BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1

2 BAB 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk kota-kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang serius. Diantaranya, timbulnya permukiman kumuh. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, kebutuhan akan perumahan, penyediaan prasarana dan sarana permukiman akan meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan baru. Kekurang siapan kota dengan sistem perencanaan dan pengelolaan kota yang tepat, dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan berbagai motif dan keragaman nampaknya menjadi penyebab utama yang memicu timbulnya permasalahan permukiman. Pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat disediakan oleh sendiri maupun pemerintah. Sehingga, daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang ada mulai menurun dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terjadinya permukiman kumuh Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik dari sisi fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan prasarananya. Determinan Faktor dalam konteks penanganan kawasan permukiman kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam prosesnya kemudian berdampak pada kondisi kawasan perkotaan secara umumdan di identifikasi akan memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan. Secara khusus dampak perkembangan permukiman kumuh perkotaan berimplikasi terhadap paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan dan penghidupan warganya. Pada sisi yang lain khususnya terkait dengan tatanan sosial budaya, dan komunitas yang bermukim pada lingkungan permukiman kumuh, mengindikasikan bahwa secara ekonomi termasuk kategori ekonomi lemah dan berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab terjadinya degradasi tatanan kehidupan, baik pada tingkat struktur sosial, sistem sosial, dinamika sosial, pola kultural, konflik sosial dan fenomena urban crime. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 1

3 BAB 1 Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh telah diamanatkan UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, Selain itu, penanganan permukiman kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN , dimana target besarnya adalah terciptanya kota bebas kumuh di tahun Proses penanganan kumuh telah dimulai tahun 2015 dan target nol persen harus dicapai pada 2019, sehingga waktu penyelesaian tinggal 3 (tiga) tahun dengan ragam persoalan yang belum sepenuhnya terdeteksi. Langkah awal dalam mengejar target kota bebas kumuh 2019 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Kabupaten Bantaeng adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang juga mengalami permasalahan permukiman kumuh akibat rendahnya tingkat perekonomian, budaya yang tidak peduli terhadap lingkungan permukiman serta terbatasnya ketersediaan lahan untuk permukiman. Adapun beberapa isu strategi permukiman kumuh di Kabupaten Bantaeng adalah sebagian besar sarana infrastruktur pada sector limbah belum terkelolah dengan baik, hanya 69 % jumlah KK yang memiliki jamban sehat, limbah rumah tangga (grey water) yang dihasilkan sebagian besar yaitu 65 % rumah tangga tidak memiliki akses saluran septic tank, dimana urban yang tinggal disepanjang bantaran sungai lebih banyak membuang limbah cair rumah tangga mereka ke sungai. Hal ini dipicu oleh adanya permasalahan ekonomi maupun tidak tersedianya lahan, jika permukiman kumuh ini tidak segera dikendalikan maka akan memberikan dampak menjamurnya kantong-kantong permukiman kumuh yang tidak teratur dan tidak terkendali, peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir, peningkatan potensi kerawanan dan konflik social, penurunan tingkat kesehatan dan penurunan kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman. Kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng sesuai dengan SK. Bupati tahun 2014, ditetapkan berlokasi di 3 (tiga) wilayah Kecamatan, antara lain Kecamatan Bantaeng, Pajukukang dan Bisappu dengan total luasan Ha. Kawasan kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng meliputi; Kelurahan Pallantikang, Tappanjeng, Lamalaka, Letta, Bontosunggu, Bontorita, dan Desa Rappoa. Melalui dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng yang kemudian dapat digunakan untuk mengatasi permasalah kumuh yang ada hingga mecapai target 0% kumuh tahun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 2

4 BAB 1 B. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan a. Tujuan Umum Tujuan umum Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng, adalah sebagai berikut : Melakukan identifikasi potensi dan akar permasalahan kawasan permukiman dalam penyajian suatu profil kawasan yang mengacu kepada hasil penetapan SK Kabupaten Bantaeng terkait kawasan permukiman kumuh. Melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan melalui keterpaduan program semua sektor ke-cipta Karya-an yang di wadahi dalam Pokja PKP, sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang bersifat menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system). Menyusun strategi penanganan kumuh secara spasial dan tipologi kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan bersama selama jangka waktu berjalan. Menyusun Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dengan kelompok (komunitas BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di lingkungannya. Menyusun Dokumen Rencana Aksi (Action Plan), berupa Rencana Aksi Penanganan Kawasan Kumuh dan DED kegiatan tahun pertama, Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan. Tersedianya model penanganan (pilot projek) kawasan permukiman prioritas untuk kemudian dimatangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi satu kesatuan sistem perencanaan yang memiliki keterkaitan dengan SPPIP/RP2KP, RTRW, dan RP3KP Kabupaten Bantaeng. Merumuskan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya penataan fungsi dan fisik kawasan permukiman, bersama dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal kawasan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 3

5 BAB 1 Merumuskan program investasi pembangunan kawasan permukiman kumuhberdasarkan skala kota dan skala kelurahan sebagai acuan implementasi dari skenario pengembangan kawasan permukiman Kabupaten Bantaeng. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai berikut: Terwujudnya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan Kabupaten Bantaeng dalam penyusunan RP2KP-KP sebagai dokumen acuan dalam pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Bantaeng. Terwujudnya interaksi dan keterlibatan dalam proses Rencana Kawasan Permukiman kumuh melalui community participatory approach (CPA) dan community action plan (CAP). Terindentifikasinya kawasan permukiman kumuh dan program strategis pada kawasan permukiman kumuh. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan yang bersifat operasional pada kawasan permukiman kumuh yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng. Tersusunnya rencana detail desain pembangunan kawasan permukiman kumuh untuk penanganan tahun Merumuskan penanganan kawasan permukiman kumuh beserta besaran investasi yang akan digunakan dan dimanfaatkan. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan kawasan permukiman kumuh melalui penyiapan infrastruktur kawasan yang lebih memadai kualitasnya sesuai strategi penanganan yang akan dilakukan berdasarkan periode waktu yang ditetapkan. 2. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng, adalah sebagai berikut : a. Tersedianya Dokumen Perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan sebagai acuan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders), pelaksanaan penyelenggaraan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system). b. Tersedianya strategi penanganan kumuh secara spatial dan tipologi kawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku, dan nota kesepakatan bersama bagi seluruh pelaku dalam pengendalian pembangunan bersama. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 4

6 BAB 1 c. Tersedianya Rencana Kegiatan Aksi Komunitas (community action plan) sebagai bentuk perkuatan kapasitas Pemerintah Kabupaten Bantaeng dan kelompok (komunitas /BKM/KSM) untuk dapat lebih aktif terlibat dalam menangani permukiman kumuh di lingkungannya. d. Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) dengan kelengkapan Peta Perencanaan skala 1:1000 dan 1:5000, Dokumentasi Visual dan Visualisasi 3 dimensi Dokumen Perencanaan, serta DED rencana penanganan kumuh kegiatan tahun pertama (1:200, 1:100, 1:50) untuk pelaksanaan tahun e. Tersusunnya Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng sebagai bagian dari upaya peningkatan fungsi dan peningkatan vitalitas kawasan permukiman, yang dilakukan bersama dan semua stakeholder, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat dengan memperhatikan keserasian dengan alam sekitarnya. f. Tersusunnya program investasi pembangunan sesuai hasil dokumen RP2KP-KP yang telah disetujui semua pihak yang terkait dan sebagai bagian upaya peningkatan kualitas ruang dengan menyertakan sebagai bagian integral dari upaya pembangunan kawasan permukiman. g. Menata kawasan permukiman kumuh untuk mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini; h. Tersedianya instrumen penanganan persoalan pembangunan pada kawasan permukiman kumuh berbasis kawasan yang dapat diacu oleh seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng; i. Tersedianya rencana aksi program penanganan yang bersifat strategis dan berdampak pada penyelesaian pembangunan yang lebih luas, dan j. Tersedianya acuan bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam mengoptimalkan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur keciptakaryaan yang dapat mendukung dan mempercepat penanganan persoalan pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Bantaeng. C. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang Lingkup Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaaan(RP2KP-KP) Kota Bantaeng dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 5

7 BAB 1 Tabel 1.1. Lingkup Kegiatan RP2KP-KP Kota Bantaeng No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan I Persiapan 1 Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan persiapan pelaksanaan kegiatan, termasuk didalamnya menghadiri sosialisasi tingkat pusat, melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, pengumpulan data dan informasi. Persiapan ini juga didukung dengan mengikuti konsolidasi tingkat provinsi II 1 Identifikasi dilakukan dalam rangka untuk memahami kondisi permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota, mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh perkotaan, isu-isu strategis, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik dan kelembagaan Survei dan Identifikasi 2 Melakukan verifikasi lokasi permukiman kumuh perkotaan sesuai SK Penetapan Kawasan Kumuh Perkotaan yang ditetapkan oleh Bupati Bantaeng, deliniasi kawasan dan cakupan pelayanan infrastruktur pada lokasi permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng 3 Melibatkan partisipasi aktif Badan Keswadayaan Masyarakat/Kelompok Swadaya Masyarakat dalam melakukan survey/pemetaan swadaya di kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng III 1 Melakukan overview terhadap dokumen-dokumen perencanaan dan pengaturan/studi yang terkait seperti Rencana Tata Ruang, SPPIP, SSK. Perencanaan Teknis Sektoral dalam lingkup kegiatan ke-cipta Karya-an, kebijakan daerah dalam penanganan kumuh serta SK Bupati Bantaeng tentang Kawasan Kumuh Perkotaan Kajian dan Perumusan I a. Penyiapan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan. b. Penyiapan peta dasar. c. Penyiapan data dan informasi yang diperlukan. d. Penyiapan desain pengumpulan data dan informasi. e. Kesepahaman tahapan dan prosedur penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng a. Sebaran kawasan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng b. Kondisi permukiman kumuh terhadap ruang kota. c. Tipologi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng d. Isu-isu strategis permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng e. Potensi dan permasalahan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng (karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik dan kelembagaan) a. Deliniasi kawasan b. Luasan c. Data cakupan pelayanan d. Kriteria dan indikator dalam penetapan kawasan kumuh perkotaan Kota Bantaeng a. Peta permukiman skala lingkungan b. Potensi pelibatan aktif partisifasi a. Overview permukiman kumuh kawasan perkotaan Kota Bantaeng b. Overview kebijakan dan strategi pembangunan pada kawasan permukiman kumuh perkotaan serta sinkronisasi antara kebijakan dan strategi pembangunan Kabupaten Bantaeng terkait dengan penyusunan RP2KP-KP c. Overview spatial plan terkait penetapan kawasan perkotaan dan peruntukan permukiman Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 6

8 BAB 1 No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan 2 Merumuskan konsep dan strategi penanganan merupakan rencana konseptual penataan kawasan permukiman kumuh yang memuat tujuan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan (output dan outcome), tahapan penanganan kawasan secara spasial, langkahlangkah strategis yang dilakukan beserta bentuk program-program penanganan kawasan yang akan dilakukan 3 Menyusun rencana kegiatan sebagai turunan dari konsep, strategi dan program-program penanganan 4 Melakukan analisis yang melibatkan partisipasi aktif kelompok swadaya dalam merumuskan metode penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang paling tepat dan implementatif sesuai dengan kebutuhan sektor keterpaduan pelaksanaan program, serta dampak yang ditimbulkan dari dilaksanakannya /indikasi implementasi program penanganan kumuh perkotaan IV 1 Melakukan penyusunan momerandum program sektor Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi lima tahun regular ke Cipta Karya-an yang terkait dengan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mencapai target 0% di FGD diadakan untuk memberikan pemahaman yang berkaitan dengan kebijakan, penetapan kawasan prioritas kumuh, kesadaran terhadap lingkungan kumuh, dukungan infrastruktur ke- Cipta Karya-an, strategi dan pola penanganan permukiman kumuh, penyusunan kertas kerja kelompok swadaya, dan metode dokumentasi kegiatan 3 Merumuskan draft dokumen perencanaan bersama FGD (Fokus Group Discusion) dan Perumusan II d. Pelaksanaan perencanaan partisipatif berupa rembuk untuk mengidentifikasi permasalahan dan pemetaan kondisi permukiman. Capaian kegiatan meliputi; permasalahan dan peta kondisi permukiman serta identifikasi peluang dan cara penanganan permasalahan a. Konsep dan strategi penanganan dan konsep pembangunan kawasan permukiman kumuh perkotaan. b. Menyusun formulasi dan skenario penanganan kumuh perkotaan berdasarkan tingkat prioritas dan kerangka waktunya (time frame) yang sinkron dengan dokumen RPLP. Rencana kegiatan tahunan penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan rinci hingga tercapaianya kondisi permukiman tanpa kumuh di tahun 2019 a. Identifikasi permasalahan dan pemetaan permukiman kumuh perkotaan oleh b. Pembentukan kelembagaan dalam mendukung proses pembangunan secara partisipatif dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan hingga keberlanjutan peningkatan kualitas lingkungan dan kualitas nya a. Draft momerandumprogram ke Cipta Karyaan dalam penanganan kumuh perkotaan b. Sinkronisasi kesepakatan program penanganan kumuh perkotaan dengan RPI2JM Cipta Karya a. Meningkatkan kapasitas dan perkuatan BKM/KSM dan Tim Teknis Pemerintah Kabuapten Bantaeng berkaitan dengan kegiatan perencanaan kawasan permukiman kumuh perkotaan b. Kesepakatan lintas pemangku kepentingan terhadap strategi dan indikasi program/kegiatan penanganan kumuh di kawasan-kawasan prioritas dalam bentuk draft dokumen momerandum program Draft dokumen perencanaan oleh Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 7

9 BAB 1 No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan V 1 Kolokium merupakan kegiatan monitoring dan pengendalian yang dilakukan oleh Satker pengembangan kawasan permukiman dan penataan bangunan dan peneyelenggara di tingkat pusat terhadap proses penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng Kolokium a. Tahapan konsultasi dan sinergitas kebijakan lintas sektor/lintas level pemerintahan dalam penanganan kumuh perkotaan 2 Penajaman hasil kolokium a. Konsultasi publik untuk menajamkan dan memperoleh kesepakatan bersama mengenai poin-poin penting hasil proses penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng untuk disusun dalam dokumen-dokumen sistematis sebagai hasil akhir b. Publikasi kepada terhadap kebijakan dan strategi pemerintah Kota Bantaeng dalam penanganan kumuh VI Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng dan Desain Teknis 1 Tahap penyusunan dokumen RP2KP-KP dan desain teknis a. Skenario pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dalam upaya mengurangi luasan kumuh di Kota Bantaeng b. Strategi dan momerandum program keterpaduan sektor ke-cipta Karya-an dalam penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng c. Kesinambungan antara rencana pemerintah dan rencana aksi komunitas (CAP) dalam penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan d. Indikasi program investasi dalam pembiayaan lintas pemangku kepentingan dalam pencapaian kumuh 0% hingga Tahap menyusun rencana aksi /Community Action Plan (CAP) e. Tata Cara pengendalian tahapan pelaksanaan dan pembiayaan tiap tahun f. Peta Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh skala 1:5000 dan 1:1000 untuk jangka waktu tahun Rencana aksi oleh dalam penanganan masalah pembangunan pada kawasan permukiman kumuh, antara lain : jenis/komponen, volume, lokasi dan pelaku 3 Tahap menyusun Detail Engineering Desain (DED) a. Penyusunan peta rinci kawasan/site plan b. Rencana rinci pola penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan (pemugaran /peremajaan /permukiman kembali) Kota Bantaeng beserta strategi keterpaduan sektor ke-cipta Karya-an c. Daftar rencana komponen pemenuhan kebutuhan infrastruktur Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 8

10 BAB 1 No Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan VII 1 Penyusunan Laporan Pendahuluan, Antara, Draft Laporan Akhir dan Laporan Akhir d. Tata cara pengendalian tahapan pelaksanaan dan pembiayaan tiap tahun e. Peta perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh skala 1:5.000 dan 1:1.000 untuk jangka waktu tahun f. Penyusunan detail desain teknis dalam tahapan prioritas penanganan untuk komponen infrastruktur yang dibutuhkan (skala 1:100 ; 1:50) dan draft dokumen RKS Penyusunan Laporan a. Melakukan diskusi pembahasan dalam tahapan kegiatan penyusunan Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Draft Laporan Akhir dan Laporan Akhir dengan melibatkan berbagai instansi terkait. b. Masing-masing tahapan dalam penyusunan laporan merupakan gambaran hasil rumusan dan analisis data/informasi yang diperoleh dari pelaksanan survei, FGD, dan masukan serta saran dalam pembahasan laporan bersama Tim Teknis dan pihak terkait lainnya. c. Merumuskan kesimpulan sebagai landasan dari finalisasi Dokumen Profil Perencanaan Kawasan Kumuh Perkotaan dan DED kawasan permukiman kumuh d. Menyusun dokumen perencanaan siap lelang dan DED masing-masing komponen infrastruktur yang akan dilaksanakan di tahun Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah perencanaan dalam penyusunan dokumen RP2KP-KP adalah wilayah administratif Kota Bantaeng, yang terdiri dari 2 kecamatan. Ruang lingkup wilayah Kota Bantaeng ini dipersempit wilayahnya mengacu kepada kategori wilayah kumuh berdasarkan SK Kumuh Bupati tahun 2014 dan dokumen perencanaan RPJMD Kabupaten Bantaeng dengan masa perencanaan tahun 2015 sampai dengan tahun Wilayah yang termasuk dalam kategori wilayah kumuh pada kota Bantaeng terdapat pada 2 kecamatan yaitu kecamatan Bantaeng, dan kecamatan Bisappu dengan total 8 kelurahan. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 9

11 BAB 1 D. Kedudukan RP2KP-KP Kota Bantaeng Dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Penyelenggaraan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman KumuhPerkotaan (RP2KPKP) tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kota memiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota berikut dengan rencana rincinya. Dokumen sectoral Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang merupakan terjemahan, paduan dan integrasi dua kelompok dokumen pilar pembangunan di Indonesia terkait permukiman dan infrastruktur. Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan mampubertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan terdapat pembagian kewenangan untuk pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Dalam hal penyedian perumahan pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menyediakan rumah bagi MBR, korban bencana nasional serta fasilitasi penyediaan rumah bagi yang terkena dampak program pemerintah pusat. Untuk kewenangan pemerintah propinsi dalam hal penyediaan rumah hanya pada kasus bencana provinsi serta fasilitasi penyediaan rumah bagi yang terkena dampak program pemerintah provinsi. Sedangkan pemerintah daerah berwenang dalam penerbitan izin pembangunan dan pengembangan perumahan, serta penyediaan rumah bagi kasus bencana kabupaten/kota juga fasilitasi penyediaan rumah bagi yang terkena dampak program pemerintah kabupaten/kota. Kaitannya dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh di Indonesia berdasarkan penjelasan yang tertuang dalam UU no 23 Tahun 2014 tersebut dijabarkan pembagian kewenagan pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten/kota. Untuk menangani perumahan dan kawasan permukiman kumuh pemerintah pusat hanya akan menangani penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 15 Ha atau lebih, untuk pemerintah provinsi penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai dengan di bawah 15 (lima belas) ha, dan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota berwenang melakukan Penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas di bawah 10 (sepuluh) ha serta melakukan pencegahan perumahan dan kawasan permukiman kumuh pada Daerah kabupaten/kota. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 10

12 BAB 1 Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) lingkup substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman. UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan penghuni serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk mengentaskan permukiman kumuh dengan target 0 % kumuh hingga tahun 2019, sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Langkah awal penanganan permukiman kumuh untuk mencapai target 0% kumuh ini sudah dimulai sejak tahun 2014 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat cq Ditjen Cipta Karya melalui penyusunan Road Map penanganan kumuh dan pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan kementerian/ lembaga terkait serta dengan pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Selanjutnya untuk menunjang pembangunan bidang permukiman khusunya dalampenanganan dan pencegahaan kawasan permukiman kumuh sesuai amanah UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, pemerintah kabupaten/ kota perlu menyusun dan memiliki rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh. Untuk mewujudkan rencana aksi penanganan dan pencegahan permukiman kumuh tersebut diperlukan skenario, konsep dan strategi penaganan yang akan diisi oleh substansi RP2KP-KP. RP2KP-KP yang menjabarkan kebijakan makro terkait pencegahan perkembanganpermukiman kumuh kabupaten/kota serta konsep penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas, dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sector dan rencana induk system komponen-komponen pembentuk permukiman. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 11

13 BAB 1 Gambar 1Skema Kedudukan Dokumen RP2KP dalam Rencana Pembangunan 12

14 BAB 1 Kedudukan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) dalam dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Bantaeng, sebagai berikut : 1. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) adalah produk Pemerintah Kabupaten Bantaeng. 2. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) bersumber dari produk hukum yang berlaku di Kabupaten Bantaeng. 3. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) akan bersinergi dengan produk perencanaan, baik skala kota maupun skala kawasan 4. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) menjadi acuan perencanaan penanganan perumahan dan permukiman kumuh perkotaan bagi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bantaeng. Perkotaan (RP2KP-KP) Kota Bantaeng memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai acuan bagi masuknya program-program pembangunan permukiman kumuh perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada; 2. Sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman kumuh perkotaan yang tersebar pada beberapa dokumen perencanaan lainnya; dan 3. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman kumuh perkotaan. Untuk mewujudkan rencana pembangunan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng yang terencana, meyeluruh, terpadu dan berkelanjutan, oleh karena itu dokumen RP2KP-KP yang disusun harus sesuai dengan RTRW Kabupaten Bantaeng. Mengacu pada amanah UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang nasional. RTRW Kabupaten Bantaeng merupakan acuan spasial dalam perumusan kebijakan pokok, arah pemanfaatan ruang dan sinergitasnya terhadap penyusunan rencana aksi penanganan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Bantaeng. Dalam hal ini zona permukiman akan menjadi dasar penentuan strategi permukiman dalam lahan yang legal dan illegal. Hasil acuan spasial tersebut menjadi arah pelaksanaan lintas sektor di Kota Bantaeng khususnya pembangunan sarana dan prasarana perkotaan. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 13

15 BAB 1 E. Sistematika Pembahasan Untuk memahami substansi Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng, penyajian dokumen ini dibagi kedalam substansi pembahasan, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menyajikan materi mengenai Latar Belakang Penyusunan RP2KP-KP Kota Bantaeng, Tujuan dan Sasaran Pekerjaan, Ruang Lingkup Kegiatan, Kedudukan RP2KP-KP Kota Bantaeng Dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bantaeng. BAB II KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN Bagian ini menyajikan materi mengenai Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Bantaeng, Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Kabupaten Bantaeng, Kebijakan Penanganan Pembangunan Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Bantaeng. BAB III PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA BANTAENG Bagian ini menyajikan materi mengenai Sebaran dan Gambaran Umum Kawasan-Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Bantaeng, Profil Kawasan Permukiman Kumuh, Kriteria Dan Indikator Penilaian Penentuan Klasifikasi Dan Skala Prioritas Penanganan, Perumusan Kebutuhan Penanganan dan Pola Kontribusi Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan. BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Bagian ini meyajikan materi mengenai Konsep Dan Strategi Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Dalam Skala Kota, Konsep Dan Strategi Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kawasan danstrategi Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai Dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Kota BAB V RENCANA AKSI PROGRAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Bagian ini meyajikan materi mengenai Program Dan Kegiatan Penanganan Kumuh Terkait Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman, Program Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1, Rencana Aksi Dan Memorandum Program Pencegahan Dan Peningkatan Permukiman Kumuh Skala Kota Dan Skala Kawasan dan Rencana Aksi Masyarakat (CAP) Dan Prioritas Kebutuhan BAB VI RENCANA DETAIL PENANGANAN KAWASAN PRIORITAS Bahagian ini meyajikan materi mengenai Rencana Pembangunan Kawasan Prioritas Tahap 1, Konsep Desain Di Kawasan Penanganan Permukiman Tahap 1 dan Rencana Teknis (Detail Engineering Desain)Kawasan Prioritas. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 14

16 BAB 2 BAB II KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN A. Visi Misi Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Bantaeng Kabupaten Bantaeng merupakan wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak dibagian tengah memanjang dari utara ke selatan pada pesisir barat. Pembentukan Provinsi Sulawesi Selatan memberikan peluang besar tehadap Kabupaten Bantaeng untuk mengembangkan wilayahnya,selain itu kehadiran Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberikan peluang bagi Kabupaten Bantaeng untuk mengembangkan dan meningkatkan kegiatan pembangunan yang bertumpu pada kemampuan prakarsa, inisiatif, dan kreativitas dalam mengelola dan memanfaatkan segenap potensi sumberdaya pembangunan yang tersedia. 1. Visi Pembangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantaeng Tahun , Visi Pembangunan Kabupaten Bantaeng yaitu : Menjadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi dibagian selatan Sulawesi Selatan Tahun 2018 Visi ini merupakan penjabaran dari visi pembangunan jangka panjang Sulsel yang tercantum pada RPJPD sulsel , yaitu Wilayah Terkemuka Di Indonesia Melalui Pendekatan Kemandirian Lokal Yang Bernafaskan Keagamaan Serta Visi Pembangunan RPJMD Sulsel : Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Kesejahteraan Masyarakat Dalam mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan misi sebagai berikut : 1) Memfasilitasi pengembangan kapasitas setiap penduduk Bantaeng agar mampu meningkatkan produktivitasnya secara berkesinambungan serta mampu menyalurkan pendapat dan aspirasinya pada semua bidang kehidupan secara bebas dan mandiri. 2) Mendorong serta memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan pada semua bidang kehidupan (agar mampu meningkatkan choice dan voice-nya) dengan memberikan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 15

17 BAB 2 perhatian utama kepada pembangunan perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. 3) Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya kabupaten sedemikian rupa, sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan provinsi Sulawesi Selatan, serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan sekitar. 2. Kebijakan Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Bantaeng Kawasan permukiman dibagi atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan permukiman perkotaan. Rencana pengembangan kawasan pemukiman baik perdesaan dan perkotaan adalah berdasarkan standar kecukupan dan kelayakan ruang, dimana satu keluarga menempati satu unit rumah. Pengembangan kawasan permukiman pedesaan dilakukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas permukiman secara terpadu dengan kegiatan ekonomi antara lain pertanian, peternakan, dan perikanan dan meningkatkan prasarana dan sarana penunjang. Rencana pengembangan kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud di atas adalah sebagai berikut: Lebih mengkonsentrasikan pemukiman pedesaan pada kelompok pemukiman perkampungan yang sudah ada, agar tidak terjadi penyebaran pemukiman secara sporadik yang mengakibatkan penggunaan lahan dan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efisien. Pengembangan desa pusat pertumbuhan. Peningkatan aksesibilitas antara kawasan pemukiman dengan kawasan pertanian. Peningkatan sarana dan prasarana permukiman. Untuk mengantisipasi perkembangan kawasan terbangun/ permukiman sebagai implikasi dari pembangunan jalan pantai barat, yang tentu akan merangsang perkembangan disekitarnya karena aksesibilitasnya yang tinggi, maka kawasan terbangun pemukiman perlu diarahkan agar perkembangannya tidak sporadik. Rencana pengembangan kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: Permukiman perkotaan diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun di ibukota kecamatan terutama pada pusat-pusat wilayah pengembangan Pengarahan pemanfaatan ruang perkotaan ditinjau agar struktur ruang linier di setiap ibukota kecamatan diubah menjadi struktur ruang konsentris yang lebih terpadu dan kompak Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 16

18 BAB 2 Secara bertahap agar dilakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan ibukota kecamatan untuk ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat wilayah pengembangan, yang mempunyai perkembangan perkotaan yang pesat. Peningkatan sarana dan prasarana permukiman, terutama sarana sosial, air bersih, drainase, limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi. B. Konsep Dasar RP2KPKP 1. Pengertian dan Landasan Hukum Perumahan dan Permukiman Istilah yang lazim dipergunakan dalam pedoman penyusunan RP2KPKP mengacu pada pengertian sebagaimana dimaksudkan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang, UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah beserta segenap peraturan pelaksanaannya yang masih berlaku. Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan : a. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran. b. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. c. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. d. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman. e. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunianyang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. f. Penyelenggaraan perumahan dan kawasanpermukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran yang terkoordinasi dan terpadu. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 17

19 BAB 2 g. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. h. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. i. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya. j. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi berpenghasilan rendah. k. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. l. Rumah Negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri. m. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. n. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. o. Kawasan siap bangun yang selanjutnya disebut Kasiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai dengan rencana tata ruang. p. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana, dan utilitas umumnya telah dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dengan batas-batas kaveling yang jelas dan merupakan bagian dari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana rinci tata ruang. q. Kaveling tanah matang adalah sebidang tanah yangtelah dipersiapkan untuk rumah sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, rencana rinci tata ruang, serta rencana tata bangunan dan lingkungan. r. Konsolidasi tanah adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dalam usaha penyediaan tanah untuk kepentingan pembangunan perumahan dan permukiman guna meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan partisipasi aktif. s. Pendanaan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. t. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau setiap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman baik yang berasal dari dana, tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 18

20 BAB 2 u. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. v. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. w. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan hunian. x. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnyadisingkat MBR adalah yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah. Beberapa istilah lain yang juga sering dipergunakan, masih memerlukan redefinisi kembali dan kajian ilmiah, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penafsiran, antara lain : a. Dipergunakannya perumahan dan permukiman dalam satu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Artinya perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan pengertian yang memberikan gambaran suatu ruang kegiatan berkehidupan dan penghidupan, dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal/bermukim. b. TRIBINA, adalah suatu prinsip/pendekatan pembangunan yang dikembangkan dan mendasari keseluruhan upaya penanganan perumahan dan permukiman. Didalamnya menyangkut 3 lingkup binaan yang harus dilaksanakan sebagai satu kesatuan upaya agar pembangunan perumahan dan permukiman dapat berhasil guna dan berdaya guna. Upaya yang dimaksud sebagai berikut : Bina Sosial atau Bina Manusia, pada dasarnya merupakan suatu proses yang diupayakan untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumberdaya manusia, sehingga mereka mampu menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhannya akan rumah layak dalam lingkungan sehat dan lestari. Bina Lingkungan yang diharapkan dapat mendorong terbentuknya lingkungan perumahan dan permukiman untuk mendukung berkembangnya kegiatan usaha produktif. Bina Usaha, yaitu upaya yang dapat mendorong terjadinya proses berkembangnya usaha produktif dalam kawasan perumahan dan permukiman. c. Rumah layak dalam lingkungan sehat, aman, lestari dan berkelanjutan diartikan sebagai suatu kondisi perumahan dan permukiman yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis, yang dikelola secara benar terus menerus, dengan mempertimbangkan dan memperhatikan sumberdaya alam yang ada, memperhatikan pola tata air dan usaha konservasi sumberdaya alam, pengelolaan dan pemanfaatannya. Secara umum berdasarkan prinsif dasar perumahan dan permukiman terdapat 3 kategori layak, sebagai berikut : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 19

21 BAB 2 Layak huni terkait dengan pencapaian persyaratan fisik, kesehatan dan kesusilaan, sebagai kelompok manusia berbudaya. Layak usaha, terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya kehidupan sosial ekonomi dan Layak berkembang terkait dengan terpenuhinya kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya peningkatan kesejahteraan (prospektif dan produktivitas). d. Rencana Tata Ruang Wilayah (termasuk penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, penatagunaan sumberdaya alam lainnya serta penataan bangunan) harus secara jelas menetapkan fungsi dan pemanfaatannya, sehingga : Mampu memberikan kepastian hak atas peruntukannya. Mampu melindungi peruntukan ruang dan tanah bagi kelompok berpenghasilan rendah. e. Kelompok berpenghasilan rendah adalah kelompok diukur berdasarkan penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhannya yang paling primer. Termasuk dalam kelompok ini adalah kelompok miskin. Kelompok miskin terbagi atas 2 (dua) kategori sebagai berikut : Golongan fakir, yang tidak mempunyai penghasilan tetap dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Golongan miskin produktif, yang mempunyai penghasilan tetap tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. f. Jaringan primer prasarana lingkungan, yaitu jaringan dasar yang memenuhi kebutuhan dasar suatu lingkungan perumahan dan permukiman mencakup 3 kepentingan: Menghubungkan antarkawasan permukiman atau antarkawasan permukiman dengan kawasan fungsional lainnya. Melayani lingkungan tertentu (permukiman, pusat kota, pusat olah raga, perdagangan dll). Mendukung keperluan seluruh lingkungan di kawasan permukiman, mencakup prasarana transportasi, penyehatan lingkungan, komunikasi dan listrik). g. Kawasan, diartikan sebagai wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya; ruang yang merupakan satu kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait didalamnya, batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta mempunyai ciri tertentu. Cakupannya antara lain : Kawasan Perdesaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 20

22 BAB 2 Kawasan Perkotaan, adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan Permukiman, yaitu sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pengembangan permukiman, didominasi tempat hunian, dilengkapi dengan prasarana dan sarana, serta tempat kerja yang memberikan layanan dan kesempatan kerja untuk mendukung penghidupan, perikehidupan sehingga fungsi kawasan dapat berdaya dan berhasil guna. C. Isu Strategis Pembangunan Permukiman Perkotaan Secara umum, isu strategis pembangunan permukiman perkotaan antara lain sebagai berikut: 1. Menurunnya kualitas permukiman pada kawasan kumuh di perkotaan 2. Tertinggalnya pembangunan di kawasan perkotaan 3. Minimnya cakupan dan kualitas infrastruktur permukiman dalam mendukung ekonomi di perkotaan 4. Kurangnya kapasitas dalam pemanfaatan infrastruktur permukiman 5. Lemahnya keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman, baik skala kota maupun kawasan Isu strategis dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang berkembang di dalam kehidupan, dan kondisi kebijakan pemerintah di dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman perkotaan yang ada, sebagai berikut : 1. Isu Kesenjangan Pelayanan Isu kesenjangan pelayanan muncul karena terbatasnya peluang untuk memperoleh pelayanan dan kesempatan berperan di bidang perumahan dan permukiman, khususnya bagi kelompok miskin dan berpendapatan rendah. Di samping itu juga dapat dikarenakan adanya konflik kepentingan akibat implementasi kebijakan yang relatif masih belum sepenuhnya dapat memberikan perhatian dan keberpihakan kepada kepentingan secara keseluruhan. Oleh karenanya ke depan perlu dikembangkan instrumen penyelenggaraan perumahan dan permukiman perkotaan yang lebih berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan secara berkeadilan sosial; peningkatan dan pengembangan kapasitas profesional di bidang perumahan dan permukiman perkotaan baik bagi aparat pemerintah Kota Bantaeng maupun bagi pelaku pembangunan permukiman lainnya; dan pengembangan fungsi, sistem dan jejaring informasi serta diseminasi mengenai hidup bermukim yang layak bagi seluruh lapisan khususnya yang bermukim di kawasan perkotaan. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 21

23 BAB 2 2. Isu Lingkungan Isu lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman perkotaan umumnya muncul karena dipicu oleh tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang terkendali. Kelangkaan prasarana dan sarana dasar, ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman yang ada, dan masih rendahnya kualitas permukiman baik secara fungsional, lingkungan, maupun visual wujud lingkungan, merupakan isu utama bagi upaya menciptakan lingkungan permukiman perkotaan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan. 3. Isu Manajemen Pembangunan Permukiman Perkotaan Isu manajemen pembangunan muncul umumnya karena dipengaruhi oleh keterbatasan kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkatan, sehingga berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan, inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman, dan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan. Disamping itu terjadinya proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global juga berdampak potensial terhadap meningkatnya kemiskinan serta tersisihnya komunitas informal setempat berikut terbatasnya peluang usaha. Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat juga merupakan tantangan bagi pemerintah, baik nasional maupun lokal, untuk menjaga agar pertumbuhannya lebih merata, termasuk dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman khususnya di kawasan perkotaan. Dengan demikian, pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman harus memungkinkan berkembangnya prakarsa melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun perumahan dan permukiman oleh komunitas harus direspon secara lebih tepat oleh pemerintah di dalam kerangka tata pemerintahan yang baik, sehingga kebutuhan akan identitas lokal masih tetap dapat terjaga di dalam kerangka pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih menyeluruh. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 22

24 BAB 2 D. Kebijakan RPJPD dan RPJMD Kebijakan pembangunan permukiman perkotaan Kota Bantaeng yang tertuang didalam RPJPD, RPJMD, RTRW dan Kebijakan Sektoral terkait pembangunan permukiman Kota Bantaeng, antara lain : 1. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RPJPD Kota Bantaeng Kebijakan dalam RPJPD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng terdapat didalam misi pembangunan daerah, yakni : Misi ke 2; Berdasarkan capaian pembangunan pada tahapan sebelumnya, sebagai tahapan kedua dalam rangka mencapai visi jangka panjang daerah difokuskan pada upaya optimalisasi penyediaan fasilitas pelayanan untuk pemenuhan hak-hak dasar diharapkan semakin membaik, yang antara lain mewujud dalam bentuk peningkatan standar pelayanan minimal untuk kesehatan dan pendidikan, termasuk untuk perumahan, sanitasi dan air bersih. Penataan ruang wilayah yang sesuai dengan peruntukannyaakan mempererat keterkaitan spasial antar desa dan antar kawasan (daerah sekitar Bantaeng). Di samping itu, prasarana dan sarana transportasi dimaksud akan membuat jangkauan pelayan an sosial-ekonomi menjadi semakin besar dan merata, The New Bantaeng terus dikembangkan untuk meningkatkan perannya sebagai pusat pelayanan jasa sosial ekonomi, mencakup pula sebagai kawasan hunian, perdagangan, pelabuhan dan wisata bahari (pusat pertumbuhan ekonomi). 2. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RPJMD Kota Bantaeng Kebijakan dalam RPJMD terkait dengan pembangunan permukiman perkotaan Kabupaten Bantaeng terdapat didalamprogram prioritas, yakni; Peningkatan Jaringan Perdagangan, Industri dan Pariwisata berupa Meningkatnya kapasitas jalan dan jembatan. E. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RTRW Kabupaten Bantaeng Penataan bangunan ketentuan intensitas kawasan peruntukan permukiman perkotaan: Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Maksimum 40% Koefisien Dasar Hijau (KDH) 44% Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Maksimum 1,6 Ketentuan bangunan kawasan peruntukan permukiman perkotaan Dianjurkan luas petak lahan minimum : 600 m2 Luas Pelandaian Lereng Maks. 15% Tinggi bangunan maks. 4 lantai Jarak bebas samping & belakang bangunan min. 2lt 5 m, 3 lt 6 m, 4 lt 7 m. GSB ½ damija + 1 m jika lebar damija >8 m. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 23

25 BAB 2 Ketentuan pengendalian kawasan peruntukan permukiman perkotaan Pemanfaatan ruang yang sesuai aturan tapi tidak berijin, harus segera mengurus perijinan. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini, tapi telah mempunyai ijin dapat tetap dipertahankan asal tidak ada perubahan fisik bangunan. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan ada perubahan fisik bangunan, harus mengacu pada aturan ini. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai aturan ini dan tidak mempunyai ijin dapat diterbitkan dengan pencabutan ijin, pembongkaran bangunan, perlengkapan perijinan, denda atau kurungan F. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam Rtrw Kota Bantaeng Strategi Pengembangan Prasarana dan Sarana Wilayah Pengembangan jaringan air bersih/minum dan jaringan irigasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk, kebutuhan irigasi pertanian, dan areal tambak. Penelitian potensi sumberdaya air untuk keperluan pertanian, perikanan dan keperluan air minum, untuk mendukung peningkatan produksi. Pengembangan prasarana jaringan irigasi untuk mendukung pengembangan potensi pertanian. Pengadaan prasarana telekomunikasi untuk meningkatkan interaksi antar wilayah. Pembangunan dan pengembangan jasa pos dan telekomunikasi untuk mendukung proses pembangunan, baik untuk kepentingan pemerintah maupun dunia usaha dan pada umumnya G. Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam Rp3kp 1. Arahan Lokasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Sesuai hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan, kawasan potensil untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bantaeng sebagai barikut : Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayanan 1 (PP1) berlokasi di Kecamatan Bantaeng, Kecamatan Bisappu dan Kecamatan Pa jukukang; Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman sebagai Pusat Pelayan 2 (PP2) berlokasi di Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Gantarang Keke; Pengembangan kawasan permukiman biasa atau perdesaan berlokasi di Kecamatan Ulu Ere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Sinoa; Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 24

26 BAB 2 2. Prioritas Lokasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Prioritas lokasi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Bantaeng, dikaitkan dengan kemungkinkan pergeseran penduduk akibat perkembangan kota serta mengantisipasi terjadi migrasi besar-besaran menuju ke ibukota kabupaten akibat kelengkapan fasilitas sosial ekonomi sebagai faktor dominan yang akan mengakibatkan pergerakan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya proses tersebut maka langkah strategis yang diusulkan untuk segera ditangani adalah penetapan lokasi KASIBA/LISIBA di daerah zona transisi dan daerah pinggiran. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka prioritas lokasi untuk pengembangan kawasan permukiman diarahkan ke Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Gantarang Keke, Kecamatan Ulu Ere, Kecamatan Eremerasa dan Kecamatan Sinoa. Wilayah kecamatan yang dimaksud, sebagai kawasan yang diprioritaskan untuk segera dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan di Kabupaten Bantaeng akan perumahan dan permukiman baik saat ini maupun di masa yang akan datang. H. Kebijakan SSK 1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Dalam menentukan tahapan pengembangan air limbah domestik maka, dilakukan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi di masing-masing kawasan. Adapun faktor yang menjadi indikator permasalahan dalam penentuan zona dan sistem sanitasi sub sektor air limbah yaitu : jumlah penduduk dan luas wilayah, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan (Center of Business Development/), kondisi fisik wilayah serta resiko kesehatan lingkungan. Zona I merupakan sistem off site medium merupakan kawasan dengan klasifikasi wilayah peri urban dengan tingkat kepadatan penduduk > 100 org/ha. Adapun wilayah yang dalam pengembangannya dapat diterapkan pengelolaan limbah domestik sistem off-site medium berada di wilayah perkotaan yaitu sebagian berada di Kecamatan Bissapu (kelurahan Bonto Lebang, Bonto Sunggu dan Bonto Rita) serta di Kecamatan Bantaeng (Kelurahan Tappanjeng, Pallantikang, Letta dan Kelurahan Mallillingi) yang memiliki penduduk yang cukup padat. Sistem ini dikembangkan di jangka menengah ke jangka panjang 2. Tahapan Pengembangan Persampahan Dalam menentukan tahapan pengembangan persampahan ada 2 faktor yang menjadi indicator yaitu : tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 25

27 BAB 2 Zona I dengan system full coverage + Street sweeping merupakan area dengan tingkat kepadatan penduduk > 100 org/ha (peri urban) dengan meliputi daerah perkotaan yaitu : Kecamatan Bissappu (kelurahan Bonto Lebang dan Bonto Rita) serta di Kecamatan Bantaeng (Kelurahan Teppanjeng, Pallantikang, Letta dan Mallilingi). Sistem ini dilaksanakan dalam jangka pendek/mendesak untuk dilaksanakan dengan meningkatkan cakupan pelayanan pengangkutan sampah dari 2 (dua) kecamatan tetap menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu dan Kecamatan Bantaeng cuma jumlah kelurahan yang ditambah. 3. Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan Dalam pengembangan sub sektor drainase lingkungan memerlukan analisis yang tepat. Ada 5 (Lima) indikator yang menjadi acuan dalam menentukan zona dan sistem sanitasi yang tepat agar pengembangan sistem drainase untuk jangka pendek, menengah dan panjang dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. 5 (lima) indikator tersebut yaitu : kepadatan penduduk, tata guna lahan (kawasan CBD/komersil atau permukiman), daerah genangan air baik oleh ROB maupun karena air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka sistem sanitasi pengembangan drainase lingkungan terbagi menjadi 2 (dua) klasifikasi wilayah yaitu rural area (kepadatan < 25 org/ha) dan peri urban area (kepadatan org/ha) yang dibagi dalam 2 (dua) zona sistem sanitasi yaitu : Zona I dan II merupakan area komersil dan padat penduduk (peri urban) serta resiko kesahatan lingkungan cukup tinggi. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam zona ini harus ditangani dalam jangka pendek atau harus segera dilakukan untuk mengatasi genangan. Zona ini mencakup wilayah perkotaan yang meliputi : Kecamatan Bissappu (Kel. Bonto Lebang) serta di Kecamatan Bantaeng yaitu (Kel. Teppanjeng, Letta dan Mallillingi). Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 26

28 BAB 3 BAB III PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA BANTAENG A. Kondisi Geografis Kota Bantaeng Kota Bantaeng merupakan wilayah yang terletak disepanjang pantai yang terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Bantaeng, dan Bisappu, Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, Kota Bantaeng berada pada koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur. Luas Wilayah Kota Bantaeng Km2, terdiri luas daratan 250,85 Km2 Kota Bantaeng terdiri dari 8 wilayah kelurahan diantaranya yaitu Kelurahan Lamalaka, Lembang, Malilingi, Letta, Pallantikang, Tappanjeng yang berada di wilayah Kecamatan Bantaeng, dan Kelurahan Bonto Sungguh, Kelurahan Bontorita berada di wilayah Kecamatan Bisappu, dengan mempunyai batas sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Eremerasa Sebelah Selatan dengan Laut Flores Sebelah Timur dengan Kecamatan Pajukukang Sebelah Barat dengan Kecamatan Bisappu Wilayah Kota Bantaeng pada umumnya memiliki topografi dan kelerengan berada pada ketinggian 0-10 meter dari permukaan air laut. Bentuk permukaan datar hal tersebut dapat terlihat dari kemiringan lereng dengan kisaran 0 2%. Kemiringan lereng tersebut menjadi dasar dalam menetapkan dan mengalokasikan berbagai fasilitas, pengembangan kawasan dan pengendalian pertumbuhan kawasan. Sumberdaya air di Kota Bantaeng secara konvensional dapat dikelompokkan sebagai air permukaan dan air tanah. Sumber air tanah umumnya berasal dari air tanah dangkal dengan kedalaman antara 5-10 meter, atau sumur dalam hasil pengeboran dengan kedalaman antara meter. Sebagian besar daerah Kota Bantaeng merupakan bagian dari wilayah datar, pantai, perbukitan dan pegunungan. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Bantaeng terdiri dari jenis tanah alluvial, gromosol, latosol, regosol, andosil dan mediteran. Penyebaran jenis tanah tersebut terdapat diseluruh wilayah Kabupaten Bantaeng. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 27

29 BAB 3 Letak geografis Kota Bantaeng yang strategis memiliki alam dua dimensi, yakni lembah dataran dan pesisir pantai. Dengan dua musim dan perubahan iklim setiap tahunnya yang dikenal di daerah ini dengan nama musim Barat antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dan musim Timur antara bulan April sampai bulan September. Iklim di Kota Bantaeng tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 71,8 mm dengan jumlah hari hujan berkisar 64 hari. Musim hujan dengan angin Barat jatuh pada bulan Oktober sampai Maret, sedangkan musim hujan dengan angin Timur jatuh pada bulan April sampai september. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan untuk sektor pertanian. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Bantaeng terdiri dari perumahan dan permukiman, sawah, tegal/kebun, padang rumput, tambak, tanah yang sementara tidak diusahakan, hutan dan berbagai pemanfaatan lainnya. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 28

30 BAB 3 B. SK Penetapan Lokasi Kumuh Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 29

31 BAB 3 Tabel 3.1 : Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Bantaeng No Lokasi Kumuh Kelurahan/ Desa Kecamatan Luas (Ha) Tipologi Kumuh 1 Kaw. Borkal Pallantikang Bantaeng 2,16 Tepi Air/Pesisir Pantai 2 Kaw. Kampung Toa Tappanjneg Bantaeng 2,21 Tepi Air dan Pusat Kota 3 Kaw. Lantebung Letta Bantaeng 1,52 Pusat Kota 4 Kaw. Lembang-Lembang Pallantikang Bantaeng 2,19 Tepi Air 5 Kaw. Jambua Lamalaka Bantaeng 21,11 Tepi Air 6 Kaw. Rappoa Rappoa Pajukukang 2,7 Dataran Rendah 7 Kaw. Mattoanging 01 Lamalaka Bantaeng 2.15 Dataran Rendah 8 Kaw. Mattoanging 02 Lamalaka Bantaeng 0,7 Tepi Air 9 Kaw. Tangnga-tangnga Bonto Sunggu Bissapu 2,39 Tepi Air 10 Kaw. Kayangan Bonto Rita Bissapu 2,23 TepiAir/Bantaran Sungai JUMLAH 39,36 Sumber : SK Bupati Tahun 2014 C. Sebaran Kawasan Kumuh, Peta Deliniasi Kumuh, Lokasi Beserta Luasannya Kota Bantaeng Hasil Verifikasi Sebaran kawasan permukiman kumuh Kota Bantaeng menggambarkan keadaan kawasan-kawasan tertentu yang sudah ditetapkan dalam SK Walikota Kota Bantaeng Tahun Untuk menindak lanjuti hasil penetapan kawasan kumuh tersebut, telah dilakukan verifikasi terhadap lokasi permukiman kumuh yang tersebar di Kawasan Kota Bantaeng. Berdasarkan hasil verifikasi lapangan lokasi kawasan permukiman kumuh tersebar di 8 Kelurahan/2 Kecamatan dengan luas total 61 Ha. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut terdapat tambahan 2 Kelurahan yang termasuk ke dalam kategori permukiman kumuh. Kawasan permukiman kumuh tersebut tersebar pada Kecamatan Bantaeng meliputi Kelurahan Tappanjeng, Pallatikang, Letta, Malilingi, Lembang dan Lamalaka, Kecamatan Bisappu Meliputi Kelurahan Bonto Sungguh dan Bonto Rita. Dari beberapa lokasi kumuh tersebut, terdapat beberapa lokasi yang digabungkan menjadi satu kawasan mengingat kawasan tersebut berdekatan sehingga mudah dalam mengidentifikasi dan mendeliniasikannya. Selengkapnya untuk sebaran kawasaan permukiman kumuh hasil verifikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 30

32 BAB 3 Tabel 3.2 : Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Bantaeng No. Kecamatan Kawasan Luas (Ha) 1. Bantaeng Jambua 6 2. Bantaeng Lamalaka Bantaeng Lantebung Bantaeng Borkal Bantaeng Lembang-Lembang Bantaeng Ujung Labbu Bantaeng-Bisappu Bantaran Sungai Pabbineang Bisappu Kayangan Bantaeng Calendu 9.3 Sumber : Hasil Analisis Tim, Tahun 2017 Total Kawasan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 31

33 BAB 3 Gambar 3.1. Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bantaeng Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 32

34 BAB 3 Gambar 3.2. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Jambua Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 33

35 BAB 3 Gambar 3.3. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lamalaka Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 34

36 BAB 3 Gambar 3.4. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lantebung Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 35

37 BAB 3 Gambar 3.5. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Borkal Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 36

38 BAB 3 Gambar 3.6. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Lembang-Lembang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 37

39 BAB 3 Gambar 3.7. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Calendu Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 38

40 BAB 3 Gambar 3.7. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Ujung Labbu Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 39

41 BAB 3 Gambar 3.8. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Pa binenang Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 40

42 BAB 3 Gambar 3.9. Profil Permukiman Kumuh Kawasan Kayangan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 41

43 BAB 3 D. Kriteria Dan Indikator Penilaian Lokasi Penanganan 1. Kriteria dan Indikator Permukiman Kumuh Definisi permukiman kumuh mengacu kepada Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yaitu: Permukiman kumuh merupakan permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Dengan penjabaran sebagai berikut: a) Ketidakteraturan Bangunan : Tata letak bangunan rumah dan prasarana dalam kawasan tidak teratur Tidak adanya Garis Sempadan Bangunan (GSB) atau GSB yang tidak teratur. Orientasi bangunan tidak tertib atau tidak ada pola tata letak bangunan. Struktur pembentuk lingkungan yang tidak teratur (tidak berpola) dan pola pemanfaatan ruang dengan efektifitas rendah. Dicirikan oleh struktur dan pola jalan serta infrastruktur. Ketidakteraturan itu bisa disebabkan oleh aspek fisik alami dan fisik binaan di kawasan tersebut. b) Kepadatan Bangunan yang tinggi: Menunjukkan banyaknya bangunan (jumlah) bangunan dalam suatu luas lahan tertentu = bangunan/ha. Kesesuaian koefisien dasar bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dengan persyaratan yang ditetapkan oleh setiap daerah (berbeda untuk kelas kota yang ditinjau). Berpengaruh terhadap nilai kepadatan penduduk per satuan luas. c) Penurunan Kualitas Bangunan dan Sarana Prasarana : PenurunanKualitas Bangunan ditandai dengan kondisi teknis yang tidak aman, tidak nyaman, tidak sehat, tidak ada kemudahan serta tidak adanya keindahan. Penurunan Kualitas Bangunan Terkait dengan Kriteria Rumah Tidak Layak Huni: Secara umum Rumah Tidak Sehat diartikan sebagai kondisi kemampuan bangunan rumah yang berada di bawah standar kelayakan untuk dihuni. Kondisi ini dicirikan oleh kualitas bangunan dengan material yang sub standar dan kapasitas huni dari bangunan (luas dibutuhkan per jiwa) berada di bawah standar rumah sehat yang ditetapkan. Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses. Jenis lantai tanah. Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) yang memadai baik pribadi maupun komunal. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 42

44 BAB 3 Sarana sosial, budaya, ekonomi dan pelayanan umum seperti air bersih, air kotor, dan persampahan tidak memadai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kriteria maupun indikator yang digunakan untuk menetapkan kondisi kekumuhan pada perumahan ataupun permukiman kumuh berdasarkan klasfikiasinya dapat dirujuk dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Permukiman Rakyat No. 2 Tahun 2016 dapat ditinjau dari: a) Kondisi Bangunan Gedung Ketidakteraturan Bangunan o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), paling sedikit pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; o Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, paling sedikit pengaturan blok lingkungan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan. Tingkat Kepadatan Bangunan o Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL o Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL Kualitas Bangunan merupakan merupakan kondisi bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis b) Jalan Lingkungan Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau permukiman Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk c) Penyediaan Air Minum Ketidaktersediaan akses aman air minum dimana tidak dapat mengakse air minum yang memenuhi syarat kesehatan Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum setiap individu sesuai standar yang berlaku yaitu minimal sebanyak 60 liter/orang/hari.. d) Drainase Lingkungan Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan merupakan kondisi dimana jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 43

45 BAB 3 Ketidaktersediaan drainase merupakan kondisi dimana saluran tersier dan/atau saluran lokal tidak tersedia Tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan merupakan kondisi dimana saluran lokal tidak terhubung dengan saluran pada hierarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan Tidak dipelihara sehingga terjadi akumulasi limbah padat dan cair di dalamnya merupakan kondisi dimana pemeliharaan saluran drainase tidak dilaksanakan baik berupa : o pemeliharaan rutin o pemeliharaan berkala Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk merupakan kondisi dimana kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup atau telah terjadi kerusakan e) Pengelolaan Air Limbah Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku merupamerupakan kondisi dimana pengelolaan air limbah pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu terdiri dari kakus/kloset yang terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada perumahan atau permukiman dimana: o Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik o Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat f) Pengelolaan Persampahan Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis kondisi dimana prasarana dan sarana persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memadai sebagai berikut: o Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga o Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan o Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; o Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis merupakan kondisi dimana pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 44

46 BAB 3 o Pewadahan dan pemilahan domestik o Pengumpulan lingkungan o Pengangkutan lingkungan o Pengolahan lingkungan Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan sehingga terjadi pencemaran lingkungan sekitar oleh sampah, baik sumber air bersih, tanah maupun jaringan drainase. g) Proteksi Kebakaran Ketidak tersediaan prasarana proteksi kebakaran o Pasokan air yang diperoleh dari sumber alam maupun buatan o Jalan lingkungan yang memudahkan masuk keluarnya kendaraan pemadam kebakaran o Sarana komunikasi untuk pemberitahuan terjadinya kebakaran o Data tentang sistem proteksi kebakaran lingkungan yang mudah diakses Ketidak tersediaan sarana proteksi kebakaran o Alat Pemadam Api Ringan (APAR) o kendaraan pemadam kebakaran o mobil tangga sesuai kebutuhan Dari kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 45

47 BAB 3 Tabel. 3.3 : Kriteria Dan Indikator Penilaian Tingkat Kekumuhan No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai A Idenfikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) 1 Kondisi Bangunan Gedung a. Ketidakteraturan Bangunan 2 Kondisi jalan lingkungan b. Tingkat Kepadatan Bangunan c. Ketidak sesuaian dengan persyaratan teknis bangunan a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi pengaturan blok bangunan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, dan wajah jalan. KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL KLB melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu : o Untuk kota metropolitan dan kota besar 250 unit/ha o Untuk kota sedang dan kota kecil 200 unit/ha Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan : Pengendalian dampak lingkungan Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum Keselamatan bangunan gedung (BG) Kenyamanan BG Kemudahan BG Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan 25% - 50% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan 76% - 100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan 50% - 75% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan 25% - 50% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan 76% - 100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis 51% - 75% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis 26% - 50% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis 76% - 100% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 46

48 BAB 3 No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai b. Kualitas permukaan jalan lingkungan 76% - 100% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan 5 3 Kondisi penyediaan air minum 4 Kondisi drainase lingkungan a. Ketidaktersedia an Akses aman air minum b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum a. Ketidak mampuan mengalirkan limpasan air b. Ketidak tersediaan drainase Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman Masyarakat pada lokasi perumahan dan permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa Kebutuhan air minum pada lokasi perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 kali setahun Tidak tersedianya saluran drainase lingkungan pada lingkungan perumahan atau permukiman, yaitu saluran tersier dan/atau saluran lokal 51% - 75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan 25% - 50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan 76% - 100% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman 51% - 75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman 25% - 50% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman 76% - 100% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya 25% - 50% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya 76% - 100%area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 51% - 75%area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 25% - 50%area terjadi genangan > 30cm, > 2 jam dan > 2 x setahun 76% - 100% area tidak tersedia drainase lingkungan 51% - 75% area tidak tersedia drainase lingkungan 25% - 50% area tidak tersedia drainase lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 47

49 BAB 3 No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai c. Ketidak Saluran drainase lingkungan 76% - 100% drainase 5 terhubungan dengan sistem drainase perkotaan tidak terhubung dengan saluran pada hirarki di atasnya sehingga menyebabkan air tidak dapat mengalir dan lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya 51% - 75% drainase 3 menimbulkan genangan lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya 25% - 50% drainase lingkungan tidak terhubung dengan hirarki di atasnya 1 5 Kondisi pengelolaan air limbah d. Tidak terpeliharanya drainase e. Kualitas konstruksi drainase a. Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis Tidak dilaksanakannya pemeliharaan saluran drainase lingkungan pada lokasi perumahan atau permukiman,baik : Pemeliharaan rutin ; dan/atau Pemeliharaan berkala Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/domestik, komunal maupun terpusat. Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman dimana : Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik; 76% - 100% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau 51% - 75% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau 25% - 50% area memiliki drainase lingkungan yang kotor dan berbau 76% - 100% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk 51% - 75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk 25% - 50% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk 76% - 100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis 51% - 75% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis 25% - 50% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis 76% - 100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis 50% - 75% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 48

50 BAB 3 No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat 25% - 50% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis 1 6 Kondisi pengelolaan persampahan 7 Kondisi proteksi kebakaran a. Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis b. Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis c. Tidak terpeliharanya sarana dan prasarana pengelolaan Persampahan a. Ketidaktersedia an prasarana proteksi kebakaran Prasarana dan Sarana Persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu : Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domestik atau rumah tangga; Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan; Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada skala lingkungan; dan Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan Pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut : Pewadahan dan pemilahan domestik; Pengumpulan lingkungan; Pengangkutan lingkungan; Pengolahan lingkungan Tidak dilakukannya pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman, baik : Pemeliharaan rutin; dan/atau Pemeliharaan berkala Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu : Pasokan air; Jalan lingkungan; Sarana komunikasi; Data sistem proteksi kebakaran lingkungan; dan 76% - 100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis 51% - 75% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis 25% - 50% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis 76% - 100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar 51% - 75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar 26% - 50% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar 75% - 100% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara 51% - 75% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara 25% - 50% area memiliki sarpras persampahan yang tidak terpelihara 76% - 100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran 51% - 75% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 49

51 BAB 3 No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai Bangunan pos kebakaran 25% - 50% area tidak 1 memiliki prasarana proteksi kebakaran b. Ketidaktersedia an sarana proteksi kebakaran 76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran 5 3 B Idenfikasi Pertimbangan Lain 8 Pertimbangan lain a. Nilai Strategis Lokasi Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu : Alat Pemadam Api Ringan (APAR); Mobil pompa; Mobil tangga sesuai kebutuhan; dan Peralatan pendukung lainnya Pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman pada: Fungsi strategis kota; atau Bukan fungsi strategis kota 76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran 76% - 100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran Lokasi terletak pada fungsi strategis kota Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kota b. Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi : Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha; Sedang yaitu kepadatan penduduk antara jiwa/ha Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara jiwa/ha Sangat padat yaitu kepadatan penduduk diatas 400 jiwa/ha c. Kondisi Sosial, ekonomi dan budaya Pertimbangan potensi yang dimiliki lokasi perumahan atau permukiman berupa : Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi dalam mendukung pembangunan; Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi setempat; Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki setempat Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar >200 jiwa/ha Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar jiwa/ha Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <150 jiwa/ha Lokasi memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya untuk dikembangkan atau dipelihara NILAI 8 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 50

52 BAB 3 No Variabel Kriteria Indikator Parameter Nilai C. Idenfikasi Legalitas Lahan 9 Legalitas lahan a. Kejelasan status penguasaan lahan Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri (+) b. Kesesuaian RTR Kejelasan terhadap status penguasaan lahan berupa : Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertifikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah dari pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang (RTR), dengan bukti Izin Mendirikan bangunan atau Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota (SKRK) atau milik pihak lain Sebagian atau keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain keseluruhan lokasi berada bukan pada zona peruntukan perumahan/permukima n sesuai RTR Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada peruntukan perumahan/permukima n sesuai RTR (-) (+) (-) Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 51

53 BAB 3 Tabel. 3.5 Katergori Tingkat Kekumhan Dan Klasifikasinya di 9 Kawasan pada Kota Bantaeng NO 1 KAWASAN Sungai Pabinneang JUMLAH NILAI PENILAIAN KRITERIA DAN INDIKATOR KEKUMUHAN KUMUH BERAT TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH SEDANG KUMUH RINGAN (71-95) (45-70) (19-44) PERTIMBANGAN LAIN TINGGI (11-15 SEDANG (6-10) RENDAH (1-5) LEGAL Nilai (+) LEGALITAS LAHAN TIDAK LEGAL Nilai (-) KLASIFIKASI SKALA PRIORITAS 35 X X x C1 3 2 Lantebung 39 X X x C5 9 3 Lamalaka 1 31 X X x C3 6 4 Jambua 43 X X x C6 9 5 Ujung Labbu 31 X X x C5 9 6 Sungai Calendu 43 X X x C5 9 7 Lembang- Lembang 33 X X x C1 3 8 Borkal 31 X X x C1 3 9 Kayangan 37 X X x C1 3 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 52

54 BAB 3 E. Perumusan Kebutuhan Penanganan Program Nasional Penanganan Permukiman Kumuh dengan target pencapaian di tahun 2019 berupaya untuk mengimplementasikan program kolaborasi sebagai platform dalam penanganan kumuh, sehingga terjadi keterpaduan antarsektor pembangunan. Dalam program tersebut, sesuai dengan amanat UU No.1 Tahun 2011, Pemerintah Daerah (Pemda) akan jadi pelaku utama dalam penanganan, di mana seluruh pemetaan kebutuhan, rencana program, hingga rencana investasi akan disusun oleh Pemda. Program-program yang ada di pemerintah pusat kemudian hanya akan menjadi pendamping daerah dalam penyusunan rencana dan menjalankan program, di mana program yang ada di pusat pun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan daerah. Dalam mendukung upaya penanganan permukiman kumuh terdapat dua bentuk penanganan permukiman kumuh yang dapat dilakukan, yaitu Pencegahan dan Peningkatan kualitas. Tindakan pencegahan ditujukan untuk menghindari tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru. Tindakan pencegahan dilaksanakan melalui Pengawasan dan Pengendalian yang dapat dilakukan berdasarkan kesesuaian terhadap perizinan (seperti izin prinsip, izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, dan izin mendirikan bangunan), standar teknis, dan kelaikan fungsi. Pemberdayaan Masyarakat dilakukan terhadap pemangku kepentingan bidang perumahan dan permukiman melalui pendampingan. Pendampingan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas melalui pembentukan dan peningkatan kapasitas kelompok swadaya. Pendampingan kepada dapat berupa, penyuluhan yang bertujuan memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru. Penyuluhan dapat berupa sosialisasi dan diseminasi. Selain itu, pembimbingan bertujuan memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai cara mengerjakan kegiatan pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru. Pembimbingan dapat ditujukan kepada orang perseorangan, kelompok, dan kelompok dunia usaha. Bantuan teknis, bertujuan untuk memberikan dukungan yang bersifat teknis yang dilakukan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Bantuan teknis yang dapat diberikan dapat berupa penyusunan perencanaan pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penguatan kapasitas kelembagaan, pengembangan alternatif pembiayaan, persiapan pelaksanaan kerjasama pemerintah swasta, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan serta pemanfaatan. Pelayanan Informasi, bertujuan untuk memberikan informasi terkait upaya pencegahan perumahan kumuh dan permukiman kumuh kepada. Pelayanan informasi yang dapat dilakukan berupa pemberian informasi mengenai rencana tata ruang, penataan bangunan dan lingkungan, perizinan, serta Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 53

55 BAB 3 standar perumahan dan permukiman. Tindakan peningkatan kualitas dengan cara pemugaran juga dilakukan untuk perbaikan dan pembangunan kembali, perumahan kumuh dan permukiman kumuh menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. Selain itu pula, revitalitasi kawasan permukiman merupakan jenis penanganan untuk meningkatkan vitalitas kawasan permukiman melalui peningkatan kualitas lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan permukiman tersebut. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki dan mendorong ekonomi kawasan dengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana eksisting yang ada, meningkatkan kualitas serta kemampuan dari prasarana dan sarana melalui program perbaikan dan peningkatan tanpa melakukan pembongkaran berarti. Disamping itu pula, peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan sekitar. Peremajaan dengan cara pembangunan kembali perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh, meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan fasilitas umum perumahan dan permukiman. Pelaksanaan peremajaan harus dilakukan dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi dengan memenuhi norma dan standar teknis yang berlaku. Peremajaan diterapkan pada permukiman kumuh yang secara struktur ruang, ekonomi dan perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga tidak dapat ditangani hanya dengan perbaikan dan peningkatan fisik. Kondisi buruk secara struktur dapat mendorong terciptanya pemanfaatan ruang yang tidak efisien dan optimal sesuai dengan fungsi yang ditetapkan. Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya ditandai dengan tidak adanya kejelasan baik pola struktur prasarana lingkungan, tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan ruang, struktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak ditunjang dengan kemampuan pengembangan ekonomi kawasan permukiman, tidak dapat beradaptasi dengan kawasan sekitar. Secara keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan fungsi yang maksimal sesuai dengan potensi lahannya. Peremajaan wajib dilakukan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan klasifikasi kumuh berat dan status tanah legal. Jenis-jenis penanganan renewal (peremajaan) merupakan jenis penanganan yang bersifat menyeluruh dengan melakukan pembongkaran segaian atau seluruh komponen permukiman, kemudian merubah secara struktural dan membangun kembali di lahan yang sama. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai pemanfaatan lahan optimal sesuai dengan potensi lahan, dan diharapkan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi dan vitalitas baru. Juga cara lain, yakni redevelopment. Hal ini merupakan upaya penataan kembali suatu permukiman kumuh dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan prasarana, pada sebagian atau seluruh kawasan yang telah dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya. Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 54

56 BAB 3 Perubahan secara struktural dan peruntukan lahan serta ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur pembangunan baru biasanya terjadi. Restorasi merupakan jenis penanganan untuk mengembalikan kondisi suatu permukiman kumuh pada kondisi asal sesuai dengan persyaratan yang benar, menghilangkan tambahan atau komponen yang timbul kemudian mengadakan kembali unsurunsur permukiman, yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru. Disamping itu peran pelaku, juga didasari pada sifat penanganannya, maka peran sangat besar dalam mengambil keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen program. Sedangkan peran pemerintah, pemerintah daerah, dan pelaku lain (swasta) akan lebih banyak dalam mendukung program. Kebutuhan penanganan permukiman kumuh perkotaan Kota Bantaeng dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini: Tabel 3.6 Perumusan Kebutuhan Penanganan Skala Kota No Kondisi Faktual dan Isu Strategis Perkotaan di Kota Bantaeng 1 Perkembangan pemukiman yang tidak tertata Lokasi Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kebijakan Penanganan Kumuh Hasil (Overview) pengandalian, pemanfaatan, pengawasan dan penertiban bangunan Kebutuhan Penanganan Pencegahan penegakan aturan perijinan Peningkatan Penataan Kawasan Permukiman 2 Berkembangnya pemukiman pada daerah resapan Kecamatan Bantaeng-Bisappu Pengendalian pemukiman pada kawasan Resapan Penegakan aturan perijinan dan pembatasan area hunian Penataan kawasan pemukiman 3 Sebagian Permukiman masih belum sesuai persyaratan teknis Kecamatan Bantaeng-Bisappu Pengembangan yang sesuai persyaratan teknis Penegakan aturan perijinan terkait dengan garis sempadan bangunan Penataan kawasan pemukiman 4 Sistem air minum yang belum terpenuhi secara maksimal Kecamatan Bantaeng-Bisappu Peningkatan kapasitas pelayanan air minum Pemasangan PDAM Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air minum Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 55

57 BAB 3 No Kondisi Faktual dan Isu Strategis Perkotaan di Kota Bantaeng 5 sebagian belum memliki sistem sanitasi yang layak 6 Sistem pengelolaan persampahan dan sarana angkutan sampah yang kurang memadai 7 Sebagian kondisi jalan lingkungan masih merupakan jalan tanah yang tidak terawat 8 sistem jaringan drainase yang buruk dan tidak terkoneksi Lokasi Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kecamatan Bantaeng-Bisappu, Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kebijakan Penanganan Kumuh Hasil (Overview) Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kabupaten, Membangun saranapengumpul an dan pengelolaan awal.(tangki septik), Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPTL (Truk tinja), Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Pengelolaan sistem persampahan yang baik, Percepatan pembangunan infrastruktur persampahan yang berkualitas Pembangunan dan perbaikan jalan lingkungan Pengembangan sistem drainasetersier direncanakan pada tepi jalan perkotaan di setiap kecamatan, Pembangunan drainase lingkungan Kebutuhan Penanganan Pencegahan Melakukan sosialisasi peraturan dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik, penguatan kelembagaan sosialisasi dan edukasi terkait penanganan sampah Pemeliharaan jaringan jalan lingkungan pemeliharan jaringan drainase secara berkala Peningkatan pengembangan sistem sanitasi yang memenuhi standar pengembangan dan peningkatan sarana dan prsarana persampahan pengembangan jalan lingkungan pembangunan dan pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan yang saling terkoneksi Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 56

58 BAB 3 No X9 Kondisi Faktual dan Isu Strategis Perkotaan di Kota Bantaeng Sistem proteksi kebakaran yang tidak memadai 10 Minimnya ruang terbuka hijau skala lingkungan Lokasi Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kecamatan Bantaeng-Bisappu Kebijakan Penanganan Kumuh Hasil (Overview) Pembuatan rencana induk sistem proteksi kebakaran Pengembangan taman RT dan RW serta percepatan Pengembangan RTH Kota Kebutuhan Penanganan Pencegahan sosialisasi sistem proteksi kebakaran, penyediaan alat api ringan, penyediaan motor pemadam untuk proteksi kebakaran Sosialisasi Pemenuhan RTH Peningkatan pengembangan dan pengadaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran Pengembangan RTH Lingkungan dan RTH Kota Sumber : Hasil Analisis Tahun 2017 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 57

59 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Sungai Pabbineang NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL 1. Sungai Pabbineang Bangunan 203 Unit bangunan tidak teratur PENCEGAHAN Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN Rehabilitasi RTLH Tipekal Rumah Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran meter jalan mengalami kerusakan 239 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 102 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 129 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus IPAL Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 58

60 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lantebung NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Lantebung Bangunan 84 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran 594 meter jalan mengalami kerusakan 96 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 26 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 96 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 59

61 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lamalaka 1 NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Lamalaka 1 Bangunan 182 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pemb. Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran meter jalan mengalami kerusakan 460 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 313 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 535 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 60

62 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Jambua NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Jambua Bangunan 8 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran meter jalan mengalami kerusakan 5 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 0 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 63 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 70 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 61

63 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Ujunng Labbu NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL 1. Ujung Labbu Bangunan 118 Unit bangunan tidak teratur PENCEGAHAN Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran 380 meter jalan mengalami kerusakan 97 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 146 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 14 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 129 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 62

64 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Sungai Calendu NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Sungai Calendu Bangunan 129 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran meter jalan mengalami kerusakan 149 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 975 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 96 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 64 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 63

65 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Lembang-Lembang NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Lembang- Lembang Bangunan 127 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran 590 meter jalan mengalami kerusakan 138 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 216 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 46 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 58 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus IPAL Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 64

66 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Borkal NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Borkal Bangunan 110 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran 826 meter jalan mengalami kerusakan 125 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 45 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 88 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus IPAL Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 65

67 BAB 3 Tabel Kebutuhan Penanganan Skala Kawasan Kayangan NO NAMA KAWASAN ASPEK KONDISI FAKTUAL PENCEGAHAN KEBUTUHAN PENANGANAN PENINGKATAN 1. Kayangan Bangunan 60 Unit bangunan tidak teratur Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Rehabilitasi RTLH Pembangunan Rusun Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Sampah Proteksi Kebakaran 187 meter jalan mengalami kerusakan 83 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum 48 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis 19 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai/kali mati Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus IPAL Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 66

68 BAB 1 BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Konsep dan strategi ini pada dasarnya merupakan amanat dari UU No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yang diturunkan atau di jabarkan oleh Permen PUPR Nomor 02/PRT/M/2016 tentang peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dimana Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. A. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Kumuh Dalam Skala Kota Konsep Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kota ini diangkat dari kondisi aktual yang ada di Kota Bantaeng disertai issue-issue strategis apa saja yang berpengaruh dalam pembangunan infrastruktur di wilayah Kota Bantaeng, dengan demikian akan diketahui kebutuhan penanganan, konsep penanganan dan strategi penanganan sebagai berikut : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 67

69 BAB 4 Tabel Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kota No Kondisi Faktual Review Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan 1. Berkembangnya bangunan dilahan yang tidak sesuai peruntukannya (sempadan sungai atau pantai) Perkembangan pemukiman yang tidak tertata 2. Kondisi eksisting drainase tidak mampu menampung limpasan air hujan Kecenderungan masyarkat membuang sampah di drainase primer sistem jaringan drainase yang buruk dan tidak terkoneksi Pengendalian pembangunan permukiman pada daerah sempadan sungai/ pantai Pengendalian terhadap aspek KDB (Koefisien Dasar Bangunan) pengandalian, pemanfaatan, pengawasan dan penertiban bangunan Arahan pengembangan drainase berupa peningkatan kualitas konstruksi jaringan drainase, dan pembangunan/ perluasan jaringan drainase dengan konstruksi beton Kajian teknis yang lebih mikro untuk pintu air pada sungaisungai yang outletnya langsung masuk pada jaringan drainase Sosialisasi intensif kepada disepanjang bantaran sungai Normalisasi bantaran sungai Penegakan aturan perijinan Memaksimalkan daya tampung lahan efektif pada kelurahan lain Kajian teknis yang lebih mikro untuk pintu air pada sungai-sungai yang outletnya langsung masuk pada jaringan drainase Sosialisasi dan pemberdayaan Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Permukiman kembali Peremajaan Peningkatan konstruksi dan perluasan jaringan drainase dengan konstruksi beton Pengawasan dan pengendalian pembangunan bangunan baru Pengawasan dan pengendalian Masyarakat Permukiman kembali Peremajaan lingkungan permukiman Peremajaan infrastruktur drainse Meningkatkan regulasi pendirian bangunan Mensinkronkan perizinan dengan perencanaan tata ruang Pembangunan drainase memperhitungkan debit air, spek secara teknis dan terkoneksi dengan drainase sekunder Pelibatan dari proses perencanaan pelaksanaan dan pemeliharaan sehingga tercipta kepedulian dan pemeliharaannya Membentuk tim terpadu pengawasan bangunan dan drainase kota. Penyiapan lahan relokasi permukiman kembali Diarahkan pembangunan secara vertikal seperti RUSUNAWA Penataan kawasan dengan pengaturan petak bangunan Peningkatan konstruksi dan perluasan jaringan drainase dengan konstruksi beton Pembuatan resapan air yang mampu mengurangi genangan air. Pemeliharaan kondisi drainase secara berkala Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 68

70 BAB 4 No Kondisi Faktual Review Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan 3. Sebagian kawasan tidak terlayani oleh kendaraan pengangkut sampah Peningkatan sistim pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan, mendorong partisipasi dalam pengelolaan persampahan dan mengamankan kawasan perairan Kota Bantaeng (sungai dan pesisir pantai) dari sampah Pengelolaan sampah berbasis, yaitu sistim pengelolaan yang melibatkan secara langsung dalam pengumpulan sampah khususnya pada kawasan permukiman berkepadatan tinggi dan pada kawasan yang tidak terjangkau oleh mobil sampah Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang jumlahnya sesuai kebutuhan yaitu tong sampah pemilihan, TPS/TPST, gerobak sampah, dump truck, amroll, container sampah Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di dan sekolahsekolah, melalui seminar, pamflet, papan pengumuman dan media lainnya Peningkatan sistem manajemen persampahan Penyusunan master plan persampahan Kota Bantaeng Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Penyusunan master plan persampahan Kota Bantaeng Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah Masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pengawasan dan Pengendalian Peremajaan pada sarana dan prasarana pengelolaan sampah Sosialisasi dan penerapan pengolahan sampah sistim 3R di dan sekolah-sekolah, melalui seminar, pamflet, papan pengumuman dan media lainnya Pengelolaan sampah berbasis Peningkatan sistem manajemen persampahan Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah Meningkatkan Sistem Pengelolaan Persampahan (UPTD) Melakukan pembangunan TPS Terpadu Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 69

71 BAB 4 No Kondisi Faktual Review Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan 4. Kualitas Air PDAM yang belum memenuhi kelayakan air minum Melakukan pendataan mengenai jumlah kebutuhan air bersih untuk Pembangunan jaringan pipa air bersih sampai kerumah penduduk Menambah kapasitas jaringan air baku sesuai kebutuhan Membangun berbagai infrastruktur air bersih Membatasi perkembangan pembangunan di wilayah rawan bencana Mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana pada wilayah yang rawan bencana di Kota Bantaeng Sosialisasi dan pemberdayaan Perlindungan area tangkapan air Pengadaan sumber air minum alternatif Masyarakat Pengawasan dan Pengendalian Peremajaan Mengelola sumber air yang ada dengan mengkampanyeka n hemat air Menambah jaringan saluran air bersih ke lingkungan Pengadaan teknologi penyulingan air bersih Menambah sumber air baku Penyediaan fasilitas penyelamatan pada lokasi yang merupakan kawasan yang terkena bencana Membangun talud penahan atau pemecah ombak Revitalisasi saluran yang dilalui lahar dingin atau banjir lainnya 5. Kawasan permukiman berada pada daerah rawan bencana Sosialiasi dan edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis dalam pembangunan permukiman Peningkatan rambu-rambu keselamatan dan bangunan pengaman bencana Pengawasan dan pengendalian Peremajaan Permukiman kembali untuk daerah dengan resiko bencana tinggi Sosialisasi mitigasi rawan bencana, Pemasangan alat peringatan dini bahaya datangnya bencana. Memberdayakan setempat sebagai relawan siaga bencana Peningkatan Kapasitas dan Partsipasi Masyarakat dalam menangani kebencanaan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 70

72 BAB 4 B. Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Skala Kawasan Kawasan kumuh di Kota Bantaeng terdiri atas 2 kawasan yaitu Kawasan Lamalaka, dan Kawasan Sungai Pabbineang. Dari dua kawasan tersebut dua diantaranya memiliki karakteristik permasalahan yang hampir sama dan tipologi, sehingga dalam upaya perumusan konsep, sehingga dalam upaya perumusan konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan akan di sajikan tiap permasalahan di kawasan kumuh tersebut dan nantinya akan di jadikan dasar perumusan program penanganan tiap kawasan kumuh tersebut. Berikut konsep pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh skala kawasan sebagai berikut : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 71

73 BAB 4 Tabel. 4.2 Konsep dan Strategi Penganan Permukiman Kumuh Skala Kawasan No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 1. Lamalaka Bangunan 182 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan meter jalan mengalami kerusakan 460 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Sering terjadi banjir akibat pasang air laut Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pembangunan Tanggul sepanjang Pantai Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Pembangunan Tanggul Pantai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 72

74 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 313 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 535 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 73

75 BAB 4 No Nama Kawasan 2. Bantaran Sungai Pabbineang Aspek Bangunan Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Kondisi Faktual 203 Unit bangunan tidak teratur meter jalan mengalami kerusakan 239 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Pembangunan Tipekal Rumah Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan & pengendalian air bawah tanah untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Peremajaan Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Sosialisasi daerah pembangunan terbatas Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melibatkan dalam pemeliharaan jaringan air minum dan sumber mata air Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Pengkajian teknis mikro outlet pembuangan air ke pantai Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Penyediaan lahan/hunian sementara untuk RTLH terdampak Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Membangun sumber air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Pabbineang Rehabilitasi Tanggul Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 74

76 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 102 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Pemb. IPAL Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 129 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Pendampingan pengelolaan sampah dengan sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Pembangunan /pembuatan jalur evakuasi bencana Penyediaan hidrant Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 75

77 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 3. Lantebung Bangunan 84 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan 594 meter jalan mengalami kerusakan 96 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 76

78 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 26 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 96 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 77

79 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 4. Jambua Bangunan 8 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan meter jalan mengalami kerusakan 5 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 0 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 78

80 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 63 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 70 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 79

81 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 5. Ujung Labbu Bangunan 118 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan 380 meter jalan mengalami kerusakan 97 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 146 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 80

82 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 14 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 129 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 81

83 BAB 4 No Nama Kawasan 6. Sungai Calendu Aspek Bangunan Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Kondisi Faktual 129 Unit bangunan tidak teratur meter jalan mengalami kerusakan 149 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 975 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 82

84 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 96 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 64 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 83

85 BAB 4 No Nama Kawasan 7. Lembang- Lembang Aspek Bangunan Jalan Air Minum Drainase Lingkungan Kondisi Faktual 127 Unit bangunan tidak teratur 590 meter jalan mengalami kerusakan 138 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak 216 meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 84

86 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 46 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 58 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 85

87 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 8. Borkal Bangunan 110 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan 826 meter jalan mengalami kerusakan 125 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 86

88 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 45 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 88 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 87

89 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual 9. Kayangan Bangunan 60 Unit bangunan tidak teratur Jalan Air Minum Drainase Lingkungan 187 meter jalan mengalami kerusakan 83 unit rumah tangga belum terlayani sumber air minum yang layak meter drainase tidak memenuhi kualitas minimum Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pendataan bangunan yang tidak sesuai persyaratan teknis Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendampingan Masyarakat Sosialisasi Air bersih dan layak minum Perlindungan area tangkapan air Pemeliharaan jaringan drainase yang sudah ada Normalisasi sungai Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Rehabilitasi RTLH Relokasi ke Rusunawa Peningkatan Kualitas jaringan jalan lingkungan Pembangunan Jalan lingkungan Penyediaan jaringan air bersih Peningkatan kapasitas volume daya tampung Rekonstruksi Jaringan drainase yang rusak Pengawasan dan pengendalian melalui penegakan perizinan hunian baru Sosialisasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan Pengawasan dan pengendalian untuk kampanye hemat air melalui sosialisasi Pengawasan dan pengendalian Pemugaran RTLH Pembangunan Rusunawa Pemugaran Jalan yang mengalami kerusakan Peremajaan jalan yang belum sesuai dengan standar teknis yang ada Peremajaan dengan penambahan instalasi jaringan air Peremajaan drainase memperbaiki kualitas dan meningkatkan fungsi drainase eksisting Melakukan Pemberdayaan dan Pendekatan pada Pemilik Rumah Melakukan pendampingan terhadap Melakukan pemeliharaan jaringan air minum Melakukan review master plan drainase Kajian rencana drainase terkoneksi dari hulu sampai hilir Membuat turunan perda dan atau aturan bersama terkait pembuangan sampah pada drainase Menyiapkan lahan/hunian sementara untuk pemugaran RTLH Melakukan pemugaran dan pembangunan RTLH Relokasi permukiman Melakukan pengelolaan RTH di kelurahan yang memungkinkan Membangun jalan beton Membangun jalan paving blok untuk jalan lingkungan Melakukan pembangunan jaringan air minum baru Perbaikan jaringan drainase Peningkatan jaringan drainase Pengangkatan sedimentasi drainase Normalisasi Sungai Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 88

90 BAB 4 No Nama Kawasan Aspek Kondisi Faktual Kebutuhan Penanganan Konsep Penanganan Strategi Penanganan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pencegahan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah 48 unit rumah tangga tidak memiliki jamban sesuai dengan persyaratan teknis Sosialisasi hidup sehat Penyediaan sarana yang memadai Program sanitasi berbasis Pembangunan septick tank komunal Septick tank plus masyrakat melalui Pendampingan dan penyuluhan kepada Pembangunan jamban keluarga Pembangunan septick tank komunal Penggunaan tekhnologi baru, bagi solusi keterbatasan lahan Melakukan pendampingan terhadap Pembebasan lahan Melakukan pembangunan septick tank komunal Merehabilitasi kembali septictank komunal Melakukan program septick tank plus Pengelolaan Sampah 19 unit rumah tangga tidak terjangkau pelayanan pengangkutan sampah min. 2 minggu sekali untuk ikut berperan aktif dalam sistem pengelolaan persampahan Pembentukan KSM untuk mengelola dan mengangkut sampah skala lingkungan Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai Penyediaan biaya operasional dengan Pendampingan dan Pemberian ketrampilan pemanfaatan sampah Penyuluhan kepada warga Pembentukan lembaga pengelola sampah Pengawasan & pengendalian TPS Terpadu Pengadaan alat operasional pengangkut sampah Sosialisasi dan penerapan pengelolaan sampah sistem 3R Peningkatan sistem manajemen persampahan Pembuatan turunan aturan perda terkait pembuangan sampah Pembebasan lahan Pengadaan kendaraan motor pengangkut sampah Melakukan pembangunan TPS terpadu Proteksi Kebakaran Belum tersedia sarana prasana proteksi kebakaran Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Penyediaan jalur mobil pemadam kebakaran Pembentukan unit pemadam kebakaran skala lingkungan dengan Sosialisasi kepada warga Pemberian ketrampilan pemadaman api Pengidentifikasi titik-titik pembuatan hidrant Penyediaan kantongkantong air pemadam kebakaran Sosialisasi titik-titik rawan kebakaran dan titik-titik hidrant yang tersedia Sosialisasi bahaya kebakaran Pembebasan Lahan Penyediaan hidrant Penyediaan APAR Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 89

91 BAB 4 C. Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sampai dengan Pencapaian Kota Bebas Kumuh Dalam Skala Kota Dalam upaya mencapai terwujudnya program bebas kumuh di tahun 2020 di Kota Bantaeng, maka Strategi Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Bantaeng yaitu: 1. Peningkatan kualitas permukiman kumuh 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman perkotaan sesuai dengan karakteristiknya. 3. Pemberdayaan Masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan. 4. Mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya buatan 5. Pembangunan kawasan permukiman baru dengan pelayanan infrastruktur yang layak dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. 6. Meningkatkan implementasi rencana tata ruang perkotaan dan pengendalian pemanfaatan ruang perkotaan Terkait dengan hal tersebut dibutuhkan komitmen bersama diantara stakeholder di Kota Bantaeng untuk bersama-sama membangun permukiman dan infrastruktur permukiman di seluruh wilayah Kota Bantaeng agar tercapai yang maju, mandiri dan sejahtera, sehingga setiap tahapan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman harus jelas arah atau sasaran. Mengingat target utama penanganan kawasan kumuh ini 0% pada tahun 2019, maka perlu ada target atau sasaran yang harus tercapai dalam tiap tahun perencanaanya sehingga apa yang menjadi dari tujuan perencanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan bersama. Adapun target atau sasaran yang hendak di capai dalam program tiga tahunan sebagai berikut : 1) Tahun Pertama (2017) Tersusun keterpaduan penanganan kawasan kumuh yang jelas serta didukung dengan basis data yang akurat dan pendanaan yang jelas 2) Tahun Kedua (2018) Terpenuhinya kebutuhan dasar dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman di seluruh wilayah Kota Bantaeng 3) Tahun Ketiga (2019) Terwujudnya kawasan permukiman yang layak huni dan bebas kumuh di seluruh wilayah Kota Bantaeng Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 90

92 BAB 4 Tabel. 4.3 Strategi Bebas Kumuh No Tujuan Kebijakan Sasaran Strategi Tahun Pertama (2017) I Tersusun keterpaduan penanganan kawasan kumuh yang jelas serta didukung dengan basis data yang akurat dan pendanaan yang jelas a. Meningkatkan pengawasan pembangunan permukiman baru oleh pihak pengembang b. Meningkatkan peran dan fungsi tata ruang dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan c. Meningkatkan anggaran pembangunan infrastruktur 1. Terpadunya pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dengan rencana tata ruang 2. Tersusunnya arah perencanaan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan a. Meningkatkan kualitas SDM b. Meningkatkan fungsi lembaga/badan pengawas rencana tata ruang c. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Tahun Kedua (2018) II Terpenuhinya kebutuhan dasar dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman di seluruh wilayah Kota Bantaeng a. Menciptakan tata kelola pengelolaan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman b. Mewujudkan iklim investasi pembangunan infrastruktur dan permukiman c. Meningkatkan pembangunan infratruktur permukiman di seluruh wilayah Kota Bantaeng secara komprehensif d. Meningkatkan peran dan fungsi infrastruktur permukiman secara maksimal e. Meningkatkan pemeliharaan infrastruktur permukiman yang sudah ada. f. Meningkatkan pengendalian perubahan alih fungsi lahan g. Mengembangkan tekhnologi tepat guna dan ramah lingkungan 1. Terpenuhinya backlog kebutuhan rumah 2. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur permukiman 3. Terjalinnya kerjasama kemitraan pengelolaan infrastruktur permukiman 4. Tersusunnya regulasi pengaturan dan pengendalian pembangunan permukiman baru 5. Tersedianya tekhnologi tepat guna dan ramah lingkungan a. Meningkatkan pembangunan rusunawa. b. Meningkatkan pembangunan permukiman baru c. Meningkatkan pelayanan public terhadap pengelolaan air minum dan sampah d. Menyediakan sarana pendukung pengelolaan sampah dan sanitasi yang memadai e. Menyiapkan sumber daya manusia yang handal f. Menyusun regulasi regulasi pengaturan dan pengendalian pembangunan permukiman baru g. Mengembangkan alternatif baru pengelolaan sampah dan sanitasi h. Menjalin kerjasama kemitraan dengan pihak swasta pengadaan dan pengelolaan air minum dan sampah Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 91

93 BAB 4 No Tujuan Kebijakan Sasaran Strategi Tahun Ketiga (2019) III Terwujudnya Kawasan Permukiman yang Layak Huni dan Bebas Kumuh di seluruh wilayah Kota Bantaeng a. Meningkatkan pembangunan permukiman baru b. Meningkatkan kualitas hunian tidak layak huni c. Meningkatkan daya beli rumah d. Meningkatan penataan kawasan permukiman e. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman f. Meningkatkan jaringan pelayanan dan distribusi infrastruktur permukiman g. Meningkatkan peran aktif swasta dan peran serta h. Meningkatkan kerjasama antar intansi, lembaga dan kementerian 1. Terwujudnya pembangunan kawasan baru 2. Terwujudnya penataan kawasan permukiman kumuh di perkotaan 3. Tersedianya rumah layak huni bagi MBR 4. Tercukupinya kebutuhan tempat tinggal (rumah) 5. Terlaksananya pembangunan infrastruktur permukiman di kawasan baru dan kawasan permukiman kumuh 6. Terjalinnya kerjasama antar instansi-lembaga dan kementerian dalam upaya menangani kawasan permukiman kumuh 7. Tersusunnya peran serta swasta dalam penanganan kawasan permukiman kumuh dan pembangunan kawasan baru 8. Tersusunnya peran serta a. Menggalakan pembangunan rusunawa. b. Meningkatkan pemerataan pembangunan kawasan permukiman baru c. Menyediakan lingkungan siap bangunan beserta infrastruktur pendukungnya d. Memberikan intensif dan disintensif bagi para pelaku pembangunan rumah (developer) e. Meningkatkan pelayanan perizinan pendirian kawasan permukiman baru f. Meningkatkan penyediaan air minum dan sanitasi di kawasan permukiman kumuh g. Mengembangkan alternatif baru sumber air minum h. Meningkatkan pelayanan infrastruktur persampahan dan pengelolaan sampah i. Mengembangkan alternatif baru pengelolaan sampah dan sanitasi j. Mengembangkan alternatif baru sumbersumber air baku k. Meningkatkan kondisi jaringan jalan dan drainase di kawasan permukiman kumuh l. Meningkatkan kegiatan rehap rumah tidak layak huni m. Menggalakan kegiatan penghijauan di tingkat lingkungan n. Menggalakan pemberdayaan kawasan permukiman kumuh o. Menjalin kerjasama dengan swasta p. Menjalin kerjasama antar instansilembaga dan kementerian Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2017 Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 92

94 BAB 5 BAB V RENCANA AKSI PENATAAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH Rencana Aksi (Action Plan) adalah suatu rencana kegiatan yang lebih terperinci untuk menterjemahkan konsep dan strategi-stretegi serta arahan pembangunan yang telah diindikasikan dalam rencana penataan dan penigkatan kualitas permukiman kumuh. Sehubungan dengan itu maka pada Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh (RP2KP-KP) Kota Bantaeng tahun 2017, khususnya di kawasan kumuh akan menguraikan lebih detail terhadap program dan kegiatan. Rencana aksi terdiri dari aspek fisik dan non-fisik kawasan kumuh, sebagai berikut : A. Aspek Fisik Lingkungan, meliputi: 1. Peningkatan akses kawasan dan lingkungan 2. Pembangunan rumah layak huni 3. Normalisasi & peningkatan pelayanan drainase 4. Peningkatan Pelayanan Sanitasi Lingkungan 5. Peningkatan layanan air minum 6. Peningkatan layanan persampahan 7. Prasarana Penerangan Jalan 8. Prasarana Pencegahan Kebakaran B. Aspek Sosial Kesyarakatan, meliputi : 1. Peran serta dalam penataan dan peningkatan kualitas lingkungan. 2. Keterlibatan lembaga untuk peduli lingkungan 3. Sosialisasi dari intansi terkait dalam peningkatan kualitas lingkungan permukman 4. Pemberdayaan atau lembaga untuk pelaksanaan iven-iven/lomba kebersihan lingkungan. Adapun rencana aksi penanganan kumuh pada masing-masing kawasan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) Kabupaten Bantaeng 93

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Bab I tediri dari ; Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup, Kedudukan Dokumen RP2KPKP dalam Kerangka Pembangunan Kota Medan dan Sistematika Pembahasan 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KATA PENGANTAR Pemerintah melakukan upaya penyelenggaraan kawasan permukiman sesuai amanat UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Lebih terperinci

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM bab 01 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

Lebih terperinci

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN 1. Form 1-1 MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI 2. Form 1-2 MONITORING DAN EVALUASI KEIKUTSERTAAN DALAM KONSOLIDASI TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I PUJI SYUKUR kehadirat TUHAN YME atas tersusunnya laporan bulanan keempat kegiatan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire. Sesuai dengan yang diwajibkan dalam

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Tolitoli merupakan suatu tahapan antara, yaitu setelah penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Tolitoli (SSK)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh No Aspek-aspek minimal Perda 1. Ketentuan Umum; Muatan 1. Daerah adalah Kabupaten/Kota... 2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Edisi Cetakan ke-5 (Revisi) Jakarta, Tahun 2014 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan

Lebih terperinci

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016 Persentase Juta Jiwa MENGAPA ADA PERMUKIMAN KUMUH? Urbanisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERA CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara Tentang Program Kotaku Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA Gambaran Umum Wilayah Luas wilayah Kota Yogyakarta: 3.250 Ha (32,5 Km 2 ) Kota Yogyakarta memiliki 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW), dan 2.524 Rukun

Lebih terperinci

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya Yogyakarta, 13 Agustus 2015 Oleh : Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

Lebih terperinci

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman OUTLINE Latar Belakang Program Arahan Kebijakan DJCK: ATAR BELAKANG Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya KETERPADUAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN Oleh: Dwityo A. Soeranto Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU Z Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh 2015-2019 dan Gambaran Umum Program KOTAKU Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Latar Belakang & Kebijakan Amanat

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017 PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017 1 PERUBAHAN YANG DITUJU Trend Saat Ini Permukiman Kondisi Yang Diinginkan Padat, tidak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004)

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman?

Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman? LAMPIRAN Lampiran 3 Sistem Perumahan dan Permukiman PENGERTIAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman? Uraian pengertian Perumahan, Permukiman, dan Perumahan dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tindaklanjut dari penyusunan Dokumen Buku Putih (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten

Lebih terperinci