Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik"

Transkripsi

1 Draft Revisi Renstra Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik

2 Disusun oleh Bagian Perencanaan Program dan Pelaporan Setditjen IKP 2

3 BAGAN REVISI RENSTRA IKP DAFTAR ISI: Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Permasalahan & Tujuan BAB 2 STRUKTUR ORGANISASI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1. Struktur Organisasi Visi Misi Tujuan Sasaran Stregis BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI 3.1. Arah Kebijakan Strategi Kerangka Regulasi BAB 4 TARGET KINERJA BAB 5 PENUTUP LAMPIRAN

4 BAB I PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Sejalan dengan perkembangan teknologi, peran komunikasi publik menjadi semakin dominan dalam usaha mencerdaskan dan memberdayakan masyarakat, membentuk opini publik, serta menjalankan fungsi-fungsi demokrasi dalam bernegara. Kegiatan komunikasi massa yang dilakukan untuk penyebaran informasi melalui berbagai media berbasis teknologi informasi diyakini dapat menjalin keterhubungan antar elemen masyarakat. Dalam sistem demokrasi, peran strategis komunikasi dan informatika adalah menyerap informasi yang berkembang di masyarakat, mengolah dan menyebarkan informasi tersebut kembali ke masyarakat dalam bentuk informasi yang faktual dan berimbang. Hal ini merupakan prasyarat bagi bangsa dalam meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat untuk iklim demokrasi yang sehat. Kemajuan sistem komunikasi dan informatika dan meningkatnya kemampuan masyarakat dalam menarik kesimpulan dari informasi akan mendorong partisipasi aktif masyarakat pada setiap proses demokrasi, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kerangka pendapat umum untuk menentukan masa depan bangsa. Dalam kurun waktu , Kementerian Komunikasi dan Informatika secara konsisten terus melaksanakan strategi dan kebijakan pembangunan yang telah direncanakan sesuai dengan Visi dan Misi yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun yaitu Terwujudnya Indonesia Informatif Menuju Masyarakat Sejahtera Melalui Pembangunan Kominfo Berkelanjutan yang Merakyat dan Ramah Lingkungan dalam Kerangka NKRI. Dalam upaya mencapai visi, Kementerian Komunikasi dan Informatika diantaranya mencanangkan Program Informasi dan Komunikasi Publik sebagai salah satu program prioritas dengan meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar menuju terbentuknya Indonesia informatif dalam kerangka NKRI, serta mendorong peningkatan tayangan dan informasi edukatif untuk mendukung pembangunan karakter bangsa. Ketersediaan layanan informasi publik yang berkualitas, serta dapat diakses secara mudah dan cepat merupakan salah satu ciri khas masyarakat informasi yang sejahtera dan memiliki daya saing. Dalam program pengembangan informasi publik, selain sebagai eksekutor, pemerintah juga berfungsi sebagai regulator yang memungkinkan bagi pemerintah untuk memperoleh ruang publik yang memadai dalam penyebaran informasi, dana yang cukup untuk menjalankan fungsi penyebaran, pembelajaran, pemberdayaan dan pemerataan informasi kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah melalui regulasi yang dibuatnya diperlukan untuk menjaga ruang privat masyarakat tidak dipergunakan untuk lalu lintas informasi yang tidak dikehendakinya. Sejalan dengan target Millenium Development Goals (MDGs), Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang , Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan , serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen anggaran. Arah pembangunan bidang komunikasi dan informasi bermaksud mengurangi kesenjangan hasil pembangunan dan memberikan kesempatan dan akses yang sama antara masyarakat yang mampu dengan yang kurang mampu secara ekonomis, antara masyarakat berpendidikan dengan yang kurang berpendidikan, maupun antara masyarakat perkotaan dengan pedesaan. Di bidang komunikasi dan informatika, sepanjang tahun telah dilakukan peningkatan layanan informasi publik dalam rangka pelaksanaan sosialisasi kebijakan pemerintah. Selain itu, dilakukan pemanfaatan dan pengembangan media massa dan media komunikasi sosial (media tradisional) untuk mengembangkan akses komunikasi publik melalui pemanfaatan kearifan lokal maupun sinergi antar kelembagaan pemerintah dalam kerangka Government Public Relations. 4

5 Fungsi penyebarluasan informasi diarahkan untuk menyampaikan informasi kebijakan pemerintah secara utuh sehingga masyarakat memahami hasil pembangunan secara menyeluruh. Namun demikian, kemampuan sebagian masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi tidak sama, baik terhadap media berbasis teknologi komunikasi dan informasi dan media konvensional/tradisional. Menghadapi adanya perbedaan masyarakat dalam berinformasi dan berkomunikasi, pemerintah melakukan penyediaan, fasilitasi, dan pengembangan kemitraan dengan semua pihak agar berbagai sumber daya informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat. Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika yang memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang informasi, komunikasi publik, dan hubungan masyarakat pemerintah, berusaha mengembangkan paradigma baru dalam mengembangkan layanan komunikasi dan informasi. Yakni, memberikan perhatian terhadap upaya pemenuhan hak tahu publik, khususnya masyarakat di kawasan yang sulit memperoleh informasi publik, serta mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Upaya-upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra positif penyelenggara negara. Itulah tujuan (goals) Pelayanan Informasi dan Komunikasi Publik atau Government Public Relations. 1.1 Kondisi Informasi Publik Ketersediaan informasi yang mendidik, memberdayakan, mencerahkan, dan menanamkan rasa nasionalisme dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perlu ditingkatkan sehingga masyarakat memperoleh beragam informasi. Jumlah informasi yang mampu memberi kejelasan persoalan, panduan masyarakat bertindak, memberi inspirasi kemajuan publik, dan menebalkan rasa cinta tanah air warga Indonesia kepada NKRI perlu ditingkatkan. Memang, ketersediaan informasi saat ini sangat melimpah seiring dengan perkembangan munculnya sarana komunikasi dan informasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan penyebaran informasi makin luas dan terbuka. Berdasarkan Buku Data Pers Nasional 2013, saat ini di Indonesia setidaknya terdapat 12 stasiun TV nasional. Lebih dari 991 stasiun radio dan 340 stasiun televisi milik negara dan swasta. Menurut data Dewan Pers, terdapat sekitar 396 media pers cetak dan media siber/online sebanyak 134. Di sisi lain, media massa Indonesia sudah mengalami metamorfosa menjadi sebuah industri yang berorientasi profit. Kepentingan ekonomis ini menguat ketika era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi makin massif dan memungkinkan akses publik sedemikian luas. 5

6 Sumber: Buku Data Pers Nasional 2013 (Dewan Pers) Bisnis media cetak di Indonesia berkembang pesat sejak era reformasi membuat peran media cetak sangat strategis. Berkat kehadiran pemberitaan media, masyarakat menjadi memiliki wawasan luas. Selain itu, media dapat menjalankan fungsi kontrol sosialnya untuk mengawal kerja dan kinerja pemerintahan dan kenegaraan. Sumber: Buku Data Pers Nasional 2013 (Dewan Pers) Perkembangan teknologi informatika dan konvergensinya menuntut segalanya menjadi serba cepat dan instan, tak terkucuali media massa yang harus beradaptasi dengan perkembangan dunia modern. The world at your fingertips, mungkin ungkapan itu sangat sesuai dengan perkembangan dunia online, yang mau tidak mau memaksa pelaku bisnis media massa mengikuti pola pikir konsumen yang mengutamakan kecepatan dan kemudahan akses terhadap informasi. Hal-hal tersebut yang menjadi keunggulan media online, yang lambat laun mendesak eksistensi media tercetak. 6 Sumber: Buku Data Pers Nasional 2013 (Dewan Pers)

7 Televisi saat ini seolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang tinggal di kawasan perkotaan. Selain menjadi sarana hiburan yang murah meriah, televisi juga memanjakan budaya yang berkembang di masyarakat Indonesia yakni budaya menonton. Sumber: diolah dari berbagai sumber Diperkirakan saat ini terdapat 100 juta lebih penonton televisi di Indonesia yang setia menyerap berbagai informasi dan hiburan melalui layar kaca. Bahkan setiap hari, rata-rata setiap keluarga Indonesia menghabiskan waktu antara 5 (lima) sampai 7 (tujuh) jam berada di depan televisi. Menurut data KPI tahun 2013 hampir 40% 0% penonton televisi adalah anak-anak atau usia anak dan mereka juga terbilang kelebihan menonton televisi yakni 35 jam selama seminggu. Ketersediaan konten dan akses media memosisikan peran televisi sebagai penyebar informasi dan ruang pembelajaran bagi publik semakin terbuka lebar. Berita media merupakan produk yang dapat menjadi pengetahuan. Produk media menjadi materi pelajaran publik karena semua orang dapat mengaksesnya sebagai bahan belajar. Hanya saja, kecenderungan komodifikasi konten televisi yang lebih mementingkan komersialisasi dan mengecilkan konten tayangan yang kurang mendidik, mencerahkan, memberdayakan, dan menanamkan rasa nasionalisme. Oleh karena itulah, dari tahun ke tahun, pengaduan masyarakat terhadap tayangan siaran televisi tampak meningkat. Data dari KPI Pusat pada 2013 sebanyak dengan urutan terbanyak pengaduan tentang kaidah jurnalistik sejumlah 1525, SARA 1189, tampilan pria berpakaian dan berperilaku wanita 683, pelecehan 571, kekerasan 388, porno 139, dan norma kesopanan dan kesusilaan 134. Data tersebut menunjukkan bahwa tayangan (informasi) yang disajikan televisi belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemirsanya. Sumber: Laporan KPI Tahun

8 Membuka akses informasi merupakan kewajiban bagi pemerintah. Secara fundamental, sebuah informasi adalah milik publik, bukan milik pemerintah atau badan publik. Dalam pemahaman ini, maka konsensus sosial sebagai penerimaan atas dasar akal sehat (common sense) dan rasionalitas atas posisi suatu isu publik akan menjadi dasar bagi kebijakan publik/negara, baik berupa keputusan maupun tindakan pejabat publik dalam melayani warga masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi yang baik dan efektif mencakup rangkaian proses dari kehidupan warga masyarakat. Komunikasi tersebut biasanya dicirikan dengan adanya fakta publik (public fact), kemudian menjadi masalah publik (public issue) serta dipublikasikan sebagai isu publik. Dengan begitu pejabat menjadi sumber dalam proses pembentukan opini publik, lebih jauh sebagai dasar dari kebijakan publik dalam memberikan pelayanan publik. Muara dari seluruh proses ini adalah pelayanan dan akuntabilitas publik sebagai ciri pemerintahan dalam kehidupan negara atas dasar norma demokrasi.diskusi publik merupakan proses dialektika antara nilai normatif dengan kenyataan empiris kehidupan publik. Wacana tersebut berkembang sehingga nilai normatif menjadi shared values yang bersifat empiris. Shared values sebagai suatu kontrak sosial seluruh warga dalam kehidupan publik, secara sederhana mencakup kesepakatan dan penghayatan rasional tentang apa yang boleh (pantas) dan tidak pantas dilakukan dalam interaksi sosial. Nilai semacam ini akan berada dalam tataran etika sosial. Basis kehidupan warga dalam ruang publik adalah adanya informasi menyangkut fakta publik yang bersifat benar, faktual dan obyektif sehingga dapat terbentuk pendapat publik secara rasional, untuk kemudian warga dapat ambil bagian sebagai stakeholders dalam kehidupan publik. Sementara dalam pergaulan global, khususnya dalam mengatasi berbagai permasalahan global, seperti kebutuhan pangan dan energi, pengurangan kemiskinan, pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), dan dampak perubahan iklim, peran dan keberadaan informasi juga sangat penting. Kiprah Indonesia dalam dunia internasional saat ini diperkuat dengan adanya keterlibatan dalam berbagai lembaga regional maupun internasional seperti ASEAN dan PBB. Selain membutuhkan pengelolaan citra secara positif, berbagai terobosan perlu dilakukan untuk memantapkan posisi Indonesia dalam kancah pergaulan dunia, tanpa harus melupakan warisan informasi dan warisan media. Dalam waktu bersamaan, arus informasi begitu deras tak terbendung. Sekat-sekat negara seolah tidak ada, dan jarak antara pemerintah dengan masyarakat kian tipis. Dalam kondisi seperti ini, pemerintah harus mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakatnya Kondisi Sarana Komunikasi Publik Ribuan pulau dan banyaknya sebaran kawasan perdesaaan menjadi penyebab terjadinya kesenjangan digital dan kesenjangan informasi. Guna mengoptimalkan aksesibilitas masyarakat atas sarana komunikasi, pemerintah berkomitmen mengatasi kesenjangan informasi dengan mempercepat penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan informatika perdesaan melalui Program Universal Service Obligation (USO). 8

9 Pemanfaatan dana operator telekomunikasi untuk penyediaan akses telekomunikasi perdesaan itu, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 15 Tahun Bagan Jaringan Palapa Ring Melalui Proyek Palapa Ring, pemerintah melibatkan swasta dalam pembangunan jaringan serat optik nasional berkapasitas besar yang menjangkau 33 ibukota propinsi dan 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Program USO mempercepat pembangunan akses telekomunikasi dan informasi di kawasan perdesaan. Program yang lebih dikenal sebagai Program Desa Berderingini mencakup desa. Selain itu ada USO berbasis pengembangan akses internet dengan nama Program Desa Pinter yang mencakup kecamatan. Jika jaringan ini telah terbentuk tantangan utamanya adalah bagaimana mengisinya dengan konten yang bermanfaat bagi masyarakat. Sementara di sisi lain, juga memfasilitasi masyarakat agar bisa memanfaatkan dengan bijak dan untuk kebutuhan yang lebih produktif. Di Indonesia sendiri, dari data APJII pada tahun 2013 pengguna internet baik sambungan tetap maupun mobile mencapai 71,19 juta orang, naik 13% dari tahun 2013 sebanyak 63 juta pengguna.saat ini infrastruktur jaringan Internet terus bertambah, makin merata dan terjangkau. Jaringan Fiber Optik Proyek Palapa Ring ditargetkan menghubungkan 50 persen dari 465 kota di Indonesia dengan total kapasitas mencapai 600 Gbps. Sumber: Internet World Stats

10 Memperhatikan profil pengguna Internet di Indonesia, sebagian besar masih didominasi oleh penggunaan E- mail, Instant Messaging dan Social Networking. Sisanya lebih banyak untuk mencari informasi atau berita, menulis blog atau bermain game online. Jadi masih belum banyak yang benar-benar memanfaatkan Internet untuk riset, pemasaran, ataupun peningkatan produktivitas lainnya. Kini adalah era demokrasi digital baru (new digital democracy). Demokrasi digital secara sederhana adalah aktivitas politik yang menggunakan saluran digital, terutama web 2.0, sebagai bentuk partisipasi politik atau penggalangan dukungan publik.transformasi sosial makin nyata ketika media menggulirkan platform baru: multimedia, multiplatform, multichannel. Akibatnya, informasi berjalan cepat-aktual, bersifat global, serentak, dan interaktif. Media elektronik tak lagi terkendala periodisitas. Interaksi melalui jejaring sosial melalui internet telah menjadi gaya hidup bagi sebagian besar pengguna internet. Salah satunya adalah facebook. Saat ini, Indonesia merupakan pengguna facebook nomor 4 di dunia setelah USA, Brazil dan India. Selain facebook, twitter pun menjadi salah satu jejaring sosial yang popular saat ini dengan lebih dari 19, 5 juta pengguna. Selain Twitter, jejaring sosial lain yang dikenal di Indonesia adalah Path dengan jumlah pengguna di Indonesia. Line sebesar 10 juta pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna dan Linkedlin 1 juta pengguna Peningkatan pesat ini salah satunya dipicu penggunaan jejaring sosial melalui telepon seluler. Kondisi ini membawa konsekuensi pada tantangan komunikasi publik pemerintah. Paradigma berkomunikasi yang terjadi di dalam jaringan informasi ini sebaiknya mengikuti pola many-to-many, dan bukan mengikuti pola tradisional one-to-many. Pada pola one-to-many, arus informasi hanya berasal dari satu sumber dan diteruskan ke banyak penerima. Sementara pada pola many-to-many, informasi berasal dari banyak sumber (sekaligus penerima) dan diteruskan ke banyak penerima (yang juga sebagai sumber). Sifat pola many-to-many ini adalah saling memberikan feedback dengan pada tingkatan yang sama. Saat terjadi peristiwa besar, serentak beredar dan membangkitkan interaksi. Karena interaktif, informasi pun sekaligus bermakna komunikasi. Inilah realitas baru informasi: berkat revolusi informasi & komunikasi, sehingga publik menjadi konsumen sekaligus produsen (news maker) informasi. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pula pendekatan komunikasi publik yang tidak hanya sekadar menyebarluaskan informasi saja, melainkan memberi ruang akses kepada publik sekaligus lebih memahami dan merespons aspirasi publik, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.perkembangan media komunitas memiliki peran penting dalam membangun kesadaran publik akan pentingnya informasi dan mendorong terciptanya aliran informasi dua arah Kondisi Kehumasan Pemerintah Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah Masyarakat memandang penting keberadaan bagian hubungan masyarakat (humas) pemerintah. Hal ini terjadi karena humas mengelola beragam kegiatan, peristiwa, atau kasus kejadian yang melibatkan kepentingan masyarakat. 10

11 Sumber: Bakohumas 2013 Kehumasan lembaga pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan dan hasil kerja lembaga. Memberi informasi secara teratur tentang program kerja dan peraturan-peraturan, atau prosedur pelayanan publik yang bisa diakses publik. Secara khusus, tugas utama humas lembaga pemerintah terkait dengan pemberian pengertian kepada publik tentang kebijakan yang berpengaruh terhadap masyarakat luas. Dalam kasus tertentu, humas juga bertugas memantau, mengelola dan memberikan rekomendasi kebijakan komunikasi terkait dengan adanya opini atau isu negatif mengenai kinerja institusi, selain itu juga menyebarluaskan informasi mengenai kebijakan institusi agar mendapatkan dukungan dan partisipasi publik. Persoalan kehumasan pemerintah adalah masalah sharing of information yang belum tertata dengan baik. Praktik kehumasan pemerintah cenderung bersifat satu arah dan kurang proaktif dalam mendekati publik. Di lain pihak, publik merasa belum puas dengan layanan informasi yang dikelola (humas) pemerintah. Dengan demikian, ada kesenjangan antara tuntutan dan harapan masyarakat yang amat tinggi dengan kemampuan humas pemerintah yang terbatas dalam menyediakan informasi atau mengembangan opini publik yang baik. Pembangunan Media Center Daerah Untuk meningkatkan perhatian masyarakat terhadap berbagai permasalahan pembangunan dan kebijakan pemerintah, pemerintah membangun dan mengembangkan Pusat Pelayanan Informasi Publik dan menyediakan sarana akses timbal balik bagi masyarakat dalam wadah Media Center di daerah, tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Dari tahun 2007 hingga 2013 telah terbangun sebanyak 156 Media Center. Sumber: Kemkominfo,

12 Melalui kerjasama antar instansi pemerintah/swasta/lembaga telah dilakukan kerjasama dengan kelembagaan komunikasi dan informasi melalui dana Bantuan Operasional dan Penguatan Media Center yang dimulai sejak tahun Kegiatan komunikasi publik dilakukan untuk penyebaran informasi melalui berbagai media, dengan memanfaatkan teknologi informasi seoptimal mungkin guna menjalin keterhubungan antar elemen masyarakat. Keterlibatan publik menjadi prasarat bagi terwujudnya pemerintahan yang baik good governance. Prinsip dasar yang mengemuka adalah lembaga pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada atasan langsung dan masyarakat dan publik. Pertanggungjawaban ini bisa dalam bentuk transparansi pengelolaan sumberdaya dan penyediaan akses informasi mengenai kegiatan lembaga kepada publik dan masyarakat luas. Pranata Humas Aparat Permerintah Salah satu tantangan dalam bidang komunikasi adalah dukungan layanan informasi dan komunikasi publik, khususnya dalam aspek sumber daya manusia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan dan penyebaran informasi kepadamasyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika memfasilitasi pembinaan dan pengembangan profesi sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak pelayanan informasi. Sejak tahun 2005, sumber daya pelayanan informasi dan kehumasan ditetapkan dalam jabatan fungsional Pranata Hubungan Masyarakat. Pranata Humas berkedudukan sebagai pelaksana teknis dalam melakukan kegiatan informasi dan kehumasan pada instansi pemerintah. Jabatan fungsional itu bersifat terbuka bagi PNS yang bekerja di bidang pelayanan informasi dan kehumasan. Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 109/M.PAN/11/2005. Pasal 4, tugas pokok pranata humas adalah melakukan kegiatan pelayanan informasi dan kehumasan, meliputi perencanaan pelayanan informasi dan kehumasan, pelayanan informasi, hubungan kelembagaan, hubungan personil, dan pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan. Jika dicermati, sejak tahun 2010, jumlah pranata hubungan masyarakat cenderung mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena belum optimalnya pembinaan yang dilakukan pada setiap level kepegawaian, sehingga pejabat fungsional pranata hubungan masyarakat beralih ke jabatan struktural maupun jabatan fungsional lainnya. Tabel. Jumlah Juru Penerang dan Pranata Humas dari tahun ke tahun JUPEN Sebagai instansi Pembina, Kementerian Komunikasi dan Informatika memiliki tugas menetapkan formasi; standar kompetensi; pengusulan tunjangan; melakukan sosialisasi; penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan; penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; pengembangan sistem informasi; 12

13 fasilitasi pelaksanaan jabatan; pembentukan organisasi profesi; penyusunan dan penetapan etika profesi; serta melakukan monitoring dan evaluasi. Oleh karena itu, sejak tahun 2009, Kementerian Komunikasi dan Informatika mendorong optimasi pembinaan dan pengembangan profesi Jabatan Fungsional Pranata Humas. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melakukan revisi peraturan mengenai Jabatan Fungsional Pranata Humas agar lebih adaptif sesuai dengan tantangan zaman.sesuai dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat dan Angka Kreditnya, tugas pokok pranata humas adalah melakukan kegiatan pelayanan informasi dan kehumasan, meliputi perencanaan pelayanan informasi dan kehumasan, pelayanan informasi, pelaksanaan hubungan internal dan eksternal, audit komunikasi kehumasan, dan pengembangan pelayanan informasi dan kehumasan.. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Guna menjamin pelayanan informasi publik, kiranya penting dan sangat mendesak untuk menidaklanjuti amanat dalam undang-undang Keterbukaan Informasi Publik, khususnya Pasal 13, dimana untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana setiap Badan Publik menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. Melalui Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo yang salah satu tupoksinya melaksanakan sosialisasi kebijakan pemerintah berupaya mendorong terbentuknya PPID di badan publik daerah dengan memberikan advokasi terhadap Pemprov, Pemkab/kota yang belum memiliki PPID dengan melaksanakan rapat koordinasi dan advokasi pembentukan PPID. Dengan demikian diharapkan amanat Undang-undang KIP dalam pembentukan PPID dapat terwujud secepatnya. Dalam rangka implementasi UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan PP No.61 tahun 2010 tentang pelaksanaan UU No.14 Tahun 2014, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik telah melaksanakan berbagai kegiatan advokasi maupun sosialiasi UU KIP kepada masyarakat luas. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah: Sosialisasi dengan format dialog interaktif melalui TV/Radio nasional maupun daerah mengenai Keterbukaan Informasi Publik, Pelaksanaan dan FGD Monitoring dan Evaluasi Implementasi UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Rapat Penyusunan Pedoman Pengelolaan Informasi Bagi Pejabat PPID yang menghasilkan dokumen Surat edaran Menteri Kominfo tentang Pedoman Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi bagi Badan Publik Negara. Advokasi pembentukan PPID di di 34 Kementerian (100%), 41 Lembaga Negara Non Kementerian, 29 Provinsi, 167 Kabupaten, dan 59 Kota. Tabel. Rekap Pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi *per Juni 2014 No Lembaga Jumlah Telah Menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Persentase (%) 1 Kementerian ,00% 2 Lembaga Negara/Lembaga Setingkat Menteri/LNS/LPP ,78% 3 Provinsi ,24% 4 Kabupaten ,11% 5 Kota ,20% TOTAL ,84% 13

14 2. Permasalahan dan Tujuan Pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komuikasi, telah mendorong perluasan jaringan akses informasi dan komunikasi dalam lingkup global, sehingga komunikasi antar negara dan lalu lintas informasi menjadi seolah-olah tanpa batas kewilayahan, tanpa batas negara, tanpa batas jarak dan waktu. Perkembangan dan kemajuan tersebut secara mendasar telah mengubah dan mentransformasikan pola hidup dan cara berbisnis, penyelenggaraan industri, perdagangan, pemerintahan dan juga pendidikan untuk peningkatan taraf hidup. Revolusi digital yang berlangsung juga menjanjikan adanya kemudahan dalam melakukan pertukaran informasi, data dan pengetahuan, yang memberikan nuansa baru guna mewujudkan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan (knowledge-based society). Perkembangan pemanfaatan teknologi informasi di tanah air dewasa ini cukup menggembirakan, namun di sisi lain perlu tetap diwaspadai dampak negatifnya karena mempengaruhi cara berpikir (mind set) dan perlilaku bangsa secara keseluruhan. 2.1 Permasalahan a. Informasi Pemerintah Belum Sinergis Informasi pemerintah belum sinergis dan belum memiliki Agenda Setting. Agenda setting kebijakan adalah proses dan mekanisme penetapan jenis informasi tentang hasil kinerja pemerintahan yang penting dan perlu untuk disampaikan kepada masyarakat. Pemilihan isu strategis bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga tersedia alternatif dan pengayaan informasi yang beredar di masyarakat. Mekanisme yang dilakukan untuk mendapatkan isu strategis kebijakan pemerintah (capaian kinerja K/L) vis a vis agenda setting media. Secara internal pemerintahan, informasi lembaga/instansi, baik di Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D), dan pemerintah belum dikelola dengan baik. Karena belum dikelola dengan baik, maka belum ada agenda setting (pembentukan agenda) versi pemerintah untuk disampaikan kepada masyarakat/ publik luas dalam maupun luar negeri. Belum adanya agenda setting membuat informasi yang berada di berbagai institusi kementerian dan lembaga tersebut, menemui kendala ketika hendak didiseminasi kepada masyarakat melalui berbagai jaringan diseminasi informasi yang ada, baik melalui jaringan kehumasan pemerintah, media cetak, media penyiaran, media publik, media center, dan kemitraan komunikasi. Ini karena, jaringan diseminasi informasi memerlukan paket-paket informasi yang telah diolah dan dikemas sesuai dengan karakteristik simpul-simpul diseminasi informasi sehingga dapat mudah diterima masyarakat/publik. b. Akses Informasi Terbatas dan Tak Terkoordinir Belum terjalinnya sebuah mekanisme kerjasama dan dukungan lalu lintas informasi antar lembaga kehumasan pemerintah yang ada, sehingga mempengaruhi kelancaran proses penyebarluasan informasi publik. 14

15 Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah cenderung menimbulkan persepsi yang beragam mengenai kebutuhan atas lembaga komunikasi dan informasi. Bentuk dan fungsi institusi/lembaga pemerintah di bidang komunikasi dan informasi yang ada di daerah cenderung tidak memiliki standar yang sama. Ada yang berbentuk biro, bagian, badan, atau dinas. Kondisi ini juga mengakibatkan hubungan koordinasi antara aktivitas kehumasan pemerintah pusat dan daerah tidak berjalan sinergis dan optimal terutama dalam pelaksanaan diseminasi informasi nasional. Dalam konteks penyebaran dan pemerataan informasi publik ke seluruh lapisan masyarakat dibutuhkan sebuah aktivitas pelancaran arus informasi publik yang ditunjang oleh adanya jaringan komunikasi dan koordinasi antar lembaga-lembaga pemerintahan di pusat dan daerah dalam penyediaan dan pelayanan informasi publik, serta terciptanya program-program komunikasi yang konvergen dan sirkular antara lembaga publik dengan masyarakat. Kehadiran UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, juga menjadi acuan ke arah pengembangan layanan dan sinergitas baik dengan pemerintah pusat maupun daerah. Namun demikian, pelaksanaan diseminasi informasi pemerintah masih lemah karena belum mantapnya koordinasi dan sinergi pelaksanaan diseminasi informasi penyelenggaraan negara, pemerintahan dan kemasyarakatan, antar pemerintah, dan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebutuhan sinergi layanan informasi perlu dilakukan dalam bentuk pelayanan informasi publik dengan mengembangkan jejaring kerjasama penyebarluasan informasi publik bersama instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kelembagaan komunitas dan sosial serta media massa. Hal ini tentu membutuhkan sebuah sinergi antarlini instansi pemerintah, tak hanya yang bersifat vertikal saja. Namun harus turut merambah lini horizontal, menyatukan pola informasi instansi pusat dan daerah. c. Apriori Terhadap Kinerja Pemerintah/Negara Dewasa ini, begitu kuatnya tren penilaian subjektif yang apriopri terhadap kinerja lembaga pemerintahan dan kenegaraan. Pemberitaan media cenderung memberi ruang kepada para tokoh-tokoh atau opiniom maker kalangan yang menilai secara subjektif bahwa kinerja pemerintah atau negara tidak memuaskan. Dengan demikian, masyarakat menerima informasi yang kurang seimbang dan kurang lengkap. Akibat masyarakat kurang memperoleh informasi publik yang komprehensif adalah turunnya tingkat kepercayaan publik terhadap instansi pemerintah dan/atau lembaga kenegaraan. Pemerintah selalu menjadi pihak yang bersalah saat merespon dinamika perkembangan kebijakan publik. Dalam beberapa kasus, pemerintah tampak menjadi juru bantah dalam menghadapi kasuskasus yang berkembang di masyarakat. Dalam posisi seperti itu, niscaya pemerintah sulit memperoleh legitimasi dari masyarakat dalam melaksanakan kebijakan publik yang dipersoallan. Akibat lebih jauh, kebijakan publik menjadi tidak efektif, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya, sebab berjalan tanpa partisipasi publik berupa feed-back. Fungsi komunikasi pemerintah menyampaikan informasi secara utuh sehingga masyarakat memahami problem pembangunan menjadi buntu. Saluran komunikasi menjadi tidak lancar dan informasi yang diterima oleh masyarakat menjadi bias. 15

16 Tantangan terbesar pelayanan informasi dan komunikasi publik adalah pengemasan agenda setting dan kelancaran diseminasinya kepada masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk memberi umpan balik dalam proses pembuatan kebijakan publik. 2.2 Tujuan Tujuan pelayanan informasi dan komunikasi publik tersebut adalah: a. Pemenuhan Hak Tahu Publik Dalam amandemen UUD 1945, Pasal 28 F ditegaskan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Oleh karena itu, pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun diarahkan untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Salah satu prioritas pembangunan adalah peningkatan kualitas demokrasi yang bisa diupayakan melalui peningkatan layanan informasi dan komunikasi. Setiap lembaga negara berkewajiban memberikan layanan informasi bagi setiap warga negara agar dapat mengakses, memanfaatkan, dan berbagi informasi, yang memungkinkan tiap individu, komunitas, dan masyarakat, untuk mengembangkan potensi dan kualitas hidup agar lebih baik. Salah satu hal mendasar yang perlu terus dilakukan pemerintah adalah memberi kesempatan pengaksesan informasi secara terbuka (berkualitas) sebagai upaya pemerintah menunaikan hak publik. Pada posisi demikian, pemerintah mengambil peran utama dalam proses penyediaan informasi masyarakatnya dengan jalan merancang program komunikasi yang bisa memenuhi kebutuhan publik dan mengajak masyarakat untuk melek informasi (well-informed). b. Mengakomodasi Aspirasi Masyarakat Partisipasi publik menjadi prasyarat bagi terwujudnya pemerintahan yang baik. Agar keterlibatan publik bisa berlangsung optimal dibutuhkan saluran komunikasi yang transparan. Oleh karena itu, setiap lembaga negara wajib menyediakan jaringan akses informasi dan komunikasi publik agar masyarakat memiliki kesempatan mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan, program dan kegiatan lembaga negara. Semua itu dilakukan pemerintah dalam kerangka mewadahi atau mengakomodasi aspirasi publik yang berkembang sebagai bentuk dari partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Proses pembuatan publik tidak hanya didekati dari perspektif top down (dari pemerintah/negara ke masyarakat) tapi juga dari perspektif bottom up, dari masyarakat ke pemerintah/negara. Dengan demikian, proses demokratisasi dapat berjalan dengan baik melalui dalam bidang informasi dan komunikasi. 16

17 c. Meningkatkan Citra Positif Lembaga Penyelenggara Negara Citra positif atau legitimasi lembaga pemerintah/lembaga negara merupakan legitimasi atau pengakuan masyarakat atas kinerja pemerintah/negara. Kinerja positif ini merupakan buah dari kebijakan pemerintah/negara yang memuaskan publik akan kebutuhan informasi dan komunikasi. Terutama, informasi publik yang dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup sehari-hari. Selain itu, citra positif lembaga penyelenggara negara di mata masyarakat merupakan hasil dari kinerja pengelola pemerintah/negara yang mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam berinformasi dan berkomunikasi. Informasi publik yang cepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan (speed, accuracy, accountable) serta dapat diakses dengan mudah dan murah merupakan karakter kebutuhan utama masyarakat akan informasi. Kondisi tersebut mensyaratkan lembaga penyelenggara negara/pemerintahan yang mampu mengelola informasi dan komunikasi publik yang handal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 17

18 BAB 2 STRUKTUR ORGANISASI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 2.1 Struktur Organisasi DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN LAPORAN BAGIAN HUKUM DAN KERJASAMA BAGIAN KEUANGAN BAGIAN UMUM DAN ORGANISASI DIREKTORAT KOMUNIKASI PUBLIK DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PENYEDIAAN INFORMASI DIREKTORAT PENGELOLAAN MEDIA PUBLIK DIREKTORAT KEMITRAAN KOMUNIKASI DIREKTORAT LAYANAN INFORMASI INTERNASIONAL SUBBAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN TATA USAHA SUBDIREKTORAT TATA KELOLA KOMUNIKASI PUBLIK SUBDIREKTORAT INFORMASI POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN SUBDIREKTORAT MEDIA CETAK SUBDIREKTORAT KEMITRAAN PEMERINTAH DAN LEMBAGA NEGARA SUBDIREKTORAT LAYANAN I NFORMASI MEDIA ASING SUBDIREKTORAT PENGELOLAAN OPINI PUBLIK SUBDIREKTORAT INFORMASI PEREKONOMIAN SUBDIREKTORAT MEDIA ONLINE SUBDIREKTORAT KEMITRAAN MEDIA DAN DUNIA USAHA SUBDIREKTORAT LAYANAN INFORMASI PERWAKILAN NEGARA ASING DAN LEMBAGA INTERNASIONAL SUBDIREKTORAT LAYANAN KOMUNIKASI PUBLIK SUBDIREKTORAT INFORMASI KESEJAHTERAAN RAKYAT SUBDIREKTORAT MEDIA PAMERAN DAN LUAR RUANG SUBDIREKTORAT KEMITRAAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DAN PROFESI SUBDIREKTORAT LAYANAN INFORMASI MASYARAKAT LUAR NEGERI MUSEUM PENERANGAN MONUMEN PERS Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang informasi, komunikasi publik, dan hubungan masyarakat pemerintah. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI No.1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik menyelenggarakan fungsi: 1) perumusan kebijakan di bidang pengelolaan dan penyebaran informasi publik, peningkatan peran media publik, serta pengembangan lembaga informasi dan kehumasan pemerintah; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan dan penyebaran informasi publik, peningkatan peran media publik, serta pengembangan lembaga informasi dan kehumasan pemerintah; 18

19 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan dan penyebaran informasi publik, peningkatan peran media publik, serta pengembangan lembaga informasi dan kehumasan pemerintah; 4) pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan dan penyebaran informasi publik, peningkatan peran media publik, serta pengembangan lembaga informasi dan kehumasan pemerintah; 5) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan dan penyebaran informasi publik, peningkatan peran media publik, serta pengembangan lembaga informasi dan kehumasan pemerintah; 6) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Rencana Strategis (Renstra) Kemenkominfo Tahun disusun dengan berpedoman kepada RPJPN Tahun dan RPJMN Tahun Renstra Kemenkominfo Tahun adalah pedoman untuk arah pembangunan di bidang komunikasi dan informatika. Pembangunan bidang komunikasi dan informatika dalam periode diprioritaskan kepada upaya mendukung pencapaian kedaulatan pangan, kecukupan energi, pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan, pembangunan infrastruktur, percepatan pembangunan daerah perbatasan, dan peningkatan sektor pariwisata dan industri, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia dan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mendukung pencapaian Agenda Prioritas RPJMN , Kemenkominfo menggulirkan koridor penyusunan program kerja terpilih untuk Renstra Koridor penyusunan Renstra dibatasi oleh janji Trisakti dan Nawa Cita. 2.2 Visi Kementerian Visi Kemenkominfo untuk tahun , mengacu kepada visi dan misi pembangunan nasional tahun sebagaimana tercantum dalam RPJMN yakni Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Visi digunakan sebagai arahan kepada semua jajaran Kemenkominfo dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kemenkominfo diharapkan dapat memberikan kontribusi melalui upaya mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan, mandiri, dan berdaya saing tinggi melalui pemanfaatan TIK 2.3 MISI KEMENTERIAN Dalam upaya mencapai visi pembangunan tersebut, melalui misi pembangunan nasional, yaitu : Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara kepulauan; Mewujudkan masyarakat maju berkesinambungan dan demokrastis berlandaskan negara hukum; 19

20 Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara maritime; Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi maju dan sejahtera; Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; dan Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang mandiri, maju kuat dan berbasisi kepentingan nasional; serta Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 2.4 Tujuan Kementerian Sementara itu, tujuan Kemenkominfo antara lain: 1. Mengelola sumber daya spektrum frekuensi radio secara optimal; 2. Mewujudkan tata kelola komunikasi dan informatika yang sehat, efisien dan aman; 3. Meningkatkan efisiensi industri komunikasi dan informatika; 4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi; 5. Menciptakan sumber daya TIK yang unggul, produktif dan berdaya saing; 6. Meningkatkan partisipasi publik terhadap pengambilan kebijakan publik;dan 7. Menyediakan dukungan TIK dalam rangka pencapaian fokus pembangunan pemerintah Indonesia. 2.5 Sasaran Strategis Kementerian Adapun Sasaran Strategis Pembangunan Komunikasi dan Informatika tahun disusun dengan 4 fokus utama yakni: 1. Kemenkominfo sebagai pendukung dari fokus pembangunan pemerintah di bidang pangan, maritim, energi, pariwisata, industri, infrastruktur, sumber daya manusia dan wilayah perbatasan 2. Kemenkominfo sebagai leading sector di bidang Telekomunikasi, Internet dan Penyiaran 3. Kemenkominfo sebagai regulator yang mengatur kebijakan di bidang Telekomunikasi, internet dan penyiaran 4. Kemenkominfo sebagai bagian dari sistem birokrasi pemerintah yang harus dibenahi dalam rangka memberikan pelayanan publik yang prima. 20

21 Program Utama Kemenkominfo Berdasarkan Nawacita dan Agenda Pembangunan Nasional Tahun 2016 menjadi tahun kedua bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengimplementasikan Renstra Kemkominfo Tahun yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun , yang kemudian direviu dan disusun perubahannya dengan turut mengadopsi tantangan dan masalah strategis terkini. Perubahan atas Renstra Kemkominfo Tahun akhirnya ditetapkan tanggal 2 Desember 2016, dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 21 Tahun Perubahan terhadap sasaran dan indikator dalam Renstra Kemkominfo Tahun antara sebelum dan sesudah perubahan dapat dilihat pada tabel berikut: 21

22 TABEL PERUBAHAN SASARAN DAN INDIKATOR RENSTRA SEBELUM DAN SESUDAH REVISI PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) SS.1 Terwujudnya ketersediaan dan meningkatnya kualitas layanan komunikasi dan informatika untuk mendukung fokus pembangunan pemerintah sebagai wujud kehadiran negara dalam menyatakan kedaulatan dan pemerataan pembangunan PM Kominfo No. 21 Tahun 2016 Perubahan PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) SS.1 Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia IKSS.1 Jumlah pembangunan sarana/tugu Berkode Pos di wilayah perbatasan dan pulau terdepan di Indonesia IKSS.1 Persentase (%) Kab/Kota terhubung jaringan backbone serat optik Nasional (Jumlah Kab/kota: 514) IKSS. 2 Persentase (%) penyelesaian Redesain USO IKSS.2 Persentase (%) Kab/Kota terlayani akses broadband 4G LTE (Jumlah Kab/kota: 514) IKSS. 3 Jumlah BTS yang dibangun di daerah blankspot layanan telekomunikasi (tertinggal, terluar, terpencil) IKSS.3 Persentase (%) desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: Desa) - Desa 3T tanpa sinyal: desa - Desa 3T + Lokpri tanpa sinyal: 433 desa IKSS.4 Jumlah penyediaan akses pitalebar internet IKSS.4 Persentase (%)kawasan perbatasan terlayani jasa akses telekomunikasi (Jumlah kawasan perbatasan: 187 Kecamatan) - Total kecamatan Lokpri berdasarkan Perka BNPP No.1/2015= 187 lokasi prioritas IKSS.5 Persentase (%) tersedianya satelit pitalebar nasional IKSS.5 Persentase (%) harga layanan pita lebar terhadap PDB per kapita IKSS.6 Persentase (%) implementasi digitalisasi penyiaran/analog Switch Off (ASO) IKSS.7 Persentase (%) nelayan dan petani go digital (Jumlah petani + nelayan per Tahun 2013: 28,7 Juta) 22

23 PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) PM Kominfo No. 21 Tahun 2016 Perubahan PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) IKSS.8 IKSS.9 IKSS.10 IKSS.11 IKSS.12 Persentase (%) UMKM go digital (Jumlah UMKM per Tahun 2012: 56 juta) Persentase (%) desa di wilayah perbatasan, daerah tertinggal termasuk lokpri tersedia layanan digital ((Jumlah desa di wilayah tertinggal termasuk lokpri: Desa) - Desa 3T tanpa sinyal: desa - Desa 3T + Lokpri tanpa sinyal: 433 desa Jumlah anak-anak, wanita, disabilitas dan pelajar yang memperoleh literasi TIK Jumlah masyarakat umum yang memperoleh literasi TIK Jumlah angkatan kerja yang tersertifikasi keahlian dan kompetensi sektor TIK SS.2 Tersedianya akses pitalebar nasional, internet dan penyiaran digital yang merata dan terjangkau untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan SS.2 Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia IKSS.1 IKSS.2 Persentase (%) ketersediaan spektrum frekuensi radio untuk mendukung layanan akses bergerak pitalebar Persentase (%) kab/kota yang terhubung jaringan tulang punggung serat optik nasional Palapa Ring IKSS.1 Persentase (%) kepuasan masyarakat terhadap akses dan kualitas informasi publik (Survei Responden/Publik) IKSS.3 Persentase (%) selesainya migrasi sistem penyiaran televisi dari analog ke digital ( IKSS.4 Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan nomor panggilan tunggal darurat nasional (single public emergency number) 23

24 PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) PM Kominfo No. 21 Tahun 2016 Perubahan PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) IKSS.5 IKSS.6 IKSS.7 IKSS.8 IKSS.9 Persentase (%) Kab/Kota yang memiliki infrastruktur pasif telekomunikasi melalui supervisi Kemenkominfo Persentase (%) penetapan dan impelementasi Permen kominfo tentang TKDN 4G LTE Persentase (%) instansi pemerintah yang terintegrasi layanan e- government Nasional Jumlah penyelenggara jaringan telekomunikasi yang mengimplementasikan DNS Nasional Persentase (%) peningkatan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan komunikasi dan informatika (ID-SIRTII dan KAMINFO) SS.3 Terselenggaranya tata kelola Komunikasi dan Informatika yang efisien, berdaya saing, dan aman SS. 3 Terwujudnya tata kelola Kementerian Komunikasi dan Informatika yang bersih, efisien dan efektif IKSS.1 Jumlah dokumen regulasi dan kebijakan bidang telekomunikasi IKSS.1 Opini laporan keuangan IKSS.2 Jumlah Peraturan Menteri terkait Penyelenggaraan National Chief Information Officer (NCIO) IKSS.2 Indeks Reformasi Birokrasi IKSS.3 Jumlah Peraturan Menteri terkait penyelenggaraan sertifikasi elektronik dan penyelenggaraan sertifikasi keandalan IKSS.3 Nilai akuntabilitas kinerja IKSS.4 Jumlah regulasi untuk penyebaran dan pemerataan informasi publik IKSS.5 Jumlah regulasi terkait implementasi Government Publik Relations (GPR) IKSS.6 Jumlah kebijakan terkait diseminasi Kampanye Nasional Revolusi Mental SS. 4 Terciptanya budaya pelayanan, revolusi mental, reformasi birokrasi dan tata kelola - 24

25 PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berintegritas, bersih, efektif, dan efisien IKSS.1 Persentase (%) rekomendasi kebijakan berbasis penelitian/kajian (termasuk studi dampak sosial ekonomi implementasi pitalebar, internet, dan Digitalisasi Penyiaran) PM Kominfo No. 21 Tahun 2016 Perubahan PM Kominfo No. 22 Tahun 2015 (RENSTRA ) Sasaran Strategis (SS) / Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) - - IKSS.2 IKSS.3 IKSS.4 IKSS.5 IKSS.6 IKSS.7 IKSS.9 Jumlah peserta sertifikasi, pelatihan, bimtek, dan ToT SKKNI bagi angkatan kerja muda Jumlah Rancangan Regulasi SKKNI Bidang Kominfo Jumlah peserta bimtek literasi bagi kalangan wanita, anak-anak, dan disabilitas Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika Persentase (%) penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkungan Kemenkominfo Persentase (%) terselesaikannya pelaksanaan kebijakan Change Management Persentase (%) tersedianya sistem dan mekanisme Partisipasi Publik (Planning, design, execution dan monitoring) anggaran dan kebijakan Dari sasaran strategis Kementerian tersebut Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik mendukung terwujudnya sasaran strategis Kementerian nomor 2 yakni Tersedianya akses dan kualitas informasi publik terkait kebijakan dan program prioritas pemerintah yang baik, cepat, tepat dan obyektif kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 25

26 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI 3.1 Arah Kebijakan Merujuk pada kondisi umum dan permasalahan dalam pengelolaan informasi dan komunikasi public serta dalam rangka mewujudkan sasaran strategis Kementerian dan dengan telah diterbitkannya Instruksi Presiden No.9 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Komunikasi Publik dalam rangka menunjang keberhasilan Kabinet Kerja, menyerap aspirasi publik, dan mempercepat penyampaian informasi tentang kebijakan dan program Pemerintah. Pemerintah menunjuk Kemkominfo, dalam hal ini Ditjen IKP untuk: Mengkoordinasikan perencanaan, penyiapan, dan pelaksanaan komunikasi publik terkait kebijakan dan program pemerintah; Melakukan kajian terhadap data dan informasi yang disampaikan kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian; Melakukan media monitoring dan analisis konten media terkait kebijakan dan program pemerintah; Menyusun narasi tunggal terkait dengan kebijakan dan program pemerintah kepada publik sesuai arahan Presiden; Melaksanakan diseminasi dan edukasi terkait kebijakan dan program pemerintah melalui seluruh saluran komunikasi yang tersedia; Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan komunikasi publik; Dapat mengundang dan mengikutsertakan Menteri, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan/atau pihak ain dalam merumuskan materi informasi yang akan dikomunikasikan kepada publik. Dengan adanya Inpres No. 9 Tahun 2015 ini, Ditjen IKP diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsi koordinasi kehumasan pemerintah (Government Public Relation GPR ). Sehingga, penyampaian informasi kepada masyarakat diharapkan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan berkualitas baik. Selain itu, penyusunan narasi tunggal sebagai agenda setting akan memberikan informasi pemerintah yang konsisten, sehingga terdapat informasi yang berimbang terhadap kinerja pemerintah sebagai perimbangan opini yang dibentuk oleh arus pemberitaan media yang cenderung kritis (negatif) terhadap pemerintah. Maraknya berita negatif di berbagai media, serta informasi yang tidak terverifikasi maupun hoax yang beredar secara masif di media sosial di beberapa tahun belakangan ini sering menjadikan situasi yang tidak kondusif di masyarakat. Hal ini tentunya merupakan suatu isu yang harus segera dicari solusinya karena dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas di bidang pengelolaan komunikasi publik, dimana pemerintah setiap saat wajib memonitor isu yang sedang berkembang, menyiapkan respons melalui koordinasi dengan mekanisme yang lebih efektif. 26

27 Berbagai kebijakan pemerintah yang baru terkadang kurang tersampaikan dengan baik kepada masyarakat, dimana penyampaian informasi terkadang terkesan sebagiansebagian dan tidak menyeluruh, sehingga menimbulkan kesimpangsiuran di masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat penyampaian informasi kepada masyarakat, telah dilakukan evaluasi secara berkala yang dilakukan selama tahun Hasil evaluasi menyimpulkan adanya restrukturisasi organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik terkait peranannya sebagai Pengelola Komunikasi Publik Pemerintah. Rencana perubahan struktur yang telah disepakati adalah mengikuti pola sektoral kementerian koordinator, sehingga pembagian direktorat menjadi: 1 (satu) direktorat untuk menjalankan fungsi penyusunan kebijakan dan NSPK, dan 4 (empat) direktorat lainnya menjalankan fungsi taktis dan operasional, yaitu: direktorat polhukam, perekonomian, pembangunan manusia dan kebudayaan dan kemaritiman, sehingga masing-masing direktorat nantinya akan fokus untuk mengurusi isu, program dan kebijakan di sektornya masing-masing. Dalam menjalankan fungsi GPR, saat ini Ditjen IKP telah memiliki alur proses yang dilakukan dengan rutin. Namun demikian, terdapat berbagai tantangan dalam pelaksanaan setiap alurnya, sebagai berikut: 1. DATA DAN INFORMASI Dalam menjalankan peran sesuai Inpres No. 9 Tahun 2015 sebagai koordinator perencanaan, penyiapan, dan pelaksanaan komunikasi publik, diperlukan peran serta dan komitmen dari K/L/D terkait dalam hal pengumpulan data dan analisis informasi. Kegiatan pengumpulan data dan analisis informasi merupakan langkah pertama dalam 27

28 alur proses GPR, di mana informasi dari K/L/D terkait ini digunakan sebagai rujukan utama. Data dan informasi yang valid, tepat waktu, dan berkualitas merupakan langkah awal yang penting untuk menghasilkan keluaran baik berupa narasi tunggal maupun respon lainnya atas opini maupun permasalahan yang berkembang di masyarakat dan menetapkan agenda setting yang diharapkan pemerintah. Sejak tahun 2015, telah ditempatkan Tenaga Humas Pemeritah (THP) pada 34 Kementerian. Tujuan dari penempatan THP ini adalah untuk memperlancar masukan data dan informasi terkait program prioritas pemerintah. Penempatan THP ini cukup membantu kelancaran data dan informasi yang dibutuhkan oleh Kominfo dalam rangka menyusun narasi tunggal baik untuk penyampaian maupun manajemen isu terkait program prioritas pemerintah. Namun demikian, penempatan THP ini direncanakan hanya berdurasi 2 tahun, yakni hingga akhir tahun Setelah masa penempatan THP ini selesai, belum ada mekanisme lain yang direncanakan utnuk menggantikan peran THP dalam memastikan kelancaran informasi dan keikutsertaan K/L/D dalam rangka mendukung Inpres No. 9 Tahun AGENDA SETTING Agenda setting merupakan kegiatan pengelolaan informasi publik pada GPR, yang secara umum terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: Tematik/Generik Program Prioritas: Penyusunan agenda berdasarkan tematik sesuai dengan program prioritas pemerintah; dan Isu Prioritas: Penyusunan agenda berdasarkan analisa isu/opini publik di bidang Polhukam, Perekonomian, Maritim dan Sumberdaya serta Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Dalam pengelolaan isu, terdapat dua pendekatan yaitu: pemberitaan tematik/campaign yang sifatnya adalah ofensif atau pemberitahuan dan pemberitaan secara insidental yang bersifat defensive atau merupakan counter attack atas pemberitaan terkait program pemerintah yang tidak sesuai. Meskipun demikian, tujuan dari kedua agenda setting ini sama, yakni untuk menyiapkan suatu narasi tunggal untuk membentuk persepsi yang sama dan positif pada masyarakat atas program prioritas Pemerintah. Sehingga, informasi yang disebarkan kepada masyarakat harus memenuhi suatu standar kualitas yang baik dan konsisten. 3. KONTEN Produksi konten merupakan penerjemahan atas agenda setting ke dalam jenis informasi yang akan disebarluaskan. Konten atas satu informasi yang sama dapat diterjemahkan menjadi namun tidak terbatas pada briefing notes, siaran pers, infografis, videografis artikel, advertorial, dan sebagainya. Jenis dan kuantitas informasi yang akan dihasilkan pada saat penyusunan konten idealnya akan sangat ditentukan oleh (1) banyaknya objek informasi yang akan disebarluaskan, dan (2) profil dari target penerima informasi. Informasi yang menjadi objek GPR adalah program prioritas pemerintah yang kontennya perlu disesuaikan dengan profil target penerima informasi. Kedua hal ini nantinya akan menentukan 28

29 jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk memenuhi permintaan akan jumlah dan jenis konten yang harus diproduksi. Dengan banyaknya jenis dan jumlah konten yang harus diproduksi, sangat penting untuk tetap mampu menjaga standar dan kualitas, agar informasi yang dihasilkan memiliki mutu yang sama antara satu topik dengan topik lainnya. Saat ini, jenis dan jumlah informasi yang digunakan untuk suatu agenda setting sangat tergantung dari ketersediaan dan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Sehingga, tidak semua agenda dapat memiliki jenis dan jumlah informasi yang sama. Selain itu, saat ini juga belum terdapat suatu standar pemrosesan konten yang dapat memastikan tingkat kualitas yang seragam antar topik yang diangkat. 4. DISEMINASI Kegiatan diseminasi merupakan aktivitas penyebaran informasi yang dilakukan dengan basis komunikasi langsung dan tidak langsung. Namun demikian, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dan negara kepulauan terbesar di dunia, kegiatan diseminasi ini perlu memiliki suatu strategi tersendiri. Hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut berperan dalam membentuk struktur demografi di Indonesia, di mana pembangunan yang belum merata berakibat pada perbedaan akses masyarakat terhadap pendidikan, teknologi, dan informasi. Struktur demografi ini memberi tantangan tersendiri bagi proses diseminasi informasi, yakni bagaimana agar diseminasi informasi mampu menjangkau masyarakat Indonesia dengan struktur demografi yang beragam. Dalam suatu strategi komunikasi, sangat penting untuk mengetahui profil dari target informasi (audience). Struktur demografi yang beragam tadi akan membentuk profil audience yang berbeda pada suatu daerah/komunitas/profesi, dan sebagainya. Dengan mengetahui profil dari audience ini, maka media diseminasi yang akan digunakan untuk penyebaran informasi juga akan disesuaikan. Pemetaan target informasi dan media diseminasi ini bermanfaat agar suatu informasi dapat tersampaikan kepada target yang tepat dengan cepat melalui media yang tepat. Namun demikian, saat ini kemkominfo belum memililki peta profil target diseminasi. Sehingga variasi media komunikasi untuk meningkatkan ketepatan informasi yang disampaikan masih kurang maksimal, terutama untuk variasi media komunikasi dalam rangka penyampaian informasi kepada masyarakat rural, di daerah 3T, dan minim akses TIK. Pelaksanaan diseminasi informasi juga melibatkan jaringan kelembagaan komunikasi, informasi dan kehumasan (KIK), yang secara potensi mencapai 956 lembaga dengan rincian 34 Kementerian, 129 lembaga pemerintah non Kementerian, 34 Pemerintah Provinsi, 420 Pemerintah Kabupaten, 94 Pemerintah Kota, 141 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan 104 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang masing-masing memiliki media/kanal penyebaran informasi seperti website, videotron, dan sebagainya. Banyaknya jenis dan jumlah kanal informasi pemerintah ini memiliki potensi jangkau yang luas, terlebih lagi beberapa kanal-kanal informasi ini juga menjangkau hingga ke daerah-daerah. Pemanfaatan kanal informasi pemerintah secara optimal mampu memberikan efek penyebaran informasi yang masif. Misalnya ketika diterbitkan suatu campaign tetang Tax Amnesty, dan disebarkan melalui seluruh kanal informasi pemerintah secara serentak dan konsisten dalam rentang waktu tertentu, maka akan ada banyak 29

30 masyarakat akan menerima terpaan informasi yang konsisten, sehingga diharapkan akan memunculkan rasa keingintahuan lebih lanjut, hingga menjadi suatu topik pembicaraan di masyarakat, sehingga penyebaran informasi bisa menjadi lebih luas lagi. Namun demikian, fungsi Kemkominfo sebagai kooridinator kehumasan Pemerintah masih belum maksimal karena belum maksimalnya strategi komunikasi yang dimiliki Kemkominfo untuk menyinergikan kekuatan penyebaran informasi di seluruh K/L/D. Hal ini tercermin dari belum seluruh kanal/media informasi yang dimiliki K/L/D digunakan untuk mendukung penyebaran informasi terkait program prioritas pemerintah. 5. MONITORING DAN EVALUASI Fokus kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Inpres No.9 Tahun 2015 adalah melakukan audit komunikasi terhadap apa yang sudah dilaksanakan. Alasan perlunya dilaksanakan audit komunikasi antara lain: (1). mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik (2). membuat diagnosis tentang masalah yang terjadi atau berpotensi dan peluang yang mungkin terbuang. (3). mengevaluasi kebijakan baru atau praktek komunikasi yang terjadi. (4). memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan operasional lain. (5). menyusun anggaran kegiatan komunikasi. (6). menetapkan patok banding. (7). mengukur kemajuan dan perkembangan dengan membandingkan dengan patok banding tadi. (8). mengembangkan atau melakukan restrukturisasi fungsi-fungsi komunikasi. (9). membangun landasan dan latar belakang guna mengembangkan kebijakan dan program komunikasi baru. 3.2 Strategi 1. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kebijakan Komunikasi Nasional Pemerintahan yang demokratis perlu melakukan komunikasi dengan masyarakatnya. Seberapa baik demokrasi berfungsi ditentukan oleh tingkat pengetahuan masyarakatnya dan akses mereka pada informasi fakta, posisi, dan argumen. Keterbukaan, pengetahuan dan dialog membantu menciptakan pengertian dan legitimasi. Perwujudan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat menjadi esensial. Meskipun esensial, komunikasi tidak terjadi begitu saja tanpa intervensi fasilitasi untuk dapat mempertemukan aktor-aktor komunikasi tersebut dan menciptakan kondisi yang ideal antar aktor. Oleh karena itu, pembangunan sistem komunikasi yang mengatur relasi antar aktor komunikasi, utamanya pemerintah dan masyarakat, menjadi penting. Direktorat Komunikasi Publik mengambil peran dalam pembangunan eskosistem system komunikasi beserta penguatan aktor-aktor komunikasi dalam system tersebut agar dapat mewujudkan ekosistem komunikasi yang berkualitas antar aktor tersebut, utamanya pemerintah dan masyarakat. Untuk mewujudkan ekosistem sistem komunikasi tersebut, pendekatan yang diambil dibagi menjadi dua bagian besar yaitu; (1) membangun tata kelola ekosistem komunikasi melalui penyusunan standar dan regulasi yang mengatur peran masingmasing actor dalam sistem; dan (2) meningkatkan kompetensi dan kualitas aktor komunikasi 30

31 pemerintah serta meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan komunikasi yang mengatur peran dirinya. Pembangunan tata kelola melalui penyusunan standar dan regulasi fokus kepada penataan kelembagaan komunikasi pemerintah dan menjaga standar kompetensi pelaku komunikasi publik. Penataan kelembagaan komunikasi pemerintah dilaksanakan untuk menjamin pelaksanaan pelayanan komunikasi kepada masyarakat oleh pemerintah daerah sebagai actor komunikasi terdekat kepada masyarakat. Tipe kelembagaan komunikasi pemerintah diberikan standar (Tipe A, B, dan C) berdasarkan hasil pengukuran intensitas penyelenggaraan urusan pemerintahan atau intensitas fungsi utama penyelenggaraan urusan bidang komunikasi dan informatika. Jenis pelayanan komunikasi oleh lembaga komunikasi pemerintah ini akan diberikan suatu standar yang wajib untuk diikuti sehingga memberikan jaminan pelaksanaan layanan komunikasi kepada masyarakat. Setelah semua standar disusun, tingkat pelayanan dan kepatuhan lembaga komunikasi pemerintah akan diukur dan dievaluasi melalui sebuah indeks komunikasi publik sebagai fungsi pengawasan serta diberikan bimbingan, bila dibutuhkan, dalam memahami peran dan fungsi untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan tata kelola juga fokus kepada usaha untuk menjaga standar kompetensi pelaku komunikasi publik. Standar kompetensi dari setiap pelaku komunikasi publik, baik Pranata Humas maupun pejabat struktural, akan diatur. Untuk menjaga kualitas pranata humas, Direktorat Komunikasi Publik mengarahkan beberapa perubahan standar melalui perubahan butir kegiatan untuk pranata humas, seperti mengarahkan penilaian kinerja beradasarkan tugas jabatan yang mencakup butir kegiatan yang disusun berdasarkan output (by output). Oleh karena itu, Direktorat Komunikasi Publik akan melaksanakan sinkronisasi seluruh regulasi yang berkaitan dengan Jabatan Fungsional Pranata Humas (JFPH) dengan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti prinsip butir kegiatan yang disusun berdasarkan output pada kurun waktu Penyempurnaan regulasi terkait pembinaan Jabatan Fungsional Pranata Humas dalam waktu dekat, adalah sebagai berikut: a. Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 6 tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Humas dan Angka Kreditnya b. Peraturan Menteri Kominfo tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Pranata Humas c. Peraturan Menteri Kominfo tentang Standar Kualifikasi Pendidikan Jabatan Fungsional Pranata Humas d. Standard Operational Procedure pembinaan JFPH di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika Sedangkan, dalam rangka memenuhi visi peningkatan kualitas sumber daya struktural, Direktorat Komunikasi Publik berencana menata ulang jenis kelembagaan komunikasi pemerintah di daerah untuk mendapatkan gambaran kebutuhan daerah yang lebih tepat. Penataan ulang ini termasuk meninjau kembali indikator kelembagaan daerah dan menyiapkan alat ukur indeks untuk mengukur tingkat pelayanan komunikasi publik oleh lembaga-lembaga ini. Selain meregulasi lembaga dan komunikator pemerintah, Direktorat Komunikasi Publik juga mendorong pelaksanaan kebijakan komunikasi yang melibatkan masyarakat dengan intens melakukan kampanye kebijakan komunikasi seperti Undang-undang nomor 14 tahun

32 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). UU KIP menjamin hak warga Negara untuk mendapatkan informasi, namun untuk memastikan UU KIP berhasil mencapai tujuannya, diperlukan peran publik untuk mendorong implementasinya melalui kesadaran bahwa mereka berhak mendapatkan informasi. Membangun ekosistem juga perlu mempertimbangkan actor komunikasi pemerintah di dalamnya. Arah Direktorat Komunikasi Publik dalam membangun ekosisitem komunikasi dalam sudut pandang ini adalah meningkatkan profesionalisme, kompetensi dan kualitas secara keseluruhan komunikator pemerintah dengan tindakan intervensi seperti bimbingan teknis dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi komunikator pemerintah. Dengan kata lain, strategi dibagi menjadi dua strategi besar sebagai berikut: 1. Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi SDM Komunikasi pemerintah 2. Meningkatkan kualitas ekosistem yang mendukung SDM komunikasi pemerintah, seperti lembaga dimana komunikator bernaung, tugas dan fungsi komunikator, maupun dukungan sumber daya untuk meningkatkan kemampuan komunikator pemerintah. 2. Bidang Pengolahan dan Penyediaan Informasi Dalam rangka mendukung implementasi program priortas Kementerian Kominfo, Goverment Public Relation, strategi Direktorat Pengolahan dan Penyediaan informasi fokus pada strategi tersedianya konten informasi publik yang beragam dan berkualitas yang bersifat mendidik, mencerahkan dan memberdayakan. Strategi kebojakan perlu mempertimbangkan beberapa tantangan dalam penolahan dan penyediaan informasi adalah perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap informasi dan era keterbukaan yang menuntut partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Perubahan pola konsumsi masyarkat terhadap informasi menuntut pemerintah untuk dapat mengantisipasi kebutuhan informasi yang semakin cepat, bentuk pengemasan yang menyesuaikan dengan selera masyarkat saat ini dan juga medium yang akan digunakan. Penyajian konten sangat bersifat targeted, yaitu tema sangat menyesuaikan target audience, kemasan konten dan medium yang digunakan. Disatu sisi tuntutan untuk dapat melibatkan masyarakat dalam pembuatan konten menjadi hal yang patut menjadi pertimbangan. Masyarakat yang diberikan ruang untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan konten diharapkan memiliki kepedulian terhadap program-program pemerintah, dan pada akhirnya diharapkan dalam mendukung program-program pemerintah. Dan satu hal terpenting dampak yang diharapkan adalah terbangunnya kesadaran masyarakat untuk dapat menciptakan konten-konten positif bersama pemerintah. Upaya untuk dapat menjawab tantangan tersebut sekaligus menjaga kualitas konten yang diharapkan, diperlukan penetapan target kinerja yang dibutuhkan, memiliki standar kualitas konten, perlunya penyusunan NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) bidang pengolahan dan penyediaan informasi, serta perlu monitoring evaluasi terhadap kinerja program dan kualitas konten. Adapun Arah kebijakan untuk dapat memenuhi target kinerja antaralain; 1. Meningkatkan jumlah dan kualitas konten informasi yang siap pakai untuk dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan disebarkan ke masyarakat 2. Meninggkatkan jumlah dan kualitas dokumen database 3. Terdiseminasinya kebijakan program prioritas pemerintah 32

33 Strategi Kebijakan tersebut tergambarkan dalam struktur bisnis proses sederhana sebagai berikut: Pengelolaan Isu Publik Terselenggaranya Monitoring Isu dan analisis Pengolahan Informasi Publik Terselenggaranya database Penyediaan Informasi Tersedianya Konten siap saji berbasis audience Sasaran pengelolaan isu publik adalah informasi monitoring isu yang berkembang di media online, cetak dan elektronik serta sosial media. Output dari analisis monitoring memiliki standar yang dapat digunakan sebagai salah satu outcome bagi pengolahan informasi dan penyediaan informasi. Pengolahan informasi publik adalah tersedianya database terframing terkait program dan kebijakan pemerintah. Sedangkan sasaran dari penyediaan informasi adalah tersedianya informasi publik yang telah dikelola berdasarkan dabase terframing dan substansi pendukung lainnya. Startegi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas dan kreativitas, konten dikelola melalui berbagai kegiatan antaralain Dashboard Sistem Komunikasi Pemerintah, Nawacita digital Library, Genposting, dan Forum Medeka Barat9. Setiap strategi kegiatan tersebut memiliki beberapa turunan kegiatan lain yang mendukung terciptanya konten-konten program pemerintah yang berkualitas layak untuk didiseminasikan. Dan setiap turunan kegiatan tersebut menyertakan keterlibatan stakeholder pengolahan dan penyediaan informasi. Arah kebijakan untuk menjaga kualitas konten adalah tersedianya standarisai konten. Standarisasi disusun menyesuaikan pada jenis konten, jenis target dan jenis medium yang digunakan. Standarisasi konten yang telah disusun dapat menjadi rujukan awal bahan monitoring dan evaluasi terhadap konten yang ada. Siklus kerja yang terjaga seperti ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan juga kualitas konten yang dihasilkan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap konten-konten positif terkait program dan kebijakan pemerintah. 33

34 3. Bidang Pengelolaan Media Publik Untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat atas Pemerintah dalam menjalankan kebijakannya, maka diperlukan upaya-upaya komunikasi yang tepat sehingga terjalin kepercayaan masyarakat yang menjadi salah satu modal melaksanakan pembangunan, dan menjadi salah satu pijakan dimana akan tercipta kondisi masyarakat yang kondusif, dan pada akhirnya masyarakat akan turut berpartisipasi dalam pembangunan. Namun saat ini masih terdapat kesenjangan akses terhadap informasi antara masyarakat di wilayah tertentu dengan wilayah yang lain, ataupun kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lain. Kondisi geografis dan berbagai kondisi pembangunan yang belum merata menjadi penyebab. Hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab pemerintah dengan kebijakan yang tepat. Kebijakan-kebijakan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik dilandasi semangat untuk menjawab berbagai tantangan komunikasi. Arah kebijakannya adalah Meningkatnya Penyebaran, Pemerataan, Informasi Publik Melalui Media Publik. Kebijakan yang mendorong adanya layanan informasi kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang kurang mendapatkan akses informasi. Sehingga kehadiran negara dalam melayani informasi dapt dirasakan oleh masyarakat. Sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelayanan informasi mutlak diperlukan. Strategi yang dilakukan adalah dengan membentuk jaringan informasi yang dikemas dalam media center. Penyiapan media center dilakukan oleh direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi, dengan membentuk semacam newsroom yang mengelola informasi berbentuk berita dari seluruh kementerian lembaga. Strategi sinergitas pengelolaan informasi dari pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan hibah perangkat media center, berupa perangkat komputer dan alat penunjang pembuatan berita. Pemerintah daerah mengelola media center di daerahnya dengan mengemas pemberitaan di daerahnya dan disuplai juga ke media center di Ditjen IKP, sehingga terjadi pertukaran informasi. Berita-berita inipun menjadi lebih luas jangkauannya karena disebarkan melalui kanal media center yang saling terhubung. Pengelola media center diberikan bimbingan agar memiliki kompetensi yang baik. Peningkatan kompetensi pengelola media center ini mutlak diperlukan agar, kanal/media center yang dikelola bisa menyajika berita yang berkualitas, dan mampu bersaing dengan media-media penyaji berita lainnya. Pemerataan informasi publik juga dilakukan dengan menggunakan media cetak. Pemerataan informasi dan penyebaran informasi terkait kebijakan pemerintah dalam rangka Goverment Public Relations dilakukan dengan dua strategi. Pertama dengan menggunakan media-media cetak yang dikelola swasta yang memiliki pembaca besar, dan mengelola sendiri media cetak yang disebarkan ke wilayah-wilayah yang tidak dijangkau oleh media cetak swasta. Dalam menjangkau masyarakat luas, pemanfaatan media audio visual dan media luar ruang juga akan ditempuh. Penyebaran informasi melalui siaran televisi, radio baik yang dengan jangkauan nasional maupun yang lokal akan dilakukan. TV dan radio di Indonesia saat ini masih menjadi saluran bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Berdasarkan survey yang dilakukan kompas pada Juni 2016, televisi masih menjadi media favorit, dimana 71 persen lebih masyarakat perkotaan menjadikan televisi sebagai sumber informasi yang dipercaya. Untuk menjangkau komunitas atau kelompok masyarakat tertentu juga diperlukan strategi khusus dalam menyebarkan informasi dan melaksanakan komunikasi dalam rangka GPR. Forum tatap muka menjadi salah satu strategi pilihan untuk dilaksanakan. Selain itu model 34

35 pendekatan komunikasi dengan memanfaatkan kesenian pertunjukan daerah tertentu juga dipandang tepat untuk menjangkau kelompok masyarakat, atau wilayang dengan kondisi sosial tertentu. Dengan arah kebijakan dan strategi yang dilaksanakan ini diharapkan akan tercipta pemerataan informasi, terjalin komunikasi, dan masyarakat menaruh kepercayaan kepada pemerintah, dan pada akhirnya Pemerintah memeiliki legitimasi yang kuat untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat. 4. Bidang Pembinaan dan Pengembangan Kemitraan Lembaga Komunikasi Program Penempatan Tenaga Humas Pemerintah Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika khususnya Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Ditjen. IKP) diwajibkan menjalankan fungsi Government Public Relations (GPR) yang meliputi: (1) menyusun Narasi Tunggal, (2) merencanakan, menyiapkan dan mengoordinasikan agenda setting pemerintah dan (3) menyampaikan informasi, kebijakan dan program melalui berbagai saluran komunikasi secara cepat dan tepat untuk mengimbangi arus pemberitaan di media massa. Faktanya, saat ini setiap Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemerintah Daerah (K/L/D) masih berjalan sendiri-sendiri dalam menghadapi publik. Belum optimalnya koordinasi antar K/L/D membutuhkan sebuah terobosan, khususnya terkait faktor sumber daya manusia (SDM), di samping konten dan sistem yang baik. Maka SDM dengan kualifikasi khusus yang disebut dengan Tenaga Humas Pemerintah (THP) perlu dihadirkan di masing-masing K/L/D untuk percepatan komunikasi publik dan kelancaran koordinasi antar K/L/D, serta sebagai kanal diseminasi informasi. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2015, dan tahun 2016 telah terekrut sejumlah 45 THP. Tahun 2017 jumlah THP ditargetkan menjadi 100 THP yang akan disebar atau ditempatkan di seluruh K/L strategis dan beberapa Pemerintah Daerah Provinsi yang termasuk dalam area 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sehingga fungsi GPR dapat berjalan optimal dan informasi pemerintah dapat benar-benar hadir di tengah masyarakat secara benar dan proporsional. Program THP diawali dengan proses rekrutmen yang dilakukan oleh sejumlah orang terpilih sebagai tim panitia seleksi yang akan dibentuk khusus. Selanjutnya berkoordinasi dengan Kementerian PAN & RB akan ditentukan kandidat akhir THP yang terpilih untuk kemudian akan diberikan pembekalan sebelum akhirnya ditempatkan di masing-masing K/L/D penempatan dan melaksanakan tugasnya. Tugas atau pekerjaan THP melingkupi antara lain pengelolaan media baik media internal maupun media sosial, pengelolaan komunikasi mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan program strategis lembaga, pengelolaan isu strategis lembaga termasuk di dalamnya manajemen krisis, koordinasi komunikasi dari Menteri ke stakeholders internal maupun eksternal, hingga dukungan terhadap aktivitas Menteri terkait kebutuhan komunikasinya dengan pekerja media. 35

36 Integrasi Kanal Pemerintah Integrasi pengelolaan kanal/media informasi dilakukan terhadap media/kanal informasi yang dimiliki oleh K/L/D dan komunitas informasi untuk menunjang pelaksanaan diseminasi informasi yang berada di bawah koordinasi Kemekominfo. Pengelolaan terintegrasi tersebut akan dilakukan oleh channel manager di Kemenkominfo. Ruang lingkup dari pelaksanaan proyek ini adalah pengelolaan pemanfaatan kanal informasi di 175 Pemda dari total 565 Kabupaten/Kota dan 89 K/L di tahun pertama pelaksanaan proyek. Indikator pencapaian dari proyek ini adalah tercapainya target pemanfaatan kanal/media informasi yang dimiliki oleh K/L/D. Pelaksanaan integrasi pengelolaan kanal/media informasi (channel) nasional dilakukan sepenuhnya oleh Kemkominfo sebagai Channel Manager. Pengelolaan channel dilakukan dengan mengkategorisasikan channel berdasarkan jenis kanal/media informasi yang terdapat di K/L/D yaitu online, siar, below-the-line, through-the-line. Channel manager akan ditunjuk dari internal Kemkominfo dan bertanggung jawab atas pengelolaan masing-masing channel. Kolaborasi Komunikator Pemerintah (Juru Penerang Daerah 3T dan Perbatasan) Kolaborasi Tenaga komunikasi pemerintah (komunikator pemerintah) di tingkat grassroot dibutuhkan untuk diseminasi informasi kepada masyarakat secara langsung berjalan efektif dan tidak tumpang tindih. Juru Penerang aka ditempatkan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) dan Perbatasan mengingat daerah tersebut dianggap masih minim teknologi dan memerlukan pendekatan dalam bentuk lain untuk dapat menerima informasi. Ruang lingkup dari proyek penyediaan juru penerang adalah 222 kecamatan di 4 propinsi 3T. Proyek tersebut dapat dinyatakan mencapai target apabila terjadi peningkatan pemahaman masyarakat daerah tersebut atas program prioritas dan kebijakan pemerintah. Juru penerang sebagai salah satu media diseminasi khusus daerah rural dalam kategori 3T. Ada 2 (dua) pendekatan dalam implementasi yaitu 1). Konsolidasi fungsi penyuluh yang dimiliki oleh K/L dengan mekanisme kerjasama fungsional. 2). Merekrut 100 Juru penerang sebagai piloting project ditahun pertama. Juru penerang beradal dari masyarakat lokal yang berpengaruh (influencer), Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dan penunjukan lain. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan melingkupi : konsolidasi dan kerjasama antar K/L yang memiliki fungsi penyuluh, identifikasi daerah yang membutuhkan juru penerang, penentuan kriteria juru penerang sebagai basis rekrutmen dan penyusunan mobile application (apps) pendukung juru penerang. 5. Bidang Pengembangan Kemitraan Pelayanan Informasi Internasional Di era persaingan global yang begitu kompetitif, citra positif memiliki peran amat strategis dalam memajukan kehidupan suatu negara. Dunia internasional akan menaruh kepercayaan pada negara-negara yang dianggap memiliki stabilitas di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Rasa aman dan nyaman yang diperlihatkan sebuah negara menjadi jaminan tidak tertulis bagi masyarakat dunia untuk melakukan kerja sama di berbagai bidang, termasuk berinvestasi, membeli saham, menjalin kerja sama dagang, hingga menjalin hubungan diplomatik. Melihat hal tersebut, beberapa startegi akan dilakukan oleh Direktorat Layanan Informasi Internasional untuk meningkatkan citra positif Indonesia di mata internasional. 36

37 Pertama dengan melakukan Diplomasi Publik (second track diplomacy) yang tidak hanya melibatkan pemerintah tetapi juga individu-individu masyarakat, masyarakat usaha, masyarakat profesional, kelompok keagamaan, lembaga donor, seniman, olahragawan, maupun organisasi non pemerintah lainnya. Kegiatan layanan informasi internasional juga melibatkan kemitraan dengan perwakilan negara asing, lembaga internasional serta media asing dalam rangka pencitraan positif Indonesia. Peran diplomasi semakin signifikan dalam pembentukan citra positif sebuah negara di tengah hubungan masyarakat internasional yang semakin terbuka. Opini publik yang terbangun dan berkembang dalam dunia politik internasional memiliki pengaruh besar dalam pembuatan berbagai kebijakan luar negeri suatu negara. Oleh karena itu, hubungan Internasional tidak lagi hanya dilihat sebagai hubungan antar negara, tetapi juga meliputi hubungan antar masyarakat global. Kedua adalah dengan menyediakan informasi tentang berbagai kebijakan dan kemajuan Indonesia. Dengan semakin majunya teknologi dan informasi, peristiwa yang terjadi di Indonesia dapat langsung secara real time disebarluaskan ke seluruh pelosok negeri bahkan ke seluruh dunia tanpa batas waktu dan batas wilayah. Terlebih saat ini, perkembangan media Sosial (Social Media) juga tumbuh sangat pesat baik dari sisi pengguna maupun dari sisi pemanfaatanya sehinga media sosial merupakan media yang juga cukup ampuh untuk penyebaran informasi. Publikasi konten Indonesia berbahasa asing baik melalui buku, booklet, advertorial dan media tercetak lainnya dipandang perlu untuk menjawab tantangan yang kemudian dihadapi oleh Indonesia dalam mengubah persepsi dan opini negatif tentang Indonesia. Perubahan persepsi dan opini tersebut dapat terbentuk dari supply informasi yang benar dan akurat yang diterima oleh masyarakat internasional. Informasi mengenai kondisi dan potensi Indonesia di bidang ekonomi, penegakkan hukum, kemaritiman, kepariwisataan, politik dan keamanan, sosial dan budaya. Oleh sebab itu Informasi yang berimbang merupakan hal yang patut dilakukan untuk membangun Pentingnya Membangun Citra Positif untuk Indonesia. Publikasi ini tidak hanya dilakukan di dalam negeri tetapi juga dilakukan di luar negeri. Ketiga, salah satu sektor yang saat ini menjadi prioritas adalah kemaritiman. Publikasi, kampanye serta diseminasi informasi tentang kemajuan kemaritiman Indonesia dipandang perlu untuk mengubah persepsi dan opini serta memberitahukan khalayak baik internal dan eksternal mengenai kondisi dan potensi kemaritiman Indonesia. Perubahan persepsi dan opini tersebut dapat terbentuk dari supply informasi yang benar dan akurat yang diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, informasi yang berimbang merupakan hal yang patut dilakukan, idealnya pemberitaan maupun informasi positif harus lebih banyak daripada pemberitaan pemberitaan maupun informasi yang negatif atau minimal sama, sehingga terciptanya keseimbangan informasi dimasyarakat. Publikasi, kampanye serta diseminasi oleh Direktorat Layanan Informasi Internasional dilakukan melalui berbagai platform seperti kegiatan tatap muka, media luar ruang, dialog interaktif televisi dan radio, advertorial media cetak maupun kampanye di media sosial. 6. Diseminasi Informasi Sektoral dan Kampanye Isu Prioritas Pemerintah Pelaksanaan penyebarluasan informasi mengenai informasi kebijakan dan program prioritas pemerintah. Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh sumberdaya komunikasi pemerintah. Seluruh informasi kebijakan dan program prioritas itu dapat diakses setiap saat 37

38 dan perlu diketahui oleh masyarakat sebagai penerima manfaat. Penyebaran informasi dilakukan dengan ruang lingkup (coverage) 34 propinsi di Indonesia. Indikator pencapaian dari proyek ini adalah masyarakat dapat mengakses dan mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia terkait kebijakan dan program prioritas pembangunan. Proyek ini merupakan kegiatan utama fungsi GPR dalam rangka memastikan informasi mengenai kebijakan pemerintah diterima masyarakat secara tepat, cepat, dan berkualitas baik. Proyek dilakukan dengan mengacu pada agenda setting tematik yaitu diseminasi informasi bertemakan kebijakan-kebijakan yang diterbitkan oleh sektor terkait fokus pembangunan Indonesia dengan konten yang disesuaikan dengan daerah yang dituju serta profil target audience pada daerah tersebut. Terkait kanal/media informasi yang akan digunakan dalam mendiseminasikan kebijakan pemerintahan di sektor prioritas tersebut, pemilihan akan disesuaikan dengan kanal/media informasi yang terdapat pada daerah target diseminasi dengan memanfaatkan kanal/media informasi yang dimiliki oleh K/L/D setempat dan dapat dilakukan secara above-the-line, below-the-line, through-the-line, atau diseminasi berbasis partnership. Pelaksanaan diseminasi dilakukan parallel dengan penyelesaian peta profil target audience, media, dan program prioritas dan kebijakan pemerintah. Prinsipnya adalah pemerataan informasi. Kampanye merupakan kegiatan komunikasi dengan target khalayak tertentu mengenai isu prioritas di bidang Polhukam, Perekonomian, Maritim dan Sumberdaya, dan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Dalam kampanye, kegiatan komunikasi dirancang dengan pendekatan strategi dan taktik tertentu dengan kegiatan komunikasi melalui media above the line, through the line dan below the line secara terencana dan terukur hasilnya. Dengan kampanye diharapkan adanya peningkatan pemahaman khalayak target kampanye mengenai isu prioritas yang disampaikan. Ruang lingkup dari kampaye adalah penetapan target khalayak sesuai dengan isu yang dipetakan di bidang Polhukam, Perekonomian, Maritim dan Sumberdaya, dan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, penetapan strategi dan taktik, pelaksanaan kampanye dan evaluasi hasil kampanye. Kampanye dirancang mengacu pada strategi komunikasi untuk mengomunikasikan Isu Strategis Polhukam, Perekonomian, Maritim dan PMK. Pelaksanaan proyek ini juga mengacu pada peta profil target audience, media, dan program prioritas dan kebijakan pemerintah sebagai panduan dalam menentukan media dan program yang tepat untuk target audience yang ditetapkan. Konten informasi disesuaikan dengan target audience dan kanal/media informasi yang paling tepat untuk daerah target diseminasi. Informasi akan disebarkan secara tepat, cepat, dan berkualitas baik dengan tetap mengacu pada agenda setting yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan ini Kemkominfo bertindak sebagai koordinator dari pelaksanaan kampanye yang dilakukan bersama dengan K/L pemilik program prioritas tersebut serta K/L/D yang lain dalam kegiatan komunikasi yang terintegrasi. 38

39 3.3 Kerangka Regulasi Dalam rentang waktu Kementerian Kominfo akan menyusun beberapa regulasi, yaitu: 1. RUU tentang Prubahan UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE); 2. RUU tentang Radio Televisi Republik Indonesia (RTRI); 3. RUU tentang Perubahan UU Nomor 32 Tahun 202 tentang Penyiaran; 4. RUU tentang Perlindungan Data Pribadi; 5. RUU tentang Penyiaran; 6. RUU tentang Konvergensi Telematika (Revisi UU Telekomunikasi); 7. RUU tentang Tata Cara Intersepsi; Selain regulasi tersebut di atas, Kemkominfo juga menyusun: a. Regulasi penggunaan spektrum secara dinamis dan fleksibel, Kebijakan dan regulasi standar pos dan informatika; b. RPP PDES, Peraturan perundang-undangan di bidang e-business, Regulasi/kebijakan di bidang e-government, Peraturan perundang-undangan dan tata kelola pemberdayaan industri TIK, Peraturan perundangan di bidang Pemberdayaan Informatika, Kebijakan/ regulasi Keamanan Informasi; c. Rancangan regulasi SKKNI bidang kominfo; d. Regulasi dasar untuk penyebaran dan pemerataan informasi publik, Kebijakan dan standarisasi di bidang komunikasi dan informasi publik, Keppres tentang kewajiban Lembaga Penyiaran untuk menyediakan durasi kampanye revolusi mental dan restorasi sosial melalui PSA, Kebijakan pengelolaan dan penyebaran informasi publik dalam rangka mendorong konten lokal yang berbasis edukasi, Perumusan kebijakan, norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan informasi internasional. Penyusunan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi Dunia internasional kini kian cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan data pribadi. Pengaturan mengenai perlindungan data pribadi di era globalisasi dan demokratisasi saat ini menjadi semakin penting karena konsep perlindungan data pribadi tidak sebatas menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM), tetapi juga berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi. Sebanyak 101 negara di dunia saat ini telah memiliki undang-undang yang spesifik mengatur perlindungan data pribadi. Indonesia hingga kini belum termasuk dalam 101 negara yang telah memiliki undang-undang yang spesifik mengatur perlindungan data pribadi. Ketiadaan perlindungan data pribadi yang memadai sesuai standar internasional akan menyulitkan Indonesia dalam menjalin hubungan ekonomi dengan berbagai negara di dunia, khususnyauni Eropa yang sangat ketat dan komprehensif mengatur perlindungan data pribadi. Uni Eropa menolak untuk melakukan transfer data dengan negara tertentu yang tidak memberikan perlindungan data pribadi yang setara. Mekanisme perlindungan data pribadi yang telah diatur oleh undang-undang eksisting di Indonesia saat ini masih minim dan parsial. Perlindungan data pribadi hanya diatur dalam satu atau dua pasal dalam beberapa undang-undang eksisting di Indonesia sehingga mekanismenya 39

40 perlu diatur secara khusus. Ketiadaan peraturan yang komprehensif dan memadai mengenai perlindungan data pribadi di Indonesia menunjukkan bahwa negara belum hadir dalam melindungi data pribadi Warga Negara. Kondisi itu belum selaras dengan amanat Undang- Undang Dasar (UUD) Pasal 28 G ayat (1) Pasal 28H ayat (4) Pasal 28 J ayat (1) dan (2) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun 1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undangundang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Ditjen IKP Kemenkominfo) menargetkan Rancangan Undang- Undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) dapat masuk dalam pembahasan Program Legislasi Nasional. Kehadiran UU PDP kelak diharapkan menjadi solusi awal untuk menjawab berbagai tantangan perlindungan data pribadi saat ini dan di masa mendatang. 40

Kementerian Komunikasi dan Informatika

Kementerian Komunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika PENDAHULUAN Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kinerja PENDAHULUAN PERENCANAAN KINERJA Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan ke dalam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013 Ringkasan Eksekutif LAKIP Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DITJEN

RENCANA STRATEGIS DITJEN PENYUSUNAN REVISI RENCANA STRATEGIS DITJEN PPI 2015-2019 1 Agenda Pembahasan Kerangka Penyusunan Renstra PPI Identifikasi Perubahan Renstra Kominfo Mapping Perubahan Renstra Kominfo ke Renstra DJPPI Rencana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS Sesuai tugas dan fungsi Dinas Komunikasi dan InformatikaKabupaten Pacitan berperan melaksanakan uruan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, bidang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEBIJAKAN DAN REGULASI TELEKOMUNIKASI INDONESIA TENTANG RENCANA STRATEGIS RPJMN 2015-2019 DALAM PEMBANGUNAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Eko Kurniawan 55415120005 Jurnal Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA YANG BERDAYA SAING TINGGI Gumilang Hardjakoesoema

Lebih terperinci

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016

LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 LKj Kemkominfo Tahun 2016 menyajikan hasil pengukuran sasaran kinerja yang dicapai melalui pelaksanaan program dan kegiatan selama periode Tahun 2016 berdasarkan capaian Indikator Kinerja Kementerian Komunikasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017

LAPORAN CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA B03 TAHUN 2017 No 1. SASARAN TRATEGIS Tersedianya Infrastruktur TIK serta pengembangan ekosistem TIK yang merata dan efisien di seluruh wilayah Indonesia INDIKATOR KINERJA MENTERI 1. Persentase (%) kab/kota terhubung

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN AKSES INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK

PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK PAPARAN DIRJEN INFORMASI DAN KOMUNIKASI PUBLIK RAKORNAS KOMINFO, 8 JUNI 2015 Tema: Tantangan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Sebagai Pelaksana GPR yang menjalankan perannya dalam edukasi publik,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BIRO HUKUM DAN HUMAS RENCANA KINERJA TAHUNAN 2011 BIRO HUKUM DAN HUMAS BIRO HUKUM DAN HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 Kata Pengantar Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good corporate governance,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA AKTIVITAS PENGELOLAAN KOMUNIKASI PUBLIK PROGRAM PRIORITAS PEMERINTAH (Berdasar Inpres No. 9 Tahun 2015) KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DINAMIKA KOMUNIKASI PUBLIK PEMERINTAH DAN MASYARAKAT Kondisi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG -1- DRAFT REVISI CLEAN HASIL RAPAT 7 FEB 2014 SALINAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BADAN

Lebih terperinci

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA

PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA PERAN STRATEGIS KEHUMASAN PEMERINTAH (GPR) dalam rangka PUBLIKASI OUTPUT KEMENTERIAN/LEMBAGA Gun Gun Siswadi SAM BIDANG KOMUNIKASI dan MEDIA MASSA www.kominfo.go.id @kemkominfo KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK

NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK NSPK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN SUB URUSAN INFORMASI & KOMUNIKASI PUBLIK disampaikan dalam: Workshop NSPK Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Bidang Kominfo Sub Urusan Informasi dan Komunikasi Publik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2015 KEMEN-KOMINFO. Pelayanan. Universal. Kewajiban. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015 SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Bentuk, Bidang, dan perkembangan Instansi. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Bentuk, Bidang, dan perkembangan Instansi. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998 dan BAB I PENDAHULUAN 1. Bentuk, Bidang, dan perkembangan Instansi 1.1.1 Sejarah Instansi Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998 dan berdirinya kabinet Reformasi dibawah pemerintahan Abdul

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Komunikasi dan Informatika Visi Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pacitan mengacu pada visi Kepala Daerah

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM )

KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM ) PANDUAN PEMBENTUKAN KELOMPOK IMFORMASI MASYARAKAT ( KIM ) Warga Kabupaten Mukomuko yang kami banggakan khususnya di Desa dan Kelurahan yang masih dihadapkan pada permasalahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

KEYNOTE ADDRESS PERAN HUMAS DALAM MEMPOSISIKAN CITRA PEMERINTAH DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI

KEYNOTE ADDRESS PERAN HUMAS DALAM MEMPOSISIKAN CITRA PEMERINTAH DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI KEYNOTE ADDRESS PERAN HUMAS DALAM MEMPOSISIKAN CITRA PEMERINTAH DI ERA KETERBUKAAN INFORMASI IR. TIFATUL SEMBIRING MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Surakarta, 20 Nopember 2013 Assalamu

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENYEDIAAN KEWAJIBAN PELAYANAN UNIVERSAL TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SIDOARJO

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN Hotel Aryaduta Manado, 10 November 2017

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Instansi Bentuk Instansi. Sejak jatuhnya Pemerintahan Orde Baru pada Bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Instansi Bentuk Instansi. Sejak jatuhnya Pemerintahan Orde Baru pada Bulan Maret BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Instansi 1.1.1 Bentuk Instansi Sejak jatuhnya Pemerintahan Orde Baru pada Bulan Maret 1998 dan berdirinya Kabinet Reformasi dibawah pemerintahan Abdul

Lebih terperinci

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo

Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Peran RelawanT dalam Mendukung Program Kementerian Kominfo Mariam F. Barata Sekretaris Ditjen Aplikasi Informatika KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIK Visi dan Misi Kementerian Kominfo VISI Terwujudnya

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 I. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika *) Kegiatan Prioritas Nasional: 1.1 Perencanaan dan Rekayasa Alokasi Spektrum Frekuensi MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) memiliki 3 (tiga) landasan utama yaitu : transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Akuntabilitas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN

KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung mempunyai tugas menyediakan data statistik dan informasi yang berkualitas, lengkap, akurat, mutakhir, berelanjutan dan relevan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BAPPEDA KABUPATEN LAHAT Sumber daya Bappeda Kabupaten Lahat

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA VISI, MISI, DAN SASARAN STRATEGIS 2.1. Rumusan Visi Rumusan Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan Visi Institusi yang digunakan sebagai arahan kepada

Lebih terperinci

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017 2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan fungsi SKPD Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan Pengendalian Kependudukan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN 07 BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Dalam perspektif yang luas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah mempunyai fungsi sebagai media / wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunika No.652, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. ICT-Fund. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 21/PER/M.KOMINFO/10/2011

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Lampung

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Lampung 48 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Lampung Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi Lampung merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baru, yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2011

DAFTAR INFORMASI PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2011 KOMINFO DAFTAR INFOR PUBLIK HASIL PENELITIAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT PENGELOLA INFOR DAN DOKUMENTASI 2012 KOMINFO KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PEJABAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI LINGKUNGAN UNIT PENYELENGGARA PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN/KOTA - 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita

Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN DAN TATA LAKSANA TAHUN 2015 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Kebijakan dan Strategi e-government Dalam Mendukung e-nawacita PERUBAHAN POLA KERJA

Lebih terperinci