari industri sertiمحkat digital di Indonesia. Dengan demikian, program ini memiliki semangat untuk membangun infrastruktur identitas digital, menciptakan industri sertiمحkat digital di Indonesia dan menciptakan permintaan dari sertiمحkat digital di Indonesia. Tujuan dari program ini adalah menyelenggarakan infrastruktur sertiمحkat digital nasional dan sistem veriمحkasi identitas digital nasional yang memiliki interoperabilitas, eمحsien, dan aman, serta dijamin oleh Pemerintah Indonesia. Tahun sertiمحkat digital Program SiVION memiliki sasaran untuk mendukung nawacita yaitu: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa mau dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. Laporan Kinerja 121

124 Adapun, sasaran dari program SiVION yaitu menyediakan infrastruktur dasar identitas digital dalam ekosistem digital Indonesia yang diakui oleh Pemerintah agar dipercaya dan berintegritas secara global guna mewujudkan kemandirian ekonomi. Tabel 3.41 Target Pelaksanaan SiVION Tahun , ,000 PNS struktural dan fungsional tertentu pada Pemerintah Pusat (K/L) 1,000,000 (Seluruh PNS Kementerian Pusat (K/L) & PNS struktural Pemerintah Daerah) Sumber: Term of Reference (TOR) SiVION, Direktorat Keamanan Informasi, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Sebagai strategi utama, rencana strategis tersebut disusun dengan mempertimbangkan: Pencapaian building blocks implementasi tanda tangan digital Tantangan yang dihadapi dari implementasi Risiko yang telah diidentiمحkasi Selanjutnya, masing-masing rencana strategis tersebut menjadi metodologi pelaksanaan dari masing-masing proyek. Gambar berikut menunjukkan proyek beserta masing-masing rencana strategis dari implementasi SiVION. Gambar 3.21 Rencana Strategis Implementasi SiVION Sumber: Ditjen Aplikasi dan Informatika, Kemkominfo, Laporan Kinerja

125 Tabel 3.42 Capaian Program SiVION Tahun Target Realisasi Capaian (%) Target Realisasi Capaian (%) sertiمحkat digital sertiمحkat digital 121% sertiمحkat digital sertiمحkat digital 110% Pada Tahun 2017 telah diselenggarakan berbagai sosialisasi pemanfaatan tandatangan digital dan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar Sertiمحkat Digital. Salah satu implementasi dari penggunaan sertiمحkat digital dikembangkan melalui PNS mail yang ditambahkan turمح sertiمحkat digital berubah menjadi mail.go.id. Launching mail.go.id sudah dilaksanakan pada 11 Desember 2017 oleh Menteri Kominfo. mail.go.id merupakan migrasi dari pnsmail.go.id sekaligus pengembangan go.id. Pengembangan go.id dilakukan dengan penambahan fungsi sertiمحkat digital, sehingga go.id memiliki turمح tanda tangan digital dan enkripsi. Pengembangan ini dimaksudkan untuk memastikan kerahasiaan, otentikasi, integritas dan nirsangkal terhadap sistem go.id. Kegiatan pengembangan ini mencakup: Pengembangan aplikasi Akuisisi user dari pnsmail.go.id Penerbitan sertiمحkat digital Dengan demikian, melalui pemanfaatan tanda tangan digital dan enkripsi, pengirim dan penerima dapat diidentiمحkasi, sehingga dapat menghindari adanya palsu. Selain itu pula akan menambah keamanan terhadap adanya sniffing pada Penyelesaian Sengketa Informasi Salah satu tugas, fungsi dan wewenang Komisi Informasi sesuai amanah UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah menerima, memeriksa dan memutus permohonan penyelesaian sengketa Informasi publik. Penyelesaian sengketa tersebut dapat ditempuh melalui mediasi dan/atau ajudikasi non litigasi ataupun melalui penarikan permohonan, penghentian atau permohonan yang ditolak. Selama Tahun 2017, jumlah permohonan penyelesaian sengketa informasi yang masuk sebanyak 120 kasus dengan target capaian kinerja sebesar 65%. Sedangkan total jumlah permohonan penyelesaian sengketa informasi yang masuk selama Tahun sebanyak kasus. Untuk kasus yang telah diselesaikan selama Tahun 2017 adalah sebanyak 32 kasus. Sedangkan total jumlah kasus yang diselesaikan dari Tahun adalah sebanyak 902 kasus. sampai Tahun sengketa informasi Terselesaikan dari kasus Laporan Kinerja 123

126 Graمحk 3.8 Penyelesaian Permohonan Sengketa Informasi dari Tahun Jumlah Permohonan Jumlah yang diselesaikan Sumber: Komisi Informasi Pusat, 2017 Rekapitulasi jumlah permohonan penyelesaian sengketa selama periode Januari Desember 2017 adalah sebagai berikut: Tabel 3.43 Rekapitulasi Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa dan Rekapitulasi Penyelesaian Sengketa Informasi Tahun 2017 No Bulan Jumlah Permohonan Penyelesaian Sengketa Jumlah Register Penyelesaian Sengketa 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 4-9 September 6-10 Oktober 3-11 November 4-12 Desember 3 - Total Sumber: Sekretariat Komisi Informasi Pusat, 2017 Dari 32 register sengketa tersebut dapat diklasiمحkasikan berdasarkan hasil penyelesaian sebagai berikut: Tabel 3.44 Klasiمحkasi Penyelesaian Sengketa No. Penyelesaian Jumlah 1 Putusan Ajudikasi 15 2 Putusan Sela 9 3 Mediasi Sepakat 4 4 Pencabutan 3 5 Pembatalan Registrasi 1 Total Laporan Kinerja

127 3. Pengaduan Masyarakat Terhadap Konten Siaran Data pola aduan adalah data mengenai jumlah aduan yang terwujud menurut variasinya. Dimulai dari pola data menurut saluran yang dipakai untuk mengadu. Dari jumlah aduan yang masuk, disampaikan melalui saluran yang beragam. Paling tidak ada 7 (Tujuh) jenis saluran yang dipakai dan selama periode Januari Desember 2017, saluran adalah yang paling banyak dipakai, yaitu sebanyak 2,678 (46,5%) aduan yang disalurkan melalui . Berikutnya, jumlah yang disalurkan melalui Twitter 1,467 (25,5%), Facebook sebanyak 572 (9,9%), SMS sebanyak 434 (7,5%), Surat Masuk/Tatap Muka sebanyak 303 (5,2%), Instagram sebanyak 170 (2,9%), dan Telepon 15 (0,2%). Sedangkan untuk data berbentuk apresiasi baik terkait apresiasi ke Lembaga Penyiaran ataupun ke Komisi Penyiaran Indonesia sebanyak 120 (2,3%) apresiasi/masukan. jumlah aduan periode Januari Desember Tabel 3.45 Jumlah Pengaduan Isi Siaran Berdasarkan Sumber Pengaduan Tahun Twitter Facebook SMS Surat Masuk Instagram Telepon Sumber: Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia, Tahun Pengaduan di Bidang Pers Selama Tahun 2017, Dewan Pers menangani sejumlah 523 pengaduan kasus jurnalistik yang berasal dari masyarakat, lembaga pemerintah/ swasta, dan organisasi lainnya. Dari jumlah tersebut, 482 merupakan kasus yang diterima pada Tahun 2017 dan sejumlah 41 kasus merupakan pengaduan yang masuk di akhir Tahun Sampai dengan akhir Tahun 2017, jumlah pengaduan Bidang Pers yang terselesaikan adalah sebanyak 426 kasus (81%). Sisanya sebanyak 97 kasus (19%) akan diselesaikan pada Tahun Kasus pengaduan umumnya disebabkan karena adanya pelanggaran Kode Etik Jurnalistik oleh media, baik media cetak, elektronik dan siber. Pemberitaan dimaksud tidak melalui uji informasi, konمحrmasi dan klariمحkasi sehingga pemberitaan tersebut cenderung beropini dan menghakimi. Hal lain yang juga banyak diadukan ke Dewan Pers adalah pemberitaan mengenai kekerasan terhadap anak dan wanita (pelanggaran Pasal 5) dan pemberitaan yang menyangkut SARA (pelanggaran Pasal 8). Adapun bentuk penyelesaian dari kasus pengaduan tersebut: 1. Diselesaikan melalui mediasi dengan menghasilkan Risalah Kesepakatan sebanyak 51 kasus; 2. Diupayakan melalui mediasi namun tidak diperoleh kesepakatan para pihak, maka Dewan Pers mengeluarkan Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) sebanyak 40 kasus; pengaduan Pers terselesaikan 426kasus dari 523 kasus Laporan Kinerja 125

