BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah"

Transkripsi

1 BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1. Kondisi Umum Daerah Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah A. Luas dan batas wilayah administrasi Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas lima wilayah administrasi dengan 4 (empat) kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan 1 kota yaitu Kota Tarakan. Ibukota Provinsi Kalimantan Utara terletak di Tanjung Selor, yang saat ini berada di Kabupaten Bulungan. Berdasarkan batas kewenangan provinsi, Provinsi Kalimantan Utara diketahui memiliki luas lautan seluas Km 2 (13% dari luas wilayah total). Secara administratif Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan negara Malaysia tepatnya dengan negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia. Adapun batas wilayah Provinsi Kalimantan Utara, sebagai berikut: Sebelah Utara : Negara Sabah (Malaysia) Sebelah Timur : Laut Sulawesi Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Timur Sebelah Barat : Negara Sarawak (Malaysia) B. Letak dan Kondisi Geografis Batas daerah daratan terdapat sekitar km garis perbatasan antara Provinsi Kalimantan Utara dengan Negara Malaysia. Posisi geografis Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia membuat provinsi ini berada di lokasi strategis terutama dalam 1

2 pertahanan dan keamanan negara. Selain itu, menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, diketahui bahwa provinsi ini juga berada di jalur pelayaran internasional (Alur Laut Kepulauan Indonesia/Archipelagic Sealand Passage) dan merupakan pintu keluar/outlet ke Asia Pasifik. Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Utara menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut: Kabupaten/Kota Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara Ibukota Luas Daratan (Km 2 ) Jumlah Kecamatan Jumlah Desa dan Kelurahan Bulungan Tanjung Selor , Malinau Malinau , Nunukan Nunukan , Tana Tidung Tideng Pale 4.828, Tarakan Tarakan 250, Kalimantan Utara Tanjung Selor , Sumber: Undang Undang No. 20 Tahun 2012 dan Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2017 Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki luas ± ,70 km 2, terletak pada posisi antara Bujur Timur dan antara Lintang Utara. Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Utara (56% dari total luasan), sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Tarakan (1% dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara). Kondisi geografis Provinsi Kalimantan Utara selain berupa pegunungan juga merupakan daerah kepulauan. Pulaupulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten Nunukan, Bulungan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Gambar 2. 1 Persentase Luas Daratan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara 2

3 18,341% 6,398%,332% 18,453% Bulungan Malinau Nunukan 56,475% Tana Tidung Tarakan Sumber: Hasil Olahan, 2016 Jumlah pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara adalah 161 pulau dengan luas total mencapai m 2. Pulau-pulau besar diantaranya yaitu Pulau Tarakan (249 m 2 ), Pulau Sebatik (245 m 2 ), Pulau Nunukan (233 m 2 ), Pulau Tanah Merah (352 m 2 ). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah Km, 908 Km (23%) merupakan garis pantai daratan, dan Km (77%) merupakan garis pantai kepulauan. Gambar 2. 2 Peta Administratif Provinsi Kalimantan Utara 3

4 Sumber: Bappeda Kalimantan Utara No. C. Topografi Kondisi topografi merupakan elemen dasar dari suatu wilayah untuk mengetahui karakteristik fisik suatu daerah. Karakteristik fisik akan mempengaruhi pola dan jenis pembangunan yang akan diterapkan di wilayah tersebut. Kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan air laut merupakan indikator untuk mengetahui kondisi topografi di suatu daerah. Tabel 2.2 Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut di Provinsi Kalimantan Utara (Ha) Kabupaten/Kota Kelas Ketinggian 0-7 m 7-25 m m m m >1000m 1 Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: Kalimantan Utara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016 Hampir setengah dari total luasan wilayah provinsi ini memiliki kelas ketinggian antara m di atas permukaan laut (38,77%), hanya sekitar 5,92% yang memiliki kelas ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. Perkembangan pembangunan diperkirakan akan mengelompok di wilayah yang memiliki ketinggian relatif lebih landai, sedangkan wilayah pegunungan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dijadikan kawasan lindung dan recharge area (daerah resapan air). Sebagian besar wilayah Kabupaten Bulungan berada pada ketinggian m di atas permukaan laut (31,61%). Kabupaten Malinau dan Nunukan didominasi oleh wilayah yang berada di kelas ketinggian m di atas permukaan laut, yaitu masing-masing 58,46% dan 24,12%. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh wilayah dengan ketinggian 7-25 m di atas permukaan laut dan hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian m di atas permukaan laut (0,01%). Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh kelas ketinggian 7-25 m di atas permukaan laut (72,41%), sementara sisanya (27,59%) berada pada ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. 4

5 Sebagian besar wilayah di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40%, dengan persentase mencapai 76,27% dari luas wilayah provinsi ini ( Ha). Kondisi topografi Kabupaten Malinau, Nunukan, dan Bulungan didominasi oleh kemiringan lereng di atas 40%, khususnya wilayah bagian tengah dan barat yang sebagian besar merupakan hulu sungai. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh kemiringan lereng 0-2% dan 2-15%. Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh wilayah yang landai (2-15%). No Tabel 2.3 Kelas Kemiringan Lereng di Provinsi Kalimantan Utara (Ha) Kabupaten 0-2% (Datar) Kelas Lereng/Kemiringan 2-15% (Sangat Landai- Landai/ Bergelombang) 15-40% (Agak Curam- Curam) >40% (Sangat Curam- Terjal) Jumlah (Ha) 1 Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Persentase (%) 10,85 6,06 6,81 76, Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 D. Geologi Kondisi geomorfologi atau fisiografi Provinsi Kalimantan Utara meliputi daratan dan lautan. Daratan berada di bagian barat, sedangkan lautan berada di bagian timur hingga kawasan perairan Ambalat. Bagian barat yang berupa daratan tercermin sebagai pegunungan hingga perbukitan yang merupakan unit geomorfologi (bentang alam) struktur baik berupa lipatan maupun patahan, sedangkan bagian timur sebagai dataran hingga pantai atau dikenal sebagai bentang alam aluvial, sedangkan bentang alam laut berada di bagian paling timur wilayah. Litostratigrafi tersusun atas batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoium dan Kwarter. Batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoikum dan Kwarter banyak tersingkap di bagian barat Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, 5

6 Kabupaten Bulungan, dan Kota Tarakan). Batuan tersier yang belum banyak tersingkap terdapat di kawasan pantai dan di bawah laut (Selat Sulawesi). Batuan Paleozoikum dan Mesozoikum berupa batuan metamorfosa seperti sekis, pilit, marmer, gneiss, dan kwarsit, maupun batuan beku seperti granit/diorit, dan batuan sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu lempung, batu gamping yang umumnya telah mengalami diagenesis atau metamorfisme. Batuan Kenozoikum (Tersier) antara lain terdiri dari beberapa formasi yang berupa batuan sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu lempung, batubara dan batu gamping, serta batuan volkan atau batuan beku seperti granit, rhyolit, trachit, diorit dan andesit. Batuan sedimen Tersier tersebut terbentuk dalam suatu cekungan yang dikenal sebagai Cekungan Tarakan dan termasuk salah satu cekungan penghasil minyak dan gas di Kalimantan Utara. Struktur geologi berupa lipatan yang berarah barat daya-timur laut berupa antiklin dan sinklin serta struktur patahan geser dengan arah barat laut-tenggara hingga utara-selatan dan sesar naik berarah barat daya-timur laut. Struktur antiklin dan patahan seringkali berfungsi sebagai perangkap minyak dan gas. Perangkap minyak dan gas dapat pula berupa perangkap stratigrafi. Berdasarkan stratigrafi tersier di Cekungan Tarakan yang terdiri dari bermacam batuan sedimen yang dapat berfungsi sebagai batuan induk, batuan reservoir, dan batuan penutup, sedangkan kondisi gradient geothermis dan perangkap geologi minyak dan gas bumi baik struktur geologi dan stratigrafi, maupun terjadinya migrasi minyak dan gas bumi memenuhi syarat bagi sistem perminyakan yang ada di Cekungan Tarakan. Dengan demikian Cekungan Tarakan yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai potensi minyak dan gas bumi yang sebagian besar masih dalam taraf penyelidikan eksplorasi, dan sebagian kecil sudah berproduksi seperti di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan. Dari stratigrafinya, Cekungan Tarakan mempunyai potensi batubara yang melimpah pada formasi batuan sedimen yang berumur Tersier. Penambangan batubara sudah dilakukan di Kabupaten 6

7 Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Bulungan. Selain itu terdapat batuan beku asam hingga batuan beku menengah seperti granit, rhyolit, trachyt, diorit, dan andesit yang mengindikasikan adanya kegiatan magmatik pada saat Miosen. Adanya kegiatan magmatik asam hingga menengah ini dapat menyebabkan terjadinya mineralisasi bijih dalam bentuk senyawa sulfida yang mengandung unsur emas, tembaga, perak, seng, dan timbal sebagai endapan epitermal maupun mesotermal. Dampak lain dari kegiatan magmatik ini adalah terjadinya alterasi hidrotermal terhadap batuan batuan yang lebih tua sehingga menghasilkan bahan galian seperti kaolin dan bentonit yang berpotensi sebagai bahan dasar untuk industri keramik. Kondisi stratigrafi juga memungkinkan terbentuknya batu gamping dari formasi yang berumur tersier dan tersingkap di permukaan seperti di Kabupaten Bulungan dalam jumlah yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen. Ditemukan juga pasir kwarsa yang merupakan hasil rombakan batuan tersier baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf seperti yang terdapat di Kabupaten Nunukan. Pasir kwarsa ini berpotensi sebagai bahan dasar untuk industri kaca atau bahan bangunan yang lain. Potensi sumberdaya geologi yang berupa sumberdaya mineral khususnya emas secara informasi tidak resmi terdapat di Kabupaten Nunukan yang diperkirakan mempunyai cadangan cukup besar, namun belum dikelola dengan baik. Penambangan sumberdaya mineral khususnya emas harus memperhatikan masalah lingkungan yang terkait dengan pencemaran unsur unsur berbahaya seperti As dan Hg terhadap air tanah maupun air permukaan. E. Hidrologi Kondisi hidrologi wilayah Provinsi Kalimantan Utara dapat berupa air permukaan dan air bawah permukaan (air tanah). Air permukaan tercermin sebagai aliran sungai yang terbagi menjadi beberapa DAS (daerah aliran sungai), mata air, dan air tanah. Kawasan resapan air 7

8 terletak di daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak di bagian barat, diantaranya terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kabupaten Nunukan, sedangkan kawasan tangkapan air terletak di bagian timur yang berupa dataran aluvial dan dataran fluvial. Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi Sumber Daya Air (SDA) yang sangat besar. SDA tersebut terdiri dari jumlah curah hujan di Kalimantan Utara yang cukup tinggi, sungai-sungai besar, mata air yang banyak, dan rawa yang luas. Potensi yang besar tersebut banyak dimanfaatkan untuk menunjang kesejahteraan dan membantu kehidupan masyarakat Kalimantan Utara. Namun, karena peran SDA sangat besar tersebut juga membuat potensi daya rusak dan pencemaran sangat mungkin meningkat. Sungai merupakan bagian penting dari DAS, sangat berperan penting bagi kehidupan dan aktivitas masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Sungai-sungai yang ada di wilayah ini antara lain adalah Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Pimping, Sungai Bandan, Sungai Sekatak, Sungai Jelarai, Sungai Linuang Kayan, Sungai Betayau, Sungai Sembakung, Sungai mandul, Sungai Semandak, Sungai Mintut, Sungai Manguli. Sungai tersebut merupakan media transportasi air bagi masyarakat. Selain itu, sungai tersebut juga sebagai sumber mata pencaharian nelayan tradisional di wilayah ini (Profil Daerah Provinsi Kalimantan Utara, 2014). Tabel 2.4 Nama dan Panjang Sungai Utama di Provinsi Kalimantan Utara (Km) No. Kabupaten/Kota Nama Sungai Panjang Sungai (Km) 1 Bulungan Sungai Kayan/Kahayan Malinau Sungai Sesayap Sungai Sembakung Nunukan Sungai Sembakung Sungai Sebuku Tana Tidung Sungai Sesayap Tarakan Sungai Binalatung Sungai Bengawan Sumber: Laporan Akhir Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 Berdasarkan hasil inventarisasi jumlah sungai dalam dokumen SLHD tiap Kabupaten/Kota, Provinsi Kalimantan Utara memiliki 123 8

9 sungai dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Pamusian dengan panjang km, sungai terpendek yaitu Sungai Bebakin yang hanya memiliki panjang 1 Km. Untuk kategori sungai terlebar, Sungai Kayan menjadi yang utama dengan lebarnya yang mencapai 550 km. Sementara Sungai Bebakil menjadi sungai tersempit karena hanya memiliki lebar 2 km. Walaupun bukan sungai yang terpanjang ataupun terlebar di Kalimantan Utara, Sungai Naha Aya memiliki debit maksimum yaitu 1.992,52 m3/detik. Kalimantan Utara hanya memiliki 1 danau yaitu Danau Kelaputan Mangkupadi yang terletak di Kabupaten Bulungan seluas 6 ha. Sementara untuk waduk dan embung semakin bertambah. Pada 2014, Kalimantan Utara memiliki 24 buah waduk dan 10 embung, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terdapat 9 buah waduk dan 11 embung. Sedangkan situ tidak terdapat di wilayah Kalimantan Utara. Waduk yang terluas dan volume paling besar di Provinsi Kalimantan Kalimantan Utara yaitu Waduk Irigasi Binusan di Kabupaten Nunukan dengan luas 3,6 ha dan volume 3000 m3. Sementara itu, Embung Air Baku Bolong di Kabupaten Nunukan menjadi embung terluas dan memiliki volume terbesar di provinsi ini. Luas embung tersebut yaitu 13,44 ha dengan volume m3. Tabel 2.5 Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Provinsi Kalimantan Utara No. Jenis Nama Luas (Ha) Volume (m 3 ) 1 Danau Kelaputan Mangkupadi 6-2 Waduk Waduk Irigasi Binusan, Nunukan 3, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator I, Binusan 0, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator II, Binusan 0, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator III, Binusan 0, Waduk Bendung Irigasi Binusan Kecil, Nunukan 0, Waduk Bendung Irigasi Sei Jepun, Nunukan Selatan 0, Waduk Bendung Irigasi Mansapa, Nunukan Selatan 2, Waduk Bendung Irigasi Mamolo, Tanjung Harapan 2, Waduk Bendung Irigasi Lancang I, Nunukan Selatan 0, Waduk Bendung Irigasi Lancang II, Nunukan Selatan 0, Waduk Bendung Irigasi Lancang III, Nunukan Selatan 1, Waduk Bendung Irigasi Kp. Solok, Simengkadu 0, Waduk Bendung Irigasi Liang Bunyu, Sebatik Barat Waduk Bendung Irigasi Kp. Enrekang 1, Sebatik 0, Waduk Bendung Irigasi Enrekang 2, Sebatik Barat 0,5 37,5 17 Waduk Bendung Irigasi Enrekang 3, Sebatik Barat 0,5 90 9

10 No. Jenis Nama Luas (Ha) Volume (m 3 ) 18 Waduk Bendung Irigasi Kp. Sinjai, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 1, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 2, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 3, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 1, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 2, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Tembaring Atas, Sebatik Barat 0, Waduk Bendung Irigasi Tembaring Bawah, Sebatik Barat 0, Embung Embung Air Baku Bilal, Nunukan 11, Embung Embung Air Baku Bolong, Nunukan 13, Embung Embung Sei Pancang Embung Embung Air Baku Tanjung Karang, Sebatik 0, Embung Embung Air Baku Lapio, Sebatik Barat 2 986,53 31 Embung Embung Air Baku Sianak, Sebatik Barat ,5 32 Embung Embung Irigasi Bebakil 1, Sebatik Barat 1 12,5 33 Embung Embung Irigasi Bebakil 2, Sebatik Barat 0, Embung Embung Persemaian, Tarakan 13, , Embung Embung Binalatung, Tarakan ±70 666,66 36 Embung Embung Bengawan, Tarakan 16, Sumber: Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Keterangan: ( - ) Tidak dilakukan pengukuran Kabupaten Malinau tidak terdapat danau/waduk/situ/embung Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat danau/waduk/situ. Sementara Embung masih dalam tahap perencanaan F. Klimatologi Kondisi klimatologi Provinsi Kalimantan Utara hampir sama dengan wilayah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis, terlebih letak provinsi ini berada di utara lintang 00. Suhu udara maksimal terjadi pada bulan November dengan 34,40o C dan minimal terjadi pada bulan Februari yaitu 23,400 C. Kondisi rata-rata kelembapan udara tahun 2014 di provinsi ini mencapai angka 84% serta memiliki tekanan udara rata-rata 1.009,7 Mbs. Untuk keadaan kecepatan angin terdapat dalam range yang tidak terlalu fluktuatif, yaitu 4-5 knot dari tahun Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 410 mm, sedangkan paling rendah terjadi pada bulan Agustus dengan 132 mm. Rata-rata penyinaran matahari di Provinsi Kalimantan Utara selama tahun diketahui cukup fluktuatif dengan rata-rata terjadi 51 penyinaran matahari pada tahun Tabel 2.6 Kondisi Klimatologi di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Stasiun/Station Tanjung Selor Nunukan Tarakan (1) (2) (3) (4) 10

11 Suhu/Temperature ( C) Maksimum/Maximum 34 33,89 - Minimum/Minimum 24 23,03 - Rata-Rata/Average 29 28,05 - Kelembaban Udara (persen) Humidity (percent) Maksimum/Maximum - 97,92 - Minimum/Minimum - 52,67 - Rata-Rata/Average 83,75 52,67 - Tekanan udara/atmospheric Pressure (mb) 1009, ,63 - Kecepatan Angin/Wind Velocity (knot) 4,16 4,86 - Curah hujan/precipitation (mm 3 ) 299,84 383,6 366,6 Penyinaran Matahari (persen) duration of Sunshine (percent) 55,75 84,16 - Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 G. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh hutan, dengan luasan mencapai Ha atau sekitar 90,06% dari luasan total wilayah. Luasan pertanian tersebar sekitar 1,55% atau Ha dari total luas wilayah. Penggunaan lahan hutan negara mendominasi di seluruh kabupaten, namun terbanyak terdapat di Kabupaten Malinau. Kondisi geografis provinsi ini yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam, sebagian besar dimanfaatkan sebagai hutan lindung. Penggunaan lahan permukiman hanya Ha atau 0,27% dari total luasan wilayah provinsi ini, dengan sebaran lahan permukiman paling tinggi berada di Kabupaten Nunukan. Tabel 2.7 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Provinsi Kalimantan Utara (Ha) No. Kabupaten Jenis Penggunaan Tanah Pemukiman Hutan Pertanian Pertambangan Lainnya 1 Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan

12 Kalimantan Utara Persentase (%) 0,27 90,06 1,55 0,12 8 Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 Sedangkan, jika dilihat dari SK Menteri Kehutanan No. 718 Tahun 2014, perbandingan luas areal penggunaan lahan dengan areal hutan dan tubuh air dapat dilihat pada tabel berikut ini. 12

13 Kawasan Areal Penggunaan Lain Tabel 2.8 Perbandingan Luas Areal Penggunaan Lahan, Areal Hutan, dan Tubuh Air di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Kabupaten Kabupaten Tana Provinsi Kota Tarakan Kabupaten Malinau Bulungan Nunukan Tidung Kalimantan Utara Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % ,27 29, ,74 72, ,60 8, ,18 32, ,51 46, ,30 19,1 Hutan Lindung ,60 15, ,33 27, ,51 17, ,95 11, ,39 14,9 Hutan Produksi ,53 18, ,98 9, ,53 19, ,97 43, ,01 14,7 Hutan Produksi yang Dapat ,50 0, ,89 0, ,67 2, ,06 0,75 Dikonversi Hutan Produksi Terbatas ,51 35, ,71 39, ,83 13, ,26 2, ,31 31,9 Tubuh Air ,21 25, ,39 19, ,60 17,8 Sumber: SK Menhut No. 718/2014 dalam Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun

14 Wilayah Rawan Bencana Berdasarkan dokumen Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran), dapat diidentifikasi bahwa potensi bencana yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara diantaranya: 1. Banjir Bencana banjir selama sepuluh tahun terakhir sering melanda seluruh wilayah kabupaten/kota di provinsi ini setiap tahunnya. Bencana ini bersifat temporer dan terjadi di setiap awal musim penghujan dan umumnya terjadi antara 2 hingga 6 hari. Daerahdaerah yang diidentifikasi sering mengalami banjir dan paling rawan banjir adalah kawasan perkotaan di sepanjang hilir sungai dan pesisir laut. 2. Tsunami Wilayah Kalimantan berdasarkan kondisi geologisnya merupakan kawasan yang relatif aman dari bencana gempa bumi, akan tetapi bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami harus tetap diwaspadai terutama di kawasan pesisir laut sekitar Kota Tarakan. Hal ini karena pada kawasan tersebut diidentifikasi memiliki sesar aktif yang berpotensi gempa tektonik. 3. Kebakaran Hutan dan Lahan Bencana kerusakan hutan di provinsi ini yang terjadi selain karena kegiatan illegal logging, adalah kebakaran hutan. Pada musim kemarau, suhu udara di beberapa wilayah di provinsi ini bahkan mencapai C hingga C. Berbagai kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan adalah pembukaan lahan untuk perladangan dan perkebunan, baik perkebunan rakyat, maupun perkebunan besar. Pembakaran merupakan cara termudah untuk membersihkan lahan, apalagi pada musim kemarau, tetapi jika tidak terkendali maka akan mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan yang cukup luas. 14

15 Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun , kerawanan terhadap bencana di provinsi ini secara garis besar terbagi menjadi gerakan tanah dan gempa bumi. 1. Gerakan Tanah Gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi berupa pergerakan massa tanah maupun massa batuan yang dalam keadaan tertentu bergerak ke bawah, baik melalui bidang geser maupun jatuh bebas. Gerakan tanah dapat terjadi karena gaya perlawanan tanah yang ada lebih kecil daripada gaya yang berusaha dan bekerja dari luar. Parameter yang digunakan untuk analisis gerakan tanah, antara lain sudut lereng, jenis tanah, tebal tanah, jenis batuan, beban atau tekanan, curah hujan, keberadaan sumber air, dan getaran. Berdasarkan parameter tersebut, sebagian besar Provinsi Kalimantan Utara memiliki kerentanan terhadap gerakan tanah labil, yaitu sekitar 65,74% dari total luas wilayah provinsi. a. Kerentanan tanah sangat stabil (11,72% dari total luas wilayah provinsi) terjadi terdapat di lembah sungai, yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Bulungan, sebagian wilayah Kabupaten Malinau, sebagaian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung, dan sebagian wilayah Kota Tarakan. Gerakan tanah di kawasan ini hampir tidak pernah terjadi. b. Kerentanan tanah stabil (0,79% dari total luas wilayah provinsi) terdapat di sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau, sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung. Pada kawasan ini gerakan tanah di kawasan ini sangat jarang terjadi, kecuali jika gangguan pada lereng. c. Kerentanan tanah menengah (12,70% dari total luas wilayah provinsi) terjadi pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau lereng jika lereng mengalami gangguan. Kawasan yang memiliki kerentanan tanah menengah 15

16 yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung. Jika sebelumnya terjadi gerakan tanah pada daerah ini, maka gerakan tanah tersebut akan kembali aktif akibat curah hujan tinggi dan erosi kuat. d. Kerentanan tanah labil (65,74% dari total luas wilayah provinsi) dan sangat labil (9,05% dari total luas wilayah provinsi) terjadi pada kawasan yang sering mengalami gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Gerakan tanah ini terjadi pada tingkat kelerengan cukup terjal, baik terjadi secara alamiah maupun karena terpicu aktivitas manusia, seperti akibat galian untuk pengambilan mineral ataupun pengundulan lereng. 2. Gempa Bumi Berdasarkan dokumen materi teknis, hasil analisis menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai bahaya goncangan gempa bumi dengan percepatan <0,05g dan MMI gempa bumi <IV. Percepatan batuan dasar sebesar 0,05g, menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai potensi sangat rendah terhadap ancaman gempa bumi. Skala intensitas gempa bumi sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara, menunjukkan angka kurang dari IV MMI, yang berarti gerakan hanya dirasakan oleh beberapa orang, dan tingkat kerusakan tidak sampai mengakibatkan barang pecah belah ataupun bergoyangnya bangunan. Jika dilihat dari dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun , secara lebih detail dapat diidentifikasi bahwa potensi rawan bencana alam maupun bencana alam geologi yang ada meliputi: 16

17 1. Kawasan rawan bencana alam: a. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. b. Kawasan rawan dampak kebakaran hutan, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. c. Kawasan rawan banjir, meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. 2. Kawasan rawan bencana alam geologi: a. Kawasan rawan gempa bumi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat terjadi mengalami goncangan gempabumi dengan skala lebih dari VI MMI. Kawasan gempa bumi terdapat di sepanjang pantai provinsi Kalimantan Utara. b. Kawasan liquifaksi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat terjadi liquifaksi, terutama yang mempunyai ketebalan litologi pasir hingga lanau lebih dari 10 meter, jenuh terhadap airtanah dengan muka airtanah kurang dari 1 meter dan gempa bumi lebih dari VI skala MMI. Kawasan liquifaksi terdapat di kecamatan yang berada di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara serta termasuk pulau-pulau yang berada di sekitar pantai. c. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif, terdapat di daerah daratan Provinsi Kalimantan Utara dengan indikasi Endapan Aluvial yang terpotong oleh patahannya. Kawasan yang terletak 17

18 di zona patahan aktif terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung. d. Kawasan rawan tsunami, meliputi kawasan yang diidentifikasikan kemungkinan dapat terjadi mengalami gelombang air laut pasang apabila gempa bumi mempunyai skala goncangan lebih dari VI skala MMI. Kawasan tsunami terdapat di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara termasuk pulau-pulau yang berada di sekitar pantai. e. Kawasan abrasi, ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan, dan Kabupaten Tana Tidung. Sementara itu, jika dilihat dari Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing kabupaten/kota yang bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah, dapat diidentifikasi bahwa masing-masing kabupaten/kota memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi geografi dan topografi wilayahnya. Berikut ini potensi bencana masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu: 1. Kabupaten Nunukan Berdasarkan Peta Potensi Bencana, di Kabupaten Nunukan terdapat tiga jenis ancaman bencana yaitu banjir, tanah longsor, dan abrasi. a. Kawasan potensi tanah longsor kurang lebih seluas (dua puluh ribu tiga ratus sembilan puluh delapan) hektar meliputi Kecamatan Simenggaris, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Sembakung, dan Kecamatan Sembakung Atulai. b. Kawasan potensi abrasi kurang lebih seluas (seribu seratus enam puluh tiga ribu) hektar dan tersebar di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. c. Kawasan potensi banjir kurang lebih seluas (dua puluh dua ribu empat ratus tujuh puluh satu) hektar yang meliputi Kecamatan Sebatik Utara, Kecamatan Sebatik Timur, Kecamatan Sebatik, dan Kecamatan Sebatik Tengah. 18

19 2. Kabupaten Bulungan Kawasan potensi bencana tanah longsor di Kabupaten Bulungan meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Timur. Kawasan potensi banjir meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Tengah, dan Kecamatan Peso. 3. Kabupaten Malinau Kawasan potensi bencana di Kabupaten Malinau berupa tanah longsor, banjir dan kebakaran hutan. a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi: Kawasan yang terletak di sepanjang aliran sungai yang rawan terhadap longsornya tebing sungai, meliputi: Malinau Seberang, Respen Tubu, Malinau Hilir, Malinau Kota, Malinau Hulu, Kuala Lapang, Tanjung Lapang, Taras, Lidung Kemenci, Pulau Sapi, Long Pujungan, Long Nawan, Bakau Hulu, Pujungan. Kawasan di sekitar gunung atau perbukitan curam yang rawan terhadap terjadinya longsor, meliputi: Data Dian, Long Berang, Sempayang dan Long Loreh. b. Kawasan potensi bencana banjir Kawasan potensi bencana banjir, meliputi permukiman di sepanjang aliran Sungai Sesayap, Sungai Mentarang, Sungai Malinau, Sungai Kayan, Sungai Bahau dan Sungai Pujungan dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di wilayah Kabupaten Malinau. c. Kawasan potensi bencana kebakaran hutan Kawasan potensi bencana kebakaran hutan, meliputi kawasan yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan karena kandungan batubara maupun aktivitas budidaya masyarakat dan atau penebangan hutan yang lokasinya menyebar secara acak berbentuk spot-spot pada kawasan hutan, yang terdapat di: Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan 19

20 Malinau Utara, Kecamatan Malinau Selatan, Kecamatan Mentarang, Kecamatan Pujungan, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Selatan, dan Kecamatan Sungai Boh. 4. Kabupaten Tana Tidung Kawasan potensi bencana tanah longsor dan bencana banjir di Kabupaten Tana Tidung meliputi: a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi kawasan yang berada di sekitar Kecamatan Sesayap dan Kawasan Gunung Rian, dan sekitarnya. b. Kawasan potensi bencana banjir, meliputi Desa Sengkong, Bandan Bikis, Bebatu, dan Menjelutung. 5. Kota Tarakan Kawasan potensi bencana di Kota Tarakan meliputi bencana tanah longsor dan banjir: a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi Kelurahan Karanganyar, Sebengkok, Pamusian, Kampung Empat, Pantai Amal, Kampung Enam, dan Mamburungan. b. Kawasan potensi bencana banjir meliputi: Kecamatan Tarakan Timur yang meliputi Jalan Sungai Sesayap, Jalan Meranti, Jalan Akasia, Jalan Bengkirai, Jalan Tengkawang. Kecamatan Tarakan Tengah yang meliputi Jalan Sebengkok Tiram, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Sebengkok AL, Jalan Martadinata. Kecamatan Tarakan Barat yang meliputi Jalan Slamet Riadi, Jalan Kenanga, Jalan Seroja, Jalan Anggrek, Jalan Matahari, Jalan Mulawarman. Kecamatan Tarakan Utara yang meliputi Jalan P. Aji Iskandar. 20

21 Demografi Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti fasilitas pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2012 sampai 2016 selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk terbanyak di Kota Tarakan ( jiwa tahun 2016), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Tana Tidung ( jiwa tahun 2016). Tabel 2.9 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten /Kota Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%) Bulungan ,44 Malinau ,04 Nunukan ,44 Tana Tidung ,34 Tarakan ,66 Kalimantan Utara ,80 Sumber: 1) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 Laju Pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Utara selama tahun adalah sebesar 3,80% dengan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar 7,34%. Relatif tingginya rata-rata pertumbuhan penduduk di kabupaten ini jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya mungkin disebabkan karena kabupaten ini merupakan daerah otonom baru, yang merupakan wilayah pemekaran dari 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Bulungan, yaitu 21

22 Kecamatan Sesayap, Sesayap Hilir, dan Tanah Lia sejak tahun 2012, sehingga menyebabkan meningkatnya migrasi penduduk ke wilayah ini. Sedangkan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Bulungan yaitu sebesar 2,44%. Kependudukan merupakan salah satu elemen dasar dalam suatu wilayah. Perkiraan mengenai kependudukan menurut berbagai karakteristik jumlah dan komposisi penduduk pada suatu wilayah merupakan input dari pembangunan yang sangat penting bagi perencanaan pembangunan seperti permintaan akan barang atau jasa pelayanan serta kebutuhan akan lahan di masa yang akan datang. Penduduk akan banyak dijumpai pada daerah-daerah yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana sosial, transportasi yang memadai, serta kondisi sosial ekonomi yang lebih baik. Daerah yang memiliki kepadatan tinggi merupakan daerah yang memiliki perkembangan ekonomi yang tinggi dan sebaliknya. Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Luas Wilayah Jumlah Penduduk (Km 2 ) Bulungan , ,29 9,52 Malinau , ,82 1,89 Nunukan , ,83 13,40 Tana Tidung 4.828, ,53 4,87 Tarakan 250, ,25 973,62 Kalimantan Utara , ,51 8,83 Sumber: 1) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2011, ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka , ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 Terdapat kesenjangan persebaran penduduk, terutama antara kabupaten dengan kota. Kepadatan penduduk di Kota Tarakan mencapai 973,62 jiwa/km 2 (tahun 2016), hal ini berbeda dengan kabupaten lain yang memiliki kepadatan hanya 1-12 jiwa/km 2. Sedangkan kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Malinau, yakni 1,89 jiwa/km 2. 22

23 Kota Tarakan merupakan salah satu pusat perkembangan ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara, sarana prasarana perkotaan di daerah tersebut relatif lebih lengkap sehingga menjadi salah satu faktor penarik penduduk untuk lebih memilih tinggal di Kota Tarakan, sementara luas kota ini yang sangat sempit jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Faktor lain yang mempengaruhi keadaan tersebut salah satunya adalah kondisi geografis. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan yang mempunyai kondisi topografi bergunung dengan kemiringan lereng sebagian besar di atas 40%, cukup sulit untuk pengembangan permukiman. Hal ini sangat berbeda dengan Kota Tarakan yang memiliki topografi yang landai sehingga lebih mudah untuk pengembangan permukiman. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara harus segera melakukan tindakan untuk meratakan persebaran penduduk di seluruh wilayah agar dapat mengurangi tekanan penduduk di satu daerah. Komposisi penduduk menurut umur dapat menggambarkan distribusi penduduk sesuai kelompok umur. Penduduk Kalimantan Utara dengan kelompok usia 5-9 dan mempunyai jumlah paling tinggi. Hal ini dapat dilihat dari piramida penduduk yang mengembang di bagian bawah. Kondisi ini berarti bahwa penduduk usia muda cukup dominan di provinsi ini. Komposisi penduduk menurut umur ini memperlihatkan bahwa warga usia produktif harus menanggung warga yang sudah tidak/belum produktif. Semakin besar proporsi penduduk usia tidak produktif, maka semakin besar beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif. 23

24 Gambar 2. 3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Potensi Sumber Daya Provinsi Kalimantan Utara memiliki kekeayaan alam yang beragam. Potensi sumber daya alam merupakan modal dasar bagi pembangunan wilayah ini. Adapun potensi sumber daya tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan a. Fokus komoditas tanaman pangan Provinsi Kalimantan Utara adalah padi, jagung, dan ubi kayu. Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan merupakan daerah potensial pengembangan ketiga komoditas tanaman pangan tersebut. b. Provinsi Kalimantan Utara memliki lahan pertanian yang potensial yaitu dengan luas sebesar ,57 Ha. Namun, hanya ,05 Ha yang termanfatkan menjadi lahan sawah. Artinya masih terdapat ,51 Ha lahan yang belum termanfaatkan secara optimal. 24

25 c. Luas panen di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu mengalami peningkatan 30,45%, yaitu dari hektar menjadi hektar. Luas lahan panen terbesar yaitu di Kabupaten Bulungan, sebesar hektar atau 54% dari total luas panen provinsi. 2. Sub Sektor Holtikultura a. Jenis tanaman buah-buahan yang menjadi fokus utama pengembangan di Provinsi Kalimantan Utara adalah buah jeruk, durian/lai, dan pisang. Dari data produksi komoditas buah yang memiliki keunggulan kompetitif adalah buah pisang dengan produksi rata-rata pada tahun 2012 adalah per ton. b. Produksi buah pisang yang paling besar adalah terdapat di Kabupaten Nunukan dengan produksi sebesar 51,28% dari total produksi provinsi. c. Kabupaten penghasil buah durian paling banyak adalah di Kabupaten Bulungan dengan total produksi sebesar 55,35% dari total produksi provinsi. Diketahui bahwa produksi buah durian di Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. d. Kabupaten penghasil buah jeruk paling banyak pada kurun waktu adalah Kabupaten Bulungan dengan total produksi sebanyak 54,62% dari total produksi provinsi. 3. Sub Sektor Peternakan a. Komoditas utama sektor peternakan adalah sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, dan itik. b. Ayam ras pedaging dan ayam kampung merupakan komoditas hewan ternak yang paling banyak populasinya. Populasi ayam ras pedaging sebanyak 76,86% dari total populasi hewan ternak provinsi. c. Produksi daging ayam ras pedaging pada periode waktu mencapai 56,59% dari total produksi daging hewan ternak, 25

26 diikuti hasil produksi daging ayam kampung dengan 18,32% dan sapi yang berjumlah 15,78%. 4. Sub Sektor Perkebunan a. Terdapat beberapa jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan antara lain Karet, kelapa, kopi, lada, aren, kakao, kelapa sawit, dan lain-lain. Namun yang menjadi komoditas unggulan hanya 4 jenis yaitu kakao dan kelapa (Prioritas I), serta kopi dan kelapa sawit (Prioritas II). b. Perkebunan kakao terdapat di semua kabupaten kecuali Kota Tarakan. Pada tahun 2012, luas perkebunan kakao seluas hektar, luas terbesar terdapat di Kabupaten Nunukan dengan luas ha. c. Luas serta jumlah produksi komoditas kelapa mengalami penurunan. Pada tahun 2012, luas perkebunan kelapa seluas hektar, sedangkan luas terbesar berada di Kabupayen Nunukan (1.085 hektar). Produksi panen kelapa terbesar yaitu di Kabupaten Bulungan. d. Luas dan produksi perkebunan kopi dalam kurun waktu mengalami penurunan. Luas panen mengalami penurunan, yaitu dari hektar menjadi hektar. Luas kebun kopi terbesar yaitu di Kabupaten Malinau seluas hektar. e. Luas dan hasil panen kelapa sawit dalam kurun waktu mengalami kenaikan. Luas perkebunan sawit meningkat dari hektar menjadi hektar. 5. Sub Sektor Kehutanan Dari enam klasifikasi hutan yang ada di Kalimantan, hanya empat jenis yang berada di Kalimantan Utara yaitu Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Wisata, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Luas total hutan di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah Ha. Dari keempat jenis hutan yang ada di Kalimantan Utara, yang terluas adalah hutan produksi terbatas 26

27 yaitu seluas Ha dan yang terkecil adalah Hutan Lindung yaitu seluas Ha. Kabupaten Malinau merupakan wilayah yang memiliki total luas hutan terbesar dengan luas hutan Ha, sedangkan yang terkecil di Kota Tarakan dengan luas total hanya sebesar Ha. Hutan lindung, hutan suaka alam & wisata, dan hutan produksi terbatas merupakan yang paling luas berada di Kabupaten Malinau. Sementara hutan produksi tetap yang terluas berada di Kabupaten Bulungan. Tabel 2.11 Luas Hutan (Ha) Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Hutan Lindung Hutan Suaka Alam & Wisata Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Jumlah Hutan Tetap Malinau Bulungan Nunukan Tana Tidung Tarakan Provinsi Kalimantan Utara Sumber: RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun Sub Sektor Perikanan Sumber daya perikanan berasal perikanan laut dan perikanan darat. Jenis perikanan darat adalah perairan umum, tambak, kolam, keramba dan budidaya pantai/laut. Pada sektor perikanan, jenis perikanan darat masih menjadi yang utama yakni dari jenis budidaya pantai yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi dari tahun ke tahun. Selain budidaya pantai, jenis perikanan darat yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi adalah dari tambak dan kolam. Sementara produksi perikanan laut juga sempat mengalami pertumbuhan produksi dari tahun , namun mengalami penurunan di tahun Wilayah dengan perikanan laut yang dominan adalah Kota Tarakan. Sedangkan wilayah dengan produksi 27

28 perikanan darat yang dominan adalah Kabupaten Nunukan, yakni dari sektor budidaya pantai. 7. Sektor Industri Pemerintah pusat telah menetapkan industri unggulan di Provinsi Kalimantan Utara adalah kakao. Jika dibandingkan dengan data perkebunan yang ada, komoditas kakao dan karet memang memiliki jumlah produksi yang tinggi. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah. berdasarkan data, industri di bidang agro dan hasil hutan masih lebih kecil dibandingkan dengan industri logam, mesin, elektronika, dan aneka industri. Oleh karena itu, pengembangan industri agro perlu lebih dimaksimalkan. Produk unggulan UMKM di provinsi ini, antara lain meubel rotan, anyaman bambu, anyaman rotan, anyaman manikmanik, kue dan roti, bubuk kopi, pengolahan logam, pembuatan kapal, pengolahan rumput laut, minyak atsiri, beras Adan, ikan teri, udang kering, kerupuk durian, amplang, dan batik. 8. Sektor Pariwisata Pola pergerakan wisatawan yang menggunakan jalur udara, yaitu melalui: (a) Jakarta-Balikpapan-Tarakan; (b) Yogyakarta-Balikpapan- Tarakan; dan (c) Jakarta-Makassar-Balikpapan-Tarakan. Untuk jalur laut, telah dilengkapi dengan pelabuhan utama yaitu di Pelabuhan Tarakan (Kota Tarakan) dan Pelabuhan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan). Daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Utara, antara lain: a. Daya tarik wisata Heart of Borneo (HoB). Heart of Borneo merupakan keunikan untuk menunjukkan keberadaan hutan primer terluas dan tertua di dunia, yaitu di jantung Kalimantan. b. Daya tarik wisata kawasan perkotaan Tarakan-Tanjung Selor. 28

29 Tarakan dikenal dengan minyak dan sejarah pendudukan bangsa asing, Bulungan merupakan salah satu kerajaan di Kalimantan Utara. c. Daya tarik wisata kawasan pesisir kepulauan (Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan) Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan merupakan wilayah dengan potensi wisata yang beragam mulai dari pantai sampai dengan hutan hujan tropis. d. Daya tarik wisata kawasan pedalaman (pedalaman Bulungan dan Tana Tidung) Daya tarik pariwisata ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu daya tarik wisata berbasis alam, wisata berbasis sejarah dan budaya, serta wisata berbasis kehidupan masyarakat yang lebih dominan. e. Kawasan Perbatasan Negara Kawasan pengembangan pariwisata perbatasan negara yang ada di Kalimantan Utara, meliputi daerah perbatasan Malinau yang berbatasan langsung dengan Serawak (Malaysia Timur). Dalam pengembangan wisata di kawasan ini, didominasi variasi wisata kehidupan masyarakat dan wisata berbasis alam. Adapun destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Pantai Amal, Wana Wisata Persemaian, Hutan Mangrove Tarakan, Air Terjun Martin Billa, Sungai Nyamuk, Long Bawan (Krayan), Gunung Rian, Batu Mapan, Hutan Lindung Sungai Sesayap, Pantai Kuning/Taman Laut Karang Tigau, Eks Kerajaan Bulungan. Berdasarkan dokumen RTRW Provinsi Kalimantan Utara, potensi pengembangan kegiatan ekonomi di provinsi ini, yaitu: 1. Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara hingga saat ini masih sangat tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian (termasuk sub sektor perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) dan sektor pertambangan dan penggalian, terutama sektor migas dan batubara. Di antara kedua sektor ini, sektor pertambangan dan 29

30 penggalian merupakan sektor yang lebih dominan. Namun, kedua sektor ini belum ditunjang oleh sektor industri pengolahan. Ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang sangat kecil. Kegiatan sektor pertambangan hanya terbatas pada eksploitasi sumber daya alam tanpa adanya forward linkage ke sektor industri. Sementara itu pengusahaan sektor pertanian dengan sub-sektornya (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) dapat dikelompokkan ke dalam pengusahaan oleh rakyat dan pengusahaan oleh perusahaan. 2. Pengembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Utara menghadapi kendala rentang hutan yang luas, sehingga pemukiman akan mengelompok pada daerah dataran datar yang berkarateristik perkotaan yang telah terjangkau oleh jalur transportasi darat dan kantung-kantung pemukiman perdesaan secara sporadis yang bersifat self-sufficient pada sempadan sungai yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi utama. Keterhubungan yang belum dapat dilakukan melalui jalan darat dan air dilakukan melalui udara dalam bentuk air strip. Dampaknya bagi perekonomian adalah harga produk olahan dan manufaktur akan cenderung mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi. Kondisi demikian terjadi pada daerah perdesaan. Pada daerah perkotaan, peningkatan economies of scale jalur transportasi dan pasokan energi menyebabkan harga produk olahan dan manufaktur cenderung lebih murah. Khusus pada daerah perbatasan, harga produk olahan dan manufaktur yang mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena alasan diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi dihadapkan pada produk impor dari wilayah Malaysia yang lebih murah karena adanya tingkat economies of scale yang lebih baik pada kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, penduduk daerah perbatasan akan lebih memilih untuk memperoleh produk-produk jadi dari Malaysia. 3. Perekonomian provinsi ini juga dihadapkan pada kendala pasokan energi karena disparitas yang tinggi antara sisi permintaan dan 30

31 penawaran energi. Pada pengusahaan pertambangan batu bara, daerah hanya memperoleh penerimaan pajak, karena pengolahan batu bara berada di luar wilayah provinsi in, daerah tidak memperoleh manfaat pada sisi pasokan energi yang bersumber pada batu bara. Hal yang sama terjadi pada pengusahaan migas. Kalaupun ada pengolahan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, diseconomies of scale pada transportasi darat akibat belum terhubungnya jalur jalan darat di sebagian besar wilayah serta harga minyak dunia yang lebih tinggi di pasar dunia, mengakibatkan daerah harus mendatangkan pasokan BBM dari luar yang penyalurannya terkendala oleh diseconomies of scale pada transportasi darat. Karena terbatasnya pasokan, sementara permintaan masih lebih tinggi karena BBM juga dibutuhkan pada sisi produksi untuk menggerakkan generator serta pengangkutan hasil sektor pertanian, maka permintaan yang melebihi penawaran mengakibatkan harga BBM naik pada ke batas willingness to pay. 4. Kota Tarakan yang sebelumnya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bulungan, merupakan penghubung perdagangan dan industri di wilayah provinsi ini karena memiliki Bandara Juwata dan Pelabuhan Tarakan yang merupakan akses penting keterhubungan wilayah. Pada saat ini Kota Tarakan telah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Juwata menjadi bandara internasional, sementara pengembangan Pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan peti kemas dan pelabuhan internasional juga terus dilakukan. Status Kota Tarakan sebagai PKN juga menjadikannya sebagai pusat perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Posisi Kota Tanjung Selor yang terletak di Kabupaten Bulungan juga memiliki bandara Tanjung Harapan untuk penerbangan antar wilayah dan Pelabuhan Tanjung Selor. Posisinya sebagai PKW otomatis tidak menjadikannya sebagai pusat perekonomian, namun lebih sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu, dalam jangka pendek Kota Tanjung Selor akan menjadi support city sebagai pusat pemerintahan, sementara pada jangka menengah dapat dikembangkan untuk menampung spillover kegiatan 31

32 ekonomi di Kota Tarakan yang semakin congested, yaitu sebagai perluasan wilayah pemukiman dan relokasi serta perluasan wilayah industri. Dalam jangka panjang, Tanjung Selor akan menjadi Kota Tanjung Selor yang berdiri sendiri, seperti halnya Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur. 5. Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki kawasan konservasi yang masuk dalam Heart of Borneo. Implikasinya bagi perekonomian daerah adalah karena merupakan kawasan konservasi, maka nilai ekonomis kawasan ini terletak pada keanekaragaman hayati, yang terdiri dari flora dan fauna dan sekaligus pula berfungsi sebagai salah satu paru-paru dunia Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian wilayah secara makro dapat dilihat melalui nilai produk domestik regional bruto (PDRB). Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang penting dalam analisis perkembangan wilayah. Nilai PDRB dapat menggambarkan sektor yang berkontribusi paling besar dalam pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara, sedangkan PDRB per kapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Meski termasuk provinsi baru, perekonomian Provinsi Kalimantan Utara beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan, yang ditandai dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tahun Pada tahun 2012 PDRB atas harga konstan Provinsi Kalimantan Utara mencapai 40,76 triliun dan terus meningkat menjadi 51,16 triliun pada tahun

33 No Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Tabel 2.12 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Utara * 2016** (Rp) % (Rp) % Juta Rupiah % Juta Rupiah % (Rp) % (Rp) % ,60 17, ,50 17, ,40 17, ,30 16, ,31 17, ,70 17, ,80 30, ,90 30, ,20 31, ,00 32, ,66 30, ,76 28, ,20 9, ,30 9, ,90 9, ,30 9, ,76 9, ,81 9, ,00 0, ,60 0, ,20 0, ,20 0, ,01 0, ,04 0, ,70 0, ,40 0, ,20 0, ,30 0, ,69 0, ,33 0,07 6 Konstruksi ,90 11, ,30 11, ,50 11, ,90 11, ,32 11, ,92 12,10 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ,90 10, ,70 10, ,60 10, ,20 10, ,97 10, ,56 10, Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ,80 5, ,70 5, ,50 5, ,10 5, ,77 5, ,67 6, ,80 1, ,70 1, ,40 1, ,20 1, ,55 1, ,91 1,29 10 Informasi dan ,90 2, ,20 2, ,50 2, ,10 2, ,23 2, ,97 2,76 33

34 No Sektor * 2016** (Rp) % (Rp) % Juta Rupiah % Juta Rupiah % (Rp) % (Rp) % Komunikasi Jasa 11 Keuangan dan ,00 1, ,70 1, ,90 1, ,80 1, ,68 1, ,57 1,14 Asuransi 12 Real Estate ,80 0, ,10 0, ,90 0, ,30 0, ,92 0, ,37 0,96 13 Jasa Perusahaan ,10 0, ,00 0, ,00 0, ,60 0, ,99 0, ,93 0,26 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, ,70 5, ,00 5, ,00 4, ,10 4, ,39 4, ,26 5,09 dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan ,30 1, ,40 2, ,40 2, ,40 2, ,06 2, ,89 2,37 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan ,20 0, ,00 0, ,40 0, ,80 0, ,32 1, ,96 1,10 Sosial 17 Jasa Lainnya ,10 0, ,90 0, ,30 0, ,10 0, ,22 0, ,69 0,58 PDRB , ,768, , , , , Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 dengan hasil olahan Keterangan: *Angka sementara, ** Angka sangat sementara 34

35 Tabel 2.13 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Kalimantan Utara No Sektor * 2016** (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ,8 16, ,9 16, ,90 17, ,53 17, , Pertambangan dan Penggalian ,4 33, ,4 33, ,29 32, ,72 28, , Industri Pengolahan ,3 9, ,4 9, ,65 9, ,58 9, , Pengadaan Listrik dan Gas ,9 0, ,1 0, ,51 0, ,19 0, , Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, ,7 0, ,3 0, ,91 0, ,65 0, , Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi ,0 11, ,0 11, ,83 11, ,69 11, , Perdagangan Besar dan Eceran; ,4 10, ,2 9, ,25 9, ,72 10, , Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan ,2 5, ,7 5, ,91 5, ,59 6, , Penyediaan Akomodasi dan Makan ,2 1, ,3 1, ,97 1, ,62 1, , Minum 10 Informasi dan Komunikasi ,1 1, ,9 2, ,72 2, ,73 2, , Jasa Keuangan dan Asuransi ,2 1, ,9 1, ,65 1, ,39 1, , Real Estate ,3 0, ,3 0, ,66 0, ,37 0, , Jasa Perusahaan ,3 0, ,9 0, ,00 0, ,13 0, , Administrasi Pemerintahan, ,0 5, ,2 5, ,68 4, ,73 5, , Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan ,2 1, ,6 2, ,36 2, ,90 2, , Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial ,1 0, ,7 0, ,79 0, ,79 0, , Jasa Lainnya ,0 0, ,4 0, ,74 0, ,37 0, , PDRB , , , , , Sumber: Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 dengan hasil olahan Keterangan : * Angka sementara, ** Angka sangat sementara 35

36 Sektor yang paling dominan dalam menunjang perekonomian daerah di Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor primer yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 24,65% pada tahun Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB sangat fluktuatif. Meski demikian sektor ini tetap menjadi sektor yang berkontribusi paling besar selama lima tahun berturut-turut. Sektor primer penyumbang terbesar kedua setelah sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 18,09% di tahun Penyumbang ketiga setelah sektor pertanian adalah sektor sekunder yakni konstruksi mencapai 12,74% pada tahun 2016, yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 11,47% dan industri pengolahan sebesar 10,08%. Namun berdasarkan data beberapa tahun terakhir, peranan lapangan usaha Prtambangan dan Penggalian terus menurun selama tiga tahun terakhir, sebaliknya untuk lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan justru meningkat peranannya dalam pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Tabel 2.14 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara dan Nasional Tahun Uraian Kalimantan Utara (%) - - 8,18 3,13 3,75 Nasional (%) 6,03 5,56 5,02 4,79 5,02 Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 Secara kumulatif perekonomian Kalimantan Utara selama Tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 3,75 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh kinerja sebagian besar lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan yang positif, dimana Lapangan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,75 persen. Selain itu dipengaruhi juga oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang dominan 36

37 terhadap pembentukan PDRB Kalimantan Utara seperti Lapangan Usaha Konstruksi yang tumbuh sebesar 8,43 persen serta Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 5,22 persen. Hanya dua lapangan usaha saja yang pada tahun 2016 masih mengalami kontraksi yaitu Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar negatif 2,85 persen dan Lapangan Usaha Jasa Perusahaan sebesar negatif 4,38 persen. Walaupun Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian merupakan lapangan usaha yang paling tinggi peranannya terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Utara (sekitar 24,65 persen dari total PDRB) dan pertumbuhannya sedang mengalami kontraksi, namun sebagian besar lapangan usaha yang lainnya masih mengalami pertumbuhan yang positif sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kalimantan Utara Tahun 2016 masih positif. 2. Inflasi Laju inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus dan mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat. Laju inflasi menjadi salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Tabel 2.15 Nilai Inflasi Rata-rata Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Inflasi Provinsi Kalimantan Utara 1 5,99 10,35 11,91 3,42 4,31 Inflasi Nasional 2 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02 Sumber: 1) Kota Tarakan Dalam Angka 2015 dan Publikasi BPS ) BPS Nasional 2016 Pada periode , laju inflasi Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan rata-rata 7,196. Pada tahun 2012 inflasi Kalimantan Utara berada pada angka 5,99 dan mengalami peningkatan sampai tahun 2014 yaitu pada posisi 11,91. Kondisi ini berarti harga barang dan jasa di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa 37

38 tersebut menyebabkan turunnya nilai mata uang. Namun pada tahun 2015 inflasi mengalami penurunan yang signifikan menjadi 3,42, namun pada tahun berikutnya kembali mengalami peningkatan menjadi 4,31. Kecenderungan yang terjadi beberapa tahun terakhir, nilai inflasi Kalimantan Utara berada diatas nilai inflasi nasional. Nilai inflasi Kalimantan Utara pada Tahun 2016 yaitu 4,31 masih berada diatas nilai inflasi nasional yaitu 3, PDRB Per Kapita PDRB per kapita digunakan untuk menunjukkan nilai PDRB per penduduk. PDRB per kapita digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. PDRB ADHK per kapita Provinsi Kalimantan Utara selama tahun menunjukkan pertumbuhan ekonomi per kapita yang relatif positif, meski sedikit menurun di Tahun Pertumbuhan rata-rata PDRB ADHK per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 2,85%. Tabel 2.16 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Perkapita Tahun 2012 s.d 2016 di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Nilai PDRB (Juta Rp) Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB perkapita (Rp/jiwa) Sumber: 1.RPJMD Kalimantan Utara Tahun Data diolah berdasarkan publikasi BPS Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB ADHB per kapita. Pada tahun 2012 PDRB per kapita penduduk Provinsi Kalimantan Utara sebesar 82,9 juta. Angka ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 100,2 juta pada tahun

39 Tabel 2.17 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Perkapita Tahun 2012 s.d 2016 Provinsi Kalimantan Utara Uraian Nilai PDRB (Juta Rp) Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB perkapita (Rp/jiwa) Sumber: 1. RPJMD Kalimantan Utara Tahun Data diolah berdasarkan publikasi BPS 2017 Gambaran perbandingan PDRB ADHK per kapita dan ADHB per kapita disajikan pada gambar berikut ini. Terlihat bahwa PDRB ADHB per kapita memiliki laju yang lebih tinggi dibandingkan PDRB ADHK per kapita. Gambar 2. 4 PDRB ADHK dan ADHB perkapita Provinsi Kalimantan Utara PDRB ADHK Per Kapita PDRB ADHB Per Kapita ,3 97,8 100,2 88,4 82,9 77,5 69,1 71,4 74,1 77,1 76,6 76, Sumber: RPJMD Kalimantan Utara Tahun Indeks Gini /Koefisien Gini Indeks gini/koefisien gini merupakan salah satu indikator tingkat pemerataan distribusi pendapatan atau dengan kata lain indikator pengukur ketimpangan pendapatan. Koefisien gini merupakan suatu ukuran kemerataan yang dihitung dengan membagi penduduk berdasarkan tingkat pendapatannya kemudian menetapkan proporsi pendapatan yang diterima masing-masing kelompok penduduk. Angka koefisien gini berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu 39

40 (ketimpangan sempurna). Angka koefisien gini yang semakin mendekati nol berarti dapat diartikan bahwa pemerataan semakin baik. Sebaliknya, apabila angka koefisien semakin mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa ketimpangan pendapatan semakin besar. Tabel 2.18 Koefisien Gini Tahun 2012 s.d 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Pro vinsi Bulungan 0,40 0,36 0,30 2 n/a n/a Malinau 0,35 0,33 0,31 n/a n/a Nunukan 0,35 0,25 0,31 n/a n/a Tana Tidung 0,30 0,24 0,27 n/a n/a Tarakan 0,31 0,33 0,32 n/a n/a Kalimantan Utara 2 0,36 0,33 0,33 0,314 0,305 Nasional 3 0,41 0,41 0,41 0,402 0,394 Sumber: 1) RPJP Kaltara 2) Kaltara Dalam Angka Tahun 2014 dan ) BPS Nasional, ) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 dan ) BPS Nasional, 2016 Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun relatif tetap namun mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 0,305. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendapatan yang terjadi masih dalam kategori ketimpangan rendah, yaitu antara 0,30-0,36. Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara masih lebih kecil dibandingkan dengan koefisien gini tingkat nasional. Artinya, kondisi distribusi pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara masih dapat dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain di Indonesia. 5. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Ketimpangan pendapatan penduduk tidak hanya dapat dilihat dari angka koefisien gini, tetapi dapat diamati dengan pendekatan pemerataan pendapatan versi Bank Dunia. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia merupakan pemerataan pendapatan yang diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia. Pendekataan ini mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan 40

41 besarnya pendapatan, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut: 1. Ketimpangan pendapatan tinggi Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12%. 2. Ketimpangan pendapatan sedang/menengah Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17%. 3. Ketimpangan pendapatan rendah Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17%. Tabel 2.19 Pemerataan Penduduk Versi Bank Dunia Tahun Provinsi Kalimantan Utara Distribusi Pembagian Pendapatan % penduduk Bulungan 11,51 19,18 19,26 20,85 21,49 2 berpendapatan Malinau 11,84 20,03 19,37 20,02 terendah Nunukan 15,32 20,08 19,65 24,6 Tana Tidung 14,05 20,32 26,08 24,27 23,03 3 Tarakan 10,34 23,5 21,64 19,94 Kalimantan Utara 4 19,75 18,95 20,1 20,09 40% penduduk berpendapatan menengah 20% penduduk berpendapatan tertinggi Bulungan 27,71 52,12 37,78 39,14 38,26 2 Malinau 32,06 39,48 36,4 38,26 Nunukan 36,48 39,51 39,21 39,77 Tana Tidung 35,18 40,07 41,18 40,75 39,64 3 Tarakan 27,23 38,63 38,51 36,87 Kalimantan Utara 4 38,07 36,37 37,79 37,43 Bulungan 60,78 28,69 42,96 40,01 40,25 2 Malinau 56,11 39,99 44,94 41,71 Nunukan 48,2 39,31 39,34 35,63 Tana Tidung 50,77 38,25 32,73 34,99 37,33 3 Tarakan 62,32 40,99 40,25 43,19 Kalimantan Utara 4 42,19 44,68 42,11 42,48 Kriteria Ketimpangan Kalimantan Utara Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sumber: 1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara 2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun ) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2014 dan

42 Berdasarkan pendekatan ini, distribusi pendapatan penduduk Provinsi Kalimantan Utara masuk ke dalam kategori ketimpangan pendapatan rendah. Proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dengan kecenderungan fluktuatif pada periode dan mencapai 20,09% pada tahun Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) Indeks Williamson merupakan pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk mengukr tingkat ketimpangan wilayah. Perhitungan Indeks Williamson didasarkan pada PDRB per kapita dan jumlah penduduk. Hasil pengukuran Indeks Williamson kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. IW <0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah. b. 0,4 < IW< 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat. c. IW > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi. Jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya apabila indeks Williamson semakin mendekati angka 1 maka semakin besar ketimpangan pembangunan ekonomi. Berdasarkan data, Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tergolong rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun. Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tercatat sebesar 0,26 pada tahun 2012 dan berhasil menurun hingga angka 0,23 di tahun Rendahnya nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa telah terwujudnya pemerataan pendapatan penduduk atau rendahnya ketimpangan pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara. 42

43 Tabel 2.20 Indeks Williamson Tahun Provinsi Kalimantan Utara Indikator PDRB Perkapita Jumlah Penduduk Kabupaten /Provinsi Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Indeks Kalimantan Utara Williamson 6 0,26 0,24 0,23 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, ) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2012, 2013, ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Olahan Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan (Jumlah Penduduk Miskin) Kemiskinan masih menjadi persoalan prioritas untuk diselesaikan di beberapa wilayah di Indoensia. Kemiskinan erat hubungannya dengan kesejahteraan hidup. Pada tahun 2012, persentase penduduk miskin Kalimantan Utara mencapai 9,70% atau setara dengan 65,7 ribu jiwa dari total penduduk. Persentase penduduk miskin mengalami kecenderungan meningkat setiap tahun dan posisi pada tahun 2016 sebesar 6,99%. Kondisi ini dengan rincian bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Utara pada September 2016 sebanyak 47,03 ribu atau 6,99%. Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdapat di Kota Tarakan dengan kecenderungan pertumbuhan yang fluktuatif, sedangkan yang terendah di Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk Kota Tarakan saat ini masih dominan dibandingkan kabupaten yang lain. 43

44 Tabel 2.21 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, serta Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Jumlah penduduk Persentase Persentase penduduk miskin (000 jiwa) penduduk miskin di atas garis kemiskinan ,7 9,70 90, ,4 7,73 92, ,5 6,24 93, ,93 6,38 93, ,03 6,99 93,01 Sumber: 1. RPJP Provinsi Kalimantan Utara 2. Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015,2016, Hasil Olahan 2017 Angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara masih tergolong lebih rendah apabila dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional. Pada tahun 2016, angka kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara adalah 6,99%, ketika angka nasional telah mencapai 10,07%. Kondisi ini diharapkan tetap bertahan dan semakin baik, dalam arti semakin menurunnya angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara. Tabel 2.22 Persentase Penduduk Miskin Tahun Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Indikator Kabupaten/Provinsi Persentase Bulungan 11,76 12,04 12,03 8,45 8,94 penduduk Malinau 11,68 10,48 10,26 7,27 7,08 miskin Nunukan 9,62 9,51 8,69 5,54 5,19 Tana Tidung 9,81 10,21 9,48 6,30 6,00 Persentase pen duduk di atas garis kemiskinan 8 Tarakan 7,95 7,9 7,79 5,06 5,13 Bulungan 88,24 87,96 87,97 91,55 91,06 Malinau 88,32 89,52 89,74 92,73 92,92 Nunukan 90,38 90,49 91,31 94,46 94,81 Tana Tidung 90,19 89,79 90,52 93,70 94,00 Tarakan 92,05 92,1 92,21 94,94 94,87 Sumber: 1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara 2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015 Kota Tarakan Dalam Angka 2015 Hasil Olahan

45 Gambar 2. 5 Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin Tahun Provinsi Kalimantan Utara ,76 93,62 93,01 92,27 90,3 89,67 87, Sumber: Hasil Olahan, 2017 Gambar 2. 6 Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin per Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan ,05 92,1 92,21 91,31 90,38 90,19 90,49 90,52 89,52 89,79 89,74 88,24 88,32 87,96 87,97 94,94 94,46 94,81 94,87 93, ,73 92,92 91,55 91, Sumber: Hasil Olahan, Fokus Kesejahteraan Sosial 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu, PDB (dalam konteks nasional) dan PDRB (dalam konteks regional), hanya mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih komprehensif, yang mampu menangkap tidak 45

46 saja perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting yang bisa digunakan sebagai dasar merencanakan kebijakan dan evaluasi pembangunan. Indikator ini penting karena melalui IPM dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan manusia yang telah dilaksanakan. Dimulai pada tahun 2015, BPS melakukan beberapa penyesuaian pada penghitungan baru IPM atau dengan menggunakan metode baru, yaitu pada komponen pendidikan. Pada metode baru, komponen pendidikan meliputi Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling/EYS) dan Angka Rata-Rata Lama Sekolah, sedangkan pada metode lama, komponen pendidikan meliputi Angka Melek Huruf dan Rata-Rata Lama Sekolah. Pada komponen Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan dengan menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB) sebagai pengganti Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara untuk komponen Angka Harapan Hidup masih sama dengan metode lama atau tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu data IPM Kalimantan Utara yang diterbitkan sebelum tahun 2015 akan berbeda dengan data IPM yang diterbitkan pada tahun Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu kategori sangat tinggi (IPM 80), kategori tinggi (70 IPM<80), kategori sedang (60 IPM<70), dan kategori rendah (IPM<60). Berikut ini adalah kondisi IPM di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan tahun Tabel 2.23 Indeks Pembangunan Manusia Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan 68,16 68,66 69,25 69,37 69,88 Malinau 68,88 69,84 70,00 70,15 70,71 Nunukan 61,18 62,18 63,13 63,35 64,35 Tana Tidung 62,91 63,79 64,70 64,92 65,64 Tarakan 72,53 73,58 74,60 74,70 74,88 Kalimantan Utara - 67,99 68,64 68,76 69,20 Indonesia 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18 Sumber: - Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Utara BPS Kalimantan Timur 46

47 Berdasarkan tabel di atas, kota/kabupaten di Kalimantan Utara yang memiliki IPM tertinggi adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2012, Kota Tarakan memiliki nilai IPM sebesar 72,53 dan terus meningkat setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2016 bisa mencapai nilai 74,88. Yang berarti kualitas hidup manusia di Kota Tarakan terus membaik dari tahun ke tahun. Sedangkan nilai IPM terendah di Kalimantan Utara dimiliki oleh Kabupaten Nunukan, hal ini berbeda bila menggunakan IPM metode lama dimana kabupaten yang memiliki nilai IPM terendah adalah Kabupaten Tana Tidung. Pada tahun 2012, nilai IPM Kabupaten Nunukan mencapai 61,18 dan setiap tahunnya selalu meningkat sehingga pada tahun 2016 nilai IPM mencapai 64,35. Nilai IPM seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara selama tahun mengalami peningkatan yang berarti kualitas hidup manusia di Provinsi Kalimantan Utara terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bila dibandingkan dengan nilai IPM Kalimantan Utara tahun 2016, hanya Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung yang nilai IPM nya di bawah nilai IPM provinsi, sedangkan untuk Kabupaten Bulungan, Malinau dan Kota Tarakan semuanya berada di atas nilai IPM Kalimantan Utara. Bila dibandingkan dengan nilai IPM Indonesia, terdapat tiga kabupaten yang nilai IPM-nya berada dibawah nilai IPM nasional, yaitu Kabupaten Nunukan, Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan, sedangkan nilai IPM Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau berada di atas nilai IPM nasional. Angka Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Kalimantan Utara, pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 di seluruh kabupaten/kota tidak ada yang berada di kategori rendah, semua kabupaten/kota berada di kategori sedang. Pada tahun 2016, selain Kota Tarakan (74,88) dan Kabupaten Malinau (70,71) yang berada di kategori tinggi, kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Bulungan 69,88; Kabupaten Nunukan 64,35; dan Kabupaten Tana Tidung 65,64) memiliki angka Indeks Pembangunan Manusia yang berada di kategori sedang. Ini berarti kualitas hidup manusia 47

48 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara cukup baik namun harus terus ditingkatkan. Secara umum, nilai indeks pembangunan manusia di Kalimantan Utara selama mengalami peningkatan. Tabel 2.24 Indeks Pembangunan Manusia Tahun Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan Provinsi Kalimantan Barat 63,41 64,30 64,89 65,59 65,88 Kalimantan Tengah 66,66 67,41 67,77 68,53 69,13 Kalimantan Selatan 66,68 67,17 67,63 68,38 69,05 Kalimantan Timur 72,62 73,21 73, ,59 Kalimantan Utara - 67,99 68,64 68,76 69,2 Indonesia 67,70 68,31 68,90 69,55 70,18 Sumber: Sedangkan bila dilihat berdasarkan provinsi-provinsi yang berada di Pulau Kalimantan, nilai IPM Kalimantan Utara selama tahun , selalu berada di urutan kedua setelah Kalimantan Timur di atas nilai IPM Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Bila dilihat dari peringkat nasional, IPM Kalimantan Utara pada tahun 2015 berada di peringkat 17 dari 34 provinsi. Sedangkan ditahun 2016 berada di peringkat 15 dari 34 provinsi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin membaiknya kinerja perekonomian di Provinsi Kalimantan Utara, kualitas hidup dan pendidikan penduduk relatif cukup baik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. Hal ini didukung dengan kekayaan alam yang dianugerahkan pada Provinsi Kalimantan Utara yang dapat dipergunakan untuk membangun dan meningkatkan kualitas hidup manusia, khususnya sumber daya manusianya. Meski secara umum pembangunan manusia di Kalimantan Utara mengalami kemajuan setiap tahunnya, namun kesenjangan pembangunan manusia antar kabupaten/kota masih terjadi. Disparitas kesenjangan pembangunan manusia yang digambarkan dengan besaran nilai IPM pada tahun 2016 bervariasi antara 64,35-74,88 dengan IPM tertinggi di Kota Tarakan dan IPM terendah di Kabupaten Nunukan. 48

49 IPM menyiratkan kondisi kualitas hidup manusia di suatu wilayah yang terdiri dari komponen Angka Harapan Hidup (Life Expectancy at Age), Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling/EYS), Angka Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling/MYS), dan Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan (Purchasing Power Parity/PPP). IPM sebagai indikator keberhasilan pembangunan manusia dapat menjadi isyarat seberapa besarnya pembangunan yang telah dijalankan mampu memberi peluang penduduk untuk hidup secara layak, melalui hidup sehat, dan panjang untuk memiliki pendidikan yang lebih tinggi, keterampilan yang lebih baik serta mempunyai pendapatan yang diperlukan untuk hidup layak. Tabel 2.25 Pertumbuhan IPM Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rata-rata Pertumbuhan Bulungan 0,73 0,86 0,22 0, Malinau 1,39 0,23 0,17 0, Nunukan 1,63 1,53 0, Tana Tidung 1,40 1,43 0,35 0, Tarakan 1,45 1,39 0,14 0, Kalimantan Utara - 0,96 0,18 0, Indonesia 0,90 0,86 0,95 0, Sumber: Hasil Olahan 2017 Komponen penyusun untuk menghitung IPM terdiri dari angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan ratarata pengeluaran riil. Perbandingan komponen penyusun IPM antar kabupaten/kota menunjukkan angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil tertinggi terjadi di Kota Tarakan. 2. Angka Usia Harapan Hidup Salah satu komponen penting pembentuk IPM dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah Angka Harapan Hidup yang merupakan indikator di bidang kesehatan dimana angka tersebut mengindikasikan peluang bayi baru lahir akan mencapai usia harapan 49

50 hidup tertentu. Angka harapan hidup Provinsi Kalimantan Utara, yang merupakan representasi dimensi umur panjang dan hidup sehat, menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2012, angka harapan hidup di Kalimantan Utara sebesar 71,82 tahun dan pada Tahun 2016 angka harapan hidup saat lahir di Provinsi Kalimantan Utara meningkat hingga mencapai angka 72,43 tahun. Hal ini berarti bayi baru lahir pada Tahun 2015 akan memiliki peluang hidup hingga usia tahun. Tabel 2.26 Angka Usia Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Utara Tahun Uraian Angka Usia Harapan Hidup 71,82 72,02 72,12 72,16 72,43 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara, Rata-rata Lama Sekolah Beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial adalah indikator di bidang pendidikan. Faktor pendidikan merupakan kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berujung pada kesejahteraan masyarakat karena tingginya pendidikan masyarakat akan berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia khususnya di Kalimantan Utara. Terkait dengan IPM, indikator makro yang digunakan dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah rata-rata lama sekolah. Angka rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah tahun yang dibutuhkan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki dan pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk usia 15 tahun keatas. Semakin tinggi angka rata-rata lama sekolah maka semakin tinggi puka tingkat partisipasi sekolah masyarakat di wilayah tersebut. 50

51 Tabel 2.27 Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun Provinsi/Kabupaten/Kota Bulungan ,43 Nunukan ,57 Kota Tarakan ,92 Malinau ,56 Tana Tidung ,11 Prov. Kalimantan Timur 9, Prov. Kalimantan Utara na ,49 Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi IPM Kaltara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara ) Kondisi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi BPS : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Utara Tahun 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung rata-rata lama sekolah. Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2012, angka rata-rata lama sekolah di Kota Tarakan selama 9,16 tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2016 naik menjadi 9,92 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk di Kota Tarakan baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP dan masih banyak yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau putus sekolah pada jenjang SMA. Sementara kabupaten yang memiliki angka rata-rata lama sekolah rendah di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Selama tahun 2012 sampai dengan 2016, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung selama 5 tahun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2016 dapat mencapai angka ratarata lama sekolah selama 8,11 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa ratarata penduduk di Tana Tidung masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Sedangkan untuk Kabupaten Nunukan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Nunukan selama 7 tahun cenderung fluktuatif, pada tahun 2012 sebesar 7,01 tahun 51

52 mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 7.57 tahun. Sama dengan Kabupaten Tana Tidung, hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Nunukan masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya mencapai 8.49 pada tahun 2016 dinilai masih cukup jauh dari sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun nasional yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan Utara secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan Tana Tidung. 4. Harapan Lama Sekolah Angka Harapan Lama Sekolah merupakan rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir. Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas, angka tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. 1 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

53 Tabel 2.28 Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Kalimantan Utara Provinsi/Kabupaten/Kota Bulungan Nunukan Kota Tarakan Malinau Tana Tidung Prov. Kalimantan Utara na Sumber: 1) Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Kalimantan Timur No. 49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun ) Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru 3) Kondisi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara Tahun 2016 Catatan: Data Angka Harapan Lama Sekolah mulai dirilis secara resmi oleh BPS berdasarkan perhitungan IPM metode baru sejak tahun 2014 sehingga tidak terdapat rilis resmi data sejak tahun 2013 dan sebelumnya. 5. Angka Partisipasi Kasar SMA/MA/SMK Menurut Badan Pusat Statistik, angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan perbandingan antara rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Kegunaan APK adalah menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Semakin tinggi angka partisipasi kasar pada jenjang pendidikan apapun menunjukkan semakin besar jumlah siswa yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan, dengan mengesampingkan aspek usia dari siswa yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan. Berikut ini merupakan tabel angka partisipasi kasar SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara. 53

54 Tabel 2.29 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kabupaten/Kota Bulungan , Nunukan , Tarakan , Malinau , Tana Tidung na Prov. Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Utara na ,85 Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi IPM Kaltara ) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara ) Buku APK/APM PAUD, SD, SMP dan SM Tahun 2015/2016, Kemendikbud Th Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK Angka Partisispasi Murni (APM) menurut Badan Pusat Statistik merupakan persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi murni adalah salah satu tolak ukur yang dijadikan pegangan oleh pemerintah untuk menilai keberhasilan suatu wilayah dalam merangsang minat masyarakat untuk bersekolah. Semakin besar nilai APM suatu kabupaten/kota pada jenjang pendidikan tertentu dapat menjadi indikator keberhasilan program pendidikan suatu wilayah. APM untuk jenjang SMA/MA/SMK adalah perbandingan jumlah siswa yang berusia tahun yang bersekolah di jenjang SMA dengan jumlah seluruh penduduk yang berada pada jenjang umur tersebut. Tabel 2.30 Perkembangan Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan ,44 62,02 Nunukan ,38 58,95 Tarakan ,96 60,35 Malinau ,34 62,28 Tana Tidung ,26 31,72 Prov. Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Utara na na ,34 58,84 54

55 Sumber: 1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi IPM Kaltara ) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara ) Buku APK/APM PAUD, SD, SMP dan SM Tahun 2015/2016, Kemendikbud Th APM jenjang SMA yang paling tinggi di tahun 2016 adalah Kabupaten Malinau (62.28%), meningkat dari tahun Sedangkan kabupaten/kota dengan capaian APM jenjang SMA/MA/SMK terendah adalah Kabupaten Tanah Tidung (31,72%). Tahun 2016, APM di Provinsi Kalimantan Utara adalah 58,84%, jika dibandingkan dengan capaian APM di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2016, maka hanya Kabupaten Tana Tidung yang belum dapat melampaui capaian tersebut. 7. Angka Kematian Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun, per kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Kegunaan dari indikator ini adalah untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat di mana angka kematian itu dihitung. Data AKB ini dapat digunakan untuk dasar merencanakan program-program pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi. Sedangkan angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah 55

56 probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka ini dihitung dari nilai 1 dikurangi dengan AKB, di mana angka 1 mewakili per kelahiran hidup. Tabel 2.31 Angka Kematian Bayi Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah kematian bayi Jumlah bayi lahir hidup n/a Angka Kematian Bayi per kelahiran hidup 16,8 n/a 19,2 13,00 10,46 Angka Kelangsungan Hidup Bayi 983,17 n/a 980,81 987,00 989,54 Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan , 3) Kabupaten Malinau dalam angka ; Profil Kesehatan Malinau ) Profil Kesehatan Tarakan ) IPM Kabupaten Tana Tidung 2010; Profil Kesehatan Tana Tidung ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Dari tahun 2012 ke tahun 2016, AKB mengalami peningkatan jumlah kelahiran hidup. Jumlah kematian tahun 2014 (236 kasus) adalah yang terbanyak sejak 5 tahun terakhir, AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan AKHB terendah sejak Pada tahun 2016 kematian bayi mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada tahun ini mengalami penurunan dibanding tahun 2015 yaitu dari 154 kasus menjadi 127 kasus sehingga angka kematian bayi turun menjadi 10,46 per kelahiran hidup. Dari kelima kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di Kota Tarakan, namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Nunukan karena jumlah kematian tidak jauh beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan sehingga angka kematian menjadi tinggi. Secara umum, angka kematian bayi dari tahun berada di bawah batas yang ditetapkan MDG s untuk tahun Semua kabupaten/kota pada tahun ini berada di bawah batas MDG s. Upayaupaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus dilakukan dan 56

57 Angka Kematian Bayi Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan penyakit menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak, termasuk program 1000 hari pertama kelahiran yang menekankan perhatian pada bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun. Tabel 2.32 Angka Kelangsungan Hidup Bayi Menurut Kabupaten Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Jumlah Kematian Bayi Jumlah Bayi Lahir Hidup Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup AKHB Kabupaten Bulungan , Kabupaten Malinau , Kabupaten Nunukan , Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan , Jumlah ,46 Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ,000 Gambar 2. 7 Grafik Angka Kematian Bayi Tahun Provinsi Kalimantan Utara 40,000 30, ,000 10,000 13,468 12,807 12,274 16,833 19,184 12,998, Tahun Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan KALTARA INDONESIA Target MDG's 2015 Sumber: Hasil Analisis Angka Kematian Balita Kematian balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai usia lima tahun. Angka Kematian Balita menunjukkan 57

58 banyaknya kasus kematian anak balita per kelahiran hidup di suatu wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. Kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak usia di bawah 5 tahun. Dalam lima tahun terakhir, angka kematian tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan jumlah kasus kematian yang lebih sedikit. Hal ini terjadi karena jumlah bayi lahir hidup di tahun 2012 lebih sedikit daripada jumlah bayi lahir hidup di tahun Jumlah kasus kematian balita menurun sangat drastis di tahun 2013 yaitu menjadi 28 kasus kematian dan menurun cukup banyak lagi di tahun 2014 yaitu menjadi 28 kematian dengan AKABA sebesar 1,63. AKABA kembali naik di tahun 2015 meskipun tidak signifikan yaitu menjadi 2,53. Tabel 2.33 Angka Kematian Balita Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Kematian Anak Balita n/a Jumlah Bayi Lahir Hidup Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup 6,18 1,63 2,53 3,70 Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Profil Kesehatan kabupaten Bulungan 2010 dan ) Kabupaten Malinau dalam angka , Profil Kesehatan Malinau ) Profil Kesehatan Tarakan ) Profil Kesehatan Tana Tidung ) Data tahun dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Pada tahun 2016 AKABA adalah sebesar 3,7 per kelahiran hidup. Kondisi tersebut mengalami kenaikan dibanding tahun Jumlah kematian balita terbayak berada di Kabupaten Tana Tidung yaitu 14 kasus. Posisi kedua ditempati oleh Kota Tarakan dengan jumlah kematian yang tidak jauh berbeda yaitu 10 kasus. Kasus kematian terendah berada di Kabupaten Bulungan yaitu hanya 5 kematian. Meskipun jumlah kematian di Kabupaten Bulungan yang paling kecil, 58

59 justru angka kematian balita merupakan yang tertinggi yaitu 7,5 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini karena jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Tana Tidung jauh di bawah kabupaten lainnya yaitu hanya 400 sehingga ketika ada kasus kematian balita, AKABA akan sangat tinggi dibandingkan dengan Tarakan yang jumlah bayi lahir hidupnya hampir mencapai 10 kali lipat. Tabel 2.34 Angka Kematian Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Jumlah Kematian Balita Jumlah Bayi Lahir Hidup Angka Kematian Balita per 1000 Kelahiran Hidup Kabupaten Bulungan ,08 Kabupaten Malinau ,34 Kabupaten Nunukan ,34 Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan ,39 Jumlah ,71 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Target MDG s untuk tahun 2015 adalah menurunkan AKABA hingga 32 per kelahiran hidup. Indonesia tahun 2012 berada pada angka 40 yang berarti masih di atas target MDG s. Di Provinsi Kalimantan Utara, AKABA seluruh kabupaten/kota tahun 2016 berada jauh di bawah batas MDG s. 9. Angka Kematian Ibu Melahirkan Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Angka kematian ibu ini dihitung per kelahiran hidup. AKI menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan dan persalinan. Indikator ini dapat dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan, pelayanan selama antenatal (K4), dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Angka kematian Ibu dari tahun di Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan dan penurunan. Tahun 2012 AKI sebesar 59

60 119,6 per kelahiran hidup. Tahun selanjutnya AKI ini meningkat cukup besar menjadi 168 tahun 2011 dan 171 di tahun Namun di tahun 2015 angka ini turun cukup tajam menjadi 127 per kelahiran hidup. Tabel 2.35 Angka Kematian Ibu Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Kematian Ibu Jumlah Bayi Lahir Hidup n/a Angka Kematian Ibu Melahirkan per kelahiran hidup 167,7 n/a 170,8 126,6 172,92 Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Dinas Provinsi Kalimantan Utara ) Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2016 Pada tahun 2016, jumlah kematian terbanyak di Kabupaten Nunukan dan Bulungan, namun AKI tertinggi berada di Kabupaten Malinau yang mencapai 243 per kelahiran hidup. Pada tahun ini di Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat kematian Ibu melahirkan. MDG s Indonesia menargetkan AKI turun hinga angka 102 per kelahiran hidup di tahun Nilai AKI di Kalimantan Utara sejak tahun 2016 masih di atas garis batas MDG s. Terlihat juga sejak tahun AKI di Kabupaten Tana Tidung sangat melampaui batas MDG s karena jumlah penduduk yang kecil dan jumlah kelahiran hidup yang semakin kecil pula menyebabkan AKI menjadi sangat besar padahal kasus kematian di kabupaten tersebut hanya 3 orang. Tabel 2.36 Angka Kematian Ibu menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Kematian Ibu melahirkan Jumlah Bayi Lahir Hidup Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup Kabupaten Bulungan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara

61 Usia (tahun) Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Penyebab dari kematian ibu melahirkan ini adalah multifaktorial, sehingga angka kematian ibu ini dapat dikaitkan dengan indikator lain yang berkaitan yaitu seperti cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, jumlah tenaga medis berkualitas, fasilitas di sarana kesehatan, pelayanan selama antenatal (K4), serta kemudahan akses terhadap sarana kesehatan. 10. Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Gambar 2. 8 Grafik Angka Usia Harapan Hidup Tahun Provinsi Kalimantan Utara ,4 70,6 70, ,2 71,4 71,61 71,042 71,282 71,430 71,602 71,780 71, ,21 69,43 69,65 68,5 68, Sumber: Hasil Analisis 2017 KALTIM Indonesia KALTARA Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari mengalami kecenderungan meningkat dengan usia harapan hidup sebesar 71,82 tahun hingga menjadi 72,43 di tahun Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara lebih tinggi bila 61

62 dibandingkan angka nasional. Target RPJMN tahun adalah meningkatkan usia harapan hidup hingga 72 tahun di tahun Persentase Balita Gizi Buruk Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tandatanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Presentase Balita gizi buruk dihitung dari banyaknya balita yang berstatus gizi buruk di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibandingkan dengan jumlah balita di wilayah tersebut pada waktu yang sama. Berdasarkan WHO (1999), ada 4 kategori untuk suatu wilayah berdasarkan prevalensi gizi kurang yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29), dan sangat tinggi (30%). Di Provinsi Kalimantan Utara, persentase balita gizi buruk mengalami naik turun sejak 2011, namun persentase balita gizi buruk tersebut tidak pernah melebihi angka 1%. Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,80% yang berarti ada 493 balita gizi buruk dibandingkan dengan jumlah balita seluruhnya. Tabel 2.37 Persentase Balita Gizi Buruk Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Balita Gizi Buruk 493 n/a Jumlah Balita n/a n/a Prsentase Balita Gizi Buruk (%) 0,80 n/a 0,21 n/a 0,32 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Pada Tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat tajam menjadi 249 balita, namun pada tahun 2016 angka ini bisa ditekan menjadi 204. Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten Bulungan. Perbedaan jumlah ini cukup tajam jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang hanya berjumlah puluhan balita saja. Jika dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan 62

63 oleh WHO (1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong rendah. Tabel 2.38 Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Balita Gizi Buruk Jumlah Balita Persentase Balita Gizi Buruk (%) Bulungan ,72 Malinau ,66 Nunukan ,12 Tana Tidung ,16 Tarakan ,16 Jumlah ,32 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan individu tersebut. Status gizi seorang ibu hamil sangat mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Apabila janin yang dilahirkan bermasalah maka akan menimbulkan permasalahan kesehatan pada bayi tersebut di kemudian hari dan jika tidak ditangani akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Masalah ini hanya akan menjadi lingkaran setan jika tidak segera diputus rantainya. 12. Rasio Penduduk yang Bekerja Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok umur produktif. Rasio penduduk yang bekerja akan menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap jumlah angkatan kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja maka semakin besar daya serap tenaga kerja. 63

64 Tabel 2.39 Rasio Penduduk yang Bekerja Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Rasio Penduduk yang Bekerja 0,84 0,91 0,94 0,94 0,94 0,94 Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) Publikasi Kondisi Sosial Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara ) LPPD Tahun ) Publikasi BPS, Maret 2017 Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari perode tahun 2007 hingga 2014 terus menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Pada tahun 2009, rasio penduduk yang bekerja sebesar 0,9 dan mengalami penurunan hingga tahun 2012 sebesar 0,84. Rasio penduduk yang bekerja semakin membaik, ditunjukan dari meningkatnya angka ini di tahun 2013 sebesar 0,91 dan mencapai 0,94 di tahun Angka ini tidak berubah signifikan pada tahun Besarnya rasio penduduk yang bekerja di Kalimantan Utara hingga melebihi angka 0,5 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1. Jumlah Grup Kesenian Pembangunan bidang seni salah satunya ditunjukkan dengan pertumbuhan jumlah grup kesenian di suatu daerah. Jumlah grup kesenian menunjukkan jumlah grup kesenian dibandingkan dengan penduduk. Dari yang semula terdaftar seluruhnya sebanyak 3 grup kesenian (0,0575 unit per penduduk) pada tahun 2010 menjadi 234 grup kesenian (3.785 unit per penduduk) pada tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara. Berikut adalah data jumlah grup kesenian per penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan

65 Tabel 2.40 Perkembangan Jumlah Grup Kesenian Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2016 Provinsi Kalimantan Utara No Uraian Kabupaten/Kota Jumlah grup na na 43 Bulungan kesenian na na 83 Malinau 2. Jumlah penduduk/ penduduk 3. Jumlah grup kesenian per penduduk Nunukan Tana Tidung Tarakan Prov. Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Prov. Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan na na na na na na na na na 3.41 na na na na na na na 2.24 Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara Tahun Jumlah Gedung Kesenian Pembangunan bidang seni sangat erat kaitannya dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat di suatu daerah. Salah satunya ditunjukkan dengan adanya gedung kesenian dalam rangka mendukung berkembangnya kesenian suatu daerah. Data jumlah gedung kesenian di Provinsi Kalimantan Utara hanya terdapat untuk tahun 2014, yaitu dengan rasio gedung per penduduk. 65

66 Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar A. Pendidikan 1. Angka Partisipasi Sekolah SMA/SMK/MA Angka partisipasi sekolah (APS) SMA/SMK/MA merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS diketahui berdasarkan jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah yaitu tahun yang masih menempuh pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Berikut adalah data angka parisipasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan Pada tahun 2016, nilai APS tertinggi berada di Kabupaten Malinau dengan nilai 80,68% dan nilai terendah ada di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 63,47%. Apabila dibandingkan dengan nilai standar pelayanan dari Kementrian Pendidikan Nasional, maka hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sudah melampaui SPM yaitu 60%. Jika dibandingkan dengan capaian APS Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2016 yaitu sebesar 73.72%, maka hanya 2 kabupaten yang sudah melampauinya, yaitu Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Apabila melihat kecenderungan perkembangan dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2012 hingga tahun 2016, nilai APS cenderung semakin menurun di Kota Tarakan, sedangkan untuk 4 (empat) kabupaten lainnya, nilai APS cenderung fluktuatif. Tabel 2.41 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2012 s.d 2016 Prov/Kabupaten/Kota Bulungan , Nunukan Tarakan ,04 Malinau Tana Tidung Prov. Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Utara na SPM

67 Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi IPM Kaltara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga ) Statistik Kesejahteraan Rakyat Kalimantan Utara Tahun Rasio Guru Terhadap Murid SMA/SMK/MA Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah merupakan perbandingan jumlah guru dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SMA sederajat. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar (guru) dan digunakan untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajarannya. Berikut adalah data rasio guru/murid SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan Tabel 2.42 Perkembangan Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2015 Provinsi Kalimantan Utara No Uraian Kabupaten/Kota Jumlah guru Guru SMA/SMK/ MA Jumlah Murid SMA/SMK/ MA Rasio Guru/Muri d SMA/SMK/ MA Bulungan n/a Malinau n/a Nunukan n/a Tana Tidung n/a Tarakan n/a Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a Bulungan n/a Malinau n/a Nunukan n/a Tana Tidung n/a Tarakan n/a Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a Bulungan n/a Malinau n/a Nunukan n/a Tana Tidung Tarakan Kalimantan Timur 8.42 n/a n/a n/a Kalimantan Utara n/a 10.4 n/a n/a 67

68 Sumber: 1) Publikasi IPM Kaltara ) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun ) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010 Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan murid untuk jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut berarti satu guru mengajar 15 siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio guru dan murid tingkat SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah Nilai capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi keuntungan yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini juga dapat menjadi sebuah tanda bahwa jumlah penduduk yang bersekolah hanya sedikit, sehingga hal ini apabila dibiarkan akan menjadi permasalahan di kemudian hari. Jika dikaji dari sudut pandang berupa kondisi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki banyak wilayah terpencil terutama di kawasan perbatasan, analisis rasio guru/murid ini juga perlu memperhatikan distribusi guru dan murid yang ada agar data yang ada tidak serta-merta digeneralisir begitu saja 3. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana pendidikan dalam kondisi bangunan baik, dihitung berdasarkan persentase jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi ruang kelas yang baik pastinya akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang nyaman dan kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara. 68

69 Tabel 2.43 Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2015 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten No. Uraian /Kota Jumlah sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Jumlah seluruh sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Persentase sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Bulungan Na na Na na Malinau Na na Na na Nunukan Tana Tidung Na na Na 2 Tarakan Prov. Kalimantan Na na Na na Timur Prov. Kalimantan Utara Na na Na na Bulungan Na na Na na Malinau Na na Na na Nunukan Tana Tidung Na na Na 3 Tarakan Prov. Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Utara Na na Na na Na na Na na Bulungan Na na Na na Malinau Na na Na na Nunukan Tana Tidung Na na Na Tarakan Prov. Kalimantan Timur Prov. Kalimantan Utara Na na Na Na Na na Na Na Sumber: Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016 Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara. Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum terdata dengan baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat dari data Kabupaten Nunukan tahun 2012 yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi bangunannya baik. 69

70 Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa hanya 66.67% sekolah di Kabupaten Tana Tidung dan 78,95% sekolah di Kabupaten Tarakan yang kondisi bangunannya baik. 4. Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APS ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APS berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini merupakan data angka putus sekolah untuk jenjang SMA sederajat di Provinsi Kalimantan Utara. Tabel 2.44 Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d Provinsi Kalimantan Utara Uraian Prov/Kabupaten/Kota Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Timur n/a n/a Kalimantan Utara n/a SPM Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara, ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat, pada tahun 2015, kabupaten/kota dengan nilai angka putus sekolah paling rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, 70

71 sedangkan kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi adalah di Kabupaten Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan perkembangan angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2012 hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan menunjukkan kecenderungan angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang semakin meningkat. Sedangkan 4 (empat) lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan merupakan kabupaten yang mengalami kondisi yang baik berupa kecenderungan penurunan angka putus sekolah pada kurun waktu yang sama. Jika dibandingkan dengan capaian angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara yang sebesar 27.59%, angka putus sekolah di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada jenjang tersebut sebagian sudah melampaui rata-rata provinsi, yaitu untuk Kabupaten Nunukan (26.83%) dan Kota Tarakan (21.49%), sedangkan sisanya masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata provinsi. 5. Angka Kelulusan SMA/MA/SMK Angka kelulusan adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus ujian akhir atau ujian nasional dengan jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tersebut. Angka kelulusan yang tinggi menunjukkan prestasi dari sebuah institusi pendidikan. Tabel 2.45 Angka Kelulusan SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun No. Uraian Kabupaten/Kota Jumlah lulusan Bulungan pada jenjang Malinau SMA/SMK/MA Nunukan Tana Tidung na na Tarakan Jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang SMA/SMK/MA Prov. Kalimantan Utara na na 6790 Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung na na Tarakan

72 No. Uraian Kabupaten/Kota Prov. Kalimantan Utara na na Angka Bulungan na Kelulusan Malinau SMA/MA/SMK Nunukan Tana Tidung 100 na Tarakan Prov. Kalimantan Utara na na Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015, 2016, ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015, 2016, ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015, 2016, ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015, 2016, ) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015, 2016, ) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara 2017 Catatan : Data Provinsi Kalimantan Utara Pada tahun 2012 kabupaten dengan pencapaian angka kelulusan terbaik di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung (100%), sedangkan kabupaten dengan pencapaian nilai terendah adalah Kota Tarakan dengan nilai capaian sebesar 96.63%. Kecenderungan perkembangan dari tahun 2012 hingga tahun 2016 di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara secara umum cenderung fluktuatif, tetapi dapat digambarkan bahwa tiap kabupaten/kota memiliki kecenderungannya masing-masing. Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan menunjukkan kenaikan, sedangkan di Kabupaten Tana Tidung cenderung tetap stabil dengan mempertahankan prestasi kelulusan SMA 100% dalam kurun waktu 2012,2013,2014, dan Angka Melanjutkan (AM) SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Angka melanjutkan (AM) sekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya dengan jumlah lulusan pada tahun sebelumya pada jenjang pendidikan sebelumnya. Angka melanjutkan merupakan cerminan keinginan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tahun 2012 kabupaten/kota dengan nilai capaian angka melanjutkan sekolah dari jenjang SMP/MTS ke SMA/MA/SMK adalah 72

73 Kabupaten Bulungan dengan nilai persentase mencapai %, sedangkan kabupaten Malinau belum memiliki data Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK. Nilai yang melebihi 100% mungkin terjadi karena adanya murid yang masuk dari luar daerah. Sedangkan pada tahun 2013, kabupaten dengan nilai capaian paling baik adalah Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 100%, dan kabupaten dengan capaian persentase paling rendah adalah di Kabupaten Malinau dengan nilai 93,8%. Jika dilihat dari kecenderungan perkembangan selama beberapa tahun terakhir, maka perkembangan angka melanjutkan dari jenjang SMP/MTs ke SMA/MA/SMK di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara secara umum cenderung fluktuatif, tetapi dapat digambarkan bahwa tiap kabupaten/kota memiliki kecenderungannya masing-masing. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung menunjukkan kenaikan, sedangkan di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan cenderung penurunan angka melanjutkan dari jenjang SMP/MTs ke SMA/MA/SMK. Berdasarkan standar yang dikeluarkan pemerintah dalam SPM, angka minimal untuk angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK adalah sebesar 60%. Jika dibandingkan dengan target pemerintah dalam SPM tersebut, maka pada tahun 2013 target SPM tersebut sudah terlampaui oleh masing-masing kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Tabel 2.46 Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2012 s.d Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung na 100 na Tarakan Prov. Kalimantan Utara na Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara

74 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara B. Kesehatan Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat. Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi serta berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat. 1. Rasio Posyandu Per Satuan Balita Posyandu adalah suatu wadah komunikasi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Rasio posyandu sejak tahun bersifat fluktuatif. Tahun 2012 rasio sebesar 1,09. Pada tahun 2014 rasio sedikit turun menjadi 0,99 per 100 balita, hal ini bukan karena penurunan jumlah posyandu melainkan peningkatan jumlah balita. Tahun 2015, berdasarkan data 74

75 dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, jumlah posyandu di tercatat 696 buah dan tahun 2016 bertambah menjadi 703 unit. Tabel 2.47 Rasio Posyandu per 100 Balita Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Posyandu 673 n/a Jumlah balita n/a n/a Rasio posyandu per 100 balita 1,09 n/a 0,99 n/a 1,11 Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur Tahun ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimanatan Utara 2016 Tahun 2016 rasio posyandu tertinggi ada di Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar 1,72. Dibandingkan dengan kabupaten lain, rasio ini tidak berbeda signifikan yaitu masih di kisaran angka 1 per 100 balita, kecuali Kota Tarakan yang agak jauh dari angka 1. Pelayanan posyandu idealnya adalah 1 posyandu melayani 100 balita. Mengacu pada standar itu, tahun 2016 rasio posyandu di Provinsi Kalimantan Utara sudah sesuai dengan standar, namun di Kota Tarakan masih belum terpenuhi. Rasio posyandu Kota Tarakan masih berada di sekitar angka 0,65 per 100 balita, sedangkan kabupaten lainnya sudah cukup memenuhi standar. Tabel 2.48 Rasio Posyandu per 100 Balita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Posyandu per 100 Balita Kabupaten Bulungan ,32 Kabupaten Malinau ,46 Kabupaten Nunukan ,93 Kabupaten Tana Tidung ,72 Kota Tarakan ,65 Jumlah ,08 Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Rasio Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Berdasarkan data terkini dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, tahun 2016 jumlah RSUD berjumlah 7 buah dengan rincian: 1 buah di Kabupaten Bulungan, Nunukan, dan Tana Tidung, 2 buah di 75

76 Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Pembangunan Rumah Sakit Pratama di Kalimantan Utara direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada 3 RS Pratama yang dibangun di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau yang merupakan kabupaten perbatasan. Tabel 2.49 Rasio Rumah Sakit per Penduduk Tahun Provinsi Kalimantan Utara No Uraian Rumah Sakit Umum (Pemerintah) Jumlah Rumah Sakit 2. Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya milik pemerintah 3. Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI Jumlah Rumah Sakit Daerah Jumlah Rumah Sakit Swasta Jumlah seluruh Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 1,41 1,34 1,29 1,30 1,35 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Indikator rasio puskesmas per penduduk adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas. Rasio puskesmas per penduduk di Provinsi Kalimantan Utara berada di kisaran angka 12,3. Itu artinya terdapat 12 puskesmas setiap penduduk atau 1 puskesmas melayani penduduk. Di Indonesia rasio puskesmas per penduduk pada tahun mengalami trend yang meningkat dari 3,5 3,8. Berdasarkan data tersebut, di Indonesia rata-rata 1 puskesmas dapat melayani penduduk (Riskesdas, 2013). Berdasarkan jumlah penduduk, rasio 76

77 puskesmas di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Tabel 2.50 Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per Penduduk Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik 7 13 Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas 8,4 8,2 8,1 8,9 12,3 Rasio Poliklinik 1,1 1,95 Rasio Pustu 30,0 23,7 24,3 33,8 34,22 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka , Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Jumlah puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Malinau dan Nunukan, sedangkan yang paling sedikit adalah Kota Tarakan. Untuk Pustu, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Malinau yaitu 94 unit sedangkan di Kota Tarakan hanya ada 2 unit. Pustu di Kabupaten Nunukan dan Malinau harus berjumlah banyak mengingat 2 kabupaten ini adalah kabupaten perbatasan dengan luas wilayah yang sangat besar dan akses yang masih buruk. Tingginya nilai rasio puskesmas per satuan penduduk disebabkan oleh jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Utara yang tidak terlalu banyak. Meskipun rasio puskesmas di provinsi ini dibandingkan Indonesia jauh lebih tinggi, perlu diperhatikan juga luas wilayah provinsi ini dan akses ke puskesmas karena akses yang sulit ke sarana kesehatan akan membuat keberadaan sarana kesehatan tersebut kurang efektif. Begitu juga cakupan wilayah yang luas membuat masyarakat akan berpikir untuk mengakses layanan kesehatan di tempat tersebut. Penjelasan selanjutnya dibahas di indikator cakupan pustu. 77

78 Tabel 2.51 Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten /kota Jumlah Penduduk Puskesmas Poliklinik Pustu Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan KALTARA Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Rasio dokter per satuan penduduk merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur cakupan pelayanan dokter di masyarakat. Berdasarkan jenis profesinya, dokter dikelompokkan menjadi tiga yaitu dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis yang bisa disebut dengan tenaga medis. Dokter yang dimaksud di sini adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik berstatus PNS maupun bukan PNS. Tabel 2.52 Rasio Dokter per Penduduk Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Dokter Umum Jumlah Dokter Gigi Jumlah Dokter Spesialis Total Dokter Jumlah Penduduk Rasio Dokter per ,5 65,7 37,8 49, penduduk Sumber: (1) Kalimantan Timur Dalam Angka (2) Kabupaten Bulungan Dalam angka ; Profil Kesehatan Bulungan 2008 (3) Kabupaten Malinau Dalam Angka ; (4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ; Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2010 (5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka (6) Kota Tarakan Dalam Angka (7) Kaltara Dalam Angka

79 Rasio tenaga medis per jumlah penduduk mengalami kenaikan secara terus menerus hingga tahun Rasio dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama periode Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di tahun 2016 rasio dokter ini menurun cukup signifikan dari 65,7 menjadi 46,52. Pada tahun 2016 terdapat 175 dokter umum, dengan jumlah dokter terbanyak berada di Kota Tarakan dan terkecil di Kabupaten Tana Tidung. Jika dilihat per penduduk, maka Kabupaten Tana Tidung yang rasio dokter umumnya paling tinggi dibanding Kota Tarakan yang hanya 22,11. Berdasarkan standar Indonesia Sehat 2010, rasio dokter umum adalah 40 per peduduk, sehingga baru Kabupaten Tana Tidung yang sesuai standar. Rasio dokter spesialis di provinsi ini adalah 10,96 ini berarti telah sesuai standar. Namun jika dirinci, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung masih belum sesuai standar, bahkan di Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat dokter spesialis. Sedangkan rasio dokter gigi di provinsi ini sudah sesuai standar, namun Kota Tarakan belum memenuhi standar. Tabel 2.53 Rasio Dokter per Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Jumlah Penduduk Jumlah Dokter Umum Rasio Jumlah Dokter Spesialis Rasio Jumlah Dokter Gigi Rasio Kabupaten Bulungan , , ,80 Kabupaten Malinau , , ,36 Kabupaten Nunukan , , ,63 Kabupaten Tana Tidung , ,28 Kota Tarakan , , ,78 KALIMANTAN UTARA , , ,05 Standar Indonesia Sehat 2010 Sumber: Kab / Kota Dalam Angka 2017 Dilihat dari persebarannya, tenaga medis ini belum menyebar secara merata di seluruh wilayah, khususnya di daerah perbatasan. Meskipun secara rasio, rasio dokter di Kabupaten Malinau dan 79

80 Kabupaten Nunukan sudah memenuhi standar, wilayah Malinau dan Nunukan sangat luas dengan masyarakat yang menyebar. Total dokter yang berjumlah 54 di Kabupaten Malinau dan 72 di Kabupaten Nunukan menjadi kecil sekali jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah kabupaten tersebut. Kondisi tenaga kesehatan di kawasan perbatasan masih memprihatinkan. Menurut buku Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016, sebanyak lebih dari 30 desa di Kabupaten Malinau belum memiliki tenaga dokter yang menetap, dan 12 desa yang sama sekali tidak memiliki tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain yang menetap. Sedangkan di Kabupaten Nunukan tidak kalah buruknya. Tenaga dokter dan kesehatan lain hanya terkonsentrasi di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Nunukan. Kondisi memprihatinkan ada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Lumbis ogong, Sebatik Barat, dan Sebatik Utara yang tidak memiliki dokter di daerahnya. Untuk tenaga bidan di Kabupaten Nunukan, dari 182 desa, hanya 57 desa yang terdapat bidan desa, sedangkan 127 desa sisanya tidak ada bidan desa. 4. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. 80

81 Tabel 2.54 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah komplikasi kebidanan yg mendapat penanganan definitif Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja Cakupan 65,8 60,0 63,03 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan ; 2) LPPD Kabupaten Malinau ; Profil Kesehatan Malinau ) LPPD KabupatenNunukan 2010 dan 2012; Profil Kesehatan Kabupaten Nunukan 2011, Lakip Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2016 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sejak tahun mengalami fluktuatif. Tahun 2012 besar cakupan penanganan sebesar 68,8%. Namun pada tahun 2014 terjadi penurunan sekitar 4,2% sehingga cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2014 sebesar 60%. Dalam Permenkes No. 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan di kabupaten dan kota, Menteri Kesehatan RI menargetkan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah sebesar 80% pada tahun Kondisi di provinsi ini saat ini masih jauh dari target SPM Nasional. Tabel 2.55 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja Cakupan (%) Bulungan ,00 Malinau ,82 Nunukan ,80 Tana Tidung ,80 Kota Tarakan ,40 Jumlah ,03 Sumber: Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2016 Pada tahun 2016, jika diperhatikan hingga tingkat kabupaten/kota, Kabupaten Nunukan berada pada posisi teratas dengan capaian sebesar 76,80% dan di posisi terbawah adalah Kabupaten malinau sebesar 23,82%. 81

82 Dibandingkan dengan target SPM Nasional, hanya Kabupaten Nunukan yang hampir mencapai target. Belum tercapainya indikator ini dapat menunjukkan masih banyaknya ibu dengan komplikasi kebidanan yang belum mendapatkan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih. Banyaknya kasus komplikasi kebidanan berdampak pada kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hal ini dapat menjadi salah satu sebab angka kematian ibu yang masih tinggi di Provinsi Kalimantan Utara hingga tahun Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Utara sangat baik dari tahun Hal tersebut karena cakupan ini memiliki trend yang naik, sehingga pada tahun 2014 cakupan indikator ini berhasil mencapai 96,2% tepatnya. Capaian pada tahun 2014 adalah capaian tertinggi sejak tahun Mengacu pada SPM nasional, target untuk indikator ini adalah 90% di tahun Akan tetapi, pada tahun 2015 cakupan justru menurun cukup besar yaitu sekitar 10% sehingga cakupan di tahun 2015 ini hanya berada pada angka 85,9%. Di tahun ini, terjadi penurunan jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan peningkatan sasaran ibu bersalin, sehingga Provinsi Kalimantan Utara kembali tidak mencapai target SPM Nasional. Pada tahun 2015, Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Bulungan berhasil memenuhi target SPM yaitu dengan cakupan sebesar 95,6% dan 93,8% secara berurutan. Kabupaten Malinau memiliki cakupan yang paling rendah yaitu 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Malinau masih banyak sekali persalinan yang dilakukan tanpa bantuan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 82

83 Tabel 2.56 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan n/a Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin n/a n/a Cakupan 84,9 n/a 96,2 85,9 n/a Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan 2012, 2013; 2) Profil Kesehatan Malinau ) LPPD KabupatenNunukan 2012; Lakip Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2013; Web ( 5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) LLPD Tahun 2016 Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa indikator cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan memiliki kontribusi besar terhadap keselamatan ibu dan bayi. Menurunnya cakupan indikator ini meningkatkan resiko kematian ibu atau bayi. Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, menyatakan bahwa salah satu sebab utama kematian pada ibu melahirkan adalah perdarahan dan infeksi yang tidak tertolong karena banyak yang masih memilih untuk melahirkan di rumah, tidak di rumah sakit atau puskesmas ( Tabel 2.57 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah ibu bersalin yg ditolong oleh tenaga kesehatan Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin Cakupan (%) Bulungan ,8 Malinau ,1 Nunukan ,1 Tana Tidung ,6 Kota Tarakan ,1 Jumlah ,9 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara

84 6. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) Cakupan desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis B 4 kali, polio 4 kali, dan campak 1 kali) dalam waktu satu tahun. SPM Nasional menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten. Secara umum cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2012 hingga 2016 masih jauh dari target SPM Nasional Cakupan desa/kelurahan UCI tertinggi dicapai pada tahun 2012 yaitu sebesar 68,3%. Data terbaru menunjukkan bahwa terjadi penurunan cukup besar pada jumlah desa/keluarahn UCI di tahun 2014, sehingga cakupannya menurun hingga 58,7%. Tabel 2.58 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Desa UCI 327 na 281 na 269 Jumlah seluruh desa Cakupan 68,3 na 58,7 na 56,16 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan 2013; 2) Renstra ( ); Profil Kesehatan Malinau ) LPPD KabupatenNunukan 2012; 4) Lakip Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2013; 6) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) LLPD Tahun 2016 Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, dari 479 desa/kelurahan hanya setengahnya yaitu 281 desa/kelurahan yang berstatus UCI. Kabupaten Nunukan memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak dibandingkan kabupaten/kota lain yaitu 240 desa/kelurahan. Namun, hanya 86 desa yang berstatus UCI sehingga cakupannya sangat kecil yaitu 35,8%. Dibandingkan dengan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan hanya memiliki jumlah desa UCI 84

85 sebanyak 75 desa/kelurahan. Karena jumlah desa/kelurahan di Bulungan tidak sebanyak di Nunukan, cakupan desa UCI di Bulungan bisa mencapai 92,6% dan merupakan cakupan tertinggi di antara kabupaten/kota lainnya. Tabel 2.59 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Desa UCI jumlah seluruh desa Cakupan (%) Kabupaten Bulungan ,6 Kabupaten Malinau ,0 Kabupaten Nunukan ,8 Kabupaten Tana ,5 Tidung Kota Tarakan ,0 Jumlah ,7 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Balita adalah anak usia di bawah lima tahun (usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada di Kabupaten/Kota. Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor). Balita gizi buruk yang mendapat perawatan merupakan balita gizi buruk yang dirawat/ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Tabel 2.60 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan 494 n/a Jumlah balita gizi buruk yang ditemukan 494 n/a Cakupan (%) ,51 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan 2013; 2) Renstra ( ); Profil Kesehatan Malinau ) Lakip Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2013; 5) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) LPPD Tahun

86 Sejak tahun 2012 hingga 2015 cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan telah mencapai 100%, namun mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 99,51%. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Kemenkes menargetkan SPM untuk cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah sebesar 100% di tahun Tabel 2.61 Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan Kabupaten Bulungan 100 Kabupaten Malinau 17 Kabupaten Nunukan 27 Kabupaten Tana Tidung 23 Kota Tarakan 36 Jumlah 203 Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Pada tahun 2016 terdapat 548 kasus balita gizi buruk yang tertangani pada tahun Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah di tahun ini meningkat sebanyak 298 balita. Ini menunjukkan ada peningkatan jumlah kasus gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tahun Berdasarkan data per kabupaten/kota, Kabupaten Bulungan memiliki jumlah balita gizi buruk yang dirawat paling banyak yaitu 257 balita dan Kabupaten Nunukan sebanyak 187 balita. Jumlah ini sangat jauh selisihnya dibandingkan kabupaten/kota lain yang tidak lebih dari 50 balita. 8. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA (+) merupakan jumlah penderita baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati di suatu wilayah kerja selama satu tahun dibanding dengan jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) dalam kurun waktu yang 86

87 sama. Penemuan TBC BTA (+) adalah penemuan pasien baru melalui pemeriksaan dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan kesehatan dalam suatu wilayah kerja pada waktu tertentu. Pasien baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan obat OAT kurang dari satu bulan. Diobati adalah pemberian pengobatan pada pasien baru TB BTA (+) dengan OAT selama 6 bulan. Tabel 2.62 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+) Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah penderita baru TBC BTA + yg ditemukan dan diobati Jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA n/a n/a 3063 n/a 2514 Cakupan 44,2 n/a 15,1 n/a 18,66 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan 2013; 2) LPPD Kabupaten Malinau 2012; Profil Kesehatan Malinau ) Lakip Kabupaten Nunukan ) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) LLPD Tahun 2016 Cakupan penemuan dan penanganan penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan Utara memiliki trend yang fluktuatif. Tahun 2012 besar cakupan indikator ini adalah 44,2%. Di tahun setelahnya yaitu tahun 2013 tidak ada data di Kabupaten Nunukan sehingga tidak dapat dikalkulasi menjadi data provinsi. Tahun 2014, berdasarkan sumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, terjadi kenaikan yang tajam pada jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) di Kota Tarakan sehingga total di Provinsi Kalimantan Utara menjadi sangat tinggi. Dengan tingginya suspek TBC BTA(+) namun sedikitnya penemuan kasus menyebabkan terjadinya penurunan drastis cakupan penemuan dan penagnana penderita TBC BTA (+) di Provinsi Kalimantan Utara tahun Target SPM Nasional untuk indikator ini adalah 100% di tahun 87

88 2010. Hal ini menunjukkan sejak tahun 2012 Provinsi Kalimantan Utara belum bisa memenuhi target SPM Nasional. Tabel 2.63 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah penderita baru TBC BTA (+) yg ditemukan dan diobati Jumlah perkiraan penderita baru TBC BTA (+) Cakupan (%) Kabupaten Bulungan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Berdasarkan data di atas, cakupan indikator penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (+) per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh dari target SPM Nasional yang ditargetkan sebesar 100%. 9. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan panas mendadak berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, tanda-tanda perdarahan (sekurang-kurangnya uji Torniquet positif), disertai/tanpa pembesaran hati (hepatomegali), trombositopenia (trombosit /µl), peningkatan hematocrit 20%. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD adalah presentase penderita DBD yang ditangani sesuai standar di suatu wilayah dalam kurun waktu 1 tahun dibandingkan dengan jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama. Penderita DBD yang ditangani sesuai standar SOP adalah penderita DBD yang didiagnosis dan diobati/dirawat sesuai standar, ditindaklanjuti dengan penanggulangan fokus (PF). Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2012 adalah 100%. Angka ini mampu dipertahankan hingga tahun Target SPM Nasional untuk 88

89 indikator ini adalah 100% di tahun Sehingga Provinsi Kalimantan Utara sudah mencapai target SPM Nasional. Meskipun cakupan penemuan dan penangnan penyakit DBD ini sudah 100%, perlu diperhatikan insidensi penyakit ini dari tahun ke tahun. Jumlah kasus DBD di seluruh Provinsi Kalimantan Utara mengalami kenaikan hingga 2013 yang mencapai 803 kasus. Pada tahun 2014 jumlah kasus DBD menurun sedikit menjadi 786 kasus, dan di tahun berikutnya turun sedikit lagi menjadi 728 kasus. Data ini menunjukkan bahwa DBD masih banyak terjadi di Provinsi Kalimantan Utara. Tabel 2.64 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah kerja selama 1 Jumlah penderita DBD n/a yang ditemukan di satu wilayah Cakupan (%) n/a Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan 2013; 2) Renstra ( ); Profil Kesehatan Malinau ) LPPD Kabupaten Nunukan 2012; Lakip Kabupaten Nunukan 2013; 4) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) LLPD Tahun 2016 Di Tahun 2014 semua kabupaten/kota memiliki cakupan indikator penemuan dan penanganan penderita DBD sebesar 100%. Jumlah penemuan kasus DBD terbanyak ada di Kota Tarakan yaitu sebesar 433 kasus diikuti Kabupaten Bulungan dengan 168 kasus DBD. Kabupaten Tana Tidung merupakan kabupaten dengan jumlah kasus DBD paling sedikit yaitu hanya kasus. Banyak faktor yang menyebabkan jumlah penemuan kasus DBD hanya sedikit sekali, kemungkinan jumlah kasus di kabupaten ini sedikit dan di Kota Tarakan sangat tinggi. Namun, hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor pencatatan di sarana pelayanan kesehatan. Kota 89

90 Tarakan yang memiliki fasilitas kesehatan serta akses terbaik dibanding kabupaten lain sangat memunkinkan memiliki sitem administrasi yang paling baik di antara kabupaten lain sehingga memiliki dokumentasi yang baik. Kabupaten Tana Tidung yang merupakan kabupaten terbaru bisa jadi belum memiliki sitem pencatatan sebaik di kabupaten/kota lain sehingga kasus DBD yang erdokumentasi hanya sedikit sekali. Tabel 2.65 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Menurut Kabupaten Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah kerja selama 1 tahun Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah Cakupan (%) Kabupaten Bulungan ,0 Kabupaten Malinau ,0 Kabupaten Nunukan ,0 Kabupaten Tana Tidung ,0 Kota Tarakan ,0 Jumlah ,0 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama di satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Sarana kesehatan strata pertama adalah tempat pelayanan kesehatan yang meliputi puskesmas, balai pengobatan pemerintah dan swasta, praktek bersama dan perorangan. Tabel 2.66 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian jumlah kunjungan pasien miskin di sarana kesehatan strata n/a 981 n/a jumlah seluruh masyarakat miskin n/a n/a Cakupan (%) 64,3 n/a 0,2 n/a 90

91 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan ) Renstra ( ); Profil Kesehatan Malinau ) LPPD Kabupaten Tana Tidung 2013; 4) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin dari tahun memiliki trend penurunan. Pada tahun 2012 cakupan indikator ini yaitu 64,3% yang berarti jumlah kunjungan pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama tidak lebih dari setengah jumlah seluruh masyrakat miskin yang ada. Cakupan ini turun sangat drastis pada tahun 2014 yaitu menjadi 0,2% yang berarti belum mencapai target SPM Nasional sebesar 100% di tahun Tabel 2.67 Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Kunjungan Pasien Miskin Di Sarana Kesehatan Strata 1 Jumlah Seluruh Masyarakat Miskin Cakupan (%) Kabupaten Bulungan ,2 Kabupaten Malinau ,0 Kabupaten Nunukan ,3 Kabupaten Tana Tidung ,3 Kota Tarakan ,1 Jumlah ,2 Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi merupakan cakupan kunjungan bayi umur 29 hari - 11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas dibanding dengan jumlah kelahiran hidup. Salah satu program untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak adalah Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Program kesehatan anak meliputi program pelayanan kesehatan bayi. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari

92 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi konseling ASI Ekslusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit (sesuai MTBS), pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan. Sehingga penghitungan indikator ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan. Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2012 telah melebihi 90%, namun di tahun berikutnya, cakupan kunjungan bayi menurun cukup signifikan menjadi 79,6% di tahun 2014 dan naik kembali namun tidak terlalu berarti di tahun 2015 yaitu menjadi 80,6% dan 82,6% pada tahun Penurunan di tiga tahun terakhir terjadi karena adanya penurunan kunjungan dari yang sebelumnya mencapai lebih dari menjadi turun di angka 9000, dan adanya peningkatan jumlah bayi lahir hidup. Tabel 2.68 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah kunjungan bayi memperoleh n/a pelayanan sesuai standar Jumlah seluruh bayi lahir hidup n/a Cakupan Kunjungan Bayi (%) 100,2 n/a 79,6 80,6 82,6 Sumber: 1) LPPD Kabupaten, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2) MDG s Malinau; Profil Kesehatan Malinau ) Lakip Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kesehatan Kota Tarakan ) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara ) Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2016 Dari seluruh jumlah jumlah kunjungan bayi, Kota Tarakan memiliki jumlah kunjungan bayi terbesar dibandingkan Kabupaten lain. Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan jumlah kunjungan bayinya hampir 92

93 sama yaitu Perbedaan pada jumlah seluruh bayi lahir hidup di antar kabupaten/kota cukup signifikan sehingga cakupannya pun berbeda-beda. Cakupan kunjungan bayi terbesar adalah di Kota Tarakan yaitu 98,4%, hampir mendekati 100%. Sedangkan cakupan tertinggi kedua adalah di Kabupaten Bulungan dengan cakupan 90,9%. Kabupaten lainnya cakupannya di bawah 80% dan terendah di Kota Tarakan. Berdasarkan target SPM, secara nasional cakupan kunjungan bayi harus mencapai 90% di tahun Di tahun 2016, secara total provinsi Kalimantan Utara belum memenuhi target SPM Nasional, namun Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Tana Tidung telah memenuhi target. Tabel 2.69 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah kunjungan bayi memperoleh pelayanan sesuai standar Jumlah seluruh bayi lahir hidup Cakupan (%) Kabupaten Bulungan ,90 Kabupaten Malinau ,00 Kabupaten Nunukan ,60 Kabupaten Tana Tidung ,00 Kota Tarakan ,90 Jumlah ,60 Sumber: Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara Cakupan Puskesmas Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan, inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Tabel 2.70 Cakupan Puskesmas Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Kecamatan Cakupan Puskesmas 126,3 128,9 108,0 110,0 93

94 Sumber: 1) Kabupaten Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Kalimantan Utara Dalam Angka Indikator cakupan puskesmas ini digunakan untuk melihat jumlah puskesmas dibandingkan dengan jumlah kecamatan yang ada di daerah tersebut. Jumlah puskesmas di Kalimantan Utara sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 meningkat secara perlahan dari 48 unit menjadi 55 unit. Jumlah kecamatan di provinsi ini mengalami peningkatan secara bertahap hingga tahun 2013 yaitu dari 37 menjadi 38 kecamatan, sebelum kenaikan cukup drastis di tahun 2014 menjadi 50 kecamatan. Dari indikator ini diketahui bahwa setiap kabupaten/kota telah memiliki puskesmas sebanyak jumlah kecamatannya, bahkan secara jumlah, puskesmas melebihi jumlah kecamatan yang berarti ada beberapa kecamatan yang memiliki lebih dari 2 puskesmas. Kabupaten Nunukan dan Malinau memiliki jumlah puskesmas terbanyak yaitu 16 unit. Di Kota Tarakan jumlah puskesmas hampir 2 kali lipat dari jumlah kecamatan yang ada. Hal ini disebabkan oleh jumlah penduduk di Kota Tarakan yang sangat besar sehingga butuh lebih banyak puskesmas di setiap kecamatannya. Tabel 2.71 Cakupan Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah Seluruh Cakupan Puskesmas Kecamatan (%) Kabupaten Bulungan ,0 Kabupaten Malinau ,0 Kabupaten Nunukan ,0 Kabupaten Tana Tidung ,0 Kota Tarakan ,0 Jumlah ,0 Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka

95 13. Cakupan Puskesmas Pembantu Puskesmas pembantu (pustu) merupakan suatu sarana yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang mencakup bagian wilayah kerja puskesmas disesuaikan dengan keadaan setempat dan merupakan bagian integral dari puskesmas. Puskesmas pembantu berfungsi meluaskan jangkauan pelayanan puskesmas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat karena pustu menjangkau wilayah yang lebih kecil. Tabel 2.72 Cakupan Puskesmas Pembantu Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Puskesmas Pembantu Jumlah Desa Cakupan Puskesmas Pembantu 35,7 29,4 33,6 43,4 48,23 Sumber: 1) LPPD Bulungan 2013; Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016, ) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, Renstra Malinau ( ) 3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016, ) Kabupaten Tana Tidung Dalam angka 2013, 2014, 2015, 2016, ) Kota Tarakan Dalam Angka 2013, 2014, 2015, 2016, ) Profil Kesehatan Kalimantan Timur ) Kalimantan utara Dalam Angka 2014, 2015, 2016, 2017 Sejak tahun 2012 hingga 2016 jumlah desa relative sama dari segi jumlah yaitu berjumlah 479 desa. Sedangkan untuk pertumbuhan pustu pada tahun 2012 hingga 2016 cukup tinggi dalam 9 tahun terakhir yaitu dari 171 pustu pada tahun 2012 menjadi 231 unit saat ini atau tahun Cakupan pustu di provinsi ini adalah sebesar 48,23% yang berarti ada 48 pustu di setiap 100 desa. Ditelusuri ke bawah ke tingkat kabupaten, terlihat bahwa jumlah desa di Kabupaten Nunukan adalah yang terbanyak yaitu 240 desa, dua kali lebih daripada kabupaten Malinau yang terdiri dari 109 desa. Cakupan pustu di Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan baru sebesar 56,9% dan 39,2%. Sedangkan di Kota Tarakan cakupan pustu hanya sebesar 10% karena hanya terdapat 2 unit di satu Kota. Jumlah ini wajar karena Kota Tarakan adalah kota yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas kesehatan yang beragam dan dapat diakses dengan mudah 95

96 oleh seluruh masyarakat, sehingga keberadaan pustu di Kota Tarakan tidak terlalu dibutuhkan. Sedangkan di kabupaten terutama perbatasan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau, yang memiliki luas wilayah sangat besar serta masyarakat yang tersebar hingga ke lokasi-lokasi terpencil, keberadaan pustu sangat diperlukan untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas. Tabel 2.73 Cakupan Puskesmas Pembantu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Kabupaten/Kota Jumlah Pustu Jumlah Seluruh Desa Cakupan (%) Kabupaten Bulungan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan Jumlah Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka 2017 Di daerah perbatasan yaitu Kabupaten Malinau dan Nunukan, fasilitas kesehatan masih sangat minim, sehingga keberadaan puskesmas penbantu dan poskesdes sangat membantu cakupan pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Berdasarkan data dari Podes 2014 yang diambil dari Buku Grand Design Perbatasan Kalimantan Utara 2016, Di Kabupaten Malinau terlihat masih ada 15 desa yang sama sekali belum memiliki sarana kesehatan puskesmas pembantu. Indikator rasio puskesmas per satuan penduduk tidak cocok bila disesuaikan dengan kondisi di Provinsi Kalimantan Utara, sehingga cakupan puskesmas dan pustu lebih dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan. Akan tetapi, cakupan puskesmas dan pustu yang 100% pun belum tentu menunjukkan pemerataan sarana prasarana kesehatan di provinsi ini karena luas wilayah yang sangat luas dan penyebaran penduduk yang belum merata, sehingga pemetaan persebaran sarana prasarana kesehatan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalahan yang ada. 96

97 C. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik Kinerja jaringan jalan berdasarkan kondisi terdiri atas terminologi baik, sedang, rusak dan rusak berat, dimana terminologi tersebut didasarkan pada besarnya persentase tingkat kerusakan jalan. Pada jalan kondisi baik (tingkat kerusakan 6%) merupakan kondisi jalan yang mendukung arus lalu lintas dapat berjalan lancar sesuai dengan kecepatan desain dan tidak ada hambatan yang disebabkan oleh kondisi jalan, jalan kondisi sedang (tingkat kerusakan 6-10%) merupakan kondisi dimana belum (atau sedikit saja) menimbulkan gangguan terhadap kelancaran arus pergerakan lalu lintas. Selanjutnya, pada kondisi jalan rusak sudah sangat menghambat kelancaran pergerakan lalu lintas yang mengakibatkan kendaraan harus berjalan secara perlahan-lahan, mengurangi kecepatannya, dan kadangkala harus menghentikan kendaraannya akibat adanya kerusakan dan atau hambatan pada permukaan perkerasan. Pada jalan dengan kondisi rusak berat, kondisi kerusakan jalan yang ada sudah sangat parah dan nyaris tidak dapat lagi dilewati oleh kendaraan roda empat dan atau hanya dapat dilewati dengan kecepatan yang sangat rendah. Tabel 2.74 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun Provinsi Kalimantan Utara No Kondisi Panjang Jalan (km) Jalan Kondisi Baik 1.432, , , ,02 2. Kondisi Sedang 1.567, , , ,51 3. Kondisi Rusak 308, , , ,95 4. Kondisi Rusak Berat 138,247 63, , ,52 5. Jalan secara keseluruhan 3.446, , , Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun Jaringan jalan dengan kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara memiliki kecenderungan fluktuatif. Mulai tahun 2012 sampai dengan 97

98 2014 mengalami peningkatan dari km menjadi 1.767,475 km pada Tahun Namun mulai tahun 2015 memiliki kecenderungan menurun yaitu dari km pada menjadi 1.378,02 km Tahun Sementara itu, jaringan jalan kondisi sedang dalam kurun waktu yang sama (Tahun ) memiliki kecenderungan meningkat, hanya pada Tahun 2015 mengalami penurunan namun tahun 2016 kembali meningkat menjadi 1.577,51. Jaringan jalan dengan kondisi rusak memiliki kecenderungan menurun dalam kurun waktu tahun yaitu dari 308,746 km menjadi 201,634 km. Namun pada Tahun 2015 dan 2016 mengalami peningkatan masing-masing menjadi km dan 1.697,95 km. Kondisi ini menunjukkan bahwa jalan yang ada di Kalimantan Utara semakin banyak yang mengalami kerusakan dan membutuhkan perbaikan. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik merupakan hasil perbandingan antara panjang jalan kondisi baik dengan panjang jalan seluruhnya. Indikator proporsi jaringan jalan dalam kondisi baik ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan. Infrastruktur jalan yang baik adalah modal sosial masyarakat dalam menjalani roda perekonomian, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak mungkin dicapai tanpa ketersediaan infrastruktur jalan yang baik dan memadai. Tabel 2.75 Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Panjang jalan 1.432, , , ,02 kondisi baik (km) Panjang jalan 3.446, , , seluruhnya (km) Proporsi panjang 0,416 0,402 0,436 0,339 0,291 jaringan jalan dalam kondisi baik Persentase panjang 41,56 40,23 43,59 33,86 29,07 jaringan jalan dalam kondisi baik Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan 98

99 Data menunjukkan terjadi penurunan persentase panjang jaringan jalan dalam kondisi baik di Kalimantan Utara selama 5 (lima) tahun terakhir. Pada Tahun 2012 terdapat 41,56% jalan dalam kondisi baik, namun menurun ke 29,07% pada Tahun NO Tabel 2.76 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 Kabupaten/Kota Kondisi Jalan (km) Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jalan secara keseluruha n 1 Bulungan 280,6 174, ,98 16, ,01 2 Malinau 298, ,72 327, ,75 3 Nunukan 392,82 208,76 26,20 627,78 4 Tana Tidung 220,80 9, Tarakan 185,22 36,58 10,32 2, ,46 Jumlah 1.378, , ,95 86, Sumber: Dinas PUPR Perkim, 2017 Kondisi panjang jaringan jalan di kabupaten/kota lingkup Provinsi Kalimantan Utara umumnya didominasi oleh kondisi jalan baik, kecuali Kabupaten Malinau yang jaringan jalannya didominasi oleh kondisi jalan sedang (74,98%). Di wilayah Kabupaten Bulungan, masih didominasi dengan jalan dalam konidisi rusak yaitu 1.057,98 km. Secara keseluruhan, jaringan jalan didominasi oleh kondisi jalan sedang (47,97%) dan kondisi jalan sedang (43,59%), sedangkan hanya sebagian kecil saja kondisi jalan yang rusak dan rusak berat, yakni 4,97% untuk kondisi jalan rusak dan 3,47% untuk kondisi jalan rusak. Tabel 2.77 Persentase Tingkat Kondisi Jalan Baik dan Sedang Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Panjang jalan kondisi 2.955, , , , baik dan sedang 3 Panjang jalan seluruhnya (km) 3.446, , , Persentase tingkat kondisi jalan baik dan sedang 87,03 90,39 91,55 52,11 62,35 Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan 99

100 2. Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Indikator tempat ibadah per satuan penduduk didapatkan dari perbandingan jumlah tempat ibadah dengan jumlah penduduk per 1000 penduduk. Berkaitan dengan tempat ibadah, indikator rasio tempat ibadah per satuan penduduk ini akan lebih tepat apabila pembanding yang digunakan dalam penghitungan indikator tersebut menggunakan jumlah pemeluk agama. Dengan demikian, indikator ini berganti menjadi rasio tempat ibadah per satuan pemeluk agama. Tabel 2.78 Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/Kota Masjid/Musholla Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Gereja Katolik Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Gereja Protestan Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Pura Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Vihara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Jumlah tempat ibadah di Provinsi Kalimantan Utara secara umum memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun

101 hingga tahun Jumlah masjid dan mushola hingga tahun 2016 tercatat sebannyak 772 unit dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,98% per tahun. Secara umum, jumlah pemeluk agama pada masing-masing agama memiliki kecenderungan meningkat, kecuali pada pemeluk agama Protestan, Hindu, dan Budha yang memiliki kecenderungan menurun dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun Tabel 2.79 Jumlah Pemeluk Agama Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/ Kota Islam Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan na na Kalimantan Utara Katolik Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan na na Kalimantan Utara Protestan Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Na na Kalimantan Utara Hindu Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung 1 na Tarakan na na Kalimantan Utara Budha Bulungan Malinau na Nunukan Tana Tidung Tarakan na na Kalimantan Utara Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Rasio tempat ibadah per satuan pemeluk agama memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 1 0 1

102 2016, kecuali pada rasio gereja Protestan per satuan pemeluk agama Protestan yang memiliki kecenderungan menurun

103 3. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Rumah tinggal bersanitasi merupakan salah satu faktor yang menjadi sebuah indikator dalam penilaian kriteria rumah layak huni. Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi, diantaranya adalah fasilitas air bersih, pembuangan tinja, pembuangan air limbah (air bekas), dan pembuangan sampah. Indikator persentase rumah tinggal bersanitasi didapatkan dari perbandingan antara jumlah rumah tinggal berakses sanitasi dengan jumlah rumah tinggal dikalikan dengan bilangan 100. Data yang tersedia tidak dapat menjelaskan mengenai kondisi rumah tinggal bersanitasi di Provinsi Kalimantan Utara, hal ini dikarenakan tidak setiap kabupaten/kota didapatkan datanya. Tabel 2.80 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/ Kota Jumlah Bulungan n/a n/a rumah Malinau n/a n/a tinggal Nunukan n/a n/a n/a berakses Tana Tidung - n/a n/a sanitasi Tarakan n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a Jumlah rumah tinggal Persentase rumah tinggal bersanitasi Bulungan n/a n/a Malinau n/a n/a Nunukan n/a n/a Tana Tidung n/a n/a Tarakan n/a n/a Kalimantan Utara n/a n/a Bulungan 74,063 n/a n/a 70,83 79,51 Malinau 87,916 n/a n/a 67,93 92,15 Nunukan 0 n/a n/a 52,35 63,82 Tana Tidung 0 n/a n/a 39,63 39,63 Tarakan 44,434 n/a n/a 18,77 19,55 Kalimantan Utara 53,115 n/a n/a 48,09 56,78 Sumber: Data RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun Rasio Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk Indikator rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk merupakan hasil perbandingan antara jumlah daya tampung TPS dengan jumlah penduduk per 1000 jumlah penduduk. Data yang tersedia lengkap untuk menghitung indikator rasio tempat pembuangan 1 0 3

104 sampah (TPS) per satuan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara adalah data untuk tahun 2011 dan Jumlah daya tampung TPS dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2012 mengalami penurunan, hal tersebut berbanding lurus dengan rasio TPS per satuan penduduk yang juga mengalami penurunan, dari 6,619 m3/jiwa menurun menjadi 5,621 m3/jiwa, dengan penurunan sebesar 15,07%. Tabel 2.81 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun Uraian Kabupaten/ Kota Jumlah daya Bulungan - 660,00 150,00 n/a n/a tampung TPS Malinau n/a n/a (m 3 ) Nunukan 223,00 223,00 319,20 n/a n/a Tana Tidung n/a n/a Tarakan 570,00 570,00 570,00 n/a n/a Kalimantan Utara 793, , ,20 n/a n/a Jumlah Bulungan penduduk Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Rasio tempat Bulungan n/a 5,640 1,244 n/a n/a pembuangan Malinau n/a 30,185 29,920 n/a n/a sampah (TPS) Nunukan 1,571 1,498 2,050 n/a n/a per satuan Tana Tidung n/a 10,394 9,954 n/a n/a penduduk Tarakan 2,926 2,813 2,705 n/a n/a Kalimantan Utara 1,513 6,619 5,621 n/a n/a Sumber: Data RPJPD Kalimantan Utara Tahun Rasio Rumah Layak Huni Indikator rasio rumah layak huni merupakan hasil perbandaingan antara jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk. Data yang tersedia dalam tabel berikut tidak dapat menggambarkan kondisi rasio rumah layak huni di Provinsi Kalimantan Utara, hal tersebut dikarenakan tidak ditemukannya data kabupaten/kota dan data provinsi secara lengkap. Data terakhir yang didapatkan adalah jumlah rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung tahun 2012 hingga tahun Tabel 2.82 Rasio Rumah Layak Huni Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara 1 0 4

105 Uraian Kabupaten/ Kota Jumlah rumah Bulungan layak huni Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Jumlah penduduk Rasio rumah layak huni Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 5,640 1,244 Malinau 30,185 29,920 Nunukan 1,571 1,498 2,050 Tana Tidung 10,394 9,954 Tarakan 2,926 2,813 2,705 Kalimantan Utara 1,513 6,575 5,621 Sumber: Data RPJPD Kalimantan Utara Tahun Panjang Jalan Dilalui Roda 4 Indikator panjang jalan dilalui roda empat merupakan hasil perbandingan dari jumlah panjang jalan baik jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa (lokal) dengan jumlah penduduk. Indikator ini digunakan untuk menunjukkan rasio panjang jalan di suatu wilayah yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat untuk melayani per 1000 penduduk. Indikator panjang jalan dilalui roda empat di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 memiliki kecenderungan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,23% per tahun, yakni 0,0056 pada tahun 2012 meningkat menjadi 0,0066 pada tahun Tabel 2.83 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah panjang jalan 3.446, , , Jumlah penduduk Panjang jalan dilalui roda 4 0,0060 0,0065 0,0066 0,0060 0,

106 Berdasarkan pedoman penentuan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, perumahan dan permukiman dan pekerjaan umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), SPM panjang jalan dilalui roda 4 adalah 0,6 km per 1000 penduduk sehingga dengan melihat kondisi yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara masih perlu banyak pembangunan jalan khususnya yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4. Tabel 2.84 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/ Kota Jumlah Bulungan 840,52 857,21 932,80 960, ,68 panjang Malinau 1.053, , , , ,49 jalan (Km) Nunukan 694,97 777,24 828,73 856,94 934,92 Tana Tidung 103,70 246,94 354,47 354,47 248,09 Tarakan 220,06 220,06 225,00 227,10 228,03 Kalimantan Utara 2.913, , , , ,21 Jumlah penduduk 7 Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Panjang Bulungan 0,007 0,007 0,008 0,008 0,008 jalan dilalui Malinau 0,018 0,016 0,017 0,021 0,022 Roda 4 Nunukan 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 Tana Tidung 0,007 0,015 0,021 0,019 0,012 Tarakan 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 Kalimantan Utara 0,0056 0,0057 0,0060 0,0065 0,0066 umber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan 7. Aksesibilitas Indikator aksesibilitas didapatkan dari hasil perbandingan antara panjang jalan seluruhnya dengan luas wilayah. Dikutip dari Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menargetkan untuk indikator aksesibilitas adalah sebesar 100% pada tahun

107 Tabel 2.85 Aksesibilitas Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah panjang jalan (km) 3.446, , , Luas wilayah (km 2 ) , , , , ,21 Aksesibilitas 0,048 0,054 0,056 0,065 0,065 Persentase 4,77 5,35 5,59 6,53 6,53 Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Persentase aksesibilitas di Provinsi Kalimantan Utara masih berada jauh di bawah target yang ditetapkan oleh SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Hingga tahun 2016, persentase aksesibilitas masih sebesar 6,53%, meskipun demikian persentase tersebut selalu mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2012 hingga tahun 2016 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,52% per tahun. Apabila dilihat dari aksesibilitas masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, persentase aksesbilitas yang sudah mencapai bahkan melampaui target SPM terdapat di Kota Tarakan yakni sebesar 90,92%, sedangkan empat kabupaten lainnya masih berada jauh dibawah target SPM. Kabupaten Bulungan memiliki persentase aksesibilitas sebesar 11,60%, Kabupaten Malinau sebesar 4,60%, Kabupaten Nunukan sebesar 4,41%, dan Kabupaten Tana Tidung sebesar 10,48%. Hal tersebut perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk dapat meningkatkan kondisi jalan di lingkup Provinsi Kalimantan Utara dalam kaitannya untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah. Tabel 2.86 Aksesibilitas Menurut Kabupaten/Kota Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/ Kota Panjang Bulungan 932,80 960, , , ,

108 Uraian Kabupaten/ Kota jalan Malinau 1.105, , , , ,75 seluruhny Nunukan 828,73 856,94 934,92 627,78 627,78 a (km) Tana Tidung 354,47 354,47 248, Tarakan 225,00 227, , ,46 234,46 Kalimantan 3.446,9 3866, , Utara Luas wilayah Bulungan , , , , ,9 2 Malinau , , , , ,4 1 Nunukan , , , , ,5 0 Tana Tidung 4.828, , , , ,58 Tarakan 250,80 250,80 250,80 250,80 250,80 Kalimantan Utara , , , , ,2 1 Aksesibilit Bulungan 0,071 0,073 0, as Malinau 0,028 0,037 0, Nunukan 0,058 0,060 0, Tana Tidung 0,073 0,073 0, Tarakan 0,897 0,906 0, Kalimantan 0,048 0,054 0,056 Utara Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan D. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Terdapat lima indikator yang dirinci dalam urusan perumahan, diantaranya adalah indikator rumah tangga pengguna air bersih, rumah tangga pengguna listrik, rumah tangga bersanitasi, lingkungan permukiman kumuh, serta indikator rumah layak huni. 1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah tangga penguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga pengguna air bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh rumah tangga dan dikalikan 100%. Data jumlah rumah tangga pengguna air bersih dilihat dari data banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) khusus tipe rumah tangga. Tabel 2.87 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun

109 Indikator Jumlah rumah tangga pengguna air bersih Jumlah seluruh rumah tangga Rumah tangga pengguna air bersih (%) di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%) Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 20,32 15,43 15,02 Malinau 32,23 34,79 Nunukan 11,15 11,02 11,15 Tana Tidung Tarakan 28,76 29,53 30,02 Kalimantan Utara 25,10 21,13 21,64 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010, ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 34,79% dan 30,02% pada tahun 2014 dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar, diketahui bahwa selama periode tahun , jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Bulungan masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di bawah 13%. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal penduduk terlayani akses air bersih adalah 55-75%, namun dari data yang ada, diketahui bahwa ke-5 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum 1 0 9

110 memenuhi standar sehingga perlu dilakukan peningkatan dan program perencanaan pengembangan lainnya. 2. Rumah Tangga Pengguna Listrik Rumah tangga pengguna listrik menunjukkan indikator jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga pengguna listrik dibagi dengan jumlah seluruh rumah tangga dan dikalikan 100%. Data jumlah rumah tangga pengguna listrik dilihat dari data banyaknya pelanggan listrik khusus tipe rumah tangga. Indikator Jumlah rumah tangga pengguna listrik Jumlah seluruh rumah tangga Rumah tangga pengguna listrik (%) Tabel 2.88 Rumah Tangga Pengguna Listrik Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rumah Tangga Pengguna Listrik (%) Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 17,64 50,74 56,43 47,58 51,47 Malinau 29,88 34,36 50,05 72,42 Nunukan 24,22 36,82 42,13 48,63 Tana Tidung 15,21 16,44 Tarakan 68,42 73,53 74,07 73,69 69,92 Kalimantan Utara 39,59 70,18 64,26 56,70 61,06 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis,

111 Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah tangga pengguna listrik tertinggi, yaitu di atas 69% pada tahun 2014 dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Jika dilihat, Kabupaten Tana tidung menjadi daerah dengan jumlah rumah tangga pengguna listrik terendah karena masih di bawah 17% untuk tahun Berbeda dengan Kabupaten Bulungan dan Nunukan yang memiliki jumlah rumah tangga pengguna listrik di bawah Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan, namun persentasenya cukup banyak, yakni antara 18%-57%. Pada tahun 2011, persentase rumah tangga pengguna listrik dibandingkan dengan jumlah seluruh rumah tangga di Provinsi Kalimantan Utara dikalikan 100% berada pada angka 70,18% dan merupakan angka tertinggi selama 5 tahun ini. Dari angka tersebut, persentase terbesar adalah berada di Kota Tarakan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pada tahun 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 sempat terjadi penurunan jumlah rumah tangga pengguna listrik, sampai pada akhirnya meningkat kembali pada tahun 2014 yaitu menjadi 61,06%. Jumlah rumah tangga pengguna listrik di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun sangat berbeda halnya dengan jumlah seluruh rumah tangga yang mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 ke Peningkatan jumlah rumah tangga pengguna air bersih terbanyak terjadi pada tahun 2010 ke 2011, yakni dari rumah tangga dari tahun sebelumnya. Jika dilihat, persentase jumlah rumah tangga pengguna listrik terbanyak terjadi pada tahun 2011 yang mencapai angka 70% dan terendah terjadi pada tahun Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi di Indonesia saat ini mencapai 80,54% dan ditargetkan pemerintah akan mencapai 100% pada tahun Provinsi Kalimantan Utara yang pada 1 1 1

112 tahun 2014 hanya mencapai angka 61% mengartikan bahwa masih perlu dilakukan peningkatan elektrifikasi atau perluasan jaringan listrik sehingga lebih dapat menjangkau ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak atau belum teraliri listrik, seperti di daerah pelosok. 3. Rumah Tangga ber-sanitasi Pada tahun 2011, persentase rumah tangga bersanitasi berada pada angka 50,02% dan naik menjadi 51,22% pada tahun Kabupaten dengan jumlah rumah tangga bersanitasi tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung, yakni mencapai 76,39%, kemudian disusul Kabupaten Tarakan dengan angka 64,59%. Berdasarkan Database Pembangunan Kalimantan Utara Tahun 2014, secara umum diketahui bahwa daerah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Kalimantan Utara memiliki kondisi sanitasi yang berbeda. Secara garis besar, diketahui bahwa untuk daerah perkotaan, proporsi sanitasi layak lebih banyak jika dibandingkan dengan sanitasi tidak layak, yakni dengan perbandingan 70,65% berbanding 29,35%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah lebih peduli terhadap kebersihan pemukiman tempat tinggal mereka. Tabel 2.89 Rumah Tangga ber-sanitasi Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rumah Tangga Pengguna air bersih (%) Bulungan 54,72 61,10 Malinau 33,03 20,86 Nunukan 28,50 33,18 35,37 63,82 Tana Tidung 68,55 76,39 Tarakan 65,31 64,59 62,72 69,44 66,82 Kalimantan Utara 50,02 51,22 85,57 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, 2016 Berbeda halnya dengan daerah perdesaan yang memiliki kondisi sebaliknya, diketahui bahwa proporsi rumah tangga dengan sanitasi 1 1 2

113 selain layak (tidak layak) adalah lebih banyak dibandingkan yang bersanitasi layak, yaitu 70,32% berbanding 63,745%. Namun, secara keseluruhan, rumah tangga bersanitasi layak tahun 2013 berada pada angka 53,01% atau sekitar rumah tangga. Namun, walaupun sudah berada di atas 50%, kondisi ini pun tetap harus ditingkatkan mengingat kebersihan sangatlah penting untuk kesehatan. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal tingkat penyediaan sarana sanitasi terhadap jumlah penduduk perkotaan adalah 80%, sehingga dari Database Pembangunan Kalimantan Utara Tahun 2014 tentang proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak tahun 2013 yang menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga sanitasi layak di perkotaan adalah rumah tangga atau sekitar 70,65%, mengartikan bahwa pada tahun 2013, Provinsi Kalimantan Utara belum memenuhi persyaratan penyediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan standar, sehingga masih perlu dilakukan peningkatan penyediaan sarana sanitasi yang lebih baik

114 4. Lingkungan Pemukiman Kumuh Lingkungan pemukiman kumuh merupakan indikator yang menunjukkan persentase luas lingkungan pemukiman kumuh di Provinsi Kalimantan Utara yang dihitung dengan rumus luas lingkungan pemukiman kumuh dibagi dengan luas wilayah dan dikalikan 100%. Pada tahun 2011, lingkungan pemukiman kumuh berada pada angka 11,19% dari seluruh total wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Namun pada tahun 2012, lingkungan pemukiman kumuh di provinsi ini menunjukkan kecenderungan menurun, yakni menjadi 4,38%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah peduli terhadap kebersihan dan mulai menjaga lingkungan pemukiman mereka. Tabel 2.90 Lingkungan Pemukiman Kumuh Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Lingkungan Pemukiman Kumuh (%) Bulungan 57,21 19,82 Malinau 0,75 0,75 Nunukan 0,10 1,05 1,05 Tana Tidung Tarakan 0,02 40,39 40,39 Kalimantan Utara 11,19 4,38 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan ) LPPD Kabupaten Malinau ) LPPD Kabupaten Nunukan ) LPPDKabupaten Tana Tidung ) LPPD Kota Tarakan ) Hasil Analisis, 2016 Berdasarkan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Standar Lingkungan Pemukiman Kumuh adalah 10% pada tahun 2019, sehingga perlu peningkatan penanganan pemukiman kumuh untuk Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan yang memiliki angka mencapai 19,82% dan 40,39%, sedangkan untuk dua kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimum (angka masih dibawah 2%)

115 1 1 5

116 5. Rumah Layak Huni Rumah layak huni adalah indikator yang menunjukkan jumlah rumah layak huni yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah layak huni dibagi dengan jumlah seluruh rumah yang ada dan dikalikan 100%. Pada tahun 2011, persentase rumah layak huni sebesar 51,99%, dengan persentase rumah layak huni tertinggi berada di Kabupaten Nunukan (95,96%) dan terjadi peningkatan persentase rumah layak huni pada tahun 2012 menjadi sekitar 73,72%. Kabupaten Tana Tidung menjadi kabupaten dengan persentase rumah layak huni terendah yakni di bawah 17% pada tahun 2011 dan Tabel 2.91 Rumah Layak Huni Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rumah Layak Huni (%) Bulungan 80,00 80,00 Malinau 12,54 92,16 Nunukan 95,96 95,96 95,96 Tana Tidung 0,00 16,09 16,09 Tarakan 79,02 84,43 84,43 Kalimantan Utara 51,99 73,72 Sumber: 1) LPPD Kabupaten Bulungan ) LPPD Kabupaten Malinau ) LPPD Kabupaten Nunukan ) LPPDKabupaten Tana Tidung ) LPPD Kota Tarakan Keterangan : merupakan angka perkiraan Berdasarkan dokumen Millenium Development Goals (MDG s) tahun 2015, target rumah sehat yang hendak dicapai dan telah ditentukan adalah sebesar 80% (Departemen Kesehatan RI, 2003). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, persentase rumah sehat secara nasional sekitar 24,9% atau sekitar 50 rumah/1000 penduduk, sehingga presentase rumah layak huni di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah sebesar 73,72% dan masih lebih tinggi 1 1 6

117 dibandingkan dengan persentase rumah layak huni di Indonesia dan hampir mencapai target MDG s (80%). Berdasarkan data jumlah rumah tidak layak huni dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (2016), diketahui bahwa jumlah rumah tidak layak huni terbanyak pada tahun 2014 dan 2015 berada di Kabupaten Bulungan dan terendah berada di Kabupaten Nunukan. Hal ini sesuai dengan data tabel sebelumnya yang menyebutkan bahwa, persentase rumah layak huni terbanyak berada di Kabupaten Nunukan. Dalam hal ini, tentunya sangat dibutuhkan penanganan dari pemerintah daerah untuk mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan ini. E. Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat 1. Angka Kriminalitas yang Tertangani Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi terkait dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kriminalitas yang semakin tinggi menjadi indikator belum terciptanya kesejahteraan masyarakat. Angka tersebut harus ditekan dengan upaya mengaktifkan berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kelembagaan sosial di masyarakat. Terlebih provinsi ini memiliki kawasan perbatasan yang berpotensi memiliki kerentanan tinggi terhadap kejahatan lintas negara. Tabel 2.92 Angka Kriminalitas di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kabupaten/Kota Bulungan n/a 9 8 Malinau n/a n/a Nunukan Tana Tidung 0 0 n/a n/a n/a Tarakan n/a 12 Kalimantan Utara Sumber: 1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010,2011,2012,2013, ) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010,2011,2012,2013,2014 3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2011, 2012,2013,2014,2015 4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011,2012,

118 5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun,2011,2012,2013,2014,2015 6) Provinsi Kaimantan Timur dalam Angka Tahun ) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015 Data sejak tahun 2011 sampai dengan 2015, angka kriminalitas di Kalimantan Utara menunjukkan kecenderungan penurunan. Data tersebut merupakan jumlah kriminalitas yang meliputi kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan pelanggaran HAM, dan gangguan kamtibnas. Angka kriminalitas yang tertangani sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tidak kriminalitas yang terjadi itu sendiri, tindak penanganan kriminal yang terjadi, dan jumlah penduduk. Sebagai upaya tindaklanjut ke depan angka kriminalitas yang tertangani perlu ditingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif atau pencegahan tindak kriminalitas. 2. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Rasio Pol PP dibandingkan dengan jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara perlu diketahui sehingga kapasitas pelayanan dapat dinilai. Rasio jumlah Pol PP per penduduk merupakan perhitungan dari perbandingan antara jumlah Pol PP dengan jumlah penduduk. Rasio jumlah Pol PP dihitung untuk mencari berapa jumlah petugas per penduduk, dengan demikian akan diketahui besarnya beban pekerjaan yang dilakukan oleh Satpol PP pada umumnya dan beban kerja per Pol PP pada khususnya. Dengan mengetahui jumlah beban kerja baik pada level individu Pol PP maupun level kelembagaan Satpol PP, maka dapat dilihat potensi SDM dibandingkan dengan kebutuhan pelayanan. Hakikat dari rasio Pol PP per penduduk selanjutnya akan memberikan kepastian tentang tingkat keterpenuhan SDM dalam pelayanan trantibum dan penegakan Perda, dengan melihat jumlah sumber daya manusia yang terbatas dan jumlah penduduk yang cukup besar

119 Angka Rasio Pol PP terlihat mengalami penurunan. Angka ini terjadi karena kecenderungan jumlah Pol PP yang cenderung sama disetiap tahunnya, hal ini berbeda dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Angka Rasio Pol PP tertinggi yaitu Kabupaten Tana Tidung mencapai 52 pada tahun 2012, sedangkan yang terendah yaitu Kota Tarakan mencapai angka 9 pada tahun Kabupaten Malinau mencapai angka 26 pada tahun Kondisi ini terjadi karena Tana Tidung memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit daripada Kota Tarakan. Padahal jika dilihat berdasarkan jumlah personil keduanya memiliki jumlah personil yang sama. 3. Jumlah Linmas per jumlah penduduk Rasio jumlah Linmas per penduduk merupakan perbandingan antara jumlah seluruh petugas Linmas dengan jumlah penduduk per Rasio jumlah Linmas per penduduk diharapkan dapat menggambarkan perbandingan jumlah Sumber Daya Aparatur Linmas dengan jumlah penduduk sebagai objek penerima layanan, sehingga dari rasio tersebut dapat diketahui beban kerja personil Linmas dalam menjalankan tugasnya. Provinsi Kalimantan Utara merupakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki sifat heterogenitas. Banyaknya perbedaan etnis, budaya, bahasa dan kepentingan semakin memantik kemungkinan terjadinya friksi antara satu dengan lainnya. Dalam kondisi tertentu gesekan antar kelompok maupun komunitas dimungkinkan dapat terjadi. Untuk menjaga stabilitas keadaan maka diperlukan peran Linmas dalam perlindungan dan pengedalian masyarakat, dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang merugikan, seperti kerusuhan, bentrok, maupun konflik lain. Satuan ini memiliki peran yang cukup krusial dalam menciptakan trantibmas secara luas. Berikut ini merupakan tabel informasi rasio jumlah Linmas per 1 1 9

120 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara dalam rentang tahun 2010 hingga Kabupaten Bulungan memiliki jumlah Linmas menurun terlihat dari 250 tahun 2010 kemudian turun menjadi meningkat 241 pada tahun Kabupaten Malinau mengalami kenaikan jumlah yaitu 44 tahun 2010 menjadi 63 tahun Sedangkan Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten yang memiliki angka terendah data terakhir dapat terlihat pada tahun 2012 hanya memiliki 7 linmas per penduduk. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah linmas yang fluktuatif namun jumlahnya cenderung selalu meningkat. Kota Tarakan tidak diketahui data yang paling baru dalam melihat kondisi linmas. Berdasarkan data yang ada linmas di Kota Tarakan sejumlah 87 per penduduk pada tahun 2008 F. Sosial 1. Sarana Sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi) Indikator sarana sosial merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam mengindentifikasi adanya pusat perkembangan kegiatan sosial. Sarana sosial yang dimaksud adalah panti asuhan, panti jompo, panti rehabilitasi, rumah singgah. Penyediaan sarana sosial merupakan tanggung jawab pemerintah. Penyediaan fasilitas sosial ditujukan untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung. Fasilitas sosial yang diberikan oleh pemerintah merupakan wujud tanggung jawab pemerintah untuk memelihara masyarakat yang kurang beruntung. Berikut merupakan data sarana sosial yang tersedia di Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan informasi yang tersedia terlihat jumlah sarana sosial antar kabupaten/kota bervariasi. Kabupaten Malinau pada tahun 2011 dan 2012 jumlah sarana sosial tertinggi yakni 17 sarana sosial. Data lain yang dapat terlihat yakni Kabupaten Tana Tidung tidak memiliki sama 1 2 0

121 sekali sarana sosial pada tahun 2010 sampai Khusus untuk informasi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan jumlah sarana sosial mengalami fluktuasi dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 2.93 Jumlah Total Sarana Sosial Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 s.d Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan na 2 na na 7 9 Malinau na Nunukan na 4 8 Tana Tidung Tarakan Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigras Provinsi Kalimantan Timur, Fokus Layanan Urusan Wajib Tidak Berkaitan dengan Pelayanan Dasar A. Tenaga Kerja 1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja Ketenagakerjaan adalah aspek lain yang tidak kalah pentingnya dalam pembangunan suatu wilayah. Produktivitas dan daya serap tenaga kerja menjadi tolok ukur perekonomian wilayah dan kesejahteraan penduduk. Angka partisipasi angkatan kerja merupakan proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang masuk ke dalam golongan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka partisipasi angkatan kerja Provinsi Kalimantan Utara tergolong relatif tinggi meski perkembangannya masih fluktuatif dan cenderung menurun dari tahun 2011 sebesar 74,21% menjadi 62,40% 1 2 1

122 pada tahun Meski demikian, jumlah angkatan kerja yang bekerja meningkat dari jiwa pada tahun 2013 menjadi jiwa di tahun Penurunan angka partisipasi kerja lebih disebabkan oleh meningkatnya penduduk dalam kategori bukan angkatan kerja dan menurunnya jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas secara keseluruhan. Tabel 2.94 Angka Partisipasi Angkatan Kerja Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Angka partisipasi angkatan kerja 68,93 66,70 66,38 63,45 62,40 Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) LLPD Tahun 2016 Tabel 2.95 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin Tahun Provinsi Kalimantan Utara No Uraian * ANGKATAN KERJA Bekerja Mencari pekerjaan BUKAN ANGKATAN KERJA Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 LKPJ Provinsi Kalimantan Utara dan LPPD Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) TPAK merupakan cara lain dari penulisan angka perbandingan angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja. Perbedaan antara angka partisipasi angkatan kerja dengan tingkat partisipasi angkatan kerja 1 2 2

123 adalah kategori kelompok umur. Dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, usia penduduk yang masuk dalam perhitungan adalah usia penduduk produktif yakni tahun. Tabel 2.96 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Tingkat partisipasi angkatan kerja 67,41 65,3 67,8 63,45 62,40 TPAK Nasional 3 67,76 66,77 66,6 65,76 Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) BPS Nasional ) LKPJ Provinsi Kalimantan Utara ) LPPD Tahun 2016 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Kalimantan Utara cenderung fluktuatif. Namun, pada tahun 2014 TPAK Provinsi Kalimantan Utara berhasil mencapai 67,8% atau setara dengan kenaikan 3,82% dari tahun sebelumnya. Perbandingan TPAK Provinsi Kalimantan Utara dengan Nasional relatif sama, namun mencapai angka lebih tinggi di tahun 2014, yaitu 67,8% berbanding 66,6%. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi ketersediaan tenaga kerja untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu sistem perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Namun yang terjadi di tahun 2015 adalah menurunnya angka TPAK menjadi 63,45%. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan ketersediaan tenaga kerja. 3. Tingkat Pengangguran Terbuka Pengangguran merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di suatu wilayah. Pengangguran menjadi penting karena seringkali menjadi isu pengembangan wilayah dan menghambat pertumbuhan perekonomian

124 Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan salah satu perhitungan yang mewakili gambaran pengangguran di suatu daerah. Tingkat pengangguran terbuka adalah perbandingan jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja dengan jumlah angkatan kerja secara keseluruhan. Tabel 2.97 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Tingkat Penganggura n Terbuka Kabupaten/Provin si Bulungan 9,12 9,04 9,23 8,93 Malinau 3,8 10,18 8,9 9,24 3,58 Nunukan 7,67 9,52 11,83 10,69 5,7 12,0 3 6,67 8,8 2, Tana Tidung Tarakan 9,45 10,14 8,26 7,09 6,9 Kalimantan Utara3 8,28 9,64 8,9 8,59 5,79 5,68 5,23 Nasional4 7,14 6,56 6,13 6,17 5,94 6,18 Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) BPS Nasional ) LKPJ Provinsi Kalimantan Utara 2015 Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan tren yang fluktuatif. Tingkat pengangguran terbuka tercatat 9,64% pada tahun 2011 dan menurun 10,9% pada tahun 2013 hingga mencapai angka 8,59%. Angka ini masih tergolong sangat besar dibanding dengan Tingkat Pengangguran Terbuka nasional. Tahun 2013 selisih antara angka provinsi dengan nasional mencapai 2,42%. Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan pertumbuhan positif, yakni menurun hingga 5,79% di tahun 2014 dan kembali menurun di tahun 2015 hingga mencapai angka 5,68%. Angka ini tidak jauh berbeda dengan angka nasional sebesar 6,18% pada tahun yang sama. B. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 1 2 4

125 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia dengan memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Membandingkan nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG) dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah terjadi kesenjangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG, di sisi lain ketimpangan gender terjadi bila nilai IPG lebih rendah dari IPM. Beberapa faktor yang menyebabkan fluktuasi nilai IPG ini antara lain karena pengaruh semua komponen IPG yakni angka harapan hidup, angka melek aksara, rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran per kapita disesuaikan. Dapat diketahui bahwa nilai IPG di lima kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara meningkat setiap tahunnya. Terlihat juga IPG sebagai ukuran pencapaian pembangunan gender di provinsi selama dua tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang positif, dengan ditunjukkan makin meningkatnya besaran nilai IPG. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen-komponen pembentuk nilai IPG juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 pencapaian IPG mencapai nilai 85,63 dan tahun 2014 meningkat menjadi 85,67 serta berada di posisi 29 dari 34 provinsi di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh kecilnya sumbangan pendapatan perempuan dalam pembentukan IPG, yaitu hanya 30,55% (laki-laki 69,45%). Sementara tiga komponen lainnya seperti angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tidak terjadi perbedaan angka yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Tabel di bawah ini akan menunjukkan capaian IPG di Provinsi Kalimantan Utara yang dirinci berdasarkan kabupaten/kota tahun

126 Tabel 2.98 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Gender (IPG) Bulungan 60,80 61,28 61,84 78,71 85,18 Malinau 63,96 64,62 64,97 80,18 80,61 Nunukan 64,00 64,81 65,43 80,99 81,43 Tana Tidung 59,15 59,54 60,73 77,04 77,51 Tarakan 64,79 65,35 66,01 90,31 90,76 Kalimantan n/a n/a 0,00 85,63 85,67 Utara Nasional 67,20 67,80 68,52 90,19 90,34 Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara (Data ) 2) Analisis Profil Gender Provinsi Kalimantan Utara 2015 (Data Tahun 2013; 2014) 3) Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2015 (Data Nasional 2013; 2014) Dari tabel di atas juga terlihat, satu-satunya kabupaten/kota yang nilai IPG-nya di atas nilai IPG provinsi adalah Kota Tarakan sehingga diperlukan perhatian khusus untuk meningkatkan nilai IPG di Kabupaten Tana Tidung, Malinau, Nunukan, dan Bulungan, mengingat nilai IPG keempat kabupaten tersebut di bawah nilai IPG provinsi. 2. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) IDG merupakan indeks yang digunakan untuk mengkaji lebih jauh peranan perempuan dalam pengambilan keputusan, terutama peran aktifnya dalam kehidupan ekonomi dan politik serta kontribusinya dalan aspek ekonomi maupun sosial. IDG dibentuk berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen; perempuan sebagai tenaga profesional, teknisi, kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan sumbangan pendapatan. IDG tertinggi pada tahun 2014 ditunjukkan oleh Kabupaten Nunukan dengan skor 68,65 dan terendah di Kabupaten Bulungan dengan skor 45,91. Capaian IDG yang masih rendah dipengaruhi peran 1 2 6

127 serta perempuan di parlemen (DPRD) yang masih sangat rendah sehingga berdampak direndahnya skor IDG. Posisi IDG Kalimantan Utara tahun 2014 berada di peringkat 19 dari 34 provinsi dengan skor 66,52. Hal ini hendaknya mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat meningkatkan pemberdayaan perempuan Kalimantan Utara di masa mendatang. Tabel berikut akan menyajikan capaian IDG di Provinsi Kalimantan Utara yang dirinci menurut kabupaten/kota tahun Tabel 2.99 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Bulungan 57,35 58,49 57,36 57,36 45,91 Malinau 56,82 56,97 61,24 58,31 59,75 Nunukan 68,93 72,04 68, ,65 Tana Tidung 53,79 58,83 58,68 56,58 58,34 Tarakan 52,93 58,05 29, ,78 Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a 66,52 Nasional 68,15 69,14 70,07 70,46 70,68 Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara (Data ) 2) Analisis Profil Gender Provinsi Kalimantan Utara 2015 (Data Tahun 2013; 2014) 3) Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2015 (Data Nasional 2013; 2014) 3. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Partisipasi perempuan dalam lembaga pemerintah merupakan wujud keterlibatan perempuan dalam pembangunan dan pengambilan keputusan serta sebagai sarana untuk memperjuangkan hak perempuan. Keterwakilan perempuan dalam lembaga pemerintah dapat menjadi jalan bagi kaum perempuan untuk menyuarakan aspirasinya dalam kegiatan pemerintahan termasuk dalam perencanaan pembangunan dan pengambilan keputusan. Salah satu contohnya adalah keterwakilan perempuan dalam instansi-instansi pemerintah daerah. Untuk saat ini data mengenai partisipasi perempuan belum banyak tersedia khususnya di tahun 2014 dan

128 Data menunjukkan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah masih rendah di sebagian besar kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, hanya di Kota Tarakan pada tahun lebih dari 90%. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh pekerja perempuan bekerja di lembaga pemerintah, kemudian di tahun berikutnya terjadi penurunan karena banyaknya kesempatan kerja di lembaga swasta. Tabel Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah (%) Bulungan 13,69 11,00 11,00 14,21 n/a n/a Malinau n/a n/a 27,01 n/a 7,00 7,49 Nunukan 20,16 n/a 19,24 8,83 n/a n/a Tana Tidung 39,56 30,68 35,89 n/a n/a n/a Tarakan 9,50 99,90 95,14 41,20 37,44 37,99 Kalimantan 36,35 37,71 38,49 n/a n/a n/a Utara Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara ) Dinas BPMPPKBPD Kabupaten Malinau (Data Tahun 2014; 2015) 3) Dinas BPMPPKBPD Kota Tarakan (Data Tahun 2011; 2012; 2014; 2015) Di Kabupaten Bulungan memiliki partisipasi perempuan di lembaga pemerintah selama tahun relatif berada di kisaran angka 10-14%. Di Kabupaten Nunukan, partisipasi perempuan di lembaga pemerintah justru menurun, bahkan penurunan terjadi sangat drastis dari angka 19,24% di tahun 2012 menjadi 8,83% di tahun Untuk Kabupaten Tana Tidung, keterwakilan perempuan di lembaga pemerintah cukup tinggi walaupun mengalami penurunan, yakni masih berada di kisaran angka 35-39%. Angka partisipasi perempuan di lembaga pemerintah yang masih cukup rendah ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah daerah untuk memberikan peluang dan kesempatan yang semakin luas bagi perempuan agar dapat berpartisipasi layaknya lakilaki

129 1 2 9

130 C. Pangan 1. Kecukupan Ketersediaan Pangan Ketersediaan pangan dalam rumah tangga mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga untuk kurun waktu (hari) tertentu. Kecukupan akan beras suatu daerah tergantung pada berapa kali daerah tersebut panen padi, yang sangat dipengaruhi oleh luas panen dan produktivitasnya. Untuk mengetahui daya dukung lahan pertanian di suatu daerah, terutama di daerah yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian, daya dukung dihitung dari produksi bahan makanan. Perhitungannya didasarkan pada Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang didasarkan atas kebutuhan kalori per orang per hari yaitu kalori per orang per hari atau setara 265 kg beras per orang per tahun. Nilai kebutuhan pokok minimum adalah nilai yang menunjukkan seseorang dapat hidup secara normal, sehingga dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Odumddk cit. Moniaga (2011) dikatakan bahwa daerah yang mampu swasembada pangan adalah daerah yang dapat memenuhi KFM penduduk kalori/hari yang setara dengan 265 kg beras/orang/tahun. Sedangkan untuk daerah yang dikatakan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi penduduk yang bergantung pada tanaman pangan adalah daerah yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk dalam taraf yang layak yaitu setara dengan 650 kg beras/orang/tahun atau 2,446 x KFM. Nilai σ menunjukkan kelas tingkat kemampuan swasembada pangan, yang dikategorikan menjadi 3 kelas yaitu: 1. Kelas I : nilai σ > 2,47, artinya wilayah ini mampu swa sembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya

131 2. Kelas II : 1 nilai σ 2,7, artinya wilayah ini mampu swa sembada pangan, tetapi belum mampu memberikan kehidupan layak bagi penduduknya. 3. Kelas III : nilai σ < 1, artinya wilayah ini belum mampu swa sembada pangan. Dengan pendekatan analisis tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: Kabupaten/Kota Tabel Analisis Daya Dukung Lahan Mendukung Kemampuan Swasembada Pangan Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara penddk Luas Panen Total Produksi Per ha KFM X K σ Bulungan , ,13 73,9793 0, Malinau , ,12 87,9895 0, Nunukan , ,04 58,805 0, Tana Tidung , ,04 74,392 0, Tarakan , ,00 50,646 6,17E-06 Kalimantan Utara , ,05 68,1436 0, Sumber: Analisis Data Sekunder 2016 Tabel Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Tingkat Kemampuan Swasembada Pangan Bulungan 0, , , , , Malinau 0, , , , , Nunukan 0, , , , , Tana Tidung 0, , , , , Tarakan 0, , , , , Kalimantan Utara 0, , , , , Sumber: Analisis Data Sekunder 2016 Berdasarkan data analisis daya dukung tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai daya dukung lahan pertanian memiliki nilai σ < 1. Angka ini menunjukkan bahwa daerah tersebut belum mampu swasembada pangan. Belum ada kabupaten/kota yang swasembada pangan, tetapi Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Malinau memiliki 1 3 1

132 tingkat ketahanan pangan yang cukup tinggi dibanding kabupaten/kota yang lain. 2. Ketersediaan Pangan Utama Ketersediaan pangan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah kemampuan daerah untuk memiliki dan menyediakan sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Di Provinsi Kalimantan Utara, pangan utama masyarakat adalah beras. Kecukupan pangan di Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung mengalami penurunan, dari yang bernilai 133,07 kg/kapita/tahun menjadi 100,81 kg/kapita/tahun (kriteria kebutuhan pangan beras per kapita/tahun 120 kg). Perlu diperhatikan bahwa kondisi tersebut sebenarnya belum baik, karena kebutuhan manusia tidak hanya terpenuhi kebutuhan sumber beras saja tetapi secara keseluruhan dinilai dalam kecukupan kalori per kapita per tahun yang setara dengan 265 kg beras/kapita/tahun. Tabel Ketersediaan Pangan Utama Tahun (Kg/Kapita/Tahun) Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 292,37 284,43 330,78 305,36 253,36 Malinau 243,91 195,08 184,81 175,27 187,01 Nunukan 146,21 144,35 128,96 95,70 85,44 Tana Tidung 96,72 87,69 91,24 73,15 84,14 Tarakan 0,31 0,52 0,56 0,82 0,88 Kalimantan Utara 133,07 124,33 129,62 112,99 100,81 Sumber: 1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Hasil Analisis 2016 Ketersediaan pangan merupakan salah satu sub-sistem utama dalam sistem ketahanan pangan, yang menjelaskan tentang jumlah bahan pangan yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat diwujudkan melalui produksi pangan di suatu daerah, pemasukan dari 1 3 2

133 luar daerah dan cadangan pangan yang dimiliki daerah yang bersangkutan. Produksi pangan di suatu wilayah tergantung pada berbagai faktor luar seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, ketersediaan sarana produksi yang tepat dan alat-alat pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan. Ketersediaan pangan dengan sumber bahan pangan dari luar, faktor yang mempengaruhi lebih komplek dan bersifat lintas sektoral. Provinsi Kalimantan Utara saat ini mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri. Pada tahun terjadi penurunan ketersediaan pangan utama walaupun tidak signifikan, meskipun pada tahun 2012 ketersediaan pangan utama di Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan. Kota Tarakan sepenuhnya belum dapat memenuhi kebutuhan pangan utama secara mandiri, hal ini disebabkan luas wilayah Kota Tarakan yang kecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya sehingga luas lahan pertanian sangat sedikit sekali sehingga kecukupan pangan disuplai dari luar Kota Tarakan. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke arah pemanfaatan nonpertanian merupakan ancaman terhadap upaya pencapaian ketahanan pangan. Alih fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap produksi pangan, lingkungan fisik, serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang kehidupannya bergantung pada lahannya. Alih fungsi lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang potensial, khususnya di luar Jawa, termasuk di Provinsi Kalimantan Utara yang ada kecenderungan peralihan dari padi untuk perkebunan kelapa sawit. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan makin sempitnya luas lahan yang diusahakan yang berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan petani. Oleh karena itu, pengendalian 1 3 3

134 alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan pertanian pangan seperti yang diatur dalam UU RI No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan dan mempertahankan ketahanan pangan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. D. Pertanahan Terdapat 3 (tiga) indikator yang termasuk dalam urusan pertanahan, yakni indikator persentase luas lahan bersertifikat terhadap luas wilayah, penyelesaian kasus tanah negara, serta indikator penyelesaian izin lokasi. Ketiga indikator tersebut dapat dilihat secara jelas di bawah ini. 1. Persentase Luas Lahan Bersertifikat Sertifikat tanah adalah surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan (Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara- Kalimantan Timur Tahun 2015). Lahan merupakan salah satu aset bagi setiap orang. Apalagi kondisi harga lahan saat ini yang terus merangkak naik menjadikannya komoditas yang berharga. Hal yang masih menjadi masalah dalam sektor pertanahan negara ini adalah administrasi pertanahan yang belum maksimal seperti salah satunya adalah sertifikat kepemilikan tanah. Akibatnya, kasus sengketa tanah banyak terjadi karena lemahnya data teknis dan sertifikat. Data persentase luas lahan bersertifikat didapatkan dari rumus formula jumlah luas lahan bersertifikat dibagi dengan jumlah penduduk dan dikalikan Indikator pertanahan ini bertujuan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan lahan

135 Tabel Persentase Luas Lahan Bersertifikat Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Luas Lahan Bersertifikat (%) Bulungan 732,35 705,09 19,61 19,23 Malinau 1,14 Nunukan 0,07 Tana Tidung Tarakan 0,61 27,10 26,06 26,56 Kalimantan Utara 157,66 160,77 13,90 13,74 Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Hasil Analisis, 2016 Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Utara mencapai ,8 Ha atau atau sekitar ½ luas wilayah bidang bersertifikat terdigitasi di Provinsi Kalimantan Timur. Hampir semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi tersebut. Jumlah bidang yang telah memiliki sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 10 tahun diperoleh secara swadaya, PRONA, dan program bagi petani, nelayan, MBR, UKM, dan transmigrasi. Sertifikat hak milik atas tanah yang diperoleh secara swadaya memiliki jumlah bidang terbanyak dibanding sertifikat hak milik atas tanah lainnya yakni sejumlah bidang hingga tahun Kemudian diikuti oleh jumlah sertifikat yang berasal dari PRONA (Proyek Operasi Nasional Agraria) sebanyak bidang tanah dalam kurun waktu 10 tahun. Adapun jumlah bidang terendah yang memiliki sertifikat hak milik atas tanah adalah milik nelayan dengan jumlah sebatas 262 bidang. Tabel Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi Kalimantan Utara No Tahu Swaday PRONA Petani Nelayan MBR UKM Transmigras 1 3 5

136 . n a i 1 s/d Total Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015 Keterangan: Data di atas masih gabungan dengan Provinsi Kalimantan Timur Data yang terhimpun hanya mencakup 6 Kantor Pertanahan di Provinsi Kalimantan Utara dan Timur Selain sertifikat Hak Milik Atas Tanah, Badan Pertanahan juga mengeluarkan sertifikat pertanahan dalam bentuk sertifikat Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak Tanggungan, Hak Wakaf, dan Hak Pengelolaan

137 Tabel Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi Kalimantan Utara No. Sertifikat Hak Atas Tanah Jumlah (Bidang) Luas (Ha) 1 Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Tanggungan Hak Wakaf Hak Pengelolaan Hak Pengelolaan 0 0 Sumber: Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Utara-Kalimantan Timur Tahun 2015 Keterangan: Data di atas masih gabungan dengan Provinsi Kalimantan Timur Selama tahun , Hak Tanggungan memiliki jumlah bidang paling banyak dibanding yang lainnya dengan jumlah sebanyak bidang dan luas total sebesar 1515 Ha. Secara keseluruhan, sertifikat kepemilikan tanah di Provinsi Kalimantan Utara (data masih tergabung dengan Kalimantan Timur) masih minim ketersediannya dibandingkan dengan luasan wilayah kedua provinsi tersebut. Hal ini dapat mengindikasikan kepastian hukum yang ada di wilayah provinsi ini masih sangat kurang, sehingga dapat memicu konflik pertanahan khususnya sengketa pertanahan. Selain itu, dari hal ini dapat diketahui pula bahwa tingkat ketertiban administrasi kepemilikan tanah di provinsi ini masih rendah dan perlu dilakukan penertiban. E. Lingkungan Hidup 1. Persentase Penanganan Sampah Persentase penanganan sampah merupakan indikator untuk mengukur rasio volume sampah yang ditangani di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus volume sampah ditangani dibagi dengan volume produksi sampah dan dikalikan 100. Data volume sampah yang ditangani dilihat dari data volume sampah yang terangkut per harinya (m3), sedangkan data volume produksi sampah dilihat dari data perkiraan produksi sampah per harinya (m 3 )

138 Diketahui bahwa telah terjadi penurunan volume sampah yang ditangani dari tahun Volume sampah yang ditangani pada tahun 2012 mencapai angka 100%, menurun pada tahun 2013 menjadi 90,5%, dan pada tahun 2014 menurun kembali menjadi 87,36%. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), Standar Pelayanan Minimal tingkat penanganan sampah adalah 80%. Secara umum, dari ketiga tahun tersebut, Provinsi Kalimantan Utara sudah memenuhi standar yang ada, namun dalam hal ini masih sangat dibutuhkan peningkatan penanganan sampah sehingga dapat memaksimalkan penanganan sampah dari yang sebelumnya. Tabel Persentase Penanganan Sampah Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Persentase Penanganan Sampah (%) Bulungan 100,00 Malinau 100,00 84,04 85,80 Nunukan 70,64 Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara 100,00 90,50 87,36 Sumber: 1) Kabupaten Malinau ) Kalimantan Utara Dalam Angka ) Hasil Analisis, Persentase Penduduk Berakses Air Minum Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini

139 Persentase penduduk berakses air minum merupakan indikator untuk mengukur tingkat penduduk yang berakses air minum. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah penduduk berakses air minum yang dibagi dengan jumlah seluruh penduduk dan dikalikan 100. Data penduduk berakses air minum dilihat dari data banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) untuk seluruh tipe pelanggan. Tabel Persentase Penduduk Berakses Air Minum Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Indikator Jumlah penduduk berakses minum Jumlah penduduk air Persentase penduduk berakses air minum (%) Kabupaten/ Persentase Penduduk Berakses Air Minum (%) Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 5,54 5,56 5,71 5,81 5,93 Malinau 6,77 6,63 7,23 7,50 8,32 Nunukan 3,08 3,13 3,04 3,05 3,34 Tana Tidung 2,91 2,84 2,17 1,99 3,25 Tarakan 7,03 7,17 7,35 7,68 8,02 Kalimantan Utara 5,49 5,53 5,66 5,82 6,19 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011, ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Persentase penduduk berakses air minum dari tahun diketahui mengalami peningkatan. Terdapat 2 (dua) kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki persentase penduduk berakses air minum di bawah angka persentase provinsi, yaitu Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung. Kota Tarakan menjadi daerah dengan 1 3 9

140 persentase penduduk berakses air minum tertinggi untuk tahun , kecuali tahun 2014 yang masih di bawah Kabupaten Malinau. Diketahui bahwa jumlah penduduk berakses air minum dari tahun semakin bertambah setiap tahunnya. Jumlah penduduk berakses air minum tertinggi berada pada tahun 2014 yaitu sebesar penduduk atau sekitar 6,19% dari total jumlah penduduk pada tahun tersebut. Berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001), SPM penduduk terlayani akses air minum adalah 55-75%. Dari ke 5 (lima) kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, dapat dikatakan bahwa penduduk berakses air minum di provinsi ini masih minim dan belum memenuhi standar sehingga perlu ditingkatkan. 3. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk Tempat pembuangan sampah per satuan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan ketersediaan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah daya tampung tempat pembuangan sampah dibagi dengan jumlah penduduk dan dikalikan 100%. Tabel Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Tempat Pembuangan Sampah per Satuan Penduduk Kabupaten/Kota (m 3 /satuan penduduk) Bulungan 0, ,12438 Malinau 3, ,99200 Nunukan 0, , ,20504 Tana Tidung 1, ,99537 Tarakan 0, , , , ,21831 Kalimantan Utara 0, , ,56213 Sumber: 1) Badan Lingkungan Hidup, ) Hasil Analisis,

141 Pada tahun 2012, tempat pembuangan sampah di Provinsi Kalimantan Utara menampung sejumlah 0,00562 m3 sampah per satuan penduduk. Kabupaten dengan jumlah tempat pembuangan sampah yang paling memadai jika dibandingkan dengan empat kabupaten yang lainnya adalah Kabupaten Malinau, yang menyediakan 0,02992 m3 tempat pembuangan sampah per satuan penduduk. Keberadaan tempat pembuangan sampah per satuan penduduk ini dapat diguanakn untuk melihat sejauh mana masyarakat yang sudah semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan tempat tinggal. Berdasarkan kajian keandalan pola penanggulangan sampah padat, studi kasus di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, rata-rata produksi sampah di kota kecil per orang per hari adalah 0,0025 m3/orang/hari atau sama dengan 2,5 m3/1000 orang/hari. Dari kajian tersebut, diketahui bahwa seluruh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih belum memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai, sehingga perlu dilakukan penanggulangan masalah tersebut. F. Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil 1. Rasio Penduduk ber-ktp per Satuan Penduduk Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu kartu identitas yang wajib dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI). KTP akan memudahkan pemerintah dalam melakukan pendataan dan juga dapat digunakan sebagai syarat untuk membuat surat-surat tertentu seperti SKCK, akte, NPWP, SIM, dan sebagainya. KTP wajib dimiliki oleh warga negara Indonesia yang berusia >17 tahun. Rasio penduduk ber-ktp per satuan penduduk didapatkan dari rumus formula jumlah penduduk usia>17 tahun yang ber-ktp dibagi dengan jumlah penduduk usia >17 atau telah menikah. Data rasio penduduk ber-ktp per satuan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini

142 Tabel Rasio Penduduk Ber-KTP per Satuan Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rasio Penduduk Ber-KTP Bulungan Malinau 0,69 0,68 0,66 0,68 0,87 0,96 Nunukan 0,58 0,60 0,60 Tana Tidung 0,29 0,30 Tarakan 1,11 1,16 1,20 1,21 Kalimantan Utara 0,51 0,59 0,58 0,55 0,60 Sumber: 1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016 Kota Tarakan memiliki rasio penduduk ber-ktp yang tinggi, bahkan rasionya di atas angka 1 selama tahun Rasio penduduk ber-ktp di kabupaten/kota lainnya, masih relatif rendah, seperti Kabupaten Malinau yang rasionya stagnan 0,66-0,96 selama Kabupaten Tana Tidung memiliki rasio penduduk ber-ktp hanya 0,3 di tahun Pemerintah daerah yang masih memiliki rasio penduduk ber-ktp rendah di daerahnya diharapkan dapat segera menyelesaikan masalah ini. Karena data penduduk yang tidak valid akan menyulitkan pemerintah dalam melakukan perencanaan pembangunan, selain itu pula akan menyebabkan kesulitan dalam mengidentifikasi kondisi masyarakat. 2. Rasio Bayi Berakte Kelahiran Belum semua bayi di kabupaten/kota memiliki akte kelahiran. Diketahui bahwa Kota Tarakan selama tahun mengalami peningkatan rasio bayi berakte, yaitu yang semula di tahun 2010 rasionya hanya 0,69, pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan menjadi 1,03. Belum semua bayi Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung memiliki akte 1 4 2

143 kalahiran, sedangkan di Kabupaten Bulungan kondisinya adalah belum tersedia data bayi berakte kelahiran. Rasio bayi berakte kelahiran di Kabupaten Malinau meningkat dengan range 0,54-0,67 untuk tahun Berbeda dengan Kabupaten Nunukan di tahun yang memiliki angka stagnan. Dalam hal ini dapat diidentifikasi bahwa hanya Kota Tarakan yang sudah memenuhi standar tersebut, dan untuk kabupaten/kota lainnya masih jauh di bawah standar, yaitu seperti Kabupaten Malinau yang rasionya hanya 0,67, Kabupaten Nunukan yang rasionya hanya 0,58, dan Kabupaten Tana Tidung yang rasionya hanya 0,68. Tabel Rasio Bayi Berakte Kelahiran Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rasio Bayi Berakte Kelahiran Bulungan Malinau 0,54 0,69 0,67 0,67 0,62 0,67 Nunukan 0,58 0,58 Tana Tidung 0,70 0,68 Tarakan 0,69 0,72 1,00 1,03 Kalimantan Utara 0,69 0,72 0,77 0,79 0,58 Sumber: 1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Rasio Pasangan Berakte Nikah Akte nikah merupakan bukti pernikahan suami istri yang diakui sah oleh negara dan agama. Kepemilikan akte nikah juga dapat memudahkan dalam administrasi dan identifikasi kependudukan. Indikator ini dihitung dengan rumus formula jumlah pasangan nikah 1 4 3

144 berakte nikah dibagi dengan jumlah keseluruhan pasangan nikah. Data rasio pasangan berakte nikah di Provinsi Kalimantan Utara tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Rasio Pasangan Berakte Nikah Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rasio Pasangan Berakte Nikah Bulungan 0,36 0,38 1,41 0,38 0,35 Malinau 0,97 1,00 1,00 1,00 0,22 Nunukan Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Tarakan 0,13 23,28 20,50 24,22 0,13 Kalimantan Utara 0,48 14,02 13,15 15,11 0,28 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2010, 2011, ) Kabupaten Tana Tidung ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2016 Kepemilikan akte nikah yang dimiliki oleh pasangan suami istri masih sangat minim. Dari data yang ada diketahui bahwa hanya Kota Tarakan yang memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik, yaitu pada tahun memiliki angka rasio antara 20,50-24,22. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat di Kota Tarakan banyak yang sudah memiliki akte nikah dan hal ini menunjukkan bahwa bukti pernikahan tersebut sangat penting untuk dimiliki karena berkaitan pula dengan legalitas pernikahan yang mereka lakukan, khususnya bagi seorang wanita/istri. Sama halnya dengan Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara sendiri memiliki rasio kepemilikan akte nikah paling baik hanya pada tahun yaitu mencapai angka rasio 13,15-15,11, dan kondisinya menurun pada tahun 2014 menjadi 0,28. Untuk Kabupaten Bulungan, rasio kepemilikan akte nikah paling baik berada pada tahun 2012 karena memiliki rasio >1, dan tahun lainnya masih di bawah 1. Kabupaten Malinau memiliki rasio 1 4 4

145 kepemilikan akte nikah paling baik mulai tahun karena memiliki rasio 1, dan menurun menjadi 0,22 pada tahun 2014 dan meningkat kembali menjadi 0,73 pada tahun Rasio kepemilikan akte nikah di Kabupaten Nunukan paling minim, begitupun dengan Kabupaten Tana Tidung yang tidak tersedia datanya, dan hal ini menunjukkan bahwa kesadaran pasangan suami istri untuk mencatatkan pernikahannya secara resmi masih sangat kurang. 4. Kepemilikan KTP KTP merupakan identitas wajib Warga Negara Indonesia (WNI). Kepemilikan KTP juga dapat menunjukkan seseorang telah terdaftar dalam database kependudukan. KTP mempunyai beberapa manfaat seperti dapat mengakses program pemerintah, seperti Jamkesmas, BOS, ataupun bantuan lainnya. KTP juga merupakan syarat utama dalam beberapa pembuatan surat seperti SKCK, kartu kuning, dan lain-lain. Masih ada penduduk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara yang belum mempunyai KTP. Hal itu dapat dilihat secara umum dari tidak adanya angka kepemilikan KTP yang mencapai angka 1 atau 100%. Kabupaten dengan kepemilikan KTP terbanyak berada di Kota Tarakan yang mencapai angka 92% pada tahun Disusul dengan Kabupaten Malinau yang sempat mencapai angka 91% pada tahun 2011 dan kemudian menurun pada tahun Secara umum, dapat dikatakan bahwa kepemilikan KTP masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sangat fluktuatif. Kabupaten dengan kepemilikan KTP terendah ditempati oleh Kabupaten Tana Tidung yang sampai tahun 2013 hanya mencapai angka 30%. Untuk Provinsi Kalimantan Utara sendiri, kepemilikan KTP terbanyak berada pada tahun 2014 yang mencapai angka 113,65 dan mengartikan bahwa kepemilikan KTP pada tahun ini sudah sangat banyak dan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya

146 Tabel Kepemilikan KTP Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Kepemilikan KTP Bulungan 56,18 72,18 79,06 63,91 Malinau 90,71 72,08 Nunukan 90,00 67,03 60,04 59,98 Tana Tidung 40,52 39,74 28,91 29,98 Tarakan 49,15 57,34 91,95 75,97 Kalimantan Utara 62,25 65,58 75,06 65,71 113,65 Sumber: 1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan ) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk Penduduk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara masih banyak yang belum mempunyai akte kelahiran karena kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk masih di bawah 100%. Dari tabel tersebut, diidentifikasi hanya Kabupaten Bulungan yang penduduknya sudah banyak yang memiliki akta kelahiran, yaitu tahun 2010 yang sudah mencapai angka 98,69%. Selain Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung menjadi kabupaten dengan kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk terbanyak pada tahun 2013, yakni mencapai angka 98,09% atau dikatakan hanya 2% penduduk yang belum memiliki akta kelahiran atau tidak mencatatkan kependudukannya. Sementara, kabupaten dengan kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk paling rendah adalah Kabupaten Nunukan karena sampai tahun 2015 hanya mencapai angka 365,34, walaupun sempat mencapai angka 79,32% pada tahun Tabel Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Kepemilikan Akta Kelahiran per 1000 Penduduk 1 4 6

147 Bulungan 98,69 67,58 54,97 58,16 Malinau 10,97 71,57 71,19 67,71 Nunukan 79,32 0,00 31,01 36,94 Tana Tidung 73,22 75,17 74,38 98,08 Tarakan 64,55 36,78 40,28 41,71 Kalimantan Utara 70,05 38,49 45,50 48,73 Sumber: 1) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Malinau ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bulungan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Nunukan ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tana Tidung ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tarakan ) Kabupeten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angla ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, ) Hasil Analisis, 2016 Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara sangat fluktuatif dari tahun ini. Persentase kepemilikan akta kelahiran pada tahun 2010 dengan angka mencapai 70,05%. Penurunan persentase kepemilikan akta kelahiran untuk tahun selanjutnya dikatakan sangat kecil yakni tidak mencapai angka 50% sampai tahun Hal ini dikarenakan tidak meningkatnya data jumlah penduduk yang memiliki akta kelahiran sehingga berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya semakin meningkat. 6. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Aturan pemerintah pusat mulai menyeragamkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah mengacu pada penerapan KTP berbasis NIK sesuai dengan pasal 6 Perpres No. 26 Tahun Aturan ini pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan mengidentifikasi dan menghindari pemalsuan data maupun data ganda. Kartu Tanda Penduduk berbasis NIK adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh instansi pelaksana. Semua kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara diketahui telah 1 4 7

148 menerapkan KTP Nasional berbasis NIK, sehingga hal ini diharapkan akan memudahkan dalam proses administrasi kependudukan secara nasional. Tabel Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Ketersediaan Database Kependudukan Skala Provinsi Bulungan Sudah Sudah Sudah Sudah Malinau Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Nunukan Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah Tana Tidung Sudah Sudah Sudah Sudah Tarakan Sudah Sudah Sudah Sudah Kalimantan Utara Sudah Sudah Sudah Sudah Sumber: 1) LPPD Kabupaten Malinau ) LPPD Kabupaten Bulungan ) LPPD Kabupaten Nunukan ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) LPPD Kota Tarakan G. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1. Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Indikator jumlah kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ini seharusnya dapat menggambarkan jumlah kelompok binaan LPM, sehingga dapat diketahui berapa banyak kelompok binaan yang telah diberikan pemberdayaan dan penguatan kapasitas oleh LPM. Tetapi data yang diperoleh hanya menunjukkan jumlah LPM di Provinsi Kalimantan Utara. LPM pada umumnya memiliki fungsi koordinatif dengan Pemda dan tidak memiliki kelompok binaan. Seluruh desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Utara memiliki LPM. LPM hendaknya menjadi mitra yang efektif dalam pembangunan. Mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi dapat menjadi kontributor yang efektif. Untuk itulah pemerintah yang mampu memfungsikan LPM ini akan mencapai tujuan pembangunan sampai ke tingkat masyarakat yang paling bawah. Koordinasi yang intensif perlu 1 4 8

149 dilakukan di tingkat kelurahan, agar optimalisasi peran LPM menjadi lebih nyata kiprahnya dalam pembangunan. Tabel Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Tahun Kabupaten/Kota Bulungan n/a Malinau Nunukan n/a Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara n/a Sumber: 1) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010, 2013, 2014, ) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2014, ) Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka Tahun ) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun ) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun ) Kabupaten Malinau Tahun ) Kabupaten Tana Tidung Tahun ) Kabupaten Nunukan Tahun ) Kota Tarakan Tahun Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK PKK atau yang biasa dikenal sebaga Pembinaan Kesejahteraan Keluarga merupakan wadah kegiatan untuk kaum wanita dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas. Tujuan PKK adalah untuk mewujudkan keluarga sejahtera. Keluarga sejahtera seperti tujuan awal pergerakan PKK adalah keluarga yang mampu menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah serta mamu berperan dalam masyarakat berdasarkan pancasila dan UUD Dalam rangka mewujudkan kesejehtaraan keluarga, PKK memiliki 10 program pokok PKK. Dalam geraknya PKK berorientasi kepada 10 program pokok tersebut. Melalui 10 program pokok ini maka aktivitas dan kreativitas ibu-ibu dapat tersalurkan. Upaya menyumbangkan ide, karya dan pengabdian para wanita melalui PKK ini dapat lebih efektif. Pertemuan yang bersifat rutin bulanan dapat menjadi media kekompakan 1 4 9

150 warga dalam saling menginformasikan pembangunan yang berjalan di tingkat kampung maupun kelurahan. Bahkan PKK juga merupakan wadah koordinasi strategis yang menyambungkan program-program Provinsi Kalimantan Utara hingga menyentuh ke masyarakat terbawah. Tabel Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan n/a n/a n/a n/a n/a n/a Malinau n/a n/a n/a n/a n/a n/a Nunukan n/a n/a 3,13 2,84 n/a n/a Tana Tidung n/a n/a n/a n/a n/a n/a Tarakan n/a 0,56 0,56 0,56 0,56 0,56 Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a n/a Sumber: 1) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2013, ) Kabupaten Tarakan dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2014, 2015 Perkembangan jumlah kelompok binaan PKK pada setiap kabupaten/kota. Pada indikator ini hanya tersedia informasi Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan saja. Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan penurunan jumlah kelompok binaan PKK, yakni 3,13 pada tahun 2012 dan 2,84 pada tahun Sedangkan Kota Tarakan cenderung stabil jumlahnya yaitu 0,56 pada tahun 2011 sampai Ini artinya masih lemah jumlah kelompok pembinaan yang ditangani PKK dikalimantan Utara. Hal ini seharusnya dapat dioptimalkan mengingat PKK memiliki kaitan organisasi yang terstruktur sampai tingkat kepala keluarga. 3. LPM Berprestasi Untuk menggapai hasil pembangunan yang optimal, maka peran serta kelembagaan sosial masyarakat perlu diberikan rangsangan untuk mencapai prestasi. Untuk itulah dilakukan seleksi terhadap LPM untuk mendapatkan LPM berprestasi merupakan kebijakan yang sangat startegis untuk meningktakan gerak keaktifan lemabaga-lembaga 1 5 0

151 tersebut. LPM berprestasi merupakan salah satu bentuk apresiasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara untuk LPM yang memiliki prestasi baik. Tabel Jumlah LPM Berprestasi Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: Publikasi kesra Kalimantan Utara Tahun 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa di tahun 2013 dam 2015 memiliki kecenderungan yang sama jumlah LPM berprestasi. Kabupaten Bulungan 29 LPM, Kabupaten Malinau 29 LPM, Kabupaten Nunukan 30 LPM, Kabupaten Tana Tidung 13 LPM, Kota Tarakan 20 LPM, dan Keseluruhan Provinsi Kalimantan Utara 136 LPM. 4. Posyandu Aktif Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang merupakan bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyadaran akan kesehatan. Indikator posyandu aktif melihat jumlah posyandu yang aktif dibandingkan dengan total seluruh posyandu yang ada di wilayah tersebut. Tabel Posyandu Aktif Tahun (%) di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan , n/a Malinau n/a Nunukan 98,35 94,47 93,18 94,67 96,41 n/a Tana Tidung 76,67 82, n/a Tarakan n/a Kalimantan Utara 95,15 97,22 97,77 97,89 97,34 n/a 1 5 1

152 Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Profil Kesehatan Kabupaten Di Provinsi Kalimantan Utara, peesentase posyandu aktif dari tahun mengalami kenaikan dari 95% hingga 97%. Pada tahun 2012, presentase posyandu aktif di provinsi ini sebesar 97,7% hal ini menunjukkan dari 673 posyandu yang ada hanya 658 posyandu yang masih tetap menjalankan kegiatannya. Angka ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2011 yang hanya mencapai 64.44% untuk indikator posyandu aktif. H. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 1. Rata-rata Jumlah Anak per Keluarga Indikator rata-rata anak per keluarga menggambarkan keberhasilan keluarga berencana. Perhitungan indikator ini adalah dengan cara membagi rasio anak seluruhnya dengan rasio keluarga. Rasio anak adalah rasio seluruh penduduk usia 0-18 tahun. Tabel Rata-rata Anak per Keluarga Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah anak Jumlah keluarga Rata-rata anak per keluarga 4 1 Sumber: BPMPPKBPD 2016 Data pada tahun 2014 dan 2015 menunjukkan angka yang sangat berbeda drastis. Pada tahun 2014, jumlah anak di provinsi ini melebihi angka , sedangkan pada tahun berikutnya jumlah tersebut turun tajam hingga menjadi sepertiganya. Rata-rata jumlah anak per keluarga pada tahun 2014 adalah 4 dan turun menjadi 1 anak per keluarga pada tahun

153 1 5 3

154 Tabel Rata-rata Anak per Keluarga Menurut Kabupaten Tahun 2015 Di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Jumlah Anak Jumlah Keluarga Rata-rata anak per keluarga Kabupaten Bulungan ,8 Kabupaten Malinau ,5 Kabupaten Nunukan ,6 Kabupaten Tana Tidung ,2 Kota Tarakan ,5 Jumlah ,1 Sumber: BPMPPKBPD 2016 Pada tahun 2015, di Provinsi Kalimantan Utara rata-rata jumlah anak tertinggi berada di Kabupaten Nunukan yaitu 1,6 kemudian Kabupaten Malinau sedikit di bawahnya yaitu 1,5 anak per keluarga. Rata-rata terendah berada di Kabupaten Tana Tidung yang hanya 0,2. 2. Rasio Akseptor KB Akseptor KB adalah pasangan usia subur di mana salah seorang menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program. Akseptor KB di Kalimantan Utara hanya bisa dilihat pada tahun 2014 karena keterbatasan data di setiap kabupaten. Pada tahun tersebut, rasio akseptor KB adalah sebesar 57,1%. Tabel Rasio Akseptor KB Tahun Di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Akseptro KB Jumlah Pasangan usia subur Rasio akseptor KB 57,1 Sumber: Kabupaten Dalam angka, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur; BPMPPKBPD 2016 Rasio akseptor KB terbesar pada tahun 2014 di setiap kabupaten/kota cukup bervariasi. Rasio terbesar berada di Kota Tarakan 1 5 4

155 yaitu sebesar 69% dengan total akseptor KB hampir pasangan dari total pasangan usia subur. Rasio di Kabupaten Nunukan hampir mendekati rasio di Tarakan yaitu sbesar 61%. Kabupaten Malinau merupakan Kabupaten dengan rasio terendah yaitu 22,86%. Tabel Rasio Akseptor KB Menurut Kabupaten Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Akseptor KB Jumlah PUS Rasio Akseptor KB Kabupaten Bulungan ,88 Kabupaten Malinau ,86 Kabupaten Nunukan ,10 Kabupaten Tana Tidung ,76 Kota Tarakan ,04 Jumlah ,13 Sumber: BPMPPKBPD Cakupan Peserta KB Aktif Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia tahun. Angka cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara para PUS. Tabel Cakupan Peserta KB Aktif Tahun Provinsi Kalimantan Utara No Uraian Jumlah peserta KB Aktif pasangan usia subur Cakupan peserta KB aktif 72,25 69,16 85,92 59,68 Sumber: Kabupaten Dalam angka, Profil Kesehatan Kabupaten, Profil Kesehatan Kalimantan Timur; BPMPPKBPD 2016 Sejak tahun cakupan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Utara bersifat fluktuatif. Hal terseut terjadi karena jumlah 1 5 5

156 peserta KB aktif mengalami naik turun yang cukup signifikan di setiap tahunnya sedangkan jumlah pasangan usia subur cenderung mengalami kenaikan yang stabil dari tahun ke tahun. Jumlah peserta KB aktif tertinggi adalah pada tahun 2012 hingga mencapai peserta dibandingkan dengan PUS yang ada sehingga capaian pada tahun tersebut mencapai lebih dari 80%. Cakupan terendah terjadi pada tahun 2015 yng hanya sebesar 59,7%. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN No 55/HK-010/B5/2010 target SPM untuk indikator cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif adalah 65% pada tahun Mengacu pada standar SPM tersebut, Provinsi Kalimantan Utara mampu mencapai target hanya di tahun saja karena terjadi penurunan cakupan di tahun terakhir yang cukup signifikan. Tabel Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Jumlah Peserta KB Aktif Jumlah PUS Rasio Kabupaten Bulungan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan ,91 Jumlah ,68 Sumber: 1) LPPD Provinsi Kalimantan Utara ) Badan Keluarga Berencana Kota Tarakan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan, yaitu: Keluarga Pra 1 5 6

157 Sejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera Tahap I (KSI), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III Plus. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs) sebagai keluarga sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan. Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal. Kebutuhan dasar menurut BKKBN yaitu: a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih. b. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. c. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang baik. d. Bila anggota keluarga yang sakit di bawa ke sarana kesehatan e. Pasangan usia subur ingin ber-kb dibawa ke sarana pelayanan kotrasepsi. f. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah. Indikator ini dapat memberikan gambaran perbandingan banyaknya keluarga pra sejahtera dan Keluarga sejahtera I dengan jumlah seluruh keluarga yang ada di wilayah tersebut. Semakin tinggi persentasenya maka tingkat kesejahteraan keluarga di wilayah tersebut semakin rendah. Dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2012, jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 di Provinsi Kalimantan Utara mengalami nilai yang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat, yakni sebanyak keluarga di tahun 2010 meningkat menjadi keluarga di tahun Tabel Keluarga Pra sejahtera dan Keluarga Sejahtera Tahun Di Provinsi Kalimantan Utara 1 5 7

158 Uraian Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Jumlah Keluarga Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1 33,1 42,8 46,0 Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Kalimantan Timur Dalam Angka Kabupaten dengan jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 yang paling banyak adalah Kota Tarakan dan yang memiliki jumlah terkecil adalah Kabupaten Malinau. Namun secara persentase, angka tertinggi justru Kabupaten Malinau yaitu sebesar 58,9% dan persentase terendah adalah Kabupaten Bulungan. Persentase keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 di tiap kabupaten/kota memiliki nilai yang fluktuatif setiap tahunnya. Pada periode 3 tahun terakhir, persentase di Kota Tarakan mengalami tren yang stabil di sekitar 20%. Tabel Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Keluarga Pra sejahtera an Sejahtera I Jumlah Keluarga Persentase Keluarga pra sejahtera dan sejahtera 1 (%) Bulungan ,63 Malinau ,88 Nunukan ,06 Tana Tidung ,62 Tarakan ,11 Jumlah ,03 Sumber: Kabupaten Dalam Angka, Kalimantan Timur Dalam Angka I. Perhubungan 1. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Indikator jumlah arus penumpang angkutan umum merupakan jumlah arus penumpang baik penumpang bis, kapal laut, maupun pesawat udara yang masuk dan keluar daerah selama satu tahun, dengan kata lain merupakan arus penumpang yang masuk dan atau yang keluar daerah

159 Tabel Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Tahun Provinsi Kalimantan Utara Indikator Jumlah Penumpang Bis Jumlah Penumpang Kapal Laut/Sungai Jumlah Penumpang Pesawat Udara Jumlah Penumpang Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Utara Tidak ditemukan data jumlah penumpang bis di Provinsi Kalimantan Utara, karena menurut pengamatan dan hasil wawancara dengan pihak terkait, bis bukan sebuah transportasi yang banyak digunakan oleh penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, bahkan tidak ada pelayanan angkutan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) di Provinsi Kalimantan Utara. Angkutan umum darat yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara terbatas angkutan kota yang melayani rute-rute pendek, dan angkutan pelat hitam yang disebut dengan travel yang melayani rute panjang, seperti Tanjung Selor Tideng Pale Malinau dengan menggunakan mobil penumpang seperti Inova, Avanza, Xenia, Luxio, dan sejenisnya. Angkutan sungai dengan menggunakan angkutan speed boat merupakan transportasi unggulan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang menghubungkan Kota Tarakan sebagai Pusat Kegiatan Nasional ke kabupaten lainnya di lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2014, penumpang yang menggunakan jasa pelabuhan laut/sungai memiliki kecenderungan meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,30 persen per tahun. Peningkatan tersebut juga terjadi untuk penumpang pesawat udara yang dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2015 memiliki rata-rata peningkatan sebesar 13,66 persen per tahun

160 Tabel Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang Pesawat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kab/Kota Uraian Tarakan Datang Pergi Transit TOTAL Bulungan Datang Pergi Transit TOTAL Malinau Datang Pergi Transit TOTAL Nunukan Datang Pergi Transit TOTAL Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun , dengan perkembangan jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara internasional. Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan dapat dikatakan cukup signifikan dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,48 persen per tahun. Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang sama (tahun ) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun demikian, perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya keterbatasan data yang diperoleh. Tabel Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang di Dermaga Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kab/Kota Uraian Bulungan Dermaga Naik Turun TOTAL Speed boat

161 Kab/Kota Uraian Malinau Pelabuhan Kelapis Naik Turun TOTAL Nunukan Agkt Laut (dlm) Naik Turun TOTAL Agkt Laut (luar) Naik Turun TOTAL KTT Dermaga Tideng Pale Naik Turun TOTAL ,0 Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan J. Komunikasi dan Informatika 1. Jumlah Jaringan Komunikasi Jumlah sarana komunikasi dan informatika adalah Indikator yang menunjukkan jumlah sarana komunikasi di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini menunjukkan jumlah total sarana komunikasi suara satuan langsung, komunikasi data, dan satuan sambungan

162 Tabel Jumlah Sarana Komunikasi di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Bulungan dalam angka tahun 2010,2011, 2012 dan ) Malinau dalam angka 2011, ) Nunukan dalam angka 2012, ) Tana Tidung dalam angka 2012 dan ) Tarakan dalam angka 2013, Pada tahun 2011 dan 2012 adalah dan cenderung mengalami kenaikan dalam kurun Kota Tarakan menjadi daerah dengan ketersediaan sarana komunikasi tertinggi dengan sarana komunikasi pada tahun Website Milik Pemerintah Daerah Berikut adalah data ketersediaan website milik pemerintah di kabupaten maupun Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun tahun Pada tahun 2012 Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara dan seluruh kabupaten telah memiliki website, sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh informasi melalui media elektronik. K. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah 1. Persentase Koperasi Aktif Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, salah satunya azas kekeluargaan. Koperasi menjadi salah satu penggerak perekonomian terutama di tingkat masyarakat golongan menengah ke bawah. Semakin besar jumlah persentase koperasi yang aktif, maka semakin besar pelayanan penunjang yang 1 6 2

163 dimiliki daerah dengan menggerakkan perekonomian melalui koperasi. Pengaruh koperasi terhadap perekonomian wilayah ditunjukkan dari perannya dalam membantu menjalankan usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai lapangan pekerjaan informal alternatif ketika pekerjaan formal tidak lagi dapat memenuhi permintaan lapangan pekerjaan. Tabel Jumlah dan Persentase Koperasi Aktif Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Provinsi Jumlah Jumlah Persentase Koperasi Aktif Koperasi Koperasi Aktif Bulungan ,1 Malinau ,6 Nunukan ,7 Tana Tidung ,6 Tarakan ,8 Kalimantan Utara ,1 Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 Tahun 2015, tercatat 466 koperasi aktif atau 61,1% dari jumlah keseluruhan koperasi di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Tana Tidung memiliki persentase koperasi aktif paling besar yaitu mencapai 84,6%. Tabel Jumlah dan Persentase Koperasi Aktif Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah koperasi aktif Jumlah koperasi Persentase koperasi aktif 57,96 61,30 61,15 Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 Persentase koperasi aktif Provinsi Kalimantan Utara terus meningkat positif. Peningkatan signifikan terjadi dari tahun 2013 menuju tahun 2014, yakni sebesar 57,96% atau dari 426 unit koperasi aktif di 1 6 3

164 tahun 2013 menjadi 469 unit di tahun Perkembangan positif ini menunjukkan bahwa keberadaan koperasi menjadi salah satu media penggerak perekonomian skala kecil menengah. Jumlah koperasi sedikit mengalami penurunan di tahun 2015 yaitu menjadi 466 unit koperasi aktif. 2. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Usaha kecil maupun usaha menengah merupakan usaha mandiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang tidak ada hubungannya dengan usaha besar (bukan merupakan cabang). Jumlah UKM menjadi aspek yang diperhitungkan dalam menganalisis kondisi perekonomian wilayah karena perannya dalam perekonomian rakyat yang mandiri. Tabel Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 Kabupaten/kota yang menunjukkan peningkatan jumlah UKM adalah Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Peningkatan terbesar adalah jumlah UKM Kota Tarakan mencapai 170%, yakni dari 713 unit UKM menjadi unit pada tahun Di samping itu, Kabupaten Bulungan meningkat 43,5%, sedangkan Kabupaten Tana Tidung meningkat sebesar 9%. L. Penanaman Modal 1. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 1 6 4

165 Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMDN/PMA dengan jumlah keseluruhan PMDN/PMA. Dengan melihat rasio daya serap tenaga kerja, dapat diketahui pengaruh adanya investasi dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Semakin besar rasio daya serap tenaga kerja pada PMA dan PMDN akan mencerminkan besarnya daya tampung di perusahaan PMA/PMDN untuk menyerap tenaga kerja di suatu daerah dan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tabel Rasio Daya Serap Tenaga Kerja PMDN/PMA Tahun 2015 Di Provinsi Kalimantan Utara Jumlah Tenaga Kerja Kalimantan Utara PMDN PMA Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 17,4 Sumber:LPPD Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016 Tahun 2015 sebanyak tenaga kerja termasuk tenaga kerja asing bekerja pada perusahaan PMDN dan tenaga kerja untuk perusahaan PMA. Rasio tenaga kerja terhadap jumlah perusahaan PMDN/PMA adalah sebesar 17,4. 2. Kenaikan/Penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah) Kenaikan/penurunan nilai realisasi PMDN/PMA akan menunjukkan besar pertumbuhan nilai realiasi proyek di suatu daerah. Angka pertumbuhan ini selanjutnya dapat menjadi salah satu aspek yang menunjukkan seberapa besar pemerintah daerah mampu mempertahankan tren investasi dan daya tarik/potensi daerahnya. Dari tabel di bawah, dapat disimpulkan bahwa pada periode , realisasi nilai investasi Provinsi Kalimantan Utara berkembang pesat. Pertumbuhan realisasi nilai proyek pada tahun 2014 bahkan 1 6 5

166 mencapai 215% dan tetap bertahan 112% pada tahun Hal ini menunjukan bahwa meski persentase realisasi proyek masih tergolong kecil, namun pertumbuhan nilai investasi dari tahun ke tahun sudah cukup memuaskan

167 Tabel Kenaikan/Penurunan Nilai Realisasi PMDN/PMA Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Nilai Realisasi PMDN/PMA (milyar rupiah) Realisasi PMDN/PMA (triliun rupiah) 0,57 1,8 3,81 Perubahan (triliun rupiah) - 1,23 2,01 Pertumbuhan (%) Sumber: LPPD Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalimantan Utara 2016 M. Kepemudaan dan Olah Raga 1. Jumlah Organisasi Pemuda Organisasi pemuda merupakan wadah potensi dan peran aktif pemuda di tengah masyarakat. Keberadaan organisasi pemuda diharapkan dapat menjadi sarana positif pengembangan pola pikir pemuda agar terbiasa bekerja dalam suatu tim/kelompok, berjiwa kepemimpinan, terampil, dan peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Indikator jumlah organisasi pemuda digunakan untuk memetakan potensi perkembangan kepemudaan kedepan dan penentuan langkah pemberdayaan bidang kepemudaan. Berikut adalah data jumlah organisasi pemuda di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan Tabel Jumlah Organisasi Pemuda Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d Uraian Kabupaten/Kota Jumlah Kabupaten Bulungan na na 33 na na 30 Organisasi Kabupaten Malinau na na 12 na na 43 Pemuda Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung na na 13 Kota Tarakan Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga, Provinsi Kalimantan Utara, Tahun

168 Berdasarkan informasi yang tersedia di setiap kabupaten/kota sudah memiliki organisasi kepemudaan. Masa transisi pemekaran Provinsi Kalimantan Utara dari Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 2013 sampai dengan 2014, menyebabkan organisasi pemuda yang ada belum sepenuhnya jumlahnya terdata dengan baik. Data terbaru tahun 2015 menunjukan bahwa Kota Tarakan merupakan kabupaten/kota yang memiliki jumlah organisasi pemuda terbanyak, yaitu sebanyak 87 organisasi pemuda. Secara umum jumlah organisasi pemuda di Provinsi Kalimantan Utara mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan 2015, dengan keseluruhan berjumlah 179 organisasi pemuda pada Tahun Jumlah Organisasi Olahraga Jumlah organisasi olahraga digunakan sebagai indikator untuk melihat potensi perkembangan olahraga di masa depan dan sebagai dasar menentukan langkah pemberdayaan bidang olahraga. Berikut adalah data jumlah organisasi olahraga di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan Tabel Jumlah Organisasi Olahraga Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d Uraian Kabupaten/Kota Jumlah Kabupaten Bulungan na na na na na 20 Organisasi Kabupaten Malinau na na na na na 9 Olahraga Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung na na na na na 3 Kota Tarakan Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016 Berdasarkan informasi yang tersedia di setiap kabupaten/kota sudah memiliki organisasi olahraga. Masa transisi pemekaran Provinsi 1 6 8

169 Kalimantan Utara dari Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 2013 sampai dengan 2014, menyebabkan organisasi olahraga yang ada belum sepenuhnya jumlahnya terdata dengan baik. Berdasarkan data yang tersedia, jumlah organisasi olahraga Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 sampai dengan 2014 hanya dimiliki oleh Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Kota Tarakan memiliki 43 organisasi olahraga di tahun Data terbaru tahun 2015 menunjukan bahwa Kota Tarakan merupakan kabupaten/kota dengan jumlah organisasi olahraga terbanyak, yaitu sejumlah 45 organisasi olahraga, meningkat dari tahuntahun sebelumnya. 3. Gelanggang/Balai Remaja (Selain Milik Swasta) Indikator ini digunakan untuk menjelaskan potensi sejumlah sarana penunjang pusat kegiatan kepemudaan dan olahraga. Berikut adalah data rasio jumlah gelanggang/bali remaja (selain milik swasta) per 1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan Tabel Rasio Gelanggang / Balai Remaja (Selain Milik Swasta) per 1000 penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d Uraian Kabupaten/Kota Rasio Kabupaten Bulungan na na na na Gelanggang Kabupaten Malinau na na na / Balai Kabupaten Nunukan Remaja Kabupaten Tana Tidung na na na (Selain Kota Tarakan Milik Swasta) Prov. Kalimantan Utara na na na Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016 Data jumlah gelanggang/balai remaja di Provinsi Kalimantan Utara tidak tersedia secara lengkap, terutama setelah tahun Data yang 1 6 9

170 lengkap hanya dimiliki oleh Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Kota Tarakan memiliki kecenderungan peningkatan jumlah gelanggang/balai remaja dari tahun 2010 sampai dengan 2013, dan penurunan dari tahun 2013 sampai dengan

171 4. Lapangan Olahraga Indikator ini digunakan untuk melihat adanya sarana penunjang kegiatan olahraga yang berupa lapangan olahraga. Berikut adalah data rasio jumlah lapangan olahraga per 1000 penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2010 sampai dengan Tabel Rasio Lapangan Olahraga per 1000 Pendduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 s.d Uraian Kabupaten/Kota Rasio Kabupaten Bulungan 1.4 na na na na na Lapangan Kabupaten Malinau na na na Olahraga per Kabupaten Nunukan na Kabupaten Tana Tidung na na na na penduduk Kota Tarakan na Prov. Kalimantan Utara 2.33 na na na na na Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2016 Berdasarkan data yang tersedia terlihat bahwa rasio jumlah lapangan per 1000 penduduk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Data jumlah lapangan olahraga di Provinsi Kalimantan Utara tidak tersedia secara lengkap, terutama setelah tahun N. Statistik Statistik merupakan basis dasar yang diperlukan untuk perencanaan daerah. Tentunya semua bentuk perencanaan akan bertolak dari kondisi statistik pembangunan yang disajikan ke dalam data yang terstruktur. Oleh karena itu semestinya buku statistik ini dapat terinformasikan secara progresif. Kendati buku statistik yang dibutuhkan belum lengkap, akan tetapi secara progresif data semestinya disajikan hingga satu bulan terakhir dalam setiap perjalanan tatakala waktu. Namun sebaliknya yang terjadi seringkali buku statistik terbit harus lengkap sehingga data yang dijadikan dasar perencanaan menjadi kurang up date

172 1 7 2

173 1. Buku Kabupaten/Kota Dalam Angka Ketersediaan dokumen daerah dalam angka mengindikasikan bahwa pengelolaan database wilayah berjalan dengan baik. Database dokumen dalam angka masuk ke dalam indikator karena dokumen ini menyimpan banyak data penting yang diperlukan dalam proses pembuatan rencana pengembangan wilayah dari berbagai sektor seperti misalnya kependudukan, geografi dan lain sebagainya. Tabel Ketersediaan Dokumen Daerah dalam Angka Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Ada Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Kalimantan Utara Ada Ada Ada Ada Sumber: Data diolah 2017 Pada data tersebut hanya menginformasikan bahwa buku daerah dalam angka Provinsi Kalimantan Utara telah tersedia, namun belum menjawab kebutuhan pengukuran dari indikator jumlah eksemplar buku yang tersedia. Sementara itu tentunya penerbitan buku statistik ini merupakan pekerjaan yang melekat sebagai fungsi wajib yang harus dijalankan yang bersifat periodik, dengan batasan anggaran yang jelas. Semestinya penyebutan jumlah eskemplar sudah harus dapat dipenuhi karena sebenarnya dalam perencanaan dan alokasi anggaran sudah harus jelas. 2. Buku PDRB Kabupaten/Kota Dokumen PDRB skala daerah, yaitu PDRB menurut lapangan usaha. Dokumen PDRB menurut lapangan usaha berisi data PDRB yang dihitung melalui pendekatan produksi (jumlah nilai tambah yang dihasilkan dari unit-unit produksi)

174 Masing-masing BPS kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara mengeluarkan publikasi PDRB menurut lapangan usaha. Karena publikasi PDRB tidak hanya satu tahun data, maka penghitungan publikasi dalam laporan ini didasarkan pada ketersediaan data yang ada, bukan pada tahun publikasinya. Dokumen PDRB menurut lapangan usaha maupun PDRB menurut penggunaan untuk Provinsi Kalimantan Utara belum tersedia. Hal ini dikarenakan provinsi ini baru secara resmi terbentuk pada tahun 2013 sehingga rangkuman data kabupaten/kota masih terdapat dalam dokumen provinsi induk (Provinsi Kalimantan Timur). Tabel Ketersediaan PDRB Wilayah Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Ada Ada Ada Ada Malinau Ada Ada Ada Ada Nunukan Ada Ada Ada Ada Tana Tidung Ada Ada Ada Ada Tarakan Ada Ada Ada Ada Kalimantan Utara Ada Sumber: 1) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bulungan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, ) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Malinau Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, ) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Nunukan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, ) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tana Tidung Tahun 2012, 2013, 2014, ) PDRB Menurut Lapangan Usaha Kota Tarakan Tahun 2010,2011, 2012, 2013, 2014, ) PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 O. Kebudayaan 1. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Berdasarkan informasi yang tersedia jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya di Kalimantan Utara bervariasi pada setiap tahunnya. Pendataan dari tahun 2012 sampai dengan 2016 dinilai cukup baik, dengan Kabupaten Malinau sebagai kabupaten/kota yang terbanyak menyelenggarakan festival seni dan budaya di tahun 2011, 2012, dan 2013; dan Kota Tarakan adalah kabupaten/kota yang 1 7 4

175 terbanyak menyelenggarakan festival seni dan budaya di tahun Data penyelenggaraan festival seni dan budaya untuk tahun 2014 dan 2015 hanya terdapat untuk Kota Tarakan dan Kabupaten Nunukan

176 Tabel Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun Uraian Kabupaten/Kota Rasio Kabupaten Bulungan 4 6 na na Lapangan Kabupaten Malinau 7 na na na Olahraga Kabupaten Nunukan per 1000 Kabupaten Tana Tidung 1 1 na na penduduk Kota Tarakan Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara, tahun Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Indikator sarana penyelenggaraan seni dan budaya merupakan sejumlah gambaran yang tersedia untuk melihat adanya penunjang aktifitas seni dan budaya. Berikut adalah data sarana penyelenggaraan festival seni dan budaya di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan Tabel Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Uraian Kabupaten/Kota Jumlah Sarana Kabupaten Bulungan 1 na na na Penyelenggaraan Kabupaten Malinau 55 na na na Seni dan Budaya Kabupaten Nunukan 1 na na na Kabupaten Tana Tidung 1 1 na na Kota Tarakan Prov. Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016 Pendataan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dinilai cukup baik, dengan Kabupaten Malinau sebagai kabupaten/kota yang terbanyak memiliki sarana penyelenggaraan kegiatan seni dan budaya di tahun 2011 dan Data penyelenggaraan festival seni dan budaya untuk tahun 2013 sampai dengan 2015 hanya terdapat untuk Kota Tarakan dan Kabupaten Tana Tidung

177 1 7 7

178 3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan Indikator pelestarian benda, situs, dan kawasan cagar budaya merupakan tolok ukur dalam melihat adanya jaminan perhatian dalam usaha pelestarian benda peninggalan peradaban masa lalu. Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara yang belum lama dibentuk, masih belum memiliki tim ahli untuk melakukan penilaian benda, situs, dan kawasan Cagar Budaya. Hal ini menyebabkan data yang cukup lengkap hanya terdapat untuk tahun 2011 dan 2012 ketika proses pendataan masih dilakukan oleh Provinsi Kalimantan Timur, dengan kecenderungan peningkatan pelestarian benda, situs, dan kawasan cagar budaya dari tahun 2011 ke Sedangkan untuk tahun 2013 sampai dengan 2015 hanya terdapat data untuk Kota Tarakan dengan pelestarian yang menyeluruh (100%) untuk semua benda, situs dan kawasan cagar budaya yang terdapat di kota tersebut. Tabel Persentase Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun Uraian Kabupaten/Kota Persentase Kabupaten Bulungan 100 na na na Benda, Situs Kabupaten Malinau 100 na na na dan Kawasan Kabupaten Nunukan na na Cagar Budaya Kabupaten Tana 40 na na na yang Tidung Dilestarikan Kota Tarakan Prov.Kalimantan Utara Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara 2016 P. Perpustakaan 1. Jumlah Perpustakaan Perpustakaan merupakan sumber ilmu dan sumber referensi dalam penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun informal. Untuk itu 1 7 8

179 eksistensi perpustakaan menjadi sangat penting di daerah. Jumlah perpustakaan yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Utara sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami kenaikan. Tabel Jumlah Perpustakaan Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun ) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun ) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun ) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara 2016 Jumlah perpustakaan yang semakin meningkat memiliki dampak bahwa pelayanan pendidikan bidang perpustakaan semakin meningkat. Kondisi ini harus disadari betul sebagai upaya melihat perkemabngan sumber daya manusia karena jumlah perpustakaan tentu memiliki imbas terhadap peluang perkembangan garda depan dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Jika keaktifan pelayanan perpustakaan ditingkatkan dengan alokasi buku-buku yang dibutuhkan masyarakat, maka ke depan akan semakin meningkat daya tarik perpustakaan di mata masyarakat. Kesanggupan manajemen perpustakaan yang efeisien dan efektif dengan menggunakan pelayanan on line dan SIM yang selalu ditingkatkan maka akan menambah gairah para pelajar dan masyarakat pada umumnya untuk mengakses pelayanan tersebut. 2. Rasio Jumlah Perpustakaan terhadap Jumlah Penduduk Penting untuk mengetahui sejauhmana kemampuan dan daya tampung layanan perpustakaan dengan melihat rasio perpustakaan 1 7 9

180 dibandingkan dengan jumlah penduduk. Jumlah perpustakaan yang semakin meningkat memiliki dampak bahwa pelayanan pendidikan bidang perpustakaan semakin meningkat. Namun jika dilihat dari pertumbuhan penduduk kondisi perpustakaan selama tahun 2011 sampai 2015 cenderung tidak memiliki kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini juga terlihat angka rasio pemenuhan jumlah perpusatakaan masih cukup rendah jika dibandingkan dengan pelayanan jumlah penduduk. Tabel Rasio Jumlah Perpustakaan terhadap Jumlah Penduduk Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan 0,012 0,015 0,017 0,020 0,020 Malinau 0,024 0,022 0,027 0,027 0,027 Nunukan 0,017 0,018 0,017 0,017 0,017 Tana Tidung 0,029 0,095 0,088 0,082 0,082 Tarakan 0,006 0,011 0,011 0,012 0,012 Kalimantan Utara 0,013 0,018 0,018 0,020 0,020 Sumber: 1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun ) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun ) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun ) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun Keberadaan sebuah perpustakaan tidak terlepas dari pengunjungnya. Untuk itulah pengunjung perlu dimonitor sehingga dapat diketahui animo pengunjung dari waktu ke waktu. Indikator jumlah pengunjung perpustakaan per tahun menunjukkan pemakai perpustakaan yang berkunjung ke perpustakaan untuk mencari bahan pustaka dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah pengunjung perpustakaan dihitung berdasarkan pengunjung yang mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Berdasarkan informasi yang tersedia terlihat bahwa Kabupaten Bulungan memiliki kecenderungan kenaikan pada tahun 1 8 0

181 2011 sampai tahun Kota Tarakan memiliki kecenderungan kenaikan jumlah kunjungan pada tahun 2010 sampai Kabupaten Nunukan terjadi kecenderungan kenaikan, keadaan ini terlihat pada tahun 2011 sampai Kabupaten Malinau terdapat kecenderungan penurunan antara tahun 2010 dan 2011 kemudian mengalami peningkatan kunjungan pada 2012 dan Data Kabupaten Tana Tidung pengalami jumlah kenaikan kunjungan pada dua tahun terakhir. Tabel Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kota Tarakan tahun ) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Nunukan Tahun ) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun ) Biro Umum dan Humas, Setda Provinsi Kalimantan Utara 2016 Data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya terjadi kenaikan jumlah pengunjung perpustakaan. Kenaikan jumlah pengunjung ini menunjukkan minat membaca masyarakat yang semakin besar. Dengan demikian daya tarik perpustakaan dalam memberikan pelayanan juga meningkat. Namun kondisi ini perlu ditingkatkan dengan pelayanan yang lebih baik, dengan melengkapi informasi yang selalu up date dan fasilitas yang lebih baik Fokus Layanan Urusan Pilihan A. Kelautan dan Perikanan 1. Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Kalimantan Utara sebagai salah satu provinsi yang mempunyai wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan juga mempunyai DAS 1 8 1

182 (daerah aliran sungai) serta perairan umum lainnya yang cukup luas. Panjang garis pantai yang ada di Provinsi Kalimantan Utara adalah 3995 km, hal tersebut menggambarkan bahwa Provinsi Kalimantan Utara memiliki wilayah pesisir yang panjang. Panjang garis pantai tersebut kurang lebih 0,5% dari panjang garis pantai Indonesia, yaitu sepanjang km. Selain memiliki pesisir yang cukup panjang, Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki wilayah perairan laut yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang besar berdasarkan data WPP 716. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal apabila dapat dikelola secara optimal. Namun demikian, masalah utama yang menjadi hambatan peningkatan produksi perikanan laut di Provinsi Kalimantan Utara adalah armada perikanan tangkap masih sangat terbatas, yaitu mayoritas berukuran <10 GT. Armada yang berukuran <10 GT hanya mampu menjangkau perairan laut tidak lebih dari 4 mil laut, sehingga potensi perikanan laut belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Wilayah perairan laut Provinsi Kalimantan Utara berhadapan langsung dengan Selat Makassar yang tentu saja memiliki frekuensi lalu lintas relatif tinggi, karena Selat Makassar merupakan jalur penting dalam pelayaran domestik maupun internasional. Selain perikanan tangkap laut, di wilayah Kalimantan Utara juga memiliki perairan umum, yaitu sungai dan danau yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menangkap ikan. Namun demikian, hasil tangkapan dari perairan umum memang tidak sebesar hasil perikanan tangkap laut. Oleh karena itu, perairan umum sangat potensial untuk dikembangkan, sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi perikanan terutama perikanna tangkap. Data produksi perikanan tangkap disajikan pada tabel berikut. Tabel Produksi Perikanan (ton) Tangkap Laut 1 8 2

183 di Provinsi Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 664, , , , ,00 2 Malinau 3 Nunukan 3937, , , , ,60 4 Tana Tidung 1303,68 773,80 894,50 899,90 899,90 5 Tarakan 4108, , , , ,50 Kalimantan Utara 10014, , , , ,00 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut yang besar adalah Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan. Rata-rata produksi kedua kabupaten/kota tersebut per tahun antara hingga ton. Kemudian disusul oleh Kabupaten Bulungan yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut cukup besar meskipun jumlahnya fluktuatif. Namun demikian, pada tahun 2015 Kabupaten Bulungan memiliki jumlah produksi perikanan laut tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu mencapai 5013 ton. Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah produksi perikanan tangkap laut berkisar 890 ton sampai dengan ton. Sedangkan Kabupaten Malinau tidak memiliki produksi perikanan tangkap laut karena memang tidak memiliki wilayah laut. Sedangkan, produksi perikanan tangkap perairan umum disajikan pada tabel berikut. Tabel Produksi Perikanan (ton) Tangkap Perairan Umum di Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 147,00 617,40 617,40 269,40 352,00 2 Malinau 200,28 347,60 317,92 331,10 331,10 3 Nunukan 96,90 103,58 110,20 49,20 49,20 4 Tana Tidung 558,72 99,40 354,40 236,60 236,60 5 Tarakan Kalimantan Utara 1002, ,98 988,00 886,30 968,90 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Produksi perikanan tangkap perairan umum didominasi oleh tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan. Diantara 1 8 3

184 ketiga kabupaten tersebut yang memiliki jumlah produksi perikanan tangkap perairan umum adalah Kabupaten Bulungan yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 140 hingga 650 ton. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Malinau yang rata-rata tangkapan per tahun berkisar 200 hingga 340 ton. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Nunukan yang rata-rata tangkapan per tahun sejak tahun 2010 hingga 2014 berkisar 96 hingga 168 ton. Namun demikian, pada tahun 2009 mulai terbentuk kabupaten baru, yaitu Kabupaten Tana Tidung. Meskipun tergolong kabupaten baru diantara lima kabupaten/kota lainnya, Kabupaten Tana Tidung memiliki nilai produksi yang besar, pada tahun 2010 jumlah produksi perikanan tangkap parairan umum sebesar 558,72 ton. Namun pada tahun-tahun selenjutnya mengalami penurunan, bahkan pada tahun 2011 produksi perikanan tangkap perairan umum sebesar 99,4 ton, dan kembali naik pada tahun Namun demikian pada tahun 2013 mengalami penurunan, menjadi sebesar 236,6 ton. 2. Produksi Perikanan Budidaya Budidaya ikan di Provinsi Kalimantan Utara sudah berkembang sejak dekade yang lalu, meskipun tidak terjadi secara merata. Pengembangan budidaya ikan di Provinsi Kalimantan Utara meliputi budidaya di tambak (kolam air payau), kolam air tawar maupun kegiatan budidaya rumput laut. Perikanan budidaya tambak di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Bulungan, Nunukan, dan Kota Tarakan. Produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Bulungan selama kurun watu antara 2010 sampai dengan 2014 cukup fluktuatif. Seperti pada 2010 hingga tahun 2012 produksinya 816 ton. Akan tetapi, pada tahun 2013 dan 2014 produksi kembali naik menjadi 3735 ton, dan 3566,17 ton. Kemudian di Kabupaten Nunukan, produksi perikanan budidaya tambak juga mengalami fluktuasi, pada tahun 2010 sebesar 5684,15 ton. Namun 1 8 4

185 demikian, pada tahun 2011 produksi perikanan budidaya mengalami penurunan menjadi 3741,46 ton, dan terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2014 yaitu sebesar 1369,60 ton. Perikanan budidaya di Kota Tarakan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kabupaten dan provinsi di Kalimantan Utara, menunjukkan tren yang fluktuatif. Pada tahun 2010 hingga tahun 2012, produksi tambak di Tarakan berkisar antara 855,50 ton hingga 726,10 ton. Namun pada tahun 2013 dan 2014 produksi tambak menjadi sebesar 3.913,70 ton. Selain di Kota Tarakan, Kabupaten Tana Tidung yang merupakan kabupaten baru memiliki jumlah produksi perikanan tambak cukup besar, pada tahun 2010 produksi tambak di Tana Tidung sebesar 5.517,65 ton. Akan tetapi pada tahun 2011 produksi tambak turun menjadi 6,70 ton, hal ini merupakan penurunan yang sangat signifikan. Namun demikian, pada tahun 2012 kembali naik dengan signifikan menjadi ,90 ton. Pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami penurunan menjadi ton. Sedangkan untuk di Kabupaten Malinau tidak ada kegiatan budidaya tambak jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik. Tabel Produksi Perikanan (ton) Budidaya Tambak di Provinsi Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 816,40 816,40 816, , ,17 2 Malinau 3 Nunukan 5684, , , , ,60 4 Tana Tidung 5517,65 6, , , ,00 5 Tarakan 855,50 668,50 726, , ,70 Kalimantan Utara 12873, , , , ,47 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Jumlah produksi perikanan budidaya tambak erat kaitannya dengan luas tambak yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Namun 1 8 5

186 demikian, apakah luasan tambak yang berkurang justru menyebabkan jumlah produksi tambak meningkat. Tabel Luas Tambak (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 3276,80 349, , ,00 Malinau Nunukan 19025, , , , ,00 Tana Tidung 301,20 850, ,00 Tarakan 857,00 947,70 947,70 400,00 496,40 Kalimantan Utara 23158, , , , ,40 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Selain perikanan budidaya tambak, di Provinsi Kalimantan Utara juga terdapat perikanan budidaya kolam. Perikanan budidaya kolam didominasi oleh Kabupaten Malinau, Nunukan, dan Kota Tarakan. Diantara ketiga kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Malinau merupakan penyumbang terbesar dalam angka produksi perikanan budidaya kolam. Pada tahun 2010 produksi perikanan budidaya kolam di Malinau sebesar 127,18 ton dan terus mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2012 dengan produksi sebesar 439,69 ton. Namun demikian, pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan jumlah produksi yaitu sebesar 395,70 ton. Selanjutnya produksi perikanan di Provinsi Kalimantan Utara disumbang oleh Kabupaten Nunukan, apabila dilihat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, produksi perikanan budidaya di Kabupaten Nunukan berkisar antara 42 hingga 47 ton selama kurun waktu 2010 hingga Tabel Produksi Perikanan (ton) Budidaya Kolam di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Tahun No Kabupaten/Kota Bulungan 3,331 3,331 3,331 29,40 33,

187 2 Malinau 127,18 222,97 439,69 395,70 395,70 3 Nunukan 42,52 51,16 48,00 48,70 48,70 4 Tana Tidung 1,21 5 Tarakan 25,30 21,30 23,80 18,60 18,60 Kalimantan Utara 198, , ,9 492,4 496,14 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Budidaya ikan air tawar sementara ini masih bersifat tradisional dan belum dikembangkan ke arah intensif. Permasalahan utama pengembangan perikanan air tawar masih tertumpu pada masalah tingginya harga pakan ikan, mengingat pabrik pakan ikan umumnya terdapat di pulau Jawa dan belum berkembangnya sarana pembenihan ikan yang dapat diakses pembudidaya secara mudah dan tepat waktu. Di Kabupaten Bulungan misalnya, meskipun sudah terdapat BBI (Balai Pembenihan Ikan) namun belum dapat mencukupi kebutuhan akan benih ikan di Provinsi Kalimantan Utara. Sehingga pengembangan BBI di beberpa kawasan budidaya ikan air tawar perlu dikembangkan. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan luasan kolam cukup fluktuatif, berdasarkan data tersebut Kabupaten Nunukan memiliki luasan kolam yang cukup luas diantara kabupaten/kota lainnya

188 Tabel Luas Kolam (ha) di Provinsi Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 12,10 15,40 44,20 2 Malinau 147,00 164,00 164,00 163,00 151,40 3 Nunukan 105,22 106,00 130,00 392,70 4 Tana Tidung 41,40 5 Tarakan 11,40 11,53 16,20 Kalimantan Utara 275,72 338,33 294,00 616,10 151,40 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Selain budidaya tambak dan kolam, juga terdapat budidaya rumput laut. Produksi rumput laut beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan produksi. Produksi rumput laut di Kalimantan Utara dihasilkan dari Kabupaten Nunukan. Pada tahun 2010 produksi rumput di Nunukan sebesar 56542,77 ton, namun pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu menjadi sebesar ,00 ton. Selain dari Kabupaten Nunukan, produksi rumput laut juga berasal dari Kota Tarakan, produksi rumput laut di Kota Tarakan pada tahun 2013 dan 2014 sebesar ,00 ton. Di Kabupaten Bulungan pada tahun 2013 juga tercatat memiliki produksi sebesar 96 ton. Data produksi rumput laut di Kalimantan Utara disajikan pada tabel berikut. Tabel Produksi (ton) Rumput Laut di Provinsi Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/ Tahun Kota Bulungan 96,00 2 Malinau 3 Nunukan 56542, , , , ,00 4 Tana Tidung 5 Tarakan 1259, , , ,00 Kalimantan Utara 56542, , , , ,00 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara 3. Konsumsi Ikan per Kapita per Tahun 1 8 8

189 Konsumsi ikan per kapita/tahun di Provinsi Kalimantan Utara secara umum terus naik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 konsumsi ikan per kapita/tahun 34,18 kg/kapita/tahun dan menjadi 42,78 kg/kapita/tahun pada tahun Namun demikian, pada tahun 2010 sampai dengan 2013, Kabupaten Malinau memiliki konsumsi ikan yang cukup rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa konsumsi ikan masyarakat di Provinsi Kalimantan Utara cukup merata kecuali di Kabupaten Malinau. Konsumsi ikan/kapita/tahun penduduk di Kabupaten Malinau masih rendah, yaitu berkisar 15 hingga 18 kg selama kurun waktu 2010 hingga Konsumsi ikan penduduk Provinsi Kalimantan Utara secara umum sudah melebihi konsumsi ikan secara nasional. Pada tahun 2012 misalnya, konsumsi ikan/kapita/tahun nasional hanya 33,86 kg/kapita/tahun dan 35 kg/kapita/tahun (tahun 2013) padahal di Provinsi Kalimantan Utara sudah mencapai 38,58 kg/kapita/tahun. Demikian juga jika dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Timur yang pada tahun 2012 hanya 36 kg/kapita/tahun. Tabel Konsumsi Ikan per Kapita per Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Tahun No Kabupaten/Kota Tahun Bulungan 48,8 50,8 52,8 54,8 56,8 58,8 2 Malinau Nunukan 29,1 31,1 33,1 35,1 37,1 39,13 4 Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara 34,18 35,78 38,58 38,98 40,78 42,78 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Tingkat konsumsi ikan penduduk Provinsi Kalimantan Utara yang cukup tinggi dibanding tingkat konsumsi ikan secara nasional cukup menguntungkan bagi pengembangan perikanan, sebab konsumsi ikan yang tinggi akan menjadi peluang pasar ikan secara domestik. Meskipun 1 8 9

190 ditinjau dari tingkat produksivitas perikanan Provinsi Kalimantan Utara, tampaknya konsumsi ikan di Provinsi Kalimantan Utara belum cukup untuk menyerap semua produksi ikan yang ada. Dengan demikian pemasaran ke luar daerah atau luar negeri masih diperlukan apalagi jika produksi ikan terus ditingkatkan. 4. Ekspor Produk Perikanan Komoditas perikanan di Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu komoditas ekspor dan juga merupakan komoditas yang diperdagangkan antar provinsi di Indonesia. Ekspor komoditas perikanan pada tahun 2012 adalah merupakan bagian terbesar dari ekspor komoditas perikanan yang dilakukan Provinsi Kalimantan Timur secara keseluruhan. Ekspor komoditas perikanan pada tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara mencapai 9.665,08 ton dengan nilai US $ ,00. Sedangkan ekspor komoditas perikanan dari Provinsi Kalimantan Timur (termasuk Provinsi Kalimantan Utara) adalah hanya ,26 ton dengan nilai US $ ,00. Dengan demikian, ekspor komoditas perikanan dari Provinsi Kalimantan Utara adalah mencapai 75,99% dari total ekspor Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Dengan adanya pemekaran Provinsi Kalimantan Utara ini maka dapat dikatakan bahwa ekspor komoditas perikanan dari Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih tinggi jumlah dan nilainya dibanding dengan ekspor yang dilakukan oleh Provinsi Kalimantan Timur. Komoditas perikanan yang menjadi andalan ekspor dari Provinsi Kalimantan Utara adalah jenis udang (beku dan segar) dan lobster yang besarnya mencapai 5.646,9 ton. Komoditas penting kedua yang diekspor adalah berbagai jenis ikan (ikan campuran) yang jumlahnya mencapai 4.670,74 ton dan yang selanjutnya adalah kepiting yang jumlahnya mencapai 1.192,68 ton. Disamping kedua komoditas utama tersebut, berbagai macam jenis komoditas lain juga diekspor seperti ikan 1 9 0

191 cakalang/tuna, cumu, rumput laut, ikan hias dan sebagainya. Ekspor komoditas tersebut yang utama dilakukan melaui Kota Tarakan, disamping juga dilakukan melalui Nunukan, Tanjung Selor dan Bunyu. Tarakan menjadi tempat/lokasi ekspor utama bagi komoditas perikanan yang dihasilkan oleh Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan data yang terdapat di karantina ikan di Kota Tarakan menunjukkan bahwa sebagian besar komoditas perikanan yang diekspor melalui kota Tarakan adalah berupa udang beku. Ekspor udang beku dari Kota Tarakan sejak tahun 2008 s/d 2012 cenderung mengalami penurunan volumenya. Pada tahun 2010 merupakan puncak ekspor komoditas udang beku dari Kota Tarakan yang jumlahnya mencapai ,88 ton dan terus menurun hingga tinggal 8.646,9 ton pada tahun Penurunan volume ekspor udang beku ini kemungkinan akibat adanya para pembudidaya udang yang menghentikan operasional tambaknya akibat adanya berbagai macam kendala teknis dan non teknis. Provinsi Kalimantan Utara disamping banyak melakukan ekspor komoditas perikanan termasuk rumput laut, ternyata juga masih melakukan impor khususnya yang berupa produk olahan rumput laut seperti agar-agar. Nilai impor produk olahan rumput laut tersebut pada tahun 2012 adalah mencapai ton dengan nilai hanya US $ Impor tersebut khususnya dilakukan dari Malaysia melalui Kabupaten Nunukan. Jenis Komoditas Tabel Ekspor Komoditas Perikanan (ton) Tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara Total Ekspor Kalimantan Utara (ton) Total Kaltim Termasuk Kalimantan Utara (ton) % Ekspor dari Kalimantan Utara Udang Dan Lobster 5.646, ,54 99,30 Ikan Cakalang, Tuna 92,84 92,84 100,00 Rumput Laut Dan 18,69 18,69 100,

192 Jenis Komoditas Total Ekspor Kalimantan Utara (ton) Total Kaltim Termasuk Kalimantan Utara (ton) % Ekspor dari Kalimantan Utara Ganggang Lainnya Ikan Lainnya 4.670, ,56 92,48 Kepiting 1.192, ,86 68,83 Mutiara 0,00 0,00 0,00 Cumi-Cumi, Sotong, 7,00 7,00 100,00 Gurita Kekerangan, 25,92 26,06 99,44 Invertebrata Ikan Hias 1,00 1,39 72,10 Produk Ikan Lainnya 32,34 102,31 31,61 Jumlah 9.665, ,26 75,99 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan dalam angka ) Kabupaten Malinau dalam angka ) Kabupaten Nunukan dalam angka ) Kabupaten Tana Tidung dalam angka ) Kota Tarakan dalam angka

