Memahami Pluralitas Permainan Bahasa dalam Filsafat Postmodernisme Jean- François Lyotard
|
|
- Johan Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Memahami Pluralitas Permainan Bahasa dalam Filsafat Postmodernisme Jean- François Lyotard I. Pendahuluan Oleh Hans Hayon Mahasiswa STFK Leladero, Maumere, NTT Bahasa memainkan peranan penting dalam teori relasi sosial. Dalam hal ini, bahasa adalah kancah paling canggih yang memberikan manusia kemampuan untuk mengkomunikasikan makna-makna yang dimilikinya kepada orang lain demi terwujudnya keteraturan sosial dan keharmonisan struktur masyarakat. Karena bahasa mencerminkan realitas struktur yang hidup di dalam masyarakat, maka bahasa senantiasa bersifat plural dalam penuturannya. Dalam hal ini, masing-masing aspek yang hidup berada pada status setara. Maksudnya, tidak ada kemungkinan untuk mendominasi dan didominasi oleh aspek lain. Jean- François Lyotard menyebut sistem bahasa yang plural itu sebagai permainan bahasa (language game). 1 Patut dicatat bahwa aktus komunikasi sebagai konsekuensi lanjut dari permainan bahasa tersebut bukan demi tercapainya konsensus tertetu sebagaimana yang dicetuskan oleh Habermas. Sebaliknya Lyotard menolak konsensus tersebut dan menganjurkan dissensus. Dissensus adalah kemungkinan terbaik yang harus diterapkan dalam pluralitas dan keberadaan. Dissensus merupakan wahana di mana tidak terdapat dominasi atas atau oleh suatu struktur tertentu. Dari deskripsi di atas, menjadi jelas bahwa filsafat postmodernisme Jean- François Lyotard berarti penolakannya terhadap metanarasi. Sebagai reaksi atas modernisme yang menerima metanarasi sebagai sesuatu yang absolut, Lyotard mengambil sikap menghargai adanya pluralitas mininarasi. Sejarah mencatat bahwa hakikat metanarasi yang mengandalkan kebebasan subjek rasional menjadi diktum universal yang berlaku umum. Fakta ini menghadirkan cara pandang (point of view) yang tunggal atas realitas dan pembudayaan kultur menegasikan pluralitas cara baca. Dalam paper ini, saya ingin menjelaskan bagaimana hubungan antara filsafat modernisme Jean- François Lyotard dalam kaitannya dengan tesisnya tentang permainan bahasa. II. Wacana Postmodernisme Cukup sulit untuk mendefinisikan istilah postmodernisme karena terdapat banyak pendapat tentangnya dari berbagai perspektif: sosiologi, strukturalisme, psikologi, dan ilmuilmu lain. Namun secara garis besar, pembahasan tentang postmodernisme selalu dikaitkan 1 Jean- François Lyotard, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (Manchester: Manchester University Press, 1986), p. 10 1
2 dengan usaha untuk menolak semua bentuk pemutlakkan terhadap suatu konsep tentang realitas dan menjadikan pengalaman pluralitas sebagai sebuah usaha rasional. Dalam teroi kebudayaan, postmodernisme disebut sebagai dediferensiasi. 2 Jika dalam era pramodern disebut zaman tanpa diferensiasi (universalitas berada di bawah wadah tunggal ), dan era modern yang ditandai oleh diferensiasi maka zaman postmodern ditandai oleh dediferensiasi. Perbedaan yang ketat dengan sekat yang tegas, mulai mengalir. Dengan demikian, yang ada hanyalah keserentakan pluralitas yang berbeda pada masyarakat dalam satu periode. Dalam rangka agama, kini orang berbicara lagi tentang munculnya kembali politeisme atau sinkretisme, menggantikan monoteisme yang tegas dan dogmatisme agama. Dalam dunia pekerjaan ada tendensi ke arah penataan ruang kerja seperti tempat tinggal, dan tempat tinggal menyerupai ruang kerja. Relasi majikan-pekerja hendak dibangun seperti relasi kekeluargaan. Batas antara ruang kerja dan ruang hidup menjadi mengalir. Dalam bidang olahraga unsur estetis menjadi hal yang semakin mendapat perhatian. Tim-tim yang hanya berpedoman pada efektivitas, tidak lagi mendapat dukungan yang luas seperti tim-tim yang juga memperhatikan keindahan permainan. 3 Dengan demikian, terdapat kultur baru yang variatif di mana masing-masing subjek memiliki kemungkinan untuk membaca realitas secara berbeda. III. Filsafat Bahasa Jean- François Lyotard Sebagaimana yang telah saya uraikan di atas, filsafat bahasa Lyotard senantiasa berkaitan erat dengan tesisnya tentang postmodernisme (penolakan atas metanasi dan pengakuan atas mininarasi). Untuk itulah Lyotard lebih memilih permainan bahasa sebagai pendekatan metodologis universal. I should now be clear from which perspective I chose language gamesas my general methodological approach. I am not claiming that the entirely of social relations is of this nature-tahat will remain an open question. 4 Dengan demikian, terbukalah ruang penafsiran dan pertanyaan yang baru atas realitas oleh karena permainan bahasa (baca: ragam bahasa). Selanjutnya, saya akan memaparkan secara terperinci filsafat bahasa Lyotard dalam konfrontasinya dengan tindakan komunikatif Jürgen Habermas. 3.1 Mengenal Jean- François Lyotard 5 Jean - François Lyotard merupakan salah satu filsuf dari abad XX yang lahir di Versailles, Prancis pada tanggal 10 Agustus Lyotard lalu disekolahkan pada Paris Lycèes Buffon dan Louis-le-Grand. Setelah lulus dari Universitas Sorbonne, Lyotard lalu mengabdikan diri sebagai guru filsafat pada sekolah menengah Lycèes di Constantine. Tahun 1971 Lyotard meraih gelar doktor dengan tesis tentang perbandingan antara fenomenologidengan strukturalisme di bawah judul Discours, Figure. Setelah menjadi 2 Scott Lash, Sosiologi Postmodernisme (Yogyakarta: Kanisius, 2004), pp Paul B. Kleden, Memahami Postmodernisme (ms.) (Maumere: STFK Ledalero, 2009), p Jean- François Lyotard, The Postmodern Condition: A Report on Knowledge, Op. Cit., p Biogfari ini dikutip dari Willy Gaut, Filsafat Postmodernisme Jean- François Lyotard (Maumere: Ledalero, 2010), pp
3 profesor di Universitas Paris VIII, terjadi peningkatan profilik dalam karier kepenulisannya. 6 Lyotard pensiun pada tahun Bersama filsuf Derrida, Lyotard mendirikan sebuah pusat pendidikan filsafat Collège Internationale de Philosophie. Lyotard meninggal di Paris pada tanggal 21 April Gagasan Dasar Tentang Status Pengetahuan Ilmiah Dalam The Postmodern Condition: A Report on Knowledge, Lyotard mencoba mengaji pengetahuan sebagai basis dari analisis sosial dan refleksi filosofis dalam teori postmodernismenya. Bagi Lyotard, adalah mustahil jika ingin mengetahui kondisi pengetahuan tanpa memahami terlebih dahulu struktur sosial masyarakat, tempat pengetahuan eksis. Sebagaimana yang diketahui bahwa pengetahuan ilmiah modern memperoleh basis legitimasinya pada sejumlah metanarasi, dan basis legitimasi pengetahuan postmodernisme diletakkan pada rasionalitas teknologis, Lyotard justru menganjurkan paralogi. Menurut Lyotard,pengetahuan manusia terdiri atas pengetahuan ilmiah dan pengetahuan naratif. Pengetahuan ilmiah mendasarkan kebenarannya pada sejumlah kaidah argumentasi rasional dan pembuktian empiris. Sedangkan pengetahuan naratif tampil secara konkret dan menjadi basis legitimasi bagi lembaga-lembaga sosial. Dalam pengetahuan ini, terdapat ruang yang memadai bagipluralitas permainan bahasa yang tidak ditemukan dalam pengetahuan ilmiah. 3.3 Permainan Bahasa dan Tindakan Komunikatif Permainan bahasa dipahami sebagai ragam jenis atau kategori ucapan yang keberadaan dan pemberlakuannya dalam praktik komunikasi ditentukan oleh aturan main tetentu yang memberisifatkhas bagitiap jenis kategoriucapan itu. 7 Setiap permainan bahasa ditandai oleh tiga karakteristik berikut. Pertama, setiap aturan dalam permainan bahasa tidak mendapat legitimasi dari dirinya sendiri, melainkan dari hasil kontrak di antara para pemainnya. Kedua, jika tidak ada aturan, maka tidak ada permainan. Begitu pula, modifikasi sekecil apa pun terhadap aturan akan berdampak pada keseluruhan sifat dasar sebuah permainan. Ketiga, setiap ucapan dalam sebuah permainan bahasa dilihat sebagai sebuah gerakan (move). 8 Pernyataan di atas secara eksplisit menjabarkan bahwa ragam jenis bahasa menunjukkan faktum pluralitas yang agonistik (Yun. agon berarti ruang sengketa atau konflik). 9 Namun pluralitas memiliki dua kemungkinan lain. Kemungkinan pertama mengacu pada pluralitas dan perbedaan yang tak terjembatani sebagai sebuah konflik (lyotard menyebutnya Differend). Di samping itu, ada juga pluralitas dengan perbedaan yang terjembatani disebut litigation, 10 sebagai perkara yang dapat dicari solusinya. Solusinya 6 Lyotard menulis sekurang-kurangnya 21 judul buku yang lahir dari pergulatan intelektualnya. 7 Willy Gaut, Filsafat Postmodernisme Jean- François Lyotard, Op.cit.,p Ibid Emilia Steurman, The Bounds of Reason, Habermas, Lyotard and Melanie Klein on Rationality, (New York: Routledge, 2000), p Ibid. 3
4 terletak pada adanya titik temu berkat kriteria umum yaang diterapkan. Kemungkinan kedua adalah inkomensurabilitas. Permainan bahasa bersifat lokal dan imanen karena tidak dapat diperbandingkan dengan permainan bahasa lain. Karena tidak ada pengistimewaan, hal ini menjadikan semua permainan bahasa setara dan tak mungkin dibentuk sebuah kriteria umum sebagai pembandingnya. Efek lanjut dari adanya permainan bahasa tersebut adalah penolakan atas konsensus. Habermas dalam teorinya tentang tindakan komunikatif di mana aktus komunikasi melalui bahasa adalah syarat utama menuju konsensus. Hal ini bagi Lyotard tercipta karena dikondisikan oleh sistem bahasa. Penyesuaian gaya percakapan, pergulatan makna, dan muatan dalam bahasa yang digunakan setiap kali terjadinya komunikasi guna melahirkan konsensus merupakan penolakan atas pluralitas penggunaan. Menggunakan gaya bahasa yang satu berarti meniadakan atau tidak memberi kesempatan bagi yang lain. Inilah yang disoroti oleh Lyotard dan menghantarnya pada keteguhan untuk menolak konsensus lalu menganjurkan disensus. 3.4 Permainan Bahasa dan Sruktur Masyarakat Bahasa menunjukkan bangsa dan cara berbahasa mencerminkan cara kehidupan berbangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat dibaca dari sedalam mana pemaknaannya terhadap bahasa yang digunakannya. Penggunaan kreatif bahasa oleh manusia mencapai puncaknya pada etnometodologi; di sini hakikat bahasa manusia menjadi topik kajian sosiologi. Maka, hal-hal teknis seperti bagaimana bahasa digunakan oleh manusia untuk mengungkapkan isi pikiran satu sama lain merupakan sasaran perhatian. Bahasa dan kemampuan untuk menggunakannya mencerminkan pembeda dalam kehidupan manusia. Dari pembedaan inilah lahir struktur-struktur dalam masyarakat. Lyotard yang mengedepankan permainan bahasa sejatinya menghadirkan juga pluralitas struktur yang hidup dalam masyarakat. Cara pandang atas struktur yang terbentuk dari institusi-institusi sosial mengandaikan cara baca atas permainan bahasa yang hidup dalam masing-masing struktur itu. Sebagai misal, penggunaan permainan bahasa pada institusi formal dan informal selalu berbeda satu sama lain. Masing-masing pihak mencerminkan entitas yang menjadi muatan di mana komunikasi terjadi. IV. Penutup Postmodernisme sejatinya membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dewasa ini. Perubahan yang paling dirasakan adalah adanya faktum pluralitas dan singularitas serta partikularitas. Kekayaan ini merupakan cara canggig membuat hidup manusia lebih berdaya guna. Salah satunya adalah permainan bahasa yang tanpa disadari sering kita gunakan. Permainan bahasa atau ragam jenis bahasa hendaknya perlu dilesatrikan guna menekankan aspek keunikan dan karakteristik dari struktur masyarakat tertentu. Sikap mengabaikan bahkan menghilangkan pluralitas berrarti mematikan kreativitas manusia. Terhadap faktum pluralitas, Lyotard menganjurkan kita untuk senantiasa menghargai kemerdekaan dari singularitas yang lain. Satu hal yang dilupakan Lyotard berkaitan dengan 4
5 filsafat bahasanya adalah sikap tergesa-gesanya dalam menolak konsensus komunikasi. Komunikasi tidak semata-mata dibuat demi pencapaian konsensus. Sebaliknya, komunikasi justru digelar karena masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya ingin memahami satu dengan yang lain. Pemahaman intersubjektif inilah yang menjadikan komunikasi mungkin, di sampingadanya sikap inklusif di antara keduanya. Daftar Pustaka Gaut, Willy. Filsafat Postmodernisme Jean- François Lyotard. Maumere: Ledalero, 2010 Kleden, Paul B. Memahami Postmodernisme (ms.). Maumere: STFK Ledalero, Lash, Scott. Sosiologi Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius, Lyotard, Jean- François. The Postmodern Condition: A Report on Knowledge. Manchester: Manchester University Press, Steurman, Emilia. The Bounds of Reason, Habermas, Lyotard and Melanie Klein on Rationality. New York: Routledge,
BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Modernitas yang ditandai oleh rasio instrumental mengimplikasikan beberapa persoalan seperti filsafat kesadaran, positivisme, universalitas serta kecenderungan ideologi yang
Lebih terperinciDr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME
Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM E MODERNISME POSTMODERNISME PENGERTIAN POSTMODERNISME 1. Postmodernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern (Lyotard).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciAreté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1
199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciPosisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran
Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran Paradigma Memandang Realitas : Sebuah Fondasi Awal Pemahaman semiotika tidak akan mudah terjebak pada urusan-urusan yang teknik metodologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu kehidupan, bentuk materi maupun non-materi mengalami sebuah siklus perubahan yang natural terjadi dalam segala aspek kehidupan yang mencakup mulai dari
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.
BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ILMU PADA MASA POST MODERN
PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA POST MODERN Penulis mengambil judul ini karena kita masih jarang membahas tentang perkembangan ilmu pada masa post modern baik di sekolah maupun di lingkup keluarga, post modern
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA INGGRIS DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 1 A. Latar
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak
Lebih terperinciPARADIGMA INTERPRETIVISME
PARADIGMA INTERPRETIVISME Salah satu paradigma non positivisme adalah paradigma interpretif. Paradigma ini dikenal juga dengan sebutan interaksionis subyektif (subjective interactionist). Pendekatan alternatif
Lebih terperinciFILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )
FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin
Lebih terperinciMemperbanyak Pengalaman Demokrasi, Meningkatkan Kecerdasan Berbela Rasa
Memperbanyak Pengalaman Demokrasi, Meningkatkan Kecerdasan Berbela Rasa Oleh Dr. Paul Budi Kleden, SVD Koperasi, dalam bentuknya sebagai Koperasi Simpan Pinjam, tampaknya sedang mengubah wajah perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Invaliditas aplikasi..., Bio In God Bless, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sains bersifat naturalistis juga bersifat empiristis. Dikatakan bersifat naturalistis dalam arti penjelasannya terhadap fenomena-fenomena alam selalu berada dalam wilayah
Lebih terperinciPendekatan Teoritik Dalam Komunikasi Politik. Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si
Pendekatan Teoritik Dalam Komunikasi Politik Oleh: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si Pendekatan Fungsional Pendekatan fungsional dalam kajian komunikasi politik lebih berorientasi pada peran atau fungsi komunikasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berbeda dengan konsep keadilan sosial Rawls dan Pancasila yang dijabarkan sebagai bentuk kontrak sosial antar anggota masyarakat yang secara tekstual harus dijalankan
Lebih terperinciPARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL
PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,
Lebih terperinciHUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH
Hubungan Dialog Kreatif dengan Pengalaman Historis Siswa, Adhitya 1 HUBUNGAN DIALOG KREATIF DENGAN PENGALAMAN HISTORIS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SEJARAH Adhitya Rol Asmi. FKIP Universitas Sriwijaya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker
BAB VI PENUTUP Berdasarkan hasil kajian terhadap pemikiran Parker maka kesimpulan dari penelitian ditemukan sebagai berikut: A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker 1. Konsep seni merupakan
Lebih terperinciFAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG
KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN NOMOR 34/PP/2012 TENTANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. SIMPULAN
101 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Memperoleh pendidikan pada dasarnya merupakan suatu hak bagi tiap individu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang ditakdirkan untuk memperoleh pendidikan. Perolehan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sastra adalah sebuah media bagi pengarang untuk menuangkan ide kreatif dan imajinasinya. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seorang pengarang menjadi
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,
BAB V PENUTUP Pada bab V penulis menyimpulkan keseluruhan pembahasan dalam skripsi. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan penulis ajukan dalam pembatasan masalah. Disamping itu penulis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Frankfurt. Para tokoh Mazhab Frankfurt generasi pertama terjebak dalam
BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Pemikiran-pemikiran Habermas merupakan sebuah ide pembaharuan atas kebuntuan berpikir yang dialami oleh para pendahulunya dalam Mazhab Frankfurt. Para tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT
STRUKTUR DAN SIFATNYA DALAM PEMIKIRAN MICHEL FOUCAULT oleh Suma Riella Rusdiarti 1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Pendahuluan Michel Foucault adalah salah satu filsuf penting abad ke-20 yang pemikirannya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali
Lebih terperinciCRITICAL THEORIES Bagian III
CRITICAL THEORIES Bagian III 1 Jurgen Habermas Jürgen Habermas (18 Juni, 1929, Düsseldorf) ialah seorang filsuf dan sosiolog yang berada di dalam tradisi Critical Theory dan pragmatisme Amerika. Dia paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terutama di zaman yang begitu pesat perkembangan teknologi dan informasinya yang selalu menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua
Lebih terperinciImaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU
RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU SOSIAL SISTEM SOSIAL PARSONS SAMSURI
DASAR-DASAR ILMU SOSIAL SISTEM SOSIAL PARSONS SAMSURI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oktober 2011 PADA MULANYA...WEBER ZWECKRATIONALITÄT RASIONALITAS BERTUJUAN WERTRATIONALITÄT RASIONALITAS
Lebih terperinciMATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)
MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, untuk keperluan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan cara beradanya mengandung sejumlah teka-teki yang sudah, sedang dan akan terus dicari jawabannya.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Pengantar
BAB V PENUTUP 5.1. Pengantar Bab ini berisi simpulan dan saran. Selain itu, dimunculkan pula refleksi terhadap Mocopat Syafaat, dan implikasi atas teori yang digunakan. Pemahaman teori dipandang perlu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Model Kreatif Pemecahan Masalah dalam pembelajaran menulis karangan
285 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Model Kreatif Pemecahan Masalah dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi adalah model yang peneliti uji cobakan pada penelitian ini. Model ini berorientasi
Lebih terperinciKEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto)
KEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto) 1. Pengantar Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Ia adalah Homo Socius. Ia hidup di dalam realitas yang saling berkaitan antara
Lebih terperinciFilsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU
RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan
25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan
Lebih terperinciMENEMPATKAN SKENARIO MASA DEPAN ANEUK DAN PEMUDA ATJEH TAHUN 2018 DALAM RUANG PUBLIK ACEH
E. MENEMPATKAN SKENARIO MASA DEPAN ANEUK DAN PEMUDA ATJEH TAHUN 2018 DALAM RUANG PUBLIK ACEH Dalam kertas kerjanya yang berjudul Models of Public Sphere in Political Philosophy, Gürcan Koçan (2008:5-9)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah
BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Bertrand Russell (1872-1970 M) Bertrand Russell dilahirkan di Cambridge pada abad ke-19 M dia dilahirkan setahun sebelum kematian John Stuart Mill. Ibunya adalah anak Lord
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu berbahasa yang baik dan benar. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini di antaranya berdasarkan pada dua hal utama, yaitu 1) Opini masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan, mungkin lagu ada sebelum manusia itu sendiri ada. Sadar atau tidak, percaya atau tidak, langsung atau tidak,
Lebih terperinciMUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.
MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang sangat kompleks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan secara rinci. Akan tetapi, secara sederhana pembelajaran
Lebih terperinciMENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER
l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,
Lebih terperinciIlmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. Ilmu sosial terdiri dari berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Menurut objeknya ilmu dikelompokan menjadi
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperinciA. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian
A. Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi Penelitian Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang banyak digunakan sebagai batu pijakan dalam mengembangkan ilmu. Filsafat ilmu menurut Sumantri (1998)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting dalam maju mundurnya suatu negara. Masa depan bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan masa kini, dan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinci2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa dan mencapai tujuan pendidikan nasional, perkembangan jaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia
Lebih terperinciPengetahuan dan Kebenaran
MODUL PERKULIAHAN Pengetahuan Kebenaran Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 08 M-603 Shely Cathrin, M.Phil Abstract Kompetensi Kebenaran pengetahuan Memahami pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,
78 BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Manusia pun mau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Memahami Seni Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan. Pada awalnya seni dipandang
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
Lebih terperinciPROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan
PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Paparan, analisis, dan argumentasi pada Bab-bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Video game merupakan permainan modern yang kehadirannya diawali sejak
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA
KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciFILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI
Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk karakter bangsa. Menyadari akan hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil
Lebih terperinciA. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme Salah satu pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran adalah upaya untuk membangun pengetahuan. Dasar dari pembelajaran
Lebih terperincimaupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.
ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia adalah mata kuliah wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN
84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI
8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran
PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: A. Dasar-Dasar Pendidikan Pancasila B. Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila C. Capaian Pembelajaran Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Udjiani Hatiningrum, SH., M Si Program
Lebih terperinciA. Pengertian Pancasila
PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini mempunyai nilai keindahan. Nilai keindahan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam
Lebih terperinciMEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL
MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,
Lebih terperinciTinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman.
Tinjauan Buku Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tesis utama Plantinga dalam buku ini ialah bahwa konflik
Lebih terperinci