BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu subsektor dalam pertanian Indonesia, sektor perkebunan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Sebagai negara berkembang, di mana ketersediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, sektor agribisnis (termasuk perkebunan) merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Sampai dengan awal tahun 2013, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor perkebunan diperkirakan mencapai 35,16 persen dari total tenaga kerja Indonesia atau setara dengan 40,76 juta jiwa, jumlah tersebut belum termasuk tenaga kerja yang bekerja pada industri hilir perkebunan. Nilai tambah lainnya adalah sektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena mampu mengurangi arus urbanisasi. Peranan lainnya dari sektor perkebunan terhadap perekonomian Indonesia tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Selama periode tahun , rata-rata kontribusi sektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah sekitar 14,29 persen. Sedang di periode yang sama kontribusi sektor perkebunan terhadap PDB secara nasional adalah 2,04 persen. Kontribusi lain sektor perkebunan adalah ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, di mana pada saat kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan karena perekonomian Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan 13 persen, sektor perkebunan justru meningkat dengan laju pertumbuhan antara 4 persen-6 persen per tahun. Bahkan selama periode , laju pertumbuhan sektor perkebunan selalu diatas laju 1

2 2 pertumbuhan ekonomi secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan sangat berperan sebagai salah satu sektor andalan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, baik pada saat ekonomi dalam keadaan booming maupun pada saat krisis. Tabel 1.1 Perkembangan PDB Atas Dasar harga Konstan Sektor Perkebunan dan Kontribusinya Terhadap PDB Sektor Pertanian dan PDB Nasional Tahun Produk Domestik Bruto (RpTrilyun) Sumber: Badan Pusat Statistik, Rata-rata A. PDB Tanaman Perkebunan B. PDB Sektor Pertanian C. PDB Nasional 1, , , , , , , , , , Kontribusi PDB Tanaman A. Terhadap sektor pertanian 15.72% 15.68% 15.75% 15.91% 15.73% 15.40% 15.47% 15.64% 15.94% 16.15% 15.74% B. Terhadap PDB Nasional 14.92% 14.50% 14.21% 13.82% 13.67% 13.58% 13.17% 12.78% 12.53% 12.27% 13.55% 3. Pertumbuhan Lapangan Usaha A. PDB Tanaman Perkebunan 2.47% 3.79% 4.55% 3.66% 1.74% 3.49% 4.48% 6.23% 4.91% 3.92% B. PDB Sektor Pertanian 2.72% 3.36% 3.47% 4.83% 3.96% 3.01% 3.37% 4.20% 3.54% 3.60% C. PDB Nasional 5.69% 5.50% 6.34% 6.01% 4.63% 6.22% 6.49% 6.26% 5.78% 5.88% Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor andalan dalam menyumbang devisa. Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit adalah produk-produk di mana lebih dari 50 persen dari total produksi adalah untuk ekspor. Lima tahun terakhir, sektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa dengan dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$4 miliar per tahun. Nilai tersebut belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan, karena ekspor olahan perkebunan dimasukkan pada sektor perindustrian. Peran strategis lain dari sektor perkebunan dalam isu global yang perlu mendapat perhatian adalah kontribusinya dalam ketahanan pangan. Minyak goreng dan gula merupakan produk perkebunan yang mempunyai peran penting dalam memelihara ketahanan pangan. Negara-negara maju seperti Amerika, Jepang dan Eropa, berusaha memaksimalkan tingkat produksi pangannya dalam upaya mencapai ketahanan pangan mengingat ketahanan pangan merupakan salah satu syarat penting dalam ketahanan nasional.

3 3 Sektor perkebunan juga berperan penting dalam hal isu lingkungan yang merupakan isu global yang secara konsisten gaungnya semakin menguat. Pengembangan komoditas perkebunan di areal yang marginal merupakan wujud kontribusi sektor perkebunan dalam memelihara lingkungan/konservasi. Sebagai contoh, pengembangan tanaman teh di daerah pegunungan dengan kemiringan yang tajam dengan kondisi lahan yang kritis, berperan penting dalam konservasi lingkungan. Pengembangan komoditas karet di lahan kering dan kritis juga memberi kontribusi nyata dalam memelihara bahkan memperbaiki lingkungan. Di samping itu, pengembangan komoditas karet dalam bentuk agroforestry serta pemanfaatan kayu karet sebagai pengganti kayu dari hutan primer merupakan kontribusi lain perkebunan karet dalam konservasi lingkungan. Pengembangan komoditas kelapa sawit di lahan rawa juga merupakan wujud kontribusi sektor perkebunan dalam memelihara lingkungan. Selanjutnya, pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel juga merupakan bentuk lain dari pengembangan perkebunan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan. Pada masa mendatang, kontribusi ini akan semakin strategis ketika cadangan minyak bumi yang dimiliki semakin menipis serta harga minyak yang mulai meningkat. Salah satu perusahaan agribisnis yang memiliki reputasi baik di Indonesia adalah PT. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia, Tbk. atau kemudian dikenal dengan nama Lonsum, telah berdiri sejak tahun 1906 dengan nama Harrisons & Crossfield Plc yang berbasis di London, berkembang menjadi sebuah perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia bahkan di dunia internasional dengan mengelola lahan seluas lebih dari hektar untuk perkebunan kelapa sawit, karet, kakao dan teh yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi dan Jawa.

4 4 Pada tahun 1994, Harrisons dan Crossfield menjual seluruh saham Lonsum kepada PT. Pan London Sumatera Plantations (PPLS), yang membawa Lonsum go public melalui pencatatan saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun Pada bulan Oktober 2007, Indofood Agri Resources Ltd., anak perusahan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., menjadi pemegang saham mayoritas Perseroan melalui anak perusahaannya di Indonesia, yaitu PT Salim Ivomas Pratama, Tbk. ( Di awal berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian dirubah menjadi kelapa sawit di era Di akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai komoditas utama Perseroan. Sampai dengan akhir tahun 2012 perseroan mengelola 41 perkebunan, pengelolaan kebun dilakukan dengan menerapkan kemajuan penelitian dan pengembangan, keahlian di bidang agro-manajemen dan tenaga kerja yang terampil serta professional. Bidang bisnis Lonsum mencakup pemuliaan tanaman, penanaman, pemanenan, pengolahan, pemrosesan dan penjualan produk-produk kelapa sawit, karet, kakao dan teh. Perseroan saat ini memiliki 21 pabrik pengolahan yang sudah beroperasi di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Dalam dunia industri perkebunan Lonsum dikenal sebagai produsen bibit kelapa sawit dan kakao yang berkualitas baik. Bisnis berteknologi canggih tersebut adalah kunci utama pertumbuhan Perseroan. Kontribusi kelapa sawit terhadap omset Lonsum sangat dominan, akhir tahun 2012, kontribusi kelapa sawit dan turunannya pada penjualan Lonsum mencapai 80,53 persen disusul karet 12,71 persen, penjualan bibit kelapa sawit sebesar 5,84 persen dan lain-lain sebesar 0,92 persen.

5 5 Tabel 1.2 Realisasi Penjualan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Tahun 2012 Produk Penjualan 2012 Nilai % (Rp Trilyun) Kelapa Sawit 3, % CPO 3, % PKO % Karet % Bibit Kelapa Sawit % Lainnya % Total 4, % Sumber: PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk., Permasalahan Ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil hingga saat ini memunculkan kekawatiran akan terjadinya krisis energi, mengingat ketersediaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi yang tidak terbarukan semakin hari ketersediaannya semakin menipis. Indonesia pada beberapa puluh tahun yang lalu dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi yang cukup terpandang dan beberapa kali wakilnya ditunjuk menjadi Presiden Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) namun cerita itu nampaknya kini hanya tinggal kenangan karena saat ini Indonesia telah menjadi pengimpor BBM-Fosil yang cukup besar karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi kebutuhan Indonesia akan BBM-Fosil. Harga BBM-Fosil tersebut kecenderungannya semakin tinggi, Indonesia tentunya tidak ingin terus menerus bergantung pada minyak luar negeri, maka Indonesia memerlukan sumber energi alternatif dan terbarukan. Keseriusan Pemerintah Indonesia menghadapi permasalahan BBM tergambar dengan dicanangkannya pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biodiesel dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Satu hal yang penting diatur adalah rencana penggunaan bahan bakar yang

6 6 bersumber dari tanaman untuk Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti kelapa sawit, jarak pagar, tebu, dan singkong. Bahan Bakar Nabati atau biodiesel merupakan bahan kimia yang dipakai sebagai chemical additive untuk minyak diesel, sebagai pengganti solar juga sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan karena berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti minyak kelapa sawit (CPO) atau minyak jarak (jatropha curcas), dan lain-lain. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peranan sangat penting dalam perdagangan minyak sawit dunia. Saat ini Indonesia menempati urutan pertama sebagai produsen minyak sawit dunia. Hal ini merupakan gambaran bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup besar di dalam menghasilkan berbagai jenis biofuel dikarenakan tingginya keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan berbagai jenis tanaman yang tersedia secara lokal yang dapat dikembangkan untuk dapat menghasilkan bahan bakar nabati. Dari segi ketersediaan lahan yang dapat dimanfaatkan seluas jutaan hektar kawasan hutan yang saat ini dalam keadaan kritis dan belum termanfaatkan serta terkesan ditelantarkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bionergi. Sampai saat ini produsen bahan bakar nabati di Indonesia mayoritas masih menggunakan Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku biofuel. CPO saat ini didorong sebagai salah satu sumber bahan bakar atau energi alternatif yang ramah lingkungan dan bersumber dari minyak tumbuh-tumbuhan (nabati) seperti CPO dengan diproses sebagai biodiesel. Industri kelapa sawit saat ini menjadi salah satu industri perkebunan yang mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan sentimen yang positif terhadap pemanfaatan CPO atau minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap CPO. Peningkatan ini terkait dengan energi atau bahan bakar alternatif yakni bahan bakar nabati sebagai pengganti

7 7 bahan bakar fosil, sebagai dampak dari meningkatnya harga minyak bumi di tahun Keadaan ini tentunya menjadi pilihan menarik buat investor dalam berinvestasi pada perusahaan-perusahaan produsen CPO, terlebih lagi produsen CPO yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. merupakan salah satu alternatif pilihan investasi dikarenakan harga CPO sebagai komoditas utama Lonsum cukup kompetitif. Namun demikian seiring dengan dinamika pasar prospek jangka panjang yang cukup menjanjikan tersebut, Lonsum sebagai salah satu perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia tentunya sesuai dengan tujuan bisnisnya berkeinginan menjadikan bisnisnya tetap eksis dan berkelanjutan. Salah satu langkah yang ditempuh oleh manajemen Lonsum dalam menjaga keberlanjutan bisnisnya adalah dengan menjaga kepercayaan pasar khususnya pasar modal agar harga saham Lonsum di lantai bursa tetap terjaga, adapun langkah yang ditempuh oleh manajemen Lonsum adalah dengan melakukan aksi pembelian kembali (buy back) saham yang ada di masyarakat. Aksi buy back (pembelian kembali) saham-saham yang ada di masyarakat dengan beberapa alasan antara lain sebagai berikut. 1. Harga saham yang beredar lebih rendah dari nilai potensialnya/wajarnya. 2. Pemegang saham mayoritas diuntungkan jika membeli kembali saham yang beredar dan murah. 3. Publik pemegang saham yang akan menjual sahamnya diuntungkan karena harga saham buy back biasanya lebih tinggi dari nilai pasar saham bulan-bulan sebelumnya. 4. Publik pemegang saham yang tetap memegang saham akan diuntungkan karena deviden saham akan naik karena saham beredar lebih sedikit setelah buy back.

8 8 Bapepam-LK mengeluarkan dua peraturan mengenai pembelian kembali saham yakni: Peraturan Nomor XI.B.2 tanggal 13 April 2010 tentang Pembelian Kembali Saham yang dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik dan Peraturan Nomor XI.B.3 tanggal 9 Oktober 2008 tentang Pembelian Kembali Saham yang dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berpotensi Krisis. Inti dari peraturan ini adalah pembelian kembali saham emiten dibatasi maksimal sebanyak 20 persen dari modal disetor. Beberapa emiten yang melakukan aksi buy back saham pada tahun antara lain sebagai berikut. 1. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. yang telah memulai buy back saham sejak tahun 2005 yang terbagi menjadi 3 tahap dan telah menelan dana Rp4,2 triliun. Pada tahun memasuki tahap keempat dengan anggaran dana sebesar Rp5 triliun dan sejak RUPS bulan Mei 2011 hingga bulan November telah menelan dana Rp1,5 triliun. 2. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. melakukan buy back saham tahun sebanyak 5 persen saham yang beredar dengan anggaran Rp2,04 triliun. 3. PT. Lippo Karawaci Tbk. melakukan buy back saham senilai Rp600 miliar. 4. PT. Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk. melakukan buy back saham sebanyak 707,72 juta lembar saham atau setara dengan 4 persen. 5. PT. Ciputra Property Tbk. melakukan buy back saham tahun sebanyak 10 persen saham yang beredar dengan anggaran sebesar Rp204,68 miliar. Masyarakat yang menjadi pemegang saham minoritas akan menerima keuntungan karena harga saham akan semakin naik dan karena jumlah saham beredar berkurang, maka deviden yang diterima akan bertambah. Sampai dengan akhir tahun 2011 komposisi saham perusahaan sebagai berikut.

9 9 Tabel 1.3 Susunan Pemegang Saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Sumber: PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk., 2013 Berdasarkan data pada beberapa kuartal terakhir, harga saham Lonsum (LSIP) terus mengalami tekanan, hal ini menjadi perhatian manajemen untuk mengatasinya agar saham lonsum di bursa tidak terus mengalami tekanan. Salah satu strategi untuk mengurangi tekanan tersebut manajemen akan melakukan pembelian kembali saham (buy back) yang beredar di pasar (bursa), adapun perkembangan harga saham Lonsum beberapa tahun terakhir digambarakan sebagai berikut. Sumber: Gambar 1.1 PerkembanganHarga Saham PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

10 Keaslian Penelitian Berbagai penelitian mengenai penilaian perusahaan terbuka telah dilakukan oleh para ahli. Penelitian saham perusahaan khususnya mengenai buy back saham telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain sebagai berikut. Tabel 1.4 Penelitian Saham Perusahaan mengenai Buy Back Saham No Nama dan Tahun Hasil Penelitian Lamba dan Ramsay, Kahle, 2002 Banerjee dan 3 Chakraborty, Jennergen, 2006 Cassia, Plati, 5 Vismara, 2007 Brailsford et.al., Meneliti perusahaan-perusahaan di Australia yang melakukan pembelian kembali saham menyatakan terdapat hubungan sangat erat antara kondisi keuangan dengan perubahan peraturan pemerintah. Meneliti perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat yang melakukan pembelian saham kembali ketika Direksi memiliki kewajiban yang besar dan ketika karyawan yang memiliki opsi membeli saham perusahaan. Sekali diputuskan untuk melakukan pembelian kembali, maka kodisi perusahaan menjadi positif sehingga kesehatan perusahaan membaik dan mampu membeli kembali saham. Menjelaskan bahwa banyak prosedur akuntansi dan pelaporannya mengenai pembelian kembali saham perusahaan di India belum diatur demikian pula peraturan akuntansi internasional. Dalam artikel ini diuraikan perlakuan akuntansi dan aspek pelaporannya mengenai transaksi pembelian kembali saham dan pernyataan keterbukaannya. Melakukan penelitian tentang penggunaan continuing value atau nilai terminal di dalam menilai perusahaan dengan menggunakan model discounted cash flow. Model ini menilai ekuitas perusahaan dengan cara mendiskon free cash flow dari operasi perusahaan kemudian dikurangi dengan the firm s interest-bearing debt sehingga menghasilkan nilai ekuitas perusahaan. Melakukan penelitian tentang penilaian ekuitas dengan menggunakan discounted cash flow sebagai alat analisis dari hipotesis jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjangnya periode proyeksi pertama yang dijabarkan sebagai periode di mana return on capital lebih besar dari biayanya dan merupakan akhir dari Competitive Advantage Period adalah salah satu parameter yang paling penting. Menjelaskan keterbukaan alasan perusahaan dan manajemen untuk melakukan pembelian kembali saham. Manajemen menahan untuk

11 11 No Nama dan Tahun Hasil Penelitian 7 8 Nadarajan et.al., 2009 Mohanty dan Panda, 2011 menjual jika prospek pertumbuhan rendah dan konstan. Manajemen akan menyatakan bahwa harga saham terlalu rendah, perlu restrukturisasi dan likuiditas saham, maka perlu dilakukan pembelian kembali. Menjelaskan efek terhadap pendapatan kotor perusahaan di Malaysia karena mengumumkan akan melakukan pembelian kembali saham perusahaan dibandingkan pendapatan sebelumnya. Makalah ini menjelaskan dampak terhadap tiga hal yakni Earning Per Share (EPS), Dividend Payout (DP) dan Cash Flow (CF) dan dampak tiga hal ini terhadap harga pembelian kembali sahamnya. Menjelaskan efek dari pembelian kembali saham dengan kasus 25 perusahaan di India dan reaksi pasar yang diukur dengan Efficient Market Hypothesis. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian/tesis sebelumnya mengenai right issue atau buy back saham. Dalam tesis ini kesamaan dengan penelitian sebelumnya adalah digunakannya free cash flow sebagai salah satu tolok ukur nilai saham, sedangkan perbedaan dalam tesis ini adalah digunakannya metode pembanding data pasar (relative valuation), objek penelitian dan waktu penelitian. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengestimasi nilai wajar/nilai intrinsik ekuitas PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. dengan menggunakan metode discounted cash flow dan metode relative valuation. 2. Membuktikan bahwa buy back saham oleh perusahaan dapat mengangkat nilai wajar saham.

12 Manfaat penelitian Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi emiten penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam menetapkan harga pembelian kembali saham perusahaan secara wajar. 2. Bagi investor dan pemegang saham penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan apakah sudah waktunya untuk menjual atau membeli saham perusahaan. 3. Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan tolok ukur kondisi pasar saham pada saat kondisi makro eknomi yang berpotensi krisis. 1.4 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I adalah Pengantar yang akan disampaikan uraian tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis yang akan dipaparkan tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori, dan alat analisis yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab III adalah Analisis Data yang berisi tentang gambaran umum perusahaan, analisis makroekonomi dan industri, serta proses penilaian saham dengan menggunakan beberapa pendekatan dan metode yang berbeda berdasarkan analisis data yang sudah diperoleh. Bab IV merupakan bab terakhir yang berisi Kesimpulan dan Saran atas hasil penelitian. Bab ini berisi kesimpulan hasil analisis yang didapatkan dari penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian, saran yang disampaikan sebagai sumbangan pemikiran, dan keterbatasan dari penelitian yang dilakukan.