Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1)

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Metode Make A Match Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Surah Al-Qodr dan Al- Alaq Ayat 1-5 Di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Awang Besar Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah H. Abdul Aziz * Sekolah Dasar Negeri 2 Awang Besar Barabai Hulu Sungai Tengah Terima: Revisi: Terbit Daring: Abstrak Penelitian ini bermula dari kajian awal lemahnya proses pembelajaran pada salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar pada pembahasan materi Surah Al-Qodr dan Al- Alaq ayat 1-5 yang mana dibuktikan dengan tidak tercapainya kriteria yang ditetapkan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 hanya 57,9% siswa dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan (nilai 70 atau lebih mencapai 85%), hal ini karena guru lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan/ceramah dan siswa mendengarkan serta mencatat. Komunikasi satu arah ini membuat pembelajaran terpusat pada apa yang disampaikan oleh guru dan cenderung hanya menekankan pada kemampuan intelektual dan kurang menekankan segi yang lain. Pembelajaran masih bersifat teacher centered bukan student centered. Guru juga belum menerapkan berbagai model pembelajaran, sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru, siswa cenderung pasif meskipun ada materi yang belum jelas baginya. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi dan dokumenter. Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: Pertama, aktivitas guru mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I mencapai skor 63 kategori cukup dan pada siklus II meningkat mencapai skor 85 kategori baik. Kedua, aktivitas siswa mengalami peningkatan, yaitu pada siklus I hanya mencapai 33,3% dari aktivitas siswa yang dapat terlaksana dan pada siklus II meningkat mencapai 100% (seluruhnya terlaksana). Ketiga, hasil belajar siswa juga menunjukkan peningkatan, yaitu pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 62,5% dan siklus II mencapai 100% dengan rata-rata nilai mencapai 85, Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: hasil belajar, Pendidikan Agama Islam, cooperative learning, make a match * Korespondensi. H. Abdul Aziz: h.abdul.aziz@gmail.com

2 54 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1) Pendahuluan Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif, karena iklim belajar yang tidak kondisif dapat berdampak negatif terhadap proses pembelajaran karena dapat menyebabkan siswa merasa jenuh, bosan, kehilangan konsentrasi, gelisah, dan resah yang pada akhirnya dapat menghalangi tercapainya tujuan pembelajaran. Sebaliknya, iklim belajar yang kondusif dapat membuat siswa senang, bersemangat dan aktif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Upaya menciptakan iklim belajar yang kondusif, guru hendaknya mampu menggunakan peralatan yang lebih efesien dan tepat guna, mengoptimalkan kesiapan guru, juga pemilihan metode pembelajaran. Menurut Syaifurahman dan Ujiati, (2013:61), pembelajaran yang kita laksanakan di kelas-kelas dengan metode belajar yang sama dari hari ke hari, maka kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan baik bagi guru maupun siswa. Pembelajaran yang kita laksanakan terkadang menempatkan guru dan siswa dalam posisi tidak seimbang. Stigma pembelajaran lama tersebut yang merusak citra guru seperti yang dikemukakan oleh para ahli yang nyata-nyata membuat guru dan siswa tidak bergairah dalam belajar. Komsiyah (2012:21) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di kelas cenderung diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Seperti dalam prakteknya, lemahnya proses pembelajaran yang menjadi sorotan pada salah satu mata pelajaran di kelas yakni Pendidikan Agama Islam yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini berdasarkan data dokumentasi hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar pada tahun pelajaran 2015/2016 hanya 57,9% siswa dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan yaitu siswa yang mencapai nilai 70 atau lebih mencapai 85%, hal ini karena guru lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan serta mencatat. Komunikasi yang terjadi dalam proses ini umumnya satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga pembelajaran terpusat pada apa yang disampaikan oleh guru (teacher centered), cenderung hanya menekankan pada kemampuan intelektual dan kurang menekankan segi yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis peneliti di SD Negeri 2 Awang Besar, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini belum optimal. Pembelajaran masih bersifat teacher centered bukan student centered. Guru juga belum menerapkan berbagai model pembelajaran, sehingga siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru, siswa cenderung pasif meskipun ada materi yang belum jelas baginya. Satu cara yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Penerapan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap aktifitas dan hasil belajar siswa karena pusat pembelajaran bukan lagi terletak pada guru melainkan pusat pembelajaran pada siswa. Siswa bukan lagi sebagai objek dalam pembelajaran namun sebagai subjek pembelajaran. Penerapan model pembelajaran bertujuan melatih siswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model pembelajaran guru akan dapat mengembangkan keterampilan intelektual, sosial dan personal siswa, karena pembelajaran yang melibatkan siswa akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna sehingga diharapkan materi dapat tersampaikan dengan maksimal. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelas kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010:37). Salah satu metode kooperatif adalah metode make a match. Melalui metode make a match ini siswa diajak untuk belajar sambil bermain dengan saling menjodohkan kartu yang dimilikinya sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi lebih menarik dan siswa dapat menyukai pembelajaran serta dapat dengan mudah memahami isi materi yang disampaikan oleh guru, siswa menjadi lebih aktif dan terlatihuntuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan kritikan terhadap orang lain serta lebih kompetitif, sehingga diharapkan mampu mengoptimalkan hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan uraian di atas, dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar peneliti melakukan penelitian tindakan

3 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1) kelas dengan judul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Metode Make a Match pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Surah al-qodr dan al- Alaq ayat 1-5 di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Awang Besar Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 2. Metodologi Metodologi hendaknya dapat membawa peneliti ke arah pencapaian objektif penelitian yang telah dirumuskan (Dalle, 2010; Dalle & Baharuddin, 2017). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar yang beralamat di Desa Awang Besar, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (Ganjil) tahun pelajaran 2016/2017, yaitu: (1) Siklus I Pertemuan 1 pada hari Rabu tanggal 20 Juli 2016, (2) Siklus I Pertemuan 2 pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2016, (3) Siklus II Pertemuan 1 pada hari Rabu tanggal 03 Agustus 2016, dan (4) Siklus II Pertemuan 2 pada hari Rabu tanggal 10 Agustus Setiap siklus pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tahapan berikut: Perencanaan (Planning). Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pelaksanaan Tindakan (Action). Tindakan pada prinsipnya merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Pengamatan (Observing). Kegiatan pengamatan dilakukan oleh pengamat, yang dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Refleksi (Reflecting). Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peneliti selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan 8 orang siswa kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar, terdiri dari: 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi surah al-qodr dan al- Alaq 1-5 melalui penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan metode make a match di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun Pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui lembar evaluasi, lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa. Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi surah al-qodr dan al- Alaq 1-5, melalui tes tertulis pada akhir proses pembelajaran mencapai: Daya Serap Perorangan (Individual): Seorang siswa telah tuntas belajar apabila mencapai skor 70 atau lebih. Secara Klasikal, dalam suatu kelas telah tuntas belajar apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 atau lebih mencapai 85%. 3. Hasil dan Pembahasan Aktivitas guru dalam pembelajaran berdasarkan hasil penelitian selalu meningkat pada setiap pertemuannya. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Aktivitas Guru Uraian Skor Siklus I Siklus II Kategori Kurang Cukup Baik 2-85 Baik Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan pertama skor untuk aktivitas guru dalam pembelajaran adalah 50 kategori kurang dan siklus I pertemuan kedua meningkat, memperoleh skor 63 kategori cukup. Kemudian, pada siklus II pertemuan pertama memperoleh skor 77 kategori baik dan siklus II pertemuan kedua memperoleh skor 85 kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative Awang Besar, maka aktivitas guru dalam pembelajaran semakin meningkat atau dengan kata lain aspek aktivitas guru dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan sangat baik. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan hasil penelitian selalu meningkat pada setiap

4 56 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1)-2018 pertemuannya. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Aktivitas Siswa Uraian Persentase Ketercapaian Siklus I 33,3% 58,3% - - Siklus II ,3% 100% Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan pertama hanya 4 aspek (33,3%) aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat terlaksana dan pada siklus I pertemuan kedua persentase keterlaksanaan dari aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai 58,3%, terdapat 5 aspek yang belum terlaksana maksimal yaitu aspek siswa menyimak dengan baik materi pembelajaran yang disampaikan guru, aspek siswa menyimak dengan baik tata cara pelaksanaan pembelajaran dengan metode make a match, aspek siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode make a match, aspek siswa aktif mengajukan pertanyaan, dan aspek siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik. Kemudian, Pada siklus II pertemuan pertama mengalami peningkatan, persentase keterlaksanaan dari aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai 83,3% menyisakan 2 aspek yang belum terlaksana dengan maksimal yaitu aspek siswa aktif mengajukan pertanyaan dan aspek siswa mengerjakan soal evalusi dengan baik. Selanjutnya, pada siklus II pertemuan kedua seluruh (100%) aspek dari aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dapat terlaksana. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative Awang Besar, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran semakin meningkat atau dengan kata lain aspek aktivitas siswa yang diharapkan dalam pembelajaran dapat terlaksana. Hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning metode make a match pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi surah al-qodr dan al- Alaq ayat 1-5 di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar meningkat pada setiap pertemuannya. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel berikut. Uraian Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Persentase Ketuntasan Siklus I 62,5% 75% - - Siklus II ,5% 100% Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan di setiap pertemuannya, yaitu pada siklus I pertemuan pertama siswa yang tuntas hanya 62,5% dan pada siklus I pertemuan kedua siswa yang tuntas mencapai 75%%, kemudian pada siklus II pertemuan pertama siswa yang tuntas mencapai 87,5% dan siklus II pertemuan kedua siswa yang tuntas mencapai 100%. Dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan metode make a match pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi surah al-qodr dan al- Alaq ayat 1-5 di kelas VI SD Negeri 2 Awang Besar, maka hasil belajar siswa semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative Awang Besar Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat diterima.simpulan dan Saran 4. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa melalui penerapan model pembelajaran cooperative Awang Besar, maka (1) Aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat, (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat, (3) Hasil belajar siswa meningkat. Disarnkan (1) Bagi pengawas diharapkan dapat mensosialisasikan kepada guru-guru untuk menerapkan model dan metode yang menarik dan bervariasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam; (2) Bagi kepala sekolah dengan diadakanya penelitian ini diharapkan agar kepala sekolah dapat memotivasi para guru, tidak hanya menerapkan model pembelajaran cooperative learning dengan

5 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1) metode make a make tetapi juga dengan metode lainnya yang menarik agar siswa aktif; dan (3) Bagi guru hendaknya dapat menerapkan tidak hanya model pembelajaran cooperatif learning dengan metode make a match tetapi dengan metode lainnya, atau dapat pula menerapkan model pembelajaran selain cooperatif learning yang sesuai dengan materi yang disampaikan agar siswa tertarik dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Daftar Rujukan Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2009). Penelitian tindakan. Jakarta: Rineka Cipta Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Dalle, J., & Baharuddin. (2017). Interactive courseware for supporting learners competency in practical skills. Turkish Online Journal of Educational Technology. 16(3) Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni, & Arif, M. (2008). Model-model pembelajaran mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Komsiyah, I. (2012). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Teras Lie, A. (2008). Cooperative learning. Jakarta: PT. Grasindo. Purwanto. (2008). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohmah, N. (2012). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Teras. Rusman. (2011). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers. Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press. Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran Inovatif. Surabaya: Yuma Pustaka. Sunarto, & Hartono, A. (2008). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta. Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Syaifurahman, & Ujiati, T. (2013). Manajemen dalam pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks. Tafsir, A. (2005). Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. (2010). Mengembangkan model pembelajaran tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Uno, H. B., & Nurdin, M. (2011). Belajar dengan pendekatan PAIKEM; pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Yusuf L.N., Syamsu., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan peserta didik; mata kuliah dasar profesi (mkdp) bagi para mahasiswa calon guru di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (lptk). Jakarta: Rajawali Press.

6 58 Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1)-2018