PERATURAN-PERATURAN LABORATORIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN-PERATURAN LABORATORIUM"

Transkripsi

1 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) PERATURAN-PERATURAN LABORATORIUM 1. Setiap mahasiswa diharuskan ada di laboratorium pada waktu yang ditentukan jika berhalangan karena sakit atau alasan lain harus memberitahukan kepada asisten praktikum. 2. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa diwajibkan memakai jas lab dengan rapih dan sepatu tertutup. 3. Meja tempat bekerja harus bersih. Botol-botol berisi reagen harus segera diletakkan kembali kepada tempatnya, apabila meja kerja terkotori oleh bahan-bahan kimia, maka harus segera dibersihkan. 4. Jangan meletakkan buku-buku di meja tempat bekerja, tetapi harus disimpan di tempat terpisah. 5. Tuliskan semua pengamatan pada waktu bekerja dalam buku jurnal, jangan sekali-kali di atas sehelai kertas. 6. Periksalah dengan teliti apakah alat-alat yang dipinjam sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan. 7. Alat-alat yang dipakai harus dibersihkan oleh mahasiswa sendiri tidak boleh menyuruh pegawai/teknisi laboratorium. 8. Berhematlah dengan bahan bakar, bahan-bahan kimia dan air, jika lampu-lampu pembakar tidak dipakai, segera matikan apinya. 9. Jangan meletakkan benda-benda panas di atas meja tempat bekerja, tetapi letakkan di atas kawat kasa atau di atas sepotong papan. 10. Kayu api yang sudah terbakar, kerta kering dan benda-benda padat lainnya jangan dibuang di atas lantai atau dalam bak cuci, tetapi buanglah di tempat sampah yang sudah disediakan. 11. Mendidihkan atau menguapkan larutan asam keras, ammonia atau zat-zat lain yang mengeluarkan uap berbahaya harus dilakukan dalam lemari asam, demikian pula kalau bekerja dengan H 2 S 2, HCN dan lain-lain. Jangan menggunakan pipet apabila akan mengambil larutan-larutan beracun, sangat berbahaya. 12. Jika bekerja dengan zat-zat yang mudah menguap dan mudah terbakar maka semua nyala api yang berdekatan harus dipadamkan. Kalau terjadi kebakaran, padamkanlah dengan menggunakan alat pemadam api ringan atau APAR (perhatikan pemakaiannya) 13. Jangan membuang larutan-larutan perak, iodium atau larutan lain yang berbahaya ke tempat pembuangan atau ke dalam bak air ledeng tetapi masukkan ke dalam botol yang telah di sediakan. 14. Pada waktu mengencerkan H 2 SO 4 pekat, jangan sekali-kali menuangkan air ke dalam larutan asam, tetapi tambahkanlah asam tersebut ke dalam larutan air sedikit sambil aduk sebaiknya sambil didinginkan dalam air. 15. Pada waktu memanaskan tabung reaksi yang berisi cairan, janganlah mulut tabung dihadapkan pada dirimu sendiri atau pada orang lain, hadapkanlah mulut tabung pada tempat yang aman. 1

2 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) 16. Pelajarilah penuntun-penuntun praktikum dan teori yang menunjang sebelum anda melakukan praktikum, supaya anda tahu apa yang harus anda lakukan pada saat praktikum berlangsung. 17. Sisa logam Natrium harus direaksikan dahulu dengan Metanol dan Etanol dan baru dibuang. 18. Para mahasiswa harus membawa atau menyediakan sendiri dua potong kain lap untuk membersihkan meja dan mengeringkan alat. 19. Mahasiswa yang tidak mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan maka asisten berhak untuk mengeluarkan dari laboratorium 2

3 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) PERTOLONGAN PERTAMA DALAM LABORATORIUM 1. Jika kena kulit: Asam : Bilaslah dengan larutan banyak air dan cuci dengan larutan soda 30% Basa : Bilslah segera dengan banyak air dan cuci dengan asam cuka encer (1%) kemudian olesi dengan Boor salep. Brom : Cucilah dengan alkohol atau anti brom yang dibuat dari :1 bagian ammonia 25%, 2 bagian terpentin, 10 bagian alkohol. 2. Jika kena mata: Asam : Cucilah segera dengan larutan natrium bikarbonat 3 % Basa : Cucilah segera dengan larutan asam borat 3% Minyak : Cucilah segera dengan alkohol 5% 3. Luka terbakar: Luka segera di olesi dengan boor salep di balut dengan larutan asam pikrat 1%. Pada luka agak parah, jangan memakai minyak, tetapi balutlah dengan larutan tannin 5% yang baru di buat. 3

4 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) MODUL 1 PENGENALAN KARAKTERISTIK BIOMOLEKUL I. REAKSI UJI KARBOHIDRAT 1.1 Uji Fehling Tujuan : untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Bahan : larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, pereaksi Fehling A (CuSO 4 ), dan pereaksi Fehling B (campuran NaOH dan kalium natrium tartrat) Alat : tabung reaksi, penjepit tabung, lampu spirtus, penangas, pipet tetes Prosedur : Tambahkan masing-masing 0,5 ml pereaksi Fehling A dan 0,5 ml pereaksi Fehling B ke dalam tabung-tabung reaksi yang telah berisi 1 ml larutan-larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum, lalu campurkan dengan baik. Panaskan tabung di atas penangas selama beberapa menit. Reaksi : terbentuk endapan berwarna merah bata (+) Zat Uji Hasil Uji Aldehid (+/-) Glukosa 1% Fruktosa 1% Sukrosa 1% Amilum 1% 1.2 Uji Benedict Tujuan Bahan Alat Prosedur Reaksi : membuktikan adanya gula reduksi : larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, pereaksi Benedict : tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, lampu spirtus, alat penangas : Tambahkan 10 tetes dari setiap larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum) ke dalam masing-masing tabung yang telah berisi 2 ml reagen Benedict, campurkan dengan baik. Tempatkan semua tabung di dalam penangas air didih selama tiga menit, biarkan mendingin, lalu perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. : Terbentuk endapan warna biru kehijauan (+), kuning (++), atau merah bata (+++) tergantung kadar gula pereduksi yang ada. Zat Uji Hasil Uji Gula reduksi (+/-) Glukosa 1% Fruktosa 1% Sukrosa 1% Amilum 1% 4

5 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) 1.3 Uji Tollens Tujuan Bahan Alat Prosedur Reaksi 1.4 Uji Iodin : untuk membuktikan adanya gugus aldehid dan keton pada karbohidrat : larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, pereaksitollens : tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, lampu spirtus : Tambahkan 1 ml pereaksi Tollens pada setiap tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum). Campurkan dengan baik dan panaskan di atas api selama 1 menit. Amati perubahan yang terjadi. : terbentuk cincin perak atau endapan perak yang berwarna hitam atau abu-abu (+). Zat Uji Hasil Uji Gugus aldehid dan keton (+/-) Glukosa 1% Fruktosa 1% Sukrosa 1% Amilum 1% Tujuan : membuktikan adanya polisakarida (amilum, dekstrin, glikogen) Bahan : larutan glukosa 1%, larutan fruktosa 1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilum 1%, larutan dekstrin 1%, larutan glikogen 1%, pereaksi Iodium Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Tambahkan 5 tetes pereaksi Iodium pada setiap tabung reaksi yang berisi 1 ml larutan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa, amilum, dekstrin, glikogen). Campurkan dengan baik dan amati perubahan warna yang terjadi. Reaksi : terbentuk warna biru (+++), merah anggur (++), dan merah coklat (+) Zat Uji Hasil Uji Polisakarida (+/-) Glukosa 1% Fruktosa 1% Sukrosa 1% Amilum 1% Dextrin 1% Glikogen 1% 1.5 Hidrolisis Pati Tujuan : mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati) 5

6 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Bahan Alat Prosedur Reaksi : larutan amilum 1%, HCl 2N, NaOH 2%, pereaksi Benedict, kertas lakmus : tabung reaksi, pipet tetes, alat penangas, lampu spirtus, penjepit tabung : Masukkan sebanyak 5 ml amilum ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 2,5 ml HCl 2N, campurkan hingga homogen dan masukkan ke dalam penangas air mendidih (sesekali tabung reaksi digoyangkan). Setelah 5 menit, ambil larutan 2 tetes ke dalam plat tetes, tambahkan 2 tetes pereaksi Iodin, catat perubahan warna yang terjadi. Ulangi setiap 5 menit sampai diperoleh warna kuning pucat. Hidrolisis dilanjutkan lagi selama 5 menit, kemudian larutan didinginkan. Larutan dinetralkan dengan menambahkan NaOH 2N (uji dengan kertas lakmus). Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml pereaksi Benedict, tambahkan 10 tetes larutan yang telah dihidrolisis, campurkan dengan baik. Kemudian tabung reaksi dipanaskan di dalam penangas air selama 3 menit. Catat perubahan yang terjadi dan simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati. : Terjadi perubahan warna larutan mulai warna biru, ungu, merah, kuning coklat, sampai kuning setelah diuji dengan Iodium selama proses hidrolisis. Hidrolisis terjadi dengan sempurna apabila dengan pereaksi Benedict/Fehling menunjukkan reaksi negatif (-). Waktu hidrolisis (menit) Hasil Uji Iodium Hasil Hidrolisis Hasil uji Benedict/Fehling:.. II. REAKSI UJI LEMAK 2.1 Uji Kelarutan Minyak/Lemak Tujuan : mengetahui kelarutan lemak pada berbagai pelarut Bahan : minyak kelapa, aquades, HCl 2N, Na 2 CO 3 1%, alkohol 96%, eter, kloroform, benzene Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Isilah tabung reaksi berturut-turut dengan aquades, HCl, Na 2 CO 3, alcohol 96%, eter, kloroform, dan benzene masing-masing 1 ml. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 2 tetes minyak kelapa. Kocok sampai homogen, biarkan beberapa saat, kemudian amati sifat kelarutannya Reaksi : Larut sempurna (++), membentuk emulsi (+), tidak larut (-) 6

7 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Bahan Hasil Uji Hasil uji: larut/emulsi/tidak larut Minyak + aquades Minyak + HCl 2N Minyak + Na 2 CO 3 Minyak + alkohol 96% Minyak + eter Minyak + kloroform Minyak + benzene 2.2 Uji Keasaman Lemak/Minyak Tujuan : mengetahui sifat asam dan ketengikan minyak Bahan : minyak kelapa, minyak kelapa tengik, kertas lakmus/indikator universal Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : pipet minyak kelapa dan minyak kelapa tengik, teteskan pada kertas lakmus merah, lakmus biru, dan indikator universal. Amati perubahan warna pada lakmus/indikator. Reaksi : Minyak yang asam akan merubah lakmus biru menjadi merah dan ph < 6.5 Bahan Hasil Uji Lakmus Asam (+/-) Nilai ph Minyak kelapa Minyak kelapa tengik 2.3 Uji Peroksida Tujuan : mengetahui kandungan peroksida di dalam minyak tengik Bahan : minyak olive/zaitun, minyak kelapa tengik, asam asetat glasial, larutan KI 10%, kloroform Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Larutkan masing-masing 1 ml minyak olive dan minyak kelapa tengik di dalam 1 ml kloroform, tambahkan 2 ml asam asetat glasial dan satu tetes larutan KI 10%, aduk dengan baik dan biarkan selama 5 menit. Catat perbahan yang terjadi. Reaksi : Adanya peroksida ditunjukan dengan pembebasan Iodin (warna biru). Bahan Hasil Uji Peroksida (+/-) Minyak kelapa tengik Minyak zaitun 7

8 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) 2.4 Uji Ketidakjenuhan Minyak Tujuan : mengetahui sifat ketidakjenuhan minyak atau lemak Bahan : minyak kelapa, margarin, kloroform, Iodin Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Larutkan masing-masing 1 ml minyak kelapa dan margarin di dalam 2 ml kloroform. Tambahkan tetes demi tetes Iodin sehingga warna kuning Iodin tidak berubah. Hitung jumlah tetesan Iodin yang dibutuhkan. Bandingkan jumlah tetesannya. Reaksi : Asam lemak tak jenuh akan menghilangkan warna Iodin Bahan Jumlah tetesan Iodin Kesimpulan Minyak kelapa Margarin III. REAKSI UJI PROTEIN 3.1 Uji Biuret Tujuan : Membuktikan adanya molekul-molekul peptide pada protein Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, NaOH 2,5N, CuSO4 0,01M Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 M ke dalam 3 ml larutan protein (telur, susu, kedelai) dan aduk dengan baik. Tambahkan 3 tetes CuSO 4 0,2 M. Aduk jika tidak timbul warna, tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO 4. Reaksi : Membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (+) Bahan Hasil Uji Biuret Peptida (+/-) Putih telur Susu Murni Sari Kedelai 3.2 Pengendapan Protein Pengendapan dengan garam Tujuan : Pengaruh garam jenuh terhadap kelarutan protein Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, (NH 4 ) 2 SO 4 jenuh, NaCl 5%, CaCl 2 5% Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan protein (telur, susu, sari kedelai). Ke dalam masing-masing tabung tambahkan (NH 4 ) 2 SO 4 jenuh, NaCl 5%, dan CaCl 2 5% tetes demi tetes 8

9 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Reaksi Bahan Putih telur Putih telur Putih telur Susu Murni Susu Murni Susu Murni Sari Kedelai Sari Kedelai Sari Kedelai Pengendapan dengan logam sampai timbul endapan. Tambahkan kembali air sampai berlebihan, kocok tabung dan amati perubahan yang terjadi. : Terbentuk endapan akibat pemisahan protein oleh garam (salting out) Jumlah tetesan (NH 4 ) 2 SO 4 jenuh NaCl 5% CaCl 2 5% Salting out (+/-) Tujuan : Pengaruh logam berat terhadap kelarutan protein Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, Pb asetat 0,2 M, HgCl 2 0,2 M, CuSO 4 0,2 M Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan protein (telur, susu, sari kedelai). Kedalam masing-masing tabung tambahkan 5 tetes Pb asetat 0,2 M, HgCl 2 0,2 M, CuSO 4 0,2 M. Amati perubahan yang terjadi. Reaksi : Terbentuk endapan akibat denaturasi irreversible oleh logam berat Hg 2+, Pb 2+, dan Cu 2+ Bahan Pb asetat 0,2 M HgCl 2 0,2 M CuSO 4 0,2 M Denaturasi (+/-) Putih telur Putih telur Putih telur Susu Murni Susu Murni Susu Murni Sari Kedelai Sari Kedelai Sari Kedelai 9

10 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Pengendapan oleh asam encer dan alkohol Tujuan : Pengaruh asam encer dan alkohol terhadap kelarutan protein Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, asam asetat encer, etanol 96% Alat : tabung reaksi, pipet tetes Prosedur : Sediakan tabung reaksi, isi masing-masing dengan 2 ml larutan protein (telur, susu, sari kedelai). Ke dalam masing-masing tabung tambahkan 1 ml asam asetat encer dan etanol 96%. Amati perubahan yang terjadi. Reaksi : Terbentuk endapan akibat denaturasi irreversible oleh asam organik dan alcohol Bahan Asam asetat encer Etanol 96% Denaturasi (+/-) Putih telur Putih telur Susu Murni Susu Murni Sari Kedelai Sari Kedelai 3.4 Uji Asam Amino Uji Millon Tujuan : Membuktikan adanya asam amino tirosin Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, pereaksi Millon Alat : tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, alat pemanas Prosedur : Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 3 ml larutan protein (susu, telur, sari kedelai), panaskan campuran baik-baik dan amati perubahan yang terjadi. Reaksi : Terbentuk warna merah (+) yang merupakan garam merkuri dari asam amino tirosina yang ternitrasi Uji Ninhidrin Bahan Hasil Uji Millon Tirosin (+/-) Putih telur Susu Murni Sari Kedelai Tujuan : Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein Bahan : Putih telur/albumin, susu murni, sari kedelai, pereaksi Ninhidrin 0,1% 10

11 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Alat : tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, alat pemanas Prosedur : Tambahkan 10 tetes pereaksi Ninhidrin ke dalam 3 ml larutan protein (susu, telur, sari kedelai), panaskan campuran baik-baik dan amati perubahan yang terjadi. Reaksi : Adanya asam amino bebas di dalam protein akan membentuk kompleks berwarna biru (++) setelah bereaksi dengan ninhidrin, tetapi asam amino prolin dan hidroksiprolin akan menghasilkan warna kuning (+). Bahan Hasil Uji Ninhidrin Jenis asam amino Putih telur Susu Murni Sari Kedelai IV. REAKSI UJI ENZIM 4.1 Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim Tujuan Bahan Alat Prosedur Reaksi : Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim : Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, larutan Iodin, pereaksi Benedict : waterbath, alat pemanas, tabung reaksi, gelas kimia, pipet ukur : Sebanyak 5 buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 ml larutan amilum, tambahkan masing-masing 1 ml enzim amylase. Tabung 1 masukkan ke dalam lemari es, tabung 2 disimpan pada suhu kamar, tabung 3 disimpan pada waterbath suhu o C, tabung 4 disimpan pada waterbath dengan suhu o C, tabung 5 disimpan di dalam air mendidih. Biarkan di dalam masing-masing tempat selama 15 menit. Larutan dibagi 2 ke dalam tabung reaksi bersih. Pada tabung pertama teteskan 3 tetes larutan Iodin. Amati perubahan yang terjadi. Pada tabung kedua tambahkan 2 ml pereaksi Benedict, kocok dengan baik dan tempatkan pada penangas air selama 3 menit, amati perubahan yang terjadi. Ulangi prosedur dengan menggunkan air liur sebagai pengganti enzim α-amylase. : Enzim α-amylase dapat bekerja dengan baik apabila uji Iodin menghasilkan warna kuning (-) dan Uji Benendict menghasilkan endapan berwarna kuning/merah bata (+). No Tabung Suhu ( o C) Perubahan Warna Uji Iodin Uji Benedict Kesimpulan 11

12 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Pengaruh ph terhadap aktivitas enzim Tujuan : Mengetahui pengaruh ph terhadap aktivitas enzim Bahan : Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, HCl 0,4% (ph = 1), aquades (ph = 7), larutan Na 2 CO 3 1% (ph = 9), larutan Iodin, pereaksi Benedict Alat : tabung reaksi, pipet ukur, alat pemanas Prosedur : Sediakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan 1 ml HCl 0.4%, tabung 2 dengan 1 ml aquades, tabung 3 diisi dengan 1 ml Na 2 CO 3 1%. Ke dalam masing-masing tabung diisi 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amylase. Campurkan sampai homogen, dan biarkan selama 15 menit. Larutan dibagi menjadi 2 bagian dan diuji dengan larutan Iodin dan pereaksi Benedict. Amati dan catat perubahan yang terjadi. Ulangi prosedur dengan menggunkan air liur sebagai pengganti enzim α- amylase. Reaksi : Enzim α-amylase dapat bekerja dengan baik apabila uji Iodin menghasilkan warna kuning (-) dan Uji Benendict menghasilkan endapan berwarna kuning/merah bata (+). No ph Tabung Perubahan Warna Uji Iodin Uji Benedict Kesimpulan 4.3 Pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim Tujuan Bahan Alat Prosedur Reaksi : Mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim : Larutan amilum 2%, enzim α-amylase, larutan Iodin, pereaksi Benedict : tabung reaksi, pipet ukur, alat pemanas : Sediakan 3 buah tabung reaksi, tabung 1, 2, dan 3 masing-masing diisi berturut-turut dengan 0,5, 1,0, dan 1,5 ml enzim α-amylase. Ke dalam masing-masing tabung diisi 2 ml larutan amilum. Campurkan sampai homogen, dan biarkan selama 15 menit. Larutan dibagi menjadi 2 bagian dan diuji dengan larutan iodium dan pereaksi Benedict. Amati dan catat perubahan yang terjadi. : Enzim α-amylase dapat bekerja dengan baik apabila uji Iodin menghasilkan warna kuning (-) dan Uji Benendict menghasilkan 12

13 Petunjuk Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) endapan berwarna kuning/merah bata (+). Konsentrasi enzim No Tabung α-amylase (ml) 1 0,5 2 1,0 3 1,5 Perubahan Warna Uji Iodin Uji Benedict Kesimpulan 13

14 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) MODUL 2 ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA BIOMOLEKUL I. KARBOHIDRAT 1.1 Penentuan kadar gula pereduksi metode Nelson-Somogyi Tujuan : menentukan kadar gula pereguksi pada contoh dengan menggunakan metode Nelson-Somogyi Alat : gelas piala 250 ml, blender, ph meter, penangas, corong, labu takar 250 ml, tabung reaksi, vortex, spektrofotometer Bahan : alkohol 80%, CaCO 3, kertas saring, Na-oxalate kering, pereaksi tembaga sulfat, pereaksi arsenomolibdat, contoh padat (tepung-tepungan dan buahbuahan) Pereaksi tembaga sulfat: larutkan 28 g Na 2 HPO 4 anhidrous dan 4g KNa tartrat dalam 700 ml air, tambahkan 100 ml NaOH 1N sambil diaduk, kemudian tambahkan 80 ml CuSO 4 10% (w/w). Tambahkan 180 g Na 2 SO 4 anhidrous, kemudian tepatkan larutan menjadi 1 liter. Biarkan selama satu malan, kemudian dekantasi supernatant jernih atau dengan cara disaring. Pereaksi arsenomolibdat: larutkan 25g ammonium molibdat dalam 450 ml air, tambahkan 21 ml H 2 SO 4 pekat, campur merata. Tambahkan 3g NaHAsO 4.7H2O yang sudah dilarutkan dalam 25 ml air. Aduk dan inkubasi pasa 37 o C selama jam. Simpan di dalam botol coklat di dalam lemari. Prosedur : a. Persiapan contoh padat - 10 g contoh padat dalam gelas piala, tambahkan 10 ml alkohol 80%. - Hancurkan contoh dengan waring blender sampai semua gula terekstrak. - Pindahkan hancuran contoh ke dalam gelas piala lain secara kuantitatif. - Saring contoh dan pindahkan filtrat yang diperoleh ke dalam gelas piala lain. - Cuci sisa padatan pada kertas saring dengan alkohol 80% sampai seluruh gula terlarut masuk kedalam fasa filtrat. - Ukur nilai ph dari filtrat contoh. Bila asam, tambahkan CaCO 3 sampai basa dan panaskan pada penangas air 100 o C selama 30 menit. - Saring contoh dengan kertas saring whatman nomer 2. - Uapkan alkohol dari contoh dengan memanaskan filtrat pada penangas air 85 o C. - Jika masih ada endapan, saring kembali contoh. Tambahkan Pb asetat bila larutan keruh atau berwarna. Tambahkan Na-oksalat 14

15 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) kering sebanyak 0,5 g untuk mengendapkan Pb dan saring kembali contoh. - Pindahkan filtrat kedalam labu takar 250 ml. tepatkan volume sampai tanda tera dengan air destilata. - Kocok labu takar, dan larutan siap digunakan. b. Pembuatan Kurva Standar - Buat larutan glukosa standar (10 mg/100 ml), kemudian dilakukan 9 kali pengenceran sehingga diperoleh larutan glukosa standar dengan konsentrasi masing-masing 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 10 mg/100 ml. - Siapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, isilah masing-masing dengan 1 ml larutan glukosa standar di atas, dan satu tabung dengan 1 ml aquades sebagai blanko. - Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi tembaga sulfat, tempatkan tabung reaksi dalam penangas air 100 o C selama 15 menit, kemudian dinginkan dengan merendam tabung dalam air dingin. - Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi arsenomolibdat, vortex. - Encerkan sampai volume 10 ml, tergantung kepekatan warna larutan - Ukur absorbans masing-masing larutan pada 540 nm. - Buat kurva standar dari larutan glukosa standar yang menunjukkan hubungan antara kadar glukosa dan absorbansi c. Analisis Gula Reduksi - Pipet sebanyak 1 ml larutan dari hasil persiapan contoh ke dalam 3 buah tabung reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml pereaksi tembaga sulfat. - Tempatkan tabung reaksi dalam penangas air 100 o C selama 15 menit, kemudian dinginkan dengan merendam tabung dalam air dingin. - Tambahkan pada masing-masing tabung 1 ml pereaksi arsenomolibdat, vortex. - Encerkan sampai volume 10 ml, tergantung kepekatan warna larutan. - Ukur absorbans masing-masing larutan pada 540 nm. - Hitung kadar gula pereduksi (mg/100 ml) dengan membandingkannya dengan kurva standar. II. LEMAK 2.1 Tes Penentuan Tingkat Ketengikan/Angka Peroksida dari minyak 15

16 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Tujuan : Menentukan tingkat ketengikan/angka peroksida pada contoh minyak yang telah mengalami kerusakan (ketengikan) Alat : Buret standar, Erlenmeyer 250 ml Bahan : Minyak tengik/jelantah, Na 2 S 2 O 3 0,1 N, Larutan KI 20% jenuh, Larutan asam asetat-kloroform (3:2), Larutan amilum 1% Prosedur : - Timbang 5 gram contoh minyak jelantah dan masukan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan tambahkan ± 10 ml larutan asam asetatkloroform (3:2), goyangkan larutan sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 2 ml larutan KI 20% kemudian tambahkan 30 ml aquades. Diamkan selama 10 menit dalam ruang gelap. - Tambahkan 0,5 ml larutan amilum 1 % untuk melihat adanya iodium yang dibebaskan. - Titrasi kelebihan iod dengan 0,1 N Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru mulai hilang. - Dengan cara yang sama lakukan penetapan untuk blanko. - Angka peroksida dinyatakan dalam mili ekuivalen dari peroksida setiap 1000 gram contoh : A = volume Na 2 S 2 O 3 contoh volume Na 2 S 2 O 3 blanko N = Normalitas Na 2 S 2 O Tes Asam Lemak Bebas (free fatty acid) Tujuan : Menghitung kadar asam lemak bebas dan angka asam pada contoh minyak Bahan : Minyak kelapa, alkohol netral, fenolftalein, NaOH 0,1N Alat : Buret standar, Erlenmeyer 250 ml, penangas Prosedur : - Minyak diaduk dan berada dalam keadaan cair pada waktu diambil contohnya. Masukkan sebanyak 20 g minyak kelapa, masukkan kedalam Erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral, kemudian panaskan sampai mendidih di dalam penangas selama 10 menit. - Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarkan sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 10 detik. - Persen lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan minyak dan lemak. Untuk minyak kelapa dan inti kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat. - Asam lemak bebas dinyatakan sebagai %FFA atau angka asam. Bilangan asam = mg NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan setiap 16

17 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) gram contoh. III. PROTEIN 3.1 Penentuan kadar protein (metode Lowry) Tujuan : Menghitung kandungan protein dalam contoh menggunakan metode Lowry Bahan : - Contoh protein: tempe, tahu, telur, susu, dll. - Reagen pembentuk kompleks: Siapkan segera sebelum digunakan campuran dari ketiga larutan-larutan berikut dengan perbandingan 100:1:1 Larutan A: 2%b/v Na 2 CO 3 dalam akuades Larutan B: 1%b/v CuSO 4.5H 2 O dalam akuades Larutan C: 2%b/v Kalium Natrium tartrat dalam akuades - Reagen Folin-Ciocalteu 1N - Larutan Standar: Gunakan larutan stok standard protein (misalnya albumin) yang mengandung 0,25 mg/ml protein dalam akuades. Alat : lumpang, Erlenmeyer 250 ml, labu ukur 100 ml, tabung sentrifuse, sentrifuse, tabung reaksi, spektrofotemeter Prosedur : a. Persiapan contoh - Contoh harus berupa cairan, bila berbentuk padatan harus dihancurkan terlebih dahulu. - Timbang sebanyak 5 g contoh protein, hancurkan dan tambahkan air 10 ml, saring. Cuci endapan dalam saringan dengan air 10 ml. - Filtrat yang diperoleh disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga diperoleh supernatant. - Supernatant dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan air sampai tanda tera dan kocok. - Perhatikan factor pengenceran! b. Pembuatan larutan standar: - Siapkan 7 buah tabung reaksi, masukan larutan standar protein : 0 (blanko), 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ml. Tambahkan aquades sampai volume total masing-masing 4 ml. - Tambahkan 5 ml reagen pembentuk kompleks. Biarkan larutan selama 10 menit pada suhu kamar. - Tambahkan 0.5 ml reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex, biarkan selama menit (jangan sampai lebih dari 60 menit) sampai warna biru terbentuk. - Baca absorbansi pada 650 nm, dan buatlah kurva standar. c. Penetapan contoh - Masukkan sebanyak 1,0 ml contoh protein, kemudian tambahkan aquades sampai volume 4 ml. - Tambahkan 5 ml reagen pembentuk kompleks. Biarkan larutan 17

18 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) selama 10 menit pada suhu kamar. - Tambahkan 0.5 ml reagen Folin-Ciocalteu, homogenkan dengan vortex, biarkan selama menit (jangan sampai lebih dari 60 menit) sampai warna biru terbentuk. - Baca absorbansi pada 650 nm, dan hitung kadar protein berdasarkan kurva standar. 3.2 Penentuan Kadar Protein (Metode Biuret) Tujuan Alat Bahan : Menentkan kadar protein suatu larutan : Tabung reaksi, pipet 1 ml dan 10 ml, sentrifuge, spektrofotometer, blender : Pereaksi Biuret, larutan protein standar (bovine serum albumin) konsentrasi 5 mg/ml. Pereaksi Biuret: 3 g CuSO4.5H 2 O + 9 g Na-K-tartrat dilarutkan dalam 500 ml NaOH 0,2N. Tambahkan 5 g KI kemudian encerkan sampai 1000 ml dengan menggunakan NaOH 0,2N. Prosedur : a. Pembuatan Kurva Standar - Masukkan ke dalam tabung reaksi 0,0 (blanko); 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ml larutan protein standar. Tambahkan aquades sampai volume total masing-masing 4 ml. - Tambah 6 ml pereaksi Biuret ke dalam masing-masing tabung reaksi, campurkan merata. - Simpan tabung reaksi pada suhu 37 o C selama 10 menit atau pada suhu kamar selama 30 menit sampai terbentuk warna ungu sempurna. - Masukkan larutan ke dalam kuvet dan ukur absorbansinya pada 520 nm. - Buat kurna hubungan antara absorbans dengan mg protein. b. Persiapan contoh: dilakukan sama seperti persiapan contoh protein pada metode sebelumnya. c. Penetapan contoh: - Masukkan sebanyak 1,0 ml contoh protein, kemudian tambahkan aquades sampai volume 4 ml. - Tambahkan 6 ml pereaksi Biuret, campur merata. - Biarkan larutan selama 30 menit pada suhu kamar. - Baca absorbansi pada 520 nm, dan hitung kadar protein berdasarkan kurva standar. 18

19 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) MODUL 3 PENGENALAN KARAKTERISTIK ION DI DALAM TANAH 3.1 Tujuan Mengenal sifat kualitatif dan reaksi-reaksi anion dan kation yang umum terdapat di dalam larutan tanah. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang dibutuhkan adalah larutan Na 2 CO 3, Ca(OH) 2, Ba(OH) 2, HCl encer, Na 2 SO 4, BaCl 2, NaCl, AgNO 3,NH 4 OH, Pb asetat, NaNO 3, FeSO 4, H 2 SO 4 pekat, H 2 SO 4 encer, Na 2 HPO 4, NH 4 Cl, MgCl 2, Amonium molibdat, HNO 3 pekat, ZnSO 4, NaOH, FeCl 3, MnSO 4, PbO 2, KCl, Amonium sulfat, lakmus merah, CaCl 2, Amonium karbonat, Na oksalat. Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, penjepit tabung, lampu spirtus, alat penangas, dan kawat NiCr. 3.3 Prosedur kerja Reaksi-reaksi anion (Catatan: volume larutan yang digunakan sebanyak 1 ml) a. HCO /CO 3 : Dengan Ca(OH) 2 Pada larutan natrium karbonat ditambahkan air kapur, kemudian asamkan dengan asam klorida encer. Amati apa yang terjadi sebelum dan sesudah diasamkan. Dengan Ba(OH) 2 Pada larutan natrium karbonat tambahkan asam klorida encer kemudian gas yang ditampung dengan air barit, amati endapan yang terjadi pada air barit tersebut. 2- b. SO 4 : Dengan larutan BaCl 2 Pada larutan natrium sulfat ditambahkan larutan barium klorida. Kemudian diasamkan dengan asam klorida encer. Amati apa yang terjadi sebelum dan sesudah diasamkan. c. Cl - : Dengan larutan AgNO 3 Pada larutan natrium klorida ditambahkan 3 tetes larutan perak nitrat. Kemudian ditambahkan larutan ammonia dan kocoklah campuran tersebut. Amati apa yang terjadi sebelum dan sesudah penambahan ammonia. Dengan Pb asetat Pada larutan natrium klorida ditambahkan larutan timbal asetat. Panaskan campuran tersebut kemudian didinginkan. Amati apa yang terjadi sebelum dan sesudah dipanaskan dan didinginkan kembali. 19

20 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) d. NO 3 - e. PO 4 3- : Dengan FeSO 4 dan H 2 SO 4 pekat Pada larutan natrium nitrat ditambahkan larutan ferro sulfat. Miringkan tabung reaksi kira-kira 45 melalui dinding tabung, alirkan dengan hati-hati asam sulfat pekat sehingga terbentuk dua lapisan. Amati batas antara kedua lapisan tersebut. : Dengan NH 4 Cl dan MgCl 2 Pada larutan garam fosfat ditambahkan larutan ammonium klorida dan larutan magnesium klorida, amati apa yang terjadi. Dengan larutan Amonium Molibdat Pada larutan garam fosfat ditambahkan larutan ammonium molibdat dan asam nitrat pekat. Panaskan campuran tersebut selama beberapa menit Reaksi-reaksi kation a. Zn 2+ : Dengan asam Isi dua buah tabung reaksi masing-masing dengan asam sulfat encer dan asam asetat encer. Masukan ke dalam tiap-tiap tabung sepotong logam seng. Bandingkan reaksi yang terjadi dari kedua tabung tersebut. Dengan NaOH Pada larutan seng sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan natrium hidroksida. Kemudian ditambah lagi natrium hidroksida sampai berlebihan dan kocoklah campuran tersebut. Dengan NH 4 OH Pada larutan seng sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan ammonia. Kemudian ditambah lagi sampai berlebihan dan kemudian kocoklah campuran tersebut. (Jelaskan perbedaan dengan reaksi dengan natrium hidroksida). b. Al 3+ : Dengan NaOH Pada larutan alumunium klorida tambahkan natrium hidroksida sebanyak 2-3 tetes. Kemudian tambahkan lagi sampai berlebihan. Dengan NH 4 OH Pada larutan alumunium klorida tambahkan 2-3 tetes larutan ammonia. Kemudian tambah lagi sampai berlebihan. Bandingkan reaksi NH 4 OH dengan NaOH. c. Fe 2+ dan Fe 3+ : Dengan NaOH atau NH 4 OH Isilah dua buah tabung reaksi masing-masing dengan larutan fero sulfat dan ferriklorida, tambahkan pada masing-masing tabung 2-3 tetes natrium hidroksida atau amonia kemudian bandingkan. 20

21 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) d. Mn 2+ : Dengan NaOH Pada larutan mangan sulfat tambahkan 2-3 tetes larutan natrium hidroksida kemudian biarkan selama beberapa menit. Dengan PbO 2 dan HNO 3 pekat Pada larutan mangan sulfat tambahkan asam nitrat pekat dan timbal oksida kemudian panaskan campuran tersebut. Perhatikan warna ungu (violet) yang terjadi. e. Mg 2+ : Dengan Na 2 HPO 4 dan NH 4 OH Pada larutan magnesium sulfat ditambahkan garam fosfat dan ammonia sampai bereaksi basa. Panaskan campuran tersebut di atas api kecil dan amati apa yang terjadi. f. Na + : Dengan reaksi nyala Bersikan kawat NiCr dengan cara mencelupkan ke dalam larutan pekat kemudian membakarnya dengan nyata pembakar, ulang pekerjaan ini berulang-ulang sampai nyalanya tak berwarna (nyata pembakar). Kemudian celupkan kedalam larutan natrium klorida kemudian bakar seperti di atas, perhatikan nyala yang timbul. g. K + : Dengan reaksi nyala Lakukan seperti pemeriksaan Na + dengan reaksi nyata. + h. NH 4 : Dengan larutan basa Pada larutan ammonium klorida atau ammonium sulfat tambahkan larutan natrium hidroksida, panaskan, uap yang keluar ditampung dengan kertas lakmus merah basah, perhatikan warna kertas lakmus. i. Ca 2+ : Dengan larutan karbonat Pada larutan kalsium klorida tambahkan ½ ml larutan ammonium karbonat, kocok. Amati apa yang terjadi. Kemudian asamkan dengan asam klorida encer, kocok, amati apa yang terjadi. Dengan larutan oksalat Pada larutan kalsium klorida tambahkan ½ ml larutan natrium oksalat atau ammonium oksalat, kocok, amati apa yang terjadi. Kemudian asamkan dengan asam klorida encer, kocok, amati apa yang terjadi. Tugas : Tuliskan reaksi kimia yang terjadi dari masing-masing percobaan! 21

22 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) MODUL 4 ANALISIS SIFAT KIMIA TANAH (ph TANAH) 4.1 Persiapan contoh tanah Tujuan Bahan Alat Prosedur : Mempersiapkan contoh tanah dengan baik untuk selanjutnya dilakukan analisis sifat kimianya agar menghasilkan data yang cukup akurat. : Contoh tanah yang diambil dari lapangan dengan lokasi dan kedalaman tertentu. : tampah, mortar dan lumpang porselen, ayakan halus, botol bersih, kertas koran, oven : a. Contoh disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas koran, akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain dibuang, bongkahan besar dikecilkan dengan tangan, dan kering anginkan atau dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 o C. b. Contoh tanah ditumbuk pada lumpang porselen dan diayak dengan ayakan dengan ukuran lubang sesuai kebutuhan (<2 mm atau < 0,5 mm). c. Simpan contoh yang akan dianalisis pada botol bersih atau plastic dan kemudian diberi label (lokasi dan kedalaman tanah). 4.2 Penetapan kadar air kering mutlak Tujuan Bahan Alat : Untuk menentukan kadar air kering mutlak contoh tanah. : contoh tanah yang akan diukur kadar airnya. : cawan porselen, penjepit, oven, eksikator, dan neraca analitik. Prosedur : a. Timbang 5 g contoh tanah kering udara dalam cawan porselen kering yang sudah diketahui bobotnya. b. Keringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam. c. Angkat cawan dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator. d. Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air. e. Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100% Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 kadar air) 4.3 Penetapan ph tanah Tujuan : Untuk mengetahui nilai ph H 2 O dan ph KCl contoh tanah di laboratorium dibandingkan dengan ph tanah di lapangan. Dasar : Nilai ph menunjukkan konsentrasi ion H + dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai log[h + ]. Peningkatan konsentrasi H + menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala ph. Konsentrasi H + yang diekstrak dengan air menyatakan keasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial). 22

23 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) Bahan : air bebas ion, larutan buffer ph 7,0 dan ph 4,0 KCl 1 M. Alat : neraca analitik, botol kocok/erlenmeyer 100 ml, gelas ukur 25 ml, shake inkubator, ph meter, soil ph tester. Prosedur : a. Di laboratorium Contoh tanah ditimbang 5 g sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 ml. Tambahkan 25 ml air bebas ion ke dalam erlenmeyer yang satu (ph H 2 O) dan 25 ml KCl 1 M ke dalam erlenmeyer lainnya (ph KCl). Kocok dengan shake inkubator selama 15 menit pada kecepatan 200 rpm. Suspensi tanah diukur dengan ph meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer ph 7,0 dan ph 4,0. Hitung nilai ph H 2 O dan ph KCl contoh tanah. b. Di lapangan Atur jarum penunjuk soil ph tester pada ph 7. Bila tanah yang akan diukur ph-nya dalam keadaan kering maka harus dibasahi terlebih dahulu dengan air. Tancapkan bagian runcing dari ph tester ke dalam tanah yang akan diukur ph-nya sedalam cm, biarkan selama 3 menit sampai jarum penunjuk bergerak ke arah nilai ph terukur dan catat angkanya. Ulangi pada tempat yang berbeda hingga diperoleh tiga angka pengukuran untuk mendapatkan nilai ph rata-rata. Sebelum digunakan di tempat yang lain, maka elektroda ph tester harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air. 4.4 Penetapan kebutuhan kapur Tujuan : Untuk menghitung kebutuhan kapur (CaCO 3 ) yang harus ditambahkan ke dalam tanah untuk mencapai ph tanah yang diinginkan. Dasar : Jumlah kapur yang diperlukan untuk meningkatkan ph suatu tanah masam ke ph yang diinginkan ditetapkan berdasarkan kurva hubungan penambahan larutan basa dengan ph tanah yang dicapai. Jumlah basa yang digunakan setara dengan kebutuhan kapur yang nilainya dikonversi ke dalam satuan bobot CaCO 3 per ha. Bahan : NaOH 0,02 N (larutan ini ditetapkan dengan HCl 0,02 N setiap kali dipakai), HCl 0,02 N, larutan buffer ph 7,0 dan ph 4,0. Alat : neraca analitik, erlenmeyer 100 ml, pipet volumetric, labu ukur 25 ml, ph meter, buret. Prosedur : a. Timbang 10 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masingmasing dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. b. Tambahkan dengan pipet larutan NaOH 0,02 N masing-masing sebanyak 0; 2; 4; 6; 8 dan 10 ml dan air bebas ion sehingga jumlah setiap larutan menjadi 25 ml (air ditambahkan terlebih dahulu sebelum larutan NaOH 0,02 N). Penambahan NaOH ini menghasilkan deret penambahan basa 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16 dan 0,20 me (mili equivalent). 23

24 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) c. Kocok dengan shake inkubator selama 15 menit pada kecepatan 200 rpm. dan ukur ph suspensi dengan alat ph meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer ph 7,0 dan 4,0. d. Buat kurva hubungan me NaOH yang diperlukan dengan ph tanah yang dihasilkan atau gunakan persamaan regresi. Dapatkan me NaOH yang menghasilkan ph yang dikehendaki dan hitung kebutuhan kapurnya. Cara menghitung kebutuhan kapur: Kebutuhan kapur (CaCO 3 ku/ha) = (me NaOH x 50) x 10-8 x (1,5 x 10 8 ) x fk = me NaOH x 750 x fk Keterangan: 50 = Mr/2 CaCO 3 (Mr CaCO 3 = 100; me NaOH setara me CaCO 3 = 100/2 = 50 mg) 10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO 3 (100 kg x mg = mg) 1,5 x 10 8 = konversi g contoh ke ha (15 cm x cm x cm = cm 3 = 15/10 x 10 8 ) Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 % kadar air) Catatan: Kedalaman lapisan olah 15 cm dan BD (bulk density) tanah dianggap 1 (g/cm 3 ). 24

25 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) MODUL 5 PENETAPAN C-ORGANIK TANAH DAN PUPUK ORGANIK (Metode Walkley & Black) 5.1 Persiapan contoh pupuk organik Tujuan : Mempersiapkan contoh pupuk organik untuk selanjutnya dilakukan analisis sifat kimianya agar menghasilkan data yang cukup akurat. Bahan : pupuk organik yang berupa pupuk kandang, kompos, bokashi, maupun jenis pupuk organik lainnya yang sudah matang dan dikeringanginkan. Alat : tampah, mortar dan lumpang, ayakan, botol bersih. Prosedur : a. Contoh disebarkan di atas tampah atau lantai untuk dikeringkan. b. Contoh pupuk yang kasar ditumbuk pada lumpang porselen atau mesin giling dan diayak dengan ayakan dengan ukuran lubang <2 mm. c. Simpan contoh pupuk organic yang akan dianalisis pada botol bersih atau plastik dan kemudian diberi label. 5.2 Penetapan kadar air kering mutlak Tujuan : Untuk menentukan kadar air kering mutlak contoh pupuk organik. Bahan : contoh pupuk organik yang akan diukur kadar airnya. Alat : cawan porselen, penjepit, oven, desikator, dan neraca analitik. Prosedur : a. Timbang 5 g contoh pupuk kering angin dalam cawan porselen kering yang sudah diketahui bobotnya. b. Keringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 3 jam. c. Angkat cawan dengan penjepit dan masukkan ke dalam desikator. d. Setelah contoh dingin kemudian timbang. Bobot yang hilang adalah bobot air. e. Kadar Air (%) = (kehilangan bobot / bobot contoh) x 100% Faktor koreksi kadar air (fk) = 100 / (100 kadar air) 5.3 Penetapan kadar C-organik dan kadar bahan organic tanah dan pupuk organik Tujuan : Untuk mengetahui kandungan C-organik dan bahan organik yang terdapat pada contoh tanah dan pupuk organik. Dasar : Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr 6+ yang berwarna jingga menjadi Cr 3+ yang berwarna hijau dalam suasana asam. Kelebihan ion dikromat dititrasi dengan ion ferro. Bahan : contoh tanah, contoh pupuk organik, asam sulfat pekat, kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) 1 N, FeSO4 0,5 N atau Fe(NH 4 ) 2 (SO 4 ) 2.6H 2 O 0,5 N, H 3 PO 4 85%, NaF, indikator difenilamin 1%. Alat : buret, erlenmeyer 250 ml, dan pipet volume 10 ml dan 25 ml. Prosedur : a. Timbang 0,5 g contoh tanah halus, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 10 ml K 2 Cr 2 O 7 1 N, lalu dikocok. 25

26 Modul Praktikum Kimia Pertanian (BA2103) b. Erlenmeyer dimiringkan, kemudian tambahkan 7,5 ml H 2 SO 4 pekat melalui dinding erlenmeyer, digoyangkan dengan hati-hati dengan cara diputar pada alas selama 1 menit (agar butiran tanah tidak menempel pada dinding labu), lalu diamkan selama 30 menit. c. Diencerkan dengan air bebas ion sampai volume 200 ml, tambahkan 10 ml asam fosfat, 0,2 g natrium florida, dan 30 tetes indikator difenilamin. d. Dengan cara yang sama lakukan juga persiapan blanko. e. Kemudian titrasi larutan contoh dan larutan blanko dengan larutan ferro sulfat atau ferro amonium sulfat 0,5 N sampai warna larutan berubah dari hijau kusam menjadi biru keruh. Titrasi dilanjutkan tetes demi tetes sampai warna larutan menjadi hijau terang. f. Perhitungan: ( ) ( ) Kadar bahan organik = 100/58 x % C-organik Keterangan: N = normalitas ferro sulfat atau ferro ammonium sulfat fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 % kadar air) 100 /58 adalah faktor Van Bemmelen g. Dengan cara yang sama dilakukan pengukuran kadar C-organik dan bahan organik yang terdapat di dalam contoh pupuk organik, dengan cara mengulangi langkah dari awal dan mengganti 0.5g contoh tanah halus menjadi 0.1g contoh pupuk organik. 26

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM

Lebih terperinci

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit Lampiran 1. Prosedur Penelitian 1. Sifat Kimia Tanah a. C-Organik Ditimbang g tanah kering udara telah diayak dengan ayakan 10 mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml Ditambahkan 10 ml K 2

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida LAMPIRAN Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida 53 Lampiran 2. Aplikasi Dosis Herbisida Selama 1 Musim Tanam No Blok Kebun Petak Luas (Ha) Aplikasi 1 (Liter) Aplikasi 2 (Liter) Ametryn 2,4-D

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias ANALISA L I P I D A Penentuan Sifat Minyak dan Lemak Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias Penentuan angka penyabunan - Banyaknya (mg) KOH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan antara lain : oven, autoklap, ph meter, spatula, saringan, shaker waterbath,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia 17 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei 2012. Sampel Salvinia molesta diambil dari Waduk Batu Tegi Tanggamus. Analisis sampel

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF Disusun Oleh : Prima W. Subagja 41204720109035 UNIVERSITAS NUSA BANGSA MIPA KIMIA 2010 ANALISIS KATION A. TUJUAN Mengidentifikasi suatu unsur kimia dalam cuplikan

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION 1. Latar Belakang Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 s/d juni 2014. Lokasi penelitian dilaksanakan di perkebunan PT. Asam Jawa Kecamatan Torgamba, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA Disusun oleh Nama : Gheady Wheland Faiz Muhammad NIM

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH Berikut diuraikan prosedur analisis contoh tanah menurut Institut Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia. Pengujian Kandungan

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL ) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan.

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006) Pengujian daya serap air (Water Absorption Index) dilakukan untuk bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)= LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis ph H 2 O dengan ph Meter 1. Timbang 10 gram tanah, masukkan ke dalam botol kocok. 2. Tambahkan air destilata 10 ml. 3. Kocok selama 30 menit dengan mesin pengocok.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

Analisis Kation Golongan III

Analisis Kation Golongan III Analisis Kation Golongan III A. Tujuan Percobaan Dalam percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat 1. Memisahkan kation kation Mn, Al, Fe, Cr, Ni, Co, Zn sebagai kation golongan III 2. Memisahkan kation kation

Lebih terperinci

METODE ANALISIS. ph H 2 O (1:5) Kemampuan Memegang Air (Water Holding Capacity)

METODE ANALISIS. ph H 2 O (1:5) Kemampuan Memegang Air (Water Holding Capacity) METODE ANALISIS ph H 2 O (1:5) Alat - Alat penumbuk - Ayakan 0,5 mm - Timbangan - Mesin pengocok - ph meter - Botol kocok Bahan - Air aquades Metode - Haluskan bahan dan ayak dengan ayakan 0,5 mm - Timbang

Lebih terperinci