128 3. Diselesaikan melalui surat menyurat Dewan Pers dengan pengadu dan teradu sebanyak 334 kasus; 4. Diselesaikan melalui Berita Acara Pertemuan sebanyak 1 kasus. Penyelesaian sengketa kasus pers dilaksanakan di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia. Graمحk 3.9 Jumlah Pengaduan Kasus Pers yang Masuk ke Dewan Pers Tahun Pengaduan Masuk Pengaduaan Terselesaikan Pengaduan yang belum Terselesaikan Sumber: Dewan Pers, 2017 Perbandingan target dan realisasi atas penyelesaian pengaduan kasus per Tahun 2015, 2016 dan 2017 dapat dilihat pada Tabel 3.46 sebagai berikut: Tabel 3.46 Perbandingan Target dan Realisasi Atas Penyelesaian Pengaduan Kasus Tahun Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 90% 89.7% 90% 92.3% 90% 81.5% Sumber: Dewan Pers, 2017 Permintaan Keterangan Ahli Pers Tahun 2017, selain permintaan untuk keterangan Ahli Pers dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Penyidik Polri juga permintaan ahli pers dalam persidangan yang menyangkut kasus pers. Tahun 2017, Dewan Pers mempunyai target untuk permintaan keterangan ahli pers sebanyak 14 kasus. Sampai dengan tangal 31 Desember 2017, permintaan keterangan ahli pers sebanyak 43 kasus dan dapat terselesaikan sebanyak 33 kasus, sementara 10 kasus masih dalam proses penyelesaian. 126 Laporan Kinerja

129 5. Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem Elektronik (PPSE) Deمحnisi PPSE adalah setiap orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain. PPSE didasarkan pada ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pendaftaran Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Gambar 3.22 Jumlah Penyelenggara Sistem Elektronik yang Sudah Terdaftar di PSE Kominfo PENDAFTARAN PENYELENGGARA SISTEM ELEKTRONIK (PSE) Total: 536 Sistem Elektronik Terveriمحkasi Sumber: Direktorat E-Bisnis, Ditjen Aplikasi Informatika, Kemkominfo, 2017 Tujuan PSE adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik yang andal, aman, terpercaya dan bertanggung jawab (TRUSTED); 2. Memberikan pelayanan yang cepat, tanggap, akurat, transparan dan akuntabel kepada masyarakat; 3. Mendorong peningkatan kualitas penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik; 4. Meningkatkan peran serta dan tingkat kepercayaan masyarakat dalam pemanfaatan TIK. Laporan Kinerja 127

130 Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Asosiasi E-Commerce Indonesia (idea) menandatangani Nota Kesepahaman untuk kerja sama layanan Pendaftaran Sistem Elektronik (PSE). Pendaftaran PSE ini dilakukan di Kementerian Kominfo dan idea. 6. Otomatisasi Perizinan a. Sistem Perizinan Online Kementerian Komunikasi dan Informatika telah membangun Sistem Perizinan Online (E-License) untuk menghadapi tuntutan masyarakat terhadap pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga mampu menangani keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan mendatang. Dalam rangka penyempurnaan turمح dan mengakomodir kebutuhan pengaman keaslian dokumen izin yang diterbitkan maka dibutuhkan kegiatan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem tersebut. Dengan adanya pengembangan maka diharapkan sistem akan semakin maksimal dan dapat memenuhi apa yang menjadi harapan semula. Maka, setelah dilaksanakan pengembangan dan penyempurnaan selama Tahun 2016, pada tanggal 21 Juni 2017 diluncurkanlah Sistem Perizinan Online (E-Licensing) di bidang Pos dan Telekomunikasi yang dapat diakses oleh publik. Berikut disampaikan manfaat proses baru perizinan melalui Sistem E-Licensing di bidang Pos dan Telekomunikasi pada Tabel Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi No. PROSES LAMA PROSES BARU MANFAAT 1 Untuk mengirimkan berkas permohonan, pemohon harus datang dan kemungkinan berkas permohonan belum lengkap Pemohon izin tidak perlu datang dan bila berkas tidak lengkap tidak dapat dikirim/ditolak Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM 2 Untuk memantau berkas permohonan, pemohon harus menghubungi/datang ke petugas/ loket yang tersedia Pemohon diberikan fasilitas cek status permohonan, setiap selesai proses di setiap titik proses otomatis status permohonan berubah Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli 3 Pemohon penomoran telekomunikasi, harus datang dan konsultasi atas ketersediaan nomor yang diinginkan Pemohon secara langsung dapat memeriksa ketersediaan penomoran telekomunikasi dengan memasukkan nomor yang diinginkan Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli 4 Pemohon harus mengambil SK Izin Penyelenggaraan SK Izin Penyelenggaraan dikirim ke pemohon secara otomatis Mengurangi biaya pemohon didaerah yang harus datang ke Jakarta terutama UMKM dan potensi pungli 128 Laporan Kinerja

