IMPLEMENTASI CITES DI INDONESIA: TANTANGAN DAN PELUANG DALAM PENGELOLAAN HIU DAN PARI

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI CITES DI INDONESIA: TANTANGAN DAN PELUANG DALAM PENGELOLAAN HIU DAN PARI"

Liani Salim
6 tahun lalu
Tontonan:

2 IMPLEMENTASI CITES DI INDONESIA: TANTANGAN DAN PELUANG DALAM PENGELOLAAN HIU DAN PARI SJupiter Efin Muttaqin, Sarminto Hadi Hollie Booth Benaya M Simeon Muhammad Ichsan Sofie Mardiah

3 OUTLINE 1. PENDAHULUAN: CITES: APA DAN BAGAIMANA? 2. STRUKTUR CITES DI INDONESIA 3. STATUS HIU DAN PARI 4. APPENDIX 2 5. KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN 6. TANTANGAN DAN PELUANG

4 PENDAHULUAN: CITES: APA DAN BAGAIMANA? CITES merupakan konvensi internasional berkaitan dengan akitifitas perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar yang bertujuan upaya perlindungan dan pemanfaatan spesies yang berkelanjutan. Indonesia telah mengesahkan CITES pada tanggal 15 Desember 1978 melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun Lingkup pengaturan: perdagangan internasional yang meliputi eksport, import, re eksport, introduksi dari laut. Objeknya adalah: hewan dan tumbuhan, hidup atau mati, dan atau bagian tubuh dan turunannya.

5 STRUKTUR CITES DI INDONESIA

6 STRUKTUR CITES DI INDONESIA Scientific Authority (otorita keilmuan) Indonesia : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Management Authority (Otorita pengelola) Indonesia: - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. - Kementerian Kelautan dan Perikanan* (dalam proses untuk MA CITES Marine species.

7 STATUS HIU DAN PARI Indonesia merupakan kontributor terbesar untuk perikanan hiu (13% perikanan global). Kontributor utama lainnya: Spanyol 9%; India 8%; sisanya tidak signifikan. Peringkat ke 3 pengekspor sirip hiu terbesar di dunia. Dan peringkat ke 7 pengimport sirip hiu di dunia.

8 STATUS HIU DAN PARI

9 APPENDIX 2 Seluruh jenis yang walaupun saat ini tidak terancam punah kemungkinan bisa menjadi terancam kecuali jika perdagangan spesimen dari jenis tersebut diatur dengan ketat dalam rangka menghindari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kelangsungan hidup mereka. Semua eksport spesies appendix 2 memerlukan ijin ekspor, dimana izin ekspor dikeluarkan dengan syarat-syarat perdagangan tidak akan membahayakan populasi (Non Detrimental. Melakukan monitoring ekspor jenis jenis tersebut.

10 KEBIJAKAN TERKAIT HIU DAN PARI NO NAMA ILMIAH NAMA UMUM APPENDIKS REGULASI NASIONAL 1 Pristis spp Sawfish I Perlindunga penuh (PP No. 7 tahun 1999) 2 Rhincodon typus Whale sharks II Perlindunga penuh (Permen KP No 18 tahun 2013) 3 Cetorhinus maximus Basking sharks II _ 4 Carcharhodon carcharias* Great white sharks II _ 5 Carcharhinus longimanus Oceanic whitetip II Larangan ekspor (Permen KP No 5 tahun 2018) 6 Sphyrna lewini Hammerhead sharks II Larangan ekspor (Permen KP No 5 tahun 2018) 7 Sphyrna mokarran Hammerhead sharks II Larangan ekspor (Permen KP No 5 tahun 2018) 8 Sphyrna zygaena Hammerhead sharks II Larangan ekspor (Permen KP No 5 tahun 2018) 9 Lamna nasus* Mackerel sharks II - 10 Manta birostris Oceanic manta II Perlindungan penuh (Permen KP No 4 Tahun Manta alfredi Reef manta II Perlindungan penuh (Permen KP No 4 Tahun Carcharhinus falciformis Silky Shark II Moratorium (belum ada regulasi resmi) 13 Alopias pelagicus Thresher shark II 14 Alopias superciliosus Thresher shark II 15 Alopias vulpinus* Thresher shark II Larangan mendaratkan khusus usaha perikanan laut lepas Larangan mendaratkan khusus usaha perikanan laut lepas Larangan mendaratkan khusus usaha perikanan laut lepas 16 Mobula spp Devil rays II Moratorium (belum ada regulasi resmi)

11 NON DETRIMENTAL FINDING Perdagangan hiu dan pari appendix harus dipastikan tidak membahayakan populasi. (a Non Detrimental Finding). Non-detriment finding (NDF) merupakan dokumen ilmiah yang disusun oleh MA dan SA sebelum ekspor dilakukan. Jika NDF positif ---> Ekspor dapat dilakukan Jika NDF negatif ----> tidak dapat dilakukan. 2 Dokumen NDF sedang disusun (Hammerhead Shark dan Silky Shark Tantangannya adalah kajian stok yang representatif dan berkala mutlak diperlukan. Kerentanan + pemanfaatan vs kebutuhan pengelolaan

12 MONITORING PERDAGANGAN Monitoring pedagangan produk hiu yang akan diekspor (Perdirjen PRL No 2016) Pedangan/e ksportir Permohonan REKOMENDASI PERDAGANGAN LUAR NEGERI Tidak Spesies larangan ekspor Tidak Spesies dilindungi Verifikasi - Visual - DNA Ya REKOMENDASI PERDAGANGAN DALAM NEGERI TIDAK DIREKOMENDASIKAN

13 MONITORING PERDAGANGAN Sentra perikanan hiu dan pari menyebar tidak semua wilayah tercover UPT Pintu ekpor terpusat: Surabaya, Jakarta, Semarang, Batam Jumlah SDM kurang. Produk turun bervariasi missed identifikasi Asal usul tidak diketahui

14 Tantangan dan Peluang Tiga aspek utama yang harus diterapkan oleh setiap negara eksportir dalam rangka pemanfaatan spesies appendiks II CITES adalah aspek legal, keberlanjutan, dan ketelusuran LEGAL: sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku. KEBERLANJUTAN: Pemanfaatan dan atau perdagangan tidak akan membahayakan populasi jenis. KETERTELUSURAN: Asal usul spesimen diketahui (asal, proses penangkapan, proses pengolahan, transportasi tujuan perdagangan).

Tantangan dan Peluang LEGAL Keberlanjutan Izin penangkapan Izin penelitian

ouput Izin perdagangan dalam dan luar negeri/export permit Izin aquaria

tangkap Penetapan kuota tangkap, pengaturan ukuran tangkap KETERTELUSURAN

15 Tantangan dan Peluang LEGAL Keberlanjutan Izin penangkapan Izin penelitian Izin pengembangbiakan Pengaturan berbasiskan input Pengaturan berbasiskan ouput Izin perdagangan dalam dan luar negeri/export permit Izin aquaria Pengaturan penangkapan: pengaturan alat tangkap, pembatasan armada, lokasi tangkap Penetapan kuota tangkap, pengaturan ukuran tangkap KETERTELUSURAN Pencatatan setiap proses rantai perdagangan Penandataan dan verifikasi produk

16 Promosi altermatif livelihood Tantangan dan Peluang Isu dan tantangan untuk meningkatkan pengelolaan hiu dan pari dan implementasi CITES di Indonesia Penguatan regulasi nasional untuk implementasi CITES marine species Penguatan kelembagaan dan instrumen CITES di Indonesia. Penguatan pendataan hiu dan pari (perikanan dan perdagangan). Peningkatan kapasitas SDM. Menyusun sistem ketertelusan produk hiu dan pari. Mengurangi permintaan pasar dunia.

17 LET S JOIN HANDS AND ACT NOW!

dokumen-dokumen yang mirip

PEDOMAN PENGENALAN SIRIP HIU APPENDIKS II CITES

PEDOMAN PENGENALAN SIRIP HIU APPENDIKS II CITES Diterbitkan oleh: Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Kontributor: Fahmi, M. Phil Drs. Dharmadi Referensi Utama: Identifying Sharks Fins : Oceanic