BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surat Kabar sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa membutuhkan alat sebagai saluran menyampaikan informasi kepada khalayak, baik elektronik maupun cetak. Media elektronik diantaranya adalah televisi dan radio, sedangkan media cetak diantaranya adalah surat kabar dan majalah. Masing-masing media massa mempunyai karakteristik yang berbeda dalam menyampaikan informasi kepada khalayaknya. Secara rinci bentuk komunikasi massa menurut DeVito (1997) diantaranya yaitu: 1. Televisi, adalah media komunikasi massa yang paling populer di masyarakat 2. Radio, dahulu radio menempati posisi atas dalam media komunikasi massa namun posisi tersebut sekarang ditempati oleh televisi. Maka dari itu, radio mengubah fokus mereka, dengan mengarahkan konsentrasi perhatian kepada khalayak yang lebih terbatas. 3. Surat kabar, merupakan suatu bentuk komunikasi massa, namun kurang massal jika dibandingkan dengan radio atau televisi. Pembaca surat kabar adalah mereka yang lebih terdidik dan lebih tua. Surat kabar mempunyai dua fungsi, pertama surat kabar merupakan sumber informasi tentang apa yang sedang terjadi di dunia dan di daerah setempat. Fungsi yang kedua adalah untuk menghibur. 4. Majalah, majalah ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Namun pada saat ini pembaca majalah diarahkan kepada kelompok kecil khalayak yang khusus. 5. Film, saat ini banyak film diorientasikan kepada kaum remaja dan bioskop merupakan ajang pertemuannya 6. Buku, adalah media massa yang paling elit karena dibaca oleh khalayak cerdik dan cendekia. Buku juga bersifat menghibur dan mendidik 7. Piringan hitam, kaset, dan compact disc. Seperti piring produk rekaman dirancang untuk menghibur, selain itu mereka juga mempengaruhi sikap dan nilai. Surat kabar sebagai media dalam komunikasi massa dalam jangkauan sempit sering disebut juga pers, karena kekhasan surat kabar, yakni: pesan-

2 pesannya dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca kapan saja. Bahkan artikel dalam surat kabar dapat pula dijadikan bukti tertulis yang cukup kuat mengenai peristiwa-peristiwa penting (Effendy, 2006). Menurut Effendy (2006), ciri-ciri surat kabar adalah: a. Publisitas, surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain menyangkut kepentingan umum. b. Universalitas, menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri ini maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawan-wartawan khusus mengenai bidangbidang tertentu, menempatkan koresponden dikota-kota penting guna meliput berita-berita penting. c. Aktualitas, kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Bagi surat kabar aktualitas merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar dan berhubungan dengan nama baik surat kabar d. Periodisitas, suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik dan teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya sehari sekali, seminggu sekali atau sebulan sekali, syaratnya adalah harus teratur Kekhasan surat kabar dibanding media massa yang lain, menyebabkan surat kabar mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan media lainnya. Menurut Effendy (2006), sifat surat kabar jika dibandingkan dengan media elektronik lainnya dalam menyiarkan berita, diantarannya: 1. Terekam, artinya berita-berita yang disajikan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dibaca dan dikaji ulang setiap saat oleh khalayak. 2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif, karena berita yang disajikan dalam bentuk tulisan maka wartawan perlu menyusun suatu kalimat yang menimbulkan mental secara aktif agar mudah dicerna oleh pembaca 3. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan, artinya dalam proses komunikasi pesan yang disampaikan harus dapat dimengerti, menarik perhatian, dan membangkitkan kebutuhan pribadi pembaca

3 Informasi yang disebarkan oleh surat kabar dipengaruhi oleh banyak faktor, bagaimana dan apa orientasi surat kabar tersebut terhadap berita dan sumbernya. Faktor-faktor tersebut adalah seperti: keuntungan yang dapat diperoleh, manajemen penerbitan, preferensi dan potensi wartawan, keadaan sosial, ekonomi, budaya, politik kepercayaan, kepemilikan surat kabar, dan feedback dari masyarakat melalui surat pembaca. 2.2 Berita dan Nilai Berita Menurut Assegaf (1985), berita adalah suatu fakta atau gagasan (ide) yang akurat yang dapat menarik perhatian orang banyak; berita adalah sesuatu yang disiarkan tepat pada waktunya dan dapat menarik perhatian umum; pernyataan antar manusia yang bertujuan memberitahu; pernyataan yang bersifat umum dan aktual, disiarkan oleh wartawan untuk kepentingan para media massa. Charnley (1965) dalam Luthfie (2005), menyatakan bahwa berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting dan menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka. Suronto dan Lopulalan (2002) dalam Luthfie (2005) mendefinisikan berita sebagai: 1. Informasi hangat yang disajikan kepada umum mengenai apa yang sedang terjadi 2. Berita adalah suatu yang menarik perhatian sebagian besar komunitas 3. Berita adalah informasi mengenai peristiwa atau ide yang menarik perhatian dan mempengaruhi kehidupan manusia 4. Berita adalah sesuatu yang luar biasa Dari definisi yang ada terdapat empat unsur yang harus dipenuhi oleh sebuah berita, dimana unsur-unsur itu sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah berita yang layak dipublikasikan di media massa (Romli, 2000 dalam Luthfie, 2005). Keempat unsur tersebut adalah: 1. Cepat, yakni aktual atau ketepatan waktu. Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni sesuatu yang baru (new) 2. Nyata (factual), yakni informasi tentang sebuah fakta (fact), bukan fiksi atau karangan

4 3. Penting, artinya menyangkut kepentingan banyak orang 4. Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita itu Untuk membuat atau mendapatkan berita yang baik, maka diperlukan kriteria nilai berita. Nilai berita menjadi acuan para jurnalis dalam memilih kelayakan berita. Brook (1980) dalam Yunus (2010) menyebutkan kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1. Proximity, atau kedekatan berita dari segi psikologis maupun geografis dengan khalayak pembaca. Kejadian yang dekat pembaca akan menarik perhatian pembaca. Berita yang secara fisik dan psikologis dekat dengan khalayak akan semakin tinggi nilai beritanya 2. Timelines, atau aktual bahwa berita tersebut sedang atau baru terjadi. Waktu merupakan nilai berita yang amat penting. Berita adalah sesuatu yang baru, sedang berlangsung, dan seringkali adalah kelanjutan dari hari ini atau saat sebelumnya 3. Unusualness, atau keluarbiasaan bahwa berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan peristiwa biasa. Kejadian yang tidak lazim adalah berita besar. Nilai keluarbiasaan ini diteruskan oleh wartawan lewat kalimat-kalimat yang klise 4. Newsness, atau kebaruan bahwa berita adalah semua yang terbaru. Kejadiankejadian yang terbaru terangkum dalam berita 5. Impact, atau akibat bahwa berita memiliki dampak yang luas. Berita berkaitan dengan kejadian yang kemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. 6. Information, berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang dapat menghilangkan ketidakpastian. Fakta-fakta dikemukakan sebagai informasi, informasi mempunyai syarat bahwa harus ada fakta yang diperoleh wartawan, kemudian fakta tersebut disampaikan kepada khalayak 7. Conflict, berita adalah konflik atau pertentangan. Peristiwa mengenai perang, perkelahian, pergulatan dalam politik, bisnis, olahraga sangat menarik minat pembaca 8. Public figure, berita adalah tentang orang-orang penting. Publik akan tertarik untuk membaca, mendengarkan atau menonton berita yang berkaitan dengan orang-orang penting dan dikenal

5 9. Surprising, berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan. Berita berkaitan dengan hal-hal yang besar secara kuantitatif. 10. Human interest, kertarikan manusia bahwa berita dapat menggugah perasaan. Kejadian memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa menarik perhatian pembaca 11. Sex, berita adalah informasi yang terkait dengan jenis kelamin, terutama mengenai perempuan 2.3 Rubrikasi Berita Surat Kabar Produk jurnalistik yang paling populer dalam surat kabar adalah berita. Namun selain berita ada produk jurnalistik dalam surat kabar yang menjadi bagian dari rubrikasi berita. Rubrikasi adalah pengelompokkan materi surat kabar berdasarkan topik-topik supaya mempermudah pembaca mencari informasi yang dibutuhkannya (Anonim, 2007) 3. Menurut Yunus (2010) rubrikasi berita surat kabar diantaranya adalah: 1. Tajuk atau editorial, yaitu opini atau pendapat atau sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap topik aktual, fenomenal, atau kontroversial yang menjadi perhatian masyarakat. Tajuk atau editorial ditulis sebagai simbol visi dan karakter lembaga media yang menyampaikan tajuk atau editorial tersebut. 2. Karikatur, yaitu opini atau pendapat redaksi media dalam bentuk gambar yang bermuatan kritik sosial dengan memasukkan unsur humor, anekdot, atau halhal yang lucu. Karikatur menampilkan topik aktual yang dipilih institusi media dengan penceritaan kritikan yang lucu melalui gambar. 3. Pojok, yaitu kutipan pernyataan singkat dari narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial dan diberi komentar oleh pihak redaksi media melalui kata atau kalimat yang menggelitik dalam jurnalistik lebih menekankan jurnalistik dalam menjalankan fungsi sebagai alat kontrol sosial. 3

6 4. Artikel, yaitu tulisan lepas berisi opini atau pendapat dengan topik tertentu yang aktual dengan maksud memberitahu, mempengaruhi dan meyakinkan atau menghibur. Siapapun dapat menulis artikel dengan topik bebas sesuai minat dan aktualitas informasi pada saat artikel ditulis. 5. Kolom, yaitu opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu topik atau masalah yang berkembang di masyarakat. 6. Surat pembaca, yaitu opini singkat yang ditulis pembaca atau publik dan dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi keluhan atau komentar pembaca menyangkut kepentingan dirinya atau masyarakat. Pengelompokan jenis berita di surat kabar harian tercermin dari nama rubrikasi dari masing-masing halaman. Rubrikasi bukan saja mengandung maksud memudahkan redaktur dan layouter dalam mengorganisir agenda media, namun lebih dari itu rubrikasi juga mencerminkan bobot dan perbandingan media dalam mengemas dan mengkontruksi berita. Rubrikasi dalam surat kabar pada umumnya meliputi berita utama (headline), hukum dan politik, internasional, berita regional dan lokal, berita perekonomian, dan berita human interest seperti: olahraga, lifestyle, teknologi informasi, otomotif, hobi, kesehatan, sosok dan selebriti (Anonim, 2008) Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Pertanian Menurut Baswir (1977) dalam Sukarmen (2003) ekonomi kerakyatan memiliki makna sebagai suatu situasi perekonomian dimana berbagai kegiatan ekonomi diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat, hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat, sementara penyelenggaraan kegiatan ekonomi itupun berada dibawah pengendalian atau pengawasan anggota-anggota masyarakat. Menurut Sumodiningrat (1999), ekonomi rakyat adalah sistem ekonomi yang berorientasi pada rakyat kecil agar mereka menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan tidak saja oleh pemerintah, melainkan semua pihak yang lebih kuat melalui bantuan dana, modal kerja, atau pola kemitraan usaha lainnya. 4

7 Komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mengangkat ekonomi rakyat telah dibuktikan dengan TAP MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekonomi. Sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tantangan pembangunan nasional, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan, dukungan dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, industri kecil dan menengah sebagai tiang utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sistem ekonomi rakyat membuka peluang yang sangat strategis bagi pengembangan usaha kecil. Secara umum diakui bahwa usaha kecil mampu memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Sumodiningrat (1999) menyatakan bahwa terdapat beberapa persyaratan dalam mengimplementasikan sistem ekonomi kerakyatan yang meliputi: 1) pembangunan yang memihak pada rakyat, yang diwujudkan kedalam bentuk kebijakan pembangunan; 2) pembangunan dengan asas musyawarah dan mufakat yang diwujudkan dalam dokumen pembangunan; 3) keterpaduan mekanisme pembangunan dengan asas keseimbangan antara kepentingan masyarakat lokal, dan 4) koordinasi pembangunan dengan asas kebersamaan antara unsur yang terlibat dalam pembangunan secara lintas sektoral dan lintas daerah. Di dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) seperti dikutip Helmi (2003) disebutkan bahwa terdapat permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi, adalah: 1) kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan usaha ekonomi kompetitif; 2) kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumberdaya ekonomi, berupa kapital, lokal berusaha, lahan usaha, informasi pasar dan teknologi produksi; 3) lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Solusi masalah yang yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat akan berkaitan dengan strategi pemberdayaan ekonomi rakyat yang merupakan upaya untuk menjawab sisi lemah dari perekonomian rakyat, seperti: peningkatan kualitas SDM, penguatan modal kerja, penataan jaringan niaga, dan peningkatan manajemen produksi.

8 Pemberdayaan ekonomi rakyat pada bidang pertanian dapat mencakup pemberdayaan pada aspek-aspek sub sistem agribisnis. Pemberdayaan ini dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem agribisnis secara serasi dan seimbang serta berkembangnya usaha-usaha agribisnis yang mengarahkan seluruh sub sistem agribisnis dapat secara produktif dan efisien menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Pemberdayaan pada bidang pertanian diantaranya adalah sub sistem agribisnis hulu, sub sistem pertanian primer, sub sistem agribisnis hilir dan sub sistem penyedia jasa agribisnis (Anonim, 2006) 5. Menurut Saragih (2009), masing-masing sub sistem mempunyai fungsi yang berbeda. Subsistem agribisnis hulu berfungsi menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu menghasilkan produk usahatani yang berkualitas. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, maka agribisnis hulu dapat melakukan perannya, antara lain: memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani, memberikan bimbingan teknis produksi, memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis, memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani, menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani, mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan bagi berbagai pihak 6. Sub sistem pertanian primer sebagai produsen pertanian berfungsi melakukan kegiatan teknis produksi agar produknya dapat dipertanggung jawabkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Mampu melakukan manajemen agribisnis secara baik agar proses produksinya menjadi efisien sehingga mampu bersaing di pasar. Karena itu, petani umumnya memerlukan penyuluhan dan informasi agribisnis, teknologi dan inovasi lainnya dalam proses produksi, bimbingan teknis atau pendampingan agar petani dapat melakukan proses produksi secara efisien dan bernilai tambah lebih tinggi. Dalam hubungan kemitraan inti plasma, petani berperan sebagai plasma. 5 EMBANGANpersen20AGRIBISNIS.htm 6

9 Sub sistem agribisnis hilir berfungsi melakukan pengolahan lanjut (baik tingkat primer, sekunder maupun tersier) untuk mengurangi susut nilai atau meningkatkan mutu produk agar dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen, serta berfungsi memperlancar pemasaran hasil melalui perencanaan sistem pemasaran yang baik. Hubungan kemitraan inti plasma, agribisnis hilir sering berfungsi sebagai inti yang mempunyai kewajiban untuk mendorong berkembangnya usahatani. Subsistem jasa penunjang (penyuluhan, penelitian, informasi agribisnis, pengaturan, kredit modal, transportasi, dll) secara aktif ataupun pasif berfungsi menyediakan layanan bagi kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan sistem agribisnis. Masing-masing komponen jasa penunjang itu mempunyai karakteristik fungsi yang berbeda, namun intinya adalah agar mereka dapat berbuat sesuatu untuk mengurangi beban dan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis. 2.5 Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Non Pertanian Tahun 2009 jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah 113,83 juta orang, dimana 77,54 persen bergerak di sektor ekonomi non pertanian 7. Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa sektor-sektor non pertanian banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Sumodiningrat (1999) menyatakan bahwa sektor-sektor non pertanian pada upaya pengembangan ekonomi rakyat diasumsikan sebagai sektor informal yang mengarah pada pengembangan industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat ini berkembang menjadi industri-industri kecil dan menengah. Belum ada pendefinisian secara jelas mengenai sektor informal, namun Chandrakirana dan Sadoko (1995) menyatakan bahwa sektor informal mempunyai satuan usaha dengan jumlah tenaga kerja kecil dengan status ketenagakerjaan yang ditentukan atas dasar pemilikan faktor produksi, pasaran tenaga kerjanya tidak dilindungi dan kegiatan ekonomi yang berlangsung di luar sistem legal. Chandrakirana dan Sadoko (1995) juga menyatakan bahwa, secara sederhana ciri-ciri sektor informal adalah usaha yang mudah dimasuki, memakai 7

10 sumber-sumber daya lokal, pemilikan umumnya oleh keluarga atau kerabat, berskala kecil, padat karya dengan pemakaian teknologi yang sederhana, keterampilan yang diperoleh di luar sistem pendidikan formal, dan bergerak di pasar yang kompetitif serta tidak berada di bawah pengaturan resmi. Penggolongan sektor informal ini antara lain industri-industri kecil dan industri rumah tangga. Industri kecil sendiri mempunyai tipologi tertentu, yaitu banyaknya tenaga kerja yang bekerja adalah 5-19 orang untuk standar Indonesia, atau untuk standar Amerika Serikat dan Eropa, dengan tanpa memperhatikan besarnya modal (Hubeis, 1997). Undang-Undang Usaha Kecil No.9 tahun 1995 menyatakan bahwa industri kecil sebagai bagian dari usaha kecil di Indonesia didefinisikan sebagai industri yang memiliki aset tidak lebih dari Rp 200 juta, diluar tanah dan bangunan, omzet tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar, dimiliki oleh orang Indonesia independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah, besar, serta boleh berbadan hukum, boleh tidak (Anonim, 2007) 8. Pengertian lainnya, industri kecil dapat dikelompokkan atas usaha sekedar hidup, dengan penggunaan teknologi sederhana, menggunakan permodalan sendiri, dan lokasi industri terpisah dengan rumah hunian si produsen. Contoh industri kecil seperti industri roti, kompor minyak, cangkul dan sabit (pandai besi), minyak goreng curah, dll. Menurut BPS (2002) 9, industri rumah tangga memiliki jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang. Umumnya pekerjanya adalah anggota keluarga itu sendiri dan lokasinya berada satu atap dengan rumah hunian si produsen. Industri rumah tangga mempunyai ciri-ciri yaitu, modal kecil, usaha dimiliki pribadi, menggunakan teknologi dan peralatan yang sederhana, jumlah tenaga kerja relatif sedikit dan tidak berbadan hukum. Contoh industri rumah tangga adalah industri kerupuk, industri keripik, es dan makanan ringan. Chandrakirana dan Sadoko (1995) juga menyatakan bahwa, diluar industri kecil dan industri rumah tangga terdapat beberapa aspek informal lainnya, seperti pedagang kaki lama dan pasar tradisional. Pedagang kaki lima (PKL) adalah orang-orang yang berjualan di pinggir-pinggir trotoar jalan, mereka mempunyai q=definisi+industri+&gs_rfai=&fp=cdb10cf31c974f8f

11 kebebasan menentukan sumber pasokan barang-barangnya, umumnya mereka menjual makanan, minuman dan pakaian. Pedagang kaki lima mengunakan sarana kios, tenda maupun cara gelar. PKL ini mangkal ditempat-tempat tertentu yang merupakan daerah strategis dan ramai orang berlalu lalang. PKL ini seringkali mendapat penggusuran dari aparat penertib keamanan lokasi setempat karena dianggap tidak berjualan ditempat yang semestinya dan dapat mengganggu kelancaran lalu lintas. Menurut Chandrakirana dan Sadoko (1995), adanya sektor-sektor informal ini juga memunculkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah sebagai bentuk dukungan dan pemberdayaan pemerintah terhadap sektor informal. Kebijakan tersebut antara lain adalah penyediaan kredit bagi usaha kecil dengan bentuk kredit bersubsidi, pemberian pelatihan bagi pengusaha-pengusaha kecil, pembentukan kelembagaan antara usaha berskala besar dengan usaha berskala kecil, dan perlindungan status hukum dan tenaga kerja. 2.6 Peranan dan Fungsi Surat Kabar dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Secara umum peranan dan fungsi surat kabar dalam pemberdayaan ekonomi rakyat terwakili dalam peranan dan fungsi media massa dalam pembangunan nasional. Schramm (1964), menerangkan terdapat peranan media massa dalam pembangunan nasional. Peranan media massa dalam pembangunan nasional adalah sebagai agen pembaharu, yaitu membantu mempercepat proses peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang modern. Media mempunyai fungsi yang dapat menunjang perubahan pembangunan yaitu, fungsi pertama adalah pemberi informasi yang dapat dilakukan oleh media itu sendiri, fungsi kedua adalah pengambilan keputusan dimana media berperanan sebagai penunjang (menghantarkan informasi sebagai bahan diskusi), dan fungsi ketiga sebagai pendidik yang dapat dilaksanakan media itu sendiri dan digabungkan dengan komunikasi antar pribadi. Lasswell (1948) dalam Severin dan Tankard (2008), menyatakan ada tiga fungsi media massa, yaitu: pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk merespon lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Selain ketiga fungsi tersebut, Wright

12 (1959) dalam Severin dan Tankard (2008), menambahkan fungsi yang keempat, yaitu media berfungsi sebagai hiburan. Fungsi media massa yang pertama adalah pengawasan atau surveillance. Media memberi dan menyediakan berita atau informasi, dalam bentuk informasi ini media seringkali menyampaikan peringatan bahaya yang mungkin terjadi, seperti: iklim, cuaca dan ancaman militer. Fungsi ini diharapkan dapat menyebabkan khalayak menjadi lebih waspada. Fungsi media massa yang kedua adalah korelasi atau correlation. Media seringkali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu, oleh sebab itu korelasi merupakan bagian dari media yang berisi editorial dan propaganda. Fungsi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status dan mengawasi pemerintah. Fungsi media massa yang ketiga adalah penyampaian warisan sosial atau transmission of the social heritage. Media berfungsi untuk menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fungsi yang keempat adalah media sebagai hiburan. Media memberikan sajian berupa kesenian, budaya maupun lainnya untuk mengisi waktu luang. Paparan peranan dan fungsi media massa dalam pembangunan nasional memberikan makna bahwa surat kabar dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah sebagai media yang membantu pemerintah dalam memberikan dan menyampaikan informasi tentang hal-hal yang bersangkutan dengan pemberdayaan ekonomi rayat. Surat kabar juga mempunyai peran sebagai media penyampai aspirasi masyarakat terhadap pembangunan dan pemberdayaan mengenai ekonomi rakyat yang mereka inginkan. 2.7 Kategori Berita Surat Kabar Pertanian menurut Nasution (2002) dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Pertanian secara umum adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga perkebunan (Anonim, 2007) 10. Menurut Saragih (2009), sektor pertanian terdiri 10

13 dari sub sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industri alat dan mesin pertanian (agrootomotif). Kedua, sub sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan. Ketiga, sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan/minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi. Keempat, subsistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) seperti pengkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi 11. Sumodiningrat (1999) menyatakan bahwa sektor-sektor non pertanian pada upaya pengembangan ekonomi rakyat diasumsikan sebagai sektor informal yang mengarah pada pengembangan industri rakyat yang terkait dengan industri besar. Industri rakyat ini berkembang menjadi industri-industri kecil dan menengah. Sektor-sektor informal ini antara lain industri-industri kecil dan industri rumah tangga. Menurut BPS (2002), industri kecil sendiri mempunyai tipologi tertentu, yaitu banyaknya tenaga kerja yang bekerja adalah 5-19 orang, sedangkan industri rumah tangga terdiri dari 1-4 orang. Di luar industri kecil dan industri rumah tangga terdapat beberapa aspek informal lainnya, seperti pedagang kaki lama dan pasar tradisional. Menurut Armando (1988), arah berita (tulisan) adalah arah isi tulisan yang berkaitan dengan pengkategorian menurut tujuan dari tulisan yang ingin dianalisis menggunakan metode analisis isi. Definisi arah berita pada penelitian ini bukan arah yang menunjukkan keberpihakan pada kelompok tertentu, akan tetapi arah berita yang menunjukkan bagaimana surat kabar menyajikan berita. Terdapat tiga arah berita dalam surat kabar, yaitu arah berita yang bersifat positif dan arah berita yang bersifat negatif dan arah berita yang bersifat dua arah (kombinasi dari arah 11 Saragih, op.cit., hal. 14

14 berita positif dan negatif). Positif adalah tuntutan agar pers menyajikan gambaran tentang lingkungan yang memberikan ketentraman, menimbulkan optimisme, mendorong kepercayaan masyarakat terhadap program-program pemberdayaan ekonomi rakyat. Negatif adalah sesuai dengan kepercayaan akan fungsi kontrol sosial yang diemban. Pers tetap terdorong untuk menyiarkan berita-berita tentang ketidaklancaran, kegagalan atau bentuk konflik lain sebagi peringatan bagi masyarakat atau perancang kebijaksanaan. Arah berita yang bersifat dua arah adalah arah berita yang menyajikan berita-berita mengenai ketidaklancaran yang disertai dengan pernyataan bagaimanakah solusi dari kegiatan/program yang dilakukan. Tidak hanya arah berita yang mendapat perhatian dari peneliti sebelumnya, tetapi sumber berita dalam surat kabar seringkali mendapat perhatian dari peneliti yang melakukan analisis isi. Yunus (2010) menyatakan bahwa sumber berita merupakan orang atau pihak yang ikut memberi kontribusi dalam pemberian bahan maupun penyusunan suatu berita. Sekalipun bersifat melengkapi, sumber berita berperan penting dalam menciptakan berita yang objektif dan bertanggung jawab. Pentingnya kedudukan sumber berita terkait erat pula dengan upaya untuk menjaga keseimbangan pemberitaan yang lebih bersifat cover both side, pemberitaan yang melibatkan seluruh pihak yang terkait dengan masalah yang diberitakan. Sumber berita pun untuk menunjang berita yang memberi nilai keadilan atau fairness. Sumber berita itu antara lain dari kepolisian, instansi swasta, tokoh masyarakat, negarawan, tokoh masyarakat dan tokoh pemerintah juga merupakan sumber yang biasanya memberikan pernyataan atau pendapat atas persoalan yang menjadi topik di tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka sumber berita dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1) sumber berita yang berasal dari pemerintah (kepolisian, aparat, instansi kepemerintahan); 2) sumber berita yang berasal dari non pemerintah (tokoh masyarakat, LSM, instansi swasta); dan 3) sumber seimbang (berasal dari kedua sumber berita pemerintah dan non pemerintah). Lokasi peliputan berita merupakan salah satu elemen pada nilai berita yaitu proximity. Menurut Yunus (2010) proximity dapat dibagi menjadi dua yaitu

15 kedekatan secara geografis dan kedekatan secara psikologis. Kedekatan secara geografis adalah melihat darimanakah lokasi peliputan berita berasal. Lokasi peliputan berita dapat berasal dari pedesaan dan perkotaan yang bersangkutan dengan berita yang diliput. 2.8 Analisis Isi Menurut Krippendorff (1991), analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat kategori-kategori dengan memperhatikan konteksnya serta bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaannya. Ciri lain dari penelitian dengan menggunakan metode analisis isi adalah pengkategorian dari obyek yang akan dianalisis baik dari macam atau topik berita, sumber berita, lingkup berita maupun kategori lainnya yang disesuaikan dengan tujuan studi. Analisis isi menurut Berelson (1952) dalam Rogers (1985) digunakan untuk menggambarkan isi komunikasi yang manifes secara objektif, sistematis dan kuantitatif. Prinsip objektif diartikan bahwa hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya, dengan ketajaman kategori yang ditetapkan, orang lain dapat menggunakannya. Apabila digunakan untuk isi yang sama, dengan prosedur yang sama hasilnya harus sama, walaupun penelitiannya berbeda. Prinsip sistematis diartikan sebagai adanya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan melakukan analisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti. Prinsip kuantitatif artinya dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Tehnik khas dalam metode ini adalah menggolongkan berita-berita surat kabar ke dalam kategori kategori format dan topik, mengukur frekuensinnya dan menghubungkan pengetahuan khalayak. Menurut Bungin (2001) dalam Luthfie (2005), model analisis isi terbagi menjadi dua aliran metodologi, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Analisis isi kuantitatif adalah untuk mengetahui atau mengidentifikasi manifest messages (pesan-pesan yang tampak) dari isi media yang diteliti. Sementara itu analisis kualitatif, selain mampu mengidentifikasi pesan-pesan manifes, juga yang latent

16 messages dari sebuah dokumen yang diteliti. Stempel dan Westley (1981) dalam Armando (1988), menyatakan bahwa terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam model analisis isi, yaitu unit analisis, konstruksi kategori, pemilihan contoh dan keandalan. Menurut Krippendorff (1991), unit analisis merupakan unsur terkecil dari analisis isi yang akan dihitung untuk membuat sebuah kesimpulan. Unit analisis dalam analisis isi adalah item-item berita yang meliputi keseluruhan isi berita. Keseluruhan isi berita ini meliputi judul berita, lead berita, alinea berita, kata, kalimat, foto pada berita serta ruang pada berita. Konstruksi kategori disusun untuk mengklasifikasi isi media. Stempel dan Westley (1981) dalam Luthfie (2005), menyarankan untuk menggunakan kategori yang telah tersedia, karena kategori tersebut dapat dipergunakan untuk memperoleh kesimpulan. Peneliti dapat memahami kategori sendiri dengan memperhatikan tiga hal, yaitu 1) harus relevan dengan tujuan penelitian, 2) harus fungsional, dan 3) harus dapat dikendalikan. Kelebihan analisis isi menurut Berger (1982) dalam Prakoso (1999) adalah murah, gampang mendapatkan bahan, menyajikan data yang dapat dikuantifikasi, berkaitan dengan peristiwa kekinian atau masa lalu. Kekurangannya adalah sukar menentukan sampel yang representatif, kadang-kadang sukar merumuskan definisi kerja, tidak mungkin membuktikan bahwa inferensi yang dibuat berdasarkan landasan analisis isi pasti benar dan tidak gampang menemukan unit pengukuran. Metode analisis isi hanya meneliti pesan yang tampak, sehingga sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari penelitiannya. Kelemahan lainnya terletak pada kesulitan menentukan media atau tempat untuk memperoleh pesan-pesan yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Meneliti berita kerusuhan misalnya, akan kesulitan jika menetapkan pengambilan sampel medianya secara random, baik sistematis maupun symple random sampling. Sebab tidak mungkin media yang terpilih secara random selalu terdapat berita mengenai kerusuhan. Menurut Holsti (1969), terdapat beberapa desain penelitian dalam analisis isi. Tipe dari desain penelitian akan bergantung pada pertanyaan yang ingin diselidiki yang nantinya untuk menjawab data-data yang dicari. Namun semua isi

17 data harus dibandingkan dengan beberapa data lain yang tujuannya untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan yang berarti kesimpulan. Ketika analisis isi digunakan untuk menggambarkan teks, terdapat tiga tipe dasar pembanding yang dapat dibuat, yaitu: 1. Analisis isi dapat dirancang untuk membandingkan banyak variabel dari dokumen yang berasal dari sumber tunggal. Variabel-variabel dalam desain yang pertama ini dapat meliputi waktu, situasi maupun audiens. a. Desain antar waktu, nantinya dapat menggambarkan inferensi-inferensi tentang trend-trend dunia melalui waktu yang dibandingkan. Desain ini dapat digambarkan: Pesan diproduksi oleh sumber A, waktu (t 1 ) Pesan diproduksi oleh sumber A, waktu (t 2 ) Variabel isi X AX t1 AX t2 Gambar 1. Trend dalam isi komunikasi Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Variabel Waktu pada Sumber Tunggal b. Membandingkan pesan-pesan dari sumber tunggal dalam situasi yang berbeda, dipakai untuk menentukan efek perubahan spesifik keadaan dari komunikasi. Desain ini dapat digambarkan: Pesan diproduksi oleh sumber A, situasi (s 1 ) Pesan diproduksi oleh sumber A, situasi (s 2 ) Variabel isi X AX s1 AX s2 Efek dari situasi dalam isi komunikasi Gambar 2. Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Variabel Situasi pada Sumber Tunggal c. Membandingkan dampak audiens dari isi dan gaya komunikasi dari sumber tunggal, disebut juga dengan membandingkan pesan oleh sumber tunggal antar audiens yang berbeda. Desain ini dapat digambarkan:

18 Pesan diproduksi sumber A, untuk penerima C Pesan diproduksi sumber A, untuk penerima D Variabel isi X AX C AX D Efek dari audiens pada isi komunikasi Gambar 3. Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Variabel Audiens pada Sumber Tunggal 2. Membandingkan dari isi komunikasi yang waktu, situasi atau audiensnya berasal dari antarmedia. Desain ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Desain penelitian yang berdasarkan hubungan dari dua atau lebih variabel tunggal atau satu set dokumen. Desain penelitian ini dapat digambarkan: Pesan diproduksi oleh sumber A Variabel isi X (A x ) Variabel isi Y (A y ) Hubungan dari isi variabel satu dengan lainnya Gambar 4. Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Dua Variabel Isi (Audiens,Situasi Atau Waktu) atau Lebih pada Sumber Tunggal b. Membandingkan pesan-pesan yang diproduksi dari dua atau lebih sumber yang berbeda, untuk menghubungkan teori dengan atribut agar jelas perbedaan pesan dihasilkan. Desain penelitian ini dapat digambarkan: Pesan diproduksi oleh sumber A Pesan diproduksi oleh sumber B Variabel isi X A x B x Perbedaan diantara komunikator Gambar 5. Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Dua Sumber atau Lebih 3. Membandingkan isi data dengan beberapa standard dari segi kecukupan atau penampilan. Desain penelitian ini dapat digambarkan:

19 Pesan diproduksi oleh sumber A Standard B Variabel isi X A x B x Evaluasi dari penampilan komunikator Gambar 6. Desain Analisis Isi dengan Membandingkan Sumber dengan Standard 2.9 Kerangka Pemikiran Penelitian mengenai berita ekonomi rakyat sektor pertanian dan non pertanian diteliti menggunakan analisis isi. Analisis isi ini dilakukan pada SKH Kompas dan Jurnal Bogor. Terdapat dua rangkaian kategori dalam analisis isi berita ekonomi rakyat, yang pertama adalah kategori-kategori (subject matter) yaitu berita pertanian dan berita non pertanian. Rangkaian kategori yang kedua terdiri dari sumber berita, arah berita, dan lokasi peliputan berita. Kategori ini nantinya akan diukur volume dan frekuensi berita, sehingga dapat menggambarkan perbandingan diantara kedua SKH Kompas dan Jurnal Bogor. Arah berita pada berita-berita pemberdayaan ekonomi rakyat dapat diketahui dan dianalisis apakah 1) arah berita bersifat positif; 2) arah berita bersifat negatif; dan 3) arah berita dua arah. Definisi arah berita pada penelitian ini bukan arah yang menunjukkan keberpihakan pada kelompok tertentu, akan tetapi arah berita yang menunjukkan bagaimana surat kabar menyajikan berita berkaitan dengan ekonomi rakyat. Arah positif adalah arah berita yang dapat membangkitkan partisipasi dari masyarakat yang berisi pernyataan mengenai dukungan dan keberhasilan. Arah berita negatif adalah arah berita yang memberitakan mengenai kegagalan atas pengembangan dan pemberdayaan ekonomi rakyat. Arah berita dua arah adalah arah berita yang mencakup keduanya, yaitu berita mengenai hambatan maupun kegagalan, kemudian disertai dengan pernyataan solusi atau dukungan mengenai berita terkait ekonomi rakyat.

20 Rangkaian Kategori 1: Berita Ekonomi Rakyat (Subject Matter) 1.Pertanian 2.Non Pertanian Rangkaian Kategori Rangkaian Kategori 2 Arah berita: - Positif - Negatif - Dua Arah Sumber berita: - Pemerintah - Non pemerintah - Seimbang Perbandingan Berita Ekonomi Rakyat SKH Kompas dan Jurnal Bogor Lokasi peliputan berita: - Perkotaan - Pedesaan keterangan: : terdiri atas : : membentuk Gambar 7. Kerangka Pemikiran tentang Berita Ekonomi Rakyat pada SKH Kompas dan Jurnal Bogor Sumber berita sendiri nantinya dapat dikategorikan berdasarkan sumber dari pemerintah, non pemerintah, atau sumber seimbang (kombinasi pemerintah dan non pemerintah). Lokasi peliputan berita yang merupakan salah satu elemen pada nilai berita adalah kedekatan geografis darimanakah berita tersebut berasal. Pada berita ekonomi rakyat khususnya berita pertanian dan non pertanian, lokasi peliputan berita dapat berasal dari pedesaan atau perkotaan. Melalui pengukuran volume dan frekuensi berita pada masing-masing rangkaian kategori ini nantinya akan dapat dilihat bagaimanakah perbandingan berita ekonomi rakyat sektor pertanian dan non pertanian pada SKH Kompas dan Jurnal Bogor.

21 2.10 Definisi Operasional Kategori 1. Kategori bidang masalah ekonomi rakyat terdiri dari berita pertanian dan berita non pertanian diukur dengan skala nominal. Terdapat sub kategori dalam berita pertanian maupun non pertanian. Sub kategori untuk berita pertanian adalah: a. Sub sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industri alat dan mesin pertanian (agrootomotif); diberi kode (1a) b. Sub sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan); diberi kode (1b) c. Sub sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan/minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi; diberi kode (1c) d. Sub sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) seperti perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, pendidikan SDM, kemitraan, alokasi dana, dan kebijakan ekonomi; diberi kode (1d) Berita ekonomi rakyat non pertanian, yaitu berita-berita di luar bidang pertanian, yang umumnya berita pengembangan ekonomi rakyat yang bergerak pada sektor informal dan tidak berbadan hukum. Berita-berita tersebut meliputi berita: a. Industri rumah tangga: pertumbuhan dan pengembangan industri rumah tangga, pengakuan dan perlindungan pemerintah, bantuan modal; diberi kode (2a) b. Industri kecil: pertumbuhan dan pengembangan industri kecil kebijakan dan pengakuan pemerintah, bantuan modal; diberi kode (2b) c. Pedagang kaki lima dan pasar tradisional; diberi kode (2c)

22 2. Kategori arah berita, diukur dengan skala nominal: a. Arah berita yang bersifat positif: arah berita yang memberitakan mengenai dukungan maupun keberhasilan pemberdayaan ekonomi rakyat yang dapat membangkitkan partisipasi dari masyarakat; diberi kode (3a) b. Arah berita yang bersifat negatif: arah berita yang memberitakan mengenai kegagalan atau hambatan ekonomi rakyat; diberi kode (3b) c. Arah berita yang bersifat dua arah: arah berita yang memberitakan mengenai kegagalan sekaligus solusi yang berkaitan mengenai ekonomi rakyat; diberi kode (3c) 3. Kategori sumber berita, diukur dengan skala nominal: a. Pemerintah adalah lembaga yang secara resmi menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Walikota, Bupati, Camat, Lurah beserta para pembantunya yang menduduki jabatan struktural; diberi kode (4a) b. Non pemerintah adalah orang yang tidak resmi menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), peneliti, pengamat, akademisi, pakar, masyarakat; diberi kode (4b). c. Seimbang adalah sumber yang berasal dari sumber pemerintah dan non pemerintah; diberi kode (4c) 4. Kategori lokasi peliputan berita, diukur dengan skala nominal: a. Perkotaan adalah lokasi peliputan berita dalam pengambilan berita asal yang berada di kota seperti kemitraan usaha, peranan pemerintah pusat; diberi kode (5a) b. Pedesaan adalah lokasi peliputan berita dalam pengambilan berita yang berada di desa seperti GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani), lokasi pertanian pedesaan; diberi kode (5b).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BERITA EKONOMI RAKYAT SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN JURNAL BOGOR ASRI PUSPITA WULANDARI

PERBANDINGAN BERITA EKONOMI RAKYAT SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN JURNAL BOGOR ASRI PUSPITA WULANDARI PERBANDINGAN BERITA EKONOMI RAKYAT SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN JURNAL BOGOR ASRI PUSPITA WULANDARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, dewasa ini media komunikasi dan komunikasi massa menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sebagaimana dikutip Mugniesyah

Lebih terperinci

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang

Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang 2.1. Komunikasi Massa Komunikasi Massa menurut bittner (Ardianto, 2007:3) adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 05 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Reportase Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Reportase adalah ujung tombak proses kerja jurnalistik. Tak lain karena proses

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sebagaimana diketahui media massa dewasa ini tidak hanya menyediakan sekedar informasi bagi masyarakat, tetapi dengan adanya informasi tersebut media juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 41 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik. Jika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu kantor redaksi Sinar Tani yang berada di Jalan Harsono RM No. 3, Ragunan, Jakarta Selatan dan kantor Balai

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI Pertemuan 4 MODUL Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN SURAT KABAR DESKRIPSI Pokok bahasan perkembangan surat kabar. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karikatur adalah sebuah gambar atau penggambaran suatu objek konkret yang dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur sendiri berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media cetak seperti surat kabar memiliki peranan yang penting dalam memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak hanya berupa fakta

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan cara menganalisis perbandingan berita ekonomi rakyat sektor pertanian dan non pertanian di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam mengkaji sebuah penelitian terdapat dua pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti

Lebih terperinci

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 51/1999, PENYELENGGARAAN STATISTIK Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 51 TAHUN 1999 (51/1999) Tanggal: 28 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PENYELENGGARAAN STATISTIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penggunaan bahasa yang menarik perhatian pembaca maupun peneliti adalah penggunaan bahasa dalam surat kabar. Kolom dan rubrik-rubrik dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan media massa cetak yang menyampaikan informasinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan media massa cetak yang menyampaikan informasinya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar merupakan media massa cetak yang menyampaikan informasinya dengan tulisan yang berisi fakta dari suatu peristiwa. Hal ini menyebabkan surat kabar menjadi

Lebih terperinci

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Contents 1. Pertanian berwawasan agribisnis 2. Konsep Agribisnis 3. Unsur Sistem 4. Mata Rantai Agribisnis 5. Contoh Agribisnis Pertanian Moderen berwawasan Agribisnis

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sebuah media massa tentunya diharapkan sebagai salah satu media penyebaran informasi untuk khalayak ramai. Informasi yang ditampilkan tersebut muncul atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita sebagai fakta atau informasi yang ditulis oleh reporter atau wartawan mengenai kejahatan yang diperoleh dari pihak kepolisian dan dimuat di media massa baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro) ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV TVRI STASIUN KALIMANTAN TENGAH PENYAJI : NENI MARIA, S.Si * Dikutip dari berbagai sumber PENGERTIAN JURNALISTIK Jurnalistik dapat diartikan sebagai proses penulisan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Mengenai Berita 2.1.1 Pengertian Berita Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit atau Vritta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahan swasta maupun pemerintah diwajibkan memberikan ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 2 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika POLICY BRIEF Bidang Kesra, Polhukam dan Ekuin Bulan Maret 2017 Tim Analisis Isi Media Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika BIDANG

Lebih terperinci

Sifat Media Penyiaran

Sifat Media Penyiaran Sifat Media Penyiaran Persaingan di Era Digitalisasi Faktor kecepatan dan ketepatan dengan kualitas gambar tiga dimensi serta audio sekaliber teater sangat mempengaruhi sifat media siaran yang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi telah memainkan peran yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat, salah satunya masyarakat di Indonesia. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 21-1979::PP 2-1983::PP 29-1985::PP 2-1992 lihat: UU 16-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berubahnya orientasi usahatani dapat dimaklumi karena tujuan untuk meningkatkan pendapatan merupakan konsekuensi dari semakin meningkatnya kebutuhan usahatani dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mempublikasikan setiap ada agenda yang diadakan oleh perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini keterbukaan informasi publik sangatlah penting terutama untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang terus berkembang. Dalam hal ini keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam undang-undang pasal 2 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL

ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL 1 ANALISIS ISI PESAN DALAM KARIKATUR DI INTERNET SEBAGAI KRITIK SOSIAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL 2.1 Pengertian Iklan Iklan merupakan setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk Patau jasa, untuk

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang bernilai sangat tinggi. Hal ini terlihat dari manfaat bahasa yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kesuksesan dan nama besar yang diperoleh suatu perusahaan tidaklah lepas dari sumber daya manusia yang mamadai dan handal sesuai dengan bidangnya. Perusahaan media

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau) Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada 22 Juni 2013, pemerintah melakukan sebuah kebijakan yaitu menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kebijakan ini merupakan kenaikan harga BBM pertama

Lebih terperinci