131 Tabel 3.47 Manfaat Pengembangan Sistem E-Licensing di Bidang Pos dan Telekomunikasi No. PROSES LAMA PROSES BARU MANFAAT 5 Proses permohonan berkas dilakukan secara manual (melalui surat/nota Dinas) dan tergantung pada keberadaan pejabat/staf pemroses Proses permohonan berkas dilakukan secara elektronik dimanapun pejabat/staf berada (tidak bergantung keberadaan pejabat/staf pemroses. Notiمحkasi pemberitahuan via & aplikasi pada setiap proses selanjutnya Waktu proses menjadi lebih cepat 7 Tanda tangan basah dan bergantung pada keberadaan pejabat penandatangan Tanda tangan elektronik SiVION menggunakan leمح P12 dan tidak bergantung pada keberadaan pejabat penandatangan Waktu proses menjadi lebih cepat 8 Draft SK Perizinan sering terjadi kesalahan pengetikan dan berubah-ubah sesuai selera Draf SK Perizinan dalam bentuk template, data inputan pemohon secara otomatis langsung masuk ke template Draf SK Waktu proses menjadi lebih cepat 9 Dalam SK Perizinan penyelenggaraan belum ada security printing untuk menentukan asli/tidaknya SK dimaksud Dalam SK Perizinan penyelenggaraan secara elektronik terdapat security Quick Response Code (QR Code) dan tandatangan digital untuk menentukan asli/ tidaknya SK dimaksud Tidak terjadi pemalsuan SK Jumlah pemohon sejak launching sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 tercatat sebanyak 594 permohonan izin (baik perizinan pos maupun telekomunikasi), di mana sebanyak 176 permohonan diterima (terbit SK izin) dan 418 ditolak. Graمحk 3.10 Rekapitulasi Perizinan E-Licensing Bulan Juli Desember 2017 Rekap Perizinan E-Licensing Masuk Diterima Masuk Diterima Masuk Diterima Masuk Diterima Masuk Diterima Masuk Diterima Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017 Laporan Kinerja 129

132 Berdasarkan Graمحk 3.10, didapati adanya tren kenaikan jumlah pemohon E-Licensing setiap bulannya. Pada bulan pertama peluncurannya, tercatat sebanyak 59 pemohon untuk semua jenis izin. Angka pemohon yang masuk mencapai puncaknya di bulan November yang lalu sebanyak 147 pemohon untuk semua jenis izin. b. Percepatan Proses Perizinan Sehubungan dengan ketentuan Presiden RI yang tertuang dalam Perpres Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha dalam rangka percepatan proses perizinan, dapat kami laporkan bahwa sejak diluncurkannya Sistem E-Licensing terjadi pemangkasan waktu yang cukup signiمحkan dalam penyelesaian proses perizinan. Hingga tanggal 31 Desember 2017, rata-rata waktu penyelesaian perizinan (untuk semua jenis izin) 70% lebih cepat dibanding dengan Service Level Agreement (SLA) yang ditetapkan regulasi terkait. Tabel 3.48 Rekapitulasi Penyelesaian Perizinan Melalui E-Licensing Jenis Permohonan Terbit SK Rata-rata SLA Terbit SK (hari kerja) SLA di regulasi (hari kerja) Peningkatan Kecepatan SLA Terbit SK (%) (1) (2) (3) (4) Jasa Telekomunikasi % Jaringan Telekomunikasi % Penomoran % ULO Jasa & Jaringan Telekomunikasi % POS % TOTAL 137 *) (4) = 100% - [(2)/(3)*100] Sumber: Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, 2017 Terlampir dilaporkan status integrasi dan pertukaran data perizinan dengan instansi lain: Tabel 3.49 Integrasi dan Pertukaran Data Perizinan pada Sistem E-Licensing No. Instansi Bentuk Integrasi Status 1 Ditjen Pajak (Kemenkeu) 2 Ditjen Dukcapil (Kemendagri) Validasi NPWP Laporan SPT Pajak selama 2 tahun Validasi keabsahan KTP/NIK/ data kependudukan 3 Ditjen AHU (Kemenkumham) Validasi data perseroan 4 BKPM Validasi penanaman modal perusahaan Validasi izin usaha Sudah berjalan Tanda Tangan MOU Dalam tahap uji coba Finalisasi PKS Pengembangan Application Programming Interface (API) Finalisasi PKS Pengembangan Application Programming Interface (API) 130 Laporan Kinerja

