KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi"

Transkripsi

1 28 V. KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi Visi Kota Sabang seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Sabang adalah : Terwujudnya Pemerintahan Kota Sabang yang mampu mendengar, bekerja, dan amanah sebagai model Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance) di Aceh Makna filosofis (pokok) yang terkandung dalam visi tersebut adalah : 1). Pemerintah Kota Sabang yang mampu mendengar merupakan awal gebrakan dalam merumuskan kebijakan yang berdampak kepada seluruh warga kota. Lebih spesifik dari itu, bahwa pengelolaan pemerintahan dilakukan secara bottom up, bukan top down, dengan memperhatikan aspirasi warga yang diimbangi dengan mekanisme komplain dan mekanisme respon yang cepat dan efektif dalam segala lini pemerintahan kota. 2). Pemerintah Kota Sabang yang mampu bekerja dimaksudkan sebagai gebrakan aplikatif yang mampu memanfaatkan seluruh potensi (sumber daya) yang dimiliki guna mendorong pelayanan publik bagi warga secara optimal, cepat, tepat sasaran dan murah dengan memperhatikan aturan perundang-undangan yang mengaturnya. 3). Pemerintah Kota Sabang yang amanah dan bertanggung jawab merupakan bagian dari proses keteladanan dan tanggung jawab moral pemerintah kota kepada warga kota dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajibannya dalam melayani warga kota. Pertanggungjawaban ini (anggaran dan nonanggaran) dilakukan dengan tetap memegang teguh konsideran aturan perundang-undangan yang berlaku. 4). Pemerintah Kota Sabang sebagai model untuk segera mewujudkan secara nyata dalam berbagai sektor pelayanan publik. Model disini dimaksudkan sebagai model pengelolaan pemerintahan yang baik dengan menerapkan nilainilai dasar yang menjada ruh dalam menjalankan hak, wewenang, dan kewajibannya kepada publik (masyarakat). Kota Sabang sebagai satu-satunya

2 29 pelabuhan bebas di Aceh sudah sewajarnya menjadi teladan dalam mewujudkan clean and good governance, minimal untuk kawasan Aceh, bumi Serambi Mekkah. Untuk mewujudkan Visi Sabang sebagai mana yang telah diutarakan diatas, Kepala Daerah/Walikota Sabang terpilih telah merumuskan 10 pernyataan misi, sebagai berikut : 1). Menjamin sistem pemerintahan yang transparan, partisipatif, bersih, accountable, dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2). Meningkatkan kualitas pelayanan publik; 3). Meningkatkan partisipasi warga kota dalam tata kelola pemerintahan; 4). Meningkatkan kualitas hidup warga kota; 5). Menjamin akses warga ke sumber-sumber pembiayaan ekonomi; 6). Meningkatkan kemandirian pemerintah kota dalam pengelolaan sumber daya dengan mengimplementasikan UU PA; 7). Menjamin pembangunan kota yang ramah terhadap lingkungan hidup; 8). Mewujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang tanpa pungutan dan berkualitas; 9). Mendorong tersedianya lapangan kerja bagi pihak warga kota; 10). Membangun koordinasi dengan berbagai pihak seperti BRR NAD-NIAS dan NGO guna percepatan rekonstruksi kota Letak geografis Kota Sabang secara geografis terletak antara 05 o o Lintang Utara dan 95 o o Bujur Timur, dengan batas-batas daerah sebagai berikut : Sebelah Utara : Selat Malaka Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Timur : Selat Malaka Sebelah Barat : Samudera Indonesia

3 Luas wilayah dan topografi Kota Sabang merupakan daerah kepulauan yang terdiri atas 5 buah pulau (Pulau Weh, Pulau Rubiah, Pulau Klah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo), dan merupakan ibukota dari kelima buah pulau tersebut dan tepatnya berada di Pulau Weh. Kota Sabang memiliki luas daerah sebesar 153 Km 2, terdiri atas 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya. Di Kota Sabang, tepatnya di Pulau Weh terdapat sebuah danau air tawar bernama Danau Aneuk Laot. Keadaan topografi Kota Sabang pada umumnya bergelombang, berbukit-bukit sedang sampai curam, dan di sepanjang pantai penuh dengan batu-batuan. Topografis wilayah secara umum terbagi menjadi 3% dataran rendah, 10% dataran bergelombang, 35% berbukit, dan 52% berbukit sampai bergunung. Kota Sabang berada pada ketinggian 28 m di atas permukaan laut Kependudukan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kota Sabang tahun 2007 sebanyak jiwa. Penyebarannya hampir merata di kedua kecamatan, dimana jumlah penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Sukakarya, yang berjumlah jiwa (50,19%), sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Sukajaya berjumlah jiwa (49,81%). Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sukakarya yaitu dengan tingkat kepadatan 200 jiwa per km 2, sedangkan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Sukajaya sebesar 181 jiwa per km 2. Berdasarkan jenis kelamin, didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki yaitu jiwa (51,25%), sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan berjumlah jiwa (48,75%), dengan nilai Sex Ratio sebesar 105. Jumlah penduduk per kecamatan di Kota Sabang disajikan secara rinci pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk per Kecamatan di Kota Sabang tahun 2007 Penduduk Luas Kepadatan Jenis Kelamin Kecamatan Jiwa (%) (km 2 ) (jiwa/km 2 ) Laki-laki Perempuan Sukajaya , Sukakarya , Jumlah , Sumber : BPS Kota Sabang 2007

4 Ketenagakerjaan Berdasarkan data Sabang Dalam Angka Tahun 2006, jumlah penduduk Kota Sabang berjumlah jiwa, dari angka tersebut jumlah angkatan kerja adalah sebanyak jiwa, dengan rincian yang bekerja sebanyak jiwa dan pengangguran sebanyak jiwa, sedangkan yang pencari kerja adalah 800 jiwa. Pada tahun 2007, jumlah penduduk Kota Sabang meningkat sebesar 0.86% menjadi jiwa. Jumlah angkatan kerja juga mengalami peningkatan sebesar 7,51%, yaitu menjadi jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 15,98% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi jiwa. Jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 42,37% dari tahun sebelumnya menjadi jiwa, begitu pula yang terjadi pada jumlah pencari kerja yang mengalami penurunan sebesar 69,87% menjadi 241 jiwa. Jumlah penduduk dan angkatan kerja Tahun Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah penduduk dan angkatan kerja di Kota Sabang (orang) Tahun Jumlah Penduduk Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Pencari Kerja Sumber : Sabang Dalam Angka dan Aceh Dalam Angka 2006 dan 2007 Berdasarkan Sabang Dalam Angka Tahun 2006, sektor yang paling banyak menyerap tanaga kerja adalah sektor pegawai, yaitu mencapai Kepala Keluarga (KK). Posisi kedua ditempati oleh sektor lainnya (sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstruksi, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan), yaitu sebesar KK. Posisi ketiga ditempati oleh sektor pertanian sebanyak KK. Sektor perikanan menempati posisi keempat sebanyak 951 KK, diikuti dengan sektor angkutan sebanyak 896 KK, sektor perdagangan sebanyak 869 KK, sektor buruh sebanyak 537 KK, dan terakhir adalah sektor jasa sebanyak 511 KK. Jumlah Kepala Keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 10.

5 32 Tabel 10 Jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006 No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) 1 Pertanian ,53 2 Perikanan ,61 3 Buruh 537 5,99 4 Perdagangan 869 9,69 5 Jasa 511 5,70 6 Angkutan 896 9,99 7 Pegawai ,24 8 Lainnya ,25 Total Sumber : Sabang Dalam Angka Tahun 2006 Berdasarkan lapangan usahanya, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pegawai, yaitu sebesar 26,24%, diikuti dengan sektor lainnya sebesar 16,25%, sektor pertanian sebesar 15,53%. Sektor perikanan menduduki posisi keempat, yaitu mampu menyerap tenaga kerja sebesar 10,61%, diikuti dengan sektor angkutan sebesar 9,99%, sektor perdagangan sebesar 9,69%, sektor buruh sebesar 5,99%, dan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa sebesar 5,70%. Persentase jumlah Kepala Keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang pada tahun 2006 disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 Diagram pie persentase jumlah kepala keluarga menurut mata pencaharian di Kota Sabang Tahun 2006.

6 Aspek agama, sosial, dan budaya Penduduk Kota Sabang memiliki sifat yang heterogen, baik dilihat dari aspek agama, sosial, budaya, daerah asal maupun keturunannya. Sebagian besar penduduk Kota Sabang adalah suku Aceh, sehingga mayoritas penduduk Kota Sabang beragama Islam, namun tidak terdapat kekhasan khusus pada penduduk Kota Sabang, hal ini disebabkan karena penduduk Kota Sabang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda, dan juga berasal dari keturunan yang berbeda pula. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Warna Negara Asing (WNA) di Kota Sabang. 5.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kota Sabang Potensi sumberdaya perikanan tangkap Kota Sabang Kawasan Sabang merupakan kawasan pesisir yang berada di antara Barat Laut Sumatera, Selat Malaka dan Samudera Indonesia, yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar. Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun , potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Kota Sabang sebesar ton per tahun lestari, namun potensi ini belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh nelayan di Kota Sabang, hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi perikanan laut Kota Sabang tahun 2007 yaitu sebesar 2.720,7 ton, atau 47,73% dari potensi lestari di perairan Kota Sabang. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, lemahnya struktur ekonomi dan penggalangan modal usaha bagi masyarakat nelayan, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat nelayan, rendahnya produktifitas nelayan, rendahnya etos kerja masyarakat nelayan, dan rantai pemasaran yang terlalu panjang Tenaga kerja perikanan tangkap Jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang pada tahun 2007 sebanyak 918 orang nelayan. Perkembangan jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 4.

7 34 Tabel 11 Perkembangan jumlah nelayan Kota Sabang Tahun Tahun Jumlah Nelayan Sabang (Orang) Perubahan (%) (54) (135) (34) Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Gambar 4 Perkembangan jumlah nelayan Kota Sabang Tahun Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa jumlah tenaga kerja perikanan tangkap Kota Sabang relatif meningkat dari tahun , walaupun terjadi sedikit penurunan dari tahun 2002 ke Pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja perikanan tangkap di Kota Sabang mengalami penurunan yang cukup drastis, hal ini disebabkan karena terjadinya bencana alam gempa bumi dan Tsunami yang melanda wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Memang pada kenyataannya, akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut di Kota Sabang tidak separah yang terjadi di daratan Aceh lainnya. Berdasarkan data statistik, penduduk di Kota Sabang yang meninggal dunia akibat bencana alam tersebut berjumlah 12 jiwa, tetapi kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana alam tersebut cukup besar, diantaranya adalah rusaknya Cold Storage dan processing room di Pangkalan Pendaratan Ikan Pasiran dan dermaga Pendaratan Ikan Krueng

8 35 Raya di Kota Sabang, hancurnya perahu-perahu nelayan yang sedang ditambatkan di tempat-tempat konsentrasi nelayan, serta rusaknya beberapa alat tangkap. Akibat kerusakan pada sarana dan prasarana perikanan tangkap yang dimiliki tersebut mengakibatkan banyak nelayan yang tidak dapat melakukan kegiatan penangkapan ikan, sehingga banyak nelayan yang beralih profesi ke bidang lain, seperti petani, pedagang, buruh bangunan dan lain sebagainya, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tenaga kerja perikanan tangkap pada tahun Seiring dengan berjalannya waktu, telah banyak terjadi perubahan dan perbaikan pada sistem perikanan tangkap Kota Sabang, seperti halnya nelayannelayan Kota Sabang banyak menerima bantuan sarana (seperti alat tangkap, perahu, dan GPS) dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD-NIAS (BRR NAD-NIAS), dan juga bantuan pembangunan dan perbaikan dermaga nelayan di wilayah Krueng Raya Kecamatan Sukakarya Kota Sabang oleh BRR NAD-NIAS. Dengan banyaknya bantuan, baik sarana maupun prasarana, yang diterima oleh nelayan-nelayan di Kota Sabang, menggerakkan nelayan-nelayan tersebut untuk kembali melakukan kegiatan penangkapan ikan, sehingga jumlah tenaga kerja perikanan tangkap pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2006 juga ikut meningkat. Pada tahun 2007 jumlah tenaga kerja kembali mengalami sedikit penurunan, hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 terjadi kenaikan harga BBM sebesar 33,33%, sehingga menyebabkan beberapa nelayan menghentikan kegiatan penangkapan ikan dan beralih ke profesi lain Volume dan nilai produksi perikanan tangkap Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan tangkap di Kota Sabang dari tahun 2000 sampai dengan 2007 disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa jumlah produksi perikanan tangkap dari Tahun 2000 sampai dengan 2007 mengalami fluktuasi. Pada rentang waktu tersebut jumlah produksi tertinggi terdapat pada Tahun 2004 yaitu sebesar 3.199,4 ton, dan jumlah produksi terendah terdapat pada Tahun 2003 yaitu sebesar 1.430,8 ton. Nilai produksi perikanan tangkap dari Tahun juga mengalami fluktuasi, namun pada Tahun nilai produksi perikanan tangkap terus mengalami peningkatan. Pada rentang Tahun , nilai produksi perikanan

9 36 tangkap tertinggi terdapat pada Tahun 2007, dan nilai produksi perikanan tangkap terendah terdapat pada Tahun Tabel 12 Perkembangan produksi dan nilai produksi subsektor perikanan tangkap Kota Sabang Tahun Tahun Jenis Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp.000) , , , , , , , , , , , , , , , ,2 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Pemasaran hasil perikanan tangkap Produksi perikanan tangkap Kota Sabang memiliki dua target pemasaran, yaitu dipasarkan melalui pasar lokal dan dipasarkan melalui perdagangan antar kota. Pemasaran lokal biasanya dilakukan oleh nelayan itu sendiri dengan menjual hasil tangkapannya ke pengumpul (mugee), kemudian mugee akan menjual hasil tangkapan tersebut ke pasar-pasar ikan yang ada di Kota Sabang maupun ke kelompok usaha pengolahan. Pemerintah Kota Sabang telah menyediakan sarana perdagangan berupa pasar ikan sebanyak 4 buah, 3 diantaranya merupakan pasar tradisional, yaitu pasar ikan Paya Seunara, pasar ikan Balohan dan pasar ikan Jaboi, dan 1 lagi merupakan pasar ikan sentral yang berlokasi di Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. Pemasaran melalui perdagangan antar kota biasanya dilakukan oleh nelayan Kota Sabang dengan menjual hasil tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Pemasaran seperti ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya nelayan Kota Sabang tidak mendapatkan kecocokan harga dengan mugee di Kota Sabang, sehingga nelayan-nelayan tersebut lebih memilih menjual hasil tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Penyebab lainnya adalah jarak fishing ground yang ditempuh lebih dekat dengan PPI Lampulo Aceh Besar dibandingkan ke PPI ataupun TPI-TPI yang ada di Kota Sabang, sehingga membuat nelayan-nelayan tersebut langsung mendaratkan hasil

10 37 tangkapannya ke PPI Lampulo Aceh Besar. Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang dapat dilihat pada Gambar 5. a) Pemasaran Lokal b) Pemasaran Antar Kota Nelayan Nelayan Pengumpul Ikan (mugee) PPI Lampulo Aceh Besar Pasar Ikan Kelompok Usaha Pengolahan Konsumen Konsumen Gambar 5a Gambar 5b Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang melalui pemasaran lokal Saluran pemasaran hasil tangkapan di Kota Sabang melalui pemasaran antar kota Konsumsi ikan Konsumsi ikan per kapita per tahun adalah banyaknya ikan yang dikonsumsi oleh satu orang penduduk Kota Sabang dalam periode satu tahun. Pada tahun 2007, target yang dicanangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang untuk konsumsi ikan per kapita per tahun adalah sebesar 30 kg per kapita per tahun, namun pada kenyataannya di akhir tahun 2007 diperoleh data konsumsi ikan per kapita per tahun adalah sebesar 35 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007 daya konsumsi ikan masyarakat Kota Sabang melebihi target yang dicanangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang.