193 Tabel Nilai Ekspor Komoditas Perikanan (US $) Tahun 2012 dari Provinsi Kalimantan Utara Komoditas Kalimantan Utara ($) Kaltim ($) % Udang Dan Lobster , ,00 99,51 Ikan Cakalang, Tuna , ,00 100,00 Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya , ,00 100,00 Ikan Lainnya , ,00 89,84 Kepiting , ,00 74,57 Mutiara 0,00 0,00 0,00 Cumi-Cumi, Sotong, Gurita , ,00 100,00 Kekerangan, Invertebrata , ,00 99,91 Ikan Hias 472, ,00 3,89 Produk Ikan Lainnya , ,00 18,20 Jumlah , ,00 72,74 Sumber: Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012 Tabel Ekspor Komoditas Perikanan (ton) Tahun 2012 di Provinsi Kalimantan Utara Komoditas Tarakan Tanjung Selor Nunuka n Buny u Total Udang Dan Lobster Ikan Cakalang, Tuna Rumput Laut Dan Ganggang Lainnya Ikan Lainnya Kepiting Mutiara Cumi-Cumi, Sotong, Gurita Kekerangan, Invertebrata Ikan Hias Produk Ikan Lainnya Jumlah Sumber: Statistik Ekspor Hasil Perikanan Menurut Komoditi, Provinsi dan Pelabuhan Asal Ekspor, 2012 Kegiatan ekspor di Kalimantan Utara terpusat di Kota Tarakan. Hal tersebut salah satu disebabkan oleh letak bandara yang ada di Kota Tarakan, sehingga lebih mudah dalam akses pengiriman barang keluar daerah. Selain adanya bandara di Kota Tarakan, disana juga terdapat pelabuhan yang mempunyai akses untuk ke beberapa pelabuhan besar, salah satunya ke Kalimantan Timur

194 1 9 4

195 No 1 Tabel Jumlah Ekspor (ton) di Kota Tarakan Tahun Kota Tarakan Jumlah Ekspor (ton) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Utara Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah ekspor Provinsi Kalimantan Utara yang melalui Kota Tarakan jumlahnya bersifat fluktuatif. Pada tahun 2011 jumlah ekspor tercatat ton, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan jumlah menjadi ton atau turun sekitar ton. Setelah terjadi penurunan pada tahun 2012, pada tahun 2013 jumlah ekspor mengalmi kenaikan yaitu menjadi ton. Namun demikian, pada tahun 2014 dan 2015 jumlah ekspor di Kota Tarakan kembali mengalami penurunan yaitu menjadi ton dan ton. B. Pariwisata 1. Kunjungan Wisata Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi perekonomian wilayah. Eksistensinya mampu menjadi generator sektor lain seperti perdagangan, jasa, dan penyedia akomodasi. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sektor pariwisata turut berkontribusi terhadap perkembangan perekonomian wilayah adalah melalui besar jumlah kunjungan maupun jumlah wisatawan, serta kontribusinya terhadap PDRB. Sebagai provinsi baru, pariwisata bukan merupakan sektor ekonomi yang perlu dibangun dari awal. Masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara telah memiliki obyek wisata andalan dan yang potensial berkembang di masa depan. Tercatat pada tahun 2015, jumlah pengunjung wisata Provinsi Kalimantan Utara mencapai orang

196 1 9 6

197 Tabel Jumlah Kunjungan Wisata Tahun Di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kalimantan Utara Mancanegara Nusantara Sumber: EKPD Provinsi Kalimantan Utara Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Kontribusi sektor pariwisata hingga saat ini belum secara tersurat masuk ke dalam salah satu kategori lapangan usaha PDRB. Oleh karena itu digunakan kategori lapangan usaha lain yang merepresentasikan kontribusi pariwisata, yaitu sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum. Sektor ini kemudian dibagi menjadi dua subsektor, yaitu Penyedia Akomodasi dan Penyedia Makan dan Minum. Subsektor penyedia akomodasi mencakup kegiatan penyediaan akomodasi jangka pendek seperti hotel dan penginapan. Sedangkan subsektor penyedia makan minum meliputi pelayanan makan minum untuk dikonsumsi segera seperti restoran, baik restoran tradisional, self service, maupun take away. Tabel Kontribusi PDRB Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian PDRB Kategori , , , , , ,30 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (juta Rp) Kontribusi terhadap 1,27 1,26 1,26 1,22 1,19 1,22 PDRB (%) 7,8 8,2 4,2 5,8 5,6 Pertumbuhan (%) Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan Besar PDRB sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan tren meningkat 1 9 7

198 positif. Meski apabila dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB secara keseluruhan, sektor ini cenderung menurun. Tahun 2010 kontribusi sektor Penyedia Akomodasi dan Makan Minum mencapai 1,27% terhadap PDRB Provinsi. Kontribusi pariwisata tergolong stabil sejak tahun 2010 hingga Sedangkan jumlah PDRB yang disumbangkan terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara tumbuh rata-rata sebesar 6,32% selama enam tahun terakhir. Meski menunjukkan tren yang cenderung menurun, sektor pariwisata tetap menjadi sektor yang diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor pariwisata secara langsung dan tidak langsung memberikan multiplier effect lewat sektor ekonomi lain mulai dari skala besar hingga mikro atau rumah tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi besar kontribusi pariwisata terhadap PDRB daerah. Kontribusi pariwisata terbesar terhadap PDRB Provinsi masih dipegang oleh Kota Tarakan. Kemampuan Kota Tarakan memberikan pelayanan dan menyediakan lingkungan investasi pariwisata yang baik menjadi kunci berkembangnya sektor ini. Selain itu, keberadaan Pelabuhan Tengkayu dan Bandara Juwata juga menjadi faktor paling mempengaruhi pesatnya pertumbuhan pariwisata di Kota Tarakan. Tabel Kontribusi PDRB Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Tahun berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Provinsi Bulungan 1 15,5 15,8 16,0 16,4 16,9 Malinau 2 16,7 15,8 14,9 15,2 15,5 Nunukan 3 21,3 21,3 20,5 20,5 21,2 Tana Tidung 4 1,2 1,1 1,0 1,0 1,1 Tarakan 5 45,3 45,5 46,5 48,4 48,8 Kalimantan Utara Sumber: 1) Publikasi PDRB Kabupaten Bulungan Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Malinau Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Nunukan Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Tarakan Tahun ) Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan

199 1 9 9

200 C. Pertanian 1. Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya per Hektar Meskipun sektor unggulan di Provinsi Kalimantan Utara dalam mendukung potensi pendapatan daerah adalah sektor non pertanian, namun dalam rangka untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduk setempat, maka sektor pertanian khususnya tanaman pangan perlu mendapat perhatian dalam pembangunannya yang dituangkan ke dalam RPJMD ini. Produktivitas tanaman merupakan pengukuran dari jumlah tanaman yang dipanen per satuan luas lahan. Produktivitas tanaman mampu menggambarkan kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan suatu produk tanaman per satuan luas lahan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman diantaranya: (1) genetik tanaman, (2) lingkungan tumbuh, (3) manajemen budidaya tanaman. Tabel Produktivitas Padi (Kw/Ha) GKP Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Produktivitas (Kw/Ha) Bulungan 31,77 30,49 33,99 35,20 35,82 Malinau 25,91 25,74 25,83 27,01 30,12 Nunukan 41,23 41,73 41,37 43,02 45,06 Tana Tidung 37,17 36,16 31,64 34,77 35,62 Tarakan 35,81 39,61 43,38 48,04 52,32 Kalimantan Utara 32,56 32,27 33,80 34,72 36,05 27,27 Sumber: 1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Kabupaten Malinau memiliki produktivitas padi paling rendah (berkisar antara 25,91-30,12 Kw/ha) dibandingkan kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara. Produktivitas padi di Kabupaten Malinau masih jauh di bawah rata-rata produktivitas padi Provinsi Kalimantan Utara selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 26,92 kw/ha. Kabupaten Bulungan mengalami kenaikan produktivitas padi yang signifikan pada 2 0 0

201 tahun Kabupaten Tana Tidung Produktivitas padi sempat mengalami penurunan selama dua tahun, yakni pada tahun lalu terus mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Adapun kota Tarakan memiliki tren produktivitas padi yang terus meningkat selama lima tahun terakhir. Sementara Kabupaten Nunukan terus mengalami fluktuasi produktivitas padi tapi masih dalam kisaran yang normal berada di atas 40 kw/ha. Selama produktivitas padi mengalami peningkatan, hingga mencapai rata-rata produktivitas padi sebesar 36,05 kw/ha pada tahun Produktivitas tersebut masih jauh di bawah produktivitas provinsi induk yaitu Provinsi Kalimantan Timur dengan rata-rata produktivitas sebesar 40,6 kw/ha dan masih jauh di bawah rata-rata produktivitas padi nasional sebesar 46 kw/ha. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses/upaya pemerintah daerah dengan melibatkan masyarakat untuk mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah di semua kabupaten/kota tidak terlepas dari sektor perekonomian yaitu salah satunya adalah sektor pertanian yang di dalamnya didetailkan pada subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa. 2. Total Produksi Padi Padi sebagai bahan pangan utama yang mentah sebelum menjadi beras, memiliki peran penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Selama 5 tahun terakhir produksi padi gabah kering panen paling banyak terdapat di Kabupaten Bulungan. Hal ini sebanding dengan jumlah luas lahan sawah paling luas yang juga terdapat di Kabupaten 2 0 1

202 Bulungan. Secara keseluruhan, jumlah produksi padi gabah kering panen mengalami peningkatan, meskipun pada dua tahun terakhir jumlahnya mengalami penurunan dibanding tahun tahun sebelumnya

203 Tabel Total Produksi Padi Tahun dalam Ton (GKP) Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Tahun Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Suatu hal yang mungkin sering terabaikan, yaitu produksi tanaman pangan yang disajikan adalah produksi padi/gabah kering, seharusnya dikonversi ke beras (bentuk yang diperdagangkan sebagai bahan pangan) dengan tingkat rendemen yang standar dari gabah kering panen (GKP) ke gabah kering giling (GKG) dan menjadi beras. Angka konversi GKP-GKG di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 85,91%, sedang angka konversi GKG-Beras sebesar 62,74%. 3. Total Produksi Beras Angka produksi beras diperoleh dengan cara mengkonversi angka produksi padi sesuai angka konversi yang telah disebutkan sebelumnya. Tabel Total Produksi Beras Tahun (Ton) Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Tahun Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Dokumen RPJP Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Hasil Analisis

204 2 0 4

205 4. Populasi Ternak Berdasarkan data tentang populasi ternak tersebut dapat diketahui bahwa populasi babi mendominasi ternak diikuti oleh jenis ternak sapi, kambing dan terakhir kerbau. Sebagai jenis ternak yang mengalami populasi paling sedikit, laju pertumbuhan populasi ternak kerbau juga mengalami perlambatan yakni sebesar 44%, sapi sebesar 7,9% dan babi sebesar 10,9% dalam kurun enam tahun tersebut. Keadaan ini berbanding terbalik dengan populasi ternak kambing yang terus mengalami pertumbuhan sebesar 30,39%, dari tahun Meskipun sapi dan babi memiliki jumlah populasi yang cukup besar di banding ternak lain, namun dalam rentang 6 tahun tersebut populasi yang dimiliki cenderung naik turun. Berbeda dengan kambing yang memiliki laju pertumbuhan populasi yang paling besar ternyata memiliki tren pertumbuhan positif tiap tahunnya dengan adanya kenaikan jumlah populasi setiap tahunnya. Jumlah semua populasi ternak sapi, kambing, kerbau dan babi jika dibandingkan dengan di Provinsi Kalimantan Utara ternyata memiliki rata-rata jauh di bawah Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan populasi hewan baik itu melalui mendatangkan ternak dari luar Kalimantan Utara maupun melalui peningkatan inseminasi. Tabel Total Populasi Ternak per Kabupaten/Kota Tahun (Ekor) Provinsi Kalimantan Utara Jenis Populasi Ternak (Ekor) Kabupaten/Kota Ternak Sapi Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Kerbau Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan

206 Jenis Ternak Kabupaten/Kota Populasi Ternak (Ekor) Utara Kambing Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Babi Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, ) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012, Pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan lestari, merupakan potensi untuk diikuti pembangunan sektor peternakan baik ruminasia maupun unggas. Pembanguan pertanian tanaman pangan secara tidak langsung dapat mendukung pembangunan sektor peternakan yang dikembangkan melalui intensifikasi dan divesifikasi ternak. Dengan pembanguan sektor peternakan juga akan memberikan feed-back pada pembangunan pertanian melalui pengelolaan limbah ternak sebagai pupuk organik untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah yang berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan. Pembangunan sektor peternakan juga dimungkinkan dengan pengelolaan lingkungan marginal untuk pengembangan hijauan makanan ternak (HMT) atau sebagai padang penggembalaan ruminansia. 5. Produksi Daging Ternak Daging merupakan sumber protein yang tinggi bagi manusia. Pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM), merupakan salah satu tujuan pembangunan Provinsi Kalimantan Utara, hal ini erat kaitannya 2 0 6

207 dengan perbaikan gizi masyarakat, kesehatan dan tingkat pendidikan. Salah satu sumber gizi adalah pangan asal hewan berupa protein yang berasal dari daging sapi, kerbau, kambing, dan protein. Produksi daging sapi dan babi menunjukkan tren peningkatan. Sementara produksi daging kambing menunjukkan tren fluktuatif dalam sembilan tahun terakhir, sedangkan daging kerbau mengalami penurunan jumlah produksi daging dari tahun dan meningkat di tahun Secara keseluruhan produksi daging di Provinsi Kalimantan Utara masih rendah di bawah Provinsi Kalimantan Timur, sehingga produksi daging perlu ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan asupan protein bagi masyarakat Kalimantan Utara dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Tabel Total Produksi Daging Ternak per Kabupaten/Kota Tahun (Ton) di Provinsi Kalimantan Utara Jenis Ternak Kabupaten/Kota Produksi Daging (Ton) Sapi Bulungan na na na 152,11 142,00 149,00 Malinau 85,69 na 90,42 41,38 44,70 46,90 Nunukan na na na 100,14 131,70 138,30 Tana Tidung 11,06 11,92 15,40 21,17 24,00 25,20 Tarakan 196,70 240,72 191,15 325,38 332,10 348,70 Kalimantan Utara 293,45 252,64 296,97 640,18 674,50 708,10 Kerbau Bulungan na na na 0,00 0,00 0,00 Malinau na na na 12,37 1,20 1,30 Nunukan na na na 15,46 0,00 0,00 Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 8,40 8,90 Tarakan na na na 3,67 2,20 2,30 Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 31,50 11,80 12,50 Kambing Bulungan na na na 4,37 14,30 15,00 Malinau 1,61 na 1,75 3,24 1,40 1,50 Nunukan na na na 18,95 8,90 9,30 Tana Tidung 0,00 0,46 0,35 0,74 0,50 0,60 Tarakan 16,61 10,41 5,50 9,00 10,00 10,60 Kalimantan Utara 18,22 10,87 7,60 36,30 35,10 37,00 Babi Bulungan na na na 59,65 172,80 181,40 Malinau , , ,00 140,56 132,20 138,80 Nunukan na na na 47,39 41,20 43,30 Tana Tidung 0,00 9,61 8,97 8,35 17,70 18,60 Tarakan 78,49 85,56 106,55 145,11 124,10 130,30 Kalimantan Utara , , ,52 401,06 488,00 512,40 Sumber: 1) Dinas Pertanian Kehutanan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Kabupaten Bulungan dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Malinau dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Nunukan dalam Angka 2011, 2012, ) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka 2012, ) Kota Tarakan dalam Angka 2011, 2012,

208 6. Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan terhadap PDRB PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu. Kontribusi sektor pertanian di tiap tiap kabupaten/kota berada di kisaran angka belasan persen. Akan tetapi khusus di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung, memberi kontribusi sektor yang besar dengan angka sekitar persen. Tabel Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB (ADHK 2010) Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan 19,49 18,87 18,44 17,70 16,59 Malinau 19,19 16,95 15,87 12,98 11,39 Nunukan 19,51 19,74 20,13 20,89 21,54 Tana Tidung 28,55 32,32 31,53 31,37 33,37 Tarakan 12,28 13,15 12,76 12,59 12,93 Kalimantan Utara 17,86 17,94 17,53 17,07 17,01 Sumber: 1) DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Nilai tambah yang dihasilkan dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan untuk Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan relatif stabil walaupun terjadi fluktuasi tetapi tidak terlalu signifikan. Hanya Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan yang menunjukkan penurunan selama lima tahun terakhir. Kondisi ini secara langsung berdampak pada nilai PDRB total dimana mengalami tren yang cenderung turun meskipun pada tahun 2011 sempat mengalami kenaikan sebesar 0.45% menjadi 17,94%. 7. Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa terhadap PDRB Subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa merupakan subsektor yang memiliki peranan penting di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara

209 Tabel Kontribusi Subsektor Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa terhadap PDRB (ADHK 2010) Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan 9,17 8,98 9,37 8,95 8,07 Malinau 4,91 5,00 4,82 3,98 3,43 Nunukan 8,19 8,19 8,15 8,17 8,08 Tana Tidung 1,28 1,41 1,45 1,48 1,47 Tarakan 4,67 4,68 4,50 4,34 4,10 Kalimantan Utara 6,26 6,26 6,27 6,00 9,89 Sumber: 1) DISPERINDAGKOP Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ternyata mengalami kenaikan. Pada tahun kenaikan yang dialami sangat sedikit, berbeda dengan pertambahan dari tahun yang meningkat hingga 3,89%. Meski demikian, kontribusi subsektor pertanian pernah mengalami penurunan di tahun 2013 yakni sebesar 0,27%. Kondisi yang cenderung naik ini perlu dijaga konsistensinya guna menjaga peranan penting subsektor pertanian dalam perekonomian daerah bagi masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara. D. Kehutanan dan Perkebunan 1. Luas Kawasan Hutan Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi. Hutan negara ditetapkan pemerintah melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan tiga fungsi pokok tersebut sebagai Hutan Lindung (HL), Hutan Konservasi (HK) yang terbagi atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), dan Hutan Produksi yang terbagi atas Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Luas wilayah kawasan hutan Kalimantan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut

210 II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara sekitar ha atau 74,59 % dari luas daratan Provinsi Kalimantan Utara ± ,70 km2. Di antara kabupaten/kota yang ada di provinsi ini, Kabupaten Malinau merupakan kabupaten terluas baik ditinjau dari wilayah maupun kawasan hutannya (sekitar 48,38 %). Hutan Produksi Terbatas merupakan kawasan hutan yang paling luas diantara bentuk kawasan hutan lainnya yaitu sekitar ha (sekitar 39%)

211 Tabel Luas dan Sebaran Kawasan Hutan di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/ Luas KSA/KPA No Kota/ Wilayah* HL HPT HP HPK Luas Kawasan Hutan** Provinsi (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (%) 1 Bulungan ,86 2 Tarakan ,09 3 Nunukan ,96 4 Malinau ,38 5 Tana tidung ,29 Kalimantan Utara ,59 Sumber: * Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2012 (termasuk luas wilayah perairan) ** Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut-II/2014 Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Kalimantan Utara (RKTP) HL, HK, HP, dan HPT ditetapkan pemerintah sebagai hutan tetap yang hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan kehutanan atau lewat Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). HPK dan Area Penggunaan Lain (APL) dapat dicadangkan untuk kegiatan pemanfaatan lain, misalnya pertanian dan perkebunan yang kewenangan pelepasan kawasan ada di menteri untuk HPK dan bupati untuk APL. Hal tersebut terkait dengan rencana pengelolaan kawasan perbatasan, pengelolaan kawasan lindung, dan pengelolaan kawasan budidaya yang termasuk kedalam raung lingkup program-program kegiatan HOB atau Kawasan Jantung Borneo

212 Gambar 2.10 Peta Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Utara 2 1 2

213 Sumber: Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) Kalimantan Utara 2 1 3

214 Jantung Kalimantan atau Borneo (Heart of Borneo/HoB) telah disepakati dan dideklarasikan oleh tiga negara tersebut sebagai kawasan penting untuk konservasi keanekaragaman hayati dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kawasan Jantung Kalimantan menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) melalui UU No. 26 Thn tentang Penataan Ruang, PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional di bawah koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara sendiri telah menetapkan Kelompok Kerja (Pokja) HoB untuk berkoordinasi di tingkat provinsi melalui Peraturan Gubernur Wilayah HoB yang termasuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara meliputi sebagian wilayah di Kab. Malinau, Kab. Nunukan, dan Kab. Bulungan. Gambar 2.11 Peta Wilayah Heart of Borneo Sumber: Kementian Agraria dan Tata Ruang/BPN Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga negara dalam rangka pengelolaan kawasan HoB yaitu program kerjasama konservasi 2 1 4

215 lintas batas negara. Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif. Dimana dalam program ini konektivitas kawasan konservasi dan pengelolaan kawasan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan partisipatif bersama masyarakat setempat. Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Program keempat difokuskan untuk pengembangan ecotourism dimana kawasan HoB dapat mengembangkan infrastruktur yang mengarah kepada pengembangan ekowisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi dari jasa lingkungan. Program kelima adalah pengembangan kapasitas staf dalam rangka mencapai perwujudkan program-program yang telah ditetapkan. 1. Pemanfaatan Hasil Hutan Hasil hutan kayu dan non kayu dimanfaatkan secara optimal agar dapat memberikan kontribusi didalam pembangunan dan kesejateraan masyarakat. Hasil hutan kayu dalam skala besar dapat diusahakan lewat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di hutan alam (IUPHHK-HA) maupun hutan tanaman (IUPHHK-HT) oleh perusahaan swasta dan negara. Namun, agar hasil hutan dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang dalam aspek ekonomi maupun ekologi maka hutan harus dikelola dalam praktek pengelolaan secara lestari. Pemerintah mewajibkan (mandatory) pengelolaan hutan lestari lewat sertifikasi PHPL/SVLK (Pengelolaan Hutan Produksi Lestari-Sistem Verifikasi Legalitas Kayu). Tabel Jumlah IUPHHK Hutan Alam Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah IUPHHK-HA (Aktif) Luas (Ha) Bulungan Malinau ,71 Nunukan

216 Tana Tidung 0 0 Tarakan 0 0 Lintas Wilayah Prov. Kalimantan Utara ,71 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara Total luas konsensi IUPHHK-HA pada Tahun 2015 berdasarkan data Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Utara seluas ,71 Ha yang dikelola oleh 31 perusahaan dan tersebar di kawasan Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Lindung (Inhutani II Sub Sei Tubu). Luas konsensi IUPHHK-HA yang masih aktif sebesar ,71 Ha dari 24 perusahaan swasta dan negara. Dari jumlah tersebut baru empat belas perusahan yang diketahui telah bersertifikasi PHPL/SVLK. Berdasarkan data dari website sipuhh.dephut.net, produksi Kayu Bulat yang dihasilkan dari IUPHHK-HA di Provinsi Kalimantan Utara secara keseluruhan terjadi peningkatan sejak pemisahan dari Provinsi Kalimantan Timur. Namun, data yang tercakup di sistem informasi tersebut hanya perusahaan yang sudah mengikuti sistem online sehingga masih terdapat hasil produksi kayu beberapa perusahaan yang belum tercatat. Jumlah produksi kayu bulat dari tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. # KABUPATEN/ KOTA Tabel Produksi Kayu Bulat Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 Batang M3 1 Bulungan 12,150 65, , , ,098 99, , , , , , , , , Malinau 10,171 47, ,651 50, , , ,668 81, ,765 48, , , , , Nunukan 12,271 39, , , ,318 79, ,838 78, , , , , , , Tana Tidung , , , , , , Tarakan Jumlah 34, ,229 74, ,781 69, ,616 73, ,622 72, , , , , ,183 Sumber:

217 Pengusahaan hutan skala besar dilakukan juga Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kayu dalam bentuk hutan tanaman industri (IUPHHK-HTI). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Ketahanan Pangan pada tahun 2015 terdapat empat perusahaan swasta yang bergerak di bidang HTI dengan total luas konsensi Ha. Dua perusahaan terdapat di Kabupaten Bulungan dengan luas konsensi Ha sedangkan dua lainnya merupakan perusahaan lintas wilayah dengan luas konsensi Ha. 2. Pendapatan Negara Bukan Pajak Sektor Kehutanan Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor kehutanan berasal dari Sumber Daya Alam dan Non Sumber Daya Alam. Jenis PNBP dari Sumber Daya Alam non Migas menghasilkan PNBP seperti Dana Reboisasi (DR), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Penggunaan Kawasan Hutan (PKH), Pendapatan Kegiatan Perbenihan. Jenis PNBP non SDA menghasilkan PNBP seperti PNBP dari PHKA (wisata alam, perburuan, pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, dll.) dan pendapatan lainnya. Satu lagi sumber PNBP kehutanan berasal dari Badan Layanan Umum (BLU). KABUPATEN /KOTA Tabel PNBP yang bersumber dari PSDH (Provisi Sumber Daya Hutan) Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Bulungan 3,726,728,233 13,716,529,150 6,001,072,062 6,192,417,658 11,555,205,875 10,103,494,479 18,727,058,730 Malinau 1,551,174,876 4,030,037,184 9,672,813,147 5,967,238,131 2,920,920,610 6,034,549,169 14,761,097,510 Nunukan 2,316,258,000 5,439,819,480 4,813,027,560 4,156,129,926 6,508,640,630 7,399,836,940 8,338,178,100 Tana Tidung ,706,184,542 2,259,404,412 7,001,135,392 9,705,999,450 Tarakan Kaltara 7,594,163,118 23,186,387,824 20,486,914,780 20,021,972,269 23,244,173,540 30,539,017,994 51,532,335,805 Sumber:

218 Berdasarkan tabel di atas, PNBP dari PSDH dalam tren yang terus meningkat. Peningkatan tersebut sesuai dengan keadaan produksi kayu bulat dalam beberapa tahun setelah pemisahan dari provinsi induk. Begitupun PNBP yang berasal dari DR di Kalimantan Utara juga dalam kondisi yang sama dengan kondisi di atas

219 KABUPATEN /KOTA Tabel PNBP yang Bersumber dari DR (Dana Reboisasi) Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Bulungan 1,009, ,710, ,617, ,675, ,164, ,588, ,144, Malinau 416, ,087, ,616, ,454, , ,643, ,540, Nunukan 625, ,484, ,310, ,130, ,783, ,879, ,851, Tana Tidung ,004, , ,807, ,176, Tarakan Kaltara Sumber: Perimbangan PNBP SDA Kehutanan terbagi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Prosentase pembagian PNBP diatur berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemda dan PP No 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Prosentase pembagian PNBP tersebut dapat diihat dari tabel berikut ini. Tabel Perimbangan Pembagian PNBP Kehutanan PNBP Pemerintah Pemerintah Kabupaten Kabupaten Pusat Provinsi Penghasil Lainnya DR 60 % - - PSDH 20 % 16 % 40 % 32 % IIUPH 20 % 16 % 32 % - PKH 100 % - 64 % - Sumber: 1. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 2. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan 3. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Berdasarkan data dari BPDAS Mahakam Berau yang ditetapkan pada tahun 2015 luas lahan kritis pada tahun 2013 di wilayah kerjanya seluas Ha. Selama kurun waktu telah terjadi pertambahan luas lahan kritis sebesar ,9 Ha. Lahan kritis yang dimaksud adalah 2 1 9

220 lahan yang termasuk kedalam kriteria agak kritis, kritis, dan sangat kritis dalam pengkelasan dari BPDAS sebagai instansi yang berwenang. Data luas lahan kritis dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel Luas Lahan Kritis Tahun 2009 dan 2013 di Provinsi Kalimantan Utara Kategori BP DAS Mahakam Berau 2013 Agak Kritis , Kritis ,66 245, Sangat Kritis 2.398, Total , Sumber: - Statistik BPDAS Mahakam Berau 2009 (Lahan Kritis 2009 ditetapkan 2010) - Direktorat PEPDAS, Ditjen BPDASPS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lahan Kritis 2013 ditetapkan 2015) Upaya rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang telah dilakukan tidak mempunyai ukuran yang jelas apabila dilihat dari persentase kegiatan rehabilitasi terhadap luas lahan kritis yang ada. Selama tahun kegiatan rehabilitasi tiap tahunnya tidak lebih dari satu persen dari luas lahan kritis. Akibatnya, tingkat keberhasilan upaya rehabilitasi tidak terlihat namun malah terjadi pertambahan luas lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara. Hal tersebut bisa terjadi akibat kegiatan logging dan tambang yang tidak mengindahkan pengelolaan hutan secara lestari, kebakaran hutan, ladang berpindah, dan kegiatan lainnya sehingga menyebabkan luas lahan kritis terus bertambah. Berbeda dengan kondisi hutan dan lahan kritis yang terus meningkat, tingkat kerusakan hutan di Kalimantan Utara dalam tren menurun. Tingkat kerusakan hutan di Provinsi Kalimantan Utara berkisar antara 0,05-9,92 Ha dalam tren yang menurun secara keseluruhan namun apabila dilihat dari di tiap kabupaten terjadi peningkatan kerusakan pada kawasan hutan Tarakan. E. Energi dan Sumberdaya Mineral 1. Pertambangan Tanpa Ijin 2 2 0

221 Indikator bidang energi dan sumberdaya mineral, meliputi: 1) penambangan tanpa ijin dan 2) kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Indikator penambangan tanpa ijin yang tersedia adalah batubara, dimana data penambangan tanpa ijin diolah dari Kabupaten Bulungan, Malinau dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga Indikator penambangan tanpa ijin merupakan perbandingan antara area penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan dengan seluruh area penambangan tanpa ijin total dikalikan 100%. Data penambangan tanpa ijin masih menggunakan data yang ada untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Utara tahun Dari gambar dibawah terlihat adanya peningkatan aktivitas penambangan tanpa ijin pada tahun 2009, 2011, dan 2013 yang terjadi di ketiga kabupaten tersebut, sedangkan tahun 2010 hingga tahun 2012 terjadi penurunan penambangan tanpa ijin. Produksi batu bara di Provinsi Kalimantan Utara diolah melalui data yang diperolah dari GPS meliputi Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka tahun Terdapat peningkatan produksi batubara di Kabupaten Bulungan tahun walaupun tidak signifikan diantara tahun dan tahun Tahun 2012 baru terlihat peningkatan yang signifikan. Di Kabupaten Nunukan setiap tahun mengalami peningkatan jumlah produksi tetapi peningkatan yang sangat siginifikan terjadi tahun 2014 yang mencapai 10 juta metrik ton yang sebelumnya hanya mencapai 5 juta metrik ton. Penurunan jumlah produksi batubara selama kurun waktu tahun hanya terjadi di Kabupaten Tana Tidung yang terjadi tahun walaupun penurunan jumlahnya tidak banyak. Tetapi tahun berikutnya produksi batubara Tana Tidung kembali mengalami peningkatan. Tabel

222 Produksi Batubara Tahun Provinsi Kalimantan Utara (Ton) Kabupaten Bulungan , , , , ,00 Malinau , , , , ,84 Nunukan , , , , ,0 0 Tana Tidung , , , , ,31 Tarakan KALTARA BPS , , , , ,1 5 KALTARA ESDM , , , , ,0 0 Sumber: 1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka Kabupaten Malinau Dalam Angka Kabupaten Nunukan Dalam Angka Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012; 2013; Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara Secara umum dalam lingkup Provinsi Kalimantan Utara, produksi batubara terus mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu tahun Peningkatan produksi batubara di Kalimantan Utara ini selama kurun waktu tersebut memberikan pengaruh pada kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di PDRB provinsi yang berkisar dari 30,33% - 31,99%. Produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara yang diolah dari data yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga tahun Pada tabel dibawah dapat dilihat produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara mengalami kecenderungan meningkat sampai dengan tahun 2012 kemudian menurun pada tahun berikutnya. Hal ini diperkirakan disebabkan karena 1) Harga minyak dunia yang sedang turun; 2) biaya eksploitasi atau eksplorasi yang mahal; 3) regulasi peraturan yang membahas penambahan sumur produksi yang kaitannya dengan perizinan perubahan fungsi lahan yang sangat lama. Kemudian setelah 2 tahun mengalami penurunan, pada tahun 2015 mengalami peningkatan jumlah produksi minyak bumi walaupun tidak terlalu signifikan

223 Sedangkan untuk produksi gas bumi yang diolah dari data BPS yakni Daerah Dalam Angka di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga tahun Sedangkan data tahun 2015 diperoleh dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Produksi gas bumi di Kalimantan Utara dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2015 cenderung mengalami fluktuasi. Peningkatan jumlah produksi terjadi pada tahun 2009, 2012, dan Pada tahun 2010 ke 2011 terlihat mengalami penurunan walaupun setiap tahunnya tidak banyak. Pada tahun 2013 dan 2015 produksi gas bumi di Kalimantan Utara juga mengalami penurunan yang pada tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Tabel Produksi Minyak Bumi di Provinsi Kalimantan Utara Tahun (Barrel) Kabupaten Bulungan , , , , , ,21 Malinau Nunukan , , , , , ,86 Tana Tidung ,45 Tarakan 982,00 962, , , ,89 KALTARA BPS , , , , ,00 KALTARA ESDM ,41 Sumber: 1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka Kabupaten Nunukan Dalam Angka Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012; 2013; Kota Tarakan Dalam Angka Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara (Data Tahun 2015) Tabel Produksi Gas Bumi Tahun di Provinsi Kalimantan Utara (MMSCF) Kabupaten Bulungan , , , , ,95 Malinau Nunukan , , ,98 Tana Tidung Tarakan , , ,00 202, ,16 KALTARA BPS , , , , ,00 KALTARA ESDM ,

224 Sumber: 1. Kabupaten Bulungan Dalam Angka Kabupaten Nunukan Dalam Angka Kota Tarakan Dalam Angka Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kalimantan Utara (Data Tahun 2015) Terkait dengan permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan seperti air yang berada di bawah galian tambang akan menjadi asam, kemudian terjadinya erosi dan sedimentasi, banjir serta pencemaran lingkungan lainnya dapat diantasipasi dengan setiap perusahaan tambang memiliki rencana reklamasi. Dalam hal ini reklamasi berarti mengembalikan daerah galian menjadi seperti semula saat sebelum dilakukannya aktivitas penambangan. Jika sebelumnya hutan maka reklamasi dilakukan dengan upaya reboisasi, penanaman bibit pohon. Tetapi terkadang perusahaan penambangan tersebut terkesan lepas tangan setelah melakukan penanaman bibit tersebut dan tidak bertanggungjawab setelahnya. Maka diperlukan pengawasan yang berlanjut dari pemerintah agar area pertambangan bisa asri seperti sebelumnya saat belum dilakukan aktivitas penambangan. Berikut ini daftar perusahaan yang mempunyai maupun yang telah melakukan reklamasi daerah pertambangannya di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu tahun Tabel Perusahaan Tambang Yang Melakukan Reklamasi Selama Kurun Waktu Tahun Di Provinsi Kalimantan Utara No Kabupaten Nama Perusahaan Tambang Jenis Komoditi 1 Bulungan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara Batubara PT Lamindo Inter Multikon Batubara PT Mitra Niaga Mulia Batubara PT Garda Tujuh Buana Batubara 2 Nunukan PT Mandiri Inti Perkasa Batubara PT Pipit Mutiara Jaya Sebakis Batubara PT Dewa Ruci Mandiri Batubara PT Sago Prima Pratama Emas 3 Malinau PT Kayan Putra Amal Utama Coal Batubara PT Mitrabara Adiperdana TBK Batubara PT Baradinamika Mudasukses Batubara 4 Tana Tidung PT Pipit Mutiara Jaya Bebatu Batubara 5 Tarakan PT Pipit Mutiara Jaya Site Seberuang Batuan Sumber: Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Utara 2 2 4

225 Untuk memiliki rencana ataupun melakukan reklamasi, perusahaan tambang harus memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP). Jadi pertambangan-pertambangan tanpa ijin yang tidak memiliki IUP tidak bisa melakukan reklamasi sehingga pengaruh pertambangan terhadap kerusakan lingkungan, kemungkinan berasal dari pertambangan tanpa ijin ini. 2. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara Sektor pertambangan merupakan salah satu dari tiga sektor dengan persetase kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara dan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Melihat kecenderungan selama periode tahun , sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan peningkatan setiap tahunnya dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Dan sub sektor penyumbang terbesar dari sektor pertambangan dan penggalian adalah pertambangan batubara (66,56% dari kontribusinya terhadap PDRB sektor pertambangan dan penggalian). Kontribusi PDRB terbesar sektor pertambangan dan penggalian disumbangkan dari sub sektor pertambangan batubara dan lignit yang setiap tahunnya mengalami peningkatan (66,56% tahun 2014). Produksi batubara yang terus meningkat dan didukung nilai penjualan batubara yang meningkat setiap tahunnya. Di posisi kedua ada sub sektor pertambangan dan penggalian lainnya dan yang terakhir pertambangan minyak bumi dan gas bumi. Tabel Kontribusi Sub Sektor terhadap PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun Provinsi Kalimantan Utara 2 2 5

226 No Lapangan Usaha Kontribusi Sub Sektor (%) Pertambangan dan Penggalian 100,00 100,0 100,0 100,0 100, Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 19,63 19,90 19,64 16,91 15,72 2 Pertambangan Batubara dan Lignit 59,58 60,61 61,68 65,58 66,56 3 Pertambangan Bijih Logam dan Pertambangan dan penggalian lannya 20,79 19,49 18,69 17,52 17,72 Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Provinsi 30,33 30,25 30,50 31,61 31,99 Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara 2016 Kontribusi dari sub sektor minyak bumi dan gas bumi mengalami kenaikan pada tahun 2011 walaupun tidak cukup signifikan yang kemudian terus mengalami penurunan sampai dengan tahun 2014 sehingga nilai kontribusinya hanya tinggal 15,72% pada tahun Penurunan persentase kontribusi juga terjadi pada sub sektor pertambangan bijih logam dan pertambangan dan penggalian lainnya yang menurun 3,07% pada selama periode tahun

227 Tabel Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap PDRB Sektor Kabupaten/Kota Pertambangan dan Penggalian (%) Bulungan 23,57 24,29 24,74 23,22 21,46 Malinau 19,30 19,56 18,66 22,17 24,07 Nunukan 37,69 38,90 40,12 39,10 39,32 Tana Tidung 11,32 9,37 8,50 7,94 7,68 Tarakan 8,12 7,88 7,98 7,57 7,47 Provinsi Kalimantan Utara 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara 2016 Dari tabel di atas, terlihat bahwa kabupaten/kota yang menunjukkan perkembangan positif adalah Kabupaten Malinau. Walaupun mengalami penurunan di tahun 2012 kemudian di tahun berikutnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari tahun 2010 hingga tahun 2014, kontribusi Kabupaten Malinau terhadap sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi Kalimantan utara naik sebanyak 4,77%. Melihat kabupaten/kota lain mengalami penurunan atau bergerak statis setiap tahunnya seperti Kabupaten Tana Tidung yang hampir setiap tahunnya mengalami penurunan. Kontribusi kabupaten/kota terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara di sektor pertambangan dan penggalian terbesar disumbangkan dari Kabupaten Nunukan (39,32% tahun 2014) setiap tahunnya selama periode tahun melihat jumlah besar dalam produksi batubara dan migas yang dihasilkan walaupun setiap tahunnya mengalami fluktuasi. F. Perdagangan 1. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB Perubahan klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menjadi tahun dasar 2010 turut mengubah klasifikasi sub sektor perdagangan. Semula, sub sektor perdagangan termasuk di dalam kategori sektor perdagangan, hotel dan restoran. Namun kini berubah 2 2 7

228 menjadi sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor. Sektor ini meliputi kegiatan ekonomi di bidang perdagangan skala besar maupun eceran atau perdagangan skala masyarakat umum untuk konsumsi perorangan dan rumah tangga. Jenis barang dan jasa yang termasuk dalam kategori ini antara lain semua yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori dan truk, hingga suku cadang dan aksesoris mobil dan motor. Tabel Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran, Reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian PDRB Sektor , , , , , ,90 Perdagangan (Juta Rp) Kontribusi (%) 10,70 10,81 10,70 10,42 10,08 9,92 Pertumbuhan PDRB sektor 8,6 6,66 5,35 4,60 1,57 Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan Sektor perdagangan dalam PDRB merupakan sektor sekunder kedua paling besar yang berkontribusi untuk PDRB Provinsi Kalimantan Utara setelah sektor konstruksi. Kontribusinya terhadap PDRB Provinsi relatif stagnan selama lima tahun terakhir. Kontribusi sektor perdagangan mulai menurun perlahan sejak tahun 2012 yaitu sebesar 10,7%. Angka ini menurun 1% dari tahun sebelumnya dan kembali menurun menjadi 10,42% di tahun 2013 dan kembali menurun hingga mencapai angka 9,92% pada tahun Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, Kota Tarakan berkontribusi paling banyak terhadap Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 66,3% pada tahun Kabupaten Nunukan menyusul dengan 15% dan Kabupaten Bulungan 13,7% pada tahun yang sama. Tabel Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran, Reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor Tahun berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara 2 2 8

229 Kabupaten/Provinsi Bulungan 1 13,5 14,1 14,0 13,8 13,7 Malinau 2 4,5 4,5 4,5 4,5 4,6 Nunukan 3 13,2 13,4 14,3 14,8 15,0 Tana Tidung 3 2,8 2,8 2,7 2,7 2,7 Tarakan 5 65,9 64,7 66,5 66,8 66,3 Kalimantan Utara Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2014 dan ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2014 dan ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2014 dan ) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung ) Publikasi PDRB Kota Tarakan ) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan Ekspor Bersih Perdagangan Nilai ekspor bersih perdagangan adalah selisih dari nilai ekspor dan nilai impor. Dari tahun , nilai ekspor bersih perdagangan di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan tren fluktuatif, meski kenaikan ataupun penurunannya tidak signifikan. Tabel di bawah menunjukkan bahwa hingga saat ini nilai ekspor masih lebih besar dibandingkan nilai impor. Nilai ekspor bersih meningkat pesat pada tahun 2014, yaitu mencapai US$1.057,8 juta atau hampir 100% dari tahun sebelumnya. Angka ini bertahan dan cenderung naik pada tahun 2015 sebesar US$1.068,3 juta. Tabel Nilai Ekspor Bersih Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Nilai Ekspor $774,006,000 $871,207,500 $691,551,000 $753,357,000 $1,103,510,046 $1,103,510,000 Nilai Impor $48,704,000 $71,139,000 $75,222,000 $103,299,000 $45,610,640 $35,150,000 Nilai ekspor bersih $725,302,000 $800,068,500 $616,329,000 $650,058,000 $1,057,899,406 $1,068,360,000 Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016 Apabila melihat ekspor bersih di tingkat Kabupaten/Kota, Kota Tarakan merupakan Kota dengan ekspor bersih paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh lebh berkemangnya kegiatan perdagangan dan besarnya kemampuan daerah untuk memfasilitasi atau menyediakan pelayanan 2 2 9

230 untuk melakukan kegiatan ekspor dan impor. Antara lain dengan adanya Pelabuhan Tengkayu dan Bandara Juwata

231 Tabel Nilai Ekspor Bersih Tahun Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Kabupaten/Kota Nilai Bulungan $43,956, $88,989, $126,376, $115,753, Ekspor Malinau Nunukan $68,192, $10,119, $110,918, $183,840, Tana Tidung Tarakan $661,858, $772,099, $454,257, $453,764, Nilai Impor Nilai Ekspor Bersih Bulungan $867, $137, $956, $563, Malinau Nunukan $2,956, $2,621, $4,240, $8,995, Tana Tidung Tarakan $44,881, $68,381, $70,026, $93,741, Bulungan $43,089, $43,819, $43,000, $43,393, Malinau Nunukan $65,236, $65,571, $63,952, $59,197, Tana Tidung Tarakan $408,883, $385,383, $383,738, $360,023, Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016 G. Industri 1. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB Sektor industri pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan dapat berasal dari pertanian, kehutanana perikanan, pertambangan, dan penggalian. Kontribusi sektor industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara hanya meliputi industri pengolahan non migas. Meskipun Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki bonus sumberdaya alam termasuk minyak dan gas bumi, sampai saat ini belum berkembang industri pengolahan batubara maupun pengilangan migas. Tabel Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian PDRB Kategori Industri Pengolahan (juta Rp) , , , , , ,

232 Uraian Kontribusi terhadap 10,23 9,95 9,73 9,58 9,32 9,55 PDRB (%) Pertumbuhan (%) 5,39 5,40 6,48 5,16 5,70 Sumber: Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan Apabila dilihat dari segi perkembangan kontribusinya terhadap PDRB dari tahun ke tahun, persentase kontribusi sektor ini memiliki kecenderungan menurun. Pada tahun 2010, kontribusi sektor ini masih mendominasi hingga 10,23%. Namun pada tahun 2014 kontribusi sektor ini terhadap PDRB total hanya 9,32% atau menurun 3% dari tahun sebelumnya. Kontribusi sektor industri kembali naik hingga 5,7% di tahun 2015, dengan pertumbuhan rata-rata sektor industri pengolahan sebesar 5,62% selama periode Tabel Kontribusi PDRB Kategori Industri PengolahanTahun berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Provinsi Bulungan 1 25,9 26,6 26,2 26,0 26,2 Malinau 2 4,8 4,4 4,1 3,7 3,6 Nunukan 3 24,6 24,3 24,7 24,1 24,0 Tana Tidung 4 1,7 1,7 1,6 1,6 1,6 Tarakan 5 42,8 44,1 46,5 47,7 48,3 Kalimantan Utara Sumber: 1) Publikasi PDRB Kabupaten Bulungan Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Malinau Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Nunukan Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Tana Tidung Tahun ) Publikasi PDRB Kabupaten Tarakan Tahun ) Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016 Untuk peran tiap-tiap kabupaten/kota terhadap PDRB provinsi, sektor industri pengolahan yang memiliki pengaruh terbesar adalah Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan. Sedangkan besar kontribusi kabupaten/kota terhadap provinsi adalah dari Kota Tarakan. Kota Tarakan menyumbang 48,3% terhadap sektor industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara pada tahun Angka ini kemudian disusul oleh Kabupaten Nunukan sebesar 24% dan 2 3 2

233 Kabupaten Bulungan 22,5%. Subsektor industri pengolahan yang berkembang masih di dalam kategori industri non migas dan didominasi oleh industri pengolahan makanan minuman terutama industri pengolahan kelapa sawit

234 2. Jumlah Industri Kecil Menengah Sama halnya dengan pedagang kecil menengah, industri kecil menengah juga merupakan indikator yang dapat menggambarkan karakter perekonomian suatu wilayah. Jumlah industri kecil menengah dapat menjadi tolok ukur kekuatan ekonomi rakyat yang mandiri. Industri skala kecil menengah sangat berkembang di Kabupaten Bulungan. Pada tahun 2014 jumlah industri kecil menengah di Kabupaten ini mencapai 835 unit. Angka ini kemudian disusul oleh Kota Tarakan sebesar 533 unit. Perkembangan industri kecil menengah yang tengah berlangsung di Provinsi Kalimantan Utara menandakan sudah adanya usaha mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan. Tabel Jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) Tahun 2014 Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Provinsi 2014 Bulungan 835 Malinau 423 Nunukan 466 Tana Tidung 82 Tarakan 533 Kalimantan Utara Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016 H. Ketransmigrasian Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari darah padat ke daerah yang kurang penduduk. Transmigrasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk memeratakan persebaran penduduk terutama di wilayah Indonesia yang luas. Pemerintah membekali terlebih dahulu para calon transmigran terkait cara mengelola lahan dan mengembangkan wilayah transmigrasi melalui pelatihan/kursus. Kegiatan yang memang ditujukan untuk program transmigrasi adalah 2 3 4

235 kegiatan di sektor pertanian dan dengan sasaran pokok program yaitu pengembangan wilayah dan pembangunan permukiman. Tabel Penempatan Transmigrasi Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Daerah Asal Bulungan Nunukan KTT Malinau KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa Jumlah Banten DIY DKI Jabar Jateng Jatim Lampung NTB NTT Setempat Jumlah Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016 Hingga saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki program transmigrasi swakarsa, atau transmigrasi atas kemauan sendiri. Program transmigrasi yang hingga saat ini berlangsung adalah transmigrasi umum. Transmigran mayoritas didatangkan dari daerah-daerah di Pulau Jawa, diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian berasal dari Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan lokal/setempat. Sedangkan untuk tahun 2016, program transmigrasi ke Kalimantan Utara akan berlokasi di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan dan kabupaten Tana Tidung. Daerah asal transmigran yang bekerjasama dengan pemerintah Provinsi adalah DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Tabel Rencana Penempatan Transmigrasi Tahun 2016 Provinsi Kalimantan Utara Kawasan DI Yogyakarta Jawa Timur Jumlah KK Jawa Tengah Jumlah 2 3 5

236 Bulungan Tanjung Buka SP.6B Sepunggur Tanjung Buka SP Tana Tidung Sambungan 35 Kujau 65 Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara Fungsi Penunjang dan Pendukung Urusan Pemerintahan Daerah A. Perencanaan 1. Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA Rencana pembangunan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan secara periodik. Pembangunan jangka panjang merupakan acuan pelaksanaan pembangunan yang disusun dalam jangka waktu 20 tahun. Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) sangat penting, agar pembangunan dapat mencapai visi dan misi daerah secara tepat dan dapat tergambar dengan jelas. Ketersediaan dokumen perencanaan RPJPD hendaknya tidak hanya dipahami secara administratif, sebagai sebuah kewajiban untuk memenuhi ketentuan normatif. Tersedianya dokumen perencanaan hendaknya dapat memenuhi fungsi substantifnya. Sebagai wujud untk memaknai fungsi tersebut maka perhatian terhadap visi dan misi yang tertuang dalam RPJPD menjadi sangat penting. Tabel Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang Telah Ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota Bulungan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Malinau Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Nunukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tana Tidung Tidak Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tarakan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Kalimantan Utara Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Sumber: 1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun

237 2) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun ) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) LPPD Kota Tarakan Catatan: Provinsi Kalimantan Utara menjadi Daerah Otonom Baru disahkan pada Tahun Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA Dokumen perencanaan RPJMD merupakan dokumen turunan dari RPJPD yang lebih subtansial. Setiap RPJMD ditetapkan oleh Peraturan daerah/peraturan Kepala Daerah. Adanya dokumen ini menjelasakan bahwa terdapat dokumen perencanaan yang telah dilegalkan melalui Peraturan Daerah/Peraturan Kepala Daerah yang kemudian memiliki konsekuensi yang jelas dan terarah dalam menentukan rangkaian pembangunan pada lima tahun ke depan. RPJMD merupakan dokumen pembangunan yang menjabarkan program-program selama 5 tahun dan berpedoman terhadap RPJPD. Ketersediaan RPJMD merupakan bentuk langkah-langkah pemerintah daerah di tiap 5 tahun untuk mencapai visi misi kepala daerah. Provinsi Kalimantan Utara merupakan Daerah Otonomi Baru yang disyahkan Tahun 2012, dan pada Tahun 2016 telah ditetapkan Perda tentang RPJMD Tahun Semua kabupaten/kota sudah memiliki dokumen RPJMD. Kabupaten Tana Tidung baru memiliki RPJMD di Tahun 2011 karena di tahun 2008 baru mengalami pemekaran dari Kabupaten Bulungan. RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan daerah/peraturan Kepala Daerah selanjutnya digunakan sebagai acuan pembangunan dalam jangka menengah. Di dalam pelaksanaan pembangunan secara terus-menerus dan terarah ini maka dokumen yang menjadi dasar selanjutnya dalam penyusunan RKPD. Jaminan keberlanjutan program akan sangat terdukung oleh adanya dokumen RPJMD. Konsistensi arah pembangunan menjadi lebih terjaga secara berkelanjutan, sehingga pencapaian visi dan misi lebih optimal

238 3. Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA Operasionalisasi rencana pembangunan menjadi sebuah kebutuuhan eksplisit. Dengan rencana yang lebih operasional maka menjadi mudah untuk direalisasikan. Pelaksanaan pembangunan selama jangka waktu tertentu perlu diturunkan ke dalam dokumen yang lebih teknis dan operasional. Dengan demikian pembangunan dapat berjalan secara eksplisit. RKPD disusun setiap tahun dengan menerjemahkan RPJMD yang telah ditetapkan oleh Perda. Ketersediaan RKPD memberikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga setiap perangkat daerah dapat bergerak secara terpadu dan terarah menuju sasaran yang jelas dan memperjuangkan pencapaian visi misi dengan terkoordinasi satu sama lain. Dasar hukum berupa Perwal dalam penetapan RKPD memberikan kekuatan hukum. Dari data di atas pemenuhan dasar hukum berupa peraturan kepala daerah yang selalu mengiringi RKPD memberikan kepastian hukum dan keabsahan, sehingga menjadi dasar bertindak untuk merealisasikan program-program pembangunan mencapai target secara kuantitas dan kualitas, dan mengantarkan pencapaian outcome yang diharapkan. 4. Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD Kesinambungan dokumen pembangunan mutlak diperlukan agar terdapat proses pencapaian visi suatu daerah apabila dokumen pembangunan tidak saling selaras maka pencapaian visi suatu daerah akan sulit tercapai. RKPD merupakan penjabaran detail (dalam bentuk program) visi dan misi yang akan dicapai oleh suatu daerah. Tabel di bawah ini menunjukkan persentase penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD dirinci kabupaten/kota. RKPD merupakan sebuah perencanaan tahunan yang berinduk kepada RPJMD. Untuk itulah RKPD merupakan bentuk turunan yang menerjemahkan RPJMD. Di samping 2 3 8

239 itu keberadaan RKPD adalah bentuk terbaru dari sebuah rencana untuk menampung perkembangan capaian setahun sebelumnya dan perkembangan tuntutan baru yang dihadapi pada tahun yang bersangkutan. Data terkait penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD didapatkan dengan cara menghitung jumlah program RKPD tahun berkenaan dibagi dengan jumlah program RPJMD yang harus dilaksanakan pada tahun berkenaan dikalikan dengan bilangan 100. Kabupaten Tana Tidung sebagai DOB menunjukkan persentase yang terus meningkat dari 89,43% tahun 2011 menjadi 98,14% tahun 2015, Kota Tarakan menunjukkan perkembangan kinerja penjabaran program yang relatif fluktuatif, di tahun 2010 persentasenya mencapai 100% dan menurun kembali di tahun 2011 dan Sementara penjabaran program di Kabupaten Malinau selama tahun 2011 dan 2012 mencapai 100%. Penurunan persentase dialami oleh Kabupaten Bulungan, di tahun 2010 mencapai di atas 100% akan tetapi selama tahun menurun di kisaran angka 69%. Hal ini harus menjadi perhatian agar RKPD dapat sejalan dengan tahapan RPJMD sehingga visi misi daerah dapat tercapai. Sedangkan untuk data Provinsi Kalimantan Utara belum dapat terlihat. Tabel Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD Kabupaten/Kota Bulungan 69,23 69,23 69,96 88,12 89,32 Malinau Nunukan 96,61 97,21 97,81 98,41 99,01 Tana Tidung 89,43 89,83 89,67 98,12 98,14 Tarakan 92,82 92,56 98,32 99,32 99,33 Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a n/a Sumber: 1) LPPD Kabupaten Malinau Tahun ) LPPD Kabupaten Bulungan Tahun ) LPPD Kabupaten Nunukan Tahun ) LPPD Kabupaten Tana Tidung ) LPPD Kota Tarakan ) LPPD Provinsi Kalimantan Utara

240 Diperlukan kecermatan dalam menerjemahkan RPJMD ke dalam RKPD. Dengan memperhatikan RPJMD dengan program yang sifatnya lebih umum diturunkan kepada program-program yang lebih implementatif. Untuk itu semestinya jumlah maupun bentuk program di RKPD lebih bersifat detail, kecil satuannya, dan mencerminkan sequence antar RKPD. Oleh karena itu dengan hanya melihat jumlah program yang ada di dalam RKPD dibandingkan dengan jumlah program di RPJMD belum dapat secara substansial dapat dimaknai. Jika dilihat dari jumlah program, karena bentuk program di RKPD lebih operasional, maka tentunya jumlahnya bisa lebih banyak, mengingat program di RPJMD merupakan prediksi dalam jangka waktu yang lebih panjang, sedangkan merencanakan RKPD untuk tahun depan sudah lebih eksplisit dengan didukung oleh data yang nyata. Jumlah program yang tertuang dalam RKPD dengan RPJMD belum memiliki perbedaan yang signifikan. Jarak perbedaan jumlah program dalam RPJMD sangat dekat dengan jumlah program dalam RKPD. Melihat fakta dan data tersebut dapat disimpulkan beberapa asumsi yaitu; pertama kecakapan dalam mendetailkan program dari RPJMD ke dalam RKPD perlu ditingkatkkan; kedua kemungkinan rumusan program dalam RPJMD sudah sangat operasional sehingga tidak dapat diturunkan ke dalam nama program yang lebih spesifik, sehingga nama program di RPJMD sama dengan nama program di RKPD Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan sebagai tolok ukur kemampuan ekonomi suatu daerah yang terkait dengan daya saing. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan 2 4 0

241 baik pangan maupun non pangan. Semakin besar rasio atau angka konsumsi rumah tangga, maka semakin atraktif kemampuan ekonomi daerah. Tabel Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Total Pengeluaran RT (juta rupiah) Jumlah RT Rasio (1./2.) Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) Hasil olahan Dari tahun , diketahui bahwa pengeluaran per kapita di Provinsi Kalimantan Utara mengalami perkembangan positif. Dalam sebulan pada tahun 2013, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita adalah sebesar 837 ribu rupiah. Angka ini meningkat menjadi 1 juta rupiah di tahun 2015 atau mengalami peningkatan 20% dari tahun sebelumnya. Di tingkat Kabupaten/Kota, pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten Bulungan mencapai 600ribu rupiah per kapita per bulan. Sedangkan Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung telah mencapai kurang lebih satu juta rupiah. Tabel Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per kapita Tahun 2014 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Total Pengeluaran RT Jumlah RT Rasio Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Sumber: Hasil olahan

242 Kenaikan angka pengeluaran rumah tangga per kapita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kompleksitas kebutuhan dan inflasi. Jenis kebutuhan per kapita yang semakin kompleks dapat langsung mempengaruhi kenaikan pengeluaran. Di samping itu, inflasi tinggi yang merupakan dampak dari kenaikan harga barang-barang juga menjadi penyebab semakin tingginya angka pengeluaran rumah tangga per kapita. Untuk menjaga kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi, laju inflase mestinya lebih rendah dibandingkan besar pengeluaran konsumsi. 2. Produktivitas Total Daerah Produktivitas total daerah digunakan untuk melihat produktivitas tiap sektor dengan melihat produktivitas tenaga kerja di sektor tersebut. Besarnya produktivitas tiap sektor dapat menjadi salah satu indikator daya saing antar daerah. Produktivitas total daerah Provinsi Kalimantan Utara berkembang fluktuatif dengan kecenderungan meningkat positif. Sejak tahun 2010 hingga 2012, produktivitas total darah terus meningkat seiring dengan tumbuhnya jumlah tenaga kerja dan PDRB total daerah. Namun pada tahun 2013, produktivitas total daerah mengalami penurunan sebesar 12,3% akibat penurunan jumlah tenaga kerja. Namun angka ini kembali membaik di tahun 2014 dengan peningkatan sebesar 6,7% dari tahun sebelumnya. Tabel Produktivitas Total Daerah Tahun Provinsi Kalimantan Utara Uraian Jumlah Tenaga Kerja PDRB (Juta Rp) , , , , ,

243 Produktivitas total (Juta Rp) 3 Sumber: 1) Publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) Hasil olahan 2016 Sedangkan produktivitas total daerah tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara paling besar adalah Kabupaten Bulungan yaitu 201 juta rupiah dan terendah Kota tarakan sebesar 178 Juta rupiah. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bulungan tidak sama besar dengan Kota Tarakan, sehingga pembagian oleh PDRB total akan menghasilkan nilai yang lebih besar. Besarnya produktivitas total daerah akan menunjukkkan tingkat kesejahteraan tenaga kerja. Tabel Produktivitas Total Daerah Tahun Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2013, 2014, dan ) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) dengan hasil olahan Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terdapat empat jenis bank yang dimaksudkan dalam indikator ini, yaitu bank umum pemerintah, bank 2 4 3

244 umum swasta, bank pembangunan, dan bank pengkreditan rakyat. Akan tetapi karena tidak semua Kabupaten/Kota memiliki basis data bank menurut jenisnya, maka data yang disajikan berikut ini adalah data akumulasi jumlah seluruh bank. Tabel Jumlah Bank Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2014, dan ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun ) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) Hasil olahan 2016 Jumlah bank di Provinsi Kalimantan Utara terus bertambah selama periode Hal ini mengindikasikan adanya perkembangan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan jasa perbankan. Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan Kabupaten yang mengalami pertumbuhan bank paling pesat. Pada tahun 2014, jumlah bank di Kabupaten Malinau tumbuh hingga lima unit, dan Kabupaten Nunukan bertambah hingga sembilan unit. Di samping itu, Kabupaten Tana Tidung hingga saat ini hanya memiliki satu unit bank. Kota Tarakan masih menjadi pusat kawasan ekonomi paling berkembang di antara Kabupaten lainnya dengan jumlah total bank mencapai 29 unit di tahun Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukkan daya tarik investasi suatu daerah terutama di bidang kuliner. Restoran juga merupakan bentuk kegiatan ekonomi di bidang perdagangan yang juga 2 4 4

245 dapat mendukung sektor pariwisata. Oleh karena itu, banyaknya restoran dan rumah makan dapat menjadi salah satu indikator perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Ada bermacam-macam jenis dan istilah restoran, antara lain restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Sedangkan pengusahaan usaha restoran dan rumah makan adalah penyedia jasa pelayanan makanan dan minuman kepada tamu usaha pokok, seperti restoran di dalam hotel. Pada tahun 2015, jumlah restoran di Provinsi Kalimantan Utara yang telah mendapatkan izin usaha adalah sebesar 221. Distribusi restoran terbanyak ada di Kota Tarakan, yakni sebanyak 131. Tabel Jumlah Restoran/Rumah Makan Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Jumlah Restoran/RM yang memiliki izin Bulungan 13 Malinau 24 Nunukan 45 Tana Tidung 8 Tarakan 131 Kalimantan Utara 221 Sumber: Biro Perekonomian dan Pembangunan, Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel Penginapan/hotel merupakan salah satu fasilitas penunjang pariwisata pada suatu wilayah. Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah. Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut dan kebutuhan akomodasi penginapan/hotel

246 Tabel Jumlah Hotel non bintang Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun ) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan 2016 Jumlah hotel di Provinsi Utara kini telah tersebar merata di seluruh Kabupaten/Kota. Meskipun demikian, jumlah hotel non bintang terbanyak masih berada di Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan. Hal ini disebabkan Kabupaten Bulungan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten dan Provinsi, sedangkan Kota Tarakan merupakan pusat ekonomi dan bisnis serta pintu gerbang bagi para pendatang luar negeri maupun domestik

247 Tabel Jumlah Hotel Bintang Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun ) Kalimantan Utara Dalam Angka 2015 dan Hasil olahan 2016 Untuk jumlah hotel berbintang di Provinsi Kalimantan Utara, masih berpusat di Kota Tarakan. Perkembangannya selama periode tahun menunjukkan tren positif. Laju pertumbuhan jumlah hotel berbintang di Kota Tarakan mencapai lebih dari dua kali lipat tahun semula. Hal ini menunjukkan bahwa lebih kompleksnya permintaan fasilitas hotel di Kota Tarakan dibanding daerah lainnya. 6. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani merupakan angka yang digunakan untuk mengukur daya tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga. Nilai Tukar Petani diperoleh dengan cara membandingkan antara indeks harga yang diterima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb), dimana lt menunjukkan fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani sedangkan lb menunjukkan harga barang yang dikonsumsi petani termasuk didalamnya barang yang dipergunakan untuk memproduksi hasil pertanian. Berikut disajikan data tentang Nilai Tukar Petani selama tahun 2014 hingga 2015 dirinci tiap bulan. NTP = Indeks yang Diterima Petani (lt) Indeks yang Dibayar Petani (lb) X

248 2 4 8

249 Bulan Indeks yang Diterima (lt) Tabel Nilai Tukar Petani Tahun Provinsi Kalimantan Timur Indeks Nilai Indeks Indeks yang Tukar yang yang Dibayar Petani Diterima Dibayar (lb) (NTP) (lt) (lb) Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 107,96 109,34 98,74 115,89 116,66 99,34 Februari 109,07 109,56 99,55 117,1 116,19 100,78 Maret 109,41 109,73 99,71 116,53 116,84 99,73 April 110,45 110,12 100,30 116,4 117,96 98,68 Mei 110,09 110,42 99,70 116,72 118,31 98,66 Juni 110,54 110,79 99,77 116,37 119,16 97,66 Juli 111,72 112,05 99,71 117,12 119,59 97,93 Agustus 112,3 112,17 100,12 117,89 119,68 98,50 September 113,46 112,2 101,12 117,71 119,46 98,54 Oktober 113,27 112,38 100,79 117,65 119,76 98,24 November 114,49 114,2 100,25 117,39 119,75 98,03 Desember 116,9 116,98 99, ,00 Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur Tahun Selama periode secara umum mengalami penurunan dari tahun 2014 ke tahun Nilai tukar petani terendah terdapat di angka 97,66 yakni di bulan Juni tahun Adapun nilai tertinggi di angka 101,12 yang terdapat di bulan September tahun Peningkatan NTP dapat dilakukan dengan peningkatan indeks harga bayar petani denagn tidak terlalu progresif. NTP sebagai indikator kesejahteraan petani meskipun dinilai kurang relevan karena tidak mengakomodasi kemajuan produktivitas pertanian, teknologi dan pembangunan tapi cukup diposisikan sebagai ala ukur guna menghitung daya beli penerimaan petani terhadap pengeluaran petani. Sebagai provinsi pemekaran baru, nilai tukar petani yang terdapat di provisni Kalimanatan Utara masih tergabung dengan nilai tukar petani provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menganalisis secara mandiri guna mengetahui niali tukar petani khususnya di Provinsi Kalimantan Utara. 7. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita Indikator pengeluaran konsumsi non pangan per kapita digunakan untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar kebutuhan 2 4 9

250 pangan. Melalui analisis pengeluaran konsumsi non pangan per kapita, dapat dilihat juga bagaimana perkembangan tingat kesejahteraan penduduk, yaitu dari kemampuan membeli kebutuhan non pangan atau kebutuhan sekunder-tersier. Tabel Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Uraian Total Pengeluaran non pangan per kapita Total Pengeluaran per kapita Rasio (%) Sumber: 1) RPJP Kalimantan Utara 2) Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun ) Hasil olahan 2016 Tabel di atas menunjukkan bahwa pola konsumsi rumah tangga per kapita untuk non pangan di Provinsi Kalimantan Utara relatif seimbang 50% : 50%. Tinggi rendahnya pengeluaran konsumsi non pangan dapat dipengaruhi oleh lokasi tempat tinggal dan tingkat kemajuan daerah. Masyarakat yang tinggal di pusat kota cenderung memiliki kebutuhan yang lebih kompleks daripada masyarakat pedesaan, termasuk kebutuhan non pangan. Tabel Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Total Pengeluaran Total Non Pangan Pengeluaran Rasio Bulungan ,68 Malinau ,96 Nunukan Tana Tidung ,23 Tarakan Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka

251 Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran konsumsi RT non pangan di Kabupaten Bulungan mencapai 45,68% di tahun Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di Kabupaten Malinau, yakni sebesar 48,96%. Kabupaten Tana Tidung menunjukkan angka lebih dari 50% pengeluaran rumah tangga dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan non pangan, yakni sebesar 51,23% Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 1. Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Indikator rasio panjang jalan per jumlah kendaraan merupakan salah satu indikator aksesibilitas daerah dalam fasilitas wilayah/infrastruktur. Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur bertujuan untuk menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaan (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar wilayah. Indikator ini didapatkan dari perbandingan antara jumlah panjang jalan dengan jumlah kendaraan. Tabel Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Uraian Panjang jalan seluruhny a (km) Jumlah kendaraan (unit) Kabupaten/ Kota Bulungan 840,52 857,21 932,80 960, ,6 8 Malinau 1.053, , , , , Nunukan 694,97 777,24 828,73 856,94 934,92 Tana Tidung 103,70 246,94 354,47 354,47 248,09 Tarakan 220,06 220,06 225,00 227,10 228,03 Kalimantan 2.913, , , , ,2 Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan

252 Uraian Kabupaten/ Kota Utara Rasio Bulungan 0,178 0,163 0,178 0,157 0,135 panjang Malinau 0,133 0,079 0,072 0,082 0,082 jalan per Nunukan 0,028 0,026 0,024 0,023 0,021 jumlah Tana Tidung kendaraan Tarakan 0,004 0,003 0,004 0,003 0,003 Kalimantan Utara 0,032 0,028 0,029 0,030 0,028 Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Jumlah kendaraan yang dimaksudkan dalam tabel di atas adalah jumlah sepeda motor, bis, mobil barang, dan mobil penumpang. Data Kabupaten Tana Tidung tidak dapat ditemukan, sehingga akan bias bila dihitung jumlah per data provinsi. Secara umum, jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara di Provinsi Kalimantan Utara memiliki kecenderungan meningkat dalam kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014, dengan perkembangan jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Provinsi Kalimantan Utara terdapat di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara internasional. Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan dapat dikatakan cukup signifikan dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,48 persen per tahun. Tabel Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang Pesawat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kab/Kota Uraian Tarakan Datang Pergi Transit TOTAL Bulungan Datang Pergi Transit TOTAL Malinau Datang Pergi Transit TOTAL Nunukan Datang Pergi Transit

253 Kab/Kota Uraian TOTAL Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Tabel Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Bandara Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kab/ Kota Uraian Tarakan Bongkar (kg) Muat (kg) TOTAL Bulungan Bongkar (kg) Muat (kg) TOTAL Malinau Bongkar (kg) Muat (kg) TOTAL Nunukan Bongkar (kg) Muat (kg) TOTAL Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Perkembangan jumlah arus lalu lintas barang di bandara baik di Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan meningkat. Bandara Juwata (Tarakan) memiliki rata-rata peningkatan jumlah arus lalu lintas barang sebesar 9,14 persen per tahun, sedangkan untuk di bandara Kabupaten Bulungan memiliki peningkatan sebesar 48,22 persen per tahun, dan bandara di Kabupaten Nunukan memiliki peningkatan sebesar 10,37 persen per tahun. Tabel Perkembangan Jumlah Lalu Lintas Penumpang di Dermaga Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Kab/Kota Uraian Bulungan Dermaga Naik Turun TOTAL Speed boat Malinau Pelabuhan Kelapis Naik Turun TOTAL

254 Kab/Kota Uraian Nunukan Agkt Laut (dlm) Naik Turun TOTAL Agkt Laut (luar) Naik Turun TOTAL KTT Dermaga Tideng Pale Naik Turun TOTAL ,0 Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam kurun waktu yang sama (tahun 2010 hingga tahun 2014) juga memiliki kecenderungan meningkat. Meskipun demikian, perkembangan yang disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya keterbatasan data yang diperoleh. Tabel Perkembangan Jumlah Arus Lalu Lintas Barang di Dermaga/Pelabuhan Menurut Kabupaten/Kota di Prov. Kalimantan Utara Tahun Kab/ Kota Uraian Bulungan Bongkar (ton) , , ,985 - Muat (ton) 681, , TOTAL , , ,985 - Malinau Bongkar (ton) Muat (ton) TOTAL KTT Bongkar (ton) Muat (ton) TOTAL Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun dengan Hasil Olahan Data yang diperoleh untuk indikator jumlah arus lalu lintas barang di dermaga/pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara sangat terbatas, hal ini dapat dilihat dari data yang tertulis pada tabel di atas, hanya terdapat data di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung. Data yang tersedia tersebut juga tidak memiliki data tahun yang lengkap, sehingga tidak dapat dilakukan analisis lebih mendalam

255 2. Persentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih Persentase rumah tangga pengguna air bersih menunjukkan indikator jumlah rumah tangga penguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara. Indikator ini dihitung dengan rumus jumlah rumah tangga pengguna air bersih dibandingkan dengan jumlah seluruh rumah tangga dan dikalikan 100. Data jumlah rumah tangga pengguna air bersih dilihat dari data banyaknya pelanggan perusahaan air minum (PDAM) khusus tipe rumah tangga. Data rumah tangga pengguna air bersih menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini

256 Tabel Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Indikator Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih Jumlah tangga rumah Persentase rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih (%) Persentase Rumah Tangga Pengguna air Kabupaten/Kota bersih (%) Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 20,17 20,72 20,32 15,43 15,02 Malinau 28,38 28,47 32,23 34,79 Nunukan 11,52 11,15 11,02 11,15 Tana Tidung 11,59 12,39 Tarakan 26,28 27,84 28,76 29,53 30,02 Kalimantan Utara 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2010, ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Diketahui bahwa Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan menjadi kabupaten dengan jumlah rumah tangga pengguna air bersih tertinggi, yaitu sebesar 35% dan 30% pada tahun 2014 dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Secara garis besar diketahui bahwa selama periode tahun , jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Bulungan masih di bawah 21%, sedangkan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung masih di bawah 13%. Jumlah rumah tangga pengguna air bersih di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ke tahun juga diketahui mengalami peningkatan. Jika dilihat, persentase jumlah rumah tangga pengguna air bersih terbanyak di Provinsi Kalimantan Utara terjadi pada tahun 2011 yang hampir mencapai angka 30% dan terendah terjadi pada tahun 2010 dengan 2 5 6

257 angka 20,80%. Hal ini tentunya pun berkaitan dengan jumlah kebutuhan air bersih masyarakat yang berubah-ubah setiap tahunnya. 3. Rasio Ketersediaan Daya Listrik Indikator rasio ketersediaan daya listrik merupakan hasil perbandingan antara jumlah daya listrik terpasang dengan jumlah kebutuhan listrik dan dikalikan 100. Jumlah kebutuhan dalam hal ini didapatkan dari data jumlah listrik terjual. Satuan daya listrik terpasang dan kebutuhan daya listrik disamakan kedalam MWH (Mega Watt Hour) untuk memudahkan pengolahan karena berbedanya satuan dari masingmasing kabupaten/kota. Data rasio ketersediaan daya listrik di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Indikator Daya listrik terpasang (MWH) Jumlah kebutuhan (MWH) Rasio ketersediaa n daya listrik Tabel Rasio Ketersediaan Daya Listrik Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Ko Rasio Ketersediaan Daya Listrik ta Bulungan 14,74 18,58 17,58 22,44 21,54 Malinau ,86 - Nunukan 16,00 15,00 20,00 24,00 34,00 Tana Tidung 1,24 1,19 2,43 3,35 3,10 Tarakan , , , , , Kalimantan , , , , ,6 Utara Bulungan 42313, , , , ,50 Malinau 21428, , , , ,00 Nunukan 41318, , , , ,00 Tana Tidung 1472, , , ,68 - Tarakan , , , , , Kalimantan , , , , ,5 Utara Bulungan 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 Malinau 0,05 Nunukan 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06 Tana Tidung 0,08 0,07 0,11 0,07 Tarakan 106,96 107,55 107,89 107,53 108,66 Kalimantan Utara 177,66 195,27 147,18 156,03 133,44 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka

258 5) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Daya listrik terpasang dan jumlah kebutuhan listrik diketahui terbanyak berada di Kota Tarakan. Kondisi kelistrikan di kota ini sehariharinya memang lebih stabil yang diketahui dari minimnya frekuensi pemadaman listrik di daerah ini dibandingkan 4 (empat) kabupaten lainnya. Suplai listrik ke 4 (empat) kabupaten lainnya di provinsi ini memang lebih sedikit dan dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga kondisi pemadaman listrik pun sering terjadi. Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota berkewajiban untuk mengaliri listrik hingga dapat diakses oleh masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. 4. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila kebutuhan tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah, maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk menyediakan kebutuhan listrik masyarakat yang tidak mampu dan juga sampai ke daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah salah satunya persentase rumah tangga yang menggunakan listrik

259 Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga dan dikalikan 100. Data jumlah rumah tangga pengguna listrik dilihat dari data banyaknya pelanggan listrik khusus tipe rumah tangga. Data persentase rumah tangga yang menggunakan listrik dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Persentase Rumah Tangga Pengguna yang Menggunakan Listrik Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Indikator Jumlah rumah tangga yang mengguna kan listrik Jumlah rumah tangga Persentase rumah tangga yang mengguna kan listrik Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kabupaten/Kota Listrik (%) Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 17,64 50,74 56,43 47,58 51,47 Malinau 29,88 34,36 50,05 72,42 Nunukan 24,22 36,82 42,13 48,63 Tana Tidung 15,21 16,44 Tarakan 68,42 73,53 74,07 73,69 69,92 Kalimantan Utara 39,59 70,18 64,26 56,70 61,06 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Secara garis besar, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan adalah daerah dengan persentase jumlah rumah tangga pengguna listrik terbanyak, yakni di atas 69% pada tahun Kabupaten Tana Tidung menjadi daerah dengan persentase rumah tangga pengguna listrik tersendah karena sampai tahun 2011 hanya mencapai 16,44%. Untuk 2 5 9

260 Kabupaten Nunukan, persentase nya diketahui cukup fluktuatif karena mengalami penurunan dan peningkatan selama kurun waktu 7 tahun tersebut, yakni dengan range 20-49%. Kabupaten Malinau sendiri memiliki persentase di atas 47% mulai dari 2011, namun untuk tahun sebelumnya masih di bawah 20%. Jika dilihat dari jumlah rumah tangga pengguna listrik, dapat diketahui bahwa memang Kota Tarakan menjadi daerah dengan jumlah rumah tangga pengguna listrik terbanyak dari tahun , yaitu sebanyak rumah tangga pada tahun 2010 dan mencapai rumah tangga pada tahun Kota Tarakan selalu mengalami peningkatan jumlah rumah tangga pengguna listrik dan sangat berbeda dengan 4 kabupaten lainnya yang selalu mengalami naik-turun. Jumlah rumah tangga pengguna listiknya pun sampai pada tahun 2014 tidak mencapai rumah tangga. Hal ini dapat dikaitkan dengan basis daerah ini yang menadi pusat perekonomian daerah dan selain itu pula memang kepadatan penduduk yang sangat tinggi di kota ini. Secara umum, dapat dilihat tren penurunan persentase rumah tangga yang menggunakan listrik, yaitu pada tahun 2011 ke 2012, yakni dari 70,18% menjadi 64,26% dan turun kembali menjadi 56,70% pada tahun Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2010 ke 2011 yaitu dari angka 39,59% menjadi 70,18%. Kondisinya pada tahun 2014 adalah sebesar 61,06%. Sebenarnya, jika dilihat dari jumlah rumah tangga pengguna listriknya, dari tahun ke tahun selama 7 tahun ini selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2010, jumlahnya adalah sebesar rumah tangga sampai akhirnya pada tahun 2014 diketahui mengalami peningkatan sampai dua kali lipat sehingga mencapai rumah tangga. Namun hal ini tidak dibarengi dengan konstannya jumlah rumah tangga total. 5. Persentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon 2 6 0

261 Indikator persentase penduduk yang menggunakan hp/telepon merupakan hasil perbandingan jumlah penduduk yang menggunakan hp/telepon dengan jumlah penduduk total dan dikalikan 100. Jumlah penduduk yang menggunakan hp/telepon dalam hal ini dilihat dari banyaknya pelanggan telepon dan jumlah pengguna fasilitas telkom. Secara umum dapat disebutkan bahwa persentase penduduk yang menggunakan hp/telepon di masing-masing kabupaten/kota maupun provinsi sangat rendah karena tidak mencapai angka 5% untuk provinsi dan 8% untuk kabupaten/kota. Hal ini sangat tidak masuk akal atau tidak logis jika dari seluruh jumlah penduduk, penggunaaan hp/telepon sangat minim, padahal saat ini hampir seluruh kebutuhan/keperluan setiap harinya pasti bersinggungan dengan penggunaan hp/telepon. Hal ini dapat disinyalir dapat terjadi salah satunya karena tidak adanya pendataan jumlah penggunaan hp/telepon oleh masing-masing penduduk sehingga tidak adanya database untuk indikator ini. Data persentase penduduk yang menggunakan hp/telepon di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Persentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Indikator Jumlah penduduk yang menggunaka n hp/telepon Jumlah penduduk Persentase penduduk yang menggunaka Kabupaten/Kota Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik (%) Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kalimantan Utara Bulungan 2,43 2,57 2,84 2,90 3,34 Malinau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Nunukan 2,63 2,69 3,99 3,15 Tana Tidung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,

262 Indikator n hp/telepon (%) Kabupaten/Kota Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik (%) Tarakan 0,00 0,00 7,17 6,57 6,15 Kalimantan Utara 1,24 1,28 3,25 4,11 3,81 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008, ) Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012, 2013, ) Kota Tarakan Dalam Angka 2015 Hasil Analisis, Fokus Iklim Berinvestasi 1. Angka Kriminalitas Masalah kriminalitas merupakan salah satu hambatan untuk peningkatan iklim investasi. Untuk itulah kondisi kota yang terkendali dari kekacauan kriminalitas akan dapat memberikan jaminan bagi keamanan investasi perlu ditumbuhkembangkan. Indikator ini digunakan sebagai langkah untuk melihat perkembangan angka kriminalitas yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Indikator angka kriminalitas yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan perkembangan yang cukup bervariasi antar kabupaten/kota. Kota Tarakan menunjukkan perkembangan yang cenderung berfluktuasi cukup tinggi. Tabel Angka Kriminalitas Tahun Provinsi kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan n/a n/a 243 Malinau n/a n/a n/a Nunukan Tana Tidung n/a n/a n/a Tarakan n/a n/a 432 Kalimantan Utara n/a n/a 213 Sumber: 1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2010, 2011,2012 2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun ) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun ) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun ) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2012, ) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun

263 Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya angka kriminalitas di Kota Tarakan paling tinggi. Hal ini dapat dipahami mengingat Kota Tarakan merupakan kawasan perkotaan dan sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pelayanan publik yang cukup lengkap yang mengundang orang untuk melakukan migrasi masuk. Akan tetapi pada umumnya tidak semua tenaga kerja yang masuk dapat terserap selain karena lapangan kerja yang terbatas juga karena rendahnya ketrampilan sehingga tidak dapat bersaing di pasar kerja. Kondisi ini seringkali menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas. Seperti halnya kawasan perkotaan lainnya, pada umumnya tingkat kriminalitas cenderung tinggi dibandingkan kawasan yang masih bersifat pedesaan. Angka kriminalitas Kabupaten Bulungan cenderung tinggi namun hanya bersifat sementara yang terlihat ada kecenderungan penurunan pada tahun 2010 sampai Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan kenaikan jumlah angka kriminalitas telihat pada tahun 2010 sampai Kabupaten Malinau jumlah angka kriminalitas cenderung fluktuatif namun lebih sedikit dibandingkan Kota Tarakan. Khusus untuk Kabupaten Tana Tidung memiliki jumlah paling rendah bahkan pada tahun 2011 dan 2012 tidak ada sama sekali angka kriminalitas yang terjadi. 2. Jumlah Demonstrasi Demonstrasi atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang dihadapan umum. Di satu sisi unjuk rasa merupakan sebuah fenomena geliat dan dinamika kesadaran masyarakat untuk berpolitik, namun di sisi lain demonstrasi menjadi sebuah aktivitas yang menimbulkan gangguan baik kecil maupun besar terhadap rutinitas masyarakat yang berada di lingkungan tersebut. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula 2 6 3

264 dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politis oleh kepentingan kelompok. Tabel Jumlah Demo Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan 7 n/a n/a 7 Malinau 2 n/a n/a 4 Nunukan 20 n/a n/a 12 Tana Tidung n/a n/a n/a 0 Tarakan 13 n/a n/a 13 Kalimantan Utara n/a n/a n/a 36 Sumber: 2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun ) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun ) Profil Kabupaten NunukanTahun 2013 Indikator ini digunakan sebagai langkah untuk melihat perkembangan jumlah demo dalam satu tahun yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Utara. Informasi yang menjelaskan jumlah demo hanya terlihat di empat kabupaten/kota. Jumlah demo di Kabupaten Nunukan cukup berfluktuasi, terlihat dari data tahun 2010, 2011, dan Kabupaten Malinau mengalami kencenderungan menurun terlihat pada tahun 2011 dan Sementara Kota Tarakan dan Kabupaten Bulungan tidak dapat diamati kecenderungan perkembangannya karena hanya tersedia data tahun Khusus Kabupaten Tana Tidung tidak dapat diamati perkembangannya karena tidak ada informasi yang tersedia. Berdasarkan informasi dari beberapa narasumber yang ada, demo yang terjadi selama ini disebabkan oleh isu masalah ekonomi. 3. Perizinan Perizinan merupakan sebuah instrumen penting dalam menumbuhkembangkan iklim investasi yang kondusif. Secara umum, lama proses pelayanan perizinan merupakan salah satu hal yang dapat mengha mbat atau mendorong investasi. Lama proses perizinan 2 6 4

265 merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perizinan (dalam hari). Jenis perizinan yang dianalisis dalam indikator ini diantaranya: 1. IMB : Izin Mendirikan Bangunan 2. SIUP : Surat Izin Usaha Perdagangan 3. TDP : Tanda Daftar Perusahaan 4. IUI : Izin Usaha Industri 5. TDI : Tanda Daftar Industri 6. HO : Izin Gangguan Indikator lama proses perizinan dilihat dari waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perizinan dalam satuan hari. Karena Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang baru saja dibentuk pada tahun 2013, maka belum ada standar pelayanan minimal dalam pelayanan perizinan skala provinsi. Oleh karena itu, kemudahan perizinan dilihat per kabupaten/kota yang ada di dalam provinsi tersebut. Pada tahun 2013, lama waktu proses pembuatan izin di Kota Tarakan rata-rata membutuhkan waktu 9 (sembilan) hari. Dari keseluruhan izin yang dikeluarkan, Izin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Izin Mendirikan Bangunan merupakan jenis perizinan yang membutuhkan waktu paling lama yaitu 12 (dua belas) hari kerja. Sedangkan untuk Kabupaten Bulungan, pada tahun 2012 rata-rata lama perizinan yang dikeluarkan adalah 4 (empat) hari dengan Izin Usaha yang membutuhkan waktu paling lama yaitu selama 9 (sembilan) hari. No Tabel Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan Tahun 2013 di Kota Tarakan Uraian Lama Mengurus (Hari) Jumlah Persyaratan (dokumen) Biaya Resm i 1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) a. Izin usaha rekreasi dan hiburan umum 7 10 Gratis b. Izin rumah makan/restoran 5 7 Gratis c. Izin Usaha Hotel 7 8 Gratis 2 6 5

266 No Uraian Lama Mengurus (Hari) Jumlah Persyaratan (dokumen) Biaya Resm i 3 Izin Usaha Industri (IUI) Gratis 4 Tanda Daftar Industri (TDI) Gratis 5 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Gratis 6 Izin Gangguan (HO) 10 8 Gratis 7 Pendaftaran PMDA 3 5 Gratis Sumber: 1) Standar Pelayanan Minimal, 2) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Tarakan tahun 2014 No Tabel Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan Tahun 2012 Kabupaten Bulungan Uraian Lama Mengurus (Hari) Jumlah Persyaratan (dokumen) Biaya Resmi 1 Izin Prinsip 3 3 Gratis 2 Izin Usaha 7 7 Gratis 3 Izin Prinsip Perluasan 3 9 Gratis 4 Izin Usaha Perluasan 3 5 Gratis Sumber: 1) Dokumen dan Peluang Investasi Kabupaten Bulungan, 2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Bulungan Tahun Persentase Desa Berstatus Swasembada terhadap Total Desa Indikator persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa tidak dapat diamati karena hasil perhitungan dari data yang tersedia kurang relevan digunakan sebagai sumber informasi. Informasi yang digunakan yakni jumlah desa/kelurahan yang memiliki status berswasembada. Kabupaten Bulungan memiliki jumlah desa/kelurahan berswasembada yang cenderung stabil terlihat pada tahun 2010, 2011, dan Kabupaten Malinau memiliki jumlah desa berstatus swasembada paling banyak dan kecenderungannya berfluktuasi. Kabupaten Nunukan memiliki jumlah desa berstatus swasembada dengan perkembangan yang cenderung stabil terlihat pada tahun 2011 dan Di Kabupaten Tana Tidung jumlah desa berswasembada paling sedikit dan dengan jumlah yang tetap yakni tiga pada tahun 2010 sampai Di Kota Tarakan angka yang terlihat menunjukkan perkembangan 2 6 6

267 yang tetap pada tahun 2011 dan Dari keseluruhan Provinsi Kalimantan Utara terlihat rata-rata dari lima kabupaten/kota yang memiliki desa/kelurahan dengan status swasembada cenderung menurun terlihat pada tahun 2011 dibandingkan dengan Tabel Jumlah Desa/Kelurahan Berswasembada Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan n/a n/a Malinau n/a 6 6 Nunukan n/a n/a Tana Tidung n/a 0 0 Tarakan n/a 20 n/a n/a Kalimantan Utara n/a 119 n/a n/a Sumber: 1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun ) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2010, ) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun ) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, ) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2012, ) Database Pembangunan Kabupaten Malinau Tahun Fokus Sumber Daya Manusia Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini disebabkan karena manusia merupakan tokoh utama yang berperan sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan. Oleh karena itu, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kualitas sumber daya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumber daya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja 2 6 7

268 dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban ketergantungan penduduk. a. Kualitas Pendidikan Penduduk (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Masyarakat merupakan obyek dan subyek pembangunan. Dalam pembahasan indikator rasio lulusan S1/S2/S3, masyarakat ditempatkan sebagai subyek pembangunan. Masyarakat sebagai subyek dapat menjadi beban ataupun potensi pembangunan tergantung kualitas SDM yang ada. Semakin tinggi rasio lulusan perguruan tinggi menunjukkan daerah tersebut mempunyai potensi sumber daya manusia yang berkualitas untuk menggerakkan roda pembangunan. Ketersediaan kualitas SDM yang tinggi membuat daerah mempunyai daya saing di sektor SDM. Era modern ini menuntut ketersediaan SDM yang tidak hanya memiliki kuantitas yang besar, namun juga dengan kualitasnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3. Rasio lulusan S1/S2/S3 ini dihitung dengan rumus formula jumlah lulusan S1/S2/S3 dibagi dengan jumlah penduduk dan dikalikan dengan Rasio lulusan S1/S2/S3 masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara sangat fluktuatif. Dari tahun 2010, rasio lulusan S1/S2/S3 berada pada angka 82,57 sampai akhirnya menurun pada tahun 2011 menjadi 59,67 dan kemudian mengalami peningkatan hingga 149,01 pada tahun 2012 dan 156,16 pada tahun Untuk Kabupaten Bulungan dan Malinau, dari data yang tersedia diketahui bahwa rasionya selalu mengalami peningkatan, dan rasio terbesar berada 2 6 8

269 di Kabupaten Tana Tidung yang mencapai angka 1068,94 pada tahun Jika dibandingkan antara persentase lulusan S1/S2/S3 kabupaten/kota dengan provinsi dari data yang tersedia, diketahui bahwa keseluruhan kabupaten/kota sudah berada di atas capaian Provinsi Kalimantan Utara. Tabel di bawah ini menunjukkan rasio lulusan S1/S2/S3 menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tahun Tabel Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rasio Lulusan S1/S2/S Bulungan 404,15 436,07 Malinau 453,87 521,89 543,50 549,36 Nunukan Tana Tidung 1068,94 Tarakan Kalimantan Utara 82,57 59,67 149,01 156,16 Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Kabupeten Bulungan Dalam Angka ) Kabupaten Malinau Dalam Angka ) Kabupaten Nunukan Dalam Angla ) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) Kota Tarakan Dalam Angka ) Hasil Analisis, 2016 Ketersediaan SDM yang berkualitas mutlak diperlukan oleh Provinsi Kalimantan Utara untuk mengolah potensi sumber daya alam yang melimpah. Provinsi Kalimantan Utara yang terkenal dengan sawit, minyak bumi, dan gas sangat membutuhkan SDM berkualitas untuk mengolahnya. Apabila SDM di provinsi ini belum memiliki kualitas, maka akan kalah bersaing dengan daerah lain. Hal ini mengakibatkan sumber daya alam hanya akan dinikmati orang lain, sementara masyarakat hanya menjadi penonton di rumah sendiri. Pemerintah daerah harus mempunyai program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM di provinsi ini, seperti salah satunya dengan memberikan beasiswa hingga perguruan tinggi ataupun bentuk subsidi lainnya 2 6 9

270 sehingga memudahkan anak sekolah dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi

271 b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin tinggi pula beban yang ditanggung, begitu pula sebaliknya. Indikator ini dihitung dengan rumus formula jumlah penduduk usia tidak produktif (usia <15 tahun + usia >64 tahun) dibagi jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64) dan dikalikan 100. Tabel di bawah ini menunjukkan rasio ketergantungan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara tahun dan Tahun Tabel Rasio Ketergantungan Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Rasio Ketergantungan (%) Bulungan 56,00 56,32 44,60 Malinau 57,95 57,61 58,78 Nunukan 55,04 55,04 55,04 Tana Tidung 50,37 50,37 Tarakan 54,06 52,37 61,20 Kalimantan Utara 55,22 54,42 54,53 52,15 Sumber: 1) LPPD dan Kabupaten Malinau Dalam Angka ) LPPD dan Kabupaten Bulungan Dalam Angka ) LPPD dan Kabupaten Nunukan Dalam Angka ) LPPD dan Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka ) LPPD dan Kota Tarakan Dalam Angka ) BPS RI, 2017 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar kabupaten/kota memiliki rasio ketergantungan dalam tingkat sedang dan tinggi. Hal ini dapat dikatakan karena secara umum dapat dilihat bahwa rasio ketergantungan masing-masing kabupaten/kota selama tahun ini rata-rata di atas 50%. Ini menandakan bahwa beban usia produktif masih cukup tinggi sehingga dimungkinkan akan mengganggu kinerja pembangunan daerah dan mengakibatkan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Rasio ketergantungan Provinsi Kalimantan Utara secara umum dapat diketahui cukup besar dari tahun karena memiliki rasio 2 7 1

272 di atas 50%. Kondisi ini sedikit menurun pada Tahun 2015 menjadi 52,15%. Dalam hal ini, pemerintah daerah diharapkan dapat mengendalikan angka ini karena rasio ketergantungan yang rendah dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi daerah/provinsi karena dapat mengurangi beban kerja usia produktif Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD Evaluasi merupakan satu tahapan penting dalam pembangunan daerah. Evaluasi ini menggunakan hasil evaluasi RKPD Tahun Hasil evaluasi pelaksanaan tahun lalu digunakan untuk melihat sejauh mana pencapaian program dan kegiatan serta faktor-faktor apa saja yang menghambat atau mendorong capaian program/kegiatan. Hasil evaluasi RKPD tahun lalu memberikan gambaran kinerja masing-masing program dan kegiatan seluruh perangkat daerah. Data tersebut menyajikan realisasi capaian target kinerja keluaran kegiatan yang dilaksanakan oleh peangkat daerah sepanjang Tahun Informasi ini menjadi bahan pertimbangan arah kebijakan, misalnya bidang-bidang urusan pemerintahan apa saja yang perlu dipacuper kembangannya dan yang perlu dipertahankan kinerjanya. Mengingat RPJMD Provinsi Kalimantan Utara memiliki periode perencanaan pembangunan mulai Tahun 2017 sampai dengan 2021, maka tahun pertama perencanaan selama 5 (lima) tahun adalah Tahun Hal ini berarti, kinerja tahun-tahun sebelumnya tidak perlu disajikan pada bab ini sebab tidak termasuk dalam periodesasi RPJMD. Berdasarkan data hasil evaluasi Tahun 2017, diketahui bahwa ratarata kinerja seluruh program perangkat daerah adalah 95,61 persen dengan predikat Sangat Tinggi (ST). Sedangkan rata-rata realisasi anggaran seluruh program perangkat daerah pada Tahun 2017 adalah 78,14 persen atau dengan predikat Tinggi (T)

273 NO Tabel Evaluasi Hasil Pelaksanaan Perencanaan Daerah Tahun 2017 PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM Provinsi Kalimantan Utara RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 89,36 T 81,83 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 97,04 ST 90,14 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 95,74 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 18,00 SR 24,05 SR 4 Program Pengembangan Nilai Budaya 100,00 ST 82,73 T 5 Program Pengelolaan Kekayaan Budaya 100,00 SR 96,21 ST 6 Program Pendidikan Menengah Umum 100,00 ST 81,47 T 7 Program Pengelolaan Keragaman Budaya 100,00 ST 93,69 ST 8 Program Pendidikan Luar Biasa 100,00 ST 90,60 ST 2 Dinas Kesehatan 82,36 T 53,24 R 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 86,27 T 66,55 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 90,71 ST 68,19 S 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 33,35 SR 30,9 SR 4 Program obat dan perbekalan kesehatan 72,22 S 54,10 R 5 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 76,61 T 62,23 S 6 Program Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat 100,00 ST 47,73 SR 7 Program Perbaikan Gizi Masyarakat 91,79 ST 76,82 T 2 7 3

274 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 8 Program Pengembangan Lingkungan sehat 100,00 ST 46,23 SR 9 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular 100,00 ST 74,56 S 10 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 91,52 ST 63,73 S 11 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin 50,00 SR 21,61 SR 12 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita 66,67 S 10,81 SR 13 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia 100,00 ST 64,94 R 14 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak 93,80 ST 36,31 SR 3 RSUD Tarakan Kalimantan Utara 97,50 ST 94,6 ST 4 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 95,00 ST 90,35 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 95,3 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur 98,80 ST 98,8 ST 4 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 90,00 T 87,5 T 5 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan 100,00 ST 94,4 ST 6 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit / Jiwa / Rumah Sakit Paru - paru / Ramah Sakit Mata Program pemeliharaan sarana dan prasarana RS/ RS jiwa/ RS 7 paru-paru/ RS mata Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman 100,00 ST 98,5 ST 98,67 ST 97,32 ST 99,59 ST 84,85 T 1 Program Administrasi perkantoran 94,70 ST 71,78 S 2 Prorgram peningkatan saranan dan prasarana aparatur 98,31 ST 80,81 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 97,47 ST 2 7 4

275 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 4 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 125,00 ST 97,18 ST 5 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 100,00 ST 77,51 T 6 Program Pengembangan Perumahan 100,00 ST 93,71 ST 7 Program Lingkungan Sehat Perumahan 100,00 ST 96,371 ST 8 Program Perencanaan Tata Ruang 116,63 ST 49,63 SR 9 Program Pemanfaatan Ruang 100,00 ST 74,51 S 10 Program Ruang Terbuka Hijau 100,00 ST 33,2 SR 11 Program Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan 100,00 ST 93,14 ST 12 Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan Program Pengelolaan areal pemakaman 100,00 ST 92,74 ST Program Pembangunan Sistem informasi / data base jalan dan jembatan 15 Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan 100,00 ST 99,59 ST 16 Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong 112,50 ST 96,71 ST Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa 17 dan Jaringan Pengairan Lainnya 65,000 R 94,96 ST Program Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber daya Air Lainnya Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah 100,00 ST 89,78 T 78,44 T 99,29 ST 20 Program Pengendalian Banjir 100,00 ST 85,49 T 21 Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi 100,00 ST 77,56 T 2 7 5

276 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 22 Program Penyusunan Program dan Monitoring Kegiatan Ke-PU-an 100,00 ST 95,42 ST 23 Program Penyelenggara Jasa Konstruksi 100,00 ST 93,36 ST 24 Program Penelitian Dan Pengembangan Jasa Konstruksi 100,00 ST 93,36 ST 25 Program Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Jasa Konstruksi 100,00 ST 62,86 R 5 Satuan Polisi Pamong Praja 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 96,59 ST 77,08 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 95,00 ST 87,44 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 52,93 R 4 Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal 91,50 ST 71,61 S 5 Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan 73,70 S 63,47 R 6 Program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (Pekat) 100,00 ST 55,01 R 7 Program Pemahaman Tertib Hukum dan Regulasi 100,00 ST 96,62 ST 6 Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik 99,88 ST 84,23 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 87,95 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 100,00 ST 75,73 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 95,45 ST 4 Program Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan 100,00 ST 82,41 T 5 Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan 100,00 ST 73,04 S 6 Program pengembangan wawasan kebangsaan 100,00 ST 72,99 S 7 Program Kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan 100,00 ST 90,28 T 2 7 6

277 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 8 Program Pendidikan Politik Masyarakat 100,00 ST 96,03 ST 7 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 99,91 ST 92,62 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 99,73 ST 90,82 ST 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur 100,00 ST 97,03 ST Program Pencegahan Dini dan Penaggulangan Korban Bencana 100,00 ST 90,01 T 4 Daerah 8 Dinas Sosial 80,05 T 48,04 SR 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 92,61 ST 62,33 R 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 100,00 ST 99,04 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 23,81 SR 11,32 SR Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) 100,00 ST 70,40 S 4 Lainnya 5 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesaejahteraan Sosial 70,13 S 38,19 SR 6 Program Pembinaan para Penyandang Cacat dan trauma 0 7,39 SR 7 Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 93,75 ST 47,63 SR 9 Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 95,81 ST 72,37 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 95,62 ST 67,58 S 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 100,00 ST 86,66 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 75,00 ST 30,58 SR 4 Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja 100,00 ST 84,39 T 2 7 7

278 NO 10 PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 5 Program Peningkatan Kesempatan Kerja 100,00 ST 87,47 T Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga 87,50 ST 88,58 T 6 Ketenagakerjaan 7 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi 108,33 ST 72,14 S 8 Program Transmigrasi Lokal 100,00 ST 70,86 S 9 Program Percepatan Transmigrasi Pola Khusus 0,00 ST 63,07 S Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian 98,05 ST 84,32 T Penduduk dan Keluarga Berencana 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,27 ST 83,26 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 98,57 ST 50,60 R 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 93,18 ST 4 Program Keluarga Berencana 100,00 ST 88,69 T Program penguatan kelembagaan Pengarustamaan Gender dan 97,64 ST 92,00 ST 5 Anak Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam 6 pembangunan 100,00 ST 98,18 ST 11 Dinas Lingkungan Hidup 98,73 ST 90,5 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,28 ST 75,82 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 86,36 T 3 Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur 100,00 ST 91,74 ST Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 100,00 ST 75,84 T

279 NO 5 PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM Program pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkugan hidup RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 87,06 T 96,39 ST 6 Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam 100,00 ST 94,41 ST 7 Program Peningkatan Kualitas dan akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup 100,00 ST 91,18 ST 8 Program Pengembangan Kapasitas pengelolaan lingkungan hidup 100,00 ST 98,75 ST 9 Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper) Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup 100,00 ST 98,56 ST 10 Program Inventarisasi Emisi dan Gas Rumah Kaca 100,00 ST 95,99 SR 12 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 100,00 ST 90,37 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 80,26 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 97,74 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 99,18 ST 4 Program Penataan Administrasi Kependudukan 100,00 ST 84,30 T 13 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 90,00 T 80,51 T Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 74,88 S Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 98,39 ST Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur 40,00 SR 51,18 R Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 0,00 0,

280 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori Program Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun 5 desa 100,00 ST 86,28 T 6 Program Peningkatan Kapasitasi aparatur pemerintah desa 100,00 ST 87,95 T 7 Program Pelatihan aparatur pemerintah desa dalam bidang manajemen pemerintah 100,00 ST 84,37 T 14 Dinas Perhubungan 98,75 ST 86,35 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 76,92 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 100,00 ST 84,93 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 95,96 ST 4 Program Peningkatan Pengembangan sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 100,00 ST 97,28 ST 5 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitasi Perhubungan 100,00 ST 72,96 S 6 Program Peningkatan Pelayanan angkutan 90,00 T 76,20 R 7 Program Pembagunan Sarana da Prasarana Perhubungan 100,00 ST 98,55 ST 8 Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu lintas 100,00 ST 88,04 T 15 Dinas Komunikasi dan Informatika 98,15 ST 72,59 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 99,12 ST 69,50 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 99,5 ST 83,78 T 3 Program Peningkatan Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 78,31 T 4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 0,00 0,00 5 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa 87,5 T 67,26 S 2 8 0

281 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 6 Program Kerjasama Informasi dengan Mass Media 97,22 ST 82,66 T 7 Penyusunan Sistem Informasi Terhadap Layanan Publik 100,00 ST 83,86 T 8 Program Peningkatan Layanan Pengadaan 100,00 ST 56,75 R 9 Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 100,00 ST 55,14 R 10 Program Persandian Untuk Pengamanan Informasi 100,00 ST 76,03 T 16 Dinas Penanaman Modal Dan Pelayan Terpadu Satu Pintu 76,74 ST 77,30 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 57,96 ST 68,28 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 99,60 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 76,00 T 83,98 T 4 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 80,31 T 75,90 T 5 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi 69,44 S 58,75 R 17 Dinas Kepemudaan dan Olahraga 99,82 ST 89,38 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 99,29 ST 85,05 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 99,00 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 97,09 ST 4 Program Pembinaan dan Pemasyarakanan Olahraga 100,00 ST 76,40 T 18 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 95,73 ST 90,94 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 96,34 ST 93,04 ST 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 86,67 T 80,29 T 3 Program Peningkatan Kapasitas sumber daya Aparatur 100,00 ST 89,17 T Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan 95,67 ST 92,48 ST 4 Perpustakaan 2 8 1

282 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 5 Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah 100,00 ST 96,45 ST 6 Program peningkatan kualitas pelayanan informasi 100,00 ST 92,46 ST 19 Dinas Kelautan Dan Perikanan 97,20 ST 93,54 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 85,93 T 86,75 ST 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 95,09 ST 3 Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 100,00 ST 99,33 ST 4 Program Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumberdaya laut 100,00 ST 94,94 ST 5 Program pengembangan budidaya perikanan 100,00 ST 88,60 ST 6 Program pengembangan perikanan tangkap 100,00 ST 98,67 ST Program Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi 7 perikanan 91,67 ST 87,18 T Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air 8 tawar 100,00 ST 97,77 ST 20 Dinas Pariwisata 95,45 ST 90,53 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,58 ST 87,53 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 82,69 T 87,43 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 98,73 ST 4 Program pengembangan pemasaran pariwisata 100,00 ST 79,22 T 5 Program pengembangan destinasi pariwisata 100,00 ST 99,75 ST 21 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 78,65 T 74,31 R 2 8 2

283 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,61 ST 82,92 T 2 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 92,35 ST 3 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 100,00 ST 82,51 T 4 Program Peningkatan Ketahanan pangan ( pertanian/perkebunan ) 100,00 ST 97,39 ST 5 Program Peningkatan Penerapan Teknologi pertanian/perkebunan 80,00 ST 78,59 T 6 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 94,44 ST 64,87 R 7 Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan 93,33 ST 76,47 T 8 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak 69,38 S 97,39 ST 9 Program Peningkatan produksi hasil Peternakan 33,33 SR 49,10 SR 10 Promosi atas hasil produksi peternakan unggul daerah 100,00 ST 95,86 ST 22 Dinas Kehutanan 88,72 T 67,11 R 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 98,46 ST 74,19 S 2 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur 100,00 ST 94,43 ST 3 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 87,53 T Program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan (Social 100,00 ST 81,87 T 4 Forestry) 5 Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan 100,00 ST 93,39 ST 6 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan 100,00 ST 78,71 T 7 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 100,00 ST 88,02 T 8 Program Pembinaan dan Penerbitan Industri Hasil Hutan 0,00 0,00 9 Program Perencanaan Pengembangan Kawasan Hutan Adat 100,00 ST 68,44 S 10 Program perencanaan pembangunan dan Informasi Kehutanan 0,00 0,

284 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 11 Program Pengelolaan DAS 100,00 ST 31,87 SR 23 Dinas Energi Dan Sumberdaya Mineral 92,09 ST 83,72 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 73,09 S 78,93 T 2 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 96,25 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 50,99 R 4 Program Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pertambangan 80,38 T 89,88 T 5 Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan 100,00 ST 93,82 ST 6 Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan 99,07 ST 92,46 ST 24 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dan UMKM 87,48 T 72,80 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,76 ST 85,76 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 91,67 ST 82,89 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 51,35 R 4 Program Perlindungan konsumen dan pengamanan perdangangan 71,67 S 93,58 ST Program Pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan kompetitif 100,00 ST 79,68 T 5 Usaha Kecil menengah 6 Program peningkatan kemampuan teknologi industri 100,00 ST 97,29 ST 7 Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor 80,00 T 49,88 SR 8 Program pengembangan sistem pendukung bagi usaha mikro kecil menengah 50,00 SR 72,27 S 9 Program Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 100,00 ST 95,23 ST 10 Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi 86,67 T 99,74 ST 2 8 4

285 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 25 Sekretariat DPRD 70,97 S 69,63 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 79,87 T 81,32 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 68,57 S 66,81 S 3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 70,11 S 70,11 S 4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 66,32 S 66,32 S 5 Program peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah 70,00 S 63,59 R 26 Setda: 26.1 Biro Pemerintahan Umum 92,83 ST 78,65 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 100,00 ST 77,08 T 2 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100,00 ST 87,42 T 3 Program Penataan penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah 100,00 ST 92,78 ST 4 Program pengembangan sistem informasi pertanahan 100,00 ST 95,53 ST 5 Program Penataan Daerah Otonomi Baru 100,00 ST 88,95 T 6 Program Peningkatan Manajemen Penyelenggaraan Pemerintahan 57,00 ST 30,14 SR 26.2 Biro Kesejahteran Rakyat 91,84 ST 66,44 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 96,17 ST 76,08 T 2 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 85,00 T 65,83 S Program Peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian 3 kinerja dan keuangan 50,00 SR 9,78 SR 2 8 5

286 NO 4 PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori Program Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil kepala daerah 90,00 T 68,64 S 5 Program pembinaan dan pemasyarakatan Olahraga 70,00 S 57,04 R 6 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 82,81 T 65,23 R 7 Program Peningkatan Peran serta Kepemudaan 85,71 T 57,26 R 8 Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial 75,00 S 57,53 R 9 Program Peningkatan Pelayanan dan Koordinasi Bidang Kesehatan dan Penanggulangan Narkoba 100,00 ST 74,16 S 26.3 Biro Perekonomian 96,25 ST 55,87 R 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,01 ST 73,94 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 125,00 ST 37,17 SR 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 80,00 T 38,97 SR Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian 4 Kinerja dan Keuangan 86,01 T 73,38 S 26.4 Biro Pembangunan 128 ST 79,13 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 90,02 T 83,91 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 122,50 ST 71,98 ST 3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 0 0,00 4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 147,50 ST 74,52 S 5 Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100,00 ST 88,23 T 6 Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah 180,00 ST 77,02 T 2 8 6

287 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 26.5 Biro Pegelolaan Perbatasan Negara 82,93 T 90,77 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 71,33 S 89,32 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 94,16 ST Program Pembantuan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi 50,00 SR 99,17 ST 3 Perbatasan 4 Program Kebijakan Pengelolaan Kawasan Perbatasan 100,00 ST 80,20 T 5 Program Penguatan Batas Wilayah Negara Kawasan Perbatasan 93,33 ST 91,01 ST 26.6 Biro Umum Dan 88,64 T 67,42 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 91,52 ST 66,28 S 2 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 75,00 S 71,39 S 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 66,67 S 58,00 R Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan 100,00 ST 91,08 ST 4 Daerah 5 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 98,64 ST 58,31 R Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/ Wakil 6 Kepala Daerah 100,00 ST 59,47 R 26.7 Biro Organisasi 95,10 ST 81,01 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 95,62 ST 79,19 T 2 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 50,27 SR 3 4 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan Daerah Program penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pelayanan publik 100,00 ST 96,11 ST 100,00 ST 87,25 T 2 8 7

288 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 5 Program peningkatan standar layanan prima 100,00 ST 81,36 T 6 Program Tata Kelola Reformasi dan Tata Kelola Pemerintah 75,00 S 91,91 ST 26.8 Biro Humas dan Protokol 96,60 ST 88,42 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 91,23 ST 92,57 ST 2 Program Peningkatan disiplin Aparatur 100,00 ST 99,41 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas sumber daya Aparatur 85,00 T 84,66 T 4 Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa 100,00 ST 99,98 ST Program Peningkatan Pelayanan kedinasan kepala daerah/wakil 100,00 ST 99,47 ST 5 kepala daerah 6 Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 100,00 ST 71,14 S 7 Program Kegiatan Keprotokolan 100,00 ST 71,71 S 26.9 Biro Hukum 178,29 ST 79,20 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 198,40 ST 84,76 T 2 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 240,00 ST 88,01 T 3 Program penataan perundang-undangan 241,43 ST 92,24 ST 4 Program Peningkatan Kelompok Masyarakat Sadar Hukum 33,33 SR 51,80 R 27 Inspektorat 97,62 ST 74,92 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 97,79 ST 78,61 T 2 Program peningkatan sarana dan prasarana Apartur 93,75 ST 89,40 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 80,07 T 73,15 S Program Peningkatan Sistem pengawasan internal dan 4 pengendalian pelaksanaan kebijakan 107,04 ST 74,93 S 2 8 8

289 NO 5 PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori Program Peningkatan profesinalisme tenaga pemeriksaan dan aparatur pengawasan 81,82 T 78,55 T Program Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah 6 (SPIP) Dilingkungan Pemerintah Provinsi kalimantan Utara 84,00 T 71,85 S Program Pengawasan dalam rangka peningkatan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD/Unit Kerja lingkup 138,9 ST 57,94 R 7 Pemerintah Pemerintah 28 Badan Penghubung Prov. Kaltara 81,88 T 59,79 R 29 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 86,18 T 67,54 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 87,5 T 55,98 R 3 Program Peningkatan disiplin aparatur 0 0,00 4 Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 53,85 R 44,55 SR 5 Program Peningkatan Manajemen Kerja 100,00 ST 71,05 S 6 Program Informasi Pembangunan, Potensi dan Peluang Investasi 0 0 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian 94,24 ST 62,82 R Pengembangan 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 92,37 ST 71,24 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 72,22 S 60,79 R 3 Program peningkatan disiplin aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur 100,00 ST 93,52 ST 5 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 100,00 ST 42,12 SR 6 Program pengembangan data/informasi 100,00 ST 78,96 T 2 8 9

290 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 7 Program Kerjasama Pembangunan 100,00 ST 79,67 T 8 Program perencanaan pembangunan Daerah 89,72 T 61,86 R 9 Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi 100,00 ST 82,05 T 10 Program perencanaan sosial dan budaya 100,00 ST 79,00 T 11 Program perencanaan prasarana wilayah dan sumberdaya alam 100,00 ST 54,69 R 12 Program Pengendalian Pembangunan 100,00 ST 23,34 SR 13 Program Pembangunan Infrastruktur Simpul Jaringan 95,00 ST 56,29 R 14 Program Pengembangan Data Spasial 70,00 S 59,47 R 15 Program Penelitian dan Pengembangan Pembangunan 100,00 ST 36,48 SR 30 Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 68,89 S 51,62 R 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 84,76 T 65,65 S 2 Program Peningkatan sarana dan prasarana Aparatur 100,00 ST 68,85 S 3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur 100,00 ST 99,66 ST 4 Program Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur 10,00 SR 24,01 SR 5 Program Peningkatan Pengembangan Sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100,00 ST 80,59 T Program Peningkatan dan Pengembangan pengelolaan keuangan 6 daerah 87,50 T 54,52 R 7 Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan 100,00 ST 67,71 S 31 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah 87,70 T 71,40 S 1 Pelayanan Administrasi Perkantoran 89,03 T 65,32 R 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 96,59 ST 2 9 0

291 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 3 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 42,22 SR 34,46 SR 4 5 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja & Keuangan Program Peningkatan & Pengembangan Pendapatan Pajak dan Retribusi daerah 94,95 ST 88,51 T 100,00 ST 59,68 R 6 Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi 100,00 ST 83,84 T 31.1 Kab. Bulungan 84,30 T 79,55 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 82,27 T 82,10 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 97,78 ST 91,66 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia 57,14 R 49,50 SR Program Peningkatan & Pengembangan Pengelolaan Keuangan 4 Daerah 100,00 ST 94,95 ST 31.2 Kab. Nunukan 95,87 ST 93,24 ST 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 93,46 ST 87,88 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 90,00 T 98,81 ST 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 89,53 T Program Peningkatan & Pengembangan Pengelolaan Keuangan 100,00 ST 96,71 T 4 Daerah 31.3 Kab.Malinau 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia 4 Program Peningkatan & Pengembangan Pengelolaan Keuangan 2 9 1

292 NO Daerah PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 31.4 Kab. KTT 93,55 ST 87,70 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 94,19 ST 93,76 ST 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 83,40 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia 80,00 T 74,58 S Program Peningkatan an Pengembangan Pengelola Keuangan 4 Daerah 100,00 ST 99,06 ST 31.5 Kota Tarakan 87,38 T 79,19 T 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 87,13 81,90 T 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 75,00 S 72,02 S 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia 0,00 0,00 Program Peningkatan & Pengembangan Pengelolaan Keuangan 4 Daerah 100,00 ST 80,69 T 32 Badan Kepegawaian Daerah 98,04 ST 71,15 S 1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 103,91 ST 69,25 S 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 80,59 T 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 96,00 ST 57,85 R 4 Program Pendidikan Kedinasan 100,00 ST 70,01 S 5 Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 93,88 ST 73,57 S 6 Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Kepegawaian 100,00 ST 87,54 T Program Pembinaan,fasilitasi dan penguatan kelembagaan 7 KORPRI 92,50 ST 59,25 R 33 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 82,00 T 52,60 R 2 9 2

293 NO PERANGKAT DAERAH/ PROGRAM RATA-RATA CAPAIAN KINERJA REALISASI ANGGARAN Persentase Kategori Persentase Kategori 1 Program Pelayanan Aadminstrasi Perkantoran 91,32 ST 62,99 R 2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 100,00 ST 73,40 S 3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 100,00 ST 76,16 S 4 Program Pendidikan Kedinasan 90,55 ST 83,42 T 5 Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur 81,88 T 52,60 R 2 9 3

294 Berdasarkan hasil evaluasi RKPD Tahun 2017, diketahui bahwa faktor penghambat pencapaian target kinerja dan anggaran, antara lain: a. Kurangnya jumlah aparatur. b. Kurangnya pemahaman dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran. c. Keterlambatan proses pencairan dana pada beberapa perangkat daerah. d. Perencanaan anggaran kegiatan yang kurang tepat e. Banyak kegiatan yang masuk dalam APBD Perubahan. f. Ada pengadaan barang yang tidak terlaksana. g. Penundaan kebijakan oleh Pemerintah Pusat. h. Adanya perubahan jadwal kegiatan di tingkat nasional. Sedangkan faktor pendorong pencapaian target kinerja dan anggaran, antara lain: a. Terjalinnya koordinasi dan komunikasi yang baik di dalam perangkat daerah. b. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan intitusi penyelenggara diklat. c. Aparatur pelaksana kegiatan yang memahami tugas dan fungsinya. d. Sarana dan prasarana kerja memadai. e. Ketersediaan dana tepat waktu. Adapun tindak lanjut yang disarankan untuk penyusunan Renja maupun RKPD tahun berikutnya (Tahun 2018), antara lain: a. Terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar mendukung kegiatan. b. Mengoptimalkan peran aparatur penyusun program/kegiatan yang ada. c. Mengoptimalkan peran pengelola keuangan perangkat daerah dalam pencairan dana. d. Meningkatkan kompetensi dan pengetahuan aparatur melalui berbagai pelatihan/pendidikan. e. Perencanaan anggaran dilakukan dengan lebih baik lagi

295 f. Merasionalisasi anggaran pada APBD-P. g. Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam hal mobilisasi sumber daya terhadap kegiatan yang bersifat lintas perangkat daerah Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan Daerah Yang Berhubungan Dengan Sasaran Dan Prioritas Pembangunan Daerah Permasalahan utama pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Utara yakni sebagai berikut: 1. Proses kelembagaan pemerintah provinsi masih sangat parsial sehingga penyelenggaraan manajemen pemerintahan belum efisien. 2. Rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat terbatasnya pelayanan pendidikan, kesehatan dan penanganan kesejahteraan sosial. 3. Pertumbuhan ekonomi masih bertumpu pada sektor pertambangan dan sektor pertanian, khususnya perkebunan sawit dan kehutanan, yang rentan terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. 4. Kesenjangan wilayah dan ketidakmerataan spasial kegiatan ekonomi mengakibatkan kemiskinan dan pengangguran. 5. Belum optimalnya pengelolaan lahan pertanian potensial yang produktif sebagai pendukung ketahanan pangan. 6. Terdapatnya kegiatan perdagangan ilegal lintas batas yang mengakibatkan potensi kebocoran ekonomi dan permasalahan sosial. 7. Konflik pemanfaatan hutan. 8. Ketersediaan dan distribusi energi listrik dan bahan bakar yang masih terbatas. 9. Ketersediaan sarana prasarana utama yang terbatas belum mendukung kebutuhan penduduk. 10. Masih rendahnya konektivitas antar wilayah

296 11. Degradasi lingkungan yang terjadi di hampir seluruh wilayahakibat perubahan tata guna lahan untukkegiatan ekonomi. 12. Lemahnya manajemen pemerintahan dan kelembagaan desa Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah Bidang Sosial A. Kependudukan dan Catatan Sipil 1. Persebaran Penduduk yang Tidak Merata Permasalahan di sektor kependudukan dan catatan sipil pertama yang diidentifikasi adalah terkait persebaran penduduk yang tidak merata. Penduduk Kalimantan Utara dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun yang selalu mengalami peningkatan sekitar 3,09% hingga 4,43%. Jumlah penduduk pada tahun 2013 diketahui adalah sebesar jiwa, dan pada tahun 2016 menjadi , sehingga dapat dikatakan dalam periode tersebut penduduk di Provinsi Kalimantan Utara telah bertambah sekitar jiwa dalam setahunnya. Pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Utara selama tahun adalah sebesar 3,94%, dengan pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar 8,30% selama 5 (lima) tahun tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung tersebut diatas pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Utara, sedangkan kabupaten/kota lainnya hanya mengalami pertumbuhan penduduk yang berkisar antara 2,35%-4,8%. Sebagaimana dengan pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk di Provinsi Kalimantan Utara juga tidak merata. Pada tahun 2016, porsi terbesar penduduk di Provinsi Kalimantan Utara berada di Kota Tarakan (36,65%) dan merupakan satu-satunya kota 2 9 6

297 di provinsi ini. Selebihnya berada di Kabupaten Nunukan (27,84%), Kabupaten Bulungan (19,89%), Kabupaten Malinau (12,10%), dan terakhir tersebar di Kabupaten Tana Tidung (3,53%). Pola persebaran penduduk seperti ini tidak pernah berubah selama 7 (tujuh) tahun terakhir ini. Hal ini dapat dikaitkan dengan keinginan dan pemikiran masyarakat yang cenderung akan memilih daerah atau lokasi dengan ketersediaan sarana prasarana dan fasilitas yang lebih lengkap, serta kegiatan ekonomi yang tinggi. Kecenderungan inilah yang secara garis besar melatarbelakangi fenomena ketidakmerataan penduduk di provinsi ini. Secara lebih jelas, pola persebaran penduduk tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.13 Pola Persebaran Penduduk Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2017 Pola persebaran penduduk Provinsi Kalimantan Utara menurut luas wilayahnya dapat dikatakan sangat timpang, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antar kabupaten dengan kota. Wilayah kabupaten dengan luas total sebesar 99,65% dari wilayah Provinsi Kalimantan Utara dihuni oleh sekitar 63,25% dari total jumlah 2 9 7

298 penduduk provinsi ini. Sedangkan selebihnya, yaitu 36,75% penduduk menetap di kota yang luasannya hanya sebesar 0,35% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Akibatnya, kepadatan penduduk di kota jauh berbeda dan sangat tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di kabupaten, yakni sebanyak 906 jiwa/km 2 berbanding 2-12 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk di Kota Tarakan bahkan lebih besar dibandingkan dengan kepadatan penduduk provinsi yang jika dihitung hanya mencapai 9 jiwa/km 2 pada tahun Gambar 2.14 Perbandingan Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2017 Faktor geografis yang berpengaruh dalam fenomena atau salah satu permasalahan dalam bidang kependudukan ini dapat dilihat karena sebagian besar wilayah provinsi ini didominasi kawasan lindung, yang ditandai dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi/terjal (76,27% berada di kemiringan lereng >40%) dan berada di ketinggian m di atas permukaan laut (38,77%) menjadikan Provinsi Kalimantan Utara memiliki keterbatasan dalam pengembangan wilayah. Dalam mengembangkan wilayah harus dipilih 2 9 8

299 kawasan non lindung sehingga peluang kejadian kebencanaan dapat diminimalisasi. Kondisi geografis inilah yang mengakibatkan mahalnya penyediaan infrastruktur fisik berupa jaringan jalan ataupun infrastruktur lainnya. 2. Tidak/Belum Adanya 1 (Satu) Database Kependudukan yang Dapat Dijadikan Acuan Permasalahan di sektor kependudukan dan catatan sipil yang teridentifikasi adalah tidak adanya 1 (satu) database kependudukan yang dapat dijadikan acuan untuk seluruh keperluan atau per bidang urusan. Aspek kependudukan merupakan salah satu aspek yang penting atau vital dalam suatu wilayah. Aspek ini sering menjadi input dari pembangunan yang digunakan dalam perencanaan pembangunan lainnya. Kondisinya, walaupun aspek ini sangat utama, namun di Provinsi Kalimantan Utara ini masih belum ditemukan basisdata (database) kependudukan yang sama yang dijadikan acuan untuk setiap kebutuhan. Tabel Permasalahan Kependudukan Masalah Akar Masalah 1. Persebaran 1. Pola persebaran penduduk yang tidak berubah sejak 7 (tujuh) penduduk yang tahun terakhir tidak merata 2. Perbedaan tingkat kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antar kabupaten dan kota 3. Faktor geografis yang ekstrim (kemiringan lereng didominasi >40% dan ketinggian antara m dpal) sehingga pengembangan wilayahnya terbatas dan hanya terkonsentrasi di pusat kota 2. Tidak adanya 1. Perbedaan jumlah/angka yang didapat dari badan/lembaga satu database atau berdasarkan publikasi data kependudukan kependudukan 2. Lemahnya koordinasi antar sektor/badan/lembaga yang yang dapat terkait dijadikan acuan 3. Kurangnya dan rendahnya kualitas SDM 4. Kondisi geografis wilayah yang tersebar sehingga proses pendataan administrasi kependudukan dan catatan sipil sulit dilakukan Sumber: Hasil Analisis, 2016 B. Kesehatan 2 9 9

300 Derajat kesehatan masyarakat adalah suatu kondisi yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas kesehatan di suatu daerah. Banyak indikator yang dapat digunakan untuk menilainya seperti angka kematian, kesakitan, dan status gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2016 yang masih cukup tinggi (172,92 per kelahiran hidup), melebihi batas target MDG s 2015 sebesar 102 per kelahiran hidup. Angka ini cenderung meningkat selama 5 tahun terakhir. Angka kematian balita di Kalimantan Utara beberapa tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada Tahun 2012 angka kematian balita sebesar 6,18 per 1000 kelahiran hidup dan mengalami peningkatan pada Tahun 2016 berada pada angka 3,70. Gizi buruk pada balita juga terlihat meningkat dari 190 kasus di tahun 2014 mejadi 250 kasus di tahun Walaupun pada tahun 2016 angka ini bisa ditekan menjadi 204, namun tetap perlu mendapatkan perhatian agar terus menurun pada tahun-tahun berikutnya. Banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Beberapa permasalahan kesehatan di Kalimantan Utara, yaitu: 1. Masih Rendahnya Kualitas Pelayanan Kesehatan untuk Masyarakat Rendahnya pelayanan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat dari berbagai indikator pelayanan umum kesehatan. Berdasarkan data, cakupan komplikasi kebidanan masih sebesar 60%, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan tidak tertangani. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah tinggi namun belum mencapai target SPM. Begitu juga dengan cakupan kunjungan bayi yang menurun dari tahun sebelumnya. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Cakupan Desa UCI di tahun 2014 masih di bawah 60% menunjukkan masih banyak desa (terutama di Kabupaten Nunukan dan Malinau) yang masyarakatnya 3 0 0

301 belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Rendahnya cakupan ini bisa berdampak pada meningkatnya kejadian penyakit infeksi. Kemudian, penanganan cakupan balita gizi buruk telah mencapai 100% namun peningkatan kasus balita gizi buruk yang cukup tinggi tidak dapat dibiarkan. Indikator cakupan penemuan dan penanganan TBC BTA (+) juga masih sangat rendah, dari perkiraan penderita TBC sebanyak 3063 orang, dan penemuannya baru 15%. Selain pelayanan kesehatan secara umum, pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin juga masih rendah dibandingkan target SPM (64% di tahun 2012 dari target 100%). Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Kalimantan Utara erat kaitannya dengan sarana prasaana, SDM, dan aksesibilitas. 2. Masih Banyaknya Kasus-kasus Penyakit Infeksi dan Non Infeksi Masih banyak terdapat kasus penyakit infeksi dan menular di Provinsi Kalimantan Utara. Berdasarkan data PODES tahun 2011, wabah penyakit selama setahun terakhir berdasarkan Podes tahun 2011 didominasi karena infeksi, berturut-turut yaitu ISPA (1.972 penderita), muntaber/diare (954 penderita), malaria (412 penderita), TB (246 penderita), campak (241 penderita), dan demam berdarah (128 penderita). Sedangkan kematian tertinggi disebabkan karena malaria (17 penderita). Berdasarkan RSUD Tarakan, kasus kematian tertinggi rawat inap adalah penyakit gastroenteritis atau infeksi pada lambung, serta penyakit diare yang juga masih tinggi. Selain itu kasus global seperti HIV dan AIDS juga perlu menjadi perhatian. Permasalahan HIV AIDS merupakan salah satu tujuan MDG s Namun, hingga sekarang, target penurunan belum terpenuhi, HIV AIDS kembali menjadi target permasalahan pada tujuan SDG s yang ketiga bersama dengan TB dan malaria. Di Kalimantan Utara sendiri ada peningkatan kasus HIV AIDS dari 2013 ke 2014 yaitu dari 120 kasus menjadi 129 kasus di mana kasus HIV didominasi oleh kelompok 3 0 1

302 Produktif (30-38 tahun). Berdasarkan data, ada 28 kematian akibat AIDS di Kalimantan Utara. Meskipun bila dipresentasekan jumlah kasus dan kematian tersebut tidak terlalu besar, wilayah Kalimantan Utara merupakan daerah perbatasan negara sehingga rawan terhadap penyebaran HIV AIDS, sehingga perlu upaya untuk mencegah penyebaran antar negara. Selain itu juga perlu upaya untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya yang berada di pedalaman, terpencil, dan perbatasan terkait HIV AIDS untuk mencegah penularan pada kelompok rentan salah satunya anak. 3. Masih Rendahnya Kualitas Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menyumbang tingkat kesehatan masyarakat. Kualitas air di sebagian Provinsi Kalimantan Utara kurang baik. Kondisi ini dapat dilihat dari keruhnya air yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Selain keruh, air tersebut juga berbau dan sedikit berasa. Menurut standar syarat air bersih adalah adalah yang tidak berwarna, berbau, dan berasa. Bagi sebagian masyarakat, air tersebut digunakan untuk kebutuhan seharihari termasuk untuk dikonsumsi. Selain kualitas air, kualitas lingkungan dan pemukiman juga menjadi salah satu permasalahan kesehatan. Di beberapa pemukiman yang ada kondisinya kumuh. Pada rumah jenis rumah panggung sederhana seringkali terlihat sangat kumuh baik bagian dalam maupun bagian luar rumah. Di bawah rumah panggung ini juga seringkali tergenang air dan berserakan barang-barang bekas, tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik rumah. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kalimantan Utara 2014, banyak rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan. Jumlah tersebut menandakan masih rendahnya kebiasaan hidup bersih dan sehat di sebagian masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Hal 3 0 2

303 unit % Rumah Sehat Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah tersebut juga ditunjukkan dengan kebiasaan buang air kecil atau besar masyarakat. Masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan jamban. Kondisi ini banyak ditemukan di daerah sekitar pesisir. Dari penduduk di Provinsi Kalimantan Utara tersebut, sebesar kurang dari 30% masyarakat menggunakan jamban sehat (Profil Kesehatan 2014). Lingkungan yang kotor merupakan sumber banyak penyakit infeksi, mulai dari diare dan gangguan pencernaan lainnya, infeksi saluran pernapasan, malaria, demam berdarah, pes, kolera dan penyakit lainnya. Data dari RSUD Tarakan menunjukan bahwa kasus rawat inap tertinggi adalah Gastroenteritis, dan data PODES 2011 juga menunjukkan kasus diare tinggi di semua kabupaten dan kota, sehingga salah satu cara untuk pencegahan penyakit infeksi/menular juga melalui kebersihan lingkungan dan kebiasaan sehat Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kabupaten 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Jumlah rumah sehat Jumlah rumah seluruhnya % Rumah Sehat Gambar 2.15 Jumlah dan Persentase Rumah Sehat Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Analisis 2016 Berikut disajikan permasalahan dan akar permasalahan kesehatan di Kalimantan Utara. Tabel

304 Permasalahan Kesehatan No Permasalahan Akar Masalah 1 Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan khususnya di daerah perbatasan (Ditandai dengan masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan belum memenuhi target: cakupan komplikasi kebidanan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, Desa UCI, penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA, pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin, kunjungan bayi) 2 Masih tingginya kasus-kasus penyakit 3 Masih rendahnya kualitas lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat 1. Rendahnya kualitas sarana prasarana kesehatan. - Rumah Sakit masih terbatas khususnya di daerah perbatasan, dengan kualitas masih berstatus C. - Belum adanya rumah sakit pemerintah. - Pukesmas yang perlu ditingkatkan seperti layanan rawat inap yang siap 24 jam, memiliki fasilitas PONED dan Unit gawat darurat. - Jaringan puskesmas yang perlu ditingkatkan untuk memfasilitasi masyarakat di daerah perbatasan dan terpencil. - Belum semua desa memiliki puskesmas pembantu. Masih rendahnya persentase posyandu aktif. - Masih belum terpenuhinya fasilitas dasar Dinas Kesehatan Provinsi seperti UPT, Instalasi Farmasi Kesehatan, Balai Pelatihan Kesehatan, Laboratorium Kesehatan Daerah, dll. 2. Rendahnya Kuantitas dan kualitas SDM. - Rasio dokter dan tenaga kesehatan lainnya masih di bawah standar. Masih rendahnya jumlah tenaga kesehatan yang menetap terutama di daerah perbatasan. - Belum meratanya persebaran tenaga kesehatan di seluruh wilayah Kalimantan Utara, terutama di daerah perbatasan dan terpencil. - Tenaga kesehatan yang ada belum sepenuhnya memiliki kualifikasi yang baik. 3. Aksesibilitas terhadap layanan kesehatan yang masih terbtas - Beberapa wilayah masih sulit untuk menjangkau fasilitas kesehatan yang terdekat dan berkualitas. Sebagai contoh di Kecamatan Krayan, satu-satunya akses jalan adalah pesawat (Hasil wawancara Badan Pengawas Perbatasan). 1. Kasus Nasofaringitis akut menjadi penyakit terbesar di puskesmas. 2. Kasus Diare dan Gastro enteritis masih menjadi kasus rawat inap yang tinggi di hampir semua kabupaten dan kota. 3. Kasus DBD masih tinggi 4. Kasus TBC masih tinggi 5. Meningkatnya jumlah penderita HIV AIDS. 6. Di beberapa wilayah, pola makan tinggi karbohidrat dan lemak (konsumsi nasi dalam porsi besar, gorengan, dan rendah sayur) kemungkinan besar menyebabkan munculnya penyakit 1. Kualitas air bersih yang masih kurang. Di beberapa wilayah, masyarakat menggunaan air yang keruh, berbau, dan berasa untuk kebutuhan sehari-hari

305 No Permasalahan Akar Masalah 2. Kebiasaan BAB dan BAK di sungai dan ladang 3. Jumlah rumah tangga bersanitasi masih 50%. 4. Persentase rumah sehat masih 44%. dan 56% tidak memenuhi syarat kesehatan. 5. Masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki MCK sendiri. 6. Keluarga yang menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan baru 32,6%. Dan 67,4% keluarga belum menggunakan jamban keluarga. Sumber: Hasil Analisis,

306 C. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara cukup tinggi. Selain angka kelahiran, tingginya angka migrasi yang masuk ke wilayah Provinsi Kalimantan Utara juga menyebabkan tingginya pertumbuhan penduduk. Permasalahan lain yang berhubungan dengan ini adalah belum optimalnya pendewasaan usia perkawinan. Jumlah penduduk yang ber-kb juga menentukan laju pertumbuhan penduduk. Di Provinsi Kalimantan Utara cakupan peserta KB aktif Tahun 2105 sebesar 59,7% dari target SPM sebesar 70%. Selain pertumbuhan penduduk, persentase keluarga prasejahtera dan sejahtera 1 masih cukup tinggi yaitu 46% pada tahun Hal ini menunjukkan masih banyak masyarakat Provinsi Kalimantan Utara yang belum sejahtera, sehingga perlu adanya pembinaan dan usaha peningkatan pendapatan keluarga agar sejahtera. D. Pendidikan 1. Rendahnya Kualitas Pendidikan Penduduk dan Terbatasnya Pelayanan Pendidikan Pengembangan sistem pendidikan nonformal dan informal diharapkan dapat membentuk masyarakat yang memiliki kecakapan hidup dan keterampilan fungsional. Berdasarkan kondisi geografis dan posisi politisnya sebagai wilayah perbatasan, khusus untuk Provinsi Kalimantan Utara, diharapkan dapat dikembangkan kurikulum pendidikan nonformal dan informal yang sarat dengan muatan wawasan kebangsaan, kecintaan terhadap tanah air dan keutuhan NKRI, namun juga diarahkan pada praktek dan usaha di bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan. 2 Kemampuan ini pada akhirnya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan jiwa wirausaha masyarakat, kompetensi pada bidang spesifik tertentu, atau bahkan melanjutkan 3 0 6

307 pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai manfaat tersebut, diharapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dapat memfasilitasi integrasi program pendidikan nonformal maupun informal dengan program ujian kesetaraan maupun program jaminan penempatan lulusan ke dalam dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri. Tabel Perkembangan Angka Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten/Kota Bulungan Kota Tarakan Nunukan Malinau Tana Tidung Prov. Kalimantan Utara na Sumber: 1) Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Kalimantan Timur No. 49/06/64/Th.XIX, 15 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun ) Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru 3) Kondisi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara Tahun 2016 Catatan: Data Angka Harapan Lama Sekolah mulai dirilis secara resmi oleh BPS berdasarkan perhitungan IPM metode baru sejak tahun 2014 sehingga tidak terdapat rilis resmi data sejak tahun 2013 dan sebelumnya. Kota Tarakan merupakan wilayah yang memiliki angka harapan lama sekolah paling tinggi di provinsi ini pada tahun 2016 sebesar tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk di Kota Tarakan diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga bangku perguruan tinggi ataupun akademi (paska Sekolah Menengah Atas) sampai dengan sekitar tahun pertama (semester 2). Sementara kabupaten yang memiliki angka harapan lama sekolah paling rendah pada tahun 2016 adalah Kabupaten Tana Tidung sebesar tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk di Kabupaten Tana Tidung diharapkan dapat menempuh pendidikan hingga kelas 12 pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Angka Harapan Lama Sekolah di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2013 adalah sebesar tahun, angka tersebut berada di atas 3 0 7

308 angka harapan lama sekolah nasional pada tahun tersebut 3, yaitu sebesar tahun. Angka Harapan Lama Sekolah tersebut kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi sebesar tahun. Angka tersebut tetap berada di atas angka harapan lama sekolah nasional pada tahun , yaitu sebesar tahun. Angka Harapan Lama Sekolah Provinsi Kalimantan Utara mengalami peningkatan lagi pada tahun 2016 menjadi sebesar tahun. Hal ini menunjukan bahwa minat belajar masyarakat Provinsi Kalimantan Utara cukup tinggi hingga jenjang paska Sekolah Menengah Atas. Provinsi Kalimantan Utara perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target harapan lama sekolah tersebut. Hal ini dapat diupayakan dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan secara merata di semua kabupaten dan kota. Tabel Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2012 s.d 2016 Kabupaten/Kota Malinau Bulongan Tana Tidung Nunukan Kota Tarakan Prov. Kalimantan Utara na Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun ) Publikasi IPM Kaltara ) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Kalimantan Utara ) Kondisi Sosial Ekonomi dan Indikator Penting Kalimantan Utara Tahun ) BPS Kaltara, Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru 4 Indeks Pembangunan Manusia 2014 Metode Baru 3 0 8

309 Berdasarkan data dari tabel di atas, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, kabupaten dengan angka rata-rata lama sekolah paling tinggi di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kota Tarakan. Pada tahun 2010, angka rata-rata lama sekolah di Kota Tarakan selama 8,99 tahun dan terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2015 naik menjadi 9,91 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk di Kota Tarakan baru mampu menempuh pendidikan sampai dengan kelas 3 SMP dan masih banyak yang tidak melanjutkan sekolah ke tingkat SMA atau putus sekolah pada jenjang SMA. Sementara kabupaten yang memiliki angka rata-rata lama sekolah rendah di Provinsi Kalimantan Utara adalah Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan. Selama tahun 2010 sampai dengan 2015, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Tana Tidung selama 5 tahun dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2015 dapat mencapai angka rata-rata lama sekolah selama 7,85 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Tana Tidung masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Sedangkan untuk Kabupaten Nunukan angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Nunukan selama 7 tahun cenderung fluktuatif, dengan peningkatan dari tahun 2010 sebesar 6,83 tahun hingga pada tahun 2012 sebesar 7,01 tahun, dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 7.22 tahun. Sama dengan Kabupaten Tana Tidung, hal ini menjelaskan bahwa rata-rata penduduk di Nunukan masih banyak yang tidak dapat menamatkan bangku SMP, dengan rata-rata lama sekolah hanya mencapai antara kelas 1 dan 2 SMP. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya mencapai 8.36 pada tahun 2015 dinilai masih cukup jauh dari sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun nasional yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan Utara secara umum 5 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

310 perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan Tana Tidung. Serupa dengan angka rata-rata lama sekolah, angka pendidikan yang ditamatkan (APT) Tahun 2012 menunjukan bahwa lulusan SD sederajat merupakan yang terbanyak di Kalimantan Utara, berkisar antara 22.15% sampai dengan 29.2% untuk tiap kabupaten atau kota. Berikut ini ditampilkan grafik angka pendidikan yang ditamatkan di Provinsi Kalimantan Utara. Gambar 2.17 Grafik Angka Pendidikan yang Ditamatkan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun

311 Sumber: Hasil Analisis, 2016 Angka partisipasi sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2014 baru mencapai 73.4%. Rendahnya angka partisipasi sekolah mengisyaratkan rendahnya daya serap penduduk usia sekolah jenjang jenjang SMA/MA/SMK. Rendahnya angka partisipasi sekolah ini merupakan cerminan dari relatif rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan formal tingkat menengah maupun rendahnya pendapatan atau kesadaran masyarakat untuk membiayai pendidikan tingkat lanjut tersebut. Bagi sebagian masyarakat Provinsi Kalimantan Utara, pendidikan belum menjadi prioritas investasi yang menjanjikan di masa depan. Terbatasnya pelayanan pendidikan ditunjukkan dengan rendahnya rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK, rendahnya rasio guru-murid pada jenjang pendidikan menengah atas, rendahnya proporsi guru sekolah menengah atas yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV, distribusi guru yang belum merata, dan aksesbilitas menuju sekolah yang masih rendah. Rendahnya rasio ketersediaan sekolah disebabkan oleh masih sedikitnya jumlah sekolah yang ada dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah yang membutuhkan. Aksesibilitas menuju sekolah yang masih rendah dapat disebabkan oleh moda transportasi menuju sekolah yang belum memenuhi kebutuhan wilayah, jauhnya jarak antar sekolah, jarak permukiman penduduk ke sekolah yang dituju, maupun buruknya kondisi sarana prasarana menuju sekolah tersebut. Idealnya, dengan sebaran fasilitas pendidikan sekolah yang belum merata dan lokasi tempat tinggal yang tersebar di kawasan yang luas, maka pola pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan sekolah dengan fasilitas asrama. Berdasarkan kondisi yang ada saat ini, sekolah di pedalaman/perbatasan belum dikembangkan sebagai sekolah berasrama untuk mengantisipasi 3 1 1

312 rendahnya aksesbilitas menuju sekolah. Berikut merupakan data jarak rata-rata desa ke SMA terdekat di Provinsi Kalimantan Utara Tahun Tabel Jarak Rata-Rata Desa ke SMA Terdekat di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2011 Jarak Kemudahan Mencapai SMA Terdekat dari Desa NKabupate Kecamatan Rata-Rata Sangat Sangat n/kota Mudah Sedang Sulit (Km) Mudah Sulit 1 Bulungan Peso 62, Peso Hilir 47, Tanjung Palas 3,9 8 Tg. Palas Barat 18,6 2 2 Tg. Palas Utara 6,4 5 Tg. Palas Timur 39, Tanjung Selor 9,4 7 1 Tg. Palas Tengah 19,8 1 1 Sekatak 7, Bunyu , ,61% 12,68% 4,23% 7,04% 8,45% 2 Malinau Kayan Hulu 19,1 3 1 Sungai Boh 14,6 3 2 Kayan Selatan 25,6 1 3 Kayan Hilir 99,8 5 Pujungan 99,8 8 Bahau Hulu 81,5 1 4 Malinau Kota 7 3 Malinau Selatan 28, Malinau Barat 9,8 8 1 Malinau Utara 6,7 11 Mentarang 43, Mentarang Hulu 99,8 7 44, ,86% 18,37% 8,16% 1,02% 29,59% 3 Nunukan Krayan 10, Krayan Selatan 23, Lumbis 61, Lumbis Ogong Sembakung 52, Nunukan 56, Sei Menggaris Nunukan Selatan 11,3 2 1 Sebuku 27, Tulin Onsoi Sebatik 4,3 8 Sebatik Timur Sebatik Tengah Sebatik Utara Sebatik Barat 24, , Tana Tidung 55,13% 14,10% 5,98% 2,99% 21,79% Sesayap Sesayap Ilir 13,

313 NKabupate n/kota Jarak Kemudahan Mencapai SMA Terdekat dari Desa Kecamatan Rata-Rata Sangat Sangat Mudah Sedang Sulit (Km) Mudah Sulit Tana Lia 23, , % % % 5 Tarakan Tarakan Timur 2,8 5 Tarakan Tengah 2 3 Tarakan Barat 3,7 3 Tarakan Utara , ,31% 7,69% KALIMANTAN UTARA ,50% 15,37% 6,42% 2,98% 19,72% Sumber: Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun Catatan: Data sebelum pemekaran di Kabupaten Malinau Jarak rata-rata desa ke Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) terdekat di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2011 yaitu 2 km berada di Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan dan yang terjauh mencapai 99,8 km di tiga kecamatan di Kabupaten Malinau, yaitu Kecamatan Kayan Hilir, Pujungan dan Mentarang Hulu. Jarak tempuh ke SMA berdasarkan data Potensi Desa 2011 tersebut rata-rata masih masuk kategori sangat mudah (0-19,9 km) namun tidak sebanyak jarak tempuh ke SD maupun ke SMP. Persentase untuk kategori sangat mudah hanya mencapai kisaran 55-68% untuk seluruh kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, sedangkan untuk Kota Tarakan mencapai 92,31% dikarenakan luas wilayahnya jauh lebih kecil dibandingkan kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara. Persentase kategori sangat sulit (80-9,9km) untuk jarak ke SMA terhitung cukup tinggi dibandingkan jarak ke SD maupun SMP yaitu mencapai kisaran 8-30% untuk kabupaten di Kalimantan Utara 6. Kualitas dan kuantitas sekolah sebagai sarana pendidikan dalam bentuk fisik perlu dilengkapi dengan sumber daya manusia pendukung demi berjalannya proses belajar yang efektif. Tenaga pendidik dan 6 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun

314 kependidikan yang berkualitas juga dibutuhkan sebagai pilar peningkatan pembangunan di bidang pendidikan. Kondisi Provinsi Kalimantan Utara menunjukan nilai capaian rasio guru dan murid tingkat SMA/SMK/MA tahun 2013 adalah sebesar siswa per guru. Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan murid untuk jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut berarti satu guru mengajar 15 siswa SMA sederajat. Nilai capaian tersebut dinilai masih belum menggambarkan permasalahan yang sebenarnya, terutama buila dikaitkan dengan angka rata-rata lama sekolah, yang hanya sampai jenjang SMP/MTs. Ini berarti banyak penduduk usia sekolah tingkat SMA sederajat yang tidak melanjutkan sekolah, sehingga hanya sebagian penduduk usia sekolah tingkat SMA sederajat yang melanjutkan sekolah, sementara ketersediaan guru cukup besar apabila dibandingkan dengan jumlah siswa SMA sederajat yang ada saat ini. Proporsi guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/SMK/MA) yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV juga dinilai masih rendah, meskipun data yang ada belum lengkap untuk tiap kabupaten/kota. Distribusi guru untuk semua wilayah di Provinsi Kalimantan Utara juga dinilai masih belum merata, sekolah di pedalaman/perbatasan masih merasakan kekurangan guru dari segi jumlah maupun kualifikasi. Tabel Rendahnya Kualitas Pendidikan Penduduk dan Terbatasnya Pelayanan Pendidikan Masalah Rendahnya kualitas pendidikan penduduk dan terbatasnya pelayanan pendidikan Akar Masalah 1. Meskipun angka melek aksara (AMH) sudah cukup tinggi (di atas 95%) namun secara umum belum diikuti oleh kemampuan dan ketrampilan lain. 2. Angka rata-rata lama sekolah masih dibawah 10 tahun atau hanya setingkat SLTA tidak tamat ke bawah. 3. Berdasarkan data yang tersedia menunjukkan Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) masih rendah (SD kurang dari 30%, SMP = 20%, sementara yang PT kurang dari 10%) sehingga APT masih setingkat SD. 4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) baru mencapai sekitar 70% 5. Rasio ketersediaan sekolah jenjang SLTA masih rendah. 6. Rasio guru-murid pada jenjang pendidikan menengah atas lebih baik dari SPM, namun karena banyak penduduk usia 3 1 4

315 Masalah Akar Masalah sekolah yang tidak lagi sekolah pada jenjang SLTA sederajat, maka rasio guru nurid ini belum menggambarkan permasalahan yang sebenarnya. 7. Proporsi guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV masih rendah. 8. Distribusi guru untuk semua wilayah masih belum merata, sekolah di pedalaman/perbatasan masih kekurangan guru dari segi jumlah maupun kualifikasi. 9. Aksesibilitas menuju sekolah masih rendah, sekolah di pedalaman/perbatasan belum dikembangkan sebagai sekolah berasrama, siswa banyak mengalami kendala transportasi dan jarak yang jauh. Sumber: Hasil Analisis, 2016 E. Sosial 1. Rendahnya Penanganan dan Pelayanan Sosial Provinsi Kalimantan Utara masih memiliki Komunitas Adat Terpencil (KAT) di wilayahnya yakni KAT Dayak Punan dan Dayak Berusu yang tinggal di Kecamatan Sekatak (Kabupaten Bulungan); KAT Lundayeh yang tinggal di Kecamatan Krayan (Kabupaten Nunukan), serta Komunitas Adat Terpencil lainnya yang diperkirakan masih banyak yang mendiami wilayah Provinsi Kalimantan Utara khususnya di Kabupaten Bulungan, Malinau, dan Nunukan yang belum terdata. KAT yang belum terdata tersebut dimungkinkan belum mendapatkan penanganan dan pelayanan kesejahteraan sosial, oleh karena KAT tersebut tinggal berpindah-pindah. Pada tahun 2013, Kementerian Sosial memberikan bantuan kepada Komunitas Adat Terpencil di Provinsi Kalimantan Utara, khususnya KAT di Desa Ketaban, Kecamatan Sebuku (Kabupaten Nunukan) dengan bantuan sebanyak 137 unit rumah; proyek permukiman di Pulau Keras, Kecamatan Sebakung (Kabupaten Nunukan) untuk 77 KK; serta bantuan 100 unit rumah di Kabupaten Bulungan. Hingga saat ini penanganan dan pelayanan terhadap Komunitas Adat Terpencil tersebut masih kurang. 7 7 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun

316 Gambar 2.19 Grafik Jumlah Sarana Sosial Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun Sumber: Hasil Analisis, 2016 Kondisi pelayanan sosial di Provinsi Kalimantan Utara dalam penyediaan sarana sosial antar kabupaten/kota dinilai masih kurang dan belum terdata dengan baik. Kondisi ini terlihat dari data perkembangan jumlah sarana sosial yang sekilas terlihat mengalami fluktuasi selama 8 (delapan) tahun terakhir. Setiap daerah memiliki permasalahan sosial yang berbeda dan belum memiliki sarana sosial yang memadai dan merata. Berikut adalah grafik jumlah sarana sosial menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi tersebut ditambah dengan fakta dilapangan yang menunjukkan bahwa proporsi penerima bantuan bagi PMKS dan penyandang masalah kesejahteraan sosial yang belum terdata dengan baik. Selain itu, pemberian bantuan dinilai belum mengarah pada upaya mewujudkan pemberdayaan dan kemandirian agar terbebas dari masalah 3 1 6

317 kesejahteraan sosial. Masyarakat masih memiliki kesadaran dan motivasi yang rendah untuk bersama pemerintah memecahkan masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. Kondisi ini secara umum mengindikasikan bahwa perhatian dalam pengelolaan bidang sosial masih belum optimal. Sebagai daerah otonomi baru, tantangan di masa depan yang harus dihadapi Provinsi Kalimantan Utara yakni harus mampu membangun dan mengembangkan kebijakan sosial sebagai langkah strategis penanganan masalah kesejahteraan sosial. Keterjangkauan akses untuk mengurangi persoalan kesenjangan sosial masyarakat harus dapat dilaksanakan di seluruh dan melalui kerjasama antara kabupaten/kota. Provinsi Kalimantan Utara 5 (lima) tahun mendatang diharapkan mampu menjamin terlaksananya sistem kelola pelayanan dan jaminan sosial masyarakat lintas daerah, terutama di wilayah perbatasan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga sistem ketahanan sosial masyarakat dan mendekatkan peran negara dalam usaha menjamin kesejahteraan masyarakat sesuai amanat Undang-Undang. 8 Tabel Permasalahan Kesejahteraan Sosial Masalah Akar Masalah Rendahnya 1. Setiap daerah memiliki permasalahan sosial yang penanganan dan berbeda dan belum memiliki kerjasama dan sarana pelayanan sosial sosial yang memadai dan merata. 2. Masyarakat masih memiliki kasadaran dan motivasi yang rendah untuk bersama pemerintah memecahkan masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. 3. Proporsi penerima bantuan bagi PMKS dan penyandang masalah kesejahteraan sosial belum terdata dengan baik dan pemberian bantuan belum mengarah pada upaya pemberdayaan dan kemandirian agar terbebas dari masalah kesejahteraan sosial. Sumber: Hasil Analisis, 2016 F. Kebudayaan 8 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun

318 Pelestarian seni dan budaya selama ini belum didukung oleh masih belum tersebar meratanya kelompok pelestari seni dan budaya daerah maupun belum tersedianya gedung untuk kegiatan pelestarian seni dan budaya daerah.pembinaan seni dan budaya daerah sebagai bagian dari seni dan budaya nasional juga dinilai masih mengalami kendala kurangnya perhatian dan dukungan berbagai pihak, baik sarana, pendanaan maupun kebijakan.berikut ditampilkan grafik jumlah grup kesenian menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara. Gambar 2.20 Grafik Jumlah Grup Kesenian Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara Tahun Sumber: Hasil Analisis, 2016 Keberadaan situs dan benda cagar budaya masih belum terdata dengan baik dan belum dikembangkan sebagai potensi yang dapat menjadi daya tarik wisata serta pengembangan pendidikan sejarah, seni dan budaya. Berdasarkan data yang ada baru terlihat Kota Tarakan sebagai daerah yang sudah berupaya melakukan pengelolaan aset kebudayaan, sementara empatkabupaten lainnya masih sangat kurang. Provinsi Kalimantan Utara sendiri belum memiliki tim ahli (arkeolog, 3 1 8

319 sejarawan, dan budayawan) untuk pendataan resmi situs/cagar budaya yang dilestarikan. Tabel Permasalahan Seni Budaya dan Olah Raga Masalah Akar Masalah Belum 1. Belum semua daerah memiliki kelompok pelestari seni dan terkelolanya budaya daerah maupun gedung untuk kegiatan pelestarian seni budaya seni dan budaya daerah. dan olah raga 2. Pembinaan seni dan budaya daerah sebagai bagian dari seni dan budaya nasional masih mengalami kendala kurangnya perhatian dan dukungan berbagai pihak, baik sarana, pendanaan maupun kebijakan. 3. Keberadaan situ dan benda cagar budaya masih belum terdata dengan baik dan belum dikembangkan sebagai potyensi yang dapat menjadi daya tarik wisata serta pengembangan pendidikan sejarah, seni dan budaya. 4. Seni dan budaya daerah menghadapi tantangan dan gempuran budaya dari luar yang tidak selalu selaras dengan nilai dan budaya daerah, seni dan budaya daerah cenderung terpinggirkan dalam proses akulturasi kebudayaan. Sumber: Hasil Analisis, 2016 G. Pemberdayaan Perempuan dan Anak 1. Rendahnya Partisipasidan Pemberdayaan Perempuan Rendahnya partisipasi angkatan kerja perempuan merupakan cerminan dari rendahnya Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IDG suatu daerah dipengaruhi oleh 3 komponen yakni keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di parlemen, perempuan sebagai tenaga profesional, dan sumbangan pendapatan perempuan. Rendahnya nilai IDG Provinsi Kalimantan Utara banyak dipengaruhi oleh komponen pertama dan ketiga. Pengaruh dari komponen pertama yakni masih rendahnya peran serta perempuan di parlemen (DPRD). Dapat terlihat juga dari masih rendahnya partisipasi perempuan di lembaga pemerintah. Peran serta perempuan di parlemen sangat dibutuhkan sebagai pengambil keputusan dan keterlibatannya dalam pembangunan. Sedangkan pengaruh komponen ketiga yaitu rendahnya sumbangan pendapatan dari perempuan. IDG Provinsi Kalimantan Utara yang masih 3 1 9

320 rendah menunjukkan kesenjangan gender yang terjadi masih sangat tinggi. 2. Belum Optimalnya Penanganan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Penanganan penyelesaian pengaduan kasus perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan berfluktuasi dan cenderung menurun. Hal ini mengisyaratkan bahwa penanganan terhadap korban kekerasan yang menimpa perempuan dan anak sudah baik, oleh karena SPM mensyaratkan penanganan terpadu untuk penanganan perempuan dan anak korban kekerasan. Sementara penanganan secara terpadu untuk perempuan dan anak korban kekerasan tersebut belum dapat terpenuhi. Masalah 1. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan 2. Belum optimalnya penanganan perempuan dan anak korban kekerasan Tabel Permasalahan Pemberdayaan Perempuan 3. Minimnya informasi mengenai tenaga kerja dibawah umur Sumber: Hasil Analisis, 2016 Akar Masalah 1. Masih rendahnya daya saing perempuan untuk bekerja di lembaga pemerintah dibandingkan dengan laki-laki. 2. Peran serta perempuan di parlemen masih rendah. 3. Pelaksanaan pengarusutamaan gender yang belum optimal. Belum optimalnya kinerja pelayanan terpadu untuk perempuan dan anak korban kekerasan terkait pelaksanaan SPM Belum terekamnya jumlah tenaga kerja usia 5-14 tahun dengan lengkap H. Kepemudaan dan Olah Raga 1. Belum Terkelolanya Kepemudaan dan Olah Raga Provinsi ini memiliki potensi yang cukup besar apabila dilihat dari jumlah sumber daya kepemudaan. Ini merupakan aset yang cukup besar bagi Provinsi Kalimantan Utara untuk mengelola aktivitas kepemudaan 3 2 0

321 dengan lebih baik sehingga pemuda menjadi sumber daya yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.namun jumlah dan ragam kegiatan kepemudaan belum terdata dengan baik sehingga pembinaan kegiatan kepemudaan belum dapat dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan kontinyu. 9 Pembangunan di bidang keolahragaan diharapkan dapat memfasilitasi dan memotivasi masyarakat dari berbagai lapisan usia agar gemar berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Pengembangan bidang keolahragaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, sportivitas, kebugaran, pergaulan sosial, kesejahteraan individu/kelompok/masyarakat pada umumnya secara sistemik. 10 Indikator pembangunan di bidang keolahragaan yang ditandai dengan jumlah gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) dinilai masih belum dapat mencapai standar pelayanan minimum yang ditetapkan. 11 Hal ini menyebabkan upaya untuk melakukan pembinaan kegiatan olahraga masih terkendala oleh keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. Selain itu, pembinaan kegiatan olah raga dinilai masih belum merata di semua wilayah, terutama di wilayah pedalaman/perbatasan. Masalah Tabel Permasalahan Kepemudaan dan Olah Raga Akar Masalah 9 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun

322 Belum terkelolanya kepemudaan dan olah raga Sumber: Hasil Analisis, Upaya untuk melakukan pembinaan kegiatan olahraga masih terkendalam oleh keterbatasan sarana dan prasarana penunjang. 2. Upaya pembinaan kegiatan olah raga masih belum merata di semua wilayah, terutama di wilayah pedalaman/perbatasan. 3. Jumlah dan ragam kegiatan kepemudaan belum terdata dengan baik sehingga pembinaan kegiatan kepemudaan belum dapat dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan kontinyu

323 Bidang Ekonomi A. Perekonomian Daerah 1. Masih Relatif Tingginya Tingkat Kemiskinan Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah kompleks yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor multidimensi dan mengakibatkan timbulnya permasalahan pembangunan lanjutan. Begitu pula yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, terkait kemiskinan penduduk. Kemiskinan masih menjadi masalah prioritas untuk diselesaikan karena erat kaitannya dengan kesejahteraan hidup. Kemiskinan dapat disebabkan dan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan berdampak pada tingkat perekonomian wilayah. Dilihat dengan pendekatan makro, kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan angka yang cenderung menurun dan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional. Namun tingkat kemiskinan di beberapa Kabupaten masih tinggi dan jauh di atas tingkat kemiskinan nasional. Kabupaten Bulungan menyumbang penduduk miskin terbanyak untuk angka Provinsi Kalimantan Utara. Pada tahun 2016 persentase kemiskinan di Kabupaten Bulungan mencapai 12,03% dan merupakan yang tertinggi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Nunukan dan kota Tarakan menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan terendah sejak tahun 2010 sampai dengan Masih rendahnya pemerataan kesejahteraan akibat kemiskinan di Provinsi Kalimantan Utara dapat disebabkan oleh banyak faktor baik faktor dari dalam maupun luar. Salah satu akar permasalahan kemiskinan adalah tidak meratanya distribusi kegiatan ekonomi. Dengan kata lain pusat pertumbuhan ekonomi masih terpusat pada Kabupaten/Kota tertentu. Kegiatan ekonomi cenderung terkonsentrasi di daerah yang memiliki keunggulan sumberdaya alam dan infrastruktur dasar yang relatif sudah baik

324 Data menunjukkan bahwa Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan menjadi penyumbang PDRB terbesar terhadap Provinsi Kalimantan Utara. Pada tahun 2014 Kota Tarakan menyumbang sebesar 31,51% dan disusul oleh Kabupaten Nunukan 30,73%. Hal ini disebabkan telah tersedianya infrastruktur yang memadai terutama di Kota Tarakan seperti pelabuhan laut dan bandara internasional yang mampu mendukung berkembangnya kegiatan perekonomian di sektor primer maupun sekunder. Konsentrasi kegiatan ekonomi di Kota Tarakan juga dipengaruhi oleh posisi geografisnya yang sebagai pintu gerbang menuju wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Oleh karena itu Kota Tarakan memiliki daya tarik yang lebih besar dibanding kabupaten lainnya untuk mengembangkan kegiatan perekonomian. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 32,37 32,46 32,57 31,91 31,51 8,12 7,37 6,78 6,55 6,34 24,98 26,92 28,37 29,25 30,73 13,48 12,61 11,98 12,75 12,79 21,05 20,64 20,3 19,54 18, Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Gambar 2.21 Distribusi PDRB Menurut Kabupaten/Kota Tahun Provinsi kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2017 Sedangkan tingginya kontribusi dari Kabupaten Nunukan berasal dari kegiatan di sektor primer khususnya perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara. Bonus kekayaan sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Nunukan menyebabkan besarnya kontribusi Kabupaten terhadap perekonomian provinsi. Di samping itu, kabupaten lainnya 3 2 4

325 masih belum memiliki kegiatan perekonomian unggulan yang mampu membantu mewujudkan pemerataan distribusi PDRB terhadap Provinsi Kalimantan Utara. Selain ketidakmerataan distribusi PDRB akibat pusat pertumbuhan ekonomi yang terpusat, penyebab kemiskinan lainnya adalah belum optimalnya pengendalian harga barang kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya inflasi di Provinsi Kalimantan Utara, yakni 11,91% pada tahun Angka ini jauh melebihi tingkat inflasi nasional yang hanya 8,36% pada tahun yang sama. Tingginya inflasi dapat mengindikasikan tingginya harga barang dan jasa di masyarakat, besarnya jumlah uang yang beredar dan tingginya tingkat daya beli yang harus dimiliki masyarakat. Hal ini menyebabkan standar hidup yang semakin tinggi sehingga sebagian masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal. Belum optimalnya pengembangan usaha di sektor produktif bagi masyarakat juga menjadi alasan tidak terjangkaunya kebutuhan minimal atau dengan kata lain rendahnya pendapatan masyarakat dan menjadikan sebagian penduduk tergolong penduduk miskin. 2. Masih Relatif Tingginya Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Utara hingga awal tahun 2017 masih tergolong tinggi. Berdasarkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) rata-rata, Provinsi Kalimantan Utara berada di posisi angka 5,17% pada Febuari Hal ini menunjukkan bahwa adanya keterbatasan kesempatan kerja atau belum optimalnya perluasan kesempatan kerja. Rendahnya kesempatan kerja dapat dilihat dari masih rendahnya rasio penyerapan tenaga kerja oleh PMDN/PMA yaitu hanya 17,40. Rendahnya daya serap tenaga kerja dapat disebabkan oleh kondisi kualitas tenaga kerja yang tidak sesuai dengan permintaan serta terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Penyebab lain tingginya jumlah pengangguran adalah belum memenuhinya kualitas tenaga kerja tersedia dengan permintaan tenaga 3 2 5

326 kerja sehingga menyulitkan penyalurannya kepada penyedia lapangan pekerjaan. Tingkat pendidikan terakhir tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Utara paling besar adalah tamat Sekolah Dasar, yaitu 33,03%. Tingkat pendidikan yang relatif rendah ini tentu mempengaruhi kualitas tenaga kerja dan keterbatasan kemampuan dalam bekerja di sektor-sektor tertentu. Gambar 2.22 Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Tingkat Pendidikan Tahun 2017 Provinsi Kalimantan Utara Sumber: hasil olahan Pertumbuhan Ekonomi Bersumber pada Kegiatan Ekonomi dan Rentan terhadap Keberlanjutan Ekonomi serta Lingkungan Pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara apabila dilihat melalui pertumbuhan PDRB, masih cenderung bersumber dari kegiatan perekonomian di sektor primer. Sektor primer yang sangat mempengaruhi perekonomian Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian. Meski kontribusinya terhadap provinsi menurun setiap tahunnya, namun sektor-sektor ini masih menduduki sektor yang berkontribusi paling besar, yaitu mencapai 49% terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Sektor pertanian menyumbang sebesar 27,68% di tahun 2016, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 17,01% pada tahun yang sama

327 Struktur perekonomian Kalimantan Utara menurut lapangan usaha tahun 2016 masih didominasi oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian (27,68 persen) serta lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (17,01 persen). Namun, peranan lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian terus menurun selama tiga tahun terakhir, sebaliknya untuk lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan justru meningkat peranannya dalam pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Utara. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang berbasis pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Perluasan dan pengembangannya juga rentan merusak lingkungan dan mengakibatkan bencana. Selain itu, kegiatan pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah kepada hasil sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian masih sangat terbatas. Saat ini kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian belum memiliki forward linkage ke sektor industri. Artinya, produk kedua sektor tersebut sebagian besar masih dijual sebagai bahan mentah atau tidak terolah. Gambar 2.23 Kontribusi PDRB ADHK Sektor Primer Tahun Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan,

328 Seperti produk sektor pertanian, termasuk produk sektor pertanian pangan, peternakan, dan perikanan, masih diserap dalam bentuk konsumsi langsung oleh masyarakat lokal. Sebagian lain dari produk tersebut sudah terolah namun masih secara tradisional dan sederhana (semi olah), sehingga masih tergolong tidak sustainable. Sama halnya dengan produk sektor pertambangan dan penggalian yang belum terolah oleh sumberdaya manusia di Provinsi Kalimantan Utara. Akibatnya, nilai tambah yang seharusnya dapat didapatkan Provinsi Kalimantan Utara sebagai daerah penghasil, justru diperoleh oleh daerah pengolah. Keterbatasan kegiatan pengolahan disebabkan masih kurangnya kemampuan di bidang teknologi untuk mengolah, sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan mengolah bahan mentah masih relatif sedikit, dan kurangnya investasi di bidang pengolahan sektor tersebut. Kurangnya daya tarik disebabkan infrastruktur dan fasilitas fisik maupun ekonomi pendukung investasi industri pengolahan yang belum mampu disediakan Provinsi Kalimantan Utara. 4. Terdapatnya Kegiatan Perdagangan Ilegal Lintas Batas yang Berpotensi Mengakibatkan Kebocoran Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia, tepatnya di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau. Namun kondisi pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum di wilayah perbatasan di Provinsi Kalimantan Timur masih sangat lemah. Oleh sebab itu masih sering dan banyak terjadi kegiatan ilegal seperti perdagangan ilegal, human traffikcing, TKI ilegal hingga penyelundupan narkoba dan obatobatan terlarang. Kegiatan ilegal khususnya perdagangan barang lintas batas disebabkan antara lain oleh faktor harga dan tingkat aksesibilitas. Harga barang terutama barang produk dalam negeri di wilayah perbatasan tergolong sangat mahal apabila dibandingkan dengan harga di 3 2 8

329 Unit Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah wilayah lainnya. Tingginya harga barang disebabkan oleh kurangnya ketersediaan sarana ekonomi berupa pasar dan mahalnya biaya transportasi barang dari tempat produksi menuju ke wilayah perbatasan. Saat ini kondisi sarana ekonomi di wilayah perbatasan tidak hanya jumlahnya saja yang sedikit tetapi juga konstruksi bangunannya yang tidak permanen (tidak memiliki atap, lantai, dan dinding). Hal tersebut di atas menyebabkan kurangnya jumlah pasokan barang kebutuhan pokok sehingga sulit didapat dan harganya yang kemudian menjadi tinggi. Berikut adalah data jumlah sarana ekonomi di kawasan perbatasan. Namun karena ketidaktersediaan data, jumlah sarana ekonomi yang dapat ditampilkan hanya jumlah sarana ekonomi di Kabupaten Nunukan. Faktor lainnya adalah masih buruk dan kurangnya aksesibilitas masyarakat perbatasan terhadap pusat kegiatan ekonomi dalam negeri yang terdekat. Tingkat aksesbilitas yang dimaksud erat kaitannya dengan ketersediaan sarana transportasi. Akses menuju dan/atau dari kawasan perbatasan secara umum menggunakan transportasi udara, laut, dan darat. Namun pelayanannya hingga saat ini masih sangat terbatas, baik dari segi kapasitas moda transportasi, ongkos atau biaya, maupun kualitas infrastruktur pendukung layanan transportasi Pasar dengan bangunan permanen Pasar semi permanen Pasar tanpa bangunan Gambar 2.24 Jumlah Sarana Ekonomi di Kawasan Perbatasan Tahun 2014 Sumber: Hasil Olahan

330 Mahalnya harga produk dalam negeri mendorong masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan untuk lebih memilih membeli barang kebutuhan pokok dari Negara Malaysia yang relatif lebih murah. Perdagangan barang lintas batas yang dilakukan masyarakat perbatasan tergolong perdagangan ilegal karena seringkali menggunakan jalur setapak, tanpa izin jual, dan tidak dikenakan pajak karena tidak melewati imigrasi resmi

331 Masalah 1. Masih relatif tingginya tingkat kemiskinan 2. Masih relatif tingginya tingkat pengangguran 3. Pertumbuhan ekonomi bersumber pada kegiatan ekonomi yang rentan terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan 3. Terdapatnya kegiatan perdagangan ilegal lintas batas yang berpotensi mengakibatkan kebocoran ekonomi Sumber: Hasil Analisis, 2016 Tabel Permasalahan Ekonomi Akar Masalah 2. Ketidakmerataan Spasial Distribusi Kegiatan Ekonomi akibat pusat pertumbuhan ekonomi yang masih terkonsentrasi pada kabupaten/kota yang memiliki keunggulan SDA dan infrastruktur dasar yang relatif baik 3. Belum optimalnya pengendalian harga barang kebutuhan pokok masyarakat 4. Belum optimalnya pengembanganusaha pada sektor produktif bagi masyarakat 1. Belum optimalnya perluasan kesempatan kerja 2. Belum baiknya kualitas tenaga kerja yang menyulitkan penyaluran tenaga kerja 1. Sektor primer masih menjadi kontributor utama PDRB (48%) 2. Masih terbatasnya kegiatan pengolahan yang dapat memberikan nilai tambah 1. Relatif mahalnya biaya transportasi barang dan jasa 2. Aksesibilitas masyarakat terhadap pusat kegiatan ekonomi terdekat di wilayah Indonesia terbatas B. Pertanian dan Ketahanan Pangan Permasalahan yang terdapat di pertanian mencakup permasalahan kurang optimalnya pemanfaatan lahan pertanian, sumber daya manusia yang terbatas serta ketersediaan sarana produksi pertanian yang belum memenuhi kebutuhan petani. 1. Belum Optimalnya Pengelolaan Lahan Pertanian Potensial yang Produktif Sebagai Pendukung Ketahanan Pangan Belum optimalnya pemanfaatan lahan potensial yang produktif pertanian di Kalimantan Utara menyebabkan kurangnya jumlah produksi pertanian. Kurangnya pengelolaan lahan pertanian ini disebabkan beberapa faktor diantarnya belum tersedianya infrastruktur yang baik yang mendukung meningkatkan produktifitas pertanian, dalam hal ini infrastruktur pengairan baik itu bendungan, embung, maupun lahan yang telah terjaringi saluran irigasi. Selain infrastruktur pengairan, jalan 3 3 1

332 sebagai akses utama mobilitas pergerakan orang dan barang menjadi tidak kalah pentingnya. Masih terdapatnya beberapa daerah yang belum terakses jalan, membuat terhambatnya proses distribusi hasil atau bahan pertanian, selain itu kondisi jalan yang kurang berkualitas juga menghabiskan waktu yang cukup lama, padahal hasil pertanian cenderung tidak memiliki daya simpan yang lama. Selain masalah infrastruktur, masalah yang mempengaruhi optimalisasi penggunaan lahan pertanian ini dikarenakan status kepemilikan lahan yang belum jelas, yang membuat hal ini menjadi salah satu faktor penghambat investor dalam menginvestasikan modalnya di sektor pertanian. Sebagai daerah otoritas baru, pengembangan suatu wilayah pastinya akan membutuhkan lahan lahan baru guna mendukung aktivitas penduduknya. Sehingga tidak jarang pengkonversian lahan lahan pertanian menjadi guna lahan yang lain baik itu perumahan, perdagangan dan jasa. Adanya perubahan guna lahan apabila tidak terkendali dengan baik maka akan mengurangi lahan pertanian yang hal ini akan berdampak langsung terhadap penurunan produksi komoditas pertanian. Lebih jauh lagi, dengan penurunan komoditas pertanian ini dikhawatirkan akan meningkatkan kerawanan pangan daerah tersebut. Kerawanan pangan disini mencakup akan ketersediaan bahan pangan di suatu daerah sebagai konsekuensi akan lahan pertanian yang belum dioptimalkan pemanfaatannya dan juga disebabkan sebagai akibat dari perubahan guna lahan kepada fungsi selain pertanian. Berdasarkan analisis, hingga tahun 2016 kondisi daya dukung lahan dalam mendukung kemampuan swasembada pangan mencapai angka 0,00076 (Sumber: Analisis Penyusun, 2016). Maknanya, bahwa angka tersebut belum mampu mencapai swasembada pangan dengan kondisi lahan pertanian saat ini. Lahan pertanian yang belum optimal ini dikhawatirkan akan menjadi penyebab kerawanan pangan. Kekhawatiran ini disebabkan karena dengan kondisi lahan yang kurang optimal maka 3 3 2

333 akan mengganggu kestabilan ketersediaan pangan, sehingga peluang masyarakat untuk mengalami kerawanan pangan besar kemungkinannya. 2. Kurang Tersedianya Sarana Produksi Pertanian Masalah tentang ketersediaan sarana produksi pertanian yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani diantaranya yakni ketersediaan benih unggul sebagai inputan utama dalam menghasilkan produksi tani yang berkualitas, ternyata tidak tepat secara kuantitas dan kualitasnya. Selain benih yang unggul masih minimnya Hal ini tentunya menjadi hambatan dalam proses penanaman, terutama dalam mewujudkan periode musim tanam sesuai tanaman sesuai musim tanam. Selain bibit, masalah pada ketersediaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang belum memadai, membuat petani kesulitan dalam mengolah hasil panen. Disamping kebutuhan akan alsintan, masih minimnya ketersediaan pupuk, obat obatan juga menjadi tantangan petani dalam bertanam di Provinsi Kalimantan Utara ini. 3. Terbatasnya Sumber Daya Manusia di Bidang Pertanian Sumber daya manusia sebagai aktor dari pelaksana kegiatan menjadi utama keberadaannya. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi faktor kunci suksesnya suatu program. Dalam mengembangkan sektor pertanian, sumber daya manusia di Kalimantan Utara yang bergerak di pertanian banyak bertumpu pada penduduk transmigran. Rendahnya sumber daya manusia di bidang pertanian melingkupi masih kurangnya jumlah tenaga penyuluh pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas, lalu keberadaan kelompok tani, gapoktan yang belum terorganisir dengan baik, dan kelembagaan swadaya masyarakat yang bergerak di bidang agribisnis dan agroindustri masih kurang. Hal ini terbukti dari keberadaan agroindustri yang lingkupnya baru berskala industri rumah tangga. Padahal dengan melimpahnya beberapa komoditas pertanian, hal itu apabila 3 3 3

334 dikembangkan dengan baik maka akan memberi nilai tambah pada suatu produk. Selain itu juga belum dirintisnya organisasi petani yang bersifat ekonomik- komersial yang mendukung dan menunjang kegiatan sektor pertanian dari hulu sampai hilir, misalnya dibentuknya kelompok petani penangkar benih padi, kedele, tanaman sayuran, bibit buah, dan juga kelompok penghasil pupuk organik, dan kelompok lainnya

335 4. Belum Berkembangnya Hilirisasi Komoditas Pertanian Hasil beberapa komoditas pertanian yang cukup melimpah belum memberi nilai tambahpada ekonomi. Hal ini disebabkan hasil pertanian yang langsung dijual secara mentah tanpa dikelola menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang notabenenya memberi lebih banyak nilai tambah dibandingkan dengan menjual langsung bahan mentah. Pengolahan hasil pertanian menjadi bahan jadi baru terwujud di Kota Tarakan, melalui pengolahan melalui olahan hasil industri rumah tangga seperti pengolahan keripik dari tanaman buah buahan, pengolahan tahu tempe berbahan dasar kedelai. Pada hasil komoditas perkebunan, juga masih belum terlihat adanya upaya hilirisasi. Hal ini terlihat dari penjualan kelapa sawit yang cenderung dijual mentah, selain itu kakao, karet juga masih belum dikembangkan pengelolaannya. Sehingga petani kebun langsung menjual hasil kebunnya secara mentah tanpa dikelola terlebih dahulu, padahal dengan pengelolaan maka komoditas hasil pertanian akan jauh lebih memberi nilai tambah baik secara ekonomi maupun sosial. Masalah Belum optimalnya pengelolaan lahan pertanian yang potensial produktif berpotensi terhadap kerawanan pangan Kurang sarana pertanian Tabel Permasalahan Pertanian dan Ketahanan Pangan tersedianya produksi Akar Masalah Belum tersedianya infrastruktur pengairan baik bendungan, embung, saluran primer maupun saluran sekunder Lahan potensial yang tersedia untuk pertanian belum semuanya dibuka dengan baik dan statusnya kepemilikannya masih banyak yang belum jelas. Infrastruktur jalan darat dan jalan usaha tani yang sangat menunjang pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil panen belum tersedia secara memadai, sementara transportasi air masih difungsikan secara konvensional. Terjadinya alih fungsi lahan dari peruntukan pertanian tanaman pangan menjadi peruntukan non pertanian, mengikuti kondisi dan tren pasar Ketersediaan benih unggul yang tidak tepat dalam jumlah, kualitas, waktu yang menjadi penghambat dalam proses penanaman tanaman pangan sesuai musim tanam terlebih pada pertanian di lahan kering. Sarana produksi pertanian lainnya berupa pupuk, obatobatan belum tersedia dengan baik Ketersediaan alat dan mesin pertanian yang belum memadai 3 3 5

336 Masalah Terbatasnya sumber daya manusia di bidang pertanian Belum berkembangnya hilirisasi komoditas pertanian Sumber: Hasil Analisis, 2017 Akar Masalah Sarana dan fasilitas penanganan pasca panen serta jejaring pasar pertanian belum ada Sarana prasarana pembangunan dan pengembangan pertanian masih kurang (komitmen anggaran di aspek ini masih kurang) Keberadaan kelompok tani, gabungan kelompok tani sebagai organisasi petani belum baik Belum dikembangkanya lembaga swadaya masyarakat pertanian yang bergerak dalam bidang agribisnis dan agroindustri lokal maupun regional organisasi petani yang bersifat ekonomik-komersial yang mendukung dan menunjang kegiatan sektor pertanian dari hulu sampai hilir, misalnya dibentuknya kelompok petani penangkar benih padi, kedelai, tanaman sayuran, bibit bua-buahan, dan juga kelompok penghasil pupuk organik, dan kelompok lainnya. Perkembangan komoditas buah-buahan cukup baik, namun belum ada program hilirisasi produk/ hasil sehingga belum menguntungkan Perkembangan sektor perkebunan di luar kelapa sawit seperti karet, kakao, lada, kopi, kelapa belum tumbuh kembang dengan baik, sementara hasil kebun kelapa sawit masih dijual secara mentah, sehingga belum mampu memberi banyak nilai tambah C. Kehutanan 1. Terbatasnya Kelengkapan Organisasi dan Kelembagaan Sektor Kehutanan Organisasi dan kelembagaan perangkat daerah saat ini berdasarkan pada UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah serta PP No. 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Kehutanan yang merupakan urusan pilihan menyebabkan dalam pembentukannya diserahkan kepada daerah masing-masing. Dalam lingkup Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Utara saat ini, secara struktur kelembagaan sektor kehutanan merupakan wewenang bidang kehutanan dari Dinas Kehutanan. Keadaan SDM di organisasi memiliki jumlah dan kapasitas yang berbeda. Selain kebutuhan pegawai struktural yang mencukupi kebutuhan pelayanan administrator, kebutuhan fungsional juga diperlukan secara merata agar organisasi dapat menjalankan peran perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan kawasan hutan dan isinya 3 3 6

337 (kayu/non kayu). Keberadaan fungsional seperti penyuluh kehutanan, polisi kehutanan, SPORC, PPNS, dsb. diperlukan secara merata dari tingkat provinsi sampai tingkat tapak. Tanggung jawab atau beban tupoksi yang relatif sama untuk mengelola hutan Provinsi Kalimantan Utara yang luasnya mencapai 74,59% dari luas daratannya dengan aksesibilitas sulit harus ditanggung oleh organisasi dengan kondisi seperti itu. Kawasan hutan Provinsi Kalimantan Utara sampai saat ini masih menjadi wilayah kerja dari beberapa UPT Kementerian yang mengurusi sektor kehutanan, yaitu: BPKH (Balai Pemantapan Kawasan Hutan) Wilayah IV, BP2HP (Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi) Wilayah XIII, BPDAS (Bina Pengelolaan DAS) Mahakam-Berau, Balai Besar Penelitian Dipterocarpa, Balai Litbang Teknologi Perbenihan Samboja, Badan Diklat Kehutanan Kalimantan Timur, SMK Kehutanan Samarinda, dan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Kalimantan Timur (3 Seksi Pengelolaan) (RKTP, 2014). UPT Kementerian tersebut berada diwilayah Kalimantan Timur sedangkan wilayah pengelolaan atau wilayah kerjanya mencakup Kalimantan Utara. Satusatunya UPT Kementerian yang terdapat di Kalimantan Utara adalah Balai Taman Nasional Kayan Mentarang. Balai BKSDA yang wilayah pengelolaannya selama ini berdasarkan wilyah administratif tidak seperti taman nasional yang berdasarkan ekosistem berperan dalam mengelola kawasan konservasi selain TN. Balai KSDA bertugas dalam penyelenggaran konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi. Di luar kawasan namun masih dalam wilayah administratifnya Balai KSDA bertanggung jawab juga dalam mengawasi peredaran tumbuhan dan satwa liar, termasuk pula upaya-upaya penelitian, penangkaran, dan pemanfaatannya (pemeliharaan) oleh 3 3 7

338 perorangan, perusahaan dan lembaga-lembaga konservasi terkait. Dilihat dari pengelolaan konservasi di wilayah jantung Kalimantan dan wilayah perbatasan yang menjadi isu nasional dan internasional keberadaan dari organisasi ini penting artinya terutama dalam memantau kegiatan illegal logging dan illegal hunting. Semakin jauh wilayah kerja/pengelolaan ditambah lagi aksesibilitas yang relatif masih sulit dari pusat pengelolaan yaitu kantor balai maka semakin lemah tingkat pengelolaannya. Kesatuan Pemangkuan Hutan yang diharapkan dapat memisahkan fungsi administrator dan pengelola atau regulator dan operator dari kawasan hutan Provinsi Kalimantan Utara saat ini masih belum berjalan dengan optimal. Banyak kendala yang dihadapi mulai dari penyediaan sarana dan prasarana dasar sampai ke kelembagaannya, seperti KPHP Kayan (Kabupaten Bulungan) yang sampai saat ini masih ketiadaan kelembagaan. Kerangka kelembagaan, pendanaan, dan regulasi diperlukan agar KPHP ataupun KPHL dapat segera berjalan dengan baik untuk mengatasi berbagai permasalahan kehutanan. Masalah tata batas di lapangan, pembinaan para pemegang izin pemanfaatan, dan pengusahaan kawasan hutan yang belum terbebani izin mulai dari hasil hutan kayu, non kayu, biodiversity, dan jasa lingkungan diharapkan segera terkelola. 2. Konflik Pemanfaatan Kawasan Hutan Sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB) Provinsi Kalimantan Utara mempunyai banyak kepentingan terhadap hutan kawasan hutan di wilayahnya. Kepentingan daerah untuk meningkatkan PDRB atau PAD nya mengundang banyak investor untuk menanamkan modal di daerah ini. Kondisi saat ini terdapat tiga komoditas dengan tingkat eksploitasi lahan yang tinggi yaitu kayu, sawit, dan batubara. Seiring dengan peningkatan aksesibilitas dan sarana prasarana dasar maka ke depan pembangunan daerah memerlukan wilayah untuk pengembangan 3 3 8

339 industri dan pemukiman sehingga tekanan terhadap kawasan hutan akan semakin meningkat. Semakin tinggi kepentingan atas lahan dan SDA maka potensi benturan kepentingan semakin tinggi. Potensi konflik yang mungkin terjadi antara manusia dan satwa, investor dengan masyarakat adat maupun dengan masyarakat desa sekitar hutan. Dari segi kepentingan ekologi, satwa liar membutuhkan habitat atau wilayah yang spesifik untuk tempat mencari makan dan berkembang biak. Satwa liar secara turun-temurun telah mendiami wilayah ekologi tersebut namun keberadaan sumber daya alam (SDA) seperti bahan tambang, kayu, migas, dll ataupun kawasan itu sendiri menarik manusia untuk mengeksploitasinya. Dari segi ekonomi, eksploitasi sumberdaya hutan khususnya HPH tanpa memperhatikan kelestariannya telah menunjukkan laju produksi kayu nasional dilaporkan KPK pada 2015 terus menurun lebih dari 20 juta meter kubik (m 3 ) pertahun 1990-an menjadi 5,3 juta m 3 pada tahun Peningkatan produksi kayu berasal dari konversi hutan alam menjadi HTI, dan lahan komersial lainnya termasuk perkebunan sawit dan pertambangan. Perusahaan HTI dan yang mengantongi Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) meningkatkan produksi kayu dari 2,8 juta m 3 pada tahun 2008 menjadi 19,1 juta m 3 namun setelah habis akan segera dikembangkan sesuai peruntukannya. Dari segi sosial budaya adanya klaim masyarakat adat, pengusahaan skala besar, privatisasi lahan dan tanah, perubahan status dan fungsi kawasan hutan telah menyebabkan keterbatasan akses masyarakat terhadap manfaat hutan. Akses yang terbatas atau bahkan tertutup terhadap sumberdaya hutan akan menyebabkan semakin jauhnya tingkat kesejahteraan masyarakat lokal dan dan masyarakat adat. Perencanaan dan penetapan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan fakta lapangan telah menimbulkan konflik tenurial. Kawasan hutan yang mantap penting agar manfaat hutan dapat dirasakan secara adil oleh masyarakat industri, masyarakat lokal, dan masyarakat adat

340 Penataan batas yang belum selesai atau belum temu gelang dapat menjadi potensi konflik berbagai kepentingan. Berjalannya Kesatuan Pengelolaan Hutan di tingkat tapak akan dapat mengelola secara langsung tata batas kawasan hutan dengan melihat berbagai kepentingan yang ada di lapangan. Dengan tata batas yang jelas maka tumpang tindih lahan akan dapat terselesaikan. 3. Belum Tersedianya Data dan Informasi Kehutanan Secara Lengkap, Akurat, dan Kontinu Perencanaan dalam rangka pemanfaatan dan penggunaan kawasan dan hasil hutan untuk pembangunan kehutanan dan non kehutanan membutuhkan data dan informasi spasial dan non spasial yang berkaitan dengan kawasan hutan dan apa yang terkait dengannya. Data dan informasi yang lengkap, akurat, dan kontinyu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat dan bijak dalam mengakomodir berbagai kepentingan. Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat dan bijak akan meminimalisir konflik dalam pengelolaan hutan. Data dan informasi yang tidak lengkap akan menyebabkan perencanaan yang tidak utuh mengelola permasalahan dari pusat menuju tingkat tapak. Salah satu penyebab data dan informasi yang belum tersedia lengkap, akurat, dan kontinyu adalah sistem informasi manajemen yang sudah ada tidak berjalan dengan lancar dan efektif dari tingkat tapak menuju pengambil kebijakan. Semestinya aliran data bisa berjalan dari satu pintu ke pintu yang lain dengan transparan sehingga menjamin akuntabilitasnya. Dengan begitu setiap data dan informasi dapat terlacak sampai ke tingkat tapak. Penyebab yang lain adalah karena belum ada pendataan dan inventarisasi data informasi kawasan hutan serta isinya sehingga tidak ada data atau informasi yang data diberikan. Kendala itu terjadi karena kekurangan atau kompetensi SDM Kehutanan dari lembaga yang berwenang. Masalah lain adalah perbedaan metode yang 3 4 0

341 digunakan sehingga setiap lembaga mengeluarkan data yang berbeda dari lembaga lain. Dampaknya, adalah kegiatan sektor kehutanan tidak mempunyai target yang terukur untuk menyelesaikan permasalahan. Data luasan hutan dan lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara apabila dilihat dari data BPDAS sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan data lahan kritis berbeda dengan data yang terdapat di provinsi sehingga sulit untuk menentukan target rehabilitasinya. Saat ini yang terjadi adalah tingkat rehabilitasi tidak sebanding dengan luasan lahan kritis yang terus bertambah karena kegiatan logging, pertambangan, perkebunan, kebakaran hutan, dsb

342 4. Masih Lemahnya Penegakan Hukum Sektor Kehutanan Kurang memadainya SDM, organisasi/lembaga yang berwenang dalam mengawasi kegiatan ilegal sektor kehutanan di tingkat provinsi dan kab/kota, seperti BKSDA juga menyebabkan tidak terpantaunya kegiatan ilegal sektor kehutanan seperti penebangan dan perdagangan kayu ilegal serta perdagangan dan perburuan tumbuhan dan satwa liar (TSL). Namun peran tersebut juga harus ditunjang dengan keberadaan polisi kehutanan yang mencukupi dan perangkatnya seperti SPORC (Satuan Polhut Reaksi Cepat) dan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) agar regulasi kehutanan dapat ditegakkan. Tingginya tingkat perdagangan TSL illegal dan kayu illegal memerlukan kerja sama dari berbagai pihak agar kekayaan jenis di Provinsi Kalimantan Utara ini dapat lestari. Peran Polhut sulit untuk digantikan secara maksimal oleh kepolisian daerah mengingat jumlah dan kompetensinya yang terbatas namun keduanya tetap harus berjalan bersama untuk memperkuat penegakan hukum sektor kehutanan. Permasalahan penegakan hukum kehutanan memerlukan pengawasan sehingga penegakan hukum tidak hanya terhadap rakyat kecil saja yang melakukan pelanggaran untuk kebutuhan perut sehari-hari namun juga aktor-aktor besarnya. 5. Rendahnya Kesejahteraan Masyarakat Desa Sekitar Hutan Seringkali dijumpai kondisi masyarakat sekitar desa hutan (MSDH) mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Kawasan hutan yang kaya dengan sumberdaya alamnya tidak dapat memberikan kehidupan yang layak untuk mereka. Banyak faktor penyebabnya, antara lain masyarakat tidak diberikan akses untuk mengelola hutan akibat pengusahaan hutan dalam skala besar oleh investor. Skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat masih sangat kurang diterapkan oleh pemerintah daerah seperti skema hutan desa, 3 4 2

343 hutan kemasyarakatan, bahkan pendampingan dalam pengelolaan hutan rakyat sehingga bisa mensejahterakan mereka masih sangat kurang. Arahan kawasan hutan untuk skema Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seuas Ha menjadi potensi yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Industri rakyat dalam pengolahan hasil hutan yang ada tidak berkembangnya karena berbagai kendala dasar seperti listrik dan jalan. Sarana dan prasarana dasar daerah tersebut perlu diadakan agar bisa menghubungkan antara industri rakyat dengan industri besar atau menuju konsumen di kota. Pendampingan perlu terus dilakukan oleh lintas lembaga dinas-dinas terkait agar UMKM di bidang kehutanan ini dapat bekembang untuk mensejahterakan masyarakat. Masalah 1. Masih terbatasnya kelengkapan organisasi/kelembaga an yang masih kurang memadai 2. Konflik pemanfaatan kawasan hutan 3. Belum tersedianya data dan informasi kehutanan secara lengkap dan akurat 4. Masih lemahnya penegakan hukum sektor kehutanan masih lemah Tabel Permasalahan Kehutanan Akar Masalah Sebaran pegawai struktural dan non struktural di perangkat daerah bidang kehutanan pada tingkat provinsi, kab/kota sampai KPH belum merata dan mencukupi kebutuhan pelayanan sehingga kurang maksimal dalam mendukung tupoksinya, contohnya jabatan fungsional penyuluh, polhut, SPORC, dan PPNS Belum adanya kelembagaan di KPH Kayan (Bulungan) Tidak adanya organisasi di tingkatan provinsi yang berwenang mengelola konservasi satwa liar dalam mengatur perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar termasuk dalam mengawasi kegiatan ilegal khusus sektor kehutanan di tingkat provinsi dan kab/kota, seperti BKSDA Belum mantapnya seluruh kawasan hutan yang ada Masih belum maksimalnya fungsi KPH di daerahnya sehingga penataan batas kawasan hutan belum terkelola secara langsung Sistem informasi atau aliran data/informasi dari tingkat tapak, kabupaten dan provinsi tidak berjalan dengan lancar Belum adanya pendataan atau inventarisasi seluruh potensi hasil hutan bukan kayu, baik sebaran dan besarnya karena permasalahan kekurangan SDM Tidak terpantaunya kegiatan ilegal sektor kehutanan seperti penebangan dan perdagangan kayu ilegal serta perdagangan dan perburuan tumbuhan dan satwa liar (TSL) 3 4 3

344 Masalah 5. Rendahnya kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan Sumber: Hasil Analisis, 2016 Akar Masalah Kurangnya memadainya SDM, organisasi/lembaga yang berwenang dalam mengawasi kegiatan ilegal sektor kehutanan di tingkat provinsi dan kab/kota, seperti BKSDA Kurangnya pengelolaan hutan berbasis masyarakat seperti skema hutan desa, hutan kemasyarakatan, dan hutan rakyat Tidak berkembangnya industri hasil hutan karena berbagai kendala Kurangnya penyuluhan dan pendampingan dari sektor terkait Kurangnya kerjasama antar sektor untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan D. Perikanan 1. Belum Dimanfaatkannya Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara Optimal Sementara ini sub-sektor Kelautan dan perikanan belum menjadi andalan yang dapat untuk memacu perkembangan sektor-sektor lain di Provinsi Kalimantan Utara ini. Dalam lima tahun terakhir, kontribusi sub-sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Kalimantan Utara masih jauh di bawah sektor mineral dan pertambangan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan sub-sektor lain dalam sektor pertanian, sub-sektor kelautan dan perikanan ternyata merupakan salah satu sub-sektor yang kontribusinya terhadap PDRB provinsi Kalimantan Utara terus meningkat sejak tahun 2008 bersama-sama dengan sub-sektor tanaman perkebunan. Sedang sub-sektor yang lain dalam kelompok sektor pertanian kontribusi terhadap PDRB semuanya mengalami penurunan. Dengan demikian, sub-sektor kelautan dan perikanan dimasa yang akan datang diharapkan akan dapat menjadi salah satu sub-sektor sebagai prime mover pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara, mengingat potensi sumber daya ikan yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu, potensi perairan baik laut maupun perairan umum (sungai, rawa dan danau) yang besar dan sementara ini belum dimanfaatkan

345 Provinsi Kalimantan Utara bersama-sama dengan Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi yang merupakan WPP-716 (Wilayah Pengelolaan Perikanan). Sumberdaya ikan di WPP-716 diperkirakan mempunyai potensi lestari sebanyak 333,60 ribu ton/tahun dan sampai sekarang belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sumberdaya ikan yang melimpah di WPP-716 diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai, seperti adanya kapal penangkap ikan (>30 GT), dan pelabuhan perikanan yang memadai serta sumberdaya manusia/nelayan yang mencukupi/memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut data, kapal motor yang berukuran GT di Provinsi Kalimantan Utara hanya sekitar 0,12%, sedang sebagian besar adalah yang berukuran 0-5GT (80,07%). Dengan demikian, dengan adanya armada penangkapan ikan yang yang kecil tersebut maka ikan-ikan yang dapat tertangkap adalahnya yang ada di perairan pantai (<4 mil). Kurangnya kapal motor penangkap ikan yang berukuran besar (>30GT) di Provinsi Kalimantan Utara, kemungkinan disebabkan adanya prasarana pelabuhan perikanan yang belum memadai (belum ada pelabuhan perikanan kelas Nusantara atau Samudera, sehingga kapal ikan yang ukuran besar tidak dapat mendarat). Disamping itu, jumlah RTP (Rumah Tangga Perikanan) tangkap laut yang jumlahnya hanya RTP dengan hasil tangkapan sebanyak ton/tahun atau rata-rata RTP menghasilkan ikan tangkapan 3,4 ton/tahun. Hasil tangkapan ikan yang rendah ini disebabkan karena adanya sarana dan prasarana penangkapan ikan yang kurang memadai. Dengan demikian perikanan tangkap Provinsi Kalimantan Utara hanya dapat memanfaatkan potensi lestari sumberdaya ikan di WPP-716 hanya sebanyak 4,3% saja. Rendahnya pemanfaatan sumberdaya ikan di laut juga disebabkan oleh tidak adanya rasa aman bagi para nelayan yang melakukan penangkapan di lautan Provinsi Kalimantan Utara

346 Provinsi Kalimantan Utara dengan panjang pantai km atau 0,5% dari total panjang pantai di Indonesia, ternyata belum dapat memanfaatkan potensi tersebut untuk kegiatan budidaya perikanan baik perikanan darat, payau maupun laut secara optimal. Di Provinsi Kalimantan Utara secara umum produktivitas budidaya masih belum optimal. Sebagai contoh produktivitas tambak udang di provinsi Kalimantan Utara masih sangat rendah, yaitu hanya 0,13 ton/ha/tahun. Padahal di Pulau Jawa, sekarang ini produktivitas tambak udang yang digunakan untuk budidaya udang vaname dapat mencapai ton/ha/tahun atau bahkan lebih tinggi lagi khususnya yang menggunakan system budidaya secara intensif. Rendahnya budidaya perikanan di Provinsi Kalimantan Utara disebabkan oleh adanya konflik penggunaan lahan untuk budidaya/tambah, karena masih tumpah tindih dengan kawasan hutan, kurang terjaminnya keamanan bagi para petambak/pembudidadya udang, terbatasnya SDM yang memadai dan terbatasnya aksesibiltas sarana produksi (pakan, benur, obat-obatan), mengingat semua sarana produksi didatangkan baik dari Sulawesi Selatan maupun dari Pulau Jawa. Dengan adanya permasalahanpermasalahan tesebut, menyebabkan pengembangan budidaya perikanan menjadi tidak optimal baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kota Tarakan sejak masih menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Timur telah menjadi pintu keluar bagi produk perikanan di provinsi tersebut. Pada tahun 2012 misalnya, jumlah ikan yang keluar (ekspor dan antar pulau) mencapai 75,79% dari total ikan yang keluar dari Provinsi Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur yang berupa udang beku (82,05%). Pada tahun 2015, jumlah produk perikanan (selain rumput laut) yang diekspor atau keluar provinsi melalui Tarakan adalah sebanyak ton atau sebanyak 36,97% dari total produksi. Kegiatan pasca panen produk perikanan sampai sekarang baru dilakukan oleh 19 perusahaan yang semuanya berlokasi di Kota Tarakan. Meskipun tidak tersedia data, diyakini produksi rumput laut yang mencapai ton 3 4 6

347 juga dijual keluar daerah sebab sampai sekarang belum tersedia industri pengolahan rumput laut di Provinsi Kalimantan Utara. Dengan demikian, dengan adanya potensi yang besar dengan tingkat pemanfaatan yang masih rendah tersebut, dimasa depan akan dibutuhkan unit pengolahan hasil perikanan yang lebih banyak dan tersebar di kabupaten-kabupaten yang ada. Potensi budidaya yang ada baik untuk perairan umum (sungai, rawa dan danau) maupun laut cukup luas dan tersebar di semua kabupaten/kota. Namun demikian kegiatan budidaya perikanan yang berkembang (>90%) hanya ada di Kabupaten Nunukan, sedang di kabupaten lain belum berkembang. Namun demikian, pemanfaatan perairan umum menurut hasil survey menghadapi kendala akibat adanya penurunan mutu lingkunan air akibat adanya pembukaan lahan baru baik untuk perkebunan maupun untuk pertambangan. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat erosi yang menyebabkan pendangkalan sungaisungai yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. Produksi perikanan di provinsi inilebih banyak untuk pemenuhan kebutuhan dalam provinsi (sekitar 64%), kecuali untuk produk udang dan rumput laut. Konsumsi ikan di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 42,74 kg/kap/tahun dan lebih tinggi dari rata-rata nasional. Dengan demikian prospek pengembangan sub-sektor kelautan dan perikanan ke depan cukup baik, mengingat tingkat konsumsi penduduk akan ikan yang tinggi, pemasaran keluar daerah maupun ekspor terbuka lebar melalui pintu gerbang utama Kota Tarakan dan Pulau Nunukan serta potensi yang sangat besar. Sehingga sub-sektor kelautan dan perikanan diperkirakan akan dapat menjadi sub-sektor unggulan dimasa yang akan dapat sepanjang sarana dan prasarana serta SDM tersedia baik kuantitas maupun kualitasnya. Tabel Permasalahan Perikanan Masalah Akar Masalah 1. Penangkapan ikan 1. Fasilitas pelabuhan perikanan belum memadai 3 4 7

348 yang belum optimal 2. Kapal ikan mayoritas ukuran kecil (<30 GT) 3. SDM nelayan kurang kompetitif untuk bersaing dengan nelayan lain (luar daerah atau luar negeri) 4. Keamanan masih rendah 2. Budidaya ikan/udang belum optimal 3. Industri pengolahan produk perikanan belum berkembang 4. Degradasi ekosistem perairan Sumber: Hasil Analisis, Lahan utk pengembangan budidaya udang/tambak belum ada kepastian hukum (lahan hutan) 2. Keterbatasan sarana produksi (pakan, benih dsb) 3. SDM budidaya masih kekurangan baik kualitas maupun kuantitas 4. Keamanan masih rendah 1. Belum terjaminnya kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produk perikanan di Kaltara 2. Infrastruktur pendukung industry belum tersedia dengan baik (sarana transportasi, listrik) 3. Belum adanya insentif bagi industry pengolahan produk perikanan 4. Fasilitas ekspor masih belum memadai Adanya ekploitasi lahan untuk perkebunan dab tambang yang tidak terkendali, sehingga terjadi sedimentasi di sungai dan pantai E. Energi dan Sumber Daya Mineral 1. Penurunan Produksi Migas Selama kurun waktu 4 tahun terakhir ( ) telah terjadi penurunan produksi minyak dan gas bumi di Provinsi Kalimantan Utara yang selama menjadi penopang PDRB sebesar 30%. Penurunan produksi migas ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: 1) harga minyak dunia yang turun hingga mencapai dolar/barel, 2) kelesuan ekonomi di beberapa belahan benua seperi Eropa dan Amerika, 3) menurunnya produksi migas pada sumur sumur tua, 4) tidak atau belum ditemukannya sumur sumur produksi baru di Cekungan Tarakan, 5) menurunnya kegiatan eksplorasi migas untuk menemukan cadangan minyak baru, 6) peraturan yang kurang mendukung daya tarik investor. Oleh karena itu produksi migas di Provinsi Kalimantan Utara cenderung mengalami penurunan produksi yang tentunya akan berpengaruh terhadap PDRB secara nasional maupun secara regional yang akan berimbas kepada PAD Provinsi Kalimantan Utara. 2. Kegiatan Penambangan Menimbulkan Kerusakan Lingkungan 3 4 8

349 Di bidang sumberdaya energi batubara selama 4 tahun terakhir ( ) telah terjadi peningkatan produksi batubara. Peningkatan produksi batubara disatu sisi menguntungkan karena dapat meningkatkan PDRB pertambangan non migas yang akan berpengaruh terhadap peningkatan PAD, tetapi di sisi lain mengakibatkan peningkatan area penambangan batubara dan kerusakan lingkungan antara lain 1) pengaruh air asam tambang yang berasal dari limbah batuan sedimen, 2) kerusakan infrastruktur jalan, 3) kebisingan aktifitas penambangan, 4) kualitas udara, 5) limbah BBM dari kendaraan angkut tambang,6) tidak melakukan reklamasi pasca penambangan atau kwalitas reklamasi sangat jelek, 7) banyak terjadi genangan air pada area bekas penambangan, 8) meningkatnya sedimentasi dan pencemaran air sungai. Untuk menekan terjadinya kerusakan lingkungan pemerintah telah mengeluarkan peraturan baru yang melarang ekspor batubara sebagai bahan mentah, tetapi harus meningkatkan nilai tambah antara lain 1) meningkatkan nilai kalori batubara, 2) mengurangi kadar debu, kadar sulfur, dan kadar air, 3) memanfaatkan untuk energi listrik (PLTU), 4) membuat industri briket batubara. Dengan demikian akan dapat menekan laju produksi batubara mentah dan mengkonsevasi atau memperpanjang umur penambangan batubara dan menekan laju kerusakan lingkungan. Minimnya informasi kegiatan penambangan emas dan penambangan sumberdaya mineral lain (bahan galian C) di Provinsi Kalimantan Utara yang telah terjadi selama ini tidak tercatat atau terlupakan kegiatannya dan pengawasannya. Hal ini terbukti pada kualitas air sungai sejumlah 33 titik di sejumlah sungai yang mempunyai kadar residu terlarut dalam air mencapai lebih 100 mg/l dan 33 titik di sejumlah sungai yang mempunyai kadar residu tersuspensi lebih 100 mg/l (Buku Data Status Lingkungan Hidup Kalimantan Utara,2015). Besarnya kadar residu terlarut dalam air bisa disebabkan oleh pembuangan limbah penambangan batubara, emas atau sumberdaya 3 4 9

350 mineral yang lain. Kegiatan penambangan tersebut dimungkinkan berdampak terhadap kualitas air sungai di Provinsi Kalimantan Utara. 3. Terbatasnya Ketersediaan Energi Selama ini pasokan listrik dan kebutuhan listrik di Provinsi Kalimantan Utara tidak seimbang, dimana pasokan listrik lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan listrik. Selama ini listrik hanya mengandalkan dari pembangkit listrik tenaga diesel yang menggunakan BBM jenis solar. Oleh karena itu Provinsi Kalimantan Utara dikatagorikan krisis listrik selama ini dan menjadi permasalahan penting yang perlu mendapat prioritas. Oleh karena itu dalam RPJMD menjadi prioritas nasional dan target provinsi untuk mewujudkan: 1) PLTA Sungai Kayan 1000 MW, 2) 2 PLTU prioritas nasional dan 3 PLTU target propinsi, 3) PLTG di Kabupaten Tanah Tidung, 4) 100 PLTS di kawasan perbatasan Permasalahan energi lainnya adalah lambannya pasokan bahan bakar minyak (BBM) dan besarnya kuota BBM di Provinsi Kalimantan Utara menjadi permasalahan utama yang menyebabkan kelangkaan BBM. Permasalahan ini jika tidak menjadi prioritas saat ini akan menghambat pengembangan wilayah provinsi ini masa depan. BBM sangat diperlukan untuk kegiatan tranportasi darat, sungai, laut maupun industri dan pembangkit listrik. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara selayaknya berusaha untuk memperbesar kuota pasokan BBM ke Pertamina dengan membangun infrastruktur tempat penampungan BBM di sejumlah wilayah kabupaten yang ada di provinsi ini Bidang Fisik A. Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 1. Tata Ruang Beberapa permasalahan di bidang tata ruang antara lain, pertama adalah kesenjangan wilayah antar bagian timur dan barat. Wilayah pesisir bagian timur memiliki keterbukaan dan akses yang lebih baik dibandingkan 3 5 0

351 wilayah pedalaman bagian barat. Hal ini diantaranya dicirikan oleh distribusi kota-kota besar yang berada di wilayah bagian timur dan begitupun dengan nilai PDRB kabupaten/kota yang juga lebih besar di wilayah bagian timur. Dalam hal ini, perencanaan pembangunan terkesan diarahkan pada wilayahwilayah yang memang siap dan cenderung memiliki tingkat perekonomian yang tinggi, sementara wilayah yang belum berkembang sesuai arahan tata ruang adalah wilayah yang berfungsi secara ekologis sehingga perkembangannya memerlukan pembatasan. Kedua adalah kawasan perbatasan darat dan perairan Indonesia- Malaysia yang memiliki perkembangan dari sisi ekonomi yang lebih dipengaruhi oleh wilayah Malaysia daripada wilayah Indonesia, yang berpotensi terjadinya kebocoran ekonomi, yang tidak mendukung prinsip kedaulatan negara. Hal ini karena kondisi permukiman yang cenderung mengelompok pada wilayah yang secara geografis datar serta memiliki karakteristik perkotaan yang ditunjang dengan jalur transportasi darat dan air. Sedangkan transaksi perdagangan dengan menggunakan transportasi udara akan berdampak pada harga produk olahan dan non olahan yang cenderung lebih mahal jika didatangkan dari luar wilayah. Hal ini sangat dirasakan daerah perdesaan dan perbatasan. Selain itu, kenyataan yang ditemui adalah masyarakat dihadapkan pada produk impor dari Malaysia yang lebih murah karena keadaan akses transportasi yang lebih baik. Akibatnya, banyak masyarakat yang akhirnya memilih membeli produkproduk dari Malaysia. Ketiga adalah keterbatasan akses dan pelayanan infrastruktur yang berdampak terhadap kelancaran pergerakan barang dan orang untuk kepentingan kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial masyarakat terutama pada kawasan perdesaan, kawasan tertinggal termasuk kawasan perbatasan. Hal ini dapat diakibatkan dari jaringan jalan, jembatan, pelabuhan, atau bandara yang ada tidak sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah di Provinsi Kalimantan Utara padahal sarana tersebut merupakan solusi 3 5 1

352 untuk distribusi barang dan jasa, mengangkut kebutuhan masyarakat, serta mobilitas penduduk. Kondisi geografis daerah pedalaman dan perbatasan yang terletak di wilayah yang sulit dijangkaumengakibatkan tidak tersedianya jasa transportasi darat. Kondisi topografi kawasan perbatasan dan pedalaman sebagian besar merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang terjal dengan kemiringan rata-rata di atas 40% dan ketinggian antara m. Pada saat ini, transportasi utama di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh transportasi air (sungai) dan udara memingat sebagian besar wilayah dilalui oleh sungai besar, seperti Sungai Kayan, Sesayap, dan Sembakung. Hal ini salah satunya karena kebanyakan masyarakat lebih memilih memanfaatkan potensi alam sungai yang ada sebagai prasarana penghubung transportasi, harga yang relatif murah dan aman, dan juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan angkutan jalan, dibalik keterbatasan ketersediaan angkutan maupun jaringan jalan, sehingga saat ini transportasi dianggap lebih efektif. Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun , diketahui bahwa kondisi jaringan jalan yang terbentuk saat ini masih terpusat pada jalur-jalur regional dan belum menyentuh hingga ke pedalaman. Jaringan pelayanan transportasi jalan penghubung antar zona pun hanya sebagian saja yang dilayani oleh angkutan umum regular, yaitu 20 Bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dan 7 Bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi). Berdasarkan kajian pola pergerakan orang dan barang serta ketersediaan jaringan transportasi darat, untuk jangka pendek dan menengah transportasi sungai perlu dipertahankan dan dilakukan peningkatan kualitas pelayanan di titik-titik pertemuan (dermaga dan pelabuhan sungai), serta pemeliharaan alur sungai. Sementara untuk jaringan transportasi udara, di Provinsi Kalimantan Utara menyediakan bandar udara skala pelayanan sekunder dan tersier sebagai pusat penyeberangan, serta bandara perintis sebagai bandar udara 3 5 2

353 bukan pusat penyeberangan. Saat ini, dari 6 bandara umum yang ada, hanya Bandar Udara Juwata yang merupakan pusat bandar udara skala sekunder dengan status penyeberangan domestik dan internasional. Nantinya, bandar udara ini diharapkan dapat meningkat menjadi skala pelayanan primer. Sedangkan untuk bandar udara perintis, tersedia 3 bandara, yaitu Bandara Kaburau, Long Bia, dan Pulau Bunyu. Keempat, berkurangnya tutupan lahan hutan yang sudah semakin terbatas akibat praktek illegal logging dan kepentingan kegiatan budidaya yang mengharuskan konversi hutan sehingga hilangnya fungsi hutan sebagai fungsi produksi dan ekologis. Berikut beberapa data yang dapat mendukung. Tabel Perkiraan Luas Kerusakan Hutan Menurut Penyebabnya Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara No. Penyebab Kerusakan Luas (Ha) 1 Kebakaran Hutan 31,50 2 Lahan Berpindah ,64 3 Penebangan Liar 10 4 Penebangan Hutan 25 5 Lainnya 0 Sumber: Dokumen Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kalimantan Utara Tahun

354 Tabel Pelepasan Kawasan Hutan yang Dapat Dikonversi Menurut Peruntukan Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara No. Penyebab Kerusakan Luas (Ha) 1 Pemukiman ,83 2 Pertanian Perkebunan Industri Pertambangan Lainnya ,17 Sumber: Dokumen Buku Data Status Lingkungan Hidup (SLHD) Kalimantan Utara Tahun 2016 Selanjutnya, kawasan pesisir timur yang merupakan kawasan berkembang dari sisi ekonomi karena memiliki lokasi yang strategis serta keberadaaan sumber daya alam yang berpotensi mengancam ekosistem. Kalimantan Utara sebagai provinsi pesisir pantai dan laut memiliki kekayaan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang dengan berbagai anekakeanekaragaman hayati. Kondisinya, kelangsungan hidup kekayaan alam tersebut banyak bergantung pada kualitas air perairan yang padaumumnya tercemar baik oleh limbah domestik, limbah industri, maupun karenaperalihan fungsi dan pengelolaan lahan pertanian yang tidak sesuai denganpersyaratan pengelolaan lingkungan, terutama kualitas air laut yang biasanyatercemar oleh bawaan pencemar sungai yang kemudian mengarah ke laut. Kelima, karakter daerah aliran sungai dan kawasan perairan sekitar sungai dan terjadinya kerusakan lingkungan di bagian hulu yang berpotensi terjadinya banjir yang berdampak tinggi pada kawasan perkotaan dan permukiman. Beberapa faktor yang menyebabkan banjir di Provinsi Kalimantan Utara antara lain pemanfaatan tata guna lahan/ perubahan tata guna lahan pada wilayah, Negara Malaysia dan Indonesia yang dialiri Sungai Sembakung memperkecil daerah resapan air, curah hujan yang tinggi dan intensitas hujan tinggi, Sungai Kayan yang merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Kalimantan Utara meluap, pendangkalan akibat sedimentasi, sarana pengendali banjir 3 5 4

355 eksisting belum optimal, karakteristik topografi wilayah (Buku Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kalimantan Utara Tahun 2016). Terakhir yaitu keberadaan kawasan rawa yang menjadi karakteristik wilayah Provinsi Kalimantan Utara, tetap perlu dipertimbangkan apabila dikembangkan kegiatan budidaya disekitarnya karena kemungkinan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. Potensi yang besar tersebut banyak dimanfaatkan untuk menunjang kesejahteraan dan membantu kehidupan masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Namun, karena peran SDA sangat besar bagi semuagolongan maka potensi daya rusak dan pencemaran sangat mungkin meningkat. 2. Degradasi Lingkungan yang Semakin Mengancam Kualitas lingkungan hidup yang terus mengalami ancaman degradasi dari pemanfaatan SDA yang berlebih dan/atau kurang terkendali akan dikhawatirkan tidak mampu mewujudkan upayapencegahan dampak negatif perubahan iklim. Kecenderungan peningkatan lahan kritis yang disebabkan pemberian izin pemanfaatan lahan hutan yang berlebihan hampir seluruh luas hutan yang ada, kurangnya pengawasan terhadap praktek KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan), dimana KPH seharusnya turut melestarikan hutan tetapi karena pengawasan terhadap itu tidak ada, maka praktek melestarikan hutan tersebut tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Peningkatan lahan kritis di kawasan yang berfungsi lindung meningkat dan bertambah status kekritisannya dari yang potensial kritis menjadi kritis yang disebabkan praktek konservasi tidak dilakukan sesuai kaidah yang seharusnya, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penambahan luas lahan kritis ini juga disebabkan terjadinya tanah longsor selain dari erosi. Tingkat kekritisan lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara dari tahun ketahun terus berubah, ada yang bertambah dan ada pula yang 3 5 5

356 berkurang. Hal ini terjadi karena alih fungsi terutama hutan alam untuk penggunaan lain seperti pertambangan dan perkebunan sawit yang terjadi secara besar-besaran. Sebagai gambaran, pada akhir tahun 2011 telah diterbitkan izin untuk pemanfaatan tambang batu bara seluas ,22 Ha dan izin untuk perkebunan kelapa sawit seluas ,03 Ha (Dokumen Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Utara Tahun ). Sampai dengan tahun 2010, Provinsi Kalimantan Utara mempunyai lahan kritis yang cukup luas, yaitu sekitar 1,13 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 0,5 juta hektar di luar kawasan hutan. Terjadinya lahan kritis di dalam kawasan hutan disebabkan oleh adanya pemanfaatan kawasan hutan yang tidak memenuhi prinsip kelestarian hutan, seperti overlogging, permudaan yang gagal, ataupun kegiatan pemanfaatan di luar kehutanan yang merusak kawasan hutan seperti pembalakan liar dan perambahan kawasan. Kawasan Hutan Lindung juga mengalami degradasi. Kawasan Hutan Lindung di Kota Tarakan dan Pulau Nunukan mengalami tekanan yang berat oleh perluasan lahan pemukiman masyarakat dan perluasan areal perkotaan. Lahan kritis di Provinsi Kalimantan Utara terus bertambah, selain karena alih fungsi hutan juga tidak seimbangnya reklamasi lahan-lahan yang rusak baik oleh pihak perusahaan maupun oleh pemerintah terhadap lahan-lahan kritis diluar perusahaan. Luas lahan kritis di provinsi ini pada tahun 2015 yaitu ,53 Ha. Sebagian besar 97% lahan kritis terletak di Kabupaten Nunukan atau seluas ,74 Ha

357 Gambar 2.25 Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: SLHD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Sementara itu, luas lahan yang tergolong sangat kritis 6.065,83 Ha yang tersebar di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung. Gambar 2.26 Persentase Luas Lahan Sangat Kritis Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: SLHD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Prasarana sumber daya air dan irigasi melingkupi Wilayah Sungai 3 5 7

358 (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Kalimantan Utara. Wilayah Sungai (WS) Sesayap yang mencakup wilayah administratif Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan serta sebagian wilayah negara Malaysia, merupakan salah satu WS yang memiliki peranan penting. DAS terpenting di WS Sesayap antara lain adalah DAS Sesayap dan DAS di Pulau Tarakan, karena sebagian Sub DAS berada di Wilayah Sabah (Malaysia), yaitu Sub DAS Angisan dan Sembakung, maka berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, WS Sesayap termasuk Wilayah Sungai Lintas Negara. Potensi SDA di WS Sesayap yang sangat besar dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain sebagai prasarana lalu lintas air, sumber air baku, sumber air irigasi, kegiatan kehutanan, kegiatan perkebunan, kegiatan industri, budi daya perikanan, kegiatan pertambangan, prasarana rekreasi dan pariwisata, dan juga mempunyai fungsi sosial. Berbagai aktivitas perekonomian seperti logging, baik yang dilakukan oleh perusahaan dengan ijin HPH maupun penebangan liar, aktivitas perkebunan, pertambangan dan sebagainya, telah memberi dampak semakin menurunnya luas hutan di WS Sesayap setiap tahun sehingga banyak DAS dan Sub DAS yang mengalami kemerosotan kualitas daerah tangkapan airnya. Permasalahan tersebut akan terus meningkat akibat masih terbatasnya kemampuan pengelolaan SDA dan belum tersedianya infrastuktur pendukungnya. Degradasi lingkungan juga terjadi akibat usaha pertambangan. Usaha pertambangan terutama emas dan batubara yang tidak diikuti oleh pengelolaan lingkungan yang baik akan menyebabkan risiko kerusakan lingkungan pada lokasi dan lingkungan sekitarnya. Selain rusaknya lapisan atas tanah, pertambangan yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menyebabkan tercemarnya air permukaan dan air tanah karena meningkatnya ph air (air asam tambang). Daerah genangan bekas 3 5 8

359 penambangan dapat meningkatkan perkembangan distribusi nyamuk malaria atau demam berdarah. Perkembangan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan menunjukkan kecenderungan menurun, dalam pengertian jumlah yang tidak dapat ditertibkan semakin naik. Hal ini terjadi di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan.Jika tidak ditertibkan, maka pertambangan tanpa ijin ini akan berpotensi merusak lingkungan karena sulit diawasi dan dikendalikan. Selain berpotensi terhadap kerusakan lingkungan juga merugikan pemerintah daerah karena pertambangan tanpa ijin tidak dapat memberikan kontribusi resmi kepada pendapatan daerah. Hal lain adalah menyangkut tata-kelola ketenagakerjaan yang tidak dapat mengikuti aturan formal karena keberadaan usaha yang illegal. Terjadinya peningkatan arus pendatang di Provinsi Kalimantan Utara menyebabkan peningkatan pula di bidang industri, baik dari jenis maupun jumlah pabrik. Hal tersebut disebabkan sektor industri di provinsi tersebut memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan, sehingga dapat dijadikan andalan dalam penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat pendatang. Peningkatan arus pendatang yang menyebabkan berkembangnya sektor perindustrian di Provinsi Kalimantan Utara, khususnya di Kota Tarakan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan yang semakin meningkat pula. Peningkatan pencemaran tersebut, apabila tidak ditangani secara maksimal, dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat di provinsi tersebut, serta berlanjut ke penurunan daya tampung lingkungan. Dalam hal ini, penanggulangan permasalahan lingkungan ini harus ditingkatkan dengan mengacu pada konsep pembangunan hijau atau ramah lingkungan dan mengajak partisipasi pihak-pihak terkait, begitupun dengan masyarakat dalam perlindungan lingkungan ini agar lebih optimal. Tabel

360 Permasalahan Lingkungan Masalah Akar Masalah Degradasi lingkungan yang 1. Kepemilikan lahan kritis di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan dari tahun ke tahun semakin bertambah semakin mengancam 2. Semakin meningkatnya aktivitas perekonomian (perkebunan, pertambangan, dll) membuat semakin menurunnya luas hutan di WS 3. Banyaknya DAS dan Sub DAS yang mengalami kemerosotan kualitas daerah tangkapan airnya 4. Penurunan daya tampung lingkungan akibat pencemaran dari jumlah pendatang dan aktivitas industri yang semakin meningkat Sumber: Hasil Analisis, 2016 B. Permukiman, Sarana dan Prasarana Perkotaan 1. Ketersediaan Sarana Prasarana yang Belum Dapat Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Penduduk Salah satu permasalahan di bidang permukiman, sarana dan prasarana perkotaan yang teridentifikasi adalah ketersediaan sarana prasarana yang belum dapat mendukung pemenuhan kebutuhan penduduk. Fenomena yang dapat ditemui diantaranya adalah minimnya sarana perbelanjaan kebutuhan sehingga mengakibatkan banyaknya masyarakat, khususnya di kawasan perbatasan yang memilih keluar wilayah (Malaysia) hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya, seperti keperluan untuk makan. Tidak adanya Pasar Serba Ada yang dapat menyediakan segala kebutuhan pokok atau sehari-hari masyarakat perbatasan menjadi penyebab kondisi ini terjadi. Beberapa fakta pun ditemui pergerakan pasokan barang-barang pokok di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi oleh pasar Malaysia atau dapat dikatakan pasokan dari negara tersebut. Penyebab lainnya adalah ditemukannya harga yang tinggi untuk beberapa kebutuhan komoditas kunci yang banyak dibutuhkan masyarakat dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh Malaysia, sehingga banyak dari mereka yang memilih untuk membelinya dari negara tersebut. Persebaran sarana dan prasarana pelayanan dasar lainnya, seperti sekolah atau klinik kesehatan pun masih sangat minim tersedia 3 6 0

361 sehingga masyarakat di kawasan perbatasan belum dapat menjangkau sarana prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah. Begitupun dengan sarana transportasi yang belum sepenuhnya mudah dapat menjangkau daerah-daerah perbatasan tersebut, masyarakat harus menunggu hanya untuk menyeberang ke kawasan perbatasan karena ketersediaan pesawat yang minim, waktu keberangkatan yang tidak menentu, namun berbanding terbalik dengan banyaknya jumlah masyarakat yang ingin bepergian sangat menjadi kendala sehingga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Permasalahan mendasar yang menjadi penyebab minimnya aksesibilitas dan ketersediaan sarana prasarana tersebut untuk menjangkau kebutuhan penduduk adalah faktor geografis. Letak, jarak antar wilayah yang saling berjauhan, kondisi topografi wiayah yang curam dan terjal menjadi sulitnya pembangunan dapat direncanakan menyeluruh dan dapat menjangkau ke seluruh wilayah. 76,27% dari luas wilayah total Provinsi Kalimantan Utara berada di kelerengan diatas 40%, 38,77% dari total luasan wilayah provinsi ini pun berada di ketinggian m di atas permukaan laut dan hanya 5,92% yang berada di ketinggian 0-7m di atas permukaan laut. Kondisi inilah yang menjadikan Provinsi Kalimantan Utara memiliki keterbatasan dalam pengembangan wilayah. 2. Krisis Kelistrikan Akibat Terbatasnya Ketersediaan Energi Listrik Permasalahan lain yang muncul terkait bidang permukiman, sarana dan prasarana perkotaanadalah kondisi krisis kelistrikan. Pemanfaatan energi listrik pada skala rumah tangga yang dapat dikatakan cukup rendah, bahkan selama tahun terjadi kecenderungan peningkatan dan penurunan jumlah rumah tangga pengguna listrik. Jika dibandingkan dengan SPM sebesar 100%, maka pada tahun 2016 rumah tangga pengguna listrik di Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih meningkat yaitu sebesar 98,01%. Dari angka tersebut, sumber listrik yang digunakan masing-masing 3 6 1

362 dari Listrik PLN sebanyak 86,75%, Listrik Non PLN sebesar 11,26%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan listrik oleh PLN belum dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan. Kondisi lainnya yang dapat ditemui adalah perluasan jaringan listrik hanya dilakukan pada wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang tinggi. Berdasarkan data daya listrik terpasang dan jumlah kebutuhan listrik masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah daya listrik terpasang di 4 (empat) kabupaten masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah kebutuhan per tahunnya, dan hal ini sangat berbeda dengan satu-satunya kota di provinsi ini, yaitu Kota Tarakan yang jumlah daya listrik terpasang pertahunnya selalu melebihi jumlah kebutuhannya. Rendahnya akses rumah tangga terhadap kebutuhan energi listrik akan berakibat pada rendahnya produktivitas rumah tangga karena rumah tangga tidak dapat melakukan kegiatan ekonomi yang lebih produktif. Untuk masa depan, jika hal ini tidak diperhatikan sejak saat ini maka akan menjadi persoalan terkait dengan rendahnya kemampuan wilayah provinsi ini untuk berkembang dan bersaing dengan wilayah lain karena kegiatan ekonomi rumah tangga terhambat akibat keterbatasan energi listrik. Begitupun dengan keterjangkauan jaringan listrik, jika hanya dapat menjangkau beberapa wilayah tertentu saja, dikhawatirkan akan memunculkan kesenjangan dan ketidakmerataan pertumbuhan wilayah. Berikut secara lebih jelas masalah kondisi kelistrikan yang sangat mencolok ditemui di provinsi ini

363 Mwh Mwh Mwh Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0, Tahun Bulungan Malinau Nunukan 70000, , , , , , ,00 0,00 Keterangan Grafik: Batang : Daya Listrik Terpasang Garis : Jumlah Kebutuhan Listrik Gambar 2.27 Perbandingan Antara Daya Listrik Terpasang dan Jumlah Kebutuhan Listrik Tahun untuk 4 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, , , , , , , , , ,00 0, Tarakan Tahun Tarakan Gambar 2.28 Perbandingan Antara Daya Listrik Terpasang dan Jumlah Kebutuhan Listrik Tahun Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, ,00 Keterangan Grafik: Batang : Daya Listrik Terpasang Garis : Jumlah Kebutuhan Listrik Pengembangan jaringan listrik di Provinsi Kalimantan Utara pada masa mendatang perlu dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangkit listrik yang ada. Pemanfaatan sumber energi listrik 3 6 3

364 alternatif terus diupayakan dalam rangka mengatasi krisis kelistrikan agar dapat melayani kebutuhan masyarakat hingga lima tahun mendatang serta melakukan pengembangan jaringan listrik yang ada agar dapat menjangkau daerah pelayanan yang cukup luas dengan prioritas pengembangan pada penyediaan sambungan baru melalui penyambungan jaringan yang ada ke wilayah baru mengikuti pengembangan jaringan jalan agar tidak menimbulkan kesemrawutan. Perluasan jaringan listrik dengan sistem interkoneksi diarahkan pada wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomiannya tinggi. 3. Rendahnya Ketersediaan Utilitas Permasalahan permukiman lainnya yang diidentifikasi adalah rendahnya rumah tangga pengguna air bersih. Selama tahun , perkembangan rumah tangga pengguna air bersih cukup fluktuatif dengan jumlah rumah tangga pengguna air bersih terbanyak berada pada tahun 2011 yakni sebesar 29,65% dan terendah berada pada tahun 2008 dengan angka 15,71%. Sementara itu, nilai SPM yang ditetapkan untuk penduduk berakses air bersih adalah sebesar 55-75%. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum dapat mengakses air bersih secara merata dan hal ini diduga berkaitan pula dengan terbatasnya ketersediaan air permukaan dan air bawah tanah. Rendahnya ketersediaan utilitas juga dilihat dari belum tercapainya nilai SPM untuk persentase rumah tinggal bersanitasi. Nilai indikator persentase rumah tinggal bersanitasi pada tahun 2012 (51,22%), diketahui masih terlampau jauh dibawah nilai standar pelayanan minimum yang ditetapkan (80%). Pada tahun 2013, sudah terjadi peningkatan sekitar 2% dari angka sebelumnya menjadi 53,01%, namun angka tersebut pun masih belum melampaui nilai standar yang ditetapkan. Hal ini menjadi catatan yang perlu diperhatikanoleh stakeholders terkait, oleh karena indikator sanitasi juga sangat berkaitan dengan kualitas kesehatan masyarakat. Jika permasalahan sanitasi tidak diperhatikan, di masa depan dikhawatirkan 3 6 4

365 % Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah akan menjadi salah satu faktor penghambat terciptanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan pada akhirnya memperlambat peningkatan kualitas sumber daya manusia di provinsi ini. 35,00 30,00 25,00 20,80 29,65 25,10 21,13 21,64 20,00 16,76 15,71 16,89 15,00 10,00 5,00 0, Tahun Gambar 2.29 Persentase Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Hasil Olahan, 2016 Tabel Permasalahan Permukiman, Sarana Prasarana Perkotaan Masalah 1. Ketersediaan sarana prasarana yang belum dapat mendukung pemenuhan kebutuhan penduduk 2. Krisis kelistrikan akibat terbatasnya ketersediaan energi listrik 3. Rendahnya ketersediaan utilitas Akar Masalah 1. Persebaran sarana dan prasarana pelayanan dasar yang belum mampu menjangkau desa-desa 2. Banyak masyarakat yang keluar wilayah (Malaysia) hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehariharinya 3. Tingginya harga kebutuhan komoditas kunci 4. Pergerakan pasokan barang-barang pokok di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Utara masih didominasi atau mengandalkan pasokan dari Malaysia 5. Sebab utama adalah masalah letak, jarak yang saling berjauhan, dankondisitopografiwilayah yang sangat curam/terjal 1. Pelayanan listrik belum dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan yang luas 2. Perluasan jaringan listrik hanya dilakukan pada wilayah-wilayah yang memiliki kecenderungan pertumbuhan penduduk dan perekonomian yang tinggi 1. Penduduk yang terlayani akses air bersih masih rendah 2. Penyediaan sarana sanitasi layak belum memenuhi standar 3 6 5

366 Sumber: Hasil Analisis, 2016 C. Transportasi dan Perhubungan Permasalahan dalam bidang transportasi lebih banyak terkait dengan permasalahan infrastruktur dan aspek perhubungan. Permasalahan utama yang teridentifikasi adalah: 1. Kurangnya tersedianya sarana prasarana fisik utama seperti pelabuhan, bandar udara, jalan utama (seperti jalan arteri primer dan kolektor primer) dan jembatan untuk bidang transportasi dan jaringan irigasi untuk bidang pertanian. 2. Belum terkoneksinya antar daerah dan dengan negara tetangga. Beberapa wilayah di dalam Provinsi Kalimantan Utara belum terhubung satu dengan lainnya demikian juga wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Kedua permasalahan tersebut memberikan dampak yang besar pada aksesibilitas berbagai fasilitas layanan sosial dan ekonomi serta menghambat berbagai upaya pengentasan kemiskinan. 1. Kurang Tersedianya Sarana Prasarana Fisik Utama Kondisi fisik wilayah yang cukup luas dan sebagian besar berada di kemiringan lereng di atas 40% (76,27%), dengan lokasi permukiman yang menyebar mengakibatkan penyediaan sarana prasarana fisik utama menjadi lebih sulit dan mahal. Sementara itu, sarana prasarana yang ada belum menunjukkan kualitas dan kuantitas yang memadai. Dari data yang diperoleh menunjukkan akar masalah ketersediaan sarana prasarana fisik berupa: a. Kondisi jalan dalam kondisi baik di Provinsi Kalimantan Utara hingga tahun 2016 baru sebesar 29,07 %. b. Kondisi jalan provinsi mantap (kondisi baik dan sedang) pada tahun 2016 baru sebesar 62,35%

367 c. Kondisi jalan provinsi pada Tahun 2016 didominasi oleh kondisi rusak sepanjang 1697,95 km atau sebesar 35,82%. d. Aspek aksesibilitas (panjang jalan per luas wilayah) di Provinsi Kalimantan Utara hingga tahun 2016 baru mencapai 40,94%. e. Kondisi masyarakat perbatasan dengan negara tetangga yang terisolir. f. Masih kurangnya jembatan yang menghubungkan antar wilayah. g. Sebagian besar bandara yang ada masih memiliki kapasitas rendah dikarenakan fasilitas utama yang ada (runway, taxiway, apron dan terminal) belum optimal kemampuannya. h. Jumlah pelabuhan dan dermaga belum mampu menjangkau seluruh wilayah. Kondisi sarana prasarana fisik utama yang tidak memadai dan kurang berkualitas menyebabkan konektivitas antar dan intra wilayah menjadi terhambat dan terbatas. Sebagai sumber bangkitan kegiatan, ketiadaan sarana prasarana fisik utama tersebut juga berdampak pada lemahnya bangkitan kegiatan ekonomi di berbagai wilayah. Berbagai potensi yang dimiliki suatu wilayah tidak dapat dimanfaatkan karena kesulitan akses. 2. Masih Rendahnya Konektivitas Antar daerah dan dengan Negara Tetangga Konektivitas tercipta dengan adanya jaringan jalan serta layanan transportasi berupa layanan transportasi udara, darat, laut dan sungai. Konektivitas antar wilayah memerlukan dukungan dari sarana prasarana transportasi utama. Masih banyak wilayah yang belum terhubungkan oleh jaringan jalan dan jembatan, sementara sebagian jalan yang ada dalam kondisi tidak prima sehingga ikut menambah kesulitan akses ke suatu wilayah. Simpul-simpul transportasi seperti terminal, dermaga, pelabuhan dan lapangan terbang telah tersedia pada wilayah-wilayah yang sudah terbangun baik sehingga menyulitkan aksesibilitas pada 3 6 7

368 wilayah-wilayah yang belum terbangun. Keterbatasan aksesibilitas tersebut tentunya dapat menghambat berbagai upaya pembangunan sektor-sektor lain. Konektivitas juga diperlukan untuk menghubungkan fasilitas maupun layanan umum dari berbagai sektor pembangunan (misal: pertanian, industri, pertambangan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya) untuk memudahkan akses dan distribusi berbagai layanan tersebut. Konektivitas antar wilayah yang masih rendah memiliki akar permasalahan utama belum tersedianya jaringan jalan antar wilayah yang memadai serta belum tersedianya layanan transportasi yang baik. Adanya sarana prasarana transportasi utama seperti bandar udara dan pelabuhan seringkali belum diikuti dengan layanan tranportasi yang memadai. Bahkan masih belum bisa diakses dengan layanan transportasi pengumpan yang cukup. Secara rinci akar permasalahan konektivitas antar daerah dan dengan negara tetangga adalah sebagai berikut: a. Belum optimalnya sistem transportasi wilayah terkait dengan keterpaduan antar moda dan antar wilayah Keterpaduan antar wilayah dapat diwujudkan dengan dukungan jaringan jalan yang menghubungkan berbagai wilayah dan dengan simpulsimpul transportasi utama seperti pelabuhan dan bandar udara. Jaringan jalan akan berperan maksimal bila tersedia layanan transportasi yang menghubungkan berbagai wilayah dan simpul transportasi utama tersebut. Saat ini belum semua wilayah terhubung oleh jaringan jalan yang baik. Kondisi panjang jalan yang dilalui roda empat per 1000 penduduk masih di bawah SPM, sedangkan jalann penghubung dari ibukota provinsi ke kawasan pemukiman penduduk masih sangat tebatas. Keterbatasan jaringan jalan juga berdampak pada minimnya layanan transportasi baik untuk orang maupun barang. Berbagai jenis layanan transportasi melalui udara, darat, laut (dan sungai) harus saling dipadukan dengan berbagai 3 6 8

369 layanan transportasi pengumpan maupun dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan. b. Belum optimalnya pelayanan transportasi yang mengakomodasi dari dan ke wilayah perbatasan Wilayah Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan wilayah Negara Malaysia masih menghadapi kendala jaringan jalan dan layanan transportasi menuju pusat ibukota kabupaten maupun provinsi. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan mengalami kesulitan mengakses berbagai fasilitas dan layanan umum di wilayah Indonesia. Sebaliknya orientasi kegiatan mereka lebih banyak ke wilayah Malaysia karena kemudahan akses yang bisa diperoleh ke Malaysia. Situasi ini sangat bertentangan dengan program Nawa Cita Presiden Jokowi yang menekankan pembangunan di wilayah pinggiran dan perbatasan. Kondisi topografi dan dominasi fungsi lahan sebagai wilayah konservasi memang menjadi kendala utama dalam membuka isolasi wilayah maupun usaha meningkatkan aksesibilitas. c. Belum tersedianya master plan layanan transportasi Provinsi Kalimantan Utara Sebagai wilayah yang baru berkembang dengan area yang sangat luas, Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki master plan layanan transportasi yang menjadi dasar dalam upaya mengembangkan jaringan transportasi. Adanya master plan transportasi akan memudahkan setiap pemimpin daerah tersebut dalam menentukan kebijakan pembangunan di bidang transportasi, membuat program dan menetapkan prioritas. d. Aspek keselamatan belum mendapat perhatian yang memadai Kecelakaan di bidang transportasi baik di darat, udara maupun air telah mengakibatkan korban materiil dan non materiil yang cukup besar. Oleh sebab itu aspek keselamatan transportasi menjadi penting untuk 3 6 9

370 diperhatikan. Faktor-faktor keselamatan transportasi seperti: perilaku pengguna jalan (dan pengguna moda transport lainnya) dalam berkendaraan maupun melakukan perjalanan, kondisi sarana-prasarana transportasi beserta alat-alat kontrol sebagai pendukung serta kondisi lingkungan di sekitarnya harus menjadi perhatian. Dalam konteks wilayah perbatasan, aksesibilitas dan mobilitas menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia di perbatasan yang membutuhkan akses ke berbagai sumber penghidupan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Ketergantungan terhadap berbagai sumber ekonomi di wilayah Malaysia harus segera direduksi untuk meningkatkan kedaulatan dan keamanan bangsa dan negara. Tabel Permasalahan Transportasi dan Perhubungan Masalah Akar Masalah 1. Kurang tersedianya 1. Kondisi jalan baik di Provinsi Kalimantan Utara hingga sarana prasarana fisik tahun 2014 sebesar 43,59% utama 2. Kondisi jalan provinsi mantap (kondisi baik dan sedang) pada tahun 2015 hanya sebesar 16,5% 3. Kondisi jalan provinsi didominasi oleh kondisi rusak berat (527,854 km atau sebesar 58,68%) 4. Aspek aksesibilitas (panjang jalan per luas wilayah) di Provinsi Kalimantan Utara hingga tahun 2014 baru mencapai 5,59% 5. Kondisi masyarakat perbatasan yang terisolir 6. Jembatan yang menghubungkan antar wilayah masih kurang dari sisi kuantitas dan kualitas. 7. Sebagian besar bandara yang ada masih memiliki kapasitas yang rendah 8. Jumlah pelabuhan dan dermaga belum mampu menjangkau seluruh wilayah 2. Masih rendahnya 1. Belum optimalnya sistem transportasi wilayah terkait konektivitas antar dengan keterpaduan antar moda dan antar wilayah daerah dan dengan 2. Belum optimalnya pelayanan transportasi yang Negara tetangga mengakomodasi dari dan ke wilayah perbatasan 3. Belum tersedianyan master plan layanan transportasi Provinsi Kalimantan Utara 4. Aspek keselamatan belum mendapat perhatian yang memadai Sumber: Hasil Analisis,

371 Bidang Tata Pemerintahan Dalam membangun tata kelola pemerintahan yang baik memiliki beragam unsur penting yang harus diperhatikan yaitu partisipasi, transparansi, akuntabilitas, kepastian hukum, efektif, efisien, dan didukung oleh sumber daya manusia yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan persoalan bidang tata kelola pemerintahan ditemukan beberapa faktor penyebabnya dapat diidentifikasi antara lain: belum terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik karena lemahnya kondisi sistem birokrasi, lemahnya sistem pengelolaan kebijakan publik, belum teridentifikasi sistem operating prosedur, lemahnya daya dukung penegakan tindak kriminal, lemahnya penegakan perda, lemahnya daya dukung pengelolaan manajemen data dan informasi, serta lemahnya tindakan dalam mendukung mitigasi, recovery bencana, pengelolaan aset, dan tingginya tingkat kerawanan sosial. Masing-masing permasalahan yang dihadapi Provinsi Kalimantan Utara secara umum disebabkan oleh persoalan masih lemahnya sistem pengelolaan data base sebagai pendukung proses kebijakan. Selain itu sebagai daerah otonomi baru Provinsi Kalimantan Utara juga masih memiliki kondisi sumber daya manusia masih relatif kurang secara kualitas maupun kuantitas. Dilihat dari sisi hukum masalah yang dihadapi adalah lemahnya aspek kepastian hukum yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kegiatan tata kelola pemerintahan. Lemahnya kepastian hukum terjadi karena belum adanya peraturan daerah yang berusaha memberikan landasan definitif yang dijadikan sumber legitimasi pelaksanaan pemerintahan umum. Pelaksanaan pemerintahan umum yang dimaksud yaitu yang ada di tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai di tingkat desa. A. Belum Terbentuknya Sistem dan Tata Kelola untuk Fasilitasi Pemerintahan Desa dan Pembangunan 3 7 1

372 Di tingkat pemerintahan desa informasi yang dapat dilihat yaitu masih banyak kategori desa tertinggal di Provinsi Kalimantan Utara. Status desa tersebut menggunakan data Evaluasi perkembangan Desa dan Kelurahan (EpDesKel) data Evaluasi Perkembangan Desa sebagaimana terlampir atau dapat di akses melalui website prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id. Gambar 2.30 Status Desa di Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Sumber: Data prodeskel yang diakses dari website: prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id Provinsi Kalimantan Utara memiliki 11,4% desa dalam ketegori Sangat Tertinggal dan 68% desa dalam kategori tertinggal, 18,4% desa dalam kategori berkembang, 2,2% desa dalam kategori maju, dan 0% desa dalam kategori mandiri. Kondisi ini perlu menjadi perhatian yang cukup serius mengingat tujuan adanya pemekaran Provinsi Kalimantan Utara yaitu untuk optimalisasi pelayanan publik dalam rangka memperpendek rentang kendali (span of control) pemerintahan agar tercipta efisien dan efektif sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, yang pada akhirnya diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, memperkuat daya saing daerah, dan memperkokoh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesai (NKRI) di wilayah perbatasan dengan negara lain/tetangga

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi baru yang berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan Undang-Undang No. 20

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB II KONDISI UMUM DAERAH BAB II KONDISI UMUM DAERAH Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kaltara berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH 2.1. Kondisi Umum Daerah BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH 2.1.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Kalimantan Utara di wacanakan sejak tahun 2000 oleh seluruh komponen masyarakat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN UTARA

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN UTARA DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN UTARA KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA KEADAAN 31 DESEMBER 2015 PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian dan fenomena baik alam non alam dan sosial yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5362 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PEMERINTAH DAERAH. Wilayah. Pembentukan. Provinsi Kalimantan Utara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 229) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis BAB II GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Malinau secara geografis terletak di wilayah bagian utara Kalimantan Timur yang wilayahnya berbatasan langsung dengan negara Malaysia yaitu negara bagian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN UTARA

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN UTARA DATA DASAR PROVINSI KALIMANTAN UTARA KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI KALIMANTAN UTARA KAB/KOTA

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PULAU TARAKAN

4 KONDISI UMUM PULAU TARAKAN 4 KONDISI UMUM PULAU TARAKAN 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Asal mula penamaan Tarakan berasal dari bahasa Tidung (suku/kaum nelayan), yaitu tarak yang berarti bertemu dan ngakan berarti makan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Studi Daerah Irigasi Way Negara Ratu merupakan Daerah Irigasi kewenangan Provinsi Lampung yang dibangun pada tahun 1972 adapun

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar. Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim dengan potensi kekayaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua

Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Karakteristik Daerah Aliran Sungai Mamberamo Papua Disusun Oleh : Ridha Chairunissa 0606071733 Departemen Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci