GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO"

Transkripsi

1

2

3

4 GAMBARAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITS NEGERI GORONTALO Rahmawaty Latif 1, dr. Zuhriana K.Yusuf, M.Kes 2, Wirda Y. Dulahu, S.Kep, Ns, M.Kep 3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG Rahmawatylatif21@gmail.com 2. Dosen Jurusan Keperawatan UNG 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG Summary Rahmawaty Latif Gambaran Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Wirda Y. Dulahu, S.Kep. Ns. M.Kep. Bantuan Hidup Dasar (BHD) sangat penting diketahui oleh mahasiswa keperawatan karena kejadian kegawatdaruratan dapat dijumpai dimana saja dan kapan saja, sehingga dapat menjadi bekal untuk menolong orang lain. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) pada mahasiswa program studi ilmu keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Desain penelitian menggunakan deskriptif kuntitatif. Populasi dalam penelitian ini ialah mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang sudah mendapat mata kuliah gawat darurat yang berjumlah 115 orang dan sampel berjumlah 82 orang dengan tehnik accidental sampling. Tehnik analisis data dengan menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Hasil penelitian gambaran pengetahuan bantuan hidup dasar ini didapatkan 4,8,8% responden memiliki pengetahuan kurang, dan 40,2% responden memiliki pengetahuan cukup, sedangkan 11,0% responden memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Mahasiswa program studi ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo lebih banyak memiliki pengetahuan kurang. Disarankan agar mahasiswa aktif saat menerima mata kuliah dan aktif mengikuti kegiatan, pelatihan maupun pendidikan yang menyangkut bantuan hidup dasar, dan kepada pihak jurusan agar melengkapi dan variatif dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawataan Universitas Negeri Gorontalo. Kata Kunci : Bantuan Hidup Dasar, Pengetahuan Daftar Pustaka : 22 Referensi ( )

5 PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja disemua kalangan masyarakat, seperti kecelekaan lalu lintas yang saat ini kejadian kecelakaan lalu lintas sangat meningkat khususnya dinegara berkembang, seperti indonesia. Hasil riset kesehatan dasar Indonesia tahun 2013, menunjukkan prevelensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Data ini menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen pada tahun 2010 menjadi 8,2 persen pada tahun Daerah Provinsi Gorontalo dari data yang didapatkan bahwa prevalensi cedera adalah 9,0 persen dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Bone Bolango (11,0%) dan terendah di Kabupaten Gorontalo (7%). Penyebab cedera terbanyak, yaitu kecelakaan sepeda motor (44,8%) dan jatuh (36,2%). Penyebab cedera transportasi sepeda motor tertinggi ditemukan di Kabupaten Gorontalo (59,0%) dan terendah di Bone Bolango (28,0%). Proporsi terbanyak terjadi pada umur 0-14 tahun (75,0%), laki-laki (49,4%), pendidikan tamat SMA (74,9%) dan status pegawai (64,7%). Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan sekolah (5,4%). Kecelakaan merupakan suatu kondisi yang berpotensi pada keadaan gawat darurat yang dapat menyebabkan kematian, dikarenakan korban mengalami henti nafas maupun henti jantung dan tidak mendapat pertolongan pertama secara cepat dan tepat (Junaidi, 2014) 1. Ketika mengalami henti nafas, maka transportasi oksigen terhenti sehingga dalam waktu singkat organ-organ tubuh terutama organ vital seperti otak akan mengalami kerusakan bahkan kematian otak, jika otak mengalami kematian secara permanen maka akan menyebabkan kematian pada korban. Menurut Sunyonto (dalam Hutapea, 2012) menjelaskan bahwa satu jam pertama adalah waktu yang sangat penting dalam penanganan penyelamatan yaitu dapat menekan sampai 85 % dari angka kematian. Penanganan yang dimaksud adalah perlu dilakukan bantuan hidup dasar sebagai pertolongan pertama pre hospital secara cepat. Bantuan hidup dasar (BHD) adalah tindakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa (AHA, 2011). Tujuan dari bantuan hidup dasar (BHD) adalah menjaga ketersediaan oksigen tubuh, mengalirkan darah ke organ-organ penting tubuh dan menjaga organ-organ tersebut berfungsi dengan normal (Swasanti & Putra, 2014) 2. 1 Junaidi, I Pedoman Pertolongan Pertama Yang Harus Dilakukan Saat Gawat & Darurat Medis. Yogyakarta: Andi Offset 2 Swasanti & Putra Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati

6 Hasil observasi di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), khususnya untuk jurusan Keperawatan, mata kuliah kuliah gawat darurat yang didalamnya membahas mengenai bantuan hidup dasar merupakan salah satu mata kuliah yang wajib di kontrak oleh seluruh Mahasiswa keperawatan. Dan berdasarkan hasil wawancara dari tujuh Mahasiswa, didapatkan satu mahasiswa mengetahui pengertian bantuan hidup dasar (BHD) namun lupa dengan tehnik pelaksanaannya. Sedangkan dua Mahasiswa tidak mengetahui bantuan hidup dasar (BHD) dengan alasan sudah lupa dengan mata kuliah tersebut, dan untuk empat mahasiswa lainnya mengetahui tentang bantuan hidup dasar, resusitasi jantung paru. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian di Panti Universitas Negeri Gorontalo Program Studi Ilmu Keperawatan. Waktu pelaksanaan tanggal 27 Mei sampai dengan 10 Juni Desain penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif kuntitatif,. Sampel diambil dengan cara accidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoadmojo, 2011), yakni mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo yang sudah menerima mata kuliah gawat darurat yakni mahasiswa semester delapan dengan jumlah 115 responden, namun peneliti hanya dapat mengkaji 82 responden, dimana 33 mahasiswa tidak hadir ditmpat penelitian dan tidak bersedia menjadi responden. HASIL PENELITIAN 1. Pengetahuan responden tentang airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru Tabel 1. Tabel Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru. Kurang Cukup Baik N Bantuan hidup dasar o (BHD) jumla jumlah jumlah h (n) % (n) % (%) % 23, 1 Airway 38 46, , Breathing 32 39, , , 9 3 Circulation 46 56, ,9 9 11, 0 4 Resusitasi Jantung Paru (RJP) 33 40, , , 2 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel diatas menunjukkan bahwa untuk pengetahuan airway pada mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo memiliki pengetahuan

7 yang kurang yakni 46,3%, sedangkan yang berpengatahuan cukup yakni 30,5%, dan yang berpengetahuan baik yakni 23,2%. Tabel diatas juga menunjukkan hasil penelitian pengetahuan breathing didapatkan 39,0% berpengetahuan kurang, yang berpengetahuan cukup yakni 28,0%, dan yang berpengetahuan baik 32,9%. Data tabel penelitian diatas mengenai pengetahuan circulation didapatkan ada 56,1% berpengetahuan kurang, 32,9% berpengetahuan cukup, dan 11,0% memiliki pengetahuan baik mengenai circulation. Tabel penelitian diatas juga menunjukkan hasil penelitian mengenai pengetahuan resusitasi jantung paru. Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang yakni 40,2%, untuk yang berpengetahuan cukup yakni 47,6%, dan terdapat 12,2% responden yang memiliki pengetahuan baik 2. Pengetahuan responden berdasarkan pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD) Tabel 2. Tabel Distribusi responden berdasarkan pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD). Pengetahuan bantuan hidup dasar No jumlah (n) % (BHD) 1 Kurang 40 48,8 2 Cukup 33 40,2 3 Baik 9 11,0 Total ,0 Sumber: Data Primer, 2015 Data tabel diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai pengetahuan bantuan hidup dasar, didapatkan 48,8% responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 40,2% responden memiliki pengetahuan cukup, dan 11,0 % responden memiliki pengetahuan baik. PEMBAHASAN 1. Gambaran pengetahuan responden tentang bantuan hidup dasar (BHD). Berdasarkan hasil penelitian diatas tergambarkan, bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan semester delapan memiliki pengetahuan kurang tentang bantuan hidup dasar yakni 48,8% atau 33 responden, sedangkan 47,6% atau 39 reponden memiliki pengetahuan cukup, dan untuk yang berpengetahuan baik hanya 12,2% atau berjumlah 10 responden. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pengisian kuesioner yang diisi oleh mahasiswa keperawatanuniversitas Negeri Gorontalo yang berisi pengetahuan tentang pertanyaan mengenai airway, breathing, circulation dan resusitasi jantung paru. Pada tabel 4.3 hasil penelitian mengenai airway didapatkan 46,3% atau berjumlah 38 responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan yang berpengetahuan cukup yakni 30,5% atau berjumlah 25 responden, dan untuk yang berpengetahuan baik ada sekitar 23,2% atau berjumlah 19 responden. Dari data tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai airway.

8 Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah ialah pertanyaan mengenai tehnik finger swab. Dimana tehnik finger swab digunakan untuk mengeluarkan benda asing dengan menggunakan usapan jari penolong. Tehnik finger swab ini dilakukan ketika mendapati korban ditempat kejadian dimana korban mengalami hambatan dalam pernafasan karena adanya sumbatan pernafasan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, alasan mengapa mahasiswa kurang mengetahui tentang airway dikarenakan bahwa pada saat menerima materi kuliah mereka tidak begitu memahami karena lebih banyak teori yang diajarkan tanpa praktik langsung yang menggunakan alat pendukung pembelajaran seperti phantom. Hal tersebut sesuai dengan teori Slavin (2011) 3, bahwa metode pembelajaran praktik merupakan kegitan latihan dengan tujuan agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari. Serta hal tersebut juga didukung oleh teori Notoadmojo (2012), dimana salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang ialah fasilitas karena dengan fasilitas dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mendapatkan informasi. Hal tersebut juga didukung oleh Fattah (2011) 4, bahwa sumber daya menejemen yang terlibat dalam lembaga pendidikan antara lain manusia, sarana dan prasarana. Dengan didukungnya sarana dan prasana akan dapat menujang pendidikan seseorang untuk dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Namun demikian sumber daya yang paling penting dalam pendidikan ialah sumber daya manusia yang kompetensi, keterampilan/skill. Peneliti berasumsi bahwa dengan adanya sumber daya manusia yang berkompeten dan berkemampuan dalam hal ini yang dimaksud ialah dosen pengajar dan didukungnya ketersediaan sarana dan prasarana maka akan dapat meningkatkan khwalitas dari mahasiswa. Kurangnya praktik dibanding teori ini yang banyak menyebabkan banyak yang tidak dimengerti oleh mahasiswa sehingga perlu diseimbangkan teori dan praktik agar mahasiswa dapat menerima materi dengan baik. Meskipun begitu mahasiswa juga harus mandiri belajar tanpa ketergantungan dengan dosen pengajar seperti aktif mengikuti pembelajaran diluar kampus misalnya mengikuti pelatihan maupun seminar yang menyangkut bantuan hidup dasar agar dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai bantuan hidup dasar. Karena pengetahuan bukan hanya didapat dikampus namun dengan aktif mengikuti kegiatan maupun pendidikan diluar kelas akan menunjang mereka untuk dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Pada tabel 4.3 juga menampilkan hasil penenlitian dari breathing didapatakan bahwa 39,0% atau berjumlah 32 responden memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 28,0% atau berjumlah 23 responden memiliki pengetahuan cukup, dan 32,9% atau 27 responden memiliki pengetahuan baik. Dari hasil jawaban kuesioner yang dijawab oleh responden didapatkan soal yang paling banyak dijawab salah oleh responden ialah soal mengenai pertanyaan 3 Slavin, E. Robert Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta. 4 Fattah, Nanang Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

9 pengertian dari breathing. Dimana pengertian dari breathing ialah cara untuk memastikan korban masih bernafas atau tidak. Apabila didapatkan korban tidak bernafas maka segera diberikan bantuan nafas. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti alasan mengapa mahasiswa tidak mengetahui hal tersebut ada yang menjawab lupa dan ada yang menjawab tidak didapat pada saat kuliah. Padahal hasil wawancara yang diakukan pada peneliti pada salah satu dosen pengajar, didapatkan bahwa materi tentang breathing ini dijelaskan pada saat kuliah, namun ternyata kebanyakan mahasiswa lupa tentang materi tersebut hingga mengatakan bahwa mereka tidak dapat materi tersebut pada saat kuliah. Menurut Slavin (2011), seseorang dapat melupakan informasi ketika bercampur atau disingkirkan dengan informasi lain. Teori gangguan mengatakan bahwa dua hal yang menyebabkan lupa yaitu hambatan retroaktif dimana ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena informasi tersebut bercampur atau tergantikan dengan informasi yang baru. Kemudian yang kedua ialah hambatan proaktif dimana ialah suatu gangguan terjadi karena pembelajaran suatu bagian informasi mengganggu pembelajaran informasi berikutnya. Lupa merupakan suatu gejala dimana informasi yang sudah disimpan namun tidak dapat diingat / ditemukan kembali untuk dapat digunakan (Suyanto, 1993) 5. Sedangkan menurut Reber (1988), bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Peneliti berasumsi bahwa kejadian lupa ialah menjadi faktor membuat pengetahuan mahasiswa berkurang, sehingga perlu untuk dilakukannya untuk mempelajari kembali maupun melatih informasi ataupun kemampuan yang didapat agar informasi tersebut dapat tersimpan di memori dalam jangka waktu yang panjang. Dengan cara mengulang pembelajaran ataupun latihan-latihan yang sudah didapat dengan belajar kelompok maupun mendapat bimbingan dari para dosen maupun bimbingan lain atau mengikuti berbagai kegiatan diluar kampus yang menyangkut bantuan hidup dasar. Hasil penelitian pada tabel 4.3 terdapat hasil penelitian pengetahunan mengenai circulation ditemukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yakni 56,1% atau berjumlah 46 responden, sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup yakni 23,9% atau berjumlah 27 responden, dan hanya 11,0% atau berjumlah 9 orang memiliki pengetahuan yang baik. Adapun hasil penyebaran kuesioner pada responden, dari empat soal pertanyaan mengenai circulation, soal yang paling banyak dijawab salah oleh reponden ialah pertanyaan mengenai cara untuk memastikan ada tidaknya denyut nadi pada korban dewasa yang tidak sadar. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti bahwa kurangnya pengetahuan circulation ini dikarenakan responden tidak bisa mengingat kembali materi circulation karena dengan alasan materi tersebut sudah lama diterima pada 5 Suyonto, Agus Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksar Cet.

10 saat semester tujuh dan mulai fokus dengan mata kuliah yang baru sehingga kebanyakan mahasiswa lupa dengan materi tersebut. Dalam teori Siegler (1998) menyatakan fikiran manusia fleksibel dan luar biasa namun masih memiliki kelemahan, dimana individu hanya dapat memproses informasi dalam jumlah yang terbatas dalam suatu waktu, dan mereka dibatasi oleh seberapa cepat dapat memproses. Hal tersebut didukung oleh teori Tarerasi (2007) 6, bahwa lupa atau sulit mengingat bukanlah masalah yang utama, namun masalah sebenarnya ialah bagaimana cara seseorang untuk menerima, mengolah dan menyimpan informasi. semakin baik seseorang menerima, mengolah, dan menyimpan informasi maka semakin mudah seseorang untuk mengingat kembali data yang telah disimpan tersebut. Peneliti berasumsi faktor-faktor diatas banyak membuat mahasiswa kurang memproses dengan baik setiap informasi atau mata kuliah yang disampaikan oleh pengajar sehingga informasi tersebut tidak tersimpan dalam jangka waktu yang lama dan akan dilupakan dan terganti oleh informasi baru yang masuk, sehingga materi mengenai circulation mudah dilupakan oleh mahasiswa. Hasil penelitian pada tabel 4.3 distribusi pengetahuan resusitasi jantung paru pada mahasiswa semester delapan Universitas Negeri Gorontalo didapatkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik yakni 12,2% atau berjumlah 10 responden, serta yang berpengetahuan cukup 47,6% atau berjumlah 39 responden, sedangakan yang memiliki pengetahuan kurang tentang resusitasi jantung paru yakni 40,2% atau berjumlah 33 responden. Dari hasil pengisisan jawaban kuesioner pada tujuh soal resusitasi jantung paru yang paling banyak dijawab salah oleh mahasiswa ialah soal mengenai kedalaman kompresi jantung untuk bayi. Data hasil penelitian menunjukkan responden berpengetahuan kurang masih banyak dibanding yang berpengetahuan baik dan cukup. Peneliti berasumsi bahwa banyaknya jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang ini dikarenakan kurangnya pemahaman responden terhadap resusitasi jantung paru karena sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa proses mengajar hanya sekedar teori tanpa ada praktik langsung sehingga responden hanya menghayal ketika ada sesuatu yang diajarkan oleh dosen mengenai resusitasi jantung paru. Menurut Slavin (2011) 7, dimana bahwa metode pembelajaran praktik merupakan kegiatan latihan yang diajarkan agar memiliki ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari. Dengan pembelajaran praktik meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Hasil observasi yang dilakukan peneliti di laboratorium jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo bahwa terdapat adanya fasilitas pendukung dalam pembelajran yaitu phantom yang bisa digunakan dalam praktik 6 Tarerasi, W. Hamdan Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia. 7 Slavin, E. Robert Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta

11 resusitasi jantung paru (RJP). Namun phantom ini tidak digunakan pada saat pemberian materi resusitsi jantung paru. Menurut Notoadmojo (2012) 8, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang ialah fasilitas, dimana fasilitas ini dapat diartikan sebagai sumber informasi yang dapat digunakan seseorang untuk mendapat informasi untuk memperlua pengetahuan. Resusitasi jantung paru (RJP) ini harusnya perlu diajarkan melalui praktik juga karena dengan praktik langsung mahasiswa dapat lebih memahami mengenai tehnik yang benar resusitasi jantung paru (RJP), karena resuisitasi jantung paru (RJP) ini merupakan inti dari bantuan hidup dasar (BHD). Hal tersebut didukung oleh pendapat Swasanty & Putra (2014) 9, dimana keseluruhan tindakan bantuan hidup dasar lengkap sering disebut sebagai resusitasi jantung paru. Sehingga tehnik pelaksanaannya juga harus tepat agar dapat melakukan sesuai dengan tujuannya. Dengan keseimbanagan antara teori dan praktik maka pengetahuan mahasiswa akan lebih meningkat dan pengetahuan tersebut nantinya akan dapat diaplikasikan dengan baik sesaui teori dan praktik yang didapat. Meskipun begitu mahasiswa juga harus mampu meningkat. Adapun dari hasil penenelitian terdapat 12,2 % responden memiliki pengetahuan baik dan 47,6% responden memiliki pengetahuan yang cukup. terdapat beberapa reasponden yang pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar dan mengikuti beberapa seminar tentang gawat darurat. Dengan pengalaman pernah mengikuti pelatihan tersebut pengetahuan responden lebih baik dari mereka yang tidak mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar. Hal tersebut diungkap oleh Notoadmojo (2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan ialah pengalaman. Orang-orang yang memikiki pengalaman akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula dibannding dengan orang-orang yang tidak memiliki pengalaman. Dengan mengikuti pelatihan maupun kegiatan yang menyangkut bantuan hidup dasar akan menambah pengetahuan responden yang didapat dibangku kuliah. Dari hasil penelitian mengenai airway, breathing, circulation, dan resusitasi jantung paru ini didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo banyak yang memiliki pengetahuan kurang mengeanai bantuan hidup dasar (BHD) yakni 48,8% atau berjumlah 40 mahasiswa adapun penyebab dari hal tersebut ialah selain kurangnya penggunaannya sarana prasarana dan faktor lupa seperti yang dijelaskan sebelumnya, didapatkan juga permasalahannya pada mahasiswa, bahwa kebanyakan mahasiswa kurang fokus pada saat menerima mata kuliah bantuan hidup dasar. Menurut Tarerasi (2007) 10, bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sulit mengingat atau lupa ialah tidak fokus atau tidak konsentrasi, dimana apabila 8 Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta 9 Swasanti & Putra Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati 10 Tarerasi, W. Hamdan Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia

12 seseorang berusaha memasukan informasi kedalam memori dan pada saat yang bersamaan dalam fikiran seseorang muncul fikiran lain yang silih berganti, otak akan binggung dan tidak tau harus memberikan perhatian kepada informasi yang mana. Hal tersebut akan berakibat lemahnya kemampuan penyimpanan informasi pada seseorang. Dari hasil penelitian yang didapatkan juga terdapat mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup sekitar 47,6% atau berjumlah 39 orang dan12,2% atau berjumlah 10 orang dari. Dari mahasiswa yang berpengatahuan cukup dan baik ini tenyata ada ada beberapa mahasiswa yang yang pernh mengikuti latihan maupun seminar-seminar yang menyangkut bantuan hidup dasar yang diselenggarkan oleh pihak kampus maupun dari organisasi luar kampus. Namun meskipun begitu hanya sebagian kecil yang mengikuti. Padahal dengan aktif mengikuti hal-hal tersebut mahasiswa keperawatan dapat meningkatkan pengetahuan mereka mengenai bantuan hidup dasar. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Sudiharto & Sartono (2011) 11, bahwa kondisi kegawat daruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut, walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas, peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting. Oleh sebab itu mahasiswa keperawatan dituntut untuk lebih mengetahui mengenai bantuan hidup dasar karena meskipun masyarakat mampu memberikan pertolongan kepada korban namun tetap korban akan diberikan kepada petugas kesehatan dalam hal ini mahasiswa keperawatan ialah calon petugas kesehatan yang nanntinya akan memberika pertolongan awal maupun pertolongan lanjutan kepada korban. KESIMPULAN Hasil penelitian didapatkan pengetahun mahasiswa keperawatan semester delapan Universitas Negeri Gorontalo tentang bantuan hidup dasar (BHD) yakni 48,8% atau berjumlah 40 orang memiliki pengetahuan kurang, sedangkan 40,2% atau berjumlah 33 orang memiliki pengetahuan cukup, dan 11% atau 9 orang memiliki pengetahua baik 11 Sudiharto, Sartono Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: CV.Sagung Seto

13 SARAN 1. Setiap mahasiswa harus lebih aktif dalam mengikuti perkuliahan dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang menyangkut gawat darurat agar dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. 2. Pihak jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo perlu melengkapi dan lebih variatif dalam memberikan pembelajaran, dan menggunakan fasilitas yang menunjang untuk proses belajar mahasiswa, sebagai upaya meningkatkan pengetahuan mahasiswa keperawataan Universitas Negeri Gorontalo. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti selanjutnya menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Sudiharto, Sartono Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: CV.Sagung Seto. Swasanti & Putra Panduan Praktis Pertolongan Pertama Pada Kedaruratan P3K. Yogyakarta: Kata Hati. American Academy of Pediatric Measles in: Pickering LK editing Red book: 2006 report of the Committee of infectious Disease. 27th ed elk grove village. IL: American Academy of Pediatric. Frame, Scout B PHTLS: Basic and Anvanced Prehospital Trauma Life Support. Missouri: Mosby. Santoso, Budi Skema dan Mekanisme Pelatiha. Jakarta : Yayasan Terumbu Karang Indonesia. Hardisman Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publishing Setiadi Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Graha Ilmu. Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. American Heart Association Ventricular fibrillation. Ventricular-Fibrilation_UCM_324063_Article.jsp diakses 4 April 2015.

14 American Heart Association. Highlights of the American Heart Association Guidelines for CPR and ECC. diakses 4 April Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Slavin, E. Robert Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: PT Indeks Jakarta. Tarerasi, W. Hamdan Genius Learning Revolution, Jakarta: HDN Cipta Cendekia. Fattah, Nanang Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi tugas dari petugas kesehatan untuk menangani masalah tersebut. Tidak menutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegawatadaruratan dapat terjadi kapan saja dan umumnya mendadak serta tidak terencana, gawat adalah kondisi yang mengancam nyawa dan darurat adalah perlunya tindakan

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course PENDAHULUAN Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat Kecelakaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di Indonesia. Pada kenyataannya aktivitas berenang ini diikuti oleh banyak orang mulai anak-anak,

Lebih terperinci

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013 PENGARUH PELATIHAN TEORI BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP PENGETAHUAN RESUSITASI JANTUNG PARU SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 TOILI Christie Lontoh Maykel Kiling Djon Wongkar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS) Nurul Hidayah 1 *, Muhammad Khoirul Amin 2 1 Program Studi Profesi Ners/Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan usaha yang pertama kali di lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan (Musliha,2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas BASIC LIFE SUPPORT Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan pertolongan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti napas dan henti jantung. Keadaan ini bisa disebabkan karena korban mengalami

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG Hendri Tamara Yuda 1, Putra Agina WS 2 1,2 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

Lebih terperinci

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR ) 1 MINI SIMPOSIUM EMERGENCY IN FIELD ACTIVITIES HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM PADANG, SUMATRA BARAT MINGGU, 7 APRIL 2013 Curiculum vitae

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan.. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN KOMPRESI DADA DAN VENTILASI MENURUT AHA GUIDELINES 2015 DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RSUD. dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN or Khalilati, Supinah,

Lebih terperinci

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police

The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police The Overview of Motivation to Help Traffict Accident Victims of Yogyakarta Police Gambaran Motivasi Menolong Korban Kecelakaan Lalu Lintas pada Polisi Kota Yogyakarta Irawati Hidayah 1, Titiek Hidayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yangharus diberikan perhatian penting oleh setiap orang (Depkes RI, 2004). Pemerintah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis) ke

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Karakteristik Responden. sebanyak 38 responden dan kelompok kontrol 38 responden. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Karakteristik Responden Terdapat 100 orang yang bersedia menjadi responden dan didapatkan 76 orang yang memenuhi kriteria inklusi

Lebih terperinci

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support) Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) Sistem utama tubuh manusia Sistem Pernapasan Sistem Peredaran Darah Mati Mati klinis Pada saat pemeriksaan penderita tidak menemukan adanya fungsi sistem perdarahan

Lebih terperinci

Mardiati Barus *(1), Hendri Apul Panggabean, *(2), Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRACT

Mardiati Barus *(1), Hendri Apul Panggabean, *(2), Staff Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan ABSTRACT HUBUNGAN PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MAHASISWA DALAM MENOLONG PASIEN HENTI JANTUNG PADA MAHASISWA PRODI NERS TINGKAT III STIKES SANTA ELISABETH MEDAN ` Mardiati Barus *(1),

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI A. PENDAHULUAN Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

PROPOSAL

PROPOSAL PROPOSAL Basic Life Support & Advanced Cardiovascular Life Support (BLS & ACLS) ============================================ Accordance with the curriculum of the American Heart Association (AHA) ============================================

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegawatdaruratan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja. Kondisi gawat darurat dapat terjadi akibat trauma atau non trauma yang mengakibatkan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PANDUAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kecelakaan atau seseorang yang terbaring di suatu tempat tanpa bernafas spontan? Apakah Anda

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Chintya Pratiwi Putri Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juli 1992 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016 TENTANG PELAYANAN PENANGANAN HENTI JANTUNG (RESUSITASI) DI RS.MITRA HUSADA DIREKTUR RS.MITRA HUSADA Menimbang : a. bahwa dalam upaya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

REKOMENDASI RJP AHA 2015

REKOMENDASI RJP AHA 2015 REKOMENDASI RJP AHA 2015 Ivan Laurentius NIM 112014309 Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran UKRIDA Periode 26 Oktober 14 November 2015 Rumah Sakit Bhakti Yudha Depol Pembimbing: dr. Amelia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang bermain, aktif bergerak, dan senang bekerja kelompok. Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi

Lebih terperinci

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN BERDASARKAN UMUR DAN PARITAS DI RSUD. INDRAMAYU DI RUANG POLI KEBIDANAN PERIODE JANUARI 2016 Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung khususnya penyakit jantung koroner memiliki tingkat kegawatdaruratan paling tinggi dibanding penyakit tidak menular lainnya. Henti jantung adalah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support)

PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support) 170 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 170 174 PENGETAHUAN SISWA SLTA TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (Students Knowledge of Basic Life Support) Ning Arti Wulandari Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 FAKTOR FAKTOR INTRINSIK YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20-50 juta orang lainnya mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

Ejournal keperawatan (e-kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014

Ejournal keperawatan (e-kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS WORI KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA UTARA Suharty Dahlan Lucky kumaat Franly

Lebih terperinci

RJPO. Definisi. Indikasi

RJPO. Definisi. Indikasi Algoritma ACLS RJPO Definisi Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkankembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatue pisode henti jantung berlanjut menjadi

Lebih terperinci

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3

PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K3 PT. SEPRO INDOTAMA Pelatihan & Konsultasi K SILABUS PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (PK) TINGKAT DASAR (BASIC FIRST AID) I. INTRODUKSI Keadaan gawat darurat tidak hanya diakibatkan oleh kecelakaan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL. Yang Berjudul

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL. Yang Berjudul LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL Yang Berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap Penanganan Pasien Cedera Kepalaa di Instalasi Gawat Darurat RSUD Provinsi Gorontalo Oleh MERLIN DOMILI NIM: 841

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ini angka lalu lintas semakin tinggi. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan ke 9 terbanyak di dunia, data WHO menunjukan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR 201 PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR (Nurse Knowledge About Basic Life Support based on AHA 2015 at UPTD Puskesmas Kota Blitar) Sri

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2014, pp. 261~265 ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT) 261 Januar Rorman 1, Saifudin 2 1) AMIK BSI Purwokerto Januar98@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruangan Interna RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Hamka F Daaliuwa, Zuhriana K Yusuf, Andi Mursyidah Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap jam setiap hari lebih dari 40 orang kehilangan nyawa mereka akibat tenggelam. Seperti anak kecil tergelincir di kolam renang, remaja berenang di bawah pengaruh

Lebih terperinci

1. Melakukan kajian situasi

1. Melakukan kajian situasi Kode Unit Judul Unit : O.842340.052.01 : Melakukan PertolonganPertama Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama,

Lebih terperinci

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU

APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU APGAR SCORE PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM PASCA RESUSITASI JANTUNG PARU Suroso 1, Sunarsih 2 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract: Apgar Score,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Rahayu Nento 1. Ns. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns.

Lebih terperinci

Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Pasien Kegawatan Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD DR Soehadi Prijonegoro Sragen

Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Pasien Kegawatan Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD DR Soehadi Prijonegoro Sragen Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Pasien Kegawatan Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD DR Soehadi Prijonegoro Sragen Ayu Wulandari 1),Wahyu Rima Agustin 2), Rufaida Nur Fitriana 3)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif

Lebih terperinci

: Pencegahan dan Perawatan Cedera. Semester IV (Genap) - 16 X Pertemuan

: Pencegahan dan Perawatan Cedera. Semester IV (Genap) - 16 X Pertemuan 00 1 September 2013 Hal 1 dari 6 Fakultas Program Studi Mata kuliah & Kode SKS Semester dan Waktu : Fakultas Ilmu Keolahragaan : IKORA/PJKR/PKO : Pencegahan dan Perawatan Cedera : Teori: 1 : Sem: III Waktu

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR APA YANG HARUS DILAKUKAN? 2 Kategori penolong (TMRC) (dokter/perawat) (penolong awam) BANTUAN HIDUP DASAR Bantuan hidup dasar (BHD)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yang harus diberikan perhatian oleh setiap orang. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar

KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat dalam Pelayanan Kegawatdaruratan di RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar I. Karakteristik Individu

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN AUDIOVISUAL DAN PRAKTIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA NELAYAN DI PANTAI DEPOK YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DWI PAWIT ANGGI YATMA 201310201153

Lebih terperinci

B. LATAR BELAKANG / RASIONAL

B. LATAR BELAKANG / RASIONAL PROPOSAL KEGIATAN A. NAMA KEGIATAN Pelatihan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) B. LATAR BELAKANG / RASIONAL Pengembangan bidang kemahasiswaan meliputi 3 aspek, yaitu bidang pengembangan

Lebih terperinci

Universita Sumatera Utara

Universita Sumatera Utara PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Bapak/Ibu.. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN. Masykur Khair, S.Kep., Ns

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN. Masykur Khair, S.Kep., Ns GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN 1. Nama Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat Kode Mata Kuliah : WAT 3.15 Jumlah SKS Koordinator Mata Ajar Nama Dosen : 2 SKS (T=1, P=1) : Niken Andalasari, S.Kep., Ns

Lebih terperinci

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Yenny Okvitasari

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Yenny Okvitasari FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENANGANAN BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT) PADA KAJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI SMK (Related Factors To The Basic Life Support Handling In Traffic Accidents)

Lebih terperinci

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT PERTOLONGAN GAWAT DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Keadaan gawatdarurat sering terjadi pada jemaah haji di Arab Saudi. Keterlambatan untuk mengidentifikasi dan memberikan pertolongan yang tepat dan benar dapat

Lebih terperinci

Sartika Tolingguhu NIM :

Sartika Tolingguhu NIM : Summary HUBUNGAN TINGKAT MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA (Suatu Penelitian Mahasiswa Semester IV di Jurusan S1 Keperawatan UNG) Sartika Tolingguhu NIM : 841 409

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOLPADA REMAJA DI DESA TIMBUOLO KECAMATAN BOTUPINGGE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOLPADA REMAJA DI DESA TIMBUOLO KECAMATAN BOTUPINGGE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN BERALKOHOLPADA REMAJA DI DESA TIMBUOLO KECAMATAN BOTUPINGGE KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Novarolina Nento Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas

Lebih terperinci

Al Afik,S.Kep.,Ns Defib/Leader Keterangan : Skill station terdiri 1. Resusitasi Jantung Paru

Al Afik,S.Kep.,Ns Defib/Leader Keterangan : Skill station terdiri 1. Resusitasi Jantung Paru PELATIHAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT / BASIC TRAUMA AND CARDIA PUSBANKES 118 PERSI DIY STIKES 'AISYIYAH YOGYAKARTA, 12-16 NOVEMBER 2014 WAKTU RABU, 12 NOVEMBER 2014 Kamis, 13 NOVEMBER 2014

Lebih terperinci

The 2 nd University Research Coloquium 2015 ISSN

The 2 nd University Research Coloquium 2015 ISSN OPTIMALISASI UKS DALAM PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DI SEKOLAH MELALUI PELATIHAN KEGAWATDARURATAN DASAR Chanif 1), Maryam 2),Sri Widodo 3) 1 Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Gawat adalah suatu keadaan karena cidera maupun bukan cidera yang mengancam nyawa pasien. Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang membutuhkan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AGUSTIN RETNO DEWI 201110201001 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR PENELITAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR DI BKIA RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Ilham*, Eny**, Herliana*** Akademi Keperawatan William Booth Surabaya Abstrak Sebagian

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 5 TAHUN DI TK KARTINI DESA TOTO SELATAN KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MELISRIAWATI GANI (NIM.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pengetahuan, Kegawatdaruratan, Sikap Posdaya, Trauma

Kata Kunci: Pengetahuan, Kegawatdaruratan, Sikap Posdaya, Trauma PENGETAHUAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA DAN SIKAP POSDAYA DALAM MERENCANAKAN TINDAKAN TRAUMA Martono Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstraction: Knowledge, Kegawatdaruratan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kegawatdaruratan dan Henti Jantung Henti jantung adalah keadaan saat fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak hilang dengan ditandai terjadinya henti jantung dan henti nafas

Lebih terperinci

Adult Basic Life Support

Adult Basic Life Support Adult Basic Life Support Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi untuk menyelamatkan hidup seseorang dengan henti jantung. Aspek mendasar dari BHD adalah immediate recognition of sudden cardiac arrest

Lebih terperinci

Sosialisasi Dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar(BHD) Bagi Muballigh Di Kabupaten Kebumen

Sosialisasi Dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar(BHD) Bagi Muballigh Di Kabupaten Kebumen Sosialisasi Dan Simulasi Bantuan Hidup Dasar(BHD) Bagi Muballigh Di Kabupaten Kebumen Sawiji 1*, Putra Agina Widyaswara Suwaryo 2 1,2 Program Studi S1 Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Gombong *Email: sawijiamani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk fraktur tulang kepala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK Hidayah et al., Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Primipara.. GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN 1 AKBID Sari Mulia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Naskah Publikasi

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Naskah Publikasi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT Naskah Publikasi Diajukan Untuk memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. SCIENTIA JOURNAL Vol.2 No.1 Mei 2013 STIKes PRIMA JAMBI

PENDAHULUAN. SCIENTIA JOURNAL Vol.2 No.1 Mei 2013 STIKes PRIMA JAMBI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENANGANAN KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT DAERAH KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan dari sudut fenomenologis. Peneliti dari studi fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Ns.M.Mursid,S.Kep Ns.Maslichah,S.Kep Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia kritis dikarenakan pada masa tersebut mereka rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada anak kurang begitu

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi

PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG. Naskah Publikasi PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR PADA REMAJA TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran karakteristik Responden Seluruh personel polisi lalu lintas di Polresta Yogyakarta ditawarkan oleh peneliti untuk mengikuti rangkaian penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO *Mulyadi *Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci