PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)"

Transkripsi

1

2

3 PANDUAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Edisi Cetakan ke-5 (Revisi) Jakarta, Tahun 2014 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Ilustrasi Sampul Sketsa Ikon Perkotaan: Kota Jakarta (Monas); Kota Semarang (Tugu Monas); Kota Balikpapan (Bandara Sepinggan)(Sumber: Sketsa Ilustrasi Tim Subdit. Pengembangan Permukiman Baru), Tahun 2014 Edisi Cetakan ke-4 (Revisi) Jakarta, Tahun 2013 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Ilustrasi Sampul Konsep Pengembangan Kawasan Tamansari dan Kawasan Cigondewah, Kota Bandung (Sumber: Dokumen SPPIP Kota Bandung), Tahun 2010 Edisi Cetakan ke-3 (Revisi) Jakarta, Tahun 2012 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Ilustrasi Sampul Konsep Pengembangan Kawasan Tamansari dan Kawasan Cigondewah, Kota Bandung (Sumber: Dokumen SPPIP Kota Bandung), Tahun 2010 Edisi Cetakan ke-2 Jakarta, Tahun 2011 Tim Penyusun Edisi Cetakan ke-1 Jakarta, Tahun 2010 Tim Penyusun Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum

4

5 i Kata Pengantar

6 Kata Pengantar Salam Sejahtera, Sejalan dengan meningkatnya pembangunan perkotaan di berbagai wilayah di Indonesia, kebutuhan akan kawasan permukiman yang aman, nyaman, layak huni, dan berkelanjutan menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Pemenuhan kebutuhan ini harus sejalan dan sinergi dengan perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang telah disusun. Berkenaan dengan hal ini, diperlukan suatu strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dapat memberikan payung bagi penyelenggaraan pembangunan di daerah, melalui Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan turunan operasionalnya yang berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Dalam penyelenggaraan pembangunan, SPPIP dan RPKPP ini merupakan instrumen penting untuk menjamin terwujudnya pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang serasi dan sinergi dengan sektor pembangunan lainnya, baik dari sisi pentahapan maupun alokasi ruangnya. Dengan adanya instrumen ini, penyelenggaraan program dan kegiatan invenstasi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dapat berjalan efektif dan efisien. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, sejak tahun 2010, Pemerintah melalui Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum telah melakukan fasilitasi pendampingan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut. Sebagai upaya untuk menciptakan kemandirian kepada pemerintah kabupaten/kota, pada tahun 2014, fasilitasi pendampingan hanya diberikan untuk proses penyusunan SPPIP, sedangkan penyusunan RPKPP sepenuhnya diserahkan kepada daerah. Agar penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut, baik yang dilakukan secara mandiri oleh pemerintah kabupaten/kota maupun dengan fasilitasi Pemerintah, dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan penguatan pengetahunan penyusun dan pihak yang terlibat dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP mulai dari pemahaman hingga pada proses penyusunannya yang diakomodir dalam panduan ini. i

7 Secara garis besar, panduan ini terdiri atas dua bagian besar, yaitu pemahaman SPPIP dan RPKPP, serta prosedur pelaksanaan kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP. Panduan ini selain memberikan arahan bagi pelaksanaan kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP, namun juga dapat menjadi materi untuk pelatihan dan sosialisasi dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP. Akhir kata semoga Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini dapat bermanfaat sebagai panduan dalam kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP. Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum ii

8

9 Daftar Isi KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR SINGKATAN....x PETUNJUK PENGGUNAAN PANDUAN... xi BAGIAN 1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN Maksud Tujuan Sasaran MANFAAT PANDUAN SISTEMATIKA PANDUAN... 6 BAGIAN 2 PEMAHAMAN DASAR PERMASALAHAN DAN KEBUTUHAN PENYELESAIANNYA MELALUI SPPIP DAN RPKPP PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN KEBUTUHAN PENANGANANNYA PENANGANAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN MELALUI SPPIP DAN RPKPP SPPIP DAN RPKPP DALAM KERANGKA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN iv

10 2.3.1 Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP Kedudukan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Pengembangan Kabupaten/Kota Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP Pemangku Kepentingan SPPIP dan RPKPP Legalisasi SPPIP dan RPKPP BAGIAN 3 KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) RUANG LINGKUP PENYUSUNAN SPPIP Lingkup Kegiatan Penyusunan SPPIP Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP Kedalaman Substansi SPPIP KELUARAN YANG DIHASILKAN PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP BAGIAN 4 KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) RUANG LINGKUP PENYUSUNAN RPKPP Lingkup Kegiatan Penyusunan RPKPP Lingkup Wilayah Penyusunan RPKPP Kedalaman Substansi RPKPP KELUARAN YANG DIHASILKAN PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN RPKPP GLOSSARY... xiii DAFTAR PUSTAKA... xxii ANNEX... xxiv v

11 Daftar Tabel Tabel 2-1 Tabel 2-2 Tabel 3-1 Tabel 3-2 Rincian Perbedaan Antara SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Perkotaan Peran dan Bentuk Keterlibatan Masing-Masing Pihak Dalam Kegiatan Penyusunan SPPIP dan RPKPP Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan SPPIP Contoh Tabel Isian Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Tabel 3-3 Contoh Tabel Potensi dan Permasalahan Tabel 3-4 Contoh Tabel Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Tabel 3-5 Contoh Tabel Tujuan, Kebijakan dan Strategi Tabel 4-1 Tabel 4-2 Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RPKPP Contoh Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Pada Kawasan Prioritas Tabel 4-3 Contoh Rencana Program Penanganan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Pada Kawasan Pengembangan Tahap Tabel 4-4 Contoh Tabel Inventarisasi Potensi, Permasalahan, Tantangan, Hambatan Tabel 4-5 Contoh Tabel Kebutuhan Penanganan Kawasan Tabel 4-6 Contoh Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap vi

12 Daftar Gambar Gambar 2-1 Gambar 2-2 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota Diagram Keterkaitan Arah Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten/Kota, SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan Gambar 2-3 Diagram Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Gambar 2-4 Gambar 2-5 Gambar 2-6 Gambar 2-7 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman Contoh Keterkaitan Substansi SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Dari Sisi Waktu Gambar 2-8 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP Gambar 2-9 Gambar 3-1 Keterkaitan Semua Pihak yang Terlibat Dalam Proses Penyusunan SPPIP/RPKPP Ilustrasi Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP Untuk Wilayah Adaministrasi Kota (atas) dan Untuk Wilayah Administrasi Kabupaten (bawah) Gambar 3-2 Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi Dalam SPPIP Gambar 3-3 Gambar 3-4 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Persiapan vii

13 Gambar 3-5 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Identifikasi Potensi dan Permasalahan Gambar 3-6 Contoh Peta Pemetaan Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Gambar 3-7 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Gambar 3-8 Contoh Peta Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas Gambar 3-9 Gambar 3-10 Gambar 3-11 Gambar 4-1 Gambar 4-2 Gambar 4-3 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Contoh Pemetaan Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Finalisasi dan Sosialisasi Rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Persiapan Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Identifikasi Potensi dan Permasalahan Gambar 4-4 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Permukiman Gambar 4-5 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Gambar 4-6 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Aksi Program Gambar 4-7 Contoh Peta Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas viii

14 Gambar 4-8 Gambar 4-9 Contoh Peta Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Gambar 4-10 Contoh Konsep Penanganan Tahap Gambar 4-11 Contoh Rencana Detail Desain Gambar 4-12 Contoh Ilustrasi 3D Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Gambar 4-13 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Finalisasi dan Sosialisasi ix

15 Daftar Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2. CAP : Community Action Plan 3. CK : Cipta Karya 4. CPA : Community based Participatory Approach 5. DED : Detailed Engineering Design 6. DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya 7. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 8. FGD : Focus Group Discusion 9. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat 10. NGO : Non-Governmental Organization 11. PKP : Pengembangan Kawasan Permukiman 12. Pokjanis : Kelompok Kerja Teknis 13. PPIP : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 14. PU : Pekerjaan Umum 15. Randal : Perencanaan dan Pengendalian 16. RP3KP : Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman 17. RPIJM : Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah 18. RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah 19. RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang 20. RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas 21. RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah 22. Satker : Satuan Kerja 23. SPK : Strategi Pengembangan Kota 24. SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja 25. SPPIP : Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan 26. TOR/KAK : Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja x

16 Petunjuk Penggunaan Panduan Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) meliputi 4 (empat) bagian besar yang saling terkait, yaitu: (1) pendahuluan, (2) pemahaman dasar permasalahan pembangunan dan kebutuhan penyelesaiannya melalui SPPIP dan RPKPP, (3) kegiatan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), dan (4) kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Untuk memudahkan pemahaman keempat bagian panduan tersebut, maka dimohon memperhatikan beberapa hal berikut : Keempat bagian dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini merupakan bagian yang saling terkait satu sama lain, namun dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan sesuai dengan kebutuhan yang ada; Bagian 1 memuat mengenai latar belakang penyusunan panduan; maksud, tujuan, dan sasaran penyusunan panduan; manfaat panduan; dan sistematika panduan yang membantu memberikan gambaran ringkas dari keseluruhan panduan; Bagian 2 memuat mengenai pemahaman dasar atas kondisi perencanaan di Indonesia serta kebutuhannya akan SPPIP dan RPKPP. Bagian 3 memuat tentang teknis penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan SPPIP; Bagian 4 memuat tentang teknis penyelenggaraan kegiatan dan penyusunan RPKPP; xi

17 Secara diagramatis petunjuk penggunaan Panduan Teknis Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Gambar berikut. PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP PERSIAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN PERSIAPAN PENYUSUNAN SPPIP DAN RPKPP PENYUSUNAN SPPIP PENYUSUNAN RPKPP BAGIAN 1 Pendahuluan ` BAGIAN 2 Pemahaman Dasar Persoalan Pembangunan dan Kebutuhan Penyelesaian Melalui SPPIP dan RPKPP ` BAGIAN 3 Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) BAGIAN 4 Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Sistematika Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) xii

18 01 Pendahuluan 0 Pendahuluan

19 01 Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan perkotaan dan perkembangannya adalah sesuatu yang tidak terpisahkan satu sama lain. Kawasan perkotaan dengan kompleksitas kegiatannya ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan meliputi semua bidang pembangunan. Adanya perkembangan di kawasan perkotaan ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisili dan melakukan aktivitas ekonominya di kawasan perkotaan tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya migrasi yang menambah beban kawasan perkotaan baik dari sisi ruang maupun intensitas aktivitas. Meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan perkotaan ini perlu untuk disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah daerah terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat membangkitkan banyak permasalahan perkotaan terutama yang terkait dengan ketersediaan dukungan permukiman dan infrastruktur pemukiman perkotaan. Pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang kurang atau belum mengantisipasi dan mengakomodir perkembangan kawasan perkotaan akan menimbulkan permasalahan antara lain: (a) tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, dan (b) tidak tersedianya lingkungan permukiman yang layak, tidak terkendalinya pembangunan permukiman pada daerah-daerah non-permukiman, dan (d) terjadinya permukiman kumuh. 1 Pendahuluan

20 Di Indonesia, permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan serta pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan ditangani dan diantisipasi melalui 2 (dua) bentuk perencanaan, yaitu: (1) perencanaan pembangunan yang memberikan arahan pencapaian tujuan pembangunan sektoral dan (2) penyelenggaraan penataan ruang yang memberikan arah pembangunan keruangan. Kedua bentuk perencanaan tersebut diwadahi dalam 2 (dua) dokumen, yaitu: (1) dokumen rencana pembangunan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)/Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)) dan (2) dokumen rencana tata ruang (Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detail Tata Ruang). Dalam upaya untuk menangani permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, beserta permasalahan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan, kedua bentuk perencanaan ini perlu saling sinergi dan terpadu satu sama lain. Dalam pelaksanaannya, kondisi ini seringkali belum dapat dilakukan, karena adanya beberapa permasalahan sebagai berikut: Belum adanya acuan yang jelas dan selaras untuk mengarahkan pengembangan kabupaten/kota yang selanjutnya menjadi acuan bagi keberadaan strategi yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kawasan perkotaan, termasuk dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Dalam hal pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, kondisi ini dapat dilihat dari arah kebijakan di dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang ada. Kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam arahan pembangunan wilayah dan tata ruang seringkali belum dirumuskan secara khusus. Hal ini berakibat pada timbulnya kesulitan dalam menerjemahkan kebijakan perencanaan pembangunan ke dalam kebijakan tata ruang untuk pengembangan permukiman yang terdapat dalam dokumen rencana tata ruang. Selain itu rencana 2 Pendahuluan

21 pengembangan kawasan permukiman dalam dokumen rencana tata ruang lebih didasarkan pada rencana struktur ruang dibandingkan dengan arahan pembangunan makro yang terdapat dalam dokumen rencana pembangunan. Arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota dan masih bersifat sektoral. Pengembangan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada selama ini seringkali berorientasi pada penyelesaian permasalahan dalam jangka pendek, tidak melihat keberlanjutan penanganan, serta belum mempertimbangkan keterkaitan antarsektor. Hal ini menyebabkan bentuk-bentuk strategi dan program pengembangan serta pembangunan bersifat sektoral dan parsial. Bentuk-bentuk penanganan ini menyebabkan arahan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota lebih didasarkan pada ketersediaan program-program yang ada dan tidak berdasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota secara keseluruhan. Strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dan strategi pengembangan kabupaten/kota seringkali belum terpadu. Kondisi tersebut merupakan fenomena umum yang juga terjadi pada bidang pembangunan lainnya. Hal ini disebabkan oleh: (1) strategi pembangunan skala kabupaten/kota yang ada tidak memberikan acuan yang jelas, dan (2) strategi pembangunan sektoral yang disusun tidak atau belum mengacu kepada strategi pembangunan dalam skala kabupaten/kota. Terkait dengan hal tersebut, arahan pengembangan dan pembangunan seringkali disusun dalam tataran makro yang bersifat filosofis dan normatif, sehingga menyulitkan untuk dijabarkan dalam strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan atau strategi sektoral lainnya yang implementatif dan operasional. Sebaliknya, strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, serta strategi sektoral lainnya seringkali disusun sebagai suatu strategi yang terpisah dan belum mengacu pada kebijakan yang lebih tinggi. Mempertimbangkan permasalahan yang muncul tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah selayaknya memiliki strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kabupaten/kota, serta dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan programprogram pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Kebutuhan akan acuan yang jelas ini sejalan dengan amanat dari Undang-undang (UU) No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pada Pasal 15 huruf c yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas untuk menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman tersebut diperlukan adanya strategi operasional untuk perwujudan rencana tersebut. Terkait 3 Pendahuluan

22 dengan hal ini, strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dimaksud diwadahi di dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Dalam penyelenggaraan SPPIP ini, pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, memiliki tugas pembinaan terhadap kabupaten/kota penyusun. SPPIP ini diturunkan dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dimana keduanya disusun dengan tetap mengacu pada strategi pengembangan kabupaten/kota yang telah ada. Dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan keduanya menjadi suatu yang penting dan dapat menjadi langkah awal dalam mendukung terjadinya integrasi antara perencanaan pembangunan dan penataan ruang. Dalam kerangka kebijakan pengembangan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP ini bukan merupakan insiasi untuk menyusun suatu kebijakan baru. SPPIP dan RPKPP merupakan bentuk sinkronisasi dan kesepakatan dalam prosesnya, karena SPPIP merupakan kebijakan makro yang bersifat strategis yang diarahkan untuk menjadi acuan kebijakan bagi pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, sedangkan RPKPP merupakan penjabaran SPPIP ke dalam rencana aksi yang operasional dan mendapat legitimasi dari pemangku kepentingan. Dalam lingkup pengembangan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP ini merupakan instrumen kebijakan yang menjadi salah satu acuan penyelenggaraan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan di tingkat kabupaten/kota dan menjadi rujukan bagi semua pihak. Terkait dengan karakteristik tersebut, terdapat hal-hal spesifik yang membutuhkan kesamaan atau keseragaman proses dan hasil, sehingga capaian yang diharapkan dari SPPIP dan RPKPP dapat dipenuhi oleh setiap pemerintah kabupaten/kota bersangkutan. Hal-hal yang spesifik yang perlu untuk diseragamkan dalam proses penyusunan SPPIP dan RPKPP tersebut menuntut adanya panduan sebagai acuan untuk mencapai hasil sesuai baku mutu yang telah ditetapkan. Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini diharapkan mampu berfungsi sebagai rujukan teknis dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP sekaligus memberikan pemahaman dan keseragaman terhadap proses, kedalaman informasi, pengelompokkan materi, serta output produk dari penyusunannya. 4 Pendahuluan

23 1.2 MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN Maksud Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) disusun dengan maksud untuk memberikan panduan teknis bagi pemangku kepentingan dalam penyusunan SPPIP dan RPKPP Tujuan Dengan memperhatikan maksud penulisan Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), maka keberadaan panduan ini bertujuan: memberikan pemahaman dasar mengenai SPPIP dan RPKPP; memberikan acuan teknis mengenai penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP; dan memberikan acuan teknis baku mutu dari produk SPPIP dan RPKPP yang dihasilkan Sasaran Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) memiliki sasaran: tersedianya landasan memahami konsepsi penyusunan SPPIP dan RPKPP; tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan penyusunan SPPIP dan RPKPP; dan tercapainya standar baku mutu dari produk SPPIP dan RPKPP yang dihasilkan. 1.3 MANFAAT PANDUAN Keberadaan Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 5 Pendahuluan

24 Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sebagai acuan dalam rangka melaksanakan tugas pembinaan melalui fasilitasi kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan/atau Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP); Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman dan Tim Teknis Provinsi sebagai acuan dalam mengarahkan dan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan proses dan pencapaian hasil dari SPPIP dan RPKPP yang disusun; Tim Pokjanis kabupaten/kota sebagai acuan dalam merumuskan SPPIP dan RPKPP, baik dalam proses penyusunan maupun keluaran dari kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP; dan Tim ahli pendamping sebagai acuan dalam memberikan pendampingan pada anggota Pokjanis dan mengarahkan pada proses pelaksanaan kegiatan yang seharusnya. 1.4 SISTEMATIKA PANDUAN Untuk memudahkan dalam memahami substansi di dalam Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), maka panduan ini dibagi ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu: BAGIAN I PENDAHULUAN Bagian ini menjelaskan mengenai maksud, sasaran dan tujuan serta manfaat dari Panduan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). BAGIAN II PEMAHAMAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Bagian ini menjelaskan mengenai permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta kebutuhan penanganannya melalui SPPIP dan RPKPP, serta prinsip dan filosofi dasar penyusunan SPPIP dan RPKPP. BAGIAN III KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) Bagian ini menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan dalam proses Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur 6 Pendahuluan

25 Perkotaan (SPPIP) kabupaten/kota yang diperinci ke dalam tiap kegiatan dan sub kegiatan. Dalam bab ini tiap kegiatan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaannya mulai dari deskripsi, sasaran, langkah, metoda, waktu, durasi, dan outputnya. BAGIAN IV KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Bagian ini menjelaskan mengenai rangkaian kegiatan dalam proses Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) yang diperinci ke dalam tiap kegiatan dan sub kegiatan. Dalam bab ini tiap kegiatan dijelaskan mengenai teknis pelaksanaannya mulai dari deskripsi, sasaran, langkah, metoda, waktu, durasi, dan outputnya. 7 Pendahuluan