11 Sarana dan prasarana perikanan tangkap Sarana dan prasarana perikanan tangkap merupakan faktor pendukung dalam pembangunan subsektor perikanan tangkap. Dengan adanya dukungan dari sarana dan prasarana perikanan tangkap tersebut diharapkan upaya pemanfaatan potensi perikanan tangkap di Kota Sabang dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah Sarana perikanan tangkap Sarana perikanan tangkap yang terdapat di Kota Sabang antara lain armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan. Armada penangkapan ikan di Kota Sabang terdiri atas perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor. Alat tangkap yang terdapat di Kota Sabang adalah jaring insang, pancing ulur (hand line), pancing tonda, pancing rawai, pukat pantai, pukat cincin, dan alat tangkap lainnya (jala tebar, garpu, dan tombak). Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai armada penangkapan ikan dan alat penangkapan ikan. a) Armada Penangkapan Ikan Armada penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kota Sabang pada umumnya adalah perahu tanpa motor, motor tempel, dan kapal motor. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota sabang dari tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 6. Tabel 13 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota Sabang Tahun Perahu Tanpa Motor Tempel Kapal Motor No Tahun Motor (unit) 15 PK (unit) 40 PK (unit) < 5 GT (unit) 5-30 GT (unit) Sumber : Rencana Strategis Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Tahun

12 39 Gambar 6 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kota Sabang Tahun b) Alat Penangkapan Ikan Jenis alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan di Kota Sabang adalah Jaring Insang, Pancing Biasa (Hand Line), Pancing Tonda, Pancing Rawai, Pukat Pantai dan Pukat Cincin. Tiap alat tangkap tersebut digunakan untuk menangkap komoditas yang berbeda. Jenis alat tangkap yang terbanyak di Kota Sabang adalah Pancing Biasa (Hand Line), dimana pada tahun 2008 terdapat 673 unit alat tangkap Hand Line. Perkembangan data alat tangkap yang digunakan di Kota Sabang dalam kurun waktu dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 7. Tabel 14 Perkembangan alat penangkap ikan di Kota Sabang Tahun Alat Penangkapan Ikan Tahun Jaring Insang Pancing Ulur (Hand Line) Pancing Tonda Pancing Rawai Pukat Pantai Pukat Cincin Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang

13 40 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Gambar 7 Perkembangan alat penangkap ikan di Kota Sabang Tahun Prasarana perikanan tangkap Prasarana pendukung perikanan tangkap yang terdapat di Kota Sabang terletak di beberapa titik konsentrasi kegiatan penangkapan ikan, diantaranya yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), TPI, Balai Nelayan, Dermaga dan Jetty, Kolam Pelabuhan, Pabrik Es, SPDN, Tower Air dan DOK mini. a) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kota Sabang terletak di Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. PPI tersebut bernama PPI Pasiran. PPI Pasiran merupakan PPI terbesar di Kota Sabang, dengan luas sekitar m 2, yang terdiri atas fasilitas-fasilitas seperti dermaga tambat (110 m 2 ), dua buah dermaga jetty dengan panjang masing-masing adalah 50 meter, meunasah nelayan (36 m 2 ), processing room, Cold Storage yang mampu menampung muatan hingga kapasitas 900 ton, tower air dengan kapasitas 5 ton/hari, SPDN, dan DOK mini. PPI Pasiran ini didirikan pada rentang waktu , dimana sumber dana pembangunannya berasal dari APBN, dan dikelola oleh pusat (DKP). Keseluruhan fasilitas yang terdapat di PPI Pasiran, hanya Cold Storage dan processing room saja yang sampai saat ini berada dalam kondisi rusak. Cold Storage dan processing room tersebut rusak berat sejak terjadinya bencana alam

14 41 Tsunami yang melanda wilayah Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, dan hingga saat ini belum diperbaiki. b) Tempat Pendaratan Ikan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu TPI Krueng Raya dan TPI Jaboi. TPI Krueng Raya memiliki luas areal sebesar 250 m 2, dan didirikan pada tahun 1997, dimana sumber dananya berasal dari APBD I, dan pemilik atau pengelolanya adalah masyarakat. Akan tetapi pada saat musibah Tsunami menimpa Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004, dermaga TPI Krueng Raya mengalami kerusakan besar akibat hantaman gelombang tsunami, sehingga pada tahun 2005 BRR NAD-NIAS kembali membangun dermaga TPI Krueng Raya tersebut. TPI Jaboi memiliki luas areal sebesar 14 meter x 6 meter, yang didirikan pada tahun 2007, dimana sumber dananya berasal dari APBD II dan dikelola oleh Pemko Sabang. c) Balai Nelayan Balai Nelayan (Tempat Konsentrasi Nelayan) yang terdapat di Kota Sabang ada tujuh buah, diantaranya yaitu Balai Nelayan Pria Laot Kelurahan Batee Shok, Balai Nelayan Ulee Krueng Kelurahan Balohan, Balai Nelayan Pasie Kelurahan Jaboi, Balai Nelayan Ie Suum Kelurahan Keuneukai, Balai Nelayan Pasir Putih Kelurahan Paya Seunara, Balai Nelayan Pante Jaya Kelurahan Ie Meulee, dan Balai Nelayan Pasie Kelurahan Anoi Itam. Sumber dana pembangunan balai nelayan ini beragam, ada yang berasal dari NGO (FIG), dan ada pula yang berasal dari dana swadaya masyarakat. Pemilik/pengelola setiap balai nelayan tersebut adalah masyarakat nelayan setempat. d) Dermaga dan Jetty Dermaga untuk tempat penambatan kapal terdapat di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. Dermaga tersebut memiliki luas areal sebesar 110 m2, dan didirikan pada rentang tahun Sumber dana pembangunannya berasal dari APBN, dan pemilik/pengelolanya adalah Pusat (DKP).

15 42 Pada PPI Pasiran terdapat pula dua buah dermaga Jetty, yang masingmasingnya memiliki panjang sebesar 50m. Kedua jetty ini tidak didirikan pada waktu yang bersamaan. Jetty yang satu didirikan pada tahun 1997 oleh PT (Perseroan Terbatas) Perikanan Nusantara, sedangkan jetty yang lainnya didirikan pada tahun 2003 dengan sumber dana dari APBN dan pemilik/pengelolanya adalah Pusat (DKP). Pada TPI Jaboi juga terdapat dua buah jetty. Masing-masing jetty berukuran 50 meter x 5 meter dan 40 meter x 5 meter. Kedua jetty ini tidak didirikan pada waktu yang bersamaan. Jetty yang pertama didirikan adalah jetty yang berukuran 50 meter x 5 meter, didirikan pada tahun 1995, sumber dana berasal dari APBD I, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang, sedangkan jetty yang terakhir didirikan adalah jetty yang berukuran 40 meter x 5 meter, didirikan pada tahun 2007, sumber dana berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. e) Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan di Kota Sabang hanya terdapat di wilayah Ie Suum Kelurahan Keuneukai Kecamatan Sukajaya. Kolam Pelabuhan ini didirikan pada tahun 2007 dengan luas areal sebesar 100 meter. Sumber dana pembangunan kolam pelabuhan ini berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. f) Pabrik Es Pabrik es yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu pabrik es yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota bawah Timur Kecamatan Sukakarya, dan pabrik es yang berlokasi di Ulee Krueng Kelurahan Balohan Kecamatan Sukajaya. Pabrik es yang berlokasi di PPI Pasiran memiliki kapasitas produksi 5ton/hari dan memiliki luas areal sebesar 128 m 2. Pabrik es tersebut didirikan pada tahun 2006, dengan sumber dana berasal dari APBD Kota Sabang, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. Pabrik es yang berlokasi di Ulee Krueng Kelurahan Balohan memiliki kapasitas produksi 1 ton/hari dan memilki luas areal sebesar 48 m 2. Pabrik tersebut didirikan pada tahun 2006, dengan

16 43 sumber dana berasala dari APBN/APBD, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko dan koperasi nelayan setempat. g) SPDN Hanya terdapat satu buah SPDN di Kota Sabang, yaitu SPDN yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. SPDN tersebut memiliki luas areal sebesar 15 m 2, didirikan pada tahun 2004, dimana sumber dananya berasal dari APBN, dan pemilik/pengelolanya adalah Koperasi nelayan Calog Alue Ie Masein. h) Tower Air Tower air yang terdapat di Kota Sabang ada dua buah, yaitu tower air yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya, dan tower air yang berlokasi di Pasie Kelurahan Jaboi Kecamatan Sukajaya. Tower air yang berlokasi di PPI Pasiran memiliki kapasasitas 5 ton, didirikan pada tahun 2006, dimana sumber dananya berasal dari APBD Kota Sabang, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. Tower air yang berlokasi di Pasie Kelurahan Jaboi memilki kapasitas 3 ton, didirikan pada tahun 2007, dimana sumber dananya berasal dari APBD II, dan pemilik/pengelolanya adalah Pemko Sabang. i) Dok Mini Hanya terdapat satu tempat perbaikan untuk kapal-kapal nelayan di Kota sabang, yaitu Dok mini yang berlokasi di PPI Pasiran Kelurahan Kota Bawah Timur Kecamatan Sukakarya. Dok mini tersebut memiliki luas areal sebesar 150m 2, didirikan pada tahun 2005, dimana sumber dananya tersebut berasal dari swadaya, dan pemilik/pengelolanya adalah individu yaitu Bapak Zulfikar Jailani.

SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG

SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG SABANG-PULAU WEH SEJARAH SINGKAT KOTA SABANG 1881 Didirikan Kolen Station oleh Belanda 1895 Dibuka pelabuhan bebas dan dikelola oleh SabangMactscappij 1942 Sabang diduduki oleh Jepang, mengalami kehancuran

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

Profil Kota Sabang H. MUNAWAR LIZA ZAINAL

Profil Kota Sabang H. MUNAWAR LIZA ZAINAL Profil Kota Sabang Ibukota : Kota Sabang Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan pengelolaan perikanan sejak tahun 1940-an menggunakan pendekatan konvensional dimana pendekatan yang dipakai lebih sektoral sehingga sedikit mengabaikan kaidah-kaidah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Aceh Barat secara geografis terletak pada 04 0 06 04 0 47 LU dan 95 0 52 96 0 30 BT. Wilayah Kabupaten Aceh Barat memiliki batas administrasi

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh 22 4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh 4.1.1 Letak topografis dan geografis Banda Aceh Kota Banda Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Perairan Kota Banda Aceh secara umum dipengaruhi

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi V. GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi Secara geografis letak Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6 10 53-6 30 6 Lintang Selatan dan 160 48 28-107 27 29 Bujur Timur.Wilayah Kabupaten Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA 2 PROVINSI SUMATERA UTARA VISI Menjadi Provinsi yang Berdaya Saing Menuju Sumatera Utara Sejahtera MISI 1. Membangun sumberdaya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I 1.1 Tinjauan Umum Indonesia adalah negara kepulauan yang mana luas wilayah perairan lebih luas dibanding luas daratan. Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menggali potensi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100 34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis. No.180, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun 2013. Penggunaan Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam wilayah Pemerintahan Aceh yang terletak di daerah barat selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA 4.1 Sejarah Kota Sibolga Kota Sibolga dahulunya merupakan bandar kecil di teluk Tapian Nauli dan terletak di pulau Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1515, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Kelautan. Perikanan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 48 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU 4.1 Geografi dan Pemerintahan 4.1.1 Geografi Secara geografi Kabupaten Kepulauan Aru mempunyai letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kemajuan yang sangat besar pada perkembangan industri. Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci