PENGESAHAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGESAHAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH"

Transkripsi

1 PENGESAHAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH Anggun Reza Maharwiarti Nim: Telah Diperiksa dan Di Setujui Untuk Di Publikasikan PEMBIBING I PEMBIMBING II Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep dr.vivien Novarina A. Kasim,M.Kes NIP NIP JURUSAN SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Anggun Reza Maharwiarti, Rini Fahriani Zees, Vivien Novarina A. Kasim 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Anggun Reza Maharwiarti, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu Rini Fahriani Zees, S.Kep Ns. M.Kep, dan pembimbing II dr.vivien Novarina A. Kasim, M.Kes. Dermatitis kontak alergi yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal. faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak adalah faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama kontak, dan faktor tidak langsung meliputi, Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Alerg. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian diambil dengan metode purposive sampling dan didapat 53 responden di Puskesmas Tapa. Menggunakan uji statistik Chi square Non parametrik. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 53 responden, 46 responden menderita dermatitis kontak alergi (86,8%). Hasil bivariat didapatkan faktor bahan kimia/kontak (p=0,009), faktor lama kontak (p=0,026), faktor usia (p=0,004), dan faktor riwayat alergi (p=0,000) memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian dermatitis kontak alergi. Sedangkan faktor jenis kelamin (p=0,216) tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian dermatitis kontak alergi. Saran bagi petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan untuk masyarakat di Puskesmas Tapa tentang penyakit dermatitis kontak alergi. Kata Kunci : Dermatitis kontak alergi Pustaka : 26 ( ) 2 1 Anggun Reza Maharwiarti Jurusan SI Keperawatan. FIKK UNG. Pembimbing I Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns, M.Kep. Pembimbing II dr.vivien Novarina A. Kasim, M.Kes.

3 Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan gatal (Rospa, 2009: 91). Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontak eksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan) (Arif, dkk. 2000: 87). Dermatitis kontak dibagi menjadi dua yaitu kontak iritan dan kontak alergi. Dermatitis kontak iritan terjadi setelah pajanan lama atau berulang pada trauma fisik atau kimiawi (misalnya cairan industri) dan bisa terjadi pada siapa pun yang terpajan (David,dkk, 2007: 343). Sedangkan Dermatitis kontak alergi yaitu penyakit yang timbul akibat terjadinya reaksi hipersensitivas tipe lambat terhadap suatu alergen eksternal (Robin Graham, dkk. 2005: 69). Hasil Penelitian Febria Suryani tahun 2011, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak dapat terbagi dalam dua faktor, faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung meliputi bahan kimia dan lama kontak. Faktor tidak langsung yaitu Suhu dan Kelembaban, Masa Kerja, Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat Alergi, Personel Hygine, Penggunaan Alat Pelindung Diri. Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan 14-20% (Taylor et al, 2003). Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Kementrian Kesehatan dan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI, 2009), penyakit kulit masih merupakan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke-3 di Indonesia. Salah satunya yaitu Penyakit Dermatitis. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, di Gorontalo itu sendiri penderita dermatitis kontak alergi pada tahun 2013 sampai triwulan III sebanyak penderita, dan selalu menduduki peringkat 6 besar dari 10 penyakit lainnya. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2013 penderita dermatitis kontak alergi adalah penderita dermatitis kontak alergi dan selalu menduduki peringkat 6 besar dari sepuluh penyakit lainnya. Di Puskesmas Tapa tercatat penderita dermatitis kontak alergi dari tahun 2011 hingga 2013 selalu meningkat dan selalu menduduki peringkat 3 besar dari sepuluh penyakit lainnya. Data awal yang didapat pada tahun 2011 jumlah penderita mencapai 671, di tahun 2012 penderita meningkat yaitu mencapai 906, dan di tahun 2013 penderita mencapai 920. Melihat banyaknya penderita dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa dan belum adanya penelitian yang secara spesifik tentang dermatitis Kontak alergi, Oleh karena itu peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa. Sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat dilakukan tindakan preventif seperti pelatihan atau penyuluhan pada masyarakat di Puskesmas Tapa untuk mencegah dan mengurangi kejadian dermatitis kontak alergi. Tujuan umum Tujuan Umum penulisan skripsi ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat atau lokasi penelitian di Puskesmas Tapa. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena di lokasi tersebut terdapat jumlah penderita dermatitis kontak alergi yang selalu meningkat di tiga tahun terakhir ini dari , dan selalu menduduki peringkat tiga besar dari sepuluh penyakit lainnya. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan April Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif yang kemudian akan di deskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa, dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Menurut Riyanto 2011, penelitian cross sectional ini setiap responden hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel responden dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak melakukan tindakan lanjut.

4 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien yang datang berkunjung di Puskesmas Tapa yang memiliki gangguan pada kulitnya rata-rata dalam dua bulan terakhir yaitu sebanyak 154 pasien. Sampel Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian pasien yang datang berkunjung di Puskesmas Tapa yang memiliki gangguan pada kulitnya. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dikehendaki peneliti (Setiadi, 2013). Penentuan sampel penelitian ditentukan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yaitu: Kriteria Inklusi : 1. Pasien bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi : 1. Pasien yang tidak koperatif. Tehnik Analisa data Analisa Univariat Menurut Suyanto (2011), dalam Putra, lazimnya langkah pertama, analisa data adalah dengan melakukan analisis deskriptif atau disebut juga analisis Univariat atau analisis sederhana. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel dependen dan independen. Variabel tersebut adalah kejadian dermatitis kontak alergi, bahan kimia, lama kontak, usia, jenis kelamin, dan riwayat alergi. Analisa Bivariat Untuk mencari hubungan variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) maka penelitian ini menggunakan analisa bivariat dengan uji statistic yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistic yang digunakan adalah Chi Square yaitu pengujian satu sampel yang digunakan untuk menguji perpedaan yang signifikan antara distribusi data yang diobservasi dengan distribusi yang diharapkan untuk beberapa katagori. Chi Square atau qai-kuadrat digunakan untuk melihat ketergantungan antara variabel bebas dan variabel tergantung berskala nominal atau ordinal. Prosedur uji chi-square menabulasi satu atau variabel ke dalam kategori-kategori dan menghitung angka statistik chi-square (Sunjoyo, dkk, 2013). Berdasarkan uji statistic tersebut maka, menentukan tingkat signifikansi dan kriteria penerimaan/ penolakan hipotesis dengan melihat: 1. P value α (5% atau 0,05) maka Ho diterima. 2. P value > α (5% atau 0,05) maka Ho ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa didirikan sejak tahun 1967, luas tanah Puskesmas Tapa yaitu m 2 dan luas bangunan Puskesmas Tapa yaitu 120 m 2. Puskesmas Tapa merupakan puskesmas yang berada di jln. Abdulah Amu, desa Talumopatu, Kecamatan Tapa, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk desa Kramat. b. sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk desa Talumopatu. c. sebelah barat berbatasan dengan Pasar desa Talumopatu dan jln. Marten Liputo. d. sebelah timur berbatasan dengan pemukiman penduduk desa Talumopatu. Wilayah kerja Puskesmas Tapa ada tujuh desa, yaitu desa Kramat, desa Talumopatu, desa Meranti, desa Talulobutu, desa Talulobutu Selatan, desa Dunggala, dan yang terakhir desa Langge. Karakteristik Responden di Puskesmas Tapa Selama proses penelitian berlangsung jumlah responden yang diperoleh adalah 53 orang responden. Analisis yang digunakan meliputi data umum responden yaitu nama responden, alamat responden, dan pekerjaan responden. Tujuan peneliti untuk menggunakan analisis, nama responden, alamat responden, dan pekerjaan responden, karena nama responden untuk membedakan responden yang satu dengan yang lainnya, alamat responden untuk mengetahui daerah/ desa manakah yang paling banyak menderita penyakit dermatitis kontak alergi, dan pekerjaan responden untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut dapat sebagai faktor pemicu terjadinya dermatitis kontak alergi.

5 Analisis Univariat Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil penelitian mengenai kejadian dermatitis kontak alergi diperoleh dari diagnosa dokter. Variabel kejadian dermatitis kontak alergi dikategorikan menjadi dua yaitu tidak dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak alergi. Adapun hasil yang diperoleh mengenai kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel. 4.1 Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak Alergi di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Frekuensi Persentase (%) Tidak Dermatitis Kontak Alergi 7 13,2 Dermatitis Kontak Alergi 46 86,8 Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 53 sampel, (13,2%) tidak mengalami dermatitis kontak alergi dan (86,8%) mengalami dermatitis kontak alergi. Gambaran Faktor Langsung Total Tabel. 4.2 Distribusi Faktor Langsung; Bahan Kimia/Kontak di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Bahan Kimia/Kontak Ya Tidak ,9 32,1 Total Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui distribusi frekuensi faktor langsung bahan kimia/kontak di Puskesmas Tapa bahwa 53 responden, 17 responden (32,1%) mengatakan tidak sering bersentuhan dengan bahan kimia/kontak dan 36 responden (67,9%) mengatakan sering bersentuhan dengan bahan kimia/kontak. Tabel. 4.3 Distribusi Faktor Langsung; Lama Kontak di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Lama Kontak 0 Jam/Hari 8 Jam/hari > 8 Jam/hari ,1 49,1 18,9 Total Distribusi frekuensi faktor langsung lama kontak di Puskesmas Tapa dapat dilihat dari tabel 4.3. Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa 53 responden, 17 responden (32,1%) yang tidak pernah kontak dengan bahan kimia, 26 responden (49,1%) mengatakan lama kontak 8 Jam/hari, dan 10 responden (18,9%) mengatakan lama kontak > 8 Jam/hari.

6 Gambaran Faktor Tidak Langsung Faktor tidak langsung dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit sebelumnya. Hasil jenis kelamin, usia, dan riwayat penyakit sebelumnya diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada responden. Distribusi faktor tidak langsung pada pasien yang datang berobat di Puskesmas Tapa dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel. 4.4 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Jenis Kelamin di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan ,5 58,5 Total Distribusi frekuensi faktor tak langsung jenis kelamin di Puskesmas Tapa dapat di lihat dari tabel 4.4. Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa 53 responden, 22 responden (41,5%) berjenis kelamin lakilaki dan 31 responden (58,5%) berjenis kelamin perempuan. Tabel. 4.5 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Usia di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Usia 0-5 tahun 5-11 tahun tahun tahun >46 tahun ,5 7,5 22,6 28,3 Total Distribusi frekuensi faktor tidak langsung usia di Puskesmas Tapa dapat di lihat dari tabel 4.5. Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa 53 responden, dalam katagori I dengan usia 0-5 tahun ada 18 responden (34%), katagori II dengan usia 5-11 tahun ada 4 responden (7,5%), kategori III dengan usia tahun ada 4 responden (7,5%), kategori IV dengan usia tahun ada 12 responden (22,6%), dan kategori V dengan usia > 46 tahun 15 responden (28,3%). Tabel. 4.6 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Riwayat Alergi di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Riwayat Alergi Ya Tidak ,5 24,5 Total Distribusi frekuensi faktor tak langsung riwayat alergi di Puskesmas Tapa dapat di lihat dari tabel 4.6. Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa 53 responden, 40 responden (75,5%) mengatakan memiliki riwayat alergi, dan 13 responden (24,5%) mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

7 Analisis Bivariat Hubungan Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor langsung (Bahan kimia/kontak dan lama kontak) dengan kejadian dermatitis kontak alergi menggunakan uji Chi-Square Test (Non parametrik) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 dibawah ini. Tabel 4.7 Distribusi Faktor Langsung; Bahan Kimia/Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian DKA Total Variabel Kategori Tidak DKA DKA P Value N (%) n (%) N (%) Bahan Kimia/Kontak Ya Tidak 4 3 7,5 5, ,4 26, Total 7 13, , ,9 32,1 0,009 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka responden yang menderita dermatitis kontak alergi karena bersentuhan dengan bahan kimia sebanyak 60,4% (32 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi tetapi bersentuhan dengan bahan kimia sebanyak 7,5% (4 dari 53 responden). Dan responden yang menderita dermatitis kontak alergi tetapi tidak bersentuhan dengan bahan kimia sebanyak 26,4% (14 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi serta tidak pernah bersentuhan dengan bahan kimia sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,009 yang artinya pada α (5% atau 0,05) ada hubungan yang signifikan antara bahan kimia/kontak dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa tahun Tabel 4.8 Distribusi Faktor Langsung; Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian DKA Total Variabel Kategori Tidak DKA DKA Lama Kontak 0 Jam/hari 8 Jam/hari >8 Jam/hari N (%) n (%) n (%) 3 5, , , , , Total 7 13, , P Value 0,026 Berdasarkan tabel 4.8 diatas, maka responden yang menderita dermatitis kontak alergi tetapi tidak pernah kontak dengan lama kontak 0 jam/hari yaitu 26,4% (14 dari 53 responden), sedangkan responden tidak yang menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 0 jam/hari yaitu 5,7% (3 dari 53 responden, dan yang menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 8 jam/hari sebanyak 43,4% (23 dari 53 responden), sedangkan responden yang responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 8 jam/hari sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 8 jam/hari sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). Serta responden yang menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak > 8 Jam/hari sebanyak 17% (9 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi dengan lama signifikan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa tahun Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,026 yang artinya pada α (5% atau 0,05) ada hubungan yang kontak > 8 Jam/hari sebanyak 1,9% (1 dari 53 responden).

8 Hubungan Faktor Tidak Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor tak langsung (jenis kelamin, usia, riwayat penyakit kulit sebelunya) dengan menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 8 jam/hari sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). menderita dermatitis kontak alergi dengan lama kontak 8 jam/hari sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). kejadian dermatitis kontak alergi menggunakan uji Chi-Square Test (Non parametrik) yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 sampai tabel 4.11 dibawah ini. Tabel 4.9 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian DKA Total Variabel Kategori Tidak DKA DKA P Value N (%) n (%) N (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 5 2 9,4 3, ,1 54, Total 7 13, , ,5 58,5 0,216 Berdasarkan tabel 4.9 diatas, maka responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32,1% (17 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9,4% ( 5 dari 53 responden). Dan responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 54,7% (29 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3,8% (2 dari 53 responden). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,216 yang artinya pada α (5% atau 0,05) tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa tahun Tabel 4.10 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian DKA Total Variabel Kategori Tidak DKA DKA P Value Usia 0-5 tahun 5-11 tahun tahun tahun >46 tahun N (%) n (%) N (%) 3 5, , ,0 4 7,5 4 7,5 0 0,0 4 7,5 4 7,5 2 3, , ,6 2 3, , ,3 Total 7 13, , ,004 Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara 0-5 tahun sebanyak 28,3% (15 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara 0-5 tahun sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden), responden yang menderita kontak alergi yang berusia antara 5-11 tahun sebanyak 7,5% (4 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara 5-11 tahun sebanyak 0% (0 dari 53 responden), responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara tahun sebanyak 7,5% (4 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara tahun sebanyak 0% ( 0 dari 53 responden ), responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara tahun sebanyak 18,9% (10 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara tahun sebanyak 3,8% (2 dari 53 responden), dan responden yang

9 menderita dermatitis kontak alergi yang berusia >46 tahun sebanyak 24,5% (13 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi yang berusia antara >46 tahun sebanyak 3,8% (2 dari 53 responden), Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,004 yang artinya pada α (5% atau 0,05) ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa tahun Tabel 4.11 Distribusi Faktor Tidak Langsung; Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango Tahun 2014 Kejadian DKA Total Variabel Kategori Tidak DKA DKA N (%) n (%) N (%) Riwayat Alergi Ya Tidak 3 4 5,7 5, , Total 7 13, , P Value 75,5 24,5 0,000 Berdasarkan tabel 4.11 diatas, maka responden yang menderita dermatitis kontak alergi yang memiliki riwayat alergi sebanyak 69,8% (37 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi tetapi memiliki riwayat alergi sebanyak 5,7% (3 dari 53 responden). Dan responden yang menderita dermatitis kontak alergi tetapi tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 17% (9 dari 53 responden), sedangkan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi serta tidak memiliki riwayat alergi sebanyak 7,5% (4 dari 53 responden). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,000 yang artinya pada α (5% atau 0,05) ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa tahun PEMBAHASAN Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Dermatitis yang terjadi di Puskesmas Tapa adalah ada dua yaitu dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Hasil univariat menunjukkan bahwa 46 responden (86,8%) dari 53 responden di Puskesmas Tapa menderita dermatitis kontak alergi, dan 7 responden (13,2%) dari 53 responden tidak menderita dermatitis kontak alergi. Hasil yang menunjukkan bahwa 46 responden (86,8%) dari 53 responden di Puskesmas Tapa menderita dermatitis kontak alergi, hal tersebut sejalan dengan data PERDOSKI, 2009 bahwa penyakit kulit masih merupakan penyakit dengan jumlah penderita terbanyak ke-3 di Indonesia. Salah satunya yaitu Penyakit Dermatitis. Dan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, bahwa penderita dermatitis kontak alergi pada tahun 2013 sampai triwulan III sebanyak penderita. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 7 responden (26,8%) dari 53 responden di Puskesmas Tapa tidak menderita dermatitis kontak alergi. 7 orang dari 53 responden tersebut itu memang mengalami gangguan kulit tetapi dari hasil diagnosa dokter ternyata 5 responden menderita dermatitis kontak iritan dan 2 responden menderita herpes. Hasil wawancara dengan para responden di Puskesmas Tapa yang sering kali menjadi penyebab dermatitis kontak alergi yaitu sabun cuci baju/ piring, sabun mandi, kosmetik, riwayat alergi dari telur, ikan, kacang, mie dan jajanan ringan, serta perhiasan. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit dermatitis kontak alergi yang dialami para responden di Puskesmas Tapa seperti gatal, eritema (kemerahan), edema (bengkak), vesikel atau bula (tonjolan berisi cairan), dan eksudasi (cairan). Hasil wawancara juga dengan para responden di Puskesmas Tapa yang terdiagnosa tidak menderita dermatitis kontak alergi tersebut disebabkan karena faktor penyebabnya yang berbeda seperti dari diapers, dan pengaruh di tempat kerja. Rata-rata responden yang bekerja di tempat kerja yang rawan dari bahan kimia/kontak, responden tersebut tidak menggunakan alat pelindung diri. Tetapi gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala yang ada pada dermatitis kontak alergi. Pekerjaan yang dimiliki oleh para responden sangat berfariasi dari ibu rumah tangga, PNS, penambang pasir, penambang emas, pedangang, tukang bentor, pembuat batu bata. Dan hasil wawancara yang peneliti lakukan ternyata terbanyak pekerjaan yang menjadi penyebab dermatitis kontak alergi yaitu ibu rumah tangga, penambang emas, dan PNS. Sedangkan penyebab yang tidak terdiagnosa dermatitis kontak alergi yaitu penambang pasir, dan pembuat batu bata.

10 Lokasi terjadinya dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa ada di bagian tangan, kaki, leher, muka, badan, jari tangan, telinga, dan kepala. Sedangakan untuk lokasi wilayah terjadinya dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa yang terbanyak menderita dermatitis kontak alergi yaitu desa Talulobutu dan desa Talumopatu dengan jumlah responden masing-masing 9 responden. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa faktor penyebab utama terjadinya dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa yaitu kontak dengan bahan alergen dan riwayat alergi melalui kontak ke kulit pada saat aktivitas sehari-hari. Berdasarkan pengamatan peneliti, dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa timbul akibat bersentuhan dengan bahan kontak, dan riwayat alergi dari responden. Faktor faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini juga sebagian besar berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa yaitu seperti faktor lama kontak. Maka menurut asumsi peneliti bahwa kejadian dermatitis kontak alergi dan tidak dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa, terjadi akibat ketidak hati-hatian responden dalam memilih produk baik kecantikan maupun produk pembersih yang cocok untuk jenis kulitnya dan memilih produk makanan yang cocok untuk dirinya, serta faktor-faktor lain yang mendukung untuk terjadinya dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa. Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Dermatitis Kontak Alergi. a. Bahan Kimia/Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara bahan kimia/kontak dengan kejadian dermatitis kontak alergi, dengan Pvalue sebesar 0,009. Hasil penelitian ini belum ada yang meneliti sebelumnya. Hasil wawancara dengan 4 responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi tetapi pernah bersentuhan dengan bahan kimia/kontak. Hal tersebut dikarenakan 4 responden tersebut, memiliki riwayat alergi terhadap makanan seperti udang, ikan putih dan telur. Hasil wawancara juga dengan responden di Puskesmas Tapa, para responden tersebut mengatakan mereka pernah bersentuhan dengan bahan kimia/kontak dan peneliti lihat memang sesuai dengan lokasinya. Salah satunya seperti pada An. A.S dan An. A.T orang tuanya mengatakan mereka bersentuhan dengan produk sabun mandi, dan peneliti juga melihat memang pada tubuhnya merah-merah. Pada Ny. I.G, Ny.I.G mengatakan bahwa ia pernah bersentuhan dengan sabun cuci baju, terlihat dari jari-jari tangannya yang merah dan ada bula. Maka menurut asumsi peneliti bahwa sensitivitas kulit terhadap bahan-bahan kimia/kontak yang terjadi pada responden dan kemampuan untuk sembuh kembali yang terjadi pada responden berbeda-beda pada setiap responden. Hal tersebut disebabkan karena keparahan gangguan kulit yang diukur dari kualitas kulit, jenis bahan iritan atau alergen, usaha pencegahan, dan pengobatan tiap responeden. Oleh sebab itu sebaiknya para responden di Puskesmas Tapa lebih berhati-hati dalam memilih produk kecantikan dan memilih bahan kimia/kontak yang cocok dengan kondisi kulitnya masing-masing. b. Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak alergi, dengan nilai Pvalue sebesar 0,026. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Febria Suryani (2011), pada pekerja bagian Processing dan Filling di PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan, di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya hubungan bermakna antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,020. Dan juga sejalan oleh penelitian Adila Afifah (2012), pada karyawan Binatu Ungaran Semarang, di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya hubungan bermakna antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,010. Berdasarkan hasil penjelasan dari tabel 4.8, menunjukkan responden yang sering bersentuhan dengan bahan kimia/kontak dengan waktu 8 jam/hari yaitu maka cenderung lebih banyak menderita dermatitis kontak alergi, dibandingkan dengan responden yang bersentuhan > 8 Jam/hari. Menurut asumsi peneliti, bahwa lama kontak dapat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak alergi sesuai dengan teori. Namun mengapa lebih banyak pada lama kontak 8 jam /hari, hal ini bisa terjadi karena pada saat bersentuhan dengan bahan kimia/kontak kondisi tubuh dalam keadaan lemah (sistem imun menurun) dan kondisi kulit yang sensitif, serta didukung oleh kondisi lingkungan yang buruk sehingga memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis kontak alergi. Khusus untuk para pekerja disarankan agar dapat membatasi jumlah dan lama kontak. Misalnya seperti upaya pengendalian lama kontak menurut Agius R, 2006 dengan bahan kimia dengan

11 menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational Exposure Limits (OELs) atau Threshold Limit Values (TLVs) yang dapat diterapkan bagi pekerja yang melakukan kontak dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per hari. Dan pembilasan langsung pada bagian tubuh yang tersentuh dengan bahan kimia/kontak, serta perkuat sistem imun kita. c. Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak alergi, dengan nilai Pvalue sebesar 0,216. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Febria Suryani (2011), pada pekerja bagian Processing dan Filling di PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan, di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,094. Berdasarkan penjelasan dari tabel 4.9 terlihat bahwa responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi lebih banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan perolehan yaitu laki-laki sebesar 9,4% (5 dari 53 responden) dan perempuan sebesar 3,8% (2 dari 53 responden). Sedangkan responden yang menderita dermatitis kontak alergi lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan perolehan yaitu laki-laki sebesar 32,1% (22 dari 53 responden) dan perempuan sebesar 54,7% (31 dari 53 responden). Hal tersebut karena perempuan lebih rentan beresiko terkena penyakit dermatitis sebab kulit perempuan lebih tipis, lebih sedikit memiliki bulu dan lebih sedikit memproduksi kelenjar keringat sehingga kulit perempuan lebih kering dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian ini serupa dengan teori bahwa perempuan lebih banyak menderita dermatitis kontak alergi dibandingankan dengan laki-laki dengan perolehan yaitu laki-laki sebesar 32,1% (22 dari 53 responden) dan perempuan sebesar 54,7% (31 dari 53 responden). Namun hasil statistik tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan dermatitis kontak alergi, hal tersebut dapat terjadi karena dikaitkan juga dengan kejadian dermatitis yaitu perbandingan antara tidak dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak alergi, selain itu responden yang datang berobat di Puskesmas Tapa jumlah yang menderita dermatitis kontak alergi antara laki-laki dan perempuan hanya selisih 11 responden (16,2%) saja dari 46 responden (100%). Hasil wawancara dengan para responden, bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan kebanyakan yang menderita dermatitis kontak alergi karena alergi terhadap sabun cuci baju maupun piring, alergi terhadap perhiasan, dan untuk anak-anak perempuan alergi terhadap makanan seperti mie, kacang, dan jajanan. Menurut asumsi peneliti disarankan baik untuk laki-laki maupun perempuan agar hati-hati dalam memilih produk kecantikan, dan mengkonsumsi makanan. Khusus untuk perempuan pilihlah pelembab tubuh atau lotion yang cocok dengan kondisi kulitnya masing-masing, sehingga fungsi lotion dapat melembabkan kulit perempuan yang berdasarkan teori lebih kering dibandingkan laki-laki. d. Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak alergi, dengan nilai Pvalue sebesar 0,004. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Febria Suryani (2011), pada pekerja bagian Processing dan Filling di PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan, di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya hubungan bermakna antara usia dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,006. Dan dari penelitian Ari Suwondo (2011), pada pekerja industri textil di Jepara di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya hubungan bermakna antara usia dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,025. Pada penelitian ini peneliti membagi kategori usia menjadi 5 kategori Menurut Depkes RI (2009), Pengelompokkan kategori usia ini bertujuan agar memudahkan dalam menentukkan usia manakah yang lebih rentan terhadap penyakit dermatitis kontak alergi. Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa dari lima kategori usia tersebut, usia yang paling banyak menderita dermatitis kontak alergi terbanyak ada pada usia balita yaitu sebanyak 28,3% (15 dari 53 responden). Usia balita terendah yang datang berobat di Puskesmas Tapa yaitu usia 3 bulan. Kemudian kategori usia selanjutnya terbanyak kedua yaitu pada usia lansia yaitu sebanyak 24,5% (13 dari 53 responden) dan selanjutnya usia terbanyak pada usia dewasa yaitu 18,9% (10 dari 53 responden). Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa dari lima kategori usia tersebut usia yang terbanyak tidak menderita dermatitis ada pada kategori usia balita juga yaitu sebanyak 16,7% (3 dari 7 responden). Dari hasil wawancara dengan responden yang tidak menderita dermatitis kontak alergi tersebut ternyata responden pada kategori usia balita dua responden memiliki riwayat alergi dan satu responden lagi pernah

12 bersentuhan dengan bahan kimia/kontak. Dari hasil diagnosa dokter juga diketahui dua responden menderita herpes dan satu responden menderita dermatitis kontak iritan. Berdasarkan tabel 4.10 juga terlihat bahwa hasil terendah yang menderita dermatitis kontak alergi yaitu pada masa anak dan remaja. Hal ini disebabkan karenakan pada masa anak-anak dan masa remaja pertumbuhan struktur kulitnya sudah sempurna dibandingkan masa balita, struktur kulitnya juga sudah kuat, ikatan antar selnya lebih kuat dan fungsi kulitpun juga sudah bekerja dengan baik khususnya pada masa remaja yaitu kelenjar keringat apokrin sudah aktif dan menghasilkan keringat yang dapat melembabkan kulit agar tidak kering sehingga kulitpun tidak rentan terhadap penyakit kulit. Menurut asumsi peneliti, bahwa dari sebagian besar responden yang datang berobat di Puskesmas Tapa ternyata usia balitalah yang paling banyak menderita dari pada kateori usia lainnya. Perlu diperhatikan bahwa balita bukan manusia kecil. Dibutuhkan pengetahuan khusus tentang perawatan kulit untuk balita yang tentunya mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan manusia dewasa. Maka disarankan untuk perawatan kulit pada balita dengan cara mencegah atau mengurangi alergen tersebut. Karena ternyata alergen masih menduduki peringkat tinggi sebagai penyebab kelainan pada kulit balita. Hal ini dikarenakan lapisan kulit pada balita yang belum sempurna serta dari kekebalan imun yang belum sempurna juga. Jadi untuk para orang tua agar lebih memperhatikan produk-produk yang menjadi penyebab alergen pada anaknya baik produk makanan, minuman/susu, peralatan mandi seperti sabun, sampo, bedak, dan krim. Untuk menghindari atau menghentikan pemakaian produk tersebut, maka segera konsultasikan pada ahli kesehatan terdekat. e. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergi Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian dermatitis kontak alergi, dengan nilai Pvalue sebesar 0,000. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Adila Afifah (2012), pada karyawan Binatu Ungaran Semarang, di mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa adanya hubungan bermakna antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak dengan nilai Pvalue sebesar 0,035. Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa memang sangat tinggi perolehan yang menderita dermatitis kontak alergi dan memiliki riwayat alergi di Puskesmas Tapa yaitu sebanyak 37 responden dari 53 responden. Dari hasil wawancara dengan responden paling banyak memiliki riwayat alergi terhadap kosmetik, sabun cuci dan makanan. Riwayat alergi makanan pada anak-anak karena jajanan, susu, telur dan ikan, sedangkan pada orang dewasa riwayat alergi makanan karena telur, ikan, mie, kacang, dan udang. Berdasarkan tabel 4.11 juga terlihat bahwa terdapat 69,2% (9 dari 13 responden ) menderita dermatitis kontak alergi tetapi tidak memiliki riwayat alergi. Dari observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan, hal ini disebabkan karena 9 responden ini pernah bersentuhan dengan bahan kimia/kontak, dan bersentuhan dengan lama kontak 8 jam/hari dan >8 jam/hari, serta ditambah lagi dari segi aspek pekerjaan yang buruk dalam hal ini tempat pekerjaan yang memang sehari-harinya erat sekali dengan bahan kimia/kontak (pekerja penambang emas, penambang pasir, dan tukang cuci baju). Menurut asumsi peneliti bahwa dari sebagian besar responden yang datang berobat di Puskesmas Tapa ternyata yang berpengaruh besar dari riwayat alergi yaitu karena responden memiliki alergi terhadap makanan. Hal ini dikarenakan saat pertama kali responden memakan makanan penyebab alergi, sistem kekebalan tubuh responden merespon dengan membuat IgE. IgE dalam hal ini bertindak seperti penanda molekul makanan penyebab alergi (alergen). Ketika responden memakan makanan itu lagi, tubuh akan mengeluarkan antibodi IgE dan bahan kimia lainnya, termasuk histamin, untuk mengusir protein musuh dari tubuh Anda. Histamin adalah bahan kimia kuat yang dapat mempengaruhi sistem pernafasan, saluran pencernaan, kulit, atau sistem kardiovaskular. Sebagai akibat respon ini, gejala alergi makanan terjadi. Oleh karena itu disarankan untuk para responden agar mengurangi atau menghindari faktor alergen dalam hal ini makanan seperti ikan, telur, mie, kacang, udang. Atau memakan makanan penyebab alergen disaat kondisi tubuh dalam keadaan fit (sistem imun kuat). Serta gunakan alat pelindung diri yang sesuai pada saat bekerja di tempat kerja yang memang bersentuhan dengan bahan kimia/kontak, jika memang terlanjur terkena maka segera bilas/cuci dengan air yang bersih. KETERBATASAN PENELITI Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan peneliti yaitu : 1. Pemeriksaan kejadian dermatitis kontak alergi hanya dilihat secara umum dari gejala-gejala dan pemeriksaan fisik serta hasil diagnosa dari dokter umum, tanpa menggunakan uji tempel untuk memperkuat hasil. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemeriksaan uji tempel dan dokter spesialis kulit di tempat lokasi penelitian serta keterbatasan biaya.

13 2. Peneliti hanya menganalisis beberapa bahan kontak/kimia secara umum yang sering digunakan responden dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, tanpa mengetahui kandungan yang terkandung dari bahan kontak/kimia tersebut. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti untuk mendapatkan sampel produk bahan kontak/kimia yang digunakan serta keterbatasan dari segi waktu dan biaya. 3. Hasil peneliti sangat dipengaruhi oleh kejujuran respon dalam menjawab pertanyaan -pertanyaan setiap variabel. SIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Teridentifikasi kejadian dermatitis kontak alergi sebanyak 46 responden (86,8%) dari total 53 responden. 2. Teridentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak alergi yaitu faktor bahan kimia/kontak dengan Pvalue 0,009, faktor lama kontak dengan Pvalue 0,026, faktor usia dengan Pvalue 0,004, dan faktor riwayat alergi dengan Pvalue 0,000. SARAN Untuk mengurangi angka kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tapa Kabupaten Bone Bolango, maka masukannya adalah sebagai berikut: 1. Saran Bagi Pihak Pasien (Responden) a. Pasien DKA sebaiknya menghindari faktor pencetus seperti dari bahan kimia/kontak (kosmetik, sabun cuci, obat-obatan, perhiasan), dan makanan (telur, ikan, udang, mie, kacang), serta mendengarkan saran-saran yang diperintahkan dokter agar kejadian tidak terulang kembali. b. Pasien sebaiknya segera memeriksakan atau konsultasi pada ahli kesehatan jika sudah mengalami gejala-gejala awal yang timbul agar dapat segera mendapatkan pengobatan dan tidak menimbulkan bekas luka. c. Khusus untuk orang tua yang memiliki anak, jika anak sudah mengalami gejala-gejala awal DKA yang timbul agar dapat segera memeriksakan atau konsultasi pada ahli kesehatan dan jika anak tidak cocok terhadap produk tertentu baik susu, makanan, maupun peralatan mandi maka hentikan menggunakan produk tersebut. 2. Saran Bagi Pihak Puskesmas Tapa a. Memberikan penyuluhan kesehatan kulit kepada masyarakat sekitar. b. Pemeriksaan dilengkapi dengan uji tempel agar memperkuat diagnosa dan dapat diketahui penyebab jelasnya. c. Mendatangkan dokter spesialis kulit di Puskesmas Tapa karena pasien yang menderita gangguan kulit jumlahnya banyak. 3. Saran Bagi Pihak Peneliti Selanjutnya a. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melakukan uji tempel untuk memperkuat diagnosa tentang dermatitis kontak alergi. b. Diagnosa kejadian dermatitis kontak alergi sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis kulit. c. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang belum diteliti pada penelitian ini. d. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melakukan penelitian yang dapat mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak alergi agar dapat berkurang di Puskesmas Tapa ini. e. Saran Bagi Jurusan Keperawatan dan Ilmu Kesehatan 4. Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan bagi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan khususnya Prodi Ilmu Keperawatan dalam meningkatkan ilmu mahasiswa keperawatan dibidang kesehatan kulit khususnya tentang dermatitis kontak alergi.

14 DAFTAR RUJUKAN Afifah, Adilah Faktorfaktor yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada karyawan binatu. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Agius R Occupational Exposure and its Limit, Practical Occupational Medicine. Diakses 3 Maret Bimo, Suseno Analisis Chi Square. tanggal 30 Januari Cahyono A Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo: Data Penderita Dermatitis Kontak Alergi SD TRIWULAN III tahun Gorontalo. Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango: Data Data Penderita Dermatitis Kontak Alergi tahun Gorontalo. Data Puskesmas Tapa: Data Penderita Dermatitis Kontak Alergi tahun Gorontalo. : Data Penderita Dermatitis Kontak Alergi tahun Gorontalo. : Data Penderita Dermatitis Kontak Alergi tahun Gorontalo. Djuanda Adhi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Graham, Robin dkk Lecture Note: Kedokteran Klinis Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Hetharia, Rospa. 2009, Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen, Jakarta: TIM. Hudyono J Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November Lagsana, M.D, Louis. 2009, Kapita Selekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru, Tangerang: Binarupa Aksara. Putra, B. I Penyakit Kulit Akibat Kerja Kosmetik. Universitas Sumatra Utara. Putra, Sitiatava Rizema Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Yokyakarta: D-Medika. Riyanto, Agus Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan Dilengkapi Contoh Kuesioner dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika. Rubenstein, David,dkk Lecture Note: Kedokteran Klinis Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Salma, Alergi Makanan. Majalah Kesehatan.com. Sawitto, Makalah lengkap dermatitis.com. Sunjoyo, dkk Aplikasi SPSS untuk SMART Riset. Bandung: Alfabeta. Setiadi Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yokyakarta: Graha Ilmu. Suryani, Febria. 2011, Faktorfaktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja bagian prosesing dan filing pt. cosmar Indonesia tangerang selata,.skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

15 Susanto, R. Clevere dan Ari, M. GA Made. 2013, Penyakit Kulit dan Kelamin, Yokyakarta: Nuha Medika. Taylor S. sood A Occupational Skin Discases In: Fritzpatricks et al, editors Dermatology In General Medicine 6 th ed. New York: Mc. Graw Hill Book Co. Tranggono, Retno I.S Buku Pegangan Ilmu Pengrtahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan

BAB I PENDAHULUAN. klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papula, vesikel, skuama) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis adalah peradangan kulit pada epidermis dan dermis sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan gejala klinis berupa efloresensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap ahli kesehatan khususnya dokter seharusnya sudah mengetahui mengenai dermatitis. Beberapa penelitian tentang dermatitis telah dilakukan sehingga meningkatkan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 5 TAHUN DI TK KARTINI DESA TOTO SELATAN KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MELISRIAWATI GANI (NIM.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE, USIA, DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS DI PUSKESMAS GLOBAL TIBAWA KABUPATEN GORONTALO Farni Djamalu, Zuhriana K. Yusuf, Ahmad Aswad 1 Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GLOBAL TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh SRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City

Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City Factors that Corelation to The Incidence of Occupational Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar Lampung City ` Mariz DR, Hamzah SM, Wintoko R Faculty of Medicine Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan dimana kulit mengalami

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; Undang-undang dasar tentang kesehatan no.

DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; Undang-undang dasar tentang kesehatan no. DAFTAR PUSTAKA 1. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC; 2004. 2. Undang-undang dasar tentang kesehatan no. 23 tahun 2009 pasal 165. 3. Bemandir. Dermatosis pada pekerja balai

Lebih terperinci

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Persetujuan Pembimbing Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Oleh PURNAWATI DAI (NIM. 841410148, Jurusan Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 Berta Afriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian ini diberikan kuesioner ISAAC tahap 1 diberikan kepada 143 anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan kuesioner yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu studi observasional mencari hubungan antara variabel bebas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dermatitis Kontak Alergika (DKA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang ada dalam keadaan akut atau subakut, ditandai dengan rasa gatal, eritema, disertai

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Rahayu Nento 1. Ns. Rini Fahriani Zees, S.Kep, Ns.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah tersebut adalah dermatitis kontak akibat kerja. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan peningkatkan perkembangan industri dan perubahan di bidang pembangunan secara umum di dunia, terjadi perubahan dalam pembangunan baik dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit akibat kerja merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Penyakit akibat kerja biasanya terdapat di daerah industri, pertanian

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Oleh ROSTIN GALOMAT (NIM. 841 410 062, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014 PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014 Oleh : Tri Alfionita Pontoh Nim: 841410134 Telah di periksa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN BINATU JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN BINATU JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA KARYAWAN BINATU JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana strata-1

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan ABSTRAK

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG Irma Puspita Puji Astuti, Intan Silviana M, SKM, MPH Abstrak Penyakit diare

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukanoleh : DIAH RIFQI SUSANTI J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (SARUNG TANGAN) TERHADAP PENURUNAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA BAGIAN PENYELESAIAN AKHIR DI CV. RODA JATI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( ) ABSTRAK Nurlaila Kai, 2015. Perbedaan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-6 Bulan yang diberi Asi Eksklusif dengan yang diberi MP-ASI di Desa Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO Oleh SRI OKTAVIANTI ISMAIL NIM. 841 411 028 Telah diperiksa dan disetujui

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA Arlyana Hikmanti 1, Fauziah Hanum Nur Adriani 2 STIKES Harapan Bangsa Purwokerto email : arlyana_0610@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatitis atopik atau gatal-gatal masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak-anak karena sifatnya yang kronik residif sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil. meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai dalam melaksanakan pembangunan nasional telah berhasil meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan ada sekitar 2,34 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka dalam bulan-bulan pertama. Kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Mahar Ranum Ayuningtyas 1 Abdul Muhith 2 * ) Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2) HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN BERISIKO GASTRITIS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA WANITA USIA 20-44 TAHUN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS CILEMBANG TAHUN 2012 Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes

Lebih terperinci

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

SUMMARY ABSTRAK BAB 1 SUMMARY ABSTRAK Sri Rahmawati, 2013. Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Dengan Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa. Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan data primer dari semua pemulung di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja mempunyai maksud memberikan perlindungan terhadap pekerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercantum dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan mengambil tempat ini karena selama 3 tahun terakhir

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 11 KOTA GORONTALO

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 11 KOTA GORONTALO HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 11 KOTA GORONTALO Hera, Rany Hiola, Abd. Wahab Pakaya 1 Jurusan Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo hera.mohamad@ymail.com

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA AKSES PEMANFAATAN PUSKESMAS PONELO KEPULAUAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA FENTRIYATI GUSASI

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA AKSES PEMANFAATAN PUSKESMAS PONELO KEPULAUAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA FENTRIYATI GUSASI ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA AKSES PEMANFAATAN PUSKESMAS PONELO KEPULAUAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA (dibimbing oleh Andi Arnoli dan Irwan) FENTRIYATI GUSASI Puskesmas adalah salah satu alternatif utama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PENGGUNAAN DIAPER PADA ANAK USIA TODDLER (Suatu Penelitian Di Taman Kanak-Kanak PAUD Kecamatan Tilong Kabila

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL Oleh NOVITA SRI RAHAYU USMAN (NIM. 841 410 045, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep VARIABEL BEBAS Konsumsi Minuman Beralkohol Frekuensi konsumsi minuman beralkohol Banyaknya konsumsi minuman beralkohol VARIABEL TERIKAT Kejadian Obesitas Abdominal

Lebih terperinci

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN : Vol. Nomor Januari Jurnal Medika Respati ISSN : 97-7 HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK USIA 6 TAHUN DI PUSKESMAS RAWAT INAP WAIRASA SUMBA TENGAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH KHAIRUNNISAK Mahasiswi D-III Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Dan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Dan rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Dan rancangan penelitian dengan menggunakan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016 terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan menyebarkan kuesioner terhadap

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi balita dengan kejadian

Lebih terperinci

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM : SUMMARY HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TILOTE KECAMATAN TILANGOKABUPATEN GORONTALO Jihan S. Nur NIM : 841 409 024 Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT Devi Shintana O S* Cholina Trisa Siregar** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Staf Pengajar Departemen

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap (G2) Bedah RSUD Prof. DR. Aloei Saboe kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang   ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK ORIGINAL RESEARCH HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK Ns. Yenni Lukita, S.Kep 1, Suhardi 2 1 Dosen STIK Muhammadiyah Pontianak 2 Mahasiswa STIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 tahun 2008, rumah sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai bahaya potensial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya

Lebih terperinci