26 02 Pemahaman Dasar Permasalahan Pembangunan dan Kebutuhan Penyelesaian Melalui SPPIP & RPKPP 8 Pemahaman Dasar

27 02 Pemahaman Dasar Permasalahan Pembangunan & Kebutuhan Penyelesaian Melalui SPPIP & RPKPP 2.1 PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN KEBUTUHAN PENANGANANNYA Banyak permasalahan perkotaan yang bermula dari permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, seperti tidak meratanya penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan, ketidaktersediaan lingkungan permukiman yang layak, dan sebagainya yang belum tertangani secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut: tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan belum didasarkan pada kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai,tepat, berskala kabupaten/kota, dan berbasis kawasan; penyusunan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan sering bersifat sesaat, responsif terhadap permasalahan yang ada, serta berorientasi pada ketersediaan sumberdaya yang ada sehingga kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan bersifat parsial dan tidak komprehensif, serta tidak terpadu dengan kebutuhan arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota; pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; belumterdapatnya strategi khusus pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan secara keseluruhan; dan 9 Pemahaman Dasar

28 terdapattumpang tindih kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada tingkat operasional (kabupaten/kota). Berdasarkan permasalahan pembangunan yang ada tersebut, diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu: bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan memerlukan adanya arahan yang jelas dan selaras dengan arah pengembangan kabupaten/kota; bahwa dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan diperlukan arahan yang didasarkan pada kebutuhan kabupaten/kota dan berbasis kawasan; bahwa pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan perlu diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan bahwa dalam pengembangan kabupaten/kota dan kawasan perkotaan terdapat kebutuhan untuk merumuskan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang mampu mendukung dan mengintegrasikan seluruh strategi sektoral yang terkait. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka suatu kabupaten/kota sudah seharusnya memiliki arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang jelas dan komprehensif yang mempertimbangkan semua aspek pembangunan baik fisik, sosial, ekonomi, investasi, pembiayaan, kelembagaan, maupun partisipasi publik. Selain itu, arahan kebijakan dan strategi yang dimaksud sebaiknya dapat menjadi acuan bagi penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada. Terkait dengan hal ini, program-program yang diselenggarakan mengacu pada kebutuhan untuk menjawab strategi yang telah dirumuskan dan skala prioritasnya.selain itu, program yang dikembangkan dapat mendukung terwujudnya tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diharapkan dari penerapan strategi tersebut (Gambar 2.1). 10 Pemahaman Dasar

29 KOTA STRATEGI STRATEGI SEKTORAL KEBUTUHAN PROGRAM Program (sektor) STRATEGI SEKTORAL KEBUTUHAN PROGRAM Program (sektor) STRATEGI SEKTORAL KEBUTUHAN PROGRAM Program (sektor) Gambar 2-1 Ilustrasi Arah Pembangunan Kota yang Dibentuk Berdasarkan Pada Kebutuhan Kabupaten/Kota Dalam perwujudannya, kebutuhan akan arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan ini tidak hanya menjadi tugas Pemerintah melainkan juga menjadi tanggung jawab penuh pemerintah kabupaten/kota. Sejak berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, telah terjadi transformasi peran pemerintah daerah, yaitu pemerintah daerah menjadi aktor utama dalam pembangunan daerah, termasuk dalam melaksanakan rencana tata ruang dan rencana pembangunan yang menjadi induk bagi pembangunan di bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Dengan adanya peran ini, maka arahan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah harus terpadu dan sinergi dengan rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJP dan RPJM). 11 Pemahaman Dasar

30 2.2 PENANGANAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN MELALUI SPPIP DAN RPKPP Kebutuhan penanganan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dijelaskan dalam sub-bab 2.1 dapat diselesaikan melalui Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang untuk operasionalisasi dalam skala kawasan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). Dalam kerangka pembangunan nasional, SPPIP dan RPKPP ditujukan pula untuk mendukung kebijakan nasional yang sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, implementasi Peraturan Menteri (Permen) mengenai Standar Pelayanan Minimal(SPM),dan Millenium Development Goals (MDG s), sedangkandalam kerangka pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota, SPPIP dan RPKPP merupakan penjabaran dari strategi pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Arah pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan akan diturunkan ke dalam strategi rinci berupa SPPIP, yang untuk operasionalisasi penanganan kawasannya akan dijabarkan dalam RPKPP (Gambar 2.2). Dalam kaitannya dengan pembangunan kabupaten/kota, keberadaan SPPIP dan RPKPP ini menjadi penting, karena SPPIP dan RPKPP ini akan menjadi: acuan bagi penentu kebijakan (policy makers) dan pengambil keputusan (decision makers) dalam menetapkan program dan kegiatan prioritas dan cara pencapaiannya, yang dapat membantu pemerintah daerah untuk lebih fokus mencapai tujuan pembangunan; acuan bagi perencana program dan kegiatan dalam mensinergikan dan mengintegrasikan sektor yang ada, baik sektor strategis, sektor unggulan maupun sektor penunjang, kedalam program pembangunan tahunan; dan acuan bagi perangkat pelaksana pembangunan dalam menjalankan tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing, dalam mencapai tujuan pembangunan. 12 Pemahaman Dasar

31 ARAH KOTA BIDANG PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR BIDANG EKONOMI BIDANG WILAYAH PERKOTAAN LAINNYA STRATEGI DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Gambar 2-2 Diagram Keterkaitan Arah Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten/Kota, SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Perkotaan SPPIP dan RPKPP sebagai suatu acuan yang operasional dan implementatif ini dalam penyelenggaraan pembangunan memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: SPPIP dan RPKPP merupakan kebijakan, strategi, program, dan kegiatan pembangunan permukiman yang berbasis pada kawasan perkotaan sesuai dengan dokumen Rencana Tata Ruang; keseluruhan rangkaian proses dan produk SPPIP dan RPKPP menjadi kewenangan pemerintahkabupaten/kota secara keseluruhan bukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, konsultan, maupun lembaga donor; SPPIP dan RPKPP disusun secara sistematis mulai dari jangka panjang yang kemudian dirinci dalam jangka menengah dan jangka pendek. Oleh karena itu, SPPIP dan RPKPP diharapkan dapat mengakomodir berbagai kemungkinan penyesuaian akibat dinamika perkembangan kabupaten/kota; penyusunan SPPIP dan RPKPP melibatkan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan kabupaten/kota yang signifikan, sehingga rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap SPPIP dan RPKPP menjadi tinggi; SPPIP dan RPKPP merupakan produk yang bersifat strategis dan lintas isu; dan rangkaian proses penyusunan SPPIP dan RPKPP mengarahkan pada cara pandang baru dalam pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota beserta keberlanjutannya. 13 Pemahaman Dasar

32 2.3 SPPIP DAN RPKPP DALAM KERANGKA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP SPPIP merupakan suatu strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang penyusunannya mengacu dan terintegrasi dengan arahan pengembangan kabupaten/kota secara komprehensif.sppip ini merupakan alat utama bagi pemerintah daerah untuk mengarahkan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan.selain itu, SPPIP juga merupakan rancangan tindakan atau aksi untuk membangun permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagai komponen inti pembentuk kawasan perkotaan.sebagai rancangan tindakan atau aksi, SPPIP ini diterjemahkan kedalam suatu strategi berikut program pembangunannya. SPPIP ini disusun berdasarkan arahan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam RTRW dan RPJPD. Dalam prosesnya, SPPIP memiliki karakteristik yang membedakannya dengan kebijakan dan strategi lainnya, yaitu: penyusunan SPPIP lebih banyak dilakukan melalui proses sinkronisasi, akomodasi, dan adopsi dari kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ada; pada proses penyusunannya, SPPIP tidak hanya berorientasi pada produk, namun juga pada proses penyusunannya. Hal ini dapat dilihat dari pengutamaan legitimasi produk yang diukur dari rasa memiliki dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan kabupaten/kota yang terlibat dalam proses penyusunan dan penerapannya; kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang disusun tidak dipandang sebagai kebijakan dan strategi sektoral, melainkan mempertimbangkan keterkaitannya dengan pembangunan kawasan perkotaan secara keseluruhan; dan kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan disusun dari skala kabupaten/kota sampai dengan skala kawasan. Pada skala kawasan, penyusunannya dilakukan dengan mengacu pada kebijakan dan strategi skala kabupaten/kota. Terkait dengan karakteristik tersebut, SPPIP ini memiliki fungsi dalam konteks pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, yaitu: 14 Pemahaman Dasar

33 sebagai acuan bagi implementasi program pembangunan permukiman dan infrastuktur permukiman perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program pembangunan lainnya; sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidangpermukiman di daerah, sehingga fasilitasi APBN dalam penyediaan infrastruktur diprioritaskan pada daerah yang sudah memiliki Dokumen SPPIP/RPKPP; sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM Bidang Permukiman; sebagai sarana untuk mengintegrasikan semua kebijakan dan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan skala kabupaten/kota. Strategi dan program yang menjadi keluaran dari SPPIP disajikan dalam peta spasial skala 1: Dalam kondisi kabupaten/kota yang bersangkutan belum memiliki peta dengan skala tersebut, maka dapat menggunakan skala minimum 1: Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur permukiman pada kawasan prioritas di perkotaan. RPKPP disusun pada lingkup wilayah perencanaan kawasan dan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1: RPKPP ini merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas yang ditetapkan. Seperti halnya dengan SPPIP, RPKPP memiliki karakteristik yang membedakan dengan rencana pembangunan kawasan permukiman lainnya, meliputi: RPKPP berorientasi pada penanganan kawasan permukiman yang diprioritaskan pembangunannya; rencana pembangunan kawasan yang terdapat dalam RPKPP dilakukan secara logis dan bertahap sesuai kebutuhan; rencana pembangunan kawasan yang dihasilkan memiliki tingkat implementasi yang tinggi karena dalam penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait termasuk masyarakat yang terkena dampak, serta mempertimbangkan kebijakan-kebijakan makro di atasnya; dan produk yang dihasilkan dari RPKPP dapat langsung diimplementasikan pada sebagian kawasan paling cepat pada tahun berikutnya, karena RPKPP ini mencakup juga perencanaan detail untuk kawasan pembangunan tahap 1. Terkait dengan karakteristik ini, maka dalam kerangka pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, RPKPP ini memiliki fungsi sebagai berikut: sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas; dan sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM Bidang Permukiman 15 Pemahaman Dasar

34 Secara rinci keterkaitan hubungan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Gambar 2-3 berikut ini. Gambar 2-3 Diagram Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dari sisi penyusunannya, proses penyusunan SPPIP dan RPKPP ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut: Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah. Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah. Pendekatan Teknis-Akademismerupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan SPPIP dan RPKPP menggunakan beberapa 16 Pemahaman Dasar

35 metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh tim kerja, pemberi kerja, dan tim pokjanis daerah Kedudukan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Pengembangan Kabupaten/Kota Penyelenggaraan SPPIP dan RPKPP tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tiap kabupaten/kota diamanatkan memiliki dokumen perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang kemudian diterjemahkan dalam rencana 5 (lima) tahunan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Selain itu dari sisi ruang, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan tiap kabupaten/kotamemiliki dokumen rencana tata ruang yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kotaberikut dengan rencana rincinya. Dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, kebijakan, dan strategi yang terdapat pada kedua kelompok dokumen yang dihasilkan dari 2 (dua) pilar pembangunan di Indonesia ini, akan diterjemahkan dan disinkronkan dalam SPPIP. Kedua pilar pembangunan tersebut, dalam lingkup pembangunan perkotaan diintegrasikan dan dipadukan di dalam kebijakan dan strategi pembangunan perkotaan.kebijakan dan strategi tersebutmemiliki fungsi: (1) memberikan acuan bagi pembangunan kabupaten/kota dan kawasan perkotaan, (2) mengatur fungsi kabupaten/kota dan penataan ruang kabupaten/kota untuk pembangunan berkelanjutan, (3) menjadi dasar dalam sinkronisasi regulasi dan kebijakan terkait pembangunan perkotaan, serta (4) menjadi instrumen perencanaan yang menjadi acuan kementerian/lembaga dalam pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan perkotaan. Untuk menunjang pembangunan bidang permukiman di kawasan perkotaan, berdasarkan Pasal 15 huruf c, dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pemerintah kabupaten/kota perlu menyusun dan memiliki rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman ini merupakan penjabaran dari arahan rencana pola ruang kawasan permukiman yang tertuang di dalam RTRW kabupaten/kota, yang di dalamnya mengatur perencanaan untuk 2 (dua) lingkup substansi, yaitu perumahan dan kawasan permukiman. Untuk mewujudkan rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman tersebut diperlukan strategi pembangunan yang akan diisi oleh substansi SPPIP. 17 Pemahaman Dasar

36 SPPIP yang menjabarkan kebijakan makro kabupaten/kotauntuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam implementasinya akan menjadi acuan bagi penyusunan strategi sektor dan Rencana Induk Sistem (RIS) komponen-komponen pembentuk permukiman.dalam konteks pembangunan permukiman, strategi sektor dan RIS yang telah disusun secara sistematis dan sinergi ini nantinya akan menjadi masukan dalam proses penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)Bidang Permukiman, yang selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam RPKPP. Dalam kondisi strategi sektor, RIS, dan RPIJM Bidang Permukiman sudah tersedia terlebih dahulu dari SPPIP, maka proses penyusunan SPPIP akan mempertimbangkan dan mensinkronisasikan kebijakan dan strategi yang terdapat di dalam dokumen-dokumen tersebut, sedangkan proses penyusunan RPKPP wajib untuk mempertimbangkan program dan kegiatan di dalam RPIJM Bidang Permukiman dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Secara diagramatis, keterkaitan SPPIP dan RPKPP dengan dokumen kebijakan yang berlaku di kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 2-4 berikut. Terkait dengan RPIJM Bidang Permukiman, SPPIP ini menjadi dokumen induk dan acuan utama dalam penyusunan program-program investasi permukiman yang terdapat dalam RPIJM Bidang Permukiman, sedangkan RPKPP merupakan dokumen teknis untuk mendukung operasionalisasi RPIJM Bidang Permukiman tersebut.dalam hal ini, program 5 (lima) tahunan yang dihasilkan dalam SPPIP akan menjadi acuan dan dasar dalam penyusunan program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM Bidang Permukiman. Program, indikasi kegiatan, serta alokasi pendanaan di dalam RPIJM Bidang Permukiman tersebut akan dirinci dalam program dan kegiatan yang terukur baik volume, biaya, dan lokasinya ditiap kawasan prioritas RPKPP (Gambar 2-5 dan Gambar 2-6). Berdasarkan keterkaitan ini, maka apabila RPIJM Bidang Permukiman sudah disusun sebelum SPPIP dan RPKPP, maka program yang tertuang dalam RPIJM Bidang Permukiman, khususnya untuk tahun pertama, akan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi dan program di dalam SPPIP, sedangkan rumusan, volume, alokasi lokasi, dan alokasi penganggaran akan menjadi acuan utama dalam perumusan kegiatan berikut rinciannya di dalam RPKPP. Untuk tahun kedua dan seterusnya, rumusan strategi dan program SPPIP akan menjadi dasar dalam upaya review dan penyempurnaan RPIJM Bidang Permukiman. Dalam kaitannya dengan RTRW, keberadaan SPPIP dan RPKPP perlu diperhatikan lingkup substansi dan lingkup wilayahnya.lingkup SPPIP dan RPKPP lebih rinci dari RTRW. RTRW mencakup penanganan untuk seluruh kawasan, baik kawasan lindung, permukiman, perdagangan, dan sebagainya, sedangkan SPPIP dan RPKPP hanya fokus pada pembangunan kawasan permukiman yang telah diarahkan oleh RTRW dan secara lebih spesifik, RPKPP fokus pada kawasan permukiman prioritasnya saja. 18 Pemahaman Dasar

37 Secara rinci perbedaan RTRW, SPPIP, dan RPKPP dalam kerangka pembangunan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2-1 berikut. RENCANA JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA/KABUPATEN RENCANA JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KEBIJAKAN DAN STRATEGI PERKOTAAN DAERAH STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) STRATEGI SISTEM SANITASI KOTA (S-SK) STRATEGI SEKTOR STRATEGI SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (S-SPP) STRATEGI SISTEM LAINNYA RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) RENCANA DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN RENCANA INDUK SISTEM RENCANA INDUK SANITASI RENCANA INDUK PERSAMPAHAN MASTERPLAN SEKTOR LAINNYA RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG PERMUKIMAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) RENCANA SEKTORAL LAINNYA RENCANA SEKTORAL LAINNYA Gambar 2-4 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota 19 Pemahaman Dasar

38 Gambar 2-5 Ilustrasi Keterkaitan SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman Gambar 2-6 ContohKeterkaitan Substansi SPPIP, RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman 20 Pemahaman Dasar

39 LINGKUP WILAYAH LINGKUP SEKTOR KEDALAMAN PRODUK ILUSTRASI RTRW SPPIP RPKPP Kota/kabupaten kawasan perkotaan di dalam kawasan (fungsional) kota/kabupaten Seluruh Aspek Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Rencana Pola Ruang Rencana Struktur Ruang Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Skala 1: : Strategi Pembangunan Program Investasi Pembangunan Skala 1: : Permukiman dan Infrastruktur Keciptakaryaan Rencana Program Aksi Rinci Operasional Skala 1: Skala 1: Tabel 2-1 Rincian Perbedaan Antara SPPIP, dan RPKPP Dalam Kerangka Pembangunan Wilayah Perkotaan 21 Pemahaman Dasar

40 Dari sisi waktu, SPPIP merupakan penterjemahan arahan pengembangan dan pembangunan kabupaten/kota untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan selama jangka waktu 20 tahun sebagaimana arahan dalam RTRW dan RPJPD. Strategi untuk 5 (lima) tahun pertama didasarkan pada arahan dalam RPJMD dan kebijakan pembangunan perkotaan, serta akan menjadi acuan bagi penyusunan RPKPP dan RPIJM Bidang Permukiman. Ilustrasi kedudukan SPPIP dan RPKPP dalam kerangka kebijakan pembangunan kabupaten/kota terdapat pada Gambar 2-7. ARAHAN SPASIAL ARAHAN ARAHAN PERKOTAAN RTRWN 20 TAHUN RPJPN 20 TAHUN KEBIJAKAN PERKOTAAN NASIONAL 20 TAHUN RTRWD 20 TAHUN RPJPD 20 TAHUN RPJMD 5 TAHUN KEBIJAKAN PERKOTAAN DAERAH 5 TAHUN SPPIP 20 TAHUN LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV RPIJM BIDANG PERMUKIMAN 5 TAHUN LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I RPKPP 5 TAHUN LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I LIMA TAHUN I Gambar 2-7 Keterkaitan SPPIP dan RPKPP Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Kabupaten/Kota Dari Sisi Waktu 22 Pemahaman Dasar

