DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT"

Transkripsi

1 PERBEDAAN KONSENTRASI LARUTAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SEBAGAI DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA TOTAL KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ABSTRACT Rida Widiawati Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung The hospital is the risk place where the nosocomial infection might happen. The factor of hospital environment in decreasing the case of nosocomial infection is desinfection toward the floor in the hospital. Based on Kepmenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 about the healthy regulation of hospital environment for the nursing room is 5-10 CFU/cm 2. The lime has the higher microbial activity than the plants that has atsiri oil. The lime has also has the citric acid that used as the prevention of mildewand bacteria appearance, as the preservative and antiseptic. This research is kind of experimental research by using pre and post design method,the population is the whole of numerous germ on the floor in 3rd class children nursing room in the public hospital Al- Ihsan, to find out the difference of the lime concentrate in decreasing the number of germs on the floor there. The result shows that the lime solvent 25% concentrate has the activity about 37,783 while the number of germs are 37,78 coloni/cm 2, the lime solvent concentrate 30% has the activity about 21,550 while the number of germs are 21,55 coloni/cm 2, the lime solvent concentrate 35% has the activity about 12,650 while the number of germs are 12,54 coloni/cm 2.The increasing of lime solvent concentrate that used is invented with the increasing of the effectivity in minimizing the pathogen germ. The research recommended that it needs more research about cleaning activity either on the hospital floor or in the hospital environment generally, so that the number of germs on the floor might keep in standard. Keywords :lime concentrate, the number of germs, swab floor.

2 PENDAHULUAN Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke rumah sakit atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada setiap ruangan di rumah Sakit terutama ruang perawatan medis. Angka kejadian infeksi nosokomial secara umum di dunia cukup tinggi yaitu 7,1 % per tahun atau dari 190 juta pasien yang dirawat. Angka kematian akibat infeksi nosokomial ini juga cukup tinggi yaitu 1 juta per tahunnya. Survey yang dilakukan WHO tahun 2010 terhadap 28 rumah sakit di Amerika dan Eropa menunjukkan insiden infeksi nosokomial 13 s.d 20 kejadian dari 1000 hari pasien di rawat dengan rincian 83 % pasien dengan infeksi VAP, 97 % infeksi saluran kemih, 81 % infeksi aliran darah perifer/plebitis (WHO, 2011). Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16 % dengan rata-rata 9,8 %. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (Nihi, 2011) Berdasarkan data laporan infeksi nosokomial di instalasi rawat inap RSUD Al Ihsan periode Januari s.d Desember 2012 angka kejadian infeksi di instalasi rawat inap RSUD Al-Ihsan infeksi aliran darah primer ruang Zaitun II Bedah 57,6 %, Zaitun I 0,7 %, Zaitun III Kebidanan 31,8 %, Zumar 1,3 %. Berdasarkan standar pelayanan minimal Depkes secara umum untuk kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit adalah 1.5% (Depkes, 2008). Salah satu faktor lingkungan Rumah Sakit yang harus diperhatikan dalam rangka upaya menurunkan kasus infeksi nosokomial adalah desinfeksi terhadap seluruh aspek pelayanan pasien termasuk lantai rumah sakit. Desinfeksi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam desinfektan kimia seperti lysol, kresol, fenol. Namun permasalahan dalam penggunaan desinfektan tersebut adalah harga yang cukup mahal, selain itu menggunakan desinfektan kimia terkadang meninggalkan bau yang sangat tidak nyaman, juga ada yang berbahaya terhadap kulit Dewasa ini banyak dikembangkan penelitian mengenai penggunaan desinfektan yang berasal dari alam, karena selain lebih ekonomis juga mudah didapatkan. Salah satu alternatif desinfektan yang digunakan adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri diantaranya adalah cengkeh, daun sirih, kunyit, lengkuas, pala dan jeruk nipis. Jeruk nipis memiliki aktivitas mikrobial yang tinggi dibandingkan dengan tanaman lain yang memiliki kandungan minyak atsiri. Hal ini terlihat dari kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan beberapa bakteri dan jamur. Selain itu ekstrak kasar dari sari buah jeruk nipis mampu menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan gram positif Jeruk nipis juga mengandung asam sitrat yang rasanya asam sekali. Asam Sitrat digunakan sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet dan antiseptik. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimen kuasi berskala yaitu dengan sampel seluruh angka kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan. Persiapan penelitian diperlukan untuk mendukung kegiatan penelitian, dalam hal ini yaitu mempersiapkan Tempat pemeriksaan angka kuman pada lantai di Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, tempat pembuatan larutan jeruk nipis konsentrasi 25%, 30%, 35% di Laboratorium Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Bandung serta pengambilan sampel usap lantai pada lantai Ruang rawat inap anak Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh angka kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan dengan sampel yang diambil adalah total populasi. Sedangkan untuk pengulangan dilakukan 6 kali pengulangan berdasarkan rumus :

3 t (r-1) 15, (1) dimana : t = perlakuan r = pengulangan maka : 3(r-1) 15 3r r 18 r 6 Dalam penelitian ini dilakukan 3 perlakuan yaitu pemberian larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25%, 30%, 35% terhadap lantai ruang rawat inap anak kelas III yang terdiri dari 3 titik pengambilan sampel pada masing-masing konsentrasi yang dijadikan satu sampel dengan metode pengambilan sampel paket. Sedangkan pengulangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan berdasarkan rumus diatas. Pengumpulan data yang dilakukan adalah data primer melalui pengukuran dengan 3 perlakuan dan 6 kali pengulangan. Data data yang diperoleh dari hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik antara lain dengan analisis varian dengan perhitungan menggunakan software statistik dengan program SPSS versi 18 for windows. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji distribusi normal, uji annova one way, dan uji post hoc. Hipotesa penelitian (Ho) adalah : Diduga ada perbedaan berbagai konsentrasi larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dalam menurunkan angka total kuman pada lantai ruang perawatan Rumah Sakit. HASIL Hasil Pengukuran Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sebelum dan Sesudah Perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Anak RSUD Al-Ihsan Sebelum dan Setelah Diberikan Perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis Pengu lang An Sebe lum per lakuan (koloni/ cm 2 ) Angka Total Kuman Setelah diberikan perlakuan dengan Larutan jeruk Nipis 25 % (koloni /cm 2 ) 30% (koloni/ cm 2 ) 35% (koloni/ cm 2 ) , ,7 2 66,7 26,7 13, ,3 26,7 13,3 4 53,3 26,7 13,3 9,3 5 66, ,7 13,3 6 53,3 26,7 9,3 5,3 Rata-rata 66,67 37,78 21,55 12,65 Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui rata-rata angka total kuman pada lantai ruang rawat inap rumah sakit sebelum diberi perlakuan sebesar 66,67 koloni/cm 2 luas permukaan lantai, sedangkan rata-rata angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 37,78 koloni/cm 2 luas permukaan lantai, rata-rata angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 30% sebesar 21,55 koloni/cm 2 luas permukaan lantai, dan rata-rata angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 35% sebesar 12,65 koloni/cm 2 luas permukaan lantai. Hasil persentase penurunan angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis berikut dituangkan dalam tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Persentase Penurunan Angka Total Kuman pada Lantai Ruang Rawat Inap Anak RSUD Al-Ihsan Setelah diberikan Perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis Angka Total Kuman Pengu lang an Sebelu m perlaku an Setelah perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis Penur unan 25% (%) Penur unan 30% (%) Penur unan 35% (%) , ,6

4 2 66, ,4 66,6 83,4 4 53,3 49, ,5 5 66, ,3 49,9 82,5 90 Rata-rata 44,4 69,02 81,7 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat persentase rata-rata penurunan angka total kuman pada lantai ruang rawat inap rumah sakit setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 44,4%, persentase rata-rata penurunan angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 30% sebesar 69,02%, dan persentase rata-rata penurunan angka total kuman dengan larutan jeruk nipis 35% sebesar 81,7%. PEMBAHASAN Angka kuman atau atau angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen atau non pathogen menurut pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa, kemudian dihitung berdasarkan lempeng dasar untuk standart test terhadap bakteri (M.Maurer dalam Witantyo, 2011). Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa batas maksimum angka kuman pada lantai ruang perawatan rumah sakit yaitu 5-10 CFU/cm 2. Penurunan angka total kuman pada lantai ruang rawat inap anak kelas III diperoleh dari rata-rata angka total kuman setelah diberikan perlakuan dengan larutan jeruk nipis dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini. Gambar 4.1 Penurunan Angka Total Kuman pada Lantai Setelah Perlakuan dengan Larutan Jeruk Nipis Perlakuan dengan larutan jeruk nipis pre 25% 30% 35% Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa laju grafik menurun. Semakin tinggi konsentrasi larutan jeruk nipis maka semakin tinggi zat aktif yang terkandung dalam larutan jeruk nipis sehingga rata-rata angka kuman pada lantai menjadi menurun, hal ini disebabkan karena dalam larutan jeruk nipis terkandung zat seperti minyak atsiri, asam sitrat yang memiliki kemampuan sebagai anti bakteri. Berdasarkan data hasil pengujian analisis hasil Uji Post Hoc (LSD) konsentrasi larutan jeruk nipis 30% dengan 25% diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu (0,022< 0,05). Konsentrasi 35% dengan 25% diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu (0,001< 0,05). Konsentrasi 35% dengan 30% diperoleh nilai P value > 0,05 yaitu (0,182> 0,05).Dengan demikian secara statistik pada α 5% pada konsentrasi Konsentrasi 35% dengan 25%, dan 30% dengan 25% maka (Ho ditolak) terdapat perbedaan yang bermakna larutan jeruk nipis sebagai desinfektan terhadap penurunan angka total kuman pada lantai sedangkan pada konsentrasi 35% dengan 30% maka (Ho diterima) tidak terdapat perbedaan yang bermakna larutan jeruk nipis sebagai desinfektan terhadap penurunan angka total kuman pada lantai. Berdasarkan data hasil pengujian analisis data Hasil Uji Post Hoc (Tukey) diperoleh nilai terbesar 37,633 pada konsentrasi 25% yang artinya pada konsentrasi 25% mempunyai nilai yang paling baik (efektif) dibandingkan dengan konsentrasi 30% dan 35% yang digunakan dalam penelitian. KESIMPULAN

5 1. Angka kuman sebelum diberi perlakuan dengan larutan jeruk nipis sebesar 66,67 koloni/cm 2, sedangkan setelah perlakuan dengan menggunakan larutan jeruk nipis konsentrasi 25% sebesar 37,78 koloni/cm 2 dengan persentase penurunan 44,4% dengan rata-rata penurunan sebesar 28,89 koloni/cm 2. Larutan jeruk nipis konsentrasi 30% sebesar 21,55 koloni/cm 2 dengan persentase penurunan 69,02% dengan ratarata penurunan sebesar 45,12koloni/cm 2 Larutan jeruk nipis konsentrasi 35% sebesar 12,65 koloni/cm 2 dengan persentase penurunan 81,7% dengan rata-rata penurunan sebesar 54,02 koloni/cm Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 25% memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 37,783. Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 30% memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 21,550. Larutan jeruk nipis dengan konsentrasi 35% memiliki efektivitas dalam menurunkan angka total kuman sebesar 12,650. Peningkatan konsentrasi larutan jeruk nipis yang digunakan untuk membersihkan lantai rumah sakit berbanding terbalik dengan peningkatan efektivitas dalam menurunkan angka total kuman SARAN 1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang kegiatan pembersihan lantai rumah sakit maupun lingkungan rumah sakit secara umum sehingga jumlah angka total kuman yang terdapat pada lantai dapat memenuhi standar sesuai dengan Permenkes Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 yaitu sebesar 5-10 koloni/cm 2 sebagai upaya untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ruang lingkup skala lapangan. Hal ini dilakukan dengan menaikan konsentrasi lerutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) agar angka kuman pada lantai dapat memenuhi syarat. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap bagian lain dari tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang mengandung senyawa aktif yang memiliki fungsi sebagai senyawa anti bakteri UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Direktur Politeknik Kesehatan Bandung 2. Ketua Jurusan kesehatan Lingkungan 3. Staff RSUD Al-Ihsan 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Faktor-Faktor yang Mempengeruhi Pertumbuhan Mikroba. Diakses 04 Februari Azwar, A Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan ke-empat. Jakarta : PT.Mutiara Sumber Widya Depkes, RI Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Enda,Fitarosana.2012.Pengaruh Pemberian Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) terhadap Pembentukan Plak Gigi.Diakses tanggal 04 Februari Ernawati.2002.Efektivitas Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) dalam Meminimalisasi Bakteri Patogen di Lantai Rumah Sakit Sufina Aziz Medan.Medan. Diakses 20 Desember Fajar, Ibnu dkk Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Notoatmojo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Palupi, Retno.2005.Efektivitas Beberapa Merk Desinfektan Dalam Menurunkan Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun Diakses Tanggal 5 Februari Panjaitan, Kartini.2012.Perilaku hygiene perawatan dan fasilitas sanitasi Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD

6 Perdagangan Kabupaten Simalungun. Diakses 20 Januari Ratnasari, Pipit.2012.Perbedaan Angka Total Kuman Pada Alat makan yang Dibilas dan Tidak Dibilas dengan Air perasan Jeruk Nipis (Citrus atirantifolia) di Pujasera Warung Panjang Sumedang.Program DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Bandung. Razak, Abdul,dkk.2013.Uji Daya Hambat Air Perasan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.)terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Diakses 4 Februari Said, Nusa Idaman Desinfeksi untuk Pengolahan Air Minum.Diakses 5 Februari Sarwono Khasiat dan Manfaat Jeruk Nipis. Jakarta : Agro Medika Pustaka Ulfah.2012.Uji Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme. Diakses 3 Februari Witantyo, Haris Laporan Praktikum Mikrobiologi.Diakses 5 Juli 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang tertuang di dalam paradigma sehat bahwa Indonesia berupaya di tahun 2010 tercipta Indonesia sehat, maka lingkungan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Cristallica Mogolaingo Safrudin*, Woodford Baren Solaiman Joseph*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies merupakan penyakit pada gigi dan mulut yang tersebar pada masyarakat. 1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Didik Agus Nugroho, Budiyono, Nurjazuli Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU Rosa Dwi Wahyuni Departemen ilmu patologi klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako. Email:

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi GAMBARAN HYGIENE SANITAS PENGOLAHAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT IV KOTA MANADO Inayah Akmalia Waleuru*, Rahayu H. Akili*,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS DOSIS DESINFEKTAN FENOL TERHADAP ANGKA KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO KOTA SEMARANG

EFEKTIVITAS DOSIS DESINFEKTAN FENOL TERHADAP ANGKA KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO KOTA SEMARANG EFEKTIVITAS DOSIS DESINFEKTAN FENOL TERHADAP ANGKA KUMAN PADA LANTAI RUANG RAWAT INAP RSUD TUGUREJO KOTA SEMARANG Ariani*, Onny Setiani**, Tri Joko*** *Kampus Undip Tembalang Jl. Prof. Soedarto, SH, Semarang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN SERBUK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix. DC) TERHADAP PARAMETER ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN SERBUK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix. DC) TERHADAP PARAMETER ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN SERBUK DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix. DC) TERHADAP PARAMETER ANGKA KUMAN PADA PERALATAN MAKAN Sri Ningrum, Munawar Raharja, Rahmawati Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh waktu kontak antiseptik dengan udara luar terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota Yogyakarta ini menggunakan 15 sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Mikroflora yang terkandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. antiseptik yaitu 1 antiseptik dari zona risiko rendah infeksi (ruang administrasi), 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. antiseptik yaitu 1 antiseptik dari zona risiko rendah infeksi (ruang administrasi), 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbandingan efektivitas antiseptik terhadap penempatan di rumah sakit berdasarkan koefisien fenol ini menggunakan 4 antiseptik yaitu 1 antiseptik dari zona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial masih merupakan masalah yang penting bagi kesehatan karena dapat meningkatkan angka kematian dan salah satu komplikasi tersering bagi pasien yang

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jeruk nipis merupakan buah yang sudah dikenal oleh masyarakat untuk berbagai masakan ini memiliki aktivitas antibakteri, berdasarkan penelitian Lee et al (2014) dari

Lebih terperinci

Daya Bunuh Hand Sanitizer Berbahan Aktif Alkohol 59% dalam Kemasan Setelah Penggunaan Berulang terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

Daya Bunuh Hand Sanitizer Berbahan Aktif Alkohol 59% dalam Kemasan Setelah Penggunaan Berulang terhadap Angka Lempeng Total (ALT) Daya Bunuh Hand Sanitizer Berbahan Aktif Alkohol 59% dalam Kemasan Setelah Penggunaan Berulang terhadap Angka Lempeng Total (ALT) Isnaeni Walidah, Bambang Supriyanta, Sujono Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Lebih terperinci

THE EFFECTIVENESS COMPARATION OF ANTISEPTICS BASED ON COEFFICIENT PHENOL BY PLACEMENT IN RSUD YOGYAKARTA

THE EFFECTIVENESS COMPARATION OF ANTISEPTICS BASED ON COEFFICIENT PHENOL BY PLACEMENT IN RSUD YOGYAKARTA THE EFFECTIVENESS COMPARATION OF ANTISEPTICS BASED ON COEFFICIENT PHENOL BY PLACEMENT IN RSUD YOGYAKARTA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTISEPTIK BERDASARKAN KOEFISIEN FENOL MENURUT PENEMPATAN DI RSUD KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan infeksi merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap pembedahan dan dimulai sebelum melakukan tindakan operasi (praoperasi). WHO melaporkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STERILISASI METODE PANAS KERING PADA ALAT MEDIS RUANG PERAWATAN LUKA RUMAH SAKIT Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS

EFEKTIVITAS STERILISASI METODE PANAS KERING PADA ALAT MEDIS RUANG PERAWATAN LUKA RUMAH SAKIT Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS EFEKTIVITAS STERILISASI METODE PANAS KERING PADA ALAT MEDIS RUANG PERAWATAN LUKA RUMAH SAKIT Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS Raudah, Tien Zubaidah, Imam Santoso Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

mampu menghambat pertumbuhan bakteri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek terapeutik untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bagian tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Potter & Perry,

Lebih terperinci

KOEFISIEN FENOL BENZALKONIUM KLORIDA 1,5% DAN PINE OIL 2,5% DALAM LARUTAN PEMBERSIH LANTAI TERHADAP

KOEFISIEN FENOL BENZALKONIUM KLORIDA 1,5% DAN PINE OIL 2,5% DALAM LARUTAN PEMBERSIH LANTAI TERHADAP ABSTRAK KOEFISIEN FENOL BENZALKONIUM KLORIDA 1,5% DAN PINE OIL 2,5% DALAM LARUTAN PEMBERSIH LANTAI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli Lindawaty Valentina, 2012 Pembimbing I : dr. Widura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dahulu yang sudah merasa cukup jika menyantap nasi yang dingin dan agak keras

BAB I PENDAHULUAN. dahulu yang sudah merasa cukup jika menyantap nasi yang dingin dan agak keras BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara penghasil bahan pangan terbesar di dunia. Salah satu bahan pangan tersebut adalah beras. Beras

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA

PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA PENGARUH METODE HAND WASH TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA PERAWAT RUANG RAWAT INAP DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA Setiani Rahmawati, Liena Sofiana Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah P.. Bakteri ini bersifat gram negatif, berbentuk batang dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan infeksi serius dan berdampak merugikan pasien karena harus menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama. Akibatnya, biaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS DARI BEBERAPA ANTISEPTIK SEBAGAI STANDARISASI KERJA CUCI TANGAN DI CSSD-GBPT RSUD DR. SOETOMO

UJI EFEKTIVITAS DARI BEBERAPA ANTISEPTIK SEBAGAI STANDARISASI KERJA CUCI TANGAN DI CSSD-GBPT RSUD DR. SOETOMO UJI EFEKTIVITAS DARI BEBERAPA ANTISEPTIK SEBAGAI STANDARISASI KERJA CUCI TANGAN DI CSSD-GBPT RSUD DR. SOETOMO DENNY WILIYANTO 2443006008 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK UJI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk purut (Citrus hystrix D. C.) merupakan tanaman buah yang banyak ditanam oleh masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan,

Lebih terperinci

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016; ABSTRAK Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Miana (Coleus atropurpureus Benth.) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Streptococcus pyogenes Secara In Vitro Selly Saiya, 2016; Pembimbing I : Widura, dr.,

Lebih terperinci

Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro

Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro Oleh : Cut Nurkalimah 080100254 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon.

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon. ABSTRAK Flora normal rongga mulut yang tidak seimbang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut, salah satu upaya pengendaliannya adalah berkumur dengan larutan baking soda (Sodium bicarbonate). Larutan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memelihara kebersihan tangan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dilakukan karena tangan tidak pernah bebas

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO ABSTRAK EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO Maysella Suhartono Tjeng, 2011 Pembimbing: Yenni Limyati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang menyediakan pelayanan kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan suatu pemenuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PENGATUR KONSENTRASI KAPORIT (Ca(ClO) 2) DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DESINFEKSI PERALATAN MAKAN

PENGGUNAAN ALAT PENGATUR KONSENTRASI KAPORIT (Ca(ClO) 2) DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DESINFEKSI PERALATAN MAKAN PENGGUNAAN ALAT PENGATUR KONSENTRASI KAPORIT (Ca(ClO) 2) DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DESINFEKSI PERALATAN MAKAN Siti Noor A in A fifah Puteri, Rahmawati, Darmiah Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekspirasi yang kuat merupakan salah satu mekanisme perlindungan untuk membersihkan cabang tracheobronchial dari sekret dan benda asing. (Aditiawarman). Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan undang-undang Dasar 1945 disebutkan tujuan nasional bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan dampaknya mempengaruhi terutama pada negara berkembang dan negara yang miskin sumber daya. Infeksi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai unsur pelayanan kepada masyarakat, tentunya dalam penerapan sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis dan teknis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mencegah penyakit infeksi (Levinson, 2008). kesehatan (Barbacane, 2004; Goldman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mencegah penyakit infeksi (Levinson, 2008). kesehatan (Barbacane, 2004; Goldman, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme yang terdapat di permukaan kulit dan di sekeliling lingkungan dapat menyebabkan banyak penyakit infeksi pada manusia. Disinilah peran antiseptik

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 Fitri Mutiasari 1, Indra Chahaya 2, Devi Nuraini Santi 3 1 Program Sarjana FKM USU, Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai bagian lembaga penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional untuk menguji efektivitas antiseptik menurut waktu kontak udara luar berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting karena berkaitan dengan kondisi tubuh manusia. Apabila makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak terjaga kebersihannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai Negara bahari dengan wilayah lautnya mencakup tiga per empat luas Indonesia atau 5,8 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi nasokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk mengetahui status kesehatan pasien yang paling utama. Keluarga pasien mempunyai hak untuk diberitahukan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran saat ini terkait erat dengan kejadian-kejadian infeksi. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-data yang memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2). 16 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana banyak orang ingin mendapatkan perawatan yang baik dan ingin mendapatkan kesembuhan. Penyakit yang semula hanya

Lebih terperinci

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta 63 Perbedaan Efektifitas antara Alkohol 70% dengan Klorin 0,5% terhadap Jumlah Kuman pada Membran Stetoskop Penelitian eksperimental pada membran stetoskop

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( ) GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) PENGARUH LARUTAN DETERGENT DAN LARUTAN KLORIN PADA PROSES PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN METODE TRHEE COMPARTEMENT SINK TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia karena menjadi penyebab kematian dan kecatatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap

Lebih terperinci

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK Slamet Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. 28 Oktober Siantan Hulu, Pontianak Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang (volatile oils) yang merupakan ekstrak alami dari berbagai jenis tumbuhan (Gunawan, 2009).

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu kualitas makanan yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013

Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013 Gambaran Bakteri Patogen Gram Positif Dan Gram Negatif Di Ruang Operasi Bedah Central RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2013 Marhamah, Suroso Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK Eka Septiarini, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: septiarinieka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya dinegara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI DISINFEKTAN UNTUK MENURUNKAN ANGKA KUMAN DINDING DI RUANG LABORATORIUM

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI DISINFEKTAN UNTUK MENURUNKAN ANGKA KUMAN DINDING DI RUANG LABORATORIUM PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) SEBAGAI DISINFEKTAN UNTUK MENURUNKAN ANGKA KUMAN DINDING DI RUANG LABORATORIUM Tri Wiji Wastiti*, Sri Muryani**, Indah Werdiningsih** * JKL Poltekkes

Lebih terperinci

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKA KUMAN UDARA DAN LANTAI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1 Windi Wulandari, 2 Adi Heru Sutomo, dan 3 Susi Iravati Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada kulit (Jawetz et al., 2005). Bakteri dapat masuk ke dalam tubuh

Lebih terperinci

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN RUMAH MAKAN DI PASAR PINASUNGKULAN KOTA MANADO Muhammad Ichsan Hadiansyah*, Franckie. R. R. Maramis*, Dina V. Rombot* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman

Lebih terperinci

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I. Oleh: FITRI MUTIASARI NIM.

ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I. Oleh: FITRI MUTIASARI NIM. ANALISA KANDUNGAN MIKROORGANISME PADA RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2013 S K R I P S I Oleh: FITRI MUTIASARI NIM. 081000285 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT EFFECT OF SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP) SOCIALIZATION TO KNOWLEDGE ON SANITATION HYGIENE OF FOOD PROCESSING STAFF AT NUTRITION INSTALLATION OF PROF. DR. W. Z JOHANES HOSPITAL KUPANG Cindy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN CAMPURAN AIR PANAS DENGAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) DAN AIR PANAS DALAM MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI Staphylococcusaureus YANG TERDAPAT PADA PAKAIAN BEKAS PADA PASAR TRADISIONALPERUMNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

Lebih terperinci