PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK)"

Transkripsi

1 PEMILIHAN ALTERNATIF PENYEDIAAN BBK DI PT X DENGAN METODE ANP (ANALYTIC NETWORK PROCESS)-BOCR (BENEFIT, OPPORTUNITY, COST DAN RISK) Didien Suhardini, Adhitya Tuhagono Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti didien.suhardini@yahoo.com ABSTRAK PT X yang bergerak pada sektor agribisnis di bidang perkebunan teh telah melakukan konversi bahan bakar dari bahan bakar minyak ke Bahan Bakar Kayu (BBK), sebagai upaya untuk menurunkan biaya produksi agar menjadi lebih efisien. Perusahaan ingin penyediaan BBK berkesinambungan agar proses produksi tidak terhambat oleh pasokan BBK. Ada tiga alternatif penyediaan BBK yaitu diperoleh dari: (1) pembelian ke supplier kayu bakar, (2) melakukan penanaman tanaman kayu dengan memanfaatkan lahan di areal Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan dan (3) kombinasi antara membeli BBK ke supplier dan melakukan penanaman tanaman kayu sendiri dengan persentase yang berbeda-beda. Pengambilan keputusan untuk memilih alternatif terbaik dalam penyediaan BBK kayu kurang sesuai jika menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) karena kriteria-krterianya saling berhubungan (Saaty, 1991). Oleh karena itu digunakan metode ANP ( Analitic Network Process) BOCR ( Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) yang merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang melihat perbandingan dari kriteria-kriteria yang saling berhubungan (Saaty, 2001). Model ini berguna untuk menentukan bobot tingkat kepentingan dari setiap hubungan kriteria, subkriteria dan alternatif yang terdapat pada subnet benefit, opportunity, cost dan risk, untuk menentukan prioritas alternatif terbaik terhadap tujuan penyediaan BBK dilihat dari segi benefit, opportunity, cost dan risk. Penentuan bobot tingkat kepentingan diambil berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh pakar di bidang teh dan pengambil keputusan di perusahaan tersebut. Perhitungan metode pengambilan keputusan ini menghasilkan alternatif terbaik adalah yang kedua yaitu melakukan penanaman sendiri. Kata Kunci : Pengambilan Keputusan ANP (Analitic Network Process) - BOCR Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) PENDAHULUAN Industri teh Indonesia mengalami kerugian yang cukup besar dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah telah menghapus subsidi harga BBM disektor industri yang dimulai sejak bulan Oktober 2005, sehingga harga BBM mengikuti fluktuasi harga minyak dunia, dimana tanggal 1 April 2008 harga solar industri mencapai harga Rp 9.416, sedangkan per tanggal 25 November 2008 harga solar industri turun menjadi Rp Fluktuasi harga solar industri ini menyebabkan biaya produksi teh menjadi membengkak, dikarenakan BBM atau solar ini dibutuhkan untuk melakukan proses pemanasan pada tahap pelayuan dan pengeringan pucuk teh, oleh karena itu dibutuhkan sumber bahan baku energi lain yang dapat menunjang proses produksi tanpa mengganggu kualitas produk yang dihasilkan dan dapat mengurangi biaya produksi.

2 Sumber energi panas yang mungkin digunakan sebagai pengganti BBM adalah geothermal, kayu bakar, dan batubara. Geothermal dan kayu bakar merupakan sumber energi panas yang ramah lingkungan dan renewable, sedangkan batubara merupakan sumber energi non-renewable. Geothermal hanya mungkin digunakan oleh perkebunan teh yang berdekatan dengan sumber geothermal, sedangkan kayu bakar dapat digunakan oleh semua perkebunan, dengan menanam pohon khusus untuk menghasilkan kayu bakar. Awal pembukaan perkebunan teh, kayu bakar merupakan sumber energi utama untuk memenuhi kebutuhan energi thermal dan energi kinetis di perkebunan teh, seiring dengan perubahan zaman dan adanya subsidi BBM yang diberikan oleh Pemerintah, menyebabkan harga BBM sangat murah, maka pemanfaatan kayu bakar ditinggalkan. Menghadapi harga BBM yang terus meningkat tersebut, penggunaan kayu bakar merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan biaya produksi teh. (Rosyadi, 2005). Penggunaan Bahan Bakar Kayu (BBK) sebagai sumber energi panas yang dapat menggantikan BBM dalam pengolahan teh dapat menurunkan biaya produksi yang sangat signifikan, dimana harga per kilogram kayu bakar adalah Rp 400/kg, sedangkan harga solar industri adalah Rp 6.855/liter. Untuk memproduksi 1 kg teh kering dibutuhkan 2 kg kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 800, berbeda signifikan dengan teh kering yang diproduksi menggunakan solar membutuhkan 0,35 liter untuk menghasilkan 1 kg teh kering dengan biaya Rp ( Sumber: Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, 2008). PT X yang berdomisili di daerah Jawa Barat telah melakukan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke BBK untuk menunjang proses produksinya. PT X saat ini mengandalkan pasokan kayu bakar dari supplier yang memiliki sertifikat atau label pada kayu-kayunya, sehingga dapat diketahui asal-usul kayu tersebut untuk menghindari penebangan liar. Pengadaan BBK harusnya sangat diperhitungkan, mengingat jumlah perusahaan teh di daerah Jawa Barat adalah sebanyak 137 perusahaan yang terdiri dari 136 Perusahaan Perkebunan Besar Swasta dan 1 Perusahaan Perkebunan Besar Negara (PT Perkebunan Nusantara VIII), dengan total luas areal Hak Guna Usaha (HGU) adalah ,58 Ha dan rata-rata kapasitas produksinya per tahun adalah ton. Perusahaan-perusahaan tersebut lambat laun akan melakukan konversi bahan bakar secara keseluruhan dan membutuhkan supplai BBK. Permasalahan pengadaan BBK akan menjadi masalah yang besar dan menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan, dimana untuk memproduksi 1 kg teh kering dibutuhkan 2 kg kayu bakar, yang mana bobot kayu hasil panen adalah 20 kg/pohon pada umur 5 tahun. Jumlah pohon yang dapat ditanam pada lahan 1 Ha adalah 5000 pohon dan menghasilkan kg kayu bakar dengan estimasi panen 80% dari seluruh pohon, sehingga untuk menghasilkan ton teh kering dibutuhkan ton kayu bakar yang memakan lahan penanaman seluas Ha/tahun. Data tersebut membuktikan bahwa dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk memenuhi pengadaan BBK dengan kapasitas produksi rata-rata ton, sehingga industri teh akan mengalami permasalahan dalam pengadaan BBK, apabila tidak dilakukan persiapan dengan cara menanam kayu bakar di areal kebun. Penyediaan hutan tanaman kayu bakar tersebut dilakukan dengan cara mengkonversi sebagian areal hak guna usaha (HGU). Besarnya kebutuhan luas areal serta jenis kayu bakar yang ditanam sangat menentukan supply kayu bakar kedepannya. (Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, 2008). A-4-2

3 Permasalahan penyediaan BBK ini harus segera diatasi dengan melakukan pengambilan keputusan menggunakan metode ANP (Analitic Network Process)-BOCR (Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. PT X perlu melakukan pemilihan alternatif antara lain, membeli BBK ke supplier, melakukan penanaman tanaman kayu dengan memanfaatkan lahan di areal Hak Guna Usaha perusahaan dan kombinasi antara membeli BBK ke supplier dan melakukan penanaman tanaman kayu sendiri. Model ANP-BOCR digunakan karena berbeda dengan AHP, ANP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang melihat perbandingan dari kriteria-kriteria yang saling berhubungan (Saaty, 2001). Model ini berguna dalam menentukan bobot dari kriteria, subkriteria dan alternatif yang dilihat dari segi benefit, opportunity, cost dan risk untuk menentukan alternatif terpilih pada goal yaitu penyediaan BBK. METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANP-BOCR Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk pengambilan keputusan dengan metode ANP (Analytical Network Process)-BOCR ( Benefit, Opportunity, Cost dan Risk), diperoleh dari pengamatan dan wawancara secara langsung dengan pihak perusahaan.. Hasil wawancara adalah demand dan supply di pasar merupakan aspek terpenting pada penyediaan BBK, aspek tersebut terwakili pada kriteria yang terpilih. Pendapat pakar diperoleh dari hasil kuesioner yang melihat hubungan dari seluruh kriteria, subkriteria dan alternatif yang bersangkutan dengan tujuan penyediaan BBK, dari segi Benefit, Opportunity, Cost dan Risk. Hubungan ini yang menjadi dasar dipilihnya metode (Analytical Network Process)-BOCR ( Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) dalam membantu pengambilan keputusan. Pendefinisian Kriteria, Subkriteria dan Alternatif Pendefinisian kriteria, subkriteria dan alternatif ditentukan oleh hasil pengamatan dan wawancara dengan pakar di perusahaan dan juga pengambil keputusan di perusahaan tersebut, maka didapatkan 4 kriteria dan subkriterianya, beserta alternatifalternatif yang akan diambil, seperti dapat dilihat penjelasannya sebagai berikut : 1. Kriteria Perusahaan/pihak yang membutuhkan BBK (D) Kriteria ini menunjukkan jumlah dari BBK yang dibutuhkan di pasar. Jumlah ini bergantung pada pihak-pihak yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar pada industrinya atau proses produksinya. Subkriteria yang mendukung kriteria ini adalah: a) Jenis dan Kualitas Kayu (D1) Sub kriteria ini memuat tentang jenis dan kualitas kayu yang baik, agar menghasilkan BBK yang berkualitas untuk menunjang proses produksi. b) Volume BBK (D2) Sub kriteria ini menjelaskan bahwa permintaan BBK akan semakin meningkat, apabila perusahaan kompetitor di industri teh telah melakukan konversi bahan bakar minyak ke BBK. Volume ini disesuaikan dengan bobot kayu yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi teh pada setiap perusahan yang telah melakukan konversi ke kayu bakar. c) Harga Kayu (D3) Harga kayu pada sub kriteria ini dipengaruhi dari banyaknya permintaan BBK di pasar, semakin banyak permintaan BBK di pasar akan semakin tinggi juga A-4-3

4 harga kayu, apabila supply akan BBK tersebut tetap, begitu juga sebaliknya apabila permintaan turun dan supply tetap, maka harga BBK akan turun. 2. Kriteria Perusahaan/pihak yang Menyediakan BBK (S) Kriteria ini menunjukkan bahwa pihak-pihak yang menyediakan BBK mempengaruhi industri yang menggunakan BBK sebagai penunjang proses produksinya, terutama industri teh. Beberapa subkriteria yang mendukung kriteria ini adalah : a) Jumlah Supplier BBK (S1) Subkriteria ini merupakan unsur terpenting dalam tersedianya BBK di pasar, dimana semakin banyak supplier, maka semakin banyak pula BBK yang tersedia. b) Sumber Perolehan BBK (S2) Subktiteria ini menunjukkan bahwa pengadaan BBK harus jelas sumber perolehannya, sehingga dapat dibuktikan apakah kayu yang digunakan untuk BBK tersebut adalah kayu ilegal atau kayu hasil penebangan liar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pengrusakan lingkungan oleh supllier-supllier BBK. c) Biaya Perolehan BBK (S3) Biaya perolehan BBK adalah biaya yang mencakup dari biaya pengadaan lahan dan biaya pembudidayaan tanaman apabila melakukan penanaman sendiri, serta biaya pemotongan tanaman kayu dan biaya distribusi pada saat panen atau saat mengambil langsung dari tanaman kayu yang sudah ada. d) Waktu Penyerahan BBK (S4) Subkriteria ini memperlihatkan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan BBK sampai dapat digunakan. Waktu ini meliputi masa tanam tanaman kayu, apabila melakukan penanaman sendiri, sampai dengan waktu panen atau pemotongan tanaman kayu untuk dijadikan BBK dan waktu pendistribusian BBK tersebut. 3. Kriteria Areal Penanaman Tanaman Kayu (L) Kriteria ini berdasarkan kepada areal yang tersedia untuk merealisasikan penyediaan BBK. Beberapa subkriteria yang mendukung kriteria ini antara lain: a) Luas Lahan Tanaman Kayu (L1) Luas lahan pada sub kriteria ini adalah luas lahan yang disiapkan khusus untuk menunjang supply BBK yang digunakan untuk proses pengeringan pada proses produksi, sehingga luas lahan tersebut dapat ditanami sesuai dengan jumlah kayu bakar yang dibutuhkan untuk mencapai kapasitas produksi yang diinginkan. b) Konversi Lahan Perkebunan yang tidak Produktif (L2) Luas lahan pada sub kriteria ini adalah pemanfaatan lahan yang tidak produktif pada areal perkebunan, seperti pada lahan yang curam atau lahan yang tidak cocok untuk ditanami tanaman teh, yang dapat digunakan untuk ditanami tanaman kayu untuk dijadikan BBK yang dapat menunjang proses pengeringan pada proses produksi. 4. Kriteria Teknologi budidaya tanaman kayu (T) Kriteria ini memuat tentang teknologi yang digunakan dalam mengembangkan tanaman kayu agar menghasilkan BBK yang berkualitas. Beberapa subkriteria yang mendukung kriteria ini antara lain: a) Teknik Pemilihan Bibit Kayu (T1) Teknik ini merupakan teknik yang memaparkan cara-cara memilih bibit kayu A-4-4

5 yang baik. Bibit yang baik adalah bibit yang cocok dengan kondisi tanah di areal penanaman, memiliki masa tanam yang cepat, mempunyai kalori yang tinggi dan memiliki bobot kayu yang berat. b) Teknik Penanaman Tanaman Kayu (T2) Teknik ini merupakan teknik yang memaparkan cara-cara melakukan penanaman yang baik dalam menanam tanaman kayu, yang dapat menghasilkan BBK yang berkualitas dan potongan batang kayunya dapat dipasarkan menjadi kayu untuk bahan bangunan. c) Teknik Perawatan Tanaman Kayu (T3) Teknik ini merupakan teknik yang memaparkan cara-cara melakukan perawatan yang baik untuk menghasilkan tanaman kayu yang berkualitas, yang dapat dimanfaatkan sebagai BBK dan potongan batang kayunya dimanfaatkan sebagai kayu untuk bahan bangunan. d) Teknik Panen Tanaman Kayu (T4) Teknik ini merupakan teknik yang memaparkan cara-cara melakukan panen yang baik untuk menghasilkan BBK sesuai kapasitas yang ditetapkan untuk mendukung proses produksi pabrik, sehingga perlu dilakukan panen yang berkesinambungan dengan penetapan luas lahan yang tetap. Teknik panen ini pun harus dapat membagi-bagi potongan kayu agar dapat dimanfaatkan juga sebagai kayu untuk bahan bangunan, terutama pada bagian batang pohonnya. Alternatif keputusan untuk memenuhi penyediaan BBK yang digunakan perusahaan sebagai bahan bakar penunjang proses produksi adalah sebagai berikut : 1) Beli ke Supplier (A1) Merupakan alternatif yang dilakukan perusahaan saat ini untuk memenuhi penyediaan BBKnya. Alternatif ini dapat dipilih perusahaan, akan tetapi sumber dari pengadaan bahan bakar tersebut harus memiliki bukti bahwa kayu-kayu tersebut tidak didapatkan dari hasil pengrusakan hutan atau penebangan liar. 2) Tanam Sendiri (A2) Adalah alternatif yang dapat dilakukan perusahaan untuk pengadaan BBK yang berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang, akan tetapi membutuhkan investasi yang cukup besar di awal. 3) Kombinasi beli dan tanam Kombinasi dari kedua alternatif diatas dapat dimodifikasi menjadi beberapa alternatif sebagai berikut : a. Kombinasi Tanam 90% dan Beli 10% (A3) b. Kombinasi Tanam 80% dan Beli 20% (A4) c. Kombinasi Tanam 70% dan Beli 30% (A5) d. Kombinasi Tanam 60% dan Beli 40% (A6) e. Kombinasi Tanam 50% dan Beli 50% (A7) f. Kombinasi Tanam 40% dan Beli 60% (A8) g. Kombinasi Tanam 30% dan Beli 70% (A9) h. Kombinasi Tanam 20% dan Beli 80% (A10) i. Kombinasi Tanam 10% dan Beli 90% (A11) Struktur Proses Jejaring Analitik Keputusan Struktur proses jejaring analitik keputusan ditunjukkan pada Gambar 1.Gambar tersebut menunjukkan hubungan kriteria, subkriteria dan alternatif yang telah A-4-5

6 didefinisikan sebelumnya pada penjelasan diatas. Kriteria, subkriteria dan alternatif pada gambar tersebut berada didalam subnet Benefit, Opportunity, Cost dan Risk untuk melihat perbandingan tingkat kepentingan dari setiap kriteria, subkriteria dan alternatif tersebut dari segi Benefit, Opportunity, Cost dan Risk, agar dapat dihasilkan suatu keputusan yang optimal dan realistis. P e n y e d i a a n B a h a n B a k a r K a y u B e n e f i t ( B ) O p p o r t u n i t y ( O ) C o s t ( C ) R i s k ( R ) P e r u s a h a a n / P i h a k y a n g M e m b u t u h k a n B a h a n B a k a r K a y u ( D ) P e r u s a h a a n / P i h a k y a n g M e n y e d i a k a n B a h a n B a k a r K a y u ( S ) A r e a l P e n a n a m a n T a n a m a n K a y u ( L ) T e k n o l o g i B u d i d a y a T a n a m a n K a y u ( T ) J e n i s d a n K u a l i t a s K a y u ( D 1 ) V o l u m e B a h a n B a k a r K a y u ( D 2 ) H a r g a B a h a n B a k a r K a y u ( D 3 ) J u m l a h S u p p l i e r B a h a n B a k a r K a y u ( S 1 ) S u m b e r P e r o l e h a n B a h a n B a k a r K a y u ( S 2 ) B i a y a P e r o l e h a n B a h a n B a k a r K a y u ( S 3 ) W a k t u P e n y e r a h a n B a h a n B a k a r L u a s L a h a n T a n a m a n K a y u ( L 1 ) K o n v e r s i L a h a n P e r k e b u n a n y a n g t i d a k P r o d u k t i f ( L 2 ) T e k n i k P e m i l i h a n B i b i t K a y u ( T 1 ) T e k n i k P e n a n a m a n T a n a m a n K a y u ( T 2 ) T e k n i k P e r a w a t a n T a n a m a n K a y u ( T 3 ) T e k n i k P a n e n T a n a m a n K a y u ( T 4 ) K a y u ( S 4 ) B E L I K E S U P P L I E R ( A 1 ) S E N D I R I ( A 2 ) 9 0 % & B E L I 1 0 % ( A 3 ) 8 0 % & B E L I 2 0 % ( A 4 ) 7 0 % & B E L I 3 0 % ( A 5 ) 6 0 % & B E L I 4 0 % ( A 6 ) 5 0 % & B E L I 5 0 % ( A 7 ) 4 0 % & B E L I 6 0 % ( A 8 ) 3 0 % & B E L I 7 0 % ( A 9 ) 2 0 % & B E L I 8 0 % ( A 1 0 ) 1 0 % & B E L I 9 0 % ( A 1 1 ) Gambar 1. Struktur Proses Jejaring Analitik Keputusan Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner Pembuatan dan penyebaran kuesioner dilakukan setelah menentukan dan menjabarkan kriteria, subkriteria dan alternatif penyediaan BBK. Kuesioner ini menggunakan metode perbandingan berpasangan ( Pairwise Comparison) untuk mengetahui bobot dari masing-masing kriteria, subkriteria dan alternatifnya. Penyebaran kuesioner diberikan kepada Direktur PT X. Pengisian kuesioner oleh pakar di bidang teh dan pengambil keputusan di perusahaan, diharapkan dapat menghasilkan suatu keputusan yang optimal dan realistis. Pengolahan Data Derajat pembobotan untuk setiap kriteria, subkriteria dan alternatif ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan yang dibuat oleh Thomas L. Saaty, di mana tingkat nilai kepentingan tersebut dari skala 1 sampai dengan skala 9. Nilai kepentingan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepentingan yang diberikan maka semakin tinggi pula derajat kepentingannya. Nilai kepentingan dipergunakan untuk memberikan nilai terhadap dua elemen. HASIL DAN DISKUSI a) GOAL matriks perbandingan berpasangan dengan kontrol goal terhadap subnet BOCR adalah subnet cost dengan nilai normalized by cluster sebesar Hasil ini menunjukkan bahwa untuk mencapai goal penyediaan BBK unsur cost lebih prioritas dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. A-4-6

7 b) BENEFIT matriks perbandingan berpasangan pada subnet benefit menghasilkan nilai normalized by cluster, dimana pada subnet ini alternatif tanam sendiri memiliki nilai terbesar dengan nilai sebesar dan subkriteria luas lahan tanaman kayu memiliki nilai normalized by cluster yang terbesar dibandingkan subkriteria yang lain dengan nilai sebesar 0, Hasil ini menunjukkan bahwa pada subnet benefit alternatif tanam sendiri merupakan alternatif terpenting dan subkriteria luas lahan tanaman kayu merupakan subkriteria terpenting. c) COST matriks perbandingan berpasangan pada subnet cost menghasilkan nilai normalized by cluster, dimana pada subnet ini alternatif tanam sendiri memiliki nilai terbesar dengan nilai sebesar dan subkriteria luas lahan tanaman kayu memiliki nilai normalized by cluster yang terbesar dibandingkan subkriteria yang lain dengan nilai sebesar 0, Hasil ini menunjukkan bahwa pada subnet cost alternatif tanam sendiri merupakan alternatif terpenting dan subkriteria luas lahan tanaman kayu merupakan subkriteria terpenting. d) OPPORTUNITY matriks perbandingan berpasangan pada subnet opportunity menghasilkan nilai normalized by cluster, dimana pada subnet ini alternatif tanam sendiri memiliki nilai terbesar dengan nilai sebesar dan subkriteria luas lahan tanaman kayu memiliki nilai normalized by cluster yang terbesar dibandingkan subkriteria yang lain dengan nilai sebesar 0, Hasil ini menunjukkan bahwa pada subnet opportunity alternatif tanam sendiri merupakan alternatif terpenting dan subkriteria luas lahan tanaman kayu merupakan subkriteria terpenting. e) RISK matriks perbandingan berpasangan pada subnet risk menghasilkan nilai normalized by cluster, dimana pada subnet ini alternatif tanam sendiri memiliki nilai terbesar dengan nilai sebesar dan subkriteria konversi lahan perkebunan yang tidak produktif memiliki nilai normalized by cluster yang terbesar dibandingkan subkriteria yang lain dengan nilai sebesar 0, Hasil ini menunjukkan bahwa pada subnet risk alternatif tanam sendiri merupakan alternatif terpenting dan subkriteria konversi lahan perkebunan yang tidak produktif merupakan subkriteria terpenting. HASIL DAN DISKUSI Hasil perhitungan pembobotan dan pengujian konsistensi matriks perbandingan berpasangan menggunakan software Super Decisions adalah: Matriks perbandingan berpasangan dengan kontrol goal penyediaan BBK terhadap BOCR ( Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) menghasilkan cost sebagai prioritas terbaik dengan normalized by cluster 0,41381, sehingga cost merupakan unsur terpenting dalam penyediaan BBK yang merupakan goal dari pemilihan alternatif keputusan. A-4-7

8 Hasil prioritas alternatif terbaik pada goal penyediaan BBK didapatkan dari perhitungan realistic yang mengalikan nilai normalized by cluster pada subnet benefit dan opportunity yang kemudian dibagi dengan hasil perkalian nilai normalized by cluster pada subnet cost dan risk. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Keputusan Realistik pada Penyediaan BBK Bobot BOCR untuk setiap Alternatif ALTERNATIF Benefit Opportunity Cost Risk B/C BxO/CxR Beli ke Supplier 0, , , , , , Tanam Sendiri 0, , , , , , Bobot BOCR untuk setiap Alternatif ALTERNATIF Benefit Opportunity Cost Risk B/C BxO/CxR Kombinasi Tanam 90% & Beli 10% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 80% & Beli 20% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 70% & Beli 30% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 60% & Beli 40% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 50% & Beli 50% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 40% & Beli 60% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 30% & Beli 70% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 20% & Beli 80% 0, , , , , , Kombinasi Tanam 10% & Beli 90% 0, , , , , , Perhitungan keputusan realistik pada penyediaan BBK menghasilkan alternatif tanam sendiri sebagai alternatif terpilih karena memiliki nilai terbesar dengan nilai 1, Perhitungan realistik ini harus menghasilkan nilai yang lebih besar dari 1, dimana terdapat 5 alternatif yang memiliki nilai lebih besar dari 1, akan tetapi alternatif tanam sendiri merupakan nilai yang terbesar. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian pemilihan alternatif penyediaan BBK dengan metode Metode ANP ( Analitic Network Process)-BOCR (Bene fit, Opportunity, Cost dan Risk) dan usulan adalah sebagai berikut : Pengambilan keputusan dengan metode ANP ( Analitic Network Process) BOCR (Benefit, Opportunity, Cost dan Risk) menghasilkan alternatif keputusan terbaik yaitu melakukan penanaman sendiri pada lahan Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan berdasarkan nilai prioritas dari kontrol goal terhadap Subnet BOCR memperlihatkan bahwa yang paling berpengaruh dalam penyediaan BBK adalah dari segi cost dengan nilai prioritas , sehingga dalam pemilihan alternatif terbaik dilihat dari Subnet Cost. Nilai normalized by cluster pada Subnet Cost yang menghasilkan alternatif tanam sendiri sebagai nilai terbesar dengan nilai A-4-8

9 Perlu dibuat rencana pengembangan penyediaan BBK berdasarkan hasil keputusan metode ANP-BOCR yang diimplementasikan oleh suatu unit bisnis yang dapat melakukan program penanaman tanaman kayu mulai dari persiapan lahan sampai dengan panen. DAFTAR PUSTAKA Saaty, Thomas, L Decision Making With Dependence and Feedback. The Analytic Network Process. RWS Publication Saaty, Thomas, L The Analytic Hierarchy Priorities. Vol III. RWS Publication Process Series. The Logic of Saaty, Thomas, L The Analytic Hierarchy Process Series. Analitycal Planning. Vol IV. RWS Publication Saaty, Thomas, L Decision Making With Dependence and Feedback. The Analytic Network Process. Second edition. RWS Publication A-4-9

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung terhadap studi kasus yang akan dilakukan seperti: Strategic Planning Decision Support System (DSS) Evaluasi Supplier 2.1 Strategic

Lebih terperinci

Pengolahan Data Merubah variabel linguistik menjadi bilangan fuzzy

Pengolahan Data Merubah variabel linguistik menjadi bilangan fuzzy Pengolahan Data Merubah variabel linguistik menjadi bilangan fuzzy Skala Linguistik Nilai Kepentingan pada ANP Bilangan fuzzy untuk fuzzy ANP Skala TFN (l, m, u) Fungsi Keanggotaan Contoh Kuesioner Sama

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace - IAe) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri pesawat terbang, yang dimana memiliki material yang beragam dan aturan-aturan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX

PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) UNTUK PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PADA CV TX 1) Ignatius A. Sandy, 2) Alfian, 3) Moch. Giovani A. P. Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM)

MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM) MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM) Ethanty Paramita Nugrahini 5208100052 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK COOPER ROD MENGGUNAKAN METODE ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO))

PEMILIHAN PEMASOK COOPER ROD MENGGUNAKAN METODE ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO)) PEMILIHAN PEMASOK COOPER ROD MENGGUNAKAN METODE ANP (Studi Kasus : PT. Olex Cables Indonesia (OLEXINDO)) Triwulandari S. Dewayana 1, Ahmad Budi W. 2 Jurusan Teknik Industri, FTI - Universitas Trisakti

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

PEMILIHAN PEMASOK DAN PENGALOKASIAN ORDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY-ANALYTIC NETWORK PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS DI PT.

PEMILIHAN PEMASOK DAN PENGALOKASIAN ORDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY-ANALYTIC NETWORK PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS DI PT. PEMILIHAN PEMASOK DAN PENGALOKASIAN ORDER DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY-ANALYTIC NETWORK PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS DI PT. SA) SUPPLIER SELECTION AND ORDER ALLOCATION USING FUZZY- ANALYTIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya dilakukan analisis prioritas terhadap alternatif-alternatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seringkali sebuah organisasi dihadapkan dengan suatu masalah dimana organisasi tersebut mengalami kesulitan dalam memilih suatu alternatif dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a) Pada permasalahan pemilihan order

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Welda STMIK MDP Palembang welda@stmik-mdp.net Abstrak: Melakukan pengambilan keputusan menggunakan matriks

Lebih terperinci

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB III ANP DAN TOPSIS BAB III ANP DAN TOPSIS 3.1 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process atau ANP adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pengambil keputusan menghadapi faktor-faktor yang saling berhubungan

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 75 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari serangkaian perhitunganperhitungan dan analisa-analisa yang telah dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada. Disamping itu disampaikan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMILIHAN DAN STRATEGI ALTERNATIF BAHAN BAKU ENERGI BIODISEL SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PENDEKATAN AHP - BCR

PERENCANAAN PEMILIHAN DAN STRATEGI ALTERNATIF BAHAN BAKU ENERGI BIODISEL SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PENDEKATAN AHP - BCR PERENCANAAN PEMILIHAN DAN STRATEGI ALTERNATIF BAHAN BAKU ENERGI BIODISEL SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PENDEKATAN AHP - BCR Hakun Wira, Udisubakti Ciptomulyono Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG

PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT. HARVITA TISI MULIA SEMARANG 1 Febriarto Adhi Wiwoho 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI XIX XX XX XXI XXIII 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7 Manfaat

Lebih terperinci

3.2 Objek Penelitian Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan

3.2 Objek Penelitian Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv PERSEMBAHAN... vi MOTTO... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS HOME INDUSTRY NEDY)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS HOME INDUSTRY NEDY) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS HOME INDUSTRY NEDY) Yani Iriani 1, Topan Herawan 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Robbins dan Coultier (2012) menyatakan bahwa manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan

Lebih terperinci

PEMILIHAN ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN METODE ANP DAN BOCR DI DINAS KEBERSIHAN PROPINSI DKI JAKARTA

PEMILIHAN ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN METODE ANP DAN BOCR DI DINAS KEBERSIHAN PROPINSI DKI JAKARTA PEMILIHAN ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN METODE ANP DAN BOCR DI DINAS KEBERSIHAN PROPINSI DKI JAKARTA Pudji Astuti, Tiena G.Amran, Herdono Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti, Jakarta pudji_agus@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 data statistik bahan baku aspal

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 data statistik bahan baku aspal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Sebuah bisnis tidak terlepas dari adanya persaingan. Persaingan merupakan salah satu faktor pendorong bagi suatu perusahaan untuk mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

7 SIMULASI MODEL DINAMIS

7 SIMULASI MODEL DINAMIS 62 7 SIMULASI MODEL DINAMIS Setelah model berhasil dibangun, maka dilanjutkan langkah berikut berupa simulasi model sistem dinamis menggunakan software Stella yang dibantu oleh model pendukung berbasis

Lebih terperinci

Penggalian Kriteria Vendor Teknologi Informasi di Pondok Pesantren Mojokerto Jawa Timur Berdasarkan Metode Analytic Network Process

Penggalian Kriteria Vendor Teknologi Informasi di Pondok Pesantren Mojokerto Jawa Timur Berdasarkan Metode Analytic Network Process A803 Penggalian Kriteria Vendor Teknologi Informasi di Pondok Pesantren Mojokerto Jawa Timur Berdasarkan Metode Analytic Network Process Defit Setya Ike, Bekti Cahyo Hidayanto, Hanim Maria Astuti Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS) Hafidh Munawir, Eko Wahyu Nugroho Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI Sambas Sundana, Yossy Yulia Sari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhamadiyah Jakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV Duta Warna adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa percetakan, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku kertas bergantung kepada supplier. Saat ini perusahaan memiliki 5 supplier bahan baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS KAYU UNTUK KERAJINAN MEUBEL DENGAN METODE AHP

PENENTUAN KUALITAS KAYU UNTUK KERAJINAN MEUBEL DENGAN METODE AHP PENENTUAN KUALITAS YU UNT KERAJINAN MEUBEL DENGAN METODE AHP Ria Eka Sari Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Jurusan Sistem Informasi Universitas Potensi Utama Jl. K.L Yos Sudarso Km 6.5 No. 3-A Tanjung

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan satu usaha Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan potensi daerah yang mengalami perkembangan sangat pesat. Perkembangan pariwisata

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

Penerapan Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Dosen Berprestasi di STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

Penerapan Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Dosen Berprestasi di STMIK Atma Luhur Pangkalpinang TEKNOMATIKA, Vol.06, No.02, September 2016 ISS 65 Penerapan Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Dosen Berprestasi di STMIK Atma Luhur Pangkalpinang IMPLEMENTATION OF DECISION SUPPORT SYSTEM MODEL

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangsungan suatu industri pengolahan kayu sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku utamanya, yaitu kayu. Saat ini industri perkayuan di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 95~101 PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL Ruhul Amin STMIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

Magister Komputer Universitas Budi Luhur

Magister Komputer Universitas Budi Luhur Magister Komputer Universitas Budi Luhur Strategi Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Study Kasus : PT. Ciliandra Perkasa

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi ABSTRAKSI... vii ABSTRACT......

Lebih terperinci

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract Penerapan Sistem Pendukung Keputusan untuk Seleksi Mahasiswa Berprestasi menggunakan Metode AHP (Application of Decision Support System for The Selection of Student Achievement using AHP Method) Titis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja,

Lebih terperinci

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan ini Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo S. Kom., M. Eng. Oleh : Verri Andriawan (14111036) Andi Gustanto Mucharom

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sumber Mulia Lestari merupakan salah satu perusahaan garmen di Indonesia yang memproduksi sweater baik untuk dewasa maupun untuk anakanak.perusahaan ini memiliki beberapa supplier yang memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bahan baku merupakan sumber daya utama dalam kegiatan produksi selain sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dan mesin sebagai sumber daya teknologi, dengan alasan diatas maka perlu dilakukan

Lebih terperinci

Ususlan Pemilihan Supplier Bahan Baku PVC Ballon di CV MD Sport Dengan Metode Analytical Network Process

Ususlan Pemilihan Supplier Bahan Baku PVC Ballon di CV MD Sport Dengan Metode Analytical Network Process Ususlan Pemilihan Supplier Bahan Baku PVC Ballon di CV MD Sport Dengan Metode Analytical Network Process Y.M. Kinley Aritonang, Irene Novita Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan alam bangsa Indonesia yang menjadi aset berharga dalam mendatangkan devisa bagi negara, sehingga dapat memberi kontribusi yang

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP

DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP DECISION SUPPORT DALAM PEMILIHAN STAF TERBAIK DENGAN METODE ANP Edy Victor Haryanto Universitas Potensi Utama Jl. KL. Yos Sudarso, Km. 6,5 No. 3A Tanjung Mulia Medan Abstrak Staf atau Pegawai adalah salah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DALAM PENETAPAN KRITERIA PEMILIHAN FABRICATOR UNTUK PENGERJAAN KONSTRUKSI DAN PEMIPAAN (PIPING) Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK I.1 Pendahuluan Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membuat banyak pihak merasakan manfaat yang luar biasa. Bukan hanya sebagai pelengkap kebutuhan manusia, namun keberadaan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ)

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ) EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ) Rista Dwi Novianto 1) dan Suparno 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang keahlian Manajemen

Lebih terperinci

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Yoktan Sudamara Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Unsrat Bonny F. Sompie, Robert J. M. Mandagi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Mahasiswa Lulusan Terbaik di Politeknik Ganesha Medan Menggunakan Metode Analytic Network Process (ANP)

Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Mahasiswa Lulusan Terbaik di Politeknik Ganesha Medan Menggunakan Metode Analytic Network Process (ANP) Sistem Pendukung Keputusan Menentukan Mahasiswa Lulusan Terbaik di Politeknik Ganesha Medan Menggunakan Metode Analytic Network Process (ANP) Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi --- 1 Kata Pengantar Alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena Jurnal Tekinfo (Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, dan minyak sawit merupakan sektor ekspor yang paling tinggi nilainya selama kurun

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP) Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP) Definisi Analyitical Network Process (ANP) Analytical Network Process (ANP) adalah teori matematis yang memungkinkan seorang pegambil keputusan menghadapi faktor-faktor

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Tandan

BAB I PENDAHULUAN. Merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengolahan Tandan V-23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. PP. Lonsum Bagerpang POM memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit sekitar 12.853,71 (Ha). Terdiri dari perkebunan bagerpang estate dengan luas 5.724,16

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN BIDANG PEKERJAAN BAGI LULUSAN LPP PENERBANGAN MENGGUNAKAN METODE ANP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN BIDANG PEKERJAAN BAGI LULUSAN LPP PENERBANGAN MENGGUNAKAN METODE ANP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN BIDANG PEKERJAAN BAGI LULUSAN LPP PENERBANGAN MENGGUNAKAN METODE ANP Syafrizal STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 6,5 No. 3 A Medan Rizalsyl75@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Model Pemilihan Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Investasi Air Minum Menggunakan Proses Jaringan Analitis (ANP) ini merupakan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

Perancangan Perbaikan Sistem Pembelian Bahan Baku di PT. FSCM Manufacturing

Perancangan Perbaikan Sistem Pembelian Bahan Baku di PT. FSCM Manufacturing Perancangan Perbaikan Sistem Pembelian Bahan Baku di PT. FSCM Manufacturing Iwan 1, Tanti Octavia, S.T., M. Eng. 2 Abstract: PT FSCM Manufacturing Indonesia merupakan produsen suku cadang kendaraan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN x DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN x xii xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Penelitian 1 Rumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11 MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh: WILLY WIJAYA NIM.

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh: WILLY WIJAYA NIM. IMPLEMENTASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN FUZZY MULTI-ATTRIBUTE DECISION MAKING (FUZZY MADM) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PENGERJAAN ORDER DI PT. SUMATERA WOOD INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perusahaan Jamur NAD terdiri dari dua unit bisnis yaitu usaha budidaya jamur dan pembibitan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU PEWARNA KAIN DI PT KURNIA MAS TEXTILE Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl. Sari Asih No. 54, Bandung-40151

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak PEMILIHAN ALTERNATIF SUPPLIER MENGGUNAKAN PENDEKATAN VENDOR PERFORMANCE INDICATOR (VPI) DAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES (AHP) DI PT SUMBER BERKAT ANUGERAH INDONESIA Euis Nina Saparina Yuliani 1,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel 2.1. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Terdapat perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang

I. PENDAHULUAN. sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian semakin lama semakin kurang produktif sebagai tempat aktivitas petani dalam berusahatani. Berbagai kemungkinan akibat produktivitas menurun yaitu petani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN) PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN) Ria Eka Sari, Alfa Saleh STMIK POTENSI UTAMA JL.KL.YOS SUDARSO KM 6.5 TANJUNG MULIA MEDAN ladiespure@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc PEMILIHAN PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI KECIL MENENGAH POTENSIAL DI KABUPATEN BANGKALAN PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU DENGAN METODE DELPHI DAN ANP Oleh: Putri Narita 2505 100 117 Pembimbing:

Lebih terperinci

PENENTUAN BENTUK USAHA SYARIAH PT. BANK DANAMON, TAHUN

PENENTUAN BENTUK USAHA SYARIAH PT. BANK DANAMON, TAHUN PENENTUAN BENTUK USAHA SYARIAH PT. BANK DANAMON, TAHUN 2011 2014 Imam Haryanto Program Studi S2 Magister Manajemen Eksekutif Sekolah Tinggi Manajemen PPM At first, the history of the establishment of Islamic

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KERTAS DENGAN MODEL QCDFR DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KERTAS DENGAN MODEL QCDFR DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Widya Teknika Vol.20 No.2; Oktober 2012 ISSN 1411 0660: 32-38 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas Widyagama Malang 32 PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU KERTAS DENGAN MODEL QCDFR DAN ANALYTICAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... iv. ABSTRACT...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Error! UCAPAN TERIMA KASIH... Error! ABSTRAK... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... Error! i DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR TABEL... 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan yang bekerja pada perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci