IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : NESFRIANTI NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

2 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NESFRIANTI Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan daerah yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. Adapun teori yang digunakan untuk mengetahui implementasi kebijakan yaitu menggunakan teori Agustino (2006:139). Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3 orang pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala sekolah. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif. Berdasarkan hasil pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan masih banyak mengalami hambatan seperti masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau ruang yang dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak lengkap untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benar-benar sesuai dengan bidangnya Kata Kunci : Kebijakan, Implementasi Kebijakan, Pendidikan 2

3 GOVERNMENT POLICY IMPLEMENTATION BINTAN DISTRICT NUMBER 9 IN 2012 THE ORGANIZATION OF EDUCATION IN THE DISTRICT BINTAN NESFRIANTI Science Student Government, Faculty of Social UMRAH In order to guarantee equal educational opportunities, improving the quality of education, and the improvement of human resources, in order to make the education system as a social institution that is strong and authoritative to empower citizens of Indonesia develop into a human quality. Therefore Bintan regency create a local regulation that specifically regulates the provision of education, namely the Regional Regulation Bintan District No. 9 of 2012 on the Implementation of Education which aims to develop the potential of students, equal educational opportunities, improve the quality of teaching and learning activities, and developing education management rests on education budget transparency and accountability of the overall education and community participation in Bintan regency. The purpose of this study is basically to determine the District Government Implementation Bintan No. 9 of 2012 on the Implementation of Education in Bintan regency. The theory is used to determine the implementation of the policy is to use the theory Agustino (2006: 139). In this study the number of 3 people informant was an employee in charge of monitoring the school, as well as the two principals. The analysis used in this research is the analysis of qualitative data. Based on the results of the discussion in this study can be concluded that the implementation of Local Government in Bintan District No. 9 of 2012 on the Implementation of Education in Bintan regency are still many obstacles such as the lack of cooperation between the District Education Office Bintan to school, because there are still many shortcomings such as schools still limitations of space, or space owned unfit for teaching and learning, which means incomplete for learning support teacher then limitations that really fit with the field Keywords: Policy, Implementation, Education 3

4 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki keterbelakangan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya. Mutu dalam pendidikan bukanlah merupakan barang akan tetapi merupakan layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan penggunaan peralatan dan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut harus 4

5 didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat. Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi. Maka keberhasilan dari pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil akhirnya. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam mengusahakan peningkatan mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih dalam kerangka acuan kebijakan pendidikan yayasan, nasional dan daerah. Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan upaya-upaya konkrit dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Upaya ini juga dimaksudkan untuk mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai Kota Ilmu, dengan melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, maka diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bintan. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan 5

6 daerah yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bintan dijelaskan bahwa Pendidikan diselenggarakan sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik, terbuka, demokratis, dan adil melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakat meliputi penyelenggaraan dan pengendalian layanan mutu pendidikan. Pendidikan diselenggarakan untuk memberi keteladanan, nilai-nilai kebenaran, membangun kemauan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, lingkungan dan kemajemukan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pengelolaan pendidikan harus berdasarkan penerapan prinsip-prinsip manajemen pendidikan yang aktual. Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa Anak-anak Bintan yang usia sekolah tidak boleh putus pendidikannya. Paling tidak lulus SMA. untuk menghadapi tantangan saat ini, pendidikan bisa dijadikan senjata andalan. Pendidikan itu harus diselenggarakan secara maksimal untuk meningkatkan mutu 6

7 serta relevansi dan efisiensi menajemen pendidikan. Diperlukan juga pendidikan yang inovatif, sehingga bisa sesuai dengan zamannya, serta peran serta pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. Memandang pentingnya peranan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan mewujudkan dalam menentukan keberhasilan pendidikan di Kabupaten Bintan. Pemerintah Kabupaten Bintan sepertinya tidak ingin generasi muda ketinggalan dibidang pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Bahkan peningkatan mutu pendidikan akan melahirkan generasi yang berkualitas, mandiri dan mampu bersaing. Data yang diperoleh dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bintan minim akan tenaga pengajar. Kemudian belum meratanya fasilitas pendidikan di Kabupaten Bintan. Hal ini berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan, kecamatan-kecamatan di Bintan Utara memiliki jumlah sekolah, baik negeri maupun swasta yang jauh lebih banyak dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Bintan. Selain itu jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi juga ada di Bintan Utara hingga Januari 2011, Kecamatan Bintan Utara, Seri Kuala Lobam, Teluk Sebong dan Teluk Bintan memiliki 1 TK Negeri, 12 TK swasta, 4 TK Islam atau Raudhatul Anfal (RA), 38 SD Negeri, 2 SD swasta, 10 SMP Negeri, 3 SMA Negeri, 1 SMA swasta, 1 SMK Negeri, 2 SMK swasta, 2 Akademi Pariwisata di KPIB Lagoi. Banyak daerah di Kabupaten Bintan yang belum memiliki sekolah 7

8 yang layak, bahkan tidak ada sekolah sama sekali di daerahnya sehingga anakanak harus menyebrang untuk mendapatkan pendidikan seperti salah satunya adalah Desa Glubi, Desa Dendun, atau Desa Kelong. Mewujudkan masyarakat Bintan yang cerdas itu, bisa dimulai dari upaya konkret dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik itu masyarakat pesisir maupun masyarakat terpencil. Maka dari itu, Bintan selalu melahirkan macam-macam kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Sementara itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Bintan menjelaskan bahwa sosialisasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta profesionalisme dari seluruh pihak terkait, akan terjadi perubahan serta peningkatkan mutu pendidikan Bintan berskala nasional. Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa peranan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sangat dibutuhkan secara maksimal Sehingga penulis mencoba untuk mengangkat sebuah judul penelitian mengenai : IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN 8

9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi masalah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Bintan, maka peneliti menarik kesimpulan Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan penelitian a. Mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna memperkaya hasil-hasil penelitian ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. b. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan kepada Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan 9

10 Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. D. Konsep Operasional Dalam penelitian ini teori yang digunakan menurut Agustino (2006:139), implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu : 1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. Suatu kebijakan mempunyai tujuan maupun sasaran untuk apa peraturan atau kebijakan ini dibuat. Dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan, dapat dilihat dari indikator : a. Tujuannya yaitu mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar. b. Mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan 2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, seperti dilakukan sosialisasi untuk menyampaikan isi dan tujuan dari Perda Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan, hal ini dapat dilihat dari indikator: a. Adanya sosialisasi dari pihak dinas pendidikan b. Adanya kerjasama antara pihak dinas dengan pihak sekolah di Kabupaten Bintan. 3. Adanya hasil kegiatan. Bahwa keberhasilan suatu implementasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan mengacu dan 10

11 mengarah pada implementasi dan dampaknya yang dikehendaki dari semua program-program yang dikehendaki Hal ini dapat dilihat dari indikator: a. Adanya dampak baik dari Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah Kabupaten Bintan. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Deskriptif kualitatif. Menurut Umar (2001:92), jenis penelitian deskritif adalah Jenis penelitian yang merugikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu dengan kata lain, penelitian deskritif merupakan penelitian yang menggambarkan secara cermat karakteristik dari masyarakat, individu, kelompok, gejala, keadaan dengan apa, siapa, bilamana, dan bagaimana gejala itu terjadi serta menentukan frekuensi adanya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain. Dalam hal ini maka penelitian ini menguraikan fakta fakta yang terjadi pada Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. 2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi daerah atau lokasi penelitian adalah Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Bintan. Hal ini karena melihat fenomena yang terjadi saat ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan peran serta guru-guru, namun jika dilihat jumlah tenaga guru yang 11

12 masih minim, sangat diragukan peningkatan pendidikan di Bintan dapat tercapai. Untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik di Bintan, pemerintah Bintan harus merekrut tenaga guru, jika hal ini tidak segera dilaksanakan maka dikawatirkan peningkatan pendidikan di Kabupaten Bintan tidak akan terealisasi. Sementara sarana pendidikan di Bintan, APBD siap membangun fasilitas gedung sekolah. Namun yang paling utama saat ini yaitu perekrutan tenaga-tenaga pengajar. Karena mengingat jumlah tenaga guru-guru di Bintan masih relatif kurang. Kekurangan tenaga pengajar di Bintan disebabkan karena jumlah siswa setiap tahunnya terus meningkat. 3. Informan Informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengumpulan data dimana jumlah informan ditentukan berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Menurut Arikunto (2006:139) Purposive Sampling adalah sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3 orang pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala sekolah yang dipilih secara acak untuk memperoleh informasi mengenai implementasi Perda Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 di sekolahnya masing-masing. Dasar mengambil 5 orang tersebut adalah 3 orang pegawai bagian pengawas adalah orang yang ditugaskan dinas pendidikan untuk langsung turun kelapangan sehingga mengetahui secara baik tentang keadaan setiap sekolah di Kabupaten 12

13 Bintan, serta 2 orang kepala sekolah ini adalah 1 kepala sekolah yang termasuk sekolah berprestasi dan 1 lagi adalah sekolah yang selalu mendapat bantuan dari Dinas karena kekurangan sarana prasarana maupun kesediaan guru. Tabel 1.1 Informan No. Jabatan Jumlah 1. Bagian Pengawasan Dinas Pendidikan 3 orang Kabupaten Bintan 2. Kepala sekolah di Kabupaten Bintan 2 orang Jumlah 5 orang Sumber: Data Penelitian, Sumber dan Jenis Data a. Data Primer yaitu data yang diterima atau diperoleh langsung dilapangan melalui wawancara terhadap responden yang meliputi data tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan b. Data Sekunder yaitu data yang deperoleh dari pihak kedua dan sudah diolah melalui laporan, dokumen yang meliputi: Struktur organisasi dan tata kerja, Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. 13

14 5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.observasi. Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung agar mendapat data yang lengkap dan akurat mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Menurut Sugiyono (2005 : 166) teknik observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan proses psikologis diantaranya yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya, dengan alat pengumpul data yaitu chek list. b.wawancara Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan informan kunci dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun terlebih dahulu. Wawancara merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data dengan melalui wawancara. Dimana dua orang atau lebih secara fisik yang saling berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini akan dilakukan Tanya jawab secara langsung kepada informan yang dianggap sudah mengetahui secara baik bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan selama ini. Wawancara dilakukan secara langsung dengan informasi kunci yaitu Kepala Dinas Pendidikan 14

15 Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bintan mengenai kualitas pendidikan di Kabupaten Bintan 6. Teknik Analisis Data Dalam rangka memberikan gambaran yang jelas,logis dan akurat mengenai hasil pengumpulan data, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data Deskriptif, Kualitatif dan Teknik Triangulasi. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sedangkan teknik analisa Triangulasi moleong (2000:178) menyebutkan pengertian triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data informasi yang di peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda. II. LANDASAN TEORITIS Salah satu unsur penting dalam siklus kebijakan publik adalah menyangkut implementasi kebijakan yang memegang peran penting bagi keberhasilan kebijakan publik. Tugas pokok pemerintah adalah menciptakan kebijakan melalui berbagai kebijakan publik. Kebijakan akan tercapai jika kebijakan yang dibuat dapat terimplementasikan atau dapat dilaksanakan secara baik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan ditentukan oleh banyak variable atau faktor, baik menyangkut isi kebijakan yang diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan, 15

16 maupun lingkungan di mana kebijakan tersebut diimplementasikan (kelompok sasaran). Abidin (2002:186) menyatakan bahwa: Implementasi atau pelaksanaan kebijakan terkait dengan identifikasi permasalahan dan tujuan serta formulasi kebijakan sebagai langkah awal dan monitoring serta evaluasi sebagai langkah akhir. Menurut Winarno (2007:144) Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Pendapat lain dikemukakan oleh Dunn (2000:109) menjabarkan bahwa implementasi kebijakan merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih hubungan (termasuk keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang diformulasikan ke dalam bidang-bidang kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan progam yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dampak menimbulkan dampak terhadap tercapainya tujuan. 16

17 Implementasi kebijakan merupakan tahap kedua setelah pembuatan atau pengembangan kebijakan. Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa: implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan. Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan. Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2007:146) mengatakan bahwa : implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individuindividu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusankeputusan kebijakan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agar kebijakan itu berhasil dalam pencapaian tujuannya, maka serangkaian usaha perlu dilakukan diantaranya 17

18 perlu dikomunikasikan secara terbuka, jelas, dan transparan kepada sasaran. Perlunya sumber daya yang berkualitas untuk pelaksanaannya dan perlunya dirampungkan struktur pelaksana kebijakan. III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab untuk melaksanakan otonomi daerah, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan bidang pendidikan di daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 12 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Kepulauan Riau, Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi : Melaksanakan urusan otonomi daerah dibidang penyelenggraaan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi : 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang penyelenggaraan pendidikan; 2. Penyelenggaraan pelayanan umumpenyelenggaraan pendidikan; 3. Pembinaan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pendidikan; 4. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas Dalam masa perkembangannya, pada tahun 2009 Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan berubah nama menjadi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bintan. Sebagai mana tugas Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga yang melaksanakan 18

19 sebagian urusan rumah tangga Daerah di Bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam rangka kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mempunyai fungsi sebagai SKPD yang melalukan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan yang berkaitan dengan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. IV. PEMBAHASAN 1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa upaya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sudah baik, karena mereka sudah banyak mengupayakan kebijakan yang meningkatkan mutu pendidikan anak. Termasuk dalam melengkapi sarana prasarana sekolah. Sarana dan Prasarana merupakan salah satu objek yang sangat vital dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan mengajar. Didaerah sekarang ini berbagai macam cara telah di lakukan praktisi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Kemampuan guru dan lembaga dalam memenuhi sarana dan prasarana pendidikan akan sangat mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Sarana dan prasarana pendidikan ada yang berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan dan ada yang berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan), 19

20 termasuk dalam prasarana pendidikan ini adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, bangunan sekolah, jaringan jalan, air, lestrik, telepon, serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. Dapat dianalisa bahwa Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. 2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa sosialisasi pernah dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta profesionalisme dari seluruh pihak terkait, pemerintah meyakini akan terjadi perubahan serta peningkatan mutu pendidikan Bintan berskala nasional. Dapat dianalisa bahwa masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak kekurangan dari sekolah yang ada di Bintan namun luput dari pengawasan Dinas 20

21 Pendidikan ini, seperti banyak sekolah yang masih membutuhkan guru, tidak seimbang antara guru dengan murid, kurangnya fasilitas pembelajaran, kemudian ruang kerja yang masih tidak layak. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru secara financial dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan. Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program pelatihan mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk meningkatkan pendidikan guru. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan guru sebagai tenaga yang terampil (skill labour) atau dengan istilah lain guru yang memiliki kompetensi. 3. Adanya hasil kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 membawa dampak baik bagi penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bintan walaupun saat ini belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. Peran pemerintah dalam mengembangkan pendidikan dan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan peran guru dan staf pengajar yang kompeten. Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan upaya-upaya konkrit dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan 21

22 tuntutan perkembangan zaman. Upaya-upaya ini juga dimaksudkan untuk mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai Kota Ilmu, dengan melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah-langkah antara lain meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kependidikan yang berbudaya, religius dan berorientasi pada teknologi dan perekonomian; menerapkan metode pembelajaran secara profesional yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik secara proporsional; menyelenggarakan pendidikan sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah pengembangan; meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan memasuki pasar kerja; dan meningkatkan partisipasi belajar melalui jalur sekolah dan luar sekolah dalam rangka pementasan wajib belajar pendidikan dasar 12 (dua belas) tahun. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan perlu untuk membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Bintan tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan. Hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. Dapat diketahui bahwa hambatan dalam implementasi selalu ada. Edward III (dalam Subarsono, 2005) lebih lanjut mengemukakan dua premis untuk keperluan studi implementasi kebijakan yaitu prakondisi-prakondisi apakah yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi kebijakan serta hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam penerapannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kemudian 22

23 diidentifikasikan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi implementasi kebijakan sebagai variabel independen yang mempengaruhi kinerja dari implementasi. Faktor-faktor tersebut meliputi empat variabel, yaitu: Komunikasi; Sumber daya; Disposisi; dan Struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut tidak hanya secara langsung mempengaruhi implementasi, akan tetapi juga tidak secara langsung masing-masing faktor berpengaruh terhadap faktor lainnya. Dalam implementasi perda tersebut jelaslah bahwa hambatan yang dialami oleh Dinas pendidikan adalah komunikasi yang belum efektif seperti sosialisasi kesetiap sekolah kemudian kesiapan sumberdaya seperti guru-guru yang ada di sekolah di wilayah Kabupaten Bintan. IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan masih banyak mengalami hambatan, walaupun secara garis umum sudah dapat dilaksanakan dengan baik hal ini diketahui dari salah satu upaya dari Dinas Pendidikan dalam mengembangkan potensi anak adalah membuka banyak sekolah kejuruan yang outputnya adalah siswa yang siap bekerja, kemudian juga melihat kesiapan guru. Bintan merupakan salah satu daerah yang luas dan masih ada desa-desa tertinggal, kemudian untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa serta dalam rangka pemerataan 23

24 pendidikan maka pihak Kabupaten Bintan membuat sebuah sekolah dengan beasiswa, sehingga semua anak yang ada di Kabupaten Bintan bisa tetap bersekolah. Setiap sekolah juga saat ini sudah menerapkan manajemen sekolah yang baik dengan melakukan transparansi dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) disusun bersama guru/sekolah dan diketahui oleh Komite Sekolah kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. Sosialisasi pernah dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahuun 2012 ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Kemudian dampak dari adanya perda ini juga sudah dirasakan baik oleh pihak sekolah walaupun saat ini belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. Namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau ruang yang dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak lengkap untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benarbenar sesuai dengan bidangnya. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih 24

25 dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru secara finansial seperti mengeluarkan biaya untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan/seminar secara pribadi dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan. B. Saran Berikut beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini agar Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan dapat berjalan lebih baik lagi, berikut petikan wawancara yang dilakukan : 1. Sebaiknya pihak Dinas sering melakukan pengawasan kepada pihak sekolah untuk dapat mengetahui penghambat dari implementasi kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di masing-masing sekolah di Kabupaten Bintan 2. Sebaiknya sering dilakukan sosialisasi mengenai Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan agar seluruh masyarakat, dan warga sekolah mengetahui tentang penyelenggaraan pendidikan serta tugasnya masing-masing untuk mensukseskan jalannya kebijakan ini. 25

26 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Zainal Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah. Agustino, Leo Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha Arikunto. Suharsini Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dunn, W William Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dwijowijoto, R. N, 2003, Kebijakan publik formulasi, implementasi dan evaluasi, Jakarta : PT.elex media komputindo. Islamy, Irfan M Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara Nugroho, Riant D Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Subarsono Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharno Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press. Syafarudin Efectivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Wahab. Solichin Abdul Analisis Kebijaksanaan: dari Formula ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Winarno, Budi Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita. Perundang-undangan : Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan 26

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

Sistem Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

PELAKSANAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) 95 PELAKSANAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) Wasiah Sufi dan Mayarni FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Implementation of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Lebih terperinci

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) Oleh: Setya Raharja 2 Rasional dan Konsep Dasar MBS Manajemen berbasis sekolah (MBS) secara umum dimaknai sebagai desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Arpi R. Rondonuwu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH OLEH WARGA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu dari empat tujuan negara yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Satu dari empat tujuan negara yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU Oleh : Reni Sabrina Email : risa_sabrina@yahoo.co.id Pembimbing : Zulkarnaini, S. Sos, M. Si Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA ABSTRACT

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA ABSTRACT IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA Oleh : Yustisia Prajna Paramita, Aufarul Marom, Dewi Rostyaningsih Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga Anggaran Pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah Dalam suatu pemerintahan apabila ingin berjalan dengan baik maka harus ada unsur 3P (Personil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 20 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBERIAN DANA HIBAH KEPADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SWASTA SE-KABUPATEN JEMBRANA BERUPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KEMAHIRAN MENULIS TEKS DRAMA SATU BABAK SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh FITRIATI NIM 090388201107 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SAPARINGGA NIM :

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SAPARINGGA NIM : IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DALAM ALOKASI DANA DESA DI DESA JAGOH KECAMATAN SINGKEP BARAT TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Oleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SMP

PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SMP PENGELOLAAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DI SMP Anis Pratiwi SMKN 1 Ketahun, Jl. Poros Pasar Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara e-mail: anispratiwi30@yahoo.com Abstract: The purpose of this research is to evaluate

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan

Lebih terperinci

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN THE PARTICIPATION OF SCHOOL BOARD IN CONDUCTING EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES IN MOST OF STATE

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : HARKITNALIA NIM :

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : HARKITNALIA NIM : IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NASKAH PUBLIKASI Oleh : HARKITNALIA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen

Lebih terperinci

Wangan Indriyani Hendyat Soetopo Desi Eri Kusumaningrum. Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Wangan Indriyani Hendyat Soetopo Desi Eri Kusumaningrum.   Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145 PERBEDAAN KOMPETENSI GURU YANG SUDAH SERTIFIKASI DAN YANG BELUM SERTIFIKASI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SWASTA SE-KABUPATEN SIDOARJO THE DIFFERENCE OF CERTIFIED AND NOT CERTIFIED TEACHER COMPETENCIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya

Lebih terperinci

TAHUN NASKAH PUBLIKASI SEPTIAN AGUM GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TAHUN NASKAH PUBLIKASI SEPTIAN AGUM GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCAIRAN SERTA PENGELOLAAN DANA KEPEDULIAN TERHADAP MASYARAKAT DI DESA GUNUNG KIJANG KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), cet. 1, hlm Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia, oleh karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik. demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan menguraikan tentang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan mendasar paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak diterapkan otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu generasi muda penerus bangsa yang mampu menjawab tantangan-tantangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Ardhana Januar Mahardhani Mahasiswa Magister Kebijakan Publik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract Implementasi

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ADITIYO HARDIYANTO NIM

ADITIYO HARDIYANTO NIM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG USAHA PARIWISATA KOTA TANJUNGPINANG OLEH DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh : ADITIYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak 30 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI Paningkat Siburian Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea ke-4 yaitu Memajukan

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Visi adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan persoalan yang paling mendasar yang dihadapi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Beberapa permasalahan yang masih dihadapi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam pengelolaan keuangan daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paradigma/pandangan masyarakat umumnya membentuk suatu pengertian tertentu di dalam dinamika perkembangan kehidupan masyarakat, bahkan dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pemerintah menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pemerintah menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang pundamental dalam pembangunan suatu bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi siswa yang

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang penulis lakukan terhadap responden dan informan tentang

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. yang penulis lakukan terhadap responden dan informan tentang 134 BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini maka penulis menarik kesimpulan sebagaimana berikut ini : 1. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah terbatas pada aspek pembiayaan, sumber daya manusia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia kini terus dikembangkan, terutama sejak reformasi bergulir tahun 1998. Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang- Undang (UU) Nomor 22

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE

: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE NAMA NIM FAKULTAS PRODI/BAGIAN E-MAIL : BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE : A31104018 : EKONOMI DAN BISNIS : AKUNTANSI : g.4bjad@gmail.com ABSTRAKSI BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE. A31104018. PENGARUH PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi reformasi pembangunan dalam upaya menyelamatkan kehidupan nasional yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) PADA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 68 DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT, KOTA PONTIANAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) PADA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 68 DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT, KOTA PONTIANAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP) PADA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 68 DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT, KOTA PONTIANAK Unggi Febriyani Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UNTAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG Dita Novelina Risno Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan FIP UNP Abstract This research

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAHIRAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN KEMAHIRAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PENINGKATAN KEMAHIRAN MENULIS TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING SISWA KELAS X IPA 4 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif. Dasar yang menjadi pertimbangan menggunakan tipe penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci