ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN M. RIDHO ALFAZ HRP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN M. RIDHO ALFAZ HRP"

Transkripsi

1 SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH M. RIDHO ALFAZ HRP PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN PERSETUJUAN PERCETAKAN Nama : Muhammad Ridho Alfaz Harahap NIM : Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan Tanggal Ketua Program Studi Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP NIP

3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN PERSETUJUAN Nama : Muhammad Ridho Alfaz Harahap NIM : Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan Tanggal Pembimbing Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP NIP Penguji I Penguji II Dra. Raina Linda Sari, M.Si Dr. Rujiman, M.A NIP NIP

4 PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi saya yang berjudul Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi. Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Medan, Agustus 2017 Yang membuat pernyataan Muhammad Ridho Alfaz Harahap NIM: i

5 ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin, untuk menganalisis hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin dan untuk menganalisis karakteristik yang membedakan antara rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner tentang karakteristik kemiskinan rumah tangga dan data sekunder yang berasal dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Padangsidimpuan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis CHAID (Chi- Squared Automatic Interaction Detection/Detector). Analisi statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis potret kemiskinan rumah tangga dan hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan analisis CHAID digunakan untuk menganalisis karakteristik yang diduga paling menonjol membedakan antara rumah tangga miskin dan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) karakteristik rumah tangga miskin berbeda-beda di setiap wilayah Kota Padangsidimpuan dan persentase tingkat kemiskinan di Kota Padangsidimpuan berdasarkan 14 indikator rumah tangga miskin dari Badan Pusat Statistik (BPS) Padangsidimpuan rata-rata 10%; (2) hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan adalah lemah dan (3) pada umumnya karakteristik atau indikator yang dominan untuk membedakan rumah tangga miskin dengan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan adalah jenis lantai bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang dan tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri. Kata Kunci: Tingkat Kemiskinan, Indikator Rumah Tangga Miskin ii

6 ABSTRACT ANALYSIS OF HOUSEHOLD POVERTY IN THE PADANGSIDIMPUAN CITY This study aims to analyze the portrait of poverty Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household, to analyze the relationship between poverty status with the status of jobs in Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household and to analyze the characteristic that distinguish poor household and not poor household in Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household. Sample selection is done by Slovin technics. The data used in this research is using primary data by distribution questionnaire about the characteristic of poor household and secondary data from Central Bureau Statistic of Padangsidimpuan. The data analyze technich used is descriptive statistic analyze and CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector) analyze. Descriptive statistic analyze to analyze the portrait of poverty Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household and the relationship between poverty status with the jobs status head of household in Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household. As CHAID to analyze the characteristic that distinguish poor household and not poor household in Padangsidimpuan City based on the characteristic of poor household. The result showed that, (1) the characteristic of poor household is difference every district in Padangsidimpuan City and percentage level of poverty Padangsidimpuan City based on 14 the indicator of poor household from Central Bureau Statistic of Padangsidimpuan average 10%; (2) the relationship between poverty status with the jobs status head of household in Padangsidimpuan City is weak and (3) generally the dominan characteristic or indicator to distinguish poor household and not poor household in Padangsidimpuan City is the wall type residential buildings of poor household from grounds/bamboo/cheap wood, floor area of residential buildings less from 8 m 2 /orang and not have facility of big water banishment self. Keywords: Level of Poverty, Indicator of Poverty Household iii

7 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi dengan judul Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis terutama kepada: 1. Ayahanda Ir. Ripin Tajaroh Harahap, M.AP dan Ibunda Tini Kartini yang telah memberikan kasih sayang, motivasi dan bimbingan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan, saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, selaku Penguji 1 Skripsi Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Dr. Rujiman, MA, selaku Penguji 2 Skripsi Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. iv

8 7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis juga mengharapkan saran dan bimbingan guna menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca. Sekian dan terimakasih. Medan, Agustus 2017 Penulis Muhammad Ridho Alfaz Harahap NIM: v

9 DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pengertian Kemiskinan Ukuran Kemiskinan Penyebab Kemiskinan Indikator Rumah Tangga Miskin Konsep Pengangguran Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Analisis Statistik Deskriptif Analisis CHAID Definisi Operasional vi

10 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan Karakteristik Responden Penelitian Pembahasan Analisis Statistik Deskriptif a. Potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin b. Hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga Analisis CHAID Implikasi Kebijakan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

11 DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Tabel Halaman 1.1. Statistik Kemiskinan Kota Padangsidimpuan Tahun Penelitian Terdahulu Jumlah Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan Tahun Rumah Tangga Miskin Di Kota Padangsidimpuan Tahun Data Demografi Responden Hubungan Status Kemiskinan Dengan Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal Hubungan Status Kemiskinan Dengan Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal Hubungan Status Kemiskinan Dengan Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal Hubungan Status Kemiskinan Dengan Fasilitas Buang Air Besar Hubungan Status Kemiskinan Dengan Sumber Penerangan Rumah Tangga Hubungan Status Kemiskinan Dengan Sumber Air Minum Hubungan Status Kemiskinan Dengan Bahan Bakar Memasak Sehari-hari Hubungan Status Kemiskinan Dengan Frekuensi Mengkonsumsi Daging/Ayam/Susu Hubungan Status Kemiskinan Dengan Kemampuan Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun Hubungan Status Kemiskinan Dengan Frekuensi Makan Hubungan Status Kemiskinan Dengan Kemampuan Berobat di Poliklinik/Rumah Sakit Hubungan Status Kemiskinan Dengan Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Hubungan Status Kemiskinan Dengan Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga Hubungan Status Kemiskinan Dengan Kepemilikan Aset/Tabungan Hasil Pengujian Chi-Square Hasil Pengujian Koefisien Kontijensi Bagian Ringkasan Model Analisis CHAID viii

12 DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Gambar Halaman 2.1. Kerangka Konseptual Diagram Pohon Analisis CHAID ix

13 DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Judul Lampiran 1 Kuesioner Penelitian 2 Rekapitulasi Identitas Responden 3 Rekapitulasi Jawaban Responden 4 Hasil Analisis Tabulasi Silang (Cross Tabulation) 5 Hasil Analisis CHAID x

14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan jumlah penduduk miskin. Kemiskinan dapat menimbulkan dampak negatif yang berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi. Kemiskinan merupakan masalah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kompleksnya masalah kemiskinan ini membuatnya terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, termasuk di Indonesia yang merupakan negara berkembang. Kemiskinan didefinisikan secara berbeda oleh para ahli karena kemiskinan merupakan masalah yang multidimensi. Secara bahasa, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak memiliki harta benda dan serba kekurangan. Pendapat lain mengatakan bahwa kemiskinan adalah orang atau kelompok orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimumnya. (Kuncoro, 2010: 9). Secara ekonomi, kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu, tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Selanjutnya standar kehidupan atau kebutuhan 1

15 2 minimal itu juga berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya. Penentuan batas kemiskinan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengacu pada kebutuhan minimal yang setara dengan kebutuhan energi sebesar kilo kalori (kkal) per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan. Patokan kilo kalori (kkal) ditentukan berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyatakan hidup sehat rata-rata setiap orang harus mengkonsumsi makanan minimal kilo kalori (kkal) per kapita per hari. ( Kemiskinan tidak hanya dipahami sebagai ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman kekerasan. Kota Padangsidimpuan sebagai salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara juga menghadapi masalah yang tidak sederhana dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan kota Padangsidimpuan memiliki jumlah penduduk yang besar serta pengaruh migrasi dan urbanisasi. Jumlah penduduk dapat menjadi beban dalam proses pembangunan. Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan

16 3 Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu. Menurut data BPS Padangsidimpuan, jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014 sebesar jiwa. Jumlah tersebut mendiami wilayah seluas 114,66 km 2 sehingga secara rata-rata kepadatan penduduk Kota Padangsidimpuan adalah jiwa per km 2. ( Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan yang besar berdampak dalam penyediaan infrastruktur serta lapangan pekerjaan yang memadai. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat kaitannya dengan tersedianya lapangan pekerjaan. Faktor pertumbuhan penduduk berpengaruh pula terhadap penambahan angkatan kerja sehingga kesempatan kerja menjadi lebih terbatas penyediaannya. Akibat yang dirasakan adalah timbulnya tenaga kerja yang menganggur atau masalah pengangguran. Angkatan kerja di Kota Padangsidimpuan pada tahun 2014 mencapai jiwa, sebanyak jiwa (70,23%) diantaranya bekerja dan jiwa (29,77%) menganggur. Di antara jumlah penduduk yang menganggur sebanyak (7,2%) sedang mencari pekerjaan dan (18,6%) murni tidak bekerja karena alasan merasa tidak mungkin mendapatkan kerja dan alasan merasa sudah cukup. ( Selain itu, jumlah penduduk yang besar menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah karena akan meningkatkan kemiskinan

17 4 di Kota Padangsidimpuan. Berikut ini disajikan statistik kemiskinan Kota Padangsidimpuan tahun : Tabel Statistik Kemiskinan Kota Padangsidimpuan Tahun Uraian Jumlah penduduk miskin (000 jiwa) jiwa jiwa jiwa Persentase penduduk miskin (%) 9,6 % 9,04 % 8,52 % Garis kemiskinan (Rp.) Rp Rp Rp Sumber: BPS Padangsidimpuan Tahun 2016 Konsep kemiskinan yang dipakai Badan Pusat Statistik (BPS) adalah kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Dari Tabel. I.1. di atas dapat dilihat bahwa, tingkat kemiskinan Kota Padangsidimpuan selama kurun waktu mengalami kecenderungan penurunan yang lebih baik. Penurunan jumlah kemiskinan ini tidak terlepas dari program-program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka upaya percepatan pengentasan kemiskinan. Keberhasilan pemerintah Kota Padangsidimpuan di dalam menanggulangi kemiskinan belum sepenuhnya berhasil. Ini terlihat dari persentase tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, dimana persentase penduduk miskin Kota Padangsidimpuan menempati urutan ke-7 terbesar dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. ( Ini mengindikasikan usaha pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam menurunkan tingkat kemiskinan belum merata ke seluruh kecamatan.

18 5 Beberapa hal yang harus diketahui oleh pemerintah Kota Padangsidimpuan dalam penanggulangan kemiskinan adalah karakteristik rumah tangga miskin. Karakteristik rumah tangga miskin menjadi salah satu ukuran dalam melihat kemiskinan dan mempermudah pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan analisis terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh kecamatan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha mengatasi kemiskinan di Kota Padangsidimpuan. Dari beberapa uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam sebuah penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan Rumusan Masalah Rumusan masalah berisikan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data dalam suatu penelitian. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yang sudah disusun secara sistematis yaitu: 1. Bagaimana potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin? 2. Bagaimana hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin? 3. Apa saja karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin?

19 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang ingin dicapai dan menjabarkan secara jelas apa yang direncanakan untuk dilakukan dalam usulan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin. 2. Untuk menganalisis hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin. 3. Untuk menganalisis karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkuat teori-teori yang telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Bagi Peneliti Melalui penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mendapatkan pengalaman ilmiah dan sarana implementasi dari teori-teori yang diajarkan.

20 7 2. Bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan Melalui hasil penelitian yang dilakukan, dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Kota Padangsidimpuan. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pengertian Kemiskinan Kemiskinan memiliki pengertian yang berbeda antar daerah dan waktu. Hal ini berarti masalah kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak hanya berbicara masalah pendapatan yang rendah, tetapi juga menyangkut masalah perumahan yang buruk, rendahnya pembangunan manusia (human development) dalam hal pendidikan dan kesehatan, ketiadaan akses pada aset-aset produktif, ketakutan akan masa depan, dan lain-lain. Prasetyo (2010: 65) menyatakan bahwa, Kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi yaitu, kemiskinan (proper), ketidakberdayaan (powerless), kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), ketergantungan (dependence) dan keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Nugroho dan Dahuri (2008: 77) menyatakan bahwa, Dari aspek ekonomi, kemiskinan merupakan kesenjangan antara lemahnya daya pembelian (positif) dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar (normatif). Dari aspek sosial, kemiskinan mengindikasikan potensi perkembangan masyarakat yang rendah. Sedangkan dari aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan rendahnya kemandirian masyarakat. Menurut Emil Salim dalam Zakaria (2009:94), kemiskinan adalah suatu keadan diman manusia atau penduduk tidak dapat memenuhi kebutuhanpokok. 8

22 9 Inti permasalahan kemiskinan adalah ukuran standar minimum kebutuhan dasar. Menentukan ukuran standar minimum tersebut tergantung dari pendekatan mana yang digunakan. Secara umum pendekatan yang dapat digunakan dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan obyektif dan pendekatan subyektif. Dalam pendekatan obyektif, standar minimum kebutuhan dasar ditentukan berdasarkan studi lapangan yang dilakukan oleh pihak lain, baik itu para ahli, lembaga sosial maupun lembaga pemerintah. Sedangkan untuk pendekatan subyektif, ukuran standar minimum kebutuhan dasar diukur dari pendapat orang miskin itu sendiri, hal ini terjadi ketika orang miskin tersebut membandingkan diri dengan orang yang memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi di lingkungan sekitarnya. (Rejekiningsih, 2011: 52) Badan Pusat Statistik (BPS) Padangsidimpuan (2016) mendefenisikan kemiskinan dengan dua cara yaitu ukuran pendapatan dan ukuran non pendapatan. Ukuran pendapatan adalah kemiskinan dilihat dari tingkat pendapatan/ pengeluaran individu untuk memenuhi konsumsi/kebutuhan pokok minimum masyarakat. Batas pemenuhan kebutuhan minimum mengacu pada rekomendasi Widyakarya Nasional dan Gizi tahun 1978, yaitu nilai rupiah dari pengeluaran untuk makanan yang menghasilkan energi 2100 kilo kalori per orang setiap hari. Sedangkan ukuran non-pendapatan adalah rendahnya tingkat konsumsi/akses masyarakat kepada pelayanan dasar seperti: (1) perumahan; (2) pendidikan; (3) pelayanan kesehatan; (4) fasilitas sanitasi dan layanan air bersih; dan (5) keterbatasan terhadap akses pendanaan dan kapasitas usaha, dan lain-lain. (

23 Ukuran Kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (2016) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) di dalam mengukur tingkat kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. ( Konsep dasar ukuran kemiskinan berhubungan dengan pengeluaran kebutuhan dasar minimum rata rata seorang individu hidup normal. Kebutuhan dasar termasuk pilihan makanan dasar dan golongan bukan makanan. Jika seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar menunjukkan bahwa individu tersebut dapat di kategorikan miskin. Jumlah pengeluaran dapat digunakan batas antara miskin dan tidak miskin. Batas ini disebut juga dengan garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (2016) mengemukakan beberapa konsep untuk ukuran garis kemiskinan, yaitu: 1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. 2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain) 3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan

24 11 kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Menurut konsep pengeluaran yang dikembangkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (2016), garis kemiskinan dinyatakan sebagai besarnya rupiah yang dikeluarkan atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi setara dengan 2100 kalori per kapita per hari ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lain seperti sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan dan bahan bakar. Besarnya pengeluaran per kapita yang ditentukan sebagai garis kemiskinan dibedakan antara daerah perkotaan dan pedesaan. ( Di samping perkiraan garis kemiskinan nasional, telah dilakukan pula beberapa perkiraan mengenai garis kemiskinan internasional di dalam mengukur tingkat kemiskinan di Indonesia. Garis kemiskinan untuk daerah pedesaan dan perkotaan masing-masing sama dengan jumlah kilogram beras dalam nilai rupiah pendapatan per kapita rata rata individu. Sayogyo (2006: 28) mengajukan ukuran garis kemiskinan untuk wilayah Indonesia dan memperinci garis kemiskinan yang mempunyai ciri: 1) Spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yaitu: miskin, miskin sekali dan yang paling miskin baik untuk daerah pedesaan maupun untuk kota, yang mencakup konsepsi nilai ambang kecukupan pangan; 2) Menghubungkan tingkat pengeluaran rumah tangga dengan ukuran kecukupan pangan (kalori dan protein).

25 12 Dari pendekatan kemiskinan yang menjadi alat utama ukuran kemiskinan saat ini adalah kemiskinan absolut, yakni kemiskinan yang garis batasnya ditetapkan berdasarkan pada kebutuhan pokok manusia per hari berupa kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan yang dinyatakan dalam satuan mata uang Penyebab Kemiskinan Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Menurut Lipsey, et al (2007: 10), penyebab dasar kemiskinan adalah: 1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; 2) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; 3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; 4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; 5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); 6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; 7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; 8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); 9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. Sharp et. all dalam Kuncoro (2010: 154) menjelaskan bahwa, penyebab kemiskinan jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, antara lain:

26 13 1) Adanya perbedaan pola kepemilikan sumberdaya sehingga terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Penduduk dikatakan miskin karena memiliki sumber daya yang hanya terbatas dengan kualitas rendah. 2) Kualitas sumber daya manusianya berbeda. Kualitas sumber daya manusia yang rendah menyebabkan produktivitas rendah, sehingga mereka bekerja dengan upah rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia karena pendidikan rendah atau karena keturunan, atau nasib yang tidak beruntung atau adanya diskriminasi. 3) Adanya perbedaan mendapatkan kemudahan dalam memperoleh modal. Ketiga faktor penyebab kemiskinan yang dikemukakan oleh Sharp, et all bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (Vicious Circle of Poverty). Nurkse mengatakan bahwa a poor country is poor because it is poor (negara miskin itu miskin karena dia memang miskin). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu, setiap usaha memerangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini. (Kuncoro, 2010: 158) Indikator Rumah Tangga Miskin Rumah tangga dikatakan miskin apabila kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan, sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Batas kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disetarakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan.

27 14 Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan tahun 2016 memiliki beberapa indikator dalam menentukan rumah tangga miskin. Indikator tersebut antara lain: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di poliklinik/ rumah sakit. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp , seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Rumah tangga miskin sesuai dengan konsep kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (2016) yaitu rumah tangga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) yang didasarkan pada garis kemiskinan makanan (2100 kkal per kapita per hari) dan non makanan. Jadi, rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang pengeluaran perkapita per bulan berada di bawah garis kemiskinan. (

28 Konsep Pengangguran Penduduk dalam suatu negara dibedakan menjadi dua golongan yaitu, tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara tahun. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau tenaga kerja yang sedang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau tenaga kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan, dan tidak sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja, antara lain orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar, mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tetapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita cacat yang dependen). Angkatan kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pekerja dan pengangguran. Pekerja ialah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja (saat dilakukan sensus atau survei), serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Sedangkan pengangguran adalah seseorang yang mau dan membutuhkan pekerjaan dan atau seseorang yang seharusnya dilihat dari segi kebutuhan dan kemampuannya telah dan harus mempunyai pekerjaan yang layak dan sah menurut hukum dinegaranya. Pekerjaan tersebut digunakan sebagai sumber

29 16 kehidupan dan penghidupan dirinya, keluarganya, masyarakat, dan bangsanya. Tetapi karena sesuatu hal, dia tidak memiliki kesempatan itu. Menurut Lipsey, et al. (2007: 95), pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Pengangguran siklis yaitu pengangguran yang terjadi ketika permintaan total tidak memadai untuk membeli semua keluaran potensial ekonomi, sehingga menyebabkan senjang resesi dimana keluaran aktual lebih kecil dari keluaran potensial. Pengangguran siklis dikatakan sebagai orang yang menganggur terpaksa yaitu mereka ingin bekerja dengan tingkat upah yang berlaku tetapi pekerjaan tidak tersedia. 2) Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan ketidaksesuaian antara struktur angkatan kerja berdasarkan jenis keterampilan, pekerjaan, industri atau lokasi geografis dan struktur permintaan akan tenaga kerja. 3) Pengangguran friksional diakibatkan oleh perputaran normal tenaga kerja. Sumber penting pengangguran friksional adalah penduduk usia muda yang memasuki angkatan kerja dan mencari pekerjaan. Selain itu, pengangguran friksional juga disebabkan oleh orang-orang yang keluar dari pekerjaannya, baik karena tidak puas dengan kondisi pekerjaan yang sekarang maupun karena diberhentikan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (2016), pengangguran terbuka adalah orang yang mencari pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau orang yang sudah pernah bekerja, karena suatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. (

30 Penelitian Terdahulu Dalam menyusun penelitian, penulis mereferensikan penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain, penelitian yang dilakukan Sefty Dwi Juwita tahun 2013, penelitian yang dilakukan Adit Agus Prasetyo tahun 2010 dan penelitian yang dilakukan Setrellita Lindiasari tahun 2008 Penelitian yang dilakukan oleh Sefty Dwi Juwita tahun 2013 berjudul Analisis Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Metode analisis yang digunakan adalah Deskriptif Kuantitatif. Dari hasil observasi dan pengolahan data dari 100 responden di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru dapat diketahui bahwa pendapatan yang relatif tidak merata atau ketimpangannya parah (Gini Ratio 0,82383), artinya bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk Kelurahan Sail tidak sama. Pada tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan penduduk Kelurahan Sail jika dilihat dari pekerjaan atau mata pencahariannya maka ada 23% responden yang masih di bawah angka kemiskinan dan kedalaman kemiskinan terparah merata dan terdapat pada semua jenis pekerjaan. Persentase penduduk miskin yang berada di Kelurahan Sail yaitu sebesar 3,7% dari seluruh jumlah penduduk. Penelitian yang dilakukan Adit Agus Prasetyo tahun 2010 berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun ). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan,

31 18 dan tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah dari tahun 2003 hingga tahun Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel data dengan pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan menggunakan jenis data sekunder. Penggunaan dummy wilayah dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Adjusted R 2 cukup tinggi yaitu 0, Sedangkan hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan. Oleh karenanya perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan untuk mengatasi masalah kemiskinan. Penelitian yang dilakukan oleh Estrellita Lindiasari tahun 2008 berjudul Analisis Kemiskinan Di Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan karakteristik rumah tangga miskin di tiga wilayah pengembangan yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Bogor Timur, (2) Menganalisis kaitan antara status kemiskinan dan status pekerjaan di tiga wilayah pengembangan, yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Bogor timur, dan (3) Menganalisis karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di tiga wilayah pengembangan yaitu Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Bogor Timur. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi potret kemiskinan di Kabupaten Bogor. Analisis statistik non parametrik digunakan untuk menganalisis kaitan antara status kemiskinan dan status pekerjaan kepala keluarga di Kabupaten Bogor. Karakteristik yang membedakan

32 19 rumah tangga miskin di Kabupaten Bogor dianalisis menggunakan metode CHAID (Chi-square Automatic Interaction Detection or Detector). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Bogor yaitu kepemilikan aset, luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis dinding bangunan tempat tinggal, dan frekuensi makan dalam sehari. Implikasi kebijakan dalam mengatasi kemiskinan di Kabupaten Bogor, yaitu memberdayakan ekonomi masyarakat, memperbanyak pembangunan infrastruktur, memperluas jaringan kerja dan kemitraan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Tabel Penelitian Terdahulu Nama No. Peneliti 1. Sefty Dwi Juwita (2013) Program Pascasarjana Universitas Andalas Judul Penelitian Analisis Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Jenis Penelitian Deskriptif Kuantitatif Hasil Penelitian Tingkat keparahan kemiskinan penduduk Kelurahan Sail jika dilihat dari pekerjaannya maka ada 23% responden yang masih di bawah angka kemiskinan dan kedalaman kemiskinan terparah merata dan terdapat pada semua jenis pekerjaan. Persentase penduduk miskin yang berada di Kelurahan Sail yaitu sebesar 3,7% dari seluruh jumlah penduduk Sumber Skripsi 2. Adit Agus Prasetyo (2010) Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang 3. Esetrellita Lindiasari (2008) Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun ) Analisis Kemiskinan Di Tingkat Rumah Panel data dengan pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan menggunakan jenis data sekunder Deskriptif, statistik nonparametrik Variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan Karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak Skripsi Skripsi

33 20 Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Tangga di Kabupaten Bogor dan analisis chaid miskin di Kabupaten Bogor yaitu kepemilikan aset, luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis dinding bangunan tempat tinggal, dan frekuensi makan sehari Kerangka Konseptual Jumlah penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan permintaan terhadap tuntutan kehidupan yang paling minimum atau kebutuhan dasar juga semakin meningkat. Hal ini terkadang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan kebutuhan dasar tersebut sehingga mengakibatkan tidak semua orang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut dapat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan daya beli. Terpenuhinya kebutuhan dasar tersebut menunjukkan kesejahteraan seseorang. Apabila kesejahteraan seseorang tidak terpenuhi secara terus-menerus, hal ini akan menyebabkan kemiskinan. Peningkatan jumlah penduduk juga mengakibatkan peningkatan pada permintaan lapangan kerja. Hal ini apabila tidak ditunjang dengan jumlah lapangan kerja yang memadai akan menyebabkan masalah pengangguran. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah penduduk akan terjadi transformasi lahan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian seperti untuk perumahan. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga dengan semakin menurunnya luas lahan pertanian akan mengakibatkan banyak terjadi pengangguran di sektor tersebut.

34 21 Indikator rumah tangga miskin memberikan suatu gambaran tentang penyebab kemiskinan di wilayah Kota Padangsidimpuan. Indikator tersebut mencakup 14 indikator, yaitu luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi per orang, jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester, tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun, hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik, sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan, pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD, tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp , seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, atau barang modal lainnya.

35 22 Melalui analisis tabulasi silang terhadap indikator-indikator yang telah dijabarkan diharapkan dapat lebih memahami potret kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan. Hubungan status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan juga dianalisis menggunakan analisis tabulasi silang. Selain itu, untuk mengetahui karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan maka dilakukan analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection Analysis) terhadap indikator-indikator tersebut. Melalui analisis-analisis tersebut diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan penanggulangan masalah kemiskinan terutama di Kota Padangsidimpuan. Gambar di bawah ini untuk mempermudah alur penelitian.

36 23 Kemiskinan di Kota Padangsidimpuan 14 Indikator Kemiskinan Cross tabulation CHAID Potret kemiskinan di Kota Padangsidimpuan Hubungan antara status kemiskinan dan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan Karakteristik yang paling menonjol dalam membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan Implikasi Kebijakan Gambar Kerangka Konseptual

37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Padang sidimpuan yang meliputi 6 (enam) kecamatan yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja karena beberapa pertimbangan, yaitu ketersediaan data untuk melakukan analisis tabulasi silang dan analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection Analysis) dalam penggambaran karakteristik kemiskinan di Kota Padangsidimpuan. Selain itu karena, persentase penduduk miskin Kota Padangsidimpuan menempati urutan ke-7 terbesar dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai bulan Juni 2016 sampai dengan selesai Populasi dan Sampel Populasi Sugiyono (2008: 80) menjelaskan bahwa, Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 24

38 25 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang berada di Kota Padangsidimpuan yang berjumlah rumah tangga. (Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan Tahun 2016) Tabel Jumlah Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Kecamatan Jumlah Rumah Tangga 1. Padangsidimpuan Tenggara Padangsidimpuan Selatan Padangsidimpuan Batunadua Padangsidimpuan Utara Padangsidimpuan Hutaimbaru Padangsidimpuan Angkola Julu Jumlah Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan Tahun Sampel Siregar (2014: 56) menjelaskan bahwa, Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Adapun teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran sampel dari populasi dalam penelitian ini, yaitu dengan teknik Slovin: (Siregar, 2014: 61) Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Perkiraan tingkat kesalahan (10%)

39 26 Berikut ini perhitungan ukuran sampel penelitian: = 99,78 Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga yang berdomisili di 6 kecamatan yang berada di wilayah Kota Padangsidimpuan Jenis dan Sumber Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer hasil kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden dan data sekunder yang merupakan data lintas sektoral (cross-section) yaitu data sensus daerah Kota Padangsidimpuan tahun 2016 mengenai indikator rumah tangga miskin dan jumlah rumah tangga miskin pada tahun Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data kuesioner yang dibagikan kepada responden dan Kantor Kecamatan yang berada di wilayah Kota Padangsidimpuan, web site resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Sumber informasi lainnya berupa artikel diperoleh dari jurnal serta dari media

40 27 massa elektronik. Serta digunakan data-data dari literatur dan hasil-hasil penelitian sebelumnya Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Siregar, 2014: 40) 2. Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian. (Siregar, 2014: 42) 3. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, dan majalah yang berkaitan dengan penelitian ini. (Sunyoto, 2013: 20) 4. Metode survei melalui jaringan internet adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung berhubungan dengan obyek penelitian melalui jaringan internet. (Sunyoto, 2013: 22). Jadi, data dalam penelitian ini dikumpulkan atau diperoleh melalui observasi langsung ke kecamatan yang berada di wilayah Kota Padangsidimpuan, survei pada website resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, jurnal-jurnal ilmiah akuntansi dan keuangan serta buku-buku yang berkaitan dengan ekonomi pembangunan.

41 Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara indikator kemiskinan dengan status kemiskinan dan status pekerjaan di Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan analisis deskriptif. Sedangkan, metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat gambaran yang akurat mengenai hubungan antara fenomena yang diteliti. (Nazir, 2010: 45) Analisis deskriptif dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potret kemiskinan di Kota Padangsidimpuan. Untuk mengidentifikasi potret kemiskinan dilakukan melalui analisis tabulasi silang (cross tabulation) indikator-indikator rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan. Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) masing-masing variabel kemudian diinterpretasikan agar diperoleh gambaran rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan. Untuk mengetahui kaitan antara status

42 29 kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan digunakan uji Chi-Square dan uji Koefisien Kontijensi, yaitu: Rumus uji chi-square [ ( ) ] Keterangan: r = total baris c = total kolom i = indeks baris j = indeks kolom O ij = nilai sel baris ke-i kolom ke-j E ij = nilai harapan sel baris ke-i kolom ke-j Rumus Koefisien Kontijensi Keterangan: C = Koefisien kontijensi X 2 = Nilai Chi-Square n = Jumlah responden Menurut Guilford dalam Rahmat (2009: 56), interpretasi nilai koefisien kontijensi adalah sebagai berikut: 0,000-0,200 = Sangat lemah 0,201-0,400 = Lemah 0,401-0,700 = Cukup kuat 0,701-0,900 = Kuat 0,901-1,000 = Sangat kuat

43 Analisis CHAID Untuk menganalisis karakteristik yang diduga paling menonjol membedakan antara rumah tangga miskin dan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan digunakan analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector). Analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector), yaitu sebuah metode analisis untuk mengklasifikasikan data kategori dimana tujuan dari prosedurnya adalah untuk membagi rangkaian data menjadi subgrup-subgrup berdasarkan pada variabel dependennya (Lehmann dan Eherler, 2011: 24). Bagian-bagian utama dari analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector), antara lain: 1. Uji Chi-Square Analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector) menggunakan uji chi-square dalam dua cara. Yang pertama, untuk menentukan apakah kategori-kategori dalam sebuah variabel independen bersifat seragam dan bisa digabungkan menjadi satu. Yang kedua, ketika semua variabel independen sudah diringkas menjadi bentuk yang signifikan dan tidak mungkin digabung lagi, kemudian uji chi-square digunakan untuk menentukan variabel independen mana yang paling signifikan untuk membagi atau membedakan kategori-kategori dalam variabel dependen (Gallagher, 2010: 56).

44 31 2. Koreksi Bonferroni Koreksi Bonferroni adalah suatu proses koreksi yang digunakan ketika beberapa uji statistik untuk kebebasan atau ketidakbebasan dilakukan secara bersamaan. Koreksi Bonferroni biasanya digunakan dalam pembandingan berganda. Ketika terdapat sebanyak M uji perbandingan yang sudah dikatakan bebas satu sama lain, peluang untuk melakukan kesalahan tipe 1 atau α (dalam satu atau lebih uji-uji tersebut), akan sama dengan 1 dikurangi peluang untuk tidak melakukan kesalahan tipe 1 dalam uji-uji tersebut, di mana nilainya akan lebih besar dari α yang telah ditentukan. (Bagozzi, 2009: 123) Secara umum, hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 (1 α ) M > α (2) Dimana: M = pengali Bonferroni α = salah tipe 1 Pengali Bonferroni untuk masing-masing tipe variabel-variabel independen adalah berbeda, yaitu: Variabel Independen Monotonik ( ) Variabel Independen Bebas Variabel Independen Mengambang (Floating) ( ) ( )

45 32 Dimana: M = Penggali Bonferroni c = Kategori variabel dependen r = Kategori variabel independen 3. Diagram Pohon Bagozzi (2009: 130) menyatakan bahwa, diagram pohon yang merupakan inti dari analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector), akan berisi: a. Simbol yang menerangkan tentang kategori tertentu (atau kategorikategori yang telah digabungkan). b. Sebuah ringkasan data dari variabel dependen dalam kelompok tersebut (misalnya persentase respon). c. Ukuran sampel untuk kelompok tersebut, atau biasa dilambangkan dengan n. Berikut ini tahapan analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector) dalam penelitian ini: 1. Memasukkan semua data berdasarkan kategori yang ditentukan sebagai berikut: Status rumah tangga: 1. Miskin 2. Tidak miskin Variabel Dependen Kategori 1 2 Variabel Independen 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang lebih dari 8 m 2 per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal tanah/bambu/kayu murahan selain tanah/bambu/kayu murahan Kategori

46 33 3. Jenis dinding tempat tinggal bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester selain bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester 4. Fasilitas tempat buang air besar tidak punya/bersama-sama dengan rumah tangga lain milik sendiri 5. Sumber penerangan tempat tinggal bukan listrik listrik 6. Sumber air minum tempat tinggal sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan selain sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah selain kayu bakar/arang/minyak tanah 8. Konsumsi daging/ayam/susu tidak pernah mengkonsumsi/hanya sekali seminggu pernah mengkonsumsi/lebih dari satu kali seminggu 9. Pembelian pakaian baru dalam setahun tidak pernah membeli/ hanya membeli satu stel dalam setahun membeli lebih dari satu stel dalam setahun 10. Frekuensi makan dalam satu hari hanya satu kali makan/dua kali makan sehari lebih dari dua kali makan sehari 11. Kemampuan berobat ke poliklinik atau rumah sakit tidak mampu membayar untuk berobat mampu membayar untuk berobat 12. Pekerjaan kepala rumah tangga pekerjaan dengan penghasilan di bawah Rp ,- per bulan pekerjaan dengan penghasilan di atas Rp ,- per bulan 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tamat SD SMP/SMA/Perguruan tinggi 14. Kepemilikan aset atau tabungan tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp , Menentukan terlebih dahulu semua skala variabel yang akan digunakan dengan tepat dan benar. 3. Menentukan kategori target dari kategori-kategori variabel dependen. Hal ini dilakukan untuk memunculkan beberapa grafik lain sebagai informasi lebih

47 34 lanjut dalam data yang ada. Kategori target yang dipergunakan bisa salah satu atau semua kategori yang ada pada variabel dependen. 4. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses matematis analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector) sesuai prosedur yang akan menerapkan 3 langkah analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector), yaitu langkah penggabungan, pemisahan, dan pemberhentian. Dalam langkah penggabungan akan mulai diterapkan uji chisquare dan pengali Bonferroni sebagai pengoreksinya. Pada langkah penggabungan sebagian besar proses akan menggunakan uji chi-square saja. Kemudian dilakukan iterasi pada kedua langkah tersebut, dan proses iterasi akan berhenti apabila sudah tidak ada lagi variabel independen yang tersisa untuk diuji hubungannya dengan variabel dependen, atau juga apabila terbentuknya node pada diagram pohon telah memenuhi batasan yang ditentukan oleh peneliti. Proses ini disebut dengan proses pemberhentian. 5. Menentukan karakteristik rumah tangga miskin dengan menginterpretasikan diagram pohon CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/Detector). 6. Menentukan karakteristik yang paling menonjol dalam membedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kota Padangsidimpuan berdasarkan hasil yang sudah terbentuk.

48 Definisi Operasional Beberapa definisi yang dibutuhkan dan dikondisikan dalam penelitian ini terhadap kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut: 1. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) adalah suatu cara untuk mengukur kemiskinan dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (setara 2100 kalori per kapita per hari) dan bukan makanan. Data SUSENAS bersifat makro hanya mencakup jumlah agregat dan persentase penduduk miskin, tetapi tidak dapat menunjukkan siapa si miskin dan di mana alamat mereka, sehingga kurang operasional di lapangan. 2. Rumah tangga miskin adalah rumah tangga yang memenuhi indikator kemiskinan minimal sembilan dari 14 indikator. 3. Indikator kemiskinan adalah petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan kemiskinan atau suatu alat pengukur perubahan dari kemiskinan. 4. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8m 2 adalah rumah tangga yang memiliki luas lantai bangunan < 8 m 2 per orang. Misalnya, suatu rumah tangga memiliki anggota rumah tangga sebanyak empat orang. Rumah tangga tersebut dapat dikatakan miskin jika memiliki luas lantai < 32 m Jenis lantai bangunan tempat tinggal adalah rumah tangga dikatakan miskin jika memiliki jenis lantai dari tanah, bambu, atau kayu murahan. 6. Jenis dinding bangunan tempat tinggal adalah rumah tangga dikatakan miskin jika memiliki dinding selain menggunakan tembok.

49 36 7. Fasilitas tempat buang air besar rumah tangga dikatakan miskin jika tidak punya atau menggunakan fasilitas tersebut bersama-sama dengan rumah tangga lain. 8. Sumber penerangan rumah tangga dikatakan miskin jika memiliki sumber penerangan bukan listrik, seperti petromak. 9. Sumber air minum rumah tangga dikatakan miskin jika tidak menggunakan air dalam kemasan atau ledeng (PDAM) sebagai sumber air minum. 10. Bahan bakar untuk masak sehari-hari rumah tangga dikatakan miskin jika menggunakan kayu bakar, arang, atau minyak tanah untuk masak sehari-hari. 11. Konsumsi daging/ayam/susu rumah tangga dikatakan miskin jika tidak pernah mengkonsumsi atau hanya satu kali dalam seminggu. 12. Pembelian pakaian baru dalam setahun rumah tangga dikatakan miskin jika tidak pernah atau hanya membeli satu stel dalam setahun. 13. Frekuensi makan dalam sehari rumah tangga dikatakan miskin jika hanya satu kali atau dua kali makan dalam sehari. 14. Kemampuan berobat ke puskesmas atau poliklinik rumah tangga dikatakan miskin jika tidak mampu membayar untuk berobat. 15. Pekerjaan kepala rumah tangga dikatakan miskin jika penghasilan kepala rumah tangga di bawah Rp ,- per bulan 16. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dikatakan miskin jika kepala rumah tangga tidak pernah sekolah, tidak tamat SD atau hanya SD.

50 Kepemilikan aset atau tabungan rumah tangga dikatakan miskin jika tidak punya tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp , seperti sepeda motor, televisi, emas, dan kulkas dan sebagainya.

51 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Gambaran Umum Kota Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan terbentuk pada tanggal 17 Oktober 2001, awalnya terdiri dari 5 kecamatan yang terdiri dari 58 desa dan 20 kelurahan. Namun seiring kebutuhan roda pemerintahan pada tahun 2005, Kota Padangsidimpuan dimekarkan menjadi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu, dan terbagi lagi menjadi 42 desa dan 37 kelurahan Kota Padangsidimpuan terletak 432 km dari kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara, dengan wilayah yang dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan. Posisi Kota Padangsidimpuan memiliki akses darat yang memadai dan cukup strategis, karena berada pada jalur utama yang merupakan penghubung antara berbagai pusat pertumbuhan di wilayah Sumatera. Secara astronomis, Kota Padangsidimpuan terletak antara dan Lintang Utara dan antara dan Bujur Timur. Berdasarkan geografisnya Kota Padangsidimpuan memiliki batas-batas: Utara - Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Barat); Selatan - Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Batang Angkola); Barat - Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Selatan); Timur - Kabupaten Tapanuli Selatan (Kecamatan Angkola Timur). 38

52 39 Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan tahun 2015 adalah jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar jiwa. Kepadatan penduduk Kota Padangsidimpuan mengalami peningkatan dari angka jiwa per kilometer persegi pada tahun 2014 menjadi jiwa per kilometer persegi pada tahun Sementara itu, penduduk yang bekerja dan sedang menganggur atau yang biasa disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Padangsidimpuan tahun 2015 mencapai 68,27% dari jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas), sedangkan 6,96% dari penduduk angkatan kerja merupakan pengangguran. Tingkat kemiskinan Kota Padangsidimpuan selama kurun waktu mengalami kecenderungan yang lebih baik. Persentase penduduk miskin mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan jumlah kemiskinan ini tidak terlepas dari program-program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka upaya percepatan pengentasan kemiskinan. Persentase penduduk miskin Kota Padangsidimpuan tahun 2016 sebesar 8,52% menempati urutan ke-7 terbesar dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan dapat dilihat jumlah dan persentase rumah tangga miskin dari 6 kecamatan di Kota Padangsidimpuan, yaitu:

53 40 Tabel Rumah Tangga Miskin di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Kecamatan Rumah Tangga Miskin Rumah Tangga Tidak Miskin Jumlah % Jumlah % 1. Padangsidimpuan Tenggara 616 1, ,99 2. Padangsidimpuan Selatan , ,82 3. Padangsidimpuan Batunadua 414 0, ,42 4. Padangsidimpuan Utara , ,36 5. Padangsidimpuan Hutaimbaru 319 0, ,32 6. Padangsidimpuan Angkola Julu 156 0, ,57 Jumlah , ,48 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tingkat kemiskinan di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan (2,68%), Kecamatan Padangsidimpuan Utara (2,64%) dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara (1,31%) memiliki persentase rumah tangga miskin yang lebih besar dibandingkan 3 kecamatan lainnya yang ada di Kota Padangsidimpuan Karakteristik Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah 100 orang kepala rumah tangga yang bertempat tinggal di wilayah Kota Padangsidimpuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 100 orang kepala rumah tangga yang bertempat tinggal di wilayah Kota Padangsidimpuan sebagai responden, maka semua identitas responden dapat disusun berdasarkan jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan. Berikut ini data demografi responden, yaitu:

54 41 Tabel Data Demografi Responden No. KETERANGAN JUMLAH PERSENTASE (%) 1. Berdasarkan Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan JUMLAH Berdasarkan Usia Responden: a Tahun b Tahun c. Di atas 50 Tahun JUMLAH Berdasarkan Tingkat Pendidikan: a. Tidak sekolah 4 4 b. SD c. SMP d. SMU e. D-1/D-2/S-1/S JUMLAH Sumber: Hasil observasi di Kota Padangsidimpuan Dari Tabel 4.2. di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 89 orang (89%), sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 11 orang (11%). Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah kepala rumah tangga laki-laki lebih banyak dibandingkan kepala rumah tangga perempuan. b. Responden dengan usia tahun berjumlah 20 orang (20%), usia tahun berjumlah 43 orang (43%), usia di atas 50 tahun berjumlah 37 orang (37%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga masih tergolong usia produktif kerja. c. Responden yang tidak sekolah berjumlah 4 orang (4%), SD berjumlah 35 orang (41%), SMP berjumlah 25 orang (25%), SMU berjumlah 30 orang (30%), D-1/D-2/S-1/S-2 berjumlah 6 orang (6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar kepala rumah tangga masih rendah.

55 Pembahasan Analisis Statistik Deskriptif a. Potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin Untuk mengetahui potret kemiskinan Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin dapat dilakukan dengan menggunakan analisis tabulasi silang (cross tabulation) terhadap data kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden (100 kepala rumah tangga yang berada di wilayah Kota Padangsidimpuan). Untuk mempermudah perhitungan maka digunakan SPSS. 17. Berikut ini disajikan hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) antara status kemiskinan rumah tangga dengan indikator kemiskinan rumah tangga yang telah ditentukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Padangsidimpuan: 1. Hubungan status kemiskinan dengan luas lantai bangunan tempat tinggal Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah rumah tangga yang memiliki luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan luas lantai bangunan tempat tinggal: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Luas Lantai Bangunan Tempat Tinggal Status Kemiskinan * Luas lantai tempat tinggal Crosstabulation Count Luas lantai tempat tinggal Total < 8 m persegi per orang > 8 m persegi per orang Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

56 43 Dari Tabel. 4.3 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan luas lantai bangunan tempat tinggal sebesar 10 %. 2. Hubungan status kemiskinan dengan jenis lantai tempat tinggal Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah rumah tangga yang memiliki jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan jenis lantai bangunan tempat tinggal: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Jenis Lantai Bangunan Tempat Tinggal Status Kemiskinan * Jenis lantai tempat tinggal Crosstabulation Count Jenis lantai tempat tinggal Total tanah/bambu/kayu murahan selain tanah/bambu/kayu murahan Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel. 4.4 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan jenis lantai bangunan tempat tinggal sebesar 10 %. 3. Hubungan status kemiskinan dengan jenis dinding tempat tinggal Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah rumah tangga yang memiliki jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester. Berikut ini disajikan tingkat kemiskinan rumah tangga berdasarkan jenis dinding bangunan tempat tinggal:

57 44 Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Jenis Dinding Bangunan Tempat Tinggal Count Status Kemiskinan * Jenis dinding tempat tinggal Crosstabulation Jenis dinding tempat tinggal bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester selain bambu/ rumbia/ kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel. 4.5 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan jenis dinding bangunan tempat tinggal sebesar 10 %. 4. Hubungan status kemiskinan dengan fasilitas tempat buang air besar Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. Berikut ini disajikan tingkat kemiskinan rumah tangga berdasarkan fasilitas tempat buang air besar: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Fasilitas Buang Air Besar Status Kemiskinan * Fasilitas buang air besar Crosstabulation Count Fasilitas buang air besar Total tidak mempunyai milik sendiri Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

58 45 Dari Tabel. 4.6 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan fasilitas buang air besar sebesar 10 %. 5. Hubungan status kemiskinan dengan sumber penerangan rumah tangga Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan sumber penerangan rumah tangga: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Sumber Penerangan Rumah Tangga Status Kemiskinan * Sumber penerangan Crosstabulation Count Sumber penerangan Total bukan listrik listrik Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel. 4.7 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan sumber penerangan rumah tangga sebesar 10 %. 6. Hubungan status kemiskinan dengan sumber air minum rumah tangga Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan sumber air minum:

59 46 Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Sumber Air Minum Count Status Kemiskinan * Sumber air minum Crosstabulation sumur/mata air tidak terlindung/ sungai/air hujan Sumber air minum selain sumur/mata air tidak terlindung/ sungai/air hujan Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel. 4.8 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan sumber air minum sebesar 10 %. 7. Hubungan status kemiskinan dengan bahan bakar untuk memasak sehari-hari Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan bahan bakar untuk memasak sehari-hari: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Bahan Bakar Untuk Memasak Sehari-hari Status Kemiskinan * Bahan bakar untuk memasak Crosstabulation Count Bahan bakar untuk memasak Total kayu bakar/arang/ minyak tanah selain kayu bakar/ arang/minyak tanah Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

60 47 Dari Tabel. 4.9 di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan bahan bakar untuk memasak sehari-hari sebesar 10 %. 8. Hubungan status kemiskinan dengan konsumsi daging/susu/ayam Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan frekuensi mengkonsumsi daging/susu/ayam: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Frekuensi Mengkonsumsi Daging/Susu/Ayam Count Status Kemiskinan * Konsumsi daging/ayam/susu Crosstabulation Konsumsi daging/ayam/susu tidak pernah mengkonsumsi/hanya sekali seminggu pernah mengkonsumsi/lebih dari satu kali seminggu Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan frekuensi mengkonsumsi daging/susu/ayam sebesar 10 %. 9. Hubungan status kemiskinan dengan kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. Berikut ini disajikan

61 48 hubungan status kemiskinan dengan kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Kemampuan Membeli Pakaian Baru Dalam Setahun Count Status Kemiskinan * Pembelian pakaian baru Crosstabulation Pembelian pakaian baru tidak pernah membeli/ hanya membeli satu stel dalam setahun membeli lebih dari satu stel dalam setahun Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun sebesar 10 %. 10. Hubungan status kemiskinan dengan frekuensi makan dalam sehari Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari. Berikut ini disajikan Hubungan status kemiskinan dengan frekuensi makan: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Frekuensi Makan Status Kemiskinan * Frekuensi makan Crosstabulation Count Frekuensi makan Total hanya satu kali makan/ dua kali makan sehari lebih dari dua kali makan sehari Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

62 49 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan frekuensi makan dalam sehari sebesar 10 %. 11. Hubungan status kemiskinan dengan kemampuan berobat di poliklinik/ rumah sakit Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah tidak sanggup membayar biaya pengobatan di poliklinik/rumah sakit. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan kemampuan berobat di poliklinik/rumah sakit: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Kemampuan Berobat di Poliklinik/Rumah Sakit Status Kemiskinan * Kemampuan berobat Crosstabulation Count Kemampuan berobat Total tidak mampu membayar untuk berobat mampu membayar untuk berobat Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan kemampuan berobat di poliklinik/rumah sakit sebesar 10 %. 12. Hubungan status kemiskinan dengan pekerjaan kepala rumah tangga; petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan

63 50 Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah pekerjaan kepala rumah tangga yaitu petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp per bulan. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan pekerjaan kepala rumah tangga: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Count Status Kemiskinan * Pekerjaan kepala rumah tangga Crosstabulation Pekerjaan kepala rumah tangga pekerjaan dengan penghasilan di bawah Rp ,- /bulan pekerjaan dengan penghasilan di atas Rp ,- /bulan Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan pekerjaan kepala rumah tangga sebesar 10 %. 13. Hubungan status kemiskinan dengan pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan pendidikan tertinggi kepala rumah tangga:

64 51 Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga Status Kemiskinan * Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Crosstabulation Count Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Total tidak sekolah/ tamat SD SMP/SMA/ Perguruan tinggi Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan pendidikan tertinggi kepala rumah tangga sebesar 10 %. 14. Hubungan status kemiskinan dengan kepemilikan tabungan/aset Salah satu karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp , seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. Berikut ini disajikan hubungan status kemiskinan dengan kepemilikan tabungan/aset: Tabel Hubungan Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Dengan Kepemilikan Aset/Tabungan Count Status Kemiskinan * Kepemilikan aset/tabungan Crosstabulation Kepemilikan aset/tabungan tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- Total Status miskin Kemiskinan tidak miskin Total Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

65 52 Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase tingkat kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 berdasarkan kepemilikan tabungan/aset sebesar 10 %. b. Hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa, persentase rumah tangga miskin dengan pekerjaan kepala rumah tangga yang berpenghasilan di bawah Rp ,- per bulan sebesar 10 %. Hubungan antara status kemiskinan dengan status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan berdasarkan karakteristik rumah tangga miskin dapat diketahui dari hasil uji chi-square dan uji koefisien kontijensi dan untuk mempermudah perhitungannya maka digunakan SPSS. 17. yaitu: Tabel Hasil Pengujian Chi-Square Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17

66 53 Approx Tabel Hasil Pengujian Koefisien Kontijensi Symmetric Measures Value Asymp. Approx Std. Error a. T b. Sig. Nominal by Contingency Nominal Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation. Sumber: Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) SPSS. 17 Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa, nilai chi-square hasil perhitungan adalah 11,565. Sementara itu, nilai chi-square tabel untuk taraf signifikasi 5% dan derajat kebebasan (df) sebesar 1 adalah 3,841. Karena nilai chi-square hasil perhitungan lebih besar daripada nilai chi-square tabel (11,565 > 3,841) maka dapat disimpulkan bahwa, status pekerjaan kepala rumah tangga berpengaruh terhadap status kemiskinan rumah tangga. Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa, nilai koefisiensi kontijensi adalah 0,322. Nilai tersebut menunjukkan bahwa, pengaruh status pekerjaan kepala rumah tangga terhadap status kemiskinan rumah tangga lemah. Jadi, dari kedua hasil perhitungan nilai chi-square dan nilai koefisien kontijensi dapat disimpulkan bahwa, pengaruh status pekerjaan kepala rumah tangga di Kota Padangsidimpuan terhadap status kemiskinan rumah tangga lemah Analisis CHAID Untuk menganalisis karakteristik ataupun indikator yang diduga paling dominan membedakan antara rumah tangga miskin dan tidak miskin maka digunakan analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/

67 54 Detector) dan untuk mempermudah perhitungan analisis CHAID maka digunakan program SPSS.17. Berikut ini disajikan hasil analisis CHAID dalam penelitian ini: Tabel Bagian Ringkasan Model Analisis CHAID Model Summary Specifications Growing Method CHAID Dependent Variable Status Kemiskinan Independent Variables Luas lantai tempat tinggal, Jenis lantai tempat tinggal, Jenis dinding tempat tinggal, Fasilitas buang air besar, Sumber penerangan, Sumber air minum, Bahan bakar untuk memasak, Konsumsi daging/ayam/susu, Pembelian pakaian baru, Frekuensi makan, Kemampuan berobat, Pekerjaan kepala rumah tangga, Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, Kepemilikan aset/tabungan Validation None Maximum Tree Depth 3 Minimum Cases in 10 Parent Node Minimum Cases in Child 5 Node Results Independent Variables Included Jenis lantai tempat tinggal, Luas lantai tempat tinggal, Fasilitas buang air besar Number of Nodes 7 Number of Terminal 4 Nodes Depth 3 Sumber: Hasil analisis CHAID dengan menggunakan SPSS.17 Tabel di atas dapat menjelaskan bahwa: 1) Variabel dependen dalam model di atas adalah variabel status kemiskinan 2) Variabel bebas yang digunakan adalah variabel luas lantai tempat tinggal, jenis lantai tempat tinggal, jenis dinding tempat tinggal, fasilitas buang air besar, sumber penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu, pembelian pakaian baru, frekuensi makan,

68 55 kemampuan berobat, pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, kepemilikan aset/tabungan. Gambar. 4.1 Diagram Pohon Analisis CHAID

69 56 Pada diagram di atas terbukti bahwa variabel utama untuk menentukan karakteristik yang membedakan antara rumah tangga miskin dan rumah tangga tidak miskin adalah: 1) Variabel jenis lantai bangunan tempat tinggal dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 (yang lebih kecil dari 0,05) dengan nilai Chi-Square sebesar 47,943. 2) Variabel luas bangunan tempat tinggal dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 (yang lebih kecil dari 0,05) dengan nilai Chi-Square sebesar 15,256. 3) Variabel fasilitas tempat buang air besar dengan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 (yang lebih kecil dari 0,05) dengan nilai Chi-Square sebesar 5,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pada umumnya karakteristik yang membedakan rumah tangga miskin dengan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan adalah jenis lantai bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang dan tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri Implikasi Kebijakan Melalui hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) terhadap 100 orang responden (100 rumah tangga) di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 maka dapat diketahui bahwa, karakteristik rumah tangga miskin berbeda-beda di setiap wilayah Kota Padangsidimpuan dan pengaruh status pekerjaan kepala rumah

70 57 tangga terhadap status kemiskinan rumah tangga di Kota Padangsidimpuan adalah lemah. Sedangkan hasil analisis CHAID terhadap 100 orang responden (100 rumah tangga) di Kota Padangsidimpuan tahun 2016 maka dapat diketahui bahwa, karakteristik ataupun indikator paling dominan yang membedakan antara rumah tangga miskin dan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan yaitu jenis lantai bangunan tempat tinggal, luas bangunan tempat tinggal dan fasilitas tempat buang air besar. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka ada beberapa implikasi kebijakan yang dapat diajukan antara lain: 1) Memberdayakan ekonomi masyarakat Pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan dan bantuan pada seluruh sektor lapangan usaha masyarakat baik itu pertanian, perikanan, pertambangan, perindustrian dan lain sebagainya. Sehingga melalui pemberdayaan tersebut, diharapkan perekonomian masyarakat dapat meningkat dan berkembang. 2) Memperbanyak pembangunan infrastruktur Infrastruktur berperan penting terhadap keberhasilan pembangunan pada suatu daerah. Dengan banyak sarana infrastruktur maka akan memudahkan masyarakat melakukan aktivitas perekonomian. 3) Menambah jumlah lapangan pekerjaan Pertumbuhan penduduk usia kerja setiap tahunnya terus meningkat sebagai implikasi dari jumlah penduduk yang cukup besar disertai struktur umur yang

71 58 cenderung mengelompok pada usia muda juga masih tingginya angka pengangguran terutama pengangguran terbuka. Oleh karena itu, perlu peran aktif pemerintah daerah serta kerjasama sektor swasta guna mengatasi masalah pengangguran yang semakin meningkat. Penambahan jumlah lapangan pekerjaan baru harus menjadi prioritas pemerintah daerah dan sektor swasta untuk mengatasi problematika peningkatan angka pengangguran.

72 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persentase rumah tangga miskin di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara lebih besar dibandingkan 3 kecamatan lainnya yang ada di Kota Padangsidimpuan yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Hutaimbaru dan Kecamatan Angkola Julu. 2. Hasil analisis tabulasi silang (cross tabulation) tentang hubungan antara status pekerjaan kepala rumah tangga dengan status kemiskinan menunjukkan bahwa, pengaruh status pekerjaan kepala rumah tangga terhadap status kemiskinan di Kota Padangsidimpuan adalah lemah. 3. Hasil analisis CHAID (Chi-Squared Automatic Interaction Detection/ Detector) menunjukkan bahwa, pada umumnya karakteristik atau indikator yang dominan untuk membedakan rumah tangga miskin dengan rumah tangga tidak miskin di Kota Padangsidimpuan adalah jenis lantai bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang dan tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri, sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan, hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu, hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam 59

73 60 sehari, tidak sanggup membayar biaya pengobatan di poliklinik/rumah sakit, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya tamat SD Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diberikan, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu: 1. Dari hasil penelitian diketahui persentase penduduk miskin Kota Padangsidimpuan tahun 2016 menempati urutan ke-7 terbesar dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, untuk itu sebaiknya Pemerintah Kota Padangsidimpuan mengambil langkah-langkah dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat, mempercepat pembangunan infrastruktur khususnya yang menunjang aktivitas perekonomian masyarakat dan memperbanyak lapangan pekerjaan. 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh status pekerjaan kepala rumah tangga terhadap status kemiskinan di Kota Padangsidimpuan adalah lemah. Namun demikian, sebaiknya Pemerintah Kota Padangsidimpuan tetap proaktif membuka lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja baru sehingga angka pengangguran dapat ditekan setiap tahunnya. 3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, umumnya karakteristik rumah tangga miskin di Kota Padangsidimpuan adalah jenis lantai bangunan tempat tinggal rumah tangga miskin terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan, luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m 2 per orang dan tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya Pemerintah Kota

74 61 Padangsidimpuan mengambil langkah-langkah untuk memberikan bantuan kepada setiap rumah tangga miskin guna memperbaiki bangunan tempat tinggal dan fasilitas buang air besar. Sehingga akan tercipta pemerataan pembangunan dan bantuan yang diberikan menjadi lebih tepat sasaran.

75 62 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016, Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016, Badan Pusat Statistik Padangsidimpuan, 2016, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan Tahun 2016, Bagozzi, R.P, 2009, Advanced Methods of Marketing Research, Blackwell Publishers Ltd., Oxford. Gallagher, C.A., 2000, An Iterative Approach to Classification Analysis. Tanggal akses: 18 April Juwita, Sefty Dwi, 2013, Analisis Tingkat Kemiskinan Masyarakat Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru, Jurnal Perencanaan Pembangunan, Program Pascasarjana Universitas Andalas. Kuncoro, Mudrajad, 2013, Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Jakarta: Erlangga. Kuncoro, Mudrajad, 2010, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan, Jakarta: Erlangga. Lehmann, T. dan Eherler, D., 2011, Responder Profiling with CHAID and Dependency Analysis. WS-Proceedings/w10/lehmann.pdf. Tanggal akses: 12 April Lindiasari, Estrellita, 2008, Analisis Kemiskinan di Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Bogor, Skripsi, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Lipsey, et al, 2007, Pengantar Makroekonomi, Jakarta: Binarupa Aksara. Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rokhmin, 2008, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Jakarta: LP3ES. 62

76 63 Prasetyo, Adit Agus, 2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun ), Skripsi, FE. Universitas Diponegoro Semarang. Rakhmat, J, 2009, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rejekiningsih, 2011, Peran Serta Warga Miskin Dalam Program Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang Tahun 2010, Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. Sayogyo, 2006, Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan, Yogyakarta: Aditya Media. Siregar, Syofian, 2014, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Bumi Aksara. Zakaria, Junaiddin, 2009, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Jakarta: Gaung Persada Press.

77 64 Lampiran 1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. T. Mansyur No. 9 Medan KUESIONER PENELITIAN Mohon Partisipasi Kepada Yth, Bapak/Ibu Responden Saya M. Ridho Alfaz Harahap adalah salah seorang mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir/skripsi berjudul Analisis Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Kota Padangsidimpuan. Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini semata-mata hanya digunakan untuk kepentingan penyelesaian skripsi dan tidak berpengaruh apapun terhadap Bapak/Ibu. Atas partisipasinya saya ucapkan banyak terimakasih. Medan, Juli 2016 Peneliti M. Ridho Alfaz Harahap

78 65 IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden :... Nama :... Jenis Kelamin :... Umur :... Pendidikan :... Alamat :... Isilah kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan berilah tanda cek ( ) pada pilihan jawaban anda!!!! Indikator Pilihan Jawaban I Pilihan Jawaban II 1. Luas lantai bangunan tempat < 8 m 2 per orang > 8 m 2 per orang tinggal 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal tanah/bambu/kayu murahan selain tanah/bambu/kayu murahan 3. Jenis dinding tempat tinggal bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester selain bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester 4. Fasilitas tempat buang air tidak punya/bersama-sama milik sendiri besar dengan rumah tangga lain 5. Sumber penerangan rumah bukan listrik listrik tangga 6. Sumber air minum sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah selain sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan selain kayu bakar/arang/ minyak tanah 8. Frekuensi mengkonsumsi daging/ayam/susu tidak pernah mengkonsumsi/hanya sekali seminggu pernah mengkonsumsi/lebih dari satu kali seminggu 9. Kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun 10. Frekuensi makan dalam sehari 11. Kemampuan membayar untuk berobat ke poliklinik/rumah sakit 12. Pekerjaan kepala rumah tangga tidak pernah membeli/ hanya membeli satu stel dalam setahun hanya satu kali makan/dua kali makan sehari tidak mampu membayar untuk berobat pekerjaan dengan penghasilan di bawah Rp ,- per bulan tidak sekolah/tamat SD 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga 14. Kepemilikan aset/tabungan tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- membeli lebih dari satu stel dalam setahun lebih dari dua kali makan sehari mampu membayar untuk berobat pekerjaan dengan penghasilan di atas Rp ,- per bulan SMP/SMA/Perguruan Tinggi mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,-

79 66 Lampiran 2 Rekapitulasi Identitas Responden No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan Alamat 1 Firda Perempuan 40 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 2 Halimah Siregar Perempuan 35 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 3 Ferry Simanjuntak Laki-laki 37 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 4 Risman Nasution Laki-laki 60 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 5 Sareng Laki-laki 48 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 6 Safrizal Laki-laki 42 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 7 Sahibul Batubara Laki-laki 50 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 8 Waluyo Laki-laki 47 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 9 Naan Rambe Laki-laki 52 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 10 Rudi Lubis Laki-laki 53 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 11 Sahat Siregar Laki-laki 35 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 12 Roy Marten Siregar Laki-laki 54 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 13 Roby Atmaja Laki-laki 31 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 14 Robinson Laki-laki 49 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 15 Riyan Syahputra Laki-laki 49 tahun SMP P.Sidimpuan Tenggara 16 Riswan Hasibuan Laki-laki 33 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 17 Pardamean Laki-laki 35 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 18 Khairul Rambe Laki-laki 33 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 19 Dahlan Simanjuntak Laki-laki 49 tahun SD P.Sidimpuan Tenggara 20 Patar Laki-laki 38 tahun SMA P.Sidimpuan Tenggara 21 Harry Simanjuntak Laki-laki 43 tahun SMA P.Sidimpuan Hutaimbaru 22 Faizar Laki-laki 29 tahun SMA P.Sidimpuan Hutaimbaru 23 Febry Siregar Laki-laki 38 tahun SMP P.Sidimpuan Hutaimbaru 24 Satria Rambe Laki-laki 37 tahun SD P.Sidimpuan Hutaimbaru 25 Sahril Siregar Laki-laki 48 tahun SMP P.Sidimpuan Hutaimbaru 26 Syafruddin Laki-laki 50 tahun SD P.Sidimpuan Hutaimbaru 27 Ricky Yakub Harahap Laki-laki 35 tahun SMA P.Sidimpuan Hutaimbaru 28 Syamsul Hidayat Laki-laki 43 tahun SMP P.Sidimpuan Hutaimbaru 29 Yudi Hasibuan Laki-laki 30 tahun SMA P.Sidimpuan Hutaimbaru 30 Harry Dendi Siregar Laki-laki 49 tahun SD P.Sidimpuan Hutaimbaru 31 Amelia Sinta Hasibuan Perempuan 65 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 32 Evi Zahara Nasution Perempuan 30 tahun SMA P.Sidimpuan Selatan 33 Lastri Perempuan 46 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 34 Rismawati Perempuan 32 tahun SMA P.Sidimpuan Selatan 35 Sawaluddin Laki-laki 46 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 36 Sahara Maruli Laki-laki 40 tahun SMP P.Sidimpuan Selatan 37 Agusman Sinaga Laki-laki 46 tahun Tidak Sekolah P.Sidimpuan Selatan 38 Abdul Fuad Nasution Laki-laki 62 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 39 Basa Butar-butar Laki-laki 35 tahun SMP P.Sidimpuan Selatan 40 Arnil F Pardede Laki-laki 48 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 41 Agus Haryanto Laki-laki 32 tahun S-2 P.Sidimpuan Selatan 42 Anwar Laki-laki 48 tahun SMP P.Sidimpuan Selatan 43 Asno Laki-laki 50 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 44 Daslan Hutagaol Laki-laki 53 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 45 Dame Siahaan Laki-laki 29 tahun SMA P.Sidimpuan Selatan 46 Eryanto Nasution Laki-laki 32 tahun SD P.Sidimpuan Selatan 47 Erwinsyah Laki-laki 47 tahun SD P.Sidimpuan Selatan

80 67 48 Firman Sinaga Laki-laki 25 tahun D-3 P.Sidimpuan Selatan 49 Haryono Laki-laki 29 tahun SMA P.Sidimpuan Selatan 50 Hermansyah Lubis Laki-laki 20 tahun SMA P.Sidimpuan Selatan 51 Solimin Laki-laki 36 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 52 Muslim Nasution Laki-laki 37 tahun SD P.Sidimpuan Angkola Julu 53 Rizal Saleh Laki-laki 60 tahun SD P.Sidimpuan Angkola Julu 54 Sofyan Hasibuan Laki-laki 52 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 55 Susanto Siregar Laki-laki 43 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 56 Suriadi Pulungan Laki-laki 28 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 57 Sulaiman Nainggolan Laki-laki 52 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 58 Sukirno Laki-laki 40 tahun Tidak Sekolah P.Sidimpuan Angkola Julu 59 Maruli Tampubolon Laki-laki 48 tahun SMP P.Sidimpuan Angkola Julu 60 Rizal Taufiq Harahap Laki-laki 27 tahun Tidak Sekolah P.Sidimpuan Angkola Julu 61 Hidayat Lubis Laki-laki 44 tahun SD P.Sidimpuan Angkola Julu 62 Hidayat Harahap Laki-laki 32 tahun SD P.Sidimpuan Utara 63 Hotman Siahaan Laki-laki 28 tahun SMP P.Sidimpuan Utara 64 Irwan Laki-laki 26 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 65 Rahmawati Laki-laki 40 tahun SD P.Sidimpuan Utara 66 Ramlah Koto Laki-laki 44 tahun SD P.Sidimpuan Utara 67 Suparlan Laki-laki 59 tahun SD P.Sidimpuan Utara 68 Ruslan Laki-laki 58 tahun SMP P.Sidimpuan Utara 69 Basariar Pandan Srg Laki-laki 32 tahun S-1 P.Sidimpuan Utara 70 Novita Putri Perempuan 33 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 71 M. Yuzar Laki-laki 48 tahun SD P.Sidimpuan Utara 72 Mangara Enda Laki-laki 30 tahun SMP P.Sidimpuan Utara 73 Hermansyah Laki-laki 62 tahun SD P.Sidimpuan Utara 74 Darwin Sagala Laki-laki 53 tahun SD P.Sidimpuan Utara 75 Darman Nasution Laki-laki 42 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 76 Risma Nasution Perempuan 35 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 77 Boimin Laki-laki 45 tahun SD P.Sidimpuan Utara 78 Hamdani Tanjung Laki-laki 30 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 79 Hasan Batut Laki-laki 47 tahun SMA P.Sidimpuan Utara 80 Akhiruddin Laki-laki 43 tahun SD P.Sidimpuan Utara 81 Zainal Arifin Laki-laki 38 tahun SMP P.Sidimpuan Utara 82 Paino Laki-laki 43 tahun SD P.Sidimpuan Utara 83 Nurdin Batubara Laki-laki 50 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 84 Mulyadi Siregar Laki-laki 63 tahun SD P.Sidimpuan Batunadua 85 Wahyudi Laki-laki 32 tahun SMP P.Sidimpuan Batunadua 86 Effendi Laki-laki 39 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 87 Maruli Situmorang Laki-laki 65 tahun SD P.Sidimpuan Batunadua 88 Masyur Laki-laki 40 tahun D-1 P.Sidimpuan Batunadua 89 Saleh Abdi Laki-laki 45 tahun SD P.Sidimpuan Batunadua 90 M. Sidik Laki-laki 52 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 91 Yusuf Hasibuan Laki-laki 28 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 92 Emeliana Perempuan 35 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 93 Warsito Laki-laki 38 tahun Tidak Sekolah P.Sidimpuan Batunadua 94 Syahrul Panjaitan Laki-laki 34 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 95 Tugirin Laki-laki 40 tahun SMP P.Sidimpuan Batunadua 96 Sahmanan Lubis Laki-laki 37 tahun SMA P.Sidimpuan Batunadua 97 Sofyan Sahuri Hrp Laki-laki 23 tahun SMP P.Sidimpuan Batunadua 98 Suryono Laki-laki 42 tahun SMP P.Sidimpuan Batunadua 99 Syahrizal Siregar Laki-laki 33 tahun S-1 P.Sidimpuan Batunadua 100 Erwin Nasution Laki-laki 53 tahun SD P.Sidimpuan Batunadua

81 68 Lampiran 3 No. Responden Rekapitulasi Jawaban Responden X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 X 12 X 13 X 14 Y

82

83 70 Lampiran 4 Hasil Analisis Tabulasi Silang (Cross Tabulation) CROSSTABS /TABLES=Y BY X1 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Luas lantai tempat tinggal Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Luas lantai tempat tinggal Crosstabulation Count Luas lantai tempat tinggal Total < 8 m persegi per orang > 8 m persegi per orang Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Approx. T b Approx. Sig. Std. Error a Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

84 71 CROSSTABS /TABLES=Y BY X2 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Jenis lantai tempat tinggal Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Jenis lantai tempat tinggal Crosstabulation Jenis lantai tempat tinggal tanah/bambu/kayu murahan selain tanah/bambu/kayu murahan Total Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is.70. b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

85 72 CROSSTABS /TABLES=Y BY X3 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Jenis dinding tempat tinggal Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Jenis dinding tempat tinggal Crosstabulation bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester Jenis dinding tempat tinggal selain bambu/rumbia/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester Total Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Approx Error a. T b Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

86 73 CROSSTABS /TABLES=Y BY X4 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Fasilitas buang air besar Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Fasilitas buang air besar Crosstabulation Count Fasilitas buang air besar Total tidak mempunyai milik sendiri Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

87 74 CROSSTABS /TABLES=Y BY X5 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Sumber penerangan Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Sumber penerangan Crosstabulation Count Sumber penerangan Total bukan listrik listrik Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

88 75 CROSSTABS /TABLES=Y BY X6 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Sumber air minum Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Sumber air minum Crosstabulation sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan Sumber air minum selain sumur/mata air tidak terlindung/ sungai/air hujan Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square.444 a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

89 76 CROSSTABS /TABLES=Y BY X7 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Bahan bakar untuk memasak Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Bahan bakar untuk memasak Crosstabulation Count Bahan bakar untuk memasak Total kayu bakar/ arang/minyak tanah selain kayu bakar/arang/minyak tanah Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

90 77 CROSSTABS /TABLES=Y BY X8 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Konsumsi daging/ayam/susu Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Konsumsi daging/ayam/susu Crosstabulation Konsumsi daging/ayam/susu tidak pernah mengkonsumsi/hanya sekali seminggu pernah mengkonsumsi/lebih dari satu kali seminggu Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Approx. T b Approx. Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

91 78 CROSSTABS /TABLES=Y BY X9 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Pembelian pakaian baru Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Pembelian pakaian baru Crosstabulation tidak pernah membeli/ hanya membeli satu stel dalam setahun Pembelian pakaian baru membeli lebih dari satu stel dalam setahun Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

92 79 CROSSTABS /TABLES=Y BY X10 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Frekuensi makan Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Frekuensi makan Crosstabulation hanya satu kali makan/dua kali makan sehari Frekuensi makan lebih dari dua kali makan sehari Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

93 80 CROSSTABS /TABLES=Y BY X11 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Kemampuan berobat Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Kemampuan berobat Crosstabulation Count Kemampuan berobat Total tidak mampu membayar untuk berobat mampu membayar untuk berobat Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Approx. T b Approx. Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

94 81 CROSSTABS /TABLES=Y BY X12 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Pekerjaan kepala rumah tangga Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Pekerjaan kepala rumah tangga Crosstabulation Pekerjaan kepala rumah tangga pekerjaan dengan penghasilan di bawah Rp ,- per bulan pekerjaan dengan penghasilan di atas Rp ,- per bulan Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

95 82 CROSSTABS /TABLES=Y BY X13 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Status Kemiskinan * Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Crosstabulation Count Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Total tidak sekolah/ tamat SD SMP/SMA/ Perguruan tinggi Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

96 83 CROSSTABS /TABLES=Y BY X14 /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ CC CORR /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL. Crosstabs [DataSet0] Status Kemiskinan * Kepemilikan aset/tabungan Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Status Kemiskinan * Kepemilikan aset/tabungan Crosstabulation Kepemilikan aset/tabungan tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp ,- Status Kemiskinan miskin tidak miskin Total Total Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square a Continuity Correction b Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 100 a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is b. Computed only for a 2x2 table Symmetric Measures Value Asymp. Std. Error a Approx. T b Approx. Sig. Nominal by Nominal Contingency Coefficient Interval by Interval Pearson's R c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation c N of Valid Cases 100 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

97 84 Lampiran 5 Hasil Analisis CHAID * Decision Tree. TREE Y [n] BY X1 [n] X2 [n] X3 [n] X4 [n] X5 [n] X6 [n] X7 [n] X8 [n] X9 [n] X10 [n] X11 [n] X12 [n] X13 [n] X14 [n] /TREE DISPLAY=TOPDOWN NODES=STATISTICS BRANCHSTATISTICS=YES NODEDEFS=YES SCALE=AUTO /DEPCATEGORIES USEVALUES=[ ] TARGET=[1.00] /PRINT MODELSUMMARY CLASSIFICATION RISK TREETABLE /GAIN CATEGORYTABLE=YES TYPE=[NODE] SORT=DESCENDING CUMULATIVE=NO /PLOT GAIN INDEX RESPONSE INCREMENT=10 /RULES NODES=ALL SYNTAX=INTERNAL TYPE=SCORING /SAVE NODEID PREDVAL PREDPROB /METHOD TYPE=CHAID /GROWTHLIMIT MAXDEPTH=AUTO MINPARENTSIZE=10 MINCHILDSIZE=5 /VALIDATION TYPE=NONE OUTPUT=BOTHSAMPLES /CHAID ALPHASPLIT=0.05 ALPHAMERGE=0.05 SPLITMERGED=NO CHISQUARE=PEARSON CONVERGE=0.001 MAXITERATIONS=100 ADJUST=BONFERRONI /COSTS EQUAL /MISSING NOMINALMISSING=MISSING. Classification Tree [DataSet0] Model Summary Specifications Growing Method CHAID Dependent Variable Status Kemiskinan Independent Variables Luas lantai tempat tinggal, Jenis lantai tempat tinggal, Jenis dinding tempat tinggal, Fasilitas buang air besar, Sumber penerangan, Sumber air minum, Bahan bakar untuk memasak, Konsumsi daging/ayam/susu, Pembelian pakaian baru, Frekuensi makan, Kemampuan berobat, Pekerjaan kepala rumah tangga, Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, Kepemilikan aset/tabungan Validation None Maximum Tree Depth 3 Minimum Cases in Parent Node 10 Minimum Cases in Child Node 5 Results Independent Variables Included Jenis lantai tempat tinggal, Luas lantai tempat tinggal, Fasilitas buang air besar Number of Nodes 7 Number of Terminal Nodes 4 Depth 3

98 85 Tree Table Node miskin tidak miskin Total Predicted Parent Primary Independent Variable N Percent N Percent N Percent Category Node Variable Sig. a Chi- Square df % % % tidak miskin % % % tidak miskin 0 Jenis lantai tempat tinggal % % 7 7.0% miskin 0 Jenis lantai tempat tinggal 3 0.0% % % tidak miskin % % % tidak miskin % % % tidak miskin 6 0.0% % % tidak miskin Growing Method: CHAID Dependent Variable: Status Kemiskinan a. Bonferroni adjusted 1 Luas lantai tempat tinggal 1 Luas lantai tempat tinggal 4 Fasilitas buang air besar 4 Fasilitas buang air besar Split Values selain tanah/ bambu/ kayu murahan tanah/ bambu/ kayu murahan > 8 m persegi per orang < 8 m persegi per orang milik sendiri tidak mempun yai

99 86 Target Category: miskin Gains for Nodes Node Node Gain Response Index N Percent N Percent % % 85.7% 857.1% % % 40.0% 400.0% % 0.0%.0%.0% % 0.0%.0%.0% Growing Method: CHAID Dependent Variable: Status Kemiskinan

100 87 Risk Estimate Std. Error Growing Method: CHAID Dependent Variable: Status Kemiskinan Classification Observed Predicted miskin tidak miskin Percent Correct miskin % tidak miskin % Overall Percentage 7.0% 93.0% 95.0% Growing Method: CHAID Dependent Variable: Status Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDEMPUAN

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDEMPUAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANGSIDEMPUAN OLEH M. RIDHO ALFAZ HRP 120501203 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 No. 05/01/75/Th.XI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 Berdasarkan survei pada September 2016 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,63 persen. Angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT } BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 No. 05/01/71/Th. X, 04 Januari 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN 05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A

ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR. Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A ANALISIS KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BOGOR Oleh: ESTRELLITA LINDIASARI A14304078 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN 07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th. XIV, 2 Juli 2012 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 3205011.32 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 Katalog BPS : 3205011.32 No. Publikasi : 32520.1701 Ukuran Buku : 18,2 cm

Lebih terperinci

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XIX, 04 Januari 2016 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September sebanyak 1.508.140 orang (10,79%),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret

Lebih terperinci

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 No. 27/ 07/91/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) turun menjadi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BPS PROVINSI JAWA TIMUR BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 06/01/35/Th.X,02 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Penduduk miskin Jawa Timur pada bulan September 2011 sebanyak 5,227 juta (13,85 persen)

Lebih terperinci

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017

KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 40/07/12/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA MARET 2017 SEBANYAK 1.453.870 ORANG (10,22%) Jumlah penduduk miskin di

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141

Lebih terperinci

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%) Jumlah penduduk miskin di

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA MEDAN OLEH RIZKI AMALIA TAMBUNAN

SKRIPSI ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA MEDAN OLEH RIZKI AMALIA TAMBUNAN SKRIPSI ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI KOTA MEDAN OLEH RIZKI AMALIA TAMBUNAN 120501081 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN 38/07/Th. XX, 17 JULI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2017

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan juga hasil hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan

Lebih terperinci

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42. Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/10/1204/Th. XIX, 12 Oktober 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 No. 05/01/81/Th. XVII, 02 Januari 2015 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015 No. 05/01/82/Th. XV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2015 BERKURANG 7,3 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Maluku

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang :

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 No. 04/01/31/Th. XV/ 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan September

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Tingkat Kemiskinan di DKI Jakarta Maret 2017 No. 35/07/31/Th.XIX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2017 sebesar 389,69 ribu

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

No.01/07/81/Th. XX,17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan Maret

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017

KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 No. 37/07/75/Th.X. 17 Juli 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO MARET 2017 Berdasarkan survei pada Maret 2017 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,65 persen. Dibandingkan persentase

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 44/09/31/Th XVII, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2015 sebesar 398,92 ribu orang (3,93

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 No. 31/07/91/Th. VI, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2012 sebesar

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016 No.06/01/81/Th. XX,03 Januari 2017 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN 07/01/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016 B P S P R O V I N S I A C E H No.04/01/Th.XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016 Jumlah Penduduk Miskin Mencapai 841 Ribu Orang RINGKASAN Pada September 2016, jumlah penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 06/01/12/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2014 sebanyak 1.360.600

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 BPS KABUPATEN PESISIR SELATAN No.02/07/1302/Th I, 4 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 Garis kemiskinan (GK) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2016 sebesar Rp. 366.228,- per kapita

Lebih terperinci

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 No. 64/09/71/Th. IX, 15 September 2015 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei

Lebih terperinci

No.06/07/81/Th. XVIII,18 Juli 2016 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 06/01/12/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2011 sebanyak 1.421.400

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/07/52/TH.X, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 804,44 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016 B P S P R O V I N S I A C E H No. 32/07/TH.XIX, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016 Jumlah Penduduk Miskin Mencapai 848 Ribu Orang RINGKASAN Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 BADAN PUSAT STATISTIK No. 45 /07/52/TH.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 793,78 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara

Lebih terperinci

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU Profil Kemiskinan Kabupaten Malinau Tahun 2011-2016 No.02/06/Th.I, 20 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN MALINAU TAHUN 2011-2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2016 SEBESAR 7,15 PERSEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Konsep Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos,2002). Kemiskinan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/07/53/Th.XX, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR Maret 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN Maret 2017 MENCAPAI 1.150,79 RIBU ORANG (21,85 PERSEN) Jumlah penduduk

Lebih terperinci

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Riptek, Vol.2, No.2, Tahun 2008, Hal.: 1 6 STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Unisbank Semarang Abstrak Kemiskinan sampai saat ini masih menjadi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64 /09/52/TH.IX, 15 SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 823,89 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 37/08/61/Th. XIV, 5 Agustus 2011 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2011 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 No. 32/07/31/XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà -1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada

Lebih terperinci