41 2.3.3 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP Dalam upaya untuk mengakomodasi tingginya intensitas pembangunan, maka dimungkinkan kabupaten/kota melakukan proses peninjauan kembali terhadap dokumen SPPIP yang telah disusun. Peninjauan kembali ini dilaksanakan berdasarkan peninjauan kembali RTRW kabupaten/kota dan/atau RPJPD yang dilakukan: 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam kondisi normal; dan memungkinkan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun dalam keadaan force majeure, yaitu suatu keadaan yang muncul karena adanya kejadian di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan lagi sehingga RTRW dan/atau RPJPD tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hasil dari peninjauan kembali tersebut memungkinkan berupa dokumen SPPIP tetap berlaku sesuai dengan tahun berlakunya atau dokumen SPPIP perlu untuk direvisi dan disesuaikan kembali.apabila berdasarkan hasil peninjauan kembali diperlukan adanya revisi terhadap dokumen SPPIP, maka proses revisi dapat dilakukan pada tahun yang bersangkutan. Tahun pertama dari jangka waktu 20 tahun revisi dokumen SPPIP dimulai pada tahun dimana hasil revisi ditetapkan. Ilustrasi dari proses peninjauan kembali dokumen SPPIP dapat dilihat pada Gambar 2-8. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV tahun dimulainya proses review SPPIP *) SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan) tahun pertama dokumen revisi SPPIP Revisi SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan) LIMA TAHUN I LIMA TAHUN II LIMA TAHUN III LIMA TAHUN IV *) apabila dari proses review diperlukan adanya revisi maka, penyesuaian waktunya mengikuti ilustrasi pada diagram revisi SPPIP Gambar 2-8 Peninjauan Kembali Dokumen SPPIP Pemangku Kepentingan SPPIP dan RPKPP Kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP melibatkan pemangku kepentingan, baik yang berada di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.secara rinci peran dan bentuk keterlibatan dari masing-masing pihak tersebut dalam kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP dapat dilihat pada Tabel 2-2 dan Gambar Pemahaman Dasar

42 Tabel 2-2 Peran dan Bentuk Keterlibatan Masing-Masing Pihak Dalam Kegiatan Penyusunan SPPIP dan RPKPP PEMANGKU PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG KEPENTINGAN TINGKAT PUSAT Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Pengembangan Permukiman DJCK TINGKAT PROVINSI Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tim Teknis Provinsi, Terdiri dari: Ketua : Satker Randal CK Anggota : Korwil, Dinas PU/CK Provinsi, Bappeda Provinsi, dan Satker Provinsi Bidang CK Pembina kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP Pembina kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP Penyelenggar a kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP Pendamping/ pengendali kegiatan penyusunan SPPIP dan RPKPP - Mendorong dan mengarahkan penyusunan SPPIP/RPKPP pada kabupaten/kota melalui Pokjanis daerah - Memberikan pendampingan teknis pelaksanaan penyusunan SPPIP/RPKPP - Menyediakan pedoman pelaksanaan penyusunan SPPIP/RPKPP (KAK, panduan) - Memantau pelaksanaan SPPIP/RPKPP melalui kegiatan koordinasi di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota - Menyelenggarakan kolokium - Melakukan tertib administrasi penyelenggaraan kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP - Menyediakan tenaga ahli pendamping - Berperan aktif dalam tim teknis tingkat provinsi - Mendorong peningkatan kapasitas Pokjanis melalui kegiatan pelatihan/konsolidasi tingkat provinsi - Melakukan pendampingan kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP melalui monitoring dan evaluasi/konsolidasi di tingkat provinsi TUGAS - melaksanakan pembinaan kegiatan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; - menyediakan pedoman penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; dan - melakukan pemantauan dan evaluasi penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP. WEWENANG - melakukan penilaian terhadap hasil penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; - memberikan rekomendasi berdasarkan penilaian terhadap hasil penyusunan SPPIP; dan - memfasilitasi, mengoordinasikan, dan mensosialisasikan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP TUGAS - melaksanakan konsolidasi pada tingkat provinsi; - melaksanakan pendampingan dan pengendalian kegiatan penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; dan - mendorong peningkatan kapasitas pokjanis di tingkat kabupaten/kota. WEWENANG - menetapkan tim teknis provinsi; - melaksanakan koordinasi penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP dalam lingkup provinsi; dan - memberikan rekomendasi kepada pemerintah kabupaten/kota terkait dengan kinerja pokjanis. 24 Pemahaman Dasar

43 PEMANGKU KEPENTINGAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis), Terdiri dari dinas/instansi terkait di lingkup pemerintah kabupaten/kota. Pembentukan Pokjanis ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota Tim Ahli Pendamping, yang terdiri dari tenaga ahli beserta asisten ahli PERAN BENTUK KETERLIBATAN TUGAS DAN WEWENANG Perumus SPPIP/RPKPP Pendamping kegiatan penyusunan SPPIP/RPKPP - Merumuskan SPPIP/RPKPP - Menjadi narasumber dan penentuperumusan hasil SPPIP/RPKPP - Mengambil keputusan dalam proses penyusunan dokumen SPPIP/RPKPP - Mengawal keberlanjutan program SPPIP/RPKPP hingga tahapan implementasi - Memfasilitasi Pokjanis dalam proses penyusunan SPPIP/RPKPP - Menyusun laporan proses kegiatan SPPIP/RPKPP - Menyusun dokumen SPPIP/RPKPP hasil perumusan Pokjanis TUGAS - menyediakan basis data dan informasi spasial dan sektoral; - melaksanakan penyusunan SPPIP dan RPKPP sesuai dengan pedoman sebagaimana diatur dalam peraturan menteri ini; - menghasilkan SPPIP dan RPKPP yang dapat diimplementasikan; dan - penyebarluasan informasi produk SPPIP dan RPKPP kepada masyarakat WEWENANG - menetapkan pokjanis; - melaksanakan peninjauan kembali terhadap SPPIP dan RPKPP berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam peraturan menteri ini; - melibatkan peran masyarakat dalam proses penyusunan SPPIP dan penyusunan RPKPP; dan - menetapkan SPPIP. TUGAS - memfasilitasi kebutuhan data dan informasi spasial * WEWENANG - memberikan masukan/pendampingan secara akademis dan teknis dalam proses penyusunan SPPIP/RPKPP *) pengadaan peta bila dibutuhkan 25 Pemahaman Dasar

44 Gambar 2-9 Keterkaitan Semua Pihak yang Terlibat Dalam Proses Penyusunan SPPIP/RPKPP Legalisasi SPPIP dan RPKPP Untuk menjamin pemanfaatan dokumen SPPIP dan RPKPP sebagai acuan dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, maka dokumen SPPIP dan RPKPP dapat dilegalisasi dalam bentuk peraturan perundangan-undangan di daerah. Legalisasi untuk SPPIP dan RPKPP ini ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Proses legalisasi untuk SPPIP dan RPKPP ini diselenggarakan dengan mengikuti mekanisme yang terdapat di daerah masing-masing. 26 Pemahaman Dasar

45

46 03 Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) 28 Penyusunan SPPIP

47 03 Kegiatan Penyusunan Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman & Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) 3.1 RUANG LINGKUP PENYUSUNAN SPPIP Lingkup Kegiatan Penyusunan SPPIP Secara garis besar, lingkup kegiatan penyusunan SPPIP meliputi 5 (lima) kegiatan, yaitu: (1) persiapan, (2) identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, (3) perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, (4) perumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, dan (5) finalisasi dan sosialisasi. Secara rinci, lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel 3-1. Tabel 3-1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan SPPIP (1) Persiapan LINGKUP KEGIATAN Mengikuti sosialisasi penyusunan SPPIP yang akan dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh tim pusat Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, termasuk di dalamnya melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, sampai dengan pengumpulan data dan informasi CAPAIAN KEGIATAN Rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan Peta dasar Data dan informasi yang diperlukan Desain pengumpulan data dan informasi 29 Penyusunan SPPIP

48 LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN Melakukan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan SPPIP (1) Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Melakukan kajian terhadap kebijakan, Review kebijakan, strategi, dan strategi, dan program pembangunan program daerah dari tiap daerah berdasarkan dokumen kebijakan dokumen kebijakan terkait yang terkait yang telah tersedia dan dijadikan telah tersedia dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh acuan pelaksanaan pemerintah daerah pembangunan oleh pemerintah daerah Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, serta potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaan. Kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Potensi, permasalahan, dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan Potensi, permasalahan, dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan permukiman perkotaan Peta potensi, permasalahan, dan tantangan dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaan (2) Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan indikasi arah pengembangan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan hasil kajian kebijakan dan hasil kajian terhadap isu-isu, potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Indikasi arah pengembangan kabupaten/kota Indikasi arah pembangunan permukiman kabupaten/kota dan infrastruktur permukiman perkotaan Rumusan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Rumusan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastrukur permukiman perkotaan 30 Penyusunan SPPIP

49 LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan: - Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas - Identifikasi kawasan permukiman prioritas Bersama dengan pemangku kepentingan merumuskan rancangan SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas Penyelenggaraan Pra-FGD 1 dan FGD 1 Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas Kawasan permukiman prioritas Penyelenggaraan Pra-FGD 2 dan FGD 2 Rancangan SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas (3) Perumusan Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan : - Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan. - Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. - Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kabupaten/kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan jangka menengah. - Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Penyelenggaraan Pra-FGD 3 dan FGD 3 Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kabupaten/kota dan skala kawasan) sebagai arahan investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan jangka menengah Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Penyelenggaraan Pra-FGD 4 dan FGD 4 dan diskusi informal 31 Penyusunan SPPIP

50 LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN (4) Finalisasi dan Sosialisasi Mengikuti kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh koordinator pelaksana, dan memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada Kolokium SPPIP Menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Melakukan diseminasi hasil kesepakatan perumusan SPPIP kepada dinas/instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya di kabupaten/kota bersangkutan Masukan untuk penyempurnaan hasil Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Masukan untuk penyempurnaan hasil Tersosialisasikannya Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP Kegiatan penyusunan SPPIP dilakukan pada lingkup wilayah kabupaten/kota. Untuk wilayah yang berstatus kota, maka lingkup wilayah penyusunan SPPIP mencakup keseluruhan kawasan permukiman di wilayah administrasi kota yang ditetapkan dalam RTRW kota. Untuk wilayah yang berstatus kabupaten, maka lingkup wilayah penyusunan SPPIP mencakup kawasan di dalam wilayah administrasi kabupaten yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman perkotaanoleh RTRW kabupaten yang bersangkutan. Sebagai ilustrasi, lingkup wilayah penyusunan SPPIP dapat dilihat pada Gambar Penyusunan SPPIP

51 Gambar 3-1 Ilustrasi Lingkup Wilayah Penyusunan SPPIP Untuk Wilayah Adaministrasi Kota (atas) dan Untuk Wilayah Administrasi Kabupaten (bawah) 33 Penyusunan SPPIP

52 3.1.3 Kedalaman Substansi SPPIP Dari sisi substansi, keluaran akhir yang diharapkan dari kegiatan penyusunan SPPIP berupa strategi pembangunan yang diturunkan dan didetailkan dalam bentuk program.strategi pembangunan dalam SPPIP memuat langkah-langkah riil dan terukur yang harus diambil untuk merealisasikan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diatur dalam kebijakan. Strategipembangunan dalam SPPIP ini disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut (Gambar 3-2): Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah disepakati bersama oleh Pokjanis; Kebutuhan penanganan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, yang didasarkan pada karakteristik potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan eksisting; Sumber daya yang dimiliki yang dapat menjadi pembatas ataupun pendorong bagi terwujudnya target capaian dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ingin dicapai. Sumber daya ini dapat berupa: - sumber pendanaan yang dimiliki oleh Pemerintah dan pemerintah daerah; - luas lahan yang tersedia untuk pembangunan; - kesiapan masyarakat dalam mendukung program pembangunan; - kapasitas aparatur pelaksana program; - dan sebagainya Strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah ada di berbagai dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku; dan Target capaian dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang diharapkan, baik pada lingkup kota, provinsi, nasional, MDG s, maupun komitmen internasional lainnya Dalam perumusan strategi pembangunan SPPIP perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu: cakupan aspek dan wilayah. strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan merujuk pada strategi fisik dan non-fisik. Untuk strategi non-fisik dapat meliputi 34 Penyusunan SPPIP

53 strategi terkait aspek sosial, ekonomi, pembiayaan, kelembagaan, pelibatan masyarakat dan pelaku terkait lainnya, serta legalisasi. strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan disusun untuk skala kabupaten/kota dan skala kawasan. Gambar 3-2 Dasar Pertimbangan Perumusan Strategi Dalam SPPIP Setiap strategi yang dirumuskan didetailkan ke dalam program yang memuat penjabaran strategi ke dalam langkah-langkah operasional untuk jangka waktu tertentu. Dalam perumusan program dilakukan dengan mengacu beberapa hal berikut: disusun untuk menjawab implementasi strategi pembangunan sehingga penyusunan program dilakukan untuk tiap strategi; rumusan program disusun dengan mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum;Lampiran A.VIIPeraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No. 21 Tahun 2011, berikut penyesuaiannya di kabupaten/koya yang bersangkutan dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) kota/kabupaten; serta Rencana Strategi (Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya; 35 Penyusunan SPPIP

54 program merupakan pengarah dan penjembatan terhadap rencana aksi program yang akan dirincikan dalam RPKPP (siap dijabarkan dalam komponen dan volume serta pentahapan program); dan perlunyapenekananpada program bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang disusun, dilengkapi dengan pihak yang berperan serta sumber pendanaannya.untuk mendukung dan memberikan kejelasan dalam proses implementasi, program yang disusun tersebut dirinci mekanisme pentahapan pelaksanaanya dalam jangka waktu 20 tahun dengan rincian tahapan per lima tahunan. Untuk 5 (lima) tahun pertama dirinci dalam tahapan 1 (satu) tahunan. Skema pentahapan program yang dimaksud dalam SPPIP diwujudkan ke dalam tabel isian strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (Tabel 3-2). Fokus dari obyek yang diatur di dalam SPPIP adalah strategi dan program terkait dengan infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas: sistem penyediaan air minum untuk kawasan permukiman; sistem pengelolaan air limbah untuk kawasan permukiman; sistem pengelolaan persampahan untuk kawasan permukiman; sistem drainase permukiman; dan sistem jaringan jalan lingkungan di dalam kawasan permukiman. Selain fokus pada infrastruktur permukiman perkotaan, strategi dan program yang disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam pembangunan kawasan permukiman seperti sarana pemadam kebakaran dan penerangan jalan lingkungan sesuai dengan kebutuhan di masing-masing kabupaten/kota. 3.2 KELUARAN YANG DIHASILKAN Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan Penyusunan SPPIP meliputi: (1) Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan (2) Dokumen Penyelenggaraan Kegiatan (Proceeding Kegiatan) dengan rincian muatan sebagai berikut: 36 Penyusunan SPPIP

55 Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) MUATAN - Indikasi arah pengembangan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; - Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas; - Identifikasi kawasan permukiman prioritas; - Rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; - Rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; - Analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan; - Analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi dan identifikasi dampak program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; - Rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (dalam skala kabupaten/kota dan skala kawasan); - Analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; - Rangkuman berita acara hasil kesepakatan pada tiap output kegiatan; dan - Dokumen spasial terkait dengan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. PENYAJIAN - Dokumenini disajikan sebagai laporan utama(terpisah dengan dokumen Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) - Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta yang representatif 37 Penyusunan SPPIP

56 Tabel 3-2Contoh Tabel Isian Strategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP) 38 Penyusunan SPPIP

57 Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan MUATAN - Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan diseminasi; - Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan diseminasi; - Materi yang disampaikan; - Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan - Proses diskusi. PENYAJIAN - Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen SPPIP - Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan FGD, diskusi informal, kolokium, konsultasi publik,dan diseminasi - Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan yang dihasilkan yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang hadir dan menyetujui - Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan dokumentasi foto penyelenggaraan yang disajikan sebagai lampiran dalam dokumen ini. 39 Penyusunan SPPIP

58

59 TAHAPAN PERSIAPAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) SOSIALISASI WAKTU BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6 BULAN SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA KEGIATAN PENYUSUNAN O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA 2.2 PERUMUSAN INDIKASI ARAH PENGEMBANGAN KAB/KOTA SERTA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2.3 KAJIAN ISU-ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 3.2 PEURMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.4 PENYUSUNAN RANCANGAN SK BUPATI/ WALIKOTA TENTANG PENETAPAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-4 1 PERSIAPAN 2.4 KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN O PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN PERKOTAAN 2 3 PERKOTAAN 4 O-3 PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI O ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KOTA DAN KAWASAN 5 FINALISASI DAN SOSIALISASI 5.2 PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP O-7 KEGIATAN DISKUSI KONSOLIDASI Penyusunan di Tingkat Provinsi PRA-FGD 1 FGD 1 Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan PRA-FGD 2 PRA-FGD 3 PRA-FGD 4 FGD 2 Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas FGD 3 Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan FGD 4 KOLOKIUM Perumusan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan KONSULTASI PUBLIK DISEMINASI OUTPUT Gambar 3-3 O1: Rencana O2: Arah pengembangan kota O3: Kebutuhan Pembangunan Permukiman Perkotaan O5: Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan O7: Dampak Penerapan Program kerja Pendekatan Arah pembangunan permukiman perkotaan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan O6: Korelasi Strategi Pembangunan Permukiman dan Kebutuhan Infrastruktur Dalam Skema Manajemen Pembangunan Perkotaan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan dan Isu-isu permukiman dan O4: Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Permukiman Konsekuensi Penerapan Strategi Terhadap Penyusunan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Strategi dan Program metodologi infrastruktur permukiman perkotaan Prioritas Perkotaan Pembangunan Permukiman dan pelaksanaan Potensi, permasalahan, dan Kawasan Permukiman Prioritas Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Infrastruktur Permukiman Perkotaan kegiatan tantangan pembangunan perkotaan Profil Kawasan Permukiman Prioritas yang Telah Disempurnakan dan permukiman perkotaan Rancangan SK Bupati/Walikota Materi Visualisasi SPPIP Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) 41 Penyusunan SPPIP

60

61 3.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN SPPIP Proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) kabupaten/kota ini diarahkan dengan mengacu pada rangkaian kegiatan pada Gambar 3-3. Rincian proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan untuk tiap sub kegiatan selama jangka waktu 7 (tujuh) bulan adalah sebagai berikut: 1. PERSIAPAN TAHAPAN PERSIAPAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan persiapan ini terdapat 2 (dua) sub kegiatan, yaitu: sosialisasi; dan KEGIATAN PENYUSUNAN 1.1 SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA 2.2 PERUMUSAN INDIKASI ARAH PENGEMBANGAN KAB/KOTA SERTA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN persiapan dan pemantapan rencana kerja. 2.3 KAJIAN ISU-ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Lingkup kegiatan persiapan akan diselesaikan pada minggu awal pelaksanaan kegiatan selama 2 (dua) minggu. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan persiapan dapat dilihat pada Gambar 3-4. KEGIATAN DISKUSI 1 PERSIAPAN KONSOLIDASI Penyusunan di Tingkat Provinsi 2.4 KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN 2 PERMASALAHAN O-2 Gambar 3-4 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Persiapan 43 Penyusunan SPPIP

62 1.1 SOSIALISASI Mengikuti kegiatan sosialisasi pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum. 1.1 SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA TUJUAN Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai SPPIP; dan Mencapai pemahaman yang sama mengenai proses, prosedur, dan produk dari penyusunan SPPIP METODE Workshop dan Diskusi LANGKAH Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan; dan Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian kegiatan OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai proses, prosedur, dan produk dari penyusunan SPPIP DURASI Awal bulan pertama, dengan alokasi waktu ditentukan oleh DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum. 44 Penyusunan SPPIP

