Oleh : Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut

Transkripsi

1 Oleh : Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut

2 KRONOLOGIS PENYELARASAN URUSAN KSDI Kesepakatan Bersama Dirjen PHKA dan Dirjen KP3K No / Djiv/HO/2003 dan No. 09/KB/Dep.KP/2003, tgl 30 April 2003 tentang Pelaksanaan Kegiatan di 6 TNL Perpanjangan Kesepakatan Bersama Dirjen PHKA dan Dirjen KP3K No. K.06/P3K/PHKA/XII/2004 dan No. KS.15/IV/KK/2004, tgl. 21 Desember 2004, tentang Pelaksanaan Kegiatan Di 6 TNL.

3 KRONOLOGIS PENYELARASAN URUSAN KSDI Keputusan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan, dan Menteri Kehutanan, No. SKB.03/MEN/2006 dan No. SKB.01/MENHUT-II/2006, tgl. 29 Desember 2006, tentang Pembentukan Tim Penyelarasan Urusan Penyerahan 8 KSA Dan KPA BERITA ACARA No. BA. 01/Menhut-IV/2009 No. BA, 108/MEN.KP/III/2009 Tanggal. 4 Maret 2009

4 BERITA ACARA No. BA. 01/Menhut-IV/2009 No. BA, 108/MEN.KP/III/2009 Tanggal. 4 Maret 2009 Penyerahan 8 KSA/KPA : 1. CAL - Laut Banda, (2,500 ha) 2. CAL - Kep. Aru Tenggara ( ha) 3. SML - Raja Ampat ( ha) 4. TWL - Gili Air, Meno & Trawangan (2.954 ha) 5. TWA - Kep. Kapoposang ( ha) 6. TWA - Kep. Padaido ( ha) 7. SM - Kep. Panjang ( ha) 8. TWA - Pieh ( ha)

5 KRONOLOGIS PENYELARASAN URUSAN KSDI Pasal 7 pada BAP berbunyi : Hak dan kewajiban yang belum diserahterimakan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA berdasarkan Berita Acara Serah Terima ini antara lain pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa liar perairan tertentu, berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, akan diserahterimakan secara bertahap

6 KRONOLOGIS PENYELARASAN URUSAN KSDI Surat Dirjen KP3K kepada Dirjen PHKA Nomor B. 283/ KP3K/II/2010 tanggal 12 Maret 2010 mengenai upaya untuk mengoptimalkan penyiapan Ditjen KP3k Sebagai Management Authority CITES Species Akuatik Perlunya memperbaharui SKB Menteri Kelautan dan Perikanan dan Menteri Kehutanan tentang Pembentukan Tim Penyelarasan Urusan untuk menindaklanjuti hal-hal yang belum selesai, antara lain sebagimana disebutkan pada Pasal 7 (Management Authority untuk CITES spesies Akuatik)

7 KRONOLOGIS PENYELARASAN URUSAN KSDI Tanggapan Dirjen PHKA kepada Dirjen KP3K melalui surat Nomor S. 242/IV-KKH/2010 tanggal 20 Mei 2010 untuk meninjau kembali susunan dan keanggotaan Tim Penyelarasan yang terdiri dari wakil-wakil Kemhut dan KKP Tindak Lanjut Persiapan Penyusunan SKB Tim Penyelarasan Urusan KSDI

8 REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT Hasil Penyelarasan Urusan Konservasi Kawasan Dan Konservasi Jenis Konservasi Kawasan a. Pengelolaan Kawasan Konservasi yang telah melembaga, seperti Balai Taman Nasional (Laut) yang telah ditunjuk dan dikelola oleh Departemen Kehutanan, diusulkan Ditjen PHKA agar tetap dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan sampai ada keputusan politis yang mengatur lebih lanjut, namun kolaborasi pengelolaan dapat dilakukan sebagaimana telah dilaksanakan selama ini, khususnya menyangkut aspek substantif kelautan dan perikanan, Departemen Kehutanan berkoordinasi dengan Departemen Kelautan dan Perikanan. b. Kawasan konservasi perairan KSA dan KPA perairan selain taman nasional (laut) yang saat ini berada dibawah kelola Ditjen PHKA Departemen Kehutanan yang merupakan prioritas tahap pertama yang akan diserahkan kepada DKP dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut : KSA dan KPA (Taman Wisata Alam, Cagar Alam dan Suaka Maargasatwa) yang murni wilayahnya perairan laut dan atau KSA dan KPA (TWA, CA dan SM) yang wilayahnya terdiri dari perairan dan pulau-pulau yang berstatus Areal Penggunaan Lain (APL). KSA dan KPA (TWA, CA dan SM) yang wilayahnya terdiri dari perairan dan pulau-pulau yang berstatus hutan lindung.

9 REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT Hasil Penyelarasan Urusan Konservasi Kawasan Dan Konservasi Jenis c. Dalam perencanaan jangka panjang diperlukan pemikiran dan langkah-langkah perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengolaaan kawasan konservasi perairan yang dilakukan oleh satu otoritas, yang mengarah pada peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan. Konservasi Jenis a. Perlunya peningkatan kejelasan kewenangan pengelolaan program perlindungan jenis ikan yang telah ditetapkan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa b. Sebagaimana mandat PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, telah disepakati bahwa untuk tahap pertama DKP mengelola kelompok satwa yang dilindungi seperti paus, penyu, lumba-lumba, serta biota perairan yang tergolong PISCES (ikan bersirip) sebagaimana lampiran 3, sementara kelompok satwa air yang tergolong reptil, seperti buaya, pengelolaannya masih ditangani oleh Departemen Kehutanan c. Dalam rangka persiapan pengelolaan peredaran jenis ikan terutama penanganan perdagangan jenis ikan internasional maka sesuai mandat PP 60 tahun 2007 pasal 53, maka perllu segera dibentuk Otoritas Pengelola (Management Authority) Konservasi Sumber Daya Ikan.

10 RENCANA TINDAK LANJUT DALAM URUSAN KKP DAN JENIS a. Melaksanakan penataan kelembagaan pengelola konservasi kawasan guna meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan konservasi perairan seperti BKKPN (Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional) di Batam b. Mengembangkan Co-management dengan pemangku kepentingan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan yang saat ini masih dibawah kendali Dephut, khususnya dalam mengembangkan program konservasi kawasan perairan yang berbasis ilmu pengetahuan dengan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat. c. Mengembangkan kawasan-kawasan konservasi baru dalam rangka mencapai target nasional 10 juta hektar kawasan konservasi perairan pada tahun 2010, baik pada tingkat nasional maupun daerah (KKLD, konservasi perairan adat, dsb)

11 UNTUK PELAKSANAAN CITES BAGI JENIS-JENIS IKAN, PERLU DILAKUKAN PERSIAPAN- PERSIAPAN BERIKUT: 1. Mengenai legislasi nasional pelaksanaan CITES, ada 2 opsi yang dapat dilakukan DKP sebagai berikut, yaitu : Menggunakan ketentuan UU Nomor 5 Tahun 1990 yang saat ini telah dinilai memenuhi syarat pelaksanaan CITES karena memenuhi empat kriteria legislasi seperti telah dijelaskan; Menggunakan UU Nomor 31 Tahun 2004 dan PP Nomor 60 Tahun 2007 sebagai turunannya. Hal ini perlu dinilai terlebih dahulu melalui CITES legislation project oleh CITES Secretariat. Untuk itu perlu adanya pencermatan pada UU Nomor 31 Tahun 2004 dan PP Nomor 60 Tahun 2007 yang mengatur tentang larangan-larangan perdagangan jenis ikan yang bertentangan dengan CITES (diperlakukan sebagai kejahatan/crime bukan sekedar pelanggaran administrasi) dan mengatur hukuman bagi pelanggarannya, baik hukuman penjara maupun denda serta penyitaan.

12 UNTUK PELAKSANAAN CITES BAGI JENIS-JENIS IKAN, PERLU DILAKUKAN PERSIAPAN- PERSIAPAN BERIKUT: 2. DKP segera membuat program Non Detriment Findings (termasuk management program) bagi seluruh species yang diperdagangkan, termasuk sistem kontrol dan sistem perijinan perdagangannya mulai dari menangkap sampai mengekspor. 3. Mengembangkan program magang dan pelatihan bagi personil Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka peningkatan efektifitas penanganan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan Konvensi CITES. 4. Mengkomunikasikan UU Nomor 31 Tahun 2004 dan PP Nomor 60 Tahun 2007 kepada sekretariat CITES sebagai penguatan regulasi yang sudah ada. 5. DKP segera menyiapkan kelembagaan dan unit pelaksana teknis di daerah serta SDM yang handal untuk menangani pengelolaan konservasi jenis ikan, khususnya menyangkut mekanisme dan sistem kontrol perdagangan jenis ikan yang termasuk CITES di 5 UPT Balai Konservasi Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) di Jakarta, Denpasar, Pontianak, Makassar, Sorong