REKOMPAK-JRF Pascagempa Dan tsunami 2006
|
|
- Hamdani Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Mei 2012 REKOMPAK-JRF Pascagempa Dan tsunami Februari Mei 2012 Gempa dan Tsunami DIY, Jateng dan Jabar Pada 27 Mei 2006 pukul 5:53:57 WIB, gempa tektonik yang berasal dari sesar aktif Opak dengan kekuatan 5.9 skala richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Pusat gempa diperkirakan pada 8.00 Lintang Selatan Bujur Timur atau sekitar 37,2 kilometer sebelah selatan Kota Yogyakarta pada kedalaman sekitar 33 kilometer. Gempa tersebut menimbulkan puluhan ribu warga luka berat, ribuan meninggal dunia dan meluluhlantakkan Kabupaten Bantul, DIY dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah karena kedua kabupaten tersebut terletak di Patahan Opak (Opak Fault) yang merupakan garis patahan memanjang sepanjang 60 kilometer yang berpangkal di Sanden, Bantul dan berujung di Tulung, Klaten. Karena itu, dari unit rumah rusak berat di DIY, unit diantaranya berada di Kabupaten Bantul, sedangkan unit rumah rusak berat di Jateng, unit diantaranya adalah rumah di Kabupaten Klaten. 1
2 Dampak gempa di Kab. Bantul DIY Tanggal 17 Juli 2006 pukul WIB kembali terjadi gempa dengan kekuatan 6.8 Skala Richter terjadi di pesisir selatan Pulau Jawa. Pusat gempa berada pada LS Bujur Timur atau sekitar 260 kilometer selatan Kota Bandung dengan kedalaman sekitar 8 kilometer. Diperkirakan terjadi mekanisme gerak sesar naik di dasar samudera dengan patahan berarah U T dengan kemiringan 7 ke utara. Patahan tersebut kemungkinan besar berhubungan dengan pergerakan dan runtuhan dari prisma akresi yang dipicu aktivitas penunjang lempeng Indo-Australia. Patahan menyebabkan terjadi dislokasi masa batuan yang kemudian mendorong sejumlah besar volume air laut membentuk gelombang pasang yang bergerak secara vertikal secara radial menjauhi pusat gempa. Sekitar 20 menit pascagempa, terjadilah tsunami dengan ketinggian sekitar 3 hingga 7 meter dengan rambahan meter di sepanjang pantai Kebumen, Cilacap dan Pangandaran. Wilayah Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat mengalami kerusakan paling parah karena kedalaman air pantai Pangandaran relatif dangkal yang menyebabkan gelombang tsunami saat menghantam pantai menimbulkan titik pasang tertinggi dengan rambahan yang panjang ke daratan yang menimbulkan korban manusia yang luka berat 621 orang, hilang 32 orang dan meninggal dunia 429 orang. Sedangkan rumah warga yang rusak berat unit, 61 unit hotel hancur/rusak berat dan 974 unit kios hancur/rusak berat. Sedangkan jalan sepanjang pantai tertutup pasir setebal 40 cm. Membangun Harapan Pascabencana Membangun kembali daerah pascabencana, selain membutuhkan dana besar, juga memerlukan perhitungan dan perencanaan yang matang dan menuntut keterlibatan penuh warga masyarakat yang juga korban bencana. Pascabencana gempa 2006, pemerintah menetapkan kebijakan penanganan bencana yang dijabarkan dalam tiga tahap, yaitu Tanggap Darurat, Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Kerangka ini disebut sebagai Tahapan Pemulihan Pascabencana yang dijabarkan oleh Bappenas. Pada setiap tahap ditetapkan target yang harus dipenuhi. Fokus kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi mencakup tiga hal penting. Pertama, rehabilitasi rumah dan permukiman penduduk, kedua, rehabilitasi sarana publik dan ketiga, mengaktifkan kembali kondisi perekonomian daerah dan masyarakat. Rehabilitasi rumah dan permukiman penduduk ditetapkan menjadi prioritas utama karena kerusakan akibat gempa banyak terjadi pada industri berbasis rumah tangga yang juga rumah penduduk. Rehabilitasi rumah yang dilakukan secara cepat diharapkan dapat memacu sektor perekonomian. 2
3 Sesuai dengan lingkup tugasnya, rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dan permukiman penduduk menjadi tanggungjawab Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (sekarang Kementerian Pekerjaan Umum). Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, yakni menempatkan masyarakat menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayahnya sendiri. Berdasarkan pengalaman merehabilitasi dan merekonstruksi pascagempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, kombinasi dari pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada kelompok masyarakat dengan pembangunan yang bertumpu pada nilai-nilai telah menunjukkan hasil yang positif. Pendekatan inilah yang diterapkan pada rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana gempa dan tsunami P2KP Peduli Dengan mempertimbangkan fasilitator P2KP sudah di lapangan serta kebutuhan masyarakat untuk segera merehabilitasi rumahnya maka Ditjen Cipta Karya bergerak cepat dengan menugaskan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan, salah satu program dibawah pengendalian Ditjen Cipta Karya, untuk segera melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dan permukiman penduduk di wilayah Klaten dan Bantul. Medio Juni 2006 atau tiga minggu pascagempa yang memporakporandakan Bantul dan Klaten, Tim P2KP sudah bergerak di lapangan. Selama 8 bulan (Juni Februari 2007) P2KP berhasil memfasilitasi pembangunan unit rumah warga, masing-masing unit di Kabupaten Klaten dan unit di Kabupaten Bantul. REKOMPAK-JRF Mulai Februari 2007 kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah dilanjutkan melalui proyek Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK), salah satu proyek dibawah pengendalian Ditjen Cipta Karya, yang mendapat dukungan dana dari Java Reconstruction Fund (JRF) melalui Grant Agreement yang ditandatangani pada 6 Februari Dalam pelaksanaan kegiatannya, Ditjen Cipta Karya membentuk Project Management Unit (PMU) yang bertugas memantau dan mengendalikan kegiatan dan menyampaikan laporan secara berkala kepada Menteri Pekerjaan Umum serta melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terkait. PMU dibantu oleh Satuan Kerja (Satker) Rehabilitasi Rekonstruksi Rumah Pasca Gempa Bumi DIY dan Jateng. Dalam melaksanakan tugas ini PMU didukung oleh National Management Consultant (NMC) dan 3 District Management Consultant (DMC). Selama 16 bulan (Maret 2007 Juni 2008) REKOMPAK berhasil memfasilitasi pembangunan unit rumah warga, masing-masing unit di Kabupaten Bantul dan unit di Kabupaten Klaten. Rumah BDR juga berfungsi tempat usaha 3
4 Upaya Mewujudkan Hunian Sesuai Harapan REKOMPAK melaksanakan kegiatan pembangunan rumah melalui Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)/Tim Perencana Kegiatan (TPK), yakni Organisasi Masyarakat Warga yang dipercaya warga untuk memimpin kegiatan pembangunan di desanya. Langkah awal yang dilakukan BKM/TPK adalah mengadakan Rembug warga yang dirancang sebagai forum sosialisasi tentang kegiatan Bantuan Dana Rumah (BDR) REKOMPAK untuk membangun rumah pascabencana gempa. Sosialisasi dilakukan sebagai wujud pendekatan pembangunan yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pembangunan rumah mereka. Sebagai pelaku utama, warga berhak mengetahui prinsip dan nilai yang berlaku di REKOMPAK dan mekanisme pelaksanaan pembangunaan rumah serta hak dan kewajibannya sebagai penerima manfaat BDR. Dengan pemahaman tersebut masyarakat diharapkan dapat menerima atau menolak BDR yang disediakan dengan penuh kesadaran. Ketika masyarakat memutuskan menerima maka saat itu pula mereka mempunyai hak dan kewajiban sebagai penerima manfaat, diantaranya: berhak ikut terlibat dalam seluruh tahapan kegiatan, mengusulkan prioritas penerima manfaat dan berkewajiban menegakkan prinsip dan nilai dalam proses kegiatan serta wajib ikut serta dalam perencanaan dan mengawasi pelaksanaannya. ALUR PENETAPAN PENERIMA BDR REKOMPAK SK Bupati Sanggahan Komplain LOLOS Ya Daftar Penerima BDR Pembentukan KP POKMAS Diusulkan ke Bantuan APBN Tidak LOLOS Uji Publik 7 Hari Ya Tidak Pelatihan & Penyusunan DTPP Pelatihan, Pengadaan Material, Konstruksi Isi Form : Lembar Penilaian Calon Penerima BDR Kompilasi data Bappeda Verifikasi Calon Penerima BDR Usulan Desa/Dusun Data Korban Pendataan Korban Bencana Kriteria : 1. Rumah rusak berat/roboh 2. KK tidak ganda 3. Cek lahan tapak semula OK 4. Prioritas termiskin dan terparah Tim : DMC, NMC, Pemda, Pemdes, BKM dan Wakil Penerima Manfaat Dihuni Sosialisasi BDR 4
5 Langkah berikutnya, BKM/TPK melakukan rembug warga untuk menetapkan kriteria penerima manfaat dan menetapkan prioritasnya berdasarkan prinsip dan nilainilai yang dikembangkan di REKOMPAK serta menetapkan Tim yang ditugaskan sebagai wakil penerima manfaat dalam melakukan pendataan dan verifikasi calon penerima manfaat. Verifikasi lapangan dilakukan oleh Tim bersama terdiri dari unsur BKM/TPK, pemerintah desa, pemerintah daerah, wakil penerima manfaat dan REKOMPAK. Kriteria utama dari penerima manfaat BDR REKOMPAK adalah warga yang rumahnya rusak berat atau hancur. Bagi warga yang lolos verifikasi dimasukkan dalam daftar prioritas penerima bantuan dan diumumkan kepada warga dengan menempel daftarnya di tempat-tempat strategis di lingkungan desa setempat. Masyarakat diberi waktu tujuh hari untuk memberi komentar dan sanggahan pada daftar tersebut. Jika ada yang keberatan/menolak nama yang masuk daftar prioritas penerima bantuan, mereka bisa mengajukan keberatannya ke BKM/TPK dan pemerintah desa. Nama yang ditolak warga akan dilakukan verifikasi ulang sedangkan daftar prioritas yang tidak ditolak warga akan diteruskan kepada pemerintah daerah untuk ditetapkan sebagai penerima manfaat BDR REKOMPAK. Warga yang telah ditetapkan sebagai penerima BDR segera membentuk Kelompok Pemukim (KP), setiap KP terdiri atas KK yang lokasi rumahnya berdekatan. Anggota KP segera memilih koordinator, sekretaris dan bendahara yang akan bertugas untuk mengendalikan kegiatan pembangunan di tingkat KP. Selanjutnya, BKM/TPK membentuk Panitia Pembangunan (PP) yang anggotanya terdiri atas perwakilan dari KP-KP yang bertugas mengendalikan pembangunan di tingkat desa. Sebelum KP dan PP melakukan tugasnya, REKOMPAK memberikan pelatihan yang berkaitan dengan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya. Pengurus KP segera memimpin rembug-rembug untuk menyepakati pembukaan rekening KP di bank yang dipilih, desain rumah, gambar kerja, rencana anggaran belanja (RAB) dan rencana kerja serta Dokumen Teknis Pembangunan Perumahan (DTPP). Hasil rembug KP tersebut disusun menjadi proposal pembangunan rumah. Setelah diverifikasi oleh Tim REKOMPAK, proposal tersebut diajukan kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL Provinsi untuk mendapatkan BDR tahap pertama (40%). Setelah 40% BDR diterima di rekening bersama KP, pengurus KP wajib mengumumkan pada warga dengan menempelkannya di beberapa papan informasi yang strategis. Pelaksanaan konstruksi rumah bisa dimulai setelah REKOMPAK memberikan pelatihan kepada KP tentang pengadaan jasa dan material serta pelatihan tentang teknis pembangunan rumah tahan gempa kepada para tukang. Setelah berkoordinasi dengan BKM dan pemahaman tukang dianggap memadai maka pelaksanaan konstruksi bisa dimulai. Apabila pelaksanaan 40% BDR tahap pertama bisa dipertanggungjawabkan, KP berhak mengajukan pencairan 40% BDR tahap kedua dan 20% BDR tahap ketiga akan dicairkan apabila KP sudah bisa mempertanggungjawabkan 40% BDR tahap kedua. "Bila diberi kepercayaan dalam pengambilan keputusan, masyarakat cenderung mengikuti aturan : taat azas. Penerima manfaat juga berkeinginan untuk membangun rumahnya lebih baik dan tahan gempa" 5
6 Membangun Kembali Lingkungan Yang Lebih Baik Rehabilitasi dan rekonstruksi permukiman di wilayah terkena bencana dilakukan dalam rangka mencegah, menghindari dan meminimalkan terjadinya kerusakan akibat bencana yang akan terjadi serta mengurangi korban jiwa. Hal yang paling mendasar untuk mewujudkan upaya tersebut adalah mengenali ancaman bencana dan karakteristik wilayah setempat. Dari pengenalan tersebut selanjutnya disusun rencana yang matang berdasarkan kebutuhan wilayahnya. Dalam mekanisme REKOMPAK, proses menemukenali tersebut dilakukan melalui kegiatan Pemetaan Swadaya (PS), yang merupakan salah satu tahapan dari proses perencanaan pembangunan desa yang dilakukan oleh komunitas dengan pendampingan fasilitator REKOMPAK. Hasil pengenalan dan perencanaan tersebut dituangkan dalam dokumen Rencana Penataan Permukiman (RPP)/ Community Settlement Plan (CSP). RPP memuat rencana program dan kegiatan pembangunan desa/kelurahan selama kurun waktu 5 tahun. Program dan kegiatan pembangunan infrastuktur yang ditetapkan sebagai kegiatan prioritas dan mendukung upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana akan difasilitasi REKOMPAK melalui Bantuan Dana Lingkungan (BDL). ALUR VERIFIKASI DAN PELAKSANAAN BDL REKOMPAK Disetujui NMC, DMC, Bappeda DTPL adalah dokumen rencana teknis untuk pelaksanaan BDL yang disusun oleh komunitas BDL putaran berikut/ channeling sumber dana lain Tidak Prioritas Ya Kegiatan akan dilaksanakan masuk DTPL Rembug Pembentukan PP Rembug Kegiatan Prioritas Sesuai Alokasi BDL Pelatihan, Penyusunan DED, Penyusunan DTPL, Pencairan Termin Daftar Kegiatan Hasil Verifikasi Ya Pelatihan, Pengadaan Material, Konstruksi BDL Ditolak Tidak Kompilasi data Bappeda disetujui Verifikasi Usulan Kegiatan Tim : DMC, NMC, Pemda, Pemdes, BKM dan Wakil Penerima Manfaat Kriteria : 1. Rekons. pras. rusak akibat bencana 2. Sarpras PRB/Mitigasi Bencana 3. Sarpras peningkatan lingk. dan kesehatan 4. safeguard lingk, sosial, lahan Pengelola O&P, Pelatihan O&P, Operasi & Pemeliharaan Usulan Desa/Dusun Daftar usulan Kegiatan Th. I RPP Investasi Review RPP Rembug Evaluasi & LPJ 6
7 Semua pembangunan infrastuktur yang difasilitasi oleh REKOMPAK selalu merujuk pada prioritas program dan kegiatan yang ada dalam RPP/CSP. Dalam pelaksanaannya, pengelolaan kegiatan pembangunan infrastruktur akan dipimpin oleh BKM/TPK dengan pendampingan dari fasilitator REKOMPAK. Mekanisme pelaksanaannya diawali dengan BKM/TPK mengusulkan jenis kegiatan yang mendesak beserta anggarannya, untuk diverifikasi oleh Tim bersama yang terdiri atas pemerintah desa, Pemda, BKM/TPK dan REKOMPAK. Verifikasi dilakukan untuk menseleksi, memastikan dan memutuskan prioritas kegiatan pembangunan infrastuktur berikut dengan pembiayaanya. Langkah berikutnya, BKM/TPK mengadakan rembug warga untuk menyusun prioritas pelaksanaan kegiatan fisik dari kegiatan yang telah lolos verifikasi. Setelah disetujui REKOMPAK dan pemda maka kegiatan tersebut difasilitasi BDL putaran pertama. Setelah itu, BKM segera mengadakan rembug warga untuk membentuk Panitia Pembangunan (PP) yang akan diberi tanggungjawab melaksanakan pengendalian kegiatan pembangunan fisik BDL yang telah ditetapkan. REKOMPAK segera memberikan pelatihan kepada anggota PP tentang penyusunan Dokumen Teknis Penataan Lingkungan (DTPL), yaitu dokumen yang memuat gambar teknis infrastruktur (Design Engineering Detail/DED), rencana anggaran biaya (RAB), spesifikasi pekerjaan berikut rencana dan prasyarat pelaksanaanya, jadwal pengadaan material/alat, jadwal pelaksanaan pembangunan, jadwal pengadaan tenaga kerja dan pengiriman material. Setelah PP dilatih, mereka menyusun DTPL yang akan menjadi proposal pembangunan infrastruktur permukiman. Proposal pencairan BDL termin pertama (40%) yang telah diverifikasi oleh REKOMPAK diajukan kepada SNVT PBL Provinsi. Pada saat yang sama, REKOMPAK memberikan pelatihan kepada PP, meliputi pelatihan pengadaan jasa dan material, tata administrasi pembukuan, dan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemanfaatan BDL. Dalam skema REKOMPAK, jasa dan material yang dibutuhkan untuk kebutuhan pekerjaan fisik dilakukan melalui lelang terbuka. Setelah BDL termin pertama masuk rekening BKM, sebagai wujud transparansi pengelolaan dana, BKM wajib menyebarluaskan kepada warga dan menempelkan informasinya pada papan pengumaman di 5 titik strategis. Setelah itu, BKM mengadakan koordinasi dengan PP untuk menyepakati skedul kegiatan pelaksanan fisik. Sebelum kegiatan fisik dimulai, REKOMPAK memberikan pelatihan teknis dan kontruksi kepada para tukang. Pada saat pelaksanaan BDL termin pertama selesai dikerjakan, BKM/TPK mengadakan rembug warga guna mengevaluasi pemanfaatan dana dan pekerjaan fisik yang telah selesai dikerjakan untuk menyusun pertanggungjawaban sebagai prasyarat pengajuan BDL termin kedua. Setelah BDL termin kedua (60%) selesai dikerjakan kembali BKM melakukan evaluasi melalui rembug warga dan menyusun laporan pertanggungjawaban akhir (LPJ). Agar sarana dan prasarana dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada masyarakat, REKOMPAK memberikan pelatihan mengenai tata cara mengoperasikan dan memeliharaan sarana dan prasarana kepada Organisasi Pengelola (OP). OP dibentuk oleh masyarakat pengguna/ pemanfaat sarana melalui proses musyawarah yang demokratis yang difasilitasi oleh BKM/TPK. REKOMPAK juga telah menerbikan dan mendistribusikan buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Dasar Desa sebagai media pembelajaran mengenai pengoperasian dan pemeliharaan sarana dan prasarana desa. Penataan infrastruktur pascabencana perlu memperhatikan aspek fungsi dan konstruksi. Fungsi berarti infrastruktur tersebut harus mampu mewadahi kebutuhan sesuai kegunaannya sekaligus fungsi mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana. Sedangkan konstruksi berarti infrastruktur fisik tersebut harus memiliki kekuatan dan ketahanan terhadap bencana. 7
8 MENEMUKENALI KEBUTUHAN SECARA PARTISIPATIF Salah satu tahapan penting dalam penyusunan RPP/CSP adalah Pemetaan Swadaya (PS), yaitu proses Identifikasi Kebutuhan secara partisipatif. Dalam proses ini, masyarakat melakukan : Penggalian informasi; tentang masalah-masalah lingkungan yang meliputi sarana dan prasarana lingkungan, perumahan, tataguna lahan, saluran dan pemenuhan air bersih, pengelolaan sampah dan air limbah serta masalah sosial, ekonomi dan kerawanan bencana yang dihadapi desa. Pengkajian; informasi dan fakta yang ada dianalisis dan dikaji bersama secara kritis untuk dicari akar masalahnya. Setiap informasi yang ada akan dianalisis untuk memastikan apakah hal tersebut merupakan masalah yang sebenarnya atau hanya merupakan gejala saja. Perumusan masalah; kelompok masalah yang sudah ditemukan dan disepakati bersama (pengorganisasian masalah), dianalisis hubungan sebab akibatnya melalui metodologi pohon masalah. Semua proses penggalian informasi, analisis dan rumusan masalah dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sedangkan fasilitator sebagai 'orang luar/outsider' hanya memfasilitasi masyarakat agar mereka belajar menganalisa dan mencari alternatif pemecahan masalah dan mengembangkan gagasan yang dibutuhkan. Hasil PS sekurangnya adalah tersusunnya peta tematik desa, diantaranya; a. peta desa, b. peta sosial desa, c. peta perekonomian desa, d. peta tata guna lahan, e. peta kawasan ekonomi, f. peta rawan bencana, g. peta jaringan irigasi, h. peta jaringan drainase, i. dan lain-lain; peta-peta tersebut sangat membantu untuk melakukan kajian dalam memahami kondisi dan kebutuhan desa. Penggalian, pengkajian dan perumusan masalah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat dapat meminimalkan bias bias dalam penelitian, karena orang luar dalam meneliti seringkali melihat dan mengkaji berdasarkan sudut pandangnya yang belum tentu sesuai dengan sudut pandang masyarakat. 8
9 Tim Perencana (TP) melakukan survey lapangan didampingi oleh fasilitator Tim Perencana menggambar peta tematik didampingi oleh fasilitator Pembahasan hasil Pemetaan Swadaya 9
10 CAPAIAN UTAMA REKOMPAK PASCAGEMPA DAN TSUNAMI Tersusunnya Rencana Penataan Permukiman (RPP) yang disusun komunitas di 265 desa/ kelurahan; 2. Terbangunnya 15,153 unit rumah, yaitu 3,333 unit di Jawa Tengah dan 11,820 unit di DI Yogyakarta. 100% rumah telah ditempati dan 95% penerima manfaat merasa puas atas rumah yang dibangun REKOMPAK; 3. Merehabilitasi dan merekonstruksi titik kegiatan infrastruktur permukiman yang tersebar di 265 desa/kelurahan pada 9 Kota/Kabupaten; 4. Memfasilitasi kegiatan Sosialisasi yang diikuti oleh orang; 5. Memfasilitasi 637 kegiatan Pelatihan diikuti oleh orang, terdiri atas 156 kegiatan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan peserta dan 531 pelatihan Tenaga Inti Perencana (TIP) dan relawan dengan peserta. Sekitar 25% peserta pelatihan adalah perempuan; 6. Memfasilitasi 159 pelatihan Operasi dan Pemeliharaan (O & P). Sarana dan Prasarana dasar yang dibangun diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang oleh karena itu, masyarakat perlu diberi kemampuan dalam mengoperasikan dan memeliharanya; 7. Penataan Kawasan Pusaka atau Heritage di Kotagede, Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul serta Desa Jiwowetan dan Bakung Kabupaten Klaten. Penataan kawasannya bukan hanya berupaya mewujudkan lingkungan permukiman yang lebih aman terhadap risiko bencana namun juga melestarikan pusaka budaya setempat; 8. Pilot Penanganan Wilayah Rawan Longsor. Merelokasi hunian warga yang tinggal di wilayah rawan longsor dengan memfasilitasi pembangunan 69 rumah tahan gempa di Desa Wukirsari, Srimartani dan Wonolelo Kabupaten Bantul. Prosesnya dimulai dengan membangun adanya sinergi antara komunitas dengan pemerintah daerah dalam merencanakan penataan lingkungan permukiman sebagai upaya pengurangan risiko bencana longsor; 9. Pilot kegiatan Tata Kelola Pemerintahan yang baik (Good Governance) yang dikembangkan di Desa Sumbermulyo dan Potorono, Kabupaten Bantul serta Desa Ngerangan dan Kebon, Kabupaten Klaten yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya pelaksanaan kebijakan pelayanan publik yang berbasis aspirasi komunitas; 10. Kegiatan REKOMPAK berhasil menumbuhkan kembali kapital sosial masyarakat yang diwujudkan dalam kegiatan gotong royong. Nilai gotong royong warga yang dicatat sebagai swadaya masyarakat mencapai Rp ,- atau 10.33% dari Total BDL yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta, Rp ,-, Provinsi Jawa Tengah, Rp ,- dan Provinsi Jawa Barat Rp ,-. Tingkat swadaya 10.33% pada kegiatan di lokasi bencana dikategorikan cukup baik. 10
11 SEBARAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN REKOMPAK - JRF Kota/Kabupaten No Jenis Kegiatan Bantul Kota Jogja Sleman Gunung Kidul Kulon Progo Klaten Magelang Boyolali Ciamis Total Jumlah 1 Bak Kontrol Lapangan evakuasi, Bangsal dan dapur umum Bangunan Heritage dan Rumah Tradisional Berm/Bahu Jalan Box/Plat Decker Bronjong, Dam/bendungan Drainase, Selokan, SAH, SAL Jalan - Cor Beton/Blok dan Paving Blok Jembatan Other (penerangan dan rambu evakuasi) Parapet Penampung Air Hujan, Embung Penataan Lingkungan Sondir, Pengurukan Tanah Pintu Sorong, Pintu Air, pipa distribusi Railing Rumah (relokasi warga dari area rawan longsor) Air bersih dan instalasinya, Sanitasi, MCK Sumur Dalam, sumur resapan, SPAH Talud Tiang pengaman, EWS, Pemadam kebakaran TPA, Gerobak Sampah, tutu saluran Jumlah ,333 11
12 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA R E K O M P A K J R F 12
BAB I PENDAHULUAN. lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik menyebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Letak negara Indonesia yang berada pada tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik menyebabkan Indonesia sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini, dimaksudkan untuk menjelaskan urgensi permasalahan penelitian yang diuraikan dengan sistematika (1) latar belakang; (2) pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian;
Lebih terperinciSTATUS 28 NOVEMBER 2011
CAPAIAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PENATAAN PERMUKIMAN (RPP) PASCA ERUPSI MERAPI PELAKSANAAN BANTUAN DANA LINGKUNGAN (BDL) DAN PELAKSANAAN BANTUAN DANA RUMAH (BDR) STATUS 28 NOVEMBER 2011 PENYUSUNAN DOKUMEN
Lebih terperinciPASCA ERUPSI MERAPI PELAKSANAAN BANTUAN DANA LINGKUNGAN (BDL) DAN PELAKSANAAN BANTUAN DANA RUMAH (BDR)
CAPAIAN PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA PENATAAN PERMUKIMAN (RPP) PASCA ERUPSI MERAPI PELAKSANAAN BANTUAN DANA LINGKUNGAN (BDL) DAN PELAKSANAAN BANTUAN DANA RUMAH (BDR) STATUS 19 SEPTEMBER 2011 PENYUSUNAN DOKUMEN
Lebih terperinciPerencanaan Partisipatif Kelompok 7
Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus
Lebih terperinciPEDOMAN PENGORGANISASIAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS MASYARAKAT
PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS MASYARAKAT Jl. Melati No. 173A Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok Sleman Telp : (0274) 433 2012, Fax : (0274) 433 2467 E-mail : Pengaduanjrf_nmc@yahoo.com
Lebih terperinciPERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG
MAKALAH KELOMPOK PERENCANAAN HUNTAP PAGERJURANG Diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Infrastrukur Pasca Bencana Disusun oleh : Irfan Faris Abdurrahman 12511313 Ilhamius Hamit 12511432 Fitra Mabrur
Lebih terperinciErupsi Merapi DIY & Jateng (2010) Gempa & Tsunami Pangandaran Jabar (2007)
Erupsi Merapi DIY & Jateng (2010) Gempa & Tsunami Pangandaran Jabar (2007) NUANSA RTBL PENGURANGAN RISIKO BENCANA MUATAN LIVELIHOO D ERUMAHAN Rencana Penataan Permukiman INFRASTRUKTU R PERMUKIMAN PERENCANAA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciTEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN
LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TANGGAL 2 Pebruari 2011 TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN Jenis Bantuan Bidang Sarana Dan
Lebih terperincixvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif
xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. POKMAS adalah kelompok masyarakat yang dibentuk dari penerima manfaat, yang telah ditetapkan melalui SK. Penetapan Walikota Manado.
KM RELOKASI 2016 I. PENDAHULUAN Penyusunan Dokumen Teknis Perencanaan Perumahan merupakan tahapan dalam kegiatan pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang harus dilakukan oleh POKMAS sebelum proses
Lebih terperinciNomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP Bahan Presentasi pada Lokakarya & Pelatihan Tim Peneliti Strudy Tematik Evaluasi P2KP, Maret 2009 I. Mengapa Pembangunan Infrastruktur dilakukan dalam program pemberdayaan
Lebih terperinciI. Permasalahan yang Dihadapi
BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEDOMAN PENDAMPINGAN PENANGANAN KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR REKOMPAK JRF
PEDOMAN PENDAMPINGAN PENANGANAN KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR REKOMPAK JRF Jl. Melati No. 173A Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok Sleman Telp : (0274) 433 2012, Fax : (0274) 433 2467 E-mail : Pengaduanjrf_nmc@yahoo.com
Lebih terperinciCatatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia
Catatan Pengetahuan 1 Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia Mengadopsi Pendekatan Berbasis Masyarakat untuk Pemulihan Pasca Bencana: Pelajaran dari
Lebih terperinciBUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT
BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN
Lebih terperinciBab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.
No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN SOSIAL KEGIATAN REHABILITASI RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN PURBALINGGA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Efektivitas implementasi program pada ketiga kegiatan dalam program REKOMPAK dibagi menjadi efektivitas proses dan efektivitas output. Pada kegiatan penyusunan
Lebih terperinciLAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI JRF Grant TF-090014 IND (Community-Based Settement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and west Java and Yogyakarta
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA SEKTOR PERMUKIMAN DENGAN
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO
2015 PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO BAB I KETENTUAN UMUM DAN LANDASAN HUKUM A. KETENTUAN UMUM Dalam Pedoman ini yang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK
PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciChanneling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP
Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP I. PENDAHULUAN Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah suatu lembaga milik
Lebih terperinciPROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II
PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerj
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1557, 2017 KEMENPU-PR. Penyediaan Rumah Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang sebagai proses yang bertentangan dengan konsep partisipasi masyarakat yang bersifat bottom-up.
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,
Lebih terperinciBersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.
Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di
Lebih terperinciBAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN
BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA Indonesia Rentan terhadap Bencana Alam q Dikelilingi oleh +ga lempeng bumi yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng
Lebih terperinciPROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II K E L U R A H A N
PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI 1 DAFTAR LAMPIRAN 3 DAFTAR ISTILAH 4
5 2013, No.1329 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGANGGULANGAN BENCANA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA SEKTOR PERMUKIMAN 2. LAMPIRAN PERATURAN DAFTAR
Lebih terperinciKEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB
KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB 2016-2020 NO INDIKATOR SATUAN TARGET KINERJA (TAHUN) 2016 2017 2018 2019 2020 STRATEGI OPERASIONAL KOMPONEN PENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET 2 Key Performance Indicator NSUP-IDB
Lebih terperinciOleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan
KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN
PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN Disampaikan Oleh: Kasubdit. Perencanaan Teknis/Kepala PMU Program Kotaku Direktorat Pengembangan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Desa Kepuharjo terletak di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa Kepuharjo secara geografis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif
Lebih terperinciKEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN DESA YANG BERBASIS PENGURANGAN RISIKO BENCANA DISAMPAIKAN OLEH : EKO PUTRO SANDJOJO MENTERI DESA, PEMBANGUNAN
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERDESAAN
PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 14.A 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR : 14. A TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN PARTISIPATIF BERBASIS KOMUNITAS (P3BK) TAHUN 2013
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PENDAMPING PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERPADU PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami Tsunami adalah sederetan gelombang laut yang menjalar dengan panjang gelombang sampai 100 km dengan ketinggian beberapa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG
1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,
Lebih terperinciPenyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM) 1. Pedoman umum
Pd T-05-2005-C Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (P BM) 1. Pedoman umum 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan umum dalam penyelenggaraan, kelembagaan, pembiayaan, pembangunan prasarana
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT OPERASIONAL DAN UNIT PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciINSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL
Lebih terperinciKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman OUTLINE Latar Belakang Program Arahan Kebijakan DJCK: ATAR BELAKANG Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal 36 Peraturan
Lebih terperinci- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalisasi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA BKM / TPK
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR EVALUASI KINERJA BKM / TPK PROGRAM REHABILITASI REKONSTRUKSI MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS JAVA RECONSTRUCTION FUND ( REKOMPAK JRF ) Disusun oleh: National
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN DI KABUPATEN TANGERANG
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT
Menimbang : a. BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 01 /PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN
1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : a.
Lebih terperinci2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinci2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un
No.1443, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca bencana. Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat. Hibah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPemilu BKM. Buletin Warta Desa
Pemilu BKM 3 Minta salah seorang warga menjelaskan tentang hasil FGD Kelembagaan dan FGD Kepemimpinan yang telah dilakukan pada siklus PS, terutama berkaitan dengan: (1) kriteria-kriteria lembaga komunitas
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN
Lebih terperinciOleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013
Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun
Lebih terperinciPeristiwa ini menjadi
PNPM MANDIRI PERKOTAAN Edisi Ke-3, April 2011 Diterbitkan untuk kegiatan: Padat Karya Pemulihan Korban Merapi PEMBERDAYAAN UNTUK KORBAN MERAPI PENGANTAR Erupsi Merapi di Sleman, Jawa Tengah, pada Oktober
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Klaten terdiri dari 26 Kecamatan, terbagi atas 391 Desa dan 10 Kelurahan, dengan luas 65.556 ha. Kabupaten Klaten merupakan bagian provinsi Jawa Tengah yang
Lebih terperinciS A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO
17 JUNI 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 20 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 20 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DAN PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR
Lebih terperinci