63 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA Melakukan koordinasi antara tenaga ahli pendamping dan Pokjanis terkait penyepakatan jadwal, metodologi penyusunan serta penyediaan peta, data dan informasi. 1.1 SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA TUJUAN Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis; Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan SPPIP; Menyediakan peta dasar skala kabupaten/kota dan kawasan yang diperlukan dalam penyusunan SPPIP; dan Mengumpulkan data dan informasi kabupaten/kota mengenai permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. METODE Diskusi koordinasi LANGKAH Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam menjalankan lingkup pekerjaan dan kebutuhan penyiapan pekerjaan; Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim ahli pendamping dan Pokjanis dalam kegiatan penyusunan SPPIP; Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang akan digunakan; Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan informasi terkait dengan pembangunan 45 Penyusunan SPPIP

64 permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. OUTPUT Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati; dan Data dan informasi terkait pembangunan dan pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman dan infrastrukturpermukiman perkotaan, termasuk peta. *) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau penyediaan peta sesuai dengan ketentuan dalam penyusunan SPPIP DURASI 2 minggu pertama pada bulan pertama 46 Penyusunan SPPIP

65 Box 3-1 Penyelenggaraan Konsolidasi Penyusunan di Tingkat Provinsi Pada bulan pertamapenyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan konsolidasi penyusunan di tingkat provinsi yang wajib diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis. Dalam rangkaian kegiatan penyusunan SPPIP, kegiatan ini menjadi bagian dalam proses penyamaan pemahaman substansi dan mekanisme penyusunan SPPIP diantara penyusun di tingkat Provinsi. Definisi tujuan, bentuk, waktu pelaksanaan, peserta, penyelenggara, dan kolokium ini secara rinci adalah sebagai berikut: DEFINISI : Kegiatan penyamaan pemahaman dari sisi substansi dan proses penyusunan SPPIP yang dikemas dalam bentuk pelatihan serta dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh Satker Provinsi TUJUAN : Menyamakan pemahaman proses peyusunan SPPIP dan keluarannya di antara kota/kabupaten di provinsi yang bersangkutan METODE : Pelatihan dan Diskusi LANGKAH LANGKAH : Menyiapkan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiataan Menyamakan proses, posedur, dan capaian yang akan diharapkan OUTPUT Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Satker, Pokjanis, dan tenaga ahli pendamping PENYELENGGARA : Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi PESERTA : Semua perwakilan kabupaten/kota yang melakukan kegiatan penyusunan SPPIP di provinsi yang berangkutan. Perwakilan tersebut meliputi: Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman Provinsi Satuan Kerja Provinsi di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Tenaga ahli pendamping BENTUK : Workshop WAKTU PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN : minimal 1 (satu) hari pada bulan ke-1(satu) setelah SPMK Tim Tenaga Ahli, (setelah dilakukan kegiatan sosialisasi) *) waktu pelaksanaan ditentukan kemudian oleh masing-masing Satker Provinsi : Tempat pelaksanaan ditentukan oleh masing-masing Satker Provinsi 47 Penyusunan SPPIP

66 2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN Kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan adalah kegiatan awal dari tahapan penyusunan SPPIP yang bertujuan untuk memetakan potensi dan permasalahan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Dalam lingkup kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan ini terdapat 4 (empat) sub kegiatan, yaitu: kajian kebijakan, strategi, dan program pembangunan kabupaten/kota; perumusan indikasi arah pengembangan kabupaten/kota serta pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; kajian isu-isu permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; dan kajian potensi, permasalahan, dan tantangan pembangunan dan infrastruktur permukiman perkotaan. Lingkup kegiatan identifikasi potensi dan permasalahanakan diselesaikan selama 1(satu) bulan terhitung dari kegiatan persiapan selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan dapat dilihat pada Gambar Penyusunan SPPIP

67 Gambar 3-5 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Identifikasi Potensi dan Permasalahan 49 Penyusunan SPPIP

68 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas, RTRW, dan sebagainya) 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA 2.2 PERUMUSAN INDIKASI ARAH PENGEMBANGAN KAB/KOTA SERTA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN TUJUAN Mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang wilayah yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur pendukung permukiman; dan Mengidentifikasi sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen sektoral. METODE Content Analysis (Analisis Isi) LANGKAH Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, khususnya yang terkait pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, dan RPJMD; Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan terkait pengembangan permukiman 50 Penyusunan SPPIP

69 yang terutamanya terdapat di dalam RTRW, RPJPD, dan RPJMD ; dan Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanya terdapat di dalam RTRW, RPJPD, dan RPJMD. OUTPUT Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota DURASI 1 minggu terhitung dari minggu ketiga pada bulan pertama 51 Penyusunan SPPIP

70 2.3 KAJIAN ISU ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Melakukan kajian terhadap isu yang berkembang terkait dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. 2.2 PERUMUSAN INDIKASI ARAH PENGEMBANGAN KAB/KOTA SERTA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2.3 KAJIAN ISU-ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2.4 KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O-2 TUJUAN Terumuskannya isu isu permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan METODE Diskusi, analisis dan pemetaan isu LANGKAH Menggunakan hasil kajian kebijakan (output kegiatan 2.2); Identifikasi isu terkait pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam kebijakan dan yang sedang berkembang; dan Analisis dengan membandingkan fakta atau kondisi eksisting pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan arahan kebijakan di dalam RTRW, RPJPD, dan RPJMD OUTPUT Isu strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang dapat ditampilkan dalam bentuk peta. DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan kedua 52 Penyusunan SPPIP

71 2.4 IDENTIFIKASIPOTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Identifikasi terhadap potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan pada isu-isu yang telah dipetakan. 2.3 KAJIAN ISU-ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2.4 KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN PERKOTAAN TUJUAN Mengetahui potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. METODE Diskusi, pemetaan potensi dan permasalahan, serta analisis SWOT LANGKAH Identifikasi potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan kajian dari indikasi arah pengembangan kota dan indikasi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Melakukan review terhadap RPIJM dan dokumen kebijakan terkait lainnya khususnya mengenai skenario pembangunan infrastruktur permukiman; Penyusunan tabel potensi dan tantangan pembangunan perkotaan dan permukiman (lihat contoh pada Tabel 3-3); dan Penyusunan peta potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang ditampilkan dalam bentuk peta. 53 Penyusunan SPPIP

72 OUTPUT Matriks potensi dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; dan Peta potensi dan tantangan pembangunan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (Gambar 3-6). DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama pada bulan kedua Tabel 3-3 Contoh Tabel Potensi dan Permasalahan NO SEKTOR POTENSI PERMASALAHA N 1. Perumahan Daya tarik kota besar yang memiliki segala kelengkapan fasilitas dapat menarik penduduk untuk melakukan perpindahan ke kota sehingga dapat mengakibatkan semakin tingginya permintaan akan penyediaan perumahan. 2. Air Bersih 3. Persampahan.. dst - Munculnya permukiman kumuh dan illegal akibat kurangnya daya beli masyarakat akan perumahan. - Munculnya permukiman kumuh dan illegal menyebabkan kondisi lingkungan kota yang buruk sehingga dapat menurunkan citra kawasan PELUANG PENGEMBANGAN Munculnya konsepkonsep baru dalam hal perumahan, hunian dan permukiman yang ditawarkan pengembang dapat dijadikan sebagai solusi alternatif untuk mengatasi tingginya permintaan akan perumahan. TANTANGAN PENGEMBANGAN Kepadatan bangunan yang tinggi dapat mendorong munculnya rawan kebakaran pada kawasan permukiman 54 Penyusunan SPPIP

73 Gambar 3-6 Contoh Peta Pemetaan Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 55 Penyusunan SPPIP

74 3. PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Kegiatan perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan merupakan kegiatan yang mendasari perumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Lingkup kegiatan ini meliputi: perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukimaan perkotaan; perumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas; dan identifikasi kawasan permukiman prioritas. Secara keseluruhan lingkup kegiatan ini akan diselesaikan selama 1,5 (satu setengah) bulan terhitung dari kegiatan identifikasi potensi dan masalah selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 3-7. TAHAPAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) KEGIATAN PENYUSUNAN 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KAB/KOTA 2.2 PERUMUSAN INDIKASI ARAH PENGEMBANGAN KAB/KOTA SERTA PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2.3 KAJIAN ISU-ISU PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 3.2 PEURMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.4 PERUMUSAN RANCANGAN SK BUPATI/ WALIKOTA TENTANG PENETAPAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN O PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 2 3 PERKOTAAN 4 O-3 PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN KEGIATAN DISKUSI PRA-FGD 1 FGD 1 Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan PRA-FGD 2 PRA-FGD 3 FGD 2 Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas FGD 3 Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Gambar 3-7 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 56 Penyusunan SPPIP

75 3.1 PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaanyang diturunkan dari visi dan misi pengembangan kabupaten/kota yang tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan 2.4 KAJIAN POTENSI, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Pra-FGD 1 FGD 1 Perumusan Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan TUJUAN Mengetahui kebutuhan kabupaten/kota dalam penanganan permasalahan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada masa sekarang dan mendatang; dan Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang akan digunakan sebagai landasan penyusunan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur kabupaten/kota oleh para pemangku kepentingan. METODE Analisis normatif, pemetaan kebutuhan, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD) LANGKAH Menganalisis kebutuhan penanganan berdasarkan potensi, permasalahan, dan isu-isu terkait permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Menganalisis kebutuhan pembangunan permukiman dan 57 Penyusunan SPPIP

76 infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan arahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Menentukan tujuan yang selaras dengan indikasi arah pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (output kegiatan 2.2) dan kebutuhan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Merumuskan kebijakan yang menjawab kebutuhan penangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Menyelenggarakan Pra-FGD 1 (Box 3-2) untuk membahas tujuan dan kebijakan sebelum disepakati dalam FGD 1 Menyepakati tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan memperhatikan ketentuan penyelenggaraan FGD1 (Box 3-3); dan Menyusun tabel tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. OUTPUT Kebutuhan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Rumusantujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah disepakati bersama (Tabel 3-4); dan Berita acara kesepakatan tentang tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. DURASI 4 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan kedua 58 Penyusunan SPPIP

77 Tabel 3-4 Contoh Tabel Tujuan dan Kebijakan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan TUJUAN 1. Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan bebas kumuh bagi semua golongan masyarakat 2. Mewujudkan pelayanan Infrastruktur permukiman dan perkotaan yang berkualitas KEBIJAKAN Penyediaan perumahan yang layak dengan memanfaatkan lahan secara proporsional Peningkatan kualitas permukiman kumuh Peningkatan pelayananan air bersih Peningkatan sanitasi lingkungan Box 3-2 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 1 TUJUAN : Untuk membahas rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta landasan perumusannya sebelum disepakati dalam FGD 1 PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan Pra-FGD melibatkankeseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP 59 Penyusunan SPPIP

78 Box 3-3 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 1 *) TUJUAN : Untuk memperoleh kesepakatan dari semua pemangku kepentingan mengenai rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan FGD melibatkanminimal 15 (lima belas) orang, yang terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kotayang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsiyang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : FGD TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP *) apabila dari hasil FGD 1 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 1 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD Penyusunan SPPIP

79 3.2PERUMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS Perumusan kriteria dan indikator kawasan permukiman yang akan diprioritaskan penanganannya 3.2 PEURMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-4 TUJUAN Merumuskan kriteria dan indikator sebagai pedoman untuk menentukan skala prioritas penanganannya METODE Inventarisasi kriteria dan indikator, analisis kesesuaian dan skala prioritas, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD) LANGKAH Inventarisasi kriteria dan indikator yang sesuai dengan kondisi yang ada, dengan memanfaatkan berbagai referensi berupa pedoman atau peraturan yang ada di tingkat pusat maupun daerah, kearifan lokal, hasil studi literatur, dan sebagainya; Melakukan diskusi untuk penjaringan usulan dan aspirasi; Menyusun daftar seluruh usulan kriteria dan indikator yang dihasilkan; Melakukan analisis kesesuaian dan skala prioritas kriteria dan indikator yang telah disusun terhadap terhadap karakteristik dan kebutuhan daerah dengan memperhatikan beberapa hal penting; Pembahasan kriteria dan indikator penentuan kawasan prioritas dalam Pra-FGD 2 (Box 3-4); Penyepakatan kriteria dan indikator yang paling tepat untuk menentukan kawasan prioritas dalam penanganan pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan memperhatikan ketentuan 61 Penyusunan SPPIP

80 penyelenggaraan FGD2 (Box 3-5); dan Menyusun matriks kriteria dan indikator lokasi kawasan prioritas. OUTPUT Matriks kriteria dan indikator lokasi kawasan permukiman prioritas DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan ketiga 62 Penyusunan SPPIP

81 3.3 PENENTUAN KAWASAN PRIORITAS PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Identifikasi kawasan-kawasan permukiman yang diprioritaskan untuk ditangani berdasarkan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mempertimbangkan amanat UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mencakup pemugaran, peremajaan, relokasi, dan upaya pencegahan penurunan kualitas lingkungan 3.2 PEURMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-4 Pra-FGD 2 FGD 2 Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN TUJUAN Memperoleh kawasan-kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kabupaten/kota METODE Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis peta spasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD) LANGKAH Inventarisir kawasan-kawasan permukiman yang memerlukan penanganan atau pengembangan sesuai dengan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan (output kegiatan 3.3); Inventarisir kawasan prioritas atau kawasan strategis yang diarahkan di dalam kebijakan (RTRW, RPJMD, dan rencana sektoral lainnya; Identifikasi dan pemetaan kondisi umum kawasan permukiman melalui penyusunan peta sebaran permukiman; Survey ke lokasi-lokasi kawasan permukiman yang dipilih untuk mengetahui kondisi riil, pemetaan potensi dan permasalahan di kawasan 63 Penyusunan SPPIP

82 yang telah ditentukan; Melakukan Pra-FGD 2 untuk mengidentifikasi kawasan permukiman prioritas sebelum disepakati dalam FGD 2 (Box 3-4); Melakukan diskusi FGD untuk menyepakati lokasi kawasan-kawasan permukiman prioritas dengan memperhatikan ketentuan penyelenggaraan FGD-2 (Box 3-5); Pemetaan lokasi kawasan-kawasan permukiman prioritas yang disajikan dalam bentuk peta sebagaimana contoh pada Gambar 3-8; Melakukan analisis terhadap kawasankawasan prioritas terpilih untuk menentukan skala prioritas kawasan penanganan; dan Menyusun daftar skala prioritas kawasan penanganan. OUTPUT Peta sebaran kawasan permukiman dan permasalahannya; Peta sebaran kawasan permukiman prioritas; Daftar skala prioritas kawasan penanganan; dan Berita acara kesepakatan tentang kawasan permukiman prioritas terpilih DURASI 2-3 minggu terhitung dari minggu pertama bulan ketiga Box 3-4 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 2 TUJUAN : Untuk membahas kriteria dan indikator penentuan kawasan prioritas, beserta indikasi kawasan permukiman prioritasnya PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan Pra-FGD melibatkan keseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP 64 Penyusunan SPPIP

83 Box 3-5 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 2 dan Ilustrasinya *) TUJUAN : Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku kepentingan mengenai penentuan kriteria dan indikator serta penentuan kawasan permukiman prioritas PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan FGD melibatkan minimal 15 (lima belas) orang, yang terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kotayang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsiyang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : FGD TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP *) apabila dari hasil FGD 2 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 2 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD 2 65 Penyusunan SPPIP

84 3.4PERUMUSAN RANCANGAN SK BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS Mengemas hasil penetapan kawasan permukiman prioritas ke dalam rumusan SK Bupati/Walikota 3.4 PERUMUSAN RANCANGAN SK BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PRA-FGD 2 FGD 2 Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas TUJUAN Menghasilkan rumusan rancangan SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas METODE Perumusan kebijakan LANGKAH Identifikasi poin-poin dalam SK Bupati/Walikota Merumuskan rancangan SK Bupati/Walikota dengan menggunakan hasil penetapan kawasan permukiman prioritas OUTPUT Rancangan SK Bupati/Walikota tentang Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas DURASI 1minggu terhitung dari minggu keempat bulan ketiga 66 Penyusunan SPPIP

85 Gambar 3-8 Contoh Peta Sebaran Kawasan Permukiman Prioritas 67 Penyusunan SPPIP

86 4. PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Kegiatan perumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan adalah lingkup kegiatan inti dari penyusunan SPPIP, yang fokus pada proses perumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan tujuan dan kebijakan yang telah dirumuskan. Lingkup kegiatan ini meliputi: perumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; identifikasi dan analisis korelasi dalam skema manajemen pembangunan perkotaan; analisis konsekuensi atau implikasi penerapan strategi pembangunan; perumusan program pembangunan dalam skala kabupaten/kota dan kawasan sebagai arahan kebutuhan program investasi; dan analisis dampak penerapan program pembangunan. Secara keseluruhan lingkup kegiatan perumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan ini akan diselesaikan selama 3 (tiga) bulan terhitung dari kegiatan perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup perumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dapat dilihat pada Gambar Penyusunan SPPIP

87 TAHAPAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) SOSIALISASI 3.2 PEURMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-4 KEGIATAN PENYUSUNAN 3.1 PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O-3 PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI O ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KOTA DAN KAWASAN FINALISASI DAN SOSIALISASI 5.2 PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP O-7 KEGIATAN DISKUSI PRA-FGD 2 PRA-FGD 3 PRA-FGD 4 FGD 2 Identifikasi Kawasan Permukiman Prioritas FGD 3 Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan FGD 4 KOLOKIUM Perumusan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan KONSULTASI PUBLIK DISEMINASI Gambar 3-9 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Lingkup Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 69 Penyusunan SPPIP

88 4.1PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN Merumuskan hasil diskusi dan analisis yang dilakukan sebelumnya dalam suatu bentuk strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skala kabupaten/kota maupun skala kawasan,dengan mempertimbangkan amanat UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yang mencakup pemugaran, peremajaan, relokasi, dan upaya pencegahan penurunan kualitas lingkungan 3.3 PENENTUAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O PERUMUSAN TUJUAN DAN KEBIJAKAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN Pra- FGD 3 FGD 3 Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI TUJUAN Memperoleh strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang berupa langkah-langkah riil dan terukur untuk mewujudkan tujuan pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. METODE Analisis Kebijakan, SWOT, Diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD) LANGKAH Menggunakan rumusan tujuan dan 70 Penyusunan SPPIP

89 kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah disepakati bersama (output kegiatan 3.1); Merumuskan konsep strategi yang berupa gambaran umum pencapaian tujuan dan kebijakan serta langkahlangkah penanganan kebutuhan pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang lebih riil dan terukur di daerah terkait; Melakukan identifikasi dan kajian peran dan fungsi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Membahas rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta proses perumusannya dalam kegiatan Pra-FGD 3 (Box 3-6); Melakukan diskusi FGD untuk menetapkan dan menyepakati strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan memperhatikan ketentuan penyelenggaraan FGD-3 (Box 3-7); dan Merumuskan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan memperhatikan ketentuan yang ada OUTPUT Tabel strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (Tabel 3-5); dan Berita acara kesepakatan tentang strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan skala kabupaten/kota dan skala kawasan DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat 71 Penyusunan SPPIP

90 Box 3-6 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 3 TUJUAN : Untuk membahas rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta landasan perumusannya PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan Pra-FGD melibatkankeseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP Tabel 3-5 Contoh Tabel Tujuan, Kebijakan dan Strategi TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI 1. Mewujudkan kawasan permukiman yang layak dan bebas kumuh bagi semua golongan masyarakat 2. Mewujudkan pelayanan infrastruktur permukiman dan perkotaan yang berkualitas Penyediaan perumahan yang layak dengan memanfaatkan lahan secara proporsional Peningkatan kualitas permukiman kumuh Peningkatan pelayanan air bersih Peningkatan sanitasi lingkungan Mengembangkan rumah sederhana sehat Mengembangkan rusun berstandar internasional 72 Penyusunan SPPIP

91 Box 3-7 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 3 *) TUJUAN : Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku kepentingan mengenai strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan baik pada skala kabupaten/kota maupun kawasan PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan FGD melibatkanminimal 15 (lima belas) orang, yang terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kotayang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsiyang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP *) apabila dari hasil FGD 3 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 3 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD 3 73 Penyusunan SPPIP

92 4.2 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN Identifikasi dan analisis korelasi/keterkaitan antarastrategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan strategi pembangunan lainnya dalam skema manajemen pembangunan kabupaten/kota baik untuk skala kabupaten/kota maupun skala kawasan. Analisis korelasi akan menjadi dasar bagi penetapan pelaku dan sumber pendanaan program programnya. 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI TUJUAN Mengetahui tingkat korelasi antara strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan kebijakan kabupaten/kota dalam skema manajemen pembangunan perkotaan. METODE Analisis korelasi LANGKAH Menggunakan hasil kajian kebijakan yang telah dilakukan sebelumnya; Menggunakan rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (output kegiatan 4.1); Melakukan analisis korelasi antara rumusan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah disepakati dengan kebijakan lainnya dengan memperhatikan aspek-aspek fisik dan non fisik (sosial ekonomi, kelembagaan dan pembiayaan); dan Menyusun matriks analisis korelasi strategi pembangunan permukiman 74 Penyusunan SPPIP

93 dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan. OUTPUT Matriks analisis korelasi strategi pembangunan permukiman daninfrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan. DURASI 1 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan keempat 75 Penyusunan SPPIP

94 4.3 ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI Identifikasi dan analisis terhadap konsekuensi dan dampak yang mungkin muncul sebagai akibat dilaksanakannya strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI TUJUAN Mengetahui konsekuensi dan dampak penerapan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan sebagai langkah antisipasi terhadap perubahan yang terjadi; dan Menghasilkan analisis konsekuensi yang menjadi dasar penyusunan program pembangunan kabupaten/kota. METODE Analisis konsekuensi dan dampak LANGKAH Melakukan kajian terhadap strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Melakukan analisis konsekuensi dan dampak penerapan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada berbagai aspek sesuai dengan karakteristik wilayahnya baik skala kabupaten/kota maupun kawasan meliputi aspek fisik, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek budaya; Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan 76 Penyusunan SPPIP

95 pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang akan dilaksanakan terkait dengan penerapan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Melakukan analisis proyeksi pertumbuhan akibat pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Menyusun langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi; dan Menyusun matriks analisis konsekuensi dan dampak strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. OUTPUT Matriks konsekuensi dan dampak strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan DURASI 2 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan keempat 77 Penyusunan SPPIP

96 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KABUPATEN/KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI Merupakan langkah aplikatif pelaksanaan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dan arahan kebutuhan program investasi baik dalam skala kabupaten/kota maupun kawasan dengan memperhatikan dampak dan korelasi dengan program pembangunan sektor lainnya 4.2 IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI O ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM Pra- FGD 4 FGD 4 Perumusan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan TUJUAN Merumuskan program pembangunan yang aplikatif, riil dan terukur sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah dalam skala kabupaten/kota maupun kawasan sebagai pelaksanaan strategi dan arahan kebutuhan program investasi SPPIP. METODE Analisis kebijakan dan strategi, perencanaan program, diskusi melalui Focus Group Discussion (FGD) LANGKAH Menggunakan matriks analisis korelasi strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan (output kegiatan 4.2); Menggunakan matriks konsekuensi dan 78 Penyusunan SPPIP

97 dampak strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (output kegiatan 4.3); Melakukan review terhadap programprogram pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang terdapat di berbagai dokumen kebijakan, antara lain dokumen RPIJM (sub-bab program investasi infrastruktur permukiman) dan dokumen RTRW (bagian indikasi program); Merumuskan kebutuhan programprogram penanganan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan memperhatikan ketentuan yang ada (Box 3-8); Merinci setiap program ke dalam skema pentahapan yang dirinci ke dalam program lima tahunan; Melakukan Pra-FGD 4 untuk membahas rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta landasan kebutuhannya sebelum disepakati dalam FGD 4 (Box 3-9); Melakukan diskusi FGD untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan terhadap program-program yang dirumuskan dengan memperhatikan ketentuan penyelenggaraan FGD-4 (Box 3-10); dan Melakukan pemetaan spasial dari strategi dan program yang telah dirumuskan. OUTPUT Matriks program pembangunan dalam skala kabupaten/kota dan kawasan (Tabel 3-2); Peta strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan (Gambar 3-10); dan Berita acara kesepakatan tentang program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman 79 Penyusunan SPPIP

98 perkotaan skala kabupaten/kota dan skala kawasan DURASI 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kelima Box 3-8 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Perumusan Program Dalam perumusan program tersebut minimal dilakukan dengan mengacu pada beberapa hal sebagai berikut: - disusun untuk menjawab implementasi strategi pembangunan sehingga penyusunan program dilakukan berdasarkan lingkup wilayah dan lingkup aspek dalam strategi pembangunan; - program merupakan pengarah dan penjembatan terhadap rencana aksi programyang akan dirincikan dalam RPKPP (siap dijabarkan dalam komponen dan volume serta pentahapan program); dan - perlunya pembatasan pada program bidang permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Untuk mendukung dan memberikan kejelasan dalam proses implementasi, program yang disusun dirinci mekanisme pentahapan dan waktu implementasinya.skema pentahapan tersebut disusun untuk jangka waktu 20 tahun dengan perincian tahapan per lima tahunan. Box 3-9 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 4 TUJUAN : Untuk membahas rumusan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan beserta landasan perumusannya sebelum disepakati dalam FGD 4 PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan Pra-FGD melibatkan keseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP 80 Penyusunan SPPIP

99 Box 3-10 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 4 *) TUJUAN : Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/pemangku kepentingan mengenai strategi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan sebagai pelaksanaan strategi dan arahan kebutuhan program investasi SPPIP PENYELENGGARA : Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG : kegiatan FGD melibatkan minimal 15 (lima belas) orang, yang terdiri peserta dan pendukung Peserta meliputi: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kotayang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsiyang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK : Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP *) apabila dari hasil FGD 4 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 4 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD 4 81 Penyusunan SPPIP

100 Gambar 3-10 Contoh PemetaanStrategi dan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman 82 Penyusunan SPPIP

101 4.5 ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM Analisis yang memperkirakan dampak dari penerapan suatu program yang telah dirumuskan(outcome). 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI O ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KOTA DAN KAWASAN KOLOKIUM TUJUAN METODE LANGKAH OUTPUT DURASI Mengetahui dampak berupa perubahan yang diperkirakan akan terjadi akibat penerapan suatu program. Diskusi internal, analisis dan pemetaan dampak penerapan program Menggunakan matriks program pembangunan dalam skala kabupaten/kota dan kawasan (output kegiatan 4.4); Melakukan analisis dampak penerapan masing-masing program yang telah dirumuskan; Menyusun matriks analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; Mengikuti kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya (Box 3-11). Matriks analisis dampak penerapan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. 4 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keenam 83 Penyusunan SPPIP

102 Box 3-11 Keikutsertaan Dalam Kolokium Pada bulan keenam penyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan Kolokium yang wajib diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis. Dalam rangkaian kegiatan penyusunan SPPIP, kegiatan ini menjadi bagian proses monitoring dan evaluasi oleh Satker Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) provinsi dan penyelenggara di tingkat pusat terhadap proses penyusunan SPPIP. Definisi tujuan, bentuk, waktu pelaksanaan, peserta, penyelenggara, dan kolokium ini secara rinci adalah sebagai berikut: DEFINISI : Kegiatan monitoring dan pengendalian yang dilakukan oleh Satker Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) provinsi dan penyelenggara di tingkat pusat terhadap proses penyusunan SPPIP TUJUAN : Memonitor pencapaian dari kegiatan penyusunan SPPIP yang dilakukan di setiap kabupaten/kota METODE : Workshop dan Diskusi LANGKAH LANGKAH : Menyiapkan materi pembahasan capaian SPPIP hingga saat Kolokium yang meliputi bahan tayangan dan materi visualisasi yang telah disusun, serta dikoordinasikan bersama Tim Teknis Provinsi *) Mengikuti kegiatan kolokium dengan memaparkan hasil-hasil penyusunan SPPIP kepada para pemangku kepentingan terkait Merumuskan langkah perbaikan berdasarkan masukan terhadap pencapaian kegiatan SPPIP dari pelaksanaan kolokium OUTPUT Kesamaan hasil dari produk SPPIP yang dihasilkan oleh tiap kabupaten/kota Hasil evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan PENYELENGGARA : Direktorat Jenderal Cipta Karya PESERTA : Semua perwakilan kabupaten/kota yang melakukan kegiatan penyusunan SPPIP. Perwakilan tersebut meliputi Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga ahli pendamping BENTUK : Workshop WAKTU PELAKSANAAN : minimal 1 (satu) hari pada akhir bulan ke-6 (enam) setelah SPMK(setelah dilakukan kegiatan penyusunan konsep, rencana, strategi dan program penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas) **)waktu pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan Kolokium pada kegiatan RPKPP dan ditentukan oleh koordinator pelaksana TEMPAT PELAKSANAAN : dilakukan bersamaan dengan penyelenggaraan Kolokium pada kegiatan penyusunan RPKPP dan ditentukan oleh Koordinator Pelaksana *) Catatan Koordinasi Bersama Tim Teknis Provinsi (Pra-Kolokium): Perlu dilakukan persiapan (pra-kolokium) yang bertujuan untuk mempersiapkan seluruh substansi yang dipersyaratkan di dalam kolokium. Pelaksanaan pra-kolokium dilakukan secara koordinatif antara tim pokjanis di setiap kabupaten/kota bersama tim teknis provinsi. 84 Penyusunan SPPIP

103 5. FINALISASI DAN SOSIALISASI Kegiatan finalisasi dan sosialisasi adalah kegiatan terakhir dari rangkaian kegiatan penyusunan SPPIP yang fokus pada penyempurnaan dari strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan masukan dari berbagai diskusi. Lingkup kegiatan ini meliputi: penyempurnaan strategi dan program pembangunan dalam skala kabupaten/kota dan kawasan; dan penyempurnaan materi visualisasi SPPIP Secara keseluruhan lingkup kegiatan finalisasi dan sosialisasi ini akan diselesaikan selama 1 (satu) bulan terhitung dari kegiatan perumusan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup finalisasi dan sosialisasi dapat dilihat pada Gambar TAHAPAN PENYUSUNAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) SOSIALISASI KEGIATAN PENYUSUNAN 4.1 PERUMUSAN STRATEGI PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KORELASI STRATEGI DALAM SKEMA MANAJEMEN PERKOTAAN 4.3. ANALISIS KONSEKUENSI ATAU IMPLIKASI PENERAPAN STRATEGI PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM 4.4 PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN SEBAGAI ARAHAN KEBUTUHAN PROGRAM INVESTASI 4 PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 5 O ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KOTA DAN KAWASAN FINALISASI DAN SOSIALISASI 5.2 PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP O-7 KEGIATAN DISKUSI PRA-FGD 3 PRA-FGD 4 FGD 3 Perumusan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan FGD 4 KOLOKIUM Perumusan Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan KONSULTASI PUBLIK DISEMINASI Gambar 3-11 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Untuk Finalisasi dan Sosialisasi 85 Penyusunan SPPIP

104 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN SKALA KABUPATEN/KOTA DAN KAWASAN Perbaikan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan hasil masukan dari kolokium 4.5 ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN 5.2 PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP KONSULTASI PUBLIK TUJUAN Menyempurnakan strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastrukturpermukiman perkotaan METODE Desk study LANGKAH Menginventarisasi catatan masukan penyelenggaraan kolokium; Memperbaiki strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan; dan Menyelenggarakan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan untuk penyempurnaan strategi dan program pembangunan permukiman dan 86 Penyusunan SPPIP

105 infrastruktur permukiman perkotaan. Penyelenggaraan konsultasi publik ini dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang ada (Box 3-12). OUTPUT Strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah disempurnakan. DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan ketujuh 87 Penyusunan SPPIP

106 Box 3-12 Ketentuan Dalam Penyelenggaraan Konsultasi Publik Untuk memantapkan hasil yang telah dicapai, maka pada awal bulan ketujuh diselenggarakan kegiatan konsultasi publik.kegiatan konsultasi publik ini adalah kegiatan penjaringan masukan terhadap muatan SPPIP yang dilakukan dalam bentuk konsultasi kepada pemangku kepentingan kabupaten/kota termasuk masyarakat. Bentuk, waktu pelaksanaan, peserta, penyelenggara, dan konsultasi publik ini secara rinci adalah sebagai berikut: TUJUAN : Untuk menjaring masukan terhadap strategi dan program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan METODE : Pemaparan hasil dan diskusi terbuka LANGKAH- LANGKAH : Menyiapkan materi pemaparan dan pembahasan seluruh capaian kegiatan SPPIP, yang meliputi bahan tayang, dan materi visualisasi yang telah disusun Memaparkan seluruh capaian kegiatan SPPIP Melakukan diskusi untuk mendapatkan masukanmasukan terhadap muatan SPPIP Melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap capaian kegiatan SPPIP berdasarkan masukan dari konsultasi OUTPUT : Masukan terhadap pencapaian kegiatan SPPIP WAKTU PELAKSANAAN : Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun TEMPAT : di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP PELAKSANAAN PESERTA : Setiap kegiatan FGD melibatkan 40 (empat puluh) orang peserta dan pendukung. Peserta kegiatan FGD antara lain mewakili unsur : Dinas/instansi tingkat kabupaten/kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Pendukung kegiatan FGD antara lain mewakili unsur : Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tim Teknis Provinsi Tenaga ahli pendamping PENYELENGGARA : Pokjanis 88 Penyusunan SPPIP

107 5.2PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP Penyusunan hasil/keluaran kegiatan dalam bentuk materi visualisasi yang informatif, menarik dan mudah dimengerti yang akan disosialisasikan kepada masyarakat umum dan para pemangku kepentingan terkait. 4.5 ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PROGRAM 5.1 PENYEMPURNAAN STRATEGI DAN PERUMUSAN PROGRAM DALAM SKALA KAB/ KOTA DAN KAWASAN 5.2 PENYUSUNAN MATERI VISUALISASI SPPIP O-7 DISEMINASI TUJUAN Menyediakan materi visualisasi hasil/ keluaran kegiatan untuk digunakan dalam sosialisasi SPPIP; dan Menyelenggarakan sosialisasi hasil SPPIP. METODE Penyederhanaan materi, Desain Komunikasi Visual, Diseminasi LANGKAH Menggunakan seluruh hasil/ keluaran kegiatan penyusunan SPPIP; Merumuskan poin-poin penting yang akan ditampilkan dalam materi visualisasi meliputi: - Latar belakang pelaksanaan kegiatan - Kebutuhan penyusunan SPPIP - Tujuan dan arah pembangunan 89 Penyusunan SPPIP

108 permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan - Rangkuman strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah dirumuskan - Rangkuman program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan yang telah dirumuskan - Dokumentasi kegiatan dan susunan peta. Menyusun materi visualisasi SPPIP dalam bentuk leaflet, banner, poster, video dokumentasi dan bentuk visualisasi lainnya yang dianggap perlu; dan Menyelenggarakan sosialisasi hasil SPPIP dalam bentuk diseminasi yang diselenggarakan dengan mengikuti ketentuan yang ada (Box 3-13) OUTPUT Materi visualisasi SPPIP yang informatif, menarik dan mudah dimengerti; dan Diseminasi hasil SPPIP DURASI 2 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan ketujuh 90 Penyusunan SPPIP

109 Box 3-13 Ketentuan Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi TUJUAN PENYELENGGARA BENTUK PESERTA Kegiatan untuk mensosialisasikan seluruh hasil kegiatan dan produk SPPIP yang telah disepakati, kepada dinas/instansi terkait dan stakeholder/pemangku kepentingan daerah lainnya. Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Seminar 40 (empat puluh) orang peserta yang mewakili unsur: Perwakilan masyarakat Legislatif (DPRD kabupaten/kota) Dinas/instansi tingkat kabupaten/kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tim Teknis Provinsi Akademisi WAKTU PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN 1 hari pada bulan ketujuh atau pada akhir kegiatan di kabupaten/kota tempat penyusunan SPPIP 91 Penyusunan SPPIP

110 04 Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) 92 Penyusunan RPKPP

111 04 Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) 4.1 RUANG LINGKUP PENYUSUNAN RPKPP Lingkup Kegiatan Penyusunan RPKPP Lingkup kegiatan penyusunan RPKPP meliputi 4 (empat) kegiatan, yaitu: (1) persiapan, (2) identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas, (3) perumusan rencana aksi program, dan (4) perumusan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1. Secara rinci, lingkup kegiatan dari tiap kegiatan besar dan capaian kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4-1. Tabel 4-1 Keterkaitan Lingkup Kegiatan Dengan Capaian dalam Kegiatan Penyusunan RPKPP LINGKUP KEGIATAN (1) Persiapan Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, termasuk di dalamnya melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, sampai dengan pengumpulan data dan informasi. Persiapan ini juga didukung dengan mengikuti konsolidasi di tingkat provinsi. CAPAIAN KEGIATAN Rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan Peta dasar Data dan informasi yang diperlukan Desain pengumpulan data dan informasi 93 Penyusunan RPKPP

112 LINGKUP KEGIATAN CAPAIAN KEGIATAN (2) Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pada Kawasan Prioritas Melakukan review dan kajian Review kebijakan, strategi, dan terhadap kebijakan, strategi, dan program daerah dari tiap dokumen program pembangunan daerah kebijakan terkait yang telah tersedia berdasarkan dokumen kebijakan dan dijadikan acuan pelaksanaan terkait yang telah tersedia dan pemerintah daerah serta dokumen dijadikan acuan pelaksanaan SPPIP pembangunan oleh pemerintah daerah serta dokumen SPPIP yang telah dibuat Melakukan kajian mikro terhadap kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP Melakukan identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas Kajian mikro kawasan permukiman prioritas Presentasi audio-visual kawasan permukiman prioritas hasil investigasi di lapangan Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas Pemetaan spasial potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas (3) Perumusan Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pada Kawasan Prioritas Melakukan identifikasi kebutuhan Kebutuhan penanganan kawasan penanganan kawasan permukiman permukiman prioritas prioritas Melakukan penyusunan konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan. Proses penyusunan ini dilakukan dengan Focus Group Discusion (FGD) bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan Konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Peta konsep penanganan kawasan permukiman prioritas untuk pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan untuk merumuskan konsep penanganan kawasan permukiman prioritas 94 Penyusunan RPKPP

113 LINGKUP KEGIATAN Melakukan penyusunan rencana aksi program penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan berdasarkan arahan dalam program pembangunan dalam dokumen SPPIP berikut dengan tahapan pelaksanaan penanganannya. Adapun proses penyusunan ini dilakukan dengan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan. CAPAIAN KEGIATAN Rencana aksi program penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan untuk merumuskan dan menyepakati rencana aksi program penanganan (4) Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap 1 Merumuskan kriteria dan indikator Kriteria dan indikator penentuan penentuan kawasan pembangunan kawasan pembangunan tahap 1 tahap 1 Melakukan pemilihan dan Kawasan pembangunan tahap 1 penetapan kawasan pembangunan tahap 1 Melakukan perumusan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 berdasarkan pada kebutuhan kawasan yang telah disepakati bersama oleh pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan. Adapun kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan perencanaan partisipatif yang melibatkan semua pihak terkait Bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan melakukan penyusunan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 dengan tingkat kedalaman informasi skala 1:1.000 dan menyepakatinya dalam suatu FGD Melakukan penyusunan Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan pembangunan tahap 1 yang meliputi permukiman dan infrastruktur permukiman Konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 Diskusi partisipatif dengan masyarakat setempat untuk perumusan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 Rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 Penyelenggaraan FGD bersama dengan pemangku kepentingan kabupaten/kota dan kawasan untuk merumuskan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk pelaksanaan tahun pertama di dalam kawasan pembangunan tahap 1 Visualisasi 3D untuk DED kawasan 95 Penyusunan RPKPP

114 LINGKUP KEGIATAN perkotaan. Rencana detail desain tersebut juga disajikan dalam bentuk 3 dimensi Mengikuti kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat melalui Direktorat Pengembangn Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan penyusunan RPKPP Menyelenggarakan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap konsep, rencana penanganan, dan rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas untuk jangka waktu 5 tahun dan kawasan pembangunan tahap 1 untuk jangka waktu 1 tahun pertama (5) Finalisasi dan Sosialisasi Menyelenggarakan sosialisasi hasil penyusunan RPKPP melalui diseminasi kepada dinas/instansi terkait dan masyarakat di kawasan prioritas CAPAIAN KEGIATAN Masukan untuk penyempurnaan hasil Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Masukan untuk penyempurnaan hasil Tersosialisasikannya RPKPP Lingkup Wilayah Penyusunan RPKPP RPKPP dilakukan untuk kawasan permukiman prioritas yang terdapat di setiap kawasan perkotaan dalam lingkup kabupaten/kota dan mengacu pada arahan yang terdapat dalam dokumen SPPIP. Kawasan permukiman prioritas ini dibagi dalam zona/blok pentahapan penanganan sehingga dapat ditentukan kawasan pembangunan Tahap 1. Pemahaman terhadap lingkup kawasan permukiman prioritas dan kawasan pembangunan Tahap 1 dalam rangkaian kegiatan ini adalah sebagai berikut: 96 Penyusunan RPKPP

115 Kawasan Permukiman Prioritas RPKPP Kawasan permukiman prioritas adalah kawasan permukiman yang disepakati oleh pihak daerah sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan kabupaten/kota dan merupakan prioritas dalam pembangunan dan pengembangannya. Kawasan permukiman prioritas merupakan satu kesatuan fungsional tertentu yang tidak terpisah (memiliki kesamaan permasalahan/ tema penanganan) tanpa merujuk pada batas adminstrasi. Dalam penetapannya, didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut: - memiliki urgenitas penanganan; - memiliki kontribusi dalam penanganan permasalahan kabupaten/kota; - memiliki kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kabupaten/kota; - sesuai kebijakan pembangunan dan pengembangan kabupaten/kota; - memiliki dominasi permasalahan terkait bidang permukiman; dan - memiliki dominasi penanganan melalui bidang permukiman. Besaran kawasan permukiman perkotaan yang diprioritaskan mempunyai batasan luasan lebih besar dari 60 Ha sampai dengan 500 Ha berdasarkan kebutuhan keutuhan penanganan dan didasari oleh hasil kesepakatan pada proses penetapan kawasan prioritas. Kawasan Pembangunan Tahap 1 Kawasan pembangunan Tahap 1 adalah bagian dari kawasan permukiman prioritas yang disepakati oleh masyarakat di dalam kawasan dan pihak daerah sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan kawasan dan memiliki prioritas untuk dimulai pembangunannya pada tahun pertama dalam rencana pentahapan pembangunan kawasan. Luasan per kawasan pengembangan tahap 1 antara Ha atau lainnya berdasarkan kesepakatan dengan pihak daerah Kedalaman Substansi RPKPP Kedalaman substansi dari RPKPP sampai dengan rencana aksi program yang dijabarkan ke dalam rencana teknis. Rencana aksi program merupakan penjabaran dari strategi skala kawasan yang dirumuskan pada SPPIP yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun dan didetailkan pada program tahunan/1 (satu) tahun. Untuk komponen bidang permukiman pada program tahun pertama di kawasan pengembangan tahap 1 dilakukan penyusunan Rencana Detail Desain/Detailed Engineering Design (DED). Rumusan program dan kegiatan disusun dengan 97 Penyusunan RPKPP

116 mengacu pada nomenklatur program di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum; Lampiran A.VII Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah jo. Permendagri No. 59 Tahun 2007 jo. Permendagri No. 21 Tahun 2011, berikut penyesuaiannya di kabupaten/kota yang bersangkutan yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) kabupaten/kota; serta Rencana Strategi (Renstra) Kementerian/Lembaga lainnya. Secara garis besar rencana aksi program dalam RPKPP diilustrasikan ke dalam Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Fokus dari obyek yang diatur di dalam RPKPP adalah program dan kegiatan terkait dengan infrastruktur permukiman perkotaan, yang terdiri atas: sistem penyediaan air minum untuk kawasan permukiman; sistem pengelolaan air limbah untuk kawasan permukiman; sistem pengelolaan persampahan untuk kawasan permukiman; sistem drainase permukiman; dan sistem jaringan jalan lingkungan di dalam kawasan permukiman; dan ruang terbuka hijau (RTH) Selain fokus pada permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan, program dan kegiatan yang disusun dapat juga mencakup infrastruktur bidang lainnya yang dibutuhkan di dalam pembangunan kawasan permukiman seperti sarana pemadam kebakaran dan penerangan jalan lingkungan sesuai dengan kebutuhan di masingmasing kabupaten/kota. Dalam penerapannya, RPKPP dapat berupa penataan kawasan ataupun revitalisasi kawasan. 98 Penyusunan RPKPP

117 Tabel 4-2 Contoh Rencana Aksi Program Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pada Kawasan Prioritas 99 Penyusunan RPKPP

118 Tabel 4-3 Contoh Rencana Program Penanganan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan Pada Kawasan Pengembangan Tahap Penyusunan RPKPP

119 4.2 KELUARAN YANG DIHASILKAN Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan Penyusunan RPKPP meliputi 5 (lima) dokumen, yaitu: (1) Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), (2) Dokumen Penyelenggaraan Kegiatan (Proceeding Kegiatan), (3) Dokumen Rencana Detail Desain (DED), (4) Dokumen Profil Kawasan Permukiman Prioritas, dan (5) Dokumen Konsep Pembangunan Kawasan Prioritas, dengan rincian muatan tiap dokumen sebagai berikut: Dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) MUATAN - Profil kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan indikasi dalam SPPIP; - Kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan dalam SPPIP; - Potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas; - Konsep dan rencana penanganan pada kawasan permukiman prioritas; - Rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas selama 5 tahun; - Kawasan di dalam kawasan prioritas yang akan dilakukan pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1:1.000); - Rencana Detail Desain (Detailed Engineering Design/DED) infrastruktur permukiman untuk kawasan prioritas yang pembangunannya akan dilaksanakan pada tahun pertama yang disajikan dalam bentuk 3D; dan - Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program dalam skala : a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas) b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun pertama) PENYAJIAN - Dokumen ini disajikan sebagai laporan utama; dan - Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar dan peta yang representatif 101 Penyusunan RPKPP

120 Dokumen Penyelenggaraan (Proceeding) Kegiatan MUATAN - Notulensi dari tiap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan penyepakatan dan sosialisasi; - Absensi dan daftar hadir tiap penyelenggaraan kegiatan penyepakatan dan sosialisasi; - Materi yang disampaikan; - Bentuk-bentuk kesepakatan yang dihasilkan; dan - Proses penyelenggaraan partisipatif melalui pendekatan Community based Participatory Approach (CPA) PENYAJIAN - Dokumen ini disajikan sebagai dokumen yang terpisah dengan dokumen proses (Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, Laporan Akhir Sementara, dan Laporan Akhir) dan dokumen RPKPP; - Kegiatan yang dilaporkan setidaknya adalah kegiatan FGD, diskusi partisipatif, kolokium, konsultasi publik, dan diseminasi; - Bentuk-bentuk kesepakatan tertuang dalam berita acara kegiatan yang dihasilkan yang ditanda tangani oleh perwakilan pihak yang hadir dan menyetujui; dan - Tiap kegiatan yang diselenggarakan dilengkapi dengan dokumentasi foto penyelenggaraan yang disajikan sebagai lampiran dalam dokumen ini. Dokumen Rencana Detail Desain (DED) MUATAN - DED untuk komponen infrastruktur permukiman dan sektor terkait lainnya pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan - Rencana Anggaran Biaya (RAB) PENYAJIAN - Dokumen ini disajikan dalam bentuk laporan tertulis; dan - Penulisan dokumen ini dilengkapi dengan tabel, gambar, dan peta yang representatif. Dokumen Profil Kawasan Permukiman Prioritas MUATAN - Profil Kawasan Prioritas (aspek fisik dan non-fisik); dan - Hasil kajian potensi dan permasalahan kawasan prioritas PENYAJIAN - Dokumen ini disajikan dalam bentuk audio visual (film dokumenter) Dokumen Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas MUATAN - Rumusan skenario penanganan kawasan; dan - Konsep 3 dimensi (3D) pembangunan kawasan permukiman prioritas PENYAJIAN - Dokumentasi ini disajikan dalam bentuk audio visual 102 Penyusunan RPKPP

121 103 Penyusunan RPKPP

122 TAHAPAN PERSIAPAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) SOSIALISASI WAKTU BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5 BULAN 6 BULAN SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEGIATAN PENYUSUNAN 1 PERSIAPAN 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-2 IDENTIFIKASI POTENSI DAN 2 PERMASALAHAN 3.1 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 3.5 PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 4.1 PERUMUSAN KRITERIA & INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O-4 O PERUMUSAN KONSEP KAWASAN TAHAP PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP O-6 PENYUSUNAN RENCANA DETAIL DESAIN (DED) O-7 KAWASAN 5.1 PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI PROGRAM DAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN 4 TAHAP 1 FINALISASI DAN SOSIALISASI 5 KEGIATAN DISKUSI FGD 1 Konsolidasi Penyusunan di Tingkat Provinsi PRA FGD 1 PRA FGD 2 Penyusunan Konsep Penanganan Kawasan FGD 2 Perumusan Rencana Aksi Program DISKUSI PARTISIPATIF PRA FGD 2 FGD 3 Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap 1 KOLOKIUM KONSULTASI PUBLIK DISEMINASI OUTPUT Gambar 4-1 O1: Rencana kerja Pendekatan Arah kebijakan O2: pada kawasan prioritas O3: Kebutuhan penanganan kawasan prioritas Konsep pembangunan kawasan prioritas O4: Rencana pembangunan kawasan prioritas Rencana aksi program kawasan prioritas dan Profil kawasan Pentahapan kegiatan pembangunan kawasan prioritas metodologi dan infrastruktur pelaksanaan O5: Kriteria dan indikator penentuan sub kawasan untuk pengembangan tahap 1 permukiman kegiatan kawasan prioritas Sub kawasan dalam kawasan prioritas Potensi dan permasalahan kawasan prioritas Rangkaian Kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) O6: Konsep pembangunan sub kawasan untuk pengembangan tahap 1 Rencana pembangunan sub kawasan untuk pengembangan tahap 1 O7: Masterplan kawasan Rencana Detail Desain (DED) kawasan 104 Penyusunan RPKPP

123 105 Penyusunan RPKPP

124 4.3 PROSES DAN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN RPKPP Proses dan prosedur penyusunan RPKPP mengacu pada rangkaian kegiatan sebagaimana yang dijelaskan pada lingkup kegiatan (sub bab 4.2) dan pada Gambar 4-1. Rincian proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan untuk tiap sub kegiatan selama jangka waktu 7 (tujuh) bulan adalah sebagai berikut: 1. PERSIAPAN TAHAPAN PERSIAPAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis maupun nonteknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Dalam lingkup kegiatan persiapan terdapat kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja serta keikutsertaan dalam sosialisasi penyusunan SPPIP dan RPKPP. Pada tahap ini pula diselenggarakan konsolidasi penyusunan RPKPP di tingkat provinsi. Lingkup kegiatan persiapan akan diselesaikan pada minggu awal pelaksanaan kegiatan selama 2 (dua) minggu. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan persiapan dapat dilihat pada Gambar 4-2. KEGIATAN PENYUSUNAN 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA SOSIALISASI O-1 PERSIAPAN 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS KEGIATAN DISKUSI FGD 1 Konsolidasi Penyusunan di Tingkat Provinsi O-2 IDENTIFIKASI POTENSI DAN 2 PERMASALAHAN 3.1 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM PRA FGD 1 Penyusunan Konsep Penanganan Kawasan 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN Gambar 4-2 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Persiapan 106 Penyusunan RPKPP

125 1.1 SOSIALISASI Mengikuti kegiatan sosialisasi pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan secara terpusat oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. 1.1 SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM TUJUAN Melaksanakan penyebarluasan informasi mengenai RPKPP; dan Mencapai pemahaman yang sama mengenai proses, prosedur, dan produk dari penyusunan RPKPP METODE Workshop dan diskusi LANGKAH Mengikuti sosialisasi pelaksanaan kegiatan; dan Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan rencana penyelesaian kegiatan. OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai proses, prosedur, dan produk dari penyusunan RPKPP DURASI Awal bulan pertama, dengan alokasi waktu ditentukan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman, DJCK, Kementerian Pekerjaan Umum. 107 Penyusunan RPKPP

126 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN KERJA RENCANA Melakukan persiapan penyusunan RPKPP yang meliputi kegiatan koordinasi tim, penyusunan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, serta pengumpulan data dan informasi. 1.1 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN Terkoordinasinya kegiatan penyusunan RPKPP dari awal hingga akhir; Tersepakatinya rencana kerja dan metodologi penyusunan RPKPP; Tersedianya peta dasar dan rancangan pengumpulan data dan informasi; dan Terinventarisasikannya data dan informasi mengenai kondisi eksisting di kawasan permukiman prioritas berserta kawasan makronya. METODE Diskusi koordinasi, digitasi peta, observasi lapangan dan wawancara LANGKAH Melakukan mobilisasi dan koordinasi tim untuk penyamaan pemahaman lingkup tugas tim pelaksana dan Pokjanis dalam kegiatan Penyusunan RPKPP; Menyusun rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota tim; Menyiapkan peta dasar dengan skala minimal 1:5.000 yang siap untuk digunakan sebagai dasar untuk survey; Menyiapkan rancangan pengumpulan data dan informasi berdasarkan kebutuhan yang ada dan rencana kerja yang telah disusun; dan Melakukan pengumpulan dokumen, 108 Penyusunan RPKPP

127 observasi lapangan, dan wawancara dalam rangka pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi eksisting kawasan permukiman prioritas. OUTPUT Rencana kerja; Pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan; Peta dasar kawasan permukiman prioritas dan sekitarnya dalam skala 1 : 5.000; dan Data dan informasi mengenai kondisi eksiting kawasan permukiman prioritas berikut dengan kawasan makronya DURASI 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan pertama 109 Penyusunan RPKPP

128 Box 4-1 Penyelenggaraan Konsolidasi Penyusunan di Tingkat Provinsi Pada bulan pertama penyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan konsolidasi penyusunan di tingkat provinsi yang wajib diikuti oleh Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis. Dalam rangkaian kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), kegiatan ini menjadi kegiatan awal antara tim Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis dengan semua pemangku kepentingan dalam proses penyamaan tujuan dan rencana kerja penyusunan dokumen RPKPP. Definisi tujuan, bentuk, waktu pelaksanaan, peserta, penyelenggara, dan tempat penyelenggaraan konsolidasi ini secara rinci adalah sebagai berikut: DEFINISI : Kegiatan penyamaan pemahaman dari sisi substansi dan proses penyusunan RPKPP yang dikemas dalam bentuk pelatihan serta dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh Satker Provinsi TUJUAN : Menyamakan tujuan dan rencana kerja penyusunan RPKPP METODE : Pelatihan dan diskusi LANGKAH LANGKAH : menyiapkan rencana kerja penyusunan RPKPP dan rencana penyusun menyepakati rencana dan jadwal kerja penyusunan RPKPP dengan pemangku kepentingan terkait OUTPUT : Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Satker, Pokjanis, dan tenaga ahli pendamping PENYELENGGARA : Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Provinsi PESERTA : Semua perwakilan kota/kabupaten yang melakukan kegiatan penyusunan RPKPP di provinsi yang berangkutan. Perwakilan tersebut meliputi Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman Provinsi Satuan Kerja Provinsi di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Tenaga Ahli Pendamping WAKTU PELAKSANAAN TEMPAT PELAKSANAAN : minimal 1 (satu) hari pada bulan ke-1(satu) setelah SPMK Tim Tenaga Ahli, (setelah dilakukan kegiatan sosialisasi) *) waktu pelaksanaan ditentukan kemudian oleh masingmasing Satker Provinsi : Tempat pelaksanaan ditentukan oleh masing-masing Satker Provinsi 110 Penyusunan RPKPP

129 2. IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN Kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan adalah kegiatan untuk mengkaji kebijakan, strategi, dan program, serta kondisi riil kawasan permukiman prioritas sehingga diperoleh gambaran mengenai potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kawasan permukiman prioritas. Lingkup kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan ini meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu: kajian kebijakan dan strategi pembangunan; kajian mikro kawasan permukiman prioritas berdasarkan arahan SPPIP; dan identifikasi potensi dan permasalahan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas. Lingkup kegiatan identifikiasi potensi dan permasalahan ini diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) minggu terhitung dari kegiatan persiapan selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan persiapan dapat dilihat pada Gambar 4-3. TAHAPAN PERSIAPAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) 1.1 SOSIALISASI 1.2 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEGIATAN PENYUSUNAN 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 3.5 PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 1 PERSIAPAN IDENTIFIKASI POTENSI DAN 2 PERMASALAHAN 3 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM KEGIATAN DISKUSI FGD 1 Konsolidasi Penyusunan di Tingkat Provinsi PRA FGD 1 PRA FGD 2 Penyusunan Konsep Penanganan Kawasan FGD 2 Perumusan Rencana Aksi Program Gambar 4-3 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Identifikasi Potensi dan Permasalahan 111 Penyusunan RPKPP

130 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI Melakukan kajian terhadap berbagai produk kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, khususnya produk rencana yang telah dimiliki pemerintah kabupaten/kota mulai dari tingkat yang tertinggi yaitu RTRW kabupaten/kota, RDTR kawasan, hingga yang terkait dengan penyusunan RPKPP, diantaranya SPIPP dan RP3KP, untuk dioptimalkan dan disinergikan sesuai dengan karakteristik dan kekhasan kabupaten/kota yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. 1.1 PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN RENCANA KERJA O KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP TUJUAN Mengkaji kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang wilayah yang telah tersedia maupun yang sedang disusun terkait dengan kawasan permukiman prioritas RPKPP yang akan direncanakan; Mengidentifikasi sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota dengan penyusunan RPKPP; dan Mengidentifikasi kontribusi dan kedudukan kawasan permukiman prioritas RPKPP yang akan direncanakan dan tingkat pelayanannya dalam lingkup wilayah kabupaten/kota. METODE Desk study (studi literatur), content analysis (analisis isi). 112 Penyusunan RPKPP

131 LANGKAH Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, khususnya yang terkait pengembangan permukiman; Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategi pembangunan terkait pengembangan permukiman yang ada di kabupaten/kota; Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategi pembangunan yang terkait pengembangan permukiman yang ada, untuk disinergikan dengan kebutuhan penyusunan RPKPP; dan Melakukan identifikasi terhadap kontribusi dan kedudukan kawasan prioritas yang akan direncanakan dalam skala kabupaten/kota. OUTPUT Hasil review dari dokumen dan kebijakan lainnya yang terkait, yang didalamnya memuat kesimpulan mengenai: Kebijakan dan strategi pembangunan pada kawasan permukiman prioritas yang direncanakan; Sinkronisasi antara kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota terkait dengan penyusunan RPKPP; Kontribusi dan kedudukan kawasan permukiman prioritas yang akan direncanakan dan tingkat pelayanannya dalam lingkup wilayah kabupaten/kota; dan Arah kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas DURASI 2 minggu terhitung dari minggu ketiga bulan pertama 113 Penyusunan RPKPP

132 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP Melakukan kajian rinci pada kawasan permukiman prioritas baik yang sifatnya fisik maupun non fisik. Kajian mikro ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada kawasan permukiman prioritas. 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O-2 TUJUAN Mengidentifikasi karakteristik pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP METODE Desk Study (Studi Literatur) LANGKAH Inventarisasi karakteristik fisik, sosial, ekonomi, dan budaya pada kawasan permukiman prioritas; Melakukan analisis kondisi dan kebutuhan pembangunan pada kawasan permukiman prioritas; dan Menyusun dokumentasi berupa audiovisual/film dokumenter mengenai hasil analisis kondisi dan kebutuhan pembangunan kawasan prioritas. OUTPUT Karakteristik pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas yang didalamnya memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, dan ekonomi kawasan yang disajikan dalam peta; dan Dokumentasi berupa audio-visual/film dokumenter mengenai profil kawasan permukiman prioritas. DURASI 2 minggu kedua terhitung dari minggu ketiga bulan pertama (dilakukan secara pararel dengan pelaksanaan kegiatan Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan pada Kawasan Permukiman Prioritas) 114 Penyusunan RPKPP

133 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS Melakukan identifikasi terhadap potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas dengan menganalisis data dan informasi yang tersedia. Hasil dari kegiatan tersebut akan dituangkan secara spasial. 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN TUJUAN Mengidentifikasi potensi, permasalahan, hambatan, dan tantangan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas; dan Menyusun skala prioritas kawasan berdasarkan kebutuhan penanganan di kawasan permukiman yang akan direncanakan. METODE Survey, analisis kawasan, diskusi LANGKAH Melakukan kajian dan analisis terhadap hasil pengamatan lapangan (survey data primer) dan memadukannya dengan hasil survey data sekunder untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi potensi dan permasalahan pada kawasan prioritas baik secara fisik maupun non fisik; Menyusun matriks potensi dan permasalahanyang telah teridentifikasi dan terinventarisasi, disertai dengan hambatan dan tantangan yang akan dihadapi, juga peluang di dalam kawasan prioritas RPKPP; dan Melakukan pemetaan spasial terhadap potensi dan 115 Penyusunan RPKPP

134 permasalahan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP. OUTPUT Matriks identifikasi potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan pada kawasan prioritas (Tabel 4-4); dan Peta identifikasi potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan pada kawasan prioritas (Gambar 4-4 dan Gambar 4-5). DURASI 2 minggu kedua terhitung dari minggu ketiga bulan pertama (dilakukan secara pararel dengan pelaksanaan kegiatan Kajian Mikro Kawasan Permukiman Prioritas Berdasarkan Arahan SPPIP) Tabel 4-4 Contoh Tabel Inventarisasi Potensi, Permasalahan, Tantangan, Hambatan NO ASPEK POTENSI PERMASALAHAN TANTANGAN HAMBATAN 1 Fisik Potensi lahan Kepadatan - - kosong untuk pengembangan RTH yang berfungsi sebagai taman bermain anak dan penempatan MCK bangunan kawasan yang mencapai >70% 2 Ekonomi 3 Sosial 4 dll 116 Penyusunan RPKPP

135 Gambar 4-4 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Permukiman Gambar 4-5 Contoh Peta Permasalahan Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perkotaan 117 Penyusunan RPKPP

136 3. PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM Kegiatan perumusan rencana aksi program merupakan kegiatan untuk merumuskan konsep dan rencana besar penanganan kawasan permukiman prioritas berdasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan penanganan kawasan. Rangkaian kegiatan yang berada dalam lingkup perumusan rencana aksi program ini akan menjadi bahan utama untuk melakukan pendetailan pada sub kawasan yang dipilih untuk pengembangan tahap 1. Lingkup kegiatan perumusan rencana aksi program ini meliputi 5 (lima) sub kegiatan, yaitu: identifikasi kebutuhan penanganan kawasan; penyusunan konsep pembangunan kawasan; identifikasi program penanganan berdasarkan arahan SPPIP; perumusan rencana aksi program; dan perumusan tahapan pelaksanaan pembangunan permukiman. Lingkup kegiatan perumusan rencana aksi program ini dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan identifikasi potensi dan permasalahan selesai dilakukan. Rangkaian kegiatan yang berada dalam lingkup perumusan rencana aksi program ini akan menjadi bahan utama untuk melakukan pendetailan pada sub kawasan yang dipilih untuk pengembangan tahap 1. Secara diagramatis rangkaian kegiatan pada lingkup perumusan rencana aksi program dapat dilihat pada Gambar 4-6 berikut. TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) 2.1 KAJIAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEGIATAN PENYUSUNAN 2.2 KAJIAN MIKRO KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 3.4 O-3 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 3.5 PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN 4.1 PERUMUSAN KRITERIA & INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O-4 O-5 IDENTIFIKASI POTENSI DAN 2 PERMASALAHAN 3 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 4 PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN TAHAP 1 PRA FGD 1 PRA FGD 2 DISKUSI PARTISIPATIF KEGIATAN DISKUSI FGD 1 Penyusunan Konsep FGD 2 Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Aksi Program Gambar 4-6 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Aksi Program 118 Penyusunan RPKPP

137 3.1 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN PRIORITAS RPKPP Kebutuhan penanganan kawasan prioritas merupakan penilaian terhadap jenis, besaran dan lokasi infrastruktur yang dibutuhkan berdasarkan potensi permasalahan eksisting, proyeksi dan rencana pengembangan kawasan di masa mendatang. Hasil dari analisis kebutuhan ini disusun menjadi daftar kebutuhan penanganan kawasan yang berisikan rincian komponen dan volume pada setiap infrastruktur permukiman yang dibutuhkan pada penanganan kawasan. 2.3 IDENTIFIKASI POTENSI & PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS O IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN TUJUAN Mengidentifikasi kebutuhan penanganan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan kawasan prioritas METODE Analisis kebutuhan, analisis kawasan, diskusi LANGKAH Merumuskan kebutuhan penanganan di kawasan permukiman prioritas berdasarkan hasil kajian terhadap potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan; Menyusun daftar kebutuhan penanganan yang rinci per komponen infrastruktur permukiman perkotaan dan lokasinya; dan Melakukan pemetaan kebutuhan penanganan secara spasial untuk menentukan lokasi-lokasi pada 119 Penyusunan RPKPP

138 kawasan permukiman yang membutuhkan penanganan. OUTPUT Daftar kebutuhan penanganan pada kawasan permukiman prioritas (Tabel 4.5); dan Peta kebutuhan penanganan pada kawasan permukiman prioritas (Gambar 4-7). DURASI 2 minggu terhitung dari awal bulan kedua Tabel 4-5 Contoh Tabel Kebutuhan Penanganan Kawasan NO ASPEK MASALAH DAMPAK YANG TERJADI 1. FISIK Status lahan (surat hijau, sewa, lahan Negara) Konflik tanah LOKASI Seluruh kawasan KEBUTUHAN PENANGANAN Aliran sungai yang terhambat Banjir pasang Sepanjang sungai Normalisasi, penurapan Pencemaran boezem oleh limbah cair domestik Air boezem tidak dapat digunakan Permukiman sekitan boezem IPAL Drainase tersumbat Banjir Hampir seluruh kawasan Perbaikan saluran drainase Minimnya sambungan rumah PDAM Terbatasnya pasokan air Hampir seluruh kawasan Penambahan SR Penanganan sampah yang tidak tuntas Menumpuknya sampah Sebagian kawasan Pengolahan sampah Kualitas bangunan yang buruk Rumah tidak sehat dan layak Sebagian kawasan Perbaikan rumah 2. SOSIAL EKONOMI TATA RUANG dst Penyusunan RPKPP

139 Gambar 4-7 Contoh Peta Penanganan Kawasan Permukiman Prioritas 121 Penyusunan RPKPP

140 3.2 PENYUSUNAN KONSEP PENANGANAN KAWASAN Konsepsi penanganan kawasan permukiman prioritas RPKPP merupakan rencana konseptual penataan kawasan yang memuat tujuan pengembangan kawasan, tahapan penanganan kawasan secara spasial, langkah-langkah strategis yang dilakukan beserta bentuk program-program penataan kawasan yang akan dilakukan. Konsepsi tersebut berdasarkan arahan dalam programprogram yang disusun dalam kegiatan SPPIP 3.1 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM PRA FGD 1 FGD 1 Penyusunan Konsep Penanganan Kawasan TUJUAN Merumuskan konsep dan indikasi rencana penanganan kawasan prioritas RPKPP METODE Analisis SWOT, FGD LANGKAH Melakukan kajian terhadap kebutuhan dan skala prioritas penanganan dan pembangunan kawasan permukiman prioritas; Merumuskan konseps penanganan kawasan, yang meliputi : - perumusan tujuan dan sasaran pengembangan kawasan yang sinergis dengan SPPIP serta berlandaskan pada kondisi, potensi dan permasalahan pengembangan kawasan prioritas - perumusan strategi penanganan kawasan beserta bentuk-bentuk program penanganan yang mencakup beberapa aspek, antara lain : aspek fisik, aspek lingkungan, aspek sosial kelembagaan, aspek ekonomi dan aspek pendanaan yang kesemuanya 122 Penyusunan RPKPP

141 diturunkan dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Melakukan Pra-FGD 1 untuk merumuskan konsep penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas sebelum dilakukan FGD 1 untuk mendapatkan masukan dan kesepakatan atas konsep tersebut (Box 4-2); dan Melakukan FGD 1 dengan pemangku kepentingan terkait lainnya mendapatkan kesepakatan mengenai konsep penanganan dan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas terpilih (Box 4-3). OUTPUT Peta konsep pembangunan kawasan prioritas; dan Berita acara kesepakatan tentang konsep penanganan kawasan permukiman prioritas DURASI 4 minggu terhitung dari awal bulan kedua (pada tiga minggu pertama dilakukan secara pararel dengan kegiatan Identifikasi Kebutuhan Penanganan Kawasan) Box 4-2 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 1 TUJUAN Untuk merumuskan konsep penanganan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas PENYELENGGARA Pokjanis PESERTA DAN PENDUKUNG WAKTU BENTUK TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan Pra-FGD melibatkan keseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun Diskusi di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP 123 Penyusunan RPKPP

142 Box 4-3 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 1 *) TUJUAN Untuk mendapatkan kesepakatan dari semua stakeholder mengenai konsep pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas RPKPP PENYELENGGARA Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) PESERTA DAN PENDUKUNG Setiap kegiatan FGD melibatkan 15 (lima belas) orang peserta dan pendukung. Peserta kegiatan FGD antara lain mewakili unsur: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK FGD TEMPAT PELAKSANAAN di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP *) apabila dari hasil FGD 1 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 1 dengan ketentuan yang sama dengan Pra- FGD Penyusunan RPKPP

143 Gambar 4-8 Contoh Peta Konsep Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas 125 Penyusunan RPKPP

144 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP Menyusun program berdasarkan pada konsep pembangunan yang telah disusun. Program penanganan dalam RPKPP disusun dengan mengacu dan mempertimbangkan program pembangunan yang dikeluarkan dalam dokumen SPPIP. 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM TUJUAN Mengidentifikasi program-program pembangunan yang diarahkan oleh SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas METODE Analisis isi LANGKAH Melakukan review kebijakan, strategi, dan program pembangunan yang terdapat dalam dokumen SPPIP pada kawasan permukiman prioritas RPKPP; Melakukan review terhadap program dan kegiatan yang ada dalam berbagai dokumen kebijakan terkait permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan terutama dokumen RPIJM; dan Melakukan pemetaan program pembangunan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP. OUTPUT Matriks program-program pembangunan yang diarahkan oleh SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas RPKPP DURASI 3 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua sampai dengan awal minggu 126 Penyusunan RPKPP

145 pertama bulan ketiga (pada tiga minggu pertama dilakukan secara pararel dengan kegiatan Identifikasi Kebutuhan Penanganan Kawasan dan kegiatan Penyusunan Konsep Pembangunan Kawasan) 127 Penyusunan RPKPP

146 3.4 PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM Penyusunan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman ini dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif (CPA) pada kawasan prioritas. Rencana aksi program yang dihasilkan meliputi permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan maupun komponen sektor terkait lainnya, dan disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional (jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi, dan pelaku) 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 3.2 PENYUSUNAN KONSEP KAWASAN O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM PRA FGD PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN TUJUAN Menyusun rencana aksi penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku METODE Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, pendekatan partisipatif (CPA), dan FGD LANGKAH Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan masyarakat untuk turut terlibat dalam proses perencanaan; 128 Penyusunan RPKPP

147 Mengidentifikasi kebutuhan penanganan di lokasi perencanaan tahap pertama dengan melakukan diskusi partisipatif dengan pemangku kepentingan dan masyarakat setempat; Menyusun dan memilih komponen yang akan dibangun, melalui beberapa kriteria, yaitu : - Komponen yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. - Komponen yang akan dibangun harus memberikan dampak nyata terhadap perbaikan lingkungan. - Komponen yang akan dibangun terlihat jelas secara visual untuk memberikan dorongan moril bagi masyarakat maupun pemerintah bahwa penataan lingkungan akan memberikan dampak positif bagi lingkungan dan manusianya. - Komponen yang akan dibangun mudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada dalam tanah/lahan yang disengketakan. - Komponen yang akan dibangun dapat tercukupi oleh pembiayaan yang telah disediakan. Melakukan Pra-FGD 2 dengan pemangku kepentingan terkait untuk membahas hasil-hasil identifikasi kebutuhan pada kawasan permukiman prioritas yang kemudian disusun dalam rencana aksi program (Box 4-4) OUTPUT Matriks rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan permukiman prioritas RPKPP (Tabel 4-2) DURASI 3 minggu terhitung dari minggu kedua bulan ketiga 129 Penyusunan RPKPP

148 Box 4-4 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-GD 2 TUJUAN Untuk membahas hasil-hasil identifikasi kebutuhan pada kawasan permukiman prioritas yang kemudian disusun dalam rencana aksi program pada kawasan prioritas RPKPP PENYELENGGARA PESERTA DAN PENDUKUNG Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Kegiatan Pra-FGD melibatkan keseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP 130 Penyusunan RPKPP

149 3.5 PENYUSUNAN TAHAPAN PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN Rencana aksi program yang telah disusun perlu diidentifikasi prioritas dan tahapan penanganannya sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga dapat operasional pada saat penerapannya. Hasil dari pentahapan ini akan menjadi input bagi peyusunan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1. PRA FGD PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 3.5 PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN O PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 FGD 2 Perumusan Rencana Aksi Program TUJUAN Mengidentifikasi prioritas program pembangunan kawasan permukiman prioritas RPKPP; dan Menyusun tahapan pelaksanaan pembangunan berdasarkan pada prioritas program pembangunan yang disusun METODE Analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, FGD, analisis skoring LANGKAH Mengidentifikasi prioritas penanganan berdasarkan pada kesepakatan pemangku kepentingan kabupaten/kota; Menyusun tahapan penanganan berdasarkan sumber daya pembiayaan dan kemungkinan penerapannya; dan Melakukan FGD 2 dengan pemangku kepentingan terkait untuk kesepakatan rencana aksi program berikut dengan tahapan pelaksanaannya OUTPUT Matriks tahapan pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur 131 Penyusunan RPKPP

150 permukiman perkotaan; dan Berita acara kesepakatan tentang rencana aksi program penanaganan kawasan permukiman prioritas DURASI 3 minggu Box 4-5 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 2 *) TUJUAN Untuk mendapatkan kesepakatan dari semua stakeholder mengenai rencana aksi program pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan prioritas RPKPP berikut dengan tahapan pelaksanaannya PENYELENGGARA PESERTA DAN PENDUKUNG Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Setiap kegiatan FGD melibatkan 15 (lima belas) orang peserta dan pendukung. Peserta kegiatan FGD antara lain mewakili unsur: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung meliputi: Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga Ahli Pendamping WAKTU Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK FGD TEMPAT PELAKSANAAN di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP *) apabila dari hasil FGD 2 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 2 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD Penyusunan RPKPP

151 4 PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN PENGEMBANGAN TAHAP 1 Kegiatan perumusan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 merupakan kegiatan untuk mendetailkan rencana aksi program ke dalam rencana penanganan untuk sub kawasan yang dipilih untuk pengembangan tahap pertama. Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 meliputi 5 (lima) sub kegiatan, yaitu: perumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan pengembangan tahap 1; penentuan kawasan pengembangan tahap 1; perumusan konsep pembangunan kawasan pembangunan kawasan pengembangan tahap 1; penyusunan rencana pembangunan kawasan pengembangan tahap 1; dan penyusunan rencana detail desain (DED) kawasan. Akumulasi dari output rangkaian rangkaian kegiatan perumusan rencana aksi program dan perumusan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 ini nantinya akan menjadi output akhir dari kegiatan. Dari sisi waktu, rangkaian kegiatan perumusan rencana aksi program dan perumusan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 akan diselenggarakan selama jangka waktu 3,5 (tiga setengah) bulan terhitung dari kegiatan perumusan rencana aksi program selesai dilakukan. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan dalam lingkup perumusan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 dapat dilihat pada Gambar Penyusunan RPKPP

152 TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) SOSIALISASI 3.3 IDENTIFIKASI PROGRAM PENANGANAN BERDASARKAN ARAHAN SPPIP 4.1 PERUMUSAN KRITERIA & INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 KEGIATAN PENYUSUNAN O PERUMUSAN RENCANA AKSI PROGRAM 4.2 PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O PERUMUSAN KONSEP KAWASAN TAHAP PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN O PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP PENYUSUNAN RENCANA DETAIL DESAIN (DED) KAWASAN 5.1 PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI PROGRAM DAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN 4 TAHAP 1 5 FINALISASI DAN SOSIALISASI KEGIATAN DISKUSI FGD 2 Perumusan Rencana Aksi Program PRA FGD 2 DISKUSI PARTISIPATIF PRA FGD 2 FGD 3 Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap 1 KOLOKIUM KONSULTASI PUBLIK DISEMINASI O-6 O-7 Gambar 4-9 Rangkaian Kegiatan Penyusunan Untuk Lingkup Kegiatan Perumusan Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Penyusunan RPKPP

153 4.1 PERUMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 Penentuan kawasan pembangunan tahap 1 didasarkan pada penilaian terhadap kriteria dan indikator yang dirumuskan dengan mempertimbangkan kebijakan dan strategi yang terkait serta kesepakatan pemangku kepentingan. Kriteria dan indikator yang dirumuskan ini nantinya menjadi dasar dalam proses penentuan kawasan pembangunan tahap PERUMUSAN KRITERIA & INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O-5 TUJUAN Merumuskan kriteria dan indikator penentuan kawasan pembangunan tahap 1 METODE Analisis kawasan, diskusi LANGKAH OUTPUT DURASI Melakukan kajian terhadap lokasi kawasan permukiman prioritas yang telah ditetapkan ; Melakukan kajian terhadap kebijakan dan strategi penanganan kawasan prioritas; dan Merumuskan kriteria dan indikator penentuan kawasan pembangunan tahap 1 Tabel kriteria dan indikator penentuan kawasan pembangunan tahap 1 (Lihat Tabel 4.6) 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan keempat 135 Penyusunan RPKPP

154 Tabel 4-6 Contoh Kriteria dan Indikator Penentuan Kawasan Pembangunan Tahap 1 KRITERIA Urgenitas terhadap penanganan akar permasalahan kawasan Jaminan keberlanjutan program dan penuntasan masalah Berpotensi untuk menjadi pilot project dalam skala kawasan dan kota INDIKATOR Mempunyai korelasi positif terhadap penanganan akar permasalahan Sesuai dengan tahapan penanganan akar permasalahan kawasan Mempunyai implikasi positif terhadap lokasi lainnya Potensi konflik rendah (konflik lahan, konflik sosial, dsb) Dukungan kelembagaan masyarakat Historical kawasan Keluwesan dalam penyusunan rencana aksi Keragaman penanganan infrastruktur permukiman perkotaan Aspek yang ditangani secara menyeluruh (fisik sosial, ekonomi) Model penanganan dapat direplikasikan pada lokasi lain (best practice) 136 Penyusunan RPKPP

155 4.2 PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 Pemilihan kawasan pembangunan tahap 1 di dalam kawasan permukiman prioritas RPKPP didasarkan pada proses identifikasi, penetapan kebutuhan dan penetapan skala prioritas penanganan dan pembangunan pada kawasan prioritas RPKPP. Pada kawasan pengembangan tahap pertama ini dilakukan penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan operasional, dengan tingkat kedalaman skala perencanaan 1 : PERUMUSAN KRITERIA & INDIKATOR PENENTUAN KAWASAN TAHAP PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O PERUMUSAN KONSEP KAWASAN TAHAP 1 TUJUAN Menentukan kawasan pembangunan tahap pertama yang akan direncanakan secara lebih rinci dan operasional METODE Analisis kawasan, diskusi, dan pendekatan partisipatif (CPA) LANGKAH Melakukan kajian terhadap lokasi kawasan permukiman prioritas RPKPP yang telah ditetapkan; Menentukan zona-zona perencanaan dalam kawasan permukiman prioritas RPKPP, untuk pentahapan pembangunan; Menentukan tahapan pembangunan per zona, penentuan tahapan pembangunan per zona ini dapat didasarkan pada : - Skala prioritas kebutuhan penanganan berdasarkan kriteria dan indikator yang ditetapkan sebelumnya - Aspek fisik terkait dengan teknis 137 Penyusunan RPKPP

156 pembangunan - Aspek pembiayaan - Aspek sosial yaitu kesiapan masyarakat pada kawasan yang akan direncanakan Menentukan 2 lokasi kawasan pengembangan tahap pertama untuk direncanakan secara lebih rinci dan operasional; dan Menyelenggarakan diskusi partisipatif dengan pemangku kepentingan kawasan dalam penentuan kawasan pengembangan tahap 1 OUTPUT 2 kawasan di dalam kawasan permukiman prioritas RPKPP yang akan dilakukan penanganan dan pembangunannya pada tahap pertama DURASI 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan keempat 138 Penyusunan RPKPP

157 4.3 PENYUSUNAN KONSEP PENANGANAN KAWASAN TAHAP 1 Konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 ini dilakukan untuk memberikan gambaran imajiner untuk penanganan kawasan pembangunan tahap 1. Konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 ini akan menjadi dasar bagi penyusunan rencana penanganannya dan DED Kawasan. 4.2 PENENTUAN KAWASAN TAHAP 1 O PERUMUSAN KONSEP KAWASAN TAHAP PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 TUJUAN Merumuskan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 METODE Desk Study, diskusi, analisis pentahapan program (staging analisys) LANGKAH Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan pembangunan tahap 1; dan Merumuskan konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1. OUTPUT Konsep penanganan kawasan pembangunan tahap 1 berdasarkan pada kebutuhan yang telah dirumuskan (Gambar 4-10) DURASI 2 minggu terhitung dari awal bulan kelima 139 Penyusunan RPKPP

158 Gambar 4-10 Contoh Konsep Penanganan Tahap Penyusunan RPKPP

159 4.4 PENYUSUNAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN TAHAP 1 Penerjemahan konsep penanganan kawasan ke dalam rencana penanganan yang lebih terukur baik lokasi, besaran/volume, maupun pembiayaannya sehingga dapat operasional pada saat penerapannya. Rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 ini akan menjadi dasar dalam penyusunan DED kawasan. 4.3 PERUMUSAN KONSEP KAWASAN TAHAP PERUMUSAN TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM PERMUKIMAN O PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 O PENYUSUNAN RENCANA DETAIL DESAIN (DED) KAWASAN PRA FGD 3 FGD 3 Penyusunan Rencana Penanganan Kawasan Pengembangan Tahap PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI PROGRAM DAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 TUJUAN Merumuskan rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 yang operasional METODE Desk study, diskusi, analisis pentahapan program (staging analisys) LANGKAH Menerjemahkan konsep penanganan ke dalam rencana penanganan; Melakukan pengecekan lapangan terkait dengan rencana penanganan; Menyelenggarakan Pra-FGD 3 untuk menyusun rencana penanganan pembangunan kawasan pembangunan tahap 1 (Box 4-6); dan Menyelenggarakan FGD 3 untuk pembahasan dan penyepakatan rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 (Box 4-7); OUTPUT Rencana penanganan kawasan pembangunan tahap 1 yang diterjemahkan dalam Tabel 4.3; dan Berita acara kesepakatan tentang 141 Penyusunan RPKPP

160 rencana penanganan kawasan pengembangan tahap 1 DURASI 2 minggu Box 4-6 Ketentuan Penyelenggaraan Pra-FGD 3 TUJUAN Untuk untuk menyusun rencana penanganan pembangunan kawasan pembangunan tahap 1 PENYELENGGARA PESERTA DAN PENDUKUNG Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) Kegiatan Pra-FGD melibatkan keseluruhan anggota Pokjanis dan tenaga ahli pendukung WAKTU Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK Diskusi TEMPAT PELAKSANAAN di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP Box 4-7 Ketentuan Penyelenggaraan FGD 3 *) TUJUAN Untuk mendapatkan kesepakatan dari semua stakeholder mengenai rencana penanganan pada kawasan pembangunan tahap 1 PENYELENGGARA Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) PESERTA DAN PENDUKUNG Setiap kegiatan FGD melibatkan 15 (lima belas) orang peserta dan pendukung. Peserta kegiatan FGD antara lain mewakili unsur: Dinas/instansi tingkat kabupaten/kota yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan Akademisi Tokoh Masyarakat Pendukung kegiatan FGD ini antara lain mewakili unsur: Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi infrastruktur permukiman, permukiman, dan perencanaan 142 Penyusunan RPKPP

161 Tim Teknis Provinsi Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman Tenaga ahli pendamping WAKTU Minimal 1 hari dengan waktu yang disesuaikan dengan rencana kerja yang disusun BENTUK FGD TEMPAT PELAKSANAAN di kabupaten/kota tempat penyusunan RPKPP *) apabila dari hasil FGD 3 belum berhasil mendapatkan kesepakatan dan/atau masih diperlukan diskusi lebih lanjut, maka dapat diselenggarakan Paska-FGD 3 dengan ketentuan yang sama dengan Pra-FGD Penyusunan RPKPP

162 4.5 PENYUSUNAN RENCANA TEKNIS RINCI Penyusunan Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering Design/DED) untuk komponen program pembangunan prioritas di dalam kawasan pembangunan tahap 1 yang meliputi infrastruktur permukiman perkotaan 4.4 PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 O PENYUSUNAN RENCANA DETAIL DESAIN (DED) KAWASAN 5.1 PENYEMPURNAAN RENCANA AKSI PROGRAM DAN RENCANA KAWASAN TAHAP 1 KONSULTASI PUBLIK TUJUAN Menyusun Rencana Teknis Rinci (DED) infrastruktur permukiman perkotaan pada kawasan pembangunan tahap pertama; dan Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan daftar kuantitas harga. METODE Survey lapangan (ground survey), desk study, studio. LANGKAH Menyiapkan gambar pra rencana berdasarkan rumusan program kegiatan untuk pembangunan kawasan secara keseluruhan. Gambar ini hanya memuat bentuk dan komponenkomponen fisik apa saja yang diperlukan dalam pembangunan kawasan, namun jumlah dan besarannya belum terinci; Melakukan ground check dan pengukuran yang mulai di sesuaikan dengan kebutuhan nyata di lapangan. Komponen rencana disusun ulang dan dilihat sejauh mana kemungkinan dapat dilaksanakan pembangunannya di lapangan. Pemilihan komponen yang 144 Penyusunan RPKPP

163 akan dibangun harus melalui beberapa kriteria, yaitu : - Komponen yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi pengembangan kawasan; - Komponen yang akan dibangun harus memberikan dampak nyata/manfaat terhadap perbaikan lingkungan yang ditata; - Komponen yang akan dibangun terlihat jelas secara visual untuk memberikan dorongan moril bagi masyarakat maupun pemerintah bahwa penataan lingkungan member dampak positif bagi lingkungan dan manusianya; - Komponen yang akan dibangun mudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak berada dalam tanah/lahan yang disengketakan Pembuatan site plan dan gambar kerja sebagai pendetailan komponen prioritas yang ditentukan. Gambar ini dibuat rinci sebagai acuan untuk pelaksanaan di lapangan; Penghitungan volume pekerjaan dan RAB; Mengikuti kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Direktorat Pengembangan Permukiman dengan memperhatikan ketentuan yang ada (Box 4-9 ); dan Menyelenggarakan konsultasi kepada calon penerima manfaat penyusunan RPKPP untuk penjaringan masukan terhadap muatan RPKPP (Box 4-10) OUTPUT Site Plan kawasan pembangunan tahap pertama yang disusun dengan memperhatikan berbagai acuan yang ada (Box 4-8); Gambar kerja/detail design yang implementatif (Gambar 4-11); Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dari paket-paket pekerjaan tersebut diatas 145 Penyusunan RPKPP

164 (OE); dan Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun (Gambar 4-14). DURASI 8 minggu / 2 bulan terhitung dari awal bulan keenam sampai dengan bulan ketujuh Box 4-8 Acuan Yang Dapat Digunakan Dalam Penyusunan Rencana Teknis Kawasan Penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi : Rencana Induk Kawasan, standar teknis bidang ini antara lain: SNI dan Pt T C untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha). Studi Kelayakan Kawasan, Standar teknis bidang ini antara lain: sesuai AB-K/RE-SK/TC/001/98 Standar teknis penanganan jalan kawasan, SNI , SNI , SNI Standar teknis penyediaan prasarana drainase, SNI dan SNI Standar teknis bidang sarana air minum: AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98. Standar teknis bidang pengelolaan Air Limbah, SNI , PTT C dan PTS C Standar teknis bidang Pengelolaan sampah kawasan, SNI dan SNI dan SNI sesuai PTS C dan PTS C Standar teknis bidang kelistrikan,sni Standar teknis bidang RTH, 009/T/BT/1995 Standar Teknis Penyusunan Analisa Biaya Komponen DED Standar teknis bidang antara lain: SNI Tahun 2007 tentang Analisa Harga Satuan Pekerjaan, Analisa BOW. 146 Penyusunan RPKPP

165 Gambar4-11 Contoh Rencana Detail Desain 147 Penyusunan RPKPP

166 Gambar 4-12 Contoh Ilustrasi 3D Rencana Penanganan Kawasan Pembangunan Tahap Penyusunan RPKPP

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang

01 PENDAHULUAN. bab. 1.1 Latar Belakang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM bab 01 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan;

1.1 Latar Belakang. pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; BAB 1 PENDAHULUAN pembangunan komponen-komponen permukiman seringkali tidak terselenggara secara terpadu dan berkelanjutan; belum terdapatnya strategi khusus infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan

Lebih terperinci

sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi

sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi Berdasarkan penyelenggaraan sosialisasi putaran 2 di Kota Semarang ini, terutamanya pada sesi desk, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kota/kabupaten telah menunjukkan kesiapan dari sisi administrasi

Lebih terperinci

----- LAPORAN BULANAN -----

----- LAPORAN BULANAN ----- ----- LAPORAN BULANAN ----- STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DI KOTA KEDIRI PEKERJAAN Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di Kota Kediri

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I

Kota Nabire, JUNI 2012 TIM PENYUSUN 1 P E N Y U S U N A N S P P I P K A B. N A B I R E L A P O R A N B U L A N J U N I PUJI SYUKUR kehadirat TUHAN YME atas tersusunnya laporan bulanan keempat kegiatan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Nabire. Sesuai dengan yang diwajibkan dalam

Lebih terperinci

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) merupakan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. dan berkelanjutan; (kabupaten/kota). pertimbangan, yaitu: arahan yang jelas selaras dengan arah p

1.1 Latar Belakang. dan berkelanjutan; (kabupaten/kota). pertimbangan, yaitu: arahan yang jelas selaras dengan arah p BAB 1 PENDAHULUAN pembangunan komponen-komponen p dan berkelanjutan; belum terdapatnya strategi khusus pem terintegrasi dengan penataan ruang dan terdapatnya tumpang tindih kebija permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN SPPIP FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN FORM 1.1S : MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI SPPIP Kegiatan : Sosialisasi Peserta : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. berkelanjutan; (kabupaten/kota). pertimbangan, yaitu:

1.1 Latar Belakang. berkelanjutan; (kabupaten/kota). pertimbangan, yaitu: BAB 1 PENDAHULUAN pembangunan komponendan berkelanjutan; belum terdapatnya strateg terintegrasi dengan penata terdapatnya tumpang t permasalahan pembangun (kabupaten/kota). Berdasarkan pertimbangan, yaitu:

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN KEGIATAN PERDESAAN POTENSIAL DUKUNGAN INFRASTRUKTUR KE-CIPTA KARYA-AN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MINAPOLITAN RAPAT KOORDINASI MINAPOLITAN TAHUN 2014 BATAM 21 23 SEPTEMBER 2014 DIREKTORAT PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

Laporan Bulanan Ke 6. ( 2 November 29 November 2012 ) Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP

Laporan Bulanan Ke 6. ( 2 November 29 November 2012 ) Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP Penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan SPPIP Kabupaten Polewali Mandar Laporan Bulanan Ke 6 ( 2 November 29 November 2012 ) Kata Pengantar Laporan Bulanan Ke- 6 ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2036. RUPM berfungsi untuk mensinergikan & mengoperasionalisasikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP

FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM PEMANTAUAN PENYUSUNAN RPKPP FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN Form 1.1R MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI RPKPP Kegiatan : Sosialisasi Peserta : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Bab I tediri dari ; Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Ruang Lingkup, Kedudukan Dokumen RP2KPKP dalam Kerangka Pembangunan Kota Medan dan Sistematika Pembahasan 1.1. Latar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: KETERANGAN PELAKSANAAN DESK Masing masing kabupaten/ kota akan diberikan waktu menit untuk menyampaikan hasil penyusunan RP2KP.

LAMPIRAN 1: KETERANGAN PELAKSANAAN DESK Masing masing kabupaten/ kota akan diberikan waktu menit untuk menyampaikan hasil penyusunan RP2KP. LAMPIRAN 1: KETERANGAN PELAKSANAAN DESK Masing masing kabupaten/ kota akan diberikan waktu 15-20 menit untuk menyampaikan hasil penyusunan RP2KP. Materi yang disampaikan pada desk minimal adalah sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi

LAPORAN AKHIR. Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan Kota Sungai Penuh Propinsi Jambi Dokumen Laporan Akhir ini merupakan laporan terakhir dari beberapa laporan lainnya yang pernah dibuat dalam Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN PANDUAN PERENCANAAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KATA PENGANTAR Pemerintah melakukan upaya penyelenggaraan kawasan permukiman sesuai amanat UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

CATATAN KOLOKIUM NON-SUBSTANSI

CATATAN KOLOKIUM NON-SUBSTANSI NON-SUBSTANSI Proses Penyusunan Di beberapa kota/kabupaten masih terdapat proses diskusi yang digabungkan, sehingga hasil yang dicapai kurang optimal Proses diskusi dalam bentuk FGD ataupun diskusi partisipatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN

A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN A. FORM MONITORING DAN EVALUASI DALAM LINGKUP KEGIATAN PERSIAPAN 1. Form 1-1 MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN SOSIALISASI 2. Form 1-2 MONITORING DAN EVALUASI KEIKUTSERTAAN DALAM KONSOLIDASI TINGKAT PROVINSI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang    Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Kendari adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PORAN BULANAN LAP STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN. (SPPIP) di DI KOTA KEDIRI

PORAN BULANAN LAP STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN. (SPPIP) di DI KOTA KEDIRI ----- LAP PORAN BULANAN ----- STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DI KOTA KEDIRI PEKERJAAN KONSULTAN PERIODE Strategi Pembangunan Permukiman Dan Infrastruktur Perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu

Lebih terperinci

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dinamika dan perkembangan sistem pemerintahan mengalami perubahan yang sangat pesat sejalan dengan perubahan paradigma yang berkembang di masyarakat. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014

PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 PENJELASAN MEKANISME PENYUSUNAN Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman SEMARANG, 5 JUNI 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERA CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Akhir Sementara ini.

Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Akhir Sementara ini. Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Laporan Akhir Sementara untuk kegiatan Kota Kediri terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Buku Laporan Akhir Sementara ini

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci