Jurnal Akuntansi Indonesia Vol. 13, No. 1, Februari 2017, Hal
|
|
- Indra Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERATING Dwi Hariyani PT. Cipta Sarana Cendekia Agus Sambodo Universitas Gajayana Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pemahaman peraturan perpajakan dengan preferensi risiko berpengaruh terhadap kepatuhan formal wajib pajak. Populasi penelitian adalah seluruh wajib pajak di wilayah KPP Pratama Batu. Pengambilan sampel di lakukan berdasarkan convenience sampling, sehingga jumlah sampel sebanyak 99 responden untuk wajib pajak orang pribadi karyawan, 98 responden untuk non karyawan dan 96 responden untuk wajib pajak badan. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode penyebaran kuesioner kepada wajib pajak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Selisih Nilai Mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan, non karyawan dan wajib pajak badan. Akan tetapi preferensi risiko berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan, sedangkan untuk wajib pajak badan variabel moderating pada penelitian ini yaitu preferensi risiko berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan formal wajib pajak badan. Demikian juga dengan pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan berpengaruh tidak signifikan dan tidak dapat memoderasi hubungan antara kedua variabel tersebut, sedangkan pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak badan berpengaruh signifikan dan dapat memoderasi hubungan antara kedua variabel tersebut. Kata kunci: pemahaman peraturan perpajakan, kepatuhan formal wajib pajak, preferensi risiko PENDAHULUAN Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007). Menurut Rochmat Soemitro, dalam Mardiasmo (2011), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengeluaran ini digunakan untuk membiayai pembangunan nasional yang berlangsung secara berkesinambungan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional yang dilakukan pemerintah meliputi peningkatan sumber daya manusia (SDM), penyediaan infrastruktur, dan pemberian fasilitas berupa pendidikan kepada masyarakat, yang tentunya mengeluarkan biaya yang sangat besar. Salah satu usaha pemerintah dalam menangani masalah pembiayaan tersebut adalah dengan cara menggali sumber pendapatan salah satunya melalui pajak. Pajak merupakan penyumbang penerimaan terbesar bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, karena sektor pajak merupakan sektor yang paling mudah dalam pemungutannya dikarenakan pemungutan pajak didukung oleh Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Pajak yang berlaku di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, sedangkan Pajak Daerah adalah pajakpajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pajak ISSN Hal. 398
2 pusat antara lain, Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), sedangkan pajak daerah antara lain Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir. Jadi, pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Ciri-ciri yang terdapat dalam pengertian pajak, diantaranya, Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, Tidak mendapatkan kontraprestasi (jasa timbal balik) yang secara langsung, Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan, Pemungutan pajak dapat dipaksakan, dan Berfungsi sebagai budgeter dan regulerend. Dengan demikian, sumber pendapatan negara yang utama berasal dari pajak yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar, semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari pajak. Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam ekonomi dan perkembangan sosial suatu bangsa yang dapat diwujudkan karena adanya sumber pendanaan yang tetap. Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta wajib pajak yang secara langsung melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan dan pembangunan ekonomi nasional. Salah satu indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur keberhasilan dalam penerimaan negara dari pajak adalah tax ratio dengan perbandingan jumlah pajak yang diperoleh atau dikumpulkan pemerintah dengan jumlah pendapatan domestik bruto dalam satu tahun fiskal. Semakin besar tax ratio mengindikasikan semakin besar porsi penerimaan pajak yang terus mengalami peningkatan dan memberi kontribusi besar dalam penerimaan negara. Reformasi sistem perpajakan nasional memang dapat dikatakan telah meningkatkan penerimaan pajak. Namun, kecepatan pertumbuhan penerimaan pajak belum mencapai hasil seperti yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan dengan rendahnya tax ratio Indonesia. Faktor yang menyebabkan rendahnya tax ratio adalah rendahnya pendapatan perkapita, tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah (kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan masih sangat rendah), wajib pajak dalam melaporkan penghasilannya sebagian besar belum dilakukan secara transparan, dan tingkat efisiensi administrasi perpajakan yang belum maksimal. Rendahnya kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan disebabkan oleh ketidakpahaman masyarakat akan aturan perpajakan (Yadnyana dan Sudiksa, 2011). Wajib pajak harus memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela (voluntary of complience). E. Eliyani (1989) dalam penelitian Jatmiko (2006), menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. Ketidakpatuhan timbul jika salah satu syarat definisi tidak terpenuhi. Adapun upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak antara lain, mengubah sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system dengan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang. Dengan perubahan sistem perpajakan tersebut menjadikan wajib pajak sebagai subjek pajak yang mandiri dalam pemenuhan hak untuk turut serta berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan, peningkatan efisiensi administrasi di bidang perpajakan, dan peningkatan kepatuhan wajib pajak. ISSN Hal. 399
3 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mengungkapkan, rekapitulasi hasil penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) 2015 berdasarkan up date per tanggal 31 Maret 2015 mencapai 9,09 juta wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 17% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, angka tersebut tergolong kecil karena dari 27 juta Wajib Pajak terdaftar tidak seluruhnya menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) setiap tahun. Padahal penyampaian SPT sangat penting bagi Negara terkait kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan pembayaran pajak. Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang dilakukannya. Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Suryadi (2006) dalam Hardiningsih dan Yulianawati (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa meningkatnya pengetahuan perpajakan baik formal dan non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Gardina dan Hariyanto (2006) dalam Hardiningsih dan Yulianawati (2011) menemukan bahwa rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh pengetahuan wajib pajak serta persepsi tentang pajak dan petugas pajak yang masih rendah. Sebagian wajib pajak memperoleh pengetahuan pajak dari petugas pajak, selain itu ada yang memperoleh dari media informasi, konsultan pajak, seminar dan pelatihan pajak. Pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan pajak tentu berkaitan dengan pemahaman seorang wajib pajak tentang peraturan pajak. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh kasus ketika seorang wajib pajak memahami atau dapat mengerti bagaimana cara membayar pajak, melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) dan lain sebagainya. Ketika seorang wajib pajak memahami tata cara perpajakan maka dapat pula memahami peraturan perpajakan. Hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan terhadap peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan yang diharapkan dapat diberikan secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya. Kewajiban dan hak perpajakan dibagi menjadi dua kepatuhan, meliputi kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan formal dalam undangundang perpajakan. Sedangkan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif/hakikat memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undangundang perpajakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010) terdapat beberapa indikator wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan antara lain: (1) Kewajiban kepemilikan NPWP, (2). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai wajib pajak, (3) Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan. (4). Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif pajak, dan (5) Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP. Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih fokus pada kepatuhan formal wajib pajak yang merefleksikan pemenuhan kewajiban menyetorkan dan melaporkan perpajakan sesuai jadwal yang ditentukan. Kepatuhan formal merupakan suatu bentuk perilaku dimana wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar dan membayar pajak tepat pada waktunya. Sedangkan kepatuhan material lebih menekankan pada aspek substansinya yaitu, jumlah pembayaran pajak telah sesuai ketentuan. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam peningkatannya antara lain, pemahaman dari wajib pajak terhadap peraturan perpajakan. Faktor ini akan mempengaruhi kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dibidang perpajakan. Namun, terdapat wajib pajak sudah paham akan peraturan perpajakan, tetapi tidak patuh. Disamping itu ada beberapa wajib pajak yang tidak memahami peraturan pajak justru patuh dalam membayar kewajiban pajaknya. Hal tersebut merupakan fenomena yang perlu diteliti bagaimana seorang wajib pajak dikategorikan memahami ISSN Hal. 400
4 peraturan perpajakan namun tidak melaksanakan kewajibannya sebagai subjek pajak, atau yang tidak paham sama sekali mengenai peraturan perpajakan. Peningkatan kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh preferensi wajib pajak akan risiko-risiko yang terjadi. Preferensi risiko merupakan salah satu karakteristik seseorang dimana karakteristik tesebut akan mempengaruhi perilakunya (Aryobimo, 2012). Dalam konseptual preferensi risiko terdapat tiga cakupan yaitu, menghindari risiko, netral dalam menghadapi risiko, dan suka mencari risiko. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perilaku wajib pajak dalam menghadapi risiko tidak dapat dianggap remeh dalam kaitannya dengan kepatuhan (Aryobimo, 2012). Torgler (2003) dalam Aryobimo (2012) menyampaikan bahwa keputusan seorang wajib pajak dapat dipengaruhi oleh perilakunya terhadap risiko yang dihadapi. Risiko-risiko yang terdapat pada wajib pajak dalam kaitannya untuk peningkatan kepatuhan wajib pajak antara lain, risiko keuangan, risiko kesehatan, risiko sosial, risiko pekerjaan, dan risiko keselamatan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka kepatuhan formal wajib pajak dapat dipengaruhi secara langsung oleh pemahaman wajib pajak tentang undang-undang dan peraturan perpajakan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa kepatuhan formal wajib pajak sama sekali tidak dipengaruhi oleh pemahaman seorang tentang peraturan wajib pajak. Preferensi risiko digunakan sebagai variabel moderating dengan maksud untuk memperkuat antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Risiko-risiko tersebut akan terkait dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak, dimana seorang wajib pajak memiliki kecenderungan menentukan sikap dalam menghadapi risiko yang terjadi. Penelitian ini meriset ulang penelitian terdahulu, yang pertama penelitian oleh Nirawan Adiasa (2013) dan Eka Yulianty (2015). Sampel yang digunakan peneliti terdahulu Wajib Pajak Orang Pribadi sedangkan penelitian ini mengklasifikasikan menjadi tiga yaitu, Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan, sehingga hasilnya bisa diketahui permasing-masing wajib pajak. Alasan peneliti mengklasifikasikan menjadi tiga adalah, jika dilihat dari segi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan masih dibantu oleh pemberi kerja atau perusahaan, sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan dapat dikatakan patuh karena memperhitungkan sanksi dan denda yang akan di dapat jika tidak mematuhi peraturan perpajakan. KPP Pratama Batu sebagai objek penelitian ini karena wilayah batu terkenal dengan daerah industri dan wisata yang memiliki banyak tenaga kerja yang terdaftar sebagai wajib pajak dengan tingkat pemahaman perpajakan yang berbeda. Dari pengklasifikasian permasing-masing wajib pajak, tempat penelitian yang berbeda, kondisi dan karakteristik wilayah yang berbeda apakah hasilnya berbeda, maka dengan perbedaan tersebut akan muncul masalah terkait dengan kepatuhan wajib pajak pada masing-masing daerah. Persepsi tentang perpajakan pada wajib pajak yang tinggal di wilayah pendidikan, industri dan wisata mungkin akan memiliki pemikiran yang berbeda. Wajib pajak di wilayah pendidikan umumnya memiliki informasi lebih untuk memenuhi hak dan kewajibannya, akan tetapi belum tentu wajib pajak yang tinggal di daerah industri dan wisata memiliki tingkat pemikiran dan kepatuhan yang lebih. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga wajib pajak yang diteliti adalah Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan. Berikut jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar di KPP Pratama Batu dalam penyampaian SPT dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Data Wajib Pajak Perorangan/Badan Hukum di KPP Pratama Batu Tahun 2016 Wajib Pajak Orang Pribadi Wajib Pajak Orang Pribadi Non Wajib Pajak Badan Tahun Karyawan Karyawan WP SPT SPT tidak WP SPT SPT tidak WP SPT SPT tidak Terdaftar dilaporkan dilaporkan Terdaftar dilaporkan dilaporkan Terdaftar dilaporkan dilaporkan (31%) (49%) (51%) (64%) (69%) (36%) Sumber: KPP Pratama Batu, ISSN Hal. 401
5 Melihat realita data di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengapa banyak Wajib Pajak terlambat dalam menyampaikan SPTnya. Untuk itu peneliti menduga hal tersebut dipengaruhi oleh pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan. Dari masalah yang telah diuraikan tersebut penulis akan meneliti tingkat pemahaman masing-masing wajib pajak tentang peraturan perpajakan yang berlaku saat ini terhadap kepatuhan wajib pajak dan juga akan dipengaruhi oleh preferensi risiko tiap wajib pajak yang memoderasi antara pemahaman dan kepatuhan wajib pajak. METODE PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah KPP Pratama Batu ini melibatkan seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan yang ada di KPP Pratama Batu. Pengambilan sampel penelitian secara Non Probability Sampling Design, dengan kriteria wajib pajak yang digunakan adalah wajib pajak yang terdaftar dan aktif dalam melakukan kewajiban perpajakan dan memiliki NPWP pada 3 Kecamatan yakni Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif ini menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan kajian kepustakaan dalam pengumpuan data. Penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail spesifik dari sebuah situasi, lingkungan sosial, atau hubungan (Efferin, 2008). Hasan (2002) berpendapat, metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Data yang sudah terkumpul melalui teknik pengumpulan data tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Moderated Regression Analysis (MRA) dengan menggunakan Uji Selisih Nilai Mutlak. Uji selisih nilai mutlak dilakukan dengan cara mencari selisih nilai mutlak terstandarisasi diantara kedua variabel bebasnya. Jika selisih nilai mutlak diantara kedua variabel bebas tersebut signifikan positif maka variabel tersebut memoderasi hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantungnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Setelah melakukan hasil uji asumsi klasik dan hasilnya secara keseluruhan menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi kriteria yang dimaksud, maka untuk menjawab hipotesis digunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat pemahaman peraturan pajak (X) sebagai variabel independen dan tingkat kepatuhan formal wajib pajak (Y) sebagai variabel dependen. Berdasarkan pada pengolahan data menggunakan program statistik SPSS versi 11 maka dapat diperoleh hasil pada tabel 2 sebagai berikut: ISSN Hal. 402
6 1 (Constant) X 1 M 1 XM 1 Tabel 2. Hasil Pengujian Regresi Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan Unstandardized Standardized B Std. Error Beta t Sig a. Dependent Variable: Y 1 Sumber: Data Primer diolah, Berdasarkan tabel di atas untuk wajib pajak orang pribadi karyawan dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga terbentuklah persamaan seperti berikut : Y = X M + (-0.074) Moderat Berdasarkan hasil persamaan regresi dapat dijelaskan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: Hasil analisis dapat diketahui jika variabel bebas atau independen berpengaruh adalah variabel X dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel X naik sebesar satu poin maka variabel Y juga akan naik sebesar poin. Variabel M dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel M naik sebesar satu poin maka variabel Y juga akan naik sebesar poin. Variabel Moderat dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel Moderat naik sebesar satu poin maka variabel Y akan turun sebesar poin. Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), dan preferensi risiko (M) bukan sebagai moderator dari variabel X terhadap Y karena nilai signifikan sebesar 0,056. Berdasarkan pada pengolahan data menggunakan program statistik SPSS versi 11 maka untuk wajib pajak orang pribadi non karyawan dapat diperoleh hasil pada tabel 14 sebagai berikut: Tabel 3. Hasil dari Regresi Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan a 1 (Constant) X 2 M 2 XM 2 Unstandardized Standardized B Std. Error Beta a. Dependent Variable: Y 2 Sumber: Data Primer diolah, t Sig Berdasarkan tabel di atas untuk wajib pajak orang pribadi non karyawan dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga terbentuklah persamaan seperti berikut: Y = X M + (-0.033) Moderat Berdasarkan hasil persamaan regresi dapat dijelaskan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: ISSN Hal. 403
7 Hasil analisis dapat diketahui jika variabel bebas atau independen berpengaruh adalah variabel X dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel X naik sebesar satu poin maka variabel Y juga akan naik sebesar poin. Variabel M dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel M naik sebesar satu poin maka variabel Y juga akan naik sebesar poin. Variabel Moderat dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel Moderat naik sebesar satu poin maka variabel Y akan turun sebesar poin. Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), dan preferensi risiko (M) bukan sebagai moderator dari variabel X terhadap Y karena nilai signifikan sebesar 0,082. Berdasarkan pada pengolahan data menggunakan program statistik SPSS versi 11 maka untuk wajib pajak badan dapat diperoleh hasil pada tabel berikut: Tabel 4. Hasil dari Regresi Wajib Pajak Badan a 1 (Constant) X3 M3 XM3 Unstandardized Standardized B Std. Error Beta t a. Dependent Variable: Y3 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Y dipengaruhi oleh beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga terbentuklah persamaan seperti berikut : Y = (-0.745)X + (-1.217)M Moderat Berdasarkan hasil persamaan regresi dapat dijelaskan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut : Hasil analisis dapat diketahui jika variabel bebas atau independen berpengaruh adalah variabel X dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel X turun sebesar satu poin maka variabel Y juga akan turun sebesar poin. Variabel M dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel M turun sebesar satu poin maka variabel Y juga akan turun sebesar poin. Variabel Moderat dengan nilai koefisien sebesar yang berarti bahwa jika variabel Moderat turun sebesar satu poin maka variabel Y akan naik sebesar poin. Dari persamaan tersebut dapat terlihat bahwa variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) dan preferensi risiko (M) sebagai moderator dari variabel X terhadap Y karena nilai signifikan sebesar 0,026. Sig Koefesien Determinasi Uji koefesien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dilihat dari seberapa besar nilai koefesien determinasi atau R square. Berikut tabel 5 koefesien determinasi untuk wajib pajak orang pribadi karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 5. Koefesien Determinasi Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan Summary R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate ISSN Hal. 404
8 1.668 a a. Predictors: (Constant), XM1, X1, M1 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa besarnya R² adalah 0.446, hal ini berarti 44,6% variasi dari Y dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen sedangkan sisanya (100% - 44,6% = 55,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Berikut tabel koefesien determinasi untuk wajib pajak orang pribadi non karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 6. Koefesien Determinasi Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan Summary R R Square Adjusted R Square a a. Predictors: (Constant), XM2, X2, M2 Std. Error of the Estimate Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya R² adalah 0.486, hal ini berarti 48,6% variasi dari Y dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen sedangkan sisanya (100% - 48,6% = 51,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Berikut tabel 7 koefesien determinasi untuk wajib pajak badan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 7. Koefisien Determinasi Wajib Pajak Badan Summary R R Square Adjusted R Square a a. Predictors: (Constant), XM3, X3, M3 Std. Error of the Estimate Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa besarnya R² adalah 0.246, hal ini berarti 24,6% variasi dari Y dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen sedangkan sisanya (100% - 24,6% = 75,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji t dalam program statistik SPSS versi 11, dimana pengujian yang dilakukan menggunakan taraf signifikansi 0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Berikut tabel 8 hasil uji t untuk wajib pajak orang pribadi karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: ISSN Hal. 405
9 a. Dependent Variable: Y 1 Jurnal Akuntansi Indonesia Tabel 8. Hasil Uji t Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan a Unstandardized Standardized B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) X 1 M 1 XM Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel 8 dapat digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel : 1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan a. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel X menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan X (pemahaman tentang peraturan pajak wajib pajak orang pribadi karyawan) berpengaruh terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan) sehingga hipotesis pertama dapat diterima. b. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel Moderating menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikan lebih besar dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan variabel M (preferensi risiko) tidak memoderasi hubungan X (pemahaman tentang peraturan pajak wajib pajak orang pribadi karyawan) terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan) bernilai negatif sehingga tidak ada moderasi/ hipotesis kedua ditolak. Berikut tabel 9 hasil uji t untuk wajib pajak orang pribadi non karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 9. Hasil Uji t Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan a Unstandardized Standardized B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) X2 M2 XM a. Dependent Variable: Y 2 Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel 9 dapat digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel: 2. Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan a. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel X menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan X (pemahaman tentang peraturan pajak wajib pajak orang pribadi non karyawan) berpengaruh terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi non karyawan) sehingga hipotesis pertama dapat diterima. ISSN Hal. 406
10 b. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel Moderating menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan variabel M (preferensi risiko) tidak memoderasi hubungan X (pemahaman tentang peraturan pajak orang pribadi non karyawan) terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi non karyawan) bernilai negatif sehingga tidak ada moderasi/ hipotesis kedua ditolak. Berikut tabel 10 hasil uji t untuk wajib pajak badan dihasilkan dalam penelitian : 1 (Constant) X 3 M 3 XM 3 a. Dependent Variable: Y3 Tabel 10. Hasil Uji t Wajib Pajak Badan a Unstandardized Standardized B Std. Error Beta t Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel di atas dapat digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel: 3. Untuk Wajib Pajak Badan a. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel X menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan X (pemahaman tentang peraturan pajak wajib pajak badan) berpengaruh terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak badan) sehingga hipotesis pertama dapat diterima. b. Hasil uji signifikan pengaruh parsial (uji t) pada variabel Moderating menghasilkan signifikan sebesar Tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dapat diketahui bahwa hipotesis yang menyatakan variabel M (preferensi risiko) memoderasi hubungan X (pemahaman tentang peraturan pajak wajib pajak badan) terhadap Y (kepatuhan formal wajib pajak badan) bernilai positif sehingga ada moderasi/hipotesis kedua dapat diterima. Sig Uji Signifikansi Simultan (F) Uji F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan kedalam model regresi mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05 atau tingkat kepercayaan 95%. Berikut tabel 10 hasil uji F untuk wajib pajak orang pribadi karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 10. Hasil Uji Statistik F Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan ANOVA b ISSN Hal. 407
11 1 Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square F Sig a a. Predictors: (Constant), XM 1, X 1, M 1 b. Dependent Variable: Y 1 Berdasarkan uji ANOVA atau uji statistik F didapat nilai F hitung sebesar dengan tingkat probabilitas Probabilitas lebih kecil jika dibandingkan 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Y atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap Y. Berikut tabel 11 hasil uji F untuk wajib pajak orang pribadi non karyawan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 11 Hasil Uji Statistik F Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan ANOVA b 1 Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square F Sig a a. Predictors: (Constant), XM 2, X 2, M 2 b. Dependent Variable: Y 2 Sumber: Data Primer diolah, Berdasarkan uji ANOVA atau uji statistik F didapat nilai F hitung sebesar dengan tingkat probabilitas Probabilitas lebih kecil jika dibandingkan 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Y atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap Y. Berikut tabel 12 hasil uji F untuk wajib pajak badan yang dihasilkan dalam penelitian: Tabel 12. Hasil Uji Statistik F Wajib Pajak Badan ANOVA b 1 Regression Residual Total Sum of Squares df Mean Square F Sig a a. Predictors: (Constant), XM 3, X 3, M 3) b. Dependent Variable: Y 3 Berdasarkan uji ANOVA atau uji statistik F didapat nilai F hitung sebesar dengan tingkat probabilitas Probabilitas lebih kecil jika dibandingkan 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Y atau dapat dikatakan bahwa variabel independen secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap Y. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak (Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan) ISSN Hal. 408
12 Hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini adalah pemahaman peraturan perpajakan (Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan) berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal wajib (Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan). Artinya semakin seorang wajib pajak memiliki tingkat pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak yang tinggi, maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan tinggi. Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut disebabkan wajib pajak pada wilayah Kota Batu rata-rata memiliki pemahaman tentang perpajakan yang baik sehingga dapat dikatakan tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi tinggi. Diharapkan wajib pajak semakin meningkatkan pemahaman tentang peraturan perpajakan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan pembangunan negara melalui perpajakan. Dengan demikian hasil pengujian menerima hipotesis pertama (H1). Pada hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut ditunjukkan dari banyaknya responden yang setuju pada pernyataan terkait pemahaman peraturan perpajakan. Penelitian ini telah menunjukkan melalui beberapa pengujian bahwa ada pengaruh antara tingkat pemahaman peraturan pajak terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Batu. Besarnya pengaruh tingkat pemahaman peraturan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dilihat melalui hasil uji koefesien determinasi dimana dari hasil pengujian tersebut ditunjukkan bahwa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan sebesar 44.6%, Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan sebesar 48,6% dan Wajib Pajak Badan 24,6%, pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan formal wajib pajak. Sementara untuk preferensi risiko tidak mempengaruhi atau tidak memoderasi hubungan antara keduanya untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan dan Non Karyawan, sedangkan untuk Wajib Pajak Badan preferensi risiko mempengaruhi kepatuhan formal wajib pajak atau memoderasi hubungan antara keduanya. Dari hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa wajib pajak orang pribadi karyawan, non karyawan dan wajib pajak badan pada wilayah Kota Batu sebagian besar telah memahami tentang peraturan perpajakan yang berlaku. Tetapi untuk wajib pajak orang pribadi karyawan tidak memperhitungkan adanya preferensi risiko yang terjadi karena wajib pajak tersebut masih dibantu oleh perusahaan tempat mereka bekerja, sedangkan wajib pajak non karyawan tidak memperhitungkan risiko yang terjadi karena mereka sudah mengetahui risikorisiko yang terjadi ketika mereka tidak mematuhi peraturan perpajakan maka yang didapat adalah sanksi dan denda. Sementara wajib pajak badan memperhitungkan risiko yang terjadi karena adanya beban administrasi berupa bunga dan denda serta risiko hukum yang mungkin timbul akibat kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak. Hasil penelitian ini terkait dengan teori atribusi. Menurut Robbins (1996) dalam Jatmiko (2006) teori atribusi menyatakan bahwa bila individuindividu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi. Karena tingkat pemahaman peraturan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak, maka semakin tinggi pemahaman peraturan pajak dari wajib pajak akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka Yulianty (2015), Adiasa (2013) dan Alabede, Arifin, dan Idris (2011), yang menyatakan bahwa tingkat pemahaman peraturan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak. Wajib pajak yang memiliki tingkat pemahaman rendah akan berdampak pada gagalnya penegakan kepatuhan pajak. Oleh karena itu, tingkat pemahaman yang tinggi terhadap peraturan perpajakan akan meminimalisir kemungkinan wajib pajak untuk melanggar paraturan tersebut, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan formal wajib pajak. Akan tetapi, penelitian sebelumnya mengenai preferensi risiko tidak mempengaruhi kepatuhan formal wajib pajak dan tidak memoderasi hubungan antara tingkat pemahaman ISSN Hal. 409
13 peraturan pajak terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan karena hasilnya negatif sedangkan untuk wajib pajak badan hasilnya positif dapat dikatakan tidak sejalan untuk penelitian Eka Yulianty (2015), Adiasa (2013) dan Alabede (2011), dan sejalan dalam penelitian Putut Aryobimo dan Cahyonowati (2012). 2. Preferensi Risiko Memoderasi hubungan antara Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak (Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan, Non Karyawan dan Wajib Pajak Badan) Hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian ini adalah bahwa preferensi risiko berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun, untuk hasil penelitian yang diajukan dalam hipotesis kedua tidak sejalan karena hasil menunjukkan bahwa untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan dan Non Karyawan hasilnya negatif atau tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan. Artinya, semakin seorang wajib pajak tidak memiliki tingkat preferensi yang tinggi dalam menghadapi risiko maka hal tersebut tidak dapat memoderasi antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi karyawan maupun non karyawan. Sedangkan hasil untuk Wajib Pajak Badan yang diajukan dalam hipotesis kedua sejalan karena hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa untuk Wajib Pajak Badan hasilnya positif atau memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak badan. Artinya, semakin seorang wajib pajak memiliki tingkat preferensi yang tinggi dalam menghadapi risiko maka hal tersebut dapat memoderasi antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak badan. Hal tersebut disebabkan wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan pada wilayah Kota Batu tidak mempertimbangkan risiko yang ada, sehingga mereka tidak memikirkan risiko yang akan muncul pada seorang wajib pajak didalam kegiatan perpajakan, hal ini berbeda bagi wajib pajak badan pada wilayah Kota Batu rata-rata mempertimbangkan risiko yang ada, sehingga mereka memikirkan risiko yang akan muncul pada seorang wajib pajak didalam kegiatan perpajakan. Hal tersebut diperkuat pada hasil analisis uji selisih nilai mutlak yang menyatakan bahwa variabel preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara variabel pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi karywan non karyawan, sedangkan wajib pajak badan preferensi risiko tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Artinya, jika seorang wajib pajak mengetahui risiko yang muncul dan menghadapi risiko tersebut maka tingkat preferensi tinggi. Jika wajib pajak menerima dan membiarkan risiko terjadi maka tingkat preferensi akan rendah. Jadi kesimpulannya, semakin tinggi preferensi wajib pajak maka tingkat risiko menjadi rendah dan sebaliknya, jika tingkat preferensi rendah maka tingkat risiko menjadi tinggi. Dengan demikiaan hasil pengujian untuk wajib pajak orang pribadi karyawan dan non karyawan menolak hipotesis kedua (H2), sedangkan untuk wajib pajak badan menerima hipotesis kedua (H2). Dari pernyataan tersebut dapat diartikan hubungan antara penelitian ini dengan teori prospek dimana teori prospek menjelaskan mengenai preferensi risiko dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak memiliki risiko yang tinggi maka wajib pajak tersebut belum tentu akan tidak membayar kewajiban pajaknya. Karena wajib pajak itu memiliki sifat risk seeking artinya, walaupun wajib pajak memiliki risiko tinggi maka tidak akan mempengaruhi wajib pajak untuk tetap membayar pajak, sedangkan wajib pajak yang memiliki sifat risk aversion apabila wajib pajak memiliki risiko yang rendah maka wajib pajak justru akan menghindari kewajiban pajaknya. Namun kenyataan yang cenderung terjadi adalah risiko yang tinggi menyebabkan wajib pajak tidak patuh dalam kewajibannya sebagai wajib pajak dan sebaliknya, jika tingkat risiko rendah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Variabel preferensi risiko pada penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) berpengaruh positif terhadap hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian Aryobimo dan Cahyonowati (2012) wajib pajak yang diteliti cenderung tidak menerima ISSN Hal. 410
14 risiko dan hal tersebut menyebabkan preferensi risiko dapat memoderasi hubungan antara variabel pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Nirawan Adiasa (2013), Eka Yulianty (2015) dan Alabede (2011), bahwa preferensi risiko berpengaruh negatif terhadap hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan formal wajib pajak, sehingga tidak dapat memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. SIMPULAN Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman peraturan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderating di KPP Pratama Batu. Kemampuan variabel independen menjelaskan besarnya pengaruh terhadap variabel dependen: 1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan sebesar 44,6% sementara 55,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan. b. Preferensi risiko tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi karyawan. 2. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan sebesar 48,6% sementara 51,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi non karyawan. b. Preferensi risiko tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak orang pribadi non karyawan. 3. Untuk Wajib Pajak Badan sebesar 24,6% sementara 75,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan formal wajib pajak badan. b. Preferensi risiko memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak badan. DAFTAR PUSTAKA Adiasa, Nirawan Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderating,Skripsi. Semarang. Program Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Alabede, J. O., Affrin, Z. Z., Idris, K, M Tax Service Quality and Tax Compliance in Nigeria : Do Taxpayer s Financial Condition and Risk Preference Play Any Moderating Role. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, (35), Aryobimo, Putut Tri dan Cahyonowati, Nur Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Jurnal Akuntansi Vol.1 No.2. Semarang. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Efferin Metode Penelitian Akuntansi mengungkap fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hardiningsih, Pancawati dan Yulianawati, Nila Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol. 3, No. 1. Nopember. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank. ISSN Hal. 411
15 Hasan, Iqbal Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Jakarta. PT. Ghalia Indonesia. Jatmiko, Agus Nugroho Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus, Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Semarang). Tesis. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Mardiasmo Perpajakan, Edisi 17. Yogyakarta. Andi. Suryadi Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Penerimaan Pajak. Dalam Jurnal Keuangan Publik. Vol 4,1 : Torgler, Benno Theory And Empirical Analysis of Tax Compilance. Dissertation. Zurich. Universitat Zurich. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Barang Mewah. Widayati dan Nurlis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir Tiga). Dalam Symposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010 : Universitas Jenderal Soederman. Yadnyana, I Ketut dan Sudiksa, Ida Bagus. Pengaruh Peraturan Pajak Serta Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Koperasi di Kota Denpasar. Dalam Jurnal Akuntansi Vol. 17 No. 2, Yulianty, Eka Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada WPOP KPP Pratama Makassar Utara). Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin. ISSN Hal. 412
PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERATING
PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama
Lebih terperinciAccounting Analysis Journal
AAJ 2 (3) (2013) Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN MODERATING PREFERENSI RISIKO Nirawan Adiasa
Lebih terperinciPENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA GARUT
Program Studi Akuntansi S1 dan D3 Fakultas Ekonomi, Universitas Garut EISSN: 2527-6948 PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA GARUT Fakultas
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS ( STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA KARANGANYAR ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum data hasil kuesioner penelitian dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas
Lebih terperinciPENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI WILAYAH KPP PRATAMA DEPOK. : Baiq Laxmi Riska Zone
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI WILAYAH KPP PRATAMA DEPOK Nama NPM : 25209810 Jurusan Pembimbing : Baiq Laxmi Riska Zone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan Negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem
Lebih terperinciANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU
ANALISIS PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU Oleh Kusujarwati Anjarini 1), Buntoro Heri Prasetyo, MM., Drs., Ak.
Lebih terperinciSuntono Andi Kartika Universitas Stikubank Semarang
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2015, Hal: 29-38 Vol. 4, No. 1 ISSN :1979-4878 29 PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK DAN PELAYANAN APARAT PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI
Lebih terperinciInggrid Grace Manuputty Swanto Sirait. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN DAN PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM TERHADAP KESADARAN WAJIB PAJAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA PANJARINGAN Inggrid Grace Manuputty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
Lebih terperinciPradita Widya Ningsih 1, Ethika 1, Dandes Rifa 1. Abstrak
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN PEMAHAMAN WAJIB PAJAK TENTANG PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KONDISI KEUANGAN WAJIB PAJAK DAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL MODERASI Pradita
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA Nama : Ridwan Maulana NPM : 16212320 Pembimbing : Widiyarsih, SE.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai salah satu sumber penerimaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Pada penelitian ini, penulis melakukan survei di KPP Pratama Cempaka Putih, dan penulis memperoleh data pertumbuhan jumlah Wajib Pajak
Lebih terperinciPENGARUH ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA)
PENGARUH ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA) Febri Alfiansyah Universitas Negeri Surabaya E-mail: febri_alfiansyah@rocketmail.com Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan dana yang relatif besar. Dana yang diperlukan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini negara Indonesia memerlukan dana untuk pembangunan nasional guna mendukung perekonomiannya. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut dibutuhkan dana
Lebih terperinciPengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet
Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet ALIFA AMELIA 10210562 LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang cukup potensial sebagai penerimaan Negara maupun Daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,
Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuahn Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tabanan. Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan untuk pembiayaan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penopang pendapatan nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara. Pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang Berjudul
LEMBAR PENGESAHAN Jurnal yang Berjudul PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN TINGKAT PENGHASILAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DI KOTA GORONTALON NURZEIN
Lebih terperinciABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman
Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya
Lebih terperinciJurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 10, No. 2, November 2017, Jurnal Politeknik Caltex Riau
Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol. 10, No. 2, November 2017, 51-60 51 Jurnal Politeknik Caltex Riau http://jurnal.pcr.ac.id Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Penerapan Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN SPT
PENGARUH PENERAPAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MELAPORKAN SPT Nur Anissa 1, Harlina Widyanti 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Satya Negara Indonesia Email: nissadmaja@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP KESADARANMEMBAYAR PAJAK DI KPP PRATAMA PURWOREJO
ANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP KESADARANMEMBAYAR PAJAK DI KPP PRATAMA PURWOREJO Tri Wulansari B. Soehakso Notohatmodjo ABSTRAK Pajak merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepatuhan Menurut Mahon (2001) kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang di dalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Secara sederhana atribusi dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku
Lebih terperinciEmbun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.
Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di DKI Jakarta Embun Rahmawati Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciYudi Hariyanto Suhadak Siti Ragil H Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK
PENGARUH JUMLAH WAJIB PAJAK, JUMLAH SURAT SETORAN PAJAK, DAN JUMLAH SURAT PEMBERITAHUN MASA TERHADAP JUMLAH PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (Studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara Periode
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak sebagai sumber penerimaan negara terbesar merupakan hal yang sangat wajar. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis
Lebih terperinciekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran
K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan
Lebih terperinciSurat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif
62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Perkembangan Penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (SPT PPN) Jumlah penerimaan SPT PPN yang terdaftar pada KPP Pratama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup kemungkinan dapat menunjang pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciJurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PEMBAYARAN PBB DESA SRIGONCO (Studi Pada Wajib Pajak di Desa Srigonco Kecamatan Bantur Kabupaten Malang) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciSilvia Andriyani Subekti*
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Hotel di DIY) Silvia Andriyani Subekti* Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penerimaan negara dari sektor pajak terus meningkat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sedang berkembang. Untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri, pemerintah mulai mengurangi pembiayaan
Lebih terperinciPengaruh Faktor Ekonomi dan Faktor Non Ekonomi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Jakarta pada Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 25
Pengaruh Faktor Ekonomi dan Faktor Non Ekonomi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Jakarta pada Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 25 Hanny Laurentea Budiman Universitas Bina Nusantara, Pademangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan dan untuk melaksanakan pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang tidak
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI SURAKARTA. P a r d i STIE AUB Surakarta
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI SURAKARTA P a r d i STIE AUB Surakarta Abstraksi Penelitian ini bertujuan : 1). Mengetahui ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang memerlukan banyak dana.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan Menurut Undang-Undang no. 28 th. 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan dan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, banyak negara dimasa krisis global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara adalah pajak. Pajak merupakan iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
Lebih terperinci: : ABSTRAK
Judul : Persepsi Tax Amnesty sebagai Pemoderasi pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara Nama : Andini
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI
ANALISIS PENGARUH KESEJAHTERAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN HOTEL MELEAWAI Nama : BAYU AGUNG PRAMONO NPM : 11212375 Pembimbing : Widiyarsih, SE., MM Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara memerlukan pembangunan untuk mendukung perekonomiannya baik dalam sarana dan prasarana. Sumber pembiayaan negara salah satunya adalah pajak. Menurut Prof.
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut :
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Hasil Jawaban Responden 4.1.1 Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Variabel kepatuhan wajib pajak memiliki tiga buah indikator yang dijelaskan terdiri
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS (Studi Kasus Pada KPP Pratama Blora) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kewajiban setiap warga negara adalah untuk membela dan menjunjung tinggi harkat dan martabat negerinya. Salah satu wujud membela negara yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan bukan pajak seperti migas dan non migas. Peran pajak sebagai sumber pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA.
63 DAFTAR PUSTAKA http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/tabel-f-0-05.pdf jurnal jurusan ilmu administrasi bisnis Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hotel Bintang 2 sampai dengan 4 yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur memerlukan dana yang besar. Kebutuhan yang besar itu harus
Lebih terperinciPENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris Pada KPP Pratama Klaten) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN:
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS Istiqomah Nur Azizah 1*, Siti Nurlaela 2, Anita Wijayanti 3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini negara Indonesia akan terus melakukan pembangunan nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (Punarbhawa
Lebih terperinciBAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil
Lebih terperinciSEPTIA MORY Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2015 ABSTRAK
PENGARUH PELAYANAN FISKUS, SANKSI PERPAJAKAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN KONDISI KEUANGAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada Negara yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk membiayai penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMILIHAN KARIR MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENJADI AKUNTAN PUBLIK (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMILIHAN KARIR MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENJADI AKUNTAN PUBLIK (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA DAN UNIVERSITAS NASIONAL) Nama : Nurul Irmawati NPM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA A. PENGUJIAN HIPOTESIS
A. PENGUJIAN HIPOTESIS BAB IV ANALISIS DATA Sebelum menjabarkan tentang analisis data dalam bentuk perhitungan, penulis membuat hipotesis sebagaimana yang telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Salah satu sumber pembiayaan Negara adalah dari sektor perpajakan. Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undangundang Nomor 6 tahun
Lebih terperinciWAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :
WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN : 2089-8592 PENGARUH JUMLAH PENGUSAHA KENA PAJAK DAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
Lebih terperinciNama : Neneng Badriah NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr. Harjanto Sutedjo, SSi.MMSi
PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE SAMSUNG (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Gunadarma Kalimalang) Nama : Neneng Badriah NPM : 15212281 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Dr.
Lebih terperinciAccounting Analysis Journal
AAJ 4 (4) (2015) Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK Yani Febriani, Kusmuriyanto Jurusan Akuntansi, Fakultas
Lebih terperinciHubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung
139 LAMPIRAN 2 Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung Dependent Variable: Belanja Langsung Linear.274 19.584 1 52.000 57.441.239 The independent variable is Jumlah penduduk
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BAGI WAJIB PAJAK (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA JAKARTA PENJARINGAN) Oleh Muhammad Ikbal 1100056155 Abstrak Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, seperti yang kita ketahui diantaranya yaitu dari sektor internal dan juga dari sektor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak membutuhkan kajian teori sebagai berikut : digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh peraturan perpajakan, sosialisasi perpajakan, kesadaran dan persepsi wajib pajak terhadap ketaatan membayar pajak membutuhkan kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar nomor empat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa (www.bps.go.id). Pemerintah dalam
Lebih terperinciPENGARUH PEMAHAMAN TENTANG PAJAK, PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DAN MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN TULUNGAGUNG
PENGARUH PEMAHAMAN TENTANG PAJAK, PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DAN MODERNISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh: Bimanda Yuswandono, 1 Drs. Kuspandi, Ak.. 2, Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA
PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA Nama : SUNTORO AJI NPM : 17212198 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Toto
Lebih terperinciOleh Renat Nurul Fitri
PENGARUH ACCOUNT REPRESENTATIVE DAN MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA BANDUNG KAREES Oleh Renat Nurul Fitri KETERKAITAN ANTAR VARIABEL Kinerja Account
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa sistem perpajakan yang berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT BANK SYARIAH MANDIRI Tbk CABANG DEPOK. Nama : Septiani Sukma D Kelas : 4EA12 NPM :
PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT BANK SYARIAH MANDIRI Tbk CABANG DEPOK Nama : Septiani Sukma D Kelas : 4EA12 NPM : 18211253 Latar Belakang Bank Syariah Mandiri yang bergerak di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud adalah penciptaan akselerasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Lebih terperinci