133 Kinerja Anggaran Realisasi Belanja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada TA 2017 adalah sebesar Rp ,- atau 89,06% dari Pagu DIPA sebesar Rp ,-. Adapun di Tahun 2017, Kementerian Keuangan mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Eمحsiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2017 dimana Kemkominfo terkena penghematan sebesar Rp ,-. Namun, di Tahun 2017 ini pula, Kemkominfo mendapat tambahan anggaran untuk Program Government Public Relations sebesar Rp ,-. Adapun realisasi belanja masing-masing program secara rinci diuraikan sebagai berikut: Tabel 3.50 Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Program TA 2017 Uraian Program Anggaran Realisasi Belanja % Real Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemkominfo Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian Komunikasi dan Informatika Program pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur Kemkominfo Program penelitian dan pengembangan komunikasi dan informatika Program pengelolaan sumber daya dan perangkat pos dan informatika Program penyelenggaraan pos dan informasi Program pengembangan aplikasi dan informatika Program pengembangan informasi dan komunikasi publik , ,00 97, , ,00 92, , ,00 90, , ,00 95, , ,00 90, , ,00 86, , ,00 89, , ,00 92,51 JUMLAH , ,00 89,06 Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo, 2017 Laporan Kinerja 131

134 Jumlah realisasi tersebut meningkat dibanding 3 (tiga) tahun sebelumnya sebagaimana dapat dilihat pada Graمحk 3.11 di bawah ini: Graمحk 3.11 Perbandingan Realisasi Belanja Kemkominfo Tahun APBN dan Realisasi (dalam Rp miliar) PAGU Realisasi % Realisasi % % 69.95% % Graمحk 3.12 Capaian Kinerja Target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun (dalam Rp miliar) BHP Frekuensi PNBP USO BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya 1) No. Sumber & Jenis Pnbp ) TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % TAR REAL % 1. BHP Frekuensi 8,934 9, ,495 10, ,881 12, ,390 13, ,970 13, ,952 16, PNBP USO 1,497 1, ,020 1, ,291 2, ,230 2, ,567 3, ,567 3, BHP Telekomunikasi PNBP Lainnya 1) Total PNBP 11,098 11, ,251 13, ,000 15, ,613 17, ,567 18, ,571 21, ) PNBP Lainnya terdiri dari antara lain; Biaya Sertiمحkasi Perangkat, Sewa Rumah Dinas; IAR dan KRAP; REOR dan SKOR; Izin Penyelenggaraan Pos; Izin Penyelenggaraan Penyiaran, STMM Yogyakarta, Pusdiklat Pegawai, Penerimaan Pemanfaatan BMN; dan Penerimaan Lainnya. 2) Realisasi PNBP Per Des 2017 Sumber: Biro Keuangan, Kemkominfo 132 Laporan Kinerja

135 Penutup 1. LAMPIRAN 2. HASIL REVIU INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMINFO ATAS LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN KOMINFO TAHUN DATA DUKUNG CAPAIAN PER INDIKATOR KINERJA4 Laporan Kinerja 133

136 indikator yang capaiannya diatas 100% 514 Kab/Kota terhubung backbone serat optik Nasional TARGET 86% (442 kab/kota dari 514 kab/ Kota) REALISASI 86,38% (444 kab/kota dari 514 Kab/Kota) 100,44% 514 Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE TARGET 60% (308 kab/kota dari 514 kab/ kota) REALISASI 64,40% (331 kab/kota dari 514 kab/kota) 107,33% Implementasi digitalisasi penyiaran/ Analog Switched Off (ASO) TARGET REALISASI 70% 98% 140% petani dan nelayan Go Digital TARGET petani dan nelayan REALISASI petani dan nelayan yang terregister di aplikasi 111,17% 393 Desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS) TARGET 4,5% (250 desa) REALISASI 7,11% (393 desa) 158% (393) Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK TARGET REALISASI Orang Orang 298,82% 222 lokasi + 3 desa piloting di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital TARGET 2,7% (150 DBT) Kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik TARGET 50% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) REALISASI 4,02% (222 lokasi) + 3 desa piloting 150% REALISASI 73% (1-49% = distrusters; 50-59% = neutral; % = trusters) 160,42% Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK TARGET REALISASI Orang Orang 137,56% Opini Laporan Keuangan TARGET WTP REALISASI WTP* *) Penilaian Tahun % 134 Laporan Kinerja

137 Penutup Capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Tahun 2017 secara umum telah menunjukan kinerja yang baik, dilihat dari jumlah indikator kinerja yang telah melampaui target dan capaian yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan capaian Tahun Demikian pula dengan capaian kinerja keuangan, yang telah mencapai 89,06%. Dari hasil evaluasi terhadap akuntabilitas kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017, dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut: 1. Terdapat 10 (sepuluh) indikator yang capaiannya diatas 100%, yaitu: (1) Persentase (%) kab/kota terhubung backbone serat optik Nasional, (2) Persentase (%) kab/kota terlayani akses broadband 4G LTE, (3) Persentase desa di wilayah tertinggal termasuk Lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi melalui penyediaan Base Transceiver Station (BTS), (4) Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switched Off (ASO), (5) Persentase nelayan dan petani Go-digital, (6) Persentase (%) desa wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk Lokpri tersedia layanan digital, (7) Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK, (8) Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK, dan (9) Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik, serta (10) Opini Laporan Keuangan. Laporan Kinerja 135

138 Penutup 2. Terdapat indikator yang tidak mencapai target di Tahun 2017, yaitu (a) Persentase (%) kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (BTS Perbatasan) (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan) (b) Persentase (%) harga layanan pitalebar terhadap PDB per kapita (c) Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) (d) Jumlah angkatan kerja yang tersertiمحkasi keahlian dan kompetensi sektor TIK (e) Indeks RB dan AKIP, (f) Kendala dan permasalahan yang dihadapi yang menyebabkan tidak tercapainya indikator kinerja tersebut akan menjadi fokus perbaikan kinerja di tahun mendatang. 3. Capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2017 juga didukung oleh adanya kebijakan yang dikeluarkan, terutama terkait dengan upaya penapisan situs negatif dan konten negatif untuk melindungi pengguna internet dari kontenkonten yang bersifat negatif dan dapat merugikan seperti Hoax, Penipuan, SARA dan lain-lain, kebijakan tentang Over The Top (OTT) untuk melindungi pengguna aplikasi telekomunikasi dari layanan yang memiliki muatan,محpornogra penyalahgunaan narkotika, penghinaan, kebencian dan lain-lain serta kebijakan registrasi ulang kartu pra bayar untuk melindungi pelanggan seluler dari fraud telekomunikasi. Berbagai kebijakan dan upaya telah ditempuh merupakan langkah untuk mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras yang dilakukan oleh satuan kerja penanggungjawabnya. Dari hasil capaian kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika sepanjang Tahun 2017 untuk meningkatkan kinerja pada tahun yang akan datang dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain: 1. Peningkatan kualitas perencanaan termasuk dalam menetapkan indikator dan target kinerja sesuai dengan konsep SMART dengan cara melakukan reviu Renstra Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun serta memperdalam pengkajian baik dari sisi biaya maupun manfaat pada tiap rencana program, dan melakukan penetapan target kinerja yang realistis berdasarkan kajian program tersebut; 2. Pemantauan dan pengawalan pelaksanaan rencana aksi pencapaian target setiap indikator kinerja yang diukur setiap bulan; 136 Laporan Kinerja

139 Penutup 3. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang mengintegrasikan antara perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kinerja dan anggaran sehingga mempermudah dalam melakukan monitoring capaian kinerja dan anggaran sehingga langkah-langkah antisipatif dapat dilakukan jika ada kendala dalam pencapaian target per bulannya; 4. Peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) termasuk manajemen resiko pelaksanaan program secara komprehensif, sehingga risiko tiap program dapat diidentiمحkasi, dimitigasi, sehingga memperbesar persentase keberhasilan pencapaian target kinerja; 5. Meningkatkan sinergi antar satuan kerja untuk mendorong tumbuhnya budaya kerja organisasi yang profesional, akuntabel, mempunyai integritas dan inovatif; 6. Melakukan perbaikan sistem dan pengelolaan manajemen kinerja, baik di tingkat organisasi maupun di tingkat individu, sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi di lingkungan Kemkominfo yang dilakukan secara terus menerus; 7. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara melalui peningkatan kualitas penyusunan Laporan Keuangan. Selain itu, melakukan monitoring, reviu, dan tindak lanjut atas temuan audit BPK RI untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan yang baik dan sehat. Laporan Kinerja 137

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 berdasarkan capaian Indikator Kinerja Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika PENDAHULUAN Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DITJEN

RENCANA STRATEGIS DITJEN PENYUSUNAN REVISI RENCANA STRATEGIS DITJEN PPI 2015-2019 1 Agenda Pembahasan Kerangka Penyusunan Renstra PPI Identifikasi Perubahan Renstra Kominfo Mapping Perubahan Renstra Kominfo ke Renstra DJPPI Rencana

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja PENDAHULUAN PERENCANAAN KINERJA Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan ke dalam

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017 No 1. SASARAN TRATEGIS Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia INDIKATOR KINERJA MENTERI 1. Persentase (%) kab/kota terhubung

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI Gumilang Hardjakoesoema

Lebih terperinci

NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK

NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK disampaikan dalam: Workshop NSPK Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Bidang Kominfo Sub Urusan Informasi dan Komunikasi Publik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN 2015-2019 DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Eko Kurniawan 55415120005 Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

C. DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA...

C. DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA PERANGKAT POS DAN INFORMATIKA... DAFTAR ISI 1. DAFTAR ISI... II 2. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017: A. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA... 1 B. SEKRETARIAT JENDERAL... 5 1. Biro Perencanaan... 10 2. Biro Kepegawaian dan Organisasi...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2015 KEMEN-KOMINFO. Pelayanan. Universal. Kewajiban. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PETA BISNIS PROSES KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PETA BISNIS PROSES KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PETA BISNIS PROSES KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN KEMENTERIAN / LEMBAGA KOMINFO-01 PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN KOMUNIKASI DAN KOMINFO-02 PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN EKOSISTEM KOMUNIKASI DAN KOMINFO-03

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS Sesuai tugas dan fungsi Dinas Komunikasi dan InformatikaKabupaten Pacitan berperan melaksanakan uruan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, bidang

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika

Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika 5 Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban

Lebih terperinci

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 2017 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Indikator Kinerja Target 2015 2016 2017 2018 2019 SS.1 Tersedianya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RINGKASAN DRAFT RENSTRA Kementerian Komunikasi dan Informatika

RINGKASAN DRAFT RENSTRA Kementerian Komunikasi dan Informatika RINGKASAN DRAFT RENSTRA 2015-2019 Kementerian Komunikasi dan Informatika 1 Daftar Isi 1. Program utama Kemkominfo. 3 2. Sasaran Strategis. 4 3. Tantangan dan Potensi. 5 4. Strategi. 14 2 Program Utama

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA Gun Gun Siswadi SAM BIDANG KOMUNIKASI dan MEDIA MASSA www.kominfo.go.id @kemkominfo KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Mariam F. Barata Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIK Visi dan Misi Kementerian Kominfo VISI Terwujudnya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RENCANA KINERJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 216 (59) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (4) DITJEN APLIKASI INFORMATIKA (664262) DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA (1) DKI JAKARTA (51) KOTA JAKARTA PUSAT ALOKASI ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Analisis 3.1.1 DITJEN APTIKA KEMKOMINFO DITJEN APTIKA KEMKOMINFO adalah sebuah bagian dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang merupakan unsur

Lebih terperinci

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2015 2019 SEKRETARIS JENDERAL

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DITJEN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013

LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013 LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN 1. Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 1998 tentang Pengusulan,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan LAPORAN... KINERJA BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN,

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2014 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

Lebih terperinci

FORMULIR 2 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2017 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN KEUANGAN 2. Sasaran Strategis K/L : 1.Terjaganya Kesinambungan Fiskal 3. Program : Program

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika No.652, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. ICT-Fund. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 21/PER/M.KOMINFO/10/2011

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PANGGILAN TUNGGAL DARURAT

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PANGGILAN TUNGGAL DARURAT RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PANGGILAN TUNGGAL DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Sekretariat Negara Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PER/M.KOMINFO/10/2011 TENTANG PEMANFAATAN PEMBIAYAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (ICT FUND) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAREPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAREPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jakarta, 23 Agustus 2017 SUSUNAN PAPARAN 1. DASAR REGULASI 2. JENIS LAYANAN 3. SISTEM YANG DIGUNAKAN 4. HASIL CAPAIAN 5. PROGRES PERBAIKAN 2 DASAR

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR : SP DIPA-041.01-0/2015 A. DASAR HUKUM : 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan suatu kebutuhan guna mendukung kegiatan organisasi termasuk di lingkungan pemerintahan dalam pencapaian tujuannya.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung tahun 2015 disusun sebagai bentuk perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja dalam mencapai sasaran strategis

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07 /PER/M.KOMINFO/01/2009 TENTANG PENATAAN PITA FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN LAYANAN PITA LEBAR

Lebih terperinci

PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK

PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK RAKORNAS KOMINFO, 8 JUNI 2015 Tema: Tantangan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Sebagai Pelaksana GPR yang menjalankan perannya dalam edukasi publik,

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PENERAPAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MADIUN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DISKOMINFO

PENERAPAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MADIUN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DISKOMINFO PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MADIUN GAMBARAN UMUM DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Madiun

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA. Penagihan. Pemungutan. PNBP.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA. Penagihan. Pemungutan. PNBP. No.731, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA. Penagihan. Pemungutan. PNBP. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PER/M.KOMINFO/12/2010

Lebih terperinci

Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik

Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik 2015-2019 1 Disusun oleh Bagian Perencanaan Program dan Pelaporan Setditjen IKP 2 BAGAN REVISI RENSTRA IKP 2015-2019 DAFTAR ISI: Daftar Isi......

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan jumlah,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

Laporan Kinerja /LKj 2015 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja /LKj 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) adalah penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan aspek akuntanbilitas, transparansi dan partisipatif

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR REKAM JEJAK 2017 PUSTEKKOM KATA PENGANTAR IKHTISAR EKSEKUTIF

DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR REKAM JEJAK 2017 PUSTEKKOM KATA PENGANTAR IKHTISAR EKSEKUTIF Daftar Isi DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR GRAFIK DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR REKAM JEJAK 2017 PUSTEKKOM KATA PENGANTAR IKHTISAR EKSEKUTIF i ii iii iv v v vi viii x BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengawasan Intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sebagai pelaksana pengawasan

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASIBIROKRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASIBIROKRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASIBIROKRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 2\

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian

BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN. Keberadaan Departemen Komunikasi dan Informatika (DepKementrian BAB 3 GAMBARAN UMUM SISTEM INFORMASI YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran umum organisasi Gambaran organisasi mengenai latar belakang, visi dan misi, yang diperoleh pada saat wawancara tanggal 07 November

Lebih terperinci

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2. VISI : 3. MISI : 4. Sasaran Strategis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DINAMIKA KOMUNIKASI PUBLIK PEMERINTAH DAN MASYARAKAT Kondisi

Lebih terperinci

Bagian Kelima Belas DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pasal 446

Bagian Kelima Belas DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pasal 446 Bagian Kelima Belas DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Pasal 446 (1) Dinas Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan desentralisasi, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 I. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika *) Kegiatan Prioritas Nasional: 1.1 Perencanaan dan Rekayasa Alokasi Spektrum Frekuensi MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

Lebih terperinci