INFRASTRUKTUR PRIORITAS PADA ZONA PARIWISATA DI KOTA SABANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INFRASTRUKTUR PRIORITAS PADA ZONA PARIWISATA DI KOTA SABANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)"

Transkripsi

1 ISSN ISSN e pp INFRASTRUKTUR PRIORITAS PADA ZONA PARIWISATA DI KOTA SABANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Herry Akbar 1, Mochammad Afifuddin 2, Hafnidar A. Rani 3 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, afifuddin64@gmail.com 3) Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh, nidarrani@yahoo.com Abstract: Geographical position which is at the equator, make Indonesia as a tropical country. Topography of the islands are diverse, consisting of lakes, mountains and one that has the longest coastline. This led Indonesia has a variety of beautiful attractions and the main attraction of tourists. Pulau Weh (or We) is a small volcanic island located in the western island of Sumatra. Infrastructure is a basic instruments to support the tourism aspect, where buildings and service institutions that existence is essential for the proper management in order to meet the needs of the economy and society. By using the method of decision-making that is, Location Quotient (LQ) in order to determine the potential tourist area, and then specify the infrastructure priorities that support the area with Analytic Network Process (ANP). From the results, Teupin Layeu and Gapang and Rubiah Island has the highest priority to the development of infrastructure inn / accommodation. Then followed with parking in Teupin Layeu infrastructure and access road to Km0. The results of this study have been partially recommended and in the realization phase, such as access roads to Km0 park in Km0 and also a parking space in Teupin Layeu Keywords : Infrastructure, Tourism, Priority, Sabang, Weh, AHP, LQ Abstrak: Posisi geografisnya yang berada pada garis khatulistiwa, menjadikan Indonesia sebagai negara tropis. Topografi pulau-pulau yang beragam, terdiri dari danau, pegunungan dan salah satu yang memiliki garis pantai terpanjang. Ini menyebabkan Indonesia memiliki berbagai objek wisata yang indah dan menjadi daya tarik dari wisatawan mancanegara. Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat Pulau Sumatra. Infrastruktur merupakan suatu perangkat dasar guna mendukung aspek pariwisata tersebut, dimana bangunan dan institusi pelayanan yang keberadaannya sangat penting untuk pengelolaan yang tepat guna memenuhi kebutuhan ekonomi dan masyarakat. Dengan menggunakan metode pengambilan keputusan yaitu, Location Quotient (LQ) guna menentukan daerah wisata yang berpotensi, dan kemudian di tentukan prioritas infrastruktur yang mendukung daerah tersebut dengan metode Analytic Network Process (ANP). Dari hasil penelitian didapatkan Teupin Layeu dan Gapang serta Pulau Rubiah memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkannya infrastruktur penginapan/akomodasi. Kemudian disusul dengan infrastruktur parkir di Teupin Layeu dan akses jalan menuju km 0. Hasil penelitian ini sebagian telah direkomendasikan dan di dalam tahap realisasi, seperti akses jalan ke km 0, tempat parkir di km 0 dan juga tempat parkir di Teupin Layeu. Kata kunci : Infrastruktur, Pariwisata, Prioritas, Sabang, Weh, ANP, LQ Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat Pulau Sumatra. Pulau ini pernah terhubung dengan Pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Volume 6, Nomor 3, Mei

2 Laut Andaman dengan kota Sabang sebagai ibu kotanya dan merupakan kota yang berada paling barat Indonesia. Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling barat dari Pulau Sumatra. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 156,3 km². Terdapat empat pulau kecil yang berada disekitar Pulau Weh, yaitu, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo. Dalam hal pembangunan infrastruktur masih perlu perhatian khusus, dimana kondisi infrastruktur kota Sabang sangat minim dan terbatas. Seperti akses jalan, misalnya akses jalan menuju Km 0 yang sangat sempit jika dilalui dua kenderaan. Untuk penginapan dan rumah makan, setiap tahunnya pada puncak musim liburan tidak mampu memenuhi permintaan wisatawan yang datang ke Sabang. Begitu juga dengan infrastruktur penting lainnya seperti listrik, sumber air bersih dan infrastruktur kebersihan bahkan tempat parkir yang selalu menjadi isu utama pada tingkat kunjungan pada puncaknya. Dari hasil Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sabang tahun , terlihat bahwa pemerintah Kota Sabang berusaha untuk memajukan sektor pariwisata dengan membentuk atau membagi objek wisata ke dalam 4 zona, yaitu Zona Barat, Zona Utara, Zona Timur dan Zona Selatan. Untuk menentukan kawasan infrastruktur dilakukan menggunakan menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dan Location Quotient (LQ) seperti pada penelitian terdahulu. Metode GIS ini dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana pola ruang wilayah Kota Sabang dalam konteks pembangunan pariwisata sehingga tidak terjadi konflik terhadap penataan ruang khususnya dalam sektor pariwisata. Selanjutnya metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengusulkan infrastruktur tertentu di zona tersebut. TINJAUAN KEPUSTAKAAN Location Quotient (LQ) Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam menganalisa konsentrasi spasial adalah LQ tenaga kerja atau lebih sering disebut sebagai Hoover-Ballasa koefisien. Pendapat ini dilengkapi oleh Lafourcade dan Mion (2003) dalam Hanafi (2011) yang menyatakan bahwa industri akan terkonsentrasi pada suatu lokasi dimana share tenaga kerja untuk industri tersebut lebih besar dari pada share industri secara agregat. berikut : Adapun rumusan LQ adalah sebagai LQ ij =! "# $ "# = Dimana : ' "# '(# ) " )( (1) LQ : Location Quotient S i = Jumlah Pengguna subsektor i pada wilayah tertentu X i = Jumlah Pengguna subsektor i pada seluruh wilayah v ij = Jumlah Pengguna total kota/kabupaten vt j = Jumlah Pengguna sektor i kota/kabupaten V i = Jumlah Pengguna sektor i daerah Vt = Jumlah Pengguna total daerah Analytic Network Process (ANP) Menurut Saaty (1996), ANP merupakan teori pengukuran yang diaplikasikan pada dominasi pengaruh antara beberapa stakeholder atau alternatif dengan Volume 6, Nomor 3, Mei 2017

3 mempertimbangkan suatu atribut atau kriteria. ANP juga diaplikasikan untuk evaluasi dominansi kriteria dengan mempertimbangkan kriteria yang lebih tinggi. Pembobotan dengan ANP membutuhkan model yang merepresentasikan saling keterkaitan antar kriteria dan sub-kriteria yang dimilikinya. Ada dua kontrol yang perlu diperhatikan dalam memodelkan sistem yang hendak diketahui bobotnya. Kontrol pertama adalah kontrol hirarki yang menunjukkan keterkaitan kriteria dan sub-kriterianya. Kontrol lainnya adalah kontrol keterkaitan yang menunjukkan adanya saling keterkaitan antar kriteria atau cluster (Saaty dan Vargas, 2006). METODOLOGI PENELITIAN Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam pelaksanaan penelitian. Pada tahap persiapan terdiri dari tahap identifikasi dan perumusan masalah, tahap penetapan tujuan penelitian, tahap studi pustaka, dan tahap observasi objek penelitian. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para ahli dan pihak pengambil keputusan di Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Sabang dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Sabang serta 1 orang pelaku wisata. Begitu juga dengan data sekunder berupa data-data pendukung alternatif zona pariwisata dan infrastruktur diperoleh dari Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Sabang dan Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kota Sabang. Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data baik data primer maupun data sekunder dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara lebih detail pengolahan data untuk penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menggambarkan kondisi spasial dengan GIS 2. Penentuan kawasan potensial dengan menggunakan metode LQ 3. Pembobotan kriteria dan perangkingan alternative dengan metode ANP Tahap Analisa dan Kesimpulan Tahap analisa dan kesimpulan merupakan tahap akhir dari rangkaian tahap dalam penelitian ini. Dalam tahap ini akan dilakukan analisa terhadap hasil-hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini dijelaskan mengenai proses dan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data. Data dikumpulkan dari proses wawancara, penyebaran kuisioner, dan studi dokumentasi perusahaan, Dari data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah berdasarkan metodologi penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya. Profil Kota Sabang Pulau Weh, dengan kota Sabang sebagai Volume 6, Nomor 3, Mei

4 ibu kota administratifnya berada di Propinsi Aceh, terletak pada posisi 5º46 28 Lintang Utara 05º54 28 Lintang Utara dan 95º13 02 Bujur Timur - 95º22 36 Bujur Timur dan secara administrasi memiliki luas wilayah 15,300 Ha berdasarkan penetapan Kota Sabang. Dan memiliki beberapa pulau kecil disekitarnya. Perkembangan pariwisata Sabang juga mengalami peningkatan signifikan pasca tsunami dan tercapainya perjanjian damai Helsinki pada 15 Agustus 2005 antara Pemerintah RI dan GAM. Hal ini ditandai dengan membaiknya kondisi keamanan di Aceh. Kondisi keamanan dan sosial politik yang kian kondusif tersebut ikut mendongkrak angka kunjungan wisatawan domestik dan asing ke Aceh, khususnya Sabang dari tahun ke tahun. Gambar 1. menunjukkan besarnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara selama tujuh tahun terakhir Krueng Raya dan sekitarnya, Aneuk Laot dan sekitarnya, Kuta Barat dan sekitarnya, Paya dan sekitarnya, Keneukai dan sekitarnya, Jaboi dan sekitarnya, Anoi Itam dan sekitarnya, Ujung Kareung dan sekitarnya, Ie Meulee dan sekitarnya. Ada dua buah kriteria berbeda yang akan digunakan dalam pemilihan alternatif yaitu kriteria untuk prioritas zona pariwisata dan kriteria untuk prioritas infrastruktur yang perlu dikembangkan, kriteria tersebut adalah: budaya, citra, harga, keindahan alam, keamanan, pantai, penduduk sadar wisata, dan relaksasi. Untuk penentuan infrastruktur digunakan kriteria, yaitu: daya tarik objek, resiko, keamanan, perilaku masyarakat, peraturan dan kebijakan, perekonomian dan pembiayaan. Kondisi Spasial Kota Sabang Data yang menjadi inputan adalah data yang menunjang dalam pengembangan pariwisata seperti jalan, letak kecamatan, sungai, Zona kawasan ruang, akomodasi penunjang (bandara dan pelabuhan). Skala yang digunakan dalam pembuatan peta adalah 1 : Seperti pada Gambar 2. Gambar 1. Kunjungan Wisatawan (Nusantara dan Mancanegara) Sumber : Data olahan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang (2015) Identifikasi Kriteria Penelitian ini dilakukan di lingkungan Zona pariwisata Pemerintah Kota Sabang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah Kota Sabang yaitu Iboih dan sekitarnya, Batee Shoek dan sekitarnya, Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 Gambar 2. Peta Rencana Pola Ruang

5 Gambar 3. Legenda Rencana Pola Ruang Location Quotion (LQ) Location Quotient (LQ) digunakan dalam menentukan apakah suatu lokasi tertentu dapat digunakan sebagai sektor basis di zona tersebut. Maksudnya adalah sektor usaha tersebut diindikasikan memiliki kegiatan atau aktifitas yang memiliki potensi sumbangsih terbesar dalam Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) dalam sektor pariwisata. Uji ini dilakukan berdasarkan jumlah pengunjung di setiap lokasi/zona. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang, terdapat 11 yang menjadi alternative infrastruktur yang dapat mendukung 13 lokasi/zona pariwisata yang telah ditetapkan pemerintah. Namun setelah dilakukan perhitungan perbandingan antara jumlah pengunjung subsektor i pada wilayah tertentu di Kota Sabang terhadap jumlah pengunjung subsektor i pada seluruh wilayah di Kota Sabang didapatkan sebanyak 20 prioritas pembangunan infrastruktur pariwisata di Kota Sabang, seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Infrastruktur dan Lokasi/Zona Terpilih No Nama Lokasi/Zona Infrastruktur Data (RTRW dan LQ) 1 Balohan-Kota (Teluk Sabang) Akses Jalan RTRW 2 Sabang-Km 0 Akses Jalan RTRW 3 Sabang (Balohan) Pelabuhan RTRW 4 Sabang Bandara RTRW 5 Teupin Layeu dan Gapang Persampahan RTRW 6 Teupin Layeu dan Gapang Parkir 13,185 7 Km 0 Parkir 12,217 8 Balik Gunung (Gua Sarang, Batu Kapal dan Batu Gendang Parkir 12,217 9 Teupin Layeu dan Gapang Penginapan/Akomodasi 5, Danau Aneuk Laot Pelayanan Kesehatan 4, Jaboi Pelayanan Kesehatan 4, Pante Pasir Putih Parkir 3, Kota (Teluk Sabang) Parkir 2, Kota (Teluk Sabang) Pelayanan Kesehatan 2, Pantai Kasih dan Sabang Fair Parkir 1, Anoi Itam Parkir 1, Pulau Rubiah Penginapan/Akomodasi 1, Jaboi Parkir 1, Anoi Itam Penginapan/Akomodasi 1, Pantai Pasir Putih Utilities (Listrik/Air) 1,092 Analytic Network Process (ANP) Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan metode Metode Analytical Network Process (ANP). Metode Analytical Network Process (ANP) digunakan untuk mengetahui bobot dari masing-masing alternatif sehingga terpilih sebuah prioritas pembangunan zona pariwisata terbaik dan Volume 6, Nomor 3, Mei

6 prioritas Investasi Infrastruktur dalam Zona Pariwisata. Model ANP dan Hasil Prioritas Metode ANP dilakukan dengan bantuan software Super Decision, dimana pada prosesnya diawali dengan pembuatan model cluster yang menunjukkan hirarki antara goal, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif. Melalui model ini pula akan terlihat hubungan antar kriteria, antar sub-kriteria, serta antara subkriteria dengan alternatif pada Gambar 4. dan Gambar 5. Hasil Pembobotan Zona/Lokasi Pariwisata Hasil pengolahan data dengan super decision, diperoleh hasil prioritas utama pengembangan lokasi/zona pariwisata adalah 0, Sedangkan Balohan menjadi prioritas terakhir dengan bobot sebesar 0, Seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil Pembobotan Infrastruktur Hasil pengolahan data dengan software super decision diperoleh hasil prioritas utama untuk infrastruktur pendukung pariwisata adalah Hotel/Akomodasi dengan nilai bobot sebesar 0,17870, sedangkan infrastruktur persampahan menjadi prioritas terakhir dengan nilai bobot sebesar 0, Seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 2. Hasil Pembobotan Alternatif Lokasi/Zona Pariwisata dengan Software Super Decision Name Normals Priority Teupin Layeu dan Gapang Pulau Rubiah KM Danau Aneuk Laot Pantai Pasir Putih Jaboi Pantai Kasih dan Sabang Fair Balik Gunung Anoi Itam Kota (Teluk Sabang) Balohan Volume 6, Nomor 3, Mei 2017 Gambar 4. Bagan Model ANP Zona/Lokasi Pariwisata Tabel 3. Hasil Pembobotan Alternatif Infrastruktur Pariwisata dengan Software Super Decision

7 Name Normals Priority Penginapan/Akomodasi Akses Jalan Utilities Pengembangan Pelabuhan Parkir Pelayanan Kes Pengembangan Bandara Persampahan Gambar 5. Bagan Model ANP Infrastruktur HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Metode Location Quotient (LQ) Analisa Spasial Kota Sabang Dari hasil perhitungan didapat 20 Dari data yang diperoleh dari RTRW lokasi/zona dan infrastruktur potensial yang Kota Sabang tahun didapat peta menjadi prioritas, lokasi/zona dan infrastruktur pola ruang dengan skala 1: Dapat yang menjadi prioritas hasil dari perhitungan dilihat dari Gambar 2. terdapat zona yang dapat dilihat pada Tabel 1. paling dominan adalah yang berwarna hijau Proses pemilihan kawasan ini hanya muda yaitu kawasan hutan lindung seluas memperhatikan data dari RTRW dan nilai LQ Ha, hutan wisata Ha dan hutan saja. Dalam penentuan alternatif, besar nilai cadangan Ha. Selanjutnya kedua di LQ tidak digunakan sebagai pemilihan dominasi oleh warna hijau tua yang alternatif karena pemilihan ditentukan merupakan kawasan suaka laut/taman wisata berdasarkan penentuan bobot expert judgment alam laut seluas Ha dan taman wisata pada metode ANP. alam darat seluas Ha dan kawasan Analisa Sensitivitas Bobot wisata lainnya yang tersebar seluas 812, 35 Ha. Pada dasarnya hasil perhitungan Volume 6, Nomor 3, Mei

8 sebelumnya menggambarkan suatu keadaan yang ideal. Untuk mengantisipasi perubahan dari perkiraan yang telah dilakukan sebelumnya maka dilakukan analisa sensitivitas terhadap perkiraan tersebut. Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana stabilitas prioritas dari alternatif yang ada. Berikut merupakan hasil analisa sensitivitas dengan pada Tabel 4. dan Tabel 5. Tabel 4. Sensitivitas Alternatif Lokasi/Zona Pariwisata No Kriteria Min Bobot Bobot Perubahan Max Bobot Perubahan Prioritas 1 Budaya 0,00% 51.53% 100% Pantai Kasih dan Sabang Fair 2 Citra 0,00% 39.22% 100% Km 0 3 Harga 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang 4 Keamanan 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang 5 Keindahan Alam 0,00% Infinity 100% Teupin Layeu dan Gapang 6 Pantai 0,00% 64.32% 100% Pantai Pasir Putih 7 Penduduk Sadar Wisata 0,00% 49.67% 100% Jaboi 8 Relaksasi 0,00% 62.16% 100% Balik Gunung Infinity: Tidak ada perubahan Tabel 5. Sensitivitas Alternatif Infrastruktur Pendukung Pariwisata No Kriteria Min Bobot Bobot Perubahan Max Bobot Perubahan Prioritas 1 Daya Tarik Objek Wisata 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi 2 Keamanan 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi 3 Pembiayaan 0,00% 2.42% 100% Akses Jalan 4 Peraturan dan Kebijakan Daerah 0,00% 16.24% 100% Penginapan/Akomodasi 5 Perekonomian 0,00% 19.90% 100% Akses Jalan 6 Perilaku Masyarakat 0,00% Infinity 100% Penginapan/Akomodasi 7 Resiko 0,00% 25.00% 100% Akses Jalan Infinity: Tidak ada perubahan Rekomendasi Kawasan Infrastruktur Potensial Berdasarkan hasil bobot prioritas yang diperoleh dari lokasi/zona pariwisata dan infrastruktur, didapatkan urutan prioritas atau ranking kawasan infrastruktur yang terpilih dari yang terbaik hingga yang terakhir seperti pada Tabel 6. Urutan prioritas kawasan tersebut diperoleh dari perkalian antara bobot lokasi/zona pariwisata dengan infrastruktur yang yang akan dibangun. Dari hasil prioritas dengan menggunakan ANP didapatkan Penginapan/Akomodasi pada lokasi/zona Teupin Layeu dan Gapang di gampong Iboih yang menjadi prioritas utama dengan nilai sebesar 0, Hal ini disebabkan oleh permintaan atas penginapan/hotel sangat tinggi di lokasi ini. Dengan potensi Teupin Layeu dan Gapang yang begitu banyak. Dilihat dari segi investasi pemerintah kota Sabang dapat mengembangkan resort milik pemko sabang yang ada di Gapang, ataupun dapat juga menambah Hotel dilokasi Teupin Layeu. Dengan demikian pemko Sabang dapat menambah PAD (Pendapat Asli Daerah) bagi kota Sabang. Bagi investor lokasi/zona ini dapat dijadikan prioritas untuk membangun Hotel/Penginapan ataupun melakukan pengembangan bagi yang sudah memilikinya. Tabel 6. Prioritas Kawasan Infrastruktur Pendukung Pariwisata Volume 6, Nomor 3, Mei 2017

9 Lokasi/Zona Infrastruktur Bobot Prior Teupin Layeu dan Gapang Penginapan/Akomodasi Pulau Rubiah Penginapan/Akomodasi Teupin Layeu dan Gapang Parkir Sabang-Km 0 Akses Jalan Anoi Itam Penginapan/Akomodasi Pante Pasir Putih Utilities (Listrik/Air) Km 0 Parkir Danau Aneuk Laot Pelayanan Kesehatan Pante Pasir Putih Parkir Jaboi Parkir Pantai Kasih dan Sabang Fair Parkir Balik Gunung (Gua Sarang, Batu Kapal dan Batu Gendang) Parkir Balohan-Wilayah Kota Sabang Akses Jalan Jaboi Pelayanan Kesehatan Teupin Layeu dan Gapang Persampahan Anoi Itam Parkir Wilayah Kota Sabang Parkir Wilayah Kota Sabang Pelayanan Kesehatan Wilayah Kota Sabang Pengembangan Bandara Balohan Pengembangan Pelabuhan Untuk prioritas ketiga dengan bobot 0,01750 adalah tempat parkir di Teupin Layeu ataupun Gapang. Dilihat dari permintaan ataupun kebutuhan wisatawan terhadap parkir di lokasi ini sangatlah tinggi. Tempat parkir dilokasi ini sudah tidak dapat menampung lagi kenderaan-kenderaan pada puncak musim liburan, kenderaan yang parkir bisa sampai keluar dari lokasi Teupin Layeu, yaitu sampai keluar jalan utama, kenderaan-kenderaan bisa parkir dipinggir jalan sepanjang menuju lokasi utama di Teupin Layeu sejauh meter, sedangkan lebar jalan utama sangatlah sempit, sehingga seringkali titik ini menjadi pusat macet. Pengembangan lahan parkir tidak harus menambah luas lahan parkir, sehingga lokasi menjadi sempit. Untuk menambah kapasitas lahan parkir dapat dilakukan dengan membangun bangunan parkir 2 atau 3 lantai. Pada prioritas keempat dengan bobot 0,01618 adlah Akses Jalan dari Kota ke Km 0. Ini sangatlah penting dimana akses jalan ini adalah jalan yang sering dilalui kenderaan, sedangkan kapasitas jalan sangatlah tidak mendukung pada puncak-puncak musim liburan. Salah satu ruas jalan dari teupin layeu ke Km 0 sebenarnya hanya dapat dilalui oleh 1 kenderaan dengan kondisi sekitar jalan di kedua sisinya tebing dan jurang, resiko tinggi bagi kenderaan jika melalui jalan ini yang merupakan jalan satu-satunya menuju lokasi Km 0 yang menjadi ikon Kota Sabang khususnya dan Indonesia umumnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: 1. Berdasarkan LQ, dari 90 kawasan untuk infrastruktur pendukung pariwisata diperoleh 20 kawasan yang menjadi alternatif. Alternatif yang memiliki nilai LQ tertinggi adalah parkir pada lokasi/zona Teupin Layeu dan Gapang yakni sebesar 13, 18 pada zona. Sedangkan untuk nilai LQ terkecil sebesar 1,09 adalah Utilities pada lokasi/zona Pantai Pasir Putih. Volume 6, Nomor 3, Mei

10 2. Hasil dari perhitungan ANP pada lokasi/zona pariwisata didapatkan Teupin Layeu dan Gapang memiliki nilai bobot yang paling besar, dengan nilai bobot 0,1449. Sedangkan hasil perhitungan ANP untuk infrastruktur pendukung pariwisata didapatkan Penginapan/Akomodasi memiliki nilai bobot terbesar dengan nilai 0,1787, dimana nilai ini menunjukkan bahwa untuk Infrastruktur Penginapan/Akomodasi merupakan prioritas untuk dikembangkan. 3. Dan hasil perankingan 2 hasil perhitungan ANP lokasi/zona parwisata dan infrastruktur pendukung pariwisata. Didapat Teupin Layeu dan Gapang dan Pulau Rubiah memiliki prioritas tertinggi untuk dikembangkannya infrastruktur penginapan/akomodasi dengan nilai bobot masing-masing 0,02589 dan 0, Selanjutnya disusul dengan infrastruktur parkir di Teupin Layeu dan akses jalan menuju Km 0 yang dapat dijadikan pemerintah Kota Sabang sebagai prioritas utama dengan bobot masing-masing 0,01750 dan 0, kompleks sehingga fungsi kawasan pariwisata dapat lebih terlihat. 3. Mejadikan bencana sebagai kriteria dalam interaksi dalam penentuan alternative infrastruktur. Dimana dapat dilihat dari jenis bencana, jenis tanah dan lainnya untuk dijadikan sebagai subkriteria DAFTAR PUSTAKA Hanafi, F.R. 2011, Penentuan Prioritas Pembangunan Pariwisata Di Pulau Lombok Dengan Menggunakan Metode LQ dan ANP, Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Saaty, T. L. 1996, The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation, and (2001). Decision Making with Dependence and Feedback: The Analytic Network Process. Pittsburgh, PA: RWS Publications. Saaty T.L. & Vargas L.G. 2006, Descision Making With The Analytic Network Process, Springer, USA, < ploaded_files> Saran Adapun saran yang dapat diajukan dari penelitian ini, antara lain: 1. Penyelesaian pemilihan lokasi/zona pariwisata dan infrastruktur pendukung pariwisata ini masih perlu dikembangkan untuk melihat permasalahan secara utuh. 2. Interaksi antara kawasan lokasi/zona pariwisata seharusnya dapat dibuat Volume 6, Nomor 3, Mei 2017

SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG

SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG SABANG-PULAU WEH SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG 1881 Didirikan Kolen Station oleh Belanda 1895 Dibuka pelabuhan bebas dan dikelola oleh SabangMactscappij 1942 Sabang diduduki oleh Jepang, mengalami kehancuran

Lebih terperinci

Profil Kota Sabang H. MUNAWAR LIZA ZAINAL

Profil Kota Sabang H. MUNAWAR LIZA ZAINAL Profil Kota Sabang Ibukota : Kota Sabang Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Lebih terperinci

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG ISSN 232-23 3 Pages pp. 2-33 STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG Budhi Satrya, M. Isya 2, Sugianto 2 ) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sabang merupakan salah satu daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang wilayahnya berbentuk kepulauan dan berada di wilayah paling barat Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL

TEMA. menikmati alam Bali. Lengkap dengan berbagai fasilitas pendukung yang ada di dalamnya. LEGAL TEMA LATAR BELAKANG Bali tidak memiliki hasil tambang, lahan pertanian yang terbatas, namun pulau Bali memiliki keindahan alam dan budaya yang sangat mempesona Untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Bali

Lebih terperinci

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DI KOTA SABANG

SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DI KOTA SABANG ISSN 2302-0253 13 Pages pp. 22-34 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM DI KOTA SABANG Mulkan 1, Renni Anggraini 2, M. Isya 2 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 103 PENENTUAN LOKASI INDUSTRI PALA PAPUA BERDASARKAN PROSES HIERARKI ANALITIK (ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ) DAN APLIKASI SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN (SPK) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Dengan berwisata diharapkan dapat memberikan suasana baru dengan cara menyegarkan pikiran dan

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian...

1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN JUDUL TESIS DAN PROGRAM STUDI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix INTISARI... xi

Lebih terperinci

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo JOS OKTARINA PRATIWI 3609100037 Dosen Pembimbing Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO MIP. PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta di samping dikenal sebagai sebutan kota perjuangan, pusat kebudayaan dan pusat pendidikan juga dikenal dengan kekayaan potensi pesona alam dan budayanya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PRIORITAS PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BAHARI PANTAI SLOPENG MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Anita IntanNura Diana 1, Moh. Harun 2 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 95~101 PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Ruhul Amin STMIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI

5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5 GENANGAN AKIBAT TSUNAMI 5.1 Tsunami Pulau Weh Kejadian gempabumi yang disertai tsunami dengan kekuatan 9,1-9,3 MW atau 9,3 SR (Lay et al. 2005; USGS 2004) mengakibatkan terjadi kerusakan ekosistem mangrove,

Lebih terperinci

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480 Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying 1 Indri Pebrianto, 2 Saraswati 1,2 Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang turut berperan serta dalam membangun perekonomian negara melalui pemasukan devisa negara dari wisatawan. Selain itu, industri pariwisata

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming. PENENTUAN MULTI CRITERIA DECISION MAKING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN PELAKSANA PROYEK Chintya Ayu Puspaningtyas, Alvida Mustika Rukmi, dan Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi

KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi 28 V. KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang 5.1.1 Visi dan misi Visi Kota Sabang seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Sabang 2007-2012 adalah : Terwujudnya Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar untuk negara disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH

REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE SEBAGAI PELABUHAN FERRY INTERNASIONAL DI BANDA ACEH LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN PELABUHAN ULEE LHEUE Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : RAMADHANI GURUH PRASETYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, tiga perempat wilayahnya terdiri atas laut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM)

MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM) MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM) Ethanty Paramita Nugrahini 5208100052 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan pengelolaan perikanan sejak tahun 1940-an menggunakan pendekatan konvensional dimana pendekatan yang dipakai lebih sektoral sehingga sedikit mengabaikan kaidah-kaidah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok. BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Kabupaten Lombok Timur a. Luas Wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II di ProvinsiNusa Tenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Opini Publik, hanya dalam sekejap publik dapat mempunyai persepsi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Opini Publik, hanya dalam sekejap publik dapat mempunyai persepsi terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Media mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa dalam mempengaruhi Opini Publik, hanya dalam sekejap publik dapat mempunyai persepsi terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seringkali sebuah organisasi dihadapkan dengan suatu masalah dimana organisasi tersebut mengalami kesulitan dalam memilih suatu alternatif dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xvi xviii xix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian. 10 1.5. Ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan hal yang terpenting bagi suatu negara atau daerah, yang dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi wisata di Aceh saat ini sangatlah besar, dan banyak yang belum dimanfaatkan sebagai objek wisata di setiap daerah. Hampir semua kabupaten di Aceh memiliki keunggulan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Sabang 1. Kondisi Geografis Letak Kota Sabang sangat strategis karena diapit oleh selat dan samudera, yaitu Selat Malaka di sebelah utara dan

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK)

PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK) PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK) Didien Suhardini, Adhitya Tuhagono Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sekitar 4,7 juta pembaca majalah Time yang terbit di Amerika Serikat menetapkan Bali sebagai pulau wisata terbaik di Dunia. Demikian pula organisasi Travel Leisure di

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan proses desentralisasi terhadap daerah-daerah otonom memiliki potensi yang sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, penggunaan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan dalam dunia usaha, namun juga telah merambah

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal yang melatarbelakangi pengambilan judul penelitian, rumusan masalah, yang membahas permasalahan yang muncul

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG Ryan Hernawan 1),Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Teguh Hariyanto 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang diharapkan mampu menjadi kekuatan pembangunan, yang dapat diandalkan terutama sebagai penghasil devisa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Belitung terletak antara 107 08 BT sampai 107 58 BT dan 02 30 LS sampai 03 15 LS dengan luas seluruhnya 229.369 Ha atau ±2.293,69 Km2. Pada peta dunia Pulau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi (Data Kemendagri.go.id, 2012). Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah sehingga dapat

Lebih terperinci

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya

Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Pesisir Bulak Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-140 Analisis Jaringan Sosial Pariwisata di Kampung Bulak Dea Nusa Aninditya, dan Dian Rahmawati Departemen Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO)

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO) Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMELIHARAAN ASET IRIGASI DENGAN SIG DAN FUZZY AHP

PEMODELAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMELIHARAAN ASET IRIGASI DENGAN SIG DAN FUZZY AHP PEMODELAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMELIHARAAN ASET IRIGASI DENGAN SIG DAN FUZZY AHP Rifandry Fitra 1) dan RV. Hari Ginardi 2) 1) Jurusan Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan gaya hidup dan tatanan dalam masyarakat saat kini ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang memacu perkembangan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih JURNAL INFORMATIKA, Vol.4 No.1 April 2017, pp. 103~107 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 103 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mata Pelajaran Unggulan Pada LPI Al-Muhajirin Cibeurih 1 Sri Hadianti,

Lebih terperinci

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc PEMILIHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI KECIL MENENGAH POTENSIAL DI KABUPATEN BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU DENGAN METODE DELPHI DAN ANP Oleh: Putri Narita 2505 100 117 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata dapat diartikan sebagai seluruh kejadian dan hubungan yang timbul dari atraksi para wisatawan, penyalur jasa, pemerintah setempat, dan komunitas setempat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi 244 ISSN: 2354-5771 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Berprestasi Lili Tanti Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama, Medan E-mail: lili@potensi-utama.ac.id Abstrak Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari serangkaian perhitunganperhitungan dan analisa-analisa yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Disamping itu disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA

Lebih terperinci

CORRESPONDENCE ANALYSIS ON PUBLIC IN SABANG TOURISM AREA

CORRESPONDENCE ANALYSIS ON PUBLIC IN SABANG TOURISM AREA Jurnal Natural Vol., No., 2 CORRESPONDENCE ANALYSIS ON PUBLIC IN SABANG TOURISM AREA SERVICE Evi Ramadhani, Asep Rusyana Jurusan Matematika FMIPA Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh Abstract.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1 Latar Belakang. Bab I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi wisata alam yang melimpah. Terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mendapat sinar matahari yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pantai Plengkung merupakan sebuah wana wisata pantai yang menyimpan banyak potensi alam, yaitu pemandangan yang eksotis dan hamparan ombak yang tinggi. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupkan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman

Lebih terperinci

PRIORITAS PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BAHARI PANTAI SLOPENG MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PRIORITAS PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BAHARI PANTAI SLOPENG MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PRIORITAS PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA BAHARI PANTAI SLOPENG MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 1 Anita Intan Nura Diana; 2 Mohamad Harun Fakultas Teknik Universitas Wiraraja Sumenep, Indonesia

Lebih terperinci

BUKU PUTIH KOTA SABANG 2012

BUKU PUTIH KOTA SABANG 2012 Bab 2 Gambaran Umum Kota 2.1 Geografi, Administratif dan Kondisi Fisik Wilayah Kota Sabang meliputi Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo, dengan luas sebesar 153 Km2, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel BAB I 1.1 JUDUL Menganti Resort Hotel PENDAHULUAN 1.2 LATAR BELAKANG Saat ini, berwisata sudah menjadi kebutuhan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Jumlah pengunjung tempat wisata semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci