PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIK"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VISUALIZATION AUDITORY KINESTETIK (VAK) UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 4 GOMBONG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Tri Yani NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2017 i

2 ii

3 iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Berdoa dan berusaha adalah solusi tepat untuk meraih sukses Tanpa teman seseorang tak akan hidup, meski memiliki segalanya Hidup adalah saling berbagi PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk. Benteng hidupku (Suami), yang senantiasa mendampingiku dengan penuh kasih sayangnya, Ayah dan ibuku yang selalu berdoa untuk keberhasilanku Keluarga Besar SMPN 4 Gombong yang selalu menantikan kelulusannku. Pak Eko Stetyadi dan Pak Ashari yang rela membimbingku di sela-sela kesibukan beliau berdua.. Anaku tersayang Azril Alfarizi yang menjadi penyemangat hidupku iv

5 v

6 PRAKATA Alhamdulillahirobbil alamin,puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) Untuk meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 4 Gombong Tahun Pelajaran 2016/2017 Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang selalu bersemangat dan istiqomah memperjuangkan agama Allah hingga akhir nanti. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak akan pernah lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan, saran, serta doa dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Yuli Widiyono, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 2. Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si.,selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan persetujuan dalam penelitian ini, sekaligus Dosen Pembimbing I yang selau memberikan bimbingan dan pengarahan. 3. Drs. Ashari, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. vi

7 vii

8 ABSTRAK Tri Yani Penerapan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa SMP Negeri 4 Gombong tahun pelajaran 2016/2017 Skripsi Progam Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini antara bertujuan untuk 1). Untuk meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi Gaya peserta di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong, 2). Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Gaya pada kelas VIII G SMP Negeri 4 Penelitian dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dua siklus dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu menentukan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan melakukan pengamatan hasil tindakan dan melakukan refleksi dari pengamatan. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan minat belajar siswa dari hasil angket siklus pertama di peroleh 66 % sedangkan siklus ke dua diperoleh 73 %, demikian juga untuk hasil belajar siswa juga menunjukan peningkatan dari siklus pertama jika di dasarkan pada nilai rata-rata kelas menunjukan adanya peningkatan 7,31 dari nilai rata-rata pada siklus pertama 71,14 menjadi 78,45 pada sikus 2. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari jumlah 32 siswa pada siklus ke dua menunjukan 32 siswa telah 100 % tuntas, oleh karena itu,praktis tindakan siklus kedua di hentikan karena pembelajaran telah melampaui indicator yang telah di tentukan yakni nilai sudah di atas KKM. Kata kunci: minat, hasil belajar, Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DARTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori... 6 B. Tinjauan Pustaka C. Kerangka Berfikir D Hipotesis BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian D. Variabel Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian H.Teknik Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Tingkat Pendidikan Guru Pengalaman Mengajar Guru Kompetensi Mengajar Guru B. Analisis Data ix

10 C. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kriteria keterlaksanaan kegiatan siswa Tabel 2. Kriteria nilai hasil belajar Tabel 3. Kriteria Hasil persentase minat belajar siswa xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram perbandingan hasil tes awal dengan siklus I Gambar 2. Diagram perbandingan hasil rata-rata siklus I dengan siklus II. 54 Gambar 3. Diagram perbandingan hasil siklus I dan siklus II Gambar 4. Diagram perbandingan kesungguhan siswa siklus I dan siklus II xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Tes Awal Lampiran 2. Hasil Tes Siklus awal, siklus I dan siklus II Lampiran 3. Hasil observasi minat belajar siswa siklus I Lampiran 4. Lembar Observsasi terhadap guru Lampiran 5. Hasil angket minat belajar pra siklus Lampiran 6. Hasil angket tanggapan siswa Lampiran 7. Surat pernyataan validator Lampiran 8. Kisi kisi angket minat belajar siswa Lampiran 9. Silabus Lampiran 10. RPP Lampiran 11. Soal Lampiran 12. Lembar jawab siswa Lampiran 13. Foto-foto xiii

14 BABI PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Kurikulum pendidikan di Indonesia dalam jangka waktu tertentu berubah dari kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 (KTSP) dan kurikulum Tahun 2013 ini baru taraf uji coba penggunakan kurikulum 2013 karena belum semua sekolahan menggunakan kurikulum 2013 tetapi hanya sekolahsekolah tertentu yang ditunjuk menggunakan kurikulum Pada tahun 2015 nanti diharapkan sudah dapat melaksanakan kurikulum 2013 secara utuh. namun pada tahun pelajaran 2015/2016 pada semester genap untuk sekolah yang bukan sekolah ditunjuk sebagai sekolah piloting kembali menggunakan kurikulum 2006 yang sering disebut KTSP. Perubahan kurikulum tersebut didasarkan pada penyesuaian perkembangan jaman dan penyempurnaan dari kurikulum tahun sebelumnya. SMP Negeri 4 Gombong ssalah satu yang kembali menggunakan kurikulum 2006 karena masih dirasakan berat oleh bapak/ibu guru khususnya yang sudah menggunakan kurikulum 2013, baik dari segi pembelajaran, metode yang di gunakan dan juga penilaian. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik terutama pada fisika. Kesulitan kesulitan tersebut terdengar dari beberapa pendapat yang dilontarkan peserta didik. Selain dari itu dari hasil belajaran pada ulangan akhir semester 1 menunjukan nilainya rendah secara klasikal ketuntasan baru mencapai 68,00 % ( untuk tuntas secara klasikal 1

15 seharusnya minimal 85% ) dan peserta didik yang tuntas baru 121 peserta didik dari 178. Hasil yang didapat masih banyak belum memenuhi KKM yang ditentukan. KKM IPA di SMP Negeri 4 Gombong yakni 75. Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 4 Gombong adalah menggunakan diskusi informasi. Diskusi dilaksanakan secara kelompok besar atau klasikal dalam kelas yang dipandu guru pengampu dikelas VIII, Metode dengan diskusi informasi secara klasikal belum maksimal untuk dapat mengaktifkan peserta didik. Metode ini akan mengaktifkan peserta didik yang sudah pandai dan yang belum pandai akan semakin kurang aktif, di samping itu hal yang sulit untuk mengintegrasikan konsep mata pelajaran yang diajarkan kedalam nilai-nilai karakter bangsa dan penguatan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari hal tersebut diatas maka rendahnya hasil belajar IPA dimungkinkan karena: metode yang monoton sehingga membosannya,diskusi informasi secara klasikal tidak semua peserta didik berani untuk aktif. Berdasarkan uraian di atas, agar pembelajaran IPA menyenangkan, siswa aktif, termotivasi, berminat dan perhatian, komunikatif, dan antusias terhadap mata pelajaran IPA maka guru perlu mengadakan terobosan-terobosan baru dalam hal metode atau teknik yang dapat mengubah sikap dan pandangan peserta didik terhadap mata pelajaran IPA sehingga timbullah rasa senang belajar IPA dari peserta didik yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajarnya. Peneliti perlu melakukan terobosan baru dalam proses pembelajaran khususnya dalam hal mampu menemukan metode yang pas dan tepat untuk 2

16 melaksanakan proses pembelajaran agar aspek pemahaman dan penguasaan konsep dapat berhasil melebihi KKM yang dicanangkan oleh pihak sekolah.hal ini perlu dilakukan karena untuk mengubah sikap peserta didik yang tidak termotivasi mempelajari IPA sehingga menjadi berminat untuk belajar IPA, sehingga akan berdampak meningkatnya hasil atau nilai IPA. Selama ini di SMP Negeri 4 Gombong pada kenyataannya minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran IPA khususnya, masih rendah bahkan masih kelihatan masa bodoh terhadap mata pelajaran IPA yang akibatnya berdampak pada rendahnya juga perolehan hasil atau nilai IPA, sementara guru dan institusi berharap agar akhir proses pembelajaran terjadi peningkatan hasil. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti menggunakan model pembelajaran Visualization Auditory Kinestetik (VAK) supaya dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Minat belajar mata pelajaran IPA yang masih rendah. 2. Hasil belajar mata pelajaran IPA masih rendah. 3. Upaya meningkatkan minat belajar dan hasil belajar mata pelajaran IPAdengan menerapkan motode Visualization Audiotory Kinestetik(VAK). 3

17 C. Pembatasan Masalah Penelitian ini agar lebih terfokus dan tidak menyimpang dari pembahasan maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Materi IPA dalam pokok bahasan Gaya melalui Metode PembelajaranVisualization Audiotory Kinestetik (VAK). 2. Minat belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi Gaya pada peserta didik kelas VIII G tahun pelajaran 2016/ Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi Gaya pada peserta didik kelas VIII G tahun pelajaran 2016/2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Penerapan Model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi Gaya di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong? 2. Bagaimana penerapan Model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Gaya di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong? 4

18 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini antara lain 1. Untuk meningkatkan minat belajar peserta didik pada materi Gaya peserta di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Gaya padadi kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Dapat meningkatkanminat belajar peserta didik pada materi Gaya padadi kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong. 2. Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Gaya di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong. 5

19 BAB II KAJIANTEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi, menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah, menganalisis. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya. Belajar menurut Sardiman A.M (2011: 22) bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik. Aktifitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar interaksi guru dan peserta didik dengan tujuan supaya hasilnya akan tersimpan lebih tahan lama dimemori peserta didik. 6

20 Kegiatan atau aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas, tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi ada beberapa macam kegiatan (aktifitas) siswa menurut Nasution, (2004: 9) antara lain: a. Visual Activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan. b. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dan lain sebagainya. c. Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan lain sebagainya. d. Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya. e. Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, grafik, pola dan sebagainya. f. Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat kontrusi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. g. Mental Activities seperti mengingat, menanggap, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. h. Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu, dan sebagainya. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan atau aktivitas siswa sesuai dengan karakteristiknya. 7

21 Klasifikasi aktivitas belajar dari Nasution di atas, menunjukan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Keadaan dimana siswa melaksanakan aktivitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar. Dari berbagai indikator di atas, dapat diambil suatu kesimpulan yang menunjukan siswa dikatakan aktif atau tidakdalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan keaktifan siswa yang terwujud melalui indicator keaktifan yang dikemukakan oleh Nasution seperti visualactivities (membaca, memperhatikan gambar demonstrasi), oral activities (bertanya, memberi saran), listening activities (mendengarkan diskusi),writing activities (menulis, menyalin), drawing activities (membuat petadiagram), mental activities (menjawab pertanyaan), emotional activities (bersemangat, merasa senang). 2. Hasil Belajar Belajar menurut Hamalik (2004:12) adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari belajar. Perubahan itu merupakan hasil belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar.hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dalam diri 8

22 peserta didik dan dari luar peserta didik. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu hasil belajar peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran. Sulistyowati (2007:22) menggolongkan hasil belajar ke dalam 3 ranah, yaitu: a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian. b. Ranah Afektif, berkenaan dengan hasil belajar sikap yang tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai tutor dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. c. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ranah psikomotoris dapat dilihat dari kegiatan atau aktivitas yang dilakukan peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung. Beberapa pengertian hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan dari belum bisa menjadi bias, dari belum tahu menjadi tahu. Peserta didik dikatakan paham terhadap konsep apabila peserta didik terbut bila diberi soal-soal 9

23 yang berkaitan dengan konsep tersebut bisa menjawab dengan benar sehingga hasil belajarnya baik. 3. Hakekat IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam Sainsyang berasal dari bahasa Inggris science dan di Indonesia dikenal dengan sebutan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sebenarnya adalah proses itu sendiri, dalam mengenal gejala di alam secara obyektif, logis dan sistematis, atau yang sering disebut sebagai cara pandang ilmiah. Cara pandang ini disebut sebagai metode ilmiah. Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. 4. Minat Belajar Minat belajar merupakan suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.minat akan mengarahkan tindakan seseorang terhadap sesuatu objek 10

24 atas dasar rasa senang atau tidak senang. Jadi perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat belajar Menurut Dewa Ketut Sukardi (1988:62) adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, prasangaka, cemas, takut, dan kecenderungankecenderungan lain yang bias mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. 5. Hasil Belajar IPA Hasil Belajar IPA, seperti yang dikemukakan oleh Sri Rumini, dkk. (1993: 60), Proses dan hasil belajar mengajar dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, yaitu faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar, dan faktor yang berasal dari luar individu tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran, faktorfaktor dari dalam individu berhubungan dengan kondisi fisik dan kecerdasan yang dimiliki. Faktor yang berasal dari luar individu dapat berkaitan dengan guru, model pembelajaran, dan lingkungan belajar individu lainnya. Petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 1996: 120), adalah: a) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus telah tercapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok. menurut peneliti hasil belajar IPA itu merupakan sesuatu yang diperoleh setelah siswa mengalami proses belajar IPA baik yang berupa perubahan tingkah laku dan sikap dari siswa 11

25 maupun dalam hal pemahaman terhadap sesuatu gelaja yang diperolehnya melalui pengamatan, penelitian, penghitungan ataupun percobaan-percobaan. 6. ModelPembelajaran Visualization, Audiotory, Kinestetik (VAK) Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran. Macam-macam gaya belajar a. Visual (belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar- 12

26 gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilantampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri gaya belajar visual : 1). Bicara agak cepat, 2). Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi, 3). Tidak mudah terganggu oleh keributan, 4). Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar, 5). Lebih suka membaca dari pada dibacakan, 6). Pembaca cepat dan tekun, 7). Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih katakata, 8). Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato, 9). Lebih suka musik dari pada seni, 10). Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 1). Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta, 2). Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting, 3). Ajak anak untuk membaca bukubuku berilustrasi, 4). Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video), 5). Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. b. Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri atau kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal 13

27 dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri-ciri model pembelajaran auditori :1). Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri, 2). Penampilan rapi, 3). Mudah terganggu oleh keributan, 4). Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat, 5). Senang membaca dengan keras dan mendengarkan, 6). Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, 7). Biasanya ia pembicara yang fasih,8) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, 9). Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, 10). Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, 11)Berbicara dalam irama yang terpola, 12). Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :1). Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga, 2). Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras, 3). Gunakan musik untuk mengajarkan anak, 4). Diskusikan ide dengan anak secara verbal, 5). Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. 14

28 c. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri Gaya belajar kinestetik : 1). Berbicara perlahan Penampilan rapi, 2). Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, 3). Belajar melalui memanipulasi dan praktek, 4). Menghafal dengan cara berjalan dan melihat, 5). Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, 5). Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, 6). Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, 7). Menyukai permainan yang menyibukkan,8). Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu, 9). Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik adalah: 1). Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, 2). Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil menggunakan gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru), 3). Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar, 4). Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan, 5). Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. 15

29 B. Tinjauan Pustaka Cara belajar anda merupakan hasil dari kombinasi bagaimana anda menyerap, lalu mengatur dan mengolah informasi. Isyarat Verbal ( visual, auditorial dan kinestetik ) dapat membantu anda dalam menemukan modalitas belajar anda tidak salah arah, maka perlu mengetahui terlebih dahulu karakteristik-karakteristik pada masing-masing isyarat verbal tersebut. Apa anda atau seseorang itu masuk pada golongan visual, auditorial dan kinestetik. Aktivitas-aktivitas yang berbeda memerlukan cara berfikir yang berbeda pula. Jadi keuntungan adalah untuk mengetahui, pertama, yang manacara yang dominan anda dan kedua apa yang anda dapat lakukan untuk mengembangkan cara berfikir yang lain dalam diri anda. (Riyanto,2010:186) Mengidentifikasi gaya belajar dan komunikasi dari tiga gaya belajar ini adalah sebagai berikut: 1. Gaya Visual ( Belajar dengan cara melihat ) Belajar harus menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang sisiwa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.bagi siswa yang bergaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan. Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran 16

30 tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya dipapan tulis. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar visual misalnya lirikan mata keatas bila berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat behasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerrti materi pelajaran. Siswa cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Siswa berfikir menggunakan gambargambar di otak dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. (Rose Colin dan Nicholl, 2002:130) Ketajaman Visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. ( Dave Meier,2002:97) 2. Gaya Auditori (belajar dengan cara mendengar) Belajar haruslah mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Dr.Wenger (dalam Rose Colin dan Nicholl,2002:143) merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan suara lantang. 17

31 Alasannya setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat dengan mata tertutup dan dideskripsikan dengan lantang, maka secara otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam multi - sensori. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedangsedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan sisiwanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone,suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori.anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. (Rose Colin dan Nicholl 2002:130) Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat 18

32 model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan maknamakna pribadi bagi diri mereka sendiri.( Dave Meier :95) 3. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.seorang siswa lebih suka menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik).bagi sisiwa kinestetik belajar itu haruslah mengalami dan melakukan. Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar kinestetik misalnya lirikan mata kebawah bila berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. (Rose Colin dan Nicholl 2002:130) Menurut Bobbi De Porter (2010:217), dorong sisiwa untuk menerapkan semua metode ini dalam belajar. Anda mungkin juga ingin memberi tahu orang tua tentang tipe belajar si anak dan mengajarkan mereka strategi yang mendukung gaya belajar tersebut. Prinsip Model Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik(VAK)yaitu sebagai berkut: 1). Pembelajaran melibatkan seluruh fikiran dan tubuh, 2). Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi, 3). Kerjasama membantu proses pembelajaran,4). Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, 5). Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan 19

33 umpan balik, 6). Emosi positif sangat membantu pembelajaran,7). Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) Setiap model pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan, tidak terkecuali model pembelajaranvisualization Audiotory Kinestetik(VAK) juga memiliki kelemahan dan kelebihan, diantaranya yaitu: 1. Kelemahan Kelemahan dari model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) yaitu tidak banyak orang yang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi. (Janghyunita, 2012:3) 2. Kelebihan Kelebihan dari pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut: 1). Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar, 2). Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing, 3). Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 4). Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif, 5). Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa. 20

34 C. Kerangaka Berfikir Langkah-langkah Model Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK)PembelajaranVisualization Audiotory Kinestetik(VAK )dapat direncanakan dan dikelompokan menjadi 4 tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan ( Kegiatan pendahuluan ) Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran. 2. Tahap Penyampaian ( Kegiatan Inti pada Eksplorasi ) Pada kegiatan ini guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru, secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera, yang sesuai dengan gaya belajar Visualization Audiotory Kinestetik(VAK). Tahap ini biasa disebut eksplorasi. 3. Tahap Pelatihan ( Kegiatan Inti pada Elaborasi ) Pada tahappelatihan, guru membantu siswa untuk mengintegerasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar Visualization Audiotory Kinestetik(VAK). 4. Tahap Penampilan Hasil ( Kegiatan Inti pada Konfirmasi ) 21

35 Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. (Ngalimun, 2012: 76) D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kajian teori diatas maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Penggunaan Metode Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran IPA tentang konsep gerak diduga dapat meningkatkan Ketrampilan generik saint pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. 2. Penggunaan Metode Pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan Hasil belajar pada siswa VIII G SMP Negeri 4 Gombong Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan Untuk mengetahui adanya perbaikan dalam proses dan hasil belajar sesuai dengan tujuan penelitian diperlukan indikator keberhasilan. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah secara individual maupun klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Secara individual siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 22

36 KKM mata pelajaran IPA kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2014/2015SMP Negeri 4 Gombong adalah 75. Sedangkan keberhasilan secara klasikal apabila hasil belajar siswa secara keseluruhan mendapat rata-rata 75, sedangkan indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan minat siswa adalah sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam pembelajaran ditunjukkan dengan respon yang antusias dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baik secara klasikal maupun dalam kelompok. 2. Siswa bersikap penuh tanggungjawab ditunjukkan dengan kesungguhan mempelajari bahan / materi yang harus dipelajarinya dalam kegiatan kelompok pakar ( expert group ) maupun pada saat mengajarkan / menjelaskan kepada anggota kelompok yang berada pada kelompok semula / kelompok asal ( home team). Pengumpulan data dilakukan dengan dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data tentang ketertiban dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif yaitu data tentang nilai siswa dari hasil tes formatif. Sumber data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1). Sumber data primer (pokok), yaitu siswa kelas VIII berupa tes hasil belajar dan hal lain yang berhubungan, 2). Sumber data sekunder berasal dari dewan guru berupa hasilwawancara, arsip atau dokumen, dan data observasi yang diperoleh dari observer serta berbagai data-data dari kolaborator. 23

37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa SMP Negeri 4 Gombong. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalan meningkatkan minat dan hasil belajar fisika di kelas yang dialami langsung interaksi antara guru dengan peserta didik pada saat terjadi proses belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pembelajaran yang terjadi di kelas. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen, dengan jumlah siswa 32 orang, terdiri dari 16 siswa laki laki dan 16 siswa perempuan. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Gombong terletak di Desa Wero Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, selain itu pula Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Gombong terletak di daerah perkotaan yang dekat dengan pusat-pusat strategis baik kantor pemerintahan maupun pusat perbelanjaan. Waktu penelitian dilaksanakan pada 24

38 bulan April Peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Gombong dengan alasan dikarenakan lokasi kerja peneliti yang berada di sekolah ini. C. Populasi Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong pada Semester 2 tahun pelajaran 2016/ Siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini berjumlah 32 anak dengan perincian laki laki 16 anak dan anak perempuan sebanyak 16 anak. Sasaran penelitian ini adalah siswa dalam proses pembelajaran dengan melalui tindakan nyata sehingga mampu meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang Materi Gaya dengan menggunakan metode (VAK)Visualization Auditory Kinestetik. Siswa di dalam penelitian ini adalah sebagai sumber primer sehingga semua data dan fakta yang diangkat berasal dari siswa kelas VIII G tersebut. Sedangkan sumber data sekunder berasal dari teman sejawat yaitu Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII dan dewan guru lainnya. Sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan sebagai sumber data pendukung dari hasil observasi kolaborator dan wawancara untuk melengkapi keabsahan fakta dan data di lapangan. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat a. Definisi operasional: Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh melalui tes akhir atau evaluasi setelah dilaksanakan pembelajaran dengan 25

39 menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotori Kinestetik (VAK). b. Skala pengukuran: skala interval. c. Indikator: nilai tes diakhir pembelajaran. 2. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran Definisi operasional: model pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan atau diperagakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Terdiri dari model pembelajaran Visualization Audiotori Kinestetik (VAK). b. secara individual Siklus I I, model pembelajaran Visualization Audiotori Kinestetik (VAK) c. Minat Belajar 1) Definisi operasional: Minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keingina nuntuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. 2) Indikator: jumlah skor dari angket minat belajar. E. Teknik Pengumpulan Data Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, pengumpulan data diperoleh melalui : (1) melaksanakan penilaian pada awal sebelum peneliti melakukan tindakan (2) melakukan tes awal (pre test) tentang konsep Gerak pada siswa 26

40 dalam proses pembelajaran (3) melakukan penilaian pada setiapakhir pembelajaran. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan cara : (1) pengecekan kelengkapan data (2) pentabulasian data; (3) sumber data hasil penelitian ini adalah hasil belajar Ilmu Pengetahuan Materi Gaya siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong dan hasil observasi kolaborator, kemudian dikumpulkan sebagai data primer dan data sekunder. Cara pengambilan data pada penelitian tindakan kelas ini memilih untuk menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang relevan. Hal ini disebabkan karena pengumpulan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif. Data dan cara pengambilannya antara lain : (1) sumber data, sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru; (2) jenis datanya, jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari: (a) rencana pembelajaran, (b) proses belajar mengajar, (c) data hasil observasi dari kolaborator terhadap pelaksanaan pembelajaran, (d) jurnal; (3) Cara pengambilan data yaitu: (a) data hasil belajar yang diambil dari hasil rekapitulasi penilaian akhir, (b) data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh kolaborator, (c) data tentang refleksi diri serta perubahanperubahan yang terjadi di kelas, diambil dari jurnal yang dibuat oleh guru, (d) data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari RPP dan lembar observasi, (e) wawancara langsung. 27

41 F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa angket untuk memperoleh data tentang minat belajar siswa, dan tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah dilakukan uji coba, kemudian dilakukan analisis butir soal dan analisis instrumen tes dan angket. 1. Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dalam bentuk objektif tentang Minat belajar siswa terhadap pelajaran IPA. 2. Uji Validitas Instrumen Penelitian Hadi(1993:111),menyatakan ada lima jenis validitas yang harus diperhatikan dalam menyusun instrumen, yakniface validity, logical validity, factorialvalidity, contentvalidity, dan empiricalvalidity. Sedangkan menurut Arikunto (1996: 158),menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keserasihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Penelitian ini, menggunakan validitasisi (contentvalidity). Validitas ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa instrumenter tersebut telah mencerminkan isi yang dikehendaki. Oleh karena itu, untuk memenuhi validitas isi tersebut, instrument berupa tes ini disusun berdasarkan terampil tidaknya siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia untuk mengungkapkan gagasannya serta mengembangkannya dalam bahasa tulis. Selain itu, alat tester sebut juga 28

42 dikonsultasikan kepada orang yang lebih ahli dalam bidang yang bersangkutan, yakni guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Gombong (expert judgement). 1. Keabsahan Data Pada setiap penilitian keabsahan data mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan untuk memelihara keabsahan data. Hal ini dapat dilakukan dengan pengamatan dan pengecekan data secara terus menerus selama penelitian berlangsung sehingga hasil dari penelitian ini dapat dipercaya. Pada penelitian ini teknik yang dipakai untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data adalah teknik triangulasi. Penelitian ini bersifat kredibilitas yakni penguji secara triangulasi dan perpanjangan waktu di lapangan. Menurut Moleong (2002: 178) teknik triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik triangulasi dengan dengan sumber data lain, yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik data hasil pengamatan, wawancara, tes dan angket, sehingga data yang diperoleh dapat diuji keabsahannya. Selain teknik triangulasi, untuk mendukung agar data dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka diperlukan validitas data dan reliabilitas data. 29

43 G. Tehnik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu data hasil observasi, hasil tes belajarsiswa, hasil angketmotivasi, dan hasil wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Reduksi Data Reduksi data yaitu merangkum dan memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan menghapus data yang tidak berpola dari data hasil observasi, hasil angket, wawancara, dan hasil tes. Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan menyeleksi data melalui ringkasan atau uraian singkat, agar data yang terkumpul lebih terarah dan lebih mudah dikelola. 2) Triangulasi Triangulasi merupakan teknik analisis data yang membandingkan data hasil observasi, data hasil angket, dan data hasil wawancara. Selain itu juga triangulasi juga digunakan untuk memeriksa keabsahan data. 3) Analisis dan Penyajian Data Data yang telah diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran denganmodel Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) di analisis untuk memperoleh kesimpulan. 4) Analisis Data Observasi a) Data Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Model Visualization Audiotory Kinestetik(VAK) 30

44 Data hasil observasi dianalisis dengan ketentuan jawaban ya dengan memberi skor 1 dan jawaban tidak dengan memberi skor 0. Cara menghitung persentase skor yaitu: P = Jumlah skor yang di peroleh tiap siklus Jumlah skor maksimal tiap siklus 100% Tabel 1 Kriteria Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran NO Persentase Aktivitas Siswa Kriteria 1 90% P <100% Sangat Baik 2 80% P< 90% Baik 3 65% P< 80% Cukup 4 55% P < 65% Kurang Baik 5 P< 55% Gagal sumber: Wayan Nurkancana (1986: 80) b) Data Observasi minat belajar Siswa dengan Model Visualization Audiotory Kinestetik(VAK). Data hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan memberi skor pada masing-masing butir pedoman observasi kemudian menghitung persentase aktivitas siswa, yaitu: Persentase (P) = Jumah skor yang di peroleh jumlah skor maksimum tiap siklus Sedangkan untuk menganalisis minat belajar siswa dengan model Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) untuk setiap aspek dihitung dengan cara sebagai berikut: Keterangan: P = A B 100% 31

45 P = Persentase total yang diperoleh A = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada setiap aspek B = Jumlah skor keseluruhan masing-masing aspek Analisis Data Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Analisis data tes pemahaman konsep Fisika dilakukan berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat peneliti dan dikualifikasikan menggunakan pedoman kriteria. Tabel 2. Kriteria Nilai Hasil Belajar NO Persentase Aktivitas Siswa Kriteria 1 90% P <100% Sangat Tinggi 2 80% P< 90% Tinggi 3 65% P< 80% Sedang 4 55% P < 65% Rendah 5 P< 55% Sangat Rendah Sumber: Wayan Nurkancana (1986: 80) Analisis data nilai tes hasil belajar siswa dihitung dengan cara sebagai berikut. Persentase (P) = Jumah skor yang di peroleh 100% jumlah skor maksimum tiap siklus Di hitung dengan cara sebagai berikut : Persentase (P) = Analisis Data Wawancara Jumah skor yang di peroleh tisap aspek jumlah siswa jumlah skor maksimum 100% Data hasil wawancara dianalisis dengan mendeskripsikan atau merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang digunakan. 32

46 d. Analisis Data Angket Minat Belajar Siswa Analisis hasil pengisian angket dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing butir lembar pengisian angket. Kemudian menghitung persentase angket minat belajar siswa sebagai berikut: Persentase (P) = Jumah skor yang di peroleh jumlah siswa jumlah skor maksimum 100% Sedangkan untuk menganalisis aspek-aspek minat di hitung dengan cara sebagai berikut : P = A B 100% Keterangan: P = Persentase total yang diperoleh A = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada setiap aspek B = Jumlah skor keseluruhan masing-masing aspek Kualifikasi hasil angket minat belajar siswa sesuai dengan tabel berikut. Tabel 3. Kriteria Hasil Persentase Minat Belajar Siswa NO Persentase Aktivitas Siswa Kriteria 1 90% P <100% Sangat Tinggi 2 80% P< 90% Tinggi 3 65% P< 80% Sedang 4 55% P < 65% Rendah 5 P< 55% Sangat Rendah Sumber: Wayan Nurkancana (1986: 80) 33

47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Tingkat Pendidikan Guru SMP Negeri 4 Gombong mempunyai kualifikasi guru yang cukup memadai baik jumlah maupun kualitas Sumber Daya Manusianya. Hampir semua tenaga pengajar di SMP Negeri 4 Gombong sudah bergelar sarjana bahkan ada 3 guru yang bergelar Magister. 2. Pengalaman Mengajar Guru Tenaga pengajar di SMP Negeri 4 Gombong pengalaman mengajarnya sudah sangat banyak, karena sebagian guru-gurunya sudah seniorsenior, bahkan ada 3 mantan kepala sekolah yang mengajar di SMP Negeri 4 Gombong. 3. Kompetensi Mengajar Guru Tenaga Pengajar di SMP Negeri 4 Gombong memiliki Kompetensi yang tinggi di buktikan ada 5 guru yang menjadi instruktur nasional. B. Analisis Data SMP Negeri 4 Gombong mempunyai 24 ruang kelas (8 kelas untuk kelas VII, 8 kelas untuk kelas VIII, dan 8 kelas untuk kelas IX). Sekolah ini juga memiliki beberapa Laboratorium yaitu Laboratorium Bahasa, Laboratorium TIK, dan Laboratorium IPA. 34

48 Selain itu pula SMP Negeri 4 Gombong mempunyai kualifikasi guru yang cukup memadai baik jumlah maupun kualitas Sumber Daya Manusianya. Hampir semua tenaga pengajar di SMP Negeri 4 Gombong sudah bergelar sarjana bahkan ada 3 guru yang bergelar Magister. Namun keadaan yang ideal ini kadang tak didukung dengan hasil belajar siswa SMP Negeri 4 Gombong yang terkadang kurang maksimal. Peneliti yang juga merupakan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah ini merasa bahwa nilai mata pelajaran IPA kurang maksimal. Nilai rata-rata IPA semester I yaitu dengan nilai 78 dan kelas VIII G menempati nilai rata-rata terendah yaitu dengan nilai 73,2. Hal ini membuat peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas pada kelas VIII G, agar hasil rata-rata kelas ini meningkat. Sudah selayaknya peneliti tertarik melakukan penelitian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan harapan akan dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga penelitian berdampak positif untuk meningkatkan proses dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. 1. Perencanaan Penelitian Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan test awal (pre test) pada subjek penelitian tentang materi Gaya. Tes awal ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan data acuan bagi peneliti agar mengetahui kemampuan dasar awal siswa tentang materi Gaya. Dari hasil tersebut dapat terlihat betapa rendahnya pemahaman siswa tentang materi Gaya. Dari tabel di atas dapat kita lihat tidak ada siswa atau15% 35

49 yang tuntas. Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 45,05, berarti guru gagal dalam mengajar karena kriteria keberhasilan yang diharapkan nilai rat-rata kelas minimal 75. Hal ini diperparah dengan tingkat keantusiasan siswa yang sangat rendah terhadap mata pelajaran IPA. Hal ini ditunjukan dengan redahnya minat siswa dalm mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal itu tersirat dalam gambar di bawah ini: Berdasarkan data dan fakta tersebut di atas, sudah selayaknya peneliti meneruskan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK ) pada materi Gaya. 2. Diskripsi Hasil Tindakan. Peneliti menyadari bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini dapat dikaji dari beberapa kajian literatur, refleksi diri, dan diskusi dengan teman sejawat. Hasilnya cukup mengagetkan, bahwa faktor utama penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa tentang Ilmu Pengetahuan Alam khususnya tentang materi Gaya adalah tidak tepatnya media pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan belajar di kelas. Sebagai insan manusia yang harus selalu menginstropeksi diri, peneliti menyadari bahwa selama ini kurang memperhatikan hal yang sangat urgen tersebut. Oleh karena itu peneliti mengajukan beberapa pertanyaan untuk merefleksikan diri sebagai berikut: a. Apakah guru dalam mengajar telah menggunakan media pembelajaran yang sesuai? 36

50 b. Apakah metode dan pendekatan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang digunakan guru dalam pembelajaran sudah tepat, dan dapat merangsang motivasi belajar siswa? c. Apakah guru dalam menyampaikan materi telah disertai dengan contoh penerapan materi Gayayang benar? d. Apakah guru dalam menyampaikan materi sudah dengan langkah-langkah pembelajaran yang benar? Dari beberapa pertanyaan refleksi di atas dapat ditarik kesimpulan dirumuskan masalah untuk memfokuskan perbaikan pembelajaran sebagai berikut: (a) Apakah upaya guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi gaya? dan (b) Sejauh mana keberhasilan guru menggunakan model Visualization Audiotory Kinestetik (VAK )dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam? 1. Deskripsi per Siklus a. Data Hasil Tindakan Studi Awal Berdasarkan studi awal (tes awal) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ketika guru belum menggunakan pembelajaran dalam pembe model Visualization Audiotory Kinestetik (VAK ) lajaran pada materi materi Gaya hasil tes awal siswa menunjukan hasil yang rendah. Dari 32 siswa kelas VIII Gsemester 2 tahun pelajaran 2016/2017 SMP Negeri 4 Gombong hasilnya belum memperoleh hasil yang maksimal karena hanya ada 5 siswa yang tuntas atau memperoleh nilai di atas 75 dengan prosentase 37

51 15,62 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran belum berhasil dan perlu dilakukan proses belajar ulang dengan melakukan perubahan cara mengajar yakni dengan memilih media pembelajaran yang tepat dan penggunaan metode yang relevan. Penilaian memlaui tes awal ini dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 26 Maret 2015 pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong. Hasil yang cukup memprihatinkan karena masih banyak siswa yang belum mampu memahami dan menguasai materi Gayapada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini tentu saja membuat peneliti harus melakukan upaya perbaikan pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan guru (dalam hal ini peneliti) dapat memilih media yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti menyadari bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini dapat dikaji dari beberapa kajian literatur, refleksi diri, dan diskusi dengan teman sejawat. Peneliti menemuan fakta bahwa faktor penyebab rendahnya minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Gaya adalah guru belum mampu menyajikan materi dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan inspiratif. Hal ini mengakibatkan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan hasil analisis nilai studi awal, maka dapat dirumuskan masalah perbaikan pembelajaran sebagai berikut, Bagaimana 38

52 upaya guru dalam meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya dengan model Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) pembelajaran?.berdasarkan hasil nilai tes studi awal terdapat 5 siswa yang tuntas dari jumlah siswa 32 anak maka selayaknya peneliti meneruskan penelitian tindakan dengan menggunakan model Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya. 2. Deskripsi Hasil tindakan Siklus I a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rumusan masalah yang tertulis pada Bab. I, membuat lembar observasi, membuat soal soal serta tes tentang materi Gaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran serta mendiskusikan rencana pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat. Langkah selanjutnya peneliti bersama-sama dengan observer menyepakati fokus observasi dan kriteria yang akan digunakan dalam pembelajaran yang meliputi hal-hal berikut: b. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah merencanakan pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi Gaya dengan menggunakan Penyusun 39

53 Penyusun dalam penelitian ini adalah peneliti model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dan observer/teman sejawat sebagai kolaborator. c. Rancangan langkah-langkah Beberapa rancangan langkah-langkah dalam siklus I ini adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan tes penjajagan (pretest) untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa tentang konsep materi Gaya 2. Menentukan materi pembelajaran tentang materi Gaya. 3. Menentukan bahan-bahan dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. 4. Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan sebagai media pembelajaran. 5. Menyusun skenario pembelajaran Ilmu Pengatahuan Alam khususnya tentang materi Gaya. 6. Waktu pelaksanaan tindakan: satu kali pertemuan (2 x 40 menit). 3. Pelaksanaan Tindakan Hari : Kamis Tanggal : - Pertemuan Pertama 6 April Pertemuan Kedua 13 April 2017 a) Kegiatan Awal 40

54 (1) Peneliti menyiapkan perlengkapan pembelajaran seperti speaker, komputer dan LCD Projector. (2) Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). (3) Guru memberikan brainstorming atau ice breaker untuk menggugah keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari (4) Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru tentang materi Gaya b) Kegiatan Inti (1) Guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang proses pembelajaran materi Gaya. (2) Guru melaksanakan pembelajaran secara kelompok besar. (3) Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) penerapan materi Gayasecara kelompok karena pembelajaran berlangsung secara kelompok besar. (4) Siswa bersama dibantu guru tanya jawab tentang permasalahan yang belum jelas. (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa secara kelompok. c) Kegiatan Penutup (1) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. (2) Siswa mengerjakan soal evaluasi (3) Guru Melaksanakan penilaian hasil evaluasi (4) Guru melakukan analisis hasil evaluasi. 41

55 (5) Guru memberikan soal perbaikan dan pengayaan. (6) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama. Pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama dari 32 siswa kelas VIII G SMP N 4 Gombong dengan pelaksanaan tindakan sebagai berikut: Pada tanggal 6 April 2017: Pertemuan pertama diawali dengan pretest. Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya materi Gaya. Selanjutnnya guru melaksanakan pembelajaran materi Gaya dengan model Visualization Auudiotory Kinestetik (VAK) secara kelompok besar. Siswa difasilitasi oleh guru untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi Gaya. Berdasarkan catatan setelah siswa berdiskusi tentang materi Gaya masih ada siswa yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru memberikan motivasi dan semangat kepada siswa agar siswa tetap berusaha untuk memahami materi Gaya sehingga mendapat hasil yang lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya. Sedangkan pada siklus I pertemuan kedua dari 32 siswa kelas VIII G SMP N 4 Gombong dengan pelaksanaan tindakan sebagai berikut: Pada tanggal 13 April : Pertemuan kedua diawali dengan kegiatan brainstorming tentang proses pergantian ban di pit stop balap mobil Formula 1. Hal ini dimaksudkan agar minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semakin meningkat. Setelah itu siswa diingatkan kembali oleh guru tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya agar siswa semakin 42

56 mendalam dalam memahami materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa difasilitasi oleh guru untuk mengerjakan tes evaluasi siklus I. Hal ini dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai Materi Gaya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat terlihat adanya perubahan peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi Gaya. Hasil yang positif ditunjukan dengan adanya kenaikan peningkatan aktivitas pada pembelajaran siswa. Gambaran peningkatan aktifitas itu dalam mempelajari materi Gaya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dapat dirangkum sebagai berikut: Pembelajaran materi Gaya dengan menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalampembelajaran IPA telah nampak adanya keaktifan siswa. Siswa termotivasi untuk mencari informasi sebanyakbanyaknya tentang materi Gaya. Bahkan siswa tak ragu untuk bertanya kepada guru apabila terdapat hal yang masih belum jelas bagi mereka. Dengan media audio visual kreatifdalampembelajaran yang telah diarahkan oleh guru, siswa merasa senang dan terlibat dalam proses pembelajaran, selanjutnya siswa menyelesaikan lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa yang sudah selesai mengerjakan tugas, dapat saling membantu dengan siswa lainnya dengan teman 1 mejanya, sehingga mereka saling termotivasi untuk lebih baik dalam pengerjaan tugasnya. 43

57 1) Tahap Pengamatan Pada tahap ini Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observer juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru pada saat melaksanakan pembelajaran. Siswa secara aktif mampu melaksanakan tugas dalam memahami materi Gaya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.Selanjutnya guru melakukan evaluasi menggunakan tes formatif kepada masing-masing siswa dan menilai hasil evaluasi. Berdasarkan pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran, kegiatan siswa pada saat berdiskusi tentang materi Gayasiswa benar-benar terlibat secara fisik, maupun psikis sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, dan menyenangkan. Hasil observasi yang dilakukan selama siklus I berlangsung menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gayadan implikasinya terjadi peningkatan hasil belajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan hasil belajar meningkat (keberhasilan produk), dapat dideskripsikan sebagai berikut: a) Keberhasilan dalam Proses Pembelajaran Dalam pengamatan penelitian tindakan kelas ini, peneliti menemukan fakta yang menggembirakan karena proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya sudah mulai menunjukan reaksi yang positif. Siswa terelihat benar-benar antusias dan tertarik mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) Siswa juga terlihat 44

58 merasa senang mengikuti pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam serta siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di kelasnya. b) Keberhasilan Produk Hasil Belajar Peneliti menemukan fakta bahwa adanya tren positif dalam peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru (peneliti). Melalui pengamatan peneliti dan observer selama pembelajaran siswa sudah terlihat antusias dan senang mengikuti proses pembelajaran menggunakan media audio visual kreatif pembelajaran ini. Sebagian siswa terlihat sudah menemukan materi Gaya dengan baik. Siswa juga berlomba-lomba menunjukan hasil yang terbaik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan setelah menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam tentang materi Gaya. Hasil belajar dari 32 siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa 20 siswa atau 62,50% siswa telah tuntas dan 12 siswa atau 37,50% siswa belum tuntas. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: (a) terdapat 4 siswa memperoleh nilai 78 atau telah tuntas, (b) terdapat 3 siswa memperoleh nilai 77.5 atau telah tuntas, (c) terdapat 12 siswa memperoleh nilai 75 atau telah tuntas,(d) terdapat 1 siswa memperoleh nilai 72.5 atau belum tuntas,(e) terdapat 2 siswa memperloleh nilai 70 atau belum tuntas,(f) terdapat 3 siswa memperloleh nilai 67.5 atau belum tuntas,(g) terdapat 1 siswa memperloleh nilai 65 atau belum tuntas,, (h) terdapat 2 siswa memperloleh nilai 60 atau belum dan (i) terdapat 1 siswa memperloleh nilai 52.5 atau belum tuntas. Berdasarkan data tersebut jelas 45

59 adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan studi awal tetapi hasil belajar belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika didasarkan pada nilai rata rata kelas menunjukkan adanya peningkatan 26,083 dari nilai rata rata pada studi awal 45,09 menjadi 71,14. belajar siswa pada studi awal dibandingkan siklus pertama dapat digambarkan melalui grafik batang sebagai berikut: Tes awal Siklus 2 Gambar 1 :Diagram. Perbandingan Hasil Tes Awal dibandingkan dengan Siklus I Selama proses kegiatan belajar mengajar menggunakan media audio visual dalam pembelajaran terdapat beberapa beberapa kelemahan antara lain : 1. Perlu persiapan yang agak lama untuk menyiapkan peralatan Projector LCD (dalam hal ini sekolah belum mempunyai LCD proyektor permanen). 2. Terkadang siswa ribut sendiri ketika kegiatan KBM berlangsung menjadikan suasana kelas kurang kondusif. 46

60 3. Siswa yang kurang aktif cenderung hanya melihat melihat,melamun tanpa memahami betul apa yang di sampaikan. Padahal siswa yang aktif mencatat hal-hal yang penting atau hal yang tidak mereka ketahui untuk ditanyakan kepada guru nantinya. 4. Guru harus bekerja secara optimal dalam mengawasi siswa selama proses pembelajaran. 4) Tahap refleksi Pada siklus pertama menunjukkan bahwa siswa telah mampu menguasai materi Gaya, baik menghitung kelajuan dan kecepatan dengan cukup baik. Namun, masih terdapat siswa yang hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Selama tindakan pada siklus pertama berlangsung peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan serta menganalisa hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada akhir pembelajaran dapat ditarik kesimpulan sebagai refleksi yakni, guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik dalam pembelajaran materi Gaya terdapat adanya peningkatan dibanding pembelajaran studi awal yang belum menggunakan media yang tepat. Siswa semakin antusias mendengarkan apa yang diajarkan oleh Guru. Kondisi kelas semakin hidup karena anak terlibat langsung dalam pembelajaran. Akan tetapi pada siklus 1 masih muncul kendala, karena kelompok besar penguasaan kelas kurang menyeluruh. Berbagai kekurangan dalam proses pembelajaran yang 47

61 dilaksanakan guru pada siklus 1 akan dilanjutkan pada siklus ke 2 agar pembelajaran berlangsung secara maksimal. Guru telah menggunakan metode pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) karena berlangsung secara kelompok besar menyebabkan aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang terkontrol. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hanya beberapa siswa secara perorangan yang telah tuntas dalam pembelajaran. Dari jumlah 32 siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa 20 siswa atau 62,50% siswa telah tuntas dan 12 siswa atau 37,50% siswa belum tuntas. Oleh karena itu praktis tindakan siklus pertama dilanjutkan ke siklus kedua agar pembelajaran berlangsung lebih optimal. b. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II 1) Tahap perencanaan Setelah melewati tahap siklus I, peneliti perlu merevisi baik itu rencana perbaikan pembelajaran dan skenario pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil yang dicapai pada siklus I yang terdapat beberapa kendala-kendala atau masalah yang dihadapi. Harapan peneliti nantinya tahap perencanaan ini mampu memberikan langkah solutif yang bisa menyelesaian masalah tersebut. Perencanaan dimulai dengan merevisi RPPP, peneliti menyiapkan kelengkapan lembar kerja siswa, media audio visual kreatif, lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswa dan lembar evaluasi. Setelah komponen dipersiapkan peneliti bersama observer mensimulasikan langkah-langkah pembelajaran yaitu: a) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) 48

62 b) Guru menjelaskan materi disertai tanya jawab dengan siswa. c) Guru memberi kesempatan kepada beberapa siswa untuk mencoba menjawab pertanyaan guru tentang materi yang sedang dibahas. d) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal yang terkait dengan yang dirasa siswa belum jelas. e) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok untuk menyelesaikan lembar kerja melalui diskusi kelompok. f) Guru memandu siswa dalam diskusi kelas. g) Guru mengadakan tes formatif menggunakan lembar evaluasi. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Hari : Kamis Tanggal : - Pertemuan Pertama 20 April Pertemuan Kedua 27 April a) Kegiatan Awal (1) Peneliti menyiapkan peralatan yang dibutuhkan seperti LCD proyektor, komputer, dan speaker aktif. (2) Guru menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS). (3) Siswa memperhatikan penjelasan dan bimbingan guru tentang materi Gaya. 49

63 b) Kegiatan Inti (1) Guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang materi Gaya adalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) (2) Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa. (3) Setiap kelompok dibagi lembar kerja tentang materi Gaya sambil mencari informasi dan jawaban (4) Siswa bersama kelompok melakukan diskusi. (5) Guru mengamati kegiatan kelompok. (6) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. c) Kegiatan Penutup (1) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran. (2) Siswa mengerjakan soal evaluasi. (3) Guru melaksanakan penilaian hasil evaluasi. (4) Guru melakukan analisis hasil evaluasi. (5) Guru memberikan soal perbaikan dan pengayaan. (6) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama. Pembelajaran menggunakan pada siklus II pada siswa model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) kelas VIII GSMP N 4 Gombong dengan tindakan sebagai berikut: 50

64 Pada tanggal 20 April 2017: Pertemuan pertama diawali dengan pretest. Selanjutnya guru mengadakan tanya jawab disertai penjelasan tentang proses pembelajaran dengan materi materi Gaya. Selanjutnnya guru membagi siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa. Berdasarkan catatan setelah siswa berdiskusi tentang GayaPada siklus kedua ini ternyata setiap kelompok sudah dapat mengerjakan dengan baik. Selanjutnya guru memberikan motivasi dan semangat kepada siswa agar siswa tetap berusaha untuk meyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi mengenai materi Gaya dengan optimal. Pada siklus I pertemuan kedua dari 32 siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong dengan pelaksanaan tindakan sebagai berikut: Pada tanggal 27 April 2017 : Pertemuan kedua diawali dengan kegiatan brainstorming. Hal ini dimaksudkan agar minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam semakin meningkat. Setelah itu siswa diingatkan kembali oleh guru tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya agar siswa semakin mendalam dalam memahami materi yang telah diberikan. Setelah itu siswa difasilitasi oleh guru untuk mengerjakan tes evaluasi siklus 2. Hal ini dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa mengenai Materi Gaya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan adanya perubahan peningkatan hasil belajar ke arah yang lebih baik dibandingkan saat siklus I karena pembelajaran dengan kelompok berpasangan pembelajaran lebih dapat 51

65 dikendalikan. Gambaran peningkatan aktivitas pembelajaran siswa tentang perkalian bilangan cacah dirangkum sebagai berikut: d) Pembelajaran telah nampak adanya keaktifan siswa. Siswa termotivasi untuk belajar dengan antusias dalam memecahkan masalah materi Gaya dengan. Siswa juga berlomba-lom model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) 3) Tahap pengamatan Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observer juga melakukan tanya jawab dengan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru pada saat melaksanakan pembelajaran telah berlangsung secara efektif. Siswa secara aktif telah terlibat langsung dalam pembelajaran. Guru membimbing tiap kelompok berdiskusi tentang materi Gaya. Guru bersama siswa membahas hasil diskusi. Selanjutnya guru melakukan evaluasi menggunakan tes formatif kepada masing-masing siswa dan menilai hasil evaluasi. Berdasarkan pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajaran, siswa benar-benar terlibat langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, dan menyenangkan. Hasil observasi yang dilakukan selama siklus II berlangsung menunjukkan adanya peningkatan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gayadan aplikasinya terjadi peningkatan hasil belajar. Keberhasilan dalam proses pembelajaran (keberhasilan 52

66 proses) dan hasil belajar meningkat (keberhasilan produk), dapat dideskripsikan sebagai berikut: a) Keberhasilan Proses Pembelajaran Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gayadapat disimpulkan bahwa siswa benar-benar tertarik dan termotivasi mengikuti kegiatan belajar. Pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif, dan efektif. Siswa antusias dan merasa senang mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam serta siswa berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di kelasnya. b) Keberhasilan Produk Hasil Belajar Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi materi Gaya. Melalui pengamatan selama kerja kelompok menunjukkan, bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran. Dari 8 kelompok sudah berlangsung secara efektif dan hasil evaluasi telah adanya keterlibatan secara aktif siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan data hasil belajar menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan setelah menggunakan media audio visual kreatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya. Hasil belajar dari 32 siswa pada siklus kedua menunjukkan hasil belajar yang optimal karena jumlah siswa yang tuntas sebanyak 31 anak atau 96,87 % dan yang belum tuntas 1 siswa atau 3,13%. Secara rinci hasil belajar siswa dapat diuraikan sebagai berikut: (a) 53

67 terdapat 2 siswa memperoleh nilai 85 atau telah tuntas, (b) terdapat 4 siswa memperoleh nilai 82.5 atau telah tuntas, (c) terdapat 8 siswa memperoleh nilai 80 atau telah tuntas,(d) terdapat 10 siswa memperoleh nilai 77,5 atau telah tuntas, dan (e) terdapat8 siswa memperloleh nilai 75 atau telah tuntas, dan (f) terdapat1 siswa memperloleh nilai 72,5 atau belum tuntas. Berdasarkan data tersebut jelas adanya peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus 1. Jika didasarkan pada nilai rata rata kelas menunjukkan adanya peningkatan 7,31 dari nilai rata rata pada siklus pertama 71,14 menjadi 78,45 pada siklus Siklus I Siklus Selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pada siklus ke dua dapat model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) disimpulkan antara lain: 1. Pembelajaran menggunakan sangat mudah dan menyenangkan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) menyenangkan bagi 54

68 siswa. Siswa terlihat sangat menikmati pembelajaran menggunakan model ini. 2. Proses pembelajaran secara berpasangan juga memberikan dampak yang positif. Siswa menjadi lebih giat dalam belajar dalam kelompoknya serta dapat saling bahu membahu dalam menyelesaikan tugasnya. 3. Pembelajaran menggunakan metode ini dapat meningkatkan tingkat konsentrasi serta kekritisan siswa. Siswa berkonsentrasi mendengarkan apa yang dilihatnya dan secara kritis mencari jawaban dari permasalahan yang ada. 4) Tahap refleksi Peneliti melihat siklus kedua menunjukkan keberhasilan yang cukup positif, efektif dan maksimal dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa telah sesuai dengan yang diharapkan. Selama tindakan pada siklus kedua peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan serta menganalisa hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Gaya. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada akhir pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah berlangsung secara maksimal. Guru menggunakan pembelajaran dalam pembela model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menunjukkan keberhasilan karena pembelajaran berlangsung secara efektif dan hasil belajar siswa maksimal.adapun kelebihan media materi materi Gaya model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK), siswa dapat belajar lebih konkret sehingga siswa merasakan adanya motivasi belajar. Siswa terlibat secara 55

69 fisik maupun psikis, dan pembelajaran berlangsung sangat menyenangkan. Siswa berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik di kelas. Siswa juga mulai kritis dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada.pembelajaran ini juga dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Siswa menjadi lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan karena harus menyelesaikan permasalahan yang di hadapi Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari jumlah 32 siswa pada siklus ke duamenunjukkan bahwa 32 siswa atau 100% siswa telah tuntas. Oleh karena itu, praktis tindakan siklus kedua dihentikan karena pembelajaran telah berlangsung secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dan hasil belajar optimal sesuai tujuan yang diharapkan. C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah diadakan perbaikan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Gombong Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen tentang materi Gaya dengan menggunakan melalui dua siklus yang model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK)telah dilaksanakan oleh peneliti yang dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer untuk mengumpulkan data, ternyata terjadi adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam materi Gaya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keaktifan siswa dan hasil tes formatif tiap siklus yang mengalami peningkatan secara optimal. 56

70 Hal ini terlihat dari siswa yang menjadi lebih giat karena belajar menjadi lebih konkret sehingga siswa merasakan adanya minat belajar. Siswa terlibat secara fisik maupun psikis, dan pembelajaran berlangsung sangat menyenangkan. Siswa berlomba-lomba ingin menjadi yang terbaik di kelas. Siswa juga mulai kritis dalam menanggapi permasalahan-permasalahan yang ada. Metode Pembelajaran ini juga dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Siswa menjadi lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan karena harus menyelesaikan permasalahan yang ada. Hasil pengumpulan dan pengolahan data dapat diketahui bahwa secara individual siswa dalam pembelajaran membahas topik materi Gayamendapatkan hasil belajar meningkat. Hal ini ditunjukkan dari nilai tes formatif tiap siswa yang terus meningkat dalam tiap siklus perbaikan. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi Gaya dengan metode ini secara individu maupun klasikal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dengan demikian minat belajar siswa cukup baik karena adanya peran aktif dalam proses pembelajaran, dan peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi. Di samping itu, data yang diperoleh juga membuktikan penggunaan model pembelajaran Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) layak untuk diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam hal ini adalah materi materi Gaya. a. Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 5 siswa dari 32 siswa = 15,62 %. 57

71 b. Pada siklus I, siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 20 siswa dari 32 siswa = 62,50 %. c. Pada siklus II, siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 32 siswa dari 32 siswa = 100 % Siklus Awal Siklus I Siklus II Tuntas Tuntas Gambar 2 :Diagram Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dibandingkan dengan Siklus II Berdasarkan sajian gambar diagram di atas dapat kita lihat adanya peningkatan prosentase ketuntasan siswa pada setiap siklus perbaikan. Di samping itu dapat kita lihat adanya penurunan prosentase jumlah siswa yang belum tuntas. Ketuntasan belajar dari studi awal sampai siklus ke dua menunjukkan adanya peningkatan sehingga tindakan siklus dihentikan pada siklus ke dua karena semua siswa dalam kelas itu telah tuntas Respon Siswa 0 Siklus I Siklus II Gambar 3. Diagram Perbandingan Kesungguhan Siswa Siklus I dan Siklus II 58

72 Berdasarkan sajian gambar grafik di atas dapat kita lihat adanya peningkatan persentase respon, antusias, dan unjuk kerja siswa pada setiap siklus perbaikan. Di samping itu dapat kita lihat adanya penurunan persentase jumlah siswa yang belum termotivasi belajar. Respon, antusias belajar dan unjuk kerja siswa dari studi awal sampai siklus ke dua hasilnya menunjukkan peningkatan sehingga tindakan dihentikan pada siklus ke dua. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar berlangsung secara efektif dan terdapat peningkatan yang optimal. Hal ini membuktikan penggunaan model pembelaharan Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam materi materi Gaya. Metode pembelajaranvisualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sangat tepat dan relevan untuk pembelajaran Materi Gaya terbukti dari siklus ke siklus setelah dilakukan tindakan hasil belajar siswa meningkat. Siswa termotivasi dan memiliki antusias yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.. Proses pembelajaran yang terjadi dengan melibatkan siswa secara aktif mampu memberikan interaksi dan respon positif terhadap kemajuan belajar. Keberhasilan dan prestasi yang dicapai membuktikan adanya relevansi penggunaan metode Visualization Audiotory Kinestetik (VAK) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Materi Gaya. 59

73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penerapan model pembelajaranvisulizationaudiotorykinestetik (VAK)dalampembelajaranIPA terbuktiefektifdapatmeningkatkanhasilbelajarsiswakelasviii GSMP Negeri4 Gombong. Hal iniditunjukandarikenaikanprosentaseketuntasandariawalsiklus yang menunjukanangka 15,62% kemudiannaikmenjadi 62,50% danpadasikluskeduamenjadi 100%. 2. Penerapan model pembelajaranvisulizationaudiotorykinestetik (VAK)dalampembelajaranIPA dapatmeningkatkanminat belajarsiswakelasviii GSMP Negeri4 Gombong. Hal initerbuktidari minat siswa yang menunjukan perkembangan yang signifikandarirespon, antusiasdanunjukkerjasiswa yang makinmeningkat. B. Saran-Saran 1. Penerapan model pembelajaranvisulizationaudiotorykinestetik (VAK)dalampembelajaranIPAharuslahmampumemberikanhal barubagisiswadantentusajamampumenjembataniatauterdapatkorelasi yang yang eratantara pengajardansiswa. 2. Penerapan model pembelajaranvisulizationaudiotorykinestetik (VAK)dalampembelajaranIPA memangmemudahkan guru dansiswadalamkegiatanpembelajaran, namun 60

74 perludiwaspadaiharusadakomunikasiantara pengajardansiswa. Pengajarharuskreatifdaninovatifdalam proses pembelajaran 3. Guru sebelummelaksanakanpembelajaranhendaknyamerencanakanpelaksanaanpemb elajaransesuaimateripembelajarandenganmempertimbangkanpenggunaanmetod edan media pembelajaran yang relevan agar nantinyaterdapatsingkronisasi yang nyataantaraperencanaandanpelaksanaan yang nantinyadiharapkandapatmemberikanhasil yang maksimal. 61

75 DAFTAR PUSTAKA BadanStandarNasionalPendidikan, 2006, KompetensidanKompetensiDasarIPA SMP. Jakarta. Dimyati dan Mudjiona Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Modul 9B. Pedoman Pengembangan Silabus Mata Pelajaran IPA. Jakarata Buku Saku Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. DePorter. Bobi Quantum Teaching. Bandung :Kaifa Evelyn Williams Mengajar Dengan Empati, Bandung, Nuansa. Hamalik Omar, 2004, Proses BelajarMengajar, Jakarta: PT BumiAksara Kemmis, Stephen & Mc. Taggart, Robin The Action Research Planner.Victoria: Deaken University. 62

76 Lie Anita Mempraktekan Coopertaive Learning di Ruang-ruang Kelas(Edisi Revisi). Jakarta: Grasindo. Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara. Prasetiya, Joko Tri Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia Sardiman AM Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Grafindo. Slavin, Robert E Cooperatif learning Theory, Research, and Practice Second Edition. Noedham height: A. Simon and scuster Company Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:Nusa Media. Subyantoro Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Universitas Diponegoro Sugiyanto Model-Model Pembelajaran, Surakarta, Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offfset 63

77 Suparmini, Penerapan Metode Student Fasilitator and Eksplaining Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS. Yogyakarta Suprijono. A Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutarman Penerapan Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) untuk meningkatkan kemampuan berpendapat dan prestasi belajar fisika. Malang Suwarman Pelajaran Pengetahuan Alam, Kelas IX semester 1, Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Syiful Bahri Djumarah dan Aswan Zain Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Zainal Aqib Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. 64

78 LAMPIRAN 1 No Nama Siswa KKM Hasil Tes Studi Awal Ket. 1 ADITH PRASETIO T 2 ADITIYA PRATAMA TT 3 ALI SYAHBAR TT 4 ALIEF NUR RAHMAN T 5 ALVIAN FADILA TT 6 ARSYA SELLU AFRINIA TT 7 ATIKA DEWI TT 8 AYU PANCA F.N A. R TT 9 AYU WIDYASARI TT 10 DAMAR AJI DEWANTARA T 11 DENI INDRA PRADANA TT 12 ELISTA NINGRUM SUNDARI TT 13 ENTIN SUHARTININGSIH TT 14 FERLITA RUSTANTI TT 15 FITRI NUR AZIZAH TT 16 GALANG SABDA PERMADI TT 17 KUSWANTO TT 18 MARSEL KRISNA S TT 19 MUHAMAD ALFIKRI TT 20 MUHAMMAD AFFAN ALI ARHINZA TT

79 21 NISA ALKHIKMAH TT 22 NURLITA AMELIASIH T 23 RANGGA RIZKY SAPUTRA TT 24 RENITA YUNIATI TT 25 RIAN ADITYA NUGROHO TT 26 STEVEN LUIGI ARDIANTO T 27 SYAMSUL HIDAYAT TT 28 WAHYU SYARIFUDIN TT 29 YANI NURRAHMAWATI TT 30 YANUAR RISKI SAPUTRA TT 31 YUDHA PAMUNGKAS TT 32 ZIDAN PRASTIYO TT rata-rata 45.05

80 LAMPIRAN 2 Hasil belajar komparatif studi awal, siklus I dan siklus II No Nama Siswa KKM Hasil Tes Studi Awal Hasil Tes Siklus I Hasil Tes Siklus II Ket. 1 ADITH PRASETIO T 2 ADITIYA PRATAMA T 3 ALI SYAHBAR T 4 ALIEF NUR RAHMAN T 5 ALVIAN FADILA T 6 ARSYA SELLU AFRINIA T 7 ATIKA DEWI T 8 AYU PANCA F.N A. R T 9 AYU WIDYASARI T 10 DAMAR AJI DEWANTARA T 11 DENI INDRA PRADANA T 12 ELISTA NINGRUM SUNDARI T 13 ENTIN SUHARTININGSIH T 14 FERLITA RUSTANTI T 15 FITRI NUR AZIZAH T 16 GALANG SABDA PERMADI T 17 KUSWANTO T 18 MARSEL KRISNA S T

81 19 MUHAMAD ALFIKRI T 20 MUHAMMAD AFFAN ALI ARHINZA T 21 NISA ALKHIKMAH T 22 NURLITA AMELIASIH T 23 RANGGA RIZKY SAPUTRA T 24 RENITA YUNIATI T 25 RIAN ADITYA NUGROHO T 26 STEVEN LUIGI ARDIANTO T 27 SYAMSUL HIDAYAT T 28 WAHYU SYARIFUDIN T 29 YANI NURRAHMAWATI T 30 YANUAR RISKI SAPUTRA T 31 YUDHA PAMUNGKAS T 32 ZIDAN PRASTIYO T rata-rata

82 LAMPIRAN 3 Hasil Observasi Minat Belajar Siswa Siklus I No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Persentase (%) Saya berusaha mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Setiap ganti materi pelajaran, saya mempersiapkan materi selanjutnya Saya selalu memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung Saya selalu mencatat hal-hal penting dari Penjelasan guru Saya selalu mencoba mencari di buku pelajaran saat menemui materi yang belum dipahami saat pelajaran berlangsung Jika materi belum saya pahami, saya terdorong untuk bertanya kepada teman atau guru. Saya percaya bisa memahami materi pelajaran ini dan berharap untuk materi berikutnya ,5 8 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu ,9 Setelah belajar dengan menggunakan 9 model pembelajaran ini, saya percaya akan menyelesaikan tes evaluasi dengan berhasil 10 Saya tertarik dengan media pembelajaran ini, sehingga saya semakin termotivasi 24 75, ,9

83 dalam belajar. 11 Saya merasa nyaman dengan situasi belajar yang diterapkan dalam media 22 68,8 pembelajaran ini. 12 Apabila ada soal-soal yang sulit, saya berusaha untuk memecahkan sendiri 21 65,6 tanpa meminta bantuan orang lain. 13 Saya senang terhadap penilaian 25 78,1 kelompok dalam pembelajaran ini. 14 Saya senang terhadap soal tes yang diberikan dan yakin mendapatkan nilai 23 71,9 baik. 15 Saya mengerjakan soal-soal sendiri tanpa 22 68,8 menunggu jawaban dari teman. Jumlah 1103,1 Rerata 73,5

84 LAMPIRAN 4 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 4 GOMBONG Jalan Yos Sudarso Timur No: 44 Gombong Telp (0287) Gombong LEMBAR OBSERVASI TERHADAP GURU Mata Pelajaran IPA : Kelas/ Semester VIII G : Tanggal : No Aspek Yang diamati Ya A. Persiapan Mengajar V 1 Merumuskan tujuan khusus V 2 Menyediakan alat bantu dan sumber belajar V 3 Menyediakan lembar Kerja Siswa V 4 Menyediakan Lembar Evaluasi V Siklus I Tidak B. Kegiatan Pembelajaran 1 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran V 2 Memberikan Apersepsi V 3 Memberikan Motivasi V 4 Menggunakan Metode yang tepat V 5 Menggunakan Alat Bantu/ Alat Peraga yang V tepat V 6 Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Individu V 7 Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Individu V 8 Memberi petunjuk/ penjelasan yang berkaitan V dengan isi 9 Memberikan contoh yang bervariasi V 10 Memberikan dorongan untuk bertanya V 11 Membantu siswa menyadari kelebihan/ V kekurangan V 12 Memicu siswa aktif V 13 Menunjukan sikap ramah dan terbuka V 14 Melaksanakan Pembelajaran IPA 15 Membantu menyimpulkan/meluruskan V penyerapan konsep baru yang dipelajari V

85 C. Memberikan Tes Awal 1 Memberikan Tes Awal V 2 Melakukan Evaluasi Proses V 3 Menganalisis Evaluasi Akhir V 4 Menganalisis hasil evaluasi V 5 Memberikan bimbingan/penjelasan kepada V siswa D. Kegiatan Akhir 1 Memberikan tindak lanjut dalam V bentuk pekerjaan rumah/ PR 2 Menyampaikan persiapan yang harus dilakukan V siswa untuk pembelajaran Gombong, Maret Observer

86 Hasil Angket Minat Belajar Pra Siklus No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Persentase (%) Saya berusaha mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Setiap ganti materi pelajaran, saya mempersiapkan materi selanjutnya Saya selalu memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung Saya selalu mencatat hal-hal penting dari Penjelasan guru Saya selalu mencoba mencari di buku pelajaran saat menemui materi yang belum dipahami saat pelajaran berlangsung Jika materi belum saya pahami, saya terdorong untuk bertanya kepada teman atau guru. Saya percaya bisa memahami materi pelajaran ini dan berharap unuk materi berikutnya , , , , , , ,5 8 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu ,5 Setelah belajar dengan menggunakan model 9 pembelajaran ini, saya percaya akan menyelesaikan tes evaluasi dengan berhasil Saya tertarik dengan media pembelajaran ini, 10 sehingga saya semakin termotivasi dalam belajar. 11 Saya merasa nyaman dengan situasi belajar yang diterapkan dalam media pembelajaran ini. Apabila ada soal-soal yang sulit, saya berusaha 12 untuk memecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. 13 Saya senang terhadap penilaian kelompok dalam pembelajaran ini , , , , ,5

87 14 Saya senang terhadap soal tes yang diberikan 17 53,1 dan yakin mendapatkan nilai baik. 15 Saya mengerjakan soal-soal sendiri tanpa 20 62,5 menunggu jawaban dari teman. Jumlah 990,6 Rerata 66,0

88 LAMPIRAN 5 Hasil Angket Minat Belajar Pra Siklus No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Persentase (%) Saya berusaha mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran Setiap ganti materi pelajaran, saya mempersiapkan materi selanjutnya Saya selalu memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung Saya selalu mencatat hal-hal penting dari Penjelasan guru Saya selalu mencoba mencari di buku pelajaran saat menemui materi yang belum dipahami saat pelajaran berlangsung Jika materi belum saya pahami, saya terdorong untuk bertanya kepada teman atau guru. Saya percaya bisa memahami materi pelajaran ini dan berharap unuk materi berikutnya , , , , , , ,5 8 Saya mengumpulkan tugas tepat waktu ,5 Setelah belajar dengan menggunakan model 9 pembelajaran ini, saya percaya akan menyelesaikan tes evaluasi dengan berhasil Saya tertarik dengan media pembelajaran ini, 10 sehingga saya semakin termotivasi dalam belajar. 11 Saya merasa nyaman dengan situasi belajar yang diterapkan dalam media pembelajaran ini. Apabila ada soal-soal yang sulit, saya berusaha 12 untuk memecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain , , , ,3

89 13 Saya senang terhadap penilaian kelompok 20 62,5 dalam pembelajaran ini. 14 Saya senang terhadap soal tes yang diberikan 17 53,1 dan yakin mendapatkan nilai baik. 15 Saya mengerjakan soal-soal sendiri tanpa 20 62,5 menunggu jawaban dari teman. Jumlah 990,6 Rerata 66,0

90 LAMPIRAN 6 Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Vizualization Audiotory Kinestetik (VAK) No Aspek yang Diamati Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Apakah anda senang mempelajari IPA dengan 25 78,1 media pembelajaran audiovisual? 2 Apakah anda tertarik dengan cara penyampaian 22 68,8 materi tersebut? 3 Apakah Anda senang dengan media yang 28 87,5 diterapkan guru? 4 Apakah dengan media terebut lebih efektif? 23 71,9 5 Apakah pembelajaran sesuai dengan harapan? 24 75,0 6 Apakah pembelajaran IPA dengan media 27 84,4 audiovisual IPA lebih berkesan? 7 Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan media audiovisual lebih mudah 20 62,5 memahami isi teks bacaan IPA? 8 Apakah pembelajaran IPA dengan menggunakan media audiovisual dapat 25 78,1 menyelesaikan soal-soal dengan mudah? 9 Apakah media pembelajaran IPA dengan media audiovsual dapat memperjelas 25 78,1 pemahaman konsep? 10 Apakah anda merasa berani bertanya kepada 20 62,5 guru? 11 Apakah anda merasa lebih berani untuk 24 75,0 menjawab pertanyaan dari guru? 12 Apakah anda termotivasi untuk giat belajar? 23 71,9 13 Apakah Anda merasa terbimbing dalam belajar 21 65,6? 14 Apakah anda lebih percaya diri untuk belajar? 20 62,5 15 Apakah pembelajaran IPA menggunakan media pembelajaran audiovisual sesuai dengn minat belajar? 23 71,9

91 Jumlah 1093,8 Rerata 72,9

92

93 LAMPIRAN 10 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMP N 4 GOMBONG Kelas/Semester : VIII/2 Mata Pelajaran: IPA Alokasi waktu : 4 X 40 ( 2X pertemuan ) Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan seharihari. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya, dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya. A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian gaya. 2. Menyebutkan macam-macam gaya. 3. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 4. Menyebutkan beberapa contoh gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 5. Mengamati perubahan yang ditimbulkan gaya.

94 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMP N 4 GOMBONG Kelas/Semester : VIII/2 Mata Pelajaran : IPA Alokasi waktu : 4 X 40 ( 2X pertemuan ) Standar Kompetensi 5. Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar 5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya, dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya. A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1. Menjelaskan pengertian gaya. 2. Menyebutkan macam-macam gaya. 3. Membedakan gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 4. Menyebutkan beberapa contoh gaya sentuh dan gaya tak sentuh. 5. Mengamati perubahan yang ditimbulkan gaya. 6. Menuliskan diagram vektor untuk menggambarkan gaya. 7. Menjelaskan pengertian resultan gaya. 8. Menentukan resultan gaya-gaya yang searah. 9. Menentukan resultan gaya-gaya yang berlawanan arah. 10. Menentukan resultan gaya berbentuk sudut. 11. Menjelaskan pengertian keseimbangan. 12. Menjelaskan syarat terjadinya keseimbangan. Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian( respect) Tekun( diligence ) Tanggungjawab( responsibility) Ketelitian( carefulness) B. Materi Pembelajaran Gaya C. Metode Pembelajaran 1. Model : - Kelompok besar (Large Goup) - Cooperative Learning 2. Media : VAK (Visualization Auditori Kinestetik) D. Langkah-langkah Kegiatan PERTEMUAN PERTAMA a. Kegiatan Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:

95 LAMPIRAN 11 PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 4 GOMBONG Terakreditasi: A (Amat Baik) Alamat : Jalan Yos Sudarso Timur No. 44 Telepon (0287) Gombong Petunjuk: SOAL EVALUASI SIKLUS I Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D untuk jawaban yang paling benar pada lembar jawaban yang tersedia! 1. Gaya merupakan besaran yang di tentukan oleh nilai dan arahnya, maka gaya merupakan besaran. a. Skalar c. vector b. Pokok d. Fisika 2. Gaya yang dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada benda seperti berikut, kecuali a. Perubahan bentuk c. Perubahan masa b. Perubahan arah gerak d. Perubahan kecepatan jarak 3. Resultan dua gaya yang segaris dan arah sama dengan a. Jumlah kedua gaya itu c. Perkalian kedua gaya itu b. Selisih kedua gaya itu d. Pembagian gaya itu 4. Sebuah benda massa 2,5 kg. Jika percepatan grafitasi 10 N/kg, maka berat benda tersebut adalah. a. 25 N c. 24,5 N b. 24 N d. 23,5 N 5. Gaya yang terjadi pada ketapel yang di tarik adalah gaya. a. Pegas c. Mesin b. Alat d. Tarik 6. Jika dua gaya F1=35N dan F2= 15 N memiliki arah yang berlawanan, maka resultan kedua gaya tersebut adalah. a. 20N c. 25N b. 40N d. 50N 7. Makin kasar permukaa benda, maka gaya geseknya adalah a. Makin besar C. Tetap b. Makin kecil d. Mungkin besar mungkin kecil 8. Sebongkah batu beratnya 160N ketika di timbang di bulan yang memiliki percepatan gravitasi 1,6 m/s 2. Saat di timbang di bumi, maka berat benda tersbut menjadi.. a. 1,6 kg c. 160kg b. 10 kg d. 100 kg 9. Definisi dari inersia adalah. a. Benda ingin selalu diam b. Benda cenderung mempertahankan keadaanya yang diam atau bergerak c. Jika benda jatuh,arahnya selalu menuju pusat bumi d. Benda ingin selalu bergerak

96 10. Sesuai dengan hukum I Newton, sepeda motor atau mobil yang melaju, tidak akan berhenti seandainya a. Tidak di rem b. Tidak ada gaya gesekan c. Tidak di rem dan tidak ada gaya gesek d. Tidak ada bahan bakar / bensin 11. Berikut yang merupakan pernyataan dari hokum III Newton adalah a. F aksi=- F r eaksi b. F aksi : F reaksi = 0 c. A= F : m d. Jika F=0, maka v=0 12. Sebuah benda bermasa 3 kg dikenai gaya sebesar 12N, maka percepatan benda tersebut adalah. a. 0,25 m/s 2 c. 20 m/s 2 b. 4 m/s 2 d. 64 m/ s Ali mendorong dinding dengan gaya 50 N, besarnya gaya yang di terima ali dari dinding adalah. a. 5 N c. 50 N b. 100 N d. 200 N 14. Sebuah mobil bergerak dengan percepatan 10 m/s 2. Jika gaya yang bekerja pada mobil tersebut N, maka masa mobil tersebut adalah. a kg c kg b kg d kg 15. Persamaan matematis untuk II Newton berikut ini benar, kecuali.. a. A= F:m c. m= F:a b. F=m x a d. a=wxg 16. Benda dengan massa lebih besar memiliki.dari pada benda bermasa yang lebih kecil. a. Kelembaman lebih kecil c. Berat lebih keci b. Kelembaman lebih besar d. Percepatan lebih besar 17. Benda yang jatuh bebas akan mengalami. a. Kelajuan berkurang c. Percepatan tetap b. Kelajuan tetap d. Percepatan bertambah 18.Beratbeban yang bekerja pada satuan luas lantai disebut. a. Gaya gesek c. Gaya tekan b. Gaya pegas d. Gaya tarik 19. Jenis gaya yang selalu melakukan usaha negative adalah. a. Gaya berat c. Gaya gesek b. Gaya otot d. Gaya gravitasi 20. Bumi bergerak mengelilingi matahari pada orbitnya karena adanya a. Gaya berat c. Gaya gesek b. Gaya otot d. Gaya gravitasi

97

98 108 Fotominatbelajarsiswa Fotosiswasedangmengisiangketminatbelajar

99 108 Fotokolaborasidengantemansejawat Fotosiswasedangmengerjakantes

100 108 Foto guru-guru SMP Negeri 4 Gombong Fotosiswa yang tidakmemperhatikanpelajaran

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari

Dari beberapa definisi tersebut maka pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan sebagai sebuah pembelajaran yang mempelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari pengertian, ruang lingkup dan tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pengertian, sintaks, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran VAK (Visual

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII A MTS MA ARIF AMBARWINANGUN Anggara Bari Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 1 (2016) 90-100 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam BAB II ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas ini. Teori yang dikemukakan antara lain teori tentang belajar, hasil belajar, sikap, teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

Oleh Indah Fajrina

Oleh Indah Fajrina Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) terhadap Kemampuan Bermain Drama pada Siswa Kelas XI MAN 1 Tanjung Pura Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Indah Fajrina 2102111011

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO Oleh Budi Hartono (1), Vidya Pratiwi (2) ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA CD PEMBELAJARAN DISERTAI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANJAR MARGO SUMBOGO B. M. SMP Negeri 1 Banjar Margo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai Margareta Ni Made Ardani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Eka Fermantika 1), Mukhni 2), Suherman 3) 1) FMIPA UNP, email: Eka_Fermantika@ymail.com 2,3)

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: INTAN PRATAMA WULANDARI A510090

Lebih terperinci

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN

Daenah. Kata Kunci: Tujuan Pembelajatan, Kooperatif, Model Jigsaw, Minat, Hasil Belajar PENDAHULUAN PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF (JIGSAW) PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG ENERGI DAN PENGGUNAANNYA DI KELAS IV SD NEGERI SEPANJANG JAYA II TAHUN 2015 Daenah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Ngringo. SD Negeri 04 Ngringo ini berlokasi di jalan Cempaka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.. Jenis, Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Talun 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati dengan Jumlah siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Oleh Saryana PENDAHULUAN PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya

Lebih terperinci

(Class Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas. CAR (Class. Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi

(Class Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas. CAR (Class. Room Action Research) atau Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan CAR (Class Room Action

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN 1 Ringinharjo Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dilihat dari segi geografisnya SDN 1 Ringinharjo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah PTK. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya, BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga

Lebih terperinci

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Berbantuan Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 5 Basi Kecamatan Basidondo Tolitoli Elistina Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Siklus I Kelas X ATPH dan X